skripsi hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ...

85
i SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009

Transcript of skripsi hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ...

 

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA

DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

 

 

 

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009

ii 

 

ABSTRAK

VITA AYU OKTAVIANI. J 410 050 018

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI xviii+47+34

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), merupakan salah satu penyebab

kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah, kelembaban rumah, lantai rumah, dinding rumah, dan atap rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Nopember 2009 di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita berusia nol sampai lima tahun dengan besar sampel 62 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan menggunakan program SPSS versi 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046), pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Balita, Sanitasi Fisik Rumah. Kepustakaan : 33, 1990-2009

Surakarta, Oktober 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK. 1 001 015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIK. 863

 

iii 

 

Vita Ayu Oktaviani. J 410 050 018

The Relationship Between House Physical Sanitation with the Occurrence of Exhalation Chanel Infenction (ISPA) Children Under Five Years Old in Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province

ABSTRACT

Infection of exhalation Channel (ISPA), is one of the main painfulness cause in children under five years old in developing countries. The aim of this research was to know the relationship between house physical sanitation included house ventilation, house natural illumination, house dampness, house floor, house wall, and house roof with the occurrence of exhalation chanel infenction (ISPA) In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. This research was done in November 2009 In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. The type of this research was observational research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 62 respondents sample. The technique of intake sampel used cluster random sampling. The statistical test used chi square test by using SPSS version 11 program. The result of this research indicated that there was a relationship between house ventilation (p=0,046), house natural illumination (p=0,01), house floor (p=0,025), house wall (p=0,00), and house roof (p=0,026) with the occurrence of ISPA, but there was not relationship between house dampness (p=0,883) with the occurrence of ISPA.

Keywords : The Infection of Exhalation Channel, Children Under Five Years Old, House Physical Sanitation.

iv 

 

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA

DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

 

 

 

 

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009

 

@ 2009 Hak Cipta Pada Penulis

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

vi 

 

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani Nim : J 410 050 018 Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, Oktober 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK. 1 001 015 

 

 

 

 

vii 

 

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani

Nim : J 410 050 018

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 08 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.

Surakarta, November 2009

Ketua Penguji : Ambarwati, S.Pd, M.Si (.................................)

Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM (.................................)

Anggota Penguji II : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes (.................................)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630

viii 

 

MOTTO

“Orang yang cerdas adalah orang yang mau introspeksi diri dan beramal untuk

bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa

nafsunya dan berangan-angan kepada ALLAH SWT”

{HR, Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah}

“Bermimpi adalah langkah pertama, kerja keras dan ketekunan adalah langkah-

langkah selanjutnya, Rahmat dan Cinta ALLAH SWT adalah sumber

keberuntungan yang membuat mimpi-mimpi menjadi nyata”

{Penulis}

Janganlah menjadi yang pertama jika hanya membuatmu sombong, tetapi jadilah

yang terbaik jika itu mampu membuatmu bersyukur.

{Penulis}

Jangan pernah menyesali keadaan, karena menyesali keadaan berarti menyesali

keadilan Tuhan, merusak hati dan melenyapkan harapan.

{Made S}

ix 

 

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang menjadi motivator

dalam pencapaian tujuan hidup ini. Kalian adalah pemberi inspirasi terhebat di

dunia, pemberi kasih sayang yang terkuat dan terkokoh, yang tak pernah bosan

menyebutkan namaku dalam setiap sujud dan do’a kalian.

Untuk kakak dan adikku yang menjadi penyemangat dan pemberi canda tawa

serta kasih sayang yang telah tercurah di setiap langkah ku.

Sahabat-sahabatku yang aku sayangi karena kebaikkan dan ketulusan kalian

menerima aku apa adanya.

Almamater tercinta

 

 

 

 

 

 

 

 

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vita Ayu Oktaviani

Tempat/Tanggal Lahir : Pemalang, 6 Oktober 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Arbei 03 Bojongnangka, RT 03 RW 09 Desa

Bojongnangka, Kecamatan Pemalang, Kabupaten

Pemalang.

Riwayat Pendidikan :1. Lulus TK Pertiwi Bojongbata tahun 1993

2. Lulus SDN 05 Bojongnangka tahun 1999

3. Lulus SLTPN 02 Pemalang tahun 2002

4. Lulus MAN Pemalang tahun 2005

5. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan

Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2005

xi 

 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo

Kabupaten Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis

lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa

hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan

dan penyusunan laporan skripsi ini kepada :

1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

3. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku penguji skripsi yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu,

semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya.

Kalian adalah inspirator terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.

xii 

 

7. Kakak dan adikku tersayang yang telah memberikan inspirasi untuk segala hal,

dorongan, nasihat, rasa sayang, dan selalu membuatku tersenyum.

8. Emill tersayang yang telah membantu dan memberikan motivasi, semangat

pantang menyerah dan masih banyak yang tidak bisa penulis katakan.

9. Vella, Ninik, Nani, Yanti, Yeni, Vita, Kini, Nita, Rini, Diah, Bayu dan Yantri

mereka adalah penghuni kost yang menjadi teman setia di kosan dan menjadi

penghilang sedikit penat dan lelah selama kuliah.

10. Mba Rina, Mba Wita, Mas Rozi, dan Mba Nana yang telah memberikan banyak

pengalaman tentang hidup jauh dari orang tua, nasihat, semangat, do’a serta

mengajarkan penulis tentang arti sebuah persahabatan.

11. Melown, Idul, Junet, Rindem, dan Cumi adalah sahabatku yang selalu membantu,

memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Semua teman-teman seperjuangan kesmas 2005.

13. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, November 2009

Penulis

 

 

 

 

xiii 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iv HAK CIPTA ........................................................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... vi PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................................................... vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4

1. Masalah umum .................................................................................. 4 2. Masalah khusus .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1. Tujuan umum ..................................................................................... 5 2. Tujuan khusus .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 E. Ruang Lingkup ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ................................................ 7

1. Pengertian ISPA ................................................................................ 7 2. Klasifikasi ISPA ................................................................................ 7 3. Etiologi ISPA .................................................................................... 8 4. Cara penularan ISPA ......................................................................... 9 5. Pertolongan pertama penderita ISPA ................................................ 9 6. Pencegahan ISPA .............................................................................. 11

B. Sanitasi Fisik Rumah ............................................................................. 11 1. Pengertian rumah ............................................................................... 11 2. Ventilasi ............................................................................................. 13 3. Pencahayaan Alami ........................................................................... 15 4. Kelembaban ....................................................................................... 16 5. Lantai ................................................................................................. 16

xiv 

 

6. Dinding .............................................................................................. 17 7. Atap ................................................................................................... 17

C. Kerangka teori ........................................................................................ 18 D. Kerangka Konsep ................................................................................... 18 E. Hipotesis ................................................................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 20 B. Subjek Penelitian ................................................................................... 20 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20 D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 20

1. Populasi ............................................................................................. 20 2. Sampel ............................................................................................... 20

E. Variabel Penelitian ................................................................................. 23 F. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 23 G. Pengumpulan Data ................................................................................. 25

1. Jenis data ............................................................................................ 25 2. Sumber data ....................................................................................... 25 3. Cara pengumpulan data ..................................................................... 25 4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 26

H. Jalannya Penelitian ................................................................................. 26 I. Pengolahan data ..................................................................................... 27 J. Analisis Data .......................................................................................... 27

1. Analisis univariat ............................................................................... 27 2. Analisis bivariat ................................................................................. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 28 B. Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 30 C. Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA ................... 40 B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA . 41 C. Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA ............. 41 D. Hubungan antara Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA ....................... 42 E. Hubungan antara Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA .................... 43 F. Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian ISPA ......................... 44 G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 46 B. Saran ....................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xv 

 

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008 ................... 30

2 Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008 ........................ 30

3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan

Pendapatan ................................................................................................ 31

4 Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo ...... 32

5 Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah

Responden di Desa Cepogo ...................................................................... 32

6 Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa ....

Cepogo ...................................................................................................... 33

xvi 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Teori Penelitian ......................................................................... 18

2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 18

3 Grafik hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA .............. 34

4 Grafik hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA 35

5 Grafik hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA ........ 36

6 Grafik hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA ................... 37

7 Grafik hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA ................ 38

8 Grafik hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA ..................... 39

xvii 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuisioner penelitian

2. Pedoman Observasi Sanitasi Fisik Rumah

3. Hasil Pengolahan Data

4. Hasil Analisis

5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian

6. Peta Desa Cepogo

7. Dokumentasi Penelitian

xviii 

 

DAFTAR SINGKATAN

AC : Air Conditioner

ARI : Acute Respiratory Infections

DOV : Definisi Operasional Variabel

IR : Incidence Rate

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas

KK : Kartu Keluarga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPAL : Sarana Pembuangan Air Limbah

SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional

TBC : Tuberculosis

WHO : World Health Organization 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di

Indonesia masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun mencapai

260.000 balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara

1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak

lima dari 1000 balita, salah satu penyebab ISPA pada balita yaitu sanitasi rumah

yang tidak sehat (Supraptini, 2006). Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) tahun 2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga

kategori yaitu kategori baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase

rumah sehat di Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8%

dan kategori kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari

kategori rumah sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga rumah

sehat di Indonesia belum tercapai (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Boyolali (2006), rumah penduduk di

Boyolali dapat dibedakan berdasarkan sifat bahannya yaitu yang terbuat dari batu

atau gedung permanen sebanyak 6146 rumah, terbuat dari setengah batu atau

semi permanen sebanyak 2399 rumah, terbuat dari kayu atau papan sebanyak

989 rumah, dan terbuat dari bambu 3187 rumah. Berdasarkan data tersebut

rumah penduduk Kabupaten Boyolali masih banyak yang berkategori rendah, hal

ini dapat memicu timbulnya penyakit ISPA (Dinas Kesehatan dan Sosial

Boyolali, 2007).

 

 

 

Desa Cepogo merupakan desa yang terletak di dataran tinggi dengan

ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Mata pencaharian masyarakat di

desa tersebut rata-rata bertani dan berternak sapi. Kondisi fisik rumah di desa

tersebut yang berdinding bambu sebanyak 314 rumah, berdinding kayu 290

rumah, berdinding semi permanen 674 rumah, dan permanen 320 rumah.

Berdasarkan profil Puskesmas Cepogo (2006), angka kejadian ISPA di Desa

Cepogo sebanyak 1.053 kasus yang di dominasi pada golongan umur satu

sampai 59 bulan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1,09% dan tahun 2007

sebanyak 898 kasus yang didominasi pada umur satu sampai empat tahun

dengan IR 1,99%. Pada tahun 2008 kasus ISPA sebanyak 1092 kasus

sedangkan tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli ISPA sebanyak

203 kasus (Kelurahan Cepogo 2007; Puskesmas Cepogo 2007-2009).

Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang luas ventilasinya tidak

memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah,

hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam

rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di

dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi juga menyebabkan peningkatan

kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit,

oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang

baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA.

Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan angka kejadian

penyakit menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa hal yang dapat

mempengaruhi kejadian penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah,

 

 

 

kebersihan rumah, kepadatan penghuni dan pencemaran udara dalam rumah

(Iswarini dan Wahyu, 2006). Selain itu juga faktor kepadatan penghuni,

ventilasi, suhu dan pencahayaan (Ambarwati dan Dina, 2007).

Menurut Ranuh (1997), rumah yang jendelanya tidak memenuhi

persyaratan menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan

baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok dapat terkumpul dalam rumah, bayi

dan anak yang sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah

terserang ISPA. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang

terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam

rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA. Berdasarkan hasil

penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), diketahui bahwa ada hubungan yang

bermakna antara ventilasi, pencahayaan dan kepadatan penghuni dengan

kejadian ISPA pada balita.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 13-14 September

2008, perilaku dan pengetahuan ibu tentang ISPA dibagi menjadi tiga kategori

dengan menggunakan metode hanlon kuantitatif yang meliputi kategori baik

antara 60-100%, kategori kurang baik antara 30-50% dan kategori tidak baik

kurang dari 30%. Pengetahuan ibu tentang ISPA sebanyak 73,1% dan perilaku

ibu sebanyak 86%, sehingga pengetahuan dan perilaku ibu tentang ISPA di

Desa Cepogo baik, sedangkan kasus ISPA tahun 2009 dari bulan Januari

sampai bulan Juli masih banyak yaitu 203 kasus. Berdasarkan uraian hasil

survei pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah,

 

 

 

pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah dengan

kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali.

B. Perumusan Masalah

1. Masalah umum

Apakah ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian

ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali ?

2. Masalah khusus

a. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA

pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?

b. Apakah ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan

kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali?

c. Apakah ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian

ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali?

d. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada

balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?

e. Apakah ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA

pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?

f. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada

balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?

 

 

 

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan

kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA

pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

b. Mengetahui hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan

kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali.

c. Mengetahui hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian

ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali.

d. Mengetahui hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada

balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

e. Mengetahui hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA

pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

f. Mengetahui hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada

balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

 

 

 

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat yang mempunyai balita yang menderita ISPA tentang

pentingnya menjaga kondisi fisik rumah seperti ventilasi yang memenuhi

standar, pencahayaan yang cukup, kelembaban yang cukup, lantai,

dinding, dan atap rumah yang baik.

2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo

Memberikan informasi agar dapat dijadikan pedoman dalam

pengambilan kebijakan pada program kepedulian pada balita yang terkena

ISPA.

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

misalnya mengenai hubungan antara asap dapur di rumah dengan kejadian

ISPA pada balita.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada hubungan

sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban,

lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa

Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

1. Pengertian ISPA

Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran

pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai

dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga

(otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis).

Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan

sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi

penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan

tidak segera ditangani.

2. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan

golongannya umur yaitu :

a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang

tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).

b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan

golongan umur yaitu:

 

1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali

permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit

untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan

sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan

frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk

usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast

breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam

(servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali

permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60

kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada

tanpa nafas cepat.

3. Etiologi ISPA

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab

ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,

Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain

 

golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2000).

4. Cara penularan

ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air

conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi

virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan

epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga

terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada

sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus

yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan

bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus (WHO, 2008).

5. Pertolongan pertama penderita ISPA

Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal

yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita

ISPA yaitu :

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi

dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua

bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari

empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya,

tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

10 

 

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain

dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya

ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit

tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika

terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,

selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e. Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung

pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat

tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila

selama perawatan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan

untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

11 

 

mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan

setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang.

6. Pencegahan ISPA

Menurut Benih (2008), pencegahan ISPA ada empat yaitu :

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik

b. Melakukan immunisasi

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

B. Sanitasi Fisik Rumah

1. Pengertian rumah

Menurut Notoatmodjo (2003), rumah adalah bangunan yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut

Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi

kriteria yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang

gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

12 

 

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, dan cukup sinar matahari pagi.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang

tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat

penghuninya jatuh tergelincir.

Menurut Dinkes (2005), rumah sehat adalah proporsi rumah yang

memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari

tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-

masing parameter adalah sebagai berikut :

1) Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding,

lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana

pembuangan asap dapur, dan pencahayaan.

2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban

(sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan

sarana pembuangan sampah.

3) Perilaku

Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang

menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan

13 

 

sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia

(Azwar, 1990). Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu,

kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, konstruksi bangunan

rumah, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia,

dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka

kesakitan penyakit menular, terutama ISPA. Lingkungan perumahan sangat

berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA (Azwar, 1990).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf

kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit

dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak

sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika

kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan

rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di

lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat

kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun

berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

2. Ventilasi

Menurut Sukar (1996), ventilasi adalah proses pergantian udara segar ke

dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara

alamiah maupun buatan. Berdasarkan kejadianya ventilasi dibagi menjadi dua

yaitu:

14 

 

a. Ventilasi alamiah

Ventilasi alamiah berguna untuk mengalirkan udara di dalam

ruangan yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang

angin. Selain itu ventilasi alamiah dapat juga menggerakan udara sebagai

hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai.

b. Ventilasi buatan

Ventilasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis

maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin,

exhauster dan AC.

Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai

berikut:

1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai

ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan

ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi

10% dari luas lantai ruangan.

2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau

pabrik, knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.

3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang

ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai

terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat,

dan lain-lain.

15 

 

Menurut Dinata (2007), secara umum penilaian ventilasi rumah

dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan

luas lantai rumah, dengan menggunakan rollmeter. Berdasarkan

indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat

kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah

dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang

dari 10% dari luas lantai rumah.

3. Pencahayaan Alami

Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-

bakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan

TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya

yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%

sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah (Azwar,

1990). Pencahayaan alami menurut Suryanto (2003), dianggap baik jika

besarnya antara 60–120 lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari

120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu

diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan

tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai

ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun

harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari

16 

 

lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-

tengah tinggi dinding (tembok).

4. Kelembaban

kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya

tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan

hidup bakteri. Menurut Suryanto (2003), kelembaban dianggap baik jika

memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.

Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak

lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga

kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara

tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki

peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins,

2002).

5. Lantai

Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena

lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk

perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah

lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap

air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu diplester dan akan

17 

 

lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Ditjen

PPM dan PL, 2002).

6. Dinding

Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah

di daerah tropis khususnya di pedesaan banyak yang berdinding papan, kayu

dan bambu. Hal ini disebabkan masyarakat pedesaan perekonomiannya

kurang. Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu

dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang berkelanjutan seperti ISPA,

karena angin malam yang langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding

mempengaruhi terjadinya ISPA, karena dinding yang sulit dibersihkan akan

menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik

bagi berkembangbiaknya kuman (Suryanto , 2003).

7. Atap

Salah satu fungsi atap rumah yaitu melindungi masuknya debu dalam

rumah. Atap sebaiknya diberi plafon atau langit-langit, agar debu tidak

langsung masuk ke dalam rumah (Nurhidayah, 2007). Menurut Suryanto

(2003), atap juga berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya alamiah dengan

menggunakan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana,

yaitu dengan melubangi genteng, biasanya dilakukan pada waktu

pembuatannya, kemudian lubang pada genteng ditutup dengan pecahan kaca.

18 

 

C. Kerangka Teori

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Sanitasi fisik Rumah :

1. Ventilasi 2. Pencahayaan alami 3. Kelembaban 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap

Gambar 2. Kerangka Konsep

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

Variabel Terikat

Kejadian ISPA pada balita

Rumah 1. Ventilasi 2. Pencahayaan

alami 3. Kelembabaan 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap

Status Ekonomi masyarakat

Sanitasi Fisik Rumah Kejadian

ISPA

19 

 

2. Ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada

balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

3. Ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa

Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa

Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa

Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari

hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati

status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi

tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).

B. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya

terdapat balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo, Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali dan di laksanakan pada bulan Agustus 2009.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah semua kartu keluarga (KK) yang

mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo,

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang berjumlah 426 KK

2. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian KK yang mempunyai balita

berusia nol sampai lima tahun.

 

 

21 

 

a. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari (1990) dalam

Murti (2006) sebagai berikut :

Jadi sampel yang diambil sebanyak 62 responden.

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

P : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada

populasi (95%)

q : 1-p

Z1-α/2 : Statistik Z (Z = 1,96 untuk α = 0,05)

d : Delta presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di

kedua sisi proporsi (±5%).

b. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah cluster

random sampling yaitu suatu pencuplikan di mana unit pencuplikan

 

 

22 

 

adalah kelompok (misalnya dukuh atau rumah tangga) bukan individu

dan klaster yang dipilih secara random dari populasi (Murti, 2006).

Karena pencuplikan sampel adalah cluster random sampling dengan

jumlah sampel 62 responden, maka sampel akan dibagi menjadi 16

klaster. Jumlah klaster diambil dari jumlah rukun warga (RW) yang

masing-masing klaster terdiri dari tiga sampai empat responden.

c. Kriteria inklusi atau kriteria subjek yang memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian ini adalah :

1) Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan

memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Cepogo.

2) Mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam setiap KK

3) Bersedia menjadi responden.

d. Kriteria eksklusi atau kriteria subjek yang tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian ini adalah :

1) Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan

tidak memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Cepogo.

2) Tidak mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam

setiap KK

3) Tidak bersedia menjadi responden.

 

 

23 

 

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi fisik rumah yang

meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan

atap rumah.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian ISPA pada

balita.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Ventilasi merupakan lubang angin untuk proses pergantian udara segar

ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup

secara alamiah maupun buatan. Dengan kategori :

1) Baik (≥10% dari luas lantai)

2) Tidak baik (<10% dari luas lantai)

Skala : nominal

b. Pencahayaan alami merupakan penerangan rumah secara alami oleh

sinar matahari untuk mengurangi kelembaban dan membunuh bakteri

penyebab ISPA. Dengan kategori :

1) Baik (60-120 lux)

2) Tidak baik (<60 lux atau >120 lux)

Skala : nominal

 

 

24 

 

c. Kelembaban merupakan kandungan uap air yang dapat dipengaruhi

oleh sirkulasi udara dalam rumah dan pencahayaan yang masuk dalam

rumah. Dengan kategori :

1) Baik (40-70%)

2) Tidak baik (<40% atau >70%))

Skala : nominal

d. Lantai merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk melengkapi

sebuah rumah. Dengan kategori :

1) Baik : kedap air dan tidak lembab (kramik dan ubin)

2) Tidak baik : menghasilkan debu dan lembab (semen dan tanah)

Skala : nominal

e. Dinding merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk

mendirikan sebuah rumah. Dengan kategori :

1) Baik : Permanen atau tembok

2) Tidak baik : semi permanen, bambu dan kayu atau papan

Skala : nominal

f. Atap merupakan salah satu bahan bangunan rumah yang berfungsi

untuk melindungi agar debu tidak langsung masuk ke dalam rumah.

Dengan kategori :

1) Baik : Genting dan menggunakan langit-langit

2) Tidak baik : asbes atau seng dan tidak menggunakan langit-langit

Skala : nominal

 

 

25 

 

2. Variabel terikat

Kejadian ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan atas pada

balita usia nol sampai lima tahun yang di tandai dengan batuk pilek,

demam, sakit telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis),

yang terjadi pada saat ini atau enam bulan yang lalu dari bulan februari

sampai bulan juni di Desa Cepogo. Dengan kategori :

1) Pernah

2) Tidak pernah

Skala : nominal

G. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi

ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap.

2. Sumber data

a. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung

kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara semi

terstruktur, observasi dan pengukuran dilakukan pada sanitasi fisik

rumah.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti

dinas kesehatan kabupaten atau kota, puskesmas serta kantor kepala

 

 

26 

 

desa yang meliputi data jumlah kasus, gambaran umum lokasi

penelitian dan data demografi.

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan

pengukuran. Wawancara secara langsung ditujukan kepada ibu yang

memiliki balita dengan menggunakan pedoman wawancara semi

terstruktur, observasi dan pengukuran mengenai sanitasi fisik rumah

dilakukan dengan menggunakan peralatan untuk mengukur luas ventilasi,

pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,

pedoman observasi, formulir isian pengukuran, rollmeter, luxmeter,

hygrometer atau psychrometer sling, dan alat tulis.

Cara menggunakan luxmeter dalam pengukuran pencahayaan alami

rumah yaitu dengan mengukur pada setiap bagian ruangan yang akan

diukur melalui lima titik pada ruangan yang diukur dan hasilnya dirata-

rata. Cara menggunakan sling psychrometer sling untuk mengukur

kelembaban rumah yaitu dengan memutarkan alat dan mengitari ruangan

yang akan diukur, dan dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya dirata-

rata.

H. Jalannya Penelitian

Peneliti mengadakan survei awal ke Puskesmas Cepogo untuk meminta

ijin mencari data Desa dengan jumlah kasus ISPA selama 3 tahun terakhir.

 

 

27 

 

Kemudian datang ke kantor Kelurahan Cepogo untuk mencari data monografi,

dan datang ke Posyandu pada setiap dusun untuk mencari data jumlah KK

yang mempunyai balita. Penelitian dilakukan dengan mengadakan observasi

langsung pada lantai, dinding dan atap rumah, sedangkan pengukuran

langsung pada ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban rumah.

I. Pengolahan Data

Menurut Budiarto (2001), kegiatan dalam proses pengolahan data

meliputi editing, coding, entry, dan tabulating data.

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data.

3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data.

J. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program

SPSS 11. Analisis data meliputi :

1. Analisis univariat

Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan untuk

menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing, baik variabel bebas

 

 

28 

 

(independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik

responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square

dengan rumus :

Keterangan :

x² : chi square

O : frekuensi observasi

E : frekuensi harapan

Menurut Budiarto (2001), dasar pengambilan keputusan

penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% :

a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

b. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan geografis

Desa Cepogo memiliki luas wilayah 3.372.930 Ha dengan jumlah

penduduk 6.802 orang dan kepadatan penduduk 500 Km/jiwa. Dilihat dari

topografi, Desa Cepogo termasuk wilayah dataran tinggi dengan suhu

udara rata-rata 20°C. Adapun batas wilayah Desa Cepogo sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo.

b. Sebelah timur : Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo.

c. Sebelah selatan : Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo dan Desa

Mliwis, Kecamatan Cepogo.

d. Sebelah barat : Desa Genting, Kecamatan Cepogo.

2. Keadaan demografi

Desa Cepogo terdiri dari 6.802 jiwa dengan perincian penduduk

laki-laki sebanyak 3.378 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.424

jiwa. Data mengenai tingkat pendidikan penduduk di Desa Cepogo

disajikan pada Tabel 1, sedangkan data mengenai mata pencaharian

penduduk di Desa Cepogo disajikan pada Tabel 2.

29 

 

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang %

1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 3924 57,7 2. Tamat SD 1820 26,8 3. Tamat SMP 639 9,4 4. Tamat SMA 339 5 5. Tamat Perguruan tinggi 80 1,1 Total 6802 100

Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.

Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

penduduk Desa Cepogo adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD (Sekolah

Dasar) yaitu sebanyak 3.924 orang (57,7%) dan paling sedikit tamat perguruan

tinggi sebanyak 80 orang (1,1%).

Tabel 2. Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah Orang %

1. Peternak 2163 45,8 2. Petani 1626 34,4 3. Swasta 713 15,1 4. Buruh 162 3,4 5. PNS 62 1,3 Total 4726 100

Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.

Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cepogo

bekerja sebagai peternak sebanyak 2.163 orang (45,8%) dan paling sedikit PNS

sebanyak 62 orang (1,3%).

30 

 

B. Hasil Analisis Univariat

Berdasarkan tabulasi data skor hasil kuisioner diperoleh gambaran data tiap

variabel yang disajikan pada Tabel 3, sedangkan gambaran data mengenai

perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah di Desa Cepogo disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan

Karakteristik Jumlah Orang %

Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD 15 24,2 Tamat SD 30 48,4 Tamat SMP 8 12,9 Tamat SMA 4 6,5 Tamat perguruan tinggi 5 8,1

Pekerjaan Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 27 43,5 Petani 13 21 Buruh 10 16,1 Swasta 12 19,4 PNS 0 0

Pendapatan < Rp. 250.000,- 9 14,5 Rp. 250.000,- sampai Rp. 500.000,- 38 61,3 > Rp. 500.000,- 15 24,2 Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar

adalah tamat SD sebanyak 30 orang (48,4%) dan paling sedikit tamat SMA

sebanyak empat orang (6,5%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah

tangga atau tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%) dan paling sedikit buruh

yaitu 10 orang (16,1%). Sedangkan pendapatan responden tiap bulan sebagian

31 

 

besar antara 250.000 rupiah sampai 500.000 rupiah sebanyak 38 orang (61,3%)

dan paling sedikit kurang dari 250.000 rupiah sebanyak 9 orang (14,5%).

Tabel 4. Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo

Perilaku Orang % Baik 54 87,1 Tidak baik 8 12,9

Total 62 100 Tabel 4, menunjukkan bahwa perilaku responden terhadap sanitasi fisik

rumah sebagian besar termasuk kategori baik, yaitu sebanyak 54 orang (87,1%).

1. Kondisi Sanitasi Fisik Rumah

a. Ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban

Kondisi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah dan kelembaban

rumah responden disajikan pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah Responden di Desa Cepogo

Variabel Rumah % Ventilasi

Baik 23 37,1 Tidak baik 39 62,9

Pencahayaan alami Baik 27 43,5 Tidak baik 35 56,5

Kelembaban Baik 44 71 Tidak baik 18 29

Tabel 5, menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden sebagian

besar termasuk kategori tidak baik sebanyak 39 rumah (37,1%).

Pencahayaan alami rumah responden sebagian besar termasuk kategori

32 

 

tidak baik sebanyak 35 rumah (56,5%). Sedangkan kelembaban rumah

responden sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 44 rumah

(71%).

b. Lantai, Dinding dan Atap Rumah

Konstruksi rumah responden yang meliputi lantai, dinding dan atap

disajikan pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa Cepogo

Variabel Rumah % Lantai

Memenuhi syarat 29 46,8 Tidak Memenuhi syarat 33 53,2

Dinding Memenuhi syarat 28 45,2 Tidak Memenuhi syarat 34 54,8

Atap Memenuhi syarat 34 54,8 Tidak Memenuhi syarat 28 45,2

Tabel 6, menunjukkan bahwa lantai rumah responden sebagian besar

tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (53,2%). Dilihat dari dinding

rumah sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak 34 rumah (54,8%).

Sedangkan dilihat dari atap rumah sebagian besar memenuhi syarat

sebanyak 34 rumah (54,8%).

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mencari besar hubungan pada masing-masing

variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square.

33 

 

1. Pola hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA

a. Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA

Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA

disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut :

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan

Kejadian ISPA

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa ventilasi rumah yang

tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih

banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi

rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,046).

b. Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA

34 

 

Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian

ISPA disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut :

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah

dengan Kejadian ISPA

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa pencahayaan alami

rumah yang tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA

lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara

pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,001).

c. Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA

Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA

disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut :

35 

 

Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan

Kejadian ISPA

Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa kelembaban rumah

yang baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih banyak.

Hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban

rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,883).

36 

 

d. Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA

Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA

disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut :

Gambar 6. Grafik Hubungan antara Lantai Rumah dengan

Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa lantai rumah yang

tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena

ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan

antara lantai rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,025).

e. Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA

Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA

disajikan pada Gambar 7 sebagai berikut :

37 

 

Gambar 7. Grafik Hubungan antara Dinding Rumah dengan

Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa dinding rumah yang

tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena

ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan

antara dinding rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,00).

f. Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA

Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA disajikan

pada Gambar 8 sebagai berikut :

38 

 

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian

ISPA

Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa atap rumah yang

tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena

ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan

antara atap rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,026). 

 

 

 

 

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan

nilai p (0,046) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat

hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Hasil

ini sejalan dengan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), di Desa

Penjaringan Sari, yang menyimpulkan bahwa ventilasi rumah di Desa

Penjaringan Sari rata-rata tidak di buka pada siang hari. Responden yang

terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah yang baik sebanyak 10 rumah

(16,1%) dan ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%),

sedangkan responden yang tidak terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah

yang baik sebanyak 13 rumah (21%) dan ventilasi rumah yang tidak baik

sebanyak 12 rumah (19,4%). Hal ini disebabkan karena ventilasi atau jendela

pada rumah responden rata-rata tidak dibuka dan masih banyak jendela pada

rumah responden berbahan kaca yang tidak bisa dibuka, sehingga proses

pertukaran udara pada rumah tidak lancar.

Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan

mudah masuk ke dalam rumah sehingga kejadian ISPA akan semakin

berkurang. Sedangkan ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan

kelembaban tinggi dan membahayakan kesehatan sehingga kejadian ISPA

akan semakin bertambah (Krieger dan Higgins, 2002).

 

 

41 

 

B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,

didapatkan nilai p (0,001) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian

terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah dengan

kejadian ISPA. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini

(2005), di Desa Sidomulyo Sidoarjo, yang menyimpulkan bahwa pencahayaan

alami pada rumah di pengaruhi oleh ventilasi atau jendela rumah yang tidak di

buka pada siang hari. Responden yang terkena ISPA mempunyai pencahayaan

alami rumah yang baik sebanyak 10 rumah (16,1%) dan pencahayaan alami

rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%), sedangkan responden

yang tidak terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik

sebanyak 17 rumah (27,4%) dan pencahayaan alami rumah yang tidak baik

sebanyak 8 rumah (12,9%). Hal ini disebabkan karena jendela kurang luas dan

jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan

rumah menghadap ke arah barat dan utara. Cahaya matahari penting, karena

selain dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah juga

mengurangi kelembaban ruangan dalam rumah (Azwar, 1990).

C. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,

didapatkan nilai p (0,883) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban rumah dengan

 

 

42 

 

kejadian ISPA. Responden yang terkena ISPA mempunyai kelembaban rumah

yang baik sebanyak 26 rumah (41,9%) dan kelembaban rumah yang tidak baik

sebanyak 11 rumah (17,7%), sedangkan responden yang tidak terkena ISPA

mempunyai kelembaban rumah yang baik sebanyak 18 rumah (29%) dan

kelembaban rumah yang tidak baik sebanyak 7 rumah (11,3%). Hal ini

kelembaban rumah dipengaruhi oleh ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak

(43,5%), lantai yang tidak kedap air dan menghasilkan debu, sebanyak

(38,7%). Rumah yang lembab memungkinkan tikus dan kecoa membawa

bakteri dan virus yang semuanya dapat berperan dalam memicu terjadinya

penyakit pernafasan dan dapat berkembang biak dalam rumah (Krieger dan

Higgins, 2002). Menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara dalam

rumah menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab

ISPA.

D. Hubungan lantai rumah dengan kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan

nilai p (0,025) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat

hubungan yang signifikan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini

mendukung hasil penelitian Toanabun (2003) yang mengadakan penelitian di

Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil

penelitian menunjukkan bahwa lantai rumah rata-rata di Desa Tual memakai

jenis lantai semen dan tanah. Responden yang terkena ISPA mempunyai lantai

rumah yang memenuhi syarat sebanyak 13 rumah (21%) dan lantai rumah

 

 

43 

 

yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 rumah (38,7%), sedangkan

responden yang tidak terkena ISPA mempunyai lantai rumah yang memenuhi

syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan lantai rumah yang tidak memenuhi

syarat sebanyak 9 rumah (14,5%). Hal ini disebabkan karena lantai rumah

responden rata-rata berupa lantai semen dan tanah, sehingga pada saat musim

kemarau akan menghasilkan debu. Lantai yang terbuat dari semen rata-rata

sudah rusak dan tidak kedap air, sehingga lantai menjadi berdebu dan lembab.

Lantai yang baik harus kedap air, tidak lembab, bahan lantai mudah

dibersihkan dan dalam keadaan kering dan tidak menghasilkan debu (Ditjen

PPM dan PL, 2002).

E. Hubungan dinding rumah dengan kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan

nilai p (0,00) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat

hubungan yang signifikan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA.

Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di Desa

Cepogo masih banyak yang berdinding bambu, papan atau kayu yaitu

sebanyak 4176 rumah (Dinas Kesehatan dan Sosial Boyolali, 2007).

Responden yang terkena ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi

syarat sebanyak 5 rumah (8,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi

syarat sebanyak 32 rumah (51,6%), sedangkan responden yang tidak terkena

ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi syarat sebanyak 23 rumah

 

 

44 

 

(37,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 rumah

(3,2%). Hal ini disebabkan karena penghasilan keluarga yang kurang.

Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu

dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam

rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA disebabkan karena

dinding yang sulit dibersihkan dan menyebabkan penumpukan debu pada

dinding, sehingga dinding akan dijadikan sebagai media yang baik bagi

berkembangbiaknya kuman (Suryanto, 2003).

F. Hubungan atap rumah dengan kejadian ISPA

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara

atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan

nilai p (0,026) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat

hubungan yang signifikan antara atap rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian Toanabun (2003), yang mengadakan penelitian

di Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil

penelitian menunjukkan bahwa atap rumah rata-rata di Desa Tual memakai

atap genting dan tidak diberi langit-langit, sehingga debu yang langsung

masuk ke dalam rumah mengganggu saluran pernafasan pada balita yang ada

di desa tersebut. Responden yang terkena ISPA mempunyai atap rumah yang

memenuhi syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan atap rumah yang tidak

memenuhi syarat sebanyak 21 rumah (33,9%), sedangkan responden yang

tidak terkena ISPA mempunyai atap rumah yang memenuhi syarat sebanyak

18 rumah (29%) dan atap rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 7

 

 

45 

 

rumah (11,3%). Hal ini disebabkan karena atap rumah umumnya

menggunakan genting dan tidak memakai langit-langit karena keterbatasan

biaya pada keluarga responden. Atap rumah yang baik menggunakan genting

dan diberi langit-langit atau plafon agar debu tidak langsung masuk ke dalam

rumah (Nurhidayah, 2007).

G. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu berdasarkan teori kesehatan,

seseorang dapat terkena penyakit ISPA tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi

sanitasi fisik rumah namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya

status gizi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, berat badan lahir rendah,

polusi asap rokok, polusi asap dapur, dan kepadatan hunian namun pada

penelitian ini tidak dapat meneliti faktor-faktor tersebut.

 

 

 

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

2. Ada hubungan antara pencahayaan alami pada rumah dengan kejadian

ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali.

3. Tidak ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA

pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

B. Saran

1. Bagi masyarakat

a. Hendaknya masyarakat mempunyai kebiasaan untuk membuka jendela

setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan cahaya matahari dapat

masuk ke dalam rumah, sehingga dapat mengurangi kelembaban.

 

 

47 

 

b. Hendaknya masyarakat menjaga kebersihan rumah seperti menyapu

lantai, mengepel lantai dan membersihkan debu-debu yang menempel

pada dinding dan lantai rumah, agar tidak dijadikan tempat

perkembangbiakkan kuman.

2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo

a. Agar meningkatkan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian ISPA

melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai

pentingnya sanitasi fisik rumah yang sehat.

b. Hendaknya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang ISPA

kepada setiap ibu misalnya pada acara pertemuan posyandu.

3. Bagi peneliti lain

Untuk peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan

menambahkan variabel kepadatan penghuni rumah, suhu rumah dan polusi

udara dalam rumah (asap rokok atau asap dapur) pengaruhnya terhadap

kejadian ISPA.

DAFTAR PUSATAKA

Ambarwati dan Dina, 2007. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah Susun

(Kepadatan Penghuni, Ventilasi, Suhu, Kelembaban, dan Penerangan Alami) dengan Kejadian Penyakit ISPA. Abstrak Penelitian. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008 ambarwatid-6250&PHPSESSID=4e8c75dbb69c76fe85d1f25545d23762

Anonim, 2008. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan

Pneumonia pada Balita. Diakses : 18 Oktober 2008. http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/12/klasifikasi-ispa-pada-balita/

Azwar, A., 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara. Benih, C., 2008. Penanggulangan dan Pengobatan ISPA. Diakses : 09 Desember

2008. http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran pernapasan-akut-penanggulangan-dan-pengobatannya.html

Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC. Depkes RI, 2000. Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat. Dewa dan Daru, 2001. Hubungan Perawatan di Rumah terhadap Perubahan

Status ISPA Bukan Pneumonia menjadi Pneumonia di Kabupaten Kotabaru. Diakses : 09 Desember 2008. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001 dewa2c-2441-iapa&q=kejadian

Dinata, A., 2007. Aspek Teknis dalam Penyehatan Rumah. Diakses : 09 Desember 2008. http://miqrasehat.blogspot.com/2007/07/aspek-teknis-dalam-penyeh atan-rumah.html

Dinkes, 2005. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diakses : 10 Januari 2009.

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/04/infeksi-saluran-pernafa san-akut-ispa.html

Dinkes dan Sosial Boyolali, 2007. Profil Kesehatan Boyolali Tahun 2006.

Boyolali: DKS Boyolali. Ditjen PPM dan PL, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta:

Departemen Kesehatan R. I.

Iswarini dan Wahyu, D., 2006. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah, Kebersihan Rumah, Kepadatan Penghuni, dan Pencemaran Udara dalam Rumah dengan Keluhan Penyakit ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-iswarinidi-2501&PHPSESSID=0629b7ba39f6f4430c9571ce837f55fa

Kelurahan Cepogo, 2007. Data Monografi Kelurahan Cepogo Kecamatan Cepoga Kabupaten Boyolali. Boyolali.

Khaidirmuhaj, 2008. Pengertian ISPA dan Pneumonia. Diakses : 10 Januari 2009.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Menurut+Khaidirmuhaj+2008+ISPA+dapat+dikelompokkan+ISPA+berdasarkan+golongan+umur&meta=

Kothari, C. R., 1990. Research Methodology Methods and Techniques. New

Delhi: Wiley Eastern Limited. Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public

Health Action. Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. ________, 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nindya, T. S. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan

Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf

Notoatmodjo, S., 2003a. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ____________, 2003b. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Rineka Cipta. Nurhidayah, I., 2007. Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan

Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan Bandung.

Puskesmas Cepogo, 2007. Profil Puskesmas Tahun 2006. Boyolali. _______________, 2008. Profil Puskesmas Tahun 2007. Boyolali. _______________, 2009. Profil Puskesmas Tahun 2008. Boyolali.

Ranuh, I. G. N., 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.

Sukar, 1996. Pengaruh Kualitas Lingkungan dalam Ruang terhadap ISPA

Pnemonia. Bandung: Buletin Penelitian Kesehatan.

Supraptini, 2006. Gambaran Rumah Sehat di Indonesia. Diakses : 10 Januari 2009. http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=52&prang=Supraptini

Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2004. Modul Kesehatan dan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan

Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Taylor, V., 2002. Health Hardware for Housing for Rural and Remote Indigenous

Communities. Australia: Central Australian Division of General Practice. Toanabun, A. H., 2003. Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku

Penduduk terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Anak Balita di Desa Tual Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku. Skripsi. Surabaya : Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Yusup, N. A. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik

dengan Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-02.pdf

World Health Organization. 2008. Pencegahan dan Pengendalian ISPA di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diakses : 14 Desember 2008. http://www.who.int/csr/resources/publications/AMpandemicbahasa.pdf

 

LAMPIRAN

Lampiran 1 

 

KUISIONER

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nomor responden :

Nama :

Alamat :

Umur :

B. DATA SOSIAL EKONOMI

1. Pendidikan :

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Perguruan Tinggi

2. Pekerjaan :

a. Tidak bekerja

b. Petani

c. Buruh

d. Swasta

e. PNS

f. Lain-lain………………......

3. Penghasilan keluarga tiap bulan:

a. Kurang dari Rp. 250.000

b. Rp. 250.000-500.000

c. Lebih dari Rp. 500.000

4. Apakah balita ibu saat ini atau 6 bulan yang lalu dari bulan Februari-Juli

pernah menderita ISPA dengan gejala batuk pilek, sakit tenggorokan dan

sakit telinga ?

a. Pernah b. Tidak pernah

C. PERILAKU TERHADAP RUMAH

1. Setelah ibu mengetahui ISPA, apakah ibu melakukan pencegahan dini

seperti menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan rumah ? a. Ya b. Tidak

Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................

..................................................................................................................... 2. Apakah ibu membersihkan rumah setiap hari seperti mengepel lantai,

menyapu lantai yang kotor dsb? a. Ya b. Tidak

Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................

.....................................................................................................................

3. Berapa kali ibu membersihkan rumah dalam sehari ? a. Sekali dalam sehari b. >1 x dalam sehari

4. Apakah di rumah ibu ventilasi rumah atau jendela rumah selalu dibuka setiap hari ? a. Ya b. Tidak

Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................

...................................................................................................................... 5. Apakah ibu menggunakan anglo untuk menghangatkan badan saat tidur ?

a. Ya b. Tidak 6. Apakah anak ibu sering tertidur di lantai saat bermain atau nonton TV ?

a. Ya b. Tidak Jika ya, apa tindakan ibu !............................................................................. ........................................................................................................................

Lampiran 1 

 

PEDOMAN OBSERVASI SANITASI FISIK RUMAH

1. Ventilasi rumah :

a. Ada b. Tidak ada

Jika ada memenuhi syarat atau tidak ?

………………………………………

2. Pencahayaan rumah :

a. Baik b. Tidak baik

3. Kelembaban rumah :

a. Baik b. Tidak baik

4. Bahan lantai rumah :

a. keramik/ubin

b. Semen

c. Tanah

5. Bahan dinding rumah :

a. Permanen/batu

b. Semi permanen/setengah batu

c. Kayu/bambu/papan

6. Bahan atap rumah :

a. Genting b. Asbes/seng

7. Plafon/langit-langit :

a. Ada b. Tidak ada

8. Jika ada langit-langit :

a. Seluruh ruangan b. sebagian ruangan

9. Kondisi di dalam rumah :

a. Berdebu b. Tidak berdebu

Lampiran 2 

Lampiran 3

LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil1 Dwi Lestari 1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 1x0.5 3x4 4.16% 5.2% 22 Narsih               0.5x2 6x8 2.17% ‐ ‐ ‐ 0.5x1 3x4 4.16% 3.2% 23 Yanti                0.2x4 4x6 3.33% 0.5x3.5 3x7 8.33% 0.5x1 2.5x3 6.66% 6.1% 24 Desi                 1x1.5 5x6 5.00% 0.5x2 4x6 4.16% 0.2x2 3x3 4.44% 4.5% 25 Tinah                1x2 4x8 6.25% 2x0.5 3x4 8.23% 1x0.8 2.5x3.5 9.14% 7.8% 26 Dewi                 1x1.5 3x4 12.50% 1x1.5 3x3 16.60% 1x1 2.5x3.5 13.50% 11.4% 17 Samiasih             1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 3x3 16.60% 1x1 2.5x4 10.00% 12.6% 18 Mi'ah                1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 5x6 5.00% 5.6% 29 Karniyah             0.5x2 7x8 1.80% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 4.7% 210 Tarisah              0.6x0.8 1x2 12.00% 1x1 2.5x3.5 11.40% 1x1.5 3x3 16.60% 13.3% 111 Anisa                1x1.5 5x8 3.75% 0.2x0.8 2x4 2.00% 0.8x1 3x4 6.67% 4.1% 212 Tini                 0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 0.2x0.3 3.5x4.5 0.38% 1.4% 213 Ruminah 2x2 3x4 33.30% 1x1.5 3x3 16.60% 0.8x2 2.5x3 21.30% 23.7% 114 Sriani               0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 0.2x0.8 2x4 2.00% 2.0% 215 Supriatin            1x1.5 4x7 5.35% 0.5x0.5 4x4 2.50% 0.3x1 3.5x4 2.14% 3.3% 216 Roliah               1.5x1.5 3x4 18.75% 1x2 2x6 16.70% 0.7x1.5 2x5 10.50% 15.3% 117 Darmi                0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 0.5x0.5 4x4 2.50% 2.3% 218 Surati               1.3x1 3x5 8.60% 0.8x0.9 3x4 6.00% 1.3x1 3x5 8.60% 7.7% 219 Warsini              1x1.5 4x7 5.35% 0.7x1 3x4 5.83% 0.2x0.8 2x4 2.00% 4.4% 220 Lestari              1x1.5 4x4 9.40% 1.3x1 3x5 8.60% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 8.8% 221 Marni                1x1.5 4x7 5.35% 0.8x1 3x4 6.67% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 6.8% 222 Tumi                 1x1.5 5x6 5.00% 1x2 4x8 6.25% 1x0.3 3x5 8.60% 6.6% 223 Sutini               1x1.5 3.5x4 10.70% 0.5x2 2.5x3 13.00% 1x1 2.5x4 10.00% 11.2% 124 Warsini              1x1.5 4x7 5.35% ‐ ‐ ‐ 2x0.5 3x4 8.33% 6.8% 225 Haryatun            1x1 2.5x3.5 11.40% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 2.5x4 15.00% 12.6% 126 Purwanti             0.5x2 7x8 1.80% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 0.7x1 3x4 5.83% 5.6% 227 Narsih               1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 7.7% 228 Yatmi                2x2 3x4 33.30% 1x1.5 2.5x4 15.00% 1x2 2x6 16.70% 21.7% 129 Nuryanti             0.7x1 3x4 5.83% 1x1.5 5x8 3.75% 1.3x1 3x5 8.60% 6.1% 230 Srirahayu            1x1.5 3.5x4 10.70% ‐ ‐ ‐ 0.5x2 2.5x3 13.00% 11.9% 131 Rina                 1x1 2.5x4 10.00% 1x1.5 3.5x4 10.70% 1x1.5 2.5x4 15.00% 11.9% 132 Erna                 0.6x0.8 2x2 12.00% 0.7x1.5 2x5 10.50% 0.5x2 2.5x3 13.00% 11.8% 1

HASIL PENGOLAHAN DATA

Rata² Kat

A. VENTILASI

No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur

LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil33 Dina                 2x0.5 3x4 8.33% ‐ ‐ ‐ 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 8.7% 234 Jamati               1x2 4x8 6.25% 0.2x2 3x4 3.33% 1x1.3 3x5 8.60% 6.1% 235 Evi                  0.5x2 6x8 2.08% 1x1.5 4x7 5.35% 0.7x1 3x4 5.83% 4.4% 236 Riyanti              1x1.5 8x8 2.34% ‐ ‐ ‐ 0.5x0.5 4x4 2.50% 2.4% 237 Farida               1x1.5 5x8 3.75% 1x1.5 4x4 9.40% 0.3x1 3.5x4 2.14% 5.1% 238 Tutik                1x1 2.5x3.5 11.40% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 3x4 12.50% 11.7% 139 Suprihatin          1.5x1.8 4x6 11.25% 2x2 3x4 33.30% 1.5x2.5 4x6 15.60% 20.1% 140 Parti                0.8x0.9 3x4 6.00% ‐ ‐ ‐ 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 7.2% 241 Puji                 1.5x1.5 3x4 18.75% 1x1.5 2.5x4 15.00% 1x2 2x6 16.70% 16.8% 142 Yasmiati             0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 1x1.3 3x5 8.60% 5.6% 243 Wiwik                1x2 4x8 6.25% 0.3x1 3.5x4 2.14% 0.5x0.5 4x4 2.50% 3.6% 244 Lina                 0.5x2 2.5x3 13.00% 1.5x2.5 4x6 15.60% 1x1.5 3x3 16.60% 15.1% 145 Sri L.               1.5x2.5 4x6 15.60% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1.5x1.8 4x6 11.25% 12.7% 146 Indah                2x0.5 3x4 8.33% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 6.9% 247 Nur                  1x1.5 5x6 5.00% 1x2 4x8 6.25% 2x0.5 3x4 8.33% 6.5% 248 St. Rohani          1.5x2.5 4x6 15.60% ‐ ‐ ‐ 1x1 2.5x3.5 11.40% 13.5% 149 Ninik                1x1.5 4x7 5.35% 2x0.5 3x4 8.33% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 7.4% 250 Heni                 1.5x2.5 4x6 15.60% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 3x4 12.50% 14.1% 151 Erni                 0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 5x6 5.00% 3.5% 252 Yuyun                1x1.5 5x8 3.75% 0.7x1 3x4 5.83% 0.2x2 3x4 3.33% 4.3% 253 Rini                 1x1.5 3x3 16.60% 1x1.5 3x4 11.11% 1x1.5 2.5x4 15.00% 14.2% 154 Juarni               0.5x2 2.5x3 13.00% ‐ ‐ ‐ 2x2 3x4 33.30% 23.2% 155 Siska                0.8x0.9 3x4 6.00% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 6.2% 256 Ita                  0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 2x0.5 3x4 8.33% 5.4% 257 Tutik                1x1.5 4x7 5.35% ‐ ‐ ‐ 0.3x1 3.5x4 2.14% 3.7% 258 Mulyani              1x1.5 3x4.5 11.11% 1.5x2.5 4x6 15.60% 1x1.5 3.5x4 10.70% 12.5% 159 Sri Rejeki           1x1.5 8x8 2.34% 1x1.5 5x6 5.00% 2x0.5 3x4 8.33% 5.2% 260 Ika                  1x1 2.5x4 10.00% ‐ ‐ ‐ 0.7x1.5 2x5 10.50% 10.3% 161 Fatimah              1x1.5 3x3 16.60% 1.5x1.8 4x6 11.25% 0.8x2 2.5x3 21.30% 16.4% 162 Eni                  0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 1x1.3 3x5 8.60% 5.3% 2

Keterangan :LV = Luas Ventilasi 1 = Baik (≥ 10%) Kat = KategoriLL = Luas Lantai 2 = Tidak baik (< 10%)

KatNo. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Rata²

T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata²1 Dwi Lestari 50 43 32 41 51 43.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 13 27 25 21 14 20 31.7 22 Narsih 83 76 91 86 73 81.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 72 71 84 95 76 79.6 80.7 13 Yanti                60 67 62 71 59 63.8 59 69 60 73 58 63.8 62 71 63 75 60 66.2 64.6 14 Desi                 70 59 61 49 47 57.2 69 58 59 50 51 57.4 69 58 60 48 46 56.2 56.9 25 Tinah 59 43 42 51 61 51.2 60 42 45 50 63 52 58 43 40 55 63 51.8 51.7 26 Dewi 83 69 65 91 71 75.8 87 70 69 88 73 77.4 82 71 66 89 70 75.6 76.3 17 Samiasih 60 83 69 74 69 71 61 82 70 72 70 71 63 85 70 75 70 72.6 71.5 18 Mi'ah 86 71 60 72 83 74.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 86 76 63 71 84 76 75.2 19 Karniyah 60 51 52 70 23 51.2 44 52 50 66 43 51 49 48 62 61 51 54.2 52.1 210 Tarisah 43 49 81 29 39 48.2 49 48 62 51 61 54.2 40 39 62 43 39 44.6 49.0 211 Anisa 72 85 71 82 93 80.6 89 80 72 70 91 80.4 83 82 85 87 83 84 81.7 112 Tini                 69 71 70 81 67 71.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 82 68 80 82 90 80.4 76.0 113 Ruminah 95 82 81 72 69 79.8 84 69 73 95 82 80.6 73 91 79 83 75 80.2 80.2 114 Sriani 49 51 60 32 52 48.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 50 43 53 61 42 49.8 49.3 215 Supriatin 41 36 68 29 69 48.6 41 68 30 52 49 48 52 71 80 49 68 64 53.5 216 Roliah 69 82 83 59 79 74.4 68 95 87 65 80 79 70 89 83 76 83 80.2 77.9 117 Darmi 49 32 45 21 59 41.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 33 58 42 63 29 45 43.1 218 Surati  61 63 52 51 61 57.6 59 64 50 49 57 55.8 13 21 27 25 16 20.4 44.6 219 Warsini 83 83 59 72 67 72.8 82 80 69 70 65 73.2 82 81 59 60 73 71 72.3 120 Lestari 79 91 50 80 95 79 84 73 81 72 67 75.4 83 82 71 70 89 79 77.8 121 Marni 72 81 23 24 31 46.2 71 50 24 29 35 41.8 40 62 39 23 47 42.2 43.4 222 Tumi 41 28 67 42 41 43.8 42 30 65 45 49 46.2 52 46 69 71 51 57.8 49.3 223 Sutini 81 32 39 60 52 52.8 71 63 71 68 23 59.2 71 44 52 63 46 55.2 55.7 224 Warsini 60 42 39 31 52 44.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 71 35 30 21 45 40.4 42.6 225 Haryatun 13 20 82 45 61 44.2 23 29 89 31 62 46.8 81 12 17 44 42 39.2 43.4 226 Purwanti 95 82 69 72 81 79.8 89 80 72 70 91 80.4 91 83 82 50 60 73.2 77.8 127 Narsih 82 68 80 82 90 80.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 70 81 67 87 69 74.8 77.6 128 Yatmi 21 39 22 40 72 38.8 40 30 61 73 43 49.4 71 26 27 32 22 35.6 41.3 229 Nuryanti 69 85 87 83 59 76.6 91 83 82 50 72 75.6 83 87 85 69 72 79.2 77.1 130 Srirahayu 63 69 31 32 23 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 44 31 52 63 52 48.4 46.0 231 Rina                 82 68 80 82 90 80.4 80 70 83 81 79 78.6 71 82 85 60 61 71.8 76.9 132 Erna                 73 62 60 73 72 68 62 71 62 75 60 66 70 59 91 71 80 74.2 69.4 1

B. PENCAHAYAAN ALAMI

No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Hasil Kategori

T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata²33 Dina                 61 31 39 27 60 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 61 39 32 71 47 45.3 234 Jamati             47 69 29 50 28 44.6 32 51 34 30 25 34.4 39 52 29 33 29 36.4 38.5 235 Evi                  70 68 79 72 83 74.4 93 67 80 73 80 78.6 91 61 72 71 84 75.8 76.3 136 Riyanti            63 28 39 29 33 38.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 29 40 30 37 64 40 39.2 237 Farida              38 37 30 31 64 40 60 61 32 40 70 52.6 29 30 32 65 39 39 43.9 238 Tutik                81 73 69 91 82 79.2 83 76 91 86 73 81.8 74 85 31 60 93 68.6 76.5 139 Suprihatin      29 32 71 19 30 36.2 30 32 61 53 71 49.4 63 87 25 35 19 45.8 43.8 240 Parti                64 37 90 20 19 46 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 30 37 70 42 35 42.8 44.4 241 Puji                 67 80 71 82 83 76.6 73 72 69 81 86 76.2 63 87 79 60 91 76 76.3 142 Yasmiati          80 83 91 72 80 81.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 87 91 69 80 82 81.8 81.5 143 Wiwik              19 37 34 56 71 43.4 49 32 33 63 37 42.8 35 57 27 19 20 31.6 39.3 244 Lina                 70 73 69 63 91 73.2 87 91 80 82 69 81.8 80 83 91 72 80 81.2 78.7 145 Sri L.               60 28 32 30 65 43 73 60 35 29 33 46 49 32 31 61 60 46.6 45.2 246 Indah               83 91 69 57 78 75.6 69 81 73 81 91 79 60 95 71 72 84 76.4 77.0 147 Nur                  61 72 81 84 65 72.6 83 91 72 69 88 80.6 87 91 80 82 69 81.8 78.3 148 St. Rohani       31 29 35 20 35 30 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 42 70 37 30 20 39.8 34.9 249 Ninik                25 61 60 59 63 53.6 61 35 35 43 32 41.2 61 25 31 29 70 43.2 46.0 250 Heni                39 40 43 29 18 33.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 29 39 28 25 30.6 32.2 251 Erni                 19 57 69 35 38 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 35 20 61 70 40 45.2 44.4 252 Yuyun              18 29 39 37 59 36.4 62 35 71 20 18 41.2 29 34 33 32 70 39.6 39.1 253 Rini                 93 82 73 96 86 86 91 82 86 87 82 85.6 82 90 39 86 71 73.6 81.7 154 Juarni              82 90 39 86 71 73.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 60 35 69 72 76 62.4 68.0 155 Siska                62 35 71 20 18 41.2 64 37 85 20 19 45 65 39 61 29 28 44.4 43.5 256 Ita                  25 30 31 37 64 37.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 37 63 21 28 36.2 36.8 257 Tutik                70 ## ## 59 87 87.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 73 92 96 31 70 72.4 80.1 158 Mulyani          82 90 39 86 71 73.6 20 32 19 71 19 32.2 29 34 33 38 62 39.2 48.3 259 Sri Rejeki        69 18 29 71 25 42.4 69 18 29 71 25 42.4 18 29 32 37 59 35 39.9 260 Ika                  39 37 59 37 35 41.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 37 63 21 28 36.2 38.8 261 Fatimah          68 39 33 82 91 62.6 61 39 30 40 71 48.2 20 33 27 64 68 42.4 51.1 262 Eni                  80 83 91 60 82 79.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 63 87 79 60 91 76 77.6 1

Keterangan :T1 = Titik 1 (Lux ) T3 = Titik 3 (Lux ) T5 = Titik 5 (Lux ) 2 = Tidak baik (<60 Lux  atau >120 Lux )T2 = Titik 2 (Lux ) T4 = Titik 4 (Lux ) 1 = Baik (60‐120 Lux )

KategoriNo. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Hasil

BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil1 Dwi Lestari 23 30 55 ‐ ‐ ‐ 25 29 72 63.5 12 Narsih 24 29 69 ‐ ‐ ‐ 26 30 73 71.0 23 Yanti                20 25 63 23 27 71 20 26 58 64.0 14 Desi                 21 26 64 26 30 73 22 27 65 67.3 15 Tinah 22 27 65 21 26 64 20 27 52 60.3 16 Dewi 23 28 65 23 28 65 21 29 49 59.7 17 Samiasih 23 28 65 24 27 75 20 29 43 61.0 18 Mi'ah 24 26 72 ‐ ‐ ‐ 20 29 43 57.5 19 Karniyah 23 28 65 23 28 68 27 30 76 56.0 110 Tarisah 26 29 73 20 30 39 20 29 43 45.3 111 Anisa 29 30 77 30 32 77 23 31 51 50.3 112 Tini                 27 29 73 ‐ ‐ ‐ 25 29 72 72.5 213 Ruminah 25 29 72 24 28 72 26 29 76 73.3 214 Sriani 25 30 67 ‐ ‐ ‐ 21 31 40 53.5 115 Supriatin 29 30 77 28 32 74 20 30 39 63.3 116 Roliah 29 30 77 29 30 77 29 30 77 77.0 217 Darmi 24 26 72 ‐ ‐ ‐ 20 28 48 60.0 118 Surati  23 25 68 24 27 75 21 26 64 69.0 119 Warsini 23 28 63 20 29 43 21 31 40 48.7 120 Lestari 26 29 70 27 29 76 23 30 55 67.0 121 Marni 24 29 63 24 30 61 24 29 69 64.3 122 Tumi 23 30 55 24 29 56 26 28 76 62.3 123 Sutini 23 30 55 23 29 60 28 31 77 64.0 124 Warsini 20 29 43 ‐ ‐ ‐ 30 34 75 59.0 125 Haryatun 21 30 44 21 30 44 25 30 67 51.7 126 Purwanti 20 27 52 21 29 49 20 27 52 51.0 127 Narsih 23 29 63 ‐ ‐ ‐ 22 29 54 58.5 128 Yatmi 26 29 73 26 32 62 26 29 76 70.3 129 Nuryanti 29 33 77 30 33 77 28 32 74 76.0 230 Srirahayu 26 29 76 ‐ ‐ ‐ 28 30 77 76.5 231 Rina                 28 30 77 28 31 77 20 30 39 64.3 132 Erna                 23 30 55 21 31 40 23 31 77 57.3 1

No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur

C. KELEMBABAN

Rata² Kategori

BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil33 Dina                 28 33 68 ‐ ‐ ‐ 28 30 77 72.5 234 Jamati              25 32 57 25 30 67 24 31 56 60.0 135 Evi                  24 33 47 23 33 55 24 31 56 52.7 136 Riyanti              24 34 43 ‐ ‐ ‐ 23 31 53 48.0 137 Farida               20 30 39 21 30 44 21 29 51 44.7 138 Tutik                28 32 74 27 33 63 27 29 76 71.0 239 Suprihatin       27 34 58 27 33 63 27 34 58 59.7 140 Parti                25 30 69 ‐ ‐ ‐ 24 31 56 62.5 141 Puji                 20 30 39 21 39 49 21 31 40 42.7 142 Yasmiati           23 33 42 ‐ ‐ ‐ 23 31 55 48.5 143 Wiwik               25 34 74 26 33 63 24 32 51 62.7 144 Lina                 28 30 77 28 30 77 28 33 65 73.0 245 Sri L.               29 32 77 28 33 68 28 37 77 74.0 246 Indah                25 34 48 24 32 54 25 32 57 53.0 147 Nur                  20 29 43 21 29 49 21 29 49 47.0 148 St. Rohani        21 31 40 ‐ ‐ ‐ 21 30 44 42.0 249 Ninik                26 33 57 27 32 68 25 32 57 60.7 150 Heni                 28 34 63 ‐ ‐ ‐ 27 33 63 63.0 151 Erni                 20 30 39 ‐ ‐ ‐ 21 29 49 44.0 152 Yuyun               21 31 40 22 29 54 21 31 40 44.7 153 Rini                 26 30 73 27 30 76 25 30 67 72.0 254 Juarni               28 33 68 ‐ ‐ ‐ 27 32 68 68.0 155 Siska                29 30 77 28 30 76 29 32 77 76.7 256 Ita                  30 31 77 ‐ ‐ ‐ 29 30 77 77.0 257 Tutik                28 30 77 ‐ ‐ ‐ 28 29 77 77.0 258 Mulyani           26 30 73 26 30 73 27 30 76 74.0 259 Sri Rejeki         27 31 76 26 30 73 27 31 73 74.0 260 Ika                  26 32 62 ‐ ‐ ‐ 27 31 73 67.5 161 Fatimah           28 30 77 28 31 77 28 30 77 77.0 262 Eni                  20 30 39 ‐ ‐ ‐ 25 30 67 53.0 1

Keterangan :BB = Bola Basah 1 = Baik (40‐70%)BK = Bola Kering 2 = Tidak baik (< 40% atau > 70%)

No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Rata² Kategori

Lampiran 4

no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa1 Dwi Lestari     2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 22 Narsih              5 4 3 1 2 1 2 1 1 1 23 Yanti                1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 14 Desi                 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15 Tinah               3 4 3 1 2 2 1 1 2 2 16 Dewi                1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 27 Samiasih         1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 28 Mi'ah               1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 29 Karniyah          1 4 3 1 2 2 1 1 2 2 110 Tarisah            2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 111 Anisa                2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 212 Tini                 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 213 Ruminah         3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 214 Sriani               3 2 1 1 2 2 1 1 2 1 115 Supriatin         1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 116 Roliah              3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 217 Darmi              2 4 3 1 2 2 1 1 2 2 118 Surati               2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 119 Warsini            2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 220 Lestari             1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 121 Marni              2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 222 Tumi                4 4 3 1 2 2 1 1 2 2 123 Sutini               2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 224 Warsini            2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 125 Haryatun         5 3 2 1 1 2 1 1 1 1 226 Purwanti         4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 127 Narsih              2 4 3 1 2 1 1 1 1 2 228 Yatmi               2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 129 Nuryanti          1 4 2 2 2 1 2 1 1 1 230 Sri Rahayu      2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 131 Rina                 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 232 Erna                 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 233 Dina                 2 4 3 1 2 2 2 2 2 1 134 Jamati              2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 135 Evi                  2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 236 Riyanti             2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 137 Farida              3 4 3 1 2 2 1 1 1 1 238 Tutik                2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 139 Suprihatin       1 1 3 1 1 2 1 1 2 2 240 Parti                2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 141 Puji                 5 1 3 1 1 1 1 2 2 1 142 Yasmiati          2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 143 Wiwik              2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1

HASIL ANALISIS

no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa44 Lina                 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 145 Sri L.               3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 246 Indah               2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 147 Nur                  1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 248 St. Rohani       2 4 3 1 1 2 2 1 2 1 149 Ninik                2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 150 Heni                 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 151 Erni                 2 3 2 1 2 2 1 1 2 1 152 Yuyun              5 1 3 1 2 2 1 2 1 1 153 Rini                 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 254 Juarni               3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 255 Siska                1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 156 Ita                  2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 157 Tutik                1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 158 Mulyani           1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 159 Sri Rejeki         5 3 2 1 2 2 2 2 2 2 160 Ika                  2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 261 Fatimah           2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 162 Eni                  4 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1

Gambar : Pengukuran luas lantai

 

Gambar : Pengukuran Kelembaban

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar : Jendela rumah yang tidak bisa di buka

Gambar : Ventilasi rumah

Gambar : Atap rumah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar : Dinding rumah

 

Gambar : Pengukuran pencahayaan alami

Gambar : Luxmeter