SKRIPSI - mvdw.org · ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK...
Transcript of SKRIPSI - mvdw.org · ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK...
ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL
TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK PENJUALAN;
STUDI PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH NTB PERIODE 2007-2009
SKRIPSI
Diajukan sebagai bagian dari syarat-syarat untuk mencapai
kebulatan studi program strata satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram
Oleh :
EBEN EZER M. TAMPUBOLON
NIM. A1B1 06095
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2011
Judul Skripsi : ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL
TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK
PENJUALAN; STUDI PADA PT PLN (PERSERO)
WILAYAH NTB PERIODE 2007-2009
Nama Mahasiswa : EBEN EZER M. TAMPUBOLON
Nomor Mahasiswa : A1B1 06095
Jurusan : MANAJEMEN KEUANGAN
Skripsi ini telah diterima sebagai suatu kebulatan studi
Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram
Mataram, Pebruari 2011
Dekan, Ketua Program
Prof. Drs. H. Thatok Asmony, MBA, DBA Drs. Surati, M.Si
NIP: 19600617 1989031 1 001 NIP : 19621231 199001 1 001
Judul Skripsi : ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL
TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK
PENJUALAN; STUDI PADA PT PLN (PERSERO)
WILAYAH NTB PERIODE 2007-2009
Nama Mahasiswa : EBEN EZER M. TAMPUBOLON
Nomor Mahasiswa : A1B1 06095
Jurusan : MANAJEMEN KEUANGAN
Menyetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Drs. Sarifudin Serip, MM Embun Suryani, SE., M.Si
NIP: 19611117 198903 1 004 NIP: 1974 1203 2000032 001
Tanggal Lulus : 16 Pebruari 2011
Judul Skripsi : ANALISIS KESESUAIAN TARIF AKTUAL
TERHADAP TARIF ATAS DASAR HARGA POKOK
PENJUALAN; STUDI PADA PT PLN (PERSERO)
WILAYAH NTB PERIODE 2007-2009
Nama Mahasiswa : EBEN EZER M. TAMPUBOLON
Nomor Mahasiswa : A1B1 06095
Jurusan : MANAJEMEN KEUANGAN
Naskah Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang ujian
Tanggal 16 Pebruari 2011
Tim Penguji :
1. Drs. Sarifudin Serip, MM Ketua :...............
NIP : 19611117 198903 1 004
2. Embun Suryani, SE., M.Si Anggota I :...............
NIP: 19741203 200003 2 001
3. Lalu Muhammad Furkan, SE., MM Anggota II :...............
NIP: 19781022 200604 1 001
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………...………….. vii
ABSTRAK………………………………………………………………… viii
ABSTRACT……………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………….....…….…........................… 1
1.2. Identifikasi Masalah.………..…………............……...… 7
1.3. Pokok Permasalahan...........….....…...……..…………... 8
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu............................................................ 10
2.2. Landasan Teori.....................................................................13
2.2.1.Tarif Listrik PT. PLN (Persero).................................. 13
2.2.2.Metode Penentuan Harga........................................ 15
2.2.3.Tujuan Penetapan Harga....................…………......... 20
2.2.4.Harga Pokok Penjualan .........…………................... 21
2.3. Kerangka Konseptual........................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian................................................................... 26
3.2. Lokasi Penelitian.............................................................. 26
3.3. Metode Pengumpulan Data....……................…...……... 27
iii
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data...............…...……... 27
3.5. Jenis dan Sumber Data....……................…...…….......... 28
3.6. Identifikasi Variabel...............…..........................…….... 28
3.7. Defenisi Operasional Variabel...............…...……............ 29
3.8. Prosedur Analisis Data..................................…...……... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi PT. PLN Persero NTB.....................................… 32
4.2. Komponen Biaya Pembentukan Harga Pokok Penjualan
Pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB....................…...... 39
4.3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB................................................................... 55
4.4. Penentuan Varians Harga Jual dan Harga Pokok
Penjualan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB........... 58
4.5. Interpretasi..................................…................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……………………............................….….... 62
5.2. Saran……………………….………….……….………… 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Kerugian PT PLN (Persero) Wilayah NTB
pada Periode 2004-2008……………………….………….……... 5
Tabel 2. Jumlah Daya Tersambung pada PT PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2004-2008……………………….………….……............... 5
Tabel 3. Golongan Tarif Listrik Tahun 2008……………............................. 14
Tabel 4. Jumlah Pelanggan dan Pembangkit pada PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Tahun 2008……………………….………….……. 34
Tabel 5. Jumlah Daya Terpasang dan Daya Mampu Setiap Cabang pada
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2008. …………………... 38
Tabel 6. Kuantitas dan Nilai Biaya Bahan Bakar pada PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Tahun 2007-2009……………………….………….. 39
Tabel 7. Biaya Gaji Pegawai PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-
2009……………………….………….……..................................... 42
Tabel 8. Biaya Administrasi pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2007-2009……………………….…...................................... 44
Tabel 9. Biaya Pemeliharaan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2007-2009. ……………………….………….……............... 47
Tabel 10. Biaya Penyusutan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2007-2009. ……………………….……............................... 50
Tabel 11. Rincian Nilai Aktiva Tetap PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2007-2009……………………….………............................. 52
Tabel 12. Biaya Lainnya pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2007-2009. ……………………….………….……............... 54
v
Tabel 13. Biaya Produksi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Periode
2007-2009……………………….………….……............................. 55
Tabel 14. Biaya Produksi Per KWH pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Periode 2007-2009……………………….………….……................ 56
Tabel 15. Proporsi Biaya Produksi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Periode
2007-2009……………………….………….……........................... 57
Tabel 16. Varians Harga Jual dengan Harga Pokok Produksi per KWH pada
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009…………….... 59
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB......... 36
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Data Tahunan Rincian Aktiva tetap Per Fungsi, Ikthisar Beban Usaha,
Pemakaian Bahan Bakar dan Minyak Pelumas PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun
2007 s.d 2009
viii
ABSTRAK
Perusahaan listrik negara merupakan salah satu perusahaan milik negara yang
bekerja pada sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang jasa (pasal 2 ayat 1 huruf c UU Nomor 19
Tahun 2003). PT PLN (Persero) memproduksi tenaga listrik setiap tahunnya
mengupayakan efisiensi dengan memproduksi produk dengan biaya yang lebih rendah.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis harga pokok
produksi per KWH listrik yang dihasilkan oleh PT PLN (Persero) sebagai batas
terendah dalam penetapan harga jual dan varians harga aktual dengan harga atas dasar
harga pokok produksi, dengan periode waktu tahun 2007 sampai tahun 2009.
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan metode pengumpulan data studi kasus.
Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan dokumentasi. Jenis Data yang
dibutuhkan adalah data kuantitatif sedangkan sumber datanya adalah data primer
dimana seluruhnya bersumber dari PT PLN (Persero) Wilayah NTB baik sifatnya telah
dipublikasikan atau peroleh langsung melalui wawancara.
Hasil analisa deskriptif diketahui bahwa berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan dengan melakukan akumulasi seluruh biaya produksi yang dikeluarkan PT
PLN (Persero) Wilayah NTB diperoleh rata-rata harga pokok produksi per KWH
periode 2007 – 2009 sebesar Rp. 2.465,85, sedangkan rata-rata harga jual per KWH
periode 2007 – 2009 yang ditetapkan sangat rendah yaitu sebesar Rp. 641,61. Tarif
yang ditentukan oleh PT PLN (Persero) Wilayah NTB mempunyai varians negatif yang
tinggi dengan HPP per KWH. hal ini dapat dilihat dari proporsi tarif dengan HPP per
KWH tidak lebih dari 30 % (tepatnya pada periode 2007-2009 sebesar 26,83%), berarti
setiap KWH terdapat kandungan kerugian lebih dari 70 %.
Saran dalam penelitian ini adalah agar manajemen PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB perlu melakukan upaya secara terus menerus untuk melakukan efisiensi
sangat diperlukan, terutama pada pengurangan biaya bahan bakar dengan cara mencari
alternatif bahan bakar, termasuk melakukan investasi pada mesin yang beralih
menggunakan bahan bakar yang lebih murah. Efisiensi dapat juga dilakukan dengan
menerapkan manajemen keuangan berupa penghapusan aktiva tetap yang tidak
digunakan, sehingga dapat dikurangi biaya pemeliharaan dan pembebanan biaya
penyusutan. Efisiensi dapat juga dilakukan dengan cara melakukan efisiensi pada
ketenagakerjaan, sehingga gaji dan pengeluaran lainnya dapat diminimalkan.
ix
ABSTRACT
State electricity company is one of the state-owned company that works on sectors
that are fundamental for the lot and provide services to the public in the field of services
(Article 2 paragraph 1 letter c Act No. 19 of 2003). PT PLN (Persero) producing
electricity every year to seek efficiency by producing products with lower costs.
The object of this study is to investigate and analyze the cost of production per
KWH of electricity generated by PT PLN (Persero) as the lowest limit in determining
the selling price and the actual price with the price variance on the basis of cost of
production, within the time period from 2007 to 2009.
This is a descriptive research using case study method as the method of collecting
the data. The techniques of data collection conducted are interviews and documentation.
The type of data needed is quantitative, sourced from PT PLN (Persero) Region NTB as
primary data, of which have been published or obtained directly through interviews.
From the descriptive analysis applied, based on the calculations performed by the
accumulation of all production costs incurred by PT PLN (Persero) Region NTB, it is
found that the average production cost per KWH period from 2007 to 2009 is Rp.
2465.85, while the average selling price per KWH period from 2007 to 2009 is set low,
Rp. 641.61. Rates determined by PT PLN (Persero) Region NTB has a high negative
variance with HPP per KWH. This can be viewed from the proportion of HPP per KWH
rate with no more than 30% (26.83% for exact), which means any KWH contained
contributes more than 70% loss.
Suggestions in this study is that the management of PT. PLN (Persero) Region
NTB needs to make continuous efforts to make efficiency is needed, particularly on
reducing fuel costs by finding alternative fuels, including investing in machines that
switched to using the cheaper fuel. Efficiency can also be done by implementing the
financial management of the elimination of fixed assets that are not used, so it can be
reduced maintenance costs and depreciation expense charges. Efficiency can also be
done by pursuing efficiency in labor, so that salaries and other expenditures can be
minimized.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep efisiensi dan efektivitas telah menjadi bagian setiap organisasi, karena
akan dapat mencapai tujuan organisasi yang lebih baik dan sisi lain memperhatikan
rendah biaya (cost less). Organisasi akan selalu berupaya dalam memberikan
perbaikan pada setiap aspek, baik aspek produksi, keuangan ataupun aspek lainnya.
Organisasi tersebut dalam berbagai bidang usaha dan badan hukum, termasuk
organisasi publik ataupun perusahaan milik negara (BUMN) yang bekerja pada sektor
yang menguasai hajat hidup orang banyak (pasal 2 ayat 1 huruf c UU RI No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN).
Dalam pengelolaannya, BUMN juga perlu menerapkan kerja yang efektif dan
efisien pada setiap fungsinya, karena tujuan pembentukannya juga untuk
menghasilkan aliran kas positif pada negara (APBN). Adapun jika BUMN tersebut
mengalami kerugian, maka diupayakan kerugian yang dimiliki mengalami penurunan
sejalan dengan waktu, sehingga subsidi negara menurun. Berikut peran BUMN sesuai
dengan pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 secara rinci :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. Mengejar keuntungan;
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak;
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
2
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Berdasarkan peran dari BUMN di atas, maka pengelolaan bisnis yang
berlandaskan pada upaya untuk meningkatkan aliran kas masuk dan meminimalkan
kas keluar menjadi sangat perlu diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan peran
sosialnya. Untuk itu, kegiatan efisiensi dalam produksi dan kegiatan lainnya sangat
perlu dilakukan, karena secara otomatis dengan semakin baiknya pelaksanaan
kegiatan tersebut akan memberikan pelayanan yang lebih berkualitas pada
masyarakat.
Perlu juga diperhatikan bahwa dalam undang-undang tersebut memberikan
penegasan sebagai perintis dalam pelaksanaan kegiatan yang belum dapat dilakukan
oleh pihak swasta dan koperasi. Pada kondisi yang demikian, berarti ada dua
pemikiran bahwa BUMN muncul sebagai perintis, karena mempunyai kemampuan
kerja yang tinggi atau adanya konsep subsidi dari negara yang dapat memberikan
jaminan bahwa proses kerja BUMN akan dapat terus berjalan dengan baik, sehingga
pelayanan yang diberikan pada masyarakat semakin berkualitas. Satu sisi, manajemen
BUMN dalam menyikapi fungsi tersebut, secara internal sangat perlu untuk selalu
melakukan perbaikan, baik pada fungsi produksi dan fungsi lainnya.
Kegiatan produksi akan dapat dinyatakan berjalan dengan lebih efisien dan
efektif, jika berjalan dengan waktu mampu memproduksi produk dengan biaya yang
lebih rendah. Biaya untuk memproduksi produk dikenal dengan harga pokok
produksi, terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
3
(Hanafi dan Halim, 2003:99). Produk yang dihasilkan tentunya memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Harga pokok produksi tersebut dengan memperhatikan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan produk dengan harga pokok penjualan per unit yang
lebih rendah, bukan dengan memperhatikan nilai totalnya. Untuk perusahaan jasa,
berhubungan dengan harga pokok penjualan untuk setiap jasa yang diterima oleh
konsumen. Misalnya untuk jasa perbaikan dapat dilihat dari jam kerja dan sejenisnya,
karena semakin rendah jam kerjanya yang digunakan akan merekapitulasi berbagai
biaya produksi yang lebih rendah.
Kemampuan dalam menekan biaya produksi akan mengarah pada banyak
aspek, di antaranya adalah kemampuan menetapkan harga bersaing atau dapat
diperoleh laba sesuai dengan perencanaan. Laba yang meningkat dapat digunakan
untuk investasi kembali, sehingga selalu terjadi perbaikan internal organisasi.
Berbeda dengan organisasi yang selalu mengalami peningkatan harga pokok
penjualan, kemampuannya dalam menetapkan harga lebih rendah dari pesaing,
bahkan nilai penjualan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya produksinya.
Cravens (1996:53) menyatakan bahwa biaya produksi dan distribusi suatu
produk menetapkan batas bawah pada keputusan penetapan harga. Harga yang akan
ditetapkan tergantung pada keputusan nilai laba yang diperoleh atau dikenal dengan
nilai mark up yang akan ditentukan. Konsep perolehan laba yang terlalu besar dapat
saja mendapatkan kritik dari masyarakat, jika produk tersebut mempunyai sifat sosial.
Misalnya kasus pada Burroughs-Wellcome yang menghasilkan produk obat AZT
4
untuk para penderita AIDS (memperpanjang umur penderita AIDS). Harga yang
ditetapkan sebesar $8.000, sehingga diestimasikan penjualan setiap tahun sebesar $1
miliar pada tahun 1992. keuntungan yang diperoleh cukup tinggi yang dibagikan pada
pemegang saham, di mana salah satu pemegang saham atau pemilik perusahaan
adalah organisasi sosial. Kritikan atas harga tersebut menyebabkan terjadinya
pemotongan harga sebesar 20 persen pada periode selanjutnya.
Perusahaan yang mempunyai hak monopoli atau produk yang telah ditetapkan
harganya atas dasar keputusan pemerintah, karena menguasai hajat hidup orang
banyak juga perlu berproduksi dengan harga pokok penjualan yang lebih rendah.
Kemampuan dalam memperoleh aliran kas masuk yang lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan dapat dijadikan sebagai pembiayaan untuk melakukan
perbaikan atau peningkatan kualitas pelayanan.
Perusahaan milik negara dengan badan hukum persero yang masih terus
mengupayakan efisiensi dalam berproduksi adalah PT. PLN (Persero) di seluruh
wilayah pelayanan di Indonesia. Diindikasikan PT. PLN (Persero) menderita
kerugian, yang menunjukkan bahwa nilai penjualan yang diperoleh jauh lebih rendah
dari harga pokok penjualannya. Perusahaan ini dapat bertahan, karena mendapatkan
subsidi yang terus menerus dari pemerintah. Salah satu cabang wilayah yang selalu
menderita kerugian adalah Cabang Nusa Tenggara Barat. Informasi kerugian PT PLN
(Persero) Wilayah NTB ditampilkan pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Perkembangan Kerugian PT PLN (Persero) Wilayah NTB pada Periode
2004-2008
Tahun Rugi Bersih (Rp) Perkembangan (%)
2004 184.560.891.666
2005 308.936.305.409 67,39
2006 613.468.770.211 98,57
2007 1.106.993.011.694 80,45
2008 721.480.233.698 -34,83
Rata-rata 587.087.842.536 52,90
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa PT PLN (Persero) Wilayah
NTB memperoleh kerugian rata-rata per tahun sebesar Rp.587.087.842.536 dengan
kecenderungan peningkatan sebesar 52,90 persen. Peningkatan ini menunjukkan
terjadinya peningkatan biaya produksi yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan penjualan. Dapat dinyatakan bahwa semakin besar produksi yang
dilakukan ternyata menghasilkan nilai tambah yang lebih rendah dari peningkatan
biaya. Dinyatakan demikian, karena jumlah pelanggan semakin tinggi, begitu juga
dengan daya yang terpakai, bahkan telah berproduksi pada kapasitas penuh. Informasi
daya tersambung ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Daya Tersambung pada PT PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun
2004-2008
Tahun Jumlah Daya Tersambung (KVA) Perkembangan (%)
2004 257.908,80
2005 275.566,48 6,85
2006 287.826,17 4,45
2007 302.611,36 5,14
2008 324.286,18 7,16
Rata-rata 289.639,80 5,90
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
6
Jumlah daya tersambung mengalami peningkatan pada setiap tahun dengan
peningkatan 5,90 persen. Artinya produksi mengalami peningkatan pada setiap tahun,
berarti kapasitas produksi mengalami peningkatan. Secara teoritis, pada peningkatan
kapasitas produksi beban tetap yang dibayar untuk setiap unit produksi mengalami
penurunan, sehingga biaya produksi per unitnya mengalami penurunan.
Fakta yang ada bahwa terjadi peningkatan biaya operasional pada peningkatan
daya terjual dengan peningkatan yang lebih besar dari peningkatan penjualan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat terjadi, inefisiensi dalam berproduksi yang
meningkat pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB atau dapat juga akibat harga
komponen yang digunakan untuk berproduksi mengalami peningkatan. Misalnya
harga bahan bakar solar, pemeliharaan yang semakin tinggi akibat umur ekonomis
mesin yang mendekati habis pakai atau variabel lain yang akan ditemukan dalam riset
ini.
Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi perhatian
berupa harga jual dan produksi. Harga jual yang ditetapkan berbeda pada setiap jenis
konsumen yang dilayani (konsep subsidi silang), di mana peningkatannya lebih
banyak untuk konsumen rumah tangga. Pada tahun 2008 jumlah pelanggan rumah
tangga sebanyak 331.749 pelanggan dari total pelanggan sebanyak 361.874
pelanggan (91,68 persen).
Kondisi di atas dapat saja sebagai penyebab terjadinya kerugian pada PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB, karena lebih banyak pelanggan rumah tangga dengan
tarif yang jauh lebih rendah dari tarif atas dasar biaya operasional. Lebih jelasnya hal
7
ini perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai perhitungan antara tarif atas
dasar biaya operasional dengan tarif pada setiap pelanggan, sehingga dapat diketahui
pelanggan yang memberikan kontribusi kerugian dan sisi lain yang kemungkinan
akan memberikan perolehan laba.
1.2. Identifikasi Masalah
Analisis kesesuaian tarif aktual dengan tarif atas dasar harga pokok dilakukan
pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, karena adanya permasalahan berikut ini :
a. PT. PLN (Persero) Wilayah NTB secara terus menerus mengalami kerugian,
dengan kecenderungan peningkatan yang cukup tinggi.
b. Pada kapasitas produksi yang semakin meningkat, terlihat dari jumlah daya
terpasang bukan menyebabkan kerugian semakin menurun, tetapi sebaliknya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi kesesuaian dengan fakta umum
yang ada, bahwa perusahaan dalam kapasitas produksi yang semakin tinggi,
maka biaya per unitnya semakin turun. Hal tersebut disebabkan biaya tetap
yang dikeluarkan dapat dibebankan pada jumlah produk yang semakin
banyak. Terlebih dalam bisnis PT. PLN (Persero) Wilayah NTB terdapat
biaya tetap yang harus dibayar oleh konsumen, maka semakin banyak
konsumen yang dilayani akan menyebabkan kerugian semakin rendah. Fakta
ini menunjukkan perlunya kajian yang mendalam atas harga pokok penjualan
sebagai penentuan tarif dengan tarif aktual yang ada.
8
Dalam identifikasi masalah ini perlu juga dibatasi periode kajian, yaitu tiga
tahun terakhir, dengan asumsi data yang dibutuhkan telah tersedia sebagai
dokumentasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB. Kajian lebih lanjut ditemukan
bahwa periode kajian adalah 2007-2009, sedangkan data periode 2010 belum
tersedia.
1.3. Pokok Permasalahan
Permasalahan yang diajukan adalah :
a. Berapa harga pokok penjualan per KWH listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB sebagai batas terendah dalam penetapan harga jual
listrik?
b. Berapakah varians pada setiap pelanggan dan per jenis pemakaian daya antara
harga aktual dengan harga atas dasar harga pokok penjualan?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini berupa :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis harga pokok penjualan per Kwh listrik
yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB sebagai batas terendah
dalam penetapan harga jual listrik.
b. Untuk mengetahui varians pada setiap pelanggan dan per jenis pemakaian
daya antara harga aktual dengan harga atas dasar harga pokok penjualan.
9
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan adalah :
a. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan kebulatan studi
sarjana strata satu (S-1) pada Program Ektensi Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram.
b. Secara teoritis untuk memperdalam kemampuan dalam analisis laporan
keuangan, terutama laporan laba rugi terkait dengan pos harga pokok
penjualan pada perusahaan listrik milik negara (PT. Persero PLN).
c. Secara praktis untuk memberikan informasi bagi masyarakat mengenai tarif
yang dibayarkan untuk kebutuhan listriknya dibandingkan dengan tarif atas
dasar harga pokok penjualan serta memberikan masukan bagi organisasi
terkait dalam upaya pengelolaan biaya untuk mewujudkan efisiensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Herlina (2004) dengan penelitian berjudul “Analisis Diskriminasi Harga dan
Produksi Per KWH serta Dampaknya Terhadap Kerugian pada PT. PLN (Persero)
Wilayah XI Cabang Mataram NTB”. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui
implikasi diskriminasi harga dan produksi per KWH terhadap kerugian yang dialami
oleh PT. PLN (Persero) dan untuk mengetahui segemen manakah yang memberikan
dampak paling besar terhadap total kerugian yang dialami oleh PT. PLN (Persero)
Wilayah XI Cabang Mataram NTB.
Analisis yang digunakan dengan perhitungan laba rugi pada setiap segmen
dan laba rugi total yang diperoleh PT. PLN (Persero) Wilayah XI Cabang Mataram
NTB. Analisis dilanjutkan dengan per hitungan biaya produksi per KWH dan harga
jual per KWH, sehingga dapat diperoleh kerugian per Kwh dan dilakukan analisis
kontribusi kerugian per segmen terhadap kerugian total. Temuan yang diperoleh
adalah produksi PT. PLN (Persero) Wilayah XI Cabang Mataram NTB pada setiap
tahun mengalami peningkatan dan ditetapkan harga atas dasar deskriminasi.
Pemberian kontribusi kerugian tertinggi disebabkan dari segmen rumah tangga.
Komponen biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, tenaga kerja dan
BOP (biaya overhead pabrik). Komponen dari BOP adalah penyusutan aktiva yang
digunakan, sehingga dapat ditampilkan penelitian terdahulu yang meneliti mengenai
11
penilaian aktiva tetap tersebut. Nuzuliyanti (2009) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Penilaian Akuntansi Aktiva Tetap dan Pekerjaan Dalam Pelaksanaan (PDP)
pada Laporan Keuangan di PT. PLN (Persero) APJ Malang”. Tujuan yang
dirumuskan adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aktiva tetap dan
pekerjaan dalam pelaksanaan, karena kesalahan dalam perlakuannya akan
memberikan pelaporan keuangan yang berbeda dalam organisasi. Akhirnya
berdampak pada kesalahan dalam analisis keuangan serta keputusan yang diambil.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah nilai aktiva yang dimasukkan terlalu
rendah, sehingga nilai penyusutan yang dibebankan pada laporan laba rugi juga
terllau rendah. Hal ini memberikan informasi laba rugi yang kurang tepat, karena
penyusutan sebagai biaya, jika terlalu rendah menyebabkan laba atau rugi yang
diperoleh tidak menunjukkan nilai sebenarnya. Aspek penting lain yang terjadi pada
PT. PLN (Persero) APJ Malang adalah banyaknya aktiva tetap yang tidak
berproduksi tetap diakui sebagai aktiva, sehingga dibebankan biaya penyusutan yang
semestinya dapat dihindari. Diusulkan untuk melakukan penjualan, penghapusan atau
kegiatan lainnya, sehingga hanya aktiva yang berproduksi saja yang ada dalam
laporan neraca.
Perhitungan laba rugi dalam suatu bisnis pada dasarnya melakukan
perhitungan selisih antara pendapatan dan biaya. Apabila biaya mampu dikendalikan,
maka akan menghasilkan selisih pendapatan dengan biaya yang lebih tinggi atau
setidaknya dalam bisnis PT. PLN (Persero) dapat mengurangi kerugian. Koko (2005)
melakukan analisis dengan kajian berjudul “Perumusan Kebijakan Pengaturan Kas
12
Melalui Penyusunan Laporan Arus Kas Pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB”.
Permasalahan yang diajukan adalah rumusan kebijakan minimalisasi aliran kas
bagaimanakah yang harus dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB untuk
mengurangi defisit kas yang terjadi.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis aliran kas, dengan
mengidentifikasi kas keluar dan kas masuk. Temuan yang diperoleh adalah :
a. Aliran kas kegiatan operasional pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
menunjukkan terjadinya kas keluar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
operasional bukan memberikan masukan, tetapi mengurangi pemilikan
organisasi. Upaya minimalisasi biaya sangat perlu dilakukan, melalui kegiatan
efisiensi pelaksanaan produksi. Satu sisi diperlukan pula kegiatan
pembelanjaan yang tepat, misalnya dapat melakukan analisis valas yang tepat,
sehingga tidak muncul sebagai beban, tetapi sebagai pendapatan.
b. Minimalisasi pengeluaran juga dapat dilakukan melalui analisis yang tepat
dalam penggunaan sumber modal, sehingga terjadi beban biaya modal yang
rendah. Tegasnya, seluruh aspek pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB perlu
melakukan evaluasi kerja, sehingga terjadi aliran kas total yang seminimal
mungkin.
Setiap penelitian mempunyai kajian sendiri, sehingga mempunyai spesifikasi
sendiri yang membedakannya. Penelitian yang akan dilakukan fokus pada
perhitungan tarif atas harga pokok penjualan yang dibandingkan dengan tarif yang
dikenakan pada masing-masing pelanggan.
13
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Tarif Listrik PT. PLN (Persero)
Tarif atau harga merupakan “jumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya” (Swastha,
2000:147). Harga atau tarif untuk kajian ini adalah nilai yang dikorbankan oleh
konsumen untuk mendapatkan produk berupa listrik. Listrik sebagai bentuk produk
yang dibutuhkan oleh masyarakat umum, maka sifatnya adalah menguasai hajat hidup
orang banyak, sehingga perlu dikelola oleh negara. Pada tahun 2009 terdapat 37 jenis
tarif, di mana pada tahun 2010 diupayakan untuk dipangkas hanya menjadi 21 jenis
tarif. Ragam kelompok ini dibebankan tarif yang berbeda-beda dengan konsep
kemampuan, keadilan serta upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pemangkasan jenis tarif tersebut ditujukan untuk memberikan kelompok tarif
tertentu agar kelompok tarif rendah atau terlalu rendah dapat diperkecil. PT. PLN
(Persero) yang berada pada wilayah tertentu dengan bahan bakar solar akan
menanggung biaya operasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang
menggunakan batu bara. Salah satu wilayah yang menghadapi permasalahan tersebut
adalah PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
Pada wilayah tertentu permasalahan yang dihadapi semakin berat, khususnya
pada wilayah dengan penggunaan listrik yang rendah dan masyarakat hidup
berkelompok menyebabkan pendirian dan pengelolaan listrik menjadi sangat mahal.
Misalnya untuk wilayah NTT, dibebankan biaya tetap yang tergolong sangat tinggi,
14
sehingga biaya produksi untuk menghasilkan per KWH sebesar Rp.3.900.000 (PT.
PLN, 2009).
Pada tahun 2008 jenis tarif yang ada digolongkan sebagai berikut.
Tabel 3. Golongan Tarif Listrik Tahun 2008
No. Golongan Tarif
1. Sosial
a. S-1/220 VA e. S-2/2200 VA
b. S-2/450 VA f. S-2/>2.200 VA-200 kVA
c. S-2/900 VA g. S-3/>200 kVA
d. S-2/1300 VA
2. Rumah Tangga
a. R-1 s/d 450 VA e. R-2/>2.200 VA s/d 6.600 VA
b. R-1/900 VA f. R-3/dihitung R-1/>6.600 VA
c. R-1/1300 VA g. R-3/dihitung R-2/26.600 VA
d. R-1/2200 VA h. R-3/R-3 (murni)/>6.600 VA
3. Bisnis
a. B-1/s/d 450 VA
b. B-1/900 VA
c. B-1/1300 VA
d. B-1/2200 VA
e. B-2>2.200 VA s/d 200 kVA
f. B-3/>200 kVA
4. Industri
a. I-1/s/d 450 VA e. I-2/>2.200 VA s/d 14 kVA
b. I-1/900 VA f. I-2/>14 kVA s/d 200 kVA
c. I-1/1300 VA g. 1-3/> 200 kVA
d. I-1/2200 VA h. I-4/>30.000 kVA
5. Publik
a. P-1/s/d 450 VA e. P-1/>2.200 VA s/d 200 kVA
b. P-1/900 VA f. P-2/>200 kVA
c. P-1/1300 VA g. P-3
6. Multiguna
a. Transaksi/>200 kVA
b. Curah/>200 kVA
c. Murni
d. M TS/PS
e. M P2TL/PJU Ilegal (SPH)
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
15
Berbagai tarif di atas ditetapkan atas dasar perundangan yang jelas, di mana
setiap bentuk tarif mempunyai nilai sendiri. Penelitian ini diperlukan untuk
memberikan informasi variasi tarif atas dasar harga pokok penjualan dengan nilai
yang ditetapkan. Terdapat banyak ragam kelompok tarif, pada tahun 2010 diupayakan
untuk menjadi 21 jenis tarif. Dilihat dari hal ini berarti kondisi tarif tersebut akan
berulang dengan tarif yang berlaku pada tahun 2002. Berdasarkan Keputusan
Presiden No. 89 Tahun 2002 hanya sembilan belas (19) kelompok tarif.
Perbaikan atas kelompok tarif tersebut akan memberikan perbaikan pada
kemungkinan nilai tarif terendah dapat dikurangi. Perbaikan tidak hanya dapat
dilakukan melalui aspek tersebut, tetapi juga dapat dilakukan melalui perbaikan
sistem produksi yang mengarah pada efisiensi dalam produksi.
2.2.2. Metode Penentuan Harga
Perusahaan dalam operasionalnya menghasilkan produk untuk dijual pada
konsumen yang dituju dengan tujuan untuk memperoleh nilai lebih. Nilai lebih
diperoleh jika nilai penjualan perusahaan lebih besar dari berbagai bentuk biaya yang
dikeluarkan.
Prosedur yang perlu dilakukan dalam penetapan harga jual adalah :
a. Mengestimasikan permintaan
b. Mengetahui lebih dahulu reaksi dalam persaingan
c. Menentukan market share yang dapat diharapkan
d. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar.
e. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan (Basu dan Irawan,
1997:247).
16
Estimasi permintaan perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mencapai break even pada harga dan tingkat produksi tertentu.
Permintaan yang rendah atas suatu produk akan menyebabkan biaya produksinya
tinggi, karena beban biaya tetap. Dengan demikian, estimasi permintaan atas produk
yang dihasilkan perlu diketahui. Hal ini juga terkait dengan kelayakan dalam
menjalankan usaha, termasuk dalam mendirikan tenaga pembangkit listrik.
Aspek kedua di atas tidak terlalu berhubungan dengan bisnis PT. PLN
(Persero), karena bisnis yang dijalankan masih bersifat monopoli. Artinya reaksi
pesaing atas harga yang ditetapkan dapat dinyatakan tidak ada, kecuali pada dua
pihak yaitu konsumen dan pemasok (pemberi sewa mesin). Market share juga tidak
menjadi permasalahan, karena sampai tahap ini PT. PLN (persero) berproduksi pada
taraf full capacity, bahkan pelanggan menunggu untuk mendapatkan pelayanan.
Aspek yang perlu diperhatikan adalah strategi harga dan implikasi dari harga tersebut
terhadap kondisi sosial politik.
Faktor yang dapat menentukan harga dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Keadaan perekonomian, dalam hal ini berhubungan dengan kondisi
perekonomian secara makro umum yaitu resesi atau inflasi.
b. Penawaran dan permintaan, semakin tinggi kuantitas penawaran
produk sejenis, maka kemungkinan harga jual rendah dan
sebaliknya.
c. Elastisitas permintaan, dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu
produk bersangkutan mempunyai elastitas yang inelastis, elastis dan
unitary elasticity.
d. Persaingan, dapat berupa persaingan tidak sempurna, oligopoli dan
monopoli.
e. Biaya untuk menghasilkan produk.
f. Tujuan perusahaan
g. Pengawasan pemerintah, (Basu dan Irawan, 1997:242-246).
17
Faktor penting lain yang berhubungan dengan harga adalah metode penentuan
harga. Radiosunu (1999:148) mengidentifikasi dasar dalam penentuan harga terdiri
atas dasar biaya, permintaan dan persaingan. Penetapan harga atas dasar biaya berarti
harga ditetapkan tergantung pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila
biaya untuk memproduksi suatu produk tinggi, maka harga yang ditetapkan akan
tinggi. Sebaliknya, jika biaya produksi rendah, maka dapat ditentukan harga jual yang
rendah. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya produksi, biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum. Biaya produksi tersebut berupa biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya bahan penolong dan biaya overhead pabrik. Biaya pemasaran
berupa biaya promosi, yang terdiri atas personal selling, iklan dan berbagai bentuk
biaya lainnya yang bertujuan untuk mempublikasikan produknya. Dalam menetapkan
harga jual produknya dilakukan dengan menetapkan persentase tertentu diatas seluruh
biaya tersebut. Dalam hal ini dikenal penetapan harga mark up.
Penetapan harga jual atas dasar permintaan konsumen mengacu pada kuantitas
permintaan konsumen dan golongan dari konsumen yang meminta produk tersebut.
Metode yang dapat diterapkan adalah metode deskriminasi harga, break event dan
analisis marjinal, (Asri, 2003:335). Metode deskriminasi harga merupakan metode
penetapan harga, di mana harga untuk satu macam produk ditetapkan lebih dari satu
macam. Penetapan diskriminasi harga tersebut dapat ditetapkan atas dasar konsumen,
versi produk, tempat dan waktu. Penetapan harga atas dasar konsumen dapat
diterapkan apabila konsumen perusahaan cukup beragam. Konsumen yang berasal
dari golongan tertentu dengan intensitas permintaan yang kuat dapat ditetapkan harga
18
jual yang tinggi. Sebaliknya, untuk golongan konsumen yang intensitas
permintaannya rendah dapat diterapkan harga jual yang lebih rendah.
Penetapan harga atas dasar produk dapat diterapkan oleh perusahaan yang
mempunyai lebih dari satu jenis produk. Produk yang marginal cost-nya tinggi (setiap
tambahan satu buah produksi mengeluarkan tambahan biaya yang tinggi) dijual lebih
tinggi dari produk yang marginal cost-nya lebih rendah. Biasanya hal ini dapat
diterima, karena produk yang marginal cost-nya lebih tinggi mempunyai kualitas
yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan produk yang marginal cost-nya rendah.
Penetapan harga atas dasar tempat atau daerah penjualan. Harga jual untuk
daerah yang berbeda dijual berbeda. Hal ini dapat diwajarkan, karena untuk daerah
tertentu intensitasnya berbeda, biaya produksi berbeda dan persaingan berbeda serta
banyak faktor berbeda lainnya. Pada daerah yang persaingan perusahaan banyak,
tentunya dijual lebih murah, jika dibandingkan dengan daerah penjualan yang
persaingannya kurang kompetitif.
Kondisi di atas juga diterapkan untuk penetapan harga atas dasar waktu.
Produk terkadang mempunyai manfaat yang berbeda pada setiap waktu, bentuk
persaingan yang berbeda dan berbagai faktor lainnya. Pada musim sepi (liburan
kurang) biasanya dijual tarif sewa kamar hotel lebih murah, jika dibandingkan pada
waktu liburan. Tujuan dari semua hal ini adalah dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan, apakah untuk memperoleh laba atau untuk mempertahankan market
share dan berbagai tujuan lainnya.
19
Metode penetapan harga jual atas dasar permintaan yang lainnya adalah
dengan dasar break event point. Analisis break event point merupakan suatu kondisi
dimana perusahaan dalam keadaan impas (pada harga jual tertentu dan kuantitas
tertentu). Dengan diketahuinya kuantitas permintaan suatu produk dan total biaya
tertentu, maka dapat ditentukan harga jual yang menyebabkan perusahaan impas.
Selanjutnya tinggal dilakukan penentuan harga jual agar perusahaan memperoleh laba
tertentu (tentunya tidak akan dilakukan penjualan pada harga di bawah titik break
event).
Analisis marginal cost merupakan suatu analisis penentuan harga jual yang
menyebabkan perusahaan memperoleh laba maksimal. Kondisi tersebut terjadi pada
marginal cost sama dengan marginal utility (MC = MR), (Asri, 2003:349). Kondisi
MC=MR berarti pada peningkatan jumlah produksi akan menghasilkan tambahan
penerimaan yang sama dengan tambahan atau perubahan biaya. Produksi di atas
kondisi tersebut akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih rendah dari
tambahan biaya, sehingga optimalisasi laba tidak tercapai.
Metode penetapan harga atas dasar persaingan ini tergantung pada penetapan
harga yang dilakukan oleh perusahaan pesaing. Untuk metode ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan discount atau penetapan harga tertentu untuk memasuki pasar
baru atau mempertahankan pangsa pasar yang telah dimilikinya. Adapun bentuk-
bentuk penerapannya adalah quantity discount, seasonal discount, cash discount dan
trade discount, (Asri, 2003:311).
20
Quantity discount merupakan pemberian potongan pada konsumen sesuai
dengan jumlah produk yang dibeli. Dengan pembelian produk yang semakin besar,
maka konsumen akan mendapatkan potongan harga yang semakin besar. Dengan
metode ini diharapkan penjualan perusahaan semakin meningkat. Sedangkan seasonal
discount merupakan pemberian discount pada waktu-waktu tertentu. Secara
praktiknya biasanya diberikan pada saat hari raya, tahun baru dan hari-hari besar
lainnya.
Dari kedua metode di atas cash discount cukup berbeda, metode ini diterapkan
oleh perusahaan yang menerapkan penjualan secara piutang. Bagi konsumen yang
membeli secara tunai atau membayar sebelum jatuh tempo (pada kurun waktu
tertentu) diberikan potongan harga. Hal ini diterapkan oleh perusahaan agar modalnya
tidak tertanam pada piutang dan mengurangi resiko dari kebijakan piutang tersebut.
2.2.3. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga jual dapat berupa :
a. Bertahan hidup
b. Memaksimumkan laba jangka pendek
c. Kepemimpinan market share
d. Kepemimpinan mutu produk (Kotler, 2002).
Pada suatu kondisi tertentu dapat saja sasaran perusahaan hanya cukup mampu
bertahan dalam bisnisnya. Harga jual produknya hanya mencapai titik break even
point. Harga jual pada titik inpas ini merupakan harga jual produk terendah yang
21
menyebabkan perusahaan hanya mampu mengembalikan berbagai biaya yang telah
dikeluarkannya.
Tujuan umumnya pada kondisi ekonomi normal adalah perusahaan mampu
menguasai pangsa pasar yang lebih besar dari para pesaing. Perusahaan yang
mempunyai orietasi demikian pada umumnya akan menetapkan harga jual yang
bersaing. Berbeda dengan perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menjaga
kepemimpinan mutu produknya. Perusahaan yang demikian mengandalkan mutu
produk dalam mendapatkan konsumen dan biasanya konsumen yang dituju adalah
konsumen level atas. Harga jualnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga
jual perusahaan pesaing, akan tetapi lebih mengandalkan kualitas produknya.
2.2.4. Harga Pokok Penjualan
Dalam kajian harga pokok penjualan, terdapat aspek penting yang
mendapatkan perhatian, yaitu biaya operasional. Dalam bisnis jasa, nilai niaya
operasional akan sama dengan harga pokok penjualan, karena tidak memiliki
persediaan untuk barang jadi. Dengan demikian, dalam penelitian ini (terkait dengan
bidang bisnis yang dijalankan oleh PT. PLN, lebih mendekati bisnis jasa), maka
konteks harga pokok penjualan pada prinsipnya adalah biaya operasional, sehingga
dua istilah tersebut dapat digunakan secara bergantian.
Berhubungan dengan biaya operasional, maka aspek yang mendapatkan
penjelasan adalah berbagai komponen biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
operasional.
22
Biaya produksi menunjukkan klasifikasi dari biaya. Mulyadi (2000:8)
menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b. Diukur dalam satuan uang.
c. Telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Biaya dapat digolongkan atas dasar beberapa hal, sebagai berikut :
a. Penggolangan biaya atas dasar obyek pengeluaran.
b. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam
perusahaan.
c. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai.
d. Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap volume
kegiatan.
e. Penggolongan biaya atas dasar waktu, (Mulyadi, 2000:7).
Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dapat diidentifikasi atas
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sedangkan biaya
yang digolongkan atas dasar fungsi yang dibiayai terdiri atas biaya produksi, biaya
administrasi, biaya umum dan pemasaran. Biaya produksi merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan proses produksi dari awal produksi sampai menjadi
barang jadi. Berbagai biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, di mana seluruhnya merupakan pembentuk
harga pokok penjualan produk bersangkutan. Biaya bahan baku merupakan seluruh
23
biaya yang terkait dengan perolehan bahan baku, terdiri atas biaya transportasinya
dan harga beli bahan baku dan berbagai biaya lainnya untuk perolehan bahan baku
tersebut.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menggaji atau memberikan upah karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan
produksi produk. Sedangkan biaya overhead merupakan biaya selain biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung, yaitu biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja
tidak langsung.
Konsep penggolongan biaya, selanjutnya dasar penentuan harga pokok
produksi pada uraian di atas lebih mengacu pada kerja bisnis manufaktur. Dalam
bisnis tertentu, konsep yang diuraikan hanya menjadi pola pikir, karena
penggolongan biayanya akan menjadi sulit dilakukan. Terkait dengan hal tersebut,
maka penggolongan biaya atau pemberian istilah biaya akan menggunakan istilah
yang diberikan oleh organisasi tersebut. Hal yang jelas, seluruh biaya yang
berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan dan memberikan
pelayanan pada konsumen merupakan biaya yang patut dibebankan dalam harga
pokok penjualan.
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB perlu melakukan pembenahan dalam
berbagai aspek, sehingga kerugiannya tidak mencapai nilai yang tinggi setiap
tahunnya. Aspek yang dapat dibenahi adalah kegiatan produksi, keuangan dan aspek
24
lainnya yang mengarah pada pelaksanaan pekerjaan dengan lebih efisien dan efektif.
Melalui analisis tarif aktual dengan tarif atas dasar biaya operasional dapat dilakukan
analisis varians. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam
pengelolaan kegiatan operasional dan informasi harga yang sepantasnya dibayar oleh
pelanggan. Hal ini penting agar muncul perilaku hemat, karena penggunaan listriknya
dibiayai oleh negara dan bagi pihak organisasi sendiri secara terus menerus
melakukan perbaikan.
Model pendekatan yang dirancang dalam penelitian ini adalah :
Keterangan : * komponen biaya akan dapat diuraikan setelah dilakukan riset.
Dalam penelitian ini akan dikenali berbagai komponen biaya operasional yang
dibebankan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, sehingga dapat diketahui
komponen biaya yang perlu mendapatkan perhatian. Informasi tersebut diperoleh dari
Tarif Aktual PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB
Tarif atas HPP
PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB
Analisis Selisih;
• Dasar informasi
bagi internal PT.
PLN
• Informasi bagi
masyarakat
HPP :
- Biaya
Operasional
25
laporan keuangan yang diterbitkan, termasuk data perinciannya, sehingga dapat
diperoleh informasi yang luas mengenai biaya operasional PT. PLN (Persero).
Perhitungan biaya dalam penelitian ini meliputi seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh pihak PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, karena berbagai biaya
tersebut diasumsikan mempunyai hubungan dengan kegiatan operasional dan
penjualan listrik yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, kemungkinan besar akan
ditemukan pola penggolongan biaya tertentu, sesuai dengan bentuk bisnis
perusahaan. Misalnya, dalam kegiatan produksi tidak hanya menggunakan mesin
sendiri, tetapi juga mesin dari pihak swasta, sehingga akan dilakukan pembebanan
biaya sewa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang melakukan analisis atas suatu variabel
secara mandiri, artinya tidak dilakukan analisis hubungan atau sejenisnya (Umar,
2008:35). Penelitian deskriptif dapat dinyatakan penelitian yang hanya memberikan
uraian atau gambaran secara sistematik yang berlandaskan data faktual yang
ditemukan.
Penelitian ini akan fokus pada uraian komponen biaya operasional
(selanjutnya membentuk harga pokok penjualan/HPP) yang dikeluarkan PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB, perhitungan total biaya dan rata-rata biaya operasional per
KWH listrik yang dihasilkan. Informasi komponen biaya yang terbesar akan menjadi
perhatian untuk dicarikan alternatif pemecahan masalah, sehingga total biaya
operasionalnya mengalami penurunan.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, baik dilakukan
secara fisik atas obyek terkait ataupun melalui dunia maya dengan memasukan web
site yang dimilikinya. Penelitian dilakukan pada lokasi terkait, karena kelistrikan
memegang hajat hidup orang banyak, sehingga pendekatan apapaun dilakukan untuk
perbaikan.
27
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan metode kasus. Metode kasus merupakan
“penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik
yang khas dari keseluruhan personalitas, di mana subjek penelitian dapat berupa
individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat” (Nazir, 2003:66). Hasil penelitian
hanya dapat diterapkan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dengan penerapan
periode yang dekat dengan tahun terakhir penelitian dilakukan.
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pencatatan atau kegiatan yang sama atas dokumen yang dimiliki
oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, baik yang sifatnya publikasi ataupun
yang tidak dipublikasikan.
b. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan tanya jawab dengan pihak informan. Sebagai informannya dalam
penelitian ini adalah indvidu yang menjadi wakil dari perusahaan dalam
memberikan infomasi, dapat saja pada bagian keuangan ataupun produksi.
28
3.4.2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, berupa kuesioner
terbuka. Kuesioner tersebut berisikan berbagai pertanyaan yang mempunyai
hubungan dengan komponen biaya operasional, tarif dan informasi lainnya.
3.5. Jenis dan Sumber Data
3.5.1. Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan
data yang dapat dinyatakan dalam satuan tertentu secara langsung, misalnya satuan
moneter, unit, hasil ukur dan lainnya. Dalam penelitian ini berupa nilai dan kuantitas
yang dibutuhkan untuk melakukan produksi listrik pada periode satu tahun, tarif per
KWH, nilai KWH yang dihasilkan, nilai penjualan dan aspek lainnya yang tergambar
dalam laporan keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
3.5.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan seluruhnya bersumber dari PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB, baik yang sifatnya telah dipublikasikan atau peroleh langsung melalui
wawancara. Dengan demikian sumber data tersebut dapat dikriteriakan dalam data
primer.
3.6. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini berupa :
a. Harga pokok penjualan
b. Tarif aktual
29
c. Tarif atas dasar harga pokok penjualan
3.7. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Harga pokok penjualan merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB untuk menghasilkan produk berupa daya listrik pada
masyarakat terdiri atas biaya bahan baku, tenaga kerja dan berbagai biaya
tidak langsung (seluruh komponen biaya yang dikeluarkan secara ekonomis
dalam makna yang mempunyai hubungan dengan kerja perusahaan).
Satuannya adalah rupiah per kwh pada setiap periode berjalan.
b. Tarif aktual merupakan nilai nyata yang dikorbankan oleh pelanggan pada
setiap kelompok atau golongan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan atau
pemenuhan kebutuhan listrik dari PT. PLN (Persero) Wilayah NTB. Tarif ini
bersifat telah ditentukan oleh pemerintah, artinya dalam penetapan tarif
tersebut terdapat prosedur, karena harus berdasarkan keputusan presiden serta
terkait dengan kondisi ekonomi, politik dan aspek lain yang ada dalam
masyarakat dan pemerintah. Satuannya berupa rupiah per kwh setiap
golongan pelanggan.
c. Tarif atas dasar harga pokok penjualan adalah nilai tarif terendah yang dapat
menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB. Berbagai biaya akan dihubungkan dengan jenis biaya aktual
yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, selanjutnya lebih
condong dalam menggunakan istilah terkait. Hasil perhitungan biaya
30
operasional akan secara langsung membentuk harga pokok penjualan, karena
bisnis ini tidak mempunyai persedian awal dan akhir barang jadi (listrik).
Satuannya adalah rupiah per kwh pada setiap periode berjalan.
3.8. Prosedur Analisis Data
3.8.1. Penentuan Harga Pokok Penjualan
Analisis data dalam penelitian ini digolongkan dalam dua analisis, yaitu
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk
memberikan uraian temuan apa adanya, jadi bersifat natural. Terutama dalam
menjelaskan tarif aktual, bentuk komponen biaya operasional dan aspek lainnya.
Adapun analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan biaya
penjualan/kwh, sebagai berikut (Supriyono, 1999):
Komponen Harga @ Kuantitas Nilai (Rp)
Bahan baku
…………. …………..
Tenaga Kerja Langsung
………….. ………….
Biaya Tidak Langsung
Bahan
…………. ………….
Tenaga Kerja
…………. ………….
Penyusutan mesin
…………. …………..
Dll ………….. +
Biaya operasional ……………
Keterangan : Komponen biaya di atas akan disesuaikan dengan klasifikasi biaya yang
ada pada subyek penelitian.
Perhitungan di atas adalah perhitungan biaya operasional total, digunakan
informasi titik-titik (…..) dan lain-lain (dll), karena komponen biaya operasional pada
31
perusahaan PLN belum diketahui. Perhitungannya tergantung pada komponen biaya
nyata yang ada di temuan.
Informasi di atas untuk total biaya operasional, selanjutnya dilakukan
perhitungan biaya operasional per unit (per KWH listrik yang dihasilkan dalam suatu
periode). Informasi ini merupakan informasi harga pokok penjualan dalam
menetapkan tarif, menjadi tarif minimal, karena masih ada komponen lainnya,
misalnya biaya pemasaran dan lainnya.
3.8.2. Penentuan Varians
Penentuan varians dilakukan dengan membandingkan antara harga pokok
produksi dengan harga aktual pada setiap jenis tarif. Temuan ini penting untuk
memberikan informasi selisih negatif yang menjadi beban negara (subsidi).
Selanjutnya, sebagai dasar bagi pihak manajemen untuk melakukan perbaikan,
pengelolaan tarif dan informasi pada konsumen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
PT. PLN (Persero) di seluruh wilayah Indonesia mempunyai visi dan misi
yang sangat kuat memberikan informasi adanya pembenahan internal secara terus
menerus. Visi PT. PLN (Persero) adalah :
a. Mempertahankan posisi sebagai market leader
b. Mewujudkan perusahaan setara kelas dunia
c. SDM yang profesional
d. Aktivitas usaha akrab lingkungan
Visi yang ada, lebih dioperasionalkan dengan misi sebagai berikut :
a. Memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional
b. Melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat
c. Memperhatikan kepentingan stakeholder
d. Menjaga kualitas produk
e. Memuaskan pelanggan
Visi dan misi suatu organisasi dibangun bukan semata sebagai slogan, tetapi
menjadi nilai yang akan digunakan dalam bekerja dan direalisasikan dengan baik,
karena sebagai dasar untuk menyusun strategi, kebijakan dan operasional kegiatan
lainnya. Sebagai pemimpin pasar (market leader), seharusnya memberikan
pembuktian bahwa perusahaan ini mampu memenuhi permintaan konsumen dengan
33
baik. Fakta yang ada pada tahun terakhir ini, pasokan listrik pada konsumen telah
menjadi permasalahan yang kritis (jika tidak diatasi dengan segera dapat menjadi
sumber ketidakstabilan sosial, bahkan ekonomi). Dinyatakan demikian, karena
masyarakat telah berada di atas batas emosional, sehingga komplain yang dilakukan
dapat mengarah pada pengerusakan dan sejenisnya. Kegiatan ekonomi yang
menggunakan tenaga listrik menjadi terganggu, jika dipenuhi secara internal
menyebabkan terjadinya peningkatan biaya. Bagi perusahaan yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan listriknya secara mandiri akan menghadapi permasalahan
produksi, sehingga dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kondisi di atas memberikan informasi bahwa visi dan misi yang dibangun
masih sangat jauh dari fakta yang ada. Sebuah organisasi yang mengalami kerugian
terus menerus dan biaya operasional yang semakin meningkat tidak
mengindikasikannya sebagai pemimpin pasar, kecuali karena adanya hak monopoli
yang diberikan oleh pemerintah. Kondisi ini juga terjadi pada PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB, karena kerugian terus menerus diderita dengan rendah inovasi dan
bersifat lamban dalam mengatasi permasalahan internal yang ada. Inovasi dengan
menggunakan alternatif bahan bakar marine fuel oil (MFO), sebagai pengganti bahan
bakar solar baru dilakukan pada tahun terakhir, yang terbukti memberikan
penghematan biaya operasional sebesar Rp.178 miliar.
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB pada tahun 2008 mempunyai empat cabang
dengan jumlah unit pembangkit sebanyak 149 buah (termasuk milik sendiri dan
34
sewa) dengan jumlah kapasitas terpasang sebanyak 190,3 MW dan daya mampu
147,208 MW. Jumlah jaringan distribusi mencapai 6.603,052 kms serta jumlah gardu
dan trafo sebanyak 4.104 unit. Masing-masing cabang mempunyai jumlah pelanggan
tertentu dengan jumlah pembangkit tertentu, informasinya pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Pelanggan dan Pembangkit pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Tahun 2008.
No. Cabang Pembangkit Pelanggan % Pelanggan
1. Mataram - 209.819 46,48
2. Sumbawa PLTD Labuhan, PLTD
Empang, PLTD Alas
69.110
15,31
3. Bima PLTD Bima, PLTD
Ni’u, PLTD Dompu
73.383
16,25
4. Lombok PLTD Ampenan,
PLTD Taman, PLTD
Paok Motong dan
PLTM Pengga
99.152
21,96
Total 451.464 100,00
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Berdasarkan Tabel 4 ditemukan bahwa terdapat tiga wilayah yang
mempunyai sumber pembangkit, sementara cabang Mataram hanya bersifat
menyalurkan. Pada sisi lain, pelanggan terbanyak berada pada wilayah kerja cabang
Mataram, dengan persentase sebesar 46,48%. Upaya untuk selalu meningkatkan
jumlah pembangkit, termasuk perbaikan pada sistem yang dimiliki sangat diperlukan,
sehingga tidak hanya dengan sistem PLTD (pembangkit dengan solar).
Konsep pengelolaan jangka panjang pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
mengharuskan adanya investasi jangka panjang, baik pada pembangkit secara fisik
ataupun investasi pada konsep riset dan pengembangan, sehingga dapat ditemukan
35
sistem pembangkit dengan menggunakan sumber daya yang murah dan tidak terbatas
(tenaga surya, angin, panas matahari dan sumber alam lainnya yang sifatnya dapat
diolah kembali/tidak bersifat habis). Divisi riset dan pengembangan pada PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB tidak dimiliki, sementara diketahui masing-masing wilayah
mempunyai potensi alam sendiri (tidak dapat hanya mengandalkan manajemen
pusat). Untuk lebih jelasnya berikut struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB.
Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB berupa struktur
fungsional, terdiri atas ragam departemen yang dimiliki. Departemen yang dimiliki
dalam organisasi terdiri atas departemen atau fungsi perencanaan, teknik, niaga,
keuangan dan SDM. Setiap departemen mempunyai bagian yang dipimpin oleh
supervisor dan manajer divisi. Berbagai fungsi yang ada hanya mempunyai fungsi
melakukan pengaturan operasional, baik yang sifatnya teknik ataupun non teknik
(keuangan, niaga dan personalia). Departemen perencanaan lebih mempunyai fungsi
pada pengelolaan layanan internal dengan pengembangan informasi teknologi (IT).
Pada setiap cabang juga tidak terdapat departemen atau fungsi riset dan
pengembangan, baik dalam konteks riset secara mandiri ataupun membina kerjasama
penelitian dengan pihak akademis yang ada di daerah. Fungsi ini sangat perlu
dilakukan, agar produk atau layanan kelistrikan dapat mengalami peningkatan,
sehingga kualitas pelayanan yang diberikan pada masyarakat.
36
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Berhubungan dengan hal terakhir di atas, kondisi kelistrikan di Wilayah NTB
pada periode terakhir ini berada pada puncak keterpurukan. Pemadaman yang
diperoleh masyarakat sudah pada taraf yang sangat tinggi, setiap hari terjadi
General
Manajer
Manajer
Perencanaan
Manajer
Teknik
Manajer
Niaga
Manajer
Keuangan
Manajer
SDM
Operasi
Aplikasi TI
Operasi
Jaringan
Layanan
Database
Pembangkitan
Penyaluran
Pengendalian
Kontruksi
Pemasaran
Komersial
Anggaran
Akuntansi
Keuangan
Pengendalian
Pendapatan
Pengemb.
Org &
SDM
Adm. SDM
Komunikasi
dan hukum
Adm.
Umum dan
Fasilitas
Manajer Cab.
Mataram Manajer Cab.
Sumbawa
Manajer Cab.
Bima
Manajer Cab.
Lombok
37
pemadaman, sehingga aktivitas masyarakat, terlebih yang menggunakan tenaga listrik
sangat terganggu. Pemadaman yang terjadi bukan hanya berdampak pada
terganggunya kegiatan bisnis, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi sosial
masyarakat.
Listrik telah menjadi kebutuhan masyarakat dan mempunyai sifat menguasai
hajat hidup orang banyak. Negara mempunyai kewajiban dalam melakukan
pengelolaan dengan efektif dan efisien, karena pada prinsipnya masyarakat telah
melakukan kewajibannya melalui pembayaran pajak dan berbagai pengeluaran lain
yang sifatnya harus dikembalikan pada masyarakat dalam bentuk pelayanan dan
berbagai kebijakan yang mengarah pada kebijakan yang familiar (pro masyarakat).
Uraian di atas tentu telah disadari oleh manajemen PT. PLN (Persero) pusat
dan setiap wilayah di Indonesia. Diperlukan kegiatan aktual untuk memberikan
dukungan atas terpenuhinya kebutuhan kelistrikan masyarakat, karena dengan
semakin majunya kehidupan masyarakat secara otomatis terjadi peningkatan
kuantitas kebutuhan masyarakat atas listrik.
Dalam memberikan uraian PT. PLN (Persero) Wilayah NTB perlu juga
diberikan informasi mengenai jenis mesin yang dimiliki serta kapasitas listrik yang
terpasang dan mampu dilayani pada masyarakat (Lampiran 1). Jenis mesin yang
dimiliki PT. PLN (Persero) Wilayah NTB masih dengan menggunakan tenaga diesel,
sehingga bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar solar. Data pada Lampiran
1 dapat direkapitulasi pada Tabel 5 berikut.
38
Tabel 5. Jumlah Daya Terpasang dan Daya Mampu Setiap Cabang pada PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB Tahun 2008.
No. Cabang Daya Terpasang
(KW)
Daya Mampu
(KW)
Persentase (%)
1. Lombok 129.021 99.073 76,79
2. Sumbawa 30.417 22.916 75,34
3. Bima 28.662 23.219 81,01
Total 188.100 145.208 77,71
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Informasi pada Tabel 5 diketahui persentase daya mampu sebesar 77,71% dari
daya terpasang, membuktikan bahwa mesin yang ada tidak dapat bekerja maksimal
dalam menghasilkan daya listrik. Hal ini dapat dibuktikan pada mesin sewa, jumlah
daya terpasang ekuevalen dengan daya mampu.
Temuan ini memberikan pembuktian bahwa investasi kembali atau minimal
perbaikan mesin menjadi orientasi utama. Daya mampu yang semakin tinggi akan
dapat memberikan pelayanan kebutuhan listrik dalam jumlah yang lebih besar pada
masyarakat. Permasalahan penting lain yang perlu digali dari informasi ini adalah
adanya mesin sewa yang mempunyai daya pasang dan daya mampu yang sama, tidak
terjadi pada mesin sendiri. Perlu diketahui faktor penyebabnya, terkait dengan umur
ekonomis atau faktor lainnya.
Dalam analisis manajemen keuangan terdapat alternatif keputusan dalam
melakukan investasi pada aktiva tetap, termasuk mesin yang digunakan untuk
kegiatan produksi. Dapat dilakukan investasi dengan modal sendiri, modal asing atau
dapat dilakukan sewa. Seluruh kegiatan ini harus berorientasi pada rendah biaya dan
39
kontinuitas kegiatan produksi, sehingga tidak mengganggu supply listrik pada
masyarakat.
4.2. Komponen Biaya Pembentukan Harga Pokok Penjualan pada PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB
4.2.1. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
tergantung pada jenis mesin pembangkit yang dioperasionalkan. Jenis mesin yang
dimiliki berupa PLTD, sehingga jenis bahan bakar yang digunakan berupa HSD dan
MFO. Informasi kuantitas dan biaya yang digunakan pada kurun waktu 2007-2009
sebagai berikut.
Tabel 6. Kuantitas dan Nilai Biaya Bahan Bakar pada PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB Tahun 2007-2009.
Jenis Keterangan Tahun
2007 2008 2009
HSD Liter 140.972.853 141.381.064 166.792.597
Nilai (Rp) 846.770.985.270 1.283.685.472.750 901.251.142.507
Harga @ 6.007 9.080 5.403
% 51,16 -40,49
MFO Liter 26.747.982 42.952.428 41.684.294
Nilai (Rp) 71.372.040.376 271.061.804.672 163.607.626.817
Harga @ 2.668 6.311 3.925
% 136,51 -37,81
Pelumas Liter 889.501 1.026.922 1.177.049
Nilai (Rp) 14.379.732.318 17.463.987.467 25.504.831.097
Harga @ 16.166 17.006 21.668
% 5,20 27,42
Total Nilai 932.522.757.964 1.572.211.264.889 1.090.363.600.421
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
40
Biaya bahan bakar bersifat biaya variabel, semakin besar ouput yang
dihasilkan, maka kuantitas yang dibutuhkan semakin besar. Adapun mengenai total
biayanya sangat tergantung pada harga per unit (satuan) dari bahan terkait. Pada
asumsi harga per satuan konstan, maka semakin besar ouput yang dihasilkan, maka
biaya untuk bahan bakar semakin tinggi. Kondisi ini dapat bias, tergantung pada
fluktuasi harga dan kondisi mesin dari pembangkit yang dimiliki. Ditegaskan
demikian, karena mesin yang mendekati umur usang biasanya bersifat boros dalam
pemakaian bahan bakar.
Total biaya bahan bakar yang dikeluarkan pada tahun 2007 sebesar
Rp.932.522.757.964, meningkat sebesar 68,60% atau menjadi sebesar
Rp.1.572.211.264.889,- pada tahun 2008. Pada tahun 2009 terjadi penurunan biaya
bahan bakar, sebesar 30,65% atau menjadi sebesar Rp.1.090.363.600.421. Penurunan
biaya bahan bakar tersebut diharapkan sebagai wujud efisiensi dalam penggunaannya,
mesin lebih hemat dalam menghasilkan setiap satuan daya listrik atau harga
perolehan bahan bakar yang semakin murah.
Pada Tabel 6 diberikan informasi harga per satuan jenis bahan bakar yang
digunakan. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada harga setiap
jenis bahan bakar. Untuk jenis HSD terjadi peningkatan harga sebesar 51,16%, jenis
MFO 136,51% dan jenis pelumas meningkat sebesar 5,20%.
Pada tahun 2009 terjadi penurunan harga perolehan bahan bakar, untuk jenis
HSD menurun sebesar 40,49% dan jenis MFO mengalami penurunan sebesar
41
37,81%. Jenis bahan bakar yang mengalami peningkatan pada tahun 2009 hanya jenis
pelumas dengan peningkatan sebesar 27,42%. Penurunan harga bahan baku tersebut
diharapkan akan dapat menurunkan biaya operasional, karena komponen biaya bahan
bakar dapat dinyatakan sebagai bahan baku dalam operasional PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB dalam menghasilkan daya listrik.
Perlu juga diperhatikan upaya melakukan efisiensi pada bahan bakar dengan
cara melakukan konversi jenis bahan bakar HSD menjadi bahan bakar MFO.
Mengacu pada data pada tabel di atas diperoleh Pada tahun 2007 perbandingan harga
bahan bakar MFO terhadap HSD sebesar 44,41%, tahun 2008 sebesar 69,50% dan
tahun 2009 sebesar 72,64%. Apabila dilakukan konversi, maka akan dapat dilakukan
penghematan yang cukup besar, sebesar 55,59% pada tahun 2008, 30,50% pada tahun
2008 dan sebesar 27,36% pada tahun 2009. Persentase penghematan tersebut
tergolong cukup besar, sehingga kemungkinan untuk memperoleh cash in flow yang
lebih tinggi.
Konsep yang perlu dijalankan dalam manajemen PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB adalah konsep jangka panjang, jika perlu dilakukan investasi pada mesin untuk
melakukan konversi bahan bakar, maka perlu dipertimbangkan biaya yang muncul
dari investasi dan sisi lain nilai tambah berupa penghematan yang dapat dilakukan.
42
4.2.2. Gaji Karyawan
Biaya gaji karyawan yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
dibedakan atas departemen atau divisi. Divisi yang ada terdiri atas divisi pembangkit,
distribusi dan tata usaha. Informasinya secara rinci sebagai berikut.
Tabel 7. Biaya Gaji Pegawai PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009
Jenis Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
Pembangkit Gaji 9.382.659.227 10.028.721.163 12.016.069.244
Cuti 3.224.215.540 4.600.200.954 6.336.438.280
Diklat 5.277.470.682 5.703.580.307 5.802.484.093
Sub total 17.884.345.449 20.332.502.424 24.154.991.617
Distribusi Gaji 7.215.619.423 8.140.399.705 9.299.106.386
Cuti 2.439.287.214 4.286.074.335 3.616.585.739
Diklat 4.540.902.522 4.636.401.478 3.894.171.078
Sub total 14.195.809.159 17.062.875.518 16.809.863.203
Tata Usaha
Langganan
Gaji 3.633.105.810 4.368.985.251 5.456.807.000
Cuti 1.325.424.472 2.637.428.142 2.704.465.976
Diklat 1.808.565.359 2.110.809.263 2.566.917.300
Sub total 6.767.095.641 9.117.222.656 10.728.190.276
Fungsi
Pendukung
Gaji 12.247.004.915 16.482.697.565 19.168.904.378
Cuti 5.478.335.519 17.882.602.850 4.336.524.697
Diklat 9.530.642.506 14.277.094.671 8.244.059.405
Sub total 27.255.982.940 48.642.395.086 31.749.488.480
Total 66.103.233.189 95.154.995.684 83.442.533.576
% Perubahan 43,95 -12,31
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Keterangan : Fungsi Pendukung berupa Tata usaha, Gudang dan Persediaan Bahan,
Bengkel, Laboratorium, Jasa-jasa, Wisma dan Rumah Dinas,
Telekomunikasi, Rupa-rupa Jasa Umum dan Pendidikan dan Pelatihan.
Berdasarkan informasi biaya gaji yang dikeluarkan PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB ditemukan bahwa komponen gaji yang tertinggi berada pada
departemen fungsi pendukung. Pada setiap departemen bentuk gaji yang terbesar
43
adalah gaji. Adapun jenis biaya diklat dapat dinyatakan mempunyai proporsi yang
cukup besar.
Setiap pegawai, baik pada departemen pembangkit (produksi), distribusi, tata
usaha dan fungsi pendukung mendapatkan proporsi biaya pendidikan dan pelatihan
yang cukup besar. Diharapkan pendidikan dan pelatihan yang diberikan mendapatkan
manfaat yang sesuai dengan nilai yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bentuk
implikasi dari hasil pendidikan dan pelatihan tersebut adalah pelaksanaan pekerjaan
semakin lebih tinggi efisiensi dan efektivitasnya. Konsep ini akan berjalan, jika setiap
nilai rupiah yang dikeluarkan untuk pelatihan dan pendidikan mempunyai prosedur
yang tepat, seperti tepat kebutuhan organisasi dan kebutuhan personal pegawai,
metode pelatihan dan pendidikan yang tepat serta evaluasi yang berjalan dengan baik.
Hal di atas ditegaskan, karena pada setiap departemen mengeluarkan atau
mendapatkan kontribusi biaya pelatihan dan pendidikan di atas 20,00% dari total gaji,
bahkan periode tertentu mencapai proporsi 30,00%. Konsep pertanggungjawaban
dengan menjalankan organisasi dengan baik perlu menjadi perhatian, sehingga secara
langsung atau tidak langsung setiap rupiah uang negara mempunyai peruntukan yang
jelas, di mana seluruhnya harus balik pada manfaat yang diperoleh masyarakat.
Pada tahun 2007 total biaya gaji yang dikeluarkan sebesar Rp.66.103.233.189,
nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 43,95% atau sebesar
Rp.95.154.995.684 pada tahun 2008. Hal penting yang dapat menjadi sumber
pembelajaran pada tahun 2009 adalah adanya pengurangan biaya gaji, dengan
44
penurunan sebesar 12,31% atau dengan nilai Rp.83.442.533.576. Penurunan total gaji
pada tahun 2009 disebabkan penurunan gaji pada departemen distribusi dan fungsi
pendukung. Secara spesifik yang mengalami penurunan adalah jenis gaji untuk cuti
dan diklat.
Pengurangan gaji diharapkan sebagai hasil dari evaluasi pengeluaran
perusahaan, tanpa mengurangi kegiatan produksi atau sejenisnya. Pengurangan gaji
diharapkan sebagai wujud proses efisiensi atau penghindaran pemborosan, terutama
mengurangi biaya yang tidak terkait dengan produktivitas perusahaan.
4.2.3. Biaya Administrasi
Biaya administrasi tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi
(dalam penelitian ini untuk menghasilkan daya listrik). Biaya administrasi pada PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB juga dihubungkan dengan departemen atau divisi yang
ada, yaitu divisi pembangkit, distribusi dan tata usaha. Informasi biayanya pada tabel
berikut.
Tabel 8. Biaya Administrasi pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009
Jenis Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
Pembangkit PLTA 1.050.000 3.250.000 450.000
PLTU 754.191.600 610.500 10.111.448
PLTD 5.426.742.361 5.364.889.131 4.647.330.649
Sub total 6.181.983.961 5.368.749.631 4.657.892.097
Distribusi 1.838.914.153 1.848.095.261 1.282.316.581
TU Langganan 6.924.743.702 6.593.492.916 8.009.052.835
F.Pendukung 15.493.076.808 15.708.336.032 13.167.994.886
Total 30.438.718.624 29.518.673.840 27.117.256.399
% Perubahan -3,02 -8,14
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
45
Biaya administrasi yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB pada
periode 2007-2009 mengalami penurunan, dengan rata-rata penurunan per tahun
sebesar 5,58%. Penurunan biaya administrasi ini diperlukan agar dapat memberikan
kontribusi atas total pengeluaran yang lebih rendah, sehingga dapat membentuk biaya
operasional yang lebih rendah untuk setiap satuan daya listrik yang dihasilkan.
Berdasarkan Tabel 8, aspek penting yang perlu dicermati adalah biaya
administrasi untuk departemen pembangkit, ternyata masih ada biaya yang
dikeluarkan untuk pembangkit PLTU, sementara pembangkit tersebut tidak
beroperasional. Dapat dilihat dari tidak adanya personal yang melakukan
pengelolaan, terbukti dengan biaya gaji yang nihil pada sub pembangkit tersebut.
Pengurangan biaya administrasi dan biaya lainnya perlu dilakukan melalui
penghapusan departemen yang hanya memberikan beban biaya, sementara tidak
mempunyai kontribusi dalam meningkatkan output. Alternatif lain yang dapat
ditempuh dalam mengurangi biaya administrasi adalah investasi pada penggunaan
teknologi, sehingga dapat mempercepat waktu dan penggunaan materiil yang terkait
dengan pencatatan. Termasuk juga pelaporan antar departemen atau dengan hirarki
organisasi yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan penerapan pengelolaan
organisasi berbasis komputerisasi on line.
Kegiatan administrasi berhubungan dengan pencatatan, dokumentasi dan
aspek lain untuk mendukung kelancaran kerja internal dan eksternal organisasi.
Beban biaya administrasi pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB terbesar pada
46
departemen tata usaha langganan dan fungsi pendukung. Hal ini terkait dengan
pencatatan internal dan eksternal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
perusahaan dengan pelanggan, termasuk juga pencatatan nilai nominal pembayaran.
4.2.4. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk menjaga agar mesin dan aktiva lainnya
dapat berfungsi dengan baik, termasuk juga untuk menghindari kerusakan selama
umur ekonomis. Tegasnya biaya pemeliharaan dikeluarkan agar aktiva yang
dihasilkan mampu memberikan kontribusi manfaat yang optimal selama masih
mempunyai nilai ekonomis. Konsep ekonomis ini menjadi penting untuk diperhatikan
agar jenis biaya yang dikeluarkan tidak bersifat lebih tinggi dari manfaat yang
dihasilkan.
Biaya pemeliharaan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB mempunyai dua
bentuk, yaitu biaya untuk penggunaan materiil dan jasa. Perlu ditegaskan bahwa
biaya pemeliharaan berbeda dengan investasi kembali, jadi biaya pemeliharaan tidak
bersifat menambah nilai dari aktiva tetap. Aspek yang bertambah dari dikeluarkannya
biaya pemeliharaan adalah manfaat dari aktiva akan sesuai dengan manfaat
sebenarnya selama umur ekonomis atau menghindari terjadinya kerusakan.
Penggunaan materiil pada biaya pemeliharaan bersifat mengganti spare part
pada mesin, sedangkan pada aktiva lainnya mempunyai sifat mengembalikan fungsi
aktiva tetap tersebut sesuai dengan perencanaan awal pembelian atau pembangunan
47
aktiva tetap terkait. Informasi biaya pemeliharaan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB,
sebagai berikut.
Tabel 9. Biaya Pemeliharaan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-
2009
Jenis Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
Pembangkit PLTA
- Materiil 28.629.434 30.130.469 4.838.750
- Jasa 15.874.325 415.080.500 20.664.000
PLTU
- Materiil 0 0 0
- Jasa 282.150.000 1.780.000 0
PLTD
- Materiil 29.113.362.993 38.516.299.832 48.900.309.941
- Jasa 18.396.559.875 37.808.732.074 30.850.740.875
Sub total 47.836.576.627 76.772.022.875 79.776.553.566
Transmisi - Materiil 0 0 64.210.600
- Jasa 0 0 338.937.500
Sub total 0 0 403.148.100
Distribusi - Materiil 6.523.495.749 9.376.206.310 8.517.120.946
- Jasa 8.699.249.014 10.186.793.705 10.757.677.679
Sub total 15.222.744.763 19.563.000.015 19.274.798.625
Tata Usaha
Langganan
- Materiil 1.183.524.975 1.012.665.520 601.938.033
- Jasa 2.484.680.943 5.980.780.008 2.459.963.847
Sub total 3.668.205.918 6.993.445.528 3.061.901.880
Fungsi
Pendukung
- Materiil 3.199.049.966 3.380.266.067 2.799.458.648
- Jasa 8.351.501.304 12.758.429.654 11.766.254.017
Sub total 11.550.551.270 16.138.695.721 14.565.712.665
Total 78.278.078.578 119.467.164.139 117.082.114.836
% Perubahan 52,62 -2,00
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
meliputi seluruh aktiva tetap yang pada setiap departemen. Biaya pemeliharaan ini
sangat tergantung pada kebijakan manajemen, kondisi aktiva tetap dan dana yang
48
tersedia. Pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang besar, yaitu 52,62%
dengan nilai sebesar Rp.119.467.164.139. Pada tahun 2009 biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2008, dengan persentase sebesar 2,00%
atau dengan nilai sebesar Rp.117.082.114.836.
Aspek yang perlu mendapatkan perhatian, terkait dengan biaya pemeliharaan
ini adalah adanya biaya pemeliharaan pada departemen pembangkit yang sifatnya
tidak operasional. Ditegaskan tidak ada kegiatan operasional, karena pegawai yang
ada pada PLTA tersebut tidak ada, terbukti dengan tidak adanya beban biaya pegawai
pada sub departemen terkait.
Biaya pemeliharaan terbesar dilihat per departemen terjadi pada departemen
pembangkit dengan persentase sebesar 641,11% pada tahun 2007, sebesar 64,26%
pada tahun 2008 dan 68,14% pada tahun 2009. Persentase biaya pemeliharaan yang
dominan pada departemen pembangkit dapat diterima, karena aktiva penting berupa
mesin pembangkit listrik berada pada departemen tersebut.
Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB diharapkan dapat meningkatkan kemampuan setiap aktiva
dalam menghasilkan manfaatnya, terutama pada aktiva tetap berupa mesin
pembangkit. Diharapkan jasa pemeliharaan yang digunakan telah berpengalaman
dalam bidangnya serta telah terbentuk kemitraan usaha, dengan pertimbangan
pengambilan keputusan obyektif oleh pihak manajemen. Makna keputusan obyektif
49
tersebut adalah pihak luar yang dijadikan mitra adalah yang mampu menghasilkan
kerja yang paling tinggi dan sisi lain beban biaya yang dikeluarkan terendah
(pertimbangan manfaat dan biaya yang optimal).
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2008 belum ada beban
biaya pemeliharaan untuk departemen transmisi, tetapi pada tahun 2009 dibebankan
sebesar Rp.403.148.100. Transmisi terkait dengan instalasi yang digunakan untuk
melakukan pengantaran output (listrik) dari pembangkit menuju pelanggan.
Keberadaan transmisi ini sangat penting, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan
dengan baik, karena jika ada gangguan akan dapat menyebabkan penyaluran listrik
pada pelanggan relatif terganggu.
4.2.5. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan berhubungan dengan keausan dari aktiva tetap, terkait
dengan waktu. Variabel pentingnya adalah waktu, bukan dilihat dari penggunaannya,
serta mengalami keausan. Aktiva tetap yang masih berada pada umur ekonomis akan
selalu dibebankan biaya penyusutan.
Dalam akuntansi dikenal berbagai metode penentuan nilai penyusutan dapat
dengan berbagai alternatif, diantaranya adalah metode garis lurus, metode jam jasa,
metode hasil produksi, metode beban berkurang, metode saldo menurun dan berbagai
alternatif metode lainnya. PT. PLN (Persero) Wilayah NTB menggunakan metode
garis lurus, tetapi dikarenakan setiap jenis aktiva tetap mendapatkan kegiatan
investasi kembali menyebabkan nilai penyusutannya tidak konstan per tahun.
50
Sifat dari biaya penyusutan tidak bersifat cash out flow atau tidak bersifat
aliran kas keluar dari perusahaan pada pihak luar, tetapi jenisnya adalah pengakuan
sebagai biaya. Akumulasi dari biaya penyusutan tersebut diperuntukkan bagi
perolehan kembali aktiva sejenis. Dalam manajemen keuangan, akumulasi
penyusutan dikenal sebagai salah satu sumber model internal, yaitu sumber modal
internal intensif. Artinya uang tersebut ada dalam perusahaan, sehingga dapat
dipinjam untuk melakukan investasi kembali, sebelum digunakan untuk perolehan
aktiva tetap yang dimaksud.
Informasi biaya penyusutan yang dibebankan per departemen dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Biaya Penyusutan pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009
Jenis Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
Pembangkit PLTA 501.893.544 501.893.544 501.893.544
PLTU 7.952.832 47.716.992 47.716.992
PLTD 34.640.759.002 37.052.240.445 37.184.180.178
Sub total 35.150.605.378 37.601.850.981 37.733.790.714
Transmisi - -
Distribusi 21.525.741.333 23.553.459.694 26.318.311.879
Tata Usaha
Langganan
543.972.005 682.122.605 596.541.402
Fungsi
Pendukung
1.934.141.420 1.963.382.355 1.862.467.986
Total 59.154.460.136 63.800.815.635 66.511.111.981
% Perubahan 7,85 4,25
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
Penggunaan metode garis lurus dapat dibuktikan pada biaya penyusutan sub
departemen PLTA yang konstan. Biaya penyusutan yang dibebankan mempunyai
51
nilai yang konstan, karena tidak dilakukan investasi kembali atau sejenisnya yang
menyebabkan nilai buku aktiva tersebut berubah. Adapun pada sub departemen
lainnya terjadi perubahan biaya penyusutan, karena adanya perubahan nilai buku
aktiva tetap tersebut.
Total biaya penyusutan yang dibebankan pada PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB di tahun 2007 sebesar Rp.59.154.460.136. Nilai tersebut mengalami
peningkatan sebesar 7,85% pada tahun 2008, dengan total biaya sebesar
Rp.63.800.815.635 dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2009, sebesar 4,25%
atau dengan biaya sebesar Rp.66.511.111.981. Fakta ini memberikan pembuktian
bahwa nilai aktiva yang dimiliki PT. PLN (Persero) Wilayah NTB pada periode
2007-2009 mengalami peningkatan.
Departemen yang memberikan kontribusi besar pada biaya penyusutan berasal
dari departemen pembangkit (khususnya sub PLTD) dan departemen distribusi. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai aktiva PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dominan
berada pada dua departemen tersebut.
Informasi penting lain yang perlu diberikan pada biaya penyusutan ini adalah
tidak adanya biaya penyusutan yang dibebankan pada departemen transmisi. Kondisi
ini menunjukkan bahwa umur ekonomis aktiva tetap pada departemen tersebut telah
habis, tetapi sisi lain pihak manajemen masih mengeluarkan biaya pemeliharaan.
Seyogyanya, pihak manajemen tidak perlu melakukan pengeluaran biaya
pemeliharaan, karena aktiva terkait telah habis umur ekonomisnya. Kegiatan
52
pemeliharaan tidak akan memberikan manfaat yang sebanding, kecuali akan
dilakukan penjualan atas aktiva terkait agar harga jualnya mengalami peningkatan.
Informasi lebih jelasnya berikut diberikan informasi nilai aktiva tetap yang
dimiliki PT. PLN (Persero) Wilayah NTB (kecuali tanah, tidak dibebankan biaya
penyusutan).
Tabel 11. Rincian Nilai Aktiva Tetap PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-
2009
No. Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
1. Bangunan 41.042.389.621 40.849.232.547 42.192.408.727
2. Saluran air 500.657.000 500.657.000 500.657.000
3. Instalasi dan mesin 524.237.939.880 530.179.699.290 541.884.970.276
4. Perlengkapan
penyaluran listrik 77.308.363.989 80.569.465.189 80.365.965.189
5. Jaringan distribusi 377.703.875.441 425.139.024.374 475.432.041.427
6. Gardu distribusi 103.744.303.521 125.110.147.830 140.539.641.849
7. Perlengkapan
distribusi 87.367.445.272 98.190.044.724 105.760.204.929
8. Perlengkapan
pengolahan data 9.762.646.096 10.755.447.166 10.817.114.335
9. Perlengkapan trans.
data 75.416.652 75.416.652 75.416.652
10. Perlengkapan
telekomunikasi 5.697.862.024 5.751.590.636 5.841.765.936
11. Perlengkapan umum 16.357.196.085 19.105.069.138 25.152.930.298
12. Mobil dan
perlengkapan 6.829.694.420 8.982.444.420 9.499.022.586
13. Material cadang 1.860.000 1.860.000 1.860.000
Total 1.250.629.650.001 1.345.210.098.966 1.438.063.999.204
% Perkembangan 7,56 6,90
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Nilai aktiva PT. PLN (Persero) Wilayah NTB mengalami peningkatan,
khususnya aktiva yang mengalami keausan. Peningkatan yang terjadi sebesar 7,56%
53
pada tahun 2008 dan sebesar 6,90% pada tahun 2009. Persentase peningkatan
tersebut dapat dinyatakan sebagai persentase investasi kembali yang dilakukan oleh
pihak manajemen.
Komponen terbesar nilai aktiva tetap PT. PLN (Persero) Wilayah NTB berada
pada dua jenis, yaitu mesin dan instalasinya serta jaringan distribusi. Dua jenis aktiva
ini mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan produksi, jika dilakukan
peningkatan jumlah pelanggan atau peningkatan jumlah permintaan konsumen, maka
secara otomatis terjadi peningkatan kapasitas kerja mesin dan dilakukan investasi
kembali pada saluran distribusi.
Besarnya biaya penyusutan dihubungkan dengan nilai aktiva tetap, secara
berturut-turut sebesar 4,73% pada tahun 2007, sebesar 4,74% pada tahun 2008 dan
sebesar 4,63% pada tahun 2009. Persentase ini pada dasarnya menunjukkan nilai atau
persentase penyusutan atas nilai aktiva sebesar 5,00% (persentasenya berkurang,
karena investasi kembali pada aktiva tidak selalu terjadi pada awal tahun, yang
menyebabkan periode pembaginya berbeda pada setiap jenis aktiva).
Berdasarkan persentase biaya penyusutan terhadap nilai aktiva pada kisaran
5,00%, maka dapat dinyatakan umur ekonomis dari aktiva yang dimiliki berada pada
kisaran 20 tahun. Diharapkan setiap jenis aktiva tetap dapat difungsikan dengan
optimal selama umur ekonomisnya.
54
4.2.6. Biaya Lainnya
Komponen biaya lain yang membentuk biaya operasional adalah biaya sewa.
Dijadikan sebagai biaya operasional, karena sewa dikeluarkan untuk mendapatkan
mesin produksi. Biaya sewa ini dapat diekuivalenkan dengan biaya penyusutan yang
diemban oleh perusahaan, jika melakukan pembelian atau aktiva tetap milik sendiri.
Informasi biaya sewa dan bentuk biaya lainnya yang dikeluarkan oleh PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB, sebagai berikut.
Tabel 12. Biaya Lainnya pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009
No. Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
1. Sewa 28.356.797.682 53.463.632.094 54.571.802.557
2. Lainnya* 0 0 17.412.896.979
Total 28.356.797.682 53.463.632.094 71.984.699.536
% Perubahan 88,54 34,64
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Keterangan : * angkutan bahan bakar
Biaya sewa yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB pada periode
2007-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 dengan peningkatan sebesar
88,54% dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2009, walaupun dengan
peningkatan yang relatif rendah.
Dalam manajemen keuangan, investasi pada aktiva tetap berupa mesin dapat
dilakukan dengan alternatif, yaitu sewa atau pembelian. Perlu dilakukan analisis yang
mendalam secara ekonomis, di mana pilihan dengan biaya yang rendah menjadi
pilihan atau alternatif. Di samping aspek ekonomi, perlu juga dipertimbangkan aspek
kemandirian, terkait dengan kriteria dari jenis produksi yang dilakukan oleh
55
perusahaan yang bersifat menguasai hajat hidup orang banyak. Pada periode yang
akan datang, bagaimana kemandirian dalam produksi perlu menjadi perhatian,
sehingga sesuai dengan visi yang dibangun oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB,
yaitu menjadi penguasa pasar dalam bidang kelistrikan yang sifatnya nyata.
4.3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Secara spesifik dalam kasus PT. PLN (Persero) harga pokok penjualan akan
mempunyai nilai yang sama dengan biaya operasional. Komponen biaya operasional
yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB periode 2007-2009 telah
diuraikan. Akumulasi dari seluruh komponen biaya tersebut merupakan harga pokok
penjualan. Berikut perhitungan biaya operasionalnya.
Tabel 13. Harga Pokok Penjualan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Periode 2007-
2009
No. Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
1. Bahan bakar 932.522.757.964 1.572.211.264.889 1.090.363.600.421
2. Pegawai 66.103.233.189 95.154.995.684 83.442.533.576
3. Administrasi 30.438.718.624 29.518.673.840 27.117.256.399
4. Pemeliharaan 78.278.078.578 119.467.164.139 117.082.114.836
5. Penyusutan 59.154.460.136 63.800.815.635 66.511.111.981
6 Lainnya 28.356.797.682 53.463.632.094 71.984.699.536
Total 1.194.854.046.173 1.933.616.546.281 1.456.501.316.749
% Perubahan 61,83 -24,67
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Total biaya operasional pada periode 2007-2009 telah dapat ditentukan. Pada
tahun 2007 sebesar Rp.1.194.854.046.173, biaya operasional tersebut meningkat
sebesar 61,83% pada tahun 2008 (dengan nilai sebesar Rp. 1.933.616.546.281).
56
Adapun pada tahun 2009 terjadi penurunan secara total, dengan penurunan sebesar
24,67% (nilai sebesar Rp.1.456.501.316.749).
Peningkatan ataupun penurunan biaya operasional secara total tidak akan
memberikan gambaran bahwa perusahaan telah melakukan efisiensi atau tidak.
Apabila peningkatan biaya operasional yang terjadi lebih rendah dari peningkatan
output, maka biaya operasional per unit semakin rendah dan menunjukkan perbaikan.
Adapun jika penurunan biaya operasional secara total lebih rendah dibandingkan
dengan penurunan outputnya, maka akan menyebabkan biaya operasional per unit
meningkat, berarti kinerja perusahaan mengalami penurunan.
Dalam rangka mengetahui kriteria di atas pada PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB, maka total biaya operasional tersebut perlu dihubungkan dengan daya listrik
yang dihasilkan. Berikut informasinya.
Tabel 14. Harga Pokok Penjualan Per KWH pada PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Periode 2007-2009
No. Keterangan Tahun (Rp)
2007 2008 2009
1. Total Biaya Opers. 1.194.854.046.173 1.933.616.546.281 1.456.501.316.749
2. Total KWH 571.064.208 621.776.101 663.435.100
3. HPP./KWH 2.092,33 3.109,83 2.195,39
% Perubahan 48,63 -29,40
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Berdasarkan informasi pada tabel di atas dapat dinyatakan bahwa pihak
manajemen pada tahun 2009 telah melakukan perbaikan, yaitu harga pokok penjualan
per KWH mengalami penurunan sebesar 29,40 atau sebesar Rp.2.195/KWH.
Penurunan harga pokok pokok penjualan ini dapat dilakukan secara terus menerus
57
dengan melakukan konversi bahan bakar, efisiensi dalam pengelolaan personalia,
tepat dalam pemilihan metode investasi dan berbagai aspek manajemen lainnya.
Dalam kajian manajemen keuangan dapat juga diberikan alternatif untuk
melakukan pengusulan penghapusan atau penjualan aktiva tetap yang tidak
berproduksi, sehingga akan mengurangi beban biaya pemeliharaan dan penyusutan,
bahkan hasil penjualannya dapat dilakukan untuk melakukan investasi kembali.
Kajian secara mendalam dapat juga dilakukan dengan memberikan fokus
perhatian pada komponen biaya operasional yang memberikan kontribusi terbesar.
Bentuk komponen biaya tersebut adalah bahan bakar, lebih jelasnya berikut
komposisi setiap bentuk biaya operasional yang dikeluarkan PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB.
Tabel 15. Proporsi Biaya operasional PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Periode 2007-
2009
No. Keterangan Tahun (%)
2007 2008 2009
1. Bahan bakar 78,04 81,31 74,86
2. Pegawai 5,53 4,92 5,73
3. Administrasi 2,55 1,53 1,86
4. Pemeliharaan 6,55 6,18 8,04
5. Penyusutan 4,95 3,30 4,57
6 Lainnya 2,37 2,76 4,94
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Komponen biaya operasional yang mempunyai komposisi terbesar adalah
biaya bahan bakar, dengan proporsi sebesar 78,04% pada tahun 2007, sebesar 81,31%
pada tahun 2008 dan sebesar 74,86% pada tahun 2009 dari total biaya operasional
yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB. Dengan demikian, fokus
58
perhatian diupayakan untuk melakukan penghematan pada biaya bahan bakar.
Alternatif penggunaan bahan bakar menjadi penting dilakukan, termasuk mencari
alternatif jenis pembangkit yang dimiliki sesuai dengan potensi yang ada di Provinsi
NTB.
Temuan harga pokok penjualan per KWH pada dasarnya adalah sebagai nilai
terendah tarif yang menyebabkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB berada pada
kondisi BEP (break even point). Fakta yang ada, harga yang ditetapkan untuk
konsumen masih jauh lebih rendah, sehingga dipastikan kondisi yang dialami adalah
merugi.
4.4. Penentuan Varians Harga Jual dan Harga Pokok Penjualan pada PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB
Pada tahun 2007 harga gabungan (istilah yang digunakan untuk rata-rata tarif
setiap jenis pelanggan) oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB sebesar Rp.599,36
(diperoleh dari total nilai penjualan dibagi dengan total KWH yang dijual;
Rp.342.271.661.000/571.064 KWH). Adapun pada tahun 2008 harga jualnya sebesar
Rp.637,02, sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp.688,46 (dikutip dari laporan
tahunan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB).
59
Berdasarkan informasi di atas, terlihat jelas adanya varian yang sangat besar, berikut
hasil perhitungannya.
Tabel 16. Varians Harga Jual dengan Harga Pokok Penjualan per KWH pada PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB Tahun 2007-2009.
Tahun Per KWH
Tarif (Rp) HPP (Rp) Varians (Rp) %Tarif/HPP
2007 599,36 2.092,33 -1.492,97 28,65
2008 637,02 3.109,83 -2.472,81 20,48
2009 688,46 2.195,39 -1.506,93 31,36
Rata-rata 641,61 2.465,85 -1.824,24 26,83
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah NTB (data diolah).
Varians harga atau tarif dengan harga pokok penjualan (HPP) yang terjadi
tergolong tinggi untuk setiap KWH yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB. Harga pokok penjualan untuk setiap KWH listrik jauh lebih besar dengan tarif
yang ditetapkan, terlihat juga dalam persentase antara tarif dengan HPP, yang berada
pada kisaran 30,00% (berarti 70,00%-nya merupakan kerugian).
Rata-rata selisih negatif tarif dengan HPP per KWH periode 2007-2009 pada
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB sebesar –Rp.1.824,24 atau terjadi kerugian sebesar
nilai tersebut pada setiap KWH yang dihasilkan. Pada kondisi yang demikian,
dipastikan akan menyebabkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB mengalami kerugian
yang besar, bahkan semakin besar daya yang mampu dihasilkan akan menyebabkan
semakin besar kerugian yang dialami, karena biaya langsungnya berupa bahan bakar
yang menjadi biaya yang dominan dalam membentuk HPP.
60
4.5. Interpretasi
Bisnis yang dijalankan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB tidak dapat
dinyatakan mempunyai konsep komersial, karena fakta menunjukkan bahwa bisnis
ini tidak dapat menetapkan harga jual produknya sesuai dengan kondisi internalnya
dalam memproduksi setiap satuan output (KWH listrik). Bisnis ini lebih banyak
mengandung peranan sebagai lembaga sosial yang mengemban amanat kepentingan
masyarakat (produk yang dihasilkan bersifat menguasai hajat hidup orang banyak).
Ditegaskan demikian, karena HPP yang terjadi dengan tarif yang ditetapkan
per KWH listrik sangat tinggi variansnya, dengan tarif yang minimal. Pemerintah
mempunyai peranan penting dalam memberikan subsidi atau istilah lain untuk tetap
menjamin keberlangsungan produksi yang dijalankan PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB. Dinyatakan demikian, karena tanpa subsidi tersebut perusahaan terkait tidak
akan dapat bertahan dalam waktu yang singkat.
Harga jual yang ditetapkan sangat rendah dibandingkan dengan HPP, bahkan
prosentasenya tidak lebih dari 30,00% (tepatnya pada periode 2007-2009 sebesar
26,83%), berarti setiap KWH terdapat kandungan kerugian lebih dari 70,00%.
Dengan demikian, konsep yang dijalankan bisnis PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan melakukan pengurangan kerugian, bukan
dalam konsteks global atau lainnya. Apabila PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dapat
melakukan efisiensi atau kegiatan manajemen lain yang menyebabkan kerugian
berkurang adalah suatu prestasi yang sangat baik, terlebih dalam periode jangka
61
panjang dapat berada pada posisi BEP merupakan suatu prestasi yang sangat
gemilang.
Konteks di atas, jika tidak dilakukan peningkatan tarif listrik dalam rangka
membela kepentingan masyarakat. Peningkatan tarif listrik dapat dinyatakan bukan
solusi yang disenangi oleh masyarakat, karena akan dapat berdampak pada
kemerosotan ekonomi dan sosial masyarakat. Masyarakat NTB secara umum masih
berada dalam taraf ekonomi rendah, sehingga implikasi peningkatan harga sebagai
dampak peningkatan tarif listrik tidak akan dapat diatasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan melakukan akumulasi seluruh biaya
produksi yang dikeluarkan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, diperoleh HPP
per KWH di tahun 2007 sebesar Rp.2.092,33, tahun 2008 sebesar Rp.3.109,83
dan tahun 2009 sebesar Rp.2.195,39. Ada kecenderungan terjadi penurunan,
terlebih jika dilakukan alih teknologi mesin pembangkit dengan bahan bakar
yang lebih murah, misalnya MFO.
2. Tarif yang ditentukan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, mempunyai
varians negatif yang tinggi dengan HPP per KWH. Pada tahun 2007 terjadi
varians negatif sebesar -Rp.1.499,97, tahun 2008 sebesar –Rp.2.472,81 dan
tahun 2009 sebesar –Rp.1.506,93. Varians yang terjadi tergolong sangat
tinggi, dapat juga dilihat dari proporsi tarif dengan HPP per KWH tidak lebih
dari 30,00% (selisihnya 70,00% merupakan kerugian).
5.2. Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini tidak dikaitkan dengan kebijakan
peningkatan tarif, karena akan berdampak pada aspek ekonomi dan sosial yang
kerugiannya akan jauh lebih besar dari nilai subsidi kerugian PT. PLN (Persero)
63
Wilayah NTB yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk itu saran dalam penelitian ini
adalah :
1. Upaya secara terus menerus untuk melakukan efisiensi sangat diperlukan,
terutama pada pengurangan biaya bahan bakar dengan cara mencari alternatif
bahan bakar, termasuk melakukan investasi pada mesin yang beralih
menggunakan bahan bakar yang lebih murah. Efisiensi dapat juga dilakukan
dengan menerapkan manajemen keuangan berupa penghapusan aktiva tetap
yang tidak digunakan, sehingga dapat dikurangi biaya pemeliharaan dan
pembebanan biaya penyusutan. Efisiensi dapat juga dilakukan dengan cara
melakukan efisiensi pada ketenagakerjaan, sehingga gaji dan pengeluaran
lainnya dapat diminimalkan.
2. Masyarakat dan pemerintah harus menyadari sepenuhnya, kondisi dari PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB. Pemerintah turut andil dalam memberikan
subsidi serta masyarakat dapat membantu dengan cara berhemat dalam
menggunakan listrik, karena pada prinsipnya setiap KWH yang digunakan
mendapatkan subsidi yang besar dari pemerintah atau wujud kerugian dari PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB.
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.1
WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER FUNGSITAHUN 2007 DAN TAHUN 2006
Biaya Penyusutan
1 Januari 2006 Penambahan Pengurangan Koreksi Fungsi
dan Lainnya 31 Desember 2006 1 Januari 2007 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Fungsi Koreksi Lainnya 31 Desember 2007 31 Desember 2007
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
PEMBANGKITAN :
1 P L T A 13,532,436,400 - - - 13,532,436,400 13,532,436,400 - - - - 13,532,436,400 501,893,544
2 P L T U - - - - - - 8,492,239,328 - - - 8,492,239,328 7,952,832
3 P L T D 511,135,902,121 72,787,566,082 - - 583,923,468,203 583,923,468,203 48,821,672,413 - (6,301,921,864) - 626,443,218,752 34,640,759,002
4 P L T G - - - - - - - - - - - -
5 P L T P - - - - - - - - - - - -
6 P L T G U - - - - - - - - - - - -
Sub Total 524,668,338,521 72,787,566,082 - - 597,455,904,603 597,455,904,603 57,313,911,741 - (6,301,921,864) - 648,467,894,480 35,150,605,378
TRANSMISI : -
7 Transmisi - 2,098,826,824 - (219,302,000) 1,879,524,824 1,879,524,824 292,318,600 - - - 2,171,843,424 -
8 Tele Informasi Data - - - - - - - - - - - -
Sub Total - 2,098,826,824 - (219,302,000) 1,879,524,824 1,879,524,824 292,318,600 - - - 2,171,843,424 -
DISTRIBUSI : -
9 Distribusi 498,838,977,126 27,280,094,142 - - 526,119,071,268 526,119,071,268 48,750,203,441 42,206,475 2,686,690,864 (32,215,000) 577,481,544,098 21,160,259,685
10 Unit P. Distribusi 3,654,816,652 - - - 3,654,816,652 3,654,816,652 - - - - 3,654,816,652 365,481,648
Sub Total 502,493,793,778 27,280,094,142 - - 529,773,887,920 529,773,887,920 48,750,203,441 42,206,475 2,686,690,864 (32,215,000) 581,136,360,750 21,525,741,333
-
11 T U LANGGANAN 4,391,703,780 646,845,450 - (17,315,900) 5,021,233,330 5,021,233,330 773,253,000 - - - 5,794,486,330 543,972,005
LAINNYA : -
12 Tata Usaha 12,503,672,716 10,415,752,864 - 17,315,900 22,936,741,480 22,936,741,480 448,015,000 - 3,615,231,000 - 26,999,987,480 1,573,173,483
13 Gud & Pers. Bahan 2,355,558,000 - - - 2,355,558,000 2,355,558,000 - - - - 2,355,558,000 60,834,012
14 B e n g k e l 85,743,000 - - - 85,743,000 85,743,000 - - - - 85,743,000 3,766,800
15 Laboratorium - - - - - - - - - - - -
16 Jasa-Jasa Teknik - - - - - - - - - - - -
17 Wisma dan R. Dinas 363,043,265 - - - 363,043,265 363,043,265 - - - - 363,043,265 19,984,056
18 Telekomunikasi 4,498,500,148 1,440,001,726 - - 5,938,501,874 5,938,501,874 1,489,868,150 - - - 7,428,370,024 276,383,069
19 Rupa-2 Jasa Umum - - - - - - - - - - -
20 Pendidikan & Latihan - - - - - - - - - - - -
Sub Total 19,806,517,129 11,855,754,590 - 17,315,900 31,679,587,619 31,679,587,619 1,937,883,150 - 3,615,231,000 - 37,232,701,769 1,934,141,420
T O T A L 1,051,360,353,208 114,669,087,088 - (219,302,000) 1,165,810,138,296 1,165,810,138,296 109,067,569,932 42,206,475 - (32,215,000) 1,274,803,286,753 59,154,460,136
Catatan :
- Total Koreksi Antar Fungsi ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ). - Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.1
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 8 Lamp 2D- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited
No. Fungsi
TAHUN 2006 TAHUN 2007
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.2
WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER JENISTAHUN 2007 DAN TAHUN 2006
Biaya Penyusutan
1 Januari 2006 Penambahan Pengurangan Koreksi Jenis Dan
Lainnya 31 Desember 2006 1 Januari 2007 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Jenis Koreksi Lainnya 31 Desember 2007 31 Desember 2007
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
1 Bangunan dan Kelengkapan Halaman 29,544,452,807 9,459,479,614 - 390,428,500 39,394,360,921 39,394,360,921 1,648,028,700 - - - 41,042,389,621 2,000,144,182
2 Bangunan Saluran Air & Perlkpnya 500,657,000 - - - 500,657,000 500,657,000 - - - - 500,657,000 18,542,832
3 Jalan Sepur Samping - - - - - - - - - - - -
4 Instalasi dan Mesin 418,133,199,486 64,569,743,391 - (76,134,300) 482,626,808,577 482,626,808,577 42,997,193,017 - (1,386,061,714) - 524,237,939,880 29,720,751,561
5 Reaktor Nuklir - - - - - - - - - - - -
6 Pelkpan Penyaluran T. Listrik 67,475,557,527 6,986,555,291 - 205,651,000 74,667,763,818 74,667,763,818 3,310,017,321 - (669,417,150) - 77,308,363,989 3,172,956,066
7 Gardu Induk - - - - - - - - - - - -
8 Saluran Udara Tegangan Tinggi - - - - - - - - - - - -
9 Kabel Dibawah Tanah - - - - - - - - - - - -
10 Jaringan Distribusi 339,197,066,826 15,338,466,055 - - 354,535,532,881 354,535,532,881 23,168,342,560 - - - 377,703,875,441 11,977,124,924
11 Gardu Distribusi 79,167,444,731 8,189,180,537 - - 87,356,625,268 87,356,625,268 16,015,328,228 42,206,475 414,556,500 - 103,744,303,521 3,007,783,997
12 Perlengkapan Lain Lain Distribusi 75,857,616,285 2,964,730,650 - - 78,822,346,935 78,822,346,935 8,577,313,337 - - (32,215,000) 87,367,445,272 5,393,592,334
13 Perlengkapan Pengolahan Data 8,786,676,581 34,898,050 - - 8,821,574,631 8,821,574,631 941,071,465 - - - 9,762,646,096 837,277,279
14 Perlengkapan Transmisi Data 75,416,652 - - - 75,416,652 75,416,652 - - - - 75,416,652 7,541,652
15 Perlengkapan Telekomunikasi 2,767,992,148 1,440,001,726 - - 4,207,993,874 4,207,993,874 1,489,868,150 - - - 5,697,862,024 257,064,569
16 Perlengkapan Umum 10,311,513,745 2,977,718,450 - 438,765,800 13,727,997,995 13,727,997,995 2,277,619,226 - 351,578,864 - 16,357,196,085 1,947,639,915
17 Kendaraan Bermotor dan Alat yg Mobil 4,538,131,420 609,486,500 - - 5,147,617,920 5,147,617,920 383,117,000 - 1,298,959,500 - 6,829,694,420 813,665,783
18 Material Cadang 970,187,000 - - (958,711,000) 11,476,000 11,476,000 - - (9,616,000) - 1,860,000 375,042
SUB TOTAL 1,037,325,912,208 112,570,260,264 - - 1,149,896,172,472 1,149,896,172,472 100,807,899,004 42,206,475 - (32,215,000) 1,250,629,650,001 59,154,460,136
19 Tanah & Hak atas Tanah 14,034,441,000 2,098,826,824 (219,302,000) 15,913,965,824 15,913,965,824 8,259,670,928 - - - 24,173,636,752 -
T O T A L 1,051,360,353,208 114,669,087,088 - (219,302,000) 1,165,810,138,296 1,165,810,138,296 109,067,569,932 42,206,475 - (32,215,000) 1,274,803,286,753 59,154,460,136
Catatan :
- Total Koreksi Antar Jenis ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ).
- Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.2
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 8 Lamp 2D
- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited
Kode
Akun Jenis
TAHUN 2006 TAHUN 2007
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12
WILAYAH NTB
GABUNGAN
Pemakaian Material Jasa Borongan Gaji dan Lainnya Cuti Dan Lainnya Diklat dan Lainnya
(1) (2) ( 3 = 4 S/D 10 ) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
6 00 1 00 000 - Pembelian T. Listrik *) - XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Sewa diesel / Genset 28,356,797,682 XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Beban Penggunaan Transmisi - XX XX XX XX XX XX XX XX
Sub Total 28,356,797,682 XX XX XX XX XX XX XX XX
PEMBANGKITAN :
6 11 0 00 000 P L T A 547,447,303 - 28,629,434 15,874,325 - - - 1,050,000 501,893,544
6 12 0 00 000 P L T U 1,044,294,432 - - 282,150,000 - - - 754,191,600 7,952,832
6 13 0 00 000 P L T D 1,037,984,527,644 932,522,757,964 29,113,362,993 18,396,559,875 9,382,659,227 3,224,215,540 5,277,470,682 5,426,742,361 34,640,759,002
6 14 0 00 000 P L T G - - - - - - - - -
6 15 0 00 000 P L T P - - - - - - - - -
6 16 0 00 000 P L T G/U - - - - - - - - -
Sub Total 1,039,576,269,379 932,522,757,964 29,141,992,427 18,694,584,200 9,382,659,227 3,224,215,540 5,277,470,682 6,181,983,961 35,150,605,378
TRANSMISI :
6 20 0 00 000 Transmisi - - - - - - - - -
6 30 0 00 000 Tele Informasi Data - - - - - - - - -
Sub Total - - - - - - - - -
DISTRIBUSI :
6 40 0 00 000 Distribusi 52,417,727,760 - 6,523,495,749 8,699,249,014 7,215,619,423 2,439,287,214 4,540,902,522 1,838,914,153 21,160,259,685
6 50 0 00 000 Unit Pengatur Distribusi 365,481,648 - - - - - - - 365,481,648
Sub Total 52,783,209,408 - 6,523,495,749 8,699,249,014 7,215,619,423 2,439,287,214 4,540,902,522 1,838,914,153 21,525,741,333
6 60 0 00 000 TATA USAHA LANGGANAN 17,904,017,266 - 1,183,524,975 2,484,680,943 3,633,105,810 1,325,424,472 1,808,565,359 6,924,743,702 543,972,005
FUNGSI PENDUKUNG :
6 71 0 00 000 Tata Usaha 54,033,717,818 - 2,977,858,196 8,189,077,822 11,668,744,170 5,295,472,759 9,288,501,567 15,040,889,821 1,573,173,483
6 72 0 00 000 Gudang dan Persed. Bahan 1,671,146,195 - 129,698,770 25,924,982 578,260,745 182,862,760 242,140,939 451,423,987 60,834,012
6 73 0 00 000 B e n g k e l 3,766,800 - - - - - - - 3,766,800
6 74 0 00 000 Laboratorium - - - - - - - - -
6 75 0 00 000 Jasa-Jasa Teknik - - - - - - - - -
6 76 0 00 000 Wisma dan Rumah Dinas 184,274,056 - 36,584,000 127,706,000 - - - - 19,984,056
6 77 0 00 000 Telekomunikasi 340,847,569 - 54,909,000 8,792,500 - - - 763,000 276,383,069
6 78 0 00 000 Rupa-Rupa Jasa Umum - - - - - - - - -
6 79 0 00 000 Pendidikan dan Latihan - - - - - - - - -
Sub Total 56,233,752,438 - 3,199,049,966 8,351,501,304 12,247,004,915 5,478,335,519 9,530,642,506 15,493,076,808 1,934,141,420
T O T A L 1,194,854,046,173 932,522,757,964 40,048,063,117 38,230,015,461 32,478,389,375 12,467,262,745 21,157,581,069 30,438,718,624 59,154,460,136
*) Diisi Pada Kolom Jumlah
Jangan Mengubah / Menambah Baris !!!!!
Catatan :
- Kolom 3 harus sama dengan laporan laba / rugi per fungsi
- Jumlah kolom 4 S/D 10 harus sama dengan laporan laba / rugi per unsur
IKHTISAR BEBAN USAHAPERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2007
Kode Akun U r a i a n / F u n g s i Jumlah Bahan Bakar dan
Pelumas
Biaya Pemeliharaan Kepegawaian
Biaya Administrasi Biaya
Penyusutan
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12.B.1
WILAYAH NTB
GABUNGAN
PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN MINYAK PELUMAS
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2007
J E N I S Satuan PLTA PLTU PLTD PLTG PLTP PLTGU Jumlah
2 3 4 5 6 7 8 9=3 s/d 8
Dalam Rupiah
H S D Rp. - - 846,770,985,270 - - - 846,770,985,270
M F O / Residu Rp. - - 71,372,040,376 - - - 71,372,040,376
I D O Rp. - - - - - - -
Sub Jumlah Minyak Bakar Rp. - - 918,143,025,646 - - - 918,143,025,646
Batu bara Rp. - - - - - - -
Gas alam Rp. - - - - - - -
Panas Bumi Rp. - - - - - - -
A i r Rp. - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Rp. - - - - - - -
Jumlah Bahan Bakar Rp. - - 918,143,025,646 - - - 918,143,025,646
Minyak Pelumas Rp. - - 14,379,732,318 - - - 14,379,732,318
J u m l a h Rp. - - 932,522,757,964 - - - 932,522,757,964
Dalam Satuan ( Unit )
H S D Liter - - 140,972,853 - - - 140,972,853
M F O / Residu Liter - - 26,747,982 - - - 26,747,982
I D O Liter - - - - - - -
Batu bara Kg - - - - - - -
Gas alam 1000 BTU - - - - - - -
Panas Bumi kWh - - - - - - -
A i r Kl - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Liter - - - - - - -
Minyak Pelumas Liter - - 889,501 - - - 889,501
Kolom 9 harus sama dengan Kolom 4 Lampiran 12
- Setiap ada mutasi rupiah bahan bakar harus diikuti dengan mengisi mutasi volume fisik dalam satuan unit yang digunakan.
- Jumlah rupiah kolom 3 s/d kolom 8 harus sama dengan kolom 4 lampiran 12.
- Kolom 9 (Jumlah bahan bakar yang digunakan dalam rupiah) harus sama dengan jumlah kolom 8 lampiran 12.B.2
PT PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.1
WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER FUNGSITAHUN 2008 DAN TAHUN 2007
Biaya Penyusutan
1 JANUARI 2007 Penambahan Pengurangan Koreksi Fungsi dan
Lainnya 31 DESEMBER 2007 1 JANUARI 2008 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Fungsi Koreksi Lainnya 31 DESEMBER 2008 31 DESEMBER 2008
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
PEMBANGKITAN :
1 P L T A 13,532,436,400 - - - 13,532,436,400 13,532,436,400 534,117,781 - - - 14,066,554,181 501,893,544
2 P L T U - 8,492,239,328 - - 8,492,239,328 8,492,239,328 272,597,470 - - - 8,764,836,798 47,716,992
3 P L T D 583,923,468,203 48,821,672,413 - (6,301,921,864) 626,443,218,752 626,443,218,752 29,236,746,904 18,526,706,419 - - 637,153,259,237 37,052,240,445
4 P L T G - - - - - - - - - - - -
5 P L T P - - - - - - - - - - - -
6 P L T G U - - - - - - - - - - - -
Sub Total 597,455,904,603 57,313,911,741 - (6,301,921,864) 648,467,894,480 648,467,894,480 30,043,462,155 18,526,706,419 - - 659,984,650,216 37,601,850,981
TRANSMISI : -
7 Transmisi 1,879,524,824 292,318,600 - - 2,171,843,424 2,171,843,424 7,612,234,816 - - (579,206,680) 9,204,871,560 -
8 Tele Informasi Data - - - - - - - - - - - -
Sub Total 1,879,524,824 292,318,600 - - 2,171,843,424 2,171,843,424 7,612,234,816 - - (579,206,680) 9,204,871,560 -
DISTRIBUSI : -
9 Distribusi 526,119,071,268 48,750,203,441 42,206,475 2,654,475,864 577,481,544,098 577,481,544,098 83,232,760,118 - - (200,878,700) 660,513,425,516 23,187,978,046
10 Unit P. Distribusi 3,654,816,652 - - - 3,654,816,652 3,654,816,652 - - - - 3,654,816,652 365,481,648
Sub Total 529,773,887,920 48,750,203,441 42,206,475 2,654,475,864 581,136,360,750 581,136,360,750 83,232,760,118 - - (200,878,700) 664,168,242,168 23,553,459,694
-
11 T U LANGGANAN 5,021,233,330 773,253,000 - - 5,794,486,330 5,794,486,330 1,137,753,845 - - - 6,932,240,175 682,122,605
LAINNYA : -
12 Tata Usaha 22,936,741,480 448,015,000 - 3,615,231,000 26,999,987,480 26,999,987,480 321,254,000 - - (703,070,395) 26,618,171,085 1,520,766,059
13 Gud & Pers. Bahan 2,355,558,000 - - - 2,355,558,000 2,355,558,000 28,861,000 - - - 2,384,419,000 62,036,572
14 B e n g k e l 85,743,000 - - - 85,743,000 85,743,000 - - - - 85,743,000 3,766,800
15 Laboratorium - - - - - - - - - - - -
16 Jasa-Jasa Teknik - - - - - - - - - - - -
17 Wisma dan R. Dinas 363,043,265 - - - 363,043,265 363,043,265 - - - - 363,043,265 19,984,112
18 Telekomunikasi 5,938,501,874 1,489,868,150 - - 7,428,370,024 7,428,370,024 53,728,612 - - - 7,482,098,636 356,828,812
19 Rupa-2 Jasa Umum - - - - - - - - - -
20 Pendidikan & Latihan - - - - - - - - - - - -
Sub Total 31,679,587,619 1,937,883,150 - 3,615,231,000 37,232,701,769 37,232,701,769 403,843,612 - - (703,070,395) 36,933,474,986 1,963,382,355
T O T A L 1,165,810,138,296 109,067,569,932 42,206,475 (32,215,000) 1,274,803,286,753 1,274,803,286,753 122,430,054,546 18,526,706,419 - (1,483,155,775) 1,377,223,479,105 63,800,815,635
Catatan :
- Total Koreksi Antar Fungsi ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ).
- Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.1
- Total kolom 10 harus sama dengan jumlah kolom 4 lamp 4.A.1
- Kolom 12 harus dijelaskan di Penjelasan Pos-pos Neraca
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 9 Lamp 2.D
- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited, dan saldo akhir didukung dengan Hasil Inventarisasi Fisik
No. Fungsi
TAHUN 2007 TAHUN 2008
PT PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.2
WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER JENISTAHUN 2008 DAN TAHUN 2007
Biaya Penyusutan
1 JANUARI 2007 Penambahan Pengurangan Koreksi Jenis Dan
Lainnya 31 DESEMBER 2007 1 JANUARI 2008 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Jenis Koreksi Lainnya 31 DESEMBER 2008 31 DESEMBER 2008
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
1 Bangunan dan Kelengkapan Halaman 39,394,360,921 1,648,028,700 - - 41,042,389,621 41,042,389,621 509,913,321 - - (703,070,395) 40,849,232,547 2,066,294,442
2 Bangunan Saluran Air & Perlkpnya 500,657,000 - - - 500,657,000 500,657,000 - - - - 500,657,000 18,542,832
3 Jalan Sepur Samping - - - - - - - - - - - -
4 Instalasi dan Mesin 482,626,808,577 42,997,193,017 - (1,386,061,714) 524,237,939,880 524,237,939,880 24,468,465,829 18,526,706,419 - - 530,179,699,290 31,748,559,257
5 Reaktor Nuklir - - - - - - - - - - - -
6 Pelkpan Penyaluran T. Listrik 74,667,763,818 3,310,017,321 - (669,417,150) 77,308,363,989 77,308,363,989 3,261,101,200 - - - 80,569,465,189 3,313,423,203
7 Gardu Induk - - - - - - - - - - - -
8 Saluran Udara Tegangan Tinggi - - - - - - - - - - - -
9 Kabel Dibawah Tanah - - - - - - - - - - - -
10 Jaringan Distribusi 354,535,532,881 23,168,342,560 - - 377,703,875,441 377,703,875,441 47,487,527,633 - - (52,378,700) 425,139,024,374 12,725,418,510
11 Gardu Distribusi 87,356,625,268 16,015,328,228 42,206,475 414,556,500 103,744,303,521 103,744,303,521 21,514,344,309 - - (148,500,000) 125,110,147,830 3,444,864,472
12 Perlengkapan Lain Lain Distribusi 78,822,346,935 8,577,313,337 - (32,215,000) 87,367,445,272 87,367,445,272 10,822,599,452 - - - 98,190,044,724 5,859,120,700
13 Perlengkapan Pengolahan Data 8,821,574,631 941,071,465 - - 9,762,646,096 9,762,646,096 992,801,070 - - - 10,755,447,166 977,141,821
14 Perlengkapan Transmisi Data 75,416,652 - - - 75,416,652 75,416,652 - - - - 75,416,652 7,541,652
15 Perlengkapan Telekomunikasi 4,207,993,874 1,489,868,150 - - 5,697,862,024 5,697,862,024 53,728,612 - - - 5,751,590,636 337,510,312
16 Perlengkapan Umum 13,727,997,995 2,277,619,226 - 351,578,864 16,357,196,085 16,357,196,085 2,747,873,053 - - - 19,105,069,138 2,359,904,280
17 Kendaraan Bermotor dan Alat yg Mobil 5,147,617,920 383,117,000 - 1,298,959,500 6,829,694,420 6,829,694,420 2,152,750,000 - - - 8,982,444,420 942,379,746
18 Material Cadang 11,476,000 - - (9,616,000) 1,860,000 1,860,000 - - - - 1,860,000 114,408
SUB TOTAL 1,149,896,172,472 100,807,899,004 42,206,475 (32,215,000) 1,250,629,650,001 1,250,629,650,001 114,011,104,479 18,526,706,419 - (903,949,095) 1,345,210,098,966 63,800,815,635
19 Tanah & Hak atas Tanah 15,913,965,824 8,259,670,928 24,173,636,752 24,173,636,752 8,418,950,067 - - (579,206,680) 32,013,380,139 -
T O T A L 1,165,810,138,296 109,067,569,932 42,206,475 (32,215,000) 1,274,803,286,753 1,274,803,286,753 122,430,054,546 18,526,706,419 - (1,483,155,775) 1,377,223,479,105 63,800,815,635
Catatan :
- Total Koreksi Antar Jenis ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ).
- Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.2
- Total kolom 10 harus sama dengan jumlah kolom 4 lamp 4.A.2
- Kolom 12 harus dijelaskan di Penjelasan Pos-pos Neraca
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 9 Lamp 2.D
- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited, dan saldo akhir didukung dengan Hasil Inventarisasi Fisik
Kode
Akun Jenis
TAHUN 2007 TAHUN 2008
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12
WILAYAH NTB
GABUNGAN
Pemakaian Material Jasa Borongan Gaji dan Lainnya Cuti Dan Lainnya Diklat dan Lainnya
(1) (2) ( 3 = 4 S/D 10 ) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
6 00 1 00 000 - Pembelian T. Listrik *) - XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Sewa diesel / Genset 53,463,632,094 XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Beban Penggunaan Transmisi - XX XX XX XX XX XX XX XX
Sub Total 53,463,632,094 XX XX XX XX XX XX XX XX
PEMBANGKITAN :
6 11 0 00 000 P L T A 950,354,513 - 30,130,469 415,080,500 - - - 3,250,000 501,893,544
6 12 0 00 000 P L T U 50,107,492 - - 1,780,000 - - - 610,500 47,716,992
6 13 0 00 000 P L T D 1,711,285,928,895 1,572,211,264,889 38,516,299,932 37,808,732,074 10,028,721,163 4,600,200,954 5,703,580,307 5,364,889,131 37,052,240,445
6 14 0 00 000 P L T G - - - - - - - - -
6 15 0 00 000 P L T P - - - - - - - - -
6 16 0 00 000 P L T G/U - - - - - - - - -
Sub Total 1,712,286,390,900 1,572,211,264,889 38,546,430,401 38,225,592,574 10,028,721,163 4,600,200,954 5,703,580,307 5,368,749,631 37,601,850,981
TRANSMISI :
6 20 0 00 000 Transmisi - XX - - - - - - -
6 30 0 00 000 Tele Informasi Data - XX - - - - - - -
Sub Total - XX - - - - - - -
DISTRIBUSI :
6 40 0 00 000 Distribusi 61,661,948,256 XX 9,376,206,310 10,186,793,121 8,140,399,705 4,286,074,335 4,636,401,478 1,848,095,261 23,187,978,046
6 50 0 00 000 Unit Pengatur Distribusi 365,481,648 XX - - - - - - 365,481,648
Sub Total 62,027,429,904 XX 9,376,206,310 10,186,793,121 8,140,399,705 4,286,074,335 4,636,401,478 1,848,095,261 23,553,459,694
6 60 0 00 000 TATA USAHA LANGGANAN 23,386,283,705 XX 1,012,665,520 5,980,780,008 4,368,985,251 2,637,428,142 2,110,809,263 6,593,492,916 682,122,605
FUNGSI PENDUKUNG :
6 71 0 00 000 Tata Usaha 69,399,969,943 XX 3,199,185,507 12,680,169,642 15,214,493,145 7,343,092,752 14,008,676,364 15,433,586,474 1,520,766,059
6 72 0 00 000 Gudang dan Persed. Bahan 2,502,306,417 XX 37,915,500 51,471,962 1,268,204,420 539,510,098 268,418,307 274,749,558 62,036,572
6 73 0 00 000 B e n g k e l 3,766,800 XX - - - - - - 3,766,800
6 74 0 00 000 Laboratorium - XX - - - - - - -
6 75 0 00 000 Jasa-Jasa Teknik - XX - - - - - - -
6 76 0 00 000 Wisma dan Rumah Dinas 19,984,112 XX - - - - - - 19,984,112
6 77 0 00 000 Telekomunikasi 526,781,922 XX 143,165,060 26,788,050 - - - - 356,828,812
6 78 0 00 000 Rupa-Rupa Jasa Umum - XX - - - - - - -
6 79 0 00 000 Pendidikan dan Latihan - XX - - - - - - -
Sub Total 72,452,809,194 XX 3,380,266,067 12,758,429,654 16,482,697,565 7,882,602,850 14,277,094,671 15,708,336,032 1,963,382,355
T O T A L 1,923,616,545,797 1,572,211,264,889 52,315,568,298 67,151,595,357 39,020,803,684 19,406,306,281 26,727,885,719 29,518,673,840 63,800,815,635
*) Diisi Pada Kolom Jumlah
Jangan Mengubah / Menambah Baris !!!!!
Catatan :
- Kolom 3 harus sama dengan laporan laba / rugi per fungsi
- Jumlah kolom 4 S/D 10 harus sama dengan laporan laba / rugi per unsur
- Pembelian TL harus sama dengan Laba Rugi
- Sewa diesel harus sama dengan Laba Rugi
- Kolom 11 harus [=] biaya penyusutan pada laba/rugi per unsur
IKHTISAR BEBAN USAHAPERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2008
Kode Akun GL
Magic U r a i a n / F u n g s i Jumlah
Bahan Bakar dan
Minyak Pelumas
Beban Pemeliharaan Beban Kepegawaian Beban Administrasi
Beban
Penyusutan
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12.B.1
WILAYAH NTB
GABUNGAN
PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN MINYAK PELUMAS
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2008
J E N I S Satuan PLTA PLTU PLTD PLTG PLTP PLTGU Jumlah
2 3 4 5 6 7 8 9=3 s/d 8
Dalam Rupiah
H S D Rp. - - 1,283,685,472,750 - - - 1,283,685,472,750
M F O / Residu Rp. - - 271,061,804,672 - - - 271,061,804,672
I D O Rp. - - - - - - -
Sub Jumlah Minyak Bakar Rp. - - 1,554,747,277,422 - - - 1,554,747,277,422
Batu bara Rp. - - - - - - -
Gas alam Rp. - - - - - - -
Panas Bumi Rp. - - - - - - -
A i r Rp. - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Rp. - - - - - - -
Jumlah Bahan Bakar Rp. - - 1,554,747,277,422 - - - 1,554,747,277,422
Minyak Pelumas Rp. - - 17,463,987,467 - - - 17,463,987,467
J u m l a h Rp. - - 1,572,211,264,889 - - - 1,572,211,264,889
Dalam Satuan ( Unit )
H S D Liter - - 141,381,064 - - - 141,381,064
M F O / Residu Liter - - 42,952,428 - - - 42,952,428
I D O Liter - - - - - - -
Batu bara Kg - - - - - - -
Gas alam 1000 BTU - - - - - - -
Panas Bumi kWh - - - - - - -
A i r Kl - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Liter - - - - - - -
Minyak Pelumas Liter - - 1,026,922 - - - 1,026,922
Kolom 9 harus sama dengan Kolom 4 Lampiran 12
- Setiap ada mutasi rupiah bahan bakar harus diikuti dengan mengisi mutasi volume fisik dalam satuan unit yang digunakan.
- Jumlah rupiah kolom 3 s/d kolom 8 harus sama dengan kolom 4 lampiran 12.
- Kolom 9 (Jumlah bahan bakar yang digunakan dalam rupiah) harus sama dengan jumlah kolom 8 lampiran 12.B.2
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.1
WILAYAH NTB
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER FUNGSITAHUN 2009 DAN TAHUN 2008
Biaya Penyusutan
1 JANUARI 2008 Penambahan Pengurangan Koreksi Fungsi
dan Lainnya 31 DESEMBER 2008 1 JANUARI 2009 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Fungsi Koreksi Lainnya 31 DESEMBER 2009 31 DESEMBER 2009
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
PEMBANGKITAN :
1 P L T A 13,532,436,400 534,117,781 - - 14,066,554,181 14,066,554,181 - - 60,064,670 (594,182,451) 13,532,436,400 501,893,544
2 P L T U 8,492,239,328 272,597,470 - - 8,764,836,798 8,764,836,798 - - 7,058,959,866 (7,314,633,336) 8,509,163,328 47,716,992
3 P L T D 626,443,218,752 29,236,746,904 18,526,706,419 - 637,153,259,237 637,153,259,237 21,130,839,543 5,209,401,777 - (1,590,173,200) 651,484,523,803 37,184,180,178
4 P L T G - - - - - - - - - - - -
5 P L T P - - - - - - - - - - - -
6 P L T G U - - - - - - - - - - - -
Sub Total 648,467,894,480 30,043,462,155 18,526,706,419 - 659,984,650,216 659,984,650,216 21,130,839,543 5,209,401,777 7,119,024,536 (9,498,988,987) 673,526,123,531 37,733,790,714
TRANSMISI : -
7 Transmisi 2,171,843,424 7,612,234,816 - (579,206,680) 9,204,871,560 9,204,871,560 170,625,000 - (7,152,074,536) (2,223,422,024) - -
8 Tele Informasi Data - - - - - - - - - - - -
Sub Total 2,171,843,424 7,612,234,816 - (579,206,680) 9,204,871,560 9,204,871,560 170,625,000 - (7,152,074,536) (2,223,422,024) - -
DISTRIBUSI : -
9 Distribusi 577,481,544,098 83,232,760,118 - (200,878,700) 660,513,425,516 660,513,425,516 83,691,491,715 2,901,777,985 - (3,039,290,027) 738,263,849,219 25,952,830,231
10 Unit P. Distribusi 3,654,816,652 - - - 3,654,816,652 3,654,816,652 - - - - 3,654,816,652 365,481,648
Sub Total 581,136,360,750 83,232,760,118 - (200,878,700) 664,168,242,168 664,168,242,168 83,691,491,715 2,901,777,985 - (3,039,290,027) 741,918,665,871 26,318,311,879
-
11 T U LANGGANAN 5,794,486,330 1,137,753,845 - - 6,932,240,175 6,932,240,175 47,437,500 - - - 6,979,677,675 596,541,402
LAINNYA : -
12 Tata Usaha 26,999,987,480 321,254,000 - (703,070,395) 26,618,171,085 26,618,171,085 453,806,669 81,300,000 33,050,000 (234,481,500) 26,789,246,254 1,315,479,634
13 Gud & Pers. Bahan 2,355,558,000 28,861,000 - - 2,384,419,000 2,384,419,000 - - - - 2,384,419,000 62,353,968
14 B e n g k e l 85,743,000 - - - 85,743,000 85,743,000 496,574,000 - - - 582,317,000 103,081,572
15 Laboratorium - - - - - - - - - - - -
16 Jasa-Jasa Teknik - - - - - - - - - - - -
17 Wisma dan R. Dinas 363,043,265 - - - 363,043,265 363,043,265 - - - - 363,043,265 19,675,640
18 Telekomunikasi 7,428,370,024 53,728,612 - - 7,482,098,636 7,482,098,636 90,175,300 - - - 7,572,273,936 361,877,172
19 Rupa-2 Jasa Umum - - - - - - - - - - -
20 Pendidikan & Latihan - - - - - - - - - - - -
Sub Total 37,232,701,769 403,843,612 - (703,070,395) 36,933,474,986 36,933,474,986 1,040,555,969 81,300,000 33,050,000 (234,481,500) 37,691,299,455 1,862,467,986
T O T A L 1,274,803,286,753 122,430,054,546 18,526,706,419 (1,483,155,775) 1,377,223,479,105 1,377,223,479,105 106,080,949,727 8,192,479,762 - (14,996,182,538) 1,460,115,766,532 66,511,111,981
Catatan :
- Total Koreksi Antar Fungsi ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ).
- Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.1
- Total kolom 10 harus sama dengan jumlah kolom 4 lamp 4.A.1
- Kolom 12 harus dijelaskan di Penjelasan Pos-pos Neraca
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 9 Lamp 2.D
- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited, dan saldo akhir didukung dengan Hasil Inventarisasi Fisik
No. Fungsi
TAHUN 2008 TAHUN 2009
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 1.A.2
WILAYAH NTB
GABUNGAN
RINCIAN AKTIVA TETAP PER JENISTAHUN 2009 DAN TAHUN 2008
Biaya Penyusutan
1 JANUARI 2008 Penambahan Pengurangan Koreksi Jenis
Dan Lainnya 31 DESEMBER 2008 1 JANUARI 2009 Penambahan Pengurangan
Koreksi Antar
Jenis Koreksi Lainnya 31 DESEMBER 2009 31 DESEMBER 2009
1 2 3 4 5 6 7=3+4-5+6 8 9 10 11 12 13=8+9-10+11+12 14
1 Bangunan dan Kelengkapan Halaman 41,042,389,621 509,913,321 - (703,070,395) 40,849,232,547 40,849,232,547 1,577,657,680 - - (234,481,500) 42,192,408,727 1,932,140,672
2 Bangunan Saluran Air & Perlkpnya 500,657,000 - - - 500,657,000 500,657,000 - - - - 500,657,000 18,542,832
3 Jalan Sepur Samping - - - - - - - - - - - -
4 Instalasi dan Mesin 524,237,939,880 24,468,465,829 18,526,706,419 - 530,179,699,290 530,179,699,290 18,301,345,963 5,209,401,777 - (1,386,673,200) 541,884,970,276 31,835,169,808
5 Reaktor Nuklir - - - - - - - - - - - -
6 Pelkpan Penyaluran T. Listrik 77,308,363,989 3,261,101,200 - - 80,569,465,189 80,569,465,189 - - - (203,500,000) 80,365,965,189 3,364,130,412
7 Gardu Induk - - - - - - - - - - - -
8 Saluran Udara Tegangan Tinggi - - - - - - - - - - - -
9 Kabel Dibawah Tanah - - - - - - - - - - - -
10 Jaringan Distribusi 377,703,875,441 47,487,527,633 - (52,378,700) 425,139,024,374 425,139,024,374 51,940,861,248 1,390,947,445 - (256,896,750) 475,432,041,427 13,968,846,709
11 Gardu Distribusi 103,744,303,521 21,514,344,309 - (148,500,000) 125,110,147,830 125,110,147,830 18,587,658,107 775,959,810 - (2,382,204,278) 140,539,641,849 3,903,411,237
12 Perlengkapan Lain Lain Distribusi 87,367,445,272 10,822,599,452 - - 98,190,044,724 98,190,044,724 8,573,407,100 603,057,896 - (400,188,999) 105,760,204,929 6,434,823,639
13 Perlengkapan Pengolahan Data 9,762,646,096 992,801,070 - - 10,755,447,166 10,755,447,166 61,667,169 - - - 10,817,114,335 1,007,758,793
14 Perlengkapan Transmisi Data 75,416,652 - - - 75,416,652 75,416,652 - - - - 75,416,652 7,541,652
15 Perlengkapan Telekomunikasi 5,697,862,024 53,728,612 - - 5,751,590,636 5,751,590,636 90,175,300 - - - 5,841,765,936 342,558,672
16 Perlengkapan Umum 16,357,196,085 2,747,873,053 - - 19,105,069,138 19,105,069,138 6,051,337,160 3,476,000 - - 25,152,930,298 2,806,207,356
17 Kendaraan Bermotor dan Alat yg Mobil 6,829,694,420 2,152,750,000 - - 8,982,444,420 8,982,444,420 726,215,000 209,636,834 - - 9,499,022,586 889,865,791
18 Material Cadang 1,860,000 - - - 1,860,000 1,860,000 - - - - 1,860,000 114,408
SUB TOTAL 1,250,629,650,001 114,011,104,479 18,526,706,419 (903,949,095) 1,345,210,098,966 1,345,210,098,966 105,910,324,727 8,192,479,762 - (4,863,944,727) 1,438,063,999,204 66,511,111,981
19 Tanah & Hak atas Tanah 24,173,636,752 8,418,950,067 - (579,206,680) 32,013,380,139 32,013,380,139 170,625,000 - - (10,132,237,811) 22,051,767,328 -
T O T A L 1,274,803,286,753 122,430,054,546 18,526,706,419 (1,483,155,775) 1,377,223,479,105 1,377,223,479,105 106,080,949,727 8,192,479,762 - (14,996,182,538) 1,460,115,766,532 66,511,111,981
Catatan :
- Total Koreksi Antar Jenis ( Kolom 11 ) harus nol ( 0 ).
- Total Kolom 9 dan 10 agar dicocokkan dengan Penjelasan Pos-2 Neraca
- Total kolom 9 harus sama dengan kolom 3 Lampiran 1.C.2
- Total kolom 10 harus sama dengan jumlah kolom 4 lamp 4.A.2
- Kolom 12 harus dijelaskan di Penjelasan Pos-pos Neraca
- Kolom 14 harus sama dengan Beban Penyusutan pada Laba Rugi + kolom 9 Lamp 2.D
- Saldo awal harus sama dengan Saldo Audited, dan saldo akhir didukung dengan Hasil Inventarisasi Fisik
Kode
Akun Jenis
TAHUN 2008 TAHUN 2009
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12
WILAYAH NTB
GABUNGAN
Pemakaian Material Jasa Borongan Gaji dan Lainnya Cuti Dan Lainnya Diklat dan Lainnya
(1) (2) ( 3 = 4 S/D 10 ) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
6 00 1 00 000 - Pembelian T. Listrik *) - XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Sewa diesel / Genset 54,571,802,557 XX XX XX XX XX XX XX XX
6 00 2 00 000 - Beban Penggunaan Transmisi - XX XX XX XX XX XX XX XX
Sub Total 54,571,802,557 XX XX XX XX XX XX XX XX
PEMBANGKITAN :
6 11 0 00 000 P L T A 527,846,294 - 4,838,750 20,664,000 - - - 450,000 501,893,544
6 12 0 00 000 P L T U 57,828,440 - - - - - - 10,111,448 47,716,992
6 13 0 00 000 P L T D 1,253,514,050,660 1,107,776,497,400 48,900,309,941 30,850,740,875 12,016,069,244 6,336,438,280 5,802,484,093 4,647,330,649 37,184,180,178
6 14 0 00 000 P L T G - - - - - - - - -
6 15 0 00 000 P L T P - - - - - - - - -
6 16 0 00 000 P L T G/U - - - - - - - - -
Sub Total 1,254,099,725,394 1,107,776,497,400 48,905,148,691 30,871,404,875 12,016,069,244 6,336,438,280 5,802,484,093 4,657,892,097 37,733,790,714
TRANSMISI :
6 20 0 00 000 Transmisi - XX - - - - - - -
6 30 0 00 000 Tele Informasi Data 403,148,100 XX 64,210,600 338,937,500 - - - - -
Sub Total 403,148,100 XX 64,210,600 338,937,500 - - - - -
DISTRIBUSI :
6 40 0 00 000 Distribusi 63,319,808,640 XX 8,517,120,946 10,757,677,679 9,299,106,386 3,616,585,739 3,894,171,078 1,282,316,581 25,952,830,231
6 50 0 00 000 Unit Pengatur Distribusi 365,481,648 XX - - - - - - 365,481,648
Sub Total 63,685,290,288 XX 8,517,120,946 10,757,677,679 9,299,106,386 3,616,585,739 3,894,171,078 1,282,316,581 26,318,311,879
6 60 0 00 000 TATA USAHA LANGGANAN 22,395,686,393 XX 601,938,033 2,459,963,847 5,456,807,000 2,704,465,976 2,566,917,300 8,009,052,835 596,541,402
FUNGSI PENDUKUNG :
6 71 0 00 000 Tata Usaha 59,089,649,825 XX 2,641,868,148 11,394,963,842 18,649,390,078 4,060,381,204 8,039,050,443 12,988,516,476 1,315,479,634
6 72 0 00 000 Gudang dan Persed. Bahan 1,293,214,508 XX 8,371,000 42,344,375 519,514,300 276,143,493 205,008,962 179,478,410 62,353,968
6 73 0 00 000 B e n g k e l 103,081,572 XX - - - - - - 103,081,572
6 74 0 00 000 Laboratorium - XX - - - - - - -
6 75 0 00 000 Jasa-Jasa Teknik - XX - - - - - - -
6 76 0 00 000 Wisma dan Rumah Dinas 48,990,640 XX 25,315,000 4,000,000 - - - - 19,675,640
6 77 0 00 000 Telekomunikasi 810,727,472 XX 123,904,500 324,945,800 - - - - 361,877,172
6 78 0 00 000 Rupa-Rupa Jasa Umum - XX - - - - - - -
6 79 0 00 000 Pendidikan dan Latihan - XX - - - - - - -
Sub Total 61,345,664,017 XX 2,799,458,648 11,766,254,017 19,168,904,378 4,336,524,697 8,244,059,405 13,167,994,886 1,862,467,986
T O T A L 1,456,501,316,749 1,107,776,497,400 60,887,876,918 56,194,237,918 45,940,887,008 16,994,014,692 20,507,631,876 27,117,256,399 66,511,111,981
*) Diisi Pada Kolom Jumlah
Jangan Mengubah / Menambah Baris !!!!!
Catatan :
- Kolom 3 harus sama dengan laporan laba / rugi per fungsi
- Jumlah kolom 4 S/D 10 harus sama dengan laporan laba / rugi per unsur
- Pembelian TL harus sama dengan Laba Rugi
- Sewa diesel harus sama dengan Laba Rugi
IKHTISAR BEBAN USAHAPERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2009
Kode Akun GL
Magic U r a i a n / F u n g s i Jumlah
Bahan Bakar dan
Minyak Pelumas
Beban Pemeliharaan Beban Kepegawaian Beban
Administrasi
Beban
Penyusutan
- Kolom 11 harus [=] biaya penyusutan pada laba/rugi per unsur
PT. PLN (PERSERO) Lampiran : 12.B.1
WILAYAH NTB
GABUNGAN
J E N I S Satuan PLTA PLTU PLTD PLTG PLTP PLTGU Jumlah Ongkos Angkut Total
2 3 4 5 6 7 8 9=3 s/d 8 10 11=9 + 10
Dalam Rupiah
H S D Rp. - - 901,251,142,507 - - - 901,251,142,507 7,645,757,095 908,896,899,602
M F O / Residu Rp. - - 163,607,626,817 - - - 163,607,626,817 9,767,139,884 173,374,766,701
I D O Rp. - - - - - - - - -
Sub Jumlah Minyak Bakar Rp. - - 1,064,858,769,324 - - - 1,064,858,769,324 17,412,896,979 1,082,271,666,303
Batu bara Rp. - - - - - - - - -
Gas alam Rp. - - - - - - - - -
Panas Bumi Rp. - - - - - - - - -
A i r Rp. - - - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Rp. - - - - - - - - -
Jumlah Bahan Bakar Rp. - - 1,064,858,769,324 - - - 1,064,858,769,324 17,412,896,979 1,082,271,666,303
Minyak Pelumas Rp. - - 25,504,831,097 - - - 25,504,831,097 - 25,504,831,097
J u m l a h Rp. - - 1,090,363,600,421 - - - 1,090,363,600,421 17,412,896,979 1,107,776,497,400
Dalam Satuan ( Unit )
H S D Liter - - 166,792,597 - - - 166,792,597
M F O / Residu Liter - - 41,684,294 - - - 41,684,294
I D O Liter - - - - - - -
Batu bara Kg - - - - - - -
Gas alam 1000 BTU - - - - - - -
Panas Bumi kWh - - - - - - -
A i r Kl - - - - - - -
Campuran Bahan Bakar dll Liter - - - - - - -
Minyak Pelumas Liter - - 1,177,049 - - - 1,177,049
Kolom 9 harus sama dengan Kolom 4 Lampiran 12
- Setiap ada mutasi rupiah bahan bakar harus diikuti dengan mengisi mutasi volume fisik dalam satuan unit yang digunakan.
- Jumlah rupiah kolom 3 s/d kolom 8 harus sama dengan kolom 4 lampiran 12.
- Kolom 9 (Jumlah bahan bakar yang digunakan dalam rupiah) harus sama dengan jumlah kolom 8 lampiran 12.B.2
PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN MINYAK PELUMAS
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2009