SKRIPSI - · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang...

27
Berikut saya sajikan contoh penelitian, silakan di baca dan jawab pertanyaan berikut ini sesuai dengan isi penelitian, jawaban dikumpulkan pada hari jumat jam 08.00 wib. 1. apa variabel bebas dalam penelitian ini ................ 2. apa variabel terikat pada penelitian dalam penelitian ini ................ 3. dilihat dari tujuan khusus penelitian maka desain yang digunakan pada penelitian ini komparatif ataukah korelasi .................... 4. Hipotesa pada penelitian ini bunyinya adalah ................. 5. Jelaskan mengenai desain penelitian pre eksperimental one group pretest post ..... 6. Apa perbedaan populasi dengan sampel................... 7. Mengapa disampel perlu ada kriteria inklusi ................. 8. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. a. Jelaskan mengenai pengertian sampling ................. b. Jelaskan mengenai dan teknik sampling purposive sampling...................... 9. Jelaskan konsep mengenai variabel penelitian .................... 10.Ada berapa variabel yang diteliti pada penelitian ini ..................... 11.Jelaskan pengertian kerangka konseptual..... 12.Pada penelitian ini variabel dependen menggunakan data ordinal, mengapa.......... 13. Pada penelitian ini apakah sudah benar menggunakan uji statistik wilcoxon, kalo benar apa alasanya kalo salah apa alasanya................ 14. Komponen apa saja yang harus ada di pembahasan dan jelaskan............... 15.Dari hasil pengujian statistik menggunakan uji Wilcoxon signed rank test, diperoleh p = 0.000 dengan pvalue 0,005, apa artinya ......................... SKRIPSI

Transcript of SKRIPSI - · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang...

Page 1: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

Berikut saya sajikan contoh penelitian, silakan di baca dan jawab pertanyaan berikut ini

sesuai dengan isi penelitian, jawaban dikumpulkan pada hari jumat jam 08.00 wib.

1. apa variabel bebas dalam penelitian ini ................

2. apa variabel terikat pada penelitian dalam penelitian ini ................

3. dilihat dari tujuan khusus penelitian maka desain yang digunakan pada penelitian

ini komparatif ataukah korelasi ....................

4. Hipotesa pada penelitian ini bunyinya adalah .................

5. Jelaskan mengenai desain penelitian pre eksperimental one group pretest post .....

6. Apa perbedaan populasi dengan sampel...................

7. Mengapa disampel perlu ada kriteria inklusi .................

8. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan

menggunakan purposive sampling.

a. Jelaskan mengenai pengertian sampling .................

b. Jelaskan mengenai dan teknik sampling purposive

sampling......................

9. Jelaskan konsep mengenai variabel penelitian ....................

10. Ada berapa variabel yang diteliti pada penelitian ini .....................

11. Jelaskan pengertian kerangka konseptual.....

12. Pada penelitian ini variabel dependen menggunakan data ordinal, mengapa..........

13. Pada penelitian ini apakah sudah benar menggunakan uji statistik wilcoxon,

kalo benar apa alasanya kalo salah apa alasanya................

14. Komponen apa saja yang harus ada di pembahasan dan jelaskan...............

15. Dari hasil pengujian statistik menggunakan uji Wilcoxon signed rank test,

diperoleh p = 0.000 dengan pvalue 0,005, apa artinya .........................

SKRIPSI

Page 2: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

ii

EFEKTIFITAS TINDAKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

KATARAK DI ROYAL CLINIC MEDICAL, DENTAL

AND EYE CENTRESURABAYA

OLEH :

Paijo

NIM. 141.0020BP

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2016

Page 3: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal oleh masyarakat

pada saat ini. Hal ini akibat mulai terdapat kesadaran pada lansia bahwa katarak

adalah kelainan mata pada usia lanjut. Ada beberapa kelainan yang sering

dihubungkan dengan usia lanjut seperti katarak, glaukoma, degenerasi makula,

dan proses yang terjadi seperti pengaruh penyakit kencing manis (diabetes

melitus). Kebanyakan pasien lansia masih ragu-ragu dan takut mendengar adanya

pasien katarak pada matanya akibat mendengar adanya pasien katarak yang buta.

Patut dijelaskan bahwa katarak tidak selalu berjalan progresif yang akan berakhir

dengan pembedahan. Tidak hanya katarak yang memberikan keluhan penglihatan

pada usia lanjut. Banyak faktor lain yang dapat memberikan keluhan penglihatan

pada usia lanjut. Perubahan kaca mata dengan penambahan kekuatan atau dengan

memakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara penglihatan yang berkurang

akibat katarak. Pembedahan dengan membersihkan atau mengangkat lensa yang

keruh (katarak) dan mengganti dengan lensa pengganti merupakan tindakan

pengobatan terhadap katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas

mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total. Lensa yang keruh atau katarak

tidak dapat memfokuskan sinar ke dalam mata. Pada usia diatas 60 tahun katarak

merupakan penyebab utama gangguan penglihatan pembedahan tidak perlu

menunggu katarak matang. Karena apabila operasi diundur maka ada

kemungkinan timbulnya penyulit yang tidak dapat dihindarkan. (Ilyas, 2006).

Menurut Chitty, (1997) di dalam buku Muttaqin (2010) kecemasan disebabkan

oleh hal-hal yang tidak jelas, termasuk didalamnya pasien yang akan menjalani

operasi karena tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi

itu sendiri. Dari observasi peneliti yang dilakukan pada tanggal 25 mei 2015 di

ruangan poli mata Royal klinik Surabaya peneliti mendapatkan penatalaksanan

pre operasi katarak pra bedah belum berjalan secara efisien, perawatan yang

dilakukan cenderung didominasi pada penanganan penyakit fisik pasien saja atau

secara farmakologis. Kurangnya pemenuhan kebutuhan pasien katarak secara

psikologis dalam mengurangi kecemasan pra operasi menimbulkan beberapa

pasien melakukan penundaan jadwal operasi karena faktor dari pasien belum siap

secara mental dalam menjalani operasi. Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011)

ada beberapa teknik relaksasi yang dapat digunakan meliputi;relaksasi napas

dalam, imajinasi terbimbing, teknik relaksasi otot progresif, biofeedback dan

hipnotis diri. Kecemasan yang sering terjadi pada pasien pre operasi katarak di

royal medical, dental dan eye center sampai saat ini belum ada tindakan

keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa katarak

merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak. Pada tahun

2002 didapatkan lebih dari 17 juta (47,8%) penderita katarak dari 37 juta

penduduk yang mengalami kebutaan. Angka kebutaan ini akan terus meningkat

sampai sekitar 40 juta pada tahun 2020. dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific

Academy of Opthalmology di sydney 2010, Angka Prevalensi kebutaan di

indonesia berkisar 1 % dari jumlah penduduk di indonesia. hasil dari riskesda

2013 didapatkan prevalensi angka kebutaan akibat katarak di jawa timur adalah

0,4% (Riskesda, 2013). Prevalensi kecemasan baik akut maupun kronik mencapai

Page 4: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

2

5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding

1. Dan diperkirakan antara 2% - 4% diantara penduduk di suatu saat dalam

kehidupannya pernah mengalami gangguan kecemasan (Jaya, 2015). Studi

pendahuluan pada 25 Mei 2015 yang didapatkan dari laporan bulanan di Poli

Mata Royal Klinik Medical, Dental dan Eye Center Surabaya, jumlah pasien

katarak dari januari 2015 sampai dengan mei 2015 sebanyak 258 orang, jumlah

pasien rata-rata 43 orang per bulan dan pasien terbanyak adalah pasien yang sudah

lanjut usia dengan keluhan mata sering berkabut dan sering berganti kacamata

karena merasa tidak nyaman dan ada pula karena pengaruh suatu penyakit yaitu

diabetes melitus tetapi hanya sebagian kecil saja. Berdasarkan informasi yang

peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan perawat poli mata pada tanggal 25

Mei 2015, didapatkan 2 diantara 5 pasien yang mengalami kecemasan ringan,

yang ditandai dengan pasien takut sehingga sering bertanya kepada petugas

kesehatan, tampak tidak nyaman jika ada orang asing yang memasuki ruangan

atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga dan 3 orang tidak

mengalami kecemasan yang ditandai dengan pasien sudah mengetahui prosedur

operasi yang akan dilakukan.

Operasi merupakan tindakan yang banyak menimbulkan kecemasan.

Operasi yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan kecemasan pada pasien.

Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat,

menjadi bergantung dengan orang lain dan mungkin kematian (Potter & Perry,

2005). Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik maupun

psikologis yang akhirnya mengaktifkan syaraf otonom simpatis sehingga

meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

nafas, dan secara umum mengurangi tingkat energi pada paisen, dan akhirnya

dapat merugikan individu itu sendiri. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,

kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh.

Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis

(Hipotalamus, pituitari dan adrenal), stres akan merangsang hipotalamus untuk

meningkatkan produksi Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF ini

selanjutnya akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol

dan kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh (Muttaqin

Arif, 2009). Tingkat kecemasan yang terjadi pada klien sebelum dilakukannya

operasi berbeda-beda bisa ringan seperti takut, kelelahan, sedang seperti denyut

jantung dan pernapasan meningkat, konsentrasi menurun, ansietas, mudah

tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis, kecemasan berat

seperti insomnia, sering kencing, bingung, berfokus pada dirinya sendiri dan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, disorintasi, kemudian yang

terakhir adalah panik seperti ketakutan, pucat, berteriak, menjerit dan kadang-

kadang mengalami halusinasi dan delusi, kecemasan dapat berdampak pada

pasien yang akan menjalani operasi sehingga ditemukan tekanan darah meningkat

dan tekanan intraokular juga meningkat apabila hal itu terjadi maka jadwal operasi

pun akan mundur (Muhamad, 2011).

Terapi relaksasi merupakan salah satu alternatif yang diberikan untuk

mengurangi respon kecemasan Hal ini dapat membantu orang menjadi rilek dan

dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik serta dapat mengontrol diri

sehingga mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang

menegangkan. Kecemasan pada pasien pre operasi ini

Page 5: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

3

dapat dicegah atau diturunkan dengan teknik relaksasi (Setyoadi, 2011).

Berdasarkan wawancara dari salah seorang perawat di ruangan bedah,

mengatakan penerapan teknik relaksasi otot progresif belum pernah diterapkan

oleh perawat diruangan dalam mengurangi kecemasan pasien pre operasi. Dari

fenomena-fenomena tersebut menarik bagi peneliti untuk melakukan suatu

penelitian tentang “ Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk

Mengurangi Kecemasan Pada Pasien Operasi Katarak di Royal Medical, Dental

dan Eye Center Surabaya”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh tindakan relaksasi otot pregresif untuk mengurangi

kecemasan pada pasien operasi katarak di Royal medical, dental dan eye center

Surabaya ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh tindakan relaksasi otot progresif untuk mengurangi

kecemasan pada pasien operasi katarak di Royal Medical, Dental dan Eye Center

Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kecemasan pasien operasi katarak sebelum dilakukan

tindakan relaksasi otot progresif di poli mata royal medical, dental dan eye

center surabaya .

2. Mengidentifikasi kecemasan pasien operasi katarak sesudah dilakukan

tindakan relaksasi otot progresif di poli mata royal medical, dental dan eye

center surabaya.

3. Mengidentifikasi pengaruh tindakan relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi katarak di poli mata royal medical, dental, dan

eye center surabaya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Terapi relaksasi merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk

mengurangi respon kecemasan. Hal ini dapat membantu orang menjadi rilek dan

dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik serta dapat mengontrol diri

sehingga mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang

menegangkan. Teknik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi

kecemasan dengan pendekatan non farmakologi. Nonfarmakologi lebih sederhana

dan tanpa efek samping yang merugikan.Ada beberapa teknik relaksasi yang dapat

digunakan meliputi;relaksasi napas dalam, imajinasi terbimbing, teknik relaksasi

otot progresif, biofeedback dan hipnotis diri. Salah satu intervensi keperawatan

yang dapat mengurangi kecemasan dari beberapa teknik relaksasi tersebut adalah

teknik relaksasi otot progresif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi klien

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada semua orang

khususnya pada penderita katarak agar menggunakan teknik relaksasi otot

progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi katarak

2. Manfaat bagi lahan peneliti

Page 6: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

4

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur atau indikator dalam

melakukan pengkajian secara psikologis dan dapat menerapkan teknik relaksasi

otot progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi katarak

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan teknik

relaksasi otot progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi

katarak.

Page 7: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini akan menjelaskan tentang beberapa konsep dasar

yang digunakan sebagai lanadasan teori dalam melakukan penelitian yaitu konsep

katarak, konsep kecemasan, dan konsep teknik relaksasi progresif. 2.1 Konsep Katarak

2.1.1 Definisi Katarak

2.1.2 Gejala Katarak

2.1.3 Tanda katarak

2.1.4 Klasifikasi Katarak

2.1.5 Penyebab Terjadinya Katarak

2.1.6 Faktor resiko terjadinya katarak

2.1.7 Penatalaksanaan dan pengobatan pada penderita katarak

2.1.8 Pencegahan pada Pasien Katarak

2.1.9 Anatomi Lensa

2.1.10 Komplikasi Pembedahan Katarak

2.1.11 Kejadian Pascaoperasi yang tidak diinginkan (komplikasi)

2.2 Konsep Operasi Katarak

2.2.1 Definisi Bedah Katarak

2.2.2 Macam-Macam Operasi Katarak

2.2.3 Tujuan utama Phacoemulsifikasi

2.2.4 Klasifikasi katarak pada tindakan phacoemulsifikasi

2.2.5 Prosedur Operasi Phacoemulsifikasi

2.3 Konsep Tajam Penglihatan atau Visus dan Kelainan Refraksi

2.3.1 Konsep Tajam Penglihatan atau Visus

2.4 Konsep Kecemasan

2.4.1 Definisi Kecemasan

2.4.2 Fisiologi Kecemasan

2.4.3 Tanda dan Gejala Ansietas/ Kecemasan

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

2.4.5 Tingkat Kecemasan

2.4.6 Etiologi Kecemasan

2.4.7 Teori Kecemasan

2.4.8 Reaksi Kecemasan

2.4.9 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Kecemasan

2.4.10 Jenis Anxiety Disorder

2.4.11 Terapi Perilaku untuk Anxiety Disorder

2.4.12 Alat Ukur Kecemasan

2.5 Konsep Dukungan Sosial Keluarga

2.5.1 Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

2.5.2 Bentuk Dukungan Sosial

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

2.6 Konsep Tehnik Relaksasi Otot Progresif

2.6.1 Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.2 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.3 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.4 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan

2.6.6 Teknik Relaksasi Otot Progresif

2.7 Keterkaitan Antar Konsep

Page 8: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

61

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Tidak diteliti Mempengaruhi

Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di Poliklinik Mata Royal Clinic

Medical, Dental dan Eye Center Surabaya.

Kecemasan

Katarak

Operasi

Gejala katarak :

1. penglihatan kabur

2. penglihatan ganda pada

saat melihat sebuah

benda

3. pada malam hari maka

penglihatan akan silau

bila terkena sinar

Faktor penyebab katarak:

1. Proses penuaan

2. Kelainan bawaan

3. Penyakit sistemik

ex: DM

4. Trauma

CRF akan merangsang korteks

adrenal untuk menurunkan

sekresi kortisol. Kortisol inilah

yang membantu tubuh untuk

mengelola stres ataupun

kecemasan sehingga dapat

mengurangi tingkat kecemasan

Macam-Macam Terapi :

1. Relaksasi napas dalam

2. Relaksasi imajinasasi

terbimbing

3. Teknik relaksasi otot progresif

4. Biofeedback

5. Hipnotis diri

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan :

1. Usia

2. Pengalaman

3. Dukungan keluarga

4. Jenis kelamin

5. Pendidikan sistem saraf simpatis yang

akan mempengaruhi medula

adrenal dalam memproduksi

epinephrin dan nor

epinephrin

HPA-axis (hipotalamus, pituitari, dan

adrenal) stres akan merangsang

hipotalamus untuk meningkatkan

produksi corticotropin releasing factor

Teknik relaksasi otot

progresif memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas

otot dengan mengidentifikasi

otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik

relaksasi otot progresif untuk

mendapatkan perasaan relaks.

Page 9: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

62

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh tindakan relaksasi otot

progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi katarak di

poliklinik mata Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya.

Page 10: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

63

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode yang akan digunakan dalam

penelitian meliputi: desain penelitian, kerangka kerja, waktu dan tempat

penelitian, sampling desain, identifikasi variabel, definisi operasional,

pengumpulan data, analis data, dan etik penelitian.

4.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

desain pra- experimental teknik one group pra-post test design yaitu satu

kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi

lagi setelah dilakukan intervensi. Sebelum diajarkan teknik relaksasi otot

progresif, responden dinilai tingkat kecemasannya (pre test). Begitu juga setelah

diajarkan teknik relaksasi otot progresif, responden dinilai tingkat kecemasannya

(post test).

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O l O1

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Gambar 4.1 Penelitian Pre Eksperimental One Group pra-post test design

Keterangan

K : Subjek

O : Observasi tingkat kecemasan sebelum tindakan teknik relaksasi otot

progresif

l : intervensi (relaksasi otot progresif)

O1 : Observasi tingkat kecemasan sesudah tindakan teknik relaksasi otot

progresif

Page 11: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

64

4.2 Kerangka kerja

Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk

Mengurangi Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di

Poliklinik Mata Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center

Surabaya.

Populasi :

Seluruh pasien pre operasi katarak di royal medical, dental, dan eye center

surabaya

Teknik sampling :

Purposive sampling

Sampel :

Sebagian pasien operasi pada pasien katarak yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

Pre test :

Penilaian tingkat kecemasan operasi sebelum diajarkan teknik relaksasi otot

progresif

Intervensi :

Pemberian teknik relaksasi otot progresif dengan durasi 10-15 menit dan untuk

mengurangi tingkat kecemasan pasien operasi katarak

Hasil dan Pembahasan

Post test :

Penilaian tingkat kecemasan operasi setelah diajarkan teknik relaksasi otot

progresif

Analisa statistik

Wilcoxon

Kesimpulan

Page 12: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

65

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di poli mata Royal

clinic medical, dental dan eye center surabaya. Pemilihan tempat di Poli Mata

Royal clinic medical, dental dan eye center surabaya karena cukup banyak

populasi yang memenuhi syarat untuk penelitian pengaruh teknik relaksasi otot

progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi katarak.

4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia; pasien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh penderita katarak yang akan dilakukan operasi

katarak berjumlah rata-rata per bulan 43orang.

4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013) sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian penderita katarak yang dilakukan tindakan operasi

katarak di poli mata Royal clinic medical, dental, dan eye center Surabaya yang

memenuhi sampel. Kriteria sampel sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi

pedoman saat menentukan kriteria inklusi :

a. Responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan

b. Responden yang kooperatif

2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab :

a. Lansia yang menjalani tirah baring

b. Lansia yang mengalami gangguan pendengaran

4.4.3 Besar Sampel

Berdasarkan penghitungan sampel menggunakan rumus :

Rumus:

𝑛 =N

1 + N d²

Keterangan :

n : besarnya sampel

N : besarnya populasi

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

jadi besarnya sampel adalah :

𝑛 =N

1 + N(d²)

𝑛 =43

1 + 40(0,05)

𝑛 =43

1,1

𝑛 = 39 Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 39 orang

Page 13: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

66

4.4.4 Tehnik Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013) teknik sampling dalam penelitian

ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling.

Pemilihan sampel dengan purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karateristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

4.5 Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen (bebas)

dan variabel dependen (terikat)

4.5.1 Variabel bebas (independent)

Variabel independen merupakan suatu variabel penelitian yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel

bebas (independent) dalam penelitian ini adalah tindakan relaksasi otot progresif .

4.5.2 Variabel Tergantung (Dependent)

Variabel terikat (dependent) merupakan suatu variabel penelitian yang

dipengaruhi oleh variabel penelitian lainnya (Nursalam, 2013). Dalam penelitian

ini variabel dependen atau terikat adalah tingkat kecemasan pasien operasi katarak

Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karateristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas

(Hidayat, 2007). Perumusan definisi operasional pada penelitian ini diuraikan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Definisi Operasional Pengaruh Tindakan Teknik Relaksasi Otot Progresif

Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di

Poliklinik Mata Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya Variabel Definisi

Operasional

Indikator Alat Ukur Skala Skor

Variabel

Independen :

Tindakan Teknik

relaksasi otot

progresif

Salah satu cara

dari teknik

relaksasi yang

mengkombina

sikan latihan

nafas dalam

dan

serangkaian

seri kontraksi

dan relaksasi

otot tertentu

Terapi dilaksanakan :

1. 20-30 menit

dilakukan tindakan

teknik relaksasi otot

progresif, satu kali

sehari selama 1 minggu

2. Yang diberikan pada

pasien operasi katarak

3. Operasi katarak yang

dilakukan 1 jam sebelum

tindakan operasi

SAP - -

60

Page 14: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

67

Variabel

Dependen :

Tingkat

Kecemasan pre

operasi

Rasa tidak

aman (rasa

takut) yang

dirasakan

klien sebelum

menghadapi

operasi.

1. Cemas,khawatir,

firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri,

mudah tersinggung

2. Merasa tegang, tidak

tenang, gelisah, dan

mudah terkejut

Kuesioner tingkat

kecemasan zung

self-rating anxiety

scale (SAS)

Ordinal Skor 20-44

:normal/ tidak

cemas

Skor 45-59:

kecemasan

ringan

Skor 60-74:

kecemasan

sedang

Skor 75-80:

kecemasan

berat

4.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Alat Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penulisan ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi untuk mengetahui faktor

predisposisi pada responden dan kuesioner kecemasan berdasarkan kriteria SAS

(Zung self-rating anxiety scale) untuk mengetahui tingkat kecemasan. Dimana

kuesioner ini berisi 20 komponen atau pertanyaan inti dan terdapat 15 pertanyaan

ke arah peningkatan kecemasan dan lima pertanyaan ke arah penurunan

kecemasan.

4.7.2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatakan surat izin dan

persetujuan dari bagian akademik program studi S1 Keperawatan Stikes Hang

Tuah Surabaya yang telah disetujui oleh ketua Stikes Hang Tuah Surabaya

kemudian surat izin disampaikan ke bagian Manajemen Keperawatan Royal

Klinik surabaya untuk mendaptakn surat izin penelitian di lahan. Surat izin

diserahkan ke ruang poli mata untuk mendapatkan perizinan melakukan

pengambilan data di poli mata. Peneliti mengambil populasi pasien pre operasi

katarak yang mengalami kecemasan. Kemudian melakukan pendekatan untuk

mendapatkan persetujuan menjadi responden. Pendekatan dilakukan dengan cara

memberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitian, sehingga dapat

menghindari kesalahpahaman. Di ruang tunggu diberikan pretest pertanyaan

seputar tingkat kecemasan pasien setelah itu pasien diberikan tempat yang

nyaman, dan tidak ramai agar dapat maksimal untuk mengurangi tingkat

kecemasan dengan cara melakukan teknik terapi realaksasi otot progresif selama

10-15 menit setelah itu diberikan post test kembali untuk mengetahui berkurang

atau tidaknya tingkat kecemasan pasien operasi katarak. Pengumpulan data

pertama dari data demografi lanjut usia yang dibuat peneliti kemudian dilanjutkan

dengan kuesioner SAS yang meliputi 20 komponen atau pertanyaan inti dan 15

pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan lima pertanyaan ke arah

penurunan kecemasan.

4.8 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.8.1. Cara Pengolahan Data

Lembar kuesioner yang telah terkumpul diteliti kembali dan diberi kode

responden. Peneliti melakukan pengambilan kuesioner sebanyak jumlah sampel

yaitu 30 kuesioner, selanjutnya peneliti memberikan kode baru untuk masing-

masing kuesioner. Variabel data yang terkumpul dengan metode kuesioner yang

Page 15: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

68

telah dikumpulkan kemudian diolah. Kegiatan pengolahan data yang dilakuakn

peneliti sebagai berikut:

1. Memeriksa data (Editing)

Memeriksa data, sumber jawaban, memperjelas serta melakukan

pengolahan terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan

jawaban dari kesalahan.

2. Memberi tanda code (Coding)

Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dan para responden

kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda

atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Pada kuesioner

kecemasan (SAS) yang terdiri 20 petanyaan. Terdapat lima belas pernyataan

negatif dengan kode tidak pernah bernilai 1 dan hampir setiap waktu bernilai

4 dengan nomer pertanyaan 1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,16,18,20 dan lima

pernyataan positif dengan kode tidak pernah bernilai 4 dan hampir setiap

waktu bernilai 1 dengan nomer pertanyaan 5,9,13,17, dan 19.

3. Scoring

Scoring adalah menentukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan dan

tentukan nilai terendah dan tertinggi. Setelah proses pengelompokan item

selesai dan lembar kuisioner yang telah dijawab oleh responden diberi nilai,

langkah peneliti selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh nilai disetiap

itemnya dan memasukannya dalam kategori kualitas tidur berdasarkan skor

yang diperoleh.

a. Skor 20-44 : normal/tidak cemas

b. Skor 45-59 : kecemasan ringan

c. Skor 60-74 : kecemasan sedang

d. Skor 75-80 : kecemasan berat

3. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah ditentukan

kedalam master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana.

4.8.2. Analisis Statistik

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel yang diteliti. Analisa pada

penelitian ini akan disajikan dihasil penelitian dengan presentase umum dan

khusus meliputi data demografi dan data kuesioner tingkat kecemasan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling

berpengaruh. Analisa bivariat pada penelitian ini adalah keterkaitan antara teknik

relaksasi otot progresif dengan tingkat kecemasan dengan membagikan kuesioner

yang telah dikumpulkan dan diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan isi

data setelah data lengkap dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan sub variabel

yang diteliti. Data yang dianalisa kemudian diuji dengan uji statistik wilcoxon

dengan bantuan program spss 16.00 dengan derajat kemaknaan jika HO ≤ 0,05,

maka H1 diterima yang artinya ada pengaruh antara teknik relaksasi otot progresif

dan tingkat kecemasan.

Page 16: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

69

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari Stikes

Hang Tuah Surabaya dan izin dari Manajemen Keperawatan Royal Klinik

Surabaya. Penelitian dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang

berhubungan dengan etika penelitian meliputi :

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, sertadampak yang akan

terjadi selama dalam pengumpulan data. Responden yang bersedia diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus

menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan

data yang diisi oleh responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden.

Lembar tersebut akan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

kerahasiaannya. Kelompok data tertentu saja yang hanya akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil riset.

Page 17: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan tanggal 7 Desember 2015 – 7 Januari 2016, dan

didapatkan 30 Responden. Pada bagian hasil diuraikan data tentang gambaran

umum tempat penelitian, data umum dan data khusus. Data umum adalah

penelitian meliputi jenis kelamin, usia, pengalaman operasi katarak sebelumnya,

intensitas pemeriksaan mata, dukungan keluarga, dan tinggal bersama keluarga.

Sedangkan data khusus meliputi tingkat kecemasan responden sebelum teknik

relaksasi otot progresif, tingkat kecemasan sesudah diadakan teknik relaksasi otot

progresif, dan pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan

pasien katarak.

5.1.1 Profil Singkat Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Penelitian dilaksanakan dengan mengobservasi kecemasan yang terjadi

pada pasien katarak untuk melakukan pengobatan di Royal Clinic-Medical-Dental

Centre. Usia pasien terpilih adalah usia pasien usia dewasa akhir yaitu mulai usia

50 tahun dan seterusnya.

1. Sejarah

Royal Clinic-Medical-Dental Centre adalah klinik umum yang dimiliki oleh

swasta. Klinik ini didirikan tahun 2010 dengan mendaftarkan diri menjadi

klinik resmi di Surabaya. Awalnya klinik didirikan untuk melayani klinik

umum, klinik gigi, klinik spesialis, apotik, laboratorium, radiology, USG dan

CT Dental serta perlengkapan bedah yang memadai dan selalu diperbarui

sesuai tuntutan jaman.

2. Lokasi Klinik

Klinik didirikan dengan letak di Jalan Raya Darmo Permai 2 No. 26 Surabaya

Barat, Telp. 031-7320252, 031-7320253, dan Fax. 031-7320294. Website :

www.royalmedicalcentre.com

3. Jadwal Klinik

Senin – Sabtu : 07.00 – 21.30 WIB

Minggu : 08.00 – 13.00 WIB

4. Visi, Misi dan Motto

Visi : Menjadi klinik terdepan yang mampu memenuhi semua kebutuhan

masyarakat Surabaya.

Misi : Melayani masyarakat di suatu tempat dengan dukungan layanan

optimal dan profesional.

Motto : New Concept Modern Clinic, Perpaduan layanan satu atap, teknologi

modern dan kenyamanan.

5. Kegiatan sebelum dilakukan tindakan Operasi

Perawat memberikan lembar informed concent untuk diisi terlebih

dahulu, setelah pasien menyetujui perawat melakukan biometri dan tekanan intra

okular. Tak luput pula Kerja sama yang baik dengan dokter operator. Penderita

mematuhi dan mengikuti semua saran yang diberikan mulai persiapan sampai

selesai operasi, Misalnya pada saat operasi : penderita dalam keadaan sadar

karena menggunakan bius lokal, sedangkan operator bekerja menggunakan

mikroskop. Oleh karena itu, letak dan posisi kepala jangan banyak bergerak.

Page 18: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

74

Posisi kepala yang tidak bergerak akan memudahkan operator bekerja, karena

pergerakan sedikit saja sudah mengganggu penglihatan operator pada mikroskop,

Berdoa agar operasi berjalan dengan lancar, agar mencapai hasil yang optimal.

Tebalkan keyakinnan diri untuk berhasil, berdasarkan pemeriksaan persiapan

operasi dijalankan dengan baik. Sering kali perawat mendapatkan pasien dengan

kecemasan yang berlebih sehingga perawat hanya dapat menenaangkannya

dengan sekedar memberikan informasi mengenai operasi katarak dan tidak ada

tindakan yang bisa memberikan perasaan rileks pada pasien.

5.2 Data Umum Hasil Penelitian

Subyek penelitian ini adalah sebanyak 30 orang pasien katarak yang

berusia di atas 50 tahun. Responden tersebut selanjutnya diklasifikasikan menurut

kriteria jenis kelamin, usia, pengalaman operasi katarak sebelumnya, intensitas

pemeriksaan mata, dukungan keluarga serta status pasien yang tinggal dengan

keluarga.

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)

Laki-laki 19 63,3

Perempuan 11 36,7

Total 30 100

Tabel 5.1, diatas menjelaskan jenis kelamin pasien katarak adalah laki-laki

sebanyak 19 orang (63,3%) dan perempuan sebanyak 11 orang (36,7%)

2. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Tabel 5.2. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Royal

Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)

50 – 55 tahun

56 – 60 tahun

10

16

33.3

53,3

60 – 65 tahun 4 13,3

> 65 tahun 0 0

Total 30 100

Tabel 5.2, diatas menjelaskan usia pasien katarak adalah usia 50-55 tahun

sebanyak 10 orang (33,3%), lalu pasien katarak berusia antara 56 tahun hingga 60

tahun sebanyak 16 orang (53,3%) dan sisanya 60-65 tahun sebanyak 4 orang

(13,3%).

Page 19: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

75

3. Karakteristik responden berdasarkan Pengalaman Operasi Katarak Sebelumnya

Tabel 5.3. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengalaman

operasi katarak sebelumnya di Royal Clinic Medical, Dental and Eye

Centre Surabaya

Pengalaman Operasi

Katarak

Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 14 46,7

Tidak 16 53,3

Total 30 100

Tabel 5.3, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden belum

pernah dioperasi sebelumnya sebanyak 16 orang (53,3%) dan sisanya sudah

pernah dioperasi sebanyak 14 orang (46,7%).

4. Karakteristik responden berdasarkan Intensitas Pemeriksaan Mata

Tabel 5.4. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan intensitas

pemeriksaan mata di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre

Surabaya

Intensitas Frekuensi (f) Prosentase (%)

6 bulan 12 40

1 tahun 5 16,7

Lebih dari 1 tahun 13 43,3

Total 30 100

Tabel 5.4, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

melakukan pemeriksaan mata dengan periode lebih dari 1 tahun sekali sebanyak 13

orang (43,3%), lalu yang memeriksa mata selama 6 bulan sebanyak 12 orang (40%) dan

sisanya memeriksa mata dalam rentang 1 tahun sebanyak 5 orang (16,6%).

5. Karakteristik responden berdasarkan Dukungan Keluarga

Tabel 5.5. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

keluarga di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 25 83,3

Tidak 5 16,7

Total 30 100

Tabel 5.5, diatas menjelaskan didapatkan pasien katarak yang menjadi responden

mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 25 orang (83,3%) dan sisanya tidak

mendapat dukungan keluarga sebanyak 5 orang (16,7%).

Page 20: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

76

6. Karakteristik responden berdasarkan Tinggal bersama Keluarga

Tabel 5.6. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama

keluarga di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Tinggal bersama Keluarga Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 25 83,3

Tidak 5 16,7

Total 30 100

Tabel 5.6, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

bertempat tinggal bersama keluarga sebanyak 25 orang (83,3%) dan sisanya tidak

bertempat tinggal bersama keluarga sebanyak 5 orang (16,7%).

5.2.1 Data Khusus

1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan sebelum diadakan

tindakan teknik relaksasi otot progresif

Tabel 5.7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan responden

sebelum teknik relaksasi otot progresif di Royal Clinic, Medical,

Dental and Eye Centre Surabaya

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ringan 18 60

Sedang 12 40

Total 30 100

Tabel 5.7, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

memiliki tingkat kecemasan ringan adalah sejumlah 18 orang (60%) dan 12 orang

(40%) memiliki tingkat kecemasan sedang.

2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan sesudah diadakan

tindakan teknik relaksasi otot progresif

Tabel 5.8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan responden

sesudah teknik relaksasi otot progresif di Royal Clinic, Medical,

Dental and Eye Centre Surabaya

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)

Normal 8 26,7

Ringan 18 60,0

Sedang 4 13,3

Total 30 100

Tabel 5.8, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

memiliki tingkat kecemasan ringan adalah sejumlah 18 orang (60%) dan 12 orang

(40%) memiliki tingkat kecemasan sedang.

Page 21: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

77

3. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan

Pasien Katarak

Tabel 5.9. Rekapitulasi Perbedaan Tingkat Kecemasan Uji Beda Wilcoxon

No Tingkat

kecemasan

Pre Post

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

1. Normal 0 0 8 26.7

2. Ringan 18 60.0 18 60.0

3. Sedang 12 40.0 4 13.3

4. Berat 0 0 0 0

wilco wilcoxon signed rank test P= 0. 000

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif

didapatkan data sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat

kecemasannya ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat kecemasan sedang

sebanyak 12 responden (40,0%), dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot

progresif didapatkan bahwa tingkat kecemasan normal sebanyak 8 responden

(26,7%), tingkat kecemasan ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat

kecemasan sedang sebanyak 4 responden (13,3%). Dari hasil pengujian statistik

menggunakan uji Wilcoxon signed rank test, diperoleh p = 0.000 atau p > 0.005

yang artinya H1 diterima hal ini berarti ada perubahan tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah intervensi teknik relaksasi otot progresif.

5.3 Pembahasan

Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan

mengungkap pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan

pasien penderita katarak. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dibahas hal-

hal sebagai berikut :

5.3.1 Tingkat Kecemasan sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif didapatkan

data sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat kecemasannya

ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 12

responden (40,0%). Kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu

usia, pengalaman, dukungan keluarga, jenis kelamin dan pendidikan hasil

penelitian menunjukkan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan

seseorang adalah usia. Dari hasil tabulasi silang antara usia dengan tingkat

kecemasan responden dengan usia 50-55 tahun dan 56-60 tahun memiliki jumlah

yang sama yaitu sebanyak 8 responden (26,7%), sedangkan dengan usia 61-65

tahun sebanyak 2 responden (6,7%) Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan

dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman,

pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan

terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan

sikap (Haryanto, 2002). Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang

Page 22: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

78

berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping

yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar

kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih mengalami

respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Lukman, 2009).

Semakin lanjut usia pasien, maka kecenderungan timbulnya kecemasan akan

semakin tinggi.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu jenis kelamin

berdasarkan dari tabulasi silang didapatkan responden yang berjenis kelamin laki-

laki memiliki tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 11 responden (36,7%)

sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 responden (23,3%). Pada

umumnya mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya

dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan

lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding

perempuan (Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008). Sunaryo, 2004 menulis

dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai

mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya

dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan

wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak

berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya

tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga

tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang

pencegahan penyakit. Responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat

kecemasan yang lebih ringan daripada perempuan karena laki-laki mempunyai

wawasan yang lebih luas dibandingkan perempuan sehingga tingkat pengetahuan

atau informasi yang didapat lebih banyak.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah intensitas kontrol

berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan responden dengan intensitas kontrol 6

bulan sekali memiliki tingkat kecemasan ringan yang paling banyak yaitu

sebanyak 7 responden (23,3%), yang intensitas kontrol 1 tahun sekali sebanyak 5

responden (16,7%), yang intensitas kontrol lebih dari 1 tahun sebanyak 6

responden (20,0%), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melaui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2003). Responden yang intensitas kontrolnya lebih banyak, tingkat

pengetahuannya akan semakin bertambah sehingga tingkat kecemasannya menjadi

ringan.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu dukungan

keluarga. Berdasarkan tabulasi silang, responden yang mendapat dukungan dari

keluarga yang masuk kategoriu tingkat kecemasannya ringan sebanyak 14

responden (46,7%) sedangkan yang tidak mendapat dukungan keluarga sebanyak

4 responden (13,3%). Dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme

hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang

buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat,

Page 23: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

79

kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah (Arum, 2009). Responden yang

mendapatkan dukungan keluarga tingkat kecemasan lebih ringan dibandingkan

dengan yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

5.3.2 Tingkat Kecemasan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif didapatkan

data sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat kecemasannya

normal sebanyak 8 responden (26,7%), tingkat kecemasan ringan sebanyak 18

responden (60,0%), Menurut Domin (2001) dalam Wulandari (2006), secara

fisiologis, latihan relaksasi akan membalikkan efek stres yang melibatkan bagian

parasimpatetik dari sistem saraf pusat (Domin, 2001). Relaksasi akan

menghambat peningkatan saraf simpatetik, sehingga hormon penyebab diregulasi

tubuh dapat dikurangi jumlahnya. Sistem saraf parasimpatetik, yang memiliki

fungsi kerja yang berlawanan dengan saraf simpatetik, akan memperlambat atau

memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan detak

jantung, irama nafas, tekanan darah, ketegangan otot, tingkat metabolisme, dan

produksi hormon penyebab stres. Seiring dengan penurunan tingkat hormon

penyebab stres, maka seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat

dengan lebih banyak energi untuk penyembuhan (healing), penguatan

(restoration), dan peremajaan (rejuvenation). Menurut Herodes (2010), Alim

(2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah untuk menurunkan

ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher, dan punggung, tekanan darah tinggi,

frekuensi jantung, laju metabolik; Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan

oksigen; Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan

tidak memfokuskan perhatian serta rileks; Meningkatkan rasa kebugaran,

konsentrasi; Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress; Mengatasi

insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, dan Membangun emosi

positif dan emosi negatif.

Terapi teknik relaksasi otot progresif banyak mempunyai manfaat untuk

pasien yang akan melakukan operasi katarak. Oleh karena itu semua pasien yang

hendak operasi harus benar-benar memanfaatkan terapi tersebut agar tidak terlalu

banyak kecemasan yang muncul sehingga operasi yang dilakukan dapat

memberikan hasil yang lebih memuaskan.

5.3.3 Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Katarak

Berdasarkan hasil penelitian secara umum tentang pengaruh teknik

relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan di royal clinic medical, dental,

and eye centre surabaya.didapatkan terjadinya penurunan tingkat kecemasan

tetapi tidak terlalu signifikan setelah diajarkan teknik relaksasi otot progresif

selama 1 bulan sebelum diajarkan teknik relaksasi otot progresif (pre-test)

terdapat 18 responden (60,0%) yang mengalami tingkat kecemasan ringan,

sedangkan responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 12

orang (40,0%), sedangkan pada saat (post test) didapatkan 18 responden (60,0%)

mengalami tingkat kecemasan ringan, pasien yang mengalami tingkat kecemasan

normal sebanyak 8 responden (26,7%), sedangkan pasien yang mengalami tingkat

Page 24: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

80

kecemasan sedang sebanyak 4 orang (13,3%). Hasil pengujian Wilcoxon

menunjukkan p = 0,000. Temuan ini mengindikasikan bahwa tingkat kecemasan

akan menurun secara signifikan bilamana para pasien menjalankan terapi relaksasi

otot progresif menjelang operasi katarak yang akan dijalankan, atau dengan kata

lain terdapat pengaruh teknik relaksasi dengan penurunan kecemasan secara

signifikan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Herodes

(2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang

tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan

bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang

pikiran dengan ketegangan otot. Tehnik relaksasi otot progresif memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang

kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk

mendapatkan perasaan relaks. Tehnik relaksasi otot progresif adalah salah satu

cara dari tehnik relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan

serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. Teknik relaksasi otot

progresif yang dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh oleh pengelola

maupun oleh pasien yang bakal dioperasi katarak akan sangat membantu

penurunan kecemasan yang muncul pada pasien.

5.4 Keterbatasan

Dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang dianggap menjadi

keterbatasan oleh peneliti, yaitu :

1. Keterbatasan penerapan teknik relaksasi otot progresif hanya dilakukan

sekali.

2. Pengetahuan dan pengalaman peneliti yang masih jauh dari sempurna

sehingga masih ada kekurangan dalam melaksanakan kegiatan yang

berhubungan dengan peneliti.

3. Lingkungan tempat penelitian kurang menunjang proses penelitian seperti

terlalu ramai, terlalu banyak orang sehingga proses pengumpulan data tidak

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Page 25: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

BAB 6

PENUTUP

Pada bab ini berisi simpulan dan saran berdasarkan dari hasil pembahasan

penelitian.

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka penelitian ini

mendapatkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan pasien katarak sebelum dilakukan terapi relaksasi otot

progresif diketahui bahwa lebih dari separuh berada pada taraf ringan dan

sedang .

2. Tingkat kecemasan pasien katarak sesudah dilakukan terapi relaksasi otot

progresif diketahui banyak yang mengalami penurunan, ringan, dan sedang.

3. Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh signifikan terhadap penurunan

tingkat kecemasan pasien katarak.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak

terkait adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pasien

Tindakan operasi apa pun membawa pengaruh terhadap kecemasan pasien,

oleh karena itu, pasien-pasien katarak yang hendak dioperasi hendaknya

mempersiapkan fisik maupun mental menjelang pelaksanaan operasi. Bilamana

penyelenggara, klinik maupun rumah sakit bersangkutan, menyediakan teknik

relaksasi otot progresif, maka pasien diwajibkan menjalankan terapi tersebut.

2. Bagi Keluarga

Keluarga dan lingkungan sekitar hendaknya memberi dukungan dan

pendampingan kepada pasien yang sedang menderita katarak dan hendak

menjalani operasi. Hal ini dimaksudkan agar pasien memiliki semangat dan

kemauan untuk sembuh, sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien

agar dapat siap menghadapi pengobatan katarak.

3. Bagi Perawat Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Para perawat Royal Clinic-Medical-Dental Centre hendaknya dapat

memberikan pengetahuan tentang katarak kepada pasien dan keluarga. Perawat

juga hendaknya mendalami pengetahuan mengenai teknik relaksasi otot

progresif yang memberikan manfaat banyak kepada pasien katarak.

4. Bagi Intalasi Ruang Mata Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Disarankan untuk memperhatikan kondisi pasien tidak hanya dari segi

pengobatan saja tetapi dalam hal pemenuhan kebutuhan psikologis, agar dapat

menerapkan teknik relaksasi otot progresif sebelum dilakukan tindakan

pembedahan katarak, sehingga kecemasan yang ada pada pasien dapat

berkurang

5. Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitan tentang faktor-

faktor lain, maupun teknik serupa yang dapat membantu pasien untuk dapat

mengurangi kecemasan dalam menghadapi operasi katarak.

Page 26: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

91

Page 27: SKRIPSI -   · PDF filememakai kaca pembesar dapat mengatasi sementara ... Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, ... 2.4.11 Terapi Perilaku untuk

92

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sjamsu., dkk. (2013). Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga

University Press

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &

Praktik, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ilyas, Sidarta. (2006). Katarak. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Ilyas, Sidarta. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Istiantoro. (2008). Tips & Tricks Pachoemulsification. Jakarta : Eye Centre

Iswandi. (2014). Pelatihan / Fellowship Ophthalmic Trainning For Operating

Room Nurse. Bandung : Rumah Sakit Mata Cicendo

James, Bruce., dkk (2005). Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga

Jaya, Kusnadi. (2015). Keperawatan Jiwa. Tangerang : Bina Rupa Aksara

Publisher

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep Proses dan

Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Nasir, Abdul. (2011). Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba

Medika

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Jakarta : Salemba Medika: Salemba Medika

Olver, Jane. (2011). At A Glance Oftamologi. Jakarta : Erlangga

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2006). MetodePenelitan Administrasi.Bandung: Cv.Alfabeta.

Vaughan. (2012). Oftamologi Umum. Jakarta : EGC