SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

47
SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN PROLANIS HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR WIWIN PERMATA PUTRI K111 13 017 DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

Transcript of SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

Page 1: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN PROLANIS

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA

KOTA MAKASSAR

WIWIN PERMATA PUTRI

K111 13 017

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Page 2: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

ii

Page 3: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

iii

Page 4: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

iv

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Epidemiologi

Wiwin Permata Putri

“Faktor Risiko Kejadian Komplikasi pada Pasien Prolanis Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar”

(xi + 79 Halaman + 18 Tabel + 3 Gambar + 10 Lampiran)

Komplikasi hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

menyebabkan 9,4 juta kematian setiap tahun. Hipertensi menjadi penyebab dari 45%

kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke di seluruh dunia.

Selain dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian, komplikasi hipertensi juga

dapat berdampak pada beban ekonomi dan menurunkan kualitas hidup pasiennya.

Untuk itu, perlu diketahui faktor risiko kejadian komplikasi pada pasien prolanis

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar agar upaya

pencegahan komplikasi hipertensi dapat dikembangkan.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan

Case Control Study. Populasi dalam penelitian ini terbagi atas populasi kelompok

kasus yaitu pasien prolanis hipertensi disertai komplikasi yang berjumlah 76 orang

dan populasi kelompok kontrol yaitu pasien prolanis hipertensi tanpa disertai

komplikasi yang berjumlah 145 orang. Besar sampel penelitian ini adalah 104 orang

yang terdiri dari 52 kasus dan 52 kontrol. Metode penarikan sampel untuk kelompok

kasus adalah exhaustive sampling. Sedangkan penarikan sampel untuk kelompok

kontrol dilakukan matching berdasarkan kelompok umur. Data dianalisis dengan

menggunakan uji Risk Estimate (Odds Ratio).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pengobatan

(OR=2,62; 95%Cl 1,17-5,86) dan pemeriksaan rutin tekanan darah (OR=2,51; 95%Cl

1,11-5,70) merupakan faktor risiko kejadian komplikasi pada pasien prolanis

hipertensi. Sedangkan lama hipertensi (OR=1,59; 95%Cl 0,73-3,46) merupakan

faktor risiko yang tidak signifikan secara statistik.

Bagi pasien hipertensi diharapkan untuk meningkatkan kepatuhan dalam

melakukan pengobatan hipertensi sesuai dengan anjuran dokter dan melakukan

pemeriksaan rutin tekanan darah minimal sekali dalam sebulan untuk mengurangi

risiko komplikasi. Untuk Puskesmas Tamalanrea diharapkan untuk menunjuk PMO

dari pihak keluarga pasien serta lebih mengaktifkan aktivitas prolanis seperti

konsultasi medis, reminder melalui SMS gateway, dan home visit.

Daftar Pustaka : 46 (2006-2016)

Kata Kunci : hipertensi, komplikasi, prolanis, kepatuhan pengobatan,

pemeriksaan rutin tekanan darah

Page 5: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat ridha dan rahmat-Nya yang senantiasa memberikan

kesehatan, kemampuan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan untuk sebaik-baiknya suri

teladan, Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Faktor Risiko Kejadian Komplikasi pada Pasien Prolanis

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar” dan merupakan

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Skripsi ini penulis persembahkan

untuk tiga orang yang paling berharga dalam kehidupan penulis, orang tua tercinta

H. Ambo Asse A, MH dan Hj. Hariana yang telah memberikan doa, dukungan,

pengorbanan, cinta, dan kasihnya selama ini. Serta adik tersayang, Wina Aprilianti

yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH selaku pembimbing I dan

ibu Jumriani Ansar, SKM, M.Kes selaku pembimbing II atas kebaikannya yang telah

memberikan waktu dan pemikirannya serta dengan penuh kesabaran mengarahkan

dan memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 6: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

iv

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan dan Wakil Dekan beserta seluruh Staf Tata Usaha FKM Unhas atas kerja

sama dan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di FKM Unhas serta

Dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat

berharga bagi penulis.

2. Bapak Muh. Yusran Amir, SKM, MPH selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan membimbing penulis dalam merencanakan pendidikan

di FKM Unhas.

3. Ketua, Dosen-dosen, dan Staf Departemen Epidemiologi FKM Unhas atas kerja

sama dan bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa jurusan Epidemiologi

FKM Unhas.

4. Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM, MKM, Ibu Suriah, SKM, M.Kes, dan Ibu Nur

Arifah, SKM, MA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan serta

arahan guna penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepala Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar beserta staf yang telah membantu

selama proses penelitian.

6. AMDA Indonesia Scholarship atas bantuan dana pendidikan yang diberikan.

7. Teman-teman angkatan 2013 “REMPONG”, Kesmas A, teman-teman seposko

PBL Desa Rumbia, teman-teman sehimpunan dan seorganisasi di HIMAPID

Page 7: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

v

FKM Unhas, PIK HEART Unhas, serta HPPMI Maros Komisariat Unhas-PNUP

atas kebersamaan dan kebahagiaan selama menjadi mahasiswa.

8. Teman-teman seperjuangan “Anak Epid 2013” (A. Jesi Septiarani, Dechany

Aisyah, Dian Musyafirah, Fadhilah Ulfah, Febriyanti Ramadhani, Fira

Alfarindah, Fitrah Yulianti, Hasan Basri, Idha Lestari Murti, Irmawati Putry,

Muhammad Iqbal, Nadia Aisyah, Nurul Hidayah, Nur Alam Dahlan, Nur Azizah

M, Nur Hardiyanti Zamad, Rahel Salikunna, Sukmawati Muhammad, Widya Sri

Hastuti, dan Zulfiani) atas dukungan, motivasi, dan kebahagiaan selama menjadi

mahasiswa Epidemiologi FKM Unhas.

9. Teman-teman KKN Tematik Bangunmandar Gel. 93 atas pengalaman selama

melakukan pengabdian masyarakat di Desa Sumare, Kabupaten Mamuju,

Sulawesi Barat; terkhusus untuk Siti Nurjalia, Hasnita Handayani, Asdaliva,

Yanti Isakandar, dan Radha Kaharuddin.

10. Teman-teman tim kerja yang dijuluki “Anak Ajaib” (Nur Azizah M, Sari Puspa

Bachtiar, Rifqi Ibsam, Sulkifly, Agunawan, Nurul Mutmainna, Kak Dian Safitri,

Fachri Awal, Fauziah Anwar, Nur Alam Dahlan, Biangkha, Suci Barlian Sari,

Qolbi Khairunnisa, dan Muh. Isyah) yang selalu punya cara untuk bahagia dalam

kesulitan dan selalu punya cerita yang tiada habisnya.

11. Khusus untuk temanku Siti Nurjalia yang tidak kenal lelah dan selalu sabar

menemani penulis dalam melakukan penelitian. Serta untuk Irmayanti, Zulfiani,

Mustainah, dan Sari Puspa Bachtiar atas semangat, wejangan, dan bantuan yang

telah diberikan.

Page 8: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

vi

12. Responden yang telah bersedia untuk diwawancarai, serta seluruh pihak yang

tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penelitian ini.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini

masih jauh dari kesempurnaan. Tanpa bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak

dapat terselesaikan. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 7 Agustus 2017

Penulis

Page 9: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

vii

DAFTAR ISI

RINGKASAN ......................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

1. Tujuan Umum .................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus ................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

1. Manfaat Praktis .................................................................................. 8

2. Manfaat Teknis................................................................................... 8

3. Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi ....................................................... 9

1. Definisi Hipertensi ............................................................................. 9

2. Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 10

3. Patofisiologi Hipertensi .................................................................... 11

4. Diagnosis Hipertensi ........................................................................ 12

5. Epidemiologi Hipertensi .................................................................. 13

6. Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi ................................... 19

B. Tinjauan Umum Tentang Komplikasi Hipertensi .................................. 23

C. Tinjauan Umum Tentang Lama Hipertensi ........................................... 26

D. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Kepatuhan Pengobatan .................... 27

E. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Rutin Tekanan Darah .............. 28

Page 10: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

viii

F. Kerangka Teori ...................................................................................... 30

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................... 35

A. Dasar Pemikiran Variabel ...................................................................... 35

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 37

C. Hipotesis ................................................................................................ 39

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................... 41

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 43

C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 43

D. Pengumpulan Data ................................................................................. 44

E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 45

F. Penyajian Data ....................................................................................... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 49

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 49

B. Pembahasan ........................................................................................... 67

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 78

A. Kesimpulan ............................................................................................ 78

B. Saran ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 77

Page 11: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-8 Tahun 2015 ......................... 10

Tabel 2 Kontingensi 2 x 2 Untuk Desain Case Control Study ............................... 46

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar ............................ 50

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Komplikasi di Wilayah Kerja .. 51

Tabel 5 Tabulasi Silang antara Karakteristik Umum Responden dengan Kejadian

Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar .... 52

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hipertensi di Wilayah Kerja ... 54

Tabel 7 Tindakan Responden terkait Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar .................................................... 56

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Pengobatan di .... 57

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah dan Jenis Antihipertensi yang

dikonsumsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar .... 58

Tabel 10 Jenis Antihipertensi yang dikonsumsi Responden di Wilayah Kerja ....... 59

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Rutin Tekanan Darah .. 60

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Periode Pemeriksaan Tekanan Darah

di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar ........................ 61

Tabel 13 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Tentang Pemeriksaan Rutin

Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea ....................... 62

Tabel 14 Alasan Responden tidak Rutin Melakukan Pemeriksaan Tekanan Darah di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar ............................ 62

Tabel 15 Analisis Risiko Lama Hipertensi terhadap Kejadian Komplikasi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar ............................ 63

Tabel 16 Analisis Risiko Tingkat Kepatuhan Pengobatan terhadap Kejadian

Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea ............................. 64

Tabel 17 Hubungan Jumlah Jenis Antihipertensi yang dikonsumsi dengan Tingkat

Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea ........... 65

Tabel 18 Analisis Risiko Pemeriksaan Rutin Tekanan Darah terhadap Kejadian

Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar .... 66

Page 12: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ....................................................................................... 30

Gambar 2 Main Factors that Contribute to The Development of High Blood

Pressure and its Complications ............................................................. 31

Gambar 3 Bagan Faktor Risiko dan Penatatalaksanaan Hipertensi ........................ 33

Page 13: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Output Hasil Penelitian

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Bagian Akademik FKM Unhas

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah

(BKPMD) Sulawesi Selatan

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol)

Makassar

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Makassar

Lampiran 10 Riwayat Hidup

Page 14: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama

kematian di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan

yang membebani masyarakat di era modern. Hipertensi atau penyakit tekanan

darah tinggi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik, yakni ≥140/90

mmHg (Tedjasukmana, 2012).

World Health Organization (WHO) tahun 2013 mempublikasikan bahwa

hipertensi mengakibatkan 17 juta kematian per tahun dan menyumbangkan angka

7% terhadap beban penyakit dunia. Prevalensi hipertensi (usia ≥ 18 tahun) di dunia

adalah 22%. Di Asia Tenggara, prevalensi hipertensi adalah 24,7% dengan angka

lebih tinggi pada laki-laki yaitu 25,3% dan pada perempuan 24,2% (WHO, 2014).

Indonesia termasuk negara dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah.

Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi

mengalami penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013.

Penurunan yang terjadi diasumsikan salah satunya karena alat pengukur tekanan

darah yang digunakan berbeda atau lebih akurat dari sebelumnya. Prevalensi

hipertensi tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar 16,3% yang tidak mengetahui

bahwa kondisi tekanan darahnya telah berada di atas angka normal sebelum

dilakukan pengukuran. Sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

Page 15: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

2

wawancara (pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi)

adalah 9,5%, termasuk 0,1% yang mengonsumsi obat anti hipertensi tanpa

didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. Adapun cakupan tenaga kesehatan

terkait diagnosis hipertensi hanya 36,8% atau 63,2% kasus di masyarakat tidak

terdiagnosis.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

lebih banyak terjadi pada perempuan (28,8%) dibanding pada laki-laki (22,8%).

Sedangkan berdasarkan umur, kelompok umur ≥75 tahun merupakan kelompok

umur dengan prevalensi tertinggi yaitu 63,8%. Beberapa provinsi di Indonesia

masih dalam keadaan yang cenderung tidak berubah berdasarkan angka prevalensi

hipertensinya, seperti Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan (Riskesdas, 2013).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 adalah sebesar

28,1%. Sebanyak 17,8% penderita hipertensi tidak terdiagnosis oleh tenaga

kesehatan dan 0,2% yang mengonsumsi obat anti hipertensi tanpa pernah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan masih

berada di atas angka nasional, sehingga program penurunan prevalensi hipertensi

masih menjadi program kesehatan prioritas (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi merupakan penyakit penyebab utama kematian ke-3 di Makassar

dengan jumlah kematian 445 jiwa. Penyakit penyebab kematian tertinggi adalah

asthma dengan jumlah kematian 705 jiwa dan penyakit jantung dengan jumlah

kematian 469 jiwa (Dinkes Kota Makassar, 2014b). Hipertensi juga menjadi

Page 16: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

3

penyakit ke-2 tertinggi setelah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas

(ISPA) di Makassar dengan jumlah 64.051 kasus. ISPA merupakan penyakit

tertinggi dengan jumlah 101.965 kasus. Sedangkan penyakit ke-3 tertinggi adalah

batuk dengan jumlah 61,758 kasus (Dinkes Kota Makassar, 2014a).

Hipertensi dapat mengakibatkan kematian secara diam-diam dan mendadak.

Itulah sebabnya hipertensi sering disebut sebagai The Silent Killer (pembunuh

diam-diam) karena hipertensi jarang menampakkan gejala atau menampakkan

gejala yang tidak spesifik dan dianggap biasa oleh masyarakat. Sebagian besar

masyarakat tidak sadar bahwa tekanan darahnya telah melampaui angka normal

hingga terjadi kondisi darurat atau komplikasi (Karo, 2016).

Komplikasi hipertensi menjadi penyebab 9,4 juta kematian per tahun.

Beberapa jenis komplikasi hipertensi yang paling banyak dialami adalah penyakit

jantung, penyakit ginjal kronis, dan stroke. Hipertensi menjadi penyebab dari 45%

kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke di seluruh dunia

(WHO, 2013). Di Amerika Serikat, 7 dari 10 orang yang mengalami serangan

jantung pertama merupakan penderita hipertensi. Sedangkan 8 dari 10 orang yang

mengalami stroke pertama dan 7 dari 10 orang yang mengalami gagal jantung

kronis juga merupakan penderita hipertensi (CDC, 2015).

Data mengenai kasus komplikasi hipertensi di Indonesia tidak diketahui,

karena kasus yang tercatat di pelayanan kesehatan adalah kasus hipertensi atau

kasus penyakit komplikasi yang dialami, bukan sebagai kasus komplikasi

Page 17: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

4

hipertensi. Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian.

Selain itu, beban ekonomi bagi penderita hipertensi juga dapat bertambah,

termasuk karena biaya pengobatan hipertensi ataupun komplikasi yang dialami.

Salah satunya penyakit ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah dengan

menggunakan biaya yang besar. Hal ini juga berdampak pada beban ekonomi yang

harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah yang mencapai Rp. 5 triliun

hanya untuk rawat jalan enam bulan pertama di rumah sakit (Mutiara, 2015).

Dampak lain yang dapat ditimbulkan adalah terganggunya kualitas hidup dan

menurunnya angka harapan hidup penderita, terutama pada lansia (Kustanti,

2012).

Penelitian terkait komplikasi pada pasien hipertensi menunjukkan bahwa

faktor risiko terjadinya komplikasi bukan hanya faktor hipertensi saja, tetapi

adanya faktor penyerta lain seperti umur, jenis kelamin, gaya hidup (asupan garam

dan aktivitas fisik), dan lain-lain. Peningkatan tekanan darah secara kronis atau

berlangsung dalam jangka waktu lama akan berdampak pada suatu organ target

seperti otak, jantung, dan ginjal. Hal tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi pada pasien hipertensi (Noviyanti, 2015).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Daugherty dkk (2014) juga

menemukan bahwa penderita hipertensi yang berjenis kelamin perempuan lebih

berisiko mengalami penyakit ginjal kronis dibanding laki-laki. Penelitian lain yang

dilakukan di Taiwan menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, dan hipertensi

resisten berhubungan dengan kejadian stroke (Hung et al., 2014).

Page 18: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

5

Penderita hipertensi dapat melakukan upaya pencegahan sekunder untuk

mecegah terjadinya komplikasi maupun kecacatan dan kematian. Upaya yang

dapat dilakukan adalah pengobatan dan perubahan gaya hidup (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa hal lain yang juga turut mempengaruhi kondisi tekanan darah,

seperti pemeriksaan tekanan darah dan kepatuhan pengobatan. Namun, hal

tersebut sering diabaikan oleh penderita hipertensi karena merasa keadaannya

telah lebih baik atau tidak lagi merasakan gejala hipertensi. Hal ini dapat memicu

masalah lain, seperti resisten terhadap obat antihipertensi atau terjadinya efek

samping akibat ketidakpatuhan pengobatan (Hayers et al, 2009).

Jumlah kasus hipertensi di Indonesia masih tinggi sehingga kemungkinan

kejadian komplikasi juga tinggi. Selain itu, komplikasi hipertensi juga akan

berdampak pada ekonomi dan kualitas hidup penderita hipertensi. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai faktor

risiko kejadian komplikasi pada pasien prolanis (program pengelolaan penyakit

kronis) hipertensi di Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar.

Tahun 2013, jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Tamalanrea adalah 1.023

pasien. Angka ini meningkat di tahun 2014 menjadi 1.507 pasien hingga 1.943

pasien pada tahun 2015. Hipertensi juga merupakan jenis penyakit tidak menular

utama dengan jumlah kunjungan tertinggi di Puskesmas Tamalanrea tahun 2015,

yakni 1.774 kunjungan (Puskesmas Tamalanrea, 2015).

Page 19: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

6

Puskesmas Tamalanrea merupakan salah satu puskesmas di Kota Makassar

yang telah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan dan bersedia untuk melayani pasien prolanis sejak Maret 2015. Prolanis

merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan, dan BPJS Kesehatan melalui pendekatan proaktif yang dilaksanakan

secara terintegrasi. Prolanis diadakan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis (diabetes mellitus tipe 2

dan hipertensi) untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014). Hingga

Desember 2016, telah tercatat 221 pasien prolanis hipertensi di Puskesmas

Tamalanrea Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Apakah lama hipertensi merupakan faktor risiko kejadian komplikasi pada

pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota

Makassar ?

2. Apakah tingkat kepatuhan pengobatan merupakan faktor risiko kejadian

komplikasi pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tamalanrea Kota Makassar ?

Page 20: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

7

3. Apakah pemeriksaan rutin tekanan darah merupakan faktor risiko kejadian

komplikasi pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tamalanrea Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian

komplikasi pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tamalanrea Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui besar risiko lama hipertensi terhadap kejadian komplikasi

pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea

Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui besar risiko tingkat kepatuhan pengobatan terhadap

kejadian komplikasi pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar.

c. Untuk mengetahui besar risiko pemeriksaan rutin tekanan darah terhadap

kejadian komplikasi pada pasien prolanis hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian yang

diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Page 21: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

8

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pencegahan sekunder atau penatalaksanaan hipertensi kepada masyarakat,

terutama bagi penderita hipertensi. Penelitian ini juga diharapkan dapat

digunakan sebagai dasar dalam penatalaksanaan komplikasi hipertensi di

pelayanan kesehatan maupun instansi kesehatan lainnya, khususnya Dinas

Kesehatan Kota Makassar dan Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota

Makassar.

2. Manfaat Teknis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan dan dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber referensi dalam penelitian selanjutnya

terkait hipertensi.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi peneliti untuk

memperkaya diri dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

didapatkan, serta menambah pengetahuan peneliti terkait faktor risiko

komplikasi hipertensi.

Page 22: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi dengan

tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pembuluh darah.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 millimeters of

mercury (mmHg) dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (WHO, 2013).

Sedangkan Kementerian Kesehatan RI mendefinisikan hipertensi sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu

lima menit dalam keadaan tenang atau cukup istirahat.

Tekanan darah merupakan gaya hidrostatis terhadap dinding pembuluh

darah yang diberikan oleh darah pada saat mengaliri pembuluh darah (Ridwan,

2009). Suplai darah ke seluruh tubuh dimulai dari bilik kiri jantung. Bilik kiri

memompa darah ke pembuluh darah arteri terbesar atau aorta. Bilik ini akan

berkontraksi untuk memberikan tekanan pada dinding aorta agar darah dapat

terdorong masuk ke aorta. Dinding pembuluh darah aorta bersifat elastis

sehingga mampu memanjang dan mengembung agar dapat menerima darah

dalam jumlah besar. Tekanan yang dihasilkan bilik kiri saat kontraksi disebut

tekanan darah sistolik. Setelah memompa darah, bilik kiri dalam keadaan rileks

sehingga suplai darah ke aorta akan berhenti dan katup aorta menutup kembali

Page 23: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

10

agar darah tidak kembali ke jantung. Tekanan dinding pembuluh darah selama

rileks atau pada saat kondisi pembuluh darah aorta normal ini disebut tekanan

darah diastolik (Marewa, 2015).

2. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah dan penyebabnya.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa usia ≥ 18

tahun adalah sebagai berikut (Bell et al., 2015).

Tabel 1

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-8 Tahun 2015

Klasifikasi Tekanan Darah

Sistolik (mmHG)

Tekanan Darah

Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Pra-hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi tingkat I 140-159 atau 90-99

Hipertensi tingkat II ≥160 atau ≥100

Sumber: Joint National Committee 8 (JNC-8) Guideline

Recommendations, 2015

Dari segi penyebabnya, hipertensi diklasifikasikan menjadi dua

kelompok, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer

atau hipertensi esensial merupakan jenis hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik). Sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis

hipertensi yang disebabkan oleh kondisi medis atau kelainan organ dan

pengobatan. Kelainan organ yang dimaksud seperti penyemitan pembuluh

darah besar, hipertiroid, dan tumor di kelenjar anak ginjal (Karo, 2016).

Page 24: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

11

Sebanyak 90% penderita hipertensi merupakan kelompok hipertensi

primer yang dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup (inaktivitas) dan

pola makan. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat

dikendalikan dengan melakukan modifikasi gaya hidup dan terapi yang tepat.

Untuk hipertensi sekunder, sebagian besar kejadiannya disebabkan oleh

penyakit ginjal dan 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi sekunder dapat

dikendalikan dengan mengontrol kondisi medis yang menjadi penyebab

hipertensi atau dengan menghilangkan efek pengobatan yang dilakukan.

3. Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi dimulai dengan kekakuan pembuluh darah yang merupakan

lanjutan dari gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher. Kekakuan

pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran

plak yang menghambat atau mengganggu peredaran darah peripher. Beban

jantung bertambah berat akibat kekakuan dan kelambanan aliran darah. Hal ini

otomatis menyebabkan peningkatan upaya pemompaan jantung dan

peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007). Sedangkan

menurut Anies (2006) dalam bukunya, peningkatan tekanan darah di dalam

arteri dapat terjadi melalui empat cara.

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyakcairan pada

setiap detiknya.

Page 25: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

12

b. Terjadinya kekakuan atau hilangnya kelenturan arteri sehingga tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah. Darah akan dipaksa pada

setiap denyut jantung untuk melalui pembuluh darah yang lebih sempit dari

biasanya hingga menyebabkan peningkatan tekanan darah.

c. Terjadi vasokonstriksi, yaitu kondisi arteri kecil yang sementara waktu

mengerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

d. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi darah yang menyebabkan volume

darah meningkat dan peningkatan tekanan darah.

4. Diagnosis Hipertensi

Hipertensi umumnya tidak menampakkan gejala. Penderita hipertensi

biasanya hanya mengalami keluhan-keluhan yang tidak spesifik, seperti sakit

kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit di

dada, dan mudah lelah. Hal yang paling utama untuk menegakkan diagnosis

hipertensi adalah dengan pengukuran tekanan darah. Alat yang digunakan

dalam perhitungan tekanan darah adalah sphygmomanometer (tensimeter) dan

stethoscope. Adapun cara kerja dari perhitungan tekanan darah ada lima

langkah (Ridwan, 2009).

a. Orang yang akan dihitung tekanan darahnya harus duduk tenang dengan

meletakkan lengan kiri seolah sejajar dengan jantung.

b. Manset dibalut pada lengan atas atau lengan kiri sekitar 2,5 cm di atas siku

yang terdapat arteri brachialis.

Page 26: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

13

c. Karet pemompa ditekan untuk memompa manset sehingga akan terlihat

manometer air raksa yang menunjukkan tekanan darah sekitar 200 mmHg.

d. Pada saat yang bersamaan, stethoscope ditempelkan pada bagian atas arteri

brachialis. Kemudian tekanan di dalam manset dikurangi sedikit demi sedikit

hingga terdengar suara. Perhatikan skala pada manometer dan saat timbul

suara yang pertama kali, skala yang ditunjukkan adalah angka tekanan darah

sistolik.

e. Tekanan manset harus tetap diturunkan hingga suara menghilang dan

perhatikan skala pada manometer. Skala yang ditunjukkan pada saat suara

hilang adalah angka tekanan darah diastolik.

Di pelayanan kesehatan primer, diagnosis hipertensi ditegakkan oleh

dokter apabila didapatkan tekanan darah ≥140/90 mmHg atau salah satu angka

tekanan darah (sistolik atau diastolik) menunjukkan peningkatan dalam dua kali

pengukuran dengan jarak satu minggu (Depkes RI, 2006).

5. Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan

prevalensi 22% di dunia (WHO, 2013). Sedangkan di Asia Tenggara,

prevalensi hipertensi adalah 24,7%. Di negara-negara dengan tingkat

pendapatan menengah ke bawah memiliki prevalensi hipertensi sekitar 21,3%

(WHO, 2014). Salah satunya Indonesia dengan prevalensi hipertensi sebesar

31,7% tahun 2007 dan 25,8% tahun 2013. Adapun provinsi dengan prevalensi

hipertensi tertinggi adalah Kalimantan Selatan dengan prevalensi 39,6% tahun

Page 27: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

14

2007 dan Bangka Belitung dengan prevalensi 30,9% tahun 2013. Sedangkan

provinsi dengan prevalensi terendah adalah Papua Barat dengan prevalensi

20,1% tahun 2007 dan Papua dengan prevalensi 16,8% tahun 2013 (Riskesdas,

2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak

terjadi pada perempuan (28,8%) dibanding laki-laki (22,8%). Sedangkan

menurut umur, hipertensi lebih banyak terjadi pada umur ≥75 tahun yakni

63,8% (Riskesdas, 2013). Adapun faktor risiko hipertensi adalah faktor risiko

yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.

a. Faktor Risiko yang tidak dapat Diubah

Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah adalah umur, jenis

kelamin, dan etnis.

1) Umur

Hipertensi dapat dipengaruhi oleh umur. Semakin bertambahnya

umur, maka risiko mengalami hipertensi menjadi semakin besar. Pada

usia lanjut, sebagian besar kasus yang ditemukan adalah peningkatan

tekanan darah sistolik. Hal ini menyebabkan perubahan struktur pada

pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding

pembuluh darah menjadi lebih kaku (Depkes RI, 2006).

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Laki-

laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan, diduga

Page 28: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

15

karena laki-laki memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan

darah. Namun, saat usia ≥45 tahun, jumlah penderita hipertensi berjenis

kelamin perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan

oleh faktor hormonal pada saat perempuan mengalami menopause

(Depkes RI, 2006).

3) Etnis

Penelitian yang dilakukan di Canada menunjukkan bahwa

kelompok etnis Asia Tenggara memiliki kemungkinan mengalami

hipertensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya. Hal

ini disebabkan karena modernisasi dan urbanisasi pada masyarakat Asia

yang menyebabkan konsumsi makanan tidak sehat serta gaya hidup

menetap (kurang aktivitas fisik). Selain itu, kelompok etnis Asia

Tenggara dan Cina memiliki risiko lebih rendah mengalami kematian

dibandingkan denga kelompok berkulit putih (Quan, 2016).

b. Faktor Risiko yang dapat Diubah

Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah berdasarkan Buku Pedoman

Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi ada tujuh jenis

(Depkes RI, 2006).

1) Konsumsi Garam Berlebih

Tekanan darah yang meningkat dapat disebabkan oleh

garam.Konsumsi garam yang berlebihan mengakibatkan ginjal akan

menahan cairan lebih banyak hingga terjadi peningkatan volume darah.

Page 29: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

16

Peningkatan volume darah (lebih banyak cairan) akan menyebabkan

peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah. Pada masyarakat yang

mengonsumsi garam ≤3 gram per hari ditemukan tekanan darahnya rata-

rata rendah.Sedangkan pada masyarakat yang mengonsumsi garam sekitar

7-8 gram per hari memiliki tekanan darah rata-rata yang lebih tinggi.

2) Aktivitas Fisik

Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah. Pada

beberapa kasus, olahraga aerobik secara teratur tanpa disertai penurunan

berat badan dapat menurunkan tekanan darah.

3) Merokok

Rokok mengandung zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida. Zat-zat tersebut dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri dan mengakibatkan terjadinya aterosklerosis hingga tekanan

darah tinggi. Studi autopsi membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

kuat antara kebiasaan merokok dengan aterosklerosis pada pembuluh

darah. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen ke otot-otot jantung. Risiko kerusakan pembuluh

darah arteri semakin meningkat pada penderita hipertensi yang merokok.

4) Konsumsi Alkohol

Hubungan langsung antara asupan alkohol dan tekanan darah telah

dibuktikan oleh beberapa penelitian. efek alkohol terhadap tekanan darah

akan Nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran

Page 30: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

17

standar setiap harinya. Peningkatan tekanan darah akibat alkohol diduga

karena meningkatnya kadar kortisol, peningkatan volume sel darah

merah, dan kekentalan darah.

5) Obesitas

Berat badan berlebih berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah, terutama tekanan darah sistolik. Orang dengan berat badan

berlebih berisiko 5 kali lebih besar dibanding orang dengan berat badan

normal. Obesitas dapat diketahui berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)

yaitu perbandingan antara berat badan (kg) dengan tinggi badan (m2).

6) Hiperlipidemia

Hiperlipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,

dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol merupakan faktor penting

terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

7) Stres

Peningkatkan tekanan darah dapat disebabkan oleh stres. Stres atau

ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal untuk melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat. Studi

Framingham pada wanita usia 45-64 tahun memiliki beberapa faktor

psikososial yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan

manifestasi klinik penyakit kardiovaskular. Faktor psikososial yang

Page 31: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

18

dimaksud adalah stress harian, tekanan ekonomi, mobilitas pekerjaan, dan

ketidakcocokan pernikahan.

Selain beberapa faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang secara

tidak langsung meningkatkan risiko hipertensi yaitu pendidikan, pendapatan,

wilayah tempat tinggal, dan urbanisasi (WHO, 2013).

1) Pendidikan

Kemampuan manusia dalam memahami informasi yang diperoleh

dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan juga berkaitan dengan

kesadaran untuk mau melakukan upaya pencegahan hipertensi dan

komplikasinya dengan mengetahui gejala-gejalanya.

2) Pendapatan

Pendapatan juga merupakan faktor risiko hipertensi. Secara tidak

langsung, tidak memiliki pendapatan (pengangguran) dapat berdampak

pada tingkat stress yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan

tekanan darah.

3) Wilayah Tempat Tinggal

Wilayah tempat tinggal mempengaruhi akses ke pelayanan

kesehatan. Kondisi tempat tinggal yang jauh dapat menghambat

seseorang dalam melakukan pemeriksaan (deteksi dini) dan pengobatan,

serta pencegahan komplikasi.

Page 32: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

19

4) Urbanisasi

Urbanisasi yang tidak terencana cenderung memperparah kondisi

hipertensi. hal ini merupakan akibat dari lingkungan yang tidak sehat dan

mendorong untuk mengonsumsi makanan cepat saji, serta tidak

melakukan aktivitas fisik.

6. Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi

Pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi untuk menghindari

terjadinya komplikasi, misalnya dengan modifikasi diet atau gaya hidup dan

obat-obatan (Kemenkes RI, 2014). Ada beberapa upaya pencegahan dan

penatalaksanaan yang dapat dilakukan.

a. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan gaya

hidup sehat. Hal ini akan mempertahankan tekanan darah normal dan

menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Menurut CDC (2014), ada

empat contoh gaya hidup sehat yang dapat diterapkan.

1) Diet sehat, yaitu dengan memilih mengonsumsi makanan sehat seperti

buah dan sayuran segar. Hal ini dapat membantu dalam menghindari

tekanan darah tinggi dan komplikasinya. Selain itu, mengonsumsi

makanan rendah garam dan tinggi kalium dapat menurunkan tekanan

darah. Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) merupakan

Page 33: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

20

salah satu jenis diet yang dapat dilakukan oleh penserita hipertensi dan

telah terbukti dalam menurunkan tekanan darah.

2) Mempertahankan berat badan ideal, karena kelebihan berat badan atau

obesitas meningkatkan risiko hipertensi.

3) Aktivitas fisik, yaitu jalan cepat atau bersepeda selama 150 menit setiap

minggu atau selama 20-30 menit per hari untuk orang dewasa. Sedangkan

untuk anak-anak dan remaja direkomendasikan untuk melakukan aktivitas

fisik selama 60 menit setiap hari. Aktivitas fisik dapat mempertahankan

berat badan sehat dan menurunkan tekanan darah.

4) Tidak merokok serta menghindari paparan asap rokok.

5) Menghindari konsumsi alkohol.

b. Penatalaksanaan

Upaya penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi non

farmakologis dan terapi farmakologis (Depkes RI, 2006).

1) Terapi Non Farmakologis

a) Modifikasi diet. Hal ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Mengonsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 4,4 mmHg dan tekanan darah

diastolik 2,5 mmHg. Mengurangi asupan natrium ≤5 gram

menurunkan tekanan darah sistolik 3,7 mmHg dan tekanan darah

diastolik 2 mmHg, sedangkan untuk penderita hipertensi perlu dibatasi

hingga 1,5 gram per hari atau 3,5 – 4 gram per hari. Hal lain yang

Page 34: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

21

perlu dilakukan adalah dengan membatasi konsumsi daging berlemak,

lemak susu, minyak goreng, makanan olahan dan cepat saji, serta

konsumsi ikan minimal 3 kali per minggu.

b) Mengatasi obesitas. Penurunan berat badan secara signifikan dapat

menurunkan tekanan darah. Upayakan untuk menurunkan berat badan

hingga mencapai IMT normal yaitu 18,5-22,9 kg/m2 dan lingkar

pinggang pada laki-laki <90 cm dan pada perempuan <80 cm.

c) Olahraga. Senam aerobik atau jalan cepat yang dilakukan selama 30-

45 menit per-lima kali dalam seminggu dapat menurunkan tekanan

darah sistolik 4 mmHg dan tekanan darah diastolik 2,5 mmHg.

Beberapa olahraga jenis lain seperti yoga juga dapat mengontrol sistem

syaraf sehingga menurunkan tekanan darah.

d) Berhenti merokok. Faktor risiko ini dapat dihilangkan. Merokok dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat hormone adrenalin

yang dipicu oleh nikotin yang ada pada rokok. Merokok

mengakibatkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.

e) Menghindari konsumsi alkohol. Penderita hipertensi yang mengurangi

konsumsi alkohol akan menurunkan tekanan darah sistolik 3,8 mmHg.

2) Terapi Farmakologis

Upaya penatalaksanaan hipertensi dalam hal pemberian obat

antihipertensi didasarkan pada enam prinsip.

Page 35: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

22

a) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan

darah dengan tujuanmemperpanjang umur dan mengurangi risiko

komplikasi.

b) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan

penyebabnya.

c) Penggunaan obat antihipertensi dapat dilakukan sebagi upaya

menurunkan tekanan darah.

d) Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang, bahkan

seumur hidup.

e) Pemberian obat antihipertensi di Puskesmas dapat diberikan pada saat

kontrol jika tekanan darah terkontrol dengan catatan obat yang

diberikan untuk pemakaian selama 30 hari tanpa keluhan baru.

f) Penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan pertama) perlu

melakukan kontrol ulang minimal 4 kali dalam sebulan atau seminggu

sekali. Jika tekanan darah >160/100 mmHg sebaiknya diberikan terapi

kombinasi setelah kunjungan kedua tekanan darah tidak dapat

dikontrol.

Terapi farmakologis hipertensi dapat dimulai dengan pemberian

obat tunggal dengan masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis

dititrasi. Obat dapat ditambahkan setelah terapi telah berjalan beberapa

bulan. Jika tekanan darah yang diinginkan belum tercapai, maka dosis

obat dapat ditingkatkan, diganti, atau dikombinasikan dengan 2-3 jenis

Page 36: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

23

obat dari kelas yang berbeda. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok

didasarkan pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat

antihipertensi.

Obat-obat yang umumnya digunakan pada terapi utama adalah

diuretik, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor),

Angiotensin Reseptor Blocker (ARB),Beta Blocker, dan Calcium Channel

Blocker (CCB). Umumnya, diuretik dikombinasikan dengan ACE-

Inhibitor, ARB, dan CCB dalam terapi hipertensi.

B. Tinjauan Umum Tentang Komplikasi Hipertensi

Komplikasi adalah penyakit yang timbul sebagai tambahan penyakit yang

telah ada (KBBI, 2016). Komplikasi hipertensi merupakan penyakit yang timbul

sebagai akibat dari penyakit hipertensi atau tekanan darah yang meningkat secara

terus menerus. Peningkatan tekanan darah yang persisten (berlangsung dalam

jangka waktu lama) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),

jantung (penyakit jantung koroner), dan otak (stroke) bila tidak dideteksi secara

dini dan mendapatkan pengobatan yang optimal (Kemenkes RI, 2014). Komplikasi

hipertensi mengakibatkan perubahan pada pembuluh darah dan jantung atau

aterosklerosis yang dipercepat oleh hipertensi yang berlangsung lama (Sawicka et

al., 2011).

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, gagal

ginjal, kebutaan, dan gangguan kognitif (WHO, 2013). Beberapa penyakit yang

Page 37: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

24

dapat muncul sebagai komplikasi hipertensi adalah penyakit jantung, stroke,

penyakit ginjal, gangguan penglihatan, dan DM.

a. Penyakit Jantung

Tekanan darah tinggi menyebabkan aterosklerosis yang mengurangi

pasokan darah dan oksigen ke jantung (Bell, 2015). Hipertensi dapat

menimbulkan payah jantung, yaitu kondisi jantung yang tidak mampu lagi

memompa darah yang dibutuhkan tubuh akibat rusaknya otot jantung atau

sistem listrik jantung. Tekanan darah yang meningkat dalam pembuluh darah

menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Jika tekanan

darah dibiarkan tidak terkendali, maka hal tersebut dapat menyebabkan

serangan jantung, pembesaran jantung, hingga gagal jantung (WHO, 2013).

b. Stroke

Tekanan darah yang tinggi mengakibatkan terjadinya penonjolan atau

pelebaran (aneurysms) di daerah yang lemah pada dinding pembuluh darah. Hal

ini memungkinkan terjadinya penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah,

khususnya di otak yang menyebabkan stroke (WHO, 2013). Hipertensi dapat

memicu pendarahan di otak yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah

(stroke hemoragik) atau akibat thrombosis (pembekuan darah pada pembuluh

darah) dan emboli yang menyumbat bagian distal pembuluh (stroke iskemik).

c. Penyakit Ginjal

Kelainan fungsi ginjal dapat meningkatkan tekanan darah yang

disebabkan karena bertambahnya cairan dalam sistem sirkulasi yang tidak

Page 38: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

25

mampu dibuang dari dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah dalam

tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Anies, 2006).

Hipertensi dapat mengakibatkan aliran darah ke ginjal terganggu. Jika disertai

dengan gangguan atau kerusakan salah satu faktor pendukung kerja ginjal,

maka fungsi ginjal dapat mengalami kerusakan hingga terjadi gagal ginjal

(Ridwan, 2009).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al. (2012) menemukan

bahwa lama menderita hipertensi 1-5 tahun berisiko untuk mengalami penyakit

ginjal kronis 13 kali lebih besar dibanding yang tidak mengalami hipertensi.

Lama menderita hipertensi 6-10 tahun berisiko mengalami penyakit ginjal

kronis sebesar 24 kali dibanding yang tidak mengalami hipertensi. Sedangkan

yang menderita hipertensi ≥10 tahun berisiko mengalami penyakit ginjal kronis

sebesar 34 kali dibanding yang tidak mengalami hipertensi.

d. Gangguan Penglihatan

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada organ target,

termasuk mata. Hipertensi dapat mengakibatkan gangguan penglihatan atau

menyebabkan penglihatan menjadi kabur atau buta sebagai akibat dari

pecahnya pembuluh darah di mata. Hipertensi juga dapat menimbulkan efek

terhadap struktur dan fungsi mata yang kemudian mengalami perubahan

patofisiologis sebagai respon terhadap kenaikan tekanan darah dan

menimbulkan retinopati hipertensif maupun neuropati optik hipertensif (Antika,

2013).

Page 39: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

26

e. Diabetes Mellitus (DM)

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin sehingga

terjadi hiperinsulinemia hingga kerusakan sel beta. Rusaknya sel beta akan

berdampak pada kurangnya insulin yang dihasilkan. Akibatnya, kadar hormon

insulin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam menormalkan

kadar gula darah (Marewa, 2015).

C. Tinjauan Umum Tentang Lama Hipertensi

Lama hipertensi adalah panjang waktu seseorang menderita hipertensi,

dimulai sejak pertama kali mengalami tekanan darah di atas normal. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan pada pasien gagal ginjal terminal dengan riwayat

hipertensi, terdapat hubungan yang bermakna antara lama hipertensi dengan angka

kejadian gagal ginjal terminal (Nurjanah, 2012).

Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa pasien hipertensi dengan

lama hipertensi 1-5 tahun berisiko mengalami penyakit ginjal kronis 13 kali lebih

besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami hipertensi. Risiko meningkat

hingga 24 kali pada pasien hipertensi dengan lama hipertensi 6-10 tahun dan 34

kali berisiko pada penderita hipertensi dengan lama hipertensi ≥ 10 tahun

(Hidayati et al., 2012). Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka

semakin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan (Tessy, 2009).

Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan penyempitan arteriol

eferen akibat perubahan struktur mikrovaskuler. Kondisi ini mengaktivasi respon

inflamasi hingga terjadi sklerosis glomerulus dan nefrosklerosis (Tjekyan, 2014).

Page 40: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

27

Selain itu, hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis firinoid

yang memperlemah dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan ruptur

intima dan menimbulkan aneurisma (Sitorus et al., 2008).

D. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Kepatuhan Pengobatan

Kepatuhan pengobatan merupakan aspek utama dalam upaya penanganan

hipertensi karena dapat menurunkan risiko kerusakan organ penting tubuh dan

risiko penyakit jantung serta risiko kematian. Sebuah penelitian yang dilakukan

oleh Psaty & Wang menunjukkan adanya hubungan antara pengobatan dengan

morbiditas. Pengobatan dengan antihipertensi dapat menurunkan 50% kejadian

gagal jantung kongestif, 30-40% kejadian stroke, dan 20-25% kejadian infark

miokard (Yudanari, 2015).

Kepatuhan pengobatan merupakan ketaatan dalam melakukan pengobatan

penyakit yaitu mengonsumsi obat sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

dokter (Puspita, 2016). Tingkat kepatuhan pengobatan akan diukur dengan

menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) 8. Skala

pengukuran ini telah diuji coba dan menunjukkan hubungan yang signifikan

dengan kontrol tekanan darah. MMAS-8 memuat 8 item pertanyaan terkait

kepatuhan pengobatan, termasuk penyebab pasien hipertensi tidak mengonsumsi

obat antihipertensi, seperti lupa mengonsumsi obat antihipertensi maupun karena

merasa telah lebih baik.

Dampak ketidakpatuhan pengobatan yang dilakukan pasien hipertensi dapat

menyebabkan terjadinya efek samping obat yang berdampak pada kesehatan,

Page 41: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

28

membengkaknya biaya pengobatan dan rumah sakit, serta kemungkinan terjadinya

resisten terhadap obat tertentu (Lailatushifah, 2012).

E. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Rutin Tekanan Darah

Pemeriksaan rutin tekanan darah pasien hipertensi merupakan salah satu

manajemen hipertensi yang perlu dilakukan untuk pengelolaan hipertensi.

Kegiatan ini dapat disebut sebagai aktivitas penderita hipertensi untuk melakukan

perawatan dan pengendalian termasuk pengobatan terhadap hipertensi yang

dialami. Pemeriksaan rutin hipertensi sebaiknya dilakukan minimal sekali sebulan.

Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga atau mengontrol tekanan darah agar tetap

dalam keadaan normal serta untuk memonitor efek obat (Dinkes Kalteng, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto menunjukkan bahwa kepatuhan

pasien hipertensi dalam melakukan pemeriksaan rutin dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti usia, sosial ekonomi, pendidikan, dukungan keluarga, komunikasi

terapeutik, dan gejala penyakit yang dialami pasien (Artiyaningrum, 2015)

Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah

terkontrol. Tekanan darah tidak terkontrol merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kerusakan organ target pada pasien hipertensi, salah satunya

pada mata yang dapat menimbulkan retinopati hipertensif. Studi Beaver Dam Eye

menunjukkan bahwa pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol

cenderung mengalami perkembangan retinopati hipertensif dibanding pasien

dengan tekanan darah terkontrol (Antika, 2013). Tekanan darah terkontrol

Page 42: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

29

didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah

diastolik <90 mmHg pada pasien hipertensi (Nwankwo et al., 2013).

Tekanan darah tidak terkontrol secara persisten menyebabkan perubahan

sklerotik kronik berupa penebalan intima pembuluh darah dan hiperplasia dinding

bagian media. Dampak paling berbahaya dari tekanan darah tidak terkontrol pada

mata adalah terjadinya papilloedema atau pembengkakan diskus optikus yang

termasuk retinopati berat atau stadium IV (Antika, 2013). Selain itu, tekanan darah

tidak terkontrol juga dapat mengarah ke pengembangan penyakit jantung dan

pembuluh darah, gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan pada pembuluh darah

otak (Oliveira-Filho et al., 2012).

Page 43: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

30

F. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan umum mengenai variabel-variabel yang merupakan

faktor risiko hipertensi dan komplikasi hipertensi, maka disusun kerangka teori

sebagai berikut.

Sumber: WHO (2013), Hung et al. (2014), Quan et al (2016) & Depkes RI (2006)

Gambar 1: Kerangka Teori

Karakteristik Individu:

Usia

Jenis kelamin

Etnis

Faktor Perilaku:

Konsumsi garam

berlebih

Aktivitas fisik

Merokok/terpapar

asap rokok

Konsumsi alkohol

Sosial-ekonomi:

Pendidikan

Pendapatan

Wilayah tempat

tinggal

Urbanisasi

Globalisasi

Stres

Hipertensi

Riwayat Penyakit:

Obesitas

Hiperlipidemia

Komplikasi

hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi:

Modifikasi gaya hidup

Terapi antihipertensi

(pengobatan)

Pemeriksaan rutin

tekanan darah

Lama

hipertensi

Hipertensi

resisten

Gambar 1 : Kerangka Teori

Page 44: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

31

Kerangka teori tersebut merupakan modifikasi dari beberapa kerangka teori

dan hasil penelitian terkait faktor risiko kejadian komplikasi pada pasien

hipertensi. Kerangka teori yang menjadi dasar dalam penyusunan kerangka teori

tersebut adalah kerangka toeri oleh WHO, Homer et al, dan Depkes RI. Faktor

utama yang meningkatkan risiko hipertensi dan komplikasi hipertensi menurut

WHO dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : A Global Brief On Hypertension, 2013

Gambar 2: Main Factors that Contribute to The Development of High Blood

Pressure and its Complications

Gambar 2 menunjukkan beberapa faktor yang meningkatkan risiko

hipertensi dan komplikasi hipertensi. Faktor lain yang juga meningkatkan risiko

hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan komplikasi hipertensi

lainnya adalah manajemen stres yang buruk. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi hidup masyarakat (WHO, 2013).

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Hung et al (2014)

menemukan bahwa faktor risiko kejadian major adverse cardiovascular events

(MACE) dan stroke pada pasien hipertensi adalah hipertensi resisten, jenis

Globalization

Urbanization

Ageing

Income

Education

Housing

Unhealthy diet

Tobacco use

Phisical inactivity

Harmful use of

alcohol

High blood

pressure

Obesity

Diabetes

Raised blood

lipids

Heart attacks

Strokes

Heart failure

Kidney

disease

Social

determinants

and drivers

Cardio-

vascular

disease

Metabolic

risk factors

Behavioural risk

factors

Page 45: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

32

kelamin, dan usia. Sedangkan penelitian yang dilakukan pada penduduk

berkulit putih, Cina, dan Asia Tenggara menemukan bahwa jenis kelamin dan

etnis meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian pada penderita

hipertensi (Quan et al, 2016).

Lama hipertensi juga meningkatkan risiko kejadian penyakit ginjal kronis

sebagai komplikasi hipertensi. Semakin lama penderita hipertensi mengalami

hipertensi, maka risiko kejadian penyakit ginjal kronis juga semakin besar

(Hidayati et al., 2012). Adapun faktor risiko hipertensi menurut Dinkes RI

adalah sebagai berikut.

Page 46: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

33

Gambar 3: Bagan Faktor Risiko dan Penatatalaksanaan Hipertensi

Bagan tersebut menunjukkan beberapa faktor risiko hipertensi dan

penatalaksanaan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi yaitu modifikasi gaya

hidup dan pengobatan perlu dilakukan agar komplikasi dapat dihindari

(Kemenkes RI, 2014). Selain itu, pasien hipertensi juga perlu melakukan

pemeriksaan tekanan darah untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Jika telah

Sumber : Pedoman Teknis; Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi,

2008

Tekanan darah ≥140/90mmHg, dewasa >18thn

(Usia >80thn, tekanan darah ≥150/90mmHg atau

≥140/90mmHg jika berisiko tinggi (diabetes,

penyakit ginjal)

Modifikasi gaya hidup:

Penurunan berat badan, kurangi asupan garam,

aktivitas fisik teratur, hindari alkohol, dan stop

merokok.

Tekanan darah normal tidak tercapaii

(<140/90mmHg, <130/80mmHg pada penderita

diabetes dan penyakit ginjal kronis

Terapi farmakologis (pengobatan)

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat

sampai tekanan darah tercapai. Pertimbangkan

konsultasi dengan dokter spesialis hipertensi

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Hipertensi dengan

indikasi khusus

Hipertensi tanpa

indikasi khusus

Faktor risiko yang

tidak dapat diubah:

Umur

Jenis kelamin

Keturunan (genetik)

Hipertensi

Faktor risiko yang

dapat diubah:

Obesitas

(kegemukan)

Stres

Merokok

Olahraga

Konsumsi alkohol

Konsumsi garam

berlebih

Hipertlipidemia/

hiperkolesterolemia

Bagan Faktor Risiko Hipertensi Bagan Penatalaksanaan Hipertensi

Page 47: SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN ...

34

didiagnosis hipertensi, maka perlu dilakukan pemeriksaan rutin setiap tahun

(PERKI, 2015). Sedangkan menurut Kemenkes RI, pemeriksaan rutin perlu

dilakukan minimal sebulan sekali untuk mengontrol tekanan darah agar tetap

normal (Dinkes Kalteng, 2016).

Meskipun pengobatan dan pemeriksaan tekanan darah tidak disebut sebagai

faktor risiko komplikasi hipertensi, namun hal ini turut mempengaruhi kondisi

tekanan darah. Sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut sebagai faktor risiko

hipertensi. Adapun hal yang diteliti terkait pengobatan hipertensi adalah

kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter.