Skripsi Fix

download Skripsi Fix

of 126

Transcript of Skripsi Fix

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD ROMLI

UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS EKONOMI 2010

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Nasional Oleh :

MUHAMMAD ROMLI 043112340350033

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NASIONAL PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2010

PERNYATAAN

Penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam skripsi yang berjudul :

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU

Merupakan gagasan atau hasil penelitian penulis, kecuali yang jelas rujukannya.Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta,..............................

MUHAMMAD ROMLI NPM : 043112340350033

i

ABSTRAK Muhammad Romli. Evaluasi Pelaksanaan Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu (R. Achmad Aryandra, AK., M.Si sebagai pembimbing I, Heni Suryanti, SE.,MSi sebagai pembimbing II)Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu merupakan salah satu unit pelaksana dari Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jakarta Pusat. Penulis membahas mengenai Pelaksanaan Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakahprosedur penagihan pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu sudah sesuai atau

tidak dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan untuk mengetahui hambatanhambatan yang ditemui dalam tindakan penagihan Pajak Penghasilan Badan dan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi serta upaya penyelesaiaannya.Metode analisis yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini

adalah metode analisis deskriptif yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisa datasehingga dapat informasi yang akan memberi gambaran secara jelas atas objek

yang diteliti kemudian ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa prosedur penagihan PajakPenghasilan Badan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dilakukan di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu tidak sesuai dengan Undangundang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Masih terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penagihan Pajak Penghasilan Badan dan Pajak Penghasilan diantaranya kurangnya kesadaran

Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajak, tidak tuntasnya tindakan penagihan pajak karena Wajib Pajak tidak ditemukan lagi, dan masih berlarutnya tindakan penagihan pajak karena KPP kurang memperhatikan jadwal penagihan pajak. Berdasarkan evaluasi tersebut, maka penulis menyarankan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu harus meng up date data Wajib Pajak dan mengingat kurangnya kesadaran Wajib Pajak atas pembayaran utangpajaknya KPP harus aktif mensosialisasikan Undangundang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan dan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sehingga kedepannya tidak menghambat pelaksanaan penagihan pajak. Kata Kunci : Standar operasional prosedur tentang pelaksanaan penagihan pajak, perencanaan pajak, SPPT badan dan SPPT orang pribadi, dimensi biaya, surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak, pajak terutang.

ii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi

: EVALUASI

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

JAKARTA TANAH ABANG SATU Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Muhammad Romli : 043112340350033 : AKUNTANSI

Menyetujui Pembimbing Skripsi,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(R. Achmad Aryandra, AK., M.Si )

( Heni Suryanti, SE., M.Si )

Mengetahui Ketua Program Studi Akuntansi,

( Erwin Indriyanto, SE., M.Si )

Jakarta :....................

iii

PENGESAHAN

Judul Skripsi

: EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: Muhammad Romli : 043112340350033 : AKUNTANSI

Mengesahkan Penguji,

Ketua / Anggota,

Anggota,

( Yentina Siregar, SE.,Ak., M.Si )

( Molina, SE., Ak., M.Si )

Mengetahui Dekan,

( Suryono Efendi, SE., MM )

Jakarta :

Tanggal Lulus : 2 Februari 2011

iv

KATA PEGANTAR

Assalamulaikum Wr.Wb Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Nasional. Judul skripsi ini adalah EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih dihaturkan kepada : 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 2. Untuk keluarga tercinta, Bapak, Mamah, Kakak dan Adik yang telah banyakmemberikan doa, kasih sayang dan kesabaran serta selalu memberikan

dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.3. Bapak Drs. El Amry Bermawi Putera, M.A selaku Rektor Universitas

Nasional.4. Bapak Suryono Efendi SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Nasional.

v

5.

Bapak Herry Krisnandy, SE., MM, selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Nasional.

6.

Bapak Erwin Indriyanto, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Nasional. 7. Bapak R. Achmad Aryandra, AK., M.Si, selaku pembimbing I dan Ibu Heni Suryanti, SE., M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta arahan-arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi serta Staf Universitas Nasional. Bapak Siswadi selaku kepala Subbag Umum, ibu Emy widiyastuti serta para staf bagian umum, tentunya juga kepada Bapak Bahrum E. Sinaga kepala seksi penagihan, dan Mas Yudha Ginandar selaku pelaksana seksi penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. 10. Sastra Irawan, Rafi, Eljire, Andri (ebe), Rian, Yudi, Weny dan temanteman angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala waktu, bantuan, nasehat, dan kebersamaannya selama penulis menjalani pendidikan. Atas segala bantuan yang telah diperoleh dari semua pihak tersebut diatas, penulis selalu mendoakan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah kepada beliau-beliau yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini dan semoga amal kebaikannya mendapatkan imbalan yang setimpal. Amin. Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna,

vi

maka kepada siapa saja yang membaca skripsi ini dapat kiranya mau memberikan saran atau kritiknya yang membangun kepada penulis. Semoga skripsi ini berguna khususnya bagi penulis dan umumnya siapa saja yang membacanya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 2010 penulis,

Muhammad Romli

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................ABSTRAK ................................................................................................. ii

i

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................

iii iv iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi xii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................... 1.2.2 Pokok Masalah ............................................................ 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................ 1.3.2 Kegunaan Penelitian .................................................... 6 7 7 7 7 8

1

BAB II TINJAUAN TEORI2.1 Definisi Pajak ....................................................................... 2.1.1 Tinjauan umum Tentang Pajak ................................... 2.1.2 Penagihan Pajak ......................................................... 2.2 Studi Empiris ....................................................................... 2.3 Krangka Analisis .................................................................. 9 11 20 35 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Objek Penelitian .................................................................... 38

viii

3.2 Pengumpulan Data ...............................................................3.2.1 Sumber Data ................................................................ 3.2.2 Jenis Data .................................................................... 3.2.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 38 39 39

38

3.3 Definisi Operasional ............................................................3.3.1 Dasar Penagihan Pajak ................................................ 3.3.2 Angsuran dan Penundaan Pajak ................................... 40 40

40

3.3.3 Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak ........3.3.4 Surat Teguran .............................................................. 3.3.5 Surat Paksa .................................................................. 41 42

41

3.3.6 Surat Penyitaan ............................................................ 3.3.7 Surat Pengumuman Lelang ......................................... 3.4 Metode Analisis ...................................................................

43 44 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 45 45 47 58 60

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Tanah Abang Satu ............ 4.1.2 Struktur Organisasi KPP Tanah Abang Satu ......................... 4.1.3 Kondisi wilayah kerja KPP Tanah Abang Satu ................... 4.1.4 Visi dan Misi KPP Tanah Abang Satu ................................. 4.2 Standar Operasional Prosedur Penagihan Pajak ................. 4.2.1 Tata Cara Penerbitan surat teguran tagihan ............... 4.2.2 Tata Cara Penerbitan Surat Paksa .............................. 4.2.3 Tata Cara Penerbitan SPMP ....................................... 4.2.4 Tata Cara Pelaksanaan Lelang ................................... 4.3 Hasil Pengumpulan Data ..................................................... 4.4 Pembahasan ......................................................................... 4.4.1 Evaluasi Atas Permohonan Angsuran ........................ 4.4.2 Evaluasi Atas Surat Teguran ...................................... 4.4.3 Evaluasi atas surat paksa ............................................ 4.4.4 Evaluasi Atas SPMP .................................................. 61 61 64 67 69 77 79 79 83 86 90

ix

4.4.5 Evaluasi Atas Pelaksanaan Lelang .............................4.5 Rangkuman Hasil Penelitian ............................................... 4.5.1 Evaluasi Atas Permohonan Angsuran ........................ 4.5.2 Evaluasi Atas Surat Teguran ...................................... 4.5.3 Evaluasi Atas Surat Paksa .......................................... 4.5.4 Evaluasi Atas SPMP .................................................. 98 98 98 98 99

95

4.5.5 Evaluasi Atas Pelaksanaan Lelang ............................. 101 4.6 Kesulitan-Kesulitan Tentang Pelaksanaan Penagihan .......... 102 4.6.1 Penetapan Pajak Yang Tidak Tepat Waktu .................. 102 4.6.2 Wajib Pajak Tidak Ditemukan Lagi ............................ 103 4.6.3 Tidak Ditemukannya Objek Sita ............................... 104 4.6.4 Wajib Pajak tidak memahami peraturan pajak .......... 104

4.7

Upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan penagihan Pajak . 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 107 5.2 Saran ..................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Tabel 4.1 Jumlah Susunan Kepegawaian KPP Pratama Tanah Abang Satu ..........Tabel 4.2 Kondisi Wilayah Kerja KPP Pratama Tanah Abang Satu ..................... 58

50

Tabel 4.3 Data Laporan Penagihan Aktif KPP Pratama Tanah Abang Satu Tahun 2008 .................................................................................. Tabel 4.4 Data Laporan Penagihan Aktif KPP Pratama Tanah Abang Satu Tahun 2009 ................................................................................... Tabel 4.5 Laporan Pengajuan Permohonan Angsuran dan Penundaan Pembayaran pajak pada tahun 2009 ............................................. Tabel 4.6 Pengumuman Lelang..................................................................... Tabel 4.7 Wajib Pajak melakukan pelunasan Sebelum Lelang .................... 79 96 96 78 78

xi

DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2

Kerangka Analisis ..................................................................

36 48

Bagan Organisasi Kpp Pratama Jakarta Tanah Abang Satu .............. Bagan Organisasi Seksi Penagihan Pratama Jakarta Gambir Dua .......................................................................................... 54

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat, oleh karena itu masyarakat dalam pembiayaan harus senantiasa ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam membayar pajak maka sistem perpajakan yang dipakai sebagai dasar pelaksanaan pemungutan pajak harus sesuai dengan tingkatsosial ekonomi masyarakat Indonesia dan diharapkan sistem tersebut dapat

memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban serta haknya dibidang perpajakan.Biaya penyelenggaraan negara dan pembangunan nasional membutuhkan dana yang besar agar tercipta kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Pada Tahun 2010, rencana penerimaan pajak yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak sebesar Rp 661,49 triliun atau sebesar 58,74% dari

keseluruhan penerimaan negara yang

tercantum dalam

APBN-P 2010,

meningkat 16,95% dibandingkan penerimaan tahun 2009 sebesar Rp 565,99 triliun.Saat ini Indonesia sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang

baik bidang fisik maupun bidang non fisik untuk tingkatkan perekonomian.

1

2

Pembangunan dalam negeri berasal dari penerimaan migas dan non migas. Pada kenyataannya penerimaan dalam negeri dari migas perannya semakin menurun karena volume penjualan berdasarkan kuota dan harganya sangat tergantung dari harga migas di pasar internasional, sedangkan penerimaan dari non migas meliputi penerimaan perpajakan dan bukan pajak, apabila penerimaan ini ditingkatkan pencapaiannya, maka akan menjaga kemantapan dan kestabilan pendapatan negara. Indonesia sendiri menganut prinsip Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berimbang dan dinamis, yaitu pajak dipungut oleh pemerintah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, pemungutan pajak harus didasarkan pada Undang-Undang perpajakan yang sebagian besar disusun oleh pemerintah dan di setujui oleh rakyatnya melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Penerimaan pajak di Indonesia diupayakan harus selalu meningkat karena penerimaan pajak selalu dikaitkan dengan kebutuhan investasi dalam negeri yang terus meningkat. Disisi lain pemerintah juga menyadari adanya faktor-faktor negara yang mempengaruhi penerimaan pajak. Salah satu potensi penerimaan yang selama ini belum tercapai secara serius adalah tindakan penagihan pajak yang ditangguhkan. Tunggakan-tunggakan pajak tersebut dicairkan, negara tidak saja akan dapat meningkatkan penerimaan pajak namun juga law Enforcement untuk

memenuhi keadilan pemungut pajak. Penerimaan pajak diharapkan dapat mengganti peranan pinjaman luar negeri dan menghindari ketergantungan

3

kepada pihak luar. Tekad pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dana dari sektor pajak harus diikuti dengan kerja keras melalui penggalian potensi pajak, hal ini dilakukan antara lain dengan perluasan dasar pengenaan pajak, menambah jumlah Wajib Pajak dan meningkatkan kinerja para aparat Pajak. Salah satu upaya pemerintah dalam menjamin kepentingan rakyat harus tetap diatas segala-galanya, oleh karena itu pemerintah harus menempuh langkahlangkah strategis dengan melakukan reformasi secara menyeluruh. Masalahmasalah yang kemungkinan timbul akan memberi implikasi yang sangat serius terhadap penurunan penerimaan pajak, sehingga untuk memenuhi target penerimaan yang telah ditetapkan. Adapun suatu alternatif dalam memenuhi target adalah yang mengoptimalkan pelaksanaan penagihan pajak. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar kewajibannya dalam pajak yang terutang, namun hal ini tidak serta merta ditujukan terhadap masyarakat sebagai wajib pajak, tetapi harus diikuti dengan peningkatan pelayanan aparatur perpajakan. Oleh karena itu peningkatan mutu pelayanan dan kualitas dari aparatur pajak, tercemin dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam mengemban tugasnya. Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan

pembangunan nasional yang cukup dominan. Besarnya peningkatan penerimaan pajak tersebut makin menjamin menetapnya kemandirian dalam pembiayaan pembangunan nasional, menyadari akan hal ini sehubungan dengan pelaksanaan perpajakan tersebut menyangkut peran masyarakat yang

4

secara nyata akan mewujudkan keikut sertaannya dalam membiayai negara dan pembangunan nasional. Salah satu potensi penerimaan yang selama ini belum tergarap secara serius adalah tindakan pelaksanaan penagihan utang pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak, namun yang terjadi saat ini terdapat tunggakan pajak yang semakin meningkat dikarenakan Wajib Pajak tidak mempunyai kesadaran untuk membayar utang / kewajiban pajak,

oleh karena itu perlu tindakan pelaksanaan penagihan pajak yang mempunyai hukum memaksa dan diperlukan pemahaman serta langkah-langkah yang baik untuk mengatasi permasalahan tunggakan pajak tersebut serta dapat memberi motivasi peningkatan kesadaran dan kepatuhan kepada Wajib Pajak. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan menjual barang-barang yang telah disita. Apabila pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar maka akan dikeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Untuk mencegah daluwarsa penagihan pajak, diperlukan peran aktif fiskus sebagai aparat yang mengemban tugas untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Sistem penagihan yang dilakukan oleh

5

fiskus agar Wajib Pajak melunasi utang pajaknya dan sebagai pecegahan daluwarsa penagihan pajak yaitu sebagai berikut : a. Menerbitkan Surat Teguran b. Melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus c. Menerbitkan Surat Paksa d. Menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan e. Melaksanakan Lelang Dalam melaksanakan sistem penagihan ini, maka pegawai yang bertugas menangani penagihan pajak, khususnya jurusita pajak, harus memiliki pemahaman yang memadai atas peraturan perpajakan yang berlaku, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan penagihan pajak. Tanpa pengetahuan yang memadai, maka pelaksanaan penagihan tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapakan. Apabila ada piutang pajak yang telah hilang, maka piutang tersebut tidak dapat lagi dilakukan tindakan penagihan, fiskus harus lebih aktif dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak karena kontribusi penagihan pajak sangat besar terhadap optimalisasi penerimaan pajak. Jika penerimaan pajak optimal maka negara akan mendapatkan pemasukan yang cukup besar dan dapat membantu negara dalam membiayai berbagai sarana ekonomi dan sosial. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan penagihan pajak yang selama ini telah diterapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, serta mengenai hambatan-hambatan atau kendala yang mungkin timbul dalam

6

praktek pelaksanaan penagihan pajak tersebut. Atas permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul : EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR DUA .

1.2 Perumusan Masalah Mengingat begitu luasnya lingkup pelaksanaan penagihan pajak, serta untuk menghindari tidak terarahnya penelitian ini. Untuk data yang akan digunakan dalam mengevaluasi Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu adalah data tahun 2008 dan tahun 2009. Dalam mengevaluasi Pelaksanaan Penagihan Pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu penulis akan mengacu pada prosedur pelaksanaan penagihan pajak untuk PPh badan dan PPh orang pribadi yang akan disesuaikan dengan UndangUndang Perpajakan dan peraturan-peraturan yang diberlakukan. Pelaksanaan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan normatif, dalam penulis pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak. Dari batasan-batasan ini diharapkan akan mengurangi kendala-kendala yang dihadapi dalammelakukan penelitian ini kemungkinan akan membatasi proses penelitian

7

dikarenakan adanya

keterbatasan waktu, dana,

data yang relevan, dan

keterbatasan kemampuan dalam menyajikan suatu hasil penelitan. 1.2.1 Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya lingkup pembahasan mengenai

pelaksanaan penagihan pajak, maka penulis hanya membatasi pembahasan pada Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu pada tahun 2008 dan tahun 2009. 1.2.2 Pokok Masalah Berdasarkan pembatasan yang telah dijelaskan sebelumnya,

Pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : Apakah Pelaksanaan Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Perpajakan?. Dua, telah sesuai dengan Undang-Undang

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penulisan skripsi ini meneliti bertujuan dan kegunaan untuk mengetahui : 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui prosedur penagihan pajak yang terutang. b. Mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan penagihan dengan Undang Undang Perpajakan.

8

c. Mengetahui kendala yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak selama proses penagihan pajak. d. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak. 1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Bagi penulis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang mengenai pelaksanaan penagihan pajak. b. Bagi kantor pelayanan pajak pratama Tanah Abang Satu yang bersangkutan diharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau bahan informasi dalam melaksanakan pemungutan pajak khususnya mengenai pelaksanaan penagihan pajak. c. Bagi pihak lain yang berkepentingan diharapkan dapat perpajakan khususnya

dipergunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya meneliti bidang yang sama.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Pajak Menurut Rochmat Soemitro, di dalam Mardiasmo (2009 : 1) menyatakan :Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

(yang dapat dipaksa) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut M.J.H Smeets, di dalam Wiryawan B Ilyas dan Richard Burton (2000 : 20) menyatakan : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang

terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa

adanya kontraprestasi yang dapat ditunjuk dalam hal yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

individual

Menurut Adriani didalam The Indonesian Tax In Brief (2006 : 1) menyatakan :pajak adalah iuran kepada negara berdasarkan undang-undang yang

terutang oleh yang wajib membayarnya, yang penagihnya dapat dipaksakandan tidak dapatkan imbalan yang dapat ditunjukan bagi pembayarnya, serta

gunanya untuk biaya umum menjalankan roda pemerintah dan melaksanakan pembangunan nasional berkesinambungan. Menurut M.J.H Smeets, di dalam Erly Suandy ( 2002 : 9 ) menyatakan : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

9

10

Menurut Soeparman Soemahamdjaja, didalam Wiryawan B Ilyas dan Richard Burton (2000 : 23) menyatakan :Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan normanorma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Menurut Rochmat Soemitro menjelaskan bahwa unsur dapat dipaksakan artinya bahwa bila utang pajak tidak dibayarkan, maka utang tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan mengeluarkan surat paksa dan melakukan penyitaan bahkan bisa dengan melakukan penyanderaan, sedangkan terhadap pembayar pajak tersebut tidak dapat ditunjukkan jasa-timbal balik tertentu. Soeparman berpendapat lain, istilah iuran wajib dengan harapan terpenuhinya ciri bahwa pajak dipungut dengan bantuan dan kerja sama dengan wajib pajak. Sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan ia berpendapat ini terlalu berlebihan kalau khusus mengenai pajak ditekankan pentingnya unsur paksaan karena dengan mencantumkan unsur paksaan seakan-akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : a. Iuran dari rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

11

b. Berdasarkan Undang-Undang Pajak dipungut berdasarkan undangundang atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsungdapat ditunjukan, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya

kontraprestasi individu oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luar. 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak a. Peran Pajak dan Pembangunan Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakanoleh pemerintah selalu didengarkan bahwa proyek yang

yakni pengeluaran-

dibangun dan dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, masyarakat juga berperan untuk

menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan bersama.Berkaitan dengan itu sudah selayaknya apabila setiap individu

dalam masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti dan pentingnya peran pajak dalam kehidupan sehari-hari.Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN terdapat tiga

sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu : 1) Penerimaan dari sektor pajak; 2) Penerimaan dari sektor migas; dan

12

3) Penerimaan dari sektor bukan pajak. Dari ketiga sumber penerimaan diatas, penerimaan dari sektorpajak ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara, kalau kita perhatikan dari tahun ketahun bahwa

penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil yang besardalam penerimaan negara, penerimaan dari sektor pajak

merupakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. b. Fungsi Pajak Dalam literatur pajak sering disebut bahwa fungsi pajak ada dua yaitu: 1) Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran 2) Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pada perkembangan fungsi pajak tersebut dapat

dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi yaitu : a) Fungsi Demokrasi Suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan dari kemasalahan manusia. b) Fungsi Distribusi

13

Fungsi yang lebih menekankan pada unsur penerapan dan keadilan dalam masyarakat. c. Syarat Pemungutan Pajak Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam

pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan pajak. 2) Pemungutan pajak harus berdasarkan UndangUndang (syarat yuridis) Di Indonesia pajak diatur dalam UndangUndang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik negara maupun warganya. 3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan

14

produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial) Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekankan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan. 5) Sistem pemungutan harus sederhana Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini telah dipenuhi oleh UndangUndang Perpajakan yang baru. d. Kedudukan Hukum Pajak Menurut Rochmat Soemitro didalam bukunya Mardiasmo (2009 : 4) Hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukumhukum sebagai berikut : 1) Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya. 2) Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci sebagai berikut : a) Hukum Tata Negara b) Hukum Tata Usaha c) Hukum Pajak d) Hukum Pidana Dengan demikian hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik Hukum pajak menganut paham imperatif, yakni

15

pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Misalnya dalam hal pengajaran keberatan, sebelum adanya keputusan dari Direktorat Jenderal Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka wajib pajak yang mengajukan keberatan terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Beda dengan hukum pidana yang menganut paham opportunistis, yakni pelaksanaan dapat ditunda setelah ada keputusan lain. e. Macam-macam Hukum Pajak Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (Fiskus) selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yakni : 1) Hukum Pajak Materiil Memuat nama-nama yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. 2) Hukum Pajak Formil Memuat bentuk / tatacara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil) hukum ini memuat antara lain :

16

a) Tatacara penyelenggaraan (prosedur) utang pajak.

penetapan suatu

b) Hak-hak fiskus mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak. c) Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding. f. Utang Pajak Dalam bukunya Wiryawan B Ilyas dan Richard Burton menyatakan bahwa (2000 : 45) timbulnya utang pajak didasarkan pada dua pendapat yang berbeda yaitu : 1) Pendapat pertama Utang pajak. 2) Pendapat Kedua Utang pajak timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak. Berbeda dengan Mardiasmo (2000 : 8) didalam bukunya menyatakan bahwa ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak antara lain: pajak timbul pada saat adanya Undang-Undang

17

a) Ajaran Formil Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system. b) Ajaran Materiil Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-

Undang seseorang dikenakan pajak karena suatu keadaan

dan perbuatan.

Ajaran ini diterapkan

pada

self

assessment system. g. Cara Pengenaan Utang Pajak Menurut teori ada 3 (tiga) cara pengenaan utang pajak yang dapat dilakukan yaitu : 1) Pengenaan didepan (stelsel fictieve) Pengenaan didepan merupakan suatu cara pengenaan pajak yang didasarkan atas suatu anggapan (fictieve) dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan bunyi UndangUndang. 2) Pengenaan dibelakang (stelsel riel) Pengenaan dibelakang merupakan suatu cara pengenaan pajak yang didasarkan pada keadaan yang sesungguhnya (riel) atau nyata, yang diperoleh dalam satu tahun pajak.

18

3)

Pengenaan cara campuran Pengenaan cara campuran merupakan mendasar pada suatu kedua cara cara

pengenaan pajak yang pengenaan pajak diatas. h. Hapusnya Utang Pajak Ada 4 (empat)

hal yang mengakibatkan

hapusnya

(berakhirnya) utang pajak yaitu : 1) Pembayaran 2) Kompensasi 3) Daluwarsa 4) Pembebasan dan Penghapusan Apabila wajib pajak melakukan pembayaran atas utangpajaknya ke kas negara hanya dapat dilakukan dengan utang bukan barang atau bentuk lainnya, kompensasi merupakan

suatu cara menghapus utang pajak yang dilakukan melalui cara

pemindahan kelebihan pajak

pada suatu jenis pajak.

Selanjutnya daluwarsa utang pajak merupakan suatu cara untuk menghapusnya utang pajak karena lampaunya waktu, dalam Pasal 13 dan Pasal 22 UndangUndang Nomor 16 Tahun 2000 (UU KUP) menyatakan bahwa daluwarsa penetapan dan penagihan pajak lampau waktu setelah 10 (sepuluh) tahun. Artinya batas waktu tersebut, wajib pajak tidak lagi mempunyai kewajiban untuk melunasi utang pajak.

19

Hapusnya utang pajak yang terakhir karena adanya proses penghapusan piutang pajak yang bisa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a) Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan. b) Wajib pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi yang dibuktikan berdasarkan surat keterangan dari pemerintah daerah setempat. c) Sebab lain, misalnya wajib pajak tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen tidak dapat ditemukan lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti kebakaran, bencana alam. i. Hambatan Pemungutan Pajak Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi : 1) Perlawanan Pasif Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang

dapat disebabkan antara lain : a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

20

c) Sistem kontrol dengan baik. 2) Perlawanan aktif

tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : a) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-Undang Perpajakan. b) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-Undang Perpajakan (menggelapkan pajak). 2.1.2 Penagihan Pajak a. Pengertian Istilah Dalam Penagihan Pajak 1) Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Undang-Undang perpajakan. 2) Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar

penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingati, melaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pengesahan, melaksanakan

21

penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita. 3) Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang, jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan Pelaksanaan Penagihan Pajak. 4) Pejabat adalah yang berwenang mengangkat dan

memberhentikan jurusita pajak, penagihan,

menerbitkan surat perintah

surat pencabutan sita, pengumuman lelang, surat

perintah harga limit, pembatalan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak utang tidak melunasi sebagian atau pajak tidak melunasi seluruh sebagian

pajak penanggung

atau seluruh utang pajak menurut Undang-Undang Perpajakan dan peraturan daerah. b. Pelaksanaan Penagihan Pajak Ada beberapa tahapan dalam melakukan penagihan pajak,

yang keseluruhannya tahapan-tahapan tersebut dilalui dalam proses penagihan pajak. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan diantaranya : 1) Pengertian penagihan pajak seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh JuruSita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal

22

jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utama pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. 2) Dasar Hukum Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3) Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus. Surat penagihan pajak seketika dan sekaligus dapat diterbitkan dalam hal : a) Wajib pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk itu. b) Penanggung pajak memindahkan barang-barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghasilkan atau mengecilkan kegiatan usahanya di Indonesia. c) Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan : (1) Membubarkan badan usaha (2) Memindah tangankan usahanya (3) Menggabungkan usahanya. (4) Melakukan perubahan bentuk usaha d) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara e) Terjadinya penyitaan barang-barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

23

Penerbitan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus yaitu : (1) Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. (2) Tanpa didahului surat teguran (3) Sebelum jangka waktu 21 hari sejak surat teguran diterbitkan (4) Sebelum penerbitan surat paksa. f) Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus sekurangkurangnya memuat : (1) Nama wajib pajak, atau nama wajib dan penanggung pajak. (2) Besar utang pajak (3) Perintah untuk membayar (4) Saat pelunasan pajak c. Surat Teguran 1) Pengertian Surat teguran Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.

24

2) Dasar Hukum a. Pasal 8 ayat (2) UndangUndang Nomor 19 tahun 1997 sebagaimana diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007b. Pasal 1 angka 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia NomorDesember

561/KMK.04/2000 tanggal 26

2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat

Paksa.c. Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor

561/KMK.04/2000 tanggal 26

Desember 2000 tentang TataCara Pelaksanaan Penagihan

Pajak. 3) Pelaksanaan Penerbitan Surat Teguran Tindakan penagihan pajak dimulai dengan penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai tanggal jatuh tempo pembayaran. Penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis dilakukan setelah 7 (tujuh) pembayaran. Namun hari sejak saat jatuh tempo surat

demikian

surat teguran,

peringatan, atau surat lain yang

sejenis tidak diterbitkan

25

kepada penanggung pajak telah diberikan pesetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang pajak. Dalam hal ini wajib pajak harus terlebih dahulu mengajukan surat permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang pajak. d. Surat Paksa 1) Pengertian Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. 2) Dasar Hukum a) Pasal 8 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. b) Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika, Sekaligus dan Pelaksanaan Surat paksa. c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 564/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang TataCara Pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan diluar wilayah kerja pejabat yang menerbitkan surat paksa.

26

d) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-21 / PJ / 2002 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tata Cara Pemberitahuan Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Penyitaan diluar wilayah pejabat yang menerbitkan surat paksa. 4) Pelaksanaan Penerbitan Surat Paksa Surat Paksa diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP),Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), Surat Tagihan Bea (STB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKBKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat keputusan pembetulan, atau surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, apabila : a) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis. b) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika sekaligus.

27

c) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Penerbitan surat paksa secara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, karena penerbitan surat paksa memberikan wewenang kepada petugas penagihan pajak, khususnya jurusita pajak, untuk melaksanakan eksekusi langsung (parate executi ) dalam penyitaan atas barang milik penanggung pajak dan melakukan penjualan atau lelang atas barang-barang yang disita untuk pelunasan pajak terutang tanpa melalui prosedur di pengadilan terdahulu. Dengan kata lainnya, surat paksa merupakan kekuatan eksekutorial serta mempunyai kedudukan yang sama dengan putusan pengadilan perdata. Itulah sebabnya mengapa surat paksa berkepala kata-kata DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA dan ini merupakan ciri-ciri surat paksa. Surat paksa diterbitkan paling cepat 21 (dua puluh satu) hari sejak penerbitan surat teguran atau 28 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran SKPKB PPh / PPN / PPnBM atau SPPT / SK PBB, kecuali apabila terhadap penanggung pajak telah diterbitkan surat penagihan pajak seketika dan sekaligus, surat

28

paksa dapat diterbitkan lebih awal dari 21 hari yang telah ditetapkan sebagai tanggal jatuh tempo atau tanpa menunggu lewat dari waktu 21 hari sejak surat teguran diterbitkan. Surat paksa mempunyai batas akhir 2 (dua) hari sejak tanggal diterbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, surat putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 5) Pemberitahuan Surat Paksa Pemberitahuan surat paksa dilakukan oleh jurusita dengan pernyataan dan penyerahan surat paksa kepada penanggung pajak. Pernyataan ini adalah membacakan isi surat paksa

kepada penanggung pajak dan kedua belah pihak, jurusita dan penanggung pajak, menandatangani berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diterbitkan. a) Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap wajib pajak orang pribadi surat paksa diberitahukan kepada : (1) Penanggung pajak ditempat tinggal, tempat usaha, atau ditempat lain yang memungkinkan. (2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja ditempat usaha penanggung pajak, apabila

29

penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai. (3) Salah seorang ahli waris atas pelaksanaan wasiat atau yang mengurus harta peninggalan, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi. (4) Para ahli waris, apabila penanggung pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagikan. b) Wajib Pajak Badan Terhadap wajib pajak badan surat paksa diberitahukan kepada : (1) Pengurus, pemegang saham dan pemilik modal baik ditempat kedudukan pada yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan. (2) Pegawai tingkat pimpinan ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila jurusita dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada angka 1 c) Wajib Pajak Pailit Apabila wajib pajak dinyatakan pailit oleh pengadilan negara suratpaksa diterbitkan kepada kurator atau balai harta peninggalan dan hakim pengawas yang ditetapkan. Sedangkan terhadap wajib pajak badan yang dinyatakan

30

bubar atau dalam likuidasi, surat paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidasi, atau tim likuidasi. e. Penyitaan 1) Pengertian Penyitaan Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melakukan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa. 2) Dasar Hukum a) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. b) Peraturan pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

31

c) Keputusan Menteri keuangan Nomor 85 / KMK.03 / 2003 tanggal 3 Agustus 2002 tentang Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. d) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak nomor : KEP-627/ PJ/2001 tanggal 24 September 2001 tentang Tata Cara Pemblokiran Dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak Yang Tersimpang Dalam Bank Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. e) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP21/PJ/2002 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tata Cara Pemberitahuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Dan Penyitaan Diluar Wilayah Kerja Pejabat Yang Memberikan Surat Paksa. 3) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) a) Penerbitan SPMP Apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 kali 24 jam terhitung sejak tanggal surat paksa diterbitkan kepada wajib pajak / penanggung pajak, maka kepada KPP yang telah menerbitkan surat paksa menerbitkan SPMP.

Dengan kata lain, SPMP paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal surat paksa diterbitkan kepada penanggung pajak.

32

b) Objek sita berada di luar wilayah kerja pejabat yang menerbitkan surat paksa. Apabila dalam satu kota terdapat beberapa KPP, pejabat yang menerbitkan surat paksa dapat memerintahkan jurusita untuk melaksanakan penyitaan terhadap objek sita yang berada di luar wilayah kerjanya sepanjang masih dalam satu kota. Dalam hal ini pejabat tersebut wajib memberitahukan penyitaan kepada pejabat yang wilayah kerjanya meliputi objek sita berada. Adapun prosedurnya sebagai berikut : (1) Dalam hal objek sita berada diluar wilayah kerja pejabat yang menerbitkan surat paksa, pejabat tersebut meminta bantuan kepada pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat / lokasi objek sita untuk menerbitkan dimaksud. (2) Apabila objek sita letaknya berjauhan dengan tempat kedudukan pejabat yang menerbitkan surat paksa, tetapi masih dalam wilayah kerjanya, pejabat tersebut dapat meminta bantuan kepada pejabat yang, wilayah kerjanya juga meliputi tempat objek sita berada untuk menerbitkan SPMP. 4) Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan a) Dalam melakukan penyitaan, jurusita harus : SPMP terhadap, objek sita yang

33

(1) Memperlihatkan identitas JuruSita (2) Memperlihatkan SPMP (3) Memberitahukan maksud dan tujuan penyitaan b) Barang milik penanggung pajak yang dapat disita adalah barang yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain, termasuk penguasanya beradadi tengah pihak lain yang dibebani dengan hak tanggungan

sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. f. Pelelangan 1) Pengertian Pelelangan Pelelangan adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. a) Dasar Hukum (1) (2) Pasal 24 sampai dengan 28 UU PPSP Peraturan pemerintah Nomor 136 Tahun 2000tanggal 20 Desember 2000 tentang tata cara penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari

penjualan secara lelang dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa.

34

b) Pelaksanaan Lelang (1) Kepala Kantor mengajarkan permohonan lelang secaratertulis sesuai dokumen-dokumen yang disyaratkan

kepada Kepala Kantor Lelang.(2) Pengumuman lelang dilakukan setelah ditentukan hari, tanggal, jam lelang. Kepala kantor mengumumkan paling singkat 14 hari setelah penyitaan, melalui surat kabar dan media elektronik untuk barang dengan nilai paling banyak 20.000.000 tidak harus diumumkan

melalui media masa, tetapi dapat melalui selebaran.(3) Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali, tetapi untuk barang tidak bergerak 2 kali dengan jangka waktu pengumuman pertama dengan kedua

sekurang-kurangnya 15 hari.(4) Dalam pelelangan, biaya penagihan pajak ditambah

1% dari pokok lelang.(5) Lelang dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh

penanggung pajak. (6) Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajaktelah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan, atau putusan

pengadilan pajak, atau objek pajak musnah.

35

2.2 Studi Empiris Studi empiris dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman studi-studi terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Studi empiris akanmenjelaskan mengenai pelaksanaan penagihan pajak yang diteliti Sinta

Caturia Novita dengan berjudul Evaluasi Pelaksanaan Penagihan Pajak padaKantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak. Untuk penerimaan pajak

yang berasal dari tahun 2008, Masih rendahnya pelaksanaan penagihan pajak yang dikarenakan kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayarkewajiban pajak dan Laella Septiani dengan judul Evaluasi Pelaksanaan

Penagihan Pajak Penghasilan Badan atas Surat Ketetapan Pajak, Yangdikeluarkan dari tahun 2004-2008, Masih rendahnya pelaksanaan penagihan

pajak yang dikarenakan kurangnya rasa kesadaran Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajak.

33

2.3 Kerangka AnalisisKPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Undang-Undang Perpajakan Tentang Peraturan Pelaksanaan Penagihan Pajak

STP / SKP setelah jatuh tempo

Tunggakan Pajak

1. 2. 3. 4. 5.

Surat Teguran (7 hari) Surat Paksa (21 hari) SPMP (2 x 24 jam) Pengumuman Lelang (14 hari) Pelaksanaan Lelang (14 hari)

EVALUASI

Sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan.

Tidak sesuai dengan UndangUndang Perpajakan.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Analisis Sumber data dari tahun 2010 Penjelasan : Keterangan : Fokus Masalah : Aliran Pembahasan

37

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, terdapat wajib pajak yang melakukan tunggakan pajak didalam pajak penghasilannya. Pada Praktek Pelaksanaan Penagihan Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua terdapat temuan dalam Praktek Pelaksanaan Penagihan Pajak. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) / Surat Ketetapan Pajak (SKP) kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak terutangnya saat jatuh tempo. Apabila wajib pajak tidak melakukan pelunasan pajak terutangnya, maka dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo aparat pajak akan melakukan peringatan melalui surat teguran. Kemudian dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari terhitung mulai dikeluarkan surat teguran wajib pajak yang tidak segera melunasi pajak terutangnya, maka akan dikeluarkannya surat paksa. Jika dalam waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah surat paksa disampaikan. Wajib pajak tidak segera melunasinya, maka oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP). Dalam waktu selama 14 (empat belas) hari setelah penyitaan, akan dilakukan pengumuman lelang dimana hari, tanggal, dan jam lelang sudah ditentukan. Setelah itu baru dilaksanakan pelelangan selama 14 hari. Dari prosedur pelaksanaan penagihan pajak dan temuan praktek pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, maka dilakukannya evaluasi untuk menilai apakah sesuai atau tidak sesuai dengan Undang-undang Perpajakan. Setelah itu dibuatkan kesimpulan dan saran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah Pelaksanaan Penagihan Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Tempat penelitian ini adalah KPP Pratama JakartaTanah Abang Satu dibagian Penagihan Pajak. Tepatnya di Kepala Seksi Penagihan atau Staff bagian Penagihan Pajak yang mewakili dalam pelaksanaan

penagihan pajak yang ada di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.

3.2 Pengumpulan Data 3.2.1 Sumber DataSehubungan obyek penelitian, maka sumber data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Adapun sumber data sekunder. Yang mendukung penelitian ini antara lain : a) Sumber data KPP Jakarta Tanah Abang Satu yang meliputi : 1) STP (Surat Tagihan Pajak) 2) SKP (Surat Ketetapan Pajak) 3) Surat Teguran 4) Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) 5) Surat Lelang

38

39

b)

Sumber data kepustakaan lainnya : 1) Laporan Karya Ilmiah 2) Laporan Penelitian 3) Jurnal Ilmiah

c)

Untuk informasi tambahan penulis melakukan pencarian dari internet, surat kabar dan lain-lain.

3.2.2 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dipublikasikan dan telah diolah oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. 3.2.3 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperoleh atau digunakan dalam penelitian inimerupakan data yang diperoleh dari KPP Pratama Jakarta Gambir Dua. Sehubungan dengan kelengkapan dalam penyusunan skripsi

maupun penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data yaitu Penelitian Lapangan (field research). Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian secara langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Untukmendapatkan data dan informasi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu melalui Observasi. Penulis melakukan

pengamatan langsung di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu dengan mengamati proses kerja pada bagian penagihan pajak.

40

3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Dasar Penagihan Pajak Hak negara untuk melakukan penagihan pajak berawal dariadanya hutang pajak yang jatuh tempo belum atau kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB), surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT), surat keputusan keberatan dan putusan

banding. Apabila utang pajak yang terutang dalam dokumen-dokumen tersebut diatas sampai jatuh temponya, ternyata belum dilunasi, maka tindakan penagihan dapat segera dimulai. 3.3.2 Angsuran dan Penundaan Pembayaran Utang PajakSalah satu hak yang dimiliki oleh wajib pajak yang tercantum

dalam Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang No.19 Tahun 1994 dan telah direvisi Undang-Undang No.19 Tahun 2000 adalah hak untuk melakukan angsuran atau penundaan atas pajak yang terutang,meskipun tanggal jatuh tempo tersebut telah ditentukan. Untuk dapat

mengangsur atau menunda pembayaran pajak terutang, wajib pajak harus mengikuti prosedur yang selama ini diterapkan yaitu : a. Wajib pajak harus mengajukan surat permohonan. b. Wajib pajak setelah mendapat surat permohonan, maka surat permohonan tersebut disampaikan ke KPP.

41

3.3.3 Surat Ketetapan Pajak / Surat Tagihan Pajak Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan pajak yangmeliputi, SKPKB, SKPKBT, dan Ketetapan pajak Nihil atau SKPLB. Surat Ketetapan pajak hanya dapat diterbitkan terhadap

wajib pajak apabila ada kewajiban yang tidak terpenuhi.Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. Surat

tagihan pajak berfungsi untuk : a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut menurut SPT Wajib Pajak. b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. c. Alat untuk menagih pajak pada wajib pajak. 3.3.4 Surat Teguran Surat teguran adalah surat peringatan kepada wajib pajak agar segera melunasi utang pajak yang ditanggungnya. Surat teguran dikirim kepada wajib pajak apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya 7 hari setelah jatuh tempo. Dasar hukum dalam prosedur surat teguran ini adalah : a. Pasal 8 ayat (2) Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. b. Pasal 1 angka 3 Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 561/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember

42

2000 tentang tata cara pelaksanaan penagihan seketika atau sekaligus dan pelaksanaan surat paksa. 3.3.5 Surat Paksa Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan apabila wajib pajak belum melunasi utang pajaknya selama 21 hari sejak tanggal surat teguran. Bersama dengan penyampaian surat paksa tersebut, wajib pajak dibebani biaya administrasi penagihan paksa sebesar Rp. 25.000,-. Wajib pajak wajib melunasi dalam waktu 2 x 24 jam. Dasar hukum dalam penagihan dengan surat paksa adalah : a. Pasal 8 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa. b. Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor.

561/KMK.04/2000 tentang tata cara pelaksanaan penagihan seketika sekaligus dan pelaksanaan surat paksa. c. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 964/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang tata cara pelaksanaan surat paksa dan penagihan pajak diluar wilayah pejabat yang

menerbitkan surat paksa. d. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-21/PJ/2002 tentang tata cara pemberitahuan pelaksanaan yang menerbitkan

43

surat paksa dan penyitaan diluar wilayah pejabat yang menerbitkan surat paksa. e. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. f. Alasan penerbitan surat perintah melakukan penyitaan adalah penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah diberitahukan surat paksa. Setelah lewat dari 2 x 24 jam surat paksa telah diberitahukan, maka fiskus / pejabat pajak berkewajiban untuk melakukan penyitaan. Dasar hukum atas penerbitan surat perintah melakukan penyitaan adalah pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang pelaksanaan

penagihan dengan surat paksa adapun dasar hukum lain yang ada kaitannya dengan operasional penagihan pajak, baik peraturan pemerintah, keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak yang diberlakukan. 3.3.6 Surat Penyitaan Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna untuk dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka fiskus / pejabat pajak berkewajiban untuk melakukan penyitaan. Dasar hukum atas penerbitan surat perintah melakukan penyitaan adalah pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang

44

Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan surat paksa adapun dasar hukum lain yang ada kaitannya dengan operasional penagihan

pajak, baik peraturan pemerintah, keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak yang diberlakukan 3.3.7 Surat Pengumuman Lelang Setelah pelaksanaan penyitaan dilakukan dengan prosedur pelaksanaan yang benar.Wajib pajak dalam hal ini sebagai tersangka dan tidak bisa melunasi hutang-hutangnya. Dan yang dilakukan Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengumumkan pelelangan. Adapun waktu pelelangan hanya 14 hari setelah penyitaan, dimana hari, tanggal, dan jam lelang sudah ditentukan.

3.4 Metode Analisis Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu uraian yang sistematis berdasarkan teori-teori yang relevan dan variabel yang diteliti. Penulis juga membandingkan data-data yang diperoleh dengan kriteria yang ditetapkan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam melengkapi pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dalambab ini akan dijelaskan lebih jauh lagi tentang Pelaksanaan Penagihan Pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Dimana hal-hal yang dijelaskan dalam sub bab hasil penelitian yaitu, sebagai berikut : 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Pada tahun 1974 diresmikan berdirinya suatu instansi pajak di lokasi Jakarta Pusat yang bernama Kantor Inspeksi Pajak Jakarta Pusat Satu. Kemudian sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan makakemudian Kantor Inspeksi Pajak Jakarta Pusat ini berubah menjadi

Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang Satu. Seiring dengan proses reformasi dan modernisasi di bidang perpajakan maka Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang Satu berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang merupakan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang pertama kali dibentuk danberoperasi dalam rangka pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004 jo Keputusan Direktorat Direktorat Jenderal Pajak nomor 172/PJ./2004 Tanggal 29 November 2004 tentang Penerapan Organisasi dan Tata

45

46

Kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu di lingkungan Kanwil DJP Jakarta, Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Tanah Abang Satu meliputi 2 Kelurahan yaitu Petojo Selatan dan Cideng Setelah terbentuknya Kanwil dan KPP Wajib Pajak Besar pada tahun 2002 dan terbentuknya Tim Modernisasi Administrasi Perpajakan Jangka Menengah pada tahun 2003, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu ditunjuk sebagai Kantor Pelayanan Pajak yang menerapkan administrasi perpajakan modern yang ciri-cirinya antara lain adanya perubahan struktur organisasi, penggunaan teknologi informasi untuk menunjang sebagian besar administrasi perpajakan, dan penerapan Kode Etik Pegawai. Dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor

254/KMK.01/2004, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua ditunjuk sebagai Kantor Pelayanan Pajak percontohan (pilot project ) untuk penerapan administrasi modern bagi Kantor Pelayanan Pajak lainnya selain Kantor Pelayanan Pajak WP Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Khusus. Hal ini mengingat untuk pertama kalinya terjadi penggabungan KPP, Karikpa, dan KPPBB menjadi KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sekarang beroperasi dijalan K.H. Hasyim Ashari No. 6-12. Jakarta Pusat.

47

4.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu merupakan salah satu unsur pelaksanaan penagihan pajak, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu ini dipimpin oleh Erman A.R. KPP Pratama sebagai ujung tombak dalam merealisasikan target penerimaan pajak sesuai dengan yang ditetapkan merupakan peran strategis dari suatu instansi. Peran strategis ini ditentukan lebih lanjut menjadi tugas pokok, yaitu KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif dan pemeriksaan terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, PBB dan BPHTB dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama umumnya dan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu pada khususnya berhubungan erat dengan Mandat yang diberikan kepada Instansi. Atau dengan kata lain fungsi merupakan mandat, sehingga KPP Pratama dapat melaksanakan fungsinya untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan berikut:

48

Gambar 4.1 Bagan Organisasi KPP Pratama Jakarta Tanah Abang SatuKepala Kantor

Sub Bagian umum

Perpajakan umu Seksi Ekstensifikasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pelayanan

Seksi Pemeriksaan

Seksi Penagihan

Seksi Waskon 1

Seksi Waskon 2

Seksi Waskon 3

Seksi Waskon 4

UmKelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 1 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 2 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 3 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 4 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 5 Penilai PBB

Sumber : KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

a. Pengumpulan

dan

pengolahan

data,

penyajian

informasi

perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi

wajib pajak. b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Suratuuuuuuuumum

Pemberitahuan Masa serta berkas Wajib Pajak. c. Pengawasan pembayaran masa pajak penghasilan, PajakPertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan

Pajak Tidak Langsung lainnya.

49

d. Penatausahaan

piutang

pajak,

penerimaan,

penagihan,

penyelesaian keberatan, penatausahaan banding dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan f. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP) h. Pengurangan Sanksi i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan j. Ekstensifikasi wajib pajak dan obyek pajak k. Pelaksanaan administrasi dan objek pajak Petugas yang berwenang menangani proses Pengukuhan PKP (Penghasilan Kena Pajak) pada Seksi Pelayanan. Petugas ini mengerjakan Proses Pengukuhan PKP dan juga Pendaftaran NPWP, tetapi penugasannya dilakukan oleh Kepala Seksi Pelayanan kepada masing-masing petugas melalui pertimbangan Kepala Seksi yang bersangkutan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu didukung oleh 89 orang staf yang bernaung di bawah jabatan struktural, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, 1 Kepala Sub Bagian Umum dan 9 orang Kepala Seksi, 21 orang Account Representative yang berwenang bertanggung jawab langsung atas pelayanan perpajakan

50

kepada Wajib Pajak, 12 orang fungsional pemeriksa pajak, 42 orang pelaksana. Dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah dan Susunan Pegawai KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Jabatan Kepala kantor Kepala Sub.Bagian Umum Ketua Kepala Fungsional Kepala Seksi dan Waskon Supervisor Account Representative Petugas Pelaksana Jumlah Sumber : KPP Tanah Abang Satu Diolah Penulis 1) Sub Bagian Umum Tugas-tugas sub bagian umum meliputi urusan kepegawaian, rumah tangga dan keuangan antara lain: a. Penerimaan, penyampaian dan pemusnahan dokumen di KPP. b. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di subagian umum. c. Permintaan pengujian kesehatan pegawai. d. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah pegawai negeri sipil. e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa. Jumlah pegawai 1 1 12 9 3 21 42 89

51

f.

Penerbitan izin melanjutkan pendidikan diluar kedinasan (S1) dan Pengujian usul peserta pendidikan di luar negeri.

g. Laporan perkawinan pertama pegawai. h. Pengujian usul permohonan pensiun janda/duda. i. Pengujian usul permohonan berhenti bekerja sebagai PNS atas permintaan sendiri. j. Pengujian usul pengangkatan bendahara.

k. Pengurusan gaji, TKPKN (Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara), dan SPJ (Surat Pertanggung Jawaban). l. Permohonan uang duka wafat/tewas.

m. Permohonan kartu tanda peserta asuransi dan taspen. n. Mekanisme pembayaran anggaran belanja (pembayaran melalui uang persediaan). o. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS) kepada rekanan. p. Permintaan dan pembayaran lembur pegawai. 2) Seksi Pelayanan Tugas-tugas seksi pelayanan antara lain : a. Penatausahaan surat dokumen dan laporan wajib pajak pada tempat pelayanan terpadu. b. Pendaftaran NPWP.

52

c. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak. d. Perubahan identitas wajib pajak. e. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di kantor pelayanan pajak lama. f. Penyelesaian pemindahan pengusaha kena pajak di kantor pelayanan pajak lama. g. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di kantor pelayanan pajak baru. h. Penyelesaian pemindahan pengusaha kena pajak di kantor pelayanan pajak baru. i. Penerimaan dan pengelolaan SPT tahunan PPh. j. Penerimaan dan pengelolaan SPT masa. k. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT tahunan PPh. l. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT masa PPN. m. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT tahunan PPh. n. Penelitian hasil keluaran berupa SPPT / SPPS / DHKP / DHR. o. Penyelesaian permohonan percetakan salinan SPPT/ SKP/ STP. p. Penyelesaian permohonan pembetulan SPPT / SKP / STP. q. Peminjaman dan pengiriman berkas.

53

r. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi. s. Penyelesaian permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dollar US. t. Penerbitan surat ketetapan pajak. u. Penyelesaian penghapusan nomor pokok wajib pajak. v. Penatausahah dokumen wajib pajak. w. Pelayanan permintaan penetapan sebagai daerah terpencil. x. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pelayanan. y. Penyelesaian pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak. 3) Seksi Penagihan Tugas- tugas seksi penagihan antara lain : a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan. b. Penyimpanan dan pengisian kartu pengawasan tunggakan penagihan. c. Penatausahaan surat keputusan keberatan / banding/ pengurangan / pembatalan ketetapan pajak dan surat keputusan pengurangan / penghapusan sanksi administrasi pada seksi penagihan. d. Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak.

54

Gambar 4.2 Bagan Organisasi Seksi Penagihan KEPALA SEKSI

Pelaksana Seksi Penagihan

JuruSita Pajak Negara (JSPN)

Sumber : KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. e. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak. f. Penyelesaian usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak. g. Penagihan pajak seketika dan sekaligus. h. Penghapusan piutang pajak. i. Penerbitan surat tagihan pajak atau STP bunga penagihan. j. Penerbitan dan penyampaian surat teguhan penagihan. k. Penerbitan dan pemberitahuan surat paksa. l. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). m. Penerbitan surat keputusan pencabutan sita.n. Pemindahan berkas penagihan dari kantor pelayanan pajak

ke kantor pelayanan pajak lainnya.o. Pembuatan usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap

wajib pajak tertentu. p. Penyelesaian lelang.

55

q. Penyelesaian permohonan pembatalan lelang. r. Pembuatan laporan seksi penagihan pajak kekantor wilayah. s. Penyelesaian permohonan mengangsur pembayaran pajak. 4) Seksi Pemeriksaan Tugas-tugas seksi pemeriksaan antara lain :a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk ke seksi

pemeriksaanb. Penyelesaian surat pemberitahuan atau SPT tahunan pajak

penghasilan lebih bayar c. Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak penjualan barang mewahd. Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak pertambahan nilai untuk selain wajib

pajak patuh e. Penyelesaian usulan pemeriksaan f. Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti permulaan g. Pengamatan oleh KPP h. Pemeriksaan kantor i. Pemeriksaan lapanganj. Penatausahaan laporan hasil pemeriksaan atau LHP dan

nota penghitungan atau nothit.

56

5) Seksi Pengelolaan Data dan Informasi Tugas-tugas seksi pengelolaan data dan informasi antara lain : a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI b. c. Penatausahaan alat keterangan Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan d. e. f. Pembentukan Bank Data Pemanfaatan Bank Data Pembentukan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPP) Kirim ke kantor pelayanan pajak laing. Peminjaman berkas data atau alat keterangan oleh seksi

pengelolaan data dan informasi kepada seksi terkait 6) Seksi Pengawasan dan Konsultasi (PK I IV) Tugas-tugas seksi pengawasan dan konsultasi antara lain : a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk ke seksi pengawasan dan konsultasib. Penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak /

SPMKPc. Penerbitan surat perintah membayar imbalan bunga /

SPMIIB d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan e. Pelayanan permintaan perubahan tahun buku pertama

57

f.

Penyelesaian permohonan surat keterangan bebas / SKB PPh 21

g. Pelayanan permintaan pemusatan PPN h. Pembuatan SPMKP atau SPMIB yang hilang i. j. Penyelesaian pemindahanbukuan atau Pbk Penyelesaian pemindahanbukuan atau Pbk ke KPP lain

k. Penyelesaian permohonan surat keterangan fiskal wajib pajak non bursa l. Penerbitan surat penagihan pajak

m. Penyelesaian perhitungan lebih bayar atau PLB n. Pemberian bimbingan kepada wajib pajak o. Penetapan wajib pajak patuh p. Pemutakhiran profil wajib pajak q. Pelaksanaan ekualisasi r. Pengusulan pengusaha kena pajak fiktif

s. Penyusunan estimasi penerimaan pajak per wajib pajak 7) Seksi Ekstensifikasi Tugas-tugas seksi pengawasan dan konsultasi antara lain : a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi ekstensifikasi perpajakan. b. Pendaftaran objek pajak baru dengan pemeriksaan kantor. c. Pendaftaran objek pajak baru dengan pemeriksaan lapangan.

58

d. Penerbitan himbauan untuk ber-NPWP . e. Pencarian data dari pihak ketiga dalam rangka

pembentukan pemutakhiran bank data perpajakan. f. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka

pembuatan monografi fiskal. g. Pelaksanaan penilaian individual objek PBB. h. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). 4.1.3 Kondisi dan Wilayah Kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang SatuKPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu merupakan Mitra dari KPP

Jakarta Gambir Tiga yang mempunyai wilayah kerja meliputi : a. Kelurahan Petojo Selatan b. Kelurahan CidengAdapun diukur dari luas wilayah KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Potensi wilayah penyangga penerimaan adalah wilayah

perkantoran yang meliputi Kelurahan Petojo Selatan dan Cideng. Sebagai gambaran, dapat diuraikan gedung-gedung perkantoran yang termasuk dalam wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu adalah : Table 4.2 Gedung Perkantoran dan Wilayah Kerja Tanah Abang Satu Gedung Perkantoran > 5 Lantai Kelurahan Cideng 1.Gedung ITC Roxy Kelurahan Petojo Selatan 1. Gedung Depkes Sumber : Diolah Penulis Gedung Perkantor < 5 Lantai Kelurahan Cideng 1. Apotik Roxy Mas Kelurahan Petojo Selatan 1. wali kota jakarta pusat

59

Para karyawan yang betugas dikantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu dan juga kantor pemerintah lainnya disebut Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat yang berwenang dan untuk mengangkatnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun syarat-syarat menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut: 1) Warga Negara Indonesia. 2) Umur Minimal 18 Tahun. 3) Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan. 4) Tidak pernah terlibat dalam G30S/PKI, menentang pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. 5) 6) Tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat. Berkelakuan baik yang dinyatakan dari surat Keterangan POLRI. 7) Berbadan sehat rohani dan jasmani menurut keterangan dari dokter 8) 9) Memiliki Pendidikan yang diperlukan Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

60

Ketentuan Kepegawaian yang

bekerja

di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu adalah sebagai berikut : 1) Jam kerja dimulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00, untuk hari sabtu libur. 2) Setiap pegawai wajib mengisi daftar hadir tiga kali setiap hari, yaitu : a) Pagi pukul 08.00 (waktu masuk) b) Siang pukul 13.00 (istirahat pukul 12.15 sampai dengan 13.00) c) Sore pukul 17.00 (waktu pulang) 3) Apabila tidak hadir, terlambat dan pulang cepat diberikan sanksi berupa pemotongan tunjangan khusus atau diberikan surat peringatan satu sampai tiga kali. 4) Setiap pegawai berhak atas cuti tahunan, cuti sakit, cuti bersalin (untuk perempuan) dan cuti alasan penting (yang diatur dalam cuti pegawai). 4.1.4 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan

61

dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan UndangUndang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien 4.2 Standar Operasional Prosedur Penagihan Pajak 4.2.1 TataCara Penerbitan Dan Penyampaian Surat Teguran

Penagihan pajak a. Deskripsi : Prosedur Operasi ini menguraikan tata cara penerbitan dan pemberitahuan Surat Teguran penagihan. Surat Teguran penagihan pajak diterbitkan apabila terdapat tunggakan pajak yang belum dibayar setelah melewati jatuh tempo pembayaran. b. Dasar Hukum : 1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-

561/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang TataCara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan

Pelaksanaan Surat Paksa. 2) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak nomor KEP-645/PJ/2001 tanggal 4 Oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, dan Kode Kartu, Formulir, Surat, dan Buku yang digunakan dalam Pelaksanaan

62

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.t.d. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-474/PJ/2002. c. Surat Edaran Terkait: 1) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE13/PJ.75/1998 tanggal 20 November 1998 tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak. d. Pihak yang Terkait : 1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2) Kepala Seksi Penagihan Pajak 3) JuruSita Pajak 4) Wajib Pajak/Penanggung Pajak e. Formulir yang Digunakan : 1) Bukti pelunasan (SSP/STTS/SSB/Bukti Pbk) 2) Bukti pengurangan (Keputusan pembetulan / Keputusan keberatan/ Putusan banding / Keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak / Keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi) 3) Surat ketetapan pajak (Kohir) f. Dokumen yang Dihasilkan : 1) Surat Teguran. g. Prosedur Kerja : 1) Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, JuruSita Pajak mencetak konsep

63

Surat Teguran Penagihan Pajak dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. Surat Teguran Penagihan pajak dicetak minimal sebanyak rangkap 2 (dua) yaitu : a) Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak b) Lembar ke-2 untuk Arsip Kantor Pelayanan Pajak. 2) Kepala Seksi Penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep

Surat Teguran Penagihan pajak dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi Penagihan tidak menyetujui, JuruSita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 3) Kepala Kantor menandatangani Surat Teguran Penagihankemudian mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan

pajak untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak / Penanggung Pajak. 4) Kepala Seksi Penagihan Pajak menugaskan JuruSita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak, mengarsipkan Surat Teguran, dan

menyampaikan Surat Teguran Penagihan kepada Sub Bagian Umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak. 5) Proses Selesai. h. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 2 (dua) hari kerja.

64

4.2.2

Tata Cara Penerbitan Dan Pemberitahuan Surat Paksa a. Deskripsi : Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penerbitan danpemberitahuan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan apabila sampai dengan 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran Penagihan

pajak, penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya. b. Dasar Hukum : 1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara PelaksanaanSurat Paksa Dan Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat

yang Menerbitkan Surat Paks 2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-

561/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa. 3) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-

645/PJ./2001 tanggal 4

Oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, yang digunakan dalam Paksa s.t.d.d

Kartu, Formulir, Surat, dan Buku

Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat

KEP-474/PJ/2002.

65

c. Surat Edaran Terkait : 1) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE13/PJ.75/1998 tanggal 20 Nopember 1998 Tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak. d. Pihak yang Terkait : 1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2) Kepala Seksi Penagihan pajak 3) JuruSita Pajak 4) Wajib Pajak/Penanggung Pajak e. Formulir yang Digunakan : 1) Surat Teguran penagihan pajak 2) Kartu Pengawasan 3) Bukti pelunasan (SSP/STTS/SSB/Bukti Pbk)4) Surat ketetapan pajak (SKPKB/SKPKBT/Keputusan

Keberatan/Putusan Banding) 5) Risalah Putusan Banding f. Dokumen yang Dihasilkan : 1) Surat Paksa 2) Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa 3) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa g. Prosedur Kerja : 1) Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat waktu darisistem, JuruSita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat

66

Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2) Kepala Seksi Penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan

menandatangani Surat Paksa kemudian menyampaikannya kepada JuruSita Pajak. 4) JuruSita Pajak menerima kemudian memberitahukan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/ Penanggung Pajak. 5) JuruSita Pajak memberitahukan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/ Penanggung Pajak. 6) JuruSita Pajak membuat sekaligus menandatangani Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan Pajak. 7) Kepala Seksi Penagihan pajak meneliti dan menandatangani Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) kemudian

menyerahkannya kembali kepada JuruSita Pajak untuk ditatausahakan. 8) JuruSita menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan serta mengarsipkan LPSP.

67

h. Jangka Waktu Penyelesaian: Paling lama 7 (tujuh) hari kerja 4.2.3 Tata Cara Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) a. Deskripsi :Prosedur operasi ini menguraikan tata cara Penerbitan dan

Pelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yangdilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 2 kali 24 jam setelah Surat Paksa

diberitahukan. b. Dasar Hukum: 1) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tanggal 20Desember 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa 2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-

564/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan di Luar

Wilayah Kerja Pejabat yang Menerbitkan Surat Paksa.3) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-645/PJ/2001

Tanggal 4 Oktober 2001 Tentang bentuk, Jenis, Kartu,Formulir, Surat dan Buku yang digunakan dalam Pelaksanaan

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d KEP-474/PJ/2002.

68

c. Surat Edaran Terkait : 1) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE13/PJ.75/1998 tanggal 20 Nopember 1998 tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan pajak d. Pihak yang Terkait : 1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2) Kepala Seksi Penagihan 3) JuruSita Pajak 4) Wajib Pajak/Penanggung Pajak e. Formulir yang Digunakan : 1) Bukti pelunasan (SSP/STTS/SSB/Bukti Pbk) 2) Surat Teguran Penagihan 3) Surat Paksa 4) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa 5) Surat ketetapan pajak (SKPKB / SKPKBT / Keputusan Keberatan / Putusan Banding) dan STP f. Dokumen yang Dihasilkan : 1) Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) g. Prosedur Kerja :1) JuruSita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta

pelunasannya

(SSP/STTS/SSB/buktiPbk)

pengurangan

(keputusan pembetulan / keputusan / keberatan / putusan banding / keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan

69

pajak / keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi), membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan Pajak. 2) Kepala Seksi Penagihan Pajak meneliti dan memaraf konsep SPMP, serta menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan

menandatangani SPMP dan meneruskan kepada Kepala Seksi Penagihan. 4) JuruSita menerima SPMP yang telah disetujui. 5) Proses Selesai. h. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 2 (dua) hari kerja 4.2.4 Tata Cara Pelaksanaan Lelang a. Deskripsi : Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pelaksaan lelang. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Lalang dilaksankan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan dan biaya penagihan pajak setelah 14 (empat belas) hari sejak pelaksanaan penyitaan.

70

b. Dasar Hukum : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 136 Tahun2000 Tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa. 3) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-

645/PJ./2001 tanggal 4 Ok