Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

141
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas Diajukan Oleh : Nama : Malik Bintoro NIM : 2009 41 443 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Untuk memenuhi sebagian dari syarat Guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta 201

Transcript of Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

Page 1: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Skripsi

Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara

Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas

Diajukan Oleh :

Nama : Malik Bintoro

NIM : 2009 – 41 – 443

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Untuk memenuhi sebagian dari syarat Guna mencapai gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

Jakarta

201

Page 2: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang

Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks

Bebas” untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar sarjana strata

satu (S1) Ilmu Komunikasi konsentrasi Hubungan Masyarakat Universitas

Prof.Dr.Moestopo (Beragama).

Adapun alasan utama penulis memilih judul diatas karena untuk

mengetahui Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak

Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

saran dan kritik akan penulis terima dengan lapang dada dan tulus hati.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan berguna bagi yang membacanya.

Jakarta, November 2015

Penulis

Page 3: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah yang tak terhingga

kehadirat Allah SWT hingga mampu menyelesaikan penyusunan sekripsi ini.

Yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk menyelesaikan

pendidikan strata 1 (S1) bidang setudi ilmu komunikasi pada Fakultas ilmu

Komunikasai Universitas Prof.Dr. Moestopo (Beragama)

Atas segala bimbingan dan perhatian yang diberikan selama

penulisan menyusun sekripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak

trimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yakni Babeh Ismail dan Mama (Alm) Supriki, Mama

Eni Qudus Serta Mba Siti, Mba Nur, Mba Yayan, Mas Sito, Mas Rudi

untuk doa, perhatian, kasih sayang, dorongan moril maupun materil

dalam setiap langkah selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan kuliah dan skripsi dengan baik.

2. My lovely Wife, Istiqomah Nurul Qudus, S.Pd atas bantuan moril dan

materil, kesabarannya, dukungannya, perhatiannya, kasih sayangnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan penuh

dengan semangat.

3. Bapak Dr.H.Hanafi Murtani, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi Prof.Dr.Moestopo (Beragama).

4. Bapak Freddy Richardo, S.Sos, M.Si selaku ketua Jurusan Hubungan

Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Prof.Dr.Moestopo (Beragama).

5. Ibu Dra.Ida Fariastuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Dr.H.Muhtadin, MA selaku Dosen Pembimbing II, yang meluangkan

waktu untuk memberi bimbingan dan pengarahan dengan penuh

Page 4: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

iii

kesabaran serta motivasi yang sangat besar dan ilmu yang

bermanfaat selama proses penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Prof.Dr.Moestopo

(Beragama) yang memberikan ilmunya kepada penulis selama ini.

7. Seluruh Staf Sekretariat dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi

Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang telah membantu penulis selama

penyusunan skripsi.

8. Seluruh teman-teman Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Hubungan

Masyarakat khususnya angkatan 2009,2010,2011 yang telah

memberikat semangat, dukungan, perhatian dan menghibur penulis.

9. Dan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini namun tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan bermanfaat

bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Aamiin.

Jakarta, November 2015

Penulis

Page 5: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ........................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. ix

ABSTRAK .................................................................................. x

ABSTRACT ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1

1.2 Pembatasan Masalah ........................................................... 7

1.3 Rumusan Masalah ................................................................ 12

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 12

1.5 Signifikansi Penelitian ........................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, TEORI, HIPOTESIS DAN

KERANGKA KONSEP

2.1 Kajian Pustaka ..................................................................... 14

2.2 Kerangka Teori ..................................................................... 20

2.3 Hipotesis Penelitian .............................................................. 41

2.4 Kerangka Konsep ................................................................. 42

2.5 Operasional Konsep ............................................................. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian ............................................................ 49

3.2 Jenis/Format Penelitian ........................................................ 50

3.3 Metodologi Penelitian ............................................................ 51

3.4 Populasi ................................................................................ 52

Page 6: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

v

3.5 Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 56

3.7 Uji Validitas dan Realibitas Instrumen ................................... 58

3.8 Teknik Analisis Data ............................................................. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................... 67

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 70

4.3 Korelasi Pearson Product Moment ....................................... 106

4.4 Pembahasan ........................................................................ 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................... 115

5.2 Saran .................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 7: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

vi

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Operasional Konsep .................................................. 48

TABEL 2 : Uji Validitas Butir Soal ............................................... 59

TABEL 3 : Uji Realibitas .............................................................. 61

TABEL 4 : Jenis Kelamin ............................................................ 71

TABEL 5 : Usia ........................................................................... 71

TABEL 6 : Pekerjaan Orang Tua ................................................ 72

TABEL 7 : Orang Tua siswa membebaskan siswa untuk

mengungkapkan isi hati siswa tentang seks bebas ... 73

TABEL 8 : Siswa dapat mengutarakan semua pendapat

siswa sendiri kepada orang tua ................................. 74

TABEL 9 : Orang tua selalu dapat berterus terang dalam

menjelaskan informasi yang berkaitan dengan

masalah seks bebas (tanpa tabu membicarakannya) 75

TABEL 10 :Siswa merasa nyaman untuk berbagi cerita masalah

seks bebas kepada orang tua ................................... 76

TABEL 11 :Orang tua mampu mengerti permasalahan yang

siswa alami ............................................................... 77

TABEL 12 :Orang tua dapat memahami perasaan siswa

ketika menghadapi permasalahan yang berkaitan

dengan seks bebas ................................................... 78

TABEL 13 :Orang tua dapat menghargai pendapat siswa

mengenai permasalahan seks bebas di lingkungan

pergaulan siswa ........................................................ 79

TABEL 14 :Orang tua memberikan dukungan secara moral

kepada siswa mengenai permasalahan seks bebas

tanpa adanya penekanan ......................................... 80

TABEL 15 :Orang tua selalu mempunyai kesediaan waktu untuk

mengunjungi siswa agar dapat berkomunikasi

Page 8: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

vii

persuasif dengan siswa ............................................. 81

TABEL 16 :Orang tua selalu menunjukan kepercayaan kepada

siswa agar dapat mengungkapkan isi hati ................ 82

TABEL 17 :Orang tua selalu berfikir positif terhadap langkah-

langkah yang siswa tempuh untuk menghadapi

masalah seks bebas ................................................. 83

TABEL 18 :Orang tua selalu melakukan interaksi yang baik

dengan siswa untuk menjelaskan masalah

seks bebas ................................................................ 84

TABEL 19 :Orang tua memberikan pendapat jika siswa

memiliki masalah dengan teman sekelas atau

satu sekolahan .......................................................... 85

TABEL 20 :Orang tua memberikan rasa optimis kepada siswa

untuk menceritakan masalah anda ............................ 86

TABEL 21 :Orang tua selalu menghargai dan mendengarkan

siswa jika siswa sedang berbicara ............................. 87

TABEL 22 :Orang tua tidak pernah membeda-bedakan

siswa dengan saudara kandung siswa lainnya ......... 88

TABEL 23 :Orang tua menyikapi dengan baik pendapat dan

komentar siswa mengenai seks bebas ..................... 89

TABEL 24 :Pengukuran variabel X (Komunikasi Antarpribadi

antara Orang tua dan Anak) ..................................... 90

TABEL 25 :Interaksi antara siswa dan orang tua menumbuhkan

pengertian seks bebas .............................................. 94

TABEL 26 :Interaksi antara siswa dan orang tua membuat

siswa mengetahui pandangan agama

terhadap seks bebas ................................................. 95

TABEL 27 : Siswa memahami efek buruk dari seks bebas

setelah berbicara hal tersebut kepada kedua

orang tua siswa ........................................................ 96

TABEL 28 :Orang tua banyak memberikan arahan sehingga

Page 9: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

viii

siswa dapat memahami pandangan agama

terhadap seks bebas ................................................. 97

TABEL 29 :Siswa tidak melakukan seks bebas karena siswa

takut akan sanksi agama .......................................... 98

TABEL 30 :Siswa sadar akan bahaya seks bebas karena

takut akan sanksi sosial ............................................ 99

TABEL 31 :Siswa membenci perbuatan seks bebas setelah

orang tua memberikan informasinya ......................... 100

TABEL 32 :Seluruh informasi yang di berikan oleh orang tua

siswa mengenai bahaya seks bebas, membuat siswa

untuk tidak melakukan seks dengan pasangan

sebelum menikah ...................................................... 101

TABEL 33 :Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua siswa

mengenai bahaya seks bebas, mendorong siswa untuk

melarang orang lain untuk melakukan seks bebas ... 102

TABEL 34 :Siswa tidak akan melakukan hal-hal mengarah pada

seks bebas ................................................................ 103

TABEL 35 :Pengukuran variabel Y (sikap seks bebas siswa

SMAN 31 Jakarta) ..................................................... 104

TABEL 36 :Correlations Pearson Product Moment ..................... 107

Page 10: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Coding Sheet

3. Tabel Tunggal

4. Surat Keterangan Penelitian

Page 11: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

x

UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI

ABSTRAK

Nama : Malik Bintoro

NIM : 2009 – 41 – 443

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Judul : Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua

Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta

Terhadap Seks Bebas

Jumlah Isi : 117 Halaman

Bibliografi : 40 Buku

Pembimbing I : Dra.Ida Fariastuti, M.Si

Pembimbing II : Dr.H.Muhtadin, MA

Di Indonesia, terutama di kota kota besar perilaku seks bebas pada

remaja semakin meningkat. Akibat dari perilaku tersebut adalah kehamilan

diluar nikah, pemerkosaan, aborsi, penyakit menular seksual seperti AIDS

dan pelecehan seksual. Hal tersebut melatarbelakangi dalam penelitian ini,

yakni sikap seks bebas pada remaja yang mengalami perubahan karena

kurang berkualitasnya komunikasi orang tua dan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Komunikasi

Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak dengan Sikap Siswa SMAN 31

Jakarta terhadap Seks Bebas. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori Hubungan Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak,

variabel bebas (X) dan teori Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap

Seks Bebas, variabel terikat (Y). Metode dalam penelitian ini menggunakan

Page 12: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

xi

pendekatan kuantitatif eksplanatif. Responden yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Siswa kelas XII SMAN 31 Jakarta dan jumlah sampel

yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling dengan

menggunakan rumus Taro Yamane sebanyak 82 responden. Teknik

pengumpulan data didapat dari hasil kuesioner yang dijawab oleh

responden, kemudian diukur menggunakan skala Likert. Skor tersebut

dimasukkan ke dalam lembaran koding (Cooding Sheet). Analisis data yang

digunakan adalah teknik Pearson Product Moment dengan program SPSS.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini diperoleh nilai koefisien

korelasi yaitu 0,749, maka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat kuat antara variabel Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan

Anak dengan Sikap Siswa –Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas.

Sedangkan besaran pengaruh antara variabel Komunikasi Orang Tua

terhadap Sikap Seks Bebas sebesar 56%, dan sisanya 44% dipengaruhi

oleh faktor lain di luar variabel Komunikasi Orang Tua.

Kata Kunci : Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak,

Sikap Siswa, Seks Bebas.

Page 13: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

xii

UNIVERSITY OF PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)

DEPARTEMENT OF COMMUNICATION SCIENCE

STUDY PROGRAM : COMMUNICATION SCIENCE

ABSTRACT

Name : Malik Bintoro

NIM : 2009 – 41 – 443

Study Program : Communication Science

Concentration : Public Relation

Title : The Correlation of Interpersonal Communication

between Parents and Children with Students Attitude

of Senior High School 31 Jakarta towards free sex.

Total Pages : 117 Pages

Bibliography : 40 Books

Advisor I : Dra.Ida Fariastuti, M.Si

Advisor II : Dr.H.Muhtadin, MA

In Indonesia, especially in the big cities, free sex behavior in

adolescent progressively increase. The effects of the behavior are pregnancy

out of wedlock, violation, abortion, sexual contaminate disease such as AIDS

and insulting sexuality. The background of this research is free sex attitude in

andolescent, who they have changed their attitude because the less of

communication quality between parent and children.

The Purpose of this research is to find out if there is an existing The

Correlation of Interpersonal Communication between Parents and Children

with Students Attitude of Senior High School 31 Jakarta towards free sex.

The theories used in this research The correlation of Interpersonal

Communication between Parents and Children theory for the independent

variable (X) and Students Attitude of Senior High School 31 Jakarta towards

Page 14: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

xiii

free sex for dependent variable (Y). The method of this research is using the

quantitative with correlation analysis. The Respondent selected regarding to

this research is the students at third grade of 31 Senior High School Jakarta

and amount of sample 82 respondents. The sample collecting technique

based on Simple Random Sampling technique with reference Taro Yamane.

The data were collected through the result of questionnaires answered by the

respondents, then that be measured with Likert scale. The Score is

incorporated into cooding sheet. The data analysis used Pearson Product

Moment technique with Statistical Package for Social Science (SPSS).

Based on data analysis of this research, the result of correlation

coefficient is 0,749, therefore shown that there is a strong Correlation of

Interpersonal Communication between Parents and Children with Students

Attitude of Senior High School 31 Jakarta towards free sex, however the

effect between parents communication variable towards free sex attitude is

56% and the rest 44% affected by other variable.

Keywords : Interpersonal Communication between Parents and Children,

Attitude of Students, Free Sex.

Page 15: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sekitar 62,7 % remaja di Indonesi telah melakukan hubungan seks

di luar nikah. 20% dari 94.270 perempuan mengalami hamil di luar nikah

juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah

melakukan aborsi, lalu 30% dari 10.203 remaja terinveksi HIV

(www.kompasiana.com/Remaja di Indonesia melakukan seks pra

nikah/29 November 2015: 17.08). Berdasarkan survei tersebut maka

perilaku dan pandangan remaja mengenai seks mengalami perubahan.

Perubahan ini menunjukkan adanya kecenderungan sikap permisif

remaja terhadap seks bebas, yakni sikap yang berperilaku secara bebas

terhadap perilaku seks yang melanggar norma-norma atau berperilaku

seperti seks diluar nikah. Sedangkan selama ini diketahui bahwa pola-

pola perilaku tersebut sebetulnya merupakan suatu larangan yang

ditetapkan secara normatif dan menjadi pegangan bagi sebagian

masyarakat.

Seksualitas itu sendiri menurut Myles,dkk dalam Mukholid

merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus sejak

seorang bayi lahir sampai meninggal. Sebuah proses yang

memperlihatkan hubungan yang erat antara aspek fisik (sistem

reproduksi) dengan aspek psikis dan sosial yang muncul dalam bentuk

Formatted: Different first page header

Page 16: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

2

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

perilaku serta merupakan bagian integral dari kehidupan manusia

(Mukholid, 2007:120). Pengertian dari Myles tersebut menunjukkan

bahwa dimensi seksualitas sangatlah luas meliputi bukan saja dimensi

fisik namun juga psikis dan sosial. Saat ini telah terjadi pergeseran

makna, seksualitas disempitkan hanya pada aspek fisik hubungan seks.

Akibatnya seksualitas cenderung tidak diakui sebagai sesuatu yang

alamiah dan hanya sah dibicarakan dalam lembaga perkawinan.

Situasi ini sangat mempengaruhi perkembangan seksualitas anak

pada usia remaja yang sedang berada dipuncaknya, mengingat bahwa

“masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan ini

menyebabkan seorang anak sering bertingkah laku labil.” (Darajat,

1990:22). Disatu sisi, remaja berada pada masa gejolak seks yang besar,

disisi lain mereka harus mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu

bagaimana cara mengelolanya. Seks bebas yang di lakukan anak pada

masa remaja atau siswa umumnya masih “fase remaja pertengahan akan

menghadapi sebuah masa pubertas yang biasanya terjadi pada usia 15-

18 tahun” (Djiwandono, 2007:93), namun sekarang masa puberatas lebih

cepat awalnya biasanya pada usia 10-13 tahun.

Adapun penjelasan yang melatar belakangi perilaku seks bebas di

kalangan siswa pada usia remaja, seperti Diri sendiri, Hubungan dalam

lingkungan keluarga, Hubungan dalam luar lingkungan, Kebudayaan

Asing dan Perkembangan Teknologi. Hal tersebut yang telah dipaparkan

oleh Hasan dan Nasma, bahwa penyebab seks bebas dapat dipengaruhi

Page 17: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

3

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

oleh beberapa faktor, yakni “Faktor internal yang meliputi faktor biologis

yang terjadi dalam diri sendiri. Kemudian Faktor Eksternal adalah

sumber-sumber informasi dari kehidupan keluarga, lingkungan

masyarakat, maupun perkembangan media massa.” (Hasan dan Nasma,

2010:29)

Dalam faktor tersebut, seks bebas siswa terjadi dikarenakan

pengaruh yang timbul dari diri seorang siswa itu sendiri dengan adanya

suatu dorongan untuk bereksperimen hal-hal yang belum mereka ketahui

tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Selain itu faktor dari teman

memungkinkan seseorang untuk melakukan seks bebas, karena siswa

menganggap bahwa temannya yang paling mengerti akan dirinya dari

pada keluarganya. Seharusnya peran keluargalah yang sangat berperan

penting dalam membimbing dan mengontrol perilaku anaknya, sehingga

salah memilih teman yang akan menjerumuskan siswa tersebut kedalam

seks bebas tidak akan terjadi. Akan tetapi ada beberapa orang tua yang

punya sedikit waktu untuk berkomunikasi kepada anaknya, sehingga

seorang anak kurang mendapatkan perhatian. Selain itu hubungan guru

dengan siswanya seharusnya dapat mendidik anak siswanya untuk

berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku, namun yang terlihat pada

masa kini banyaknya guru berbuat asusila, seperti memperkosa atau

mencabuli siswanya.

Arus teknologi yang makin pesat dan tidak terkendali turut

memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sikap siswa,

Page 18: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

4

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

khususnya sikap terhadap seks bebas, seperti meluasnya situs porno

yang dapat mudah diakses siswa. Sehingga siswa sering berpikiran

negatif terhadap lawan jenisnya, bahkan mencontoh adegan dalam film

porno tersebut. Selain itu pengaruh budaya asing yang mempertunjukan

cara berpakaian budaya barat yang seksi dan berpacaran yang bergaul

secara bebas. Hal itu semua dapat berpengaruh besar merubah karakter

seorang siswa dan menambah hasrat siswa untuk berperilaku seks

bebas.

Pada kenyataannya pola pergaulan anak sudah menjerumus ke

arah budaya asing, seperti free sex (seks bebas) di Indonesia sangat

memperhatinkan. Hal tersebut berdasarkan hasil survei dari Kesehatan

Reproduksi Remaja Indonesia (KRRI) “di tahun 2010-2012, remaja

mengatakan pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 Tahun 43,7%

(Perempuan), 30,9% (Laki-Laki), sedangkan pada usia 20-24 Tahun

48,6% (Perempuan), 46,5% (Laki-Laki).”(www.okezone.com/Tiap Tahun,

Remaja Seks Pra Nikah Mengingkat, 29 November 2015:22.00). Itu

semua tidak dapat terlepas dari pengaruh oleh perilaku hal negatif yang

di kemukakan hal-hal yang bersifat pornogarafi. Hasil survei komisi

perlindungan anak (KPA) terhadap 4.500 remaja, mengungkapkan “97%

remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93% pernah

berciuman bibir dalam pergaulan.” (www.BKKBN.com/17.Juni.2010.

ABG/Tahu Proses Reproduksi Sebatas Seks, 29 November 2015:16.54).

Hal-hal tersebut mengakibatkan suatu keinginan dari seorang anak untuk

Page 19: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

5

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

melakukan hal-hal yang menjerumus kearah perilaku free sex (seks

bebas). Seperti halnya sekarang banyaknya siswa yang harus drop out

(di keluarkan) dari sekolah hanya karna hamil di luar nikah. Sehingga

siswa yang seharusnya memiliki masa depan yang cerah, dapat sirna

masa depannya hanya karna perbuatan asusila tersebut.

Penyimpangan perilaku seks tersebut bertentangan dengan nilai-

nilai agama, sosial dan budaya Indonesia. Perilaku seks bebas dapat

dikatakan tidak memiliki iman dan ilmu. Dikatakan tidak mempunyai iman

karena orang yang beriman pasti tahu bahwa seks bebas dilarang oleh

agama karena selain berdosa, seks bebas atau berzina yang membuat

berbagai penyakit jasmani dan rohani, seperti yang dikemukakan oleh

salah satu agama, agama islam dalam HR.Ahmad dan Ath-Thabrani

mengungkapkan bahwa “Tidak ada dosa yang paling besar disisi Allah

SWT setelah mempersekutukanNya yang dapat melebihi dosa seseorang

yang menumpahkan spermanya pada perempuan yang tidak halal.” (Iwan

Januar, 2007:133). Dengan demikian orang tersebut akan mengendalikan

diri agar tidak terjerumus pada perbuatan tersebut. Dan dikatakan tidak

memiliki ilmu karena pelaku tidak memahami masalah kesehatan

reproduksi atau dampak dari seks bebas.

Untuk menghindari terjadinya perilaku seksual yang menyimpang

pada siswa remaja maka perlu adanya pendidikan seks (sex education)

yang sebaiknya diberikan di setiap sekolah secara sistematis dan terarah

serta disampaikan dalam bentuk komunikasi yang dapat diterima oleh

Page 20: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

6

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

siswa usia remaja. Karena dengan adanya pengetahuan seks

perkembangan anak remaja akan menuju tingkat kedewasaan. Selain itu

pendidikan seks ini siswa sedikit banyak dapat mengetahui konsekuensi

atau akibat yang timbul apabila melakukan seks diluar nikah. Tetapi

sayangnya pendidikan seks di Indonesia terhambat pelaksanaannya. Hal

ini disebabkan adanya beberapa faktor antara lain :

1. “Masih adanya anggapan yang kuat dari anggota masyarakat bahwa membicarakan seks adalah tabu (terlarang) baik oleh pengaruh adat maupun agama.

2. Kekurangan tenaga ahli dan guru-guru yang berpengalaman untuk memberikan pendidikan seks terhadap anak-anak sekolah.

3. Kurangnya keberanian dari pihak-pihak pemerintah untuk menyusun kurikulum yang berhubungan dengan pendidikan seks.” (Willis, 1993:34).

Kurangnya pendidikan seks pada siswa menyebabkan banyaknya

siswa terjerumus dalam ketidaktahuannya dan mengakibatkan

penyimpangan perilaku seks dikalangan remaja. Menurut Sarwono,

“remaja umumnya memang memasuki masa tersebut tanpa pengetahuan

yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung

pengetahuan tersebut bukan saja tidak bertambah, tetapi akan

bertambah dengan informasi yang salah.” (Sarwono, 2011:26). Selain itu

dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku seks yang mengakibatkan

kehamilan diluar nikah, aborsi, tingkat kematian bayi, penyakit kelamin,

bahkan AIDS.

Oleh sebab itu tampaknya perlu adanya keterbukaan antara orang

tua dengan anak. Komunikasi antara orang tua dan anak harus efektif

Page 21: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

7

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

agar orang tua dapat mengontrol sejauh mana perilaku seks anak mereka

dalam pergaulannya. Untuk menciptakan keterbukaan antara orang tua

dengan anak diperlukan komunikasi yang efektif sebagai jembatan

hubungan orang tua dengan anak. Dengan adanya dasar keterbukaan

melalui jembatan komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak,

diharapkan dapat membentuk sikap positif anak dalam menghadapi

bahaya seks bebas. Sehingga dampak-dampak negatif dari pola perilaku

seksual remaja dapat diantisipasi sedini mungkin.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini penulis

menentukan judul, yakni “Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara

Orang Tua dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta

Terhadap Seks Bebas”. Alasan penulis memilih SIswa SMAN 31

dikarenakan beberapa siswa SMAN 31 pernah terindikasi mengikuti

“Bikini Party” yang dilaksanakan di salah satu Hotel ternama di Jakarta

dan tidak seharusnya anak di bawah umur tidak berpartisipasi dalam

acara tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah

Skripsi ini mengambil judul “Hubungan Komunikasi Antarpribadi

Antara Orang Tua dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31

Jakarta Terhadap Seks Bebas.” Karena keterbatasan waktu, dana dan

tenaga juga untuk menghindari kesalahan pengertian dan persepsi dalam

penelitian atau studi mengenai komunikasi antarpribadi (orang tua), maka

Page 22: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

8

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

penulis memberikan penjelasan dan pembatasan masalah sebagai

berikut :

1.2.1 Pembatasan Materi

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya membahas tentang

hubungan komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak

dengan sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas.

1.2.2 Pembatasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dan kemungkinan salah

tafsir dalam penulisan ini, maka penulis perlu memberikan

pengertian dari :

a. Hubungan

Hubungan adalah jaringan yang terwujud karena interaksi

antara satuan-satuan yang aktif (KBBI 2008:313). Yang dimaksud

dengan hubungan disini adalah keterkaitan antara variabel dalam

penelitian ini adalah antara komunikasi antar pribadi orang tua

terhadap sikap seks bebas siswa.

b. Komunikasi AntarpribadI

Menurut Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa

Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan

balik langsung (Liliweri, 1997:12).

Page 23: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

9

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

Liliweri juga mengemukakan bahwa pada hakikatnya

komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seseorang

komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi

tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat

atau perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis (Liliweri,

1997:12)

c. Orang Tua

Menurut Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa,

Ayah dan ibu adalah dua manusia yang berbeda jenis, manusia

yang diciptakan sebagai pria dan wanita yang menjalin kasih dan

bertujuan untuk saling menyempurnakan dan saling melengkapi

serta saling membantu bahkan untuk berkembang biak dan

meneruskan keturunan. Ayah dan ibu adalah sepasang kekasih

yang dikukuhkan dalam pernikahan dengan tekad membentuk

keluarga yang bahagia yang diresmikan melalui catatan sipil

dilandasi kasih sayang, saling memberi cinta dan mau berkorban

demi kesejahteraan masing-masing dengan peneguhan pernikahan

di gereja atau akad nikah di hadapan penghulu (Gunarsa, 1997:94).

d. Siswa pada usia Remaja

Menurut Ny. Singgih D. Gunarsa anak merupakan hasil dari

cinta kasih ayah dan ibu yang telah menjalin hubungan suami istri

Page 24: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

10

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

sejak mulai hidupnya, yakni sejak detiknya kehamilan, maka ia

adalah calon pria atau wanita ketika sel benih dari ayah memasuki

sel telur pada ibu, maka jenis anak yang akan tumbuh dalam rahim

ibu sudah ditentukan (Gunarsah, 1997:105).

Pada 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang

lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut Sarwono dalam

kutipan Muangman (1980:9) mengkemukakan terdapat tiga kriteria,

yaitu biologis, psikologis dan social ekonomi, sehingga secara

lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.

Remaja adalah suatu masa dimana :

1. “Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ini ia mencapai kematangan sekual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.” (Sarwono, 2011:12)

Anak yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa remaja

yang berusia 14-23 tahun. Karena dalam usia tersebut anak

memasuki masa pubertas.

e. Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir,

dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai. Sikap

bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku

Page 25: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

11

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Sikap mempunyai

daya pendorong/motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu

tetapi juga apakah orang harus pro/kontra terhadap sesuatu,

menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa

yang harus dihindari.” (Rakhmat, 2003:40)

f. Seks Bebas

Dalam kehidupan sehari-hari, kata seks secara harfiah

berarti jenis kelamin. Pengertian seks kerap hanya mengacu pada

aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin, meski

sebenarnya seks sebagai kesadaran anatomi dan biologis,

sebenarnya hanyalah pengertian sempit dari yang dimaksud

denganseksualitas. Definisi seks bebas itu sendiri yang penulis

ambil dari Ensiklopedia adalah :

“Seks bebas disini merupakan perilaku seks yang dilakukan

pleh pria dan wanita (dalam hal ini lebih kepada hubungan intim

atau hubungan badan) tanpa adanya ikatan yang resmi layaknya

suami istri yang melalui pernikahan.” (http://uk.m.worldbooks.org/

theworldbook encylopedia/sex, 2 Maret 2015:18.19)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat

merumusan masalah sebagai berikut “Seberapa kuat hubungan

Page 26: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

12

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-

siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui Intensitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua

Dan Anak di kalangan Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta.

2. Mengetahui Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks

Bebas.

3. Mengetahui kekuatan Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara

Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta

Terhadap Seks Bebas.

1.5 Signifikansi Penelitian

1.5.1 Signifikansi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan teori yang dikemukakan para ahli komunikasi

dan dapat diterapkan dalam penelitian. Selain itu peneliti berharap

dapat memberikan andil di dalam perkembangan ilmu komunikasi,

khususnya ilmu komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi

antar pribadi.

Page 27: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

13

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + Not at 3.25" + 6.5"

1.5.2 Signifikansi Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

masukan pada orang tua agar dapat mengontrol perilaku dari

anak remajanya, terutama mengenai seks bebas. Dengan

demikian bisa dilakukan langkah-langkah antisipasi terhadap

perilaku dan perkembangan anak tersebut.

Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"

Formatted

Page 28: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

14

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, TEORI, HIPOTESIS DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan untuk memberikan pandangan kritis

pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat

memberikan perkembangan yang signifikan dengan penelitian yang

sedang dilakukan penulis. Tujuan kajian pustaka adalah untuk

mendukung permasalahan yang akan diungkap dalam hal ini komunikasi

antarpribadi.

Pada kajian pustaka ini ada beberapa penelitian yang membahas

tentang komunikasi antarpribadi. Penelitian terdahulu yang sejenis

dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang berjudul

Hubungan Kualitas Komunikasi Orang Tua Anak dan Kontrol Diri dengan

Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Progdi Bimbingan dan

Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. yang dianggap

relevan dibahas secara krisis. Penelitian ini diteliti oleh Mahasiswa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang bernama Andrian Achmad

Handoko. Selain itu penelitian yang berjudul Hubungan Antara

Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

dengan Prilaku Seks Bebas Pada Remaja Siswa-Siswi MAN

Gondangrejo Karanganyar, yang diteliti oleh Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta bernama Evidanika Nifa

14

Formatted: Centered

Page 29: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

15

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Mertia. Perbedaan dengan penelitian penulis yang berjudul “Hubungan

Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap

Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas.”

Kedua penelitian terdahulu dilakukan guna mengambil sampel

populasi, yaitu pada kalangan anak remaja (Mahsiswa di Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga dan Siswa-Siswi MAN Gondangrejo

Karanganyer) Sedangkan penelitian penulis dilakukan guna mengambil

sampel dari populasi, yaitu pada Siswa SMAN 31 Jakarta kelas XII atau

siswa SMAN 31 Jakarta yang berusia remaja yakni pada rentang umur

17-19 tahun. Dari Unit bidang studi penelitian terdahulu, menyebutkan

bahwa Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi manusia yang

ada didalamnya ada unsur keakraban dan saling mempengaruhi di antara

pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antarpribadi,

ekspektasi pribadi merupakan faktor penting yang mempengaruhi

berlangsungnya komunikasi. Di dalam ekspetasi pribadi tersebut ada

unsur-unsur kebutuhan, presepsi dan nilai-nilai yang akan mempengaruhi

pengiriman dan penerimaan pesan dalam proses komunikasi

antarpribadi.

Komunikasi orang tua adalah lebih dari percakapan dan berfokus

pada pesan yang disampaikan, apa yang didengar, dan pesan yang

dimengerti. Komunikasi antara orang tua dan anak dikatakan efektif atau

berkualitas bila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan

komunikasi di antara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan

Page 30: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

16

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya. Komunikasi yang

efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan dan dukungan yang

positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang

disampaikan oleh orang tua.

Dalam studi penelitian terdahulu penulis tersebut ingin mengetahui

taraf signifikan hubungan antara kualitas komunikasi orang tua-anak dan

kontrol diri dengan perilaku seks pranikah pada mahasiswa Progdi

Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga..

Perbedaan dengan penelitian penulis ini penulis ingin mengukur sampai

seberapa kuat Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan

Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks

Bebas. Hal itu hampir sama dengan penelitian Mertia, yakni mengetahui

hubungan antara pengetahuan seksualitas dan kualitas komunikasi orang

tua dan anak dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa-siswi MAN

Gondangrejo Karanganyer. Sedangkan persamaan dari ketiga penelitian

ini adalah dimananya sama-sama meneliti Komunikasi Antarpribadi atau

Komunikasi Interpersonal yang dianggap paling efektif dalam hal upaya

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.

Dari pendekatan kedua penelitian terdahulu, penelitian tersebut

menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya bersifat

eksplantif (korelasional). Analisis data dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis data regresi ganda. Penelitian penulis disini juga

menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya bersifat

Page 31: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

17

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

eksplantif (korelasional), namun menggunakan skala pengukuran skala

likert.

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian Handoko yang dilakukan

oleh peneliti di lapangan dan hasil pengujian hipotesis yang telah

diuraikan pada penelitian tersebut, maka kesimpulan hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif signifikan antara

kualitas komunikasi orang tua-anak dan kontrol diri dengan perilaku seks

pranikah mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga, dengan skor koefisien korelasi X sebesar (r) -

0,245 dengan signifikansi (p) 0,0001 dan skor koefisien korelasi Z

sebesar (r) -0,381 dengan signifikansi 0,000. Dari hasil pembahasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas komunikasi

orang tua-anak dan kontol diri maka semakin rendah perilaku seks

pranikah pada mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Dan kesimpulan bedasarkan hasil penelitian Mertia yang

dilakukan oleh peneliti di lapangan dan hasil pengujian hipotesis telah

diuraikan pada penelitian tersebut, maka kesimpulan hasil perhitungan

regresi ganda menunjukkan koefisien regresi variabel pengetahuan

seksual sebesar -0,595 pada taraf signifikansi p<0,05. Dan koefisien

regresi variabel kualitas komunikasi orang tua dan anak sebesar -0,615

pada taraf signifikansi p<0,05 Artinya bahwa pengetahuan seksualitas

dan kualitas komunikasi orang tua dan anak mempunyai hubungan

Page 32: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

18

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

negatif dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa-siswi MAN

Gondangrejo Karanganyer.

Berdasarkan beberapa hasil analisis, maka kritikan dari studi

terdahulu, pembahasan isi pesan komunikasi antar pribadi orang tua dan

anak remaja kurang mendalami mengenai pembentukan konsep diri.

Sebaiknya dalam pembentukan konsep diri, sikap seseorang seharusnya

diarahkan terhadap sesuatu objek tertentu. Sikap seseorang yang harus

diperhatikan seperti aspek kognitif, afektif, konaktif.

Berikut penjelasan kajian pustaka dengan membandingkan

beberapa penelitian terdahulu :

Penelitian Terdahulu Penelitian Penulis

Identitas Peneliti

Andrian Achamd Handoko

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2013

Evidanika Nifa Mertia

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2010

Malik Bintoro

Universitas

Prof.Dr.Moestopo (Beragama)

2015

Judul Penelitian

Hubungan Kualitas Komunikasi Orang Tua Anak dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Prilaku Seks Bebas Pada Remaja Siswa-Siswi MAN Gondangrejo Karanganyar.

Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas

Tujuan Mengetahui hubungan antara kualitas komunikasi orang tua-anak dan kontrol diri dengan

Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pengetahuan seksualitas dan

Mengukur sampai seberapa kuat hubungan komunikasi antarpribadi antara

Page 33: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

19

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

perilaku seks pranikah pada mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

kualitas komunikasi orang tua dan anak dengan prilaku seks bebas pada remaja siswa-siswi MAN Gondangrejo Karanganyar.

orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitiannya kuantitatif (korelasional).

Penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling.

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitiannya kuantitatif (korelasional).

Penelitian ini menggunakan Cluster Random Sampling.

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitiannya kuantitatif (korelasional).

Penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling.

Teori Teori S.O.R Teori S.O.R Teori S.O.R

Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hipotesis yaitu ada hubungan yang positif signifikan antara kualitas komunikasi orang tua-anak dan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dengan skor koefisien korelasi X sebesar (r) 0,245 dengan signifikansi (p) 0,0001 dan skor koefisien korelasi Z sebesar (r) 0,381 dengan signifikansi 0,000.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan koefisien regresi variabel pengetahuan seksual sebesar 0,595 pada taraf signifikansi p<0,05. Dan koefisien regresi variabel kualitas komunikasi orang tua dan anak sebesar 0,615 pada taraf signifikansi p<0,05 Artinya bahwa pengetahuan seksualitas dan kualitas komunikasi orang tua dan anak mempunyai hubungan positif dengan perilaku seks bebas.

Page 34: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

20

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Kritik terhadap penelitian terdahulu

Peneliti sebaiknya dalam pembahasan isi pesan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak terhadap kontrol diri dan perilaku seks pranikah kurang mendalami mengenai pembentukan konsep diri. Sebaiknya dalam pembentukan konsep diri, sikap seseorang seharusnya diarahkan terhadap sesuatu objek tertentu. Sikap seseorang yang harus diperhatikan seperti aspek kognitif, afektif, konaktif.

Penelitian sebaiknya dilakukan dengan memperluas responden pada instansi yang lain sehingga daya generalisasi hasil penelitian dapat diperbesar. Dan Peneliti sebaiknya mengembangkan variabel-variabel yang diteliti, sebab tidak menutup kemungkinan bawha penelitian ini mencangkup lebih banyak variabel yang akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian dasar teori dan model yang

digunakan sebagai acuan penelitian. Penulisan ilmiah harus mengacu

kepada landasan teori yang kuat dan rasional. Kerlinger mendefinisikan

bahwa : “Teori adalah himpunan konstruk (konsep) definisi dan proposisi

yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi antara variable, untuk menjelaskan dan meramalkan

gejala tersebut.” (Rakhmat, 2002:9).

Teori berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu pengetahuan

yang sistematis dan dapat membimbing penelitian. Teori dapat

memberikan arah pada roda disiplin ilmu tertentu. Dengan demikian

Page 35: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

21

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

peneliti dapat memperoleh sesuatu kerangka teori untuk menerangkan

hasil penemuannya.

Kerangka teori menurut Dr. Mardalis adalah “kerangka pemikiran

untuk memberikan gambaran atau batasan”. Tentang teori yang akan

dicapai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, yaitu teori

“mengenai variabel yang akan diteliti” (Mardalis, 2003:41)

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang ada

relevansinya dengan variabel dalam penelitian ini antara lain :

2.2.1 Komunikasi

Dari segi Etimologis, “Komunikasi berasal dari bahasa latin

communication dan bersumber juga dari kata communis yang

artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi

berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.”

(Uchjana, 2008:3 )

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan

pengertian dari seseorang kepada orang lain. Tanpa berkomunikasi

seseorang tidak dapat menjalin hubungan dan akan merasa

kesepian dalam menjalankan berbagai aktivitasnya. Seperti yang

dipaparkan oleh Patton, mengartikan :

“Komunikasi adalah penyampaian (transfer) informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain. Komunikasi merupakan cara penyampaian gagasan, fakta, pikiran, perasaaan dan nilai kepada orang lain. Komunikasi adalah jembatan arti diantara orang-orang sehingga mereka dapat

Page 36: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

22

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

berbagi hal-hal yang mereka rasakan dan ketahui.” (Patton, 2006:181). Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja,

adanya umpan balik (feedback) atau respon dari penerima pesan

menandakan bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika memenuhi

komponen-komponen tertentu. Komunikasi juga merupakan suatu

proses yang tidak akan berjalan baik tentunya jika tidak memenuhi

komponen-komponen tersebut. Ini seperti diuraikan oleh Patton

(2006:181), “Hal yang penting tentang komunikasi adalah bahwa ia

paling sedikit harus melibatkan dua orang – pengirim dan penerima.

Satu orang saja tidak dapat berkomunikasi. Adanya satu penerima

atau lebih dapat melengkapi tindakan berkomunikasi itu.”

Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen

dasar. Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat

menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Devito

(2009:7) mengungkapkan “komunikasi adalah transaksi”. Hal

tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses,

dimana komponen-komponen saling terkait. Bahwa para pelaku

komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan

keseluruhan. Adapun proses komunikasi dapat dilihat pada skema

dibawah ini :

IDE

ENCODING

Page 37: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

23

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

1. Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator.

2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukan menjadi lambing-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirim.

3. Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirim melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambing-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.

4. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.

5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator. (Suprapto, 2009:)

Sehingga secara garis besar komunikasi adalah

penyampaian informasi, gagasan, pikiran, dan perasaan dari

komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran

komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback

bagi komunikator. Sehingga komunikator dapat mengukur berhasil

atau tidaknya pesan yang di sampaikan kepada komunikan.

PENGIRIMAN

DECODING

BALIKAN

Page 38: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

24

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2.2.2 Komunikasi AntarPribadi

Komunikasi merupakan salah satu bentuk kebutuhan

manusia dalam berinteraksi, dengan berkomunikasi manusia dapat

mengekspresikan diri serta berbagi informasi dengan sesama.

Selain itu komunikasi antarpribadi berperan penting dalam

membentuk kehidupan manusia, sebab kita tergantung pada orang

lain dalam perasaan, memahami informasi, dukungan, dan

berbagai komunikasi yang mempengaruhi citra diri dan membantu

seseorang dalam mengenali harapan – harapan orang lain.

Sebagian besar komunikasi yang dilakukan berlangsung dalam

situasi komunikasi antarpribadi. Komunikasi interpersonal

merupakan komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang saling

berhubungan (Devito,2009:4).

Komunikasi antarpribadi bisa mempunyai berbagai macam

kegunaan. Komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu

proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling

berkomunikasi. Komunikasi antarpribadi adalah proses

transaksional dalam menciptakan makna. Proses transaksional itu

sendiri adalah sebuah proses di mana komunikan saling

berkomunikasi dan bertanggung jawab akan apa yang terjadi

setelah komunikasi itu terjalin (Verderber,1992:7). Makna yang

diciptakan terjadi di antara dua peserta yang didasarkan pada

pesan asli dan respon yang ada.

Page 39: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

25

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Alo Liliweri mengutip pendapat dari Effendy (Liliweri,

1997:12) yang mengemukakan bahwa : pada hakekatnya

komunikasi antar pribadi adalah “komunikasi antara seorang

komunikator dan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut di

anggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

manusia berhubung prosesnya yang dialogis.”

Komunikasi antarpribadi berlangsung terjadi manakala

pihak-pihak yang berkomunikasi memiliki relasi personal, misalnya

saling mengenal, sudah akrab satu sama lain. Dalam situasi seperti

itu maka akan terlibat dalam komunikasi adalah pribadi-pribadi.

Situasi komunikasi antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks

kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi.

Seperti yang didefinisikan oleh Iriantara, yakni :

“Komunikasi antarpribadi, pada dasarnya, berlangsung setiap hari dalam kehidupan kita. Saat kita berkomunikasi dengan orang tua, teman kita bahkan dengan kekasih kita. Komunikasi tersebut bersifat relasional, artinya terbangun dalam bingkai relasi sekaligus menjaga dan mengembangkan relasi. Komunikasi antarpribadi itu dapat dipandang sebagai kegiatan membuat, menyampaikan dan menafsirkan symbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi”. (Iriantara, 2005:7)

Dengan demikian komunikasi antara orang tua dengan anak

merupakan bentuk dari komunikasi antarpribadi yang sangat

penting untuk mempengaruhi dan mengembangkan serta

membentuk sikap anak terhadap suatu hal terutama sikap positif

terhadap suatu masalah dalam berkomunikasi.

Page 40: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

26

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Devito mengungkapkan bahwa Komunikasi Antarpribadi

yang efektif meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. “Keterbukaan, yaitu adanya keinginan untuk mengungkapkan perasaan pribadi.

2. Empati, yaitu mengetahui apa yang sedang dialami orang lain dan memahami suasana hati orang lain.

3. Sikap mendukung, yaitu tidak membuat orang lain merasa tertekan.

4. Sikap positif, yaitu mendorong lawan bicara berinterkasi dan melakukan komunikasi persuasive dengan lawan bicaranya.

5. Kesetaraan, yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga.”(Devito, 2009:123-125).

Berdasarkan paparan diatas dapat dijelaskan, yakni empati

adalah kemampuan memproyeksikan diri kepada diri orang lain

dengan lain perkataan kemampuan menghayati perasaan orang

lain atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam hal ini

orang tua harus mampu melakukan komunikasi dengan anaknya

berusaha untuk selalu dekat dengan anaknya dan mampu

menempatkan dirinya dengan situasi perasaan anak pada saat

yang tepat dalam menyampaikan pesan.

Komunikasi orang tua kepada anaknya adalah komunikasi

yang sifatnya persuasif, di mana orang tua dapat menyaksikan

ekspresi anak, bagaimana sikap dalam bentuk gerak-gerik anak

sehingga komunikasi antara kedua belah pihak dapat dikatakan

efektif.

Page 41: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

27

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Keefektifan komunikasi terjadi ditandai dengan adanya

kontak pribadi yang mengetahui kondisi fisik, mental, suasana, dan

tanggapan langsung dari anak. Orang memerlukan hubungan antar

pribadi untuk dua hal yakni perasaan dan ketergantungan.

Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional

intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen

perilaku antar pribadi yang sifatnya membutuhkan bantuan,

membutuhkan persetujuan dan mencari kedekatan.

Dalam prosesnya, komunikasi tidak selalu berjalan dengan

lancar. Pada banyak kasus, banyak pesan-pesan yang diterima

tidak secara murni memiliki makna seperti yang ingin di sampaikan,

penerima pesan dapat saja memodifikasi, salah

menginterpretasikan bahkan mengabaikan pesan yang dikirimkan,

masing-masing individu penerima pesan akan menginterpretasikan

pesan-pesan yang dikirimkan sesuai dengan kerangka struktur

sosial dan latar belakang sistem budaya dan kepercayaan masing-

masing. Selain itu terdapat factor lain yang mengahambatkan

komunikasi antarpribadi, seperti faktor psikologis yang diungkapkan

oleh Effendy :

“Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi antar pribadi, hal ini bisa terjadi apabila komunikator dalam melancarkan komunikasinya tidak mengkaji terlebih dahulu diri komunikan, maka dari itu agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, si komunikator harus bisa mengenal diri komunikan seraya mengkaji kondisi psikologisnya, apakah sedang sedih, marah, bingung,

Page 42: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

28

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

kecewa dan kondisi psikologis lainnya, dan si komunikator harus bersikap empatik kepadanya.”(Effendy, 2008:7).

2.2.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Perspektif Humanistik

Komunikasi antarpribadi merupakan proses pertukaran

informasi yang dianggap paling efektif prosesnya dapat dilakukan

dengan cara yang sederhana. Dalam hal ini Harapan dan Ahmad

ini memandang “komunikasi antarpribadi berpusat pada kualitas

pertukaraan informasi antar orang-orang yang terlibat, dimana para

partisipan yang saling berkomunikasi mampu memilih, mempunyai

perasaan, bermanfaat dan dapat merefleksikan kemampuan diri

masing-masing.” (Harapan dan Ahmad, 2014:5). Sehingga

komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal

yang baik, dimana si penerima pesan menginterpretasikan pesan

yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Sehingga si pengirim pesan berhasil menyampaikan apa yang

dimaksudnya. Agar pengirim pesan dapat berlangsung secara

efektif perlu memperhatikan pada segi perspektif humanistik.

Sebagai acuan utama yang mendukung penelitian ini penulis

akan menggunakan teori efektivitas komunikasi antar pribadi dari

perspektif humanistik sebagai dasar untuk mengetahui sejauh

mana komunikasi orang tua dengan sikap anaknya yang berusia

remaja (siswa SMAN 31) terhadap seks bebas.

Page 43: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

29

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Hubungan kegiatan komunikasi antarpribadi dari perspektif

humanistik ini menekankan keterbukaan, empati, sifat suportif, sifat

positif dan kesamaan. Pada umumnya sifat-sifat ini akan membantu

interaksi menjadi lebih berarti, jujur, dan memuaskan. Pendekatan

ini berasal dari psikologi humanistik. Berikut keefektifitas

komunikasi antarpribadi yang dilihat dari perspektif Humanistik

menurut Devito, meliputi sifat-sifat :

a. “Keterbukaan Sifat keterbukaan menunjuk paling tidak pada dua aspek tentang komunikasi antarpribadi. Aspek pertama dan mungkin yang paling jelas, yaitu bahwa kita harus terbuka kepada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Dengan membuka diri, orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita. Aspek kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, kita ingin orang lain memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang kita katakana. Disini keterbukaan diperlihatkan dengan cara memberikan tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah dan dapat menimbulkan kesalahpahaman orang lain.

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.

c. Perilaku Suportif

Komunikasi antar pribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku positif. Artinya seseorang dalam

Page 44: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

30

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan (defensif).

d. Perilaku positif

Komunikasi antar pribadi akan efektif bila kita memiliki perilaku positif. Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi menunjuk paling tidak ada dua aspek, yaitu : Pertama, komunikasi antarpribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri. Kedua, mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.

e. Kesamaan

Kesamaan dalam komunikasi antarpribadi ini mencakup dua hal. Pertama, kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Kedua, kesamaan dalam percakapan diantara para pelaku komunikasi. Hal ini memberi pengertian bahwa dalam komunikasi antarpribadi harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan”. (Devito, 2009:123-125)

Dalam proses komunikasi antarpribadi agar dapat berjalan

dengan baik, maka komunikator (orang tua) dapat menempatkan

dirinya dengan baik agar terjalin hubungan yang penuh keakraban

dan keterbukaan antara anak kepada orang tua itu sendiri. Orang

tua harus bisa memahami suasana hati anak, kondisi anak pada

saat itu, sehingga pesa yang ingin disampaikan dapat diterima baik

oleh anak dengan penerapan yang tepat pula. Dengan demikian

sikap anak remaja terhadap seks bebas dapat dikontrol oleh orang

tua atau masih dalam pengawasan orang tua, jika tindakan

perspektif humanistik yang dilakukan oleh orang tua sesuai dengan

Page 45: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

31

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

tujuannya, maka keefektivitasan komunikasi antar pribadi berhasil

dilakukan.

2.2.4 Sikap

Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana

seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya.

Istilah sikap yang ada dalam bahasa Inggris disebut “attitude” yang

menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental

seseorang. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan

untuk berperilaku atau bertindak dengan cara-cara tertentu

terhadap situasi atau objek sikap lainnya.

Sikap menurut Mar’at dipandang sebagai “hasil belajar yang

diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus

dengan lingkungannya.”(Mar’at, 1996:11). Ia kemudian

menambahkan bahwa sikap merupakan “sesuatu yang dibangun

dan dipelajari, bukan diturunkan secara fisiologis” (Mar’at, 1996:20).

Oleh sebab itu, sikap bersifat dinamis dan terbuka, yang berarti

pula sikap itu dapat kita ubah, abaikan, atau bahkan diganti dengan

sikap yang lainnya.

Dari berbagai defenisi, Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya

Psikologi Komunikasi menyimpulkan beberapa hal :

“Pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasakan dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-

Page 46: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

32

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat gagasan atau situasi, atau kelompok, jadi pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan, apa yang harus dihindari. Ketiga, sikap relatif lebih mantap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung di pertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar, karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.” (Rakhmat, 2003:13).

Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi

perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya

keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini

keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam

membentuk sikap anaknya. Sebab keluargalah sebagai kelompok

primer bagi anak dan merupakan pengaruh yang paling dominan.

Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Sikap dapat berkembang

manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar

yang bersifat positif dan mengesankan.

Sikap memiliki kecenderungan baik positif atau suka maupun

negatif atau tidak suka. Dalam sikap positif, kecenderungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mendukung atau

Page 47: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

33

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

memihak suatu objek tertentu. Sementara itu dalam sikap negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauh, menghindari ataupun

perasaan tidak mendukung (unfavorable) akan obyek tertentu.

Disisi lain sikap juga dapat berupa perasaan yang tidak

menyatakan setuju atau tidak setuju atas obyek tertentu atau netral.

Sikap juga dapat didefinisikan sebagai “kehendak hati yang

konsisten dari individu mengenai produk jasa, tempat atau kejadian.

Sikap dapat dipelajari dan dibentuk sebagai hasil dari pengalaman

individu terhadap produk atau melalui informasi yang didapat dari

orang lain termasuk media massa.” (Hanna dan Wazniak,

2001:174-175).

Sumber-sumber yang membentuk sikap antara lain,

“pertama, pengalaman pribadi dengan obyek, kedua, intraksi sosial,

yaitu sikap individu yang dibentuk melalui interaksi dengan anggota

keluarga, teman, kolega, dan lainnya, dan terakhir, terpaan media

massa, dimana pengaruh media massa terhadap pembentukan dan

perubahan sikap tidak dapat diremehkan.” (Hanna dan Wazniak,

2001:175).

Sikap yang dimiliki seseorang tidak didapat sejak lahir

melainkan diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman hidupnya.

Dalam bukunya Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat, Hamdan

dan Hafield mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap, diantaranya adalah:

Page 48: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

34

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

1. “Keluarga Pengaruh sikap sangat mudah terjadi dalam suatu keluarga, terutama kalau anak-anak patuh pada orang tuanya. Anak-anak biasanya mewarisi kepercayaan, kebudayaan, dan memiliki sikap yang tidak jauh dari sikap keluarga mereka.

2. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang biasanya menentukan sikapnya. Semakin banyak pengetahuan yang seseorang miliki biasanya akan semakin liberal sikap seseorang.

3. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi juga bisa mempengaruhi sikap seseorang. Contoh : Karyawan yang berpenghasilan rendah cenderung bersikap radikal terhadap kenaikan gaji.

4. Pengalaman Pengalaman sangat kuat pengaruhnya terhadap sikap dan pendapat seseorang. Seseorang yang pernah mengalami suatu peristiwa penting akan memberi kesan dalam hidupnya. Pengalaman tersebut kemudian membentuk sikapnya.”(Hamdan dan Hafield, 1996:158).

2.2.5 Siswa SMA

Menurut Wikipedia, siswa atau peserta didik adalah

komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya

diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang

berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/ Peserta_Didik, 10 April 2015:05.48).

Ditilik dari segi usia, siswa SMA termasuk fase atau masa

remaja. Menurut fase ini meliputi :

“Masa Awal : 12-14 Tahun

Masa Pertengahan : 14-18 Tahun

Masa Akhir : 18-20 Tahun”

(Djiwandono, 2007:93)

Page 49: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

35

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Masa remaja menurut Zakiah Darajat (1990:23) adalah masa

peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini

anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan

fisiknya maupun psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik

bentuk badan ataupun cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan

pula orang dewasa yang telah matang.

Seperti yang sudah dipaparkan bahwa dari segi usia, remaja

memiliki beberapa masa atau fase perkembangannya :

1.“Remaja Awal (early adolescence) Seorang remaja pada ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik dengan lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2.Remaja Madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis dan sebagainya.

3.Remaja Akhir (late addolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu : 1. minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, 2.Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-

Page 50: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

36

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

pengalaman baru, 3.Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, 4.Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, 5.Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum”. (Sarwono, 2011:30-31)

Jadi dilihat dari klarifikasi diatas, maka siswa Sekolah

Menengah Keatas (SMA) termasuk kedalam kategori masa remaja

awal. Menjelang usia remaja, anak sudah mengembangkan nilai-

nilai moral sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman di rumah, di

sekolah dan dalam hubungannya dengan anak-anak lain. Nilai-nilai

ini sebagian akan menetap dan mempengaruhi tingkah-tingkah

lakunya, dan sebagian lainnya akan mengalami perubahan akibat

pengaruh lingkungan dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam

lingkungan tersebut.

Siswa SMA adalah anak remaja yang sedang menuntut ilmu

di sekolah. Sekolah adalah lingkungan pendidik sekunder. Hurlock

(1986:322) mengemukakan bahwa “sekolah merupakan faktor

penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam

cara berpikir, bersikap, maupun cara berprilaku. Sekolah berperan

sebagai substitusi keluarga dan guru substitusi orang tua.” (LN

Yusuf, 2009:95). Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif

terhadap perkembangan jiwa anak remaja karena sekolah adalah

lembaga pendidikan. Sebagaimana lembaga pendidikan,

sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan

Page 51: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

37

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

disamping mengajarkan ilmu pengetahuan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang

akan terus mencari identitas dirinya, baik mencari dalam lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2.2.6 Seks Bebas

Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-

kanak menjadi dewasa yang dimulai umur 8-14. Remaja adalah

anak yang sedang mengalami pubertas, dimana mempunyai

dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul ketertarikan dengan

lawan jenis. Selain itu remaja memiliki rasa penasaran atas suatu

hal yang baru dan berani mengambil resiko tanpa dipertimbangkan

terlebih dahulu. Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi,

kebudayaan dan pergaulan. Pada masa tersebut, remaja

mengalami perkembangan seksual. Kematangan organ seksualnya

berfungsi, baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun

reaksi (mendapat kesenangan).

Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-

laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Pergaulan

bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, dimana

Page 52: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

38

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

“bebas” yang dimaksud adalah melawati batasa-batasan norma

yang ada. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Himawan :

“Free Sex atau seks bebas adalah sebuah model hubungan seks yang dilakukan secara bebas, tanpa dibatasi oleh aturan-aturan serta tujuan yang jelas. Secara normatif seks bebas termasuk kategori penyimpangan yang disebabkan perilaku yang cenderung lepas dari aturan, baik hukum positif maupun agama.” (Himawan, 2007:43)

Sedangkan Sarwono (2011:183) menyatakan bahwa perilaku

seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari

tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, berciuman

(kissing), berciuman belum menempelkan alat kelamin yang

biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral

seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking), dan

bercumbu sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling

menggesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum

bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse),

yang dilakukan di luar hubungan pernikahan.

Hal serupa juga diungkapkan Basuki mengenai bentuk-

bentuk perilaku seks bebas, tetapi pada umumnya bentuk-bentuk

perilaku seks dibedakan menjadi :

1. “Kissing (berciuman), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya sekedar kecupan (light kissing) sampai pada French kiss (deep kissing).

2. Necking, yaitu berciuman disekitar leher, yang biasa juga dilakukan oleh remaja saat ini.

Page 53: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

39

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

3. Petting, (bercumbuan), yaitu bentuk kegiatan seksual yang lebih dari sekedar berpelukan dan berciuman dan sudah mengarah kepada pembangkitan gairah seksual tetapi belum sampai berhubungan badan.

4. Intercourse (bersenggama), yaitu adanya kontak antara penis dengan vagina dan terjadi penetrasi penis ke dalam vagina.”(Basuki, 2005:8)

Munculnya permasalahan seksual yang terjadi pada individu

terjadi dari berbagai faktor. Berikut adalah :

1. “Perubahan-perubahan hormonal yang meningkat hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

2. Adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun karena norma sosial yang makin lama menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan.

3. Larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang melanggar norma-norma agama, karena remaja tidak dapat menahan diri.

4. Kurangnya informasi tentang seks, sehingga adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual yang salah melalui media massa yang didukung dengan perkembangan teknologi yang canggih.

5. Sikap dan komunikasi orang tua yang masih tabu dan tidak tebuka dalam menginformasikan mengenai masalah seks dengan anak.

6. Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.” (Sarwono, 2011:187-188)

Dalam perkembangan kehidupan sekarang munculnya

dampak negatif dengan perilaku pergaulan remaja masa kini, yakni

seks bebas. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan

tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Kurangnya

keimanan, masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang

Page 54: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

40

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat

makin berkurangnya dan menyimpang dari norma-norma yang ada.

Hal itu terbukti dari lembaga penelitian yang telah meneliti dan

memperoleh hasil yang kecenderungan meningkat masalah seks

bebas yang melanda remaja di Indonesia pada setiap tahunnya.

Hasil penelitian Yayasan Kesuma Buana “menunjukkan bahwa

sebanyak 10.3% dari 3,594 remaja di 12 kota besar di Indonesia

telah melakukan hubungan seks bebas” (http:/www.acicis.murdoch.

edu.au, 01 Juni 2014:23.16). Berdasarkan penelitian di berbagai

kota besar di Indonesia, sekitar 20-30% remaja mengaku pernah

melakukan hubungan seks bebas. Celakanya perilaku seks bebas

tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Hal ini

dimungkinkan karena longgarnya pengawasan orang tua pada

mereka. Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi

Dr.Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, “dari tahun ke

tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin

meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980, menjadi 20% pada

tahun 2000.” (www.kompasiana.com/harniandriani/pergaulan-bebas

-di-kalangan-remaja, 01 Juni 2014:22.40)

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa seks

bebas adalah perilaku seksual yang dilakukan pasangan lawan

jenis yang dilakukan oleh individu yang dilakukan diluar

perkawinan, meliputi berpegangan, berpelukan, berciuman,

Page 55: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

41

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

necking, meraba daerah sensitif (petting), sampai dengan sexual

intercourse atau hubungan seksual. Pada umumnya siswa yang

berusia remaja melakukan hubungan seks bebas dengan pacarnya,

karena kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa pacar adalah

calon suaminya kelak. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar

perzinahan atau seks bebas disebabkan oleh berpacaran

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis sangat berguna dalam penelitian sebagai petunjuk untuk

langkah penelitian selanjutnya karena hipotesis adalah merupakan suatu

keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.

“Salah satu langkah yang penting dalam penelitian itu sendiri

adalah merumuskan hipotesis yang jelas yang variabel-variabelnya dapat

diukur, sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan baik dan

sistematis. Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian.” (Sugiyono,2010:160). Dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis rumusan masalah penelitian, bukan jawaban empiris.

Menurut Kerlinger (2000) dalam Juliandi Dkk, “Hipotesis penelitian

adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai relasi antara

dua variabel atau lebih sesuai dengan teori. Agar hipotesis dapat diuji

Page 56: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

42

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

harus terlebih dahulu diterjemahkan menjadi term-term operasional atau

term-term statistik yang disebut dengan hipotesis statistik.” (Juliandi Dkk,

2014:47). “Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka

rumusan hipotesis dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu

hipotesis deskriptif (pada suatu sample atau variable mandiri atau tidak

dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan.” (Sugiyono,

2000:83). Hipotesis asosiatif adalah “suatu pernyataan yang

menunjukkan dugaan tentang hubungan dengan dua variabel atau lebih.”

(Sugiyono, 2000:85).

Maka hipotesis yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai

berikut :

Ho (r x y = 0) : Tidak ada hubungan antara komunikasi antarpribadi

antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi SMAN 31

Jakarta terhadap seks bebas.

Ha (r x y > 0) : Ada hubungan positif antara komunikasi antarpribadi

antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi SMAN 31

Jakarta terhadap seks bebas.

2.4 Kerangka Konsep

Secara umum konsep merupakan abstraksi mengenai suatu

fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kegiatan, keadaan, kelompok ataupun individual tertentu

Page 57: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

43

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

(Rakhmat, 2002:66). Kerangka konsep digunakan sebagai pedoman

untuk melihat hubungan teori dengan praktek di lapangan.

Kerangka konsep ini berguna untuk menggambarkan hubungan

konsep khusus yang berbeda-beda dari variable-variabel penelitian yang

akan diteliti. Kerangka konsep ini juga mendukung atau menjelaskan latar

belakang dan gambaran singkat dari penelitian ini.

Dalam penelitian ini berusaha mencari gambaran mengenai

hubungan-hubungan yang terdapat dalam variabel yang akan diteliti,

yakni hubungan komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak

dengan sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas sebagai

dua variabel. Dari judul tersebut, penulis ingin menunjukkan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini :

1. Variabel Bebas

Variabel Bebas (Independent Variabel) yaitu “tipe variabel yang

menjelaskan atau mempengaruhi variabel lainnya atau diduga

sebagai penyebab (presumed caused variabel) dari variabel

dependent.”(Ruslan, 2010:276). Variabel bebas dalam penelitian ini

terdapat pada komunikasi antar pribadi (orang tua-anak).

Komunikasi antarpribadi memainkan peranan penting dalam

membentuk kehidupan kita, sebab kita tergantung pada orang lain

dalam perasaan, memahami informasi, dukungan, dan berbagai

komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita

dalam mengenali harapan – harapan orang lain.

Page 58: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

44

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Komunikasi antara orang tua dengan anak merupakan bentuk

dari komunikasi antar pribadi yang sangat penting untuk

mempengaruhi dan membentuk sikap anak terhadap suatu hal

terutama sikap positif terhadap suatu masalah.

Untuk dapat menciptakan komunikasi antarpribadi yang efektif

antara orang tua dengan anak maka perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. “Keterbukaan

Yaitu keinginan intuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran termasuk mengungkapkan perasaan pribadi. Pembukaan diri antara orang tua dengan anak juga mempengaruhi hubungan sehingga akan dapat tercipta hubungan komunikasi yang akrab dan terbuka antara orang tua dan anak dalam keluarga. Keterbukaan anak terhadap orang tua akan membantu orang tua untuk memahami cara anaknya bereaksi terhadap kejadian disekitarnya sehingga membantu menyelesaikan konflik yang dihadapi anak.

2. Empati

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain. Dalam proses komunikasi antar pribadi agar dapat berjalan dengan baik maka komunikator (orang tua) dapat menempatkan dirinya dengan baik agar terjalinnya hubungan yang penuh keakraban dan keterbukaan antara anak kepada orang tua itu sendir. Orang tua harus bisa memahami suasana hati anak, kondisi anak pada saat itu, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh anak dengan penerapan yang tepat pula. Karena dengan berempati dalam berkomunikasi akan membantu orang tua untuk lebih dekat dengan anak. Orang tua perlu menumbuhkan keakraban dengan anaknya secara bertahap, melalui serangkaian langkah yang tepat dan efektif.

3. Sikap mendukung

Yaitu menciptakan suasana mendukung dalam berkomunikasi dan berterus terang dalam mengutarakan pikirannya.

Page 59: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

45

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Orang tua bisa bersikap mendukung terhadap anaknya, tidak membatasi anak dengan cara menekan segala kegiatan anak dengan sikap keras sehingga anak harus menuruti dengan keterpaksaan, akan tetapi orang tua berusaha menuntun dengan dukungan yang tidak membuat merasa ditekan.

4. Sikap positif

Yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong lawan bicara kita berinteraksi. Orang tua berusaha untuk berkomunikasi secara positif dengan anaknya sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima secara positif pula.

5. Kesetaraan

Yaitu adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam hal ini untuk melancarkan komunikasi, orang tua tidak hanya bicara terus-terusan dan anak hanya mendengarkan saja, akan tetapi anak harus diberi kesempatan juga untuk berbicara.”(Devito, 2009:259-263).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan

Devito mengungkapkan bahwa Komunikasi Antarpribadi yang efektif

meliputi hal-hal sebagai berikut Keterbukaan, yaitu adanya keinginan

untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Empati, yaitu mengetahui

apa yang sedang dialami orang lain dan memahami suasana hati

orang lain. Sikap mendukung, yaitu tidak membuat orang lain

merasa tertekan. Sikap positif, yaitu mendorong lawan bicara

berinterkasi dan melakukan komunikasi persuasif dengan lawan

bicaranya. Kesetaraan, yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak

sama-sama bernilai dan berharga.

Page 60: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

46

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2. Variabel Terikat

Variabel Terikat (Dependent Variabel), yaitu “tipe variabel yang

dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel yang diduga sebagai akibat

(presumed effect variabel) dari variabel independent.” (Ruslan,

2010:276). Variabel terikat pada penelitian ini terdapat pada Sikap

Siswa-Siswi SMAN 31 terhadap Seks Bebas.

“Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai. Sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu tetapi juga apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa yang harus dihindari.”(Rakhmat, 2003:40).

Kita telah mengetahui bahwa didalam berhubungan dengan

orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari

perbuatannya yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada

sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran itu tidak hanya

mengenai tingkah laku yang sudah terjadi. Kesadaran individu yang

menentukan perbuatan nyata dan perbuatan yang mungkin akan

terjadi itulah yang dinamai sikap. Jadi sikap ialah suatu hal yang

menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun

perbuatan yang akan datang.

Oleh karena itu ahli Psikologi W.J Thomas memberi batasan

sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-

perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi dalam

Page 61: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

47

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

kegiatan sosial. Dalam hal ini Thomas, menyatakan bahwa sikap

seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu objek tertentu.

Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek yaitu :

1. “Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.

2. Afektif, berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.

3. Konatif, berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu.”(Ahmadi, 1999:162).

Seperti yang dikatakan oleh W.J Thomas bahwa sikap

seseorang selalu diarahkan terhadap objek tertentu, maka yang

menjadi objek sikap dalam penelitian ini adalah Seks Bebas. Seks

Bebas itu sendiri merupakan perilaku seks yang dilakukan oleh pria

dan wanita (dalam hal ini lebih kepada hubungan intim atau hubungan

badan) tanpa adanya ikatan yang resmi layaknya suami isteri yang

melalui pernikahan.

Page 62: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

48

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2.5 Operasionalisasi Konsep

Tabel 1. Operasionalisasi Konsep :

Variabel Bebas Variabel Terikat Komunikasi Antarpribadi Sikap terhadap seks bebas

Dimensi Indikator Dimensi Indikator Frekuensi Durasi Pesan : Keterbukaan Empati Sikap mendukung Sikap positif Kesetaraan

- Seberapa sering komunikasi yang terjadi

- Lamanya komunikasi yang terjadi

- Mengungkapkan keinginan

pribadi - Memberikan informasi

secara jujur dan terus terang - Kepercayaan untuk berbagi

cerita - Mengetahui apa yang

sedang dialami anak - Memahami suasana hati

anak - Mendengarkan dan

menghargai pendapat - Berkomunikasi dengan anak

tanpa ada unsur penekanan - Melakukan komunikasi

persuasi dengan anak - Kepercayaan untuk

mengungkapkan isi hati - Mendorong anak untuk

berinteraksi - Rasa optimis dalam

menceritakan masalah - Menghargai dan

menghormati pendapat anak.

Kognitif

Afektif

Konatif

- Mengetahui pengertian seks bebas

- Mengetahui pandangan agama terhadap seks bebas

- Memahami efek buruk dari seks bebas

- Memahami pandangan agama terhadap seks bebas

- Takut akan dosa - Takut akan resiko

yang akan dihadapi dari sanksi sosial masyarakat

- Membenci perbuatan seks bebas

- Memilih melakukan

seks dengan pasangan resmi setelah menikah

- Melarang orang lain untuk tidak melakukan seks bebas

- Tidak melakukan hal-hal yang mengarah pada seks bebas

Sumber : Devito, 2009:259-263

Sumber : Ahmadi, 1999:162

Page 63: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

49

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

“Dalam penelitian kuantitatif, yang dilandasi pada suatu asumsi

bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala

bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat memfokuskan kepada

beberapa variabel yang akan diteliti. Pola hubungan antara variabel yang

akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian.”

(Sugiyono, 2009:42).

Paradigma diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan

hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus

mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivistik

atau empiris. Menurut West dan Turner. “pendekatan postivistik atau

empiris berasumsi bahwa akan adanya realita yang objektif dan

penelitian yang bebas dari nilai. Peneliti pada tradisi intelektual ini

berusaha objektif dan bekerja dalam kontrol atau mengarah ke konsep

penting yang ada dalam teori.” (West dan Turner, 2009:75).

Dari uraian diatas, dapat penulis analisis mengenai paradigma

positivistik atau empiris yakni paradigma yang lebih mengarah pada hasil

yang lebih nyata (realita) serta objektif karena peneliti dalam melakukan

penelitian mengacu pada penggunaan operasionalisasi konsep yang

49

Formatted: Centered

Page 64: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

50

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

telah sesuai dengan teori-teori yang digunakan dan peneliti tidak asal

saja dalam memberikan penilaian mengenai fenomena yang sedang

diteliti. Maka peneliti memiliki dasar yang kuat dalam melakukan

penilaian suatu fenomena sosial yakni mengacu pada teori dan realita di

lapangan sehingga hasil penelitian lebih objektif dan valid.

3.2 Jenis/Format Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif

(korelasional) dengan sifat pendekatan kuantitatif. Menurut Faisal,

penelitian eksplantif “adalah untuk menguji hubungan antara variabel

yang dihipotesiskan, pada jenis penelitian ini jelas ada himpunan yang

akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan

hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk mengetahui apakah

suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya; atau

apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidaknya oleh

variabel lainnya.” (Faisal, 2001:21-22)”. Sedangkan menurut Kriyantono,

“penelitian eksplantif digunakan untuk mengetahui mengapa situasi atau

kondisi tertentu terjadi, atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.

Dengan kata lain, penelitian korelasi digunakan untuk menjelaskan

hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.” (Kriyantono,

2008:61).

Menurut Jalaluddin Rakhmat, “Analisa korelasional adalah suatu

sifat penelitian atau metode untuk meneliti hubungan diantara variabel-

Page 65: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

51

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

variabel. Metode korelasi ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada

suatu faktor berkaitan dengan variabel faktor lainnya.” (Rakhmat,

2002:12).

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesempulan, bahwa

jenis penelitian ini bersifat korelasional (correlational research), yaitu

penelitian yang mempelajari hubungan antara korelasi antar variabel

yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif ini mengumpulkan data dengan

cara memecahkan pengumpulan data yang dikumpulkan, yakni

penelitian survey dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada

populasi yang diteliti, guna menguji sekaligus menjelaskan hubungan

antara variabel yang dihipotesiskan. Kemudian hasil pengumpulan data

diuji dengan cara menggunakan hitungan statistik.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan

hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu,

cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan (Sugiyono, 2010:2).

Sedangkan menurut Ardianto, “Metodologi Penelitian Kuantitatif

adalah metode yang hanya memberikan gambaran atau definisi tentang

variabel dari sebuah fenomena yang diteliti. Penelitian kuantitatif memiliki

karakteristik, yakni (1) ilmu-ilmu keras, (2) fokus “ringkas“ dan sempit, (3)

reduksionistik, (4) objektif, (5) penalaran logis dan deduktif, (6) basis

Page 66: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

52

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

pengetahuan: hubungan sebab-akibat, (7) menguji teori, (8) control atas

variabel, (9) instrument, (10) elemen dasar analisis: angka, (11) analisis

statistik atas data, (12) generalisasi.” (Ardianto, 2010:47).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni

survei yang mengacu kepada pembagian kuesioner. Respon dari

responden berikan melalui kuesioner akan peneliti pergunakan untuk

menaik kesimpulan peneliti. West dan Turner menyatakan, “Penelitian

survei adalah bentuk pengumpulan data yang menggunakan kuesioner

yang disebarkan kepada sekelompok orang. Data yang akan diperoleh

dari hasil kuesioner akan dianalisis secara kuantitatif. ” (West dan

Turner, 2009:79).

3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2010 : 80).

Berdasarkan lokasi penelitian yang akan dilaksakan di SMAN 31,

maka populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 31

Jakarta kelas XII atau siswa yang berusia remaja yakni pada rentang

umur 17-19 tahun. Adapun jumlah siswa yang menjadi populasi adalah

431 Siswa SMAN 31, dipilih karena sudah makin meningkatnya

Page 67: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

53

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

kenakalan remaja khususnya seputar seks bebas yang terjadi pada

siswa SMA pada zaman sekarang.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari individu atau populasi yang akan

menjadi objek dalam penelitian. Menurut Sugiyono, “sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif

(mewakili).” (Sugiyono 2010:81).

Penentuan jumlah sampel dilakukan berdasarkan rumus Taro

Yamane adalah sebagi berikut :

N

n =

Nd2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Jumlah presisi yang inginkan (10%)

Menggunakan rumus tersebut, tekhnik dalam penelitian ini,

menggunakan rancangan teknik Simple Random Sampling. Menurut

Page 68: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

54

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Kriyantono, “Teknik sampling random sederhana adalah setiap anggota

populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi sampel. Selain

itu pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam anggota populasi.

Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.” (Sugiyono,

2007:93).

Berdasarkan acuan tersebut maka sampel yang diambil

menggunakan teknik Simple Random Sampling dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

431

n =

431 (0,1) 2 + 1

431

n =

431 (0,01) + 1

n = 81,676082863

n = Dibulatkan 82 siswa.

Jadi berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Taro

Yamane didapatkan jumlah sampel 82 siswa yang tersebar dari SIswa

kelas XII SMAN 31 Jakarta. Dengan teknik Simple Random Sampling,

Page 69: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

55

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

Kelas XII IPA 1 39 X 81 = 7,32 = 7 Siswa

431

Kelas XII IPA 2 38 X 81 = 7,14 = 7 Siswa

431

Kelas XII IPA 3 40 X 81 = 7,51 = 8 Siswa

431

Kelas XII IPA 4 39 X 81 = 7,32 = 7 Siswa

431

Kelas XII IPA 5 40 X 81 = 7,51 = 8 Siswa

431

Kelas XII Bahasa 37 X 81 = 6,95 = 7 Siswa

431

Kelas XII IPS 1 40 X 81 = 7,51 = 8 Siswa

431

Kelas XII IPS 2 40 X 81 = 7,51 = 8 Siswa

431

Kelas XII IPS 3 39 X 81 = 7,32 = 7 Siswa

431

Kelas XII IPS 4 39 X 81 = 7,32 = 7 Siswa

431

Page 70: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

56

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Kelas XII IPS 5 40 X 81 = 7,51 = 8 Siswa

431 +

Jumlah Sampel = 82 Siswa

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

bersumber dari dua kategori :

1. Data primer

“Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama,

misalnya dari individu atau perseorangan.” (Kriyantono, 2008:41).

Data primer merupakan data yang didapat dari hasil kuesioner

yang dibagikan kepada sekunder. Kuisioner atau angket adalah

daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia

memberikan respons, seperti yang diungkapkan oleh Ardianto,

“Angket atau Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar

pertanyaan yang disusun secara sistemastis, untuk diisi oleh

responden.” (Ardianto, 2010:162). Dalam penelitian ini responden

yang akan diberikan Kuesioner atau angket adalah Siswa SMAN

31 Jakarta kelas XII atau siswa yang berusia remaja yakni pada

rentang umur 17-19 tahun.

Sedangkan untuk mengukur pendapat/presepsi dari

responden menggunakan skala pengukuran Likert. Ridwan dalam

bukunya Metode dan Teknik menyusun Tesis mengungkapkan,

Page 71: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

57

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

presepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala

sosial.” (Ridwan, 2008:86). Dengan menggunakan skala likert,

maka variabel yang akan diukur. Akhirnya indikator-indikator yang

terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item

instrumentnya yang berupa pertanyaan atas pertanyaan yang

perlu dijawab oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat bukan hasil dari

peneliti secara langsung, melainkan dari sumber lainnya, seperti

surat kabar, majalah, internet dan lainnya. Menurut Arikunto,

“Sumber Kajian pustaka dapat diperoleh melalui buku-buku yang

terkait dengan judul penelitian, internet, maupun data penelitian

sebelumnya (jurnal).” (Arikunto, 2006:34).

Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh

Hermawan, “Data sekunder merupakan struktur data historis

mengenai variable-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun

sebelumnya oleh pihak lain. Sumber data sekunder bisa diperoleh

dari dalam suatu perusahaan (sumber internal), berbagai internet

website, perpustakaan umum maupun lembaga pendidikan,

membeli dari perusahaan-perusahaan yang memang

mengkhususkan diri untuk menyajikan data sekunder.”

(Hermawan, 2005:168).

Page 72: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

58

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

3.7 Uji Validitas dan Realibitas Instrumen

1. Uji Validitas

Sugiyono (2010:121) menjelaskan bahwa “Hasil penelitian yang

valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Validitas

menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mengukur sesuatu. Uji

validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur tiap-tiap

skor total dari masing-masing pernyataan yang terdapat dalam

kuesioner, untuk mengetahui apakah ada hubungan komunikasi

antarpribadi antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi

SMAN 31 terhadap seks bebas. Adapun rumus yang digunakan untuk

mengukur atau menguji validitas dari korelasi variabel penelitian ini

adalah Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS. Berikut ini

adalah uji validitas terhadap angket penelitian.

Page 73: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

59

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 2

Uji Validitas Butir Soal

Variabel X

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa uji validitas variabel

Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dengan responden (n) =

82. Semua nilai pada kolom r hitung lebih besar dari kolom r tabel =

0,183. Maka dapat disimpulkan semua item pertanyaan pada variabel

X dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya.

Item-Total Statistics

69.01 33.988 .498 .887

69.12 32.331 .661 .881

69.35 33.540 .492 .887

69.17 33.008 .578 .884

69.09 33.240 .584 .884

69.15 32.596 .630 .882

69.09 32.474 .678 .880

69.26 33.551 .458 .889

69.09 32.770 .688 .880

69.34 33.561 .500 .887

69.11 34.025 .467 .888

69.04 33.863 .550 .885

69.09 33.116 .603 .883

69.02 33.036 .629 .882

69.15 34.917 .293 .894

69.20 33.369 .446 .890

68.96 34.554 .449 .888

VAR00004

VAR00005

VAR00006

VAR00007

VAR00008

VAR00009

VAR00010

VAR00011

VAR00012

VAR00013

VAR00014

VAR00015

VAR00016

VAR00017

VAR00018

VAR00019

VAR00020

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Page 74: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

60

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Variabel Y

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa uji validitas variabel Sikap

Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas dengan

responden (n) = 82. Semua nilai pada kolom r hitung lebih besar dari

kolom r tabel = 0,183. Maka dapat disimpulkan semua item pertanyaan

pada variabel Y dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan untuk

pengujian selanjutnya.

2. Uji Realibitas

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan analisis

reability melalui Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS. Hal

ini dilakukan guna mencari realibitas butir-butir pertanyaan dalam

instrument penelitian, apakah baik atau dapat dipercaya untuk

Item-Total Statistics

39.45 9.362 .573 .795

39.48 9.117 .665 .786

39.73 9.952 .320 .821

39.55 9.411 .483 .804

39.46 9.560 .504 .802

39.56 9.163 .566 .795

39.44 9.262 .609 .792

39.62 9.621 .373 .817

39.60 9.206 .426 .813

39.45 9.362 .573 .795

VAR00021

VAR00022

VAR00023

VAR00024

VAR00025

VAR00026

VAR00027

VAR00028

VAR00029

VAR00030

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Page 75: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

61

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

diajukan. Menurut Nunnaly yang dikutip oleh Hermawan dalam

bukunya Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, “Suatu ‘construct’

dianggap ‘reliabel’ jika koefisien alpha-nya lebih besar dari 0.70.”

(Hermawan, 2005:126). Sehingga suatu konsep dinyatakan reliabel,

jika nilai alpha lebih besar dari 0,70 maka kuesioner dapat dikatakan

memenuhi konsep reliabilitas. Sedangkan jika nilai alpha lebih kecil

dari 0,70 maka kuesioner tidak dapat memenuhi konsep reliabilitas

sehingga pernyataan tidak bisa dijadikan alat ukur. Berikut ini adalah

uji reliabilitas terhadap angket peneliti :

Tabel 3

Uji Reliabilitas

Analisis Uji Realibitas Variabel X

Dari table di atas menjelaskan bahwa jumlah data atau case

yang valid berjumlah 82 dengan persentase 100% dan tidak ada

Case Processing Summary

82 100.0

0 .0

82 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.892 17

Cronbach's

Alpha N of Items

Page 76: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

62

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

data yang dikeluarkan (exclude). Kemudian diketahui nilai

Cronbach’s Alpha dengan jumlah item (N) = 17 item pertanyaan

sebesar 0,892. Maka dapat disimpulkan bahwa instrument pada

Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua dan Anak dinyatakan

reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha tersebut jelas berada di

atas batas minimal 0.70.

Analisis Uji Realibitas Variabel Y

Dari table di atas menjelaskan bahwa jumlah data atau case

yang valid berjumlah 82 dengan persentase 100% dan tidak ada

data yang dikeluarkan (exclude). Kemudian diketahui nilai

Cronbach’s Alpha dengan jumlah item (N) = 10 item pertanyaan

sebesar 0,818. Maka dapat disimpulkan bahwa instrument pada

Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua dan Anak dinyatakan

reliabel.

Case Processing Summary

82 100.0

0 .0

82 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.818 10

Cronbach's

Alpha N of Items

Page 77: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

63

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

3.8 Teknik Analisis Data

Analisi data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Menurut Kriyantono,

“analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data. Interpretasi data adalah memberikan arti yang

signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian.” (Kriyantono,

2008:165)

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan

menggunakan studi korelasional. Dalam penelitian kuantitatif, analisis

data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :

mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data tiap variabel dari seluruh responden, menyajikan data

tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan dengan menggunakan

software SPSS (Statistic Package Social Science) untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

Dalam penelitian ini analisis dilakukan secara kuantitatif yang

menjelaskan hubungan antar variabel untuk memperoleh jawaban atas

permasalahan yang menyangkut komunikasi antarpribadi antara orang

tua dan anak dengan sikap siswa-siswi SMAN 31 jakarta terhadap seks

Page 78: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

64

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

bebas. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis

dan diinterpretasikan secara kuantitatif dengan menggunakan Skala

Likert. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2010:93), “Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang fenomena sosial.”

Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel

penelitian, dengan skala likert maka variabel akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat

berupa kata-kata untuk keperluan analisis kuantitatif. seperti :

1. “Sangat Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 2. Setuju/sering/positif diberi skor 4 3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1” (Sugiyono, 2009 : 108)

Rumus pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis

adalah korelasi Pearson dengan bantuan menggunakan SPSS. Analisis

korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antar

variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) :

Page 79: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

65

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Rumus Korelasi Product Moment adalah :

2222 yyn.xxn

x-xyn r

y

Keterangan :

r = koefisien korelasi Pearson’s Product Moment

N = jumlah individu dalam sampel

X = angka mentah untuk variable X

Y = angka mentah untuk variable Y

ΣXY = Jumlah nilai variabel X dan Y

ΣX = Jumlah nilai variabel X

ΣY = Jumlah nilai variabel Y

X2 = Kuadrat X

Y2 = Kuadrat Y. “ (Sarwono, 2000:49)

Untuk memberikan penafsiran interpretasi koefisien korelasi yang

ditemukan besar kecil hubungan yang diuji menurut Sugiyono dalam

bukunya Metode Penelitian Bisnis, maka berpedoman pada ketentuan

yang terdapat pada tabel sebagai berikut:

Page 80: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

66

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Korelasi Keterangan Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0, 399 Rendah

0,40 – 0, 599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono 2010:184)

Page 81: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

67

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah SMAN 31 Jakarta

SMA Negeri 31 Jakarta didirikan pada tahun 1978 di atas

tanah ± 8120 m2 yang merupakan milik Pemerintah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, terletak di Jalan Kayumanis Timur No.17,

Kelurahan Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Wilayah

Jakarta Timur.

Kepala SMA Negeri 31 Jakarta yang pertama di pimpin oleh

Drs.R.Pasaribu sampai dengan tahun 1981. SMA Negeri 31

adalah pecahan dari SMA Negeri 5 menjadi SMA Negeri 22 dan

SMA Negeri 31. Gurunya sebagian ada yang dari SMA Negeri 22

dan SMA Negeri 31, sedangkan muridnya murni dari penerimaan

murid baru.

Selanjutnya pada tahun 1981-1983 SMA Negeri 31 di pimpin

oleh Drs.Subroto, tahun 1983-1987 di pimpin oleh Dra.Retty

Surjanah. Pada saat inilah nama dari SMA Negeri 31 melambung

tinggi keseluruh pelosok nusantara, dikarenakan beberapa

prestasinya yang diraih oleh SMA Negeri 31 sangat memuaskan,

yaitu lulusan SMA Negeri 31 yang diterima di Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) hampir mencapai 95%.

67

Formatted: Centered

Page 82: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

68

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Seluruh Kegiatan ektrakurikuler seperti PMR, Pramuka

selalu membawa nama baik Provinsi DKI Jakarta. SMA Negeri 31

Jakarta cukup terkenal di DKI Jakarta karena aktivitas

kegiatannya, baik dibidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler

cukup memusakan dan dikenal oleh masyarakat. Prestasi lain

yang telah dicapai oleh SMA Negeri 31 mendapatkan kesempatan

rangking III di DKI Jakarta dan hampir setiap tahunnya

mengirimkan tiga orang siswa ke Negara Jerman.

SMA Negeri 31 mempunyai 30 Kelas belajar dengan jumlah

murid 1150 orang, 101 guru dan karyawan (30 guru honor dan 45

guru tetap). Saat ini SMA Negeri 31 terus berbenah dan intropeksi

sekolah agar bisa kembali menjadi SMA unggulan seperti tahun-

tahun awal berdirinya.

4.1.2 Visi dan Misi SMAN 31 Jakarta

VISI :

Terwujudnya Sekolah Sehat, Cerdas, Religius, tangguh dan

Kompetitif.

MISI :

1. Mewujudkan Budaya Sehat.

2. Menumbuhkembangkan pendidikan karakter.

3. Menumbuhkembangkan budaya kompetitif warga sekolah.

Page 83: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

69

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

4. Meningkatkan IMTAQ sesuai dengan ajaran agama yang

dianut.

5. Meningkatkan daya saing yang bernuansa Sains, Teknologi,

Bahasa Asing dan Kecakapan hidup.

4.1.3 Logo SMAN 31 Jakarta

Page 84: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

70

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 hingga bulan

September 2015 di SMAN 31 Jakarta. Pada bagian ini disajikan hasil

penelitian dan pembahasan terhadap kuesioner yang telah disebarkan

kepada 82 siswa responden yang terdapat di SMAN 31 Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif yaitu menguji hubungan antara

variabel yang dihipotesiskan. Hipotesis tersebut menggambarkan adanya

hubungan antara dua variabel yang akan diuji. Dua variabel yang akan

diuji dalam penelitian ini adalah Hubungan Komunikasi Antarpribadi

antara Orang Tua dan Anak (X) dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31

Jakarta terhadap Seks Bebas (Y).

Data yang diperoleh dikelompokkan atau diklarifikasikan ke dalam

table tunggal dengan maksud meyederhanakan data-data dan mudah

dipahami. Data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif, yaitu

analisis data berdasarkan statistik dengan bantuan software SPSS.

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik dari responden penelitian ini diketahui untuk

memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan Komunikasi Antarpribadai antara Orang Tua dan Anak

dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks

Bebas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 85: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

71

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 4

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen

Laki-laki 36 43.9%

Perempuan 46 56.1%

Total 82 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah responden pada

penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang

(43.9%), dan responden yang berjenis kelami perempuan

sebanyak 46 orang (56.1%).

Tabel 5

Usia

Usia Frekuensi Persen

12 - 14 tahun - -

15 - 17 tahun 44 53.7%

18 - 20 tahun 38 46.3%

Total 82 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden yang berusia

12-14 tahun sebanyak 44 orang (53.7%), dan responden yang

berusia 18-20 tahun sebanyak 38 orang (46.3%).

Page 86: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

72

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 6

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persen

Pegawai Negeri 12 14.6%

Pegawai Swasta 28 34.1%

Wiraswasta 22 26.8%

Lainnya 20 24.4%

Total 82 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden yang pekerjaan

orang tuanya Pegawai Negeri sebanyak 12 orang (14.6%), yang

pekerjaan orang tuanya Pegawai Swasta sebanyak 28 orang

(34.1%), yang pekerjaan orang tuanya Wiraswasta sebanyak 22

orang (26.8%), dan yang lainnya sebanyak 20 orang (24.4%).

4.2.2 Analisisi Deskripsi Variabel

1. Frekuensi Variabel Komunikasi Orang Tua

Berdasarkan kuisioner yang disebar kepada responden,

maka jawaban responden atas variabel Hubungan Komunikasi

Orang Tua dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Page 87: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

73

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 7

Orang tua siswa membebaskan siswa untuk mengungkapkan

isi hati siswa tentang seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 38 46.3 190

Setuju 42 51.2 168

Ragu-ragu 2 2.4 6

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 364

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta

membebaskan anaknya untuk mengungkapkan isi hati tentang

seks bebas, sebagian besar menyatakan 42 (51.2%) setuju. Ini

berarti orang tua membebaskan anaknya untuk mengungkapkan

isi hati tentang seks bebas.

Page 88: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

74

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 8

Siswa dapat mengutarakan semua pendapat

siswa sendiri kepada orang tuanya

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 33 40.2 165

Setuju 44 53.7 176

Ragu-ragu 4 4.9 12

Tidak Setuju 1 1.2 2

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 355

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai adanya kedekatan interaksi orang tua siswa

SMAN 31 Jakarta dengan anak membuat anak dapat

mengutarakan semua pendapat sendiri, sebagian besar

menyatakan 44 (53.7%) setuju. Ini berarti siswa SMAN 31 Jakarta

dapat mengutarakan semua pendapat sendiri kepada orang

tuanya.

Page 89: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

75

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 9

Orang tua selalu dapat berterus terang dalam menjelaskan

informasi yang berkaitan dengan masalah seks bebas (tanpa

tabu membicarakannya)

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 20 24.4 100

Setuju 50 61 200

Ragu-ragu 12 14.6 36

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 336

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta selalu

dapat berterus terang dalam menjelaskan informasi yang

berkaitan dengan masalah seks bebas (tanpa tabu

membicarakannya), sebagian besar menyatakan 50 (61%) setuju.

Ini berarti orang tua berterus terang dalam menjelaskan informasi

yang berkaitan dengan masalah seks bebas (tanpa tabu

membicarakannya).

Page 90: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

76

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 10

Siswa merasa nyaman untuk berbagi cerita masalah seks

bebas kepada orang tua

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 30 36.6 150

Setuju 45 54.9 180

Ragu-ragu 7 8.5 21

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 351

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai siswa SMAN 31 Jakarta merasa nyaman

untuk berbagi cerita kepada orang tua tentang masalah seks

bebas, sebagian besar menyatakan 45 (54.9%) setuju. Ini berarti

siswa merasa nyaman untuk berbagi cerita masalah seks bebas

kepada orang tua.

Page 91: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

77

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 11

Orang tua mampu mengerti permasalahan yang siswa alami

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 34 41.5 170

Setuju 44 53.7 176

Ragu-ragu 4 4.9 12

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 358

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta mampu

mengerti permasalahan yang dialami anaknya, sebagian besar

menyatakan 44 (53.7%) setuju. Ini berarti mampu mengerti

permasalahan yang dialami anaknya.

Page 92: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

78

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 12

Orang tua dapat memahami perasaan siswa ketika

menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan

seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 32 39 160

Setuju 43 52.4 172

Ragu-ragu 7 8.5 21

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 353

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta dapat

memahami perasaan anaknya ketika menghadapi permasalahan

yang berkaitan dengan seks bebas, sebagian besar menyatakan

43 (52.4%) setuju. Ini berarti orang tua dapat memahami perasaan

anaknya ketika menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan

seks bebas.

Page 93: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

79

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 13

Orang tua dapat menghargai pendapat siswa mengenai

permasalahan seks bebas di lingkungan pergaulan siswa

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 35 42.7 175

Setuju 42 51.2 168

Ragu-ragu 5 6.1 15

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 358

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta dapat

menghargai pendapat anaknya mengenai permasalahan seks

bebas di lingkungan pergaulan, sebagian besar menyatakan 42

(51.2%) setuju. Ini berarti orang tua menghargai pendapat anak

mengenai permasalahan seks bebas di lingkungan pergaulan

anak.

Page 94: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

80

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 14

Orang tua memberikan dukungan secara moral kepada siswa

mengenai permasalahan seks bebas tanpa adanya penekanan

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 26 31.7 130

Setuju 47 57.3 188

Ragu-ragu 8 9.8 24

Tidak Setuju 1 1.2 2

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 344

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta

memberikan dukungan secara moral kepada anak mengenai

permasalahan seks bebas tanpa adanya penekanan, sebagian

besar menyatakan 47 (57.3%) setuju. Ini berarti orang tua

memberikan dukungan secara moral kepada anaknya mengenai

permasalahan seks bebas tanpa adanya penekanan.

Page 95: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

81

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 15

Orang tua selalu mempunyai kesediaan waktu untuk

mengunjungi siswa agar dapat berkomunikasi persuasif

dengan siswa

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 33 40.2 165

Setuju 46 56.1 184

Ragu-ragu 3 3.7 9

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 358

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta

mempunyai kesediaan waktu untuk mengunjungi anak agar dapat

berkomunikasi persuasif dengan anaknya, sebagian besar

menyatakan 46 (56.1%) setuju. Ini berarti orang tua mempunyai

kesediaan waktu untuk mengunjungi anak agar dapat

berkomunikasi persuasif.

Page 96: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

82

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 16

Orang tua selalu menunjukkan kepercayaan kepada siswa

agar dapat mengungkapkan isi hati

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 20 24.4 100

Setuju 51 62.2 204

Ragu-ragu 11 13.4 33

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 337

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta selalu

menunjukkan kepercayaan kepada anak agar dapat

mengungkapkan isi hati, sebagian besar menyatakan 51 (62.2%)

setuju. Ini berarti orang tua selalu menunjukkan kepercayaan

kepada anak agar dapat mengungkapkan isi hatinya.

Page 97: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

83

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 17

Orang tua selalu berpikir positif terhadap langkah-langkah

yang siswa tempuh untuk menghadapi masalah seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 32 39 160

Setuju 46 56.1 184

Ragu-ragu 4 4.9 12

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 356

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta selalu

berpikir positif terhadap langkah-langkah yang tempuh anak untuk

menghadapi masalah seks bebas, sebagian besar menyatakan 46

(56.1%) setuju. Ini berarti orang tua selalu berpikir positif terhadap

langkah-langkah yang tempuh anaknya untuk menghadapi

masalah seks bebas.

Page 98: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

84

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 18

Orang tua selalu melakukan interaksi yang baik dengan siswa

untuk menjelaskan masalah seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 35 42.7 175

Setuju 46 56.1 184

Ragu-ragu 1 1.2 3

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 362

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta selalu

melakukan interaksi yang baik dengan anak untuk menjelaskan

masalah seks bebas, sebagian besar menyatakan 46 (56.1%)

setuju. Ini berarti orang tua selalu melakukan interaksi yang baik

dengan anak untuk menjelaskan masalah seks bebas.

Page 99: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

85

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 19

Orang tua memberikan pendapat jika siswa memiliki masalah

dengan teman sekelas atau satu sekolahan

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 34 41.5 170

Setuju 44 53.7 176

Ragu-ragu 4 4.9 12

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 358

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta

memberikan pendapat jika anak memiliki masalah dengan teman

sekelas atau satu sekolahan, sebagian besar menyatakan 44

(53.7%) setuju. Ini berarti orang tua memberikan pendapat jika

anak memiliki masalah dengan teman sekelas atau satu

sekolahan.

Page 100: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

86

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 20

Orang tua memberikan rasa optimis kepada siswa untuk

menceritakan masalah siswa

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 38 46.3 190

Setuju 41 50 164

Ragu-ragu 3 3.7 9

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 363

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua memberikan rasa optimis kepada

anak untuk menceritakan masalahnya, sebagian besar

menyatakan 41 (50%) setuju. Ini berarti orang tua memberikan

rasa optimis kepada anak untuk menceritakan masalahnya.

Page 101: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

87

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 21

Orang tua selalu menghargai dan mendengarkan siswa jika

siswa sedang berbicara

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 32 39 160

Setuju 43 52.4 172

Ragu-ragu 7 8.5 21

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 353

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta selalu

menghargai dan mendengarkan anaknya jika sedang berbicara,

sebagian besar menyatakan 43 (52.4%) setuju. Ini berarti orang

tua selalu menghargai dan mendengarkan anak jika sedang

berbicara.

Page 102: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

88

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 22

Orang tua tidak pernah membeda-bedakan siswa dengan

saudara kandung siswa lainnya

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 33 40.2 165

Setuju 37 45.1 148

Ragu-ragu 12 14.6 36

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 349

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta tidak

pernah membeda-bedakan anaknya dengan saudara kandung

lainnya, sebagian besar menyatakan 37 (45.1%) setuju. Ini berarti

orang tua tidak pernah membeda-bedakan anaknya dengan

saudara kandung lainnya.

Page 103: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

89

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 23

Orang tua menyikapi dengan baik pendapat dan komentar

siswa mengenai seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 40 48.8 200

Setuju 42 51.2 168

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 368

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta

menyikapi dengan baik pendapat dan komentar anak mengenai

seks bebas, sebagian besar menyatakan 42 (51.2%) setuju. Ini

berarti orang tua menyikapi dengan baik pendapat dan komentar

anaknya mengenai seks bebas.

Page 104: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

90

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 24

Pengukuran Variabel X (Komunikasi Antarpribadi antara

Orang Tua dan Anak)

No.

Tabel Pernyataan Mean

7 Orang tua siswa membebaskan siswa untuk

mengungkapkan isi hati siswa tentang seks bebas.

4.4

8 Siswa dapat mengutarakan semua pendapat siswa

sendiri kepada orang tua.

4.3

9 Orang tua selalu dapat berterus terang dalam

menjelaskan informasi yang berkaitan dengan masalah

seks bebas (tanpa tabu membicarakannya).

4.1

10 Siswa merasa nyaman untuk berbagi cerita masalah

seks bebas kepada orang tua.

4.3

11 Orang tua mampu mengerti permasalahan yang siswa

alami.

4.4

12 Orang tua dapat memahami perasaan siswa ketika

menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan

seks bebas.

4.3

13 Orang tua dapat menghargai pendapat siswa

mengenai permasalahan seks bebas di lingkungan

pergaulan siswa.

4.4

Page 105: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

91

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

14 Orang tua memberikan dukungan secara moral

kepada siswa mengenai permasalahan seks bebas

tanpa adanya penekanan.

4.2

15 Orang tua selalu mempunyai kesediaan waktu untuk

mengunjungi siswa agar dapat berkomunikasi

persuasif dengan siswa.

4.4

16 Orang tua selalu menunjukkan kepercayaan kepada

siswa agar dapat mengungkapkan isi hati.

4.1

17 Orang tua selalu berpikir positif terhadap langkah-

langkah yang siswa tempuh untuk menghadapi

masalah seks bebas.

4.3

18 Orang tua selalu melakukan interaksi yang baik

dengan siswa untuk menjelaskan masalah seks bebas.

4.4

19 Orang tua memberikan pendapat jika siswa memiliki

masalah dengan teman sekelas atau satu sekolahan.

4.4

20 Orang tua memberikan rasa optimis kepada siswa

untuk menceritakan masalah siswa.

4.4

21 Orang tua selalu menghargai dan mendengarkan

siswa jika siswa sedang berbicara.

4.3

22 Orang tua tidak pernah membeda-bedakan siswa

dengan saudara kandung siswa lainnya.

4.3

23 Orang tua menyikapi dengan baik pendapat dan

komentar siswa mengenai seks bebas.

4.5

Page 106: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

92

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Rata-rata Mean 4.3

Berdasarkan table tersebut, dapat kita hitung akumulasi

mean di variabel X :

Total Mean = 73.5

Jumlah Tabel 17

= 4.323 dibulatkan menjadi 4.3

Maksimum = 5

Minimum = 1

Range = 5-1

Interval 4 : 5 = 0,8

1 1,8 2,6 3,4 4,2 5

Sangat

rendah/

Rendah/ Cukup Tinggi/ Sangat Tinggi/

Sangat tidak

baik

Tidak baik Baik Sangat Baik

4.3

Page 107: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

93

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Maka berdasarkan penjelasan di atas telah didapatkan nilai

rata-rata mean untuk variabel komunikasi orang tua yaitu sebesar

4.3. Jika dilihat dari rentang skala nilai rata-rata tersebut termasuk

dalam kategori sangat tinggi/sangat baik, maka dapat dikatakan

bahwa komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak sudah

sangat baik.

2. Frekuensi Variabel Sikap Seks Bebas Siswa SMAN 31 Jakarta

Dari data variabel sikap seks bebas siswa SMAN 31 Jakarta

yang diperoleh di lapangan, dapat disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi sebagai berikut:

Page 108: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

94

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 25

Interaksi siswa dan orang tua menumbuhkan pengertian seks

bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 39 47.6 195

Setuju 43 52.4 172

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 367

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai interaksi komunikasi siswa SMAN 31

Jakarta dan orang tua menumbuhkan pengertian seks bebas,

sebagian besar menyatakan 43 (52.4%) setuju. Ini berarti interaksi

komunikasi siswa dan orang tua dapat menumbuhkan pengertian

seks bebas.

Page 109: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

95

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 26

Interaksi siswa dan orang tua membuat siswa mengetahui

pandangan agama terhadap seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 37 45.1 185

Setuju 45 54.9 180

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 365

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai interaksi komunikasi siswa SMAN 31

Jakarta dan orang tua membuat siswa mengetahui pandangan

agama terhadap seks bebas, sebagian besar menyatakan 45

(54.9%) setuju. Ini berarti interaksi komunikasi anak dan orang tua

membuat anak mengetahui pandangan agama terhadap seks

bebas.

Page 110: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

96

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 27

Siswa memahami efek buruk dari seks bebas setelah

berbicara hal tersebut kepada kedua orang tua siswa

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 22 26.8 110

Setuju 54 65.9 216

Ragu-ragu 6 7.3 18

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 344

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai siswa SMAN 31 Jakarta memahami efek

buruk dari seks bebas setelah berbicara hal tersebut kepada

kedua orang tua, sebagian besar menyatakan 54 (65.9%) setuju.

Ini berarti siswa memahami efek buruk dari seks bebas setelah

berbicara hal tersebut kepada kedua orang tuanya.

Page 111: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

97

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 28

Orang tua banyak memberikan arahan sehingga siswa dapat

memahami pandangan agama terhadap seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 34 41.5 170

Setuju 45 54.9 180

Ragu-ragu 3 3.7 9

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 359

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai orang tua siswa SMAN 31 Jakarta banyak

memberikan arahan sehingga anak dapat memahami pandangan

agama terhadap seks bebas, sebagian besar menyatakan 45

(54.9%) setuju. Ini berarti orang tua banyak memberikan arahan

sehingga anak dapat memahami pandangan agama terhadap

seks bebas.

Page 112: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

98

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 29

Siswa tidak melakukan seks bebas karena siswa takut akan

sanksi agama

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 38 46.3 190

Setuju 44 53.7 176

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 366

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai siswa SMAN 31 Jakarta untuk tidak

melakukan seks bebas dikarenakan siswa takut akan sanksi

agama, sebagian besar menyatakan 44 (53.7%) setuju. Ini berarti

siswa tidak melakukan seks bebas karena takut akan sanksi

agama.

Page 113: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

99

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 30

Siswa sadar akan bahaya seks bebas karena takut akan

sanksi sosial.

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 33 40.2 165

Setuju 46 56.1 184

Ragu-ragu 3 3.7 9

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 358

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai kesadaran siswa SMAN 31 Jakarta akan

bahaya seks bebas membuat takut akan sanksi sosial masyarakat

yang akan dihadapi, sebagian besar menyatakan 46 (56.1%)

setuju. Ini berarti siswa sadar akan bahaya seks bebas membuat

siswa takut akan sanksi sosial.

Page 114: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

100

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 31

Siswa membenci perbuatan seks bebas setelah orang tua

memberikan informasinya.

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 40 48.8 200

Setuju 42 51.2 168

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 368

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai seluruh informasi yang telah diberikan oleh

orang tua mengenai bahaya seks bebas membuatnya membenci

perbuatan seks bebas, sebagian besar menyatakan 42 (51.2%)

setuju. Ini berarti siswa membenci perbuatan seks bebas setelah

orang tua memberika informasi tentang seks bebas.

Page 115: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

101

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 32

Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua siswa

mengenai bahaya seks bebas, membuat siswa untuk tidak

melakukan seks dengan pasangan sebelum menikah

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 31 37.8 155

Setuju 45 54.9 180

Ragu-ragu 6 7.3 18

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 353

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai seluruh informasi yang diberikan oleh orang

tua mengenai bahaya seks bebas membuat siswa untuk tidak

melakukan seks dengan pasangan sebelum menikah, sebagian

besar menyatakan 45 (54.9%) setuju. Ini berarti seluruh informasi

yang diberikan oleh orang tua mengenai bahaya seks bebas

membuat para siswa tidak melakukan seks dengan pasangan

sebelum menikah.

Page 116: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

102

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 33

Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua siswa

mengenai bahaya seks bebas, mendorong siswa untuk

melarang orang lain untuk melakukan seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 36 43.9 180

Setuju 37 45.1 148

Ragu-ragu 9 11 27

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 355

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai seluruh informasi yang diberikan oleh orang

tua mengenai bahaya seks bebas mendorongnya untuk melarang

orang lain untuk melakukan seks bebas, sebagian besar

menyatakan 37 (45.1%) setuju. Ini berarti seluruh informasi yang

diberikan oleh orang tua mengenai bahaya seks bebas

mendorong siswa untuk melarang orang lain melakukan seks

bebas.

Page 117: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

103

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 34

Siswa tidak akan melakukan hal-hal yang mengarah pada

seks bebas

Keterangan F % Skor

Sangat Setuju 39 47.6 195

Setuju 43 52.4 172

Ragu-ragu 0 0 0

Tidak Setuju 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 82 100 367

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel di atas, pendapat

responden mengenai siswa SMAN 31 Jakarta tidak akan

melakukan hal-hal yang mengarah pada seks bebas, sebagian

besar menyatakan 43 (42.4%) setuju. Ini berarti siswa tidak akan

melakukan hal-hal yang mengarah pada seks bebas.

Page 118: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

104

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Tabel 35

Pengukuran variabel Y (Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta

Terhadap Seks Bebas)

No.

Tabel Pernyataan Mean

25 Interaksi siswa dan orang tua menumbuhkan

pengertian seks bebas.

4.5

26 Interaksi siswa dan orang tua membuat siswa

mengetahui pandangan agama terhadap seks bebas.

4.5

27 Siswa memahami efek buruk dari seks bebas setelah

berbicara hal tersebut kepada kedua orang tua siswa.

4.2

28 Orang tua banyak memberikan arahan sehingga

siswa dapat memahami pandangan agama terhadap

seks bebas.

4.4

29 Siswa tidak melakukan seks bebas, karena siswa

takut akan sanksi agama.

4.5

30 Siswa sadar akan bahaya seks bebas karena takut

sanksi sosial.

4.4

31 Siswa membenci perbuatan seks bebas setelah

orang tua memberikan informasi tersebut tentang

seks bebas.

4.5

32 Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua siswa 4.3

Page 119: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

105

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

mengenai bahaya seks bebas, membuat siswa untuk

tidak melakukan seks dengan pasangan sebelum

menikah.

33 Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua

siswa mengenai bahaya seks bebas, mendorong

siswa untuk melarang orang lain untuk melakukan

seks bebas.

4.3

34 Siswa tidak akan melakukan hal-hal yang mengarah

pada seks bebas.

4.5

Rata-rata 4.4

Berdasarkan table tersebut, dapat kita hitung akumulasi

mean di variabel X :

Total Mean = 44.1

Jumlah Tabel 10

= 4.41 dibulatkan menjadi 4.4

Maksimum = 5

Minimum = 1

Range = 5 - 1

Interval 4 : 5 = 0,8

Page 120: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

106

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

1 1,8 2,6 3,4 4,2 5

Sangat

rendah/

Rendah/ Cukup Tinggi/ Sangat Tinggi/

Sangat tidak Tidak baik Baik Sangat Baik

Maka berdasarkan penjelasan di atas telah didapatkan nilai

rata-rata mean untuk variabel sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta

terhadap seks bebas yaitu sebesar 4.4. Jika dilihat dari rentang

skala nilai rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sangat

tinggi/sangat baik, maka dapat dikatakan bahwa sikap siswa-siswi

SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas sudah sangat baik.

4.3 Korelasi Pearson Product Moment

Analisis Korelasi merupakan suatu analisis untuk mengetahui

tingkat keeratan hubungan antara dua variabel. Tingkat hubungan antara

variabel Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak dengan

variabel Siikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas

dapat dilihat pada tabel berikut :

4.4

baik

Page 121: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

107

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2222 yyn.xxn

x-xyn r

y

r = 82 . 265485 – (6023) (3602)

(82 . 445434 – (6023)2 . 82 . 162881 – (3602)2

r = 21769770 – 21694846

36525588 – 36276529 . 13356242 – 12974404

r = 71224

249509 . 381838

r = 71224

951002

r = 0,749

Tabel 36

Correlations

1 .749**

.000

82 82

.749** 1

.000

82 82

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Komunikasi Orang Tua

Sikap Seks Bebas

Komunikasi

Orang Tua

Sikap Seks

Bebas

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Page 122: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

108

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Berdasarkan hasil perhitungan manual dan perhitungan SPSS

pada tabel di atas, maka dapat dijelaskan hasil analisisnya sebagai

berikut:

1. Ada korelasi antara variabel X (Hubungan Komunikasi Antarpribadi

antara Orang Tua dengan Anak) dengan variabel Y (dengan Sikap

Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas), dimana nilai

koefisien korelasi (r) didapatkan sebesar 0.749. Koefisien korelasi

sebesar 0.749 menurut Kategori Sugiyono berikut ini :

Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono, 2010:184

Maka dapat diketahui bahwa nilai koefisien yang diperoleh yaitu

0,749 berada pada tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan yang kuat antar variabel Komunikasi

Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak dengan sikap Siswa-Siswi

SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas.

Page 123: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

109

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2. Nilai signifikansi 0.000 lebih kecil dari batas level yang ditetapkan

yaitu 0.01 artinya hubungan yang terjadi adalah hubungan yang

signifikan.

3. Jadi kesimpulannya, Ho : ρs = 0, ditolak dan Ha diterima serta

Hipotesis dalam penelitian ini dapat terbukti, yang menyatakan

bahwa; “Adanya hubungan positif dan signifikan antara komunikasi

antarpribadi antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi

SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas.”

4.5 Pembahasan

Pembahasan dilakukan dengan mensintesiskan hasil penelitian

dengan teori-teori relevan dan hasil penelitian sejenis terdahulu, yaitu

dengan mengidentifikasi persaman dan perbedaan-perbedaannya untuk

menemukan implikasi hasil penelitian dan menawarkan solusi atas

implikasi tersebut. Hal hal yang diuraikan dalam pembahasan ini

meliputi:

1. Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan Anak

Untuk menjawab pertanyaan mengenai seberapa intens

Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak,

teori-teori yang relevan adalah teori komunikasi antarpribadi dimana

menurut Alo Liliweri (1997:12), mengatakan bahwa “komunikasi

antara seorang komunikator dan seorang komunikan. Jenis

komunikasi tersebut di anggap efektif untuk mengubah sikap,

Page 124: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

110

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.”

Sifat dialogis yang dimaksud adalah komunikasi timbal balik secara

lisan. Komunikator mengetahui dengan pasti pesan-pesan yang

dikirim atau diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika

diterima oleh komunikan maka akan memberikan kesempatan kepada

komunikan tersebut untuk bertanya.

Secara empirik hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

mean untuk variabel komunikasi antarpribadi antara orang tua dan

anak adalah 4.3 termasuk dalam klarifikasi sangat baik atau sangat

intens.

Hasil penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini yaitu

penelitian Evidanika Nifa Mertia yang berjudul “Hubungan Antara

Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan

Anak dengan Prilaku Seks Bebas Pada Remaja Siswa-Siswi MAN

Gondangrejo Karanganyar.” Tentang kualitas komunikasi orang tua

dan siswanya tinggi.

Dengan demikian hasil penelitian penulis bahwa komunikasi

antarpribadi antara orang tua dan anak sangat intens, didukung oleh

teori manapun pleh hasil penelitian sejenis lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam pembahasan ini dapat di

identifikasi implikasi hasil penelitian bahwa komunikasi antarpribadi

antara orang tua dan anak harus lancar dan efektif. Untuk menjaga

Page 125: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

111

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

agar komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak tetap lancar

dan efektif, ditawarkan solusi sebagai berikut :

1. Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini, orang tua

dapat lebih perhatian dan terbuka terhadap anaknya.

2. Sebaiknya orang tua dapat lebih mendengarkan masalah yang

sedang dihadapi anaknya.

3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, orang tua dapat lebih

memberikan dukungan moral kepada anaknya.

2. Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta terhadap Seks Bebas

Dalam membahas masalah sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta

terhadap seks bebas, maka persoalan yang harus dijawab adalah;

“seberapa tinggi sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks

bebas?”.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka menurut Rakhmat

(2003,40) menyatakan bahwa, “Sikap adalah kecenderungan

bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek,

ide, situasi, dan nilai. Sikap merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Sikap

mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar

rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro

atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai,

diharapkan, diinginkan, apa yang harus dihindari.” Maka dari segi

Page 126: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

112

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

pandang tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap siswa-siswi SMAN

31 Jakarta terhadap seks bebas merupakan presepsi yang dituangkan

kedalam tindakan atau sikap yang nyata, dimana sikap tersebut dapat

pro dan kontra secara sangat baik terhadap seks bebas.

Secara empirik hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

mean untuk variabel sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap

seks bebas adalah 4.4 termasuk dalam klarifikasi sangat baik.

Hasil penelitian sejenis terdahulu yakni, penelitian Evidanika Nifa

Mertia yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas dan

Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Prilaku Seks Bebas

Pada Remaja Siswa-Siswi MAN Gondangrejo Karanganyar.”,

menyatakan bahwa Perilaku Seks Bebas pada Remaja Siswa-Siswi

MAN Gondangrejo Karanganyar adalah tinggi atau sudah sangat baik.

Dengan demikian hasil penelitian penulis yang menyatakan bahwa

sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas sangat tinggi

atau sangat baik. Hal ini didukung oleh teori maupun hasil penelitian

sejenis terdahulu lainnya.

Bedasarkan paparan diatas, maka dalam pembahasan ini dapat di

identifikasi implikasi hasil penelitian bahwa sikap siswa-siswi SMAN

31 Jakarta terhadap seks bebas harus tinggi atau baik. Untuk

menjaga agar sikap siswa-siswi SMAN 31 Jakarta terhadap seks

bebas harus tinggi atau baik, ditawarkan solusi sebagai berikut :

Page 127: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

113

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

1. Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini siswa-siswi

mempunyai pengetahuan tentang seks bebas yang lebih baik.

2. Sebaiknya siswa-siswi bersikap untuk tidak melakukan tindakan

seks bebas karena telah memahami efek buruknya.

3. Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak

Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks

Bebas.

Membahas masalah keterkaitan mengenai komunikasi

antarpribadi antara orang tua dan anak dengan sikap siswa-siswi

SMAN 31 Jakarta terhadap seks bebas, maka pertanyaan yang harus

dijawab adalah; “Seberapa kuat Hubungan Komunikasi Antarpribadi

Antara Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31

Jakarta Terhadap Seks Bebas?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka hasil penelitian

secara empirik menunjukkan bahwa nilai koefisien yang diperoleh

yaitu 0,749 berada pada tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan yang kuat antar variabel Komunikasi Antarpribadi

antara Orang Tua dan Anak dengan sikap Siswa-Siswi SMAN 31

Jakarta terhadap Seks Bebas.

Hasil penelitian sejenis terdahulu yakni, penelitian Evidanika Nifa

Mertia yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas dan

Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Prilaku Seks Bebas

Page 128: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

114

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Pada Remaja Siswa-Siswi MAN Gondangrejo Karanganyar.”,

menyatakan bahwa Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas dan

Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Prilaku Seks Bebas

Pada Remaja Siswa-Siswi MAN Gondangrejo Karanganyar adalah

kuat.

Hasil verifikasi hasil penelitian penulis dengan hasil penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa hasil penelitian penulis didukung oleh

teori maupun hasil penelitian sejenis. Maka dapat disimpulkan bahwa,

Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak

Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas

sudah kuat.

Page 129: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

115

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka penulis

menarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan komunikasi

antarpribadi antara orang tua dan anak, telah menunjukkan hasil

bahwa komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dikalangan

siswa-siswi SMAN 31 Jakarta berjalan dengan baik. Hal ini terbukti

dari pengukuran variabel X (Komunikasi Antarpribadi Antara Orang

Tua Dan Anak) dengan nilai rata-rata mean yaitu sebesar 4.3. Nilai

tersebut termasuk dalam kategori yang sangat baik, maka dapat

dikatakan bahwa komunikasi orang tua sudah sangat baik.

2. Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sikap siswa-

siswi SMAN 31 Jakarta hasil menunjukkan bahwa sikap siswa-siswi

SMAN 31 Jakarta mengenai pengetahuan tentang seks bebas sudah

sangat baik. Hal ini terbukti dari pengukuran variabel Y (Sikap Siswa-

Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas) dengan nilai rata-rata

mean yaitu sebesar 4.4. Nilai tersebut termasuk dalam kategori yang

sangat baik, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi orang tua

sudah sangat baik.

115 Formatted: Centered

Page 130: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

116

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

3. Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak

dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas di

dapat hasil klarifikasi yang positif. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang kuat atau tinggi dari

Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dan Anak dengan Sikap

Siswa-Siswi SMAN 31 Jakarta Terhadap Seks Bebas, terbukti dari

nilai koefisien korelasinya yakni sebesar 0,749 .

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, berikut ini adalah

saran yang diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan

untuk dikembangkan, yaitu:

1. Berdasarkan tabel 9 menunjukkan besar responden menyatakan 50

(61%) setuju mengenai orang tua selalu dapat berterus terang dalam

menjelaskan informasi yang berkaitan dengan masalah seks bebas

(tanpa tabu membicarakannya). Dari pernyataan ini solusi yang

memungkinkan adalah orang tua agar lebih dapat berterus terang

dalam menjelaskan informasi yang berkaitan dengan masalah seks

bebas tanpa tabu untuk membicarakannya. Dengan memposisikan

dirinya sebagai teman dekat, dengan cara tersebut maka anak akan

lebih akrab dan tidak segan untuk menanyakan hal-hal mengenai

akibat dan bahaya dari seks bebas.

Page 131: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

117

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

2. Berdasarkan tabel 16 menunjukkan besar responden menyatakan 51

(62.2%) setuju terhadap orang tua selalu percaya kepada anak agar

dapat mengungkapkan isi hatinya. Dari pernyataan ini solusi yang

memungkinkan adalah orang tua agar lebih menunjukkan sikap dan

rasa kepercayaan kepada anaknya agar dapat mengungkapkan isi

hati. Karena nasihat yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya

sangat membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

dialami oleh anak.

3. Berdasarkan tabel 33 menunjukkan besar responden menyatakan 33

(45.1%) setuju terhadap seluruh informasi yang diberikan oleh orang

tua mengenai bahaya seks bebas mendorong siswa untuk melarang

orang lain untuk melakukan seks bebas. Dari pernyataan ini solusi

yang memungkinkan adalah disarankan agar siswa menjaga

komunikasi kepada orang tua terutama mengenai dampak buruk dari

seks bebas. Sehingga siswa mendapatkan informasi atau

pengetahuan tentang seks bebas lebih banyak dan hal itu mendorong

siswa untuk tidak melakukan tindakan seks bebas ataupun melarang

orang lain melakukan seks bebas.

Page 132: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

118

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmadi, H.Abu, 1999, Psikologi Sosial (Edisi Revisi), Jakarta, Rineka Cipta.

Ardianto, Dr.Elvinaro, 2010, Metodologi Penelitian untuk Public Relations

Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta PT.Rineka Cipta.

Basuki, A.M. Heru, 2005, Pendidikan Seks Bagi Remaja, Jakarta,

PT.RajaGrafindo Pustaka.

Daradjat, Zakiah, 1990, Kesehatan Mental, Jakarta, C.V Haji Masagung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2008, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Devito, A.Joseph, 2009, Komunikasi Antar Manusia (Terjemahan), Jakarta,

PT.Gramedia Pustaka.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, 2007, Psikologi Pendidikan, Edisi Revisi,

Jakarta, Grasindo.

Effendy, Onong Uchjana, 2008, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT.Remaja

Rosdakarya.

Faisal, Sanapiah, 2001, Format-Format Penelitian Komunikasi, Bandung,

PT.Remaja Rosdakarya.

Juliandi, Azuar, Dkk, 2014, Metodeologi Penelitian Bisnis, Medan, Umsu

Press.

Hamdan, Adnan dan Cangara Hafield, 1996, Prinsip-prinsip Hubungan

Masyarakat, Surabaya, Usaha Nasional.

Page 133: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

119

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Harapan, Dr.Edi dan Dr.H.Syarwani Ahmad, 2014, Komunikasi Antarpribadi :

Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan, Jakarta, PT.RajaGrafindo

Persada.

Hermawan, A, 2005, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta,

Grasindo.

Himawan, Anang Harris, 2007, Bukan Salah Tuhan mengazab, Solo, Tiga

Serangkai.

Iriantara, Yosal, 2005, Media Relations Konsep Pendekatan dan Praktek,

Bandung, Simbiosa Rekatama Media.

Januar, Iwan, 2007, Sex Before Married?, Jakarta, Gema Insani Press.

Kriyantono, Rachmat, 2008, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta,

Kencana Prenada Media Group.

Liliweri, Alo, 1997, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung, PT.Cika Aditya Bakti.

LN Yusuf, Dr. H. Syamsu, 2009, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,

Bandung, PT.Remaja Rosdakarya.

Mar’at, 1996, Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta,

PT.Gramedia Widiya Pustaka Utama.

Mardalis, 2006, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), Jakarta,

Bumi Aksara.

Mukholid, Dr.Agus, 2007, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,

Jakarta, Yudhistira.

Patton, Andri, 2006, Perilaku dan Pengembangan Organisasi, Malang,

Agritek Yayasan Pembangunan Nasional Malang.

Rakhmat, Jalaludin, 2002, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung,

PT.Remaja Rosdakarya.

……………………., 2003, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT.Remaja

Rosdakarya.

Page 134: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

120

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

………………………, 2007, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung,

PT.Remaja Rosdakarya.

Riduwan, 2008, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Jakarta, Alfabeta.

Ruslan, Rosady, 2010, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,

Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Jonathan, 2000, Analisis Data Penelitian MenggunakaN SPSS 13,

Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada.

Sarwono, Sarlito.W, 2011, Psikologi Remaja (Edisi Revisi Cet.14), Jakarta,

PT.RajaGrafindo Persada.

Sugiyono, 2000, Statistikal Untuk Penelitian, Bandung, CV.Alfabeta.

…………., 2007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, CV.Alfabeta.

………….., 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung, CV

Alfabeta.

…………..., 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung, CV.Alfabeta.

Suprapto, Drs.Tommy, 2009, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi,

Yogyakarta, MedPress.

Verderber, S.Kathleer & Rudolph E. Verderber, 1992, Inter-Act : Using

Interpersonal Communication Skills, Amerika Serikat, Us of America

Wadsworth.

West, Richard dan Turner, Lynn H, 2009, Pengantar Teori Komunikasi

Analisis dan Aplikasi Buku 2, Jakarta, Salemba Humanika.

Willis, Sofyan S, 1993, Problema Remaja dan Pemecahannya, Jakarta,

Angkasa.

Page 135: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

121

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Website

Kompasiana, 01 Juni 2014:22.40,

www.kompasiana.com/harniandriani/pergaulan-bebas-di-kalangan-

remaja.

Kompasiana, 29 November 2015: 17.08, www.kompasiana.com/Remaja di

Indonesia melakukan seks pra nikah.

Okezone, 29 November 2015:22.00, www.okezone.com/Tiap Tahun, Remaja

Seks Pra Nikah Mengingkat.

Penelitian Yayasan Kesuma Buana, 01 Juni 2014:23.16,

http:/www.acicis.murdoch.edu.au.

The World Book Encyclopedia, 2 Maret 2015:18.19,

http://uk.m.worldbooks.org/theworldbookencylopedia/freesex.

Wikipedia,10 April 2015:05.48, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Peserta_Didik.

Page 136: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

122

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP SIKAP SEKS BEBAS

SISWA SMAN 31 JAKARTA

Dengan Hormat,

Daftar pertanyaan dibawah ini dimaksudkan untuk pengumpulan data guna

penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana

Strata Satu Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat di Universitas

Prof.Dr.Moestopo (Beragama) dengan Judul “Hubungan Komunikasi

Antarpribadi Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Siswa-Siswi SMAN 31

Jakarta Terhadap Seks Bebas”. Saya mohon kesediaan dari Saudara

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar angket berikut ini,

mengingat data yang akan saya peroleh begitu penting untuk objektivitas

penelitian yang sedang dilakukan.

Atas kesediaan Saudara menjadi responden pada penelitian ini, saya

mengucapkan terima kasih.

Bagian Satu

Anda cukup memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan

identitas anda.

Identitas Responden

1. Jenis Kelamin

( ) Laki-laki

( ) Perempuan

2. Usia

( ) 12-14 Tahun

( ) 15-17 Tahun

( ) 18-20 Tahun

Page 137: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

123

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

3. Pekerjaan Orang tua

( ) Pegawai Negeri

( ) Pegawai Swasta

( ) Wiraswasta

( ) Lainnya ……………... ( Sebutkan !)

Bagian Dua

Pada bagian ini berisi pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban sesuai

dengan keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Bacalah terlebih dahulu pertanyaan yang ada, lalu berikan tanda silang (X)

pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Variabel Bebas

Keterbukaan

No Pertanyaan SS S R TS STS

4. Orang tua anda membebaskan anda untuk mengungkapkan isi hati anda tentang seks bebas.

5. Anda dapat mengutarakan semua pendapat anda sendiri kepada orang tua.

6. Orang tua selalu dapat berterus terang dalam menjelaskan informasi yang berkaitan dengan masalah seks bebas (tanpa tabu membicarakannya).

7. Anda merasa nyaman untuk berbagi cerita masalah seks bebas kepada orang tua.

Page 138: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

124

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

Empati

No Pertanyaan SS S R TS STS

8. Orang tua mampu mengerti permasalahan yang anda alami.

9. Orang tua dapat memahami perasaan anda ketika menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan seks bebas.

10. Orang tua dapat menghargai pendapat anda mengenai permasalahan seks bebas di lingkungan pergaulan anda.

Dukungan

No Pertanyaan SS S R TS STS

11. Orang tua memberikan dukungan secara moral kepada anda mengenai permasalahan seks bebas tanpa adanya penekanan.

12. Orang tua selalu mempunyai kesediaan waktu untuk mengunjungi anda agar dapat berkomunikasi persuasif dengan anda.

13. Orang tua selalu menunjukkan kepercayaan kepada anda agar dapat mengungkapkan isi hati.

Sikap Positif

No Pertanyaan SS S R TS STS

14. Orang tua selalu berpikir positif terhadap langkah-langkah yang anda tempuh untuk menghadapi masalah seks bebas.

15. Orang tua selalu melakukan interaksi yang baik dengan anda untuk menjelaskan masalah seks bebas.

16. Orang tua memberikan pendapat jika anda memiliki masalah dengan teman sekelas atau satu sekolahan.

Page 139: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

125

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

17. Orang tua memberikan rasa optimis kepada anda untuk menceritakan masalah anda.

Kesetaraan

No Pertanyaan SS S R TS STS

18. Orang tua selalu menghargai dan mendengarkan anda jika anda sedang berbicara.

19. Orang tua tidak pernah membeda-bedakan anda dengan saudara kandung anda lainnya.

20. Orang tua menyikapi dengan baik pendapat dan komentar anda mengenai seks bebas.

Variable Terikat Kognitif

No Pertanyaan SS S R TS STS

21. Interaksi anda dan orang tua menumbuhkan pengertian seks bebas.

22. Interaksi anda dan orang tua membuat anda mengetahui pandangan agama terhadap seks bebas.

23. Anda memahami efek buruk dari seks bebas setelah berbicara hal tersebut kepada kedua orang tua anda.

24. Orang tua banyak memberikan arahan sehingga anda dapat memahami pandangan agama terhadap seks bebas.

Afektif

No Pertanyaan SS S R TS STS

25. Anda tidak melakukan seks bebas karena anda takut akan sanksi agama.

26. Anda sadar akan bahaya seks bebas karena takut akan sanksi sosial.

Page 140: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

126

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"

27. Anda membenci perbuatan seks bebas setelah orang tua memberikan informasinya.

Konatif

No Pertanyaan SS S R TS STS

28. Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua anda mengenai bahaya seks bebas, membuat anda untuk tidak melakukan seks dengan pasangan sebelum menikah.

29. Seluruh informasi yang diberikan oleh orang tua anda mengenai bahaya seks bebas, mendorong anda untuk melarang orang lain untuk melakukan seks bebas.

30. Anda tidak akan melakukan hal-hal yang mengarah pada seks bebas.

Formatted: Indent: First line: 0"

Page 141: Skripsi Hubungan Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua ...

127

Formatted: Tab stops: 4.83", Left + 5.71", Right + Not at 3.25" + 6.5"