Skripsi Ok Baru

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai dampak positif pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah adanya pergeseran pola penyakit di Indonesia. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun, diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif atau tidak menular. Salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia mengalami peningkatan dengan data yang ada pada tahun 1994 = 110,4 juta, 1998 = ±150 juta, tahun 2000 = 175,4 juta, tahun 2010 = 279,3 juta dan diperkirakan tahun 2020 = 300 juta. Sedangkan di Indonesia atas dasar prevalensi ± 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994 = 2,5 juta, 1998 = 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta (Majalah Diabetes Surabaya, 2001: Volume 1). 1

Transcript of Skripsi Ok Baru

Page 1: Skripsi Ok Baru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai dampak positif pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah adalah adanya pergeseran pola penyakit di Indonesia.

Penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun, diikuti dengan

meningkatnya penyakit degeneratif atau tidak menular. Salah satunya

adalah Diabetes Mellitus.

Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia mengalami

peningkatan dengan data yang ada pada tahun 1994 = 110,4 juta, 1998 =

±150 juta, tahun 2000 = 175,4 juta, tahun 2010 = 279,3 juta dan

diperkirakan tahun 2020 = 300 juta. Sedangkan di Indonesia atas dasar

prevalensi ± 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada

tahun 1994 = 2,5 juta, 1998 = 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 =

6,5 juta (Majalah Diabetes Surabaya, 2001: Volume 1).

Meningkatnya prevalensi DM di Indonesia, diduga ada

hubungannya dengan cara hidup (pola makan) seiring dengan

kemakmuran yang meningkat, hal ini tidak jauh berbeda dengan

kenaikan jumlah penderita Diabetes Melitus(DM) di Sulawesi Tenggara

dimana untuk data di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara

jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) sejak tahun 2004 sampai tahun

1

Page 2: Skripsi Ok Baru

2008 bervariasi dimana sejak tahun 2004 jumlah penderita DM dengan

ketergantungan insulin berjumlah 30 pasien atau sekitar 7,37% dari total

kunjungan tahun 2005 terjadi penurunan yaitu 20 pasien atau 4,18%

sedangkan penderita DM pada tahun 2006 mengalami peningkatan

dengan jumlah 32 atau 5,57% untuk tahun 2007 penderita berjumlah 16

pasien atau 2,63% dan tahun 2008 ketergantungan insulin mengalami

peningkatan dengan jumlah 22 pasien atau 2,58% sedangkan tahun

2009 jumlah penderita meningkat pada bulan Januari sampai dengan

Maret berjumlah 53 orang. Peningkatan jumlah kasus penderita DM

tersebut diakibatkan juga oleh dukungan dari keluarga dimana kurangnya

peran keluarga dalam pengelolaan pada salah satu anggota keluarga

yang menderita Diabetes Mellitus. Selain juga pola makan, gaya hidup

yang sangat sibuk, duduk di belakang meja menyebabkan tidak adanya

kesempatan untuk rekreasi atau olahraga sehingga menyebabkan

tingginya angka penyakit jantung koroner, Hipertensi, Diabetes dan

Hiperlipidemia. Di samping cara hidup dan gaya hidup, peran keluarga

dalam pengelolaan pasien Diabetes Mellitus juga belum optimal (Profile

RSUP Sultra, 2008).

Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik akan

mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata,

ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain. Dengan

pengalaman yang baik, yaitu kerja sama antara pasien, keluarga, dan

2

Page 3: Skripsi Ok Baru

petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik DM akan dapat

dicegah, setidaknya dihambat perkembangannya. Untuk mencapai hal

tersebut, keikutsertaan pasien, keluarga untuk mengelola anggota

keluarganya menjadi sangat penting. Demikian pula adanya para petugas

kesehatan sebagai penyuluh bagi keluarga dalam membantu pasien

dengan Diabetes Mellitus. Guna mendapatkan hasil yang maksimal,

konseling oleh perawat terhadap keluarga sangat diperlukan agar

informasi yang diberikan pada keluarga dengan salah satu anggota

keluarga menderita Diabetes Melitus bermanfaat, karena selama ini

ternyata bahwa konseling tersebut belum pernah dilakukan oleh

petugas / perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sultra

Tahun 2010.

Berdasarkan penemuan fakta di atas, maka perlu dilakukan

penelitian guna membuktikan pengaruh konseling keluarga terhadap

peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM,

sehingga peneliti ingin meneliti “Pengaruh Konseling Keluarga Terhadap

Perbaikan Peran Keluarga dalam Pengelolaan Anggota Keluarga dengan

Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian, yaitu :

3

Page 4: Skripsi Ok Baru

“Apakah ada pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan

peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh konseling keluarga terhadap

perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

dengan DM di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2010

2. Tujuan Khusus

a. Apakah ada pengaruh konseling keluarga dalam pengelolaan

anggota keluarga dengan DM di Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara

b. Apakah ada peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

dengan DM di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara

c. Membuktikan pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan

peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM

di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu tentang

pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan peran keluarga

dalam pengelolaan pasien Diabetes Mellitus.

4

Page 5: Skripsi Ok Baru

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan terutama dalam

bidang konseling.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

konseling keluarga.

d. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, dan dapat dimanfaatkan ilmuwan lain untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

E. Relevansi

Pola makan dan gaya hidup merupakan penyebab terjadinya

penyakit DM. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi

pada penderita DM adalah dengan adanya peran keluarga dalam hal

pengaturan pola makan, latihan jasmani, perawatan kaki dan

pengelolaan obat hypoglikemia, sehingga konseling tentang hal itu perlu

diberikan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita

DM.

5

Page 6: Skripsi Ok Baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konseling Keluarga

Konseling adalah nasehat, anjuran, pembicaraan. Menurut

James F. Adam konseling merupakan suatu pertalian timbal balik antara

dua orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain

(conselee) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan dengan

masalah – masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan yang akan

datang.

(http://mawardiumm.wordpress.com/2008/02/27/bimbingan-konseling

Frank parsons:

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu yang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan

konseling pada situasi khusus yang berfokus pada masalah-masalah

yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya

melibatkan anggota keluarga (Latipun, 2001: 174-175). Konseling

keluarga merupakan bagian penting dalam pengelolaan DM karena pada

konseling keluarga memandang bahwa keluarga tidak hanya dilihat

6

Page 7: Skripsi Ok Baru

sebagai faktor yang menimbulkan masalah, tetapi menjadi bagian yang

perlu dilibatkan dalam penyelesaian masalah, dimana keluarga dan

anggota keluarga merupakan sistem yang saling mempengaruhi

sehingga untuk mengubah masalah yang dialami anggota keluarga

diperlukan perubahan dalam sistem keluarganya dan permasalahan yang

dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan

anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan pengalaman dalam penanganan konseling keluarga

masalah yang dihadapi adalah: Keluarga dengan anak yang tidak patuh

terhadap harapan orang tua, konflik antar anggota keluarga, perpisahan

dengan anggota keluarga karena kerja diluar daerah, anak yang

mengalami kesulitan belajar atau sosialisasi dan salah dalam memberi

pengelolaan pada anggota yang bermasalah. Berbagai permasalahan

tersebut dapat terselesaikan melalui konseling keluarga. Konseling

keluarga ini menjadi lebih efektif untuk mengatasi masalah jika semua

anggota mau merubah sistem yang ada dengan cara yang baru untuk

membantu mengatasi anggota keluarga yang bermasalah.

1. Pendekatan Konseling Keluarga

Dalam pelaksanaan konseling keluarga dilakukan dengan tiga

pendekatan yaitu:

7

Page 8: Skripsi Ok Baru

a. Pendekatan sistem keluarga

Menurut Murray Bowen (1985) dalam wahit ikbal (2006)

anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi

(Disfunctioning Family). Karenanya dalam keluarga terdapat

kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama

atau melawan yang mengarah pada individualitas.

b. Pendekatan Conjoint

Menurut Satir (1967) dalam Latipun (2001) anggota

keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan

mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota

keluarga yang lain, karena keluarga adalah fungsi bagi keperluan

komunikasi dan kesehatan mental sehingga masalah yang

dihadapi adalah harga diri (Self Esteem) dan komunikasi, dimana

masalah terjadi jika self esteem yang dibentuk oleh keluarga itu

sangat rendah dan komunikasi dalam keluarga itu juga tidak baik.

c. Pendekatan struktural

Minuchin (1974) dalam Latipun (2001) beranggapan

bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur keluarga

dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat, dimana batas –

batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jalas,

sehingga untuk mengatasi keluarga yang bermasalah perlu

8

Page 9: Skripsi Ok Baru

dirumuskan kembali struktur keluarga itu dengan memperbaiki

transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.

Dari berbagai pandangan para ahli tentang pendekatan

konseling keluarga maka akan memudahkan penetapan strategi yang

tepat untuk membantu keluarga.

2. Tujuan Konseling Keluarga

Tujuan konseling keluarga oleh para ahli dirumuskan secara

berbeda sesuai dengan pendekatan yang dikemukakan di atas. Pada

umumnya tujuan konseling keluarga adalah:

a. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota.

b. Mengganti gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi.

c. Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran

tertentu yang ditujukan kepada anggota keluarganya yang lain.

3. Bentuk Konseling Keluarga

a. Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem

Pada pelaksanaan bentuk konseling ini klien merupakan

bagian dari system keluarga, sehingga masalah yang dialami dan

pemecahannya tidak bisa mengesampingkan peran keluarga.

b. Berfokus pada saat ini

Pelaksanaan bentuk konseling ini adalah mengatasi

masalah yang dihadapi klien saat ini, bukan masa lampau.

9

Page 10: Skripsi Ok Baru

Untuk bentuk konvensionalnya, konseling disesuaikan dengan

keperluannya dimana seluruh anggota keluarga harus ikut serta

dalam konseling karena mereka tidak hanya berbicara tentang

keluarganya tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana

perubahan dan tindakannya.

4. Proses dan Tahap Konseling Keluarga

Dalam mengatasi masalah pada keluarga terjadi beberapa

tahap:

a. Sesi pengenalan

Pada sesi ini terjadi perkenalan antara petugas dengan

keluarga , dan juga adanya identifikasi masalah.

b. Sesi Pengajaran

Pada sesi ini keluarga mendapatkan pendidikan dalam

bentuk perilaku.

c. Sesi Model

Pada sesi ini keluarga melihat cara mengimplementasikan

perilaku yang telah dipelajari pada sesi pengajaran.

d. Sesi Terapis/trial

Dimana sesi ini keluarga mencoba mengimplementasikan

perilaku yang telah didapat.

10

Page 11: Skripsi Ok Baru

e. Sesi penerapan dan evaluasi

Pada sesi ini keluarga menerapkan apa yang telah didapat

dan perawat mengevaluasi dengan cara melakukan kunjungan

rumah.

5. Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan konseling yang

berhubungan dengan karakteristik subyek.

a. Usia klien

Usia dapat mempengaruhi hasil konseling. Klien berusia

dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi

dan tingkah lakunya dibandingkan dengan klien yang berusia

belasan tahun, karena berhubungan dengan fleksibelitas

kepribadiannya.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin, terutama berkaitan dengan perilaku model,

bahwa individu melakukan modeling sesuai dengan jenis

seksnya. Dalam proses konseling, factor modeling ini sangat

penting dalam upaya pembentukan tingkah laku baru.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya

terhadap diri dan lingkungannya, sehingga akan berbeda cara

menyikapi proses berlangsungnya konseling pada klien yang

berpendidikan tinggi dengan berpendidikan rendah.

11

Page 12: Skripsi Ok Baru

d. Intelegensi

Intelegensi pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri dan cara – cara pengambilan keputusan. Klien

yang berintelegensi tinggi akan banyak berpartisipasi dalam

proses konseling, lebih cepat dan tepat dalam membuat

keputusan.

e. Status sosial ekonomi

Status social ekonomi berpengaruh terhadap tingkah

lakunya. Individu yang berasal dari keluarga status social

ekonomi yang baik akan mempunyai sikap dan pandangan

yang positif tentang masa depannya dibandingkan mereka yang

berstatus social ekonomi rendah.

f. Sosial budaya

Yang termasuk dalam sosial budaya adalah pandangan

keagaman, kelompok etnis dimana hal ini sangat berpengaruh

pada proses berlangsungnya konseling.

B. Peran Keluarga

1. Pengertian

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu

system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku

12

Page 13: Skripsi Ok Baru

yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier

Barbara, 1995:21).

(http://www.fadlie.web.id/bangfad/peran-dan-fungsi- perawat.html).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing – masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvian G Bailon

dan A. Maglaya, 1989) dalam Wahit (2006)

2. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu:

a. Fungsi pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan

masa depan bila kelak dewasa nanti.

b. Fungsi sosialisasi anak

Tugas keluarga adalah mempersiapkan anak menjadi

anggota masyarakat yang baik.

c. Fungsi perlindungan

Dalam hal ini keluarga bertugas melindungi anak dari

tindakan – tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga

merasa terlindung dan aman

13

Page 14: Skripsi Ok Baru

d. Fungsi perasaan

Tugas keluarga adalah menjaga secara intuitif, merasakan

perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga

sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.

e. Fungsi religius

Dalam fungsi ini keluarga bertugas memperkenalkan dan

mngajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan

beragama dan kepala keluarga bertugas menanamkan keyakinan

bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini serta ada

kehidupan lain sebelum ini.

f. Fungsi ekonomis

Dalam fungsi ini kepala keluarga bertugas mencari sumber

penghidupan dalam memenuhi fungsi keluarga yang lain, kepala

keluarga bekerja memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

g. Fungsi rekreatif

Pada fungsi ini tidak berarti harus pergi ke tempat rekreasi,

tetapi bagaimana untuk menciptakan suasana yang

menyenangkan sehingga dapat mencapai keseimbangan

kepribadian masing - masing anggotanya.

14

Page 15: Skripsi Ok Baru

h. Fungsi biologis

Yang utama dalam tugas ini adalah untuk meneruskan

keturunan sebagai generasi penerus dalam keluarga.

Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokok keluarga

terhadap anggota keluarga, yaitu :

a. Asih, yang berarti memberikan kasih sayang, perhatian,

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga, sehingga

memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan

kebutuhannya.

b. Asuh, yaitu menuju pada kebutuhan dan perawatan anak

agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mereka menjadi

anak – anak yang sehat baik fisik, mental, social dan spiritual.

c. Asah, yang berarti memenuhi kebutuhan pendidikan

anak, sehingga menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam

mempersiapkan masa depannya.

3. Peran Keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang

memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan baik sehat

maupun sakit pada anggota keluarga yang lain.

Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika

mereka tidak lagi sanggup merawat. Oleh karena itu asuhan

keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan

15

Page 16: Skripsi Ok Baru

keadaan anggota keluarga yang sakit, tetapi juga mengembangkan

dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan dalam keluarga tersebut.

Dari bermacam pandangan teori yang ada disebutkan bahwa

keluarga adalah sebagai faktor kontribusi dalam pengelolaan anggota

keluarga dengan Diabetes Mellitus. Faktor kontribusi tersebut adalah

Menurut L. Green yang dikutip oleh Herawati …(et. al) (2001)

mengemukakan teori yang menggambarkan hubungan pendidikan

kesehatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan menjadi 3 faktor yaitu faktor predisposisi yang merupakan

faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga dan

kelompok/masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku.

Faktor yang kedua adalah faktor pemungkin yaitu yang memunkinkan

individu untuk berperilaku karena tersedianya sumber daya,

keterjangkauan, rujukan dan keterampilan. Sedangkan faktor yang

ketiga adalah faktor penguat yaitu yang menguatkan perilaku seperti

sikap dan keterampilan petugas, teman sebaya, orang tua dan

anggota keluarga yang lain.

Dari bermacam pandangan teori yang ada disebutkan bahwa

keluarga adalah sebagai faktor kontribusi dalam pengelolaan anggota

keluarga dengan Diabetes Mellitus. Faktor kontribusi tersebut adalah :

a. Tingkat pengetahuan

16

Page 17: Skripsi Ok Baru

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

(Notoatmodjo, 1997 ). Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni; indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan suatu keluarga, karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)(dikutip dari

Friedman) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, begitu juga dalam keluarga, yaitu :

1. Awareness (kesadaran) dimana orang atau

keluarga tersebut menyadari dalam arti lebih mengetahui lebih

dulu terhadap stimulus atau obyek.

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus

atau obyek tersebut, disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi diri atau keluarganya.

Dalam hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.

17

Page 18: Skripsi Ok Baru

4. Trial, dimana subyek sudah mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

stimulus.

5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap-tahap seperti tersebut di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan ,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng dan sebaliknya jika tidak didasari oleh

pengetahuan , kesadaran dan sikap yang positif perilaku tersebut

akan bersifat tidak langgeng.

Menurut Bloom dalam Notoatmojo, pengetahuan yang

dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang

dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

18

Page 19: Skripsi Ok Baru

yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyak yang diketahuai, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

atau keluarga yang telah paham terhadap materi harus dapat

menjelaskan, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi-materi yang dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi

masalah didalam suatu struktur organisasi tersebut dan

masalah tersebut ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu bentuk kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi

baru yang ada.

19

Page 20: Skripsi Ok Baru

6. Evaluasi

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Mengacu pada konsep pengetahuan di atas, bila kita kaitkan

dengan berbagai alasan ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas-

tugas keluarga, maka perawat bertugas membantu keluarga dalam

melakukan 5 tugas keluarga dalam memahami kebutuhan kesehatan

anggotanya. Baylon dan Maglaya (1978) menyatakan bahwa 5 tugas

keluarga tersebut adalah :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga

5) Menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan.

Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah

adalah dapat mencegah (pencegahan primer), menanggulangi

(pencegahan sekunder) dan memulihkan (pencegahan tersier) untuk

dapat menjalankan peran tersebut, maka keluarga perlu mendapat

konseling agar peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

dengan Diabetus Mellitus bisa optimal.

4. Tingkat kemampuan keluarga

20

Page 21: Skripsi Ok Baru

Yang dimaksud kemampuan keluarga adalah menyangkut

tingkat keterampilan keluarga dalam merawat anggota keluarganya

yang mengalami gangguan kesehatan. Ketrampilan dapat

berkembang bukan hanya dengan cara membaca ataupun mendengar

tetapi juga dengan mengerjakan secara berulang-ulang setelah

diberikan pembelajaran. Sedangkan bentuk ketrampilan tersebut dapat

berupa ketrampilan bergerak atau bertindak dan ketrampilan verbal

atau nonverbal.

Wahyo Samijo, (1987) mengungkapkan bahwa ketrampilan

merupakan salah satu faktor yang mendorong keluarga untuk

berperilaku. Pendapat lain mengungkapkan ketrampilan merupakan

penguatan bagi perilaku yang dikehendaki dan sebaiknya dilakukan

secara konsisten (BF. Sekiner, 1997) dalam Notoatmodjo,93).

Sehubungan dengan peran dan tugas dalam kesehatan,

keluarga diharapkan memiliki kemampuan yang dapat mengatasi

problem-problem kesehatan dalam anggota keluarganya. Nasrul

Efendy, (1998) menyatakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki

oleh keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga tersebut

meliputi:

a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b) Memelihara sumber daya yang ada dalam keluarga

21

Page 22: Skripsi Ok Baru

c) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya

d) Sosialisasi antar anggota keluarga

e) Pengaturan jumlah anggota keluarga

f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

C. Pengelolaan Diabetes Mellitus Oleh Anggota Keluarga

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gejala pada

seseorang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai

normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif, dengan tanda dan gejala awal yang sering dikeluhkan

pasien atau penderita DM adalah rasa haus, banyak kencing, rasa

lapar, badan terasa lemas, dan berat badan yang turun (Dalimartha,

2002 )

2. Tujuan Pengelolaan

Untuk dapat berhasil mengelola pasien dengan baik diperlukan

Pengawasan yang matang berupa tujuan jangka pendek, tujuan

jangka panjang, tindakan dan kegiatan yang dilakukan, pemeriksaan

berkala, serta penyuluhan. Berikut ini Pengawasan yang dimaksud:

a. Tujuan jangka pendek

Yaitu menghilangkan keluhan dan gejala penyakit Diabetes

Mellitus.

22

Page 23: Skripsi Ok Baru

b. Tujuan jangka panjang

Yaitu mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang

pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit dan kaki.

3. Tindakan yang dilakukan

Adalah menormalkan kadar glukosa, lemak, insulin dalam darah

dan memberikan pengobatan bila terdapat penyakit kronis lainnya.

4. Kegiatan yang dilakukan

Kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk

mengetahui status gizi, komplikasi yang mungkin sudah timbul, dan

adanya penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan fisik lengkap meliputi:

1. Pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah

2. Menanyakan dan mencari tanda gangguan syaraf seperti rasa

3. kesemutan

4. Memeriksa keadaan kaki dan denyut nadi

5. Pemeriksaan EKG

6. Rotgen dada

7. Pemeriksaan fundus mata.

8. Pemeriksaan laboratorium standart, yang meliput:

a) Darah; darah rutin, gula darah puasa dan dua jam setelah

makan, albumin, total colesterol, HDL & LDL colesterol, HbA1c,

creatinin, SGPT (ALT) serta trigliserida.

b) Urine; sedimen, albumin, bakteri

23

Page 24: Skripsi Ok Baru

c) Laboratorium tambahan yang sesuai dengan kebutuhan.

9. Pemeriksaan HbA1c, gula darah puasa dan dua jam setelah puasa

setiap tiga bulan.

10.Pemeriksaan fisik lengkap diulang tiap satu tahun

11.Penyuluhan.

5. Kriteria pengendalian

Kriteria pengendalian penyakit Diabetes Mellitus meliputi

No Bagian yang diperiksa Baik Sedang Buruk

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kadar glukosa darah

(plasma vena mg/dl)

puasa

2 jam pp*

HbA1c (%)

Kolesterol total (mg/dl)

Kolesterol LDL (mg/dl)

Tanpa PJK **

Dengan PJK

Kolesterol HDL (mg/dl)

Trigliserida (mg/dl)

Tanpa PJK

Dengan PJK

Indeks massa tubuh***

80-109

110-159

4-5,9

< 200

< 130

< 100

45

< 200

< 150

110-139

160-199

6-8

200-239

130-159

100-129

35-45

200-245

150-199

140

200

8

240

160

130

< 35

250

200

24

Page 25: Skripsi Ok Baru

No Bagian yang diperiksa Baik Sedang Buruk

8.

Wanita

Pria

Tekanan darah (mmHg)

18,5-

22,9

20-24,9

< 140/90

23-25

25-27

140-

160/90-95

25/

<18,5

27/

<20

>

160/95

Sumber : Dalimartha Setiawan, (2002 hal 22)

Keterangan :

*) PP = Post Prandial, sesudah makan

**) PJK = Penyakit jantung koroner

***) Indeks masa tubuh (IMT) = Body mass indeks (BMI)

Pasien dengan usia > 60 tahun, nilai normal glukosanya

adalah: puasa < 150 mg/dl, sesudah makan < 200 mg/dl. Hal ini

disebabkan karena sifat khusus dari usia lanjut dan mencegah

kemungkinan timbulnya hypoglikemia.

6. Cara menentukan status gizi (Dalimartha Setiawan, hal 23 -

24)

a. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Keterangan :

BB : Berat Badan

25

Page 26: Skripsi Ok Baru

TB : Tinggi Badan

BB Idaman (100%) : IMT Normal

Wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2

Pria = 20 – 24,9 kg/m2

BB Normal : 90 – 110% BB Idaman

BB Kurang : <90% BB Idaman

BB over (Gemuk) : 110 – 120% BB Idaman

Obesitas (tambun) : > 120% BB Idaman

b. Berat Badan Relatif (BBR)

Keterangan:

Normal (ideal) : BBR 90 – 110%

Kurus (underweight) : BBR <90%

Gemuk (over weight) : BBR >110%

Obesitas (tambun) : BBR >120%

Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

Obesitas sedang : BBR 130 – 140%

Obesitas berat : BBR 140 - 200%

Obesitas morbid : BBR >200%

c. Berat Badan Ideal (BBI)

Rumus Broca :

Bbi (kg) = (TB(cm) – 100) – 10% (BB)

26

Page 27: Skripsi Ok Baru

Dengan catatan orang yang berusia > 40 tahun dan tinggi

badan < 150 cm tidak dikurangi dengan 10 % berat badan

(Dalimartha Setiawan, 2002 hal 24 )

7. Pengawasan makan

Dalam buku yang berjudul ramuan tradisional untuk

pengobatan Diabetes Mellitus, Dalimartha Setiawan menyebutkan

bahwa Pengawasan makan sebenarnya merupakan penyesuaian pola

makan dengan kebutuhan kalori penderita sesuai dengan usia, berat

badan (status gizi), aktivitas sehari – hari, jenis kelamin, beratnya

penyakit yang diderita serta penyakit lainnya. Sehingga total kalori dan

komposisi makanan ditentukan dalam range (kisaran persentasi,

bukan suatu angka mutlak).

Dalam penyusunan menu sebaiknya diusahakan mendekati

kebiasaan makan sehari – hari, sederhana, bervariasi, dan mudah

dilaksanakan, seimbang serta sesuai kebutuhan dengan tidak

mengesampingkan cara hidup, selera, adat serta kebiasaan penderita.

Kalau tidak pasti akan ditinggalkan (Dalimartha Setiawan, 2002).

Jadwal makan penderita DM adalah porsi kecil tapi sering. Hal

ini dimaksudkan untuk mencegah peningkatan kadar glukosa darah

yang sekaligus tinggi dan juga hipoglikemia bagi pemakai insulin.

Komposisi menu pada makanan sehari – hari dianjurkan

seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah –

27

Page 28: Skripsi Ok Baru

buahan. Komposisi standart makanan yang dianjurkan pada penderita

DM sehari – hari adalah:

Karbohidrat : 60 – 70 %

Protein : 10 – 15 %

Lemak : 20 – 25 %

Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari, dengan mengutamakan

serat yang larut dalam air

Garam secukupnya untuk menghindari darah tinggi.

Pemanis secukupnya.

Untuk jumlah kalori yang dibutuhkan penderita DM setiap hari

yang bekerja biasa adalah:

Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari

Normal : BB x 30 kalori / hari

Gemuk : BB x 20 kalori / hari

Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari

Adapun jumlah kalori yang terkandung dalam zat makan pada setiap

gramnya adalah:

No. Zat Makanan Jumlah kalori

1.

2.

3.

4.

1 gram karbohidrat

1 gram protein

1 gram lemak

1 gram alkohol

4 kalori

4 kalori

9 kalori

7 kalori

28

Page 29: Skripsi Ok Baru

Sumber : Dalimartha Setiawan, (2002 hal 26).

Apabila terjadi keseimbangan antara makanan yang masuk

dengan kebutuhan, dan kemampuan tubuh untuk mengolahnya maka

diharapkan glukosa darah terkontrol dalam batas – batas normal.

Selain itu juga tersedia cukup tenaga untuk kegiatan sehari – hari

penderita dan berat badan juga ideal.

8. Latihan Jasmani

Menurut Dalimartha Setiawan (2002), yang dimaksud dengan

latihan jasmani bagi penderita DM adalah Aerobic yaitu olahraga yang

berjalan terus menerus dan berlangsung dalam waktu cukup lama

serta dilakukan secara sadar. Dengan melakukan latihan jasmani

secara teratur dan berkesinambungan diharapkan kadar glukosa

darah akan turun.

Untuk penderita yang tergantung insulin ringan atau sedang

latihan jasmani bisa dilakukan dengan aman, tapi bagi penderita yang

mempunyai resiko atau disertai komplikasi maka latihan jasmani

sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.

Manfaat dari latihan jasmani adalah untuk kesegaran tubuh,

membuang kelebihan kalori, mengontrol glukosa darah, mengurangi

kebutuhan obat atau insulin, dan untuk penderita yang beresiko latihan

jasmani berguna untuk menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi

resistensi insulin, dan memperbaiki profil lemak darah yang terganggu.

29

Page 30: Skripsi Ok Baru

Latihan jasmani dilakukan selama 50 – 60 menit, dan selama

latihan denyut nadi harus mencapai zona latihan yaitu denyut nadi

yang harus dicapai selama latihan untuk memperoleh suatu manfaat.

Untuk mengetahui denyut nadi yang diperbolehkan selama latihan,

dapat dihitung dengan rumus :

Denyut nadi maximal = 220 – umur

Zona latihan = 70 – 85 % dari denyut nadi maximal

Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sesuai dengan program

CRIPE yaitu :

- Continuous : Latihan jasmani dilakukan secara terus

menerus selama 50 – 60 menit tanpa berhenti.

- Rhytmical : Latihan dilakukan secara berirama dan teratur.

- Interval : Latihan dilakukan berselang – seling, kadang

cepat, kadang lambat tetapi tanpa berhenti.

- Progresive : Latihan dilakukan secara bertahap dengan

beban latihan ditingkatkan perlahan – lahan.

- Endurance : Latihan ketahanan untuk meningkatkan

kesegaran jantung dan pembuluh darah

9. Pemeliharaan Kaki

Pemeliharaan kaki adalah usaha yang dilakukan dengan selalu

memperhatikan dan menjaga kebersihan, serta melakukan latihan

30

Page 31: Skripsi Ok Baru

secara baik sebelum terjadi gangguan atau komplikasi (Dalimartha

Setiawan, 2002 : 31 ).

Dalam pemeliharaan kaki ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :

10. Perawatan Kaki

Yaitu segala usaha yang dilakukan untuk menjaga kebersihan

kaki. Langkah – langkahnya meliputi:

a. Periksalah kaki tiap hari untuk menemukan lecet atau luka secara

dini.

b. Cuci kaki setiap hari dengan air hangat dan sabun, lalu keringkan

terutama sela jari.

c. Oleskan cream atau lotion pelembut untuk kaki yang pecah –

pecah tapi hindari sela jari.

d. Gunakan alas kaki baik didalam maupun luar rumah.

e. Gunakan kaos kaki tiap hari.

f. Gunakan sepatu yang sesuai, jangan terlalu sempit. Dan periksa

sepatu setiap hari untuk menghindari hal yang menyebabkan luka

pada kaki.

g. Gunting kuku secara melintang. Bila terjadi infeksi segera ke

dokter.

h. Jangan mengompres atau merendam kaki dengan air panas,

karena respon panas pada kaki menurun sehingga tidak terasa jika

sampai melepuh.

31

Page 32: Skripsi Ok Baru

11. Latihan Kaki

Menurut Dalimartha (2002) yang dimaksud latihan kaki yaitu

gerakkan yang dilakukan untuk melatih jari dan otot kedua kaki serta

mengaktifkan aliran darah, dimana dilakukan secara teratur. Latihan

kaki yang dapat dilakukan antara lain :

a. Berjalan cepat setiap hari selama ½ - 1 jam dengan jarak tempuh

yang makin hari makin jauh.

b. Naik tangga dengan menggunakan telapak kaki bagian depan atau

jalan ditempat dengan hanya menggunakan jari – jari kaki.

c. Duduk tegak dibelakang kursi, kedua tangan memegang sandaran

kursi, angkat kedua tumit secara serentak keatas dan kebawah

secara berulang – ulang.

d. Duduk tegak disamping kursi, satu tangan memegang sandaran

kursi lipat kedua lutut secara serentak sampai paha dengan posisi

horizontal dan kedua tumit terangkat, kemudian berdiri tegak

lakukan berulang – ulang.

e. Duduk tegak pada kursi, kedua tangan dilipat dan didekapkan

kedada, lakukan gerakan duduk dan bangun berulang –

ulang.Berdiri tegak pada satu kaki pada alas setebal 10 cm, satu

tangan berpegangan pada dinding atau sandaran kursi, ayunkan

kaki kedepan dan kebelakang lakukan berulang – ulang dan

bergantian.

32

Page 33: Skripsi Ok Baru

f. Duduk pada lantai sambil bersandar kedinding, kedua kaki lurus

kedepan, naikkan sebelah kaki keposisi lurus, lalu putar pada

pergelangan kaki searah jarum jam, lakukan berulang – ulang dan

bergantian.

g. Latihan kaki setiap kali dilakukan sampai 10 kali hitungan dan

dapat diulang bila perlu dan penderita tidak merasa lelah.

12. Obat Hipoglikemic

Menurut Dalimarta (2002) obat hypoglikemic adalah obat untuk

penderita DM yang berguna untuk menurunkan kadar glukosa dalam

darah yang penggunaannya sesuai petunjuk dokter.

Ada dua macam obat hypoglikemic, yaitu berupa suntikan dan

tablet dapat diminum dan biasa disebut OHO (obat hypoglikemic oral)

atau OAD (oral antidiabetic).

a. Obat tablet

Yang dimaksud obat tablet adalah obat yang cara

penggunaannya dengan diminum. Berdasar waktu paruh masing –

masing OHO, obat dibagi atas tiga jenis :

Short – acting : waktu paruh 4 jam, diberikan 1 – 3 x/hari

Intermediate : waktu paruh 5 – 8 jam, diberikan 1 – 2 x/hari.

Long – acting : waktu paruh 24 36 jam, diberikan tiap pagi.

Cara minum obat dengan dosis terbagi adalah:

Pemakaian 1 x/hari : pagi hari

33

Page 34: Skripsi Ok Baru

Pemakaian 2 x/hari : pagi dan siang hari

Pemakaian 3 x/hari : pagi, siang dan sore hari

Apabila obat jenis intermediate perlu diberikan 2x/hari,

sedangkan penderita butuh 3 tablet maka obat diberikan pagi hari

dua tablet dan siang satu tablet.

Golongan obat ini tidak diminum pada malam hari karena

akan menyebabkan hypoglikemic serta menyebabkan

dikeluarkannya beberapa hormon misal katekolamin, kortisol dan

growth hormon, dimana dalam jangka lama akan mempercepat

kerusakan pembuluh darah.

Untuk menambah khasiat menurunkan kadar glukosa darah,

maka obat diminum ½ jam sebelum makan.

b. Obat Suntik / Insulin

Yaitu obat anti hypoglikemia yang pemberiannya melalui

suntikan, baik secara intra muscular, subcutan maupun intra vena.

Obat jenis ini biasanya diberikan pada penderita DM tipe I, DM

dengan gangren, ketoasidosis, koma, DM dengan kehamilan, berat

badan penderita menurun cepat,tidak berhasil dengan tablet

hypoglikemic,dan DM yang disertai gangguan hati dan ginjal.

Tempat atau lokasi penyuntikan insulin adalah lengan atas,

dinding perut, paha dan pant

13. Pencegahan pada penderita DM

34

Page 35: Skripsi Ok Baru

DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini

mungkin yaitu dengan mempertahankan pola makan sehari - hari yang

sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah

dan serat, membatasi makanan yang tinggi kabohidrat, protein dan

lemak,mempertahankan berat badan yang normal sesuai dengan

umur dan tinggi badan serta olahrga teratur sesuai umur dan

kemampuan.

Tujuan pengobatan penderita DM ialah: untuk mengurangi

gejala, menurunkan berat badan bagi yang kegemukan mencegah

terjadinya komplikasi

a. Diit

Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit

sesuai yang dianjurkan,yang mendapat pengobatan anti diuretic

atau insulin, harus mentaati diit terus menerus baik dalam jumlah

kalori,komposisi dan waktu makan harus diatur.ketaatan ini sangat

diperlukan juga pada saat melakukan perjalanan,olahraga dan

aktifitas lain (disampaikan dalam rangka Seminar Pekan Diabetes

tanggal 25 – 27 Maret 2003 di Depkes RI)

b. Obat – obatan

Tablet / suntikan anti Diabetes diberikan, namun therapy diit

tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai/

suntikan insulin.

35

Page 36: Skripsi Ok Baru

c. Olahraga

Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin

menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun relative

kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1 – 2

jam sesudah makan terutama pagi hari selama ½ - 1 jam perhari

minimal 3 kali / minggu

Menurut WHO tahun 1994,upaya pencegahan pada

penderita DM ada tiga jenis atau tahap yaitu :

1) Pencegahan primer : semua aktifitas yang ditujukan untuk

pencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko

untuk jadi Diabetes atau pada populasi umum

2) Pencegahan sekunder : menemukan pengidap DM sedini

mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada

populasi risiko tinggi, dengan demikian pasien Diabetes yang

sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan

demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi

atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversible

3) Pencegahan tersier : Semua upaya untuk mencegah komplikasi

atau kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi

- Mencegah timbulnya komplikasi

- Mencegah progresi daripada komplikasi itu supaya tidak

menjadi kegagalan organ

36

Page 37: Skripsi Ok Baru

- Mencegah kecacatan tubuh (Aru W,2007)

37

Page 38: Skripsi Ok Baru

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai kerangka konseptual dan

hipotesis.

A. Kerangka Konseptual

Variabel independent Variabel dependent

Keterangan gambar :

: Variabel yang diteliti

: Penghubung variabel

Gambar : Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

1. Konseling Keluarga

Konseling keluarga merupakan pemberian materi kepada

keluarga penderita DM meliputi Pengawasan makan, latihan jasmani,

pemeliharaan kaki dan pemberian obat.

38

Konseling keluarga

- Pengawasan makan

- Latihan jasmani

- Pemeliharaan kaki

- Pemberian obat

Peran Keluarga DM

Page 39: Skripsi Ok Baru

Skala penilaian adalah skala Guttman, dimana jawaban ya diberi skor

1 dan jawaban tidak diberi skor 0

Jumlah pertanyaan : 24

Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut Sudjana (2002)

yaitu:

Skor tertinggi : 24x 1 = 24 (100%)

Skor terendah : 24 x 0 = 0 ( 0 % )

Interval Kelas :

= 12 (50%)

dengan tingkat penilaian atau kriteria objektif :

a. Baik : apabila penerapan konseling keluarga mencapai 50% dari

total skor (13- 24)

b. kurang : apabila penerapan konseling keluarga pada salah satu

anggota keluarga dengan DM mencapai <50% (0-12)

2. Peran Keluarga Penderita DM

Yang dimaksud dengan peran keluarga penderita DM adalah

keikutsertaan keluarga dalam mengambil peranan pada peningkatan

dan pemeliharaan kesehatan penderita DM mulai dari Pengawasan

39

Dimana : I = Interval,

R = Range/kisaran,

K = Jumlah kategori

Page 40: Skripsi Ok Baru

makan, latihan jasmani, pemeliharaan kaki, dan pemberian obat

hypoglikemik,. Hasil ukur menggunakan mean, instrument dalam

bentuk pernyataan. Alat ukur kuesioner.

Skala penilaian adalah skala Guttman dengan tingkat penilaian

atau kriteria objektif :

a. Baik apabila keikutsertaan keluarga dalam penerapan konseling

keluarga mencapai 50 % (13-24)

b. Kurang apabila keikutsertaan keluarga dalam penerapan konseling

keluarga mencapai < 50% (0-12)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yakni :

Ha : Ada pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan peran

keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM.

Ho : Tidak ada pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan peran

keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM

40

Page 41: Skripsi Ok Baru

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian experimental dengan rancangan

preeksperimental (Pre-Experimental Designs). Desain penelitian adalah

keseluruhan dari Perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian

dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama

proses penelitian (Burns & Goreve, 1991 :171)

Dalam penelitian ini menggunakan ”One-Group pretest posttest”

dimana suatu kelompok sebelum dilakukan perlakuan tertentu ( x ) diberi

pretest, kemudian diberikan perlakuan dan sesudah perlakuan tersebut dilakukan

post test atau suatu pengukuran untuk mengetahui akibat dari perlakuan.

Subyek Pre-test Perlakuan Post-test

K O X O1

Keterangan :

K : Subyek

O : Pretest (sebelum konseling)

X : Perlakuan (konseling)

O1 : Posttest (sesudah Konseling)

Gambar : Desain penelitian ”pre post test non control group design” pada

penelitian yang berjudul ”Pengaruh konseling keluarga terhadap

perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

41

Page 42: Skripsi Ok Baru

dengan DM di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi

Tenggara.

B. Kerangka Kerja

Gambar : Kerangka Kerja Penelitian dengan Judul ”Pengaruh Konseling

Keluarga Terhadap Perbaikan Peran Keluarga dalam

Pengelolaan Anggota Keluarga dengan DM di Rumah Sakit

Umum Provinsi Sultra.

C. Populasi dan Sampel

42

Populasi

Sampel

Identifikasi peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM

(pengisian Questioner/pretest)

Konseling keluarga tentang peran keluarga dalam pengelolaan DM

Identifikasi perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM

(Pengisian Questioner/Post test)

Analisa Data

Penyajian Hasil

Page 43: Skripsi Ok Baru

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau yang

akan diteliti (Notoatmodjo, 2002: 79). Populasi dalam penelitian ini

adalah salah satu anggota keluarga dengan salah satu anggota

keluarganya yang dirawat di RSU Sultra karena menderita Diabetes

Mellitus pada tahun 2010 dengan jumlah 53 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dengan

”sampling” tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi

(Nursalam , 2003 : 95).

dimana

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Ukuran sampel dan no adalah nilai dari ratio antara Z2.P.Q dan d2

P = Proporsi sampel yang diteliti (0,05)

Q = 1 – Pp

Z = Kofisien tingkat kepercayaan 95% (1,86)

D = Derajat ketetapan yang diinginkan (0,05)

(Arikunto, 2003)

43

Page 44: Skripsi Ok Baru

= = 65,7324

Maka besar sampel kasus adalah

=

= 29,5909184 = 30

Jadi besar sampel kasus adalah 30 orang keluarga pasien

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini:

- Anggota Keluarga bersedia untuk diteliti

- Keluarga yang mendapatkan konseling (suami, istri, anak, cucu

dan lain-lain)

- Keluarga dekat dengan salah satu anggota keluarga menderita

Diabetes Mellitus

Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini:

- Keluarga tidak bersedia untuk diteliti

- Keluarga yang tidak mendapatkan konseling

- Keluarga yang tidak dengan salah satu anggota keluarga

menderita daibetes mellitus

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sampel (Chandra, 1995: 41).

Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang

dimiliki peneliti, sehingga tidak memungkinkan mengambil semua

44

Page 45: Skripsi Ok Baru

populasi. Oleh karena itu kami mengambil sampel yang kami anggap

representatif, 30 keluarga dengan salah satu anggota keluarga

menderita Diabetes Mellitus

Penelitian ini menggunakan ”purposive sampling”. Pada

sampling ini dipilih keluarga yang memenuhi kriteria dan dapat

mewakili karakteristik populasi yaitu keluarga dengan salah satu

anggota keluarga menderita Diabetes Mellitus. (Nursalam,2003 : 98).

D. Pengumpulan Dan Pengolahan Data

1. Instrumen

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kuesioner pada

keluarga yang akan diteliti, Semua pertanyaan berjumlah 24.

2. Tempat

Tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara yang menempati seluruh ruang perawatan di

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 – 31 Agustus 2010

4. Prosedur

Responden (keluarga) yang diintervensi untuk diberikan

konseling keluarga, sebelumnya dilakukan kunjungan untuk observasi

langsung dengan perkenalan, penyampaian maksud dan tujuan.

Kemudian diberikan pretest. Setelah itu baru diberikan konseling peran

45

Page 46: Skripsi Ok Baru

keluarga terhadap pengelolaan anggota keluarga dengan DM. Setelah

3 – 4 minggu responden (keluarga) di observasi dan diberikan post

test.

5. Cara analisis data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi kode sesuai

kriteria yang ditentukan, didistribusikan dan dianalisa secara

kwantitatif. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas, yaitu konseling keluarga dengan variabel terikat, yaitu

peran keluarga penderita DM. Pada penelitian ini, variabel bebas

menggunakan skala kategorik dan variabel terikat menggunakan skala

numerik maka uji statistik yang digunakan adalah paired t-test dengan

program SPSS yang digunakan untuk mengetahui peningkatan skor

peran keluarga DM dengan tingkat kemaknaan p < 0.05, dan

confidence interval (CI) 95%.

Dengan rumus paired t-test:

E. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi

dari Prodi Keperawatan Mandala Waluya Stikes Mandala Waluya dan

permintaan ijin ke kepala RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dan kepala

wilayah Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara.

46

Page 47: Skripsi Ok Baru

Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

Jika keluarga bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, jika keluarga menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan keluarga, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberikan nomer kode pada masing – masing lembar

tersebut.

3. Confidentiallity ( kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi keluarga dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset.

F. Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Burns & Grove, 1991, 121). Dalam penelitian ini, keterbatasan yang

dihadapi peneliti adalah:

47

Page 48: Skripsi Ok Baru

1. Sampel yang digunakan terbatas pada keluarga dengan

anggota keluarga menderita dibetes mellitus di wilayah kerja Rumah

Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara saja, sehingga kurang

representatif untuk mewakili keluarga dengan anggota keluarga

menderita Diabetes Mellitus yang ada di wilayah lain.

2. Instrumen pengumpulan data dirancang oleh peneliti sendiri

tanpa melakukan uji coba, oleh karena itu validitas dan realibilitasnya

masih perlu diuji coba.

3. Penelitian ini hanya dilakukan selama satu bulan dengan

pelaksanaan hari pertama datang memberikan pretest dan konseling

kemudian datang lagi hari ketiga puluh untuk memberikan post test,

sehingga kurang dapat menggambarkan pengaruh konseling keluarga

terhadap peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan

Diabetes Mellitus.

48

Page 49: Skripsi Ok Baru

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di ibu

Kota Provinsi yaitu Kota Kendari tepatnya di jalan Dr. Ratulangi No.

151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga.

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas

tanah seluas 37,020 m2. Luas seluruh bangunan adalah 11.313,66

m2. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan

kendaraan umum dengan batas wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jalan Dr. Ratulangi

Sebelah Timur : Jalan La Redo

Sebelah Selatan : Jalan Bunga Kamboja

Sebelah Barat : Jalan Saranani

2. Status

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan

klasifikasi type B non pendidikan berdasarkan SK Menkes No.

1482/Menkes/SK/XII/1998 dan ditetapkan dengan Perda No. 3 tahun

1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi

49

Page 50: Skripsi Ok Baru

Sulawesi Tenggara dan secara teknis fungsional berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah

terakriditasi untuk 5 pelayanan yaitu: Administrasi Manajemen,

Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan

dan Rekam Medis.

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

mengacu pada Perda No. 3 tahun 1999 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja RSU Provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang

dilaksanakan secara teratur, terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta upaya rujukan untuk penyelenggaraan tugas pokok

tersebut. RSU Provinsi Sultra mempunyai fungsi antara lain :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik.

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik.

c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan

keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan.

f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

50

Page 51: Skripsi Ok Baru

4. Jumlah Ketenagaan

Untuk tenaga kesehatan dari 14 ruangan berjumlah 282 Orang

yang terdiri dari tenaga Perawat, Kesehatan Masyarakat, Bidan, Gizi,

Analisis Kesehatan, SMA dan tenaga Kontrak. Sementara pada bulan

Juli 2009 sesuai SK Direktur RSU Sultra No 750/1.3/ST/RSU/VII/2009

tentang penugasan CPNS tenaga baru keperawatan di RSU Sultra

berjumlah 39 Orang sehingga total secara keseluruhan untuk tenaga

kesehatan (Non Struktural) berjumlah 39 + 282 = 321 Orang. Untuk

jumlah perawat pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data Jumlah Perawat di Ruang Perawatan RSU Prov. Sultra

Menurut Tingkat Pendidikan Januari Tahun 2010.

No. Nama Ruangan Tingkat Pendidikan Jumlah

SPK D III S1

1. Anggrek 3 11 1 15

2. Mawar 6 14 2 22

3. Asoka 2 11 1 14

4. Seruni 3 13 1 17

5. Delima 0 1 0 1

6. Bayi 2 5 0 7

7. Melati 5 13 0 18

8. Tulip 4 11 1 16

9. Teratai 7 17 1 25

10. ICU 4 13 0 17

11. IGD 6 22 1 29

12. OK (Kamar Operasi) 5 15 0 20

13. Anastesi 0 0 0 0

14. Poliklinik 10 22 0 22

Jumlah 57 168 8 223

51

Page 52: Skripsi Ok Baru

Sumber: Data Sekunder

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit

Umum Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :

a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan.

1. Poliklinik Penyakit Dalam.

2. Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

3. Poliklinik Penyakit Paru.

4. Poliklinik Kesehatan Anak.

5. Poliklinik Bedah.

6. Poliklinik THT.

7. Poliklinik Mata.

8. Poliklinik Kulit dan Kelamin.

9. Poliklinik Neurologi.

10. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

11. Poliklinik Gizi.

12. Poliklinik Gigi.

13. Poliklinik Rehabilitasi Medik.

14. Poliklinik Akupuntur.

15. Instalasi Gawat Darurat.

b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap.

1. Penyakit Dalam.

52

Page 53: Skripsi Ok Baru

2. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

3. Penyakit Paru.

4. Kesehatan Anak.

5. Bedah.

6. THT.

7. Mata.

8. Kulit dan Kelamin.

9. Gigi dan Mulut.

10.Neurologi.

11.Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

12.Perawatan Intensif.

13.Perawatan Bayi/Perinatologi.

c. Pelayanan Penunjang Medik.

1. Patologi Klinik.

2. Patologi Anatomi.

3. Radiologi.

4. Farmasi/Apotik.

d. Pelayanan lain.

1. Binatu.

2. Ambulans.

3. Perawatan dan Pengantaran Jenazah.

53

Page 54: Skripsi Ok Baru

6. Fasilitas Tempat Tidur.

Berdasarkan hasil Sensus Harian Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tanggal 31 Desember 2006 jumlah tempat tidur

adalah 214 tempat tidur.

7. Pola Penyakit

Tabel 2. 10 penyakit terbesar untuk pasien rawat inap di RSU Propinsi

Sulta

No Pola Penyakit Jumlah Pasien %

1 Katarak & gangguan 448 7,84

  lain lensa    

2 Gangguan refraksi & 398 6,97

  Akomodasi    

3 Hipertensi Esensial (primer) 293 5,13

4 TB Paru lainnya 258 4,52

5 Sindrom paralitik lainnya 216 3,78

6 Ddorsopati lainnya 193 3,38

7 Konjungtivitis & gangguan 179 3,13

  lain konjungtiva    

8 Artropati & arbitis 161 2,82

9 Dispepsia 123 2,15

10 Hiperplasia Prostat 107 1,87

11 penyakit lain 3337 58,41

  Jumlah 5,713 100

Sumber : Data Sekunder

54

Page 55: Skripsi Ok Baru

Tabel 3. 10 Penyakit Terbesar untuk Pasien Rawat Jalan

No Pola Penyakit Jumlah Pasien %

1 Cedera lainnya 4636 5,55

2 ISPA 3634 4,35

3 Gangguan refraksi & 2990 3,58

  akomodasi    

4 Migren & sindrom nyeri 2542 3,04

kepala lainnya

5 Dispepsia 2536 3,03

6 Diare & gastroenteritis oleh 1883 2,25

penyebab infeksi tertentu

(kolitis infeksi)

7 Penyakit kulit & jaringan 1736 2,07

Sub kutan lainnya

8 TB paru lainnya 1661 1,98

9 Hipertensi Esensial (primer) 1421 1,7

10 Dorsopati lainnya 1335 27,55

11 Penyakit lain 59139 44,9

  Jumlah 83.513 100Sumber : Data Sekunder

B. Hasil Penelitian

Keberhasilan kegiatan konseling dapat dilihat melalui jumlah skor

atau nilai pre dan post test. Pre test adalah tes yang diberikan kepada

55

Page 56: Skripsi Ok Baru

responden sebelum diberikan konseling. Post test adalah tes yang

diberikan kepada responden setelah menerima konseling.

Tabel 4. Hasil Pretest Pada Keluarga Penderita DM di RSU Propinsi

Sulawesi Tenggara

Peran keluarga penderita DM

Min Max Mean (SD)

9 20 12,6 3,1

Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil pre test diperoleh nilai

minimun dari 30 responden adalah 9 dan nilai maximum adalah 20. Hasil

perhitungan mean pretest sebesar 12,6 dengan standar deviasi (SD)

sebesar 3,1.

Tabel 5. Hasil Posttest Pada Keluarga Penderita DM di RSU Propinsi

Sulawesi Tenggara

Peran keluarga penderita DM

Min Max Mean (SD)

9 24 15,7 3,9

Untuk hasil post test setelah pemberian konseling mengenai

Pengawasan makan, latihan jasmani, pemeliharaan kaki dan pemberian

obat diperolah skor peran keluarga nilai minimun 9 sedangkan nilai

maximum meningkat menjadi 24. Hasil perhitungan nilai mean diperoleh

sebesar 15,7 dengan standar deviasi 3,9.

Tabel 6. Hasil analisis pretest dan posttest dengan menggunakan uji

paired t test

56

Page 57: Skripsi Ok Baru

Peran keluarga penderita DM

t p value

3,1 (1,9-4,2) 5,7 0,000*

Ket: * t-test

Sumber: Data primer 2010

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan rata-rata skor peran keluarga antara pretest dan posttest

setelah pemberian konseling. Peningkatan skor mean pada peran

keluarga DM sebesar 3,1 dengan confident interval (CI) 95% berada pada

1,9 – 4,2 yang berarti secara statistik bermakna yakni ada hubungan yang

signifikan antara konseling dengan peran keluarga. Nilai p: 0,000 ini

menunjukkan bahwa skor peran keluarga antara nilai pretest dan postest

terdapat peningkatan yang bermakna atau signifikan secara praktis.

Kegiatan konseling dapat meningkatkan peran keluarga DM, hal ini

terlihat dari nilai rata-rata yang mereka peroleh pada saat pre test dan

post test. Nilai rata-rata pada saat post test lebih tinggi daripada nilai pre

test. Dapat disimpulkan bahwa konseling dapat meningkatkan peran

keluarga penderita DM.

57

Page 58: Skripsi Ok Baru

Gambar 2. Grafik Peningkatan Skor Mean Pretest dan Posttest

C. Pembahasan

Penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian konseling

keluarga terhadap peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

dengan Diabetes Mellitus. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan

melihat hasil evaluasi sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan

(posttest). Seperti yang dinyatakan oleh Wilkes (1999), evaluasi intervensi

pendidikan kesehatan reproduksi berorientasi melalui tes sebelum dan

setelah perlakuan, sedangkan yang berorientasi program adalah dengan

membandingkan hasil program sebelum dan setelah peserta diberi

perlakuan. Pengukuran dengan cara ini diperlukan untuk melihat

seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap peran keluarga dalam

pengelolaan anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus. Pre-test

digunakan untuk melihat besar nilai dasar peran keluarga dalam

pengelolaan anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus responden

58

Ket : 1. Pretest

2. Posttest

Page 59: Skripsi Ok Baru

sebelum diberi perlakuan, sedangkan posttest digunakan untuk melihat

seberapa besar responden dapat menyerap materi yang diberikan pada

saat perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada penelitian ini hasil

perhitungan dengan uji paired t-test dalam penelitian ini hasil posttest

menunjukkan bahwa pemberian konseling pada keluarga memberikan

kontribusi peningkatan skor peran keluarga yang signifikan. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa metode konseling tersebut dapat meningkatkan

skor peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga yang

mengalami DM. Dengan adanya peningkatan peran ini berarti bahwa

responden memahami materi dan mampu menyerap materi yang

diberikan pada saat perlakuan. Notoatmojo (2005) juga menyatakan

bahwa pengetahuan yang terukur pada masa ini telah tersimpan dalam

memori jangka panjang subjek. Selang waktu 15 sampai 30 hari adalah

cukup untuk memenuhi persyaratan. Apabila selang waktu terlalu pendek,

kemungkinan responden masih ingat pertanyaan-pertanyaan pada tes

pertama, sedangkan bila selang waktu terlalu lama, kemungkinan pada

responden telah terjadi perubahan dalam variabel yang akan diukur.

Pada metode konseling ini responden lebih banyak mendengarkan

yang disampaikan oleh peneliti . Walaupun responden diberi kesempatan

untuk bertanya, tetapi hal tersebut terbatas karena adanya waktu yang

terbatas. Di sini peran fasilitator lebih dominan. Hasil penelitian ini sesuai

59

Page 60: Skripsi Ok Baru

dengan pendapat Notoatmodjo (2005) yang mengatakan bahwa belajar

adalah proses kerja sama dan kolaborasi. Kerja sama akan memperkuat

proses belajar. Kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, di samping

memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan

pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu. Implikasi prinsip ini di

dalam pendidikan kesehatan adalah dengan pembentukan kelompok dan

diskusi kelompok akan sangat mempermudah proses belajar. Situasi

proses belajar yang menguntungkan, mempunyai ciri-ciri komunikasi yang

bebas dan terbuka, konfrontasi penerimaan, respek, diakuinya hak untuk

salah, kerja sama kolaborasi, saling mengevaluasi, keterlibatan tiap

individu, aktif, kepercayaan, dan sebagainya. Selain itu, dalam buku

Emilia (2008) metode diskusi sering dianggap lebih unggul dibandingkan

dengan metode ceramah untuk audiens yang homogen dan memiliki

tujuan sama. Hal ini dikarenakan adanya perasaan identitas yang sama,

sebagai kelompok yang mengalami masalah sama, risiko sama, sehingga

muncul saling tukar pikiran dan pendapat di antara mereka tanpa adanya

unsur pengganggu dari kelompok mereka.

Peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM

Sebelum dan sesudah dilakukan konseling kemudian dilakukan uji

paired t- test diperoleh hasil yang signifikan yang berarti ada pengaruh

antara konseling keluarga dengan peran keluarga dalam pengelolan

anggota keluarga dengan DM. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

60

Page 61: Skripsi Ok Baru

antara konseling keluarga dengan peran keluarga dalam pengelolaan

anggota keluarga dengan DM yang ditunjukkan adanya perubahan ke

arah yang lebih baik. Untuk dapat berhasil mengelola pasien dengan baik

diperlukan Pengawasan yang matang berupa tujuan jangka pendek,

tujuan jangka panjang, tindakan dan kegiatan yang dilakukan,

pemeriksaan berkala, serta penyuluhan.

Menurut Latipun (2001) konseling keluarga merupakan bagian

penting dalam memperoleh perubahan perilaku yang langgeng karena

pada konseling keluarga, memandang bahwa keluarga tidak hanya dilihat

sebagai faktor yang menimbulkan masalah, dimana keluarga menjadi

bagian yang perlu dilibatkan dalam penyelesaian masalah, dimana

keluarga dan anggota yang lain merupakan suatu sistem yang saling

mempengaruhi sehingga untuk mengubah masalah yang dialami anggota

keluarga diperlukan perubahan dalam sistem keluarga lainnya dan

permasalah yang akan dialami seorang anggota keluarga akan lebih

efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain. Konseling ini

akan memperoleh hasil yang baik apabila dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan, sehingga diharapkan konseling keluarga tentang

pengelolaan anggota keluarga dengan DM yang diberikan pada keluarga

dengan salah satu anggota keluarga menderita DM akan dapat

meningkatkan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga yang

menderita DM secara optimal.

61

Page 62: Skripsi Ok Baru

Pengaruh konseling terhadap perbaikan peran keluarga dalam

pengelolaan anggota keluarga dengan DM

Konseling keluarga secara signifikan memberikan perubahan ke

arah yang lebih baik terhadap perbaikan peran keluarga dalam

pengelolaan anggota keluarga dengan DM yang ditunjukkan dari pre test

dan post test yang kemudian dilakukan uji dengan uji paired t-test

terhadap semua komponen pengelolaan anggota keluarga dengan DM.

Berdasarkan hasil penelitian keluarga sebagai sistem pendukung utama

yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan baik sehat

maupun sakit terhadap anggota keluarga yang lainnya mengacu pada

konsep tersebut, bila kita kaitkan dengan berbagai alasan

ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga, maka

perawat bertugas membantu keluarga dalam melakukan tugas keluarga

dalam memahami kebutuhan kesehatan anggotanya.

Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah adalah

dapat mencegah (pencegahan primer), menanggulangi (pencegahan

sekunder) dan memulihkan (pencegahan tersier) untuk dapat

menjalankan peran tersebut, maka keluarga perlu mendapat konseling

agar peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan

Diabetus Mellitus bisa optimal.

Menurut Latipun (2001) keberhasilan konseling pada

pelaksanaannya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

62

Page 63: Skripsi Ok Baru

yang berhubungan dengan karakteristik subyek. Karakteristik tersebut

adalah tingkat pendidikan dimana pendidikan seseorang mempengaruhi

cara pandang terhadap diri dan lingkungannya sehingga akan berbeda

cara menyikapi proses berlangsungnya konseling pada orang yang

berpendidikan tinggi dan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan

responden yang sebagian besar adalah Perguruan tinggi dan tingkat SMA

sehingga tingkat pemahaman keluarga relatif cukup baik. Dengan

demikikian keluarga cepat memahami penjelasan yang dijelaskan oleh

peneliti (sebagai konselor) pada pelaksanaan konseling. Hal ini

mendukung terjadinya perubahan peran dalam pengelolaan anggota

keluarga dengan DM ke arah yang lebih baik. Materi dan pelaksanaan

konseling yang dilakukan oleh peneliti dipersiapkan dengan baik sesuai

dengan kriteria pelaksanaan konseling keluarga, dimana hal ini

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling

yang berhubungan dengan konselor dan proses konseling.

Selain tingkat pendidikan tingkat pengetahuan juga mempunyai

kontribusi dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM dimana orang

yang berpengetahuan luas atau mempunyai informasi lebih banyak

tentang pengelolaan DM maka ia akan mempunyai atau dapat berperan

dalam keluarga. Peran tersebut akan menjadi langgeng apabila didasari

oleh suatu pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (1997) Pengetahuan

adalah hasil ”tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

63

Page 64: Skripsi Ok Baru

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan pada suatu keluarga, karena

dari pengalaman dan penelitian, prilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Konseling keluarga merupakan salah satu penginderaan yang bisa

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Latipun (2001)

konseling keluarga merupakan bagian penting dalam memperoleh

perubahan perilaku yang langgeng karena pada konseling keluarga,

memandang bahwa keluarga tidak hanya dilihat sebagai faktor yang

menimbulkan masalah, dimana keluarga menjadi bagian yang perlu

dilibatkan dalam penyelesaian masalah, dimana keluarga dan anggota

yang lain merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi sehingga

untuk mengubah masalah yang dialami anggota keluarga diperlukan

perubahan dalam sistem keluarga lainnya dan permasalah yang akan

dialami seorang anggota keluarga akan lebih efektif diatasi jika melibatkan

anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan data, ulasan teori di atas perlu kiranya diberikan

konseling secara berkala dan berkesinambungan pada keluarga dengan

anggota keluarga menderita DM sebab kecukupan informasi yang dimiliki

oleh keluarga akan meningkatkan pengetahuan keluarga dimana hal ini

akan menimbulkan kesadaran serta sikap yang positif dari anggota

64

Page 65: Skripsi Ok Baru

keluarga yang lain dan dapat meningkatkan peran keluarga dalam

pengelolaan anggota keluarga dengan DM.

65

Page 66: Skripsi Ok Baru

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh konseling keluarga

terhadap perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga

yang menderita Diabetes Mellitus dapat disimpulkan sebagai berikut :

Ada pengaruh pemberian konseling terhadap perbaikan peran keluarga

dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM di RSU Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2010

B. Saran

1. Diharapkan Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Kepala Bidang Keperawatan, agar

menegaskan kepada perawat untuk kemudian menerapkan pemberian

konseling keperawatan yang sesuai dengan standar dan kode etik

keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Sultra

tersebut.

2. Diharapkan bagi perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Provinsi Sulawesi Tenggara, agar mempunyai kesadaran,

kemauan, pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan serta

meningkatkan pemberian konseling keperawatan yang sesuai dengan

66

Page 67: Skripsi Ok Baru

standar dan kode etik keperawatan sehingga waktu rawat inap pasien

dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

3. Perlunya kehadiran supervisi sebagai petugas yang memantau

perawat dalam melaksanakan tugas harian, khususnya terhadap para

perawat maupun mahasiswa keperawatan PKL dalam melaksanakan

proses konseling keperawatan, agar tercipta mutu pelayanan

keperawatan yang ideal di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Provinsi Sulawesi Tenggara.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang

dapat menyebabkan peningkatan peran keluarga pada pasien DM di

ruang Rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara.

67