SKRIPSI -...

176
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF MELALUI METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : LAILATUL MUFIDAH NIM 11111128 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Transcript of SKRIPSI -...

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF

MELALUI METODE JIGSAW LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LAILATUL MUFIDAH

NIM 11111128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

ii

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF

MELALUI METODE JIGSAW LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LAILATUL MUFIDAH

NIM 11111128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

iv

v

vi

vii

MOTTO

Jika (Seorang Guru) adalah benar bijaksana, dia tidak akan mengajak Anda

masuk ke rumah kebijaksanaan dia, namun dia akan membawa Anda ke pintu

gerbang pikiran anda sendiri

-Kahlil Gibran-

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku persembahkan kepada:

1. Bapak terhebatku Khusaeni dan Mamak terkasihku Maryati, terima kasih

yang tak terhingga atas segala yang pernah kuterima sejauh perjalan hidupku.

2. Kakakku Muhammad Arif Mahfudhi, Adikku Ahmad Zainal Mahfudz yang

selalu menjadi inspirasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Keluarga besar yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku.

4. Lailalicious, terimakasih telah percaya padaku saat aku bahkan tak

mempercayai diriku sendiri. You guys, my super energy.

ix

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat Iman, Islam, dan Ihsan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yang benar. Semoga kita

tergolong umat yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan

melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun judul

skripsi ini adalah Peningkatan Hasil Belajar PAI Aspek Kognitif Melalui Jigsaw

Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Sudirman Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala

namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak

pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd. M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Bapak Fatchurrohman, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi

ini.

x

4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5. Ibu Eva Palupi, S.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi

dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.

6. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan pengalaman berharga

selama perkuliahan di jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

7. Bapak Sunanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Islam Sudirman Ampel dan Ibu

Musrifah, S.Ag selaku guru mata pelajaran PAI SMP Islam Sudirman Ampel

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

8. Seluruh guru dan karyawan SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali

yang telah memberikan bantuan dan menjadi tempat penelitian di laksanakan.

9. Siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

10. Kedua orang tua terhebat (Bapak Khusaeni dan Ibu Maryati).

11. Kakak dan adik tersayang (Mas Arif Mahfudhi dan Ahmad Zainal Mahfudz).

12. Teman-temanku seperjuangan IAIN SALATIGA angkatan 2011 khususnya FTIK

PAI yang selama ini telah berjuang bersama.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga

penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka

mendapat balasan yang lebih baik dari serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia

maupun di akhirat

xi

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih

sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik

dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan

bagi pembacanya.

Wassalamualaikum wr. wb.

Salatiga, 1 Februari 2016

Penulis

Lailatul Mufidah

NIM: 11111128

xii

ABSTRAK

Mufidah, Lailatul. 2016. Peningkatan Hasil Belajar PAI Aspek Kognitif Melalui

Metode Jigsaw Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Sudirman

Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Pengetahuan Agama Islam dan Jigsaw Learning.

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya hasil belajar siswa SMP Islam

Sudirman Ampel saat pembelajaran PAI. Salah satu penyebabnya rendahnya hasil

belajar siswa adalah kurangnya metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran.

Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah metode

konvensional yaitu ceramah. Rumusan masalah yang dikaji adalah Apakah Jigsaw

Learning dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam aspek kognitif

pada siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2015/2016?

Penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

sebanyak dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas kelas VIII C SMP

Islam Sudirman Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 19

anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes.

Hasil penelitian ini adalah (1) nilai rata-rata pada pra siklus adalah 69,47 dan

ketuntasan belajarnya 36,84% atau 7 siswa. (2) Nilai rata-rata pada siklus I adalah

75,26 dan ketuntasan belajarnya 57,89% atau 11 siswa. (3) Nilai rata-rata pada siklus

II adalah 87,63 dan ketuntasan belajarnya 89.47% atau 17 siswa. Kesimpulan

penelitian ini adalah Pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw Learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi puasa

dan zakat pada siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali.

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

JUDUL ........................................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

ABSTRAK .............................................................................................................. xii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6 E. Hipotesis ........................................................................................... 7 F. Definisi Operasional ......................................................................... 7 G. Metode Penelitian ............................................................................. 9

H. Sistematika Penulisan................................................................... .. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 19

A. Belajar dan Hasil Belajar.................................................................. 19 1. Pengertian Belajar .................................................................. .... 21 2. Komponen-komponen Belajar ............................................... .... 23 3. Pengertian Hasil Belajar ......................................................... .... 23 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ................... .... 24 5. Indikator Hasil Belajar ........................................................... .... 31 6. Aspek Kognitif ....................................................................... .. 33

xiv

B. Model Pembelajaran Aktif ............................................................... 39 1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................. 39 2. Pengertian Model Pembelajaran Aktif ........................................ 41 3. Macam-macam Model Pembelajaran Aktif ................................ 42

C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran Jigsaw .............................. 44 1. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw ................................... 44 2. Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran Jigsaw ............. 46 3. Kelebihan Metode Pembelajaran Jigsaw.................................... 48 4. Kelemahan Metode Pembelajaran Jigsaw .................................. 49

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam .................................... 50 E. SK dan KD Kelas VIII Semester I ......................................... ......... 52

BAB III HASIL PENELITIAN ...................................................................... 55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 55 1. Tempat Penelitian ....................................................................... 55 2. Sejarah Berdirinya SMP Islam Sudirman Ampel ...................... 55 3. Visi dan Misi SMP Islam Sudirman Ampel ............................... 55 4. Tenaga Pendidik ................................................................... ..... 56 5. Data Peserta Didik .................................................................. .. 58 6. Fasilitas Pendidikan................................................................. .. 60 7. Struktur Organisasi SMP Islam Sudirman Ampel .................. .. 61

B. Subjek Penelitian .............................................................................. 63 C. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 64 D. Penjelasan Pelaksanaan Siklus I ....................................................... 65 E. Penjelasan Pelaksanaan Siklus II ..................................................... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 78

A. Anaslisis Data PerSiklus ................................................................. 78 1. Analisis Data Pra Siklus ........................................................ .. 78 2. Analisis Data Siklus I ............................................................. .. 80 3. Analisis Data Siklus II............................................................ .. 87

B. Pembahasan ...................................................................................... 93

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 100

A. Kesimpulan....................................................................................... 100 B. Saran ................................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK dan KD PAI Kelas VIII Semester I ................................................. 52

Tabel 3.1 Daftar Tenaga Pendidik ........................................................................... 57

Tabel 3.2 Daftar Tata Usaha ..................................................................................... 58

Tabel 3.3 Jumlah Siswa ............................................................................................. 59

Tabel 3.3 Fasilitas Fisik............................................................................................. 60

Tabel 3.4 Data Siswa ................................................................................................. 63

Tabel 4.1 Nilai Hasil Ulangan Harian PAI Siswa (Pra Siklus) ............................ 79

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I ........................................... .. 81

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I .................................. .. 84

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II .............................................. 88

Tabel 4.5 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ............................................... .. 91

Tabel 4.6 Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Pra Siklus, Siklus I dan II ....... . 95

Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Pencapaian KKM pada Siklus I dan Siklus II ..... 97

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II .................... 98

Diagram 4.2 Diagram Persentasi Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II .... . 99

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I

Lampiran 2 RPP Siklus II

Lampiran 3 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus

Lampiran 4 Nilai Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 6 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus II

Lampiran 9 Lembar Observasi Siswa Siklus I

Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus II

Lampiran 11 Foto Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 14 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 15 Surat Pembimbing Skripsi

Lampiran 16 Daftar Nilai SKK

Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, di

samping itu juga merupakan kewajiban bagi manusia. Manusia belajar sejak

dari lahir sampai usia manusia itu berakhir, dari hal yang mudah sampai

masalah-masalah yang sangat sulit tentunya memerlukan pembelajaran

sebelum dikerjakan. Seperti contoh yaitu seorang anak belajar mengenal

huruf terlebih dahulu untuk bisa membaca, seorang bayi perlu belajar untuk

dapat makan, berjalan sampai usianya bertambah, maka proses pembelajaran

terus berlanjut. Namun kenyataannya meskipun belajar merupakan kebutuhan

manusia, manusia tidak mungkin dapat melakukan sendiri, diperlukan proses

belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu wadah atau

lembaga yang dinamakan pendidikan.

Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam (H.R. Ibnu

Majah, 275: 17).

Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang memiliki keahlian dan ketrampilan sesuai tuntutan

pembangunan bangsa, dimana kualitas bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor

2

pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat

melakukan aktifitas sosial masyarakat tempat mereka berada.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir

sampai akhir hayat (Baharuddin, 2007: 11). Belajar merupakan kegiatan

sehari-hari bagi siswa sekolah. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa

mengalami tindak mengajar dan merespons dengan tindak belajar. Dalam

proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk

mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif,

psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci

dan menguat (Dimyati, 2006: 22).

Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk

mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk

berkembang ke arah kedewasaan. Di samping itu, dalam diri peserta didik

juga kebergantungan pada pihak lain. Karena itu setahap demi setahap orang

tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri

(Desmita, 2010: 40).

Keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peranan guru

sebagai tenaga pengajar. Guru sebagai the first person di kelas mempunyai

tanggung jawab besar terhadap keberhasilan belajar. Berdasarkan undang-

undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen BAB I

3

pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia

telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

pendidikan yang terpikul di pundak orang tua (Daradjat, 2000: 222-223).

Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pada pasal 3 dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya guru menggunakan banyak

pendekatan dalam proses pembelajaran. Pendekatan tersebut setidaknya

mampu mendorong anak untuk berkreativitas dan mampu mengembangkan

potensi anak. Oleh sebab itu dituntut seorang guru yang kreatif dan inovatif

dalam mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Namun masih sangat sering dijumpai guru yang terus menerus

menggunakan strategi pembelajaran konvensional untuk semua materi

pembelajaran. Tentu saja hal ini tidak tepat. Harus ada perubahan ataupun

4

kolaborasi berbagai strategi dan metode pembelajaran untuk membangkitkan

minat siswa, salah satunya adalah active learning.

Proses belajar mengajar PAI di sekolah masih banyak mengalami

kendala di antaranya mengajar yang monoton. Fasilititas kurang memadai dan

daya serap siswa rendah. Proses pembelajaran yang kurang baik juga

mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila guru menggunakan metode yang

monoton siswa akan menjadi bosan. Hal ini yang mengakibatkan perhatian

siswa menurun, aktivitas siswa menurun maka hasil belajar pun menurun.

Maka diperlukan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan

menyenangkan.

Pada kasus yang terjadi di sekolah SMP Islam Sudirman Ampel,

metode pembelajaran PAI yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

masih belum efektif dan masih banyak kekurangan kata guru sekolah

tersebut. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMP

Islam Sudirman adalah metode ceramah, dimana guru lebih aktif berbicara

untuk menjelasakan materi dan siswa lebih pasif dan cenderung diam untuk

mendengarkan materi yang disampaikan. Sehingga para siswa merasa bosan

bahkan ngantuk. Maka dibutuhkan metode pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif dan menyenangkan.

Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran PAI pula yang berkaitan

dengan materi Puasa menunjukkan bahwa prestasi siswa kelas VIII C SMP

Islam Sudirman Ampel banyak yang jauh dari harapan guru dan masih di

bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Untuk mengatasi

5

masalah tersebut perlu ada tindakan yang tepat agar proses kegiatan belajar

mengajar mampu mencapai tujuannya. Dalam hal ini peneliti ingin mencoba

menggunakan Strategi Jigsaw Learning untuk mengatasi masalah tersebut.

Strategi belajar aktif dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar

yang menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan

siswa dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental,

emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang

berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara

optimal (Zuhairini dkk, 1993: 114).

Dari kasus yang terjadi di SMP Islam Sudirman tersebut, penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode

Jigsaw Learning. Metode ini adalah alternatif menarik ketika ada materi yang

dipelajari dapat disingkat di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan

sebelum yang lain-lain. Penggunaan metode Jigsaw Learning ini diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari permasalahan dan hasil studi pendahuluan yang dipaparkan di atas.

Maka penulis termotivasi untuk meneliti tentang PENINGKATAN HASIL

BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF MELALUI METODE JIGSAW

LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

AMPEL BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016.

Hal ini dikarenakan Strategi Pembelajaran guru PAI dalam mengajar

memiliki fenomena yang masih layak untuk dikaji lebih jauh lagi, terutama

yang berkaitan dengan ranah kognitif siswa dalam belajar.

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah: Apakah Jigsaw Learning dapat meningkatkan hasil belajar

pendidikan agama islam aspek kognitif pada siswa kelas VIII C SMP Islam

Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa setelah diterapkan

pembelajaran dengan metode Jigsaw Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengkaji sebuah teori tentang

konsep pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Kemudian

hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan bahan

pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.

b. Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada srategi

berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke paradigma

belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran

di kelas yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

7

b. Bagi Siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga lebih

semangat dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Bagi Lembaga, sebagai masukan dan sumbangan yang baik pada

sekolah dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran serta

meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat mengantarkan peserta

didik ke arah yang diharapkan.

E. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dan bersifat teoritis.

Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan

dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang

relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan

teori yang relevan (Sukardi, 2011:41). Jadi Suatu hipotesis akan diterima jika

disertai dengan fakta-fakta yang membenarkan. Setelah menelaah berbagai

sumber, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Learning dapat

meningkatan prestasi belajar PAI materi Puasa dan Zakat pada siswa Kelas

VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali Tahun

2015/2016.

2. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Learning dapat

memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata

pelajaran PAI materi Puasa dan Zakat pada siswa Kelas VIII C SMP Islam

Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2015/2016.

8

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis, yang diraih siswa dan

merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar

(Sams, 2010:37).

2. Kognitif

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,

mengetahui dan memecahkan masalah.

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan

Krathwohl (2001: 66-88) yakni: mengingat (remember),

memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis

(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

3. Metode Jigsaw Learning

Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas

yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke

kelompok (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting:

setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternative menarik,

ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan di

saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap

kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi

9

yang dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan

pengetahuan yang bertalian atau keahlian (Silbermen, 2006: 168).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti

adalah tindakan kelas atau dikenal dengan sebutan PTK. Prosedur dan

langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip dan dasar yang berlaku

dalam penelitian tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya (Arikunto,

2006: 58).

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini

adalah PTK, guna mencari pemecahan masalah yang ditemui dalam

kelas. PTK akan dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi.

a. Perencanaan

Dalam penelitian kelas ini kegiatan perencanaan yang

dilakukan adalah:

1) Membicarakan rencana Penelitian Tindakan Kelas dengan

kepala sekolah dan guru mapel.

2) Melakukan penyusun jadwal kegiatan yang akan dilakukan.

10

3) Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

4) Merpersiapkan fasilitas fasilitas dan sarana pendukung yang

akan diperlukan di kelas.

5) Mempersiapkan lembar observasi.

6) Menyediakan alat evaluasi yang terdiri dari lembar tes dan

Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari beberapa

langkah:

1) Awal kegiatan pembelajaran:

a) Persiapan:

(1) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

(2) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum,

memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya

topik tersebut.

b) Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi

menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada

banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya

konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang

akan dipelajari oleh siswa.

11

c) Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model

jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari

kemampuan akademis maupun jenis kelamin.

d) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara

individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara

individual pada semester sebelumnya.

2) Rencana Kegiatan

a) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik

masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan

bergabung dalam kelompok ahli.

b) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan

sesuai dengan banyaknya kelompok.

c) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

d) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang

mencakup semua topik.

e) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan

skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

3) Sistem Evaluasi

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

12

a) Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

b) Membuat laporan mandiri atau kelompok.

c) Presentasi

Sedangkan materi evaluasi dalam system evaluasi

mencakup beberapa hal sebagi berikut:

a) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh

siswa.

b) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk mengamati kondisi

dan reaksi serta keaktifan siswa terhadap tugas yang diberikan.

Aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati antara lain:

1) Aktifitas siswa dalam menerima materi.

2) Aktifitas siswa dalam belajar kelompok

3) Kemampuan mengungkapkan pendapat

4) Kerjasama dengan teman

d. Refleksi

Pada akhir evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang telah

dilakukan oleh peneliti pada siklus 1, jika indikator pembelajaran

sudah tercapai maka tidak perlu diadakan siklus lagi tetapi jika

belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya.

13

2. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah SMP Islam Sudirman Ampel Tahun

Ajaran 2015/2016, yang beralamatkan di desa Candi Kecamatan

Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah dipilih menjadi tempat penelitian

karena memerlukan pengembangan model pembelajaran yang akan

meningkatkan prestasi kinerja guru dan aktifitas siswa. Selain itu juga

adanya kesediaan untuk bekerjasama dari kepala sekolah dan guru

kelas yang bersangkutan di SMP Islam Sudirman Ampel.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih satu bulan

pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 di SMP Islam Sudirman

Ampel.

c. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah

siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali.

Siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel dipilih sebagai

subyek penelitian karena dinilai perlu adanya suatu pembaharuan

dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dan hasil

belajar mereka pun meningkat. Siswa kelas VIII C SMP Islam

Sudirman Ampel tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 19 siswa yang

terdiri dari 10 siswa dan 9 siswi. Penelitian ini dikhususkan pada mata

14

pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Puasa dan Zakat dengan

menggunakan metode Jigsaw Learning.

3. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari:

a. Silabus

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik.

d. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru yang melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

e. Soal evaluasi yang berupa soal post test.

4. Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik,

fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1996:136). Peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian

untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaiatan dengan

tujuan penelitian di SMP Islam Sudirman Ampel Boyolali.

b. Tes

Dalam tehnik pengumpulan data melalui tes, peneliti membuat

dan menggunakan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana

siswa mengetahui menguasai materi.

15

c. Dokumentasi

Instrument yang dapat peneliti gunakan dalam tehnik

dokumentasi adalah silabus, rencana perencanaan pembelajaran (RPP)

dan nilai siswa sebelum diterapkan strategi Jigsaw Learning. Pada

mata pelajaran PAI.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah

rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian

pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan

dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) paling luas mencakup satu

kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa

indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

5. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis

data untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto (2007: 131) dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam

menganalisis data menggunakan dua jenis data, sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara

deskriptif dengan statistik deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk

16

mencarai nilai rerata dan mencari presentase keberhasilan belajar.

Dengan rumus sebagai berikut :

1) Rumus mencari nilai rerata.

Keterangan :

Mx = Mean ( rerata )

X= Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor

dengan frekuensinya.

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83)

2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar.

Keterangan :

P = Angka Presentase

f = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

(Sudijono, 2010: 43)

b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat

yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat

pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau

sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (efektif), aktivitas siswa

mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan

17

diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara deskriptif

(Arikunto, 2007: 131)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi hasil tindakan kelas ini dimaksudkan

sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi

sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-

masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo,

halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto,

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar

diagram, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

hipotesis, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan ruang

lingkup hasil belajar, ruang lingkup model pembelajaran aktif, strategi

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Learning dan ruang lingkup PAI.

Bab III berisi tentang pelaksanaan penelitian yang menjelaskan

deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I dan siklus II.

18

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang

meliputi hasil observasi pada tahap pra penelitian, hasil penelitian

deskripsi per siklus dan pembahasan.

Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran,

dan daftar riwayat penulis.

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

dari itu yaitu memahami. Belajar merupakan suatu aktivitas yang

menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-

upaya yang dilakukannya (Hamalik, 1992:45).

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Oemar Hamalik (1992: 54-55) berpendapat ada beberapa

elemen/asumsi dasar yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu

bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.

b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan

asosiasi dan melalui penguatan.

d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitik beratkan pemahaman berfikir

kritis dan reorganisasi pengalaman.

20

e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung.

f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari

luar individu.

g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu

dipecahkan.

h. Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain.

Berikut ini ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto,

(2010: 3).

a. Perubahan terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada

diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,

kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi

manusia.

Dari pengertian tersebut, belajar dimaksudkan sebagai perubahan

tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang menyangkut aspek

afektif, kognitif, dan psikomotorik yang merupakan hasil dari pengalaman

21

seseorang dalam belajar untuk memperoleh tujuan belajar yang sudah

ditentukan sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan

dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran

berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu, apabila

setelah belajar seseorang tidak ada perubahan tingkah laku yang positif,

dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya

tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

2. Komponen-Komponen belajar

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari

komponen-komponen yang ada didalamnya, menurut Moedjiono dan

Dimyati (1993:23) komponen-komponen proses belajar megajar tersebut

adalah peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media

dan evalusi.

a. Peserta didik

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka

mempunyai perasaaan dan fikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka

mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu sandang,

pangan, papan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk

mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya

sesuai dengan potensinya. Menurut undang undang No. 20 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat

22

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu. Peserta didik adalah subjek yang bersifat unik yang mencapai

kedewasaan secara bertahap.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa peserta

didik adalah seseorang dengan segala potensi yang ada pada dirinya

untuk senantiasa dikembangkan baik melalui proses pembelajaran

maupun ketika ia berinteraksi dengan segala sesuatu.

b. Guru

Guru merupakan pemegang peranan sentral proses belajar

mengajar. Guru yang setiap hari berhadapan langsung dengan siswa

termasuk karakterisrik dan problem mengajar yang mereka hadapi

berkaitan dengan proses belajar mengajar. Guru adalah seseorang

dengan fitrahnya sebagai manusia berkepribadian yang memegang

peranan penting dalam proses belajar mengajar dan berpartisipasi penuh

dalam menyelenggarakan pendidikan.

c. Tujuan Pembelajaran

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar

Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk

untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,

mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu

pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran

(standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Upaya merumuskan

23

tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru

maupun siswa.

d. Materi/isi

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi

pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran

menempati posisi yang sangat penting darikeseluruhan kurikulum, yang

harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai

sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya,

materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi

yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sams (2010: 37) adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur

melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis, yang

diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima

pengalaman belajar. Selain itu, hasil belajar juga dapat diartikan sebagai

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2011: 5).

24

Merujuk pemikiran Gagne, (Driscoll, 2005: 79) hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktifitas kognitifnya sendiri, seperti penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud

kemampuan menerima atau menolak.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai

standar perilaku.

Maka dari itu, hasil dari proses belajar dapat merubah diri

seseorang dalam berperilaku, bersikap maupun tingkat kemampuannya

baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi

kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru

25

mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang

sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang

telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas

pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran

berlangsung, tes ahir semester dan sebagainya.

Menurut Slameto (2003: 54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa antara lain:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua

faktor, yakni:

1) Faktor Fisiologis

Aspek fisiologis merupakan faktor yang berasal dari

kondisi fisik atau jasmani siswa. Yang termasuk faktor fisik

menurut Chasiyah, dkk (2009: 99) di antaranya nutrisi atau gizi

makanan, kesehatan, dan keberfungsian panca indera. Siswa

yang kekurangan nutrisi akan lesu, mudah mengantuk, cepat

lelah, dan kurang konsentrasi. Penyakit juga dapat

mempengaruhi keberhasilan hasil belajar, apalagi bila penyakit

tersebut bersifat kronis. Panca inderapun sangat berpengaruh

bagi keberhasilan belajar, karena merupakan pintu gerbang

masuknya informasi dari luar. Oleh karena itu, pemeliharaan

panca indera terutama mata dan telinga sangat penting bagi

individu.

26

2) Faktor psikologis

a) Tingkat Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psikofisik tubuh mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan

kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ organ

tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa

peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi

manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ

tubuh lainnya lantaran otak merupakan menara pengontrol

hampir seluruh aktivitas manusia.

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental

yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau

mengadakan analisis, memecahkan masalah,

menyesuaikan diri dan menarik generalisasi, serta

merupakan kesanggupan berfikir seseorang. Adapun

tingkat intlegensi siswa dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: (Arikunto, 1995: 12)

Tingkat IQ Kelompok

130 Ke atas Pandai sekali (Genius)

120 - 130 sangat pandai

110 - 120 Pandai

90 110 Rata- rata (normal)

80 - 90 Kurang pandai

27

70 - 80 Lemah ingatan (dungu)

30 70 luar biasa

Kurang dari 30 Imbeciel idiot

Intelegensi ini sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar. Apabila seseorang memiliki tingkat

intelegensi yang tinggi, maka seseorang tersebut dapat

dengan mudah mempelajari sesuatu dalam proses

pembelajaran.

Namun meskipun demikian, intelegensi tidak

mutlak menjadi pengaruh bagi keberhasilan belajar.

Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hal

tersebut.

b) Bakat Siswa

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya

setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat sesuai dengan

kapasitas masing-masing.

c) Motifasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme baik manusia ataupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian

28

ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk

bertingkah laku secara terarah.

d) Kematangan.

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak

dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan

jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya

sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan

latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang

sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih

berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru

untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan

dan belajar.

e) Kesiapan.

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever

adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan

29

ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil

belajarnya akan lebih baik.

b. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri terdiri dari

tiga faktor, yakni:

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik.

b) Relasi antar anggota keluarga

c) Suasana rumah

d) Keadaan ekonomi keluarga

2) Faktor sekolah

a) Metode mengajar

b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa

d) Relasi siswa dengan siswa

e) Disiplin sekolah

f) Alat pelajaran

g) Waktu sekolah

h) Standar pelajaran di atas ukuran

i) Keadaan gedung

j) Metode belajar

k) Tugas rumah

30

3) Faktor masyarakat

a) Kesiapan siswa dalam masyarakat

b) Mass media

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56)

melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi

belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan

prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk

memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah

dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi

yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana

mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan

tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk

mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar

sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

31

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,

keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya

maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

5. Indikator Hasil Belajar

Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas

beberapa tingkatan taraf sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai

oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat

dikuasai 76%-99%.

c. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.

d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

(Djamarah, 2006: 107).

Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran

dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh

siswa.

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.

Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-

olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,

sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati

32

suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna

bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).

Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan

untuk mengukur perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri peserta

didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam

dua bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap

kekuatan dan kelemahannya atas prilaku yang diinginkan dan mereka

mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik

setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara

penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan.

Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau

pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan

mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan

secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah

semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu

pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan

mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak

pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat

berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil

yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapot, sedangkan

33

dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan

dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

6. Aspek Kognitif

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson

dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),

memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis

(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

a. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan

dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja

didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat

merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran

yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah

(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi

mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali

berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan

dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan

usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif

yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah

pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

34

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan

akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan

yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi

yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.

Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan

dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu

persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam

menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa

sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan

pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak

mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan

35

permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari

prosedur baku yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan

menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih

asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa

perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu

kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan

masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses

kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur

baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur

sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan

mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-

permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut

untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih

prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan

dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari

keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana

keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan

menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari

36

kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran

menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik.

Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis

sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif

yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan

pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu

membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu

informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut

(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut

akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian

memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi

permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi

asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.

Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil

komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-

unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan

memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan

koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama

yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang

paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian

melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi

yang telah diberikan.

37

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.

Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat

ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua

kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir

semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara

penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan

evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika

standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang

didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur

yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan

evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi

(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang

tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika

dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan

mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan

sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah

pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan

standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.

38

Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari

suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-

unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren

dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang

berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan

pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun

menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara

total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.

Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan

menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan

menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada

dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis

siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya,

sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu

yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan

memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan

merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis

yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir

divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi

39

mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang

diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan

yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

B. Model Pembelajaran Aktif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Setiap guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat

yang dapat dikembangkan dalam kelasnya sehingga dapat mendorong

siswa untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Untuk

dapat memahami model pembelajaran yang tepat untuk dikembangkan

sebelumnya harus dipahami pengertian model pembelajaran terlebih

dahulu. Berikut adalah pengertian model pembelajaran dari beberapa ahli:

a. Menurut Suprijono (2013: 45-46),

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang

dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Model pembelajaran dalam pengertian ini digunakan sebagai

landasan dalam praktik pembelajaran, di mana landasan ini dirancang

berdasarkan implementasi dari kurikulum dan implikasi di kelas.

b. Menurut Joyce dalam Suprijono (2013: 46),

Model pembelajaran membantu peserta didik dalam

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan

40

mengekspresikan ide, hal ini berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas

belajar mengajar.

Dalam pengertian ini, model pembelajaran diartikan sebagai

pedoman guru dalam merancang kegiatan dan aktivitas belajar

mengajar sehingga siswa akan mendapatkan informasi, ide,

ketrampilan-ketrampilan, dan dapat mengekspresikan ide yang

dipikirkannya.

c. Menurut Arends dalam Suprijono (2013: 46)

Model pembelajaran adalah mengacu pada pendekatan yang

akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahapan kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran

serta pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dalam pengertian ini merupakan

pemilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan oleh

guru yang menyangkut aspek belajar yaitu tujuan pembelajaran,

tahapan kegiatan belajar, lingkungan belajar, dan tata cara

pengelolaan kelas.

Dari beberapa pengertian model pembelajaran tersebut, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu landasan atau

pedoman guru dalam melakukan pembelajaran yang didasarkan

pada kurikulum yang berlaku, yang berkaitan dengan tujuan

pembelajaran, tahapan kegiatan belajar, lingkungan belajar, dan

41

tata cara pengelolaan kelas. Model pembelajaran yang tepat ini

pada akhirnya akan membuat siswa memperoleh informasi, ide,

ketrampilan-ketrampilan, dan dapat mengekspresikan ide yang

dipikirkannya.

2. Pengertian Model Pembelajaran Aktif

Dari pemaparan sebelumnya sudah diketahui bahwa model

pembelajaran merupakan landasan atau pedoman bagi guru untuk

melakukan pembelajaran di kelasnya. Salah satu model pembelajaran

yang dapat dikembangkan adalah model pembelajaran aktif. Untuk

lebih memahami tentang pengertian model pembelajaran aktif, berikut

ini akan dijelaskan pengertian model pembelajaran aktif menurut

beberapa ahli:

a. Warsono & Hariyanto (2010: 14)

Mengemukakan bahwa pembelajaran aktif secara sederhana

dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini

dipahami bahwa secara sederhana model pembalajaran aktif

melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran.

Pelibatan siswa secara aktif ini bisa dimulai dari proses berpikir

tentang materi pembalajaran yang sedang maupun akan dipelajari

sampai menarik kesimpulan. Dalam proses belajar ini siswa akan

mengalami sendiri pengalaman belajarnya, sehingga diharapkan

hasil belajar siswa akan meningkat.

42

b. A.Y. Soegeng (2014: 1)

Memberikan pengertian pembelajaran aktif suatu kegiatan

pembelajaran dimana terdapat keterlibatan pelajar dalam

melakukan kegiatan dan memikirkan apa yang sedang dilakukan.

Dari pengertian di atas, diketahui bahwa pembelajaran aktif siswa

terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, dan siswa juga

berusaha untuk memikirkan materi pembelajaran yang sedang

dipelajari atau dengan kata lain siswa aktif dalam menggali

pengetahuan.

c. Hartono (2013: 1)

Berpendapat bahwa Active learning (belajar aktif) pada

dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus

dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal

yang membosankan bagi mereka.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa dengan

memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada siswa

dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat

dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran

aktif atau active learning adalah salah satu model pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran baik

43

dari tahapan proses berpikir menggali infomasi, sampai menarik

kesimpulan. Model pembelajaran ini menuntut keaktifan siswa

dalam setiap kegiatan belajar mengajar dengan seoptimal mungkin

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dan pada akhirnya siswa mampu mengubah tingkah

lakunya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

3. Macam-macam Model Pembelajaran Aktif

Model pembelajaran aktif terdiri dari berbagai macam. Macam-

macam model pembelajaran aktif ini dapat dikembangkan oleh guru di

kelas dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada di kelasnya.

Zaini, Munthe, dan Ayu Aryani (2008) menyebutkan 43 model

pembelajaran aktif yang dapat dikembangkan dikelas. Model-model

pembelajaran aktif tersebut adalah:

1) Critical Incident (Pengalaman Penting); 2) Prediction Guide

(Tebak Pelajaran); 3) Teks Acak; 4) Reading Guide (Panduan

Membaca); 5) Group Resume (Resum Kelompok); 6) Prediksi

Kawan; 7) Assesmen Search (Menilai Kelas); 8) Questions

Students Have (Pertanyaan dari Siswa); 9) Instant Assesment

(Penilaian Instan); 10) Active Knowledge Sharing (Saling Tukar

Pengetahuan); 11) True or false (Benar apa salah); 12) Benar

Salah Berantai; 13) Inquiring Minds Want to Know

(Membangkitkan Minat); 14) Listening Teams (Tim Pendengar);

15) Guided Note Taking (Catatan Terbimbing); 16) Synergetic

Teaching (Pengajaran Sinergis); 17) Guided Teaching (Panduan

Mengajar); 18) Active Debate (Debat Aktif); 19) Point-

counterpoint; 20) Reading Alaound (Membaca Keras); 21)

Learning Starts with A Questions (Pelajaran Dimulai dengan

Pertanyaan); 22) Plantet Questions (Pertanyaan Rekayasa); 23)

Information Search (Mencari Informasi); 24) Card sort (Sortir

Kartu); 25) The Power of Two (Kekuatan Dua Kepala); 26) Team

Quiz (Quiz Kelompok); 27) Jigsaw Learning (Belajar Model

Jigsaw); 28) Snow Balling (Bola Salju); 29) Everyone is a

Teacher Here (Setiap Orang adalah Guru); 30) Peer Lessons

44

(Belajar dari Teman); 31) Learning Contract (Kontrak Belajar);

32) Index Card Match (Mencari Pasangan); 33) Giving Question

and Getting Answers (Memberi Pertanyaan dan Menerima

Jawaban); 34) Crossword Puzzle (Teka-teki Silang); 35) Physical

Self Sssessment (Mempersiapkan Diri dalam Kelompok); 36)

Keep on Learning (Belajar Terus); 37) Modelling the Way

(Membuat Contoh Praktek); 38) Billboard Ranking (Papan

Rangking); 39) Silent Demonstration (Demonstrasi Bisu); 40)

Practice Rehearsal Pairs (Praktek Berpasangan); 41)

Lightening the Learning Climate (Menghidupkan Suasana

Belajar); 42) Bermain Jawaban; 43) The learning Cell (Sel

belajar).

C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran Jigsaw

1. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan

oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model

pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan

dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok

ahli. Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang

memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok

dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan

sesuatu (Hamruni, 2012: 248).

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam

beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang

45

dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok

asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli

yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru

harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya

suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok

ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain

(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan

topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta

membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini,

peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli

agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan

selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan

mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan

pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu

untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakuakn diskusi di

kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota

pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap

siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.

Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang

46

positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan

memecahkan masalah yang diberikan.

2. Langkah- Langkah Dalam Metode Jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini

maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997: 112), langkah-

langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

a. Awal kegiatan pembelajaran

1) Persiapan

a) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

b) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi

siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

2) Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi

menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada

banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya

konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

3) Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw

beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari

kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang

sosialnya.

47

4) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara

individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara

individual pada semester sebelumnya.

b. Rencana Kegiatan

1) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik

masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan

bergabung dalam kelompok ahli.

2) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

3) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

4) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang

mencakup semua topik.

5) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan

skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

c. Sistem Evaluasi

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

1) Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

2) Membuat laporan mandiri atau kelompok.

3) Presentasi

48

Materi evaluasi dalam system evaluasi harus mencakup hal-hal

berikut, diantaranya:

1) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh

siswa.

2) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

3. Kelebihan Metode Jigsaw

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional,

model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan, seperti yang

diadaptasikan dari internet pada laman (http://pembelajaran-

kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-Jigsaw-kelebihan-dan-

kelemahan-tipe-Jigsaw/. diakses pada 5 Oktober 2015. pukul 11:30

WIB) yaitu:

a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah

adakelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-

rekannya.

b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang

lebih singkat

c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

4. Kelemahan Metode Jigsaw

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan,

seperti yang di sebutkan dalam laman (http://model-pembelajaran-

http://pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/http://pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/http://pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/http://model-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/

49

kooperatif-tipe-Jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-Jigsaw. diakses

pada 5 Oktober 2015. pukul 11:40 WIB), yaitu :

a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru

harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus

menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu

penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan

apabila tidak mengerti.

b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk

sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih

tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam

menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

d. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana

kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk

mengikuti jalannya diskusi.

e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk

mengikuti proses pembelajaran.

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan, meskipun secara sekilas hampir sama dengan

pengajaran, tetapi dalam pendidik memiliki makna lebih luas karena

50

mencakup kepribadian peserta didik. Sehingga pengajaran lebih

terfokus pada bagaimana mentransfer pengetahuan kepada peserta didik

sehingga unsur kepribadian relatif terabaikan. Dalam pandangan Agus

Salim (2004:13), pendidikan merupakan gerakhumanis yang bertujuan

memperbaiki peradaban manusia secara umum.

Sementara itu, Wahyudin (2008:1) menyatakan bahwa pendidikan

adalah humanisi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya

membantu manusia agar mampu mewujudkan dari sesuai dengan

martabat kemanusiaannya.

Dari dua pendapat tersebut di atas, dapat diartikan bahwa

pendidikan sebenarnya merupakan sebuah upaya untuk membentuk

peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Hal tersebut sesuai dengan

Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang mendefinisikan pendidikan sebagai usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki muatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan memperhatikan definisi pendidikan tersebut, dapat

dijelaskan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia tidak

sekedar mengajar pada kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi saja, melainkan juga aspek spiritual keagamaan. Hal ini logis

51

karena dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya tidak

hanya dalam hal fisik tetapi jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sudjoko (2009:11) yang menyatakan bahwa pendidikan pada manusia

yang membuat dirinya manusiawi bukanlah semata-mata pendidikan

teknologi, melainkan pendidikan agama, filsafat, ilmu, seni, dan

budaya.

Berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan

agama merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat

memberikan kontribusi signifikan bagi tujuan pendidikan nasional yaitu

dalam hal membentukan manusia yang bertaqwa dan berbudi pekerti

luhur. Dengan demikian diperlukan suatu perpaduan antara pendidikan

yang memuat materi pelajaran secara umum dengan materi yang

tentang dalam mata pelajaran pendidikan agama islam.

Depdiknas (2001:8) dalam (FIP-UPI, 2009:2) menyatakan bahwa

pendidikan agama islam (PAI) adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, hingga

mengimani, bertaqwa, dan berakhlaq mulia dalam menjalankan ajaran

agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan serta penggunaan

pengalaman.

E. SK dan KD PAI Kelas VIII Semester 1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas VIII

Semester I dapat dilihat pada di bawah ini:

52

Tabel 2.1

SK dan KD PAI Kelas VIII Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Hukum Bacaan Qalqalah

dan Ra

1. Menerapkan hukum bacaan qalqalah lam dan ra.

1.1 Menjelaskan hukum bacaan qalqalah lam dan ra.

1.2 Menerapkan hukum bacaan qalqalah dan ra dalam bacaan

surat-surat Alquran dengan

benar.

Iman kepada Kitab-Kitab

Allah

2. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah

2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab

Allah.

2.2 Menyebutkan nama-nama kitab Allah yang diturunkan kepada

Rasul.

Zuhud dan Tawakal

3. Membiasakan perilaku terpuji

3.1 Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakal

3.2 Menampilkan contoh perilaku zuhud dan tawakal.

3.3 Membiasakan perilaku zuhud dan tawakal dalam kehidupan

sehari-hari

Ananiyah, Gadab, Hasad,

Gibah, dan Namimah

4. Menghindari perilaku tercela.

4.1 Menjelaskan pengertian ananiyah, gadab, hasad, gibah

dan namimah.

4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku ananiyah, gadab,

hasad, gibah dan namimah.

4.3 Menghindari perilaku ananiyah, gadab, hasad, gibah dan

namimah dalam kehidupan

sehari-hari.

Sholat Sunat Rawatib

5. Mengenal tatacara sholat sunat

5.1 Menjelaskan ketentuan shalat sunat rawatib.

53

5.2 Mempratikkan shalat sunat rawatib.

Macam-macam Sujud

6. Memahami macam-macam sujud

6.1 Menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwi dan sujud

tilawah.

6.2 Menjelaskan tatacara sujud syukur, sujud sahwi dan sujud

tilawah.

6.3 Mempratikkan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.

Puasa

7. Memahami tatacara puasa

7.1 Menjelaskan ketentuan puasa wajib.

7.2 Mempratikkan puasa wajib. 7.3 Menjelaskan ketentuan puasa

sunah senin kamis, syawal dan

arafah.

7.4 Mempratikkan puasa sunah senin kamis, syawal dan arafah.

Zakat

8. Memahami Zakat

8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal.

8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal.

8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat

mal.

8.4 Mempratikkan zakat fitrah dan zakat mal.

54