KKL BMKG off a

38
OBSERVASI ALAT-ALAT, FUNGSI, DAN CARA KERJA ALAT BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG) DI KARANG PLOSO MALANG LAPORAN Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester Meteorologi dan Klimatologi Yang dibina oleh Drs. Dwiyono Hadi Utomo. M.Pd M.Si Oleh : Offering A 2013

Transcript of KKL BMKG off a

OBSERVASI ALAT-ALAT, FUNGSI, DAN CARA KERJA ALAT BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG) DI

KARANG PLOSO MALANG

LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semesterMeteorologi dan Klimatologi

Yang dibina oleh Drs. Dwiyono Hadi Utomo. M.Pd M.Si

Oleh :Offering A 2013

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFIDesember 2014

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Sejarah BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)..............3

B. Sejarah Singkat Stasiun Klimatologi Karangploso......................................4

C. Tujuan..........................................................................................................5

D. Waktu pelaksanaan......................................................................................5

E. Lokasi praktikum .........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

1. Sangkar Meteo..............................................................................................6

2. Alat Pengukur Temperatur Maximum dan Minimum..................................6

3. Alat Pengukur Temperatur Bola Basah dan Bola Kering.............................7

4. Alat Pengukur Temperatur dan Kelembaban Udara.....................................7

5. Campbell Stokes...........................................................................................9

6. Gun Bellani...................................................................................................9

7.Actinograph...................................................................................................10

8. Anemometer.................................................................................................11

9. Anemometer Cup Counter ...........................................................................12

10. Penakar Hujan Jenis Hellman ....................................................................13

11. Penakar Hujan Jenis Tipping Bucket .........................................................14

12. High Volume Air Sampler (HV Sampler)..................................................15

13. Automatic Rain Sampler.............................................................................16

14. Pengukuran Suhu Tanah.............................................................................17

15. Panci Penguapan (Pan Evaporasi)..............................................................19

16. Piche Evaporimeter.....................................................................................20

17. Lysimeter....................................................................................................21

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................22

Daftar Rujukan...............................................................................................23

Meteorologi dan Klimatologi 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Sejarah BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada

tahun 1841 diawalai dengan pengamatan yang dilakukan secara Perorangan oleh

Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya

berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca

dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh

Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama

Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan

Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan

penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902

pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.

Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan

komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn pemasangan

komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan

reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder.

Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,

nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut

dipecah menjadi dua. Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di

lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani

kepentingan Angkatan Udara.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih

oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en

Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika

yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi

tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan

kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en

Geofisiche Dienst diubah menjadi jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah

Meteorologi dan Klimatologi 3

Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950

Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia

(World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan

Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with

WMO.

Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya

menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan,

dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan

Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya

diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di

bawah Departemen Perhubugan Udara. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi

dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu

instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun

1980 statsunya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama

Badan Meteorologi dan Geofisika, tetap berada di bawah Departemen

Perhubungan. Terakhir pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46

dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah

Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.

B. Sejarah Singkat Stasiun Klimatologi Karangploso

Stasiun Klimatologi Karangploso mulai dibangun sejak tahun 1985 - 1986

oleh BMKG Pusat Jakarta dan mulai beroperasional penuh pada tahun 1988 dan

hanya beranggotakan 3 orang pegawai. Stasiun Klimatologi Karangploso pertama

kali dikepalai oleh Bapak Ir. Bambang Winarno (alm) dari tahun 1987 - 2004

dengan Kepala Tata Usaha pada waktu itu Bapak Edi Waluyo dan Kepala

Kelompok Teknisi dijabat oleh bapak Ir Joko Prabowo.

Pegawai mula-mula di stasiun Klimatologi Karangploso hanya berjumlah

3 (tiga orang)

antara lain :

1. Bapak Rodiman (1987- )

2. Ibu Sumarsih (1987 - sekarang)

3. Bapak Bambang Winarno (1987 - 2004)

Meteorologi dan Klimatologi 4

Kemudian menyusul pegawai lagi Bapak Yudo Purnomo pada tahun 1988, selang

kemudian disusul oleh bapak Bapak Joko Prabowo pada tahun yang sama,

kemudian disusul bapak Sarimin bulan Agustus pada tahun 1988 yang merupakan

pindahan dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung, lalu kemudian datang Bapak

Haryono yang merupakan pindahan dari Biak Irian Jaya (sekarang Papua).

Stasiun Klimatologi ini pada awalnya hanya mengoperasikan 2 buah alat

antara lain :

1. Sangkar Meteorologi

2. Penakar Hujan Observasi

C. Tujuan :

1. Untuk mengetahui pemanfaatan iklim.

2. Untuk mengetahui unsur cuaca dan iklim.

3. Untuk mengetahui macam-macam alat pengukur tiap unsure dan cara

penggunaannya.

D. Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan praktikum ini adalah pada Selasa tanggal 16 Desember 2014

E. Lokasi praktikum

Lokasi yang digunakan untuk praktikum adalah Kantor BMKG Karangploso

Malang.

Meteorologi dan Klimatologi 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sangkar Meteo

Sangkar meteo merupakan bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari kayu

yang berfungsi untuk menyimpan alat termohigrograf, termometer maksimum,

termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah.

Sangkar meteo berventilasi dobel jalusi, yang gunanya mengalirkan udara masuk

dan keluar, Sangkar meteo juga dicat putih agar memantulkan cahaya yang

merupakan konvensi dari WMO (World Meteorological Organisation). Pintu pada

sangkar meteo posisinya harus dipasang utara - selatan. Dibawah sangkar meteo

tidak boleh di cor karena dapat mengganggu hasil pengamatan.

Gambar 1. Sangkar meteo.

2. Alat Pengukur Temperatur Maximum dan Minimum

Terdapat dua jenis termometer yakni termometer maksimum; sebagai alat

ukur suhu udara maksimum yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola

dan pada ujungnya berisi air raksa. Dan termometer minimum; sebagai alat ukur

suhu udara minimum yang terbuat dari gelas berbentuk garpu dan pada ujungya

berisi alkohol dan benda penunjuk yang akan terseret oleh alkohol manakala suhu

turun dan akan tertinggal manakala suhu naik (alkohol mengembang), maka

benda penunjuk tadi akan menunjukan suhu terendah dalam kurun waktu

pengamatan.

Meteorologi dan Klimatologi 6

Gambar 2. Termometer maksimum Gambar 3. Termometer minimum

3. Alat Pengukur Temperatur Bola Basah dan Bola Kering

Alat ini disebut Psychrometer terdiri dari 2 buah Thermometer air raksa yaitu

Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah. Thermometer bola basah

adalah thermometer yang bola air raksanya dibalut dengan kain basah. Penguapan

yang terjadi pada kain basah tersebut mengakibatkan turunnya suhu. Perbedaan

suhu yang ditunjukan thermometer bola kering dan basah dengan bantuan tabel

diperoleh harga kelembaban udara dan suhu titik embun.

Gambar 4. Psychrometer.

Meteorologi dan Klimatologi 7

4. Alat Pengukur Temperatur dan Kelembaban Udara (Thermohygrograph)

Gabungan Thermograph dan Hygrograph dinamakan Thermohygrograph.

Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban udara secara

otomatis. Dengan menggunakan pias kertas sebagai hasil yang dilihat, kemudian

dibagian kertas tersebut terdapat pengukur suhu (bagian atas kertas) dan pengukur

kelembaban (bagian bawah kertas). Dengan menggunakan sebuah sensor, maka

grafik perubahan suhu bisa diketahui, karena sensor tersebut sangat peka terhadap

suhu sekitar, dimana mengalami pemuaian bila suhu meningkat dan menyusut jika

suhu rendah.

Gambar 5.

Thermohygrograph

Bagian-bagian dari alat Thermohygrograph:

Bola gelas

Lensa cembung mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api

Tempat menyisipkan kertas pias

Pengatur kertas pias

Penunjuk yang menyatakan lintang pada waktu alat di setel

Tiga buah sekrup menyetel kedudukan horisontal.

Cara Kerja :

Meteorologi dan Klimatologi 8

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan

(memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari

tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan

pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat

dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa

terpengaruh oleh posisi matahari.

Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola

gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar

sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar

yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak

dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian- bagian

terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.

5. Campbell Stokes

Gambar 6. Campbell stokes

Fungsi

Cambell stoke yaitu untuk mengetahui lamanya penyinaran matahari

dalam satuan jam/persen, lamanya penyinaran yaitu 12 jam. Sinar matahar yang

ditangkap oleh bola kaca yang sifatnya mengumpulkan sinar ketitik api yang tepat

pada kertas pias. Maka kertas itu akan terbakar apabila terajadi penerimaan radiasi

sinar matahari, dari berkas-berkas yang terbakar ini dapat ditentukan berapa lama

matahari bersinar pada hari tersebut.

6. Gun Bellani

Gun bellani merupakan alat nonrecording. Adapun fungsi dari alat ini adalah

untuk mengukur jumlah radisi harian matahari yang jatuh dipermukaan bumi.

Meteorologi dan Klimatologi 9

Data yang dihasilkan berupa jumlah radiasi matahari yang dinyatakan dalam

satuan gram, Cal / cm2 /jam. Pada pengamatan Agroklimat Gun bellani diamatai

jam 07.00 waktu setempat.

Gambar 7. Gun Bellani

Bagian alat Gun Bellani:

1. Bola kaca

2. Bola tembaga hitam (Blackned copper sphere)

3. Tabung buret

4. Aquades

5. Tempat alat (housing).

Cara Kerja Alat

Selama terjadi pancaran radiasi oleh matahari, terjadi penyerapan kalor

oleh bola tembaga hitam. Panas hasil serapan tersebut digunakan untuk

menguapkan aquades yang terdapat didalamnya. Uap air yang dihasilkan masuk

dalam receiver. Karena terjadi perbedaan suhu antara bola tembaga hitam dengan

tabung buret, uap air akan mengembun dan akhirnya mengumpul dalam dasar

receiver. Pengamatan dilakukan dengan mencatat sisa air yang terdapat pada dasar

receiver setelah dibalik dan mencatat jumlah air yang terkumpul pada dasar

receiver setelah terjadi pengembunan selama 24 jam.

Meteorologi dan Klimatologi 10

7. Actinograph

Alat ini untuk mengukur intensitas radiasi matahari total yang jatuh pada bidang

horizontal.

Terletak kearah Timur-Barat dengan jendela terlihat kearah Utara-Selatan.

Terdapat pena untuk mencatat intensitas radiasi matahari secara mekanis.

Satuan K Cal/cm2 (Langley).

Meteorologi dan Klimatologi 11

Keterangan : Kertas pias diganti setiap hari.

Setiap kotak kecil = 12 kalori,

Perhitungan total 1 hari dihitung jumlah kotak Kecil.

Alat ini menggunakan sensor bimetal.

Gambar 8.

Actinograph

8. Anemometer 10 meter

Anemograf merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 10 meter.

Fungsi dari alat ini digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin

Komponen-komponen alat :

Tiga buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin.

Angka counter di bawah tiga mangkok yang mencatat perputaran

mangkok tersebut.

Tiang pipa besi setinggi ( ½ m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah, untuk

memasang alat tersebut.

Cara kerja:

Angin yang bertiup akan membuat anemometer berputar dan kecepatan

angin akan ditunjukkan oleh spidometer yang tertera pada alat. Anemometer

berupa baling-baling yang as nya dihubungkan dengan dinamo penghasil arus

listrik. Apa bila angin bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo

dan akan diperoleh arus listrik.

Meteorologi dan Klimatologi 12

Gambar 9. Anemometer 10 meter

9. Anemometer Cup Counter

Cup counter merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 50

centimeter.

Fungsi: untuk mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu.

Gambar 10. Anemometer Cup Counter

Komponen-komponen alat Anemometer cup Counter:

a. 3 buah mangkok

Cara membacanya:

Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu

dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat

pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan

periode waktu pengamatan.

Meteorologi dan Klimatologi 13

10. Penakar Hujan Jenis Hellman

Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk

mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat

penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Pengamatan dengan

menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca

dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang

terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat ini

memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-

kerusakan yang sering terjadi pada alat ini.

Pemasangan alat ini sama seperti penakar hujan lainnya, bertujuan

mendapatkan data jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat

tertentu. Jenis penakar hujan ini berbentuk silinder dengan tingi 115 cm serta luas

permukaan corong 200 cm² serta berat alat ini ± 14 Kg. Seluruh bagian luar alat

ini dicat warna hijau muda atau abu-abu. Pada bagian depan alat ini terdapat

sebuah pintu dalam keadaan tertutup. Apabila pintu dalam keadaan terbuka, maka

bagian-baian alat ini akan terlihat seperti dibawah ini:

Gambar 11. Penakar Hujan Jenis Hellman

Adapun bagian-bagian enakar hujan ini adalah:

1. Bibir atau mulut corong

2. Lebar corong

3. Tempat kunci atau gembok

4. Tangki pelampung

5. Silinder jam tempat meletakkan pias

6. Tangki pena

7. Tabung tempat pelampung

8. Pelampung

9. Pintu penakar hujan

10. Alat penyimpan data

Meteorologi dan Klimatologi 14

11. Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)

12. Selang gelas

13. Tempat kunci atau gembok

14. Panci pengumpul air hujan bervolume

Cara Kerja Alat

Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul

dalam tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta

tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat

pena yang gerakannya selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena dicatat

pada pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan

bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada

lengkungan selang gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah

air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, maka berdasarkan

sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar sampai

ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan keluarnya air, tangki

pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus

vertikal. Jika hujan masih terus-menerus turun, maka pelampung akan naik

kembali seperti diatas. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau

ditentukan dengan menghitung garis-garis vertikal.

11. Penakar Hujan Jenis Tipping Bucket

Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak

dapat mencatat sendiri.

Fungsi : untuk mengukur curah hujan

Komponen-komponen alat:

Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.

Bak tempat penampungan air hujan.

Kaki yang berbentuk tabung silinder.

Gelas penakar hujan

Meteorologi dan Klimatologi 15

Cara Kerja :Pada prinsipnya jika hujan turun, air masuk melalui corong besar dan

corong kecil, kemudian terkumpul dalam ember (bucket) bagian atas. Jika air

yang tertampung cukup banyak menyebabkan ember bertambah berat, sehingga

dapat menggulingkan ember kekanan atau kekiri, tergantung dari letak ember

tersebut. Pada waktu ember terguling, penahan ember ikut bergerak turun naik.

Penahan ember mempunyai dua buah tangkai yang berhubungan dengan roda

bergigi. Gerakan turun naik penahan ember menyebabkan kedua tangkainya

bergerak pula dan bentuknya yang khusus dapat memutar roda bergigi berlawanan

dengan arah perputaran jarum jam. Perputaran roda bergigi diteruskan ke roda

berbentuk jantung. Roda yang berbentuk jantung mempunyai sebuah per yang

menghubungkan kedua pengatur kedudukan pena yang letak ujungnya selalu

bersinggungan dengan tepi roda. Perputaran roda berbentuk jantung akan

menyebabkan kedudukan pena bergerak sepanjang tepi roda.

Gambar 12. Penakar Hujan Jenis Tipping Bucket

12. High Volume Air Sampler (HV Sampler)

Fungsi : untuk mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter).

Cara Kerja :

Udara yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas

filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel

pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas

filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu dicatat

flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.

Meteorologi dan Klimatologi 16

Gambar 13. High Volume Air

Sampler (HV Sampler)

13. Automatic Rain Sampler

Automatic Rain Sampler adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil

sampel air hujan Wet dan Dry.

Fungsi: untuk mengambil sampel air hujan yang akan diukur konsentrasi kimia

Air Hujan.

Cara Kerja:

Jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger kepada sistem

kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh

motor listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan

berhenti maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang

di tempat penampungan tak terkena kotoran lain karena tertutup rapat.

Gambar 14. Automatic Rain Sampler

Meteorologi dan Klimatologi 17

14. Pengukuran Suhu Tanah

Gambar 15. Pengukuran suhu tanah 0, 5, 10, 20 dan 30 cm

Pengamatan suhu tanah sebetulnya dilakukan pada kedalaman 0 cm, 5 cm,

10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm dan 100 cm. Dipasang membujur Utara-Selatan

dengan jarak 0.5 sampai dengan 1 m antara dengan lainnya (kecuali ada standar

khusus yang 0 sampai dengan 20 cm). Gunanya agar bayangan tidak saling

mengenai satu dengan lainnya. Pengukuran dilakukan pada tanah tertutup rumput

dan pada permukaan tanah terbuka. Cara pembacaan termometer tanah tidak

berbeda dengan pembacaan pada termometer bola kering. Pengukuran suhu tanah

pada lapisan atas perlu dilakukan lebih intensif (lebih sering) dari pada interval

kedalaman yang lebih dalam, karena fluktuasi suhu tanah lebih besar dan

perubahan suhu yang berlangsung lebih cepat pada lapisan atas tanah tersebut.

Dengan pertimbangan ini World Meteorogical Organization (WMO)

merekomendasikan pengukuran tanah pada kedalaman 5, 10, 20, 50 dan 100 cm.

Pengamatan suhu tanah pada kedalaman 5, 10 dan 20 cm dilakukan tiga

kali sehari, sedangkan yang 50 dan 100 cm dilakukan satu kali pada sore hari. Hal

yang perlu diperhatikan adalah harus diusahakan agar membaca termometer

dengan cepat dan cermat sehingga menghindarkan kesalahan paralaks. Untuk

kedalaman 5 sampai 30 cm biasanya dipakai termometer yang bisa dibaca dari

luar, sedangkan untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm biasanya dipakai termometer

air raksa yang dimasukkan dalam tabung yang kuat.

Meteorologi dan Klimatologi 18

Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah. Karena pola

tingkah laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu tanah akan tinggi

pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman. Suhu

tanah maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi

matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu

maksimum tercapai beberapa waktu kemudian. Semakin lama untuk lapisan tanah

yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk perpindahan

panas dari permukaan ke lapisan-lapisan tanah tersebut.

Gambar 16. Termometer tanah

kedalaman 50 cm dan 100 cm

Cara membaca termometer pada kedalaman 50 cm dan 100 cm :

1. Buka tutup tabung besi

2. Tarik tabung gelas yang terikat pada rantai dengan hati-hati

3. Pegang ujung gelas yang terikat dengan rantai

4. Baca termometer sampai persepuluhan derajat dengan cepat dan cermat

5. Waktu membaca usahakan membelakangi matahari, untuk menghindari

pengaruh sinar

6. Matahari terhadap ketelitian pembacaan.

7. Kembalikan termometer ke tempat semula dengan hati-hati.

Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam tanah,

seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta penyerapan air dan

Meteorologi dan Klimatologi 19

hara oleh tanaman. Laju fluks panas ke dalam tanah ditentukan gradien suhu dan

konduktivitas tanah yang nilai dipengaruhi oleh lengas dan bahan organik.

15. Panci Penguapan (Pan Evaporasi)

Pengamatan penguapan air menggunakan alat penguapan yang terdiri dari:

1. Bejana atau panci tempat air dengan diameter 127 Cm.

2. Thermometer apung untuk mengukur suhu air.

3. Hook Gauge stell well untuk mengukur tinggi air dalam panci.

4. Kayu penopang untuk penyangga panci sehingga tidak bersentuhan dengan

tanah karena tanah menngandung panas yang akan menambah penguapan.

5. Cup counter anemometer untuk mengukur kecepatan angin rata-rata di

permukaan air.

Pengamatan dilaksanakan setiap jam 07.00 WIB. Selisih tinggi air

sekarang dengan tinggi air kemarin merupakan jumlah air yang hilang karena

menguap dengan kondisi: suhu air rata-rata seperti yang ditunjukan thermometer

apung, kecepatan angin rata-rata di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup

Counter Anemometer.

Fungsi: Untuk mengetahui besarnya penguapan radiasi langsung dari matahari.

Cara kerja alat:

Panci penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga di atas rongga 5 cm

pengukuran dilaksanakan pada permukaan air dalam keadaan tenang di dalam

tabung peredam riak. Untuk mengukur dan membaca skalanya, maka tabung

pengaman didekaatkan ke panci dengan maksud agar permukaan air tetap tenang

dan tidak terlalu bergelombang. Sesudah itu sekrup patrol diputar sambil melihat

ujung panci dari hungging di dalam tabung pengaman. Skrup pengontrol yaitu

berada di atas penyangga hugging berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan

skala. Jika sikrup itu diputar kembali ke kanan maka tiang skala turun angka yang

dibaca adalah angka yang terdapat tegak lurus demngan sekrup pengontrol.

Adapun skala yang tertera pada skala adalah angka (1) sampai (100). Sedangkan

termometer yang berada di atas permukaan air adalah termometer maksimum dan

termometer minimum. Termometer ini terletak di atas pelampung sehingga

mempunyai perahu, pada kedua termometer ini baik maksimum maupun

Meteorologi dan Klimatologi 20

minimum berada di tengah atau anntara kedua sisi pengukuran termometer

maksimum. Termometer minimum yang kecil setelah di tengah dan berguna

sebagai alat pengukur suhu atau temmperatur minimum air panci. Sedangkan

termometer maksimum besar berguna untuk mengukur suhu max air dalam panci.

Rumusnya yaitu :

Thermometer maksimum - termometer minimum

Gambar 17. Alat alat evaporasi

16. Piche Evaporimeter

Digunakan sebagai pengukur penguapan secara

relatif, tidak dapat mengukur langsung evaporasi

yang sesungguhnya terjadi.

Pipa gelas terdapat skala yang menyatakan volume

air dalam cm3 atau persepuluhannya

Piringan kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini

berpori-pori banyak sehingga mudah menerap air.

Kertas ini dipasang dimulut pipa terbuka.

Dipasang digantung di dalam sangkar meteorologi

bersama dengan thermometer bola basah, bola

kering, maksimum, dan minimum

Gambar 18. Evaporimeter

Meteorologi dan Klimatologi 21

17. Lysimeter

Fungsi : untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah

bervegetasi secara langsung. Alat ini terdiri dari 4 bejana dengan volume

1x1x1,2m yang ditanam dalam tanah dihubungkan dengan kran, dan permukaan

tanah diatasnya ditanami dengan tumbuhan tertentu.

Cara kerja alat :

Lysimeter jam 07.00 WIB disiram merata sejumlah 8 liter air, pada jam

07.00 WIB hari berikutnya (24 jam) diukur kembali melalui kran-kran. Jumlah air

yang diukur selama 24 jam tadi merupakan hasil dari evapotranspirasi.

Gambar 19. Lysimeter

Meteorologi dan Klimatologi 22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membuat laporan ini kami bisa menyimpulkan bahwa alat-alat yang

ada di BMKG antara lain Sangkar meteo berfungsi untuk menyimpan alat

termohigrograf, termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola

kering dan termometer bola basah. Cambell stoke untuk mengetahui lamanya

penyinaran matahari, Gun Bellani untuk mengukur jumlah radisi harian matahari,

Actinograph untuk mengukur intensitas radiasi matahari total, Anemograf

digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin, Cup counter untuk

mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu, Automatic Rain

Sampler untuk mengambil sampel air hujan yang akan diukur konsentrasi kimia

Air Hujan, Pan Evaporasi untuk mengetahui besarnya penguapan radiasi langsung

dari matahari, Lysimeter digunakan untuk mengukur jumlah evapotranspirasi

pada sebidang tanah bervegetasi secara langsung, thermometer tanah gundul yang

berfungsi sebagai pengukur suhu pada tanah gundul, serta thermometer tanah

berumput yang berfungsi sebagai pengukur suhu pada tanah yang berumput.

Meteorologi dan Klimatologi 23

Daftar Rujukan

Badan Meteorologi dan Klimatologi Karangploso Malang. 2014.

http://www.staklimkarangploso.info/. (diakses 04 Desember 2014)

Meteorologi dan Klimatologi 24