SKRIPSI - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/335/1/Adam...KEMENTERIAN AGAMA...
Transcript of SKRIPSI - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/335/1/Adam...KEMENTERIAN AGAMA...
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
ADAM BAHRUDDIN SYAH
NIM: 11110106
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM TRADISI BARATAN DI
DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
ADAM BAHRUDDIN SYAH
NIM: 111 10106
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tangga 1 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :Mufiq, S.Ag. M.Pd. _________________
Sekretaris Penguji : Sukron Ma’mun, M.Si. _________________
Penguji I : Drs. Juz’an, M.Hum. _________________
Penguji II : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. _________________
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
SukronMa’mun, M. Si
DOSEN IAIN SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : NaskahSkripsi
Saudara
Kepada
Yth.Rektor IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama :Adam Bahruddin Syah
NIM : 11110106
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul :NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Adam Bahruddin Syah
Nim : 11110106
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dala skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga,19 Januari 2015
Penulis
Adam BahruddinSyah
NIM: 11110106
MOTTO
“SATU DETIK YANG KITA LEWATI, TIDAK MUNGKIN KITA DAPAT MENGULANGI
NYA KEMBALI
DAN SATU DETIK YANG AKAN DATANG, BELUM TENTU KITA DAPAT
MELALUINYA,
JADI LAKUKANLAH DI SETIAP DETIK KITA DENGAN IBADAH DAN PAHALA”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada yang terhormat:
1. Alm. Bapakku (H. Han Hasan Salim), Semoga tenang dalam tidur panjangnya
dan Ibuku (Hj. Siti Sumiyati), yang memiliki mata bening nan basah penuh
harapan bertangan lemah menengadah lirih berdo’a untuk kesuksesan buah
hatinya tanpa balas budi, dan ibuku yang selalu memberikan yang terbaik
buataku, dan selalu ada saat aku rapuh dan sakit. Dan tak pernah mengeluh
selalu tersenyum, serta do’a yang tak pernah padam di setiap sujud disiang
dan malam hari.Ibu berdo’a ayah menjaga, seperti itu yang dia berikan
padaku. Terima kasih banyak orang orang tuaku.
Warhamhuma Kama Rabbayani Shaghiran.
2. Mbak kutercinta Mbak Eva Suriyah makasih atas masukan dan nasehatnya
yang di berikan padaku.
3. Mas ku tercinta Mas A. Rikza Sulthan, terima kasih atas dukungan dan kasih
sayangnya yang ta pernah henti memperhatikanku.
4. Mas Agus Rahman Salim, yang selalu sabar membibingku dan selalu
perhatian buataku.
5. Mbak Lilik Rahmawati.terimakasih atas dukungan dan kasih sayangnya yang
selalu mengalir buataku.
6. Mbak Titik makasih banget selalu siap menuntunku dan selalu ada saat aku
ada masalah.
7. Saudara-saudara iparku (Mas Jun, Mbak Lilis, Mbak Sari dan Mas Nurul),
terima kasih atas dukungannya.
8. Buat orang yang sepesial buat aku. Makasi banget dan nemeninaku selama ini
dalam keadaan apa pun, dan memberikan semangat yang tiada henti.
9. Sahabat-sahabatku seperjuangan PAI, khususnya Yusuf faisal, Agus Wacid,
daryanto, mas imam, mas antok kang sukur dan semuanya kalianlah yang
telah memberikan arti persekawanan hidup.
10. Keluarga besar Mbah H. Madun dan Mbah Hj. Muna yang telah banyak
memberikan arti kekeluargaan. dan persaudaraan.
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menganugerahkan kenikmatan dan
yang memberI petunjuk kepada semua hamba-Nya menuju kebaikan dan jalan
yang benar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah bagi junjungan Nabi
Muhammad SAW dan keluarga beserta pengikutnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM
TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014.
Di dalam penyusunas sekripsi ini tidak lepas dari masalah dan tantangan
yang menghadang di depannya, tetapi dengan niat dan tekad yang kuat, akhirnya
saya dapat menyelesaikan tugas yang harus saya kerjakan dan akhirnya Allah
memberikan jalan yang bahagi di akhirnya.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan tidak mungkin mengabaikan banyak pribadi yang membantu
secara langsung atau tidak, baik dari segimoril mau pun materi. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnyakepada:
1. Bapak Drs. Rahmat Hariyadi M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Rasimin,. S. Pdi. M. Pd, selaku Ketua Program Studi PAI
3. Ibu Muna Erawati. M. Si,Selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Bapak Sukron Ma’mun, M. Si. Sebagai pembimbing, beserta keluarga.
Penyusun haturkan terimakasih yang tak terhingga atas segala pengarahan
dan bimbingannya.
5. Bapak Suaib Zuber, selaku Kepala Desa Kriyan yang memperkenankan saya
untuk meneliti perayaan baratan di sana.
6. Serta para perangkat desa yang selalu bersedia memberikan data dan
informasinya.
7. Ibu dan alm. Bapakku yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dengan
do’a dan kasih sayangnya, terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya.
Khususnya alm bapakku semoga Allah menerima semua amal dan ibadahmu.
Terlebih ibuku semoga di berikan kesehatan, panjang umur dan bahagias elalu.
8. Mbak Eva, Mas Arik, Mas Agus, dan Mbak Lilik kalian semua yang selalu
memberi dukungan dan semangat dalam hidupku.
9. MbakTitik, yang telah sabar mendampingiku dalam membuat skripsi, semoga
acita-citamu dapat tercapai.
Besar harapan penulis semoga segala perhatian, arahan dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapat pahala
dari Allah SWT., Amin. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang terkandung
dalam skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua pihak yang terkait.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Salatiga, 12 Desember 2014
Penyusun
Adam BahruddinSyah NIM: 1111 0106
ABSTRAK
Bakhruddin Syah, Adam, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Baratan Di
Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara Tahun 2014.
Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron
Ma’mun, M. Si.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Dalam Tradisi, Baratan
Penelitian ini merupakan penerapan nilai-nilai agama Islam yang terkandung di
dalam tradisi Baratan yang selalu di selengarakan setiap satu tahun sekali di desa
Kriyan, focus penelitian yang dikaji adalah: 1.Bagaimana sejarah tradisi Baratan
yang di laksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. 2.
Bagaimana prosesi tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara. 3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang
terkandung dalam tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, maka kehadiran
peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument
dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat dalam
penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan
data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data
yang ada, lalu melakukan reduksi data, display data, verifikasi ,serta menarik
kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data
dengan menggunakan ketekunan pengamatan.
Hasil penelitian yang di dapat menunjukkan bahwa sejarah tradisi Baratan di
masyarakat Desa Kriyan, merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat desa Kriyan, pada
hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah untuk memeringati bulan NisfuSya’ban
dan memeringati wafatnya Sultan Handhirin yang telah di bunuh oleh Arya
Panangsang dan juga sebagai penanda hari jadi jepara dan desa-desa yang lain. Di
dalam prosesi Baratan banyak kegiatan yang dapat di dilaksankan yaitu dari mulai
yang pertama adalah musyawarah, bersih-bersih desa, ziyarah, mempersiapkan
tempat, mempersiapkan peserta dan pendanaan.Nilai-nilai pendidikan Islam dalam
tradisi Baratan adalah memberikan pelajaran tentang nilai aqidah, ibadah,
musyawarah dan gotongroyong dan juga keyakinan bahwa Allah SWT adalah
tempat satu-satunya meminta pertolongan, Allah adalah Dzat yang Maha
Pengampun, lagi maha segalanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LOGO ...................................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... v
MOTTO .................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 8
E. Definisi Oprasional .............................................................................. 9
F. Metode Penelitian................................................................................. 11
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 11
2. Tempa tdan Waktu Penelitian.......................................................... 12
3. Subjek Penelitian ............................................................................. 12
4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 13
5. Teknis Analisis data......................................................................... 15
6. Sistem Penulisan .............................................................................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 19
A. Definisi Nilai ........................................................................................ 19
B. Pengertian Nilai Pendidikan ................................................................. 23
C. Jenis Nilai Pendidikan .......................................................................... 26
1. Pendidikan Keluarga........................................................................ 26
2. Pendidikan sekolah .......................................................................... 30
3. Pendidikan Islam di Masyarakat...................................................... 34
D. Upacara Adat danTradisi Islam Baratan .............................................. 35
E. Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam ............................... 41
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................... 42
A. Letak Geografis Desa Kriyan ............................................................... 42
1. Taraf Pendidikan dan Mata Pencaharian Warga Desa Kriyan ........ 44
B. Sejarah Tradisi Baratan di Desa Kriyan ............................................... 46
C. . Prosesi Tradis iBaratan ......................................................................... 50
BAB IVPEMBAHASAN ................................................................................ 56
A. Nilai Aqidah ......................................................................................... 58
B. Nilai Ibadah .......................................................................................... 58
C. Nilai Syukur ......................................................................................... 59
D. Nilai Gotong Royong ........................................................................... 61
E. Nilai Persatuandan Kesatuan ................................................................ 62
F. Nilai Musyawarah ................................................................................ 63
G. Nilai Pengendalian Sosial ..................................................................... 63
H. Nilai Kearifan Lokal ............................................................................. 64
BAB VPENUTUP ........................................................................................... 66
A. Kesimpulan ........................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan
2. Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Riwayat Hidup
5. Lembar Konsultasi
6. Dokumentasi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurt Kelompok Umur ......................................... 42
Tabel 3.2Data Pemeluk Agama............................................................................. 44
Tabel 3.3 Data Jenis Pendidikan ........................................................................... 45
Tabel 3.4 SaranaP endidikan ................................................................................. 45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan
2. Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Riwayat Hidup
5. Lembar Konsultasi
6. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri
atas dua kata, yakni “ pendidikan dan Islam”. Dalam konteks keislaman,
definisi pendidikan sering disebut dengan berbagai istilah, yakni al-tarbiyah,
al-ta’lim, al-ta’dib, al-riyadhah (Muhaimin dan Mujib, 1993:97). Setiap
istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
perbedaan konteks kalimatnya dalam penggunaan istilah tersebut. Akan tetapi
dalam keadaan tertentu, semua istilah itu memiliki makna yang sama yakni
pendidikan.
Para ahli pendidikan telah banyak membahas tentang kajian istilah-
istilah tersebut yang pertama, al-tarbiyah yang sering di sebut dalam
khazanah pendidikan Islam. Menurut Muhaimin dan Mujib (1993:130) al-
tarbiya mempunyai arti sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan, yang
di mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih
tinggi. Sedangkan al-ta’lim mempunyai arti memperoleh ilmu pengetahuan
dan keahlian dalam berfiki, kemudian istilah al-ta’dib juga mempunyai
makna pengenalan atau pengakuan yang secara berangsur-angsur. Dan yang
terakhir al-riyadhah mempunyai arti pelatihan atau pengajaran kepada
manusia (Gunawan, 2014:4).
Dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan merupakan bentuk nilai-
nilai yang ingin diwujudkan kedalam pribadi murid, oleh karena itu rumusan
tujuan pendidikan bersifat komprehensif, mencakup semua aspek dan
terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. Begitu juga dengan pakar
pendidikan yang lain, memberikan rumusan tentang pendidikan di antaranya
adalah. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai
macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dari
generasi kegenerasi (Choirul, 2006:34).
Dengan demikian upaya yang tepat untuk membentuk kepribadian salah
satunya adalah dengan melalui sarana kebudayaan yaitu dengan cara
melestarikan budaya yang ada. Karena dengan adanya budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang kepada kita, masyarakat berharap supaya
tradisi yang ditinggalkan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
masyarakat dan khususnya pada perkembangan masyarakat dan pada anak-
anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk perilaku yang
baik dapat diwujudkan dengan melalui beberapa cara, biasanya dengan
mengunakan kebudayaan dan tradisi yang ada. Biasanya didalamnya
mempunyai manfaat dan pesan yang dapat di ambil hikmahnya sebagai
pendidikan.
Suatu tradisi biasanya dalamnya mengandung unsur serangkaian
kebiasaa dan nilai-nila yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan
pengetahuan. tradisi juga dapat memberikan efek kebiasaan yang baik dan
biasanya berlangsung dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-
nilai yang diwariskan biasanya berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat masih
dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat.
Dalam suatu tradisi selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional dan
biasanya masih di anggap sakral, oleh karena itu upacara tradisional semacam
itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk mengenang atau
menghormati arwah para leluhur yang sudah mewarisakan sebuah tradisi
kepada nya.
Sebagian masyarakat masih ada yang mempunyai kepercayaan, bahwa
dengan adanya melakukan ritual atau upacara tersebut, para arwah leluhur
dapat memberikan barokah atau keselamatan kepada keluarga dan masarakat
yang ditinggalkan. Seperti pada masyarakat yang lain yang memepercayai hal
seperti itu, dengan begitu mereka merasa tenang dan damai ketika sudah
melaksanakan tradisi tersebut, yang di maksud masyarakat sepeti ini adalah
mereka yang masih mengunakan kepercayaan yang dulu, dan itu pun cuma
sebagian orang saja. Namun pada mayoritas masyarakat yang lainya lebih-
lebih yang sudah faham dan fasih tentang agama seperti pada masyarakat
kriyan mereka tetap menjalankan tradisi Baratan tanpa sedikit mengunakan
ritual-ritual yang seperti itu.
Supaya tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan suatu
pendekatan, dimana pendekatan itu dilalui dengan berbagai cara, salah
satunya dengan tradisi yang berbentuk perayaan yang biasa di selenggarakan
di masyarakat. Dalam tradisi ini dapat dipakai untuk mengukuhkan kembali
nilai-nilai dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat, oleh karena itu
tradisi ini merupakan salah satu bentuk kegiatan sosial dan sakral yang sangat
diperhatikan oleh masyarakat. Dengan tujuan mengali tradisi atau kebudayaan
daerah yang sudah di wariskan kepada masyarakat, serta bertujuan ikut
mengembangkan kebudayaan nasional. Dengan melaksanakan kebudayan
yang ada nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalamnya secara tidak
langsung dapat memberikan pelajaan dan manfaat bagi masarakat yang
melaksanakanya.
Selain itu tradisi seperti ini berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan
solidaritas, sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial kebudayaan
dan agama. Dalam masyarakat Jawa banyak di jumpai beberapa tradisi yang
masih dilaksanaka dan dilestarikan oleh masyarakat sampai ini, salah satunya
tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang yaitu tradisi Baratan. Tradisi
Baratan digelar masyarakat sebagai wujud rasa sukur atas karunia tuhan
berupa rezeki, kesehatan, keselamatan dan keberkahan yang telah diberikan
Allah SWT kepada mereka.
Pada hakikatnya tradisi Baratan tersebut merupakan kegiatan sosial
yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam usaha bersama untuk
memeriyahkan malam Nisfu Sya’ban sekaligus mengenang wafatnya suami
Ratu Kalinyamat yaitu Sultan Handhirin, yang telah di bunuh oleh Arya
Panangsang. Serta memeringati ulang tahun Kota Jepara dan desa-desa yang
lain, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan
amal baik dan buruk. Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai
ajang evaluasi diri untuk memohon ampun dan berlomba-lomba untuk
melakukan perbuatan yang baik, karena sudah seharusnya manusia
melakukan semua yang telah diperintahnya dan menjauhi apa yang telah
dilarangnya. Setelah bulan ini masyarakat akan kedatangan bulan suci
Ramadhan yang penuh ampunan dan berkah, oleh karena itu masyarakat
sangat antusias dalam melaksanakanya. Di samping tujuan tersebut,
masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat
keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.
Tradisi Baratan tidak sampai di situ saja, tradisi yang satu ini sangat
berbeda dengan tradisi-tradisi yang lain. Di mana di dalam tradisi ini ada
arak-arakan yang sngat panjang, yang terdiri dari rombongan Ratu
Kalinyamat, Wali Kutub, Dayang, Prajurit dan pengiring yang membawa
impes (lampion) yang sangat meriah sekali. Tradisi Baratan ini kemudian
dikemas menjadi acara tahunan yang di tunggu-tuggu oleh masyarakat sekitar
dan juga masyarakat dari kota-kota yang lain. Sehingga acara ini menarik
perhatian ribuan pasang mata dari masyarakat sekitarnya dan para
pengunjung yang lainnya. Acara ini juga pernah menjadi salah satu peristiwa
yang tercatat dalam buku MURI (Musium Rekor Indonesia) yaitu pawai
membawa lampion dengan peserta terbanyak yang terjadi di Desa Kriyan
Kecamatan Kalinyamat beberapa tahun yang lalu. Selain itu sebelum
masyarakat melaksanakan tradisi atau upacara arak-arakan, biasanya para
warga masyarakat berduyun-duyun datang ke masjid atau musolah-musolah
terdekat untuk melaksanakan salat maghrib berjamaah. Kemudian dilanjutkan
pembacaan Surat Yasin sebanyak 3 kali seperti yang biasa di lakukan dalam
ajaran agama Islam. Sering juga kita dengar dari para Ustadz, bahwa dalam
membaca Surat Yasin, tepatnya pada bulan Nisfu Sya’ban kita di suru
berdo’a atau meminta ke pada Allah dengan do’a yang berbeda di setiap
selesai membaca Surat Yasin selama 3 kali tersebut. Do’a yang pertama
meminta di ampuni dosanya, ke dua minta panjang umur (terhindar dari
cobaan dan penyakit), dan do’a yang ketiga meminta di lapangkan rizkinya.
Kemudian dilanjutkan dengan acara pengajian dan tahlilan bersama dan juga
mengirim do’a kepada ahli kubur mereka, kemudian acara di lanjutkan
dengan acara makan bersama (Bancakan) atau selametan dengan hidangan
yang sangat khas dengan tradisi Baratan yaitu nasi Ambengan (tumpeng) dan
jadah (Puli). Puli sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada
pada perayaan tersebut. Menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa
Kriyan, kata puli diambil dari bahasa Arab yaitu dari kata “Afwu lii”, yang
berarti 'maafkanlah aku. Nisfu Sya’ban merupakan momentum menghadapi
Ramadhan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa dan penyakit hati yang
lainnya, selain jajanan Puli juga ada jajanan (Apem) yaitu jajanan sejenis kue
yang berbentuk bulat dan biasanya ada di setiap acara selamatan di
masyarakat. Setelah itu biasanya para masyarakat sekitar sesudah
melaksanakan kegiatan di masjid dan di mushola, mereka lalu datang ke
tempat dimana tradisi Baratan di laksanakan, untuk menyaksikan arak-arakan
dan rombongan Ratu Kalinyamat. Kemudian setelah acara tersebut selesai,
pada malamnya masyarakat mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan
tersebut di isi dengan kegiatan yang positif pula, seperti lomba pentas seni,
tari dan derama. Ada juga warga yang berkumpul-kumpul dengan saudara,
kerabat dan tetangga, serta pemanjaran lampion di depan rumah-rumah
penduduk.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Maka peneliti mengajukan penelitian
yang berjudul” NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
B. Fokus asalah
1. Bagaimana sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara?
2. Bagaimanakah prosesi tradisi baratan di Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara?
3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam tradisi baratan di
Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara.
2. Untuk mengetahui ritual apa saja yang terdapat dalam tradisi Baratan di
Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara.
3. Untuk Mengetahui nilai-nilai Pendidikan dalam tradisi Baratan di Desa
Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi, serta
dapat berguna pula untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di
dalamnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat berguna sebagai masukan untuk masyarakat, khususnya bagi
orang tua untuk memberikan masukan dan perhatiyannya kepada anak-
anaknya, lebih-lebih di bidang pendidikan yang terdapat di dalam tradisi
baratan.
Sedangkan bagi peneliti sendiri semoga bisa menambah wawasan
dan pengetahuan tentang budaya dan tradisi, dan serta bisa ikut
melestarikan serta menjaga kebudaya dan tradisi yang masi ada.
E. Definisi Oprasional
Untuk menghindari kesalapahaman dan penafsiran dalam
memahami judul di atas, maka penulis ingin menjelaskan pengertian dan
isitilah-istilah yang ada di dalamnya yaitu:
1. Nilai
Nilai adalah sebuah unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga
membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh atau
tidak boleh dilakukan (Liliweri, 2002:50). Begitu pula degan pendapat
yang lain yaitu nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat,
kesukaan, pilihan, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan dan daya tarik,
juga hal-hal lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi
sekitarnya (Munandar, 1995:18).
Jadi nilai sendiri adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai
subjek untuk mengukur segala sesuatu yang baik atau yang buruk, juga
sebagai suatu batasan atau ukuran bagi dirinya. Sedangkan menurut lasyo
(1999:9) nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam
segala tingkah laku atau perbuatanya (Setiadi, 2006:123).
2. Pendidikan Islam
Menurut (GBHN, 1973:33). Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha yang didasari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Kemudian mengenai konsep pendidikan,
pengertian pendidikan bagi kita bertujuan bukan hanya mengisi yang
dididik dengan ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilanya.
tetapi juga mengembangkan aspek moral dan agamanya. Konsep ini
sejalan dengan konsep manusia yang tersusun dari tubuh, akal dan hati
nurani yang kita yakini.
Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri
terdiri atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “Islam”. Menurut Ahmad
Tafsir (2004:24) bahwa secara sederhana pendidikan Islam adalah
pendidikan yang “berwarna” Islam, maka pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berdasar Islam, dengan demikian nilaa-nilai ajaran Islam
itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses pendidikan (Gunawan,
2014:1).
Sedangkan tujun pendidikan Islam menurut langgulung (1986:33)
pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana yang
tersirat dalam peran dan kedudukannya sebagai manusia. Yang di landasi
sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah
(Gunawan, 2014:10).
3. Tradisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1208). Kata tradisi
bermakna adat yang turun temurun dari nenek moyang, yang masih di
jalankan dalam masyarakat. Selain itu tradisi merupakan gambaran sikap
dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan
dilaksanakan secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Biasanya
sebuah tradisi tetap saja di anggap sebagai cara atau model terbaik selagi
belum ada alternatif lain.
4. Baratan
Tradisi Baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman berasal dari
kata Baro’ah atau Bara’atan yang berarti berkah, menurut beliau juga kata
“Baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “Baraah” yang
berarti keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan. Dalam buku
“Legenda Jepara”, tradisi Baratan merupakan tradisi yang dilakukan untuk
mengenang, menghormati wafatnya Sultan Hadirin dan memperingati hari
jadi dari masing-masing desa. Dengan mengadakan ritual-ritual tertentu,
dengan tujuan mandapatkan barokah dan keselamatan (Priyanto, 2014:39).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif menurut (Denzin
dan Lincoln :1987) yaitu penelitian yang mengunakan latar alamiah,
dengan maksut menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2009:5).
Dari berbagi definisi yang ada, dapat di simpulkan bahwa penelitian
ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, peranan, nilai dan
tindakan secara menyeluruh. Penelitian ini biasanya mengunakan metode
yang biasanya di manfaatkan oleh peneliti lain yaitu dengan metode,
wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara, penelitian ini di lakukan karena tradisi Baratan
tersebut mempunyai ke khas an atau keunikan yang tidak di miliki oleh
tradisi-tradisi yang lain. Karena tradisi ini juga banyak memberikan nilai-
nilai pendidikan dan solidaritas serta kerukunan bagi masyarakat
sekitarnya. Perayaan ini dilakukan secara bersama-sama tanpa melihat
status sosial atau keturunan dan suku manapun, dari situlah peneliti ingin
mengetahui secara mendalam tentang tradisi Baratan yang sudah
dilaksanakan sejak dahulu. Waktu penelitian di mulai sejak tangal 13
Juni sampai dengan tangal 6 Desember 2014.
3. Subjek Penelitia
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan pegawai instansi
pemerintahan daerah dan masyarakat sebagai pendukung tradisi Baratan.
Di antaranya yaitu perangkat desa, lurah, modin, tokoh masyarakat dan
warga, yang benar-benar paham dan mengetahui sejarah yang aslinya,
sebagai subjek atau narasumber yang telah dipilih, diharapkan dapat
memberikan gambaran atau keadaan yang sebenarnya tentang trdisi
Baratan yang ada di desanya. Karena pihak-pihak yang dipilih
merupakan orang-orang asli dari desa setempat dan harap saya semoga
informasi dan data yang di berikan benar-benar sesuai dengan apa yang
sebenarnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, diperlukan beberapa teknik metode
pengumpulan data yaitu pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi,
dari teknik tersebut akan dijelaskan berikut ini, teknik tersebut digunakan
peneliti dalam rangka memperoleh informasi guna saling melengkapi,
yang pertama yaitu:
a. Metode Pengamatan
Pengamatan sebagi langkah awal dalam pengumpulan data,
dimana peneliti terjun langsung ke lapangan melihat dan
mengamati sendiri. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaiman yang terjadi pada keadaan sebenarnya, peneliti disini
mengamati langsung dari proses sebelum acara sampai
berlangsungnya acara tradisi Baratan selesai. Tugas peneliti disini
mengamati berbagai acara mulai dari bersi-bersi, berkumpul di
moshola dan kemudian menyaksikan arak-arakan Ratu Kalinyamat
dan pawai obor yang sedang berlangsung.
Pengamatan di bagi menjadi dua, yaitu pengamatan terbuka
dan pengamatan tertutup.
a) Pengamatan terbuka yaitu pengamatan di ketahui oleh
subjek, sebaliknya para subjek memberikan kesempatan
pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.
Dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati
hal yang dilakukan oleh mereka.(Moleong, 2008:176).
b) Pengamatan tertutup yaitu mengadakan pengamatan
tanpa di ketahui subjeknya, biasanya pengamatan yang
seperti ini dilakukan pada peneliti pada tempat umum
Seperti bioskop, taman lapangan atau tempat yang lain
(Moleong, 2008:176).
b. Metode Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksut
tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang memeberikan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan, dengan cara
sistematis. Pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal
atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data
atau informasi yang akurat (Moleong, 2008:186).
Seperti yang di tegaskan oleh Lincoln dan Guba
(1985:266) yaitu, mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi
sasaran wawancara adalah perangkat desa, tokoh
masyarakat, warga dan sumber lain yang terpercaya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang
berguna sebagai bukti untuk melengkapi data, karena
merupakan sumber yang akurat. Sumber data yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan
tradisi Baratan, seperti foto, tulisan wawancara, dan alat
lain sebagai penguat dokumentasi (Moleong, 2008:216).
Selain dengan metode pengamatan wawancara dan
dokumentasi, juga mengunakan observasi yaitu melakukan
penelitian secara langsung dalam pelaksanaan tradisi
Baratan di Desa Keriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara.
5. Teknik Analisis Data
Tujuan utama penelitian ini adalah memahami prilaku masyarakat
dalam konteks tertentu, sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan
pendekatan penelitian kualitatif tersebut. Maka proses dan teknik analisa
data yang ditempuh peneliti cenderung beragam, kualitas konseptual,
kreatifitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisa. Sesuai
dengan sifat peneliti yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, yaitu
penelitian yang natural dan yang sedang terjadi di masyarakat. Tentunya
semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi
ini berupa uraian yang penuh deskripsi yang mengenai subjek yang
diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnya yang
berkaitan. Tentu tidak semua data itu di pindahkan dalam laporan
penelitian, melainkan dianalisis dengan mengunakan prosedur,.menurut
sugiono (2009) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil
keputusan dan verifikasi.
a. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan dengan meneliti seluru data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan lapangan, wawancara
dan dokumentasi, sehingga peneliti dapat menemukan hal-hal pokok
dan proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.
b. Display Data
Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum semua hal-hal
pokok yang telah ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data
disusun dengan cara menggolongkannya kedalam pola, tema, unit atau
katagori, sehingga tema utama dapat di ketahui dengan mudah,
kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa
yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah
merupakan proses penyederhanaan dan transformasi timbunan data
mentah, sehingga menjadi kesimpulan-kesimpulan yang singkat, padat
dan bermakna.
c. Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang
telah diambil dengan data pembanding yang bersumber dari hasil
pengumpulan data dan penunjang lainnya. Penguji ini dimaksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan
kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan
keterkaitannya dengan temuan-temuan dari peneliti lainnya yang
relevan.
6. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dlam penulisan sekripsi ini dipakai aturan saling terkait
dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masala, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pegunaan penelitian, definisi operasional metode
penelitian subyek, metode pengumpulan data, metode analisis
data serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi nilai 2. Pengertian nilai pendidikan 3. Jenis nilai
pendidikan meliputi: a. Pendidikan keluarga b. Pendidikan
keluarga c. Pendidikan Islam masyaraat. 4. Upacara adat dan
tradisi Baratan 5. Nilai-nilai pendidikan yanga terdapat dalam
pesta Baratan a. Nilai aqidah b, Nilai ibadah c. Nilai Syukur d.
Nilai gotong royong.
BAB III HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi 1. Letak geografi Desa Kriyan. a. Taraf
pendidikan dan mata pencaharian warga Desa Kriyan 2. Sejarah
tradisi Baratan di Desa Kriyan. 3. Prosesi tradisi Baratan.
BAB IV ANALISIS DATA
Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi
Baratan serta Pembahasan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan
saran, diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran
yang dapat mendukung laporan penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Nilai
Nilai adalah suatu penetapan atau salah satu kualitas objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat (Muhaimin, 1993:109). Nilai
juga bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra,
sedangkan yang dapat di tangkap hanya barang atau tingkah laku yang
mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan
dan konkret, oleh karena itu, masalah nilai bukan soal benar atau salah, tetapi
soal dikehendaki atau tidak, sehingga bersifat objektif. Adapun dalam
masyarakat yang di bahas adalah nilai inti (score value), nilai inti ini diikuti
oleh setiap individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang
itu benar-banar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor
penentu untuk berprilaku (Munandar, 1995:25). Bahkan menurut Williams
sistem nilai itu tidak tersebar sembarangan, tetapi menunjukan serangkaian
hubungan yang bersifat timbal balik, yang menjelaskan adanya tata tertib di
dalam suatu masyarakat.
Menurut Cheng (1955), Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam
arti terdapat hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk
menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat
yang seharusnya dimiliki.
Nilai juga merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang
akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol, dan pesan-pesan verbal
maupun non verbal. Nilai juga merupakan sebuah unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah
sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan (Alo Liliweri, 2003:
82).
Begitu juga menurut Hierarki, nilai dapat disimpulkan bahwa nilai yang
tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi
manusia. Terdalam dalam arti lebih hakiki dan lebih bersifat kepentingan
dalam bentuk ideal yang dapat dipikirkannya, seperti nilai ibadah dan
kecintaan kita kepada tuhan. Sedangkan nilai yang semakin rendah lebih
bersifat sementara, tergantung pada indrawi manusia dan lebih bersifat
pragmatis untuk memuaskan jasmani manusia, seperti cinta kitakepada
sesame dan pada benda, (Setiadi, 2006:120).
Nilai juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, terdapat bermacam-
macam nilai, antara lain:
1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi
(2009:29).
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai undang-undang
d. Nilai agama
Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan, dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan
tuntutan fisik biologis, keamanan cintah kasi, harga diri dan yang terakhir
kebutuhan jati diri. Apabilah kebutuhan dikaitkan dengan tata nilai
agama akan menimbulkan penafsiran yang keliru, apakah untuk
menemukan jati diri sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu
baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih renda tercukupi lebih
dahulu. Misalnya makan cukup, tidak ada yang mengganggu dalam
beragama, dicintai dan di hormati kemudian orang itu baru dapat beriman
dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak
tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak
terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.
Selanjutnya upaya mereduksi nilai dengan kondisi psikologis terjadi
apabila nilai di hubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Sesuatu yang menyenangkan atau kenikmatan.
b. Identik dengan yang diinginkan.
c. Merupakan sasaran perhatian.
Karena kesenangan, kenikmatan, keinginan dan harapan merupakan
kondisi kejiwaan, maka pereduksian nilai dengan kondisi psikologis ini
hanya menempatkan nilai sebagai pengalaman pribadi semata (Setiadi,
2006:125).
Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup manusia
sudah memadai dan mencakup hubungan manusia dengan tuhan,
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, karena itu nilai juga
mencakup nilai ilahiyah (ke-Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah
(kemanusiaan).
Sifat-sifat nilai menurut Sjarkawi (2009: 31) adalah sebagai berikut.
1. Didasarkan atas sifat nilai, nilai dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a)
nilai-nilai subjektif, b) nilai-nilai objektif rasional, c) nilai-nilai
objektif metafisik, nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi
subjek terhadap obyek, hal ini sangat tergantung kepada masing-
masing pengalaman subjek tersebut. Selanjutnya nilai subjektif
rasional (logis), yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari obyek
secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti nilai
kemerdekaan, setiap orang memiliki hak hak untuk merdeka, nilai
kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan
sebagainya. Sedangkan nilai objektif metafisik yaitu nilai-nilai yang
ternyata mampu menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai
agama.
2. Nilai bila dilihat dari sumbernaya terdapat a) nilai illahiyah (ubudiyah
dan muamalah), b) nilai insania, nilai illahiyah adalah nilai yang
bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insania adalah
nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar keriteria yang diciptakan
oleh manusia pula.
3. Dilihat dari segi ruang lingkup dan berlakunya nilai, nilai dapat dibagi
menjadi a) nilai-nilai universal dan b) nilai-nilai lokal. Tidak semua
nilai-nilai itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang
bersifat universal.
4. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi a) nilai
hakiki, (root values) dan b) nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki
itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental
dapat bersifat lokal, pasang surut dan temporal.
B. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
Manusia adalah makhluk sosial yang dibekali tuhan dengan akal, dimana
akal dapat menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu, pendidikan
merupakan proses yang dilakukan oleh sebagian masyarakat,. Pendidikan
juga merupakan jawaban yang dinantikan kehadirannya guna menyelesaikan
seluruh kerusakan yang di akibatkan oleh sistem pendidikan (Setiawan,
2006:23).
Sedangkan menurut Dr. M Fadhli al-Jamali menyatakan pendidikan
adalah sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia
lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan maupun perbuatan (Jalaludin, 2001:73).
Pendidikan Islam juga di artikan sebagai usaha mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat, dan
kehidupan dalam alam sekitarnya. melalui proses pendidikan, perubahan itu
di tandai dengan nilai-nilai Islami. Definisi lain menjelaskan pembelajaran
adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar,
sedangkan pengertian pembelajaran PAI harus didasarkan pada pengetahuan
siswa yang belajar dan lebih sering difokuskan kepada suatu materi, ada
kepentingan antara panjangnya materi pelajaran yang tercampur atau tidak
tercampur, dengan spesifikasi apa yang harus dimunculkan.
Pengertian pendidikan Islam secara terminology, sebagaimana
diungkapkan oleh Marimba (1998:4) memberikan definisi pendidikan Islam
sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam.
Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan Islam adalah suatu
proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian
secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani
(Gunawan, 2014:8).
Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada
pengembangan fitrah keberagamaan dan sunber daya insane lainya agar lebih
mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
mengatakan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat
dimensi yaitu:
a) Tujuan peandidikan jasmani (al-ahdaf al jismiyah). Bahwa proses
pendidikan di tujukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia
sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh. Melalui pelatihan
keterampilan fisik, beliau berpijak pada pendapat Imam al-Nawawi yang
menafsirkan al-qawy sebagai kekuatan iman yang di topang oleh
kekuatan fisik.
b) Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah wai ahdaf
al-diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka
meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada allah
semata, dan melaksanakan akhlak qur’ani yang di teladani oleh Nabi
SAW sebagai perilaku perwujudan keagamaan.
c) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses pendidikan
ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk
menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya, dengan menelaah ayat-
ayatnya (baik qauliyah dan kauniyah).
d) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa proses
pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan kepribadiaan yang
utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat
plural (Gunawan, 2014:10).
Dengan demikian pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad
Tafsir (2004), secara sederhana sering diartikan dengan pendidikan yang
berdasarkan Islam. Dalam pengertian yang lain, dikatakan bahwa pendidikan
Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna
dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmani, sempurna budi pekertinya
(akhlak), teratur pikirannya, halus perasaannya (Gunawan, 2014:19).
Demikian pula sebagai mahluk sosial, manusia juga memerlukan
pendidikan khusus, pendidikan ini di arahkan kepada usaha membimbing dan
pengembangan potensi manusia agar serasi dengan lingkungan sosialnya,
berdasarkan ruang lingkup lingkungan sosial tersebut maka perlu pula
dirumuskan pendidikan yang lebih khusus.
C. Jenis-Jenis Nilai Pendidikan
Dalam GBHN (Ketetapan MPR No.IV/MPR/1978). Berkenaan dengan
pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut:”Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah
dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah (Daradjat, 2011:34).
1. Pendidikan Keluarga
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari mereka anak mula-mula menerima pendidikan,
dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal
tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan setrukturnya
yang memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.
Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak
(Daradjat, 2011:36).
Pendidikan Islam telah menunjukan pada tataran konseptual bahwa
proses pendidikan dalam keluarga merupakan realisasi tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anaknya. Di antaranya melalui aspek-
aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam
pendidikan anaknya. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah
pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al-Qur’an,
aspek pendidikan akhlak karimah dan aspek pendidikan Islamiyah.
Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu
anak-anak dapat memahami posisi dan peranya masing-masing, serta
membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma agama
Islam. Agar mampu melaksanakannya untuk memperoleh hidayah dari
Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syura’a ayat
214 :
Artinya:
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang ter dekat (Q.S. Asy-
Syuara’:214).
Demikian pula agam Islam memerintahkan agar para orang tua
berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya, serta
berkewajiban memelihara keluarganya dari api neraka.
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat At- Tahrim ayat 6:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka (At- Tahrim Ayat: 6).
Keluarga secara normatif juga termasuk ke dalam kelompok lembaga
pendidikan di luar sekolah, Islam memandang keluarga sebagai salah
satu bentuk lembaga pendidikan karena di dalam keluarga berlangsung
pula proses kependidikan. Anak berperan sebagai peserta didik dan orang
tua sebagai pendidik, hubungan interaksi anak dan orang tua inilah proses
kependidikan Islam berlangsung, perlakuan orang tua terhadap anak-
anaknya ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian maupun
kecerdasan anak (Rahman, 2005:161).
Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah
pendidikan aqidah Islam, aqidah adalah inti dari dasar keimanan
seseorang yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Aqidah Islam
berkaitan dengan keyakinan anak sejak masih di dalam rahim, anak terus-
menerus dibimbing agar memahami Allah dan sifat-sifatnya, biasanya
yang pertama ditekankan kepada anak adalah kehidupan yang rukun
dalam rumah tangga. Orang tua memberi contoh dan teladan kepada anak
dengan mengajak mereka melaksanakan salat berjamaah, berlatih
melakukan puasa dan berbagi kegiatan yang menciptakan watak dan
kebiasaan anak dengan perbuatan yang baik menurut tuntunan agama.
terutama, ketauhidannya yang bulat dan utuh. Firman Allah dalam Surat
Al-Luqman ayat 13-15:
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S Luqman ayat 13-15).
2. Pendidikan Sekolah
Menurut Prof. Drikarya merumuskan pendidikan sebagai
proses memanusiakan manusia, yaitu sebuah pengangkatan manusia
ketaraf insan, sehingga dia dapat menjalankan hidupnya sebagai
manusia utuh dan membudayakan diri. Pendidikan juga sebagai
proses homonisasi dan humanisasi, membentuk manusia utuh,
bermoral, berwatak, berkepribadian, berpengetahuan, dan berrohani
(Benni, 2006:63).
Sedangkan menurut undang-undang sisitem pendidikan
nasional UU nomor 20 Tahun 2003, pendidikan dimaksudkan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
menyumbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Dalam pengertian yang begitu ideal tentu sangat membutuhkan
perhatian semua pihak, terutama para guru dan dosen yang memang
bertanggung jawab langsung atas keberhasilan peserta didik.
Memang guru bukanlah satu satunya faktor dalam kesuksesan
belajar mengajar tetapi masih banyak faktor lainnya yang sangat
menunjang dan bahkan menentukan keberhasilan suatu
pembelajaran, seperti perpustakaan, laboratorium, dan berbagai
fasilitas lainnya. Tetapi faktor guru atau dosen memang tidak bisa di
kesampingkan begitu saja, bahkan dalam jenjang pendidikan tertentu
faktor guru menjadi sangat dominan dan menentukan.
Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit
dia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.
Oang tua sering menyerahkan anaknya ke sekolah, tidak secara
langsung mereka melimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang
tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan
guru atau sekolah, karena tidak sembarang orang dapat menjabat
sebagai guru (Daradjat, 2011:39).
Dengan demikian peran guru yang sangat ideal, tentunya guru
mempunyai tugas yang berat untuk dapat sukses memerankan
dirinya sebagai guru ideal, tugas sebagai seorang guru sesungguhnya
telah banyak dirumuskan oleh beberapa ahli, namun yang jelas tugas
tersebut setidaknya berkaitan dengan bidang profesi, bidang
kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan, tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih, mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.
Tugas guru dalam kemanusiaan adalah memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua, di mana dia harus menarik simpati dan
menjadi idola para peserta didiknya, adapun yang diberikan atau
disampaikan guru kepada peserta didik hendaknya dapat memotivasi
hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang
menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri peserta
didik.
Di negara lain sejak dahulu guru itu sangat di hormati oleh
masyarakat, kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti
pengajar, melainkan juga sebagai pendidik, baik di dalam maupun di
luar sekolah. Guru harus menjadi penyuluh masyarakat, tapi juga
sebagai pemberdaya suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan
oleh unsur manapun. Dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dulu,
semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan
tugasnya, semakin terjamin pula terciptanya kehandalan dan
terbinanya kesiapan seseorang, dengan kata lain potret manusia yang
akan datang bisa terlihat dari potret guru dimasa sekarang. Juga
gerak maju dinamika kihidupan sangat tergantung dari citra guru di
tengah-tengah masyarakat.
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru atau ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang
pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup, dalam firman
Allah SWT dalam Surat Al-Mujadillah ayat 11:
Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat (Al- Mujadillah ayat:11).
Melihat tugas dan peran guru yang sedemikian, tentu sangat
diharapkan bahwa seluruh guru akan dapat memerankan dirinya
sebagaimana yang seharusnya yaitu sebagai panutan dan contoh bagi
masyarakat. Sehingga proses pendidikan yang ada akan benar-benar
dapat membentuk sosok ideal yang diinginkan, lebih-lebih guru
pendidikan agama Islam, yang memang disamping mempunyai misi
yang sama pada guru umumnya yakni untuk mencerdaskan bangsa.
Dan juga mempunyai misi lain yang luhur yaitu mempersiapkan
generasi yang pandai, berakhlak mulia, dan taat menjalankan ajaran
agamanya.
3. Pendidikan Islam di Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan,
secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan
individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan negara,
kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,
peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Masyarakat sangat besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau
penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu
saja menghendaki agar setiap anak di didik menjadi anggota yang
taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan
keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan
sekolahnya. Bila anak telah besar di harapkan menjadi anggota yang
baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara
(Daradjat, 2011:44).
Lingkungan masyarakat juga merupakan tempat bargaul
sekaligus menerima pendidikan sosial bagi setiap keluarga yang ada
di dalamnya. Dan agama sebagai sumber sosial normatif dapat
dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya dengan aspek
pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari, biasanya melibatkan
kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar
jangkauan manusia. Oleh karena itu, secara sosiologis agama
menjadi penting dalam kehidupan manusia bermasyarakat, sehingga
lingkungan bermasyarakat merupakan kontrol terhadap perilaku-
perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Pembinaan nilai agama dalam masyarakat dapat dilihat dari
akhlak keluarga yang ada di dalamnya, apabila akhlak semua
anggota keluarga telah baik, maka akan baik pula lingkungan
masyarakatnya. Pembinaan lingkungan masyarakat dengan
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai
kegiatan yang bersifat menumbuh kembangkan pemahaman tentang
Islam, misalnya kegiatan pengajian, gotong royong, silaturakhim dan
dialog interaktif sehingga masyarakat memahami ajaran Islam yamg
seutuhnya.
D. Upacara Adat dan Tradisi Islam Baratan
Tradisi baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman, berasal dari kata
Baro’ah atau Bara’atan yang berarti berkah. Menurut beliau juga kata
“baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “Baraah” yang berarti
keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan, jadi tradisi Baratan
adalah suatu adat kebiasaan untuk mendapatkan keselamatan dan keberkahan
dari Allah SWT, yang dilakukan secara turun temurun, dan di laksanakan
setiap tahun sekali.
Dalam buku legenda Jepara tradisi Baratan juga merupakan tradisi turun
temurun dari dulu, tradisi ini dimaksudkan untuk memperingati atau
menyambut malam Nisfu Sya’ban. Dimana sering kita menyebut pada malam
itu adalah malam pergantian buku amal ibadah kita, dan tradisi Baratan juga
merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, yaitu suami Ratu
Kalinyamat yang di bunuh oleh Arya Penangsang, dan kemudian jenazah
Sultan Hadirin. Pada waktu itu diboyong pada malam hari maka butuh sebuah
lampu penerang berupa (obor), yang sekarang dikenal dengan lampion
sebagai simbolis peristiwa tersebut. Jadi setiap tangal 15 Sya’ban masyarakat
memperingatinya, dan tujuan tradisi ini juga sekaligus memeringati hari jadi
kota Jepara dan hari jadi masing-masing desa. Dengan mengadakan
selamatan (kenduri) bersama dengan hidangannya yaitu nasi tumpeng
(ambengan) dan dilengkapi dengan jadah puli yang ditaburi parutan kelapa
serta kue apem yang di bawa ke mushola-mushola, masjid dan balai desa..
(Puli) sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada pada
perayaan Baratan tersebut, menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa,
kata Puli diambil dari bahasa Arab dari kata “Afwu lii”, yang berarti
'maafkanlah aku'. Serta tidak ketingalan pula pemanjaran (uplik) atau
sekarang sering disebut lampu lampion, yang di pasang di depan rumah-
rumah penduduk. Setelah itu para warga ber duyun-duyun pergi ke tempat
perayaan yang sering disebut dengan tradisi Bratan. Tujuannya yaitu
menyaksikan pawai rombongan Ratu Kalinyamat beserta dayang dan
pengikutnya dan setelah itu biasanya para masyarakat sekitar pada malam nya,
mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan tersebut di lakukan dengan
kegiatan yang positif pula. Seperti lomba pentas seni, tari derama dan yang
lain, lalu di lanjutkan berkumpul dengan saudara, kerabat dan tetangga, tradisi
ini dilaksanakan atau dirayakan oleh masyarakat sekitar, dan desa-desa yang
ada di sekelilingnya yang masih antusias untuk melaksanakannya.
Baratan juga suatu bentuk tradisi atau kegiatan perayaan yang di bungkus
dengan gotong royong dan kebersamaan oleh masyarakat desa tanpa melihat
status, setrata dan sosial masyarakat. Diman semua warga memiliki hak dan
kewajiban yang sama, sebagai bentuk wujud sukur atau penghormatan kepada
Tuhan dan kepada alam semesta, dimana alam telah memberikan sumber
kehidupan sudah sepantasnya bila manusia menjaga dan melestarikan alam.
Tradisi Baratan bertepatan dengan bulan Nisfu Sya’ban atau bulan Ruwah,
dimana bulan itu adalah bulan yang sangat mulia karena pada malam Nishfu
Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk.
Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi
diri setelah memohon ampun kepada Allah SWT, jadi masyarakat lebih
antusias untuk melaksanakanya. Karena disamping tujuan tersebut,
masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat
keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.
Setelah itu lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali
seperti yang di lakukan masyarakat Islam pada umumnya, seperti yang sering
kita dengar dari para ustadz, yang sering memberikan tausiyah bahwa dalam
membaca surat Yasin, tepatnya pada bulan Nisfu Sya’ban. Kita di suru berdoa
atau meminta ke pada Allah dengan do’a yang berbeda di setiap selesai
membaca surat yasin selama 3 kali, yang pertama meminta di ampuni
dosanya, kudua minta panjang umur (terhindar dari cobaan dan penyakit), dan
ketiga meminta di lapangkan rizkinya.
Karena setelah bulan Nisfu Sya’ban kita akan kedatangan bulan suci
Ramadhan yang sangat suci dan mulia, sudah sepantasnya jika kita berusaha
memperbaiki sikap dan perilaku kita. Bukan hanya di dalam bulan itu saja
tetapi kita harus menjalankan juga di bulan-bulan lainya, supaya kita selalu
senantiyasa mendekatkan diri kepada allah SWT yang maha pencipta alam
dan seisinya.
Tidak sampai di situ saja, maksud diadakan tradis Baratan yang di
barenggi dengan selamatan pada malam Nisfu Sya’ban adalah suatu
penghormatan kepada Allah SWT tuhan Yang Maha Esa. Yang di lakukan
masyarakat desa, tanpa melihat setatus, strata dan sosial. Selanjutnya sebagai
bentuk rasa sukur atas kemurahan berkah, rahmat dan karunia yang tiada tara
yang di berikan oleh Allah SWT kepada manusia. Juga sebagai sarana
perminta maafan masyarakat kepada sang pencipta serta juga sebagai media
permohonan ampun atas kesalahan dan dosa para leluhur pendiri desa dan
leluhur keluarga besar masyarakat di sekitar nya.
Maksud diadakannya tradisi Baratan adalah bukan semata-mata hanya
berupa arak-arakan atau pesta perayaan, namun juga ada maksud dan manfaat
yang lain. Yaitu untuk menumbuh kembangaan rasa cinta dan bangga sebagai
warga, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dimana masyarakat desa
agar mempunyai kemampuan untuk bangkit menuju masa depan yang lebih
baik, tanpa harus meningalkan budaya lokal yang penuh kearifan.
Tujuan yang lain di adakan tradisi Baratan adalah mengalang dan
memperkokoh persatuan warga masyarakat, serta melestarikan adat istiadat
dan budaya Jawa khususnya yang ada di desa Kriyan. Dan juga memberikan
pembelajaran bagi generasi muda agar tidak lupa akan sejarah dan dan
kebudayaan masyarakat. Tradisi Baratan juga sebagai media anjangsana bagi
warga, sekaligus juga sebagai sarana penghormatan bagi para pendiri desa
dan tokoh agama, juga masyarakat yang telah berjasa atas perkembangan dan
pembangunan desa serta penghormatan bagi leluhur desa yang telah
mendahului kita dan mewariskan segala tradisi bagi warga desa, dan semua
itu tidak ada unsur untuk menyekutukan allah dan jauh dari kesan musrik.
Tradisi Baratan pada umumnya menjadi tradisi yang sangat besar dan di
nanti-nanti setiap tahunya oleh masyarakat sekitar dan dari penjuru desa atau
kota-kota yang lain. Karena tradisi ini sangat kental dengan budaya dan
agama di dalamnya, yang dapat memberikan masukan yang sangat berharga
khususnya bagi kita sendiri dan keluarga atau orang terdekat. Hajatan rutinan
ini dilakukan secara kolektif, dengan dana yang di tanggung secara bersama
yaitu dari desa, instansi pemerintah dan para remaja. Kegiatan ini dilakukan
oleh seluruh warga desa, tua mudah, pria dan wanita, dan juga bersama setaf
dan sesepuh desa, kepala desa, camat dan sesepuh atau ustadz, tanpa ada yang
di bedakan.
Secara umum kegiatan tradisi Baratan meliputi beberapa kegiatan, yang
pertama yaitu:
1. Memeringati bulan Nisfu Sya’ban dan juga menyambut datangnya bilan
ramadhan, sedangkan menurut bulan Jawa adalah tanggal 15 ruwah,
yang biasanya di percaya orang Jawa khususnya di daerah kriyan sendiri
sebgai bulan untuk mengirim do’a untuk para leluhur, dan juga di
barenggi dengan tradisi Baratan.
2. Memeringati wafatnya Sultan Handhirin yaitu suami dari Ratu
Kalinyamat yang terbunuh karena di bunuh oleh Arya Panangsang, yaitu
musuh dari Ratu Kalinyamat, atau masarakat sering menyebut sebagai
(khaoul) Sultan Handhirin atau mengenang wafatnya.
3. Sebagai hari ulang tahun atau hari jadi Kota Jepara dan desa-desa di di
sekitar desa keriyan.
4. Sebagai ajang untuk silaturahim antar warga, karena pada pesta Baratan
banyak warga yang dari jauh pada berkumpul atau datang kerumah
kerabat atau saudaranya guna mempererat tali silaturahim dan sekaligus
ingin ikut memeriyahkan acara pesta baratan tersebut.
5. Sedangkan yang terakhir sebagai sarana untuk melestarikan budaya
daerah yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, supaya tradisi
tetap ada dengan seiringnya zaman.
E. Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam
Selain nilai positif dari tradisi Baratan terdapat juga nilai-nilai yang leluhur yang
masih dilakukan beberapa orang yang tidak sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam,
di antaranya adalah:
1. Beberapa orang masih mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu
seperti bertapa memberi sesajian di tempat tertentu, membakar
menyan. Hal tersebut masih menunjukan bahwa sebagian orang
tersebut masih belum yakin sepenuhnya kepada Allah SWT, dzat
maha tunggal, masyarakat masih cenderung mengikuti budaya
leluhur yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Ada juga yang masih mempercayai, meminta pertolongan dan
keselamatan kepada arwah atau leluhur yang sudah meningal.
Menurutnya dengan memberikan sesaji di pohon atau jalan mereka
akan memberikan pertolongan kepadanya dan masyarakat.
3. Sikap pemborosan, yaitu kegiatan tradisi ini membutuhkan dana yang
cukup banyak hanya untuk kegiatan-kegiatan yang mengandung
pemborosan.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Keriyan
Desa Keriyan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara.
Adapun desa-desa yang berbatasan dengan desa adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Margoyoso
2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bakalan
3. Sebelah timur berbatasan desa Robayan
4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Purwogondo
Luas desa Kriyan kurang lebih 97.35 ha, yang terdiri dari tanah sawah,
tanah pekarangan, tanah pemukiman, jalan serta sungai.
Berdasarkan data dari kepala Desa Kriyan pada bulan Juni 2014, Desa
Kriyan terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Mino, Dusun
Setinggil, dan dusun Kauman.
Menurut data monografi bulan Juni 2014 penduduk desa Kriyan terdiri
dari 1.172 kepala keluarga dengan jumlah 5098 jiwa, di kelompokan
berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0 - 4 th
5 -10 th
11 – 16 th
17 – 20 th
21 – 24 th
25 – 28 th
29 – 32 th
33 – 36 th
37 – 40 th
41 – 44 th
45 – 48 th
49 – 54 th
55 – 59 th
60 keatas
267
241
231
240
250
250
248
186
170
160
130
90
50
70
260
223
222
225
248
265
230
170
155
175
116
85
60
81
527
464
453
465
498
515
478
356
325
335
246
175
110
151
Jumlah 2583 2515 5098
Sumber: Demografi Desa Kriyan
Agama yang dianut oleh masyarakat Desa kriyan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Data Pemeluk Agama
Sumber: Demografi Desa Kriyan
1. Taraf Pendidikan dan Mata Pencaharian Warga Desa Kriyan
Walaupun letaknya agak lumyan jauh dari ibu kota
kabupaten, namun masyarakat Desa Kriyan memiliki motivasi
untuk memperoleh jenjang pendidikan yang sangat besar. Hal ini
terbukti bahwa masyarakat desa Kriyan telah dinyatakan bebas dari
Tiga Buta Aksara Sejak 1987. Hal ini berarti bahwa para orang tua
memiliki kemauan yang sangat tinggi untuk memasukan anak-
anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus
keluar kota.
Menurut data di balai desa tingkat pendidikan yang di
tempuh oleh penduduk desa Kriyan dapat di gambarkan sebagai
berikut:
No Agama Jumlah Prosentase
1
2
3
4
5
Islam
Kristen
Katolik
Budha
Hindu
5098
-
-
-
-
100%
-
-
-
-
Tabel 3.3
Data Jenis Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Tamat Perguruan Tinggi
Tamat SMA
Tamat SMP
Tamat SD
Belum Tamat SD
Tidak Tamat SD
Tidak sekolah
225
830
1309
285
1491
287
671
Sumber: Demografi Desa Kriyan
Adapun Sarana Pendidikan Yang Ada Di Desa Kriyan
Tabel 3.4
Srana Pendidikan
No Jenis Sarana Jumlah Gedung
1
2
3
4
5
PAUD
Taman Kanak-Kanak
Sekolah Dasar
SMP
SMA
5
3
4
2
2
Sumber: Demografi Desa Kriyan
Dilihat dari perekonomian masyarakat desa Kriyan dapat
digolongan menjadi desa dengan perekonomian yang cukup maju.
Terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
pedagang, pengusaha konfeksi, pengerajin monel, pegawai negeri,
petani, buruh dan pengemudi.
Melihat dari letak desa Kriyan yang sekarang mulai maju baik
dalam bidang perdagangan dan perindustrian kecil, tetapi polah pikir
masyarakat desa Kriyan masih dipengaruhi oleh budaya dan
kepercayaan Jawa. Yang sudah turun temurun dari nenek moyang
terdahulu antara lain mereka masih melaksanakan tradisi Baratan
yang dilaksanakan rutin setiap setahun sekali, dan tradisi ini adalah
tradisi yang sangat dinanti-nanti oleh warga Kriyan dan sekitarnya.
B. Sejarah Tradisi Baratan di Desa Kriyan
Tradisi Baratan adalah sebuah tradisi yang turun temurun yang telah
diwariskan oleh nenek moyang terdahulu, menurut cerita dari sesepuh
desa, tradisi Baratan dilaksanakan untuk mengenang wafatnya Sultan
Handhirin. Menurut buku yang di tulis oleh K.H Mudhofar Fathurohman,
sesepuh sekaligus ustat yang di tuakan di desa Kriyan, pada awal ceritanya
Sultan Handirin (Sayyid Abdurahman Ar Rumi) berperang melawan Arya
Panangsang di hutan perbatasan Kudus dan Jepara. Karena peperangan
terjadi setelah Ratu Kalinyamat dan Sultan Handhirin pulang dari kerajaan
Sunan Kudus. Setelah berperang Sultan Handhirin wafat dan jenazahnya
kemudian dibawa pulang istrinya Ratu Kalinyamat (Retno Kencono) ke
Jepara dengan dikawal prajurit dan dayang-dayang. Peristiwa itu
berlangsung pada malam hari sehingga masyarakat di sepanjang jalan yang
ingin menyaksikan dan menyambut rombongan Ratu Kalinyamat harus
membawa alat penerangan berupa obor.
Tradisi Baratan ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, yaitu pada
15 hari sebelum puasa ramadhan, atau sering dikenal dengan (Nisfu
Sya’ban), selalu diperingati dengan membaca Surat Yasin dan shalat
berjamaah, serta makanan khasnya yaitu Nasi fuli dan apem dan yang tidak
ketingalan adalah lampu lampion. Tradisi Baratan berkaitan dengan
kepercayaan dan merupan salah satu bentuk warisan nenek moyang yang
sampai saat ini masih tetap digelar dan dilestarikan oleh masyarakat,
termasuk pada masyarakat di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara. Pada hakikatnya tradisi Baratan tersebut merupakan
kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam usaha
bersama untuk mengenang wafatnya suami Ratu Kalinyamat yaitu Sultan
Handirin yang telah dibunuh serta menyambut datangnya bulan
Ramadhan, dan sekaligus tradisi Baratan juga sebagai penanda ulang
tahun kabupaten Jepara atau ulang tahun desa-desa sekitar.
Tidak sampai di situ saja, tradisi yang satu ini sangat berbeda dengan
tradisi-tradisi yang lain, yaitu di mana di dalam tradisi ini ada arak-arakan
yg terdiri dari wanita yang ditata menyerupai Ratu Kalinyamat, yang di
awal wali (kutub) para prajurit di depanya, yang konon katanya sebagai
pengusir roh-roh jahat. Kkemudian di barisan ke dua ada rombongan
pengawal santri Sultan Handhirin dan kemudian di barisan ke tiga ada
prajurit laki-laki dan wanita yang membawa senjata panah dan barisan
selanjutnya yaitu para dayang-dayang. Prajurit yang membawa uplik
(lampion), konon katanya lampion atau uplik ini dahulunya sebagai alat
penerangan ketika membawa jasad Sultan Handhirin dari ketempat
peristirahatan terakhir atau ke tempat pemakaman pada malam hari yaitu
di desa Mantingan. Tradisi Baratan ini kemudian dikemas menjadi acara
tahunan yang ditunggu-tuggu oleh masyarakat sekitar dan juga masyarakat
dari kota-kota yang lain, sehingga menarik perhatian ribuan pasang mata
dari masyarakat Kalinyamatan dan sekitarnya. Di lanjutkan dengan
pertunjukan dan pentas seni, setelah itu masyarakat mengadakan tirakatan
selama satu malam.
Tradisi Baratan juga sebagai ajang silaturahim antara kerabat atau
saudara yang dari jauh, guna menyambung tali persaudaraan, dari tahun-
tahun terdahulu sampai tahun sekarang. Biasanya keluarga atau orang
terdekat yang bekerja di luar kota atau merantau suka menyempatkan
pulang untuk menghadiri dan memeriyahkan bulan Nisfu Sya’ban. Para
masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa siapa yang ikut merayakan
dan memuliakan bulan Nisfu Sya’ban akan mendapatkan ketentraman dan
keselamatan dari Allah SWT. Dan sekaligus ikut menyemarakan perayaan
pesta Baratan yang di lakukan setahun sekali ini, yang juga di percayai
oleh masyarakat ketika ikut merayakan tradisi Baratan sama halnya ikut
mengenang wafatnya Sultan Handhirin yang selama ini dikenal sebagai
suami Ratu Kali nyamat, dan juga sebagai sesepuh di daerah Jepara,
khusussnya di wilayah desa Keriyan.
Sejarah dilaksanakannya tradisi Baratan sebagaimana hasil dari
wawancara dengan bapak Solikhan selaku moden/sesepuh desa pada hari
Kamis tangal 12 juli 2014, konon merupakan tradisi yang sudah turun
temurun yang tidak tahu kapan pastinya tradisi ini dimulai, tetapi
berdasarkan dari wawancara dengan beliau selaku sesepuh atau orang yang
dituakan di desa Keriyan, terungkap tradisi Baratan sudah dilaksanakan
kurang lebih pada tahun 1986. Kegiatan perayaan Baratan didasari oleh
pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari suatu generasi
terdahulu yang di wariskan ke generasi-generasi berikutnyan. Nilai-nilai
yang di wariskan biasanya adalah nilai-nilai yang di angap oleh
masyarakat sebagai nilai tradisi yang baik dan relevan dengan kebutuhan
kelompok dari masa ke masa, demikian halnya pula dengan tradisi
Baratan. Tradisi ini masih ada sampai sekarang karena atas suatu gagasan
masyarakat dan para pemuda desa Kriyan yang secar bersama-sama
melaksanakan tradisi Baratan. Tujuan utamanya adalah meminta
keselamatan, keberkhan, kesehatan dan serta rizki hanya dari Allah SWT.
Begitu juga wawancara dengan bapak Suaib Rizal selaku Kepala desa
Kriyan pada hari Kamis tangal 12 juli 2014, menyebutkan bahwa
pelaksanaan tradisi Baratan di desa Kriyan didasari dengan nilai-nilai
agama yang sangat kuat, karena menurut masyarakat sendiri pada malam
Nisfu Sya’ban merupakan banyak keutamaan atau keberkahan di
dalamnya. Pertama memeringati bulan bulan Islam yaitu bulan Nisfu
Sya’ban yeng kedua kalinya yaitu memeringati wafatnya Sultan Handhirin
suami dari Ratu Kalinyamat yang merupak sesepuh pendiri kerajaan
Jepara. Dan yang selanjutnya sebagai ritual mengirim doa kepada para
leluhur dan yang tidak ketingalan pula adalah sebagai ajang silturahim atau
berkumpul para saudara atau tetanga terdekat.
Dalam melaksanakan acara tradisi Baratan berdasarkan hasil
wawancara dengan perangkat desa yang lain dan tidak ketingalan pula
observasi yang melibatkan seluruh masyarakat baik saat persiapan maupun
pada waktu pelaksanaannya. Selain itu perangkat desa dan seluruh lapisan
masyarakat bermusyawarah bersama untuk memebentuk panitiyaan agar
pelaksanaan acara tradisi Baratan dapat berjalan dengan tertib dan lancar,
hampir semua elemen masyarakat di desa Kriyan terlibat dalam
kepanitiaan yang dibentuk, sebagai rasa wujud kebersamaan atau gotong
royong.
C. Prosesi Tradisi Baratan
Adapun serangkaian acara-acara atau prosesi dalam pelaksanaan
tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara
adalah sebagai berikut:
Sebelum di laksanakanya tradisi Baratan masyarakat desa Kriyan
terlebih dahulu melakukan musyawarah di balai desa, di mana
musyawarah tersebut guna untuk membentuk panitia tradisi Baratan yang
akan di laksanakan, supaya acara yang di laksanakan akan tersusun secara
rapih dan bagus. Selain itu pembentukan panitia ini juga akan
memudahkan setiap susunan acara, karena pada tradisi Baratan banyak
rangkaian acara harus di tampilkan, maka memerlukan banyak orang
panitan guna bertanggung jawab atas acara yang akan di selengarakan,
setelah semua panitia sudah tersusun. Kmudian para panitia menyusun
acara kegiatan, tempat dana serta para peserta yang akan di ikutkan dalam
tradisi Baratan, karena dalam menunjukan peran sebagai Ratu Kalinyamat
panitia harus mengadakan apencarian di sekolah-sekolah yang ada di
Kecamatan Kalinyamat. Dalam memilih seseorang tentunya panitia sangat
teliti karena peran yang akan di tampilkan memerlukan seseorang yang
memenuhi criteria, seperti Ratu Kalinyamat yaitu orang tadi harus
mempunyai wajah yang cantik, tinggi, pintar dan mempunyai raga yang
kuat. Dari cerita masyarakat bahwa orang yang di pilih untuk
memerankan Ratu Kalinyamat harus mempunyai raga yang kuat, karena
jika tidak kuat biasanya setelah mengikuti tradisi tersebut, orang tadi akan
sering kesurupan bahkan ada yang sampai gila, maka dari itu panitia dalam
hal pemilihan ini sangat teliti. Setelah itu panitia menyiapkan juga para
perejurit dan dayang yang akan mengawal rombongan Ratu Kalinyamat,
jika sudah selesai semua panitia langsung menyiapkan lokasi dan
keperluan yang akan di butuhkan dalam tradisi Baratan yang lain.
Setelah itu satu minggu sebelum acara tradisi Baratan, kegiatan di isi
oleh panitia untuk membersikan makam atau petilasan Ratu Kalinyamat
dan Sultan Handhirin yang berada di desa Mantingan dan Keriyan.
Kemudian di teruskan warga dan panitia membersikan halaman masjid,
musalah, jalan-jalan di desa dan juga jalan yang akan dilewati rombongan
arak-arakan serta tidak ketingalan pula membersihkan pekarangan rumah,
hal ini dimaksudkan agar keadaan desa nampak bersih dan indah. Kegiatan
kebersihan ini dilakukan secara sukarela dan bersma-sama dengan gotong-
royong, antar warga tanpa terkecuali, sedangkan menurut ketua RT
setempat. Bersih-bersih desa ini dimaksudkan untuk menjaga kebersihan
lingkungan karena alam sudah memeberikan banyak manfaat kepada kita,
dan tidak ada salahnya jika kita merawat dan menjaga lingkungan kita
supaya tetap bersi dan indah. Serta juga dapat memberikan kenyamanan
bagi warga, dan kegitan ini bisanya dilakukan seluruh lapisan masyarakat
tanpa pandang bulu yang meliputi semua kalangan masyarakat. Juga tidak
ketingalan pula para bapak dan ibu-ibu juga ikut bekerja bakti dan gotong
royong.
Kemudian para panitia menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tugas
yang telah di berikan, biasanya para panitia di sibukan dengan tugasnya
masing-masing, ada yang menyiapkan tempat untuk kegiatan, perabotan
serta kebutuhan-kebutuhan yang akan dibutuhkan dalam tradisi Baratan.
Seperti menata tempat arak-arakan, menyiapkan kereta kencana yang
biasanya di gunakan dalm arak-arakan, yang dibawa dari masjid Al-
Makmur menuju kependopo kecamatan. Biasanya para panitia untuk
melakukan bersih-bersih desa dan mengurusi semua kegiatan memerlukan
waktu empat sampai lima hari.
Kemudian pada hari ke enam acara dilanjutkan seluruh panitia dan
sesepuh desa mengadakan selamatan atau ziarah ke makam dan petilasan
Sultan Handhirin dan Ratu Kalinyamat. Acara ini di maksudkan sebagai
mengirim doa kepada leluhur atau sesepuh dari desa Kriyan, yang
biasanya dipimpin oleh seorang Ustat atau sesepuh desa, serta yang paling
utama adalah mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karuniahnya kepada warga masyarakat desa
Keriyan dan sekitarnya. Selanjutnya di teruskan dengan makan bersama
biasanya para warga membawa makanan yang di makan secara bersama-
sama sehabis kenduren atau selametan.
Pada hari ke tujuh atau puncaknya, dimulai pagi hari warga di sibukan
membuat jajanan nasi fulli dan kue apem untuk di bagikan ke tetangga dan
saudaranya, dan juga menyiapkan makan buat di bawa ke masjid dan
musalah. Kemudian pada malamnya yaitu malam Nisfu Sya’ban acara
tersebut mulai di laksanakan, yaitu para warga sebelum mengikuti acara
pesta tradisi Baratan terlebih dahulu pergi ke masjid, musalah dan balai
desa terdekat, guna melakukan salat berjama’ah dilanjutkan dengan do’a
serta tahlilan bersama. Kemudian di lanjutkan mendengarkan ceramah dari
ustat, setelah itu para warga masyarakat berbondong-bondong menuju ke
tempat di selengarakannya pesta perayaan Baratan, guna menyaksikan
arak-arakan rombongan Ratu Kalinyamat diiringi wali kutub, dayang-
dayang, dan para prajurit dengan diterangi lampu penerang berupa lampu
lampion. Para peserta yang membawa impes atau lampion berpawai dari
masjid Al-Makmur desa Kriyan dan finish di pendopo Kecamatan Kriyan.
Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti serangkaian arak-arakan,
tidak ketingalan juga para tamu pendatang dari luar desa atau kota juga
ikut meramaikan di malam itu, ribuan pasang mata sangat terlihat
bergembira dan menikmati acara sampai berakhir arak-arakan. Inilah
puncak dari kegiatan tradisi Baratan di tambah para pengikut dan penonton
juga ikut memberi warna pada malam itu dengan membawa lampu
lampion yang berbentuk beraneka macam. Setelah rombongan Ratu
Kalinyamat tiba di pendopo atau kantor kecamatan Kalinyamat, para
warga masyarakat dan tamu yang lain, menyaksikan kegiatan pentas seni
yang di adakan oleh panitia di kecamatan seperti seni tari, bela diri, ratu
kecantikan yang biasanya kebanyakan diikuti oleh para anak-anak dan
remaja-remaja sampai acara selesai. Kemudian setelah itu para warga
kembali ke rumah untuk melanjutkan acara tirakatan bersama tetangga dan
warga setempat pada malam tersebut.
Tangapan dari masyarakat Kalinyamatan pada umumnya sangat
bangga karena di daerahnya masih ada tradisi Baratan, selama tradisi itu
masih dilaksanakan di Kalinyamatan, tradisi Baratan di anggap sebagi
budaya yang memiliki banyak pengaruh yang bisa mengarahkan
masyarakat kepada perkembangan yang positif, kenyataan ini bisa kita
lihat di kehidupan sehari-hari masyarakat Kalinyamatan, dan pada saat
tradisi ini di gelar, berikut pengaruh tradisi Baratan
Tangapan dari masyarakat desa Kriyan terhadap kegiatan tradisi
Bartan sangat baik, karena kegiatan yang di wariskan turun-temurun itu
diyakini sebagai rasa wujud syukur ke pada Allah SWT. Masyarakat
merasa senang dan ikhlas dengan di adakanya kegiatan rutinan tradisi
Baratan tersebut, selain itu masyarakat juga bisa meningkatkan rasa
solodaritas antar warga dengan adanya tradisi baratan tersebut.
Suasana pada malam hari di desa Keriyan sangat ramai dan meriah,
bahkan banyak penjual makanan minuman dan mainan seperti lampion
yang beraneka bentuk, merupakan suatu anugrah untuk mendapatkan
rezeki.
Salah satu hasil dari wawancara dengan warga Kalinyamat (saudara
mbak Sri Wahyuni yang berprofesi sebagai pedagang musiman).
Mengatakan pendapatannya meningkat khususnya pada hari pelaksanaan
tradisi baratan. Hal ini dapat di maklumi karena tradisi ini membutuhkan
lampion, selain itu tradisi ini mendorong masyarakat sekitar kereatif untuk
membuat berbagai inovasi bentuk dan ukuran lampion dan menjualnya.
hasil dari penjualan lampion dapat menambah peningkatkan pendapatan
warga Kalinyamatan. Selain itu pedagang jenis lain juga meraup untung
berlipat dari hasil biasanya, karena keramaian dari tradisi Baratan ini,
sehingga menimbulkan keinginan masyarakat yang tidak punya pekerjaan
untuk berjualan makanan, minuman, lampion, dan lain-lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Baratan di Desa
Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara meliputi:
1. Nilai Aqidah
Para masyarakat desa Kriyan berkeyakinan dalam tradisi Baratan banyak
pelajaran yang dapat dipetik seperti nilai aqidah yang terkandung di
dalamnya, yaitu diwujudkan masyarakat dengan enam rukun iman dalam
kehidupan sehari-harinya. Contoh penerapanya adalah melaksanakan perintah
Allah SWT, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita di awasi oleh Allah
dan malaikat, mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an, menjalani risalah nabi dan
bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan. Sedangkan nilai
aqidah yang lain yang ditunjukan dalam kehidupan bermasyarakat adalah
saling menghargai satu sama lain, tolong menolong, toleransi sehingga akan
tercipta suatu masyarakat yang tentram dan harmonis
Nilai ini merupakan bentuk nilai ibadah yang masuk dalam nilai aqidah
Islam, dalam acara perayaan baratan di desa Kriyan, nilai aqidah ini menjadi
sangat penting. Karena masyarakat Jawa terdahulu mengadakan tradisi
Baratan karena ada faktor campuran ritual-ritual yang lain, namun setelah
berjalannya waktu masyarakat sekarang yang lebih pintar dan fasih tentang
agama Islam. Masyarakat menyakini bahwa tradisi Baratan merupakan suatu
bentuk keyakinan bahwa yang memberikan keselamatan dan keberkahan
adalah hanya Allah dan tidak ada yang lain, termasuk tidak menyekutukan
Allah adalah suatu nilai ibadah yang sangat baik.
kedudukan Iman di sini dalam nilai pendidikan yang ada di dalam tradisi
Baratan menjadi sumber pendidikan paling luhur, yaitu mendidik akhlak,
karakter dan mental manusia, sehingga dengan iman tersebut manusia dapat
mengatur keseimbangan yang harmonis antara jasmani dan rohani.
Adapun kepercayaan aqidah yang mengharuskan Islam untuk dipercayai,
sebagai unsur utama adalah percaya adanya Allah dan keesaan-nya, sesuai
dengan Firman Allah dalam Surat Al-Ikhlas ayat 1-4:
Artinya:
Kata kanlah “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia" (Q.S Al-Ikhlas ayat:1-4).
Nilai aqidah yang terkandung dalam acara tradisi Baratan tampak sekali
dari adanya keyakinan masyarakat, bahwa yang memberi keselamatan dan
keberkahan kepada penduduk adalah hanya Allah SWT. Sehingga masyarakat
mengesampingkan segala hal-hal atau kepercayaan-kepercayaan di luar ajaran
agama.
2. Nilai Ibadah
Dalam pelaksanaan tradis Baratan di desa Kriyan, pada saat di mulainya
acara tradisi Baratan para warga masyarakat memanfaatkan perayaan ini
sebagai ajang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan merayakan bulan
Nisfu Sya’ban, dalam pelaksanaan tradisi Baratan dipanjatkan doa-doa, shalat
berjama’ah, membaca Surat Yasin serta mengirim do’a kepada ahli waris.
Juga kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan Islam, sehingga
dapat memberikan nilai ibadah yang sangat kuat dan miningkatkan
ketaqwaan, menambah iman, dan mempererat tali silaturrahim atau ukhuwah
Islamiah. Hal ini tentu membuat semua masyarakan akan merasa tentram,
damai, dan terhindar dari perselisihan antar warga.
Sedangkan nilai ibadah lainnya yang tercermin dalam tradisi Baratan
adalah mengirim do’a kepada para ahli kubur yang telah mendahului kita,
menurut agama Islam, orang yang telah meninggal dunia (arwah) nya
tetap hidup dan tinggal sementara di alam kubur atau alam barzah. Ruh
atau arwah adalah sesuatu zat yang di ciptakan Allah SWT dalam tubuh
manusia dan dengan itu manusia hidup, sebagaimana dalam Firman Allah
dalam Surat Al-Hijr ayat 29:
Artinya:
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud (Q.S Al Hijr. ayat: 29).
Kepercayaan yang seperti inilah yang mewarnai kehidupan orang
Jawa, menurut mereka arwah orang yang telah meninggal dunia masih ada
di sekitar kita. Bahkan ada juga yang ber pendapat bahwa arwah orang
yang meninggal masih bisa berkontak atau berhubungan dengan keluarga
atau kerabat yang masih hidup, berdasarkan kepercayaan hal ini maka
muncul lah tradisi mengirim doa atau selamatan, yang biasanya di lakukan
tahlilan atau berkunjung ke makam dan mendo’aakan orang yang
meningal dunia kepada Allah SWT. Tanpa sedikitpun ada rasa sirik atau
menyekutukan Allah, dan ini merupakan salah satu anjuran menurut
agama Islam, karena dengan berkunjung ke makam akan memperkuat
iman dan memberikan peringatan atau mengingatkan manusia akan
mengalami hal yang sama yaitu kematian. Tidak cuma itu saja, tetapi
masih banyak nilai ibadah yang lain yaitu seperti pengajian atau
mendengarkan tausiyah dari ustadz, yang biasanya disampaikan di masjid
dan mushola pada saat malam Nisfu Sya’ban atau malam pelaksanaan
tradisi Baratan.
3. Nilai Syukur
Ungkapan rasa syukur atas kesejahteran dan keselamatan yang di berikan
oleh Allah SWT pada seluruh warga masyarakat, tidak ada henti-hentinya
karena masyarakat sangat bersukur dengan diberikannya nikmat, kesehatan
dan seluruh jiwa raga hanya milik Allah SWT, melalui bulan Nisfu Sya’ban
dan juga memeringati tradisi Baratan di desa Kriyan di wujudkan dengan
melakukan kegiatan yang bernuansa agama yang sangat kental yaitu dengan
mengisi dengan kegiatan tahlilan dan pengajian yang tidak ada hentinya
menyebut nama Allah. Seperti wirid dan zikir seperti tahmid, takbir, tasbih
dan bentuk puji-pujian yang lain terhadap Allah, kegiatan tersebut sebagai
ungkapan terima kasih atas karunia dan rahmat yang telah di berikan Allah
SWT kepada warga masyarakat kriyan slama ini.
Seperti hal nya yang kita ketahui dalam agama Islam, do’a mempunyai
pengaruh yang sangat luas, dan biasanya sebagai bentuk pelaksanaan upacara
tradisional orang Jawa. Khususnya di desa Kriyan yang biasanya ada kegiatan
mengirim do’a yang biasa dikenal masyarakat tersebut “ruwahan” atau
dimana bulan khusus untuk mengirim do’a kepada sanak saudara atau
keluarga yang telah meninggal dunia. Berdo’a adalah suatu penyampaian
segala permintaan kepada Allah SWT, fungsi do’a sendiri adalah meminta,
memohonkan serta ungkapan rasa syukur melalui do’a kepada Allah agar
diberi keselamatan dan kesejahteraan, dengan do’a manusia akan selalu ingat
kepada Allah SWT, bahkan ada juga hadits yang mengatakan bahwa do’a
adalah otaknya ibadah.
Berdo’a merupkan salah satu wujud rasa syukur kepada Allah, karena
manusia hanya dapat mengungkapkan dan mengucapkan wujud rasa sukur
dengan berdo’a dan menerima apa yang di berikan kenikmatan oleh Allah dan
memberikan kepada orang lain sebagian dari apa yang di peroleh adalah
wujud rasa syukur. Dalam Frman Allah di dalam Surat Ibrahim ayat 7:
Artinya
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih (Q.S Ibrahim ayat: 7).
4. Nilai Gotong Royong
Nilai gotong royong dalam upacara baratan sangat terlihat dalam
pelaksanaannya yang dilakukan bersama-sama antara warga masyarakat yang
meliputi orang tua, remaja ormas, anak-anak serta tidak ketingalan pula ibu-
ibu yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong-royong tersebut. Dapat di
lihat para warga masyarakat sangat antusias sekali dalam menyambut
datangnya tradisi Baratan, tidak sampai disitu saja dalam masala pendanaan,
para warga masyarakat pemuda dan instansi-instansi pemerintah Jepara juga
ikut menanggung pendanaan secara bersama, demi tercapainya keinginan
bersama.
Dalam acara upacara tradisi Baratan, segala bentuk penyelengaraan dari
persiapan awal sampai akhir, tentu memerlukan yang namanya kerjasama
antar warga, gotong royong merupakan hal yang di perintahkan oleh agama
Islam dalam hal kebaikan dan taqwa, dalam Firman Allah dalam Surat Al-
Maidah ayat 2:
:aynitrA
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-nya (Al-Maidah ayat:2).
5. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Tradisi baratan yang diselengarakan di desa Kriyan ternyata dapat
berperan untuk mengalang atau menjalin persatuan dan kesatuan warga
setempat. Kesatuan dan persatuan yang ditunjukan warga masyarakat di desa
Kriyan adalah dengan menjalankan tugas yang telah diberikan kepada para
warga, sebagai contoh dalam membuat sajian, dalam kerja bakti dan
persiapan yang lain seperti makanan dan minuman. Bahkan pada saat
pelaksanaan tradisi Baratan selesai, mereka bersama-sama membersihkan
tempat-tempat yang telah digunakan dan mengembalikan ketempat seperti
semula. Sebagai warga masyarakat Kriyan yang baik, yang menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur, mempunyai anggapan bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri-sendiri, dan manusia masih memerlukan orang lain, oleh karena itu
tradisi Baratan yang melibatkan kegiatan seluruh warga di tujukan untuk
kepentingan bersama.
Nilai nilai persatuan dan kesatuan yang lain yang dapat kita lihat adalah
pada waktu mau pelaksanannya para warga memberikan makanan khas
baratan yaitu nasi puli dan apem kepada para tetangga dan saudara. Serta
membuka pintu rumahnya masing-masing dan menyediakan makanan dan
minuman bagi siapapun yang mau mampir kerumahnya. Dan yang paling
bagus lagi di setiap rumah warga rata-rata di hiasi dngan lampion yang
beraneka bentuk.
6. Nilai Musyawarah
Dalam penyelengaran tradisi Baratan sangat menjunjung tingi nilai-nilai
musyawaram hal ini dapat terlihat dalam mempersiapkan pelaksanaan tradisi
Baratan. Sebelum di selengarakanm terlebih dahulu membentuk sebuah
panitia secara terbuka dan mengunakan musyawarah, yang biasanya
melibatkan warga wasyarakat aparat desa dan sesepuh desa. Dalam
musyawarah tersebut biasanya para panitia membahas keperluan yang di
butuhkan, dan biasanya masala yang sering menjadi pokok utama adalah
masala dana dan keperluan yang lain seperti peserta, peralatan arak-arakan
dan lain-lain yang di butuhkan dalam tradisi Baratan.
7. Nilai Pengendalian Sosial
Tradisi Baratan selain merupakan suatu upaya warga masyarakat desa
Kriyan untuk memberikan penghormatan dan ucapan rasa syukur kepada
Allah SWT, juga merupakan upaya melestarikan tradisi yang sudah
diwariskan nenek moyang terdahulu dan sangat besar manfaatnya bagi
masyarakat Kriyan. Tidak ketingalan pula berbagai pantangan yang berlaku
dalam penyelengaraan tradisi Baratan tersebut membuktikan ketaatan
masyarakat terhadap tradisi Baratan yang telah di yakininya, walaupun
pantangan-pantangan yang di yakini terdahulu sudah agak di tinggalkan
warga, khususnya yang tidak sejalan dengan agama Islam. Hal tersebut
nampak saat di lakukan pengajian atau tausiyah pada waktu di masjid,
musalah, dimana para ustat atau pembicara menyampaikan nilai-nilai agama
dan sosial yang masih terkait dengan pelaksanaan tradisi Baratan.
8. Nilai Kearifan Lokal
Nilai yang dapat diambil lagi dari tradisi Baratan di desa Kriyan yang
menyangkut kearifan lokal yaitu tradisi yang masih di lestarikn sampai
sekarang. Kearifan lokal juga dapat di definisikan sebagai suatu kekayan
budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, dan seperti di Indonesia
yang kita kenal sebagai nusantara. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku
secara lokal pada budaya atau atnik tertentu, tetapi dapat di katakana bersifat
lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat
nasional. Begitu juga kearifan lokal yang terjadi di desa Kriyan yaitu seperti
mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja dan seterusnya, dan pada
umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal di
ajarkan turun- temurun, diwariskan dari generasi kegenerasi.
Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara tradisi Baratan di Desa
Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara, kiranya dapat di ambil dari
maknanya yaitu :
1. Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ini dapat
dilihat adanya kegiatan do’a bersama dalam kenduri yang dilakukan di
mushala dan masjid secara bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur atas
apa yang telah di berikan kepada kita seperti kesehatan, keselamatan dan
rezeki yang barokah.
2. Adanya prilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau yang
lebih dulu ada, ini membrikan uatu teladan bahwa yang muda sudah
sewajarnya memberikan hormat kepada yang lebih tua, bagaimanapun orang
yang lebih tuaitu sebagai panutan, seperti yang di laksanakan musyawarah
membahas tradisi Baratan.
3. Adanya rasa kebersamaan, persatuan, gotong-royong berarti menghilangkan
sikap individulisme antar warga dan egois, semua dapat diliat dalam
kerjasama dalam mempersiapkan segala sesuatu dari mulai bersih-bersih
sampai acara di mulai dan sampai acara tradisi baratan selesai.
4. Adanya rasa peduli antar sesama warga yaitu sikap kemanusiaan yang bisa
dilihat dalam acara tradisi Baratan yaitu membagi makanan dan jajanan ke
pada tetangga, saudara fakir miskin dan kemushola.
5. Mengajarkan tentang kesehatan dengan cara bersi-bersi desa yang dapat kita
lihat adanya pelaksanaan kebersihan desa, kuburan, jalan-jalan dan tempat
yang mau di buat acara tradisi Baratan, sehingga akan membuat keindahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang tradisi Baratan di Desa Kriyan
Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara, tradisi ini berkaitan dengan
kepercayaan dan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan dan di lestarikan oleh masyarakat.
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai
dengan focus masalah, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa.
1. Sejarah tradisi Baratan adalah merupakan warisan dari nenek moyang
trdahulu, yang pertama bertujuan untuk menyambut bulan Nisfu
Sya’ban dan juga memeringati wafatnya Sultan Handhirin, serta tradisi
ini juga sekaligus sebagai penanda atau ulang tahun Kota Jepara dan
desa-desa sekitarnya.
2. Dalam prosesi tradisi Baratan banyak kegiatan yang di dilaksankan yaitu
dari mulai satu minggu sebelumnya untuk kegiatan bersih-bersih desa
dan jalan-jalan di sekitarnya, setelah itu dua hari sebelum puncaknya
panitia dan warga pergi ziarah ke makam Sultan Handhirin dan Ratu
Kalinyamat. Dan pada hari ketujuh pelaksanaan tradisi Baratan di mulai
dengan salat maghrib berjama’ah, tahlil dan doa bersama, yang di
laksanakan di masjid, mushola dan balai desa. Kemudian pada
puncaknya, acara ini di mulai mengarak rombongan Ratu Kalinyamat
dari Masjid sampai ke pendopo kecamatan dan sampai acara ini selesai.
3. Nilai-nila pendidikan Islam dalam tradisi Baratan yang dapat bermanfaat
bagi masyarakat yaitu adalah:
a. Nilai aqidah, yaitu para warga masyarakat menyakinin bahwa yang
memberikan segala anugrah dan kenikmatan hanyalah Allah SWT
dan tidak ada yang lain, masyarakat juga menerapkan ke iman pada
kehidupan sehari-harinya.
b. Nilai ibadah, yaitu pada malam itu di adakan salat jama’ah bersama,
membaca Surat Yasin, kemudian di lanjutkan dengan tausiyah dari
ustat, serta di tambah do’a-do’a yang di panjatkan terlebih dalam
memeringati malam Nisfu Sya’ban, dan mengadakan selamatan
untuk meminta keselamatan dan tidak ketingalan pula di adakannya
tahlilan yang bertujuan untuk mendoa’a kan para leluhur, atau para
kerabat dan nenek moyang yang telah meningal dunia.
c. Nilai syukur yaitu warga masyarakat akan lebih meningkatkan rasa
syukur dan nikmatnya atas keselamatan dan ketentraman yang di
berikan oleh Allah SWT.
d. Nilai gotong royong yaitu di tunjukan oleh masyarakat desa Kriyan
dengan melakukan kerja bakti secara bersama-samam, seperti
membersihkan tempat ibadah, makam, jalan umum dan halaman
sekitar, sehingga rasa kebersamaan tetap hadir di tenggah-tengah
mereka.
e. Nilai persatuan dan kesatuan warga masyarakat terlihat dari
pemberian makan kepada tetangga dan saudara masing-masing.
f. Nilai musyawarah dalam tradisi Bratan sangat di utamakan, karena
langkah awal sebelum acara berlangsung yaitu musyawarah, supaca
acara akan berjalan dengan tertip dan khidmat.
g. Nilai pengendalian sosial disini selain mengucapkan syukur kepada
Allah SWT, juga merupakan upaya pelestarian tradisi yang sangat
bermanfaat, yang di berikan dari nenek moyang terdahulu.
h. Nilai kearifan lokal yang terlihat dalam tradisi Baratan yaitu
menjaga lingkungan dan melestarikannya.
B. Saran
Pada akhir penulisan ini penulis memberikan saran yang mungkin dapat
membantu dan bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan orang lain:
1. Dari hasil penelitian ini saya mengharapkan pada masyarakat desa
Kriyan, agar tetap menjaga, melestarikan dan mempertahankan tradisi
yang sesuai dengan ajaan Islam, sehingga nilai-nilai Islam dapat terus di
lestarikan dari generasi ke generasi berikutnya.
2. Semoga tradisi Baratan yang diwariskan dari nenek moyang terdahulu
tetap di lestarikan dan tidak pernah goyah dengan beriringnya waktu yang
semakin modern, tentu muaranya agar para generasi muda bisa tumbuh
menjadi manusia yang memiliki karakter dan jati diri yang berakar dari
budaya bangsanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Assgaf , Rahman. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam .Jakarta: Bumi Aksara.
Gunawan, Heri 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jalaludin. 2001. Teologi Pendidikan . Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Dan Mentalis Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia.
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multi Kultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Moleong, J Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Pusda Karya.
Mudhofar. Fathurohman 2005. Perayaan Baratan Dalam Kaitanya Dengan Nisfu Sya’ban.
Jepara. Arsip Desa.
Muhaimin. 1993. Pemikiran pendidikan islam. Bandung: PT Trigenda Karya.
Nasution, Harun. 1996. Islam Rasional. Bandung: Mizan.
Priyanto,Hadi 2014. Legenda Jepara. Jepara: Pustaka Jungpara.
Setiadi. M Elly 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Pernanda Media Grouop.
Setiawan Benni. 2006. Manifesta Pendidikan Di Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Alaska.
Sulaiman, Munandar. 1992. Ilmu Budaya dasar. Bandung: PT Eresco.
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama :....................
Jenis kelamin :....................
Waktu pelaksanaan :....................
B. Panduan Wawancara
1. Bagaiman sejarah tradisi Baratan yang dilaksanakan di Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara?
2. Kapan Di laksanakan tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara?
3. Sejak kapan tradisi Baratan di laksanakn di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara?
4. Siapa saja yang terlibat dalam tradisi Baratan?
5. Makanan apa saja yang ada dalam tradisi Baratan?
6. Bagaiman keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan?
7. Bagaimana pedapat masyarakat tentang nilai yang terkandung dalam tradisi
Baratan?
Keteraangan :
X : Peneliti
Y : Responden
HASIL WAWANCARA
1. Nama : Suaib Rizal
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kepala Desa Kriyan
Waktu pelaksanaan : selasa 12-06-2014 (12:54 WIB)
X :Assalamualaikum pak..
Y : Waalaikum sallam, silakan..ada yang bisa saya bantu mas,,
X : iya pak,,ini lho pak saya mau tanya-tanya tentang tradisi Baratan yang ada
di Kriyan
Y : o,,iya apa yang mau ditanyakan mas,,
X : Bagaiman sejarah tradisi baratan yang ad di desa Kriyan ini.
Y :gini mas tradisi Baratan menurut cerita nenek moyang terdahulu adalah,
suatu tradisi dimana tradisi ini untuk memeriyahkan atau menyambut bulan
NisfuS Sya’ban yang yang bertepatan juga dengan tradisi Baratan yaitu
tradisi ini sendiri untuk memeringati wafatnya sultan handirin yang telah di
bunuh oleh arya panangsang dan juga sebagai penanda hari jadi kota jepara.
X :kapan dilaksanakanya tradisi Baratan pak ?
Y : dilaksanakanya tradisi Bartan yaitu pada tangal 15 syakban menurut
kalender arab, yaitu setengah bulan sebelum bulan laradhan.
X : Sejak kapan tradisi Bartan dilaksanakan di desa kriyan?
Y :seningat saya tradisi baratan dilaksanakn pada tahun 1986 mas, mungkin
sebelum itu sudah ada aku juga belum tau.
X : Siapa sajakah yang terlibat dalam tradisi Baratan?
Y : Semua mas, seperti masyarakat, pemuda, orang tua, setaf pemerintahan desa
dan yang lainnya,
X : terus ngomong-ngomong masala makanan didalam tradisi Barata kira-kira
yang khas apa ya pak?
Y : nah ini yang paling di tunggu-tunggu mas, ada aneka warna makan mas
seperti jadah puli, apem dan nasi ambengan,
X :Bagaimana keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan pak?
Y : Sangat meriah mas karena masyarakat sangat antusias dan semangat.
X : Bagaimana pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan ini pak?
Y : Baik mas tangapannnya, karena memang ini yang di tunggu-tunggu
masyarakat
X : Wah jadi lengkap za pak tradisi Baratan ini ?
Y : o.i.ya jelas mas..
X : kalau begitu makasi pak uda di kasi info tentang tradisi Baratan..
Y : iya sama-sama mas.
2. Nama : Solikhan
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Moden
Waktu pelaksanaan : selasa 16-06-2014 (09:54 WIB)
X :Assalamualaikum pak..
Y : Waalaikum sallam, silakan. Dari mana mas .wonten seng saget kulo bantu
mas,,
X : enggeh pak,,niki lho pak saya mau tanya-tanya tentang tradisi Baratan yang
ada di Kriyan
Y : engeh pipun nopo seng ajeng di tanyaken mas,,
X : Pripun to pak sejarah tradisi baratani seng enten ten desa Kriyan niki?.
Y :Sejarahipun geh memeringati bulan nisfu Sya’ban geh ngerameaken kan
ajeng ketekanan poso, terus geh kaleh ngekholi Sultan Handhirin garwo nipun
Ratu Kalinyamat kalian ulang taun kota jeporo mas.
X :kapan dilaksanakanya tradisi Baratan pak ?
Y : rong minggu sak durungge poso mas.
X : Sejak kapan geh pak tradisi Bartan dilaksanakan ten desa kriyan?
Y : Sejarahe niku kulo mboten patek jelas mas tapi yen mboten salah kinten-
kinten geh di laksanaaken tahun 1986, yen mboten salah lho kulo waktu rien
geh kale pak lurah waktu teseh lajang geh sering Derek tradisi niki.
X : Sinten mawon seng terlibat ten tradisi Baratan?
Y : geh sedanten to mas, mboten enten seng ketingalan, lha wong niki acarae
bersama,,
X : terus ngomong-ngomong masala paeman ten tradisi Barata kira-kira seng
khas nopo ya pak?
Y : geh kados biasane seng paling terkenal geh puli, apem kale nasi
ambengan,,enak tenan niku lhomas.
X :pripun keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan pak?
Y : Ramene mboten kantenan mas, okeh tiang seng sami dating kangge nyaksi
ake acara niki, sangkeng jawi geh kata.
X : terus pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan pripun pak?
Y : roo-roto geh sae mas tangepanipun,
X : geh pun pak matersuwun sanget pun di paringgi infone,,
Y : geh mas adam sami-sami.
3. Nama : bahrudin
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kamituo
Waktu pelaksanaan : selasa 16-06-2014 ( 14:00 WIB)
X :Assalamualaikum pak..nembe nopo niki?
Y : Waalaikum sallam, silakan.niki nembe damel laporan desa. Pripun mas
adam.
X : niki lho pak saya mau tanya-tanya tentang tradisi Baratan yang ada di
Kriyan
Y : pripun mas adam,
X : pripun sejarah tradisi baratani seng enten ten desa Kriyan niki?.
Y :Sejarahipun geh sami kados ceritane tiang-tiang sanese geh tujuanipun
memeringati bulan nisfu Sya’ban lajeng kalian ngekholi Sultan Handhirin
garwo nipun Ratu Kalinyamat kalian ulang taun kota jeporo mas.geh kaleh
ulang tahunipun desa-desa mas.
X :kapan dilaksanakanya tradisi Baratan ngeh pak ?
Y : kaleh minggu sak durungge poso mas. geh bulan Nisfu Sya’ban niku to mas
adam.
X : Sejak kapan geh pak tradisi Bartan dilaksanakan ten desa kriyan?
Y : ketingale geh sekitar ahun 1985- 1986 niku mas adamm
X : Sinten mawon seng terlibat ten tradisi Baratan?
Y : geh sedanten lapisan masyarakat termasuk kulo niki mas.
X : terus ngomong-ngomong masala paeman ten tradisi Barata kira-kira seng
khas nopo ya pak?
Y : seng khas geh nasi ambengan, apem, kale puli niku mas,
X :pripun keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan pak?
Y : Ramene sanget mas, kados pasar ngaleh. Banget katae tiyang seng nonton.
X : terus pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan pripun pak?
Y : roo-roto geh sae mas tangepanipun,
X : geh pun pak matersuwun sanget pun di paringgi infone,,
Y : geh mas adam . pun niku mawon?
X : Geh pak.
4. Nama : Nur (warga)
Jenis kelamin : Perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 21-06-2014 (19:16 WIB)
X :Assalamualaikum bu..
Y : Waalaikum sallam, mas,,ada apa ya mas
X : ini lho bu saya mau tanya-tanya tentang tradisi Baratan yang ada di Kriyan
Y : apa mas,yang mau di tanyai kalau bisa takjawab kalau tidak ya maaf.,
X : Iya bu,,Bagaiman sejarah tradisi baratan yang ad di desa Kriyan in bui.
Y : memeringati NisfuS Sya’ban mas bertepatan juga dengan tradisi Baratan
yaitu tradisi ini sendiri untuk memeringati wafatnya Sultan Handirin yang
telah di bunuh oleh arya panangsang dan juga sebagai penanda hari jadi kota
jepara.
X :kapan dilaksanakanya tradisi Baratan bu ?
Y : dilaksanakanya tradisi Bartan yaitu pada tangal 15 syakban menurut
kalender arab, yaitu setengah bulan sebelum bulan laradhan.ada juga yang
menyebut bulan ruwah gitu.
X : Sejak kapan tradisi Bartan dilaksanakan di desa kriyan?
Y : nah itu mas saya kurang taukapan pastinya tahun dan bulane, maaf za mas
tapi setau saya sudah lama kok mas sekitar tahu 1980 berapa gitu lupa kok
mas.
X : iya bu.. teru Siapa sajakah yang terlibat dalam tradisi Baratan?
Y : Semua mas, seperti masyarakat, pemuda, orang tua, setaf pemerintahan desa
dan yang lainnya,
X : terus ngomong-ngomong masala makanan didalam tradisi Barata kira-kira
yang khas apa ya bu?
Y : nah itu aku tau mas ya ada aneka warna macam makan mas seperti jadah
puli, apem dan nasi ambengan,dan lain-lain kok mas, tapi yang paling khas ya
itu.
X :Bagaimana keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan bu?
Y : Sangat meriah mas, karena masyarakat sangat antusias dan semangat.dan
ditunggu-tungu lagi.
X : Bagaimana pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan ini bu?
Y : Baik mas tangapannnya, karena memang ini yang di tunggu-tunggu
masyarakat tiap tahunnya.
X : kalau begitu makasi bu uda di kasi info tentang tradisi Baratan..
Y : iya sama-sama mas.
5. Nama : Sri Wahyuni
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Waktu pelaksanaan : selasa 14-06-2014 (21:15WIB)
X :Assalamualaikum mbak.
Y : Waalaikum sallam, silakan..ada yang bisa saya bantu mas,,
X : iya mbak,,ini lho mbak saya mau tanya-tanya tentang tradisi Baratan yang
ada di Kriyan
Y : yang mau ditanyakan apa mas,,
X : sejarah tradisi baratan yang ada di desa Kriyan ini gimana to mbak.
Y : Tradisi Baratan menurut cerita-crita terdahulu adalah, suatu tradisi dimana
tradisi ini untuk memeriyahkan atau menyambut bulan NisfuS Sya’ban yang
yang bertepatan juga dengan tradisi Baratan yaitu tradisi ini sendiri untuk
memeringati wafatnya sultan handirin yang telah di bunuh oleh arya
panangsang dan juga sebagai penanda hari jadi kota jepara.
X :kapan dilaksanakanya tradisi Baratan mbak ?
Y : Tradisi Bartan dilaksanakan seperti biasa mas yaitu pada tangal 15
syakban, yaitu setengah bulan sebelum bulan ramadhan, biasanya saya
jualanya sebelum tangal itu jadi inget mas.
X : Sejak kapan tradisi Bartan dilaksanakan di desa kriyan?
Y :jujur saya kurang tau mas tapi sudah lama kok kebetulan saya jualanya juga
baru-baru saja belum terlalu lama.tapi sekitar tahun 1985 an mas,
X : Siapa sajakah yang terlibat dalam tradisi Baratan?
Y : Rata-rata semua mas, seperti masyarakat, pemuda, orang tua, setaf
pemerintahan desa dan yang lainnya,
X : terus ngomong-ngomong masala makanan didalam tradisi Barata kira-kira
yang khas apa ya mbak?
Y : seperti jadah puli, apem dan nasi ambengan,ma situ yang khas mas.
X :Bagaimana keadaan saat pelaksanaan tradisi Baratan mbakk?
Y : Sangat meriah mas, karena masyarakat sangat antusias dan semangat.lebih-
lebih saya sebagai penjual musiman rame banget pokoknya mas.
X : Bagaimana pendapat masyarakat tentang tradisi Baratan ini mbak?
Y : Baik mas tangapannnya, karena memang ini yang di tunggu-tunggu
masyarakat
X :gimana mbak , seneng apa tidak dengan adanya tradisi Baratan?
Y : seneng sekali mas soalnya rame,
X :lha mbak sri jualan apa aja?
Y : Ini mas jualan lampion sama mobil-mobilan,
X : untungnya banyak mbak?
Y :Alhamdulillah mas, lima kali lipat dari hari biasane , seneng juga mas
sebagai pedagang Karena tradisi Baratan bukan hanya sekedar perayaan
tetapi juga adah berkah dari Allah di dalam nya,pokoknya seneng mas
X : biasanya jualanya pada hari H nya apa sudah jualan di hari-hari
sebelumnya mbak?
Y : iya sudah di hari-hari sebelunya mas,
X :iya mudah mudahan tradisi baratan selalu membawa berkah za mbak.
Y : iya mas,,
X : makasi ya mbak atas wawancarane dengan mbak
Y : iya mas, sama-sama.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Adam Bakhruddin Syah
Tempat, tanggal lahir : Jepara, 29 April 1991
Alamat : Surodadi, Kecamatan. Kedung, Kabupaten. Jepara
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan :
NO SEKOLAH NAMA SEKOLAH LULUS
TAHUN
1 MI HIDAYATUL MUBTADI JEPARA 2003
2 MTS MAFATIHUT THULLAB AN-NAWAWI JEPARA 2006
3 MA MAFATIHUT THULLAB AN-NAWAWI JEPARA 2009
4 STAIN SALATIGA 2014
Demikiaan riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 12 Desember 2014
Penulis
Adam BahruddinSyah
NIM: 11110106
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Adam Bakhruddin Syah
NIM : 11110106
Pembimbing : Sukron Ma’mun, M. Si
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN
KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
Pembimbing
Catatan:
Setiap Konsultasi Lembar Ini Harus Dibawa
Sukron Ma’mun, M. Si
NIP: 19790416 200912 1001
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Adam Bakhruddin Syah
NIM : 11110106
Pembimbing : Sukron Ma’mun, M. Si
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN
KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
Pembimbing
Catatan:
Setiap Konsultasi Lembar Ini Harus Dibawa
Sukron Ma’mun, M. Si
NIP: 19790416 200912 1001
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi tradisi arak-arakan Ratu Kali Nyamat
B. Dokumentasi Penyerahan Nasi Puli Dan Kue Apem
C. Dokumentasi Pesta Lampion
D. Dokumentasi Arak-Arakan Mobil Lampion Di Desa
E. Dokumentasi Pelaksanaan solat berjamaah dan membaca yasin di masjid dan mushola
F. Dokumentasi gotong royong warga dalam bersih-bersih desa