SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

download SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

of 73

Transcript of SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    1/73

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan

    sehari-hari, untuk mendapatkan generasi bangsa yang kuat. Selain itu

    kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

    dan kemampuan hidup sehat agar terwujud kesehatan masyarakat

    yang optimal.

    Di Indonesia, laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga

    (SKRT) Depkes RI menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan

    tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi

    meliputi 60% penduduk.1 Gigi dan mulut merupakan investasi bagi

    kesehatan seumur hidup. Peranannya cukup besar dalam

    mempersiapkan zat makanan sebelum absorbs nutrisi pada saluran

    pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial.2 Penyakit gigi yang

    banyak diderita masyarakat adalah karies dan penyakit periodontal.

    Sedangkan berdasarkan laporan Profil Kesehatan Gigi menunjukkan

    bahwa 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaannya atau murid

    sekolah tidak masuk sekolah dengan alasan karena sakit gigi, dengan

    nilai rata-rata tidak masuk sekolah karena sakit gigi adalah 3,86 hari.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    2/73

    2

    Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak

    menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.3

    Hal terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah

    kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut personal. Hal ini

    begitu penting karena kegiatannya dilakukan di rumah tanpa ada

    pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan,

    pemahaman, kesadaran serta kemauan dari pihak individu untuk

    menjaga kesehatan mulutnya. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

    tersebut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak atau menghilangkan

    plak secara teratur.

    Plak merupakan lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung

    bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk di dalam

    mulut dan bila bercampur dengan gula yang ada di dalam makanan

    yang kita makan, akan membentuk asam. Asam ini akan berada di

    dalam mulut dalam jangka waktu yang lama, karena gula hasil

    fermentasi membuat plak menjadi lebih melekat. Plak atau debris di

    permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu indikator kebersihan

    mulut. Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan plak makin

    melekat dan akan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi

    (pengapuran).4

    Telah sejak lama (sejak tahun 1951) pemerintah Indonesia

    mengupayakan usaha peningkatan pengetahuan kesehatan gigi anak

    usia sekolah dasar melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).5

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    3/73

    3

    Program UKGS tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi

    dan mulut pada anak Sekolah Dasar (SD) yang menitik beratkan pada

    upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi masal, serta pemeriksaan

    kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid.6 Usia sekolah dasar (6-12

    tahun) dipilih karena merupakan periode usia yang penting bagi

    perkembangan manusia. Pada usia ini anak mulai mengalami

    perubahan yang cepat dalam menerima informasi, mengingat,

    membuat alasan, dan memutuskan tindakan. Pada useia inilah anak

    mulai belajar tentang semua kompetensi diri.3,5

    Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

    dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang

    ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di

    antaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan

    benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan

    kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi

    dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode

    penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.

    Kelompok anak usia sekolah dasar ini termasuk kelompok

    rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut, sehingga perlu

    diwaspadai atau dikelola secara baik dan benar.7

    SKRT 2001 menunjukkan hanya 9,3% penduduk yang

    menyikat gigi sangat sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah

    makan pagi dan sebelum tidur malam) dan 12,6% penduduk menyikat

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    4/73

    4

    gigi sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan pagi atau

    sebelum tidur malam). Sebagian besar penduduk (61,5%) menyikat gigi

    kurang sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah bangun tidur),

    bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Keadaan ini menyebabkan perlu

    ditingkatkan program sikat gigi masal sesuai anjuran program di

    sekolah dengan mempertimbangkan sarana dan media informasi

    terutama pada usia dini, karena perilaku merupakan kebiasaan yang

    akan lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini.2

    Anak-anak biasanya mempunyai kecenderungan untuk

    membersihkan gigi (menyikat gigi) hanya pada bagian-bagian tertentu

    saja yang disukai, yaitu permukaan labial gigi anterior dan permukaan

    oklusal gigi molar bawah. Perilaku menyikat gigi anak terbentuk melalui

    proses belajar, baik mencontoh maupun bimbingan orang tua atau

    pengasuhnya.

    Pendidikan cara-cara penyikatan gigi bagi anak-anak perlu

    diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan teknik yang

    sederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan

    mulut pada anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain

    melalui penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan,

    demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat

    gigi massal yang terkontrol.7

    Desa Padang Loang merupakan salah satu desa yang ada di

    Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    5/73

    5

    dengan luas wilayah 2889 km2 yang dihuni oleh 3.144 jiwa (788 Kepala

    keluarga). Di Desa Padang Loang ini terdapat tiga sekolah dasar yaitu

    Sekolah Dasar Inpres Padang Loang dengan jumlah siswa 112,

    Sekolah Dasar 260 Banga dengan jumlah siswa 136 dan Sekolah

    Dasar Inpres Palita dengan jumlah siswa 129, dimana setiap sekolah

    dasar ini belum memiliki Unit Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Di Desa

    Padang Loang juga terdapat satu Pusat Kesehatan Desa (PusKesDes)

    yang tidak mempunyai tenaga kesehatan gigi dan mulut serta letak

    cukup jauh dari ketiga Sekolah Dasar tadi. Berdasarkan data yang

    diperoleh dari kantor desa setempat, bahwa di Desa Padang Loang

    khususnya pada anak sekolah dasar belum mempunyai data tentang

    status kesehatan gigi dan mulut.

    Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilakukan sebab

    selain peneliti tertarik melakukan penelitian di Desa Padang Loang

    dengan tujuan menemukan efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    terhadap status kesehatan gigi dan mulut, khususnya dalam

    menurunkan indeks plak pada anak sekolah dasar, juga dapat

    berfungsi sebagai pendataan status kesehatan gigi dan mulut anak

    sekolah di Desa Padang Loang tersebut. Sehingga plak yang

    merupakan salah satu sumber permasalahan pada gigi ini dapat

    dicegah sedini mungkin. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis

    mengangkat sebuah penelitian dengan judul Efek Penyuluhan

    Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Demonstrasi Cara Menyikat Gigi

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    6/73

    6

    terhadap Penurunan Indeks Plak pada Murid Kelas VI Sekolah Dasar di

    Desa Padang Loang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diajukan

    permasalahan:

    1. Apakah ada efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

    demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak

    pada murid kelas VI sekolah dasar?

    2. Apakah ada perbedaan penurunan plak setelah penyuluhan

    kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi

    pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks

    plak pada murid kelas VI sekolah dasar.

    2. Tujuan khusus

    Untuk mengetahui perbedaan penurunan plak setelah

    penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara

    menyikat gigi pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis

    kelamin.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    7/73

    7

    1.4 HIPOTESIS PENELITIAN

    1. Terdapat efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

    demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak

    pada murid kelas VI sekolah dasar.

    2. Terdapat perbedaan penurunan plak setelah penyuluhan

    kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi

    pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin.

    1.5. MANFAAT PENELITIAN

    1. Untuk mahasiswa :

    Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

    peneliti saat melakukan penelitian.

    2. Untuk instansi :

    a. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu

    acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

    b. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai data

    status kesehatan gigi dan mulut khusus pada murid sekolah

    dasar di daerah tempat dilakukannya penelitian.

    3. Untuk masyarakat :

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

    mengenai efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode

    demonstrasi terhadap penurunan indeks plak terutama pada murid

    kelas VI sekolah dasar.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    8/73

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK

    2.1.1. Definisi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    Penyuluhan adalah proses belajar secara non formal kepada

    sekelompok masyarakat tertentu, dimana pada penyuluhan kesehatan

    gigi dan mulut diharapkan terciptanya suatu pengetian yang baik

    mengenai kesehatan gigi dan mulut.8

    Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya-upaya

    yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang

    atau masyarakat sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan

    untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut.8

    Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu

    usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini bahwa

    kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara

    umum. Penyuluhan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan

    pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna tercapainya tingkat

    kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang. Penyuluhan

    kesehatan gigi ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab

    pemerintah, akan tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak.5

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    9/73

    9

    Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya

    mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada

    aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga

    pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang

    diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya

    akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan.9

    2.1.2. Tujuan Penyuluhan

    Pasal 38 Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 tentang

    Kesehatan: Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan

    guna meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan, dan

    kemampuan masyarakat untuk tetap hidup sehat dan aktif berperan

    serta dalam upaya kesehatan.10

    Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    adalah:

    1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang

    kesehatan gigi dan mulut.

    2. Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat

    dan individu untuk meningkatkan dan melestarikan

    kebiasaan pelihara diri di dalam bidang kesehatan gigi dan

    mulut.

    3. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri

    maupun kesehatan keluarga.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    10/73

    10

    4. Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit

    gigi dan mulut serta menjelaskan kepada keluarganya

    tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

    5. Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini

    mungkin kemudian mencari sarana pengobatan yang tepat

    dan benar.11

    Menurut Budiharto (1998), terdapat beberapa jenis penyuluhan

    kesehatan gigi dan mulut namun yang paling sering digunakan adalah

    penyluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan

    penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain.8 Yang

    tidak kalah pentingnya adalah lama waktu penyuluhan. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pada anak usia sekolah dasar,

    biasanya anak hanya bisa berkonsentrasi penuh dalam waktu sekitar

    20 menit. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang optimal,

    penyampaian penyuluhan kesehatan gigi pada anak ini hendaknya

    tidak melebihi waktu tersebut.5

    Salah satu manfaat penyuluhan kesehatan kesehatan gigi dan

    mulut yaitu penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang

    melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

    atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok

    maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai

    kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dengan sadar mau mengubah

    perilakunya menjadi perilaku sehat. Penyuluhan diharapkan dapat

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    11/73

    11

    memberi manfaat yang berkesinambungan dengan sasaran

    perubahan konsep sehat pada aspek pengetahuan, sikap dan perilaku

    individu maupun masyarakat.12

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

    setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

    objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

    domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

    seseorang (overt behavior). Pengetahuan dibagi dalam 6

    tingkatan :

    1) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

    yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan

    tingkat pengetahuan yang paling rendah.

    2) Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

    untuk menjelaskan secara benar tentang objek

    yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara benar.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    12/73

    12

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada

    situasi atau kondisi yang sebenarnya.

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk

    menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

    komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

    struktuk organisasi, dan masih ada kaitannya satu

    sama lain.

    5) Sintesis (synthesis)

    Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

    yang ada.

    6) Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

    penilaian terhadap suatu materi atau objek.12

    Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

    diantaranya yaitu pengalaman, ekonomi, lingkungaan sosial,

    pendidikan, paparan media dan informasi, akses layanan

    kesehatan.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    13/73

    13

    a) Pengalaman

    Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman,

    baik pengalaman pribadi maupun dari pengalaman

    orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara

    untuk memperoleh kebenaran.

    b) Ekonomi (pendapatan)

    Faktor pendapatan keluarga sangat mempengaruhi

    pemenuhan kebutuhan pokok dan sekunder dalam

    keluarga. Keluarga dengan status ekonomi baik

    akan lebih baik tercukupi bila dibandingkan dengan

    keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

    akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan

    kebutuhan informasi pendidikan yang termasuk

    dalam kebutuhan sekunder.

    c) Lingkungan Sosial ekonomi

    Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam

    kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang

    lain, individu yang dapat berinteraksi dengan lebih

    banyak dan baik, maka akan lebih besar

    mendapatkan informasi.

    d) Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan sangat

    berpengaruh dalam pemberian respon terhadap

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    14/73

    14

    sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang

    berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang

    lebih rasional terhdap informasi yang datang dan

    akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan

    mereka dapatkan.

    e) Paparan Media dan Informasi

    Melalui berbagai mediam baik cetak maupun

    elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh

    masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering

    terpapar di media massa (TV, Radio, Majalah) akan

    memperoleh informasi yang lebih banyak

    dibandingkan dengan orang yang tidak pernah

    terpapar informasi media massa.

    f) Akses Layanan Kesehatan atau Fasilitas

    Kesehatan

    Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan

    kesehatan tentunya akan sangat berpengaruh

    terhadap pengetahuan khususnya dalam bidang

    kesehatan.12

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

    wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

    yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.12

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    15/73

    15

    Dalam aspek kesehatan gigi khususnya, bahwa

    pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sangat penting

    termasuk cara menjaga kebersihan gigi dan mulut karena

    pengetahuan merupakan faktor domain yang sangat penting

    dalam membentuk tindakan seseorang, artinya perilaku atau

    praktik keseharian anak dalam menjaga kesehatan gigi

    sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuannya tentang

    kesehatan gigi.7

    b. Sikap

    Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap

    stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

    pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang atau tidak

    senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik, dan

    sebagainya). Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan

    tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

    merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

    dengan cara-cara tertentu. Sikap relatif konstan dan agak

    sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap

    berarti adanya tekanan yang kuat. 12

    Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa

    faktor misalnya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang

    yang berpengaruh, media massa, institusi pendidikan

    maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    16/73

    16

    merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain

    karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya.12

    c. Perilaku

    Salah satu manfaat penyuluhan ialah tercapainya

    perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat

    dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

    lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal merupakan

    salah satu tujuan dilakukannya penyuluhan kesehatan.12

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

    tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

    nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

    memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan adalah niat

    yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang

    tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang

    memungkinkan. Dari pandangan biologis tindakan

    merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

    bersangkutan.12

    Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :

    a) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan

    memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    17/73

    17

    b) Respons terpimpin (guided response), yaitu

    tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan urutan

    yang benar dan sesuai dengan yang telah

    dicontohkan.

    c) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang

    telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

    secara otomatis atau sesuatu itu sudah

    merupakan kebiasaan.

    d) Adopsi (adoption), yaitu tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi

    tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.12

    Faktor perilaku memegang peranan penting dalam

    mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut seseorang

    termasuk tentang bagaimana menjaga kebersihan gigi

    dengan menyikat gigi. Belum optimalnya status kesehatan

    gigi dan mulut di sekolah dasar umumnya disebabkan oleh

    karena perilakunya belum menunjukkan perilaku sehat.7

    2.1.3. Komponen Penyuluhan

    Berhasil atau tidaknya penyuluhan ditentukan oleh berbagai

    faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah kondisi dari interaksi

    antara komponen-komponen penyuluhan. Komponen penyuluhan

    adalah sebagai berikut :

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    18/73

    18

    a. Penyuluh

    Penyuluh adalah pihak yang memberikan informasi

    terhadap sasaran. Penyuluh dapat terdiri dari seseorang,

    beberapa orang maupun lembaga. Menyuluh tentang

    kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik, juga

    membutuhkan kompetensi educational tambahan sehingga

    seorang penyuluh kesehatan dapat bekerja dengan setting

    yang berbeda dan menggunakan strategi-strategi yang tepat

    untuk tujuan educational.

    b. Sasaran

    Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari

    pihak penyuluh. Dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    perlu diperhatikan tingkat kemampuan masing-masing

    sasaran sesuai dengan kriteria sasaran yang dikehendaki.

    c. Pesan

    Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan

    oleh penyuluh kepada sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan

    maupun tulisan.

    d. Media

    Media merupakan alat bantu pendidikan yang

    digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan

    kesehatan bagi masyarakat oleh sasaran. Disebut media

    pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    19/73

    19

    untuk menyampaikan karena alat-alat tersebut digunakan

    untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan

    bagi masyarakat ataupun klien.13

    2.1.4. Metode penyuluhan

    Metode penyuluhan yang umum digunakan adalah metode

    didaktik (one way method) dan metode sokratik (two way method).

    Pada metode didaktik pendidik cenderung aktif sedangkan siswa

    sebagai sasaran pendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan

    pendapat. Ceramah merupakan salah satu metode didaktik yang baik

    digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-

    anak sekolah dasar.14

    Yang termasuk metode ini antara lain :

    a. Metode ceramah

    b. Siaran melalui radio,

    c. Pemutaran film/terawang (slide),

    d. Penyebaran selebaran,

    e. Pameran.15

    Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara

    siswa dan pendidik. Peserta didik diberikan kesempatan

    mengemukakan pendapat dan dua orang atau lebih dengan latar

    belakang berbeda bekerja sama saling memberikan keterangan dan

    ikut serta dalam menyatakan pendapat. Salah satu metode sokratik

    yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    20/73

    20

    anak-anak sekolah dasar adalah demonstrasi. Pada metode

    demonstrasi materi pendidikan disajikan dengan memperlihatkan cara

    melakukan suatu tindakan atau prosedur. Diberikan penerangan-

    penerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi. Tujuan

    metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa

    bagaimana melakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi

    baru. Keuntungannya dapat menjelaskan suatu prosedur secara

    visual, sehingga mudah dimengerti dan siswa dapat mencoba

    pengetahuan yang diterimanya. Kerugian pada metode ini diperlukan

    alat-alat dan biaya yang besar serta perencanaannya memakan waktu

    yang lama.14

    Yang termasuk metode ini adalah :

    a. Wawancara,

    b. Demonstrasi,

    c. Sandiwara,

    d. Simulasi,

    e. Curah pendapat,

    f. Permainan peran (roll playing), dan

    g. Tanya jawab.15

    Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian

    atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan

    berbagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan atau

    menggunakan suatu prosedur.15

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    21/73

    21

    Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan

    pengajaran/penyuluhan dengan cara mempertunjukkan secara

    langsung obyeknya atau cara melakukan sesuatu atau

    mempertunjukkan suatu proses.15

    Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    demonstrasi adalah salah satu cara menyajikan informasi dengan cara

    mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau menunjukkan suatu

    proses atau prosedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga

    dan tanya jawab. Biasanya demonstrasi diberikan kepada kelompok

    individu yang tidak terlalu besar jumlahnya.15

    Tujuan metode demonstrasi ialah :

    a. Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara

    membuat sesuatu dengan prosedur yang benar, misalnya

    memperlihatkan bagaimana cara membersihkan gigi dan

    gusi yang benar, alat dan bahan apa yang digunakan,

    bentuk dan tipenya,dan bagaimana cara menggunakannya.

    b. Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide tersebut bisa

    dilaksanakan setiap orang.

    c. Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba

    sendiri dengan prosedur yang didemonstrasikan.15

    Keuntungan metode demonstrasi ialah:

    a. Dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap

    materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    22/73

    22

    sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian yang

    lebih baik dan sempurna, terlebih bila peserta dapat turut

    serta secara aktif melakukan demonstrasi.

    b. Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan membaca

    atau mendengar karena presepsi yang jelas diperoleh dari

    hasil pengamatan.

    c. Benda-benda yang digunakan benar-benar nyata sehingga

    hasrat untuk mengetahui lebih dalam dan rinci dapat

    dikembangkan.

    d. Peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta.

    e. Dengan mengamati demonstrasi, masalah atau pertanyaan

    yang ada dapat terjawab.15

    Kerugian metode demonstrasi yaitu :

    a. Demonstrasi merupakan metode yang tidak efektif apabila

    alat atau benda yang diperagakan termasuk alat berat atau

    tidak dapat diamati dengan jelas karena agak rumit, atau

    jumlahnya terbatas sehingga hanya beberapa orang yang

    mempunyai kesempatan untuk mempraktikkannya.

    b. Apabila bendanya kecil, benda itu hanya dapat dilihat

    secara nyata oleh beberapa orang yang berdekatan

    dengan pembicara.

    c. Kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak.15

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    23/73

    23

    Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak

    merupakan hal yang sangat penting. Alat bantu pendidikan adalah

    alat-alat yang dipakai oleh pendidik di dalam menyampaikan bahan

    pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena

    berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam proses

    pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa

    pengetahuan yang ada pada setiap siswa dapaat diterima atau

    ditangkap melalui panca indera.14

    Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam

    mempertinggi kemampuan belajar, memperkuat daya ingat,

    memperbesar minat, dan mempermudah penghayatan. Alat peraga

    langsung yang dianggap paling efektif untuk anak-anak adalah model.

    Model yaitu alat peraga yang dapat dilihat dan diamati, yang dapat

    berupa alat yang sebenarnya ataupun dibuat meniru aslinya. Siswa

    yang diberi pendidikan dapat melihat, merasakan, dan menelitinya.

    Alat peraga langsung membantu para siswa dalam mengartikan atau

    mempelajari suatu bahan pendidikan sehingga para siswa lebih

    banyak kemungkinan untuk belajar.14

    Masa usia anak adalah transisi dalam interaksi sosial dimana

    terjadi perubahan figur tokoh (model) akan berpengaruh pada diri

    anak, dimana tokoh ibu akan digantikan dengan tokoh guru. Untuk itu

    didalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu adanya kerja

    sama yang baik dengan guru. Menurut Piaget, pola perkembangan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    24/73

    24

    anak dibagi menjadi 4 tahapan : stadium Sensorimotorik (0-18 atau 24

    bulan), Stadium Praoperasional (1-7 tahun), Stadium operasional

    konkrit (7-11 tahun), Stadium operasional formal (11-15 tahun atau

    lebih). Makin tinggi umur anak, tingkah lakunya makin terorganisasi

    dan mempunyai tujuan-tujuan yang dikenal sebagai tingkah laku

    bermotif. Selanjutnya Harlod menyatakan, ada beberapa teori tentang

    proses perubahan perilaku antara lain: pengembangan serta

    penyebaran (research development and dissemination), dan

    perubahan sikap (Attitude Change).8

    2.2 PLAK GIGI

    2.2.1 Definisi plak gigi

    Plak gigi adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan

    mengandung aneka ragam bakteri yang melekat erat pada permukaan

    gigi. Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur,

    semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat diberihkan dengan

    cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk

    membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.16

    Plak dapat digambarkan sebagi lapisan yang kadang-kadang

    tebalnya sampai 2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada

    permukaan gigi dan sering juga pada permukaan gingival dan lidah.

    Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai

    dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh

    pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika menumpuk,

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    25/73

    25

    plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan

    kuning.17

    2.2.2 Komposisi Plak

    Plak terdiri dari 20% bahan organik dan anorganik dan sisanya

    adalah air. Bahan organik meliputi kompleks protein polisakarida yang

    terdiri dari karbohidrat dan protein kira-kira 30% dan lemak kira-kira

    15%. Komponen ini merupakan produk ekstraseluler dari bakteri plak,

    sisa-sisa sitoplasmik dan membran sel, hasil pengunyahan makanan

    dan derifat glikoprotein. Karbohidrat yang terbesar ditemukan pada

    plak supragingiva adalah dextran, levan dan galaktose, yang

    diproduksi oleh bakteri polisakarida kira-kira 9,5% dari total plak.11

    Komponen anorganik yang terdapat dalam plak adalah kalsium,

    fosfor sedangkan magnesium, potassium dan sodium ditemukan

    dalam jumlah yang kecil. Kandungan anorganik tertinggi ditemukan

    pada permukaan lingual incisivus bawah. Ion kalsium ini ikut

    membantu perlekatan antara bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.

    Sehingga, hampir 70-80% komponen anorganik ditemukan sebagai

    kristalin calcium phosphate.18

    Plak yang terletak terbentuk sempurna, selain bakteri dapat

    pula berisi mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil

    ditemukan, dan sejumlah kecil lagi protozoa juga ada. Mikroorganisme

    pada bakteri plak yang hampir selalu ditemukan adalah golongan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    26/73

    26

    streptococcus dan lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongan

    jamur actinomycetes.18

    Susunan komponen bakteri dan biokimia plak bervariasi dan

    tergantung pada konsentrasi bakteri dalam saliva, oksigen komposisi

    makanan serta adanya penyakit periodontal.18

    Plak gigi bukan merupakan sisa makanan dan

    pembentukannya tidak ada hubungannya dengan konsumsi makanan.

    Plak supra gingivalebih cepat terbentuk pada saat tidur, kemudian

    pada saat tidak ada makanan dikunyah, serta pada saat makan. Hal

    ini terjadi karena aksi mekanik makanan dan aliran saliva pada saat

    mastikasi menyebabkan plak sulit terbentuk.17

    2.2.3 Mikroorganisme Plak

    Plak yang terletak terbentuk sempurna, selain bakteri dapat

    pula berisi mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil

    ditemukan, dan sejumlah kecil lagi protozoa juga ada. Mikroorganisme

    pada bakteri plak yang hampir selalu ditemukan adalah golongan

    Streptococcus dan Lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongan

    jamur actinomycetes.18

    Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi pada

    setiap orang, serta menurut umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari)

    sebagian besar terdiri dari bakteri gram-negatif yang berbentuk kokus

    dan batang. Organisme ini biasanya tumbuh pada pelikel

    mikropolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    27/73

    27

    melekat pada email, sementum atau dentin. Setelah 2-4 hari,

    perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme dalam plak. Selain bakteri

    gram-negatif kokus dan gram-negatif batang bertambah banyak, jenis

    bacili fusiformis dan filament semakin jelas.18

    Pada hari ke-4 hingga ke-9, ekologi mikroorganisme plak

    menjadi semakin kompleks dengan bertambahnya jumlah bakteri motil

    seperti spirilla dan spirochete.18

    2.2.4 Unsur-Unsur Lain dalam Plak

    Walaupun organisme terkolonisasi adalah unsur plak, terdapat

    komponen lain yang dapat diidentifikasi dengan mikroskop fase

    kontras, yaitu:

    a. Sel epitel. Sel-sel ini hampir selalu ditemukan pada sampel

    plak. Gambaran yang terlihat terdiri dari berbagai tingkat

    integritas anatomi, dari bentuk sel terdeskuamasi dengan

    nuklei yang besar dan dinding sel jelas hingga gambaran

    sel hantu (ghosts), dengan bakteri bergerombol

    mengelilingi sel-sel epitel.

    b. Sel darah putih. Leukosit, biasanya sel neutrofil

    polimorfonuklear (PMN), dapat ditemukan dalam berbagai

    tingkatan vitalitas pada beberapa fase inflamasi.

    c. Eritrosit. Sel eritrosit ini terlihat pada sampel yang diambil

    dari permukaan gigi di sekitar gingival yang mengalami

    ulserasi.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    28/73

    28

    d. Protozoa. Genera protozoa tertentu, seperti Entamoeba

    dan Trichomonas, sering ditemukan pada plak yang diambil

    dari permukaan gigi yang mengalami gingivitis akut dan dari

    dalam poket periodontal.

    e. Partikel makanan. Secara mikroskopis, kadang-kadang

    terlihat partikel makanan. Paling sering ditemukan adalah

    serabut otot/daging, dengan ciri adanya striae otot.

    f. Komponen lain. Di dalam plak mungkin juga terdapat

    elemen yang tidak spesifik, seperti partikel berbentuk kristal

    (fragmen halus sementum, kalsifikasi awal atau partikel

    makanan yang tidak teridentifikasi) dan apa yang

    kelihatannya merupakan fragmen sel juga ditemukan dalam

    plak.18

    2.2.5 Faktor yang mempengaruhi proses pembentukkan plak gigi

    Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan

    penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi, faktor-faktor

    yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah sebagai

    berikut ;

    a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi

    jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas

    terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan

    disclosing. Pada daerah terlindung karena kecembungan

    permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    29/73

    29

    permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada

    permukaan email yang banyak cacat, dan pada daerah

    pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak

    yang terbentuk lebih banyak.

    b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya

    terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung.

    Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau

    mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.

    c. Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti

    dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan

    pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di

    dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak,

    mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi.

    Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak

    mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang

    mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan

    menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan

    penting dalam pembentukan matriks plak.17 Kariogenitas

    makanan tergantung pada beberapa faktor, misalnya

    konsentrasi sukrosa, sifat perlekatan makanan pada

    permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga mulut dan

    kualitas pembersihan.19

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    30/73

    30

    2.2.6 Mekanisme Pembentukan Plak Gigi

    Mekanisme pembentukan plak gigi ialah sebagai berikut :

    a. Proses pembentukan plak ini terdiri atas dua tahap. Tahap

    pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired

    pelicle sementara tahap kedua merupakan tahap proliferas

    bakteri.

    b. Pada pertama, setelah acquired pelicle terbentuk, bakteri

    mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks

    interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler,

    yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein

    saliva. Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida

    ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu

    Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus

    sanguis, Streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam

    pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis

    kokus pada tahap awal proliferasi bakteri.

    Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak

    bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolism dan

    adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak,

    lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob.

    c. Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua

    sampai empat hari, kokus gram negatif dan basilus akan

    bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%), dengan 15%

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    31/73

    31

    di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob.

    Pada hari kelima Fusobacterium, Aactinomyces, dan

    Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.17

    2.2.7 Hubungan plak dengan karies gigi

    Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis

    streptokokus, sedangkan jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi,

    begitu juga jumlahnya. Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu

    dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi berbagai jenis

    karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH,

    membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari

    berbagai jenis karbohidrat yang dapat dipecahkan kembali oleh bakteri

    bila karbohidrat kurang sehingga menghasilkan asam terus menerus,

    membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan

    sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi, serta

    menggunakan glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi. 17

    Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

    glukosa dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam sehingga

    menyebabkan pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo

    1-3 menit. Penurunan pH yang berulangulang dalam waktu tertentu

    akan menyebabkan demineralisasi permukaan yang rentan dan

    proses kariespun dimulai. Makin sering keadaan asam di bawah pH

    5,5 terjadi dalam plak, makin cepat karies terbentuk dan

    berkembang.17

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    32/73

    32

    2.2.8 Hubungan plak dengan penyakit periodontal

    Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi diawali oleh

    bakteri yang terakumulasi dalam plak sehingga menyebabkan

    peradangan pada gingiva. Plak yang terletak pada gigi dekat gingiva,

    prosesnya akan berlangsung mulai dari marginal dan mengarah pada

    penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis

    marginal, bahkan hingga abses periodontal). Plak pada margin gingiva

    jika tidak dihilangkan secara cermat akan mengalami pengapuran dan

    menjadi keras. Plak yang mengeras ini disebut kalkulus yang tidak

    dapat dihilangkan dengan menggunakan sikat gigi ataupun benang

    gigi, namun diperlukan bantuan dokter gigi untuk menghilangkannya.

    Pasien dengan penyakit periodontal sering mengabaikan penyakit

    tersebut karena sakit pada giginya tidak mengganggu aktivitas, jarang

    konsultasi ke dokter gigi sehingga proses periodontal akan terus

    berlanjut jika tidak dikenali dan ditangani lebih lanjut. Deteksi

    terlambat pada proses periodontal menyebabkan pembentukan dan

    peradangan poket, seringkali gigi sudah goyang dan penanganan

    lebih sulit. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengenalan dan upaya-

    upaya pencegahan dini dari proses tersebut.18

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    33/73

    33

    2.3 PENYINGKIRAN PLAK DENGAN PENYIKATAN GIGI

    Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur,

    semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat diberihkan dengan

    cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk

    membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.16

    2.3.1 Pemilihan sikat gigi

    American Dental Association (ADA) menganjurkan bentuk sikat

    gigi yang baik harus mempunyai :

    a. Kepala sikat kecil, panjangnya 1-1,25 inci (2,5 3 cm).

    Lebarnya 5/16-3/8 inci, dengan 2-4 baris serabut sikat, tiap

    serabut terdiri dari 5-12 berkas.

    b. Permukaan serabut sikat datar/rata.

    c. Serabut sikat elastis.20

    Dokter gigi menyarankan menggunakan sikat gigi dengan

    kepala kecil agar dapat menjangkau setiap bagian mulut dengan

    mudah. Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut, bulu yang

    keras dapat merusak gigi dan gusi. Bulu sikat sebaiknya sintesis

    karena dapat menyerap bakteri. Sikat gigi sebaiknya diganti kira-kira

    setiap dua atau tiga bulan.20

    2.3.2 Pemakaian pasta gigi

    Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi

    untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi-geligi, serta

    memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    34/73

    34

    terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan. Pasta

    gigi biasanya mengandung bahan-bahan abrasif, pembersih, bahan

    penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga

    ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet. Fluor dan air.

    Bahan abrsif dapat membantu melepaskan plak dan pelikel tanpa

    menghilangkan lapisan email.17

    Penggunaan fluor pada pasta gigi adalah untuk melindungi gigi

    dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolism

    bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan

    hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia :

    Ca10(PO4)6.(OH)2+F Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan email yang

    lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses

    demineralisasi dan meningkatkan reminerlisasi yang merangsang

    perbaikan dan menghentikan lesi karies.21

    2.3.3 Teknik penyikatan gigi

    Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum di anjurkan

    untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi

    dan merupakan tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan

    kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu, teknik

    menyikat gigi harus di mengerti dan dilaksanakan secara aktif dan

    teratur. Ada beberapa teknik yang berbeda-beda untuk

    membersihkan gigi dan memijat gusi dengan sikat gigi.17

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    35/73

    35

    Dalam penyikatan gigi harus memperhatikan hal-hal berikut.

    a. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua

    permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama daerah

    saku gusi dan daerah interdental.

    b. Pergerakan sikat gig tidak boleh menyebabkan kerusakan

    jaringan gusi atau abrasi gigi.

    c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien

    waktu.17

    Frekuensi Penyikatan gigi sebaiknya 3 kali sehari,

    setiap kali sesudah makan, dan sebelum tidur. Namun,

    dalam praktiknya hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan,

    terutama pada siang hari ketika seseorang berada di

    kantor, sekolah, atau di tempat lain. Manson (1971)

    berpendapat bahwa penyikatan gigi sebaiknya dua kali

    sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum

    tidur. 17

    Lamanya penyikatan gigi yang di anjurkan adalah

    minimal 5 menit, tetapi sesungguhnya ini terlalu lama.

    Umumnya orang melakukan penyikatan gigi maksimum 2

    menit. Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak

    ada gigi yang terlewat, yaitu mulai dari posterior ke anterior

    dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.18

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    36/73

    36

    Kebanyakan teknik penyikatan gigi dapat di golongkan ke

    dalam enam golongan berdasarkan macam gerakan yang dilakukan,

    yaitu:

    1. Teknik Vertikal

    Teknik vertikal dilakukan dengan kedua rahang

    tertutup, kemudianpermukaan bukal gigi disikat dengan

    gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan lingual

    dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut

    yang terbuka.

    Gambar 1 Teknik Penyikatan Vertikal; A. dari atas ke bawah, B. daribawah ke atasSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahanpenyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi.

    2. Teknik Horizontal

    Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan

    ke depan dan ke belakang. Untuk permukaan oklusal

    gerakan horizontal yang sering disebut scrub brush

    technic dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang

    sesuai dengan bentu anatomis permukaan oklusal.

    Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan khusus,

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    37/73

    37

    biasanya menyikat gigi dengan teknik vertical dan

    horizontal dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini tidak

    baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi

    gigi.

    Gambar 2 Teknik Penyikatan HorizontalSumber : Deaver R. Importance and various tooth brushingtechnisques. Available fromhttp://imuoralhealth.blogspot.com/2010/07/importance-and-various-tooth-brushing.html., diakses 30 Desember 2011

    3. Teknik Roll atau Modifikasi Stillman

    Teknik ini disebut ADA-roll Technic, dan merupakan

    cara yang paling sering di anjurkan karena sederhana tetapi

    efisien dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu-

    bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari

    permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat

    mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan

    perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian

    belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan.

    Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis,

    kedudukannya hamper tegak lurus permukaan email.

    Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    38/73

    38

    sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini

    terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan juga di

    harapkan membersihkan sisa makanan dari daerah

    interproksimal.

    Gambar 3 Metode Modifikasi StillmanSumber : Tooth Brushing Techniques as Suggested by Dentists.

    Available fromhttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentists., diakses 30 Desember 2011

    4. Vibratory Technic

    Diantaranya adalah: (a) teknik Charter; (b) teknik

    Stillman- McCall dan, (c) teknik Bass.

    a. Teknik Charter

    Pada permukaan bukal dan labial, sikat di

    pegang dengan tangkai dalam kedudukan

    horizontal. Ujung-ujung bulu diletakkan pada

    permukaan gigi membentuk sudut 450 terhadap

    sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-hati

    jangan sampai menusuk gusi. Dalam posisi ini sisi

    dari bulu sikat berkontak dengan tepi gusi,

    sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada

    http://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentistshttp://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentists
  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    39/73

    39

    permukaan gigi. Kemudian sikat ditekan

    sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat

    masuk ke interproksimal dan sisi-sisi bulu sikat

    menekan tepi gusi. 17

    Sikat digetarkan dalam lengkungan-lengkungan

    kecil sehingga kepala sikat bergerak secara

    sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap

    ditempat semula. Setiap kali dapat dibersihkan dua

    atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat lingkaran

    kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada

    posisi yang sama, untuk setiap daerah dilakukan

    tiga atau empat kali. Jadi pada teknik ini tidak

    dilakukan gerakan oklusal maupun ke apical.

    Dengan demikian, ujung-ujung bulu sikat akan

    melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi

    bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi interdental.17

    Permukaan oklusal disikat dengan gerakan

    yang sama, hanya saja ujung bulu sikat ditekanke

    dalam ceruk dan fisura. Permukaan lingual dan

    palatinal umumnya sukar dibersihkan kerena

    bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya

    kepala sikat tidak dipegang secara horizontal, jadi

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    40/73

    40

    hanya bulu-bulu sikat pada bagian ujung dari

    kepala sikat yang dapat digunakan.

    Metode Charter merupakan cara yang baik

    untuk pemeliharaan jaringan tetapi keterampilan

    yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga jarang

    pasien dapat melakukannya dengan sempurna.

    Gambar 4. Metode Charter

    Sumber : Deaver R. Importance and various tooth brushingtechnisques. Available fromhttp://imuoralhealth.blogspot.com/2010/07/importance-and-various-tooth-brushing.html., diakses 30 Desember 2011

    b. Teknik Stillman-McCall

    Posisi bulu sikat yang berlawanan dengan

    Charter. Sikat gigi di tempatkan sebagian pada gigi

    dan sebagian pada gusi, membentuk sudut 450

    terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apical.

    Kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi

    memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa

    mengubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    41/73

    41

    dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu-bulu

    sikat tanpa mengakibatkan friksi atau trauma

    terhadap gusi. Bulu-bulu sikat dapat ditekuk ketiga

    jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus pada

    tempatnya.

    Metode Stillman-McCall ini telah diubah sedikit

    oleh beberapa ahli, yaitu ditambah dengan gerakan

    ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat, tetap

    mengarah ke apical. Dengan demikian, setiap

    gerakan berakhir dibawah ujung insisal dari

    mahkota, sedangkan pada metode yang asli,

    penyikatan hanya terbatas pada daerah servikal

    gigi dan gusi.

    Gambar 5. Metode StillmanSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmupencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukunggigi. Hal 177

    c. Teknik Bass

    Sikat di tempatkan dengan sudut 450 terhadap

    sumbu panjang gigi mengarah ke apikal dengan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    42/73

    42

    ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan

    demikian, saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi

    dapat dipijat. Sikat digerakkan dengan getaran-

    getaran kecil ke depan dan ke belakang selama

    kurang lebih 10-15 detik ke setiap daerah yang

    meliputi dua atau tiga gigi. Untuk permukaan lingual

    dan palatinal gigi belakang agak menyudut (agak

    horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang

    vertical.

    Gambar 6 Metode BassSumber : Bhawani C. Bass toothbrushing technique forgingival and subgingival cleaning. Available fromhttp://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/., diakses 30 Desember 2011

    5. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler

    Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada

    permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan

    oklusi. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar

    sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah

    disikat sekaligus. Daerah interproksimal tidak diberi

    http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/
  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    43/73

    43

    perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan

    labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan

    palatinal disikat dengan gerakan yang sama, hanya dalam

    lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini agak

    sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan

    gerakan maju-mundur untuk daerah ini.

    6. Teknik Fisiologik

    Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu

    yang lunak. Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal

    dengan bulu-bulu sikat tegak lurus terhadap permukaan

    gigi. Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa

    penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan, yaitu

    dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakuakn beberapa

    kali gerakan sebelum berpindah ke daerah selanjutnya.

    Teknik ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari

    premolar dan molar rahang bawah sehingga dapat diganti

    dengan gerakan getaran dalam lingkaran kecil. Bulu-bulu

    sikat gigi ditempatkan pada sudut kurang lebih 450 terhadap

    sumbu panjang gigi ke arah okusal, kemudian dengan

    menggunakan tekanan bulu-bulu sikat digetarkan di antara

    gigi-gigi disertai gerakan-gerakan rotasi kecil. Dengan

    demikian, sisi dari bulu-bulu sikat berkontak dengan

    pinggiran gusi dan menghasilkan pemijatan yang ideal.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    44/73

    44

    Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil tanpa mengubah posisi,

    bulu-bulu sikat diangkat dan diletakkan kembali pada posisi

    yang sama. Prosedur ini dilakukan sampai seluruh

    permukaan bukal, labial, dan lingual, serta interproksimal

    bersih. Permukaan oklusal dibersihkan dengan cara

    menekan bulu sikat ke dalam ceruk dan fisura kemudian

    dilakukan gerakan rotasi kecil, sikat diangkat dan diletakkan

    kembali. Prosedur ini harus dilakukan berulang kali sampai

    seluruh permukaan kunyah menjadi bersih.18

    Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan untuk

    membantu mencegah pembentukan plak adalah

    memperbaiki susunan gigi yang tidak rata, memperbaiki

    pinggiran restorasi yang buruk,menghaluskan permukaan

    gigi yang kasar dan sebagainya dengan tujuan mengurangi

    plak traps , tempat-tempat plak mudah terbentuk.17

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    45/73

    45

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    Keterangan

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

    Pengetahuan Perilaku

    PLAK GIGI

    Sikap

    Faktor Etiologi

    Faktor Internal : Mikroba Anatomi gigi Posisi gigiFaktor Eksternal : Ras Usia

    Penurunan Plak Gigi

    Karies

    Penyakit periodotal

    Jenis kelamin

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    46/73

    46

    Variabel Penelitian

    1. Variabel independen : Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

    2. Variabel dependen : Penurunan indeks plak gigi

    3. Variabel kontrol : Jenis kelamin

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    47/73

    47

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan adalah quase eksperimental

    lapangan

    4.2 DESAIN PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan pre and posttest design with control

    group.

    4.3 WAKTU PENELITIAN

    Waktu dilakukannya penelitian pada 1 Maret 15 April 2012

    4.4 SUBJEK PENELITIAN

    Pada penelitian ini semua anggota populasi diambil sebagai obyek

    penelitian. Jumlah subjek yang akan diteliti pada seluruh murid kelas VI

    di Desa Padang Loang adalah 50 murid, dengan masing-masing jumlah

    murid pada setiap sekolah ialah SD Inpres Padang Loang 15 murid, SD

    Negeri 260 Banga 16 murid dan SD Inpres Palita 19 murid.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    48/73

    48

    4.5 LOKASI PENELITIAN

    Lokasi penelitian di sekolah dasar se-Desa Padang Loang,

    Kecamatan Patampanua

    4.6 KRITERIA SAMPEL

    a. Kriteria Inklusi :

    1) Hadir pada saat penelitian dilakukan.

    2) Bersedia ikut saat penelitian dilakukan.

    b. Kriteria Eksklusi :

    1) Sampel menggunakan alat ortodontik.

    4.7 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

    a. Alat

    Kaca mulut (mirror), sonde, pingset, gelas, nierbecken,

    sikat gigi, alat tulis menulis, masker, handskun, handuk putih

    dan model peraga rahang atas dan rahang bawah.

    b. Bahan

    Disclosing solution, alcohol 70%, air, pasta gigi, dan

    kapas.

    4.8 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

    a. Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan metode

    demonstrasi adalah suatu bentuk pemberian informasi seputar

    kesehatan gigi dan mulut khususnya penyikatan gigi dengan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    49/73

    49

    memperlihatkan cara menyikat gigi yang benar secara

    langsung kepada kelompok perlakuan.

    b. Menurunkan indeks plak adalah kemampuan sampel dalam

    menurunkan indeks atau nilai plak yang dihitung dengan

    menggunakan indeks PHP

    4.9 PROSEDUR PENELITIAN

    a. Sampel dipilih sesuai kriteria sampel.

    b. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang

    mendapatkan perlakuan berupa penyuluhan tentang kesehatan

    gigi dan mulut dan yang kelompok kontrol yang tidak mendapat

    perlakuan.

    c. Penelitian dilakukan 1 hari di tiap sekolah, dimana peneliti

    melakukan:

    1) Pengukuran indeks plak indeks pertama pada kedua

    kelompok. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya

    plak, dengan menggunakan larutan pewarna plak /

    disclosing solution. Penggunaannya dengan cara

    mengoleskan kapas yang telah ditetesi disclosing solution

    pada permukaan gigi-gigi yang menjadi indeks penelitian,

    yaitu permukaan labial pada gigi anterior atas dan bawah,

    permukaan bukal gigi posterior rahang atas, dan

    permukaan lingual gigi posterior rahang bawah. Bila ada

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    50/73

    50

    gigi indeks sampel ada yang rusak atau hilang tetap

    dimasukkan sebagai sampel.

    2) Pada kelompok yang mendapat perlakuan berupa

    penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, antara lain

    yaitu :

    a) Cara merawat gigi dengan baik, dapat dengan

    mengkonsumsi makanan yang sehat dan waktu

    menyikat gigi adalah setelah sarapan dan sebelum

    tidur.

    b) Cara memilih sikat gigi yang baik adalah yang bulu

    sikatnya lembut dan ukuran kecil sesuai dengan usia

    anak.

    c) Sampel diberikan instruksi untuk memeriksakan

    giginya secara rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan

    sekali.

    3) Selanjutnya pada kelompok yang mendapat perlakuan,

    dilakukan pula pelatihan cara sikat gigi yang benar:

    a) Peragaan cara menyikat gigi dilakukan dengan

    menggunakan sikat gigi dan model rahang atas dan

    rahang bawah.

    b) Sampel diisntruksikan untuk melakukan penyikatan

    gigi dengan teknik scrub atau teknik horizontal.

    d. Setelah 7 hari (diharapkan sampel telah mampu melaksanakan

    secara individual cara penyikatan yang baik dan benar), peneliti

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    51/73

    51

    kembali mendatangi lokasi penelitian untuk diadakan

    pemeriksaan plak indeks akhir pada kedua kelompok.

    4.10 KRITERIA PENILAIAN

    Penilaian penurunan plak gigi diperoleh dari kemampuan sampel

    menurunkan atau menghilangkan jumlah plak yang diukur dengan

    menggunakan PHP indeks (Patient Hygiene Performance).

    Gigi yang diperiksa adalah gigi:

    6 1 6

    6 1 6

    Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada:

    a) Permukaan labial gigi insisifus pertama kanan atas

    b) Permukaan labial gigi insisifus pertama kiri bawah

    c) Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas

    d) Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas

    e) Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah

    f) Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah

    Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian

    fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi

    menjadi lima subdivisi, yaitu :

    a. D : distal

    b. G : 1/3 tengah gingiva

    c. M : mesial

    d. C : 1/3 tengah

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    52/73

    52

    e. I/O : 1/3 tengah insisal/oklusal

    Gambar 7. Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHPSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan PenyakitJaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. 2009

    Dengan kriteria penilaian:

    0 = tidak ada plak

    1 = ada plak

    Nilai tiap gigi = jumlah nilai dari 5 bagian gigi

    Nilai tiap individu = jumlah nilai 6 gigi indeks dibagi 6

    Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu

    dengan rumus :

    Jumlah total nilai plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa

    Jumlah gigi yang diperiksa

    Nilai yang dihasilkan adalah berupa angka. Kriteria penilaian

    tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP (Personal

    Hygiene Performance), yaitu :

    a. Sangat Baik = 0

    b. Baik = 0,1 1,7

    c. Sedang = 1,8 3,4

    d. Buruk = 3,5 5

    IP PHP =

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    53/73

    53

    Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, lakukan

    penggantian gigi tersebut dengan ketemtuan sebagai berikut :

    a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada

    gigi molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada

    penilaian dilakukan pada molar ketiga, akan tetapi kalau molar

    pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian

    untuk segmen tersebut.

    b. Jika gigi insisivus pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti

    oleh gigi insisivus kiri dan jika gigi insisivus kiri bawah tidak

    ada, dapat diganti dengan gigi insisivus pertama kanan

    bawah, akan tetapi jika gigi insisivus pertama kiri atau kanan

    tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

    c. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan keadaan

    seperti: gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa

    akar, gigi yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat

    dari akrilik maupun logam, mahkota gigi sudah hilang atau

    rusak lebih dari bagiannya pada permukaan indeks akibat

    karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai

    tinggi mahkota klinis.

    d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indeks

    yang dapat diperiksa

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    54/73

    54

    4.11 DATA PENELITIAN

    a. Jenis data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti selama

    penelitian berlangsung.

    b. Pengolahan data

    Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan

    menggunakan SPSS for Windows versi 16.0

    c. Analisis data

    Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

    data uji beda dengan menggunakan uji t

    d. Penyajian data

    Penyajian data pada penelitian ini berupa penyajian

    dalam bentuk tabel

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    55/73

    55

    4.12 BAGAN ALUR PENELITIAN

    Keterangan :

    Kelompok perlakuan

    Kelompok kontrol

    Pengukuran

    nilai plak

    pertama

    dengan

    menggunakan

    indeks PHP

    pada anak

    murid kelas VI

    sekolah dasar

    Pengukuran

    nilai plak

    kedua setelah

    7 hari dengan

    menggunakan

    indeks PHP

    pada anak

    murid kelas VI

    sekolah dasar

    Pemberianpenyuluhan kesehatangigi dan mulut denganmetode demonstrasi,khususnya peragaanpenyikatan gigi yang

    benar

    Analisis data

    Kesimpulan

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    56/73

    56

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Telah dilakukan penelitian mengenai efek penyuluhan kesehatan gigi

    dan mulut dalam upaya menurunkan indeks plak pada murid kelas VI

    sekolah dasar. Penyuluhan pada penelitian ini menggunakan teknik

    demonstrasi. Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret - 15 April 2012 di

    Desa Padang Loang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang.

    Penelitian ini melibatkan tiga sekolah dasar, yakni SD Inpres Padang Loang,

    SD Negeri 260 Banga dan SD Inpres Palita. Penelitian ini menggunakan

    metode subjek penelitian sehingga seluruh murid-murid sekolah dasar kelas

    VI pada tiga sekolah dasar tersebut diambil sebagai subjek penelitian.

    Seluruh murid-murid berjumlah 50 orang dan terdapat satu orang yang

    memenuhi kriteria eksklusi, sehingga total subjek penelitian seluruhnya

    adalah 49 orang.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sehingga

    pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan

    sesudah perlakuan. Subjek pada penelitian ini juga dibagi dalam dua

    kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (yang tidak diberi

    perlakuan). Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian penyuluhan

    dengan teknik demonstrasi. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    57/73

    57

    indeks plak melalui pemeriksaan klinis, sehingga diperoleh nilai plak. Hasil

    penelitian selanjutnya akan diolah dan ditampilkan dalam tabel sebagai

    berikut:

    Tabel 1. Distribusi karakteristik subjek (N=49)

    Tabel 1 memperlihatkan distribusi karakteristik subjek penelitian yang

    memiliki jumlah sebanyak 49 orang. Terlihat pada tabel 1 bahwa jumlah laki-

    laki (25 orang) lebih banyak daripada perempuan (24 orang). Subjek

    terbanyak berasal dari SD Inpres Palita (18 orang) dan yang paling sedikit

    adalah SD Inpres Padang Loang (15 orang). Pada tabel 1 juga terlihat bahwa

    kelompok perlakuan memiliki subjek yang lebih banyak (25 orang) daripada

    kelompok kontrol (24 orang), hal ini dikarenakan adanya subjek yang

    tereksklusi pada saat penelitian berlangsung.

    Karakteristik subjek Frekuensi (n)Persen

    (%)

    Jenis kelamin

    Laki-laki 25 51,0

    Perempuan 24 49,0

    Sekolah

    SD Inpres Padang Loang 15 30,6

    SD Banga 16 32,7

    SD Inpres Palita 18 36,7

    Kelompok intervensi

    Perlakuan 25 51,0

    Kontrol 24 49,0

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    58/73

    58

    Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin pada kelompok

    perlakuan dan kontrol.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

    (100%). Jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang terdiri dari kelompok

    perlakuan 12 murid (48%) dan kontrol 13 murid (52%). Sedangkan jenis

    kelamin perempuan sebanyak 24 murid yang terdiri dari kelompok perlakuan

    13 murid (54.2%) dan kontrol 11 murid (45.8%).

    Tabel 3. Distribusi status kebersihan mulut kelompok intervensi sebelum

    penyuluhan

    Tabel 3 terlihat distribusi status kebersihan mulut (status plak)

    sebelum penyuluhan. Melalui tabel ini, kelompok kontrol memiliki subjek

    paling banyak dengan kategori status kebersihan mulut sedang, yaitu

    sebanyak 16 orang, dan yang paling sedikit adalah subjek dengan kategori

    baik, yaitu sebanyak 1 orang.

    Jenis Kelamin

    Kelompok Intervensi

    TotalPerlakuan KontrolN % N % N %

    Laki-lakiPerempuan

    1213

    48.054.2

    13`11

    52.045.8

    2524

    100.0100.0

    Jumlah 25 51.0 24 49.0 49 100.0

    Kelompok intervensiStatus Kebersihan Mulut (Status Plak)

    sebelum penyuluhan Total

    Baik Sedang Buruk

    Perlakuan 0 (0) 11 (44%) 14 (56%) 25 (100%)

    Kontrol 1 (4,2%) 16 (66,7%) 7 (29,2%) 24 (100%)

    Total 1 (100%) 27 (100%) 21 (100%) 49 (100%)

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    59/73

    59

    Tabel 4. Distribusi status kebersihan mulut kelompok intervensi setelah

    penyuluhan

    Tabel 4 menunjukkan lanjutan tabel 3, yaitu distribusi status

    kebersihan mulut setelah penyuluhan. Pada tabel ini, terlihat secara

    keseluruhan berkurangnya subjek dengan status kebersihan mulut sedang

    dan buruk, serta meningkatnya subjek dengan status kebersihan mulut yang

    baik. Pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan subjek dengan

    status kebersihan mulut baik, yaitu sebanyak 23 orang. Adapun kelompok

    kontrol mengalami peningkatan pada status kebersihan mulut buruk, yaitu

    menjadi 17 orang.

    Tabel 5 Distribusi rata-rata nilai plak sebelum dan setelah penyuluhan

    Karakteristik subjekNilai plak sebelum

    penyuluhanNilai plak setelah

    penyuluhan

    Mean SD Mean SD

    Jenis KelaminLaki-laki 3,3470,737 2,5941,375Perempuan 3,4220,506 2,3271,367

    Kelompok IntervensiPerlakuan 3,5521,283 1,2830,303Kontrol 3,2080,655 3,6930,832

    Total 3,3840,629 2,4631,363

    Tabel 5 memperlihatkan distribusi rata-rata nilai plak sebelum dan

    setelah penyuluhan. Berdasarkan jenis kelamin nilai rata-rata plak sebelum

    dan setelah penyuluhan untuk subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki

    nilai rata-rata plak sebelum penyuluhan sebesar 3,347, sedangkan untuk

    Kelompok intervensi

    Status Kebersihan Mulut (Status Plak)

    setelah penyuluhan Total

    Baik Sedang Buruk

    Perlakuan 23 (95,8%) 2 (25%) 0 (0) 25 (100%)

    Kontrol 1 (4,2%) 6 (75%) 17 (100%) 24 (100%)

    Total 24 (100%) 8 (100%) 17 (100%) 49 (100%)

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    60/73

    60

    perempuan sebesar 3,422. Setelah diberikan penyuluhan, nilai rata-rata plak

    laki-laki berkurang hingga 2,594 dan untuk perempuan menjadi 2,327. Untuk

    kelompok perlakuan, nilai rata-rata plak sebelum diberikan penyuluhan

    sebesar 3,552 dan setelah penyuluhan berkurang menjadi 1,283. Berbeda

    dengan kelompok kontrol yang bertambah dari 3,208 menjadi 3,693.

    Tabel 6 Perbedaan status kebersihan mulut kelompok intervensi sebelum

    dan setelah penyuluhan

    Kelompokintervensi

    Nilai plak

    sebelumpenyuluhan

    Nilai plak

    setelahpenyuluhan

    Selisih

    nilai plak p value

    Mean SD Mean SD Mean SD

    Perlakuan 3,5521,283 1,2830,303 2,260,490,000a

    Kontrol 3,2080,655 3,6930,832 0,480,53Total 3,3840,629 2,4631,363 0,921,48

    a Independent t-test: p

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    61/73

    61

    Tabel 7. Distribusi subjek pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis

    kelamin terhadap status kebersihan mulut sebelum penyuluhan

    Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

    (100%). jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang pada pengukuran

    pertama kondisinya baik sebanyak 1 murid (4%), pengukuran yang hasilnya

    sedang sebanyak 15 murid (60.%) dan yang pengukurannya buruk ada 9

    murid (36%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 24 murid yang

    pada pengukuran pertama kondisinya baik tidak ada murid, pengukuran yang

    hasilnya sedang sebanyak 12 murid (50%) dan yang pengukurannya buruk

    ada 12 murid (50%).

    Jenis kelamin

    Status kebersihan mulut sebelum

    penyuluhan TotalBaik Sedang Buruk

    Laki-laki 1 (4%) 15 (60%) 9 (36%) 25 (100%)Perempuan 0 (0%) 12 (50%) 12 (50%) 24 (100%)Jumlah 1 (2%) 27 (55,1%) 21 (42,9%) 49 (100%)

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    62/73

    62

    Tabel 8. Distribusi subjek pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis

    kelamin terhadap status kebersihan mulut setelah penyuluhan

    Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

    (100%). jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang pada pengukuran

    kedua kondisinya baik sebanyak 10 murid (40.0%), pengukuran yang

    hasilnya sedang sebanyak 6 murid (24.0) dan yang pengukurannya buruk

    ada 9 murid (36.0%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 24

    murid yang pada pengukuran kedua kondisinya baik sebanyak 14 murid

    (58.3%), pengukuran yang hasilnya sedang sebanyak 2 murid (8.3%) dan

    yang pengukurannya buruk ada 8 murid (33.3%).

    Tabel 9. Perbedaan nilai plak pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis

    kelamin setelah penyuluhan

    Jeniskelamin

    Nilai plak sebelumpenyuluhan

    Nilai plak setelahpenyuluhan

    Selisihnilai plak Uji t

    (p)Mean SD Mean SD

    Laki-laki 3.350.74 2.591.37 0,76 0.023

    Perempuan 3.420.51 2.321.37 1,1 0.001

    Tabel 9 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pengukuran

    pertama dengan pengukuran kedua pada kelompok laki-laki karena dari hasil

    uji t diperoleh nilai p sebesar 0.023 yang lebih kecil dari 0.05 yang

    menunjukkan adanya perbedaan. Dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa

    ada perbedaan antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua pada

    Jenis kelaminStatus kebersihan mulut sebelum

    penyuluhan TotalBaik Sedang Buruk

    Laki-laki 10 (40%) 6 (24%) 9 (36%) 25 (100%)Perempuan 14 (58,3%) 2 (8,3%) 8 (33,3) 24 (100%)Jumlah 24 (49%) 8 (16,3%) 17 (34,7%) 49 (100%)

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    63/73

    63

    kelompok perempuan karena dari hasil uji t diperoleh nilai p sebesar 0.001

    yang lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya perbedaan.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    64/73

    64

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang efek

    penyuluhan penyikatan gigi dengan penurunan indeks plak pada murid kelas

    VI sekolah dasar. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan

    informasi ilmiah kepada murid-murid sekolah dasar kelas VI tentang cara

    menjaga kesehatan gigi dan mulutnya terkhusus pada bagaimana cara

    penyikatan gigi yang benar.

    Pada penelitian ini didapatkan jumlah subyek penelitian sebanyak 49

    murid, yang terdiri dari 25 murid laki-laki (51%) dan 24 murid perempuan

    (49%) yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu kelompok

    perlakuan sebanyak 25 murid dan kelompok kontrol sebanyak 24 murid.

    Hasil data ini memperlihatkan jumlah subyek laki-laki lebih banyak dari

    perempuan. Jumlah subyek pada penelitian ini dapat terlihat pada tabel 1.

    Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu di tiga sekolah yang

    berbeda. Pada hari pertama, peneliti datang ke sekolah untuk melakukan

    pengukuran nilai plak pada murid-murid yang sebelumnya telah dibagi

    menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    Kemudian pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa penyuluhan

    tentang kesehatan gigi dan mulut terkhusus tentang cara penyikatan gigi

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    65/73

    65

    yang benar. Pada penyuluhan ini menggunakan metode demonstrasi,

    sehingga semua murid pada kelompok perlakuan dapat ikut berpartisipasi

    aktif dalam peragaan cara penyikatan gigi yang benar. Setelah tujuh hari

    kemudian peneliti datang kembali ke sekolah yang sama untuk melakukan

    pengukuran nilai plak akhir pada kedua kelompok tersebut.

    Status kebersihan mulut murid (nilai plak) sebelum dilakukan

    penyuluhan, distribusinya dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel ini

    menunjukkan kelompok perlakuan dengan status kebersihan mulut tertinggi

    pada kategori buruk (14 murid) sedangkan pada kelompok kontrol, status

    kebersihan mulutnya tertinggi pada kategori sedang (16 murid). Untuk status

    kebersihan mulut murid (nilai plak) setelah dilakukan penyuluhan dapat

    dilihat pada tabel selanjutnya.

    Pada tabel 4 menunjukkan status kebersihan mulut (nilai plak) pada

    kelompok perlakuan dengan status kebersihan mulut tertinggi pada kategori

    baik (23 murid) sedangkan pada kelompok kontrol, status kebersihan

    mulutnya tertinggi pada kategori buruk (17 murid). Ini berarti status

    kebersihan mulut pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan

    daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok

    perlakuan diberikan intervensi berupa penyuluhan tentang kesehatan gigi

    dan mulut khususnya cara menyikat gigi yang benar sebelum dilakukan

    pengukuran nilai plak yang terakhir, sehingga dengan diberikannya

    peyuluhan ini, maka murid-murid akan bertambah pegetahuannya yang

    nantinya diharapkan dapat bersikap dan berperilaku sadar dalam menjaga

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    66/73

    66

    kesehatan gigi dan mulutnya serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

    hari.

    Kemudian dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan efek

    penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap penurunan indeks plak antara

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan

    nilai plak kelompok kontrol mengalami peningkatan dari 3,208 menjadi 3,693

    dengan selisih 0,485. Berbeda dengan kelompok kontrol, pada kelompok

    perlakuan mengalami penurunan nilai plak dari 3,552 menjadi 1,283 dengan

    selisih 2,269. Pada uji independent-t test diperoleh p

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    67/73

    67

    Dasar Islam Terpadu Imambukhari oleh Eriska Riyanti dkk (2005) yang

    hasilnya menunjukkan terjadi perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut

    yang diukur dengan penurunan indeks plak pada siswa-siswi yang

    sebelumnya mendapatkan penyuluhan penyikatan gigi yang baik dan benar.

    Hal ini menunjukkan program kesehatan gigi yang diberikan dengan

    penyuluhan berupa peragaan efektif dalam menunjang peningkatan

    kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar.7

    Pada tabel 7 memperlihatkan karateristik subjek berdasarkan jenis

    kelamin pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan penyuluhan. Murid

    perempuan memiliki nilai plak pada kategori sedang dan buruk tertinggi

    (masing-masing 12 murid) sedangkan dengan murid laki-laki dengan nilai

    plak tertinggi pada kategori sedang (15 murid). Pada tabel 8 terlihat

    perbedaan pada hasil pengukuran yang kedua setelah dilakukan

    penyuluhan. Perhitungan nilai plak pada murid laki-laki dan murid perempuan

    mengalami pertambahan jumlah subyek pada kategori baik yaitu murid laki-

    laki bertambah 9 murid dan murid perempuan bertambah 14 murid. Hal ini

    berarti bahwa terjadi perbedaan jumlah penambahan murid pada kategori

    baik antara murid perempuan dan murid laki-laki.

    Kemudian hasil uji t menunjukkan rata-rata nilai plak pada murid laki-

    laki mengalami penurunan dari 3,35 menjadi 2,59 dengan nilai p

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    68/73

    68

    sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dapat disebabkan oleh

    karena pada perkembangan psikologi anak menunjukkan bahwa anak

    perempuan lebih perhatian untuk menjaga kesehatan dan penampilannya

    dibandingkan anak laki-laki pada umumnya.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    69/73

    69

    BAB VII

    PENUTUP

    7.1 SIMPULAN

    a. Pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

    demonstrasi cara menyikat gigi kepada murid sekolah dasar

    merupakan upaya yang cukup efektif untuk menurunkan

    indeks plak pada gigi.

    b. Terdapat perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dan

    mulut dengan demontrasi cara menyikat gigi terhadap

    penurunan indeks plak berdasarkan jenis kelamin pada siswa

    sekolah dasar.

    7.2 SARAN

    a. Mengaktifkan kembali UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

    di sekolah bekerja sama dengan tenaga kesehatan gigi agar

    kerusakan gigi pada anak dapat terdeteksi sedini mungkin.

    b. Pengenalan pentingnya kesehatan gigi dan mulut sebagai

    upaya pemeliharaan kesehatan sebaiknya dilakukan sejak

    usia dini, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara

    murid, guru dan orang tua.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    70/73

    70

    c. Sebaiknya dilakukan pengontrolan sikat gigi dan pasta gigi

    pada penelitian selanjutnya.

    d. Sebaiknya dilakukan perhitungan PHP di setiap sisi

    permukaan gigi indeks pada penelitian selanjutnya.

  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    71/73

    71

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Said F, Rahmawati I, Hadayati S. Gambaran kebersihan gigi mulut danpengetahuan cara menyikat gigi murid SD negeri Hapingin kelas IV danV Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah. BuletinPenelitian RSUD Dr Soetomo 2009 Sep; 3(11):148-150

    2. Situmorang N. Status dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi danmulut murid sekolah di 8 Kecamatan di Kota Medan. Dentika DentalJournal 2008 Dec; 2(3): 115-9.

    3. Darwita RR, Rahardjo A, Amalia R. Penerimaan guru SDN 03 Senen

    terhadap program sikat gigi bersama di dalam kelas pada murid kelas 1dan 2. Cakradonya Dent J 2010 Dec; 2(2): 159-250.

    4. Hamsar A. Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (soft) dengansikat gigi yang berbulu sedang (medium) terhadap manfaatnyamenghilangkan plak pada anak usia 9-12 tahun di SD Negeri 060830Kecamatan Medan Petisah tahun 2005. Jurnal Ilmiah PANNMED. 2006Jul; 1(1): 20-3.

    5. Hariyani N, Setyo L, Soedjoko. Mengatasi kegagalan penyuluhankesehatan gigi pada anak dengan pendekatan psikologi. Dentika Dental

    Journal 2008; 1(13): 80-4

    6. Darwita RR, Novrinda H, Budiharto. Efektivitas program sikat gigibersama terhadap risiko karies gigi pada murid sekolah dasar. J IndonMed Assoc 2011 Mei: 204-9

    7. Riyanti E,Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan Pendidikan PenyikatanGigi Dengan Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa-Siswi SekolahDasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. hal 3-10. Diunduh dari:http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf. Diakses Oktober 2010.

    8. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadappenyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Trisakti. PDGI Online. Hal 1-3

    9. Hiremath S. Text Book of Preventive and Community Dentistry. NewDelhi: Elsevier; 2007. p. 385-8.

    http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf.%20Diakses%20Oktober%202010http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf.%20Diakses%20Oktober%202010http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf.%20Diakses%20Oktober%202010http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf.%20Diakses%20Oktober%202010http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf.%20Diakses%20Oktober%202010
  • 7/29/2019 SKRIPSI INDAH NISITA PUTRI.docx

    72/73

    72

    10. Tambun LE. Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak. Hal 1-7. Diunduhdari:http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf. Diakses 30Desember 2011.

    11. Mas A. Pelayanan Masyarakat. Hal : 1-5. Diunduh dari:http://bz.blogfam.com/2010/10/program.html. Diakses 30 Desember2011

    12. Soekidjo N. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;2007.57-68

    13. Poernomo SD. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan

    Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2007; 4: 65-6.

    14. Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulutmelalui perubahan perilaku anak. Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasPadjadjaran. hal 1-22. Diunduh dari:http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2. Diakses 30 Desember2011

    15. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta:EGC; 2001, 67

    16. Farani W, Sudarso ISR. Pengaruh perbedaan menyikat gigi denganmetode horisontal dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anakPerempuan Usia 12 Tahun. Dentika Dental Journal 2008; 2(13):108-111.

    17. Yanti GN, Natamiharja L. Pemilihan dan pemakaian sikat gigi padamurid-murid SMA di Kota Medan. Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasSumatera Utara. Dentika Dental Journal 2005; 1(10): 28-32.

    18. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringankeras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2009, 59-60, 112-120

    19. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. MajKed Gigi 2005 Jul:130-4

    20. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. Silabus periodonti. 4 th ed. Jakarta: EGC;2005,p.15-6, 73-5

    21. Hamrun N, Rathi M. Perbandingan status gizi dan karies gigi pada muridSD Islam Athirah dan SD Bangkala III Makassar. Jurnal Dentofasial2009; 1(8): 27-34.

    http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdfhttp://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdfhttp