SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30253/1/3201412170.pdf · Untuk pengambilan sampel dengan...
Transcript of SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30253/1/3201412170.pdf · Untuk pengambilan sampel dengan...
i
PEMANFAATAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG) KOTA SEMARANG SEBAGAI SUMBER
BELAJAR MATERI ATMOSFER DI SMA SEDES SAPIENTIAE SEMARANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Oleh:
Urfan Afiv
3201412170
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal : Maret 2017
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drs. Moch Arifien, M.Si Drs. Tukidi, M.Pd
NIP. 195508261983011003 NIP. 195403101983031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi
Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si
NIP. 196210191988031002
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal : Maret 2017
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drs. Moch Arifien, M.Si Drs. Tukidi, M.Pd
NIP. 195508261983011003 NIP. 195403101983031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi
Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si
NIP. 196210191988031002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Semarang Pada :
Hari :
Tanggal : April 2017
Penguji I
Drs. Suroso M.Si
NIP. 196004021986011001
Penguji II
Drs. Tukidi, M.Pd
NIP. 195403101983031002
Penguji III
Drs. Moch Arifien, M.Si
NIP. 195508261983011003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A,
NIP 196308021988031001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Semarang Pada :
Hari :
Tanggal : April 2017
Penguji I
Drs. Suroso M.Si
NIP. 196004021986011001
Penguji II
Drs. Tukidi, M.Pd
NIP. 195403101983031002
Penguji III
Drs. Moch Arifien, M.Si
NIP. 195508261983011003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A,
NIP 196308021988031001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2017
Urfan Afiv
3201412170
v
SARI
Urfan, Afiv.2016. Pemanfaatan Badan Metereologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang Sebagai Sumber Belajar Geografi Materi Atmosfer Di SMA Sedes Sapientiae Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, Pembimbing: Drs. Moch Arifin, M.Si. Kata Kunci: BMKG, Sumber Belajar, outdoor study
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang
merupakan lembaga pemerintahan Non Departemen yakni suatu Badan
Pemerintahan yang berdiri sendiri yakni Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota
Semarang memiliki sarana dan prasana yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar bagi siswa SMA yakni salah satunya Taman Alat yang terdiri dari alat-alat
pengukur cuaca dan iklim. Dalam mata pelajaran geografi materi atmosfer
merupakan materi yang cocok untuk memanfaatkan BMKG sebagai sumber
belajar. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
aktivitas siswa SMA Sedes Sapientiae Semarang dalam pembelajaran outdoor study di BMKG Kota Semarang.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah dua guru mata
pelajaran geografi dan seluruh siswa kelas X tahun ajaran 2015/2016 di SMA
Sedes Sapientiae Semarang. Untuk pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian diperoleh keterangan aktivitas siswa dalam pembelajaran
outddor study di BMKG Kota Semarang maka dapat diperoleh hasil 92%
pembelajaran di BMKG Kota Semarang berjalan sesuai dengan rencana dan 8%
yang belum terlaksana.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis maka dapat disimpulkan:
(1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran outdoor study dengan memanfaatkan
BMKG Kota Semarang sebagai sumber belajar untuk kelas X SMA Sedes
Sapientiae Semarang tahun 2015/2016 sudah berjalan sesuai rencana, hal ini
dibuktikan dari hasil analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukan
92% sudah terlaksana dan 8% belum terlaksana. Kemudian terdapat masukan
berupa saran untuk sekolah yaitu: (1) Guru dapat menggunakan sumber-sumber
belajar lain yang dapat menarik siswa dalam proses belajar. (2) Guru dapat
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
� Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam
(pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.
Al ‘Alaq: 1-5).
� Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan yang pertama,
dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan yang kedua, dia akan
tawadhu. Jika dia memasuki tahapan ketiga, dia akan merasa dirinya tidak
ada apa-apanya. (Umar Bin Khattab).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasian untuk :
- Kedua orang tuaku bapak Slamet dan
ibu Suwitri yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, dukungan moral dan
material yang tak terhingga.
- Teman-teman seperjuanganku
Pendidikan Geografi 2012.
- Almamaterku.
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis untuk menyusun
skripsi dengan judul ”Pemanfaatan Badan Meteorologi Klimatologi Dan
Geofisika (BMKG) Kota Semarang Sebagai Sumber Belajar Geografi Materi
Atmosfer Di SMA Sedes Sapientiae Semarang Tahun 2016” sebagai syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
UNNES sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis. Oleh karena itu
dengan penuh kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar di Universitas
Negeri Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.
4. Drs. Moch Arifien, M.Si., Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dukungan penuh dalam kesempurnaan
penyusunan skripsi ini.
viii
5. Drs. Tukidi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan dukungan penuh dalam kesempurnaan penyusunan skripsi
ini.
6. Drs. Agus Sudaryatno., Kepala Bidang Hubungan Masyarakat di BMKG Kota
Semarang yang sudah memberikan ijin serta mendukung jalannya kegiatan
penelitian ini.
7. Dra. MM. Lenawati Winarto., Kepala sekolah SMA Sedes Sapientiae
Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Drs. F.X Eko Witono dan Rita Kalorine S.Pd., Guru Geogarfi SMA Sedes
Sapientiae Semarang yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis dan membantu dalam proses kegiatan penelitian.
9. Siswa-siswi SMA Sedes Sapientiae Semarang yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Semarang, Februari 2017
Urfan Afiv
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
SARI ................................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................8
1.5 Penegasan Istilah ...................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar ..........................................................................................................10
2.1.1 Teori Belajar .....................................................................................10
2.1.2 Teori Pembelajaran ..........................................................................11
2.1.3 Model outdoor study ........................................................................12
2.1.4 Model Project Based Learning ........................................................12
2.2 Sumber Belajar............................................................................................19
x
2.2.1 Pengertian Sumber Belajar ...............................................................19
2.2.2 Fungsi Sumber Belajar .....................................................................22
2.2.3 Macam-macam Sumber Belajar .......................................................24
2.2.3.1 Materi bahan bacaan.............................................................24
2.2.3.2 Materi bukan bahan bacaan ..................................................25
2.2.4 Sumber Pembelajaran Geografi .......................................................28
2.2.4.1 Lingkungan Alam .................................................................31
2.2.4.2 Lingkungan Sosial ................................................................32
2.2.4.3 Lingkungan Budaya .............................................................32
2.2.5 Hakekat Pembelajaran Geografi.......................................................33
2.3 Materi Pembelajaran ..................................................................................35
2.3.1 Atmosfer ...............................................................................................35
2.3.2 Unsur-unsur cuaca dan iklim ...............................................................39
2.4 BMKG Sebagai Sumber Belajar Geografi ...............................................41
2.4.1 Profil BMKG ....................................................................................41
2.4.2 BMKG Sebagai Sumber Belajar Geografi .......................................44
2.5 Kerangka Berfikir .......................................................................................53
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................54
3.2 Tempat Penelitian .......................................................................................54
3.3 Populasi Penelitian ......................................................................................55
3.4 Sampel Penelitian ........................................................................................56
3.5 Variabel Penelitian ......................................................................................56
xi
3.5.1.1 Aktivitas siswa dalam tahap perisapan untuk
melaksanakan pembelajaran
di BMKG Kota Semarang. .....................................................57
3.5.1.2 Aktivitas siswa dalam tahap pelaksanaan
untuk melaksanakan pembelajaran
di BMKG Kota Semarang. .....................................................57
3.5.1.3 Aktivitas siswa dalam tahap tindak lanjut
untuk melaksanakan pembelajaran
di BMKG Kota Semarang. .....................................................57
3.6 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................57
3.6.1 Teknis Observasi ................................................................................58
3.6.2 Teknik Dokumentasi ..........................................................................58
3.7 Instrumen Penelitian ...................................................................................58
3.7.1 Lembar Observasi ...............................................................................59
3.8 Teknik Analisis Data ...................................................................................59
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................59
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................60
4.1.1 Profil SMA ...........................................................................................60
4.1.1.1 Keadaan Fisik Sekolah .......................................................61
4.1.1.2 Fasilitas Sekolah ................................................................62
4.1.2 Letak Geografis SMA Sedes Sapientiae Semarang .............................66
xii
4.1.3 Letak Geografis BMKG Kota Semarang .............................................66
4.1.4 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran outdoor study Dengan
Memanfaatkan BMKG Kota Semarang
Sebagai Sumber Belajar ........................................................................68
4.1.4.1 Aktivitas Siswa Dalam Perencanaan Pembelajaran ..................68
4.1.4.2 Aktivitas Siswa Dalam Pelaksanaan Pembelajaran ..................69
4.1.4.3 Aktivitas Siswa Dalam Evaluasi Pembelajaran ........................69
4.2 Pembahasan .................................................................................................70
4.2.1 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Outdoor Study
Dengan Memanfaatkan BMKG Kota Semarang
Sebagai Sumber Belajar Geografi ...........................................................70
BAB V Penutup
5.1 Simpulan ......................................................................................................74
5.2 Saran.............................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................75
LAMPIRAN .......................................................................................................78
xiii
Daftar Gambar
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian .......................................................... 53
Gambar 4.1 Profil SMA Sedes Sapieniae .......................................................... 60
Gambar 4.2 Peta lokasi penelitian ...................................................................... 67
Gambar 4.3 Pelaksanaan pembelajaran di kelas ................................................ 71
Gambar 4.4 Pelaksanaan pembelajaran di Aula BMKG .................................... 72
Gambar 4.5 Pelaksanaan pembelajaran di Taman Alat BMKG ........................ 73
xiv
Daftar Tabel
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Komponen Sumber Belajar. ............................................................... 21
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas X SMA Sedes ........................................... 55
Tabel 4.1 Aktivitas siswa dalam tahap Perencanaan untuk
melaksanakan pembelajaran outdoor study
di BMKG Kota Semarang ................................................................. 68
Tabel 4.2 Aktivitas siswa dalam tahap pelaksanaan untuk
melaksanakan pembelajaran di BMKG ............................................. 69
Tabel 4.3 Aktivitas siswa dalam evaluasi proses
Pembelajaran di BMKG .................................................................... 69
Tabel 4.4 Tentang Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Outdoor Study Di BMKG Kota Semarang ........................................ 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus .................................................................................................. 79
2. RPP ....................................................................................................... 82
3. Kisi-kisi instrument observasi .............................................................. 92
4. Instrument observasi ............................................................................ 95
5. Surat Keputusan Dosen Pembimbing................................................... 97
6. Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 98
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan majunya
suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa didukung sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. Dalam usaha mencapai sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan strategi belajar mengajar yang diharapkan mampu memberi inovasi
sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini.
Sekolah merupakan suatu lembaga formal secara sistematis merencanakan
bermacam-macam lingkungan yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan
berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran
(Hamalik, 2008:3). Lingkungan pendidikan tersebut disusun dan ditata dalam
suatu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Peserta didik
diharapkan dapat didorong dan diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan dengan mempertimbangkan aspek pembudayaan, penguasaan
pengetahuan dan keterampilan.
Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai
(Trianto, 2007:13). Teori belajar menurut David Ausubel belajar adalah belajar
bermakna, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
2
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang
(Dahar, 1988:137).
Pengertian geografi di sekolah dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi manusia dan
lingkungannya dalam susunan keruangan, kewilayahan dan kelingkungan.
Meskipun hingga saat ini, karena ada alasan struktur kurikulum sekolah atau
karena sistem manajemen sekolah sehingga kecenderungan pembelajaran geografi
masih saja terpusat di dalam kelas, namun kesempatan itu ada, upaya untuk
menggunakan model pembelajaran langsung (outdoor study) merupakan suatu
inovasi dalam pembelajaran.
Secara sederhana, kita dapat melakukan studi lapangan mulai dari
lingkungan sekolah atau sekitar sekolah. Melengkapi keterbatasan keadaan
lingkungan sebagai sebuah representasi konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang
termuat dalam kurikulum atau silabus perlu kita hadirkan model, bahkan
multimedia dengan memanfaatkan teknologi informasi saat ini, akan sangat
membantu pembelajaran geografi pada siswa. Namun demikian belajar
sesungguhnya dengan cara menghadirkan siswa secara langsung pada obyek
geografi yang nyata tentunya akan jauh lebih bermakna.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting dan
memiliki nilai-nilai yang berharga dalam proses pembelajaran Siswa. Lingkungan
dapat memperkaya kegiatan belajar siswa. Dengan mengambil sumber belajar dari
lingkungan, maka kecakapan dan kepandaian Siswa dapat dipraktikkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam
3
tentang sesuatu Siswa memerlukan banyak pengalaman. Agar Siswa dapat belajar
dengan baik, maka apa yang harus dipelajari haruslah terkait dengan keadaan
nyata dan ada di sekelilingnya. Untuk itu, Siswa dituntut untuk memanfaatkan
lingkungan yang ada di sekitarnya sebagai sumber belajar. Dengan pengamatan
langsung yang berasal dari lingkungan diharapkan siswa dapat mengamati
langsung obyek geografi khususnya materi atmosfer yang selanjutnya mampu
memahami dan mengembangkan pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Observasi awal telah dilakukan di SMA Sedes Sapientiae Semarang pada
tahun pelajaran 2015/2016 tentang kegiatan guru di kelas dan wawancara tentang
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran geografi. Hasil yang
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran geografi belum terfokuskan
disebabkan kondisi pembelajaran yang kurang menyenangkan.
2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi
pembelajaran, guru cenderung mendominasi dengan metode ceramah. Siswa
memerlukan variasi metode pembelajaran agar tidak bosan dan menerima
materi pembelajaran dengan maksimal.
3. Masih rendahnya motivasi siswa terhadap pembelajaran geografi.
Permasalahan-permasalahan yang muncul diatas juga muncul pada pembelajaran
materi atmosfer. Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh masih dibawah <75%.
Hal ini dikarenakan pemilihan pendekatan, metode, model, media, sumber belajar
belum bervariasi, seringkali guru menggunakan metode ceramah sehingga
perhatian siswa dalam pembelajaran geografi menjadi berkurang dan siswa
4
merasa bosan. Guru belum mengoptimalkan penggunaan pendekatan, metode,
model, media, dan sumber belajar yang inovatif hal ini terlihat dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru geografi SMA Sedes bahwa sumber belajar
yang tercantum yaitu lks, buku paket, internet, dan hanya menerima dari
penjelasan guru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran
geografi terdapat Standar Kompetensi (SK) : 3 menganalisis unsur-unsur geosfer,
untuk Kompetensi Dasar (KD) 3.2 menganalisis atmosfer dan dampaknya
terhadap kehidupan. Berdasarkan RPP guru geografi SMA Sedes terdapat tiga
indikator yaitu 3.2.1 menjelaskan pengertian atmosfer, 3.2.2 menjelaskan cuaca
dan iklim, dan 3.2.3 menjelaskan alat-alat pengukur cuaca dan iklim. Setiap
kompetensi dasar (KD) memerlukan sumber belajar yang berbeda, untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pada kompetensi dasar (KD) 3.2 menganalisis
atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan diperlukan sumber belajar yang
tepat. Indikator yang telah dibuat guru geografi SMA Sedes 3.2.3 menjelaskan
alat-alat pengukur cuaca dan iklim hal ini sangat tepat jika menggunakan sumber
belajar yang sesuai dengan indikator tersebut yaitu BMKG Kota Semarang karena
di BMKG terdapat berbagai informasi yang berkaitan dengan materi atmosfer
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Cara belajar seperti ini lebih
bermakna karena siswa langsung mengamati peristiwa dan keadaan sebenarnya
secara alami, lebih faktual, dan kebenarannya dapat lebih dipertanggung jawabkan
(Sudjana dan Rifai 2002).
5
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang
merupakan lembaga pemerintahan Non Departemen yakni suatu Badan
Pemerintahan yang berdiri sendiri yakni Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota
Semarang memiliki sarana dan prasarana yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar bagi siswa SMA yakni salah satunya Taman Alat yang terdiri dari alat-alat
pengukur cuaca dan iklim. BMKG Kota Semarang dapat dijadikan sumber
informasi dan sumber data meteorologi klimatologi dan geofisika. Sumber
informasi berisi tentang fenomena atau kejadian alam yang terjadi di lapisan
atmosfer dan BMKG sebagai sumber data yaitu sumber data unsur-unsur
terjadinya cuaca dan iklim seperti data curah hujan, data suhu udara, data
kecepatan angin, dan data intensitas penyinaran matahari. Pada Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran Gegrafi kelas X 3.2 menganalisis atmosfer dan dampaknya
terhadap kehidupan, serta indikator yang telah dibuat oleh Guru Geografi SMA
Sedes 3.2.3 menjelaskan alat-alat pengukur cuaca dan iklim, maka sumber belajar
yang tepat adalah BMKG Kota Semarang.
Pemanfaatan BMKG Kota Semarang sebagai sumber informasi dan
sumber data untuk pembelajaran di Sekolah Menengah Atas masih minim dapat
terlihat dari daftar hadir kunjungan pada buku tamu di BMKG ternyata pada bulan
Mei 2016 dari 40 daftar yang berkunjung, 30 adalah dari Universitas dan 10 dari
Instansi. Kunjungan dari Sekolah masih belum maksimal, padahal kalau dilihat
dari potensi yang dimiliki BMKG sebagai sumber informasi dan sumber data
untuk pembelajaran pada materi atmosfer. Pemanfaatan BMKG Kota Semarang
6
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran Geografi di SMA Sedes Sapientiae Semarang sebagai sumber
belajar siswa yang menarik dan inovatif terutama pada materi atmosfer.
Penggunaan sumber belajar ini dapat dimanfaatkan untuk menghindari kebosanan
siswa belajar di dalam kelas dan diharapkan lebih memahami materi yang
diajarkan. Hal ini terjadi karena peserta didik dapat melihat objek kajian secara
langsung dilapangan.
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah formal cenderung dilakukan
secara monoton, baik dilihat dari segi metode, strategi, model, pendekatan, media,
dan sumber belajar yang digunakan. Pembelajaran yang terus berlangsung di
dalam kelas membuat peserta didik sering merasa bosan dan tidak memiliki
motivasi untuk belajar (Erwin Widiasworo, 2017:77). Menurut Husamah (2013)
dalam Erwin Widiasworo, proses pembelajaran di sekolah formal tengah
mengalami kejenuhan. Hal tersebut terjadi karena rutinitas dan proses belajarnya
cenderung kaku dan baku serta tidak lagi mengutamakan ide kreativitas setiap
peserta didik karena semuanya harus terpola linier di dalam kelas (pedagogy
indoor learning). Metode yang diterapkan adalah sepersis mungkin dengan apa
yang tertulis dalam buku, bahkan kalau bisa hingga peserta didik menghafal titik
dan koma, apabila tidak sama dengan buku maka dianggap salah. Beginilah sistem
pendidikan yang tengah berlangsung. Oleh karena itu, muncul pendekatan baru
yaitu pembelajaran diluar kelas (outdoor study). Berdasarkan penggolongan yang
dibuat oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalaman, yang menempati tempat
tertinggi yaitu paling baik digunakan dalam pembelajaran adalah pengajaran
7
langsung di lapangan, dikarenakan pengajaran akan lebih mudah dipahami oleh
peserta didik apabila peserta didik melihat langsung objek yang dipelajarinya,
Sudjana (2005:109).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
pemanfaatan BMKG Kota Semarang sebagai sumber belajar Geografi materi
atmosfer dengan mengambil judul “Pemanfaatan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang sebagai Sumber Belajar
Geografi Materi Atmosfer di SMA Sedes Sapientiae Semarang Tahun 2016”.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas siswa SMA Sedes Sapientiae Semarang dalam
pembelajaran outdoor study di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Kota Semarang?
2.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aktivitas siswa SMA Sedes Sapientiae Semarang dalam
pembelajaran Outdoor Study di Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Kota Semarang.
8
2.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
diantaranya: manfaat teoristis dan manfaat praktis. Untuk lebih rincinya akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada pembelajaran mata pelajaran geografi dan pemanfaatan BMKG
sebagai sumber belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menambah pengetahuan dan wawasan Siswa mengenai obyek geografi
dalam pembelajaran.
2) Memberikan pengalaman nyata dalam proses pembelajaran geografi.
3) Mengurangi kejenuhan Siswa belajar dalam kelas pada pembelajaran
geografi.
b. Bagi Guru
1) Memberikan informasi variasi sumber belajar geografi baru dengan
memanfaatkan BMKG.
2) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
3) Mengembangkan kreativitas guru menggunakan metode dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
9
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai sumbangan pemikiran pada sekolah dalam mengembangkan
sumber belajar yang inovatif.
2.5 Penegasan Istilah
Menghindari salah tafsir, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang
berkaitan dengan judul skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah tindakan menggunakan metode dan model
instruksional, bahan, dan peralatan media untuk meningkatkan suasana
pembelajaran (Warsita, 2008:37). Pemanfaatan yang dimaksud yaitu pemanfaatan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang Sebagai
Sumber Belajar Geografi Materi Atmosfer.
2. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang
Sebagai Sumber Belajar
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang
merupakan sebagai sumber informasi dan sumber data meteorologi klimatologi
dan geofisika. Sumber informasi BMKG memberikan informasi mengenai cuaca
dan iklim yang dapat dijadikan sebagai informasi siswa dalam menunjang proses
pembelajaran. Sumber data BMKG menyajikan data meteorologi, klimatologi,
dan geofisika. BMKG memiliki alat pengukur cuaca dan iklim yang dapat
dijadikan sebagai sumber belajar yang lebih inovatif serta menunjang kegiatan
pembelajaran siswa.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka pada bab ini akan menguraikan tentang: belajar, sumber
belajar, BMKG Kota Semarang sebagai sumber belajar. Untuk lebih rincinya akan
diuraikan sebagai berikut:
2.6 Belajar
Tinjauan pustaka mengenai belajar akan menguraikan tentang: teori
belajar, pembelajaran dan model Project Based Learning. Untuk lebih rincinya
akan diuraikan sebagai berikut:
2.6.1 Teori Belajar
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang
bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen (Sugandi, 2008:
7). Teori belajar yang melandasi pembahasan dalam penelitian ini adalah teori
belajar bermakna Ausubel. Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang,
(Dahar dalam Trianto, 2007: 25).
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
diketahui oleh siswa. Berdasarkan teori Ausubel dalam membantu siswa
menanamkan pengetahuan ‘baru’ dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-
konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari, sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan
11
masalah, di mana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat
memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2007: 25).
Peneliti mengambil teori dalam penelitian ini yaitu adanya bantuan kepada siswa
untuk menanamkan pengetahuan baru yang dikaitkan dengan suatu materi
sehingga siswa mampu memperdalam pemahaman dimiliki siswa dari keadaan
yang nyata yang ada di lingkungannya.
2.6.2 Teori Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (1993:1) sebagaimana
dikutip Hamzah adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini
secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Sedangkan, dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sikdiknas Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi perserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003:7).
Menurut Miarso sebagaimana dikutip Warsita (2008:85) pembelajaran
disebut juga kegiatan pembelajaran (intruksional) adalah usaha mengelola
lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam
kondisi tertentu. Jadi, pembelajaran adalah interaksi siswa dengan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar dengan memilih, mengembangkan, dan menetapkan
suatu metode/ model tertentu untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
12
2.6.3 Model Outdoor Study
Menurut Kartawidjaja sebagaimana dikutip Ristianingrum (2014:8),
menyatakan bahwa model outdoor study atau yang sering disebut studi lapangan
adalah model pembelajaran dengan melakukan observasi dan mempelajari bahan
pelajaran secara langsung dari kedudukan fungsional. Jadi dalam model ini siswa
diajak keluar kelas untuk melihat objek materi secara langsung oleh guru sehingga
diharapkan siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan.
Menurut Sumatmadja (2001:67), mengartikan bahwa model outdoor study
merupakan model mengajar yang sesuai dengan hakikat Geografi yakni belajar
dari lapangan yang nyata yang dapat memberikan kesan yang baik bagi yang
mempelajarinya.
2.6.4 Model Project Based Learning
Menurut Erwin Widisworo (2017:181) Pembelajaran Project Based
Learning sering disebut juga dengan pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran
berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk seolah-olah melaksanakan
sebuah proyek penyelidikan. Dalam hal ini peserta didik melakukan penyelidikan
materi pelajaran yang tergolong.
Pembelajaran berbasis proyek ini menggunakan langkah awal yang mendorong
peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna mengumpulkan dan
13
mengintegrasikan pengetahuan baru. Peserta didik diarahkan untuk melakukan
sebuah proyek penyelidikan dalam kurun waktu tertentu untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan tersebut. Dengan demikian, peserta didik aktif dalam
kegiatan pembelajaran dalam rangka memperoleh pengetahuan dan mendapatkan
pengalaman belajar secara nyata.
Model pembelajaran ini dirancang dan digunakan untuk permasalahan
kompleks yang digunakan peserta didik dalam melakukan investigasi dan
memahaminya. Melalui project based learning proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a quiding question) dan membimbing peserta
didik dalam sebuah proyek kolaborasi yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum (Erwin Widisworo, 2017:181)
2.6.4.1 Karakteristik Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik.
3) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses
dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan.
14
7) Produk akhir aktivitas belajar akan di evaluasi secara kualitatif.
8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
2.6.4.2 Keuntungan Project Based Learning
Ada banyak keuntungan apabila kita menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek, seperti yang diungkap oleh Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2013), yaitu
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
masalah-masalah yang kompleks,
4) Meningkatkan kolaborasi,
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan
keteramplan komunikasi,
6) Memberi pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu
serta sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas,
7) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang secara dunia nyata,
15
8) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukan pengetahuan yang dimilki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata,
9) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati pembelajaran.
2.6.4.3 Langkah-langkah Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek dapat dilaksanakan dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimulai dengan menyajikan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topic yang sesuai dengan realita kehidupan nyata dan
dimulai dengan senyelidikan mendalam. Perlu diperhatikan bahwa topik yang
diangkat hendaknya relevan untuk peserta didik.
2) Mendesain perencanaan proyek
Dalam merencanakan proyek, guru dan peserta didik bersama-sama
membuat desain proyek dengan saling berdiskusi. Hal ini akan membuat peserta
didik merasa bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah proyek mereka.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu menyelesaikan proyek.
3) Menyusun jadwal
16
Seperti dalam penyusunan rencana proyek, penyusunan jadwal juga
dilakukan secara bersama-sama antara guru dengan peserta didik. Berikut ini
beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini.
(1) Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek.
(2) Membuat deadline penyelesaian proyek.
(3) Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru.
(4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek.
(5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
Guru harus selalu mengawasi dan membimbing seluruh aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Proses ini dilakukan guru dengan
memberikan fasilitas untuk peserta didik pada setiap proses, agar setiap kegiatan
pengawasan (monitoring) guru tidak mengalami kesulitan, dapat dibuat rubrik
yang apat merekam keseluruhan aktivitas penting peserta didik.
5) Menguji hasil
Untuk mengukur ketercapaian kompetensi, dilakukan kegiatan penilaian.
Penilaian ini berperan dalam mengevaluasi kemajuan peserta didik dan juga
memberikan umpan balik tentang pemahaman peserta didik terhadap konsep-
konsep materi pelajaran. Kegiatan penilaian ini juga dapat digunakan oleh guru
untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi pengalaman
17
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama penyelesaian proyek.
Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan jawaban atas
permasalahan yang disajikan pada awal tahap pembelajaran.
2.6.4.4 Sistem penilaian dalam Project Based Learning
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan megaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu
kemampuan pengolahan, relevansi, dan keaslian.
1) Kemampuan pengolahan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi, dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuain dengan mata pelajaran. Dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
18
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peseta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
hingga hasil akhir proyek. Oleh karena itu, guru perlu menetapkan hal-hal yang
perlu dinilai, yaitu
1) Menyusun desain,
2) Mengumpulkan data,
3) Menganalisis data,
4) Menyiapkan laporan tertulis
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar
cek ataupun skala penilaian.
2.7 Sumber Belajar
Landasan teori mengenai sumber belajar akan menguraikan tentang:
pengertian sumber belajar, sumber pembelajaran geografi, dan hakekat
pembelajaran geografi. Untuk lebih rincinya akan diuraikan sebagai berikut:
2.7.1 Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar menurut Association for Educational Communications and
Tecnology (AECT) dan Banks, merupakan segala sesuatu atau daya yang dapat
dimanfaatkam oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,
19
untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi tujuan pembelajaran. Komponen sumber belajar meliputi:
1) Pesan, merupakan ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh
komponen belajar yang lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan
data.
2) Orang, merupakan manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,
pengolah dan penyaji pesan. Contohnya guru, petugas laboratorium, pelatih,
tenaga ahli, dan yang lainnya.
3) Bahan, merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan
belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contohnya:
buku teks, modul, program slide dan film.
4) Alat, merupakan perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk
menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya: OHP, video
player, proyektor film, dan komputer.
5) Teknik, merupakan prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan
dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan
pesan. Misalnya: demonstrasi, diskusi, dan praktikum pembelajaran mandiri,
sistem pendidikan terbuka atau jarak jauh, dan tutorial tatap muka.
6) Latar atau lingkungan, adalah situasi di sekitar terjadinya proses belajar
mengajar dimana pembelajar menerima pesan. Lingkungan sekitar sibedakan
menjadi dua macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Contoh
lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, sawah, danau,
20
dan lain-lain. Contoh lingkungan nonfisik seperti tata ruang belajar, ventilasi
udara, cuaca, kebisingan dan ketenangan lingkungan belajar.
Ditinjau dari asal usulnya, AECT dan Bank membedakan sumber belajar menjadi
dua yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)
Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) merupakan
sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujauan pembelajaran. Sumber
balajar ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah: buku pelajaran,
modul, program, audio, program slide suara, transparansi (OHT).
2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning
resources by utilization),
Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning
resources by utilization) merupakan sumber belajar yang tidak secara khusus
dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan dipilih, dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: waduk, danau, cagar
alam, gunung, laut, sungai, dan yang lain. Jadi, sumber belajar tersebut
merupakan sumber belajar yang berada disekitar yang semua dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. (Komalasari, 2010: 108).
Contoh penggabungan komponen sumber belajar dengan tipe sumber belajar yang
dipilih dan dikembangkan oleh guru dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
21
Tabel 2.1 Komponen Sumber Belajar
No. Komponen
Sumber
Belajar
Yang direncanakan (by design)
Yang dimanfaatkan (by utilization)
1. Pesan Kurikulum,
Materi Pelajaran, dll.
Cerita Rakyat, Nasihat,
Dongeng, dll
2. Orang Guru, Kepala Sekolah
Sejarawan,Petani, Pengrajin,
Pengusaha.
3. Bahan Buku Teks/ Bahan Ajar.
Program: OHP, Audio,
Video, Komputer, dll
Candi, Arca, Museum,
Internet, Cagar Alam, dll
4. Peralatan Proyektor OHP/ Slide,
VCD Player, Film.
Mesin Jahid, Mobil, Traktor
5. Teknik Model Pembelajaran:
Ceramah, Diskusi, Tanya
Jawab,Simulasi.
Demontrasi.
Dialog interaktif, dialog
spontan, diskusi spontan,
Pertanyaan spontan, dll.
6. Lingkungan Ruang Kelas,
Laboratorium,
Perpustakaan, dll.
Hutan, Gunung, Sungai,
Pohon, Cagar Alam,dll
Sumber: Komalasari (2011; 110)
Tabel 2.1 memberikan informasi bahwa beberapa macam sumber belajar seperti
pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik atau metode, dan lingkungan.
Lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber dan media belajar, karena lingkungan
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat dipelajari. Klasifikasi lain
mengenai sumber belajar adalah sebagai berikut:
Sumber belajar tercetak, seperti buku, majalah, brosur, koran, ensklopedi, kamus,
booklet, dan lain-lain.
1. Sumber belajar non-cetak, seperti film, slide, video, audio, cassete, objek,
dan lain-lain.
22
2. Sumber belajar berbentuk fasilitas, seperti perpustakaan, laboratorium,
studio, lapangan olahraga.
3. Sumber belajar berupa kegiatan, seperti wawancara, kerja kelompok,
observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
4. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat seperti, taman, cagar
alam, laboratorium alam, dan museum.
Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar itu
meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan, baik didesain
secara khusus maupun yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
2.2.2 Fungsi Sumber Belajar
Menurut Jerolimek (1985:80-81) dalam Komalasari (2011: 113-114) guru
perlu menggunakan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran dengan alasan-
alasan berikut ini:
1. Tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, media pembelajaran
berbeda bisa disesuaikan dengan gaya belajar dari siswa yang berbeda.
2. Membaca cakupan antara siswa-siswa yang berbeda memerlukan sumber
belajar yang berbeda.
3. Masing-masing media memiliki kekuatan dan keterbatasan dalam cara
menyampaikan pesan.
4. Dampak suatu pesan akan lebih kuat jika lebih dari satu sistem berhubungan
dengan melibatkan perasaan dalam menyampaikan pesan tersebut.
5. Bahan untuk dipelajari bervariasi, sangat abstrak, dan kompleks.
23
6. Penggunaan berbagai variasi media akan memotivasi dan meningkatkan minat
belajar.
7. Gaya mengajar yang menekankan pada inkuiri dan pemecahan masalah
memerlukan sumber dan pencairan informasi yang luas.
8. Sumber belajar berbeda dapat menyediakan pengertian yang mendalam yang
berbeda pada pokok materi yang sama; mungkin ada pertentangan atau ke
tidak tepatan tanpa diketahui jika hanya menggunakan sumber.
Penyediaan sumber belajar cukup menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran,
berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan sehingga
mempermudah pencapaian tujauan pembelajaran. Menunjuk pada perlunya guru
menggunakan berbagai sumber belajar, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
sumber belajar dalam pembelajaran meliputi: sumber informasi dalam proses
pembelajaran, mengatasi keterbatasan pengalaman belajar, melampaui batas ruang
kelas, memungkinkan interaksi langsung, memungkinkan keseragaman
pengamatan, menanampakan konsep baru, membangkitkan minat baru,
membangkitkan motivasi, dan memberikan pengalaman menyeluruh.
2.2.3 Macam-macam Sumber belajar
Menurut Jarolimek sebagaimana dikutip Ristianingrum (2014:14) sumber
belajar dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu: (1) reading materials
and resoruces (materi dan sumber bacaan) yang meliputi buku teks, ensiklopedia,
buku referensi, internet, majalah, pamflet, surat kabar, kliping, brosur perjalanan,
dan beberapa bagian yang dicetak atau diprint; (2) non reading materials and
24
resources (materi dan sumber bukan bacaan) yang di dalamnya meliputi gambar,
film, rekaman, darmawisata, dan sumber masyarakat.
2.2.3.1 Materi bahan bacaan
1. Buku teks, merupakan sumber sekaligus media yang paling umum digunakan
sebagai acuan dalam pembelajaran apa pun.
2. Lembar Kerja Siswa, merupakan bentuk buku latihan atau pekerjaan rumah
yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran. LKS ini dapat pula
dijadikan alat evaluasi sekaligus sumber belajar karena didalamnya terdapat
ranguman-rangkuman materi pelajaran.
3. Ensiklopedia, kegunaan ensiklopedia adalah memberikan kemudahan bagi
siswa atau guru untuk mendapatkan informasi mengenai materi atau fakta dari
berbagai topik yang diperlukan dalam persiapan mengajar.
4. Buku referensi lain, selain buku teks, LKS, dan ensiklopedia, diperlukan pula
sejumlah buku bacaan tambahan. Buku-buku ini dapat berupa buku teks tetapi
juga dapat berupa buku dengan topik khusus. Buku referensi lain ini dapat
berupa: tulisan informatif, peraturan perundang-undangan, biografi dari tokoh-
tokoh terkemuka, maupun karya sastra.
5. Internet, merupakan sumber belajar melalui media elektronik. Ketika guru
mengalami kesulitan mendapatkan sumber bahan ajar melalui media cetak,
maka guru dapat menggunakan internet untuk menanggulangi kesulitan
tersebut. Internet menyediakan berbagai sumber belajar bacaan yang
bervariasi.
25
6. Majalah, keberadaan majalah dapat memberikan pengetahuan sekaligus
sumber belajar bagi siswa. Sebagai sumber belajar, majalah memiliki
keuntungan karena informasi-informasi yang ada dalam majalah merupakan
informasi terbaru.
7. Kliping, merupakan guntingan artikel atau berita yang dimuat di majalah dan
koran yang memiliki topik atau informasi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2.2.3.2 Materi bukan bahan bacaan
Menurut Depdiknas (dalam Komalasari, 2012: 119), materi bukan bacaan
adalah bahan-bahan (materi) yang bukan mempunyai pengertian yang luas
mengacu kepada materi yang sebagian tergantung pada penglihatan dan
pendengaran untuk menjelaskan arti dari penafsiran atau kata-kata yang tercetak
pada buku-buku. dalam arti terbatas, sebagian besar materi pembelajaran
tergantung pada bacaan seperti misalnya bagan dan peta yang mempunyai judul
dan legenda kata-kata penjelasan pada peta. Keberadaan materi bukan bacaan
sebagai sumber belajar memliki arti penting dalam pembelajaran. Siswa memiliki
kesempatan belajar secara individu untuk membaca bahan ajar yang tidak
tergantung pada buku teks saja. Materi bukan bacaan memberikan informasi yang
sangat luas yang tidak diperoleh melalui buku bacaan. Berikut beberapa materi
yang bukan bacaan yang dapat digunakan dalam pembelajaran, meliputi:
1. Gambar-gambar, Foto, Ilustrasi, berfungsi untuk mendapatkan gambaran
yang nyata, menjelaskan ide dan menunjukkan objek benda yang
26
sesungguhnya. Dengan gambar akan memberikan makna pembelajaran
lebih hidup, tepat dibandingkan dengan kata-kata.
2. Film, media film akan membantu proses pembelajaran lebih aktratif dan
menyenangkan bagi siswa. film dapat menampilkan waktu berabad-abad
yang lalu atau peristiwa masa lalu dan saat ini sehingga siswa dapat
melihatnya secara langsung dan menambah pengetahuan serta pengalaman
belajarnya.
3. Filmstrips, merupakan rangkaian film statis (tidak bergerak), tidak seperti
film yang umumnya kita kenal. Film strips umumnya sudah dalam urutan
teratur, misalnya dalam menggambarkan perkembangan suatu
permukiman, perubahan bentukan lahan, dan pertumbuhan penduduk.
4. Rekaman (recording), berfungsi menampilkan sumber pembelajaran
seperti pidato-pidato asli kepemimpinan seperti negarawan, sejarawan, dan
tokoh masyarakat.
5. Grafik, adalah representasi dari gejala dalam kehidupan masyarakat. Ada
beberapa bentuk grafik antara lain grafik garis, grafik batang, dan
histrogram. Banyaknya gejala dalam kehidupan masyarakat yang dapat
disajikan dalam bentuk grafik.
6. Kartun, adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-
simbol dan kadang-kadang agak berlebihan dalam menyampaikan pesan
atau sikap terhadap sesuatu, seseorang, situasi atau kejadian tertentu.
7. Poster, pada umumnya bersifat simbolik dan dirancang untuk memberikan
pesan dengan cepat dan ringkas.
27
8. Papan Buletin, dapat dijadikan sebagai sumber belajar karena dapat
ditempatkan pada suatu display, gambar-gambar, peta, bagan.
9. Karyawisata (field trip), sebagai alat dan sumber belajar dapat dilakukan
dengan kunjungan ke kantor pemerintahan laboratorium alam,
laboratorium geologi, pantai, gunung, danau dan waduk, serta ketempat-
tempat tertentu dengan tujuan tertentu.
10. Lingkungan Alam, mencakup aspek seperti air, hutan, tanah, udara,
matahari, batuan, tanah, flora dan fauna, danau, dan sebagainya.
Pemanfaatan lingkungan fisik (alam) sebagai sumber belajar dapat
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi siswa unruk melakukan
kegiatan di luar kelas untuk menentukan sebab-sebab sebuah kejadian di
sekitarnya, serta mencari fakta-fakta yang terdapat di lingkungan.
11. Sumber Masyarakat (Community Resources), menurut Herry (dalam
Komalasari, 2011: 124) nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar diantaranya: lingkungan
menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya
wawasannya, belajar akan lebih bermakna (meaningfull learning) sebab
siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya dengan memahami
dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya,
kegiatan belajar lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan
antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber belajar merupakan
segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkam oleh guru, baik berupa sumber
28
belajar yang dirancang ataupun sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal
dimanfaatkan. Fungsi dari sumber belajar itu sendiri adalah sebagai sumber
informasi dalam proses pembelajaran dan mengatasi keterbatasan pengalaman
belajar, baik berupa sumber belajar tersebut dapat berupa sumber belajar tertulis
dan tidak tertulis.
2.2.4 Sumber Pembelajaran Geografi
Geografi menurut R. Bintarto (dalam Hardati, 2007: 67) merupakan ilmu
pengetahuan yang menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam
dan penduduk, serta mempelajari macam-macam corak kehidupan dan mencoba
mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Menurut hasil
semlok peningkatan kualitas pembelajaran Geografi di Semarang (dalam
Sumarmi, 2012:7), merumuskan bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan
atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi
tidak hanya terbatas sebagai suatu deskripsi tentang bumi atau permukiman bumi,
melainkan meliputi juga analisis hubungan antara aspek fisik dengan aspek
manusia.
Pengajaran geografi berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengenali dan memahami gejala dalam kehidupan dalam kaitanya dengan
keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap positif dan rasional
dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh
29
manusia terhadap lingkungan. Pengajaran geografi sekolah bertujuan agar siswa
mampu memahami gejala lingkungan alam dan kehidupan di muka bumi, ciri
khas suatu wilayah serta permasalahan yang dihadapi akibat adanya saling
pengaruh anatara manusia dan lingkungannya.
Berdasarkan tujuan pengajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengajaran geografi yaitu untuk membangun perubahan peserta didik tentang
variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka
bumi, dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap siswa dalam pembelajaran geografi. Peserta didik didorong untuk
memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik
dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik
dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan
pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang wilayah.
Pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diperoleh dalam pembelajaran
geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap,
bertindak cerdas, arif, dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial,
ekonomi, dan ekologis. Salah satu cara agar proses pembelajaran geografi berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, maka guru disarankan
memanfaatkan sumber pembelajaran yang lebih bermakna agar siswa termotivasi
untuk belajar.
Ruang lingkup studi geografi maupun pengajaran geografi, pada hakekatnya
berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-
30
faktor geografis alam dan kehidupan manusia. Ruang lingkup studi geografi
menurut Daldjoeni sebagaimana dikutip Ristianingrum (2014:20) adalah sebagai
berikut:
1. Ukuran, bentuk dan aneka gerakan bumi
2. Persebaran serta posisi masa daratan dan wujud perairan
3. Batuan, struktur dan berbagai relief permukaan bumi
4. Air yang ada di berbagai samudera, lautan serta seluk beluk gerakannya.
5. Pola persebaran dunia tumbuhan dan hewan.
6. Atmosfer dengan gejala-gejala yang ada di dalamnya serta pola-pola iklim
yang terdapat dalam permukaan bumi.
7. Ras-ras umat manusia dan persebarannya yang berdasarkan unit keragaman.
8. Aneka bentuk kegiatan manusia dalam rangka menengakkan perekonomian.
9. Bermacam-macam ciri dan jenis permukiman manusia yang ada.
10. Ciri-ciri sosial dan budaya masyarakat.
11. Pengaturan umat manusia secara politis dan relasi antar mereka.
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk semua siswa sepanjang relevan
dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Jenis lingkungan tersebut
dapat berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya atau buatan (Hamdani, 2011:108).
2.2.4.1 Lingkungan Alam
Lingkungan alam menurut Bintarto adalah “segala sesuatu di sekitar
manusia yang berbentuk mati seperti pegunungan, sungai, udara, air, sinar
31
matahari, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya”. Lingkungan alam sifatnya
relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan
dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya anak dapat mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk juga proses terjadinya. Hal-hal yang dapat dipelajari oleh siswa dalam
kaitannya dengan lingkungan alam sebagai sumber belajar misalnya: (a)
Mengenal jenis hewan dan tumbuhan disekitar tempat tinggal. (b) Mengenal jenis
batuan dan proses terjadinya batuan yang terdapat di sekitar tempat tinggal. (c)
Mengenal jenis-jenis tanah yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
Pada hakikatnya, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, maka dengan
mempelajari gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, lebih dari itu
diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam
dan mungkin juga siswa dapat turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara
lingkungan alam.
2.2.4.2 Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial menurut Bintarto adalah “lingkungan yang memiliki
beberapa aspek seperti sikap kemasyarakatan, sikap kejiwaan, sikap kerohanian,
dan sebagainnya”. Hal-hal yang dapat dipelajari oleh siswa dalam kaitannya
dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk dimana siswa tinggal.
2) Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar termpat
tinggal dan sekolah.
32
3) Mengenal kehidupan beragam yang dianut penduduk sekitar tempat tinggal
dan sekolah.
4) Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal
dan sekolah.
Lingkungan sosial yang dapat membantu kelancaran dalam interaksi sesama
makluk sosial, amka dengan mempelajari lingkungan sosial ini diharapkan siswa
akan lebih mengenal dan mengetahui hal-hal yang ada dan terjadi dalam
kehidupan masyarakat, serta mempereat tali silahturahmi antara siswa dan
penduduk di lingkungan tersebut.
2.2.4.3 Lingkungan Budaya
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang bersifat alami,
ada juga yang disebut dengan lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan
yang disengaja diciptakan atau dibangun manusia dengan tujuan-tujuan tertentu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Siswa dapat mempelajari lingkungan
buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya,
pemeliharaan, daya dukung serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan
dan kepentingan manusia dan msyarakat pada umumnya.
2.2.5 Hakekat Pembelajaran Geografi
Pembelajaran geografi merupakan suatu proses yang kompleks dan banyak
mengundang variabel. Kajian geografi tidak terpaku pada aspek fisik saja,
melainkan juga aspek sosial yang berkenaan di permukaan bumi. Menurut
Sumaatmadja (1996:35) mengemukakan bahwa: “pembelajaran geografi
merupakan proses dan interaksi antara guru dan murid dalam menelaah interaksi,
33
interaksi dan integrasi, gejala-gejala di permukaan bumi yang diungkap dengan
pertanyaan-pertanyaan apa, dimana, mengapa, dan bagaimana”. Dalam hal ini,
proses pembelajaran geografi selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di
permukaan bumi, sehingga perlu adanya aplikasi dalam materi pembelajaran
geografi yang tidak hanya bersifat abstrak, tetapi dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata.
Dalam mempelajari geografi, dilakukan melalui tiga tahapan atau pendekatan
yaitu pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah (Sumarmi, 2012:7).
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan pendekatan khas geografi yang
pelaksanaanya berdasarkan prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi.
Sedangkan yang termasuk dalam pendekatan keruangan yaitu: pendekatan topik,
pendekatan aktivitas manusia, pendekatan regional.
2. Pendekatan Ekologi
Kata ekologi berasal dari kata Yunani, eco artinya rumah atau rumah tangga
yang bersama-sama saling mengadakan interaksi diantara anggota keluarga
tersebut. Manusia merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang
penting bagi proses interaksi. Oleh karena itu, timbul pengertian ekologi manusia
atau human ecology, dimana dipelajari interaksi antara manusia dan manusia
dengan lingkungannya. Penelaahan ekologi diarahkan pada hubungan antara
manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alamnya. Pandangan dalam
penelaahan ini dikenal sebagai pendekatan ekologi (Sumarmi, 2012: 10).
3. Pendekatan Kompleks Wilayah
34
Kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi disebut dengan
kompleks wilayah. Pada analisis seperti ini, wilayah-wilayah tertentu didekati atau
dihampiri dengan areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi
antar wilayah akan berkembang karena adanya hakikat suatu wilayah berbeda
dengan wilayah lain. Oleh karena itu, terdapat permintaan penawaran anatar
wilayah tersebut. pada analisis tersebut diperhatikan pula mengenai persebaran
fenomena tertentu (analisis keruangan) dan interaksi antara variabel manusia
untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisis ekologi). Dalam hubungannya
dengan kompleks wilayah, ramalan wilayah dan perencanaan wilayah (analisis
kewilayahan) merupakan aspek-aspek yang menjadi perhatian dalam analisis
tersebut.
2.3 Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran terdiri dari atmosfer, unsur-unsur cuaca dan iklim.
Untuk lebih rincinya sebagai berikut:
2.3.1 Atmosfer
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah atmosfer biasa dikenal sebagai udara
yang berada di sekitar kita dengan ketinggian hingga ± 1.000 kilometer. Atmosfer
terbentuk sewaktu bumi ini tumbuh, gas-gas yang terjebak di dalam planetesimal
tadi lepas sehingga menyelimuti bola bumi. Lama-kelamaan, gas oksigen
dilepaskan oleh tumbuhan pertama di bumi sehingga udara di atmosfer bertambah
tebal hingga saat ini. Atmosfer sangat dibutuhkan bagi kehidupan di bumi ini.
Udara merupakan sumber daya alam yang digunakan oleh semua makhluk hidup
di bumi untuk bernapas. Bahkan, kita terlindungi dari batu meteor-meteor yang
35
hendak jatuh ke bumi karena atmosfer yang melindungi dari batu-batu meteor
tersebut tidak jatuh ke bumi. Selain itu, atmosfer juga mempunyai peranan
mengatur keseimbangan suhu agar tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak
terlalu dingin pada malam hari. Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan
ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa lapisan dan berfungsi melindungi
bumi dari radiasi dan pecahan planet lain (meteor). Meteorologi adalah ilmu yang
mempelajari atmosfer yang menekankan pada lapisan udara yang menyelubungi
bumi. Beberapa hal pokok yang dipelajari dalam meteorologi di antaranya adalah
angin, awan, cuaca, guntur, gejala cahaya, endapan air di udara, serta suhu dan
tekanan udara, (BMKG Kota Semarang, 2016).
Berdasarkan pemaparan materi yang disampaikan oleh petugas BMKG Kota
Semarang, maka terdapat dua bagian utama yang dipelajari di afmosfer sebagai
berikut :
a) Bagian atmosfer atas, yang dimonitoring dengan menggunakan balon yang
dilengkapi dengan meteograf (alat pencatat temperatur, tekanan, dan basah
udara), juga balon yang dipasangi alat berupa radio sonde yang dapat
memancarkan hasil penyelidikan mengenai temperatur, tekanan, dan lengas
udara ke permukaan bumi.
b) Bagian atmosfer bawah, yang dimonitoring dengan beberapa alat pencatat
secara langsung dengan menggunakan termometer, anemometer, altimeter,
barometer, dan alat lainnya.
Atmosfer terdiri atas banyak lapisan. Tiap lapisan mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda :
36
a. Troposfer
Lapisan ini mempunyai ketebalan yang berbeda-beda di tiap wilayah di atas
Bumi. Di atas kutub, tebal lapisan ini sekitar 9 km. Semakin dekat dengan daerah
khatulistiwa lapisan ini semakin tebal hingga mencapai 15 km. Perbedaan
ketebalan ini disebabkan oleh rotasi Bumi, akibatnya terjadi perbedaan kondisi
cuaca antara kutub dan khatulistiwa. Lapisan ini menjadi tempat terjadinya
proses-proses cuaca, seperti awan, hujan, serta proses-proses pencemaran lainnya.
Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi berpengaruh
terhadap suhu udaranya. Hal ini mengikuti hukum gradien geothermis, yaitu
semakin tinggi (tiap kenaikan 1.000 meter) suatu tempat di permukaan Bumi,
temperatur udaranya akan turun rata-rata sekitar 6°C di daerah sekitar
khatulistiwa. Peralihan antara lapisan troposfer dengan stratosfer disebut
tropopause, (BMKG Kota Semarang, 2016).
b. Stratosfer
Lapisan di atas tropopause adalah lapisan stratosfer. Di lapisan ini tidak berlaku
hukum gradien geothermis karena semakin tinggi posisi di tempat ini, suhu akan
semakin naik. Hal ini disebabkan kandungan uap air dan debu hampir tidak ada.
Karakteristik yang menarik pada lapisan ini adalah adanya lapisan ozon yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Keberadaan ozon sekarang ini semakin
menipis karena adanya pencemaran dari gas CFC (chloroflourocarbons). Di atas
lapisan stratosfer terdapat lapisan stratopause yang merupakan lapisan peralihan
antara stratosfer dan mesosfer, (BMKG Kota Semarang, 2016).
c. Mesosfer
37
Lapisan ini merupakan tempat terbakarnya meteor dari luar angkasa menuju Bumi
sehingga lapisan ini merupakan lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda
atau batuan meteor. Di atas lapisan mesosfer terdapat lapisan mesopause yang
merupakan lapisan peralihan antara mesosfer dan termosfer, (BMKG Kota
Semarang, 2016).
d. Termosfer
Lapisan di atas mesopause adalah lapisan termosfer. Pada lapisan ini terdapat
aurora yang muncul kala fajar atau petang. Lapisan ini penting bagi komunikasi
manusia karena memantulkan gelombang radio ke Bumi sehingga gelombang
radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat dapat diterima di bagian Bumi
yang jauh, (BMKG Kota Semarang, 2016).
e. Ionosfer
Berada 100–800 km dari muka bumi (1) Seluruh atom dan molekul udara
mengalami ionisasi di dalam lapisan ini. (2) Daerah ionosfer berkisar mengandung
muatan listrik. (3) Terdapat tiga lapisan pada ionosfer, yaitu: (i) lapisan Kennelly
Heavyside (lapisan E), pada ketinggian antara 100–200 km; (ii) lapisan Appleton
(lapisan F), pada ketinggian 200–400 km; (iii) gelombang radio mengalami
pemantulan (gelombang panjang dan pendek) pada kedua lapisan di atas; (iv)
lapisan atom, berada pada ketinggian 400–800 km, (BMKG Kota Semarang,
2016).
f. Eksosfer
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang mengandung gas hidrogen dan
kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di ambang angkasa luar. Cahaya
38
redup yaitu cahaya zodiakal dan gegenschein muncul pada lapisan eksosfer yang
sebenarnya merupakan pantulan sinar matahari oleh partikel debu meteor yang
banyak jumlahnya dan bergelantungan di angkasa, (BMKG Kota Semarang,
2016).
Penyelidikan atmosfer mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain, sebagai
berikut:
a) Sebagai pedoman dalam membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka
pendek ataupun jangka panjang. Ramalan cuaca sangat penting bagi
kepentingan pertanian, penerbangan, pelayaran, peternakan, dan lain-lain;
b) sebagai dasar untuk menyelidiki syarat-syarat hidup dan ada tidaknya
kemungkinan hidup di lapisan udara bagian atas;
c) Sebagai pedoman yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan dilakukannya hujan buatan di suatu wilayah tertentu;
d) Untuk mengetahui sebab-sebab gangguan yang terjadi pada gelombang radio,
televisi, dan menemukan cara untuk memperbaiki hubungan melalui udara.
Penyelidikan atmosfer tersebut bertempat di stasiun meteorologi atau
observatorium meteorologi, (BMKG Kota Semarang, 2016).
2.3.2 Unsur-unsur cuaca dan iklim
Dalam mengkaji cuaca dan iklim diperlukan beberapa alat pengukur cuaca
dan iklim. Setiap alat tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Cuaca dan
iklim memiliki beberapa unsur yaitu temperature udara, tekanan udara, curah
hujan, angin, awan, kelembaban udara, dan curah hujan. Berikut penjelasan
mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim:
39
1) Komponen cuaca antara lain terdiri atas temperatur udara, tekanan udara,
curah hujan, angin, awan, kelembapan udara, dan curah hujan.
2) Iklim adalah rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu
yang lama (lebih kurang selama 30 tahun), sedangkan cuaca adalah kondisi
atmosfer pada suatu tempat yang tidak luas pada waktu yang relatif singkat.
Dalam pengertian yang lebih singkat cuaca ialah keadaan udara pada saat
tertentu di suatu tempat. Cuaca mempunyai jangkauan waktu 24 jam dan
jika lebih merupakan prakiraan cuaca. Keadaan atmosfer dapat diamati
setiap hari. Misalnya, pada hari berawan, hari hujan, angin kencang, dan
sebagainya. Dengan pengamatan pada komponen-komponen cuaca, dapat
dilakukan perkiraan cuaca pada waktu dan lokasi tertentu. Untuk itu,
sangatlah penting dilakukan pengamatan dan penelitian mengenai cuaca,
iklim, dan komponen-komponen pembentuknya.
a) Penyinaran Matahari sebagai Komponen Penting Pembentuk Cuaca dan
Iklim: Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah
memiliki panas sendiri yang berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil
artinya dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari mencapai
60 gram kalori/cm2 tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55
gram/cm2 tiap tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi
hanya sekitar 43% dari keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50%
lainnya dipantulkan kembali ke angkasa. Panas bumi sangat tergantung
kepada banyaknya panas yang berasal dari matahari ke bumi. Perbedaan
temperatur di bumi dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan
40
alamnya. Indonesia termasuk wilayah beriklim tropis karena terletak
pada lintang antara 6°08′ LU dan 11°15′ LS, ini terbukti di seluruh
wilayah Indonesia menerima rata-rata waktu penyinaran matahari cukup
banyak. Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi sebagian
dipantulkan kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan segala
sesuatu di permukaan bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang
diterima oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a) Lama penyinaran matahari, semakin lama penyinaran semakin tinggi
pula temperaturnya.
b) Tinggi rendah tempat, semakin tinggi tempat semakin kecil (rendah)
temperaturnya.
c) Sudut datang sinar matahari, semakin tegak arah sinar matahari (siang
hari) akan semakin panas. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang
datangnya miring (pagi dan sore hari) lebih luas daripada yang tegak
(siang hari).
d) Keadaan tanah, yaitu tanah yang kasar teksturnya dan berwarna hitam
akan banyak menyerap panas dan tanah yang licin (halus teksturnya)
dan berwarna putih akan banyak memantulkan panas.
e) Angin dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang berasal dari
daerah dingin akan mendinginkan daerah yang dilaluinya.
f) Keadaan udara, banyaknya kandungan awan (uap air) dan gas arang,
akan mengurangi panas yang terjadi.
41
g) Sifat permukaan, daratan lebih cepat menyerap dan menerima panas
dari pada lautan.
2.4 BMKG Sebagai Sumber Belajar Geografi
Landasan teori mengenai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Kota Semarang sebagai sumber belajar akan menguraikan tentang: profil
BMKG dan BMKG sebagai sumber informasi dan sumber data meteorology,
klimatologi, dan geofisika. Untuk lebih rincinya sebagai berikut:
2.4.1 Profil Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota
Semarang
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh
Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca
dan geofisika. Pada tahun 1866 kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama
Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan
Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan
penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902
pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan
gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal
seismograf Wiechert di Jakarta sedangkan pemasangan komponen vertikal
dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi
pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa
meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930. Pada masa
42
pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945 nama instansi
meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 instansi tersebut dipecah
menjadi dua: di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan
Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika,
dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Pada tanggal 21 Juli 1947
Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan
namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu,
ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah
Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di jalan Gondangdia Jakarta.
Pada tahun 1949 setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari
Belanda Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan
Umum. Selanjutnya pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai
anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau
WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi
dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di
bawah Departemen Perhubungan dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan
menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan
Udara. Pada tahun 1965 namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada
43
tahun 1972 Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat
Meteorologi dan Geofisika suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen
Perhubungan dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi
setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika dengan
kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Pada tahun 2002
dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur
organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Terakhir melalui Peraturan
Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama
menjadi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan status
tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober
2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31
Tahun 2009).
2.4.2 BMKG Sebagai Sumber Belajar Geografi
BMKG Kota Semarang sebagai sumber belajar geografi yang dimaksud
adalah sumber informasi yaitu memberikan informasi mengenai cuaca dan iklim
dan sebagai sumber data meteorologi, klimatologi dan geofisika.
2.4.2.1 BMKG Sebagai Sumber Informasi.
BMKG Kota Semarang sebagai sumber informasi yaitu memberikan
informasi mengenai cuaca dan iklim. Terdiri dari informasi prakiraan cuaca dan
iklim, dan pencatatan gempa bumi.
44
1) Prakiraan cuaca
Prakiraan cuaca memberikan informasi mengenai keadaan cuaca pada
suatu daerah yang terdiri daru curah hujan, kecepatan angin, arah angin, dan
kelembaban udara. Informasi ini diperoleh dari pengukuran yang dilakukan oleh
BMKG. Prakiraan cuaca terdiri dari:
a. Prakiraan cuaca
Prakiraan cuaca terdiri dari informasi cuaca jawa tengah, informasi cuaca
Jawa Tengah teridir dari prakiraan cuaca dalam satu hari, terdiri dari prakiraan
cuaca siang hari, malam hari, dan dini hari. Terdapat juga suhu udara dan
kelembaban udara yang memberikan informasi dalam satu hari.
b. Prospek cuaca harian
Prospek cuaca harian memberikan informasi mengenai prospek cuaca
selama tiga harian dan prospek cuaca mingguan.
c. Cuaca penerbangan
Cuaca penerbangan memberikan informasi mengenai laporan cuaca actual
bandara, prakiraan cuaca bandara.
d. Cuaca maritim
Cuaca maritim memberikan informasi mengenai prakiraan cuaca wilayah
pelayanan, tinggi gelombang, cuaca pelabuhan.
2) Iklim
Sumber informasi yang berkaitan dengan iklim, BMKG Kota Semarang
memberikan informasi iklim yaitu prakiraan iklim, analisis iklim, informasi iklim,
dan perubahan iklim. Informasi tersebut dapat bermanfaat untuk peserta didik
45
dalam kegiatan pembelajaran, untuk lebih lengkapnya informasi tersebut berikut
rinciannya;
a. Prakiraan iklim
Prakiraan iklim memberikan informasi mengenai prakiraan hujan bulanan,
musim, potensi banjir, Outlook ENSO, dan bulletin iklim.
b. Analisis iklim
Analisis iklim memberikan informasi mengenai hujan bulanan, dinamika
atmosfir, indeks presipitasi terstandarisasi, dan neraca air.
c. Informasi iklim
Informasi iklim memberikan informasi mengenai hari tanpa hujan, suhu muka
laut, endex El Nino, temperature subsurface pasifik.
d. Perubahan iklim
Perubahan iklim memeberikan informasi mengenai trend curah hujan, suhu,
perubahan normal curah hujan, ekstrem perubahan iklim, proyeksi perubahan
iklim, buku perubahan iklim.
3) Pencatatan gempa bumi
Sumber informasi yang berkaitan dengan pencatatan gemba bumi, BMKG
Kota Semarang memberikan informasi gempa bumi, tsunami, seismologi teknik.
Informasi tersebut dapat bermanfaat untuk peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, untuk lebih lengkapnya informasi tersebut berikut rincianya:
a. Gempa bumi
Gempa bumi memberikan informasi mengenai gempa terkini, skala intensitas
gempa bumi, skala MMI, data gempa bumi.
46
b. Tsunami
Tsunami memberikan informasi mengenai tsunami terkini
c. Seismologi teknik
Seismologi teknik memberikan informasi mengenai ulasan guncangan tanah, peta
isoseismal.
2.4.2.2 BMKG Sebagai Sumber Data
BMKG sebagai sumber data meteorologi, klimatologi, dan geofisika yaitu
terdapat taman alat, tempat pengambilan data, tempat olah data serta tempat
prakiraan cuaca dan musim. Taman alat-alat klimatologi merupakan tempat
dimana terdapat berbagai alat-alat yang menunjang untuk pengambilan berbagai
data seperti suhu kecepatan angin, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Bentuk
taman ini adalah sebidang tanah datar digunakan untuk meletakkan alat-alat
klimatologi. Syaratnya sudut pandangan 45º berumput pendek, kanan-kiri
tidak boleh ada bangunan/pohon yang tinggi, diberi pagar, supaya terhindar dari
gangguan binatang, letaknya sebaiknya dekat dengan pertanian (BMKG Kota
Semarang, 2016). alat-alat yang digunakan dapat dikelompokkan berdasarkan
unsur yang diamati, meliputi :
1. Unsur radiasi matahari terdiri atas pengukuran intensitas penyinaran dan
pengukuran lama penyinaran matahari.
Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penyinaran yaitu:
1) Gun Bellani Pencatat Intensitas Cahaya Matahari. Satuan: Calori/Cm²
(Langley). Intensitas Cahaya Matahari = pembacaan skala dikalikan
konstanta dibagi 21. Cara kerja alat ini yaitu sewaktu memasang alat
47
dipagi hari, alat dibalik dan dikembalikan sehingga permukaan air dalam
tabung mendekati nol. Air dalam alat volumenya konstan dan bila terkena
cahaya matahari akan menguap dan berkondensasi sehinga air turun ke
bawah, (BMKG Kota Semarang, 2016).
2) Actinograph Alat pengukur/pencatat secara otomatis intensitas radiasi
matahari. Satuan K Cal/cm² (Langley). keterangan: kertas pias diganti
setiap hari. Setiap kotak kecil = 12 kalori, perhitungan total 1 hari dihitung
jumlah kotak kecil. Alat ini menggunakan sensor Bimetal. Selanjutnya alat
pengukur lamanya penyinaran matahari yaitu Campbell Stokes alat ini
berbentuk bulatan dan terbuat dari kaca massif. Lalu cara kerja alat ini
pencatat lama penyinaran matahari satuan: jam/ persentase (%) pias harian
jenis pias 3 macam: lengkung panjang (11 Oktober- 28 Febuari), lurus (11
September – 10 Oktober) (1 Maret – 10 April), lengkung pendek (11 April
– 10 Agustus), (BMKG Kota Semarang, 2016).
2. Unsur Cuaca yang diamati Suhu Udara
Psychrometer Standar fungsi alat pengukur suhu udara & kelembaban udara
satuan: suhu derajat celcius (ºC). kelembaban dalam persen (%). thermometer bk
menunjukan suhu udara, thermometer bb digunakan mencatat kelembaban udara
dengan bantuan tabel, thermometer bb, bola air raksa harus selalu basah dengan
menggunakan kain muslin yang selalu basah oleh air murni, (BMKG Kota
Semarang, 2016).
3. Unsur yang diamati Suhu Tanah thermometer tanah gundul & berumput,
(BMKG Kota Semarang, 2016).
48
4. Unsur yang diamati Tekanan Udara
1) Barometer alat untuk mengukur tekanan udara. Satuan milibar (mb).
Tabung berisi air raksa. Dilengkapi thermometer untuk mengetahui sauhu
udara dalam ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar matahari & angin
langsung dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi bejan 1 m
dari lantai. Baca termometer yang menempel pada barometer kemudian
stel nonius sehingga menyinggung permukaan air raksa, baca skala
barometer, (BMKG Kota Semarang, 2016).
2) Barograph alat pencatat tekanan udara secara otomatis. Satuan milibar
(mb). Sensor menggunakan tabung hampa udara/kotak logam yang hampa
udara yg terbuat dari logam yang sangat lenting. Tekanan atmosfer
berubah volume kotak berubah. Perubahan volume kotak dihubungkan
dengan tangkai pena dan menggores di pias, (BMKG Kota Semarang,
2016).
5. Unsur cuaca yang diamati angin
1) Anemometer fungsi alat: pencatat arah dan kecepatan angin sesaat satuan:
arah angin (8 mata angin) kecepatan angin: knots (1 knots = 1.8 km/jam).
keterangan: yang dimaksud arah angin yaitu arah dari mana angin
berhembus, (BMKG Kota Semarang, 2016).
2) Cup Counter Anemometer 2m fungsi alat: pengukur kecepatan angin rata-
rata harian satuan: km/jam keterangan: prinsip kerja seperti garakan
spedometer sepeda motor dalam satuan km/jam. Kecepatan angin rata-rata
49
harian, selisih pembacaan angka dibagi 24 jam, (BMKG Kota Semarang,
2016).
3) Wind Force fungsi alat: pencatat arah dan kecepatan angin sesaat satuan:
arah angin (8 mata angin), kecepatan angin: knots (1 knots = 1.8 km/jam).
keterangan: model ini paling lama (awal) dari jenis anemometer.
Kecepatan angin sesaat di perkirakan dari gerakan lempeng logam (Plat),
(BMKG Kota Semarang, 2016).
6. Unsur yang diamati Kelembaban Udara
Thermohigrograph, fungsi alat: pencatat suhu udara dan kelembaban udara (nisbi)
satuan: derajat celcius (ºc) & prosentase (%). Keterangan: pias harian, atau
mingguan. Sensor suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam memuai dan
menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan penaturun. Sensor
kelembaban udara terbuat dari rambut manusia, bila udara basah. Rambut
memanjang dan bila udara kering rambut memendek. (BMKG Kota Semarang,
2016).
7. Unsur yang diamati Penguapan Air
Alat yang digunakan yaitu :
1) Oven Pan Evaporimeter, fungsi alat pengukur penguapan air langsung
satuan milimeter (mm). Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six
Bellani (Thermometer Apung serta Cup Counter anemometer tinggi 0,5
meter), (BMKG Kota Semarang, 2016).
2) Piche Evaporimeter, fungsi alat pengukur penguapan air dalam ruangan
satuan millimeter (mm), (BMKG Kota Semarang, 2016).
50
8. Unsur yang diamati Curah Hujan
Alat yang digunakan yaitu:
1) Penakar Hujan Obs, fungsi alat pengukur curah hujan, satuan millimeter
(mm), curah hujan diukur dengan gelas penakar setiap pagi jam 07.00 WS.
Atau 1 mm hujan yang ditakar sama volumenya dengan 10cc.
2) Penakar Hujan Otomatis (hellman) fungsi alat ini yaitu pencatat
instensitas curah hujan atau tingkat kelebatannya satuannya millimeter
(mm), setiap hari pias diganti (pias harian atau pias mingguan). Hujan
dengan instensitas lebat bentuk grafik terjal dan instensitas ringan bentuk
grafik landau. Waktu terjadi dan berakhirnya hujan dapat diketahui.
(BMKG Kota Semarang, 2016).
9. Unsur cuaca yang diamati kualitas air hujan automatic rain sampler
mengambil sampel air hujan untuk diuji keasamannya di laboratorium BMKG.
Dengan alat seperti ini air hujan tidak terkontaminasi/tercemar, (BMKG Kota
Semarang, 2016).
10. Unsur cuaca yang diamati kualitas udara high volume sampler adalah
peralatan sampling untuk mengambil sampel SPM (Suspensious Particles
Matter / Partikel Padat yang melayang di udara 0,1micron).
1) Lightening Detector Mendeteksi petir. Biasanya untuk klaim pihak
asuransi.
2) Synergie (Meteo International Weather).
3) Display radar Cuaca.
4) Automatic Weather Station Fungsi alat:
51
Lengkap dengan sensor pengukur suhu udara, kelembaban, tekanan udara, arah
angin, kecepatan angin, curah hujan, penyinaran matahari, suhu tanah, satuan:
suhu udara -> ºc. tekanan -> milibar (mb), curah hujan -> milimeter (mm).
Penyinaran matahari -> langley. Kecepatan angin -> knots, km/jam. arah angin ->
derajat (º). keterangan: dari sensor tersebut data disimpan didata loger dan
disambung melalui kabel ke komputer yang ada diruangan observasi untuk
melihat tampilan alat tersebut, (BMKG Kota Semarang, 2016).
5) Very small aparture terminal Internet Protocol (VSAT-IP) Fungsi alat:
Untuk komunikasi pengiriman data pengamatan cuaca ke BMKG Pusat.
Untuk mengambil produk CMSS (Computerized Message Switching
System) dari Jakarta yang berupa citra satelit cuaca, peta angin, peta suhu
laut dan produk lainnya. Keterangan: Menggunakan sistem komunikasi
Satelit Palapa. Data CMSS dimanfaatkan untuk menganalisa prakiraan
cuaca regional/Jawa Tengah. (BMKG Kota Semarang, 2016).
52
2.5 Kerangka Berfikir
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Proses
belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Geografi di SMA Sedes
Sapientiae Semarang belum pernah memanfaatkan sumber belajar dilingkungan
luar sekolah, hanya memanfaatkan apa yang disampaikan oleh guru dan LKS,
buku paket serta internet sebagai sumber belajar. Hal ini membuat proses
pembelajaran dalam kelas kurang bervariasi, tentu saja berpengaruh pada kondisi
siswa saat belajar karena siswa akan lebih mudah jenuh dalam pembelajaran.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai
berikut: (Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian)
Materi pelajaran geografi
materi pokok atmosfer
Sub materi cuaca dan iklim
Pemanfaatan BMKG Kota
Semarang
Pelaksanaan Project Based Learning di BMKG Kota Semarang
Hasil belajar siswa
meningkat
Sumber Belajar
Pengumpulan data cuaca dan iklim
Analisis data cuaca dan iklim
Pemanfaatan data cuaca dan iklim
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran outdoor study dengan memanfaatkan
BMKG Kota Semarang sebagai sumber belajar untuk kelas X SMA Sedes
Sapientiae Semarang tahun 2015/2016 sudah berjalan sesuai rencana, hal ini
dibuktikan dari hasil analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukan
92% sudah terlaksana dan 8% belum terlaksana.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Melihat kebanyakan cara mengajar yang digunakan oleh guru, termasuk guru
mata pelajaran geografi yang pembelajaran hanya bersumber pada penjelasan
guru dan sumber belajar visual maka hendaknya guru dapat menggunakan
sumber-sumber belajar lain yang dapat menarik siswa dalam proses belajar
2. Setelah diadakan penelitian ini, hendaknya guru dapat memanfaatkan sumber-
sumber belajar yang ada di lingkungan untuk memberi pengalaman belajar
langsung. Hal ini terbukti bahwa pemanfaatan lingkungan alam sebagai
sumber belajar geografi memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran dan suasana belajar menjadi aktif dan komunikatif.
74
Daftar Pustaka
Abdullah, Ramli. 2012.Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar.
jurnal ilmiah DIDAKTIKA:Februari 2012 VOL XII NO, 2, 216 - 231.
Ali, Mohamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Arikunto,Suharsimi.2006.PROSEDUR PENELITIAN.JAKARTA:Rineka Cipta.
BSNP.2006.Panduan Penyusunan KTSP.Jakarta.
Degeng, Ns. 1993. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tinggi: Jakarta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang.2010.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung:Refika Aditama.
Hanifah, Luthfi, 2015. Pemanfaatan Rawa Pening Sebagai Sumber Belajar
Geografi Dengan Pendekatan Scientific Untuk Kelas X IPS SMA N 1 Ambarawa.
Edu Geography 3 (5).
Hardati dkk, Puji. 2007. Pengantar Ilmu Sosial. Semarang: FIS UNNES
Kartawidjaja, Omi, 1988. Metode Mengajar Geografi. Bandung: Sinar Harapan.
Khanifah, Sri.2011. Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Materi Klasifikasi Mahluk Hidup Di MTS MIFTAHUL HUDA Bogorejo.UNNES
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama.
75
Mulyasa,E.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Riadi,Edi.2016.STATISTIK PENELITIAN.Yogyakarta:Andi Offset.
Ristianingrum, Retno. 2014. Pemanfaatan Labolatorium Alam Karangsambung
Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri se-
Kabupaten Kebumen.UNNES.
Setyowati, Dewi Liesnoor,dkk.2015.Panduan Penulisan Skripsi.Semarang:FIS
Unnes.
Singarimbun,Masri.1995.Metode Penelitian Survey.Jakarta:LP3ES.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media
Publishing.
Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme.
Jakarta: Pretasi Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita,B.2008. Teori Belajar Robert M.Gagne dan Implikasinya pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik. Vol XII (01).
76
http://www.bmkg.go.id/profil/?p=sejarah di unduh pada tanggal 24 November
2016 pukul 10.30.
http://klimatologi.semarang.jateng.bmkg.go.id/index.php/en/alatbb di unduh pada
tanggal 8 januari 2016 pukul 10.18.
https://belajargeodenganhendri.wordpress.com/2011/04/12/atmosfer-2/ di unduh
19 0ktober 2016 pukul 01.55
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-belajar-dan-pengertian.html
di unduh 28 oktober 2016 pukul 01.00.
http://lestarysnote.blogspot.co.id/2016/03/membandingkan-kurikulum-ktsp-
dan.html di unduh pada 27 maret 2017 pukul 01.05.