KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

18
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK KABUPATEN LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati, Hasnawi, dan Akhmad Mustafa Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] (Naskah diterima: 27 Agustus 2013; Disetujui publikasi: 27 Maret 2014) ABSTRAK Kabupaten Luwu Timur (Lutim) adalah salah satu kabupaten di pantai timur Sulawesi Selatan yang memiliki lahan tambak yang cukup luas, namun tingkat produktivitas untuk udang windu masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya udang windu di tambak demi meningkatkan produktivitas tambak di Kabupaten Lutim. Faktor yang dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik lahan meliputi: topografi dan elevasi, tanah, hidrologi serta iklim. Analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan tambak di Kabupaten Lutim termasuk tanah sulfat masam dan tanah sulfat masam yang berasosiasi dengan tanah gambut yang dicirikan dengan pH rendah, potensi kemasaman serta kandungan unsur toksik tergolong tinggi dan kandungan unsur hara makro tergolong rendah. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.895 sampai 3.758 mm/tahun dengan rata-rata 2.632 mm/tahun. Hasil analisis kesesuaian lahan aktual menunjukkan bahwa dari luas tambak yang ada di Kabupaten Lutim, ternyata 144,27 ha tergolong sangat sesuai, 2.555,67 ha tergolong cukup sesuai dan 11.666,48 ha tergolong sesuai marjinal untuk budidaya udang windu. KATA KUNCI: kesesuaian, lahan, tambak, analisis spasial, Kabupaten Luwu Timur ABSTRACT: Actual land suitability for tiger prawn culture in brackishwater ponds of East Luwu Regency, South Sulawesi Province. By: Erna Ratnawati, Hasnawi, and Akhmad Mustafa East Luwu is one of the regencies in the east coast of South Sulawesi which has a large brackishwater ponds. However productivity for shrimp is still low. This study was carried out to evaluate the land suitability for brackishwater ponds in order to support the productivity of brackishwater ponds in the East Luwu Regency. Four important factors were considered in this study such as: topography and elevation, soil, hydrology as well as climate. Spatial Analysis based on Geographic Information Systems was used for analysing land suitability for brackishwater ponds. The results showed that brackishwater ponds in East Luwu were dominated by acid sulfate soils and acid sulfate soils associated with peat soils which were characterized by low pH, high of potential acidity and toxic element and low of macro nutrient. Annual rainfall ranges between 1,895 to 3,758 mm/year with an average of 2,632 mm/year. Actual land suitability analysis showed that from the existing brackishwater ponds in East Luwu Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati) 151

Transcript of KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Page 1: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYAUDANG WINDU DI TAMBAK KABUPATEN LUWU TIMUR

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Erna Ratnawati, Hasnawi, dan Akhmad Mustafa

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

E-mail: [email protected]

(Naskah diterima: 27 Agustus 2013; Disetujui publikasi: 27 Maret 2014)

ABSTRAK

Kabupaten Luwu Timur (Lutim) adalah salah satu kabupaten di pantai timur SulawesiSelatan yang memiliki lahan tambak yang cukup luas, namun tingkat produktivitasuntuk udang windu masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untukmengevaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya udang windu di tambak demimeningkatkan produktivitas tambak di Kabupaten Lutim. Faktor yang dipertimbangkanuntuk mengetahui karakteristik lahan meliputi: topografi dan elevasi, tanah, hidrologiserta iklim. Analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografis digunakan untukpenentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwalahan tambak di Kabupaten Lutim termasuk tanah sulfat masam dan tanah sulfat masamyang berasosiasi dengan tanah gambut yang dicirikan dengan pH rendah, potensikemasaman serta kandungan unsur toksik tergolong tinggi dan kandungan unsurhara makro tergolong rendah. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.895 sampai 3.758mm/tahun dengan rata-rata 2.632 mm/tahun. Hasil analisis kesesuaian lahan aktualmenunjukkan bahwa dari luas tambak yang ada di Kabupaten Lutim, ternyata 144,27ha tergolong sangat sesuai, 2.555,67 ha tergolong cukup sesuai dan 11.666,48 hatergolong sesuai marjinal untuk budidaya udang windu.

KATA KUNCI: kesesuaian, lahan, tambak, analisis spasial, Kabupaten LuwuTimur

ABSTRACT: Actual land suitability for tiger prawn culture in brackishwaterponds of East Luwu Regency, South Sulawesi Province. By: ErnaRatnawati, Hasnawi, and Akhmad Mustafa

East Luwu is one of the regencies in the east coast of South Sulawesi which has a largebrackishwater ponds. However productivity for shrimp is still low. This study wascarried out to evaluate the land suitability for brackishwater ponds in order to supportthe productivity of brackishwater ponds in the East Luwu Regency. Four importantfactors were considered in this study such as: topography and elevation, soil, hydrologyas well as climate. Spatial Analysis based on Geographic Information Systems wasused for analysing land suitability for brackishwater ponds. The results showed thatbrackishwater ponds in East Luwu were dominated by acid sulfate soils and acidsulfate soils associated with peat soils which were characterized by low pH, high ofpotential acidity and toxic element and low of macro nutrient. Annual rainfall rangesbetween 1,895 to 3,758 mm/year with an average of 2,632 mm/year. Actual landsuitability analysis showed that from the existing brackishwater ponds in East Luwu

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

151

Page 2: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Regency about 144.27 ha of existing area was classified as highly suitable, 2,555.67ha was moderately suitable and 11,666.48 ha was marginally suitable for tiger prawnculture.

KEYWORDS: suitability, land, brackishwater ponds, spatial analysis, EastLuwu Regency

PENDAHULUAN

Sampai tahun 2008, perkiraan luasan tam-bak di pantai timur Provinsi Sulawesi Selatanmencapai 50.131 ha (Anonim, 2009). Tambaktersebut tersebar di Kabupaten Luwu Timur(Lutim), Luwu Utara (Lutra), Luwu, Wajo, Bone,dan Sinjai serta Kota Palopo dengan luasmasing-masing 11.397 ha, 6.367 ha, 6.889 ha,12.000 ha, 11.633 ha, 714 ha, dan 1.131 ha.Lahan tambak yang ada tersebut masih memi-liki produktivitas lahan yang rendah, teruta-ma untuk udang windu. Pantai timur SulawesiSelatan, termasuk Kabupaten Lutim juga ma-sih memiliki potensial lahan seluas 15.000 hauntuk budidaya tambak (DKP, 2005). Pada tahun2008, sekitar 95% produksi total tambak diKabupaten Lutim berasal dari rumput lautyang dibudidayakan secara polikultur denganikan bandeng secara sistem ektensif. PadahalKabupaten Lutim, secara regional ditetapkansebagai sasaran areal program KebangkitanUdang Windu di Sulawesi Selatan (Anonim,2008) dan secara nasional sebagai lokasipengembangan Kawasan Minapolitan dengankomoditas unggulan udang dan ikan bandeng(Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananRepublik Indonesia NOMOR KEP.32/MEN/2010). Dengan demikian, masih ada peluangpeningkatan produksi budidaya tambak diKabupaten Lutim, baik melalui intensifikasi,ekstensifikasi, maupun diversifikasi.

Udang windu (Penaeus monodon), udangvaname (Litopenaeus vannamei), ikan ban-deng (Chanos chanos), rumput laut (Gracilariaverrucosa) dan ikan nila (Oreochromis niloticus)adalah komoditas yang umum dibudidayakandi tambak. Komoditas tersebut termasuk ko-moditas perikanan yang berbasis lahan, makauntuk dapat tumbuh atau hidup dan ber-produksi dengan maksimal memerlukan per-syaratan-persyaratan lahan tertentu yangdapat berbeda satu sama lain. Dalam kaitannyadengan sumberdaya alam, dikenal istilah lahanyang merupakan suatu lingkungan fisik yangterdiri atas tanah, topografi, hidrologi, vegetasidan iklim di mana pada batas-batas tertentumempengaruhi kemampuan penggunaan lahan

(FAO, 1976; FAO, 1998; Rajitha et al., 2007).Oleh karena itu, perbedaan kombinasi penyu-sun lingkungan fisik lahan tersebut akan mem-berikan karakteristik lahan yang berbeda danpada akhirnya kesesuaian lahan yang berbedapula. Lahan memiliki karakteristik yaitu suatusifat yang khas yang dapat dijadikan sebagaipembeda dengan tipe lahan lainnya (FAO,1998). Karakteristik lahan yang dicirikan olehkualitas tanah, kualitas air, topografi danelevasi, dan iklim adalah faktor dari karakteristiklahan yang umum dipertimbangkan dalamevaluasi lahan untuk budidaya tambak (Muir &Kapetsky, 1988; Poernomo, 1988; Boyd, 1995;Treece, 2000; Salam et al., 2003; Karthik etal., 2005; Mustafa et al., 2007a).

Sistem evaluasi lahan yang sering digu-nakan di Indonesia yaitu: klasifikasi kemam-puan lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan.Klasifikasi kemampuan lahan digunakan untukpenggunaan lahan bersifat umum atau dalamarti luas seperti untuk pertanian, sedangkanklasifikasi kesesuaian lahan digunakan untukpenggunaan lahan yang lebih bersifat khususseperti untuk padi (Ritung et al., 2007). Kese-suaian lahan adalah tingkat kecocokan suatubidang lahan untuk penggunaan tertentu,seperti untuk budidaya tambak. Evaluasi kese-suaian lahan untuk budidaya tambak perludilakukan agar menjadi dasar pertimbangandalam pengambilan keputusan dalam rangkapemanfaatan lahan penggunaan lahan seja-lan dengan tingkat kesesuaiannya. MenurutRossiter (1996), evaluasi kesesuaian lahansangat penting dilakukan karena lahan memilikisifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yangbervariasi atau lahan diciptakan tidak sama.Sifat yang bervariasi dari lahan tersebut dapatmempengaruhi penggunaan lahan tersebut.Evaluasi kesesuaian lahan merupakan suatuproses pendugaan keragaan lahan apabilalahan digunakan untuk tujuan tertentu (FAO,1985) atau sebagai metode yang menjelaskanatau memprediksi kegunaan potensial darilahan (van Dieven et al., 1991) serta bertujuanuntuk menyelamatkan sumberdaya yang adasecara berkelanjutan (Young, 1987). Apabilapotensi lahan sudah dapat ditentukan, maka

152

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 3: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

perencanaan penggunaan lahan dapat di-lakukan berdasarkan pertimbangan yang ra-sional, paling tidak mengenai apa yang dapatditawarkan oleh sumberdaya lahan tersebut(Dengüz, et al., 2003). Dengan demikian, eva-luasi kesesuaian lahan merupakan alat pe-rencanaan penggunaan lahan yang strategis.Evaluasi kesesuaian lahan memprediksi ke-ragaan lahan mengenai keuntungan yangdiharapkan dari penggunaan lahan dan ken-dala penggunaan lahan yang produktif sertadegradasi lingkungan yang diperkirakan akanterjadi karena penggunaan lahan. Kesesuaianlahan merupakan suatu tahapan awal dalamkegiatan akuakultur yang mempengaruhi ke-suksesan dan keberlanjutannya serta dapatmemecahkan konflik antara berbagai kegiatandan membuat penggunaan lahan lebih rasional(Pérez et al., 2003; Hossain & Das, 2010). Kese-suaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kon-disi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atausetelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahanpotensial). Kesesuaian lahan aktual adalahkesesuaian lahan berdasarkan data sifat bio-fisik lahan sebelum lahan tersebut diberikanmasukan-masukan yang diperlukan untuk

mengatasi kendala (Ritung et al., 2007; Mustafaet al., 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk menentu-kan kesesuaian lahan untuk budidaya udangwindu tambak. Hasil analisis ini diharapkandapat menjadi acuan Pemerintah KabupatenLutim secara khusus dan Pemerintah ProvinsiSulawesi Selatan secara umum dalam penen-tuan Rencana Tata Ruang Wilayah, sehingganantinya dapat meningkatkan produktivitaslahan tambak dan berkelanjutan.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Aprilyang mewakili musim hujan di Kabupaten Lutim,Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitianadalah wilayah pesisir yang merupakankawasan pertambakan di Kecamatan Burau,Wotu, Angkona, dan Malili (Gambar 1). Wilayahpesisir tersebut berada mulai dari garis pantaiKabupaten Lutim di Teluk Bone sampai ke arahdarat di mana masih ada tambak atau potensiallahan tambak.

Gambar 1. Titik-titik pengambilan contoh tanah dan air di tambak Kabupaten Luwu TimurProvinsi Sulawesi Selatan

Figure 1. Sampling points for soil and water in brackishwater pond of East Luwu RegencySouth Sulawesi Province

120o40’ 120o50’ 121o00’

120o40’ 120o50’ 121o00’

2o 30’

2o 50’

2o 40’

2o 30’

2o 50’

2o 40’

Tambak (Brackishwater pond)Sungai (River)Sedimen (Sediment)Sawah (Paddy field)Rawa (Swamp)Pemukiman (Settlement)Pasir (Sand)Laut (Sea)Ladang (Field)Kebun (Farm)Hutan (Forest)Belukar (Shrub)Batas administrasi (Administrative boundaries)Sungai (River)Jalan (Road)Titik stasiun (Sampling point)

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

153

Page 4: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Pengumpulan Data

Data primer

Data primer yang dikumpulkan adalah da-ta biofisik meliputi: kondisi tanah dan kualitasair. Penentuan titik-titik pengambilan contohtanah didasarkan pada peta Satuan Unit. Pe-ubah kondisi tanah yang diukur langsung dilapangan berupa kedalaman tanah sampailapisan pada keras dan ketebalan gambutdengan menggunakan bor tanah yang di-lengkapi dengan meteran. Peubah kualitastanah yang diukur langsung di lapangan ada-lah pHF (pH tanah menggunakan pH-meter)(Ahern & Rayment, 1998), pHFOX (pH tanahsetelah dioksidasi dengan hidrogen peroksida(H2O2) 30% menggunakan pH-meter danpotensial redoks menggunakan redox-meter(Ahern & Rayment, 1998). Contoh tanah diambilpada kedalaman 0-0,2 m. Setelah sisa tum-buhan segar, kerikil, cangkang, dan kotoranlainnya dibuang dan bongkahan besar dike-cilkan dengan tangan, kemudian contoh tanahtersebut dimasukkan dalam kantong plastikdan disimpan dalam cold box yang diberi es.Contoh tanah diovenkan pada suhu 80oC-85oC selama 48 jam (Ahern & Blunden, 1998).Setelah kering, tanah dihaluskan dengan caraditumbuk pada lumpang porselin dan diayakdengan ayakan ukuran lubang 2 mm dan 5 mmdan selanjutnya dianalisis di LaboratoriumTanah Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Air Payau (BPPBAP) di Maros. Peubahkualitas tanah yang dianalisis meliputi pHKCl,pHOX, SKCl, SP, SPOS, TPA, TAA, TSA, pirit (Ahern &Rayment, 1998; Ahern et al., 1998a, 1998b),bahan organik atau C organik dengan Walkleydan Black, Fe dengan spektrofotometer, Aldengan spektrofotometer, PO4 dengan metodeOlsen atau Bray 1 (Sulaeman et al., 2005), Nidengan Spektrofotometer Serapan Atom, dantekstur dengan metode hidrometer (Bouyoucos,1962).

Pengukuran dan pengambilan contoh airdilakukan di sungai, laut, saluran, dan tambak.Pengukuran dan pengambilan contoh air ditambak mengikuti titik pengambilan contohtanah. Pengukuran dan pengambilan contohair dilakukan pada musim hujan dengan totaltitik pengamatan sebanyak 60 titik. Peubahkualitas air yang diukur langsung di lapanganadalah suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pHdengan menggunakan Hydrolab® Minisonde.Contoh air untuk analisis di laboratoriumdiambil dengan menggunakan Kmerer Water

Sampler dan dipreservasi mengikuti petunjukAPHA (2005). Analisis kualitas air dilakukandi Laboratorium Air BPPBAP, Maros. Peubahkualitas air yang dianalisis meliputi: NH4, NO3,NO2, PO4, SO4, Fe, bahan organik total dan Nimengikuti petunjuk Menon (1973), Parsons etal. (1989) dan APHA (2005). Seluruh titik-titikpengamatan dan pengambilan contoh diten-tukan posisinya dengan menggunakan GlobalPositioning System (GPS).

Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagaiinstansi yang terkait. Data sekunder yangdikumpulkan berupa Laporan Statistik Per-ikanan Kabupaten Luwu Timur, peta Admi-nistrasi Kabupaten Luwu Timur, peta JenisTanah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat,peta Curah Hujan Tahunan Provinsi SulawesiSelatan dan peta Rupabumi Indonesia (nomordan nama lembar 2113-24: Wotu; 2113-23/21:Bonebone; 2113-22: Tanjung Bulupolo; 2113-33: Malili; 2113-31: Tolala).

Analisis Data

Peta penutupan/penggunaan lahan yangdigunakan adalah hasil klasifikasi CitraLandsat-7 ETM+ path 114 dan row 062 (akuisisitanggal 6 Oktober 2005) dengan Program ErMapper 7.1 yang diintegrasikan dengan petadasar dari peta Rupabumi Indonesia.

Peta penutupan/penggunaan lahan di-satukan dengan peta bentuk lahan dari petaRupabumi Indonesia untuk mendapatkan petaSatuan Unit yang digunakan sebagai acuandalam survei lapang.

Data primer, sekunder dan peta penutup/penggunaan lahan yang sudah dikumpul-kan, selanjutnya dilakukan pengolahan datadengan menggunakan analisis spasial denganSistem Informasi Geografis (SIG) (Purwadhi,1999). Pada proses analisis menggunakan pro-gram ArcView 3.3 dengan cara memasukkansetiap peubah data untuk menghasilkan petatematik bagi setiap peubah data. Pemberianbobot untuk masing-masing peubah digunakanprogram MS Excel 2007 dengan formulasipenentuan bobot dimensi yang dimodifikasidari Analytical Hierarchy Process (AHP) yangdikembangkan oleh Saaty (1977). Peubah yangmempunyai pengaruh dominan dan relatif ti-dak dapat diubah memiliki faktor pembobotyang paling besar, sebaliknya peubah yangkurang dominan memiliki faktor pembobot

154

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 5: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

yang lebih kecil. Dalam metode perbandinganberpasangan, tingkat kepentingan dari masing-masing peubah dievaluasi berdasarkansembilan skala dimulai dari yang tidak terlalupenting sampai ke yang sangat penting. Se-telah perbandingan dibuat, kemudian bobotdari matriks perbandingan berpasangan di-hitung untuk menghasilkan total bobot samadengan 1 (satu) melalui Expert choice v 9.5.Kriteria yang digunakan dalam penentuankesesuaian lahan untuk budidaya udang win-du tambak mengacu pada kriteria yang ada(Mustafa et al., 2007a).

Asumsi yang diterapkan dalam evaluasikesesuaian lahan tambak disesuaikan padapengelolaan yang rendah atau sederhanasampai sedang. Infrastruktur, aksesibilitas danpemasaran hasil produksi tidak dipertimbang-kan dalam evaluasi kesesuaian lahan ini. Hasilproses penilaian kesesuaian lahan ditampilkandalam bentuk sistem klasifikasi kesesuaian la-han aktual. Sistem klasifikasi kesesuaian lahanditentukan sampai tingkat kategori Kelas. KelasS1: lahan tidak mempunyai faktor pembatasyang berat untuk penggunaan secara berke-lanjutan atau hanya mempunyai faktor pem-batas tidak berarti dan tidak berpengaruhnyata terhadap produksi serta tidak menye-babkan kenaikan masukan yang diberikanpada umumnya; Kelas S2: lahan mempunyaifaktor pembatas agak berat untuk memper-tahankan tingkat pengelolaan yang harusdilakukan; Kelas S3: lahan mempunyai faktorpembatas yang sangat berat untuk memper-tahankan tingkat pengelolaan yang harusdilakukan; dan Kelas N: lahan mempunyaifaktor pembatas yang lebih berat, tetapi masihmungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat di-perbaiki dengan tingkat pengetahuan seka-rang ini dengan biaya yang rasional (FAO, 1976).

HASIL DAN BAHASAN

Karakteristik Lahan

Kualitas tanah

Jenis tanah yang dijumpai di kawasan per-tambakan Kabupaten Lutim didominasi olehtanah sulfat masam dan sebagian kecil tanahsulfat masam yang berasosiasi dengan tanahgambut. Kondisi tanah tersebut sangat miripdengan kondisi tanah di Kabupaten Lutra(Hasnawi & Mustafa, 2010). Karakteristik tanahsulfat masam di setiap kecamatan yang memi-liki tambak di Kabupaten Lutim ditampilkanpada Tabel 1. Peta distribusi setiap peubah

kualitas tanah di tambak Kabupaten Lutimdisajikan pada lampiran. Perbedaan kondisitanah sulfat masam (teroksidasi atau tereduk-si) berdampak pada perubahan karakteristiktanah, sehingga peubah kualitas tanah yangdianalisis untuk tanah sulfat masam adalahjuga peubah kualitas tanah yang khas ataumenjadi ciri spesifik untuk tanah sulfat masam.

pHF tanah relatif sama di setiap kecamatan,sedangkan pHFOX cenderung bervariasi danpHFOX terendah dijumpai di Kecamatan Malili.Kondisi ini menunjukkan bahwa di KecamatanMalili mempunyai potensi kemasaman ter-tinggi yang digambarkan oleh nilai pHF-pHFOX.

Nilai SPOS tanah telah digunakan oleh Ahernet al. (1998b) untuk menentukan kebutuhankapur bagi tanah sulfat masam, dengan nilaiSPOS yang lebih tinggi berarti kebutuhan kapur-nya juga lebih tinggi. Dengan demikian, ke-butuhan kapur terbesar untuk tambak tanahsulfat masam adalah di Kabupaten Malili, sebabmemiliki nilai SPOS tanah yang tertinggi maupunpotensi kemasaman tertinggi juga. Kandunganunsur beracun seperti Fe (besi) dan Al (alu-minium) yang tertinggi dijumpai di KecamatanBurau/Wotu.

Potensial redoks tanah menggambarkankondisi tanah yang tereduksi atau teroksidasi.Potensial redoks tanah di Kabupaten Lutimbernilai negatif yang berarti tanah dalamkondisi tereduksi (Tabel 1). Hal ini sebagai aki-bat tanah yang telah lama tergenang padasaat pengambilan contoh tanah, sehinggaterbentuk kondisi reduksi pada tanah dasartambak. Tanah sulfat masam di KabupatenLutim umumnya digunakan untuk budidayarumput laut dengan musim tanam 6-8 siklus/tahun tanpa dilakukan pengeringan.

Kandungan bahan organik tanah tertinggidi Kabupaten Lutim dijumpai di KecamatanMalili yaitu 24,09%. Telah disebutkan sebe-lumnya bahwa tanah sulfat masam di Kabu-paten Lutim berasosiasi dengan tanah gambut.

Kandungan pasir tergolong tinggi di se-tiap kecamatan di Kabupaten Lutim dan ter-golong tekstur yang kurang menguntungkansecara fisik untuk konstruksi pematang tam-bak. Tekstur tanah yang mendominasi tambakdi Kabupaten Lutim adalah lempung berpasirdan pasir berlempung. Secara kimia, teksturtanah demikian juga tidak mampu menyimpanunsur hara dan memiliki daya sangga tanahyang rendah sehingga fluktuasi pH dapat le-bih besar.

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

155

Page 6: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Kabupaten Lutim merupakan salah satupenghasil nikel (Ni) utama di dunia yaitumelalui PT International Nickel Indonesia(INCO) Tbk yang terletak di Sorowako. Kan-dungan Ni tanah tambak di Kabupaten Lutimberkisar antara 1,45 sampai 365,12 mg/L.Kandungan Ni di tambak Kabupaten Lutim yaiturata-rata 69,45 mg/L, secara umum lebih ren-dah dari kandungan Ni yang ada pada kerakbumi. Moore (1991) melaporkan bahwa kan-dungan Ni kerak bumi sekitar 75 mg/kg atau75 mg/L.

Kualitas air dan pasang surut

Salinitas air tambak berkisar antara 0,5sampai 30,6 ppt dengan rata-rata 15,94 ppt.Rendahnya salinitas air tambak sebagai aki-

bat pengambilan contoh air yang dilakukanpada musim hujan. Suhu air tambak relatif ber-variasi dari 25,53oC sampai 37,15oC (Tabel 2).Suhu air yang tinggi terukur pada tambak yangairnya sangat dangkal (kurang dari 10 cm).Suhu air yang layak untuk budidaya udangwindu berkisar antara 26oC sampai 32oC(Poernomo, 1988) serta antara 13oC sampai33oC (Poxton, 2003) dan optimumnya antara29oC sampai 30oC (Poernomo, 1988). Suhu air25oC-30oC adalah suhu yang baik untuk budi-daya udang windu (Blanco, 1972; Chen, 1972).

Oksigen terlarut sangat esensial bagi per-napasan dan merupakan salah satu kompo-nen utama dalam metabolisme akuatik. Ke-butuhan organisme akan oksigen terlarutsangat bervariasi bergantung kepada jenis,

Tabel 1. Kualitas tanah tambak di berbagai kecamatan Kabupaten Luwu Timur, Provinsi SulawesiSelatan

Table 1. Soil quality of brackishwater pond in various subdistricts in East Luwu Regency SouthSulawesi Province

Burau/Wotu Angkona Malili

pHF 7.04±0.253 7.11±0.245 7.21±0.199pHFOX 1.86±1.091 1.26±0.406 0.94±0.108pHF-pHFOX 5.18±1.088 5.85±0.367 6.27±0.200Potensial redoks Redox potential (mV) -192.21 -277.7 -265.63

pHKCl 6.82±0.831 7.49±0.333 6.07±0.376pHOX 1.67±0.157 2.77±1.685 1.27±0.272SKCl (%) 0.61±0.152 0.53±0.201 0.73±0.158SP (%) 6.27±3.004 6.04±2.725 10.54±6.205SPOS (%) 5.67±2.979 5.51±2.587 9.81±6.124TPA (mol H+/t) (mole H + /t ) 463.55±158.386 374.64±356.251 758.95±323.567TAA (mol H+/t) (mole H + /t ) 0.05±0.224 0.00±0.000 0.03±0.112TSA (mol H+/t) (mole H + /t ) 463.50±158.394 374.64±356.251 758.93±323.597Bahan organik Organic matter (%) 8.25±3.290 9.69±5.581 14.22±5.917

Pirit (Pyrite ) (%) 2.07±0.707 1.70±1.564 3.39±1.445Fe (ppm) 4822.9±242.839 3985.81±1718.207 4770.58±280.047Al (ppm) 197.28±62.654 144.39±99.807 108.83±33.568N-total (Total-N ) (%) 0.4226±0.09526 0.5301±0.18029 0.5276±0.15061PO4 (ppm) 43.55±20.316 49.36±25.184 15.29±13.369Pasir (Sand ) (%) 75.50±5.978 58.89±10.895 63.80±11.162Liat (Clay ) (%) 3.60±1.046 6.56±2.975 2.70±0.979Debu (Silt ) (%) 20.90±6.034 34.67±10.605 34.00±10.682

Peubah (Variable )Kecamatan (Sub dist ricts)

156

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 7: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

stadium, dan aktivitasnya. Oksigen terlarut airtambak di Kabupaten Lutim berkisar 4,32sampai 9,36 mg/L dengan rata-rata 7,11 mg/L.Dalam hal ini, oksigen terlarut air tambak diKabupaten Lutim tergolong sesuai untuk budi-daya tambak. Pada kandungan oksigen terlarutantara 1,5 sampai 3,5 mg/L dapat menyebab-kan pertumbuhan serta konsumsi pakan danefisiensi pakan pada udang windu menjadirendah (Tsai, 1989). Batas oksigen terlarutuntuk udang windu adalah 3-10 mg/L dan op-timum 4-7 mg/L (Poernomo, 1988).

Batas toleransi organisme akuatik terhadappH bervariasi dan dipengaruhi oleh banyakfaktor, antara lain: suhu oksigen terlarut, al-kalinitas, dan adanya anion dan kation sertajenis dan stadium organisme. Kisaran pH yangbaik untuk udang windu adalah 7,5-8,7 denganopimum 8,0-8,5 (Poernomo, 1988). MenurutSwingle (1968), pada umumnya pH air yangbaik bagi organisme akuatik adalah 6,5-9,0;pada pH 9,5-11,0 dan 4,0-6,0 mengakibat-kan produksi rendah dan jika lebih rendahdari 4,0 atau lebih tinggi 11,0 akan meracuniorganisme akuatik.

Amonia dapat berada dalam bentuk mole-kul (NH3) atau bentuk ion NH4, di mana NH3 le-bih beracun daripada NH4 (Poernomo, 1988).Kandungan amonia air tambak Kabupaten

Lutim berkisar antara 0,0145 sampai 5,3741mg/L dengan rata-rata 0,7425 mg/L. Kan-dungan NH3 0,05-0,20 mg/L sudah meng-hambat pertumbuhan organisme akuatik padaumumnya. Apabila kandungan NH3 lebih dari0,2 mg/L, perairan bersifat toksik bagi be-berapa jenis ikan (Sawyer & McCarty, 1978).Liu (1989) dan Chanratchakool et al. (1995)menyatakan bahwa kandungan amonia yangdiperkenankan untuk budidaya udang winduadalah kurang dari 0,1 mg/L. Berdasarkan in-formasi yang ada menunjukkan bahwa kan-dungan amonia air tambak Kabupaten Lutimtergolong tinggi.

Kandungan fosfat (PO4) air di kawasan per-tambakan Kabupaten Lutim berkisar antara0,0033 sampai 3.6438 mg/L dengan rata-rata0,3046 mg/L. Berdasarkan klasifikasi kesu-buran perairan oleh Yoshimura (1966) dalamLiaw (1969), maka kandungan PO4 ini tergolongperairan dengan tingkat kesuburan sangattinggi. Kandungan PO4 pada perairan alamiberkisar antara 0,005 sampai 0,020 mg/L(UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi,2003).

Bahan organik total air menggambarkankandungan bahan organik suatu perairan yangterdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensidan koloid. Bahan organik di perairan terdapat

Tabel 2. Kualitas air di tambak Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi SelatanTable 2. Water quality in brackishwater ponds in East Luwu Regency South Sulawesi Province

PeubahVariables

MaksimumMaximum

Rata-rataAverage

Standar deviasiStandard devia t ion

Suhu (Temperature ) (oC) 25.53 37.15 29.91 2.384Salinitas (Salinity ) (ppt) 0.50 30.60 15.90 7.45Oksigen terlarutDissolved oxygen (mg/L) 1.32 19.51 7.11 2.975

pH 4.32 9.36 6.6 1.084NH3 (mg/L) 0.0145 5.3741 0.7425 1.02188NO2 (mg/L) 0.0021 0.9332 0.0492 0.15987NO3 (mg/L) 0.0005 17.309 1.1233 3.07885PO4 (mg/L) 0.0033 3.6438 0.3046 0.54573Fe (mg/L) 0.0002 0.6092 0.0132 0.07641SO4 (mg/L) 4.849 105.7 58.173 22.2852Bahan organik totalTotal organic matter (mg/L) 23.88 45.73 36.65 3.453

Ni (mg/L) 0.01 0.17 0.11 0.032

Minimum

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

157

Page 8: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensidari bahan organik yang mengalami perom-bakan (detritus) dan bahan-bahan organik to-tal yang berasal dari daratan dan terbawa olehaliran sungai. Kandungan bahan organik totalair di tambak Kabupaten Lutim berkisar antara23,88 sampai 45,73 mg/L dengan rata-rata36,36 mg/L. Menurut Reid (1961), perairandengan kandungan bahan organik total lebihdari 26 mg/L adalah tergolong perairan yangsubur. Hal ini sejalan dengan yang telah di-sebutkan sebelumnya bahwa air di tambakKabupaten Lutim tergolong perairan dengantingkat kesuburan sangat tinggi.

Kandungan Ni dalam air lebih rendah di-bandingkan dalam tanah (Tabel 1 dan 2). Halini terjadi karena sifat dari logam berat ter-masuk Ni tersebut yang masuk ke dalam ling-kungan air akan mengalami pengendapan,pengenceran dan dispersi, kemudian diserapoleh organisme yang hidup dalam air. Pengen-dapan logam berat dalam air terjadi karenaadanya anion karbonat hidroksil dan klorida.Logam berat mempunyai sifat yang mudahmengikat bahan organik dan mengendap didasar air dan berikatan dengan partikel-parti-kel tanah atau sedimen, sehingga kandunganlogam berat dalam tanah atau sedimen lebihtinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).Logam berat yang terlarut dalam air akanberpindah ke dalam tanah atau sedimen jikaberikatan dengan materi organik bebas ataumateri organik yang melapisi tanah atau se-dimen dan penyerapan langsung oleh per-mukaan tanah atau sedimen (Fardiaz, 1992).

Kandungan Ni dalam air di daerah pertam-bakan Kabupaten Lutim tergolong tinggi yaitudengan rata-rata 0,11 mg/L. Hal ini sangatberhubungan dengan kandungan Ni tanah ditambak Kabupaten Lutim yang berkisar antara1,45 sampai 365,12 mg/L (Tabel 2). KandunganNi pada perairan tawar alami adalah 0,001-0,003 mg/L (Scouullos & Hatzianestis, 1989dalam Moore, 1991), sedangkan pada perairanlaut berkisar antara 0,005 sampai 0,007(McNeely et al., 1979 dalam Moore, 1991).Selanjutnya Moore (1991) menyatakan bahwauntuk melindungi kehidupan organisme akua-tik, kandungan Ni sebaiknya tidak melebihi0,025 mg/L. Namun demikian, Ni termasukunsur yang memiliki toksisitas rendah.Toksisitas Ni (EC50) terhadap Lemma minoradalah 0,45 mg/L (Effendi, 2003). Nilai LC50 Niterhadap Daphnia magna adalah 19,5 mg/L,terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan

air laut berkisar antara 1 sampai 100 mg/L(Effendi, 2003).

Telah dilaporkan sebelumnya oleh Mustafaet al. (1994) bahwa pasang surut di KabupatenLutim yang diukur di Kecamatan Malili menca-pai 2,20 m. Poernomo (1988) berpendapatbahwa lokasi yang fluktuasi pasangnya sedang(kisaran maksimumnya antara 2 sampai 3 m danrata-rata amplitudonya antara 1,1 sampai 2,1m) adalah layak bagi pengelolaan tambak dikawasan intertidal. Kisaran pasang surut antara1 sampai 3 m lebih baik dalam pengisian sertapengeringan dan pembuangan limbah daridalam tambak (Chanratchakool et al., 1995).Dengan demikian, pasang surut di kawasanpesisir Kabupaten Lutim tergolong ideal untukbudidaya udang windu di tambak.

Iklim

Salah satu faktor yang sangat berpengaruhterhadap kualitas air tambak adalah iklim,terutama curah hujan. Curah hujan bulanan diKabupaten Lutim yang terukur di KecamatanMalili disajikan pada Gambar 2 dan menunjuk-kan bahwa setiap bulan terjadi hujan dengancurah hujan melebihi 150 mm. Curah hujanbulanan yang rendah terjadi pada Juni sampaiOktober sedangkan curah hujan yang lebihtinggi terjadi pada bulan lainnya yaitu dariNovember sampai Mei. Curah hujan tahunanberkisar antara 1.895 sampai 3.758 mm denganrata-rata 2.632 mm. Curah hujan yang baikuntuk budidaya tambak adalah antara 1.500sampai 2.500 mm/tahun (Mustafa et al., 2011).

Kesesuaian Lahan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dariluas tambak yang ada di Kabupaten Lutim,ternyata 144,27 ha tergolong sangat sesuai(kelas S1), 2.555,67 ha tergolong cukup sesuai(kelas S2) dan 11.666,48 ha tergolong sesuaimarjinal (kelas S3) (Gambar 3). BerdasarkanPasal 27 Keppres Nomor 32 tahun 1990 ten-tang Pengelolaan Kawasan Lindung dan kisa-ran pasang surut di Kabupaten Lutim makalebar jalur hijau di tepi pantai sekitar 286 mdan berdasarkan Pasal 16 Keppres Nomor 32tahun 1990 tentang Pengelolaan KawasanLindung maka lebar jalur hijau di tepi kiri dankanan sungai adalah 100 m. Pada Pasal 13Penjelasan UU RI Nomor 31 (2004) dikatakanbahwa salah satu kawasan konservasi yangterkait dengan perikanan adalah mangrove. Halini juga sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Pe-merintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun

158

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 9: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

2008 tentang Rencana Tata Ruang WilayahNasional bahwa strategi untuk pencegahandampak negatif kegiatan manusia yang dapatmenimbulkan kerusakan lingkungan hidupyaitu melindungi kemampuan lingkunganhidup untuk menyerap zat, energi dan ataukomponen lain yang dibuang ke dalamnya.Kesesuaian dengan penggunaan lain, kebe-radaan daerah penyangga, mengatur suatukeseimbangan yang sesuai antara luas man-grove dan tambak, memperbaiki disain tambak,mengurangi pergantian air serta meningkat-kan waktu tinggal dari air, ukuran dan ke-mampuan untuk mengasimilasi limbah daribadan air adalah contoh-contoh dari carauntuk mengurangi pengaruh-pengaruh yangmerugikan (Páez-Osuna, 2001).

Sebagai faktor pembatas utama kesesu-aian lahan tambak di Kabupaten Lutim adalahpotensi kemasaman tanah yang tinggi dankandungan bahan organik yang juga tinggi.Tekstur tanah yang tergolong kasar termasuktekstur tanah lempung berpasir dan pasir ber-lempung juga dapat menjadi faktor pembataskesesuaian lahan tambak di Kabupaten Lutim,terutama untuk penerapan teknologi tradi-sional. Salinitas air yang rendah pada musimhujan juga dapat menjadi faktor pembataskesesuaian lahan untuk budidaya tambak diKabupaten Lutim.

Ketika tanah sulfat masam teroksidasi, ma-ka terjadi penurunan pH lebih kecil dari 4,0.Akibat lebih lanjut, kelarutan unsur-unsur tok-

sik seperti Fe, Al, dan Mn menjadi lebih tinggiyang dapat mematikan organisme yang di-budidayakan termasuk udang windu di tam-bak (Mustafa & Suwardi, 1993; Alongi et al.,1999; Sammut, 1999; Mustafa & Sammut, 2007).Pengelolaan lahan terutama tanah yang da-pat dilakukan untuk menurunkan potensikemasaman tanah adalah melalui remediasibaik berupa pengeringan, perendaman danpembilasan tanah maupun melalui penga-puran. Selain perbaikan tanah, rekayasa tam-bak tepat dapat pula mengoptimumkan pro-duksi di tambak tanah sulfat masam. Untukmengurangi masuknya asam-asam organikdari pematang ke dalam tambak pada saathujan (terutama setelah panas yang lama),maka pada tambak tanah sulfat masam se-baiknya pematang diberi berm dan ditanamirumput (Mustafa et al., 1992; Mustafa, 2008).Berm berfungsi memperkuat kedudukanpematang dan melindungi pematang dari erosiyang diakibatkan oleh gerakan air dalamtambak dan pada tambak tanah sulfat masamberfungsi untuk menahan asam-asam organikyang tercuci dari atas pematang (Mustafa,2008). Penanaman rumput pada pematang inijuga dapat mengurangi erosi pematang. Selainitu, untuk mengurangi masuknya asam-asamorganik dari dalam tanah pematang tambakyang dibangun di tanah sulfat masam, disa-rankan melakukan penga-puran berlapis atauintegrasi kapur ke dalam tanah pematang pa-da saat pembuatan pematang baru atau re-konstruksi pematang.

Gambar 2. Curah hujan bulanan di kawasan pesisir Kabupaten Luwu Timur ProvinsiSulawesi Selatan selama 12 tahun (1992-2003)

Figure 2. Monthly rainfall in coastal area of East Luwu Regency, South SulawesiProvince for 12 years (1992-2003)

Cura

h hu

jan

Rain

fall

(mm

)

Bulan (Month)Jan.

450

50

400350300250200150100

0Feb. Mar. Apr. Mei. Juni Juli Agust. Sep. Okt. Nov. Des.

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

159

Page 10: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Tekstur tanah yang tergolong kasar ter-masuk tekstur tanah berpasir juga dapatmenjadi faktor pembatas kesesuaian lahantambak di Kabupaten Lutra, terutama untukpenerapan teknologi tradisional. Tambakdengan tekstur tanah kasar sangat sulit untukpenumbuhan klekap yang merupakan makananpenting bagi organisme yang dibudidayakandengan teknologi tradisional. Tambak dengantanah bertekstur kasar seperti pasir berlem-pung dan pasir memiliki tingkat porositas yangtinggi, sebagai akibatnya tambak tidak bisamenahan air. Tanah tambak sering dijumpaibertekstur halus dengan kandungan liat mini-mal 20-30% untuk menahan peresapan kesamping (Boyd, 1995). Tekstur tanah yang baikuntuk tambak adalah: liat, lempung berliat,lempung liat berdebu, lempung berdebu,lempung, dan lempung liat berpasir (Ilyas etal., 1987).

Salinitas air yang sangat rendah pada mu-sim hujan dapat menjadi faktor pembataskesesuaian lahan untuk budidaya udang windudi tambak di Kabupaten Lutim. Udang windumerupakan organisme eurihalin, namun kare-na dibudidayakan untuk tujuan komersial,kisaran salinitas yang optimum perlu diper-

tahankan. Udang windu mampu menyesuaikandiri terhadap salinitas 3-45 ppt, namun untukpertumbuhan optimum diperlukan salinitas15-25 ppt (Poernomo, 1988), 10-30 ppt(Chanratchakool et al., 1995), 20-30 ppt(Chiang et al., 1989), dan 15-25 ppt (Liu, 1989).Pada lokasi yang tergolong sangat sesuaidisarankan untuk melakukan budidaya udangwindu secara tradisional plus dan semi-intensif, pada lokasi yang tergolong cukupsesuai disarankan melakukan budidaya udangwindu secara tradisional dan pada lokasi yangkurang sesuai melakukan polikultur antaraudang windu dengan bandeng dan atau nilaserta rumput laut. Pada musim hujan disaran-kan untuk tidak melakukan budidaya rumputlaut, termasuk polikultur dengan komoditaslainnya pada daerah yang bersalinitas ku-rang dari 15 ppt. Rumput laut tumbuh optimumpada salinitas 25 ppt (Lin, 1974; Tseng &Borowitzka, 2003) dan antara 18 sampai 30ppt (Chen, 1976) serta 15 sampai 25 ppt(Anonymous, 1991). Khusus untuk tambak dipantai timur Sulawesi Selatan, termasukKabupaten Lutim dijumpai rumput laut tumbuhoptimum pada salinitas 25,6 ppt (Mustafa etal., 2007b).

Gambar 3. Peta kesesuaian lahan aktual tambak di Kabupaten Luwu Timur ProvinsiSulawesi Selatan

Figure 3. Actual land suitability map of brackishwater pond in East Luwu RegencySouth Sulawesi Province

120o40’0”E 120o50’0”E120o45’0”E 120o55’0”E 121o0’0”E 121o5’0”E

2o 30’

0”S

2o 35’

0”S

2o 40’

0”S

2o 45’

0”S

120o40’0”E 120o50’0”E120o45’0”E 120o55’0”E 121o0’0”E 121o5’0”E

2o 30’

0”S

2o 35’

0”S

2o 40’

0”S

2o 45’

0”S

Kelayakan tambak (Brackishwater pondsuitability):

Jalur hijau (Buffer zone)Laut& Sungai (Sea&River)

Batas Provinsi(Province border)Jalan(Road)

Batas Kabupaten(Regency border)Batas Kecamatan(Sub district border)Pemukiman (Settlement)Mangrove (Mangrove)Sungai (River)

S1 (144.3 ha)S2 (2,555.7 ha)S3 (11,666.5 ha)

160

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 11: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

KESIMPULAN

Kabupaten Luwu Timur memiliki karakte-ristik tanah yang selain didominasi oleh tanahsulfat masam juga tanah sulfat masam yangberasosiasi dengan tanah gambut. Tanah sul-fat masam di kabupaten ini memiliki potensikemasaman dan unsur-unsur beracun yangtinggi dan sebaliknya unsur hara makro yangrendah. Tekstur tanah umumnya tergolongpasir berlempung dan lempung berpasir. Dariluas tambak yang di Kabupaten Luwu Timur,ternyata 144,27 ha tergolong sangat sesuai(kelas S1), 2.555,67 ha tergolong cukup sesuai(kelas S2) dan 11.666,48 ha tergolong sesuaimarjinal (kelas S3).

UCAPAN TERIMA KASIH

Diucapkan terima kasih kepada Sitti Rohaniatas bantuan pengukuran dan pengambilandan analisis contoh air, Muhammad Arnold,dan Darsono atas bantuan pengukuran danpengambilan contoh tanah serta RosianaSabang, Kamariah, dan Rahmiyah atas bantuananalisis kualitas tanah.

DAFTAR ACUAN

Ahern, C.R. & Blunden, B. 1998. Designing asoil sampling and analysis program. In:Ahern, C.R., Blunden, B., & Stone, Y. (eds.),Acid Sulfate Soils Laboratory MethodsGuidelines. Acid Sulfate Soil ManagementAdvisory Committee, Wollongbar, NSW. p.2.1-2.6.

Ahern, C.R., McElnea, A., & Baker, D.E. 1998a.Peroxide oxidation combined acidity andsulfate. In: Ahern, C.R., Blunden, B., & Stone,Y. (eds.), Acid Sulfate Soils Laboratory Meth-ods Guidelines. Acid Sulfate Soil Manage-ment Advisory Committee, Wollongbar,NSW, p. 4.1-4.17.

Ahern, C.R., McElnea, A., & Baker, D.E. 1998b.Total oxidisable sulfur. In: Ahern, C.R.,Blunden, B., & Stone, Y. (eds.), Acid SulfateSoils Laboratory Methods Guidelines. AcidSulfate Soil Management Advisory Commit-tee, Wollongbar, NSW, p. 5.1-5.7.

Ahern, C.R. & Rayment, G.E. 1998. Codes foracid sulfate soils analytical methods. In:Ahern, C.R., Blunden, B., & Stone Y. (eds.),Acid Sulfate Soils Laboratory MethodsGuidelines. Acid Sulfate Soil ManagementAdvisory Committee, Wollongbar, NSW. p.3.1-3.5.

Alongi, D.M., Tirendi, F., & Trott, L. A. 1999. Ratesand pathways of benthic mineralization inextensive shrimp ponds of the Mekongdelta, Vietnam. Aquaculture, 175: 269-292.

Anonim. 2008. Kebangkitan Budidaya UdangWindu di Sulsel tahun 2008. Dinas Kelautandan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar, 18 hlm.

Anonim. 2009. Laporan Statistik PerikananSulawesi Selatan, 2008. Dinas Perikanandan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar, 243 hlm.

Anonymous. 1991. Mariculture of seaweeds.In: Shokita, S., Kakazu, K., Tomori, A., andToma, T. (eds.), Aquaculture in Tropical Ar-eas. Midori Shobo Co., Ltd., Tokyo, p. 31-95.

APHA (American Public Health Association).2005. Standard Methods for Examinationof Water and Wastewater. APHA-AWWA-WEF,Washington, DC, 1185 pp.

Blanco, G.J. 1972. Fish seed production for in-tensive coastal aquaculture in the Indo-Pacific Region. In: Pillay, T.V.R. (ed.), CoastalAquaculture in the Indo-Pacific Region. Fish-ing News (Books) Ltd., London, p. 195-207.

Bouyoucos, C.J. 1962. Hydrometer method im-proved for making particle size analysis ofsoils. Agronomy Journal, 54: 464-465.

Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment, andPond Aquaculture. Chapman and Hall, NewYork, 348 pp.

Chanratchakool, P., Turnbull, J.F., Funge-Smith,S., Limsuwan, C. 1995. Health Manage-ment in Shrimp Ponds. Second edition.Aquatic Animal Health Research Institute,Department of Fisheries, Kasetsart Univer-sity Campus, Bangkok, 111 pp.

Chen, T.P. 1972. Fertilization and feeding Incoastal fish farms in Taiwan. In: Pillay, T.V.R.(ed.), Coastal Aquaculture in the Indo-Pacific Region. Fishing News (Books) Ltd.,London, p. 410-437.

Chen, T.P. 1976. Culture of Gracilaria. In: Aqua-culture Practices in Taiwan. Page Bros., Lon-don, p. 145-149.

Chiang, P.D.-M., Kuo, C.-M., & Liu, C.-F. 1989.Pond preparation for shrimp growout. In:Akiyama, D.M. (ed.), Proceedings of theSoutheast Asia Shrimp Farm ManagementWorkshop. American Soybean Association,Singapore, p. 48-55.

Dengüz, O., Bayramün, Ü., & Ksel, M.Y. 2003.Geographic information system and re-

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

161

Page 12: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

mote sensing based land evaluation ofBeypazarÝ area soils by ILSEN Model. TurkJ. Agric. For., 27: 145-153.

DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan).2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya.Departemen Kelautan dan Perikanan,Jakarta, 275 hlm.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagiPengelolaan Sumber Daya dan LingkunganPerairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta,258 hlm.

FAO (Food and Agriculture Organization). 1976.A framework for land evaluation. In: FAOSoil Bulletin 32. Soil Resources Managementand Conservation Service and Water De-velopment Division, FAO, Rome, 72 pp.

FAO (Food and Agriculture Organization). 1985.Guidelines: Land evaluation for irrigatedagriculture. In: FAO Soil Bulletin 55. SoilResources Management and ConservationService and Water Development Division,FAO, Rome, 231 pp.

FAO (Food and Agriculture Organization). 1998.Land quality indicators and their use insustainable agriculture and rural develop-ment. In: FAO Land and Water Bulletin 5.FAO, UNDP, UNEP, and World Bank, Rome,208 pp.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. PenerbitKanisius, Yogyakarta, 192 hlm.

Hasnawi & Mustafa, A. 2010. Karakteristik,kesesuaian, dan pengelolaan lahan untukbudidaya tambak di Kabupaten Luwu Utara,Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal RisetAkuakultur, 5(3): 449-463.

Hossain, M.S. & Das, N.G. 2010. GIS-based multi-criteria evaluation to land suitability mod-elling for giant prawn (Macrobrachiumrosenbergii) farming in CompanigonjUpazila of Noakhali, Bangladesh. Comput-ers and Electronics in Agriculture 70(1):172-186.

Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran laut olehlogam berat. Dalam: Kunarso, D.H. & Ruyitno(eds.), Status Pencemaran Laut di Indone-sia dan Teknik Pemantauannya. Pusat Pe-nelitian dan Pengembangan Oseanologi,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,Jakarta, hlm. 45-60.

Ilyas, S., Cholik, F., Poernomo, A., Ismail, W.,Arifudin, R., Daulay, T., Ismail, A.,Koesoemadinata, S., Rabegnatar, I N.S.,Soepriyadi, H., Suharto, H.H., Azwar, Z.I., &Ekowardoyo, S. 1987. Petunjuk Teknis bagiPengoperasian Unit Usaha Pembesaran

Udang Windu. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Perikanan, Jakarta, 100 hlm.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S.2005. Brackish water aquaculture site se-lection in Palghar Taluk, Thane district ofMaharashtra, India, using the techniquesof remote sensing and geographical infor-mation system. Aquacultural Engineering,32: 285-302.

Liaw, W.K. 1969. Chemical and biological stud-ies of fish ponds and reservoirs in Taiwan,Rep. Fish Culture Res. Fish Series, Chin, Am.Joint Commission on Rural Recontruction,7: 1-43.

Lin, M.N. 1974. Culture of Gracilaria. Fish Re-search Institute, Keelung, Taipei, p. 1-8.

Liu, C.-I. 1989. Shrimp disease, prevention andtreatment. In: Akiyama, D.M. (ed.), Proceed-ings of the Southeast Asia Shrimp FarmManagement Workshop. American SoybeanAssociation, Singapore, p. 64-74.

Menon, R.G. 1973. Soil and Water Analysis: ALaboratory Manual for the Analysis of Soiland Water. Proyek Survey O.K.T. SumateraSelatan, Palembang, 190 pp.

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants ofSurface Water. Springer-Verlag, New York.334 pp.

Muir, J.F. & Kapetsky, J.M. 1988. Site selectiondecisions and project cost: the case ofbrackish water pond systems. In: Aquacul-ture Engineering Technologies for the Fu-ture. Hemisphere Publishing Corporation,New York, p. 45-63.

Mustafa, A. 2008. Desain, tata letak dan kons-truksi tambak. Media Akuakultur 3(2): 166-174.

Mustafa, A., Hanafi, A., & Ahmad, T. 1992. Penge-lolaan kawasan hutan mangrove untukbudidaya tambak. Dalam: Sunarno, S.,Mansur, H., Rachmansyah, Mustafa, A., danHanafi, A. (eds.), Prosiding Lokakarya IlmiahPotensi Sumberdaya Perikanan Maluku.Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai,Maros, hlm. 124-133.

Mustafa, A., Hanafi, A., Pantjara, B., & Suwardi.1994. Karakteristik lahan mangrove di DeltaTampinna, Kabupaten Luwu, SulawesiSelatan. Dalam: Mansur, H., Rachmansyah,Atmomarsono, M., dan Mustafa, A. (eds.),Risalah Seminar Hasil Penelitian PerikananBudidaya Pantai. Balai Penelitian PerikananBudidaya Pantai, Maros, hlm. 95-105.

Mustafa, A., Rachmansyah, & Hanafi, A. 2007a.Kelayakan Lahan untuk Budi Daya Per-

162

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 13: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

ikanan Pesisir. Dalam: Kumpulan MakalahBidang Riset Perikanan Budidaya. Disam-paikan pada Simposium Kelautan danPerikanan pada tanggal 7 Agustus 2007 diGedung Bidakara, Jakarta. Pusat RisetPerikanan Budidaya, Jakarta, 28 hlm.

Mustafa, A., Radiarta, I N., & Rachmansyah. 2011.Profil dan Kesesuaian Lahan AkuakulturMendukung Minapolitan. Diedit: Sudradjat,A. Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan Budidaya, Jakarta, 91 hlm.

Mustafa, A. & Sammut, J. 2007. Effect of differ-ent remediation techniques and dosagesof phosphorus fertilizer on soil quality andklekap production in acid sulfate soil-affected aquaculture ponds. IndonesianAquaculture Journal, 2(2): 141-157.

Mustafa, A., Sapo, I., Hasnawi, & Sammut, J.2007b. Hubungan antara faktor kondisilingkungan dan produktivitas tambak untukpenajaman kriteria kelayakan lahan: 1.Kualitas air. Jurnal Riset Akuakultur, 2(3):289-302.

Mustafa, A. & Suwardi. 1993. Pemberian kapurpertanian dan limbah pabrik kertas Gowadi tambak masam untuk budidaya udangwindu, Penaeus monodon. Jurnal PenelitianBudidaya Pantai, 9(3): 81-96.

Páez-Osuna, F. 2001. The environmental im-pact of shrimp aquaculture: causes, ef-fects, and mitigating alternatives. Environ-mental Management, 28(1): 131-140.

Parsons, T.R., Maita, Y., & Lalli, C.M. 1989. AManual of Chemical and Biological Meth-ods for Seawater Analysis. Pergamon Press,Oxford, 173 pp.

Pérez, O.M., Ross, L.G., Telfer, T.C., & del CampoBarquin, L.M. 2003. Water quality require-ments for marine fish cage site selectionin Tenerife (Canary Islands): predictivemodelling and analysis using GIS. Aquacul-ture, 224: 51-68.

Poernomo, A. 1988. Pembuatan TambakUdang di Indonesia. Seri PengembanganNo. 7. Balai Penelitian Perikanan BudidayaPantai, Maros, 30 hlm.

Poxton, M. 2003. Water quality. In: Lucas, J.S.and Southgate, P.C. (eds.), Aquaculture:Farming Aquatic Animals and Plans.Blackwell Publishing Ltd., Oxford, p. 47-73.

Purwadhi, F.S.H. 1999. Sistem InformasiGeografis. Dalam: Suharmanto, Tjinda, F.,Yulmontoro, S., Arisdyo, I L., Ginting, R., &Effendi, A. (eds.), Pengantar Teknologi,Aplikasi Penginderaan Jauh Satelit dan

Sistem Informasi Geografi. Lembaga Pe-nerbangan dan Antariksa Nasional danBadan Pengkajian dan Penerapan Tekno-logi, Jakarta, hlm. 367-494.

Rajitha, K., Mukherjee, C.K., & Chandran, R.V.2007. Applications of remote sensing andGIS for sustainable management of shrimpculture in India. Aquacultural Engineering,36: 1-17.

Reid, G.K. 1961. Ecology in Inland Waters andEstuaries. Chapman & Hall Ltd., New York,Reinhold Publishing Corporation, London,375 pp.

Ritung, S., Wahyunto, Agus, F., & Hidayat, H.2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahandengan Contoh Peta Arahan PenggunaanLahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Pene-litian Tanah dan World Agroforestry Centre(ICRAF), Bogor, Indonesia, 39 hlm.

Rossiter, D.G. 1996. A theoretical frameworkfor land evaluation. Geoderma, 72: 165-202.

Saaty, T.L. 1977. A scaling method for priori-ties in hierarchical structures. Journal ofMathematical Psychology, 15: 234-281.

Salam, M.A., Ross, L.G., & Beveridge, C.M.M.2003. A comparison of development op-portunities for crab and shrimp aquacul-ture in southwestern Bangladesh, using GISmodeling. Aquaculture, 220: 477-494.

Sammut, J. 1999. Amelioration and manage-ment of shrimp ponds in acid sulfate soils:key researchable issues. In: Smith, P.T.(ed.), Towards Sustainable Shrimp Culturein Thailand and the Region. ACIAR Proceed-ings No. 90. Australian Centre for Interna-tional Agricultural Research, Canberra, p.102-106.

Sawyer, C.N. & McCarty, P.L. 1978. Chemistryfor Environmental Engineering. Third edi-tion. McGraw-Hill Book Company, New York,532 pp.

Sulaeman, Suparto, & Eviati. 2005. PetunjukTeknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,Air, dan Pupuk. Diedit oleh: Prasetyo, B. H.,Santoso, D. dan Widowati, L.R. Balai Pene-litian Tanah, Bogor, 136 hlm.

Swingle, H.S. 1968. Standardization of chemi-cal analysis for waters and pond muds. FAOFisheries Report, 44(4): 397-406.

Treece, G.D. 2000. Site selection. In: Stickney,R.R. (ed.), Encyclopedia of Aquaculture. JohnWiley & Sons, Inc., New York, p. 869-879.

Tsai, C.-K. 1989. Water quality management. In:Akiyama, D.M. (Ed.), Proceedings of the

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

163

Page 14: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Southeast Asia Shrimp Farm ManagementWorkshop. American Soybean Association,Singapore, p. 56-63.

Tseng, C.K. & Borowitzka, M. 2003. Algae cul-ture. In: Lucas, J.S. and P.C. Southgate (eds.),Aquaculture: Farming Aquatic Animals andPlants. Blackwell Publishing Ltd., Oxford,p. 253-275.

van Dieven, C.A., van Keulen, H., Wolf, J., &Berkhout, J.A.A. 1991. Land evaluation: fromintuition to quantification. In: Stewart, B.A.(ed.), Advances in Soil Science. Springer,New York. p. 139-204.

Young, A. 1987. Distinctive features of landuse planning for agriforestry. Soil Surveyand Land Evaluation, 7: 133-140.

164

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 15: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Lampiran. Peta distribusi kualitas tanah di tambak Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi SelatanAppendix. Distribution maps of soil quality in brackishwater pond of East Luwu Regency, South

Sulawesi Province

Distribusi sebaran Al (ppm)

301-550251-300171-25071-1700-70

Distribusi sebaran bahan organik (Distribution of organic matter) (%)

24-3116-2310-154-90-3

Distribusi sebaran C organik (Distribution of C organic)

14-189-136-83-50-2

Distribusi sebaran Fe (ppm)

3001-40002401-30001401-2400410-14000-400

Distribusi sebaran N total (Distribution of total N) (%)

0.56-0.770.39-0.550.26-0.380.10-0.250-0.09

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

165

Page 16: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Lanjutan Lampiran (Appendix continued)

Distribusi sebaran debu (Distribution of silt) (%)

46-4731-4520-308-190-7

Distribusi sebaran liat (Distribution of clay) (%)

30-4919-2910-182-90-1

Distribusi sebaran pasir (Distribution of sand) (%)

73-9756-7236-5513-350-12

Distribusi sebaran pHF

7.4-7.67.1-7.36.8-7.06.4-6.70-6.4

Distribusi sebaran pHFOX

3.6-5.02.7-3.51.8-2.60.6-1.70-0.5

166

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168

Page 17: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Lanjutan Lampiran (Appendix continued)

Distribusi sebaran pHF- pHFOX

5.9-7.44.8-5.83.7-4.71.6-3.60-1.5

Distribusi sebaran pHKCL

5.8-7.34.7-5.73.4-4.61.3-3.30-1.2

Distribusi sebaran pHOX

3.8-5.92.4-3.71.4-2.30.5-1.30-0.4

Distribusi sebaran redok (mV)

-89 – 0-189 – -90-249 – -190-289 – -250-360 – -290

Distribusi sebaran SKCL (%)

6.0-104.0-5.92.0-3.91.0-1.90-0.9

Kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu ..... (Erna Ratnawati)

167

Page 18: KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU …

Lanjutan Lampiran (Appendix continued)

Distribusi sebaran SP (%)

15-2010-146-92-50-1

Distribusi sebaran SPOS (%)

15-1911-147-103-6-1-2

Distribusi sebaran TAA (mol H+/t) (mole H+/t)

81-12051-8021-501-200

Distribusi sebaran TPA (mol H+/t) (mole H+/t)

1401-1900901-1400501-900100-5000-100

Distribusi sebaran TSA (mol H+/t) (mole H+/t)

1301-1900701-1300401-700101-4000-100

168

J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014: 151-168