SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/56727/2/KKC KK PK BP 65-16 Kas a..pdf · Perhitungan...
Transcript of SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/56727/2/KKC KK PK BP 65-16 Kas a..pdf · Perhitungan...
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT LAUT Halymenia durvillaei DENGAN PELARUT NON POLAR, SEMI POLAR DAN POLAR
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
GRESIK – JAWA TIMUR
KASMINAH
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
RINGKASAN
KASMINAH. Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei dengan Pelarut Non Polar, Semi Polar dan Polar. Dosen Pembimbing Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. dan Agustono, Ir.,M.Kes.
Produksi rumput laut mengalami kenaikan cukup besar selama 5 (lima)
tahun terakhir yaitu sebesar 33,23% (KKP, 2014). Rumput laut merah
(Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di
perairan laut Indonesia yaitu terdapat 452 jenis (Suparmi dan Sahri, 2009).
Rumput laut kaya akan vitamin, serat kasar, polisakarida, dan polifenol. Beberapa
studi menyatakan manfaat dari polifenol termasuk antioksidan, antikoagulan,
antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Kim, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut yang dapat
menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi dari Halymenia durvillaei. Penelitian
ini dilakukan secara deskriptif eksploratif (Pramesti, 2013). Deskriptif eksploratif
bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi hanya menggambarkan
apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2010).
Hasil penelitian menggunakan tiga jenis pelarut yaitu n-heksan, etil asetat
dan etanol menunjukkan IC50 pada pelarut etanol yaitu sebesar 1024,57 ± 171,38
ppm, etil asetat sebesar 1250,52 ± 61,40 ppm dan n-heksan sebesar 1280,79 ±
118,57 ppm. Selain itu total fenol dan flavonoid tertinggi juga diperoleh pada
pelarut etanol yaitu sebesar 23,6216 ± 2,29 mg GAE/g sample dan 1,7929 ± 0,6
mg QE/g sample. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai metode aktivitas
antioksidan selain DPPH, serta pengaplikasiannya terhadap bidang pangan
maupun non pangan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
SUMMARY
KASMINAH. Antioxidant activity of Halymenia durvillaei seaweed extracted by using non polar, semi polar and polar solvent. Academic advisors Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. and Agustono, Ir., Kes.
Seaweed production increases large enough for 5 (five) years in the
amount of 33.23% (CTF, 2014). Red seaweed (Rhodophyceae) ranks highest on
the number of species that grow in the ocean waters Indonesia, there are 452
species (Suparmi and Sahri, 2009). Seaweed is rich in vitamins, crude fiber,
polysaccharides and polyphenols. Some studies suggest benefits of polyphenols,
including antioxidant, anticoagulant, antibacterial, anti-inflammatory and
anticancer (Kim, 2012).
The purpose of this research was to determine the solvents that can
produce the highest antioxidant activity of Halymenia durvillaei. This research is
a descriptive exploratory (Pramesti, 2013). Descriptive exploratory aims to
describe the state of a phenomenon, in this research was not intended to test a
specific hypothesis but simply describe what a variable, symptoms or
circumstances (Arikunto, 2010).
The results of this research using three types of solvents are n-hexane,
ethyl acetate and ethanol showed IC50 in ethanol is 1024.57 ± 171.38 ppm, ethyl
acetate at 1250.52 ± 61.40 ppm and n-hexane at 1280.79 ± 118.57 ppm. Besides
the highest total phenolic and flavonoid also obtained in ethanol in the amount of
23.6216 ± 2.29 mg GAE / g sample and 1.7929 ± 0.6 mg QE / g sample. Need for
further research on other methods to obtain antioxidant activity than DPPH, as
well as its application to the food and non-food.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei dengan Pelarut
Non Polar, Semi Polar dan Polar. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung penulis hingga
selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya serta sebagai bentuk pengabdian diri penulis kepada masyarakat
Indonesia. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program
Studi Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan
teknologi dalam bidang perikanan, terutama pemanfaatan rumput laut.
Surabaya, 10 Agustus 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rakhmat dan hidayahnya. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan
skripsi ini tidak akan dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua orangtua tercinta dan keluarga yang tiada henti mencurahkan kasih
sayang, ilmu, semangat, doa dan pengorbanan tak terukur.
2. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga sekaligus ketua penguji skripsi atas masukan,
saran, dan kritik sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. dan Bapak Agustono,
Ir.,M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, semangat,
arahan, petunjuk dan bimbingan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi
hingga selesai.
4. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan
ilmu, motivasi dan arahan selama masa perkuliahan.
5. Bapak Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. dan Bapak Boedi Setya Rahardja
selaku dosen penguji skripsi yang sudah memberikan masukan, saran, dan
kritik sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
6. Bapak M. Zakiyul Fikri, S.Pi.,M.Si yang sudah memberikan masukan, saran,
dan kritik mulai awal hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
7. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan.
8. Aditya Akmal, Kak Ilmi dan Kak Win selaku partner penelitian yang sudah
memberikan semangat, doa serta berbagai bantuan mulai awal hingga
terselesaikannya skripsi ini.
9. Mas Deny dan Mbak Wilda yang telah memberikan motivasi dan berkenan
menjadi rekan diskusi serta membantu selama proses penelitian dan penulisan
skripsi.
10. Sahabat dan saudara (Yustika, Fitrotin, Yuyun, Veni, Nisa, Rifky, Hafiz
Randi dan Naufal) atas semnagat dan bantuan yang telah diberikan selama ini
hingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Keluarga besar TIHP 2012 dan keluarga besar TIHP FPK UA atas semangat,
kebersamaan dan berbagai bantuan selama ini.
12. Barracuda yang memberikan dukungan, semangat, dan kebersamaaan selama
perkuliahan hingga proses penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi.
13. Teman-teman baik adik kelas maupun kakak kelas yang telah memberi
dukungan dan semangat selama ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi
yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, semoga Allah SWT selalu
mencurahkan ridho-Nya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. iv
SUMMARY .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillaei ................................ 5
2.2 Antioksidan ........................................................................................ 6
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Antioksidan .......................................... 6 2.2.2 Jenis Antioksidan ...................................................................... 7 2.2.3 Pengujian Antioksidan .............................................................. 8
2.3 Ekstraksi Bahan Aktif ........................................................................ 10
2.4 Pelarut ................................................................................................ 12
2.5 Fitokimia ............................................................................................ 12
III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................ 16
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................ 16
IV METODOLOGI ....................................................................................... 19
4.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 19
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
4.2 Materi Penelitian ................................................................................. 19 4.2.1 Peralatan Penelitian ................................................................... 19 4.2.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 19
4.3 Metode Penelitian ............................................................................... 20 4.3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 20
4.3.2 Prosedur Kerja ............................................................ ............. 20
4.4 Parameter Pengamatan ........................................................................ 24 4.4.1 Parameter Utama ....................................................................... 24 4.4.2 Parameter Pendukung ............................................................... 24
4.5 Analisis Data ....................................................................................... 25
V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 26
5.1 Hasil .................................................................................................. 26 5.1.1 Aktivitas Antioksidan Halymenia durvillaei ........................... 26 5.1.2 Kandungan Total Fenol dan Flavonoid .................................... 26 5.1.3 Kadar Air Rumput Laut Halymenia durvillaei ........................ 27 5.1.4 Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei .......... 27
5.2 Pembahasan ....................................................................................... 28 5.2.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei ..... 28 5.2.2 Total Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei 31 5.2.3 Nilai Rendemen Rumput Laut Halymenia durvillaei .............. 33
VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 35
6.1 Simpulan .................................................................................................. 35
6.2 Saran ......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36 LAMPIRAN ..................................................................................................... 43
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Hasil IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei ............................. 26
5.2 Total Fenol dan Flavonoid Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei) 27
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Halymenia durvillaei ................................................................................. 6
2.2 DPPH (Diphenylpicrylhydrazyl free radical dan nonradical) .................. 9
2.3 Senyawa Fenol .......................................................................................... 13
2.4 Senyawa Flavonoid ................................................................................... 14
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................... 18
4.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 25
5.1 Hasil Rendemen Ekstrak ........................................................................... 28
5.2 Perubahan Warna pada Ekstrak ................................................................ 30
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan Rendemen Ekstrak.................. ................................................ 43
2. Perhitungan Total Fenol .............................................................................. 44
3. Perhitungan Total Flavonoid ....................................................................... 45
4. Perhitungan IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei ............................... 45
5. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 49
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat
melimpah. Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2011 mencapai 5.170.201
ton, tahun 2012 sebesar 6.514.854 ton, dan tahun 2013 sebesar 9.298.474 ton
(KKP, 2014). Produksi rumput laut mengalami kenaikan cukup besar selama 5
(lima) tahun terakhir yaitu sebesar 33,23% (KKP, 2014). Menurut Winarno
(1996), rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau, alga
hijau biru, alga coklat, dan alga merah. Rumput laut merah (Rhodophyceae)
menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut
Indonesia yaitu terdapat 452 jenis (Suparmi dan Sahri, 2009).
Rumput laut mengandung polisakarida, asam amino, mineral, vitamin dan
bioaktif yang dapat memberi manfaat kesehatan. Manfaat rumput laut salah
satunya yaitu rumput laut Japonica laminaria yang dapat mengurangi kadar
glukosa darah dan konsentrasi serum trigliserida dan meningkatkan HDL
kolesterol dalam diabetes tipe 2 (Kim et al., 2008). Sedangkan berdasarkan
penelitian Yuan et al. (2010) rumput laut Kappaphycus striatum dapat
menunjukkan aktivitas antitumor dengan penghambatan tumor sebesar 54,12%.
Selain itu, rumput laut Halimedha renchii dan Euchema cottonii dapat sebagai
antibakteri pada Vibrio sp. (Purnama dkk., 2011). Manfaat lain dari rumput laut
yaitu sebagai sumber antioksidan alami, antioksidan berdasarkan sumbernya
dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan
sintetis telah banyak digunakan, namun penggunaan dalam jumlah berlebihan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
dapat menimbulkan efek samping (Cahyadi, 2006). Bahan sintetis tersebut antara
lain butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), propil galat (PG)
yang dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008). BHA (butil
hidroksianisol) telah diteliti dapat menimbulkan kanker sekitar lambung, tumor
serta menyebabkan perubahan genetik pada sel telur hewan uji. Sedangkan BHT
(butil hidroksiltoluen) dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan dengan dosis
tinggi dapat menyebabkan penyakit liver (Cahyadi, 2006). Efek samping tersebut
mendorong perkembangan penelitian antioksidan alami yang lebih aman (Huliselan
dkk., 2015).
Antioksidan alami dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, dan rempah-
rempah. Antioksidan alami tidak hanya terdapat pada tanaman darat, tetapi juga
tanaman laut (Rumiantin, 2011). Senyawa antioksidan adalah senyawa kimia yang
dapat meredam radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas (Zubia et al., 2007). Penelitian tentang aktivitas
antioksidan pada rumput laut telah ada sebelumnya yaitu menggunakan berbagai
jenis rumput laut antara lain Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornat
(Putranti, 2013, Pratama dkk., 2015), alga coklat (Demirel et al., 2009), Padina
sp. (Husni dkk., 2014), Kappaphycus alvarezii (Ling et al., 2013), Caulerpa
serrulata (Pramesti, 2013), Euchema spinosum (Maulana, 2012), rumput laut
merah (Rhimou et al., 2013) serta Halymenia harveyana (Suryaningrum dkk.,
2006).
Rumput laut memiliki senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada
beberapa famili Alariceae, Fucaceae, dan Sargassaceae (Firdaus, 2011). Polifenol
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
dapat bersifat sebagai antioksidan karena memiliki sifat pereduksi, yakni agen
pendonor atau penyumbang hidrogen (Rice-Evans et al.,1997 dalam Husni dkk.,
2014). Demirel et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa fenol lebih efektif
dibanding α-tokoferol dan hampir sebanding dengan antioksidan sintetis seperti
BHA dan BHT. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diteliti lebih lanjut
kandungan senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) serta aktivitas antioksidan
pada rumput laut Halymenia durvillaei. Hasil metabolisme sekunder dapat
diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi menggunakan 3 (tiga) jenis
pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksana (nonpolar), etil
asetat (semipolar) dan etanol (polar). Perbedaan jenis pelarut ini akan
mempengaruhi kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan (Huliselan, 2015).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat aktivitas antioksidan dalam rumput laut Halymenia durvillaei
dengan berbagai pelarut ?
2. Pelarut apakah yang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik pada
rumput laut Halymenia durvillaei ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan rumput laut Halymenia durvillaei dari
berbagai pelarut.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
2. Mengetahui jenis pelarut yang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik
pada rumput laut Halymenia durvillaei.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa rumput laut Halymenia durvillaei memiliki potensi sebagai antioksidan.
Sehingga dapat di aplikasikan dalam bidang makanan, kosmetik maupun obat-
obatan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillaei
Rumput laut Halymenia durvillaei tergolong kelas Rhodophyceae atau
rumput laut merah yang mengandung pigmen fikoeritrin, karotenoid, klorofil a,
senyawa organik dan anorganik serta serat kasar (Jimenez-Escrig dan Goni, 1999
dalam Suryaningrum, 2006). Berikut merupakan gambar Halymenia durvillaei.
Gambar 2.1. Halymenia durvillaei (http://www.algaebase.org/)
Klasifikasi Halymenia durvillaei menurut (FAO, 1998) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Kelas : Rhodophyta Subkelas : Florideophysideae Ordo : Cryptonemiales Famili : Cryptonemiaceae Genus : Halymenia Spesies : Halymenia durvillaei Bory de Saint Vincent, 1828 Rumput laut merah menjadi sumber penting penghasil karaginan untuk bahan
tambahan pada makanan, yogurt, chocolate milk, dan puding, selain itu terdapat
sekitar 8000 spesies alga merah yang mengandung metabolit aktif dibandingan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
jenis alga yang lain. Metabolit aktif (polisakarida, fenol, alkaloid) dapat di
aplikasikan pada makanan, biomedis, pertanian, lingkungan dan aplikasi industri
lainnya (Kim, 2012). Rumput laut Halymenia durvillaei mempunyai talus yang
panjangnya hingga 42 cm dan bercabang. Talus pada Halymenia durvillaei
mempunyai lebar 5,4 cm serta meruncing.
Halymenia durvillaei mempunyai warna merah muda hingga warna merah
serta mempunyai permukaan talus yang licin dan halus (De Smedt et al., 2001).
Percabangan berselang seling pada rumput laut Halymenia durvillaei pada kedua
sisi talus atau pinnate alternate. Pada talus bagian bawah berbentuk melebar dan
mengecil ke bagian puncak, sedangkan sisi talus bergerigi. Substratnya yaitu pada
daerah berkarang, berbatu, berpasir dan di daerah rataan terumbu karang (Langoy
dkk., 2011). Sedangkan menurut FAO (1998), Halymenia durvillaei berwarna
merah hingga keunguan dan tersebar di daerah Pasifik Barat dan Indo
Archipelago Malaya, Thailand, Vietnam, Cina Selatan, Taiwan dan Filipina.
2.2 Antioksidan
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan yang
memiliki berat molekul kecil dan mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi
oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal (Rumiantin, 2011). Radikal
merupakan molekul yang tidak berpasangan dan sangat reaktif. Radikal terbentuk
dalam semua makhluk hidup selama terjadi reaksi oksidasi, hal ini merupakan
metabolisme yang normal. Namun dalam keadaan tertentu seperti adanya tekanan
lingkungan, penyakit, dan serangan patogen, konsentrasi radikal bebas akan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
meningkat di luar tingkat normal. Radikal akan melakukan kerusakan terhadap
organisme terutama DNA dan membran (lipid dan protein), selain itu akan terjadi
kerusakan berantai. Reaksi berantai terjadi ketika radikal bereaksi dengan molekul
lain, sehingga menciptakan sebuah radikal yang baru (Vermerris and Ralph,
2006).
Antioksidan berfungsi untuk menetralisasi radikal bebas, sehingga atom
dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron dan menjadi
stabil. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan
dampak negatifnya. Konsumsi antioksidan dapat menurunkan kejadian penyakit
degenerative, seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis, dan
lain-lain (Winarsi, 2007). Pada produk pangan, antioksidan berperan untuk
mempertahankan mutu dalam berbagai kerusakan. Kerusakan tersebut seperti
ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
fisik lain pada produk pangan (Lulail, 2009).
2.2.2 Jenis Antioksidan
Berdasarkan kelarutanya antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan
larut air (sodium metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C) dan antioksidan larut
lemak (BHT, BHA dan vitamin E) (Ibrani, 2012). Sedangkan berdasarkan
sumbernya, antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan sintetis dan
antioksidan alami. Terdapat lima antioksidan sintetis yang diijinkan untuk
makanan yaitu butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluena (BHT), propil
galat (PG), tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol (vitamin E)
(Rumiantin, 2011).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Selain itu antioksidan juga dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu
antioksidan primer, sekunder, dan tersier. Antioksidan primer atau antioksidan
endogenus atau enzimatis merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan
atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal. Antioksidan primer meliputi
enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.
Mekanisme kerjanya yaitu enzim menghambat pembentukan radikal bebas dengan
cara memutus reaksi berantai (polimerisasi), kemudian mengubahnya menjadi
produk yang lebih stabil (Winarsi, 2007). Sedangkan antioksidan sekunder atau
antioksidan eksogenus atau nonenzimatis merupakan sistem pertahanan preventif
yang terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan
metal, atau dirusak pembentukannya. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkapnya. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, b-karoten,
flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin. Sedangkan antioksidan tersier
meliputi sistem enzim DNA - repair dan metionin sulfoksida reduktase (Winarsi,
2007).
2.2.3 Pengujian Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan terdiri tiga golongan berdasarkan
(Badarinath et al., 2010), golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer
methods (HAT) misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) method
dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity (LPIC) assay. Golongan kedua adalah
Electron Transfer methods (ET) misalnya ferric reducing antioxidant power dan
diphenylpicrylhydrazil (DPPH) free radical scavenging assay. Golongan ketiga
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
adalah metode lain misalnya Total Oxidant Scavenging Capacity (TOSC) dan
chemiluminescence.
DPPH (diphenilpycrylhydrazil) merupakan metode yang umum digunakan
untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan. Metode DPPH banyak dipilih
karena mudah, cepat, peka dan hanya membutuhkan sedikit ekstrak sampel
(Hanani dkk., 2005). Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan
beraktivitas dengan cara mendelokalisasi elektron bebas pada suatu molekul
sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain.
Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang
dapat dikarakterisasi pada pita absorbansi pada panjang gelombang 517 nm
(Andriyanti, 2009). Pada metode ini, larutan DPPH yang berperan sebagai radikal
bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah
menjadi diphenilpycrilhydrazyl yang bersifat non-radikal sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
1. Diphenylpicrylhydrazyl (free radical) 2. Diphenylpicrylhydrazine (non radical)
Gambar 2.2. Diphenylpicrylhydrazyl free radical dan nonradical (Molyneux, 2004)
Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dari metode DPPH
umumnya dibuat dalam bentuk Inhibitor Concentration 50 (IC50) yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan
mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin besar nilai IC50 maka nilai
aktivitas antioksidan akan semakin kecil (Molyneux, 2004). Suatu senyawa
antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC50-nya semakin kecil. Senyawa
antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 0,05
mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang untuk IC50 antara 0,10-
0,15 mg/ml dan lemah jika IC50 bernilai antara 0,150-0,20 mg/ml (Molyneux,
2004).
2.3 Ekstraksi Bahan Aktif
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen atau zat aktif suatu
simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses ekstraksi bertujuan untuk
mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-
komponen aktif (Harborne,1987). Ekstraksi menggunakan pelarut dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu aqueous phase dan organic phase. Ekstraksi aqueous
phase dilakukan dengan menggunakan pelarut air, sedangkan organic phase
menggunakan pelarut organik (Winarno dkk., 1973 dalam Rumiantin 2011). Jenis
pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi adalah pelarut organik (Retnowati,
2006). Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan metode ekstraksi
bertingkat dan ekstraksi tunggal. Ekstraksi bertingkat merupakan cara merendam
sampel dengan pelarut berbeda secara berurutan sesuai tingkat kepolarannya.
Pelarut non polar, semi polar dan pelarut polar yang digunakan sehingga akan
diperoleh ekstrak kasar yang mengandung berturut-turut senyawa non polar, semi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
polar, dan polar. Sedangkan ekstraksi tunggal dilakukan dengan cara merendam
sampel dengan satu jenis pelarut tertentu (Harborne, 1987).
Harborne (1987) mengelompokkan metode ekstraksi menjadi dua, yaitu
ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus. Ekstraksi sederhana meliputi maserasi,
perkolasi, reperkolasi dan diakolasi. Maserasi adalah metode ekstraksi dengan
cara meredam sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan, perkolasi
merupakan metode ekstraksi secara berkesinambungan. Sedangkan reperkolasi
adalah perkolasi dimana hasil perkolasi digunakan untuk melarutkan sampel di
dalam perkulator sampai senyawa kimianya terlarut, dan diakolasi merupakan
perkolasi dengan penambahan tekanan udara. Ekstraksi khusus antara lain
sokletasi, arus balik dan ultrasonik. Sokletasi, yaitu metode ekstraksi secara
berkesinambungan untuk melarutkan sampel kering dengan menggunakan pelarut
bervariasi. Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana
sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan. Selain
itu ada metode ultrasonik, yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan alat yang
menghasilkan frekuensi bunyi atau getaran antara 25-100 KHz.
Secara umum teknik ekstraksi menggunakan pelarut organik dapat
dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan soklet
dan refluks. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan perendaman sampel
yang telah dihancurkan menggunakan pelarut beberapa hari sambil dilakukan
pengadukan, kemudian dilakukan penyaringan atau pengepresan sehingga
diperoleh cairan. Maserasi modern terbuat dari stainless steel atau gelas yang
dilengkapi dengan agitator. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dengan flavor
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
yang baik karena dilakukan tanpa pemanasan sehingga mengurangi kerusakan
komponen aromatik (Lulail, 2009).
2.4 Pelarut
Kandungan senyawa yang terdapat di dalam tanaman dapat ditarik oleh
suatu pelarut saat proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan
faktor penting dalam proses ekstraksi. Jenis dan mutu pelarut yang digunakan
menentukan keberhasilan proses ekstraksi (Harborne, 1987). Proses ekstraksi
dengan pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi.
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol,
butanol dan air. Senyawa non-polar juga hanya akan larut pada pelarut non-polar,
seperti eter, kloroform dan n-heksana (Gritter et al., 1991).
Pelarut non polar (n-heksana, aseton) dapat mengekstrak likopen,
triterpenoid dan sebagian kecil karotenoid, sedangkan senyawa xanthin dan
senyawa polar lainnya akan terekstrak ke dalam pelarut polar (metanol, etanol)
(Arifulloh, 2013). Sedangkan pelarut semi polar mampu menarik senyawa
termasuk likopen, b-karoten, vitamin C, padatan terlarut dan total fenol (Ma’sum
dkk., 2014). Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang
diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan
mudah terbakar (Harborne, 1987).
2.4 Fitokimia
Analisis fitokimia merupakan analisis pada aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara
alamiah dan fungsi biologisnya (Harborne, 1987). Senyawa fenolik merupakan
senyawa yang memiliki satu atau lebih grup hidroksil yang terikat secara langsung
pada sebuah cincin aromatik fenol dalam cincin karbon. Grup hidroksil fenol
dipengaruhi oleh keberadaan cincin aromatik, sehingga hidrogen dari hidroksil
fenolik bersifat labil dan membuat fenol bersifat asam lemah (Wijayanti, 2012).
Berikut merupakan gambar senyawa fenol yang dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Senyawa Fenol (Hardiana dkk., 2012)
Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil. Senyawa fenolik adalah kelompok molekul yang besar dan
beragam, terdiri dari kelompok yang berbeda dari metabolit sekunder aromatik
pada tumbuhan. Fenolik adalah metabolit sekunder paling besar pada tanaman dan
dapat diklasifikasikan ke dalam senyawa tidak larut misal kondensasi tanin,
lignin, asam hidroksisinamat yang terikat dinding sel dan senyawa terlarut misal
asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid dan quinon. Kelompok tersebut terlibat
dalam berbagai proses di dalam tanaman dan hewan (Rispail et al., 2005).
Flavonoid merupakan salah satu kelompok yang mendapat perhatian
khusus karena berperan ganda pada tanaman dan juga dampaknya terhadap
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
kesehatan manusia (Rispail et al., 2005). Flavonoid merupakan senyawa yang
umumnya terdapat dalam tumbuhan yang terikat pada gula sebagai glikosida
(Harborne,.1987). Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa
polifenol, sehingga larutan ekstrak yang mengandung komponen flavonoid akan
berubah warna jika diberi larutan basa atau ammonia. Flavonoid dikelompokkan
menjadi 9 (sembilan) kelas yaitu anthosianin, proanthosianin, flavonol, flavon,
gliko flavon, biflavonil, khalkon dan aurone, flavanon serta isoflavon. Flavonoid
pada tanaman berikatan dengan gula sebagai glikosida dan ada pula yang berada
dalam aglikon (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid merupakan polifenol yang
mempunyai sifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid
merupakan senyawa polar yang dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetilformamida, dan air. Namun,
sebaliknya untuk aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan
flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam
pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Berikut merupakan gambar
2.4. senyawa flavonoid.
Gambar 2.4. Senyawa Flavonoid (Redha, 2010)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna
kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering
ditemukan dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan
pigmen organik yang tidak mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari
berbagai macam pigmen ini membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan
biji tanaman. Pigmen juga bermanfaat bagi manusia dan salah satu manfaat
yang penting adalah sebagai antioksidan (Bhat et al., 2009). Flavonoid
merupakan inhibitor kuat terhadap peroksidasi lipida, sebagai penangkap oksigen
atau nitrogen yang reaktif dan juga mampu menghambat aktivitas enzim
lipooksigenase dan siklooksigenase (Rohman dan Sugeng, 2005). Flavonoid
berperan sebagai antioksidan dengan cara menghambat penggumpalan keping-
keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang berperan melebarkan
pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker (Winarsi, 2007).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Rumput laut kaya akan vitamin, serat kasar, polisakarida, dan polifenol.
Beberapa studi menyatakan manfaat dari polifenol termasuk antioksidan,
antikoagulan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Kim, 2012). Rumput laut
diketahui mengandung antioksidan seperti ascorbat dan glutathione ketika dalam
keadaan segar. Selain itu terdapat metabolisme sekunder seperti karotenoid (α-
dan β-karoten, fukoxantin, astaxantin), mykosporine seperti asam amino
(mikosporin-glisine) dan katesin, galat, plorotanin, dan tokoperol (α, χ-, δ-
tokoperol) (Kim, 2012). Salah satu jenis rumput laut yaitu Halymenia durvillaei
yang masih sedikit penelitian tentang identifikasi senyawa bioaktif seperti
senyawa antioksidan. Rumput laut jenis Halymenia sp. merupakan rumput laut
yang mempunyai masa tanam 15 hari. Pertumbuhan rumput laut Halymenia sp.
selama 15 hari adalah sebesar 105, 67% (Dewi dan Suprabadevi, 2016).
Antioksidan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yaitu antioksidan
sintetis dan alami (Rumiantin, 2011). Antioksidan sintetis antara lain butil
hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), dan propil galat (PG)
(Cahyadi, 2006). Antioksidan sintetis yang digunakan dalam jumlah berlebihan
dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008), sehingga perlu
adanya antioksidan alami. Antioksidan alami dapat diperoleh dari biota laut, salah
satunya yaitu rumput laut (Ling et al., 2013).
Senyawa antioksidan seperti fenolik, polifenol dan flavonoid dapat
menangkal radikal bebas seperti peroksida, hidroperoxida atau lipid peroxil
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
sehingga bisa menghambat mekanisme oksidatif yang menyebabkan penyakit
degeneratif (Ahmed, 2012). Sedangkan senyawa bioaktif pada rumput laut
Halymenia harveyana terdapat pigmen karoten dan klorofil yang berpotensi
sebagai antioksidan (Suryaningrum, 2006). Senyawa bioaktif dapat diperoleh
melalui proses ekstraksi salah satunya yaitu maserasi. Maserasi merupakan cara
merendam sampel dalam pelarut, sehingga pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Maserasi
menggunakan tiga pelarut dengan kepolaran yang berbeda sehingga setiap pelarut
akan menarik senyawa yang berbeda pula. Pelarut non polar berfungsi menarik
kandungan lipid dan minyak yang ada pada suatu bahan sehingga senyawa yang
terkandung dalam bahan akan mudah ditarik oleh pelarut semi polar dan polar.
Keuntungan maserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana dan tanpa
pemanasan sehingga kerusakan analit oleh adanya panas dapat diminimalisir
(Arifulloh, 2013). Proses ekstraksi pada rumput laut Halymenia durvillaei
menggunakan 3 jenis pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-
heksan (non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar). Hal ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari tiga jenis pelarut terhadap kandungan fenolik,
flavonoid serta aktivitas antioksidan yang dihasilkan yang nantinya dapat di
aplikasikan pada makanan, kosmetik maupun obat-obatan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Penelitian
Potensi Hasil Perikanan
Rumput Laut
Komponen bioaktif
Antimikroba Antikanker Antiinflamasi Antioksidan Antiobesitas Antidiabetes
Alami Sintetis
Pengujian
Fenol
Rumput Laut Halymenia durvillaei
Ekstraksi (maserasi)
Non Polar
Flavonoid
Uji Aktivitas Antioksidan
Semi Polar
Polar
Antioksidan terbaik dari ekstrak rumput laut Halymenia durivillaei
Keterangan : = Aspek yang diteliti = Aspek yang tidak diteliti
Kelebihan : Masa tanam Halymenia sp. hanya 15 hari (Dewi dan Suprabadevi, 2016).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2016 di
Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian adalah timbangan, cawan,
kertas saring, blender, kantung plastik, pisau, toples, gelas becker, gelas ukur,
spatula, rotary evaporator, inkubator, aluminium foil, vial, corong, neraca
analitik, tabung reaksi, rak tabung, pipet, mikropipet, lemari es, batang pengaduk,
vortex, desikator, tanur, cawan porselen, spektrofotometer UV VIS.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian ini adalah rumput laut Halymenia durvillaei yang di
ambil di Pantai Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,
Provinsi Bali. Pelarut yang digunakan ekstraksi adalah etanol, etil asetat, n-
heksan. Bahan yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan meliputi ekstrak
kasar etanol, etil asetat, n-heksana, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH),
metanol p.a dan antioksidan vitamin C sebagai standar. Bahan-bahan untuk uji
fenol adalah reagen Folin Ciocalteu 50%, asam galat dan larutan natrium karbonat
2%.. Bahan untuk uji flavonoid ada aluminium klorida 2% dan kuersetin.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif eksploratif (Pramesti, 2013).
Deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena,
dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi
hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto,
2010). Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah DPPH yang
umumnya dibuat dalam bentuk inhibitor concentration 50 (IC50) yaitu konsentrasi
larutan substrat atau sampel yang akan mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%.
Semakin besar nilai IC50 maka nilai aktivitas antioksidan akan semakin kecil
(Molyneux, 2004).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
meliputi variabel bebas yaitu tiga jenis pelarut, variabel terkontrol yaitu rumput
laut dan variabel terikat meliputi kandungan fenol, flavonoid, dan aktivitas
antioksidan. Perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan diuji total fenol, total
flavonoid dan antioksidan Halymenia durvillaei. Terdiri dari tiga ekstrak yang
akan di uji yaitu A yaitu ekstrak yang menggunakan pelarut n-heksan, B
menggunakan etil asetat dan C menggunakan pelarut etanol. Vitamin C digunakan
sebagai standar antioksidan.
4.3.2 Prosedur Kerja
4.3.2.1 Preparasi Sampel
Pengambilan sampel rumput laut Halymenia durvillaei dilakukan di Pantai
Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Rumput laut kemudian dibersihkan dari pasir dan kotoran-kotoran yang
menempel dengan menggunakan air tawar (Putranti, 2013). Rumput laut yang
sudah dibersihkan kemudian dikeringkan selama tiga hari (Rumiantin, 2011).
Pengeringan rumput laut dilakukan dengan cara diangin-anginkan atau tidak
langsung terkena matahari (Alawiyah, 2007). Hal ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan senyawa bioaktif suatu bahan (Putranti, 2013).
4.3.2.2 Analisis kadar air
Analisis kadar air berdasarkan AOAC (2005) adalah cawan porselen yang
akan digunakan untuk menganalisis kadar air dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 105oC selama 1 jam. Cawan porselen tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam desikator hingga beratnya konstan dan kemudian ditimbang beratnya.
Sampel rumput laut sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan porselen
tersebut dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven selama 6 jam. Cawan
poselen berisi sampel yang telah dioven kemudian dimasukkan ke dalam desikator
selama 15 menit atau hingga beratnya konstan, selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air menggunakan formula :
Keterangan : A = Berat sampel rumput laut B = Berat cawan dan sampel C = Berat cawan dan sampel yang telah dioven.
4.3.2.3 Ekstraksi Bahan Aktif
Rumput laut yang telah kering selanjutnya di blender sehingga diperoleh tekstur
yang halus. Berdasarkan (Putranti, 2013) yang dimodifikasi dengan Rohman dan
Sugeng (2005) sampel selanjutnya di maserasi secara bertingkat menggunakan
Kadar Air % = B - C x 100% A
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol dengan perbandingan 1 : 2 (w/v). Ekstraksi
dilakukan untuk menghasilkan ekstrak kasar rumput laut dengan menggunakan
pelarut. Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi bertingkat dengan
menggunakan tiga macam pelarut yang kepolarannya dari terendah yaitu n-heksan
(non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar).
Maserasi atau perendaman dilakukan 3 (tiga) kali sampai filtrat
mendekati bening. Hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring
sehingga dihasilkan filtrat dan residu. Menurut Senja dkk. (2014) proses maserasi
dilakukan selama 3 x 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan. Filtrat yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu
40oC hingga diperoleh ekstrak kasar (crude extract) berupa pasta (Putranti,
2013). Ekstrak kasar yang diperoleh kemudian dilakukan beberapa uji antara lain,
perhitungan rendemen ekstrak, uji fenol, uji flavonoid dan uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH. Berikut merupakan rumus rendeman ekstrak :
% Rendemen = Jumlah berat ekstrak berupa pasta (g) x 100 % Jumlah berat kering (g)
4.3.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak sampel Halymenia durvillaei dilarutkan menggunakan metanol p.a
dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm dan 2000 ppm
(Maulana, 2012). Masing-masing konsentrasi tersebut dipipet 3 ml dan
dicampurkan dengan 1 ml larutan DPPH 100 μM (Putranti, 2013). Campuran
tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 30 menit pada tempat gelap,
kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum 517 nm (Sharma and Tej, 2009). Aktivitas
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % inhibisi. Nilai ini diperoleh
dengan rumus:
%Inhibisi = Absorbansi Blangko – Absorbansi Sampel X 100%
Absorbansi Blangko
Absorbansi dari larutan blanko diukur untuk melakukan perhitungan
persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan 3 ml pelarut metanol
dengan 1 ml larutan DPPH 100 µM dalam tabung reaksi. Setelah didapat nilai
inhibisi dari masing-masing perlakuan, persamaan y = A + Bx ditentukan dengan
perhitungan nilai regresi linear dimana x adalah konsentrasi (µg/ml) dan y adalah
presentase inhibisi (%). Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah menggantikan y
dengan 50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.
Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai
IC50 kurang dari 50 ppm (IC50 < 50 ppm), kuat (50 ppm < IC50 < 100 ppm),
sedang (100 ppm < IC50 < 150 ppm), lemah (150 ppm < IC50 < 200 ppm), dan
sangat lemah (IC50 > 200 ppm) (Putranti, 2013).
4.3.2.5 Uji Kandungan Total Fenolik
Kandungan total fenolik ditentukan menggunakan metode Folin-
Ciocalteau (Conde et al., 1997). Sebanyak 0,1 mL masing-masing larutan ekstrak
dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu
50%. Campuran tersebut divortex, lalu ditambahkan 2 mL larutan natrium
karbonat 2%. Selanjutnya campuran diinkubasi selama 30 menit. Absorbansinya
dibaca panjang gelombang 750 nm. Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
ekuivalen asam galat dalam mg/g sample menurut Kumari and Ram (2015)
menggunakan rumus sebagai berikut :
Ket : T = Total fenol (mg GAE/g sample) C = konsentrasi (mg/ml) M = berat ekstrak dalam metanol (g) V = volume ekstrak (ml)
4.3.2.6 Uji Kandungan Total Flavonoid
Kandungan total flavonoid ditentukan menurut metode Meda et al. (2005).
Sebanyak 1 mL masing – masing larutan ekstrak dimasukkan dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan 2 mL aluminium klorida 2%. Campuran tersebut
divorteks, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.
Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/g
sample menurut Kumari and Ram (2015) menggunakan rumus sebagai berikut :
Ket : T = Total fenol (mg GAE/g sample) C = konsentrasi (mg/ml) M = berat ekstrak dalam metanol (g) V = volume ekstrak (ml)
4.4 Paramater Pengamatan
4.4.1 Paramater Utama
Parameter utama pada penelitian ini adalah aktivitas antioksidan,
kandungan total fenol, dan kandungan total flavonoid.
4.4.2 Paramater Pendukung
Parameter pendukung digunakan untuk melengkapi data dari parameter
utama. Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah rendemen dan kadar air
yang dihasilkan.
( C x V ) T = M
( C x V ) T = M
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
4.5 Analisis Data
Pengolahan data IC50 yang menunjukkan kekuatan aktivitas antioksidan
dijelaskan secara deskriptif berdasarkan penggolongan kekuatan antioksidan
menurut Molyneux (2004). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.6
Gambar 4.1. Diagram Alir Penelitian
Dicuci dan di keringkan
Ekstraksi menggunakan 3 pelarut secara bertingkat
Dihaluskan menggunakan blender
Evaporasi pada suhu 400 C
Analisis Data dan Kesimpulan
Ekstraksi selama
3x24 jam
Rumput laut Halymenia durvillaei
Uji kadar
air
Ekstrak etil asetat
Uji total fenol Uji total flavonoid Uji aktivitas antioksidan
Ekstrak n-heksan
Ekstrak etanol
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei Aktivitas antioksidan dari rumput laut Halymenia durvillaei menggunakan
tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan ditandai dengan nilai IC50,
dan vitamin C digunakan sebagai standar. Hasil IC50 dapat dilihat pada table 5.1.
Tabel 5.1. Hasil IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei.
Jenis Ekstrak IC50 (ppm)±SD Standar Baku IC50 (ppm)±SD
A 1280,79 ± 118,57 Vitamin C 1,55 ± 0,16
B 1250,52 ± 61,40
C 1024,57 ± 171,38
Keterangan : Ekstrak A merupakan ekstrak menggunakan pelarut n-heksan, B menggunakan pelarut etil asetat, C menggunakan pelarut etanol dan standar baku menggunakan vitamin C.
5.1.2 Kandungan Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei
Kandungan total fenol ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu, dan
dinyatakan dalam ekuivalen asam galat. Sedangkan kandungan total flavonoid
ditentukan dengan metode aluminium klorida kolorimetri yang dinyatakan dalam
ekuivalen kursetin. Hasil menunjukan ekstraksi menggunakan etanol memiliki
kandungan total fenol dan flavonoid terbesar dibandingkan ekstrak etil asetat dan
n-heksan. Berikut merupakan tabel 5.2 hasil total fenol dan flavonoid, untuk
perhitungan total fenol dan flavonoid dapat dilihat pada Lampiran. Kandungan
total fenol yang diekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda, berkurang seiring
dengan menurunnya tingkat kepolaran pelarut (Andayani dkk., 2008).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Tabel 5.2 Total Fenol dan Flavonoid Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei (Rata-rata ± SD) Jenis Ekstrak Total fenol (mg GAE/g
sample) Total flavonoid (mg QE/g sample)
A 1,5870 ± 1,23 0,1554 ± 0,22
B 12,2653 ± 1,55 0,5338 ± 0,44
C 23,6216 ± 2,29 1,7929 ± 0,6
Keterangan : Ekstrak A merupakan ekstrak menggunakan pelarut n-heksan, B menggunakan pelarut etil asetat dan C menggunakan pelarut etanol.
5.1.3 Kadar Air Rumput Laut Halymenia durvillaei
Kadar air rumput laut Halymenia durvillaei dihitung berdasarkan berat
yang hilang yaitu selisih berat awal dengan berat akhir. Pengujian kadar air
dilakukan dengan menimbang beberapa bahan dan di oven selama 5 jam. Hasil
perhitungan menunjukkan kadar air simplisia rumput laut Halymenia durvillaei
adalah sebesar 20,7675 %.
5.1.4 Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei Nilai rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei dengan berbagai
pelarut, terdapat tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan. Pelarut
etanol mampu menghasilkan rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei
tertinggi dibandingkan dengan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hasil rendemen
ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei dapat dilihat pada Gambar 5.1.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
5.1. Hasil rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei
Hasil rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei diperoleh dari selisih
berat ekstrak dengan berat simplisia rumput laut Halymenia durvillaei. Berat
simplisia awal rumput laut Halymenia durvillaei adalah 200 gr.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada rumput laut
Halymenia durvillaei terdapat aktivitas antioksidan pada perlakuan yang
diberikan. Pelarut etanol menunjukkan nilai IC50 sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm
lebih tinggi dibandingkan menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei memiliki senyawa
bioaktif lebih banyak bersifat polar dibandingkan semipolar dan non polar.
Sedangkan persen inhibisi ekstrak Halymenia durvillaei semakin tinggi pada
konsentrasi yang tinggi pula (Lampiran 4). Nurhayati (2009) menyatakan semakin
tinggi konsentrasi ekstrak, maka persentase penghambatan ekstrak terhadap
aktivitas radikal bebas DPPH semakin tinggi. Sedangkan aktivitas antioksidan
0,4142
0,1085
0,02080
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Etanol Etil asetat n-heksan
Rendemen Ekstrak (%)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
vitamin C yaitu 1,55 ppm, lebih kuat dibandingkan semua ekstrak Halymenia
durvillaei. Vitamin C merupakan antioksidan kuat yang mampu menjaga
kesehatan sel, meningkatkan penyerapan asupan zat besi, dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh (Kumalaningsih, 2006). Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja
sebagai donor elektron dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa
logam Cu, serta mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel
netrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin C mampu menghilangkan
senyawa oksigen reaktif dan mencegah terjadinya LDL teroksidasi (Levine et al.,
1995). Aktivitas antioksidan dinyatakan sangat kuat apabila IC50 yang dihasilkan
yaitu kurang dari 50 ppm, sedangkan sangat lemah apabila lebih dari 200 ppm.
Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi
(Molyneux 2004). Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan
apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya ditandai
dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat (Moluneux 2004). Senyawa
antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom
hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke
kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm (Aranda et al., 2009).
Perubahan warna yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Gambar. 5.2 Perubahan warna pada ekstrak
Perubahan warna ungu menjadi kuning terjadi pada konsentrasi 1000 dan
2000 ppm, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani dkk.
(2008) yang menyatakan pada konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan
aktivitas antioksidan lebih tinggi pula. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
persentase penghambatan radikal bebas cenderung semakin besar. Hal ini diduga
karena pada konsentrasi tertinggi, jumlah ekstrak yang digunakan paling banyak
sehingga ekstrak lebih efektif untuk menangkap molekul radikal bebas
(Dwihandita, 2009).
Perubahan warna ini membuktikan bahwa ekstrak kasar rumput laut
Halymenia durvillaei memiliki aktivitas antioksidan meskipun pada konsentrasi
yang tinggi. Aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei
tergolong sangat lemah yaitu lebih dari 200 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan ekstrak Halymenia durvillaei dalam menghambat 50% radikal bebas
sangat lemah dibandingkan dengan kemampuan vitamin C. Terdapat beberapa
jenis rumput laut lain yang mempunyai IC50 sangat lemah salah satunya yaitu
Euchema spinosum yang mempunyai IC50 3315,60 ppm pada pelarut metanol pa
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
(Maulana, 2012), rumput laut S. cristaefolium pada pelarut metanol IC50 yang
diperoleh sebesar 1603 ppm (Rohimat dkk., 2014), S. aquifolium yang
mempunyai IC50 1170 ppm dengan pelarut etil asetat, S. duplicatum mempunyai
IC50 sebesar 3798,4 ppm pada pelarut n-heksan (Widowati et al.,2013) dan
P.austalis menggunakan pelarut etil asetat 1160,21 ppm (Podungge, 2012).
Berdasarkan penelitian Husni dkk. (2014) aktivitas antioksidan yang
lemah pada rumput laut disebabkan karena ekstrak yang diuji masih berupa
campuran berbagai senyawa, sedangkan vitamin C merupakan senyawa murni.
Selain kandungan senyawa di dalamnya menurut Budhiyanti et al. (2012), metode
ekstraksi, musim, lokasi dan spesies yang digunakan dalam penelitian akan
mempengaruhi kandungan fenol dan aktivitas antioksidan dari suatu bahan. Selain
itu, suhu pengeringan bahan yang lebih dari 50oC akan menyebabkan menurunnya
aktivitas antioksidan secara signifikan (Azizah et al. 1998). Metode untuk
mengetahui aktivitas antioksidan juga berpengaruh, berdasarkan penelitian
Matanjun et al. (2007) aktivitas antioksidan rumput laut Halymenia durvillaei
menggunakan metode TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Activity) dan FRAP
(Ferric Reducing Antioxidant Power) memberikan hasil sebesar 1,67 ± 0,04
mM/mg dan 182,29 ±13,35 mM/mg yang menunjukkan kemampuan menangkal
radikal bebas sangat lemah.
5.2.2 Total Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei
Kandungan fenol dan flavonoid dalam bahan mempengaruhi aktivitas
antioksidan yang ada didalamnya. Selain sebagai antioksidan, flavonoid juga
mempunyai aktivitas sebagai enzim dan memproduksi sistem sel, antitumor,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
pelindung hati, serta antiinflamasi. Flavonoid juga mempunyai komponen
formulasi antiacne dan sebagai inhibitor lipase (Ruiz et al., 2005). Penelitian
kandungan fenol pada rumput laut Halymenia durvillaei didapatkan hasil tertinggi
pada ekstrak menggunakan pelarut etanol yaitu 23,6216 ± 2,29 mg GAE/g
sample. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne (1987), senyawa fenol
cenderung larut dalam pelarut polar. Komponen fenol larut air pada umumnya
dapat diekstrak dengan etanol, metanol, air dan aseton (Markham dan Bloor
1998). Etanol mempunyai polaritas yang mendekati polaritas fenol pada tanaman
sehingga dapat digunakan sebagai pelarut pada ekstraksi. Selain itu etanol
merupakan pelarut alkohol yang paling aman diantara yang lain karena diperoleh
dari sumber biologis dengan proses fermentasi dan termasuk dalam kategori
GRAS (Generraly recognized as safe) (Saxena et al. 2011).
Total fenol pada Halymenia durvillaei hampir sama dengan penelitian
Matanjun et al. (2008) yaitu sebesar 18,90±1,03 mg PGE/g ekstrak. Kandungan
senyawa fenol pada bahan berperan menentukan adanya kandungan antioksidan
pada bahan tersebut (Susanti 2008). Sehingga pada penelitian ini total fenol
berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan yang tertinggi yaitu menggunakan
pelarut etanol.
Sedangkan total flavonoid ekstrak Halymenia durvillaei adalah 1,7929 ±
0,6 mg QE/g sample pada pelarut etanol. Hal ini disebabkan flavonoid
mengandung gugus gula sebagai glikosida, sehingga bersifat polar dan umumnya
larut pada pelarut polar (Markham, 1988). Polifenol dapat bersifat sebagai
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
antioksidan karena mampu mendonorkan atom hidrogen, menangkap radikal
bebas, dan sebagai pengikat logam (Lee et al., 2004).
5.2.3 Nilai Rendemen Rumput Laut Halymenia durvillaei
Selain aktivitas antioksidan tertinggi pada pelarut etanol, rendemen
tertinggi juga diperoleh pada ekstrak pelarut etanol. Rendemen pada pelarut etanol
yaitu sebesar 0,4142 %. Pelarut etanol merupakan pelarut polar yang
dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel, selain
itu pelarut polar juga mudah menguap sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak
(Andayani dkk., 2008). Pelarut polar atau etanol sebagai pelarut yang digunakan
di akhir ekstraksi dapat menarik semua komponen aktif yang tertinggal pada
ekstraksi sebelumnya, sehingga rendemen ekstrak etanol lebih besar dibandingkan
pelarut yang lain (Nurhayati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Suryanto
dkk. (2008) proses ekstraksi beberapa tanaman herbal menggunakan pelarut yang
berbeda menghasilkan rendemen terbanyak pada pelarut yang bersifat polar.
Penentuan rendemen berfungsi untuk mengetahui kadar metabolit sekunder yang
terbawa oleh pelarut, namun tidak dapat menentukan jenis senyawanya
(Ukieyanna, 2012). Selain dipengaruhi pelarut, rendemen juga dipengaruhi oleh
kadar air yang ada pada suatu bahan. Ekstraksi yang dilakukan pada bahan kering
menghasilkan rendemen lebih banyak dibandingkan bahan yang segar. Hal itu
disebabkan adanya sel yang mengalami kerusakan atau pecah dan kandungan
airnya sangat rendah, sehingga ekstraksi dengan pelarut organik menjadi mudah
dan memberikan hasil rendemen lebih banyak (Drastinawati, 2005).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Pada penelitian ini kadar air yang dihasilkan yaitu 20,7679 %, hal ini
sesuai dengan penelitian Dwihandita (2009) pada rumput laut Caulerpa racemosa
yang menghasilkan kadar air sebesar 19,48%. Tingginya kadar air dalam suatu
bahan mempengaruhi adanya bakteri, kapang, dan khamir tumbuh berkembang
biak sehingga dapat mengalami kebusukan dan mempengaruhi proses ekstraksi
(Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian
Dwihandita (2009) kadar air bahan yang dikeringkan dengan udara harusnya 10-
20%. Penelitian lain menyebutkan bahwa kadar air simplisia rumput laut yaitu
sebesar 20-30 % (Aulanni’am dkk.,2011). Kadar air yang lebih rendah pada
penelitian ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan saat penjemuran sehingga
memperbesar penguapan kandungan air. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan,
aliran udara, dan tekanan uap yang di udara (Winarno dkk., 1980). Menurut
Bassey et al. (2011) adanya kadar air bahan suatu makanan berfungsi sebagai
indeks yang berguna untuk menjaga kualitas, kerentanan terhadap infeksi, jamur,
dan kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa simpan dari suatu bahan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut
Halymenia durvillaei maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei menggunakan
tiga jenis pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan sangat lemah yaitu lebih dari
200 ppm.
2. Aktivitas antioksidan atau IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei
terbaik diperoleh pada pelarut etanol yaitu sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm, hal
ini sebanding dengan total fenol dan total flavonoid yang tinggi pula.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian aktivitas antioksidan ekstrak
rumput laut Halymenia durvillaei dengan berbagai metode tidak hanya
metode DPPH.
2. Peneliti diharapkan dapat mengaplikasikan ekstrak rumput laut Halymenia
durvillaei baik dalam bidang pangan maupun non pangan.
3. Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian aktivitas yang lain pada
rumput laut Halymenia durvillaei, semisal aktivitas antibakteri.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, R. 2012. In-Vitro Determination Of Antioxidant Capacity For Methanolic Extract Of Amaranthus Gangeticus, Spinacia Oleracea L, And Ipomoea Aquatica By DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) Free Radical Scavenging Assay. Skripsi. Department Of Pharmacy East West University.
Alawiyah, L. 2007. Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa Lam.) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 4.
Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar Fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13 (1): 1-9.
Andriyanti, R. 2009. Ekstraksi Senyawa Aktif Antioksidan dari Lintah Laut
(Discodoris sp.) Asal Perairan Kepulauan Belitung. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aranda, RS., Luis APL, JL Arroyo, BAA Garza, NW de Torres. 2011. Antimicrobial and Antioxidant Activities of Plants from Northeast of Mexico. Article. Mexico. Vol. 2011.
Arifulloh. 2013. Ekstraksi Likopen dari Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Berbagai Komposisi Pelarut. Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of Official Analytical of Chemist. The Association of Official Analytical Chemist, Inc. Arlington.
Aulanni’am., Anna R, N L Rahmah. 2011. Potensi Fraksi Etanol dan Etil Asetat Rumput Laut Coklat (Sargassum duplicatum Bory) Terhadap Penurunan Kadar Malondialdehid dan Perbaikan Gambaran Histologis Jejunum Usus Halus Tikus IBD (Inflammatory Bowel Disease). Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan Vol.4, No. 1. Universitas Brawijaya. Malang.
Azizah AH, Ruslawati NMN, Tee TS. 1998. Extraction and characterization from
antioxidant of cocoa by-product. Journal of Food Chemistry. 64: 199-202. Badarinath A.V., K Mallikarjuna, C M S Chetty, S Ramkanth, T V S Rajan, K
Gnanaprakash. 2010. A Review On In-Vitro Antioxidant Methods:
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Comparisions, Correlations And Considerations. Journal Pharmacy Technology Research, India. 2(2):1276-1285.
Bassey SCO, Eteng MU, Eyong EU, Ofem OE, Akunyoung EO, Umoh IB. 2011. Comparative nutritional and biochemical evaluation of Ergeria radiata (clams) and Pomecia palludosa (gastropods). Res J Agric Biol Sci. 7(1): 98- 104.
Bhat, S V., B A Nagasampagi, M Sivakumar. 2009. Chemistry of Natural
Products. Springer Berlin Heidelberg New York. pp 585.
Budhiyanti, S.A., S. Raharjo, D.W. Marseno and I.Y.B. Lelana, 2012. Antioxidant activity of brown algae Sargassum species extracts from the coastline of java island. Am. J. Agric. Biol. Sci., 7: 337-346.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal 120.
Conde, E.F., M.C.Cadahia, Garcia-Vallejo, B.F.D. Simon and J.R.G. Adrados.1997. Low Molecular Weight Polyphenol in Cork of Quercus Suber. J. Agric. Food Chem. 45:2695-2700.
Demirel, Z., F F Y Koz, U N K Yavasoglu, G Ozdemir and A Sukatar. 2009. Antimicrobial And Antioxidant Activity Of Brown Algae From The Aegean Sea. Jurnal of the Serbian Chemical Society. Department of Pharmaceutical Microbiology, Izmir, Turkey
De Smedt G., O De Clerckt., F Leliaert, E Coppejans and L M Liao. 2001. Morphology and systematics of the genus Halymenia C. Agardh (Halymeniales, Rhodophyta) in the Philippines. Nova Hedwigia 73 3-4 293-322 Stuttgart. Ghent University, K.L.Ledeganckstraat.
Dewi, A P W K dan S A Saraswati. 2016. Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Kutuh, Badung, Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Badung. J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016).
Drastinawati Y. 2005. Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari daun tanaman tutup bumi. Jurnal Sains dan Teknologi. 4: 16-19.
Dwihandita, N. 2009. Perubahan Kandungan Antioksidan Anggur Laut (Caulerpa Racemosa) Akibat Pengolahan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
FAO. 1998. Species Identification Guide for Fishery Purposes The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific Volume 1 Seaweeds, Corals, Bivalves And Gastropods. Roma.
Firdaus, M. 2011. Aktivitas Antioksidan Ekstrak RumputLaut Coklat (Sargassum echinocarpum) sebagai Pencegah Disfungsi Sel Endotelium Aorta Tikus Diabetes Melitus. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Gritter, R J., J M Bobbitt, A E Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung. Penerbit ITB. Hal 82-84.
Harborne J B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung. Penerbit ITB.
Hanani E., M Abdul, S Ryany. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Universitas Indonesia Depok. 2(3):127-133.
Hardiana, R., Rudiyansyah, T A Zaharah. 2012. Aktivitas Antioksidan Senyawa Golongan Fenol Dari Beberapa Jenis Tumbuhan Famili Malvaceae. Universitas Tanjungpura. Volume 1 (1). Hal 8-13 Issn 2303-1077.
Huliselan, Y M., M R J Runtuwene, dan D S. Wewengkang. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan dari Daun Sesewanua (Clerodendron Squamatum Vahl.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Unsrat. Manado. 4(3): 155-163.
Husni, A., D R. Putra, dan I Y B Lelana. 2014. Aktivitas Antioksidan Padina sp. Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol. 9 No. 2
Ibrani, M F. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Antiaging yang Mengandung Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Ekstensi Departemen Farmasi. Depok.
Kim M S, Kim J Y, Choi W H And Lee S S. 2008. Effects Of Seaweed Supplementation On Blood Glucose Concentration, Lipid Profile, And Antioxidant Enzyme Activities In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus. Nutr. Res. Pract., 2, 62–67.
Kim, Se-Kwon. 2012. Handbook of Marine Macroalgae Biotechnology and
Applied Phycology Pukyong National Universit. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2014. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2014. Pusat Data, Statistik, dan Informasi Sekretariat Jenderal, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. hal. 37.
Kusriningrum R S. 2015. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 31-51.
Kumar, P S., Sucheta S, Deepa. V.S, Selvamani P, dan Latha S. 2008. Antioxidant Activity In The Some Selected Indian Medical Plants. African Journal of Biotechnology. 7(12): 1826–1828.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Kumari, A., Ram A S. 2015. Estimation of Total Phenol, Flavonoid Contents and DPPH Free Radical Scavenging Activity of Oxalis corniculata Linn. International Journal of Biological and Pharmaceutical Research. University of Rajasthan. India. 6(3):178-181.
Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Surabaya. Trubus Agrisarana.
Langoy, M L D., Saroyo, F N J Dapas, D Y Katili, S B Hamsir. 2011. Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Sains. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Ling, A L M., S Md Yasir, P Matanjun and M F A Bakar. 2013. Antioxidant
Activity, Total Phenolic and Flavonoid Contents of Selected Commercial Seaweeds of Sabah, Malaysia. International Journal of Pharmaceutical and Phytopharmacological Research (eIJPPR). Malaysia. ISSN 2249-6084.
Lee, J., Koo, N., & Min, D.B. 2004. Reactive oxygen species, aging, and antioxidative nutrceuticals. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. 3: 21–33.
Levine, M., K R Dhariwal, RW Welch, Y Wang, dan J B Park. 1995.
Determination of Optimal Vitamin C Requirements in Humans. The American Journal of Clinical Nutrition. 62 (Suppl): 1347S-1356S
Lulail, J. 2009. Kajian Hasil Riset Potensi Antioksidan Di Pusat Informasi Teknologi Pertanian Fateta IPB Serta Aplikasi Ekstrak Bawang Putih, Lada Dan Daun Sirih Pada Dendeng Sapi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Maulana, A. 2012. Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Euchema spinosum. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Markham, K R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 15.
Ma’sum J., Isnaini, R Primaharinastiti, F Annuryanti. 2014. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Aseton Tomat Segar Dan Pasta Tomat Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Vol.1 No.2.
Matanjun, P., S Mohamed, NM Mustapha, K Muhammad dan CH Ming. 2007.
Antioxidant activities and phenolics content of eight species of seaweeds from north Borneo. Springer. J Appl Phycol (2008) 20:367–373.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Muchtadi T, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: Alfabeta.
Meda, A., Charles E L, M Romito, J Millogo. O G Nacoulma. 2005.
Determination of the total phenolic, flavonoid and proline contents in Burkina Fasan honey, as well as their radical scavenging activity. Food Chemistry. Universite´ de Ouagadougou, 01 BP 7021 Ouaga 01, Burkina Faso. 91 (2005) 571–577.
Molyneux, P. 2004. The Use Of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) For Estimating Antioksidan Activity. Journal Science Technology. 26(2):211- 219.
Nurhayati, T., Ditha Aryanti, Nurjanah. 2009. Kajian Awal Potensi Ekstrak Spons sebagai Antiosidan Preliminary Study of Sponge Extract as Antioksidan. Jurnal Kelautan Naasional. IPB. Vol 2.
Putranti, R I. 2013. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara. Tesis. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Undip. Semarang.
Purnama, R., Melki, Wike Ayu EP, Rozuwan. 2011. Potensi Ekstrak Rumput Laut Halimeda renchii dan Euchema cottonii sebagai Antibakteri Vibrio sp. Maspari Journal 02 (2011) 82-88. Universitas Sriwijaya.
Pramesti, R. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa serrulata dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil ). Ejournal Buletin Oseanografi Marina. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Undip. Semarang. vol. 27 – 15.
Pratama, D M., K M Yuliawati, R A Kodir. 2015. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Rumput Laut Sargassum duplicatum J.G Agardh dari Pantai Ujung Genteng. Prosiding Penelitian UNISBA. Bandung. ISSN 2460-6472.
Podungge, F. 2012. Kandungan Fenol, Senyawa Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Padina australis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rispail, N., P Morris., K Judith Webb. 2005. Phenolic Compound : Extraction and Analysis. UK. Lotus Japonicus Handbook.
Rhimou, B., R Hassane, B Nathalie. 2013. Antioxidant Activity of Rhodophyceae Extracts From Atlantic and Mediterranean Coasts of Morocco. African Journal of Plant Science Vol. 7(3).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Rumiantin, R O. 2011. Kandungan Fenol, Komponen Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Lamun Enhalus acoroides. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, and Sso L. 2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponins, flavonoids and alkaloids. J Biosci. Biotechnol. Biochem. 63:539-560.
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196 – 202. Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak.
Retnowati, A. 2006. Karakteristik Emulsifieip Dari Otak Sapi Yang Dekstrak Dengan Imenggunakan Felarut Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rohman, A., S Riyanto. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) Secara In Vitro. Majalah Farmasi Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Rohimat., Ita W, Agus T. 2014. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput
Laut Coklat (Turbinaria conoides Dan Sargassum cristaefolium) yang Dikoleksi dari Pantai Rancabuaya Garut Jawa Barat. Journal Of Marine Research. Universitas Diponegoro. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Hal. 304-313.
Saxena DK, Sharma SK, Shambi SS. 2011. Comparative extraction of cottonseed
oil by n-hexane and etanol. Journal of Enginering and Applied Science 6 (1): 84-89.
Senja, R M., E Issusilaningtyas, A K Nugroho, E P Setyowati. 2014.
Perbandingan Metode Ekstraksi dan Variasi Pelarut terhadap Rendemen dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. rubra. Traditional Medicine Journal. Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sharma, Om P., Tej K B. 2009. Analytical Methods DPPH Antioxidant Assay Revisited. Food Chemistry 113 (2009) 1202–1205.
Suryaningrum, Th. Dwi., T Wikanta., dan H Kristiana. 2006. Uji Aktivitas
Senyawa Antioksidan dari Rumput Laut Halymenia harveyana dan Eucheuma cottonii. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 1.
Suryanto E, Wehantou F, Raharjo S. 2008. Aktivitas penstabilan senyawa oksigen reaktif dari beberapa herbal. Jurnal Obat Bahan Alam 7(1):62-68.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Susanti DY. 2008. Efek suhu pengeringan terhadap kandungan fenolik dan kandungan katekin ekstrak daun kering gambir. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta. 1-13
Suparmi., A Sahri. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut : Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Sultan Agung Vol Xliv No. 96.
Ukieyanna, E. 2012. Aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavanoid total
tumbuhan suruhan (Peperomia pellucid L. Kunth). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Vermerris, W., R Nicholson. 2006. Phenolic Compound Biochemistry.
Netherlands. Publish by Springer.
Widowati, I., A. B. Susanto, M. Puspita, V. Stiger-Pouvreau and N. Bourgougnon. 2013. Potentiality of Using Spreading Sargassum Species from Jepara, Indonesia as an Interesting Source of Antibacterial and Antioxidant Compound : A Preliminary Study. 21st International Seaweed Symposium. International Seaweed Association Council, Bali, pp. 118.
Winarno, F G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta. Hal 107.
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanasius.
Yogyakarta.
Wijayanti, I. 2012. Pengaruh Penambahan Komponen Fenolik Teroksidasi Terhadap Karakteristik Gel Surimi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Yuan, H., J Song, X Li, Ning Li, Song Liu. 2010. Enhanced Immunostimulatory And Antitumor Activity Of Different Derivatives Of Κ-Carrageenan Oligosaccharides From Kappaphycus striatum. Institute Of Oceanology, Chinese Academy Of Sciences, Qingdao 266071, People’s Republic Of China. Springer Science+Business Media B.V. J Appl Phycol (2011) 23:59–65.
Zubia, M., D Robledo, Y F Pelegrin. (2007). Antioxidant Activities In Marine
Macroalgae From The Coasts Of Quintana Roo And Yucatan, Mexico. Journal Of Applied Phycology.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei % Rendemen Ekstrak etanol = 0,8284 gr x 100% 200 gr = 0,4142 % % Rendemen Ekstrak etil asetat = 0,2171 gr x 100% 200 gr = 0,1085 % % Rendemen Ekstrak n-heksan = 0,0416 gr x 100% 200 gr = 0,0208 % Lampiran 2. Perhitungan Total Fenol
Kurva standart asam galat
y = 0,004x + 0,012R² = 0,994
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0 10 20 30 40 50 60
asam galat
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Data Perhitungan Total Fenol
Pelarut Absorban C (mg/ml) V (ml) M (gr)
T (mg GAE/g sample Rata-rata SD
Etanol 0,053 9,7619 5 0,0021 23,2461 23,6216 2,290704 0,058 10,9523 5 0,0021 26,0769 0,05 9,0476 5 0,0021 21,5419 etil 0,035 5,4761 5 0,0022 12,4456 12,2653 1,551569 0,038 6,1904 5 0,0022 14,069 0,031 4,5238 5 0,0022 10,2813 n-heksan 0,013 0,238 5 0,002 0,595 1,587067 1,23912 0,014 0,4761 5 0,002 1,1902 0,017 1,1904 5 0,002 2,976
Lampiran 3. Perhitungan Total Flavonoid Kurva Standart Kuersetin Data Perhitungan Total Flavonoid
Pelarut Absorban C (mg/ml) V (ml) M (gr) T Rata-rata SD
etanol 0,043 0,632124 5 0,0021 1,505057982 1,792911 0,608547 0,042 0,580311 5 0,0021 1,381692573 0,051 1,046632 5 0,0021 2,491981248 Etil 0,031 0,010363 5 0,0022 0,023551578 0,533836 0,445824 0,037 0,321244 5 0,0022 0,730098917 0,038 0,373057 5 0,0022 0,847856806 n-heksan 0,031 0,010363 5 0,002 0,025906736 0,15544 0,224359 0,031 0,010363 5 0,002 0,025906736 0,034 0,165803 5 0,002 0,414507772
y = 0,019x + 0,030R² = 0,998
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 10 20 30 40 50 60
Kuersetin
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Lampiran 4. Perhitungan IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei
Ekstrak
Ulangan
IC50
SD 1 2 3
Etanol
31,3588 28,223 27,5261 1024,576
171,3893
12,1951 40,7665 39,3728 42,5087 40,7665 50,871 36,5853 63,4146 62,0209 74,9128 72,4738 75,9581
Etil asetat
12,8571 13,5714 27,5 1250,523
61,4006
20,7142 20 16,7857 38,2142 40 42,1428 51,0714 51,7857 46,4285 64,6428 68,2142 75
n-Heksan
30,84746 38,98305 38,98305 1280,796
118,5782
35,25424 41,69492 40,67797 37,9661 44,74576 43,38983
39,32203 50,16949 46,77966 61,69492 55,25424 63,72881
Vitamin C (standar)
44,8413 44,4444 44,0476 1,55
0,16
59,5238 52,7778 56,3492 70,6349 71,4286 73,0159 82,5397 82,1429 82,5397 90,4762 90,4762 95,2381
Kurva Regresi IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 1
y = 0,029x + 12,67R² = 0,779
01020304050607080
0 500 1000 1500 2000 2500
Etanol
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 2
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 3
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 1
y = 0,024x + 26,79R² = 0,847
0
20
40
60
80
100
0 500 1000 1500 2000 2500
Etanol
y = 0,026x + 27,24R² = 0,900
0
20
40
60
80
100
0 500 1000 1500 2000 2500
Etanol
y = 0,029x + 10,94R² = 0,877
01020304050607080
0 500 1000 1500 2000 2500
Etil asetat
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 2
Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 3
Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 1
y = 0,031x + 10,41R² = 0,891
01020304050607080
0 500 1000 1500 2000 2500
Etil asetat
y = 0,030x + 13,84R² = 0,886
01020304050607080
0 500 1000 1500 2000 2500
Etil asetat
y = 0,017x + 25,26R² = 0,970
0
10
20
30
40
50
60
70
0 500 1000 1500 2000 2500
n-Heksan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 2
Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 3
Kurva vitamin C sebagai standar
y = 5,248x + 40,96R² = 0,976
0
20
40
60
80
100
0 2 4 6 8 10 12
Vitamin C
y = 0,014x + 33,56R² = 0,981
0
10
20
30
40
50
60
70
0 500 1000 1500 2000 2500
n-Heksan
y = 0,009x + 37,75R² = 0,926
0
10
20
30
40
50
60
0 500 1000 1500 2000 2500
n-Heksan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Pencucian bahan Pengeringan bahan
Filtrat hasil ektraksi n-heksan, etil asetat dan etanol
Proses rotary Ekstrak rumput laut Proses pengenceran
Pembacaan dengan Spektrofotometer