SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf ·...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KLATEN DALAM
PENANGGULANGAN GIZI BURUK
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Disusun oleh :
DESTI SURYANING AYU
D 0106113
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN
DALAM PENANGGULANGAN
GIZI BURUK
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Disusun oleh :
DESTI SURYANING AYU
D 0106113
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. H. Sakur, M.S ( )
NIP. 194902051980121001 Ketua Penguji
2. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( )
NIP. 196001061987022001 Sekretaris Penguji
3. Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi ( )
NIP. 197505052008011033 Penguji
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. Supriyadi, SN., SU
NIP.195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi
NIP.197505052008011033
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Lakukanlah apa yang dapat dilakukan dan buatlah dapat dilakukan
apa yang tidak dapat dilakukan”
(Alexander Graham Bell)
Inspirasi akan selalu bernyanyi kerana
inspirasi tidak pernah menjelaskan
( Khalil Ghibran )
Jika belajar hidup maka berusahalah untuk bisa menerima
kenyataan
Tapi jika belajar ilmu maka berusahalah untuk bisa
menyempurnakan
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
à Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan hal yang terbaik di dalam
hidupku
à Ibuku Endang Purwanti dan adikku Devi Ratna Mayasari atas semua doa,
kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepadaku.
à Keluarga besarku atas doa dan dukungan yang diberikan
à Keluarga Bapak Haryanto, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga
saya bisa menghadapi berbagai tantangan dalam menggapai mimpiku.
à Sahabatku dimasa kuliah masa-masa empat tahun ini sangat berarti, senang
dapat bertemu dan bersama-sama melewati masa perkuliahan dengan
kalian.
à Sahabatku mbak yuli, mas bayu, mbak sion, mbak rury, lewy, fendy,
yoyok, hary, yang telah menyemangatiku dalam pembuatan skripsi ini.
à Almamaterku Administrasi Negara 2006
à Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb,
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk”. Penyusunan
skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak,
maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan khusus kepada:
1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Dra. Sri Yuliani, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Ibu Sri Hastuti Suprihandini, S.Km selaku Ketua Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten
6. Ibu Anis Sihretno, S.Sit, Ibu Sri Sunarti, S.KM,Msi, Ibu Yayuk Sri Indarti,
S.Km,MSi yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Ibu Suminten selaku Ketua Posyandu Lestari yang telah bersedia menjadi
informan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan
penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-
pihak yang memerlukannya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...…...
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………...……..
HALAMAN MOTTO…………………………………………..….……
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………..….…....
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR………………………………………………........
ABSTRAK…………………………..…….………………………..……
ABSTRACT.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………….…………………..
B. Rumusan Masalah…………………………….……………...
C. Tujuan Penelitian……...…………………….………………..
D. Manfaat Penelitian……………………………………………
I
ii
iii
iv
v
vi
viii
xi
xii
xiii
xv
1
8
8
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..………………………………………..........
B. Kerangka Pemikiran………………………………………….
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………… ... ...
B. Lokasi Penelitian ....................................................................
C. Sumber Data ………………………………….......………
D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………......
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
F. Teknik Analisis Data…………………………………………..
G. Validitas Data…..……………………………………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Klaten……............................................................................
B. Strategi Dinkes Kabupaten Klaten dalam Penanggulangan
Gizi Buruk……………………………………..………..
1. Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) ............
2. Indikator Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI )
C. Upaya Dinkes dalam Penanggulangan Gizi Buruk Terkait
Program KADARZI .........................................................
9
31
35
35
36
37
38
40
43
46
60
61
66
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….
B. Saran ..……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
114
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi
Kabupaten Klaten Tahun 2008 ............................................................... 5
2.1 Pengertian Indikator Status Gizi ............................................................. 21
2.2 Indikator Penilaian Gizi ......................................................................... 23
4.1 Penilaian Indikator Kadarzi Berdasarkan Kriteria Keluarga .................. 62
4.2 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eklsklusif Kabupaten Klaten 2008 ......... 83 4.3 Pemberian Vitamin A 2008-2009 ........................................................... 92 4.4 Jumlah Keluarga Sadar Gizi Tahun 2008 ............................................. 97 4.5 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Kabupaten Klaten Tahun 2009 ................................................................................. 102 4.6 Pembagian Sampel dan Cluster KADARZI Tahun 2010 ....................... 107 4.7 Jumlah Keluarga Sadar Gizi 2010 ........................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
2.1
3.1
3.2
Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Kehatan Kabupatenn
Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk………………….
Model Analisis Interaktif …………...………………………..
Bagan Triangulasi Data ………………………………………
34
43
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
DESTI SURYANING AYU. D0106113. STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 119 Hal.
Angka status gizi buruk di Kabupaten Klaten relatif masih tinggi, pada tahun 2008 terdapat 116 balita yang mengalami gizi buruk. Kecamatan yang paling banyak balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2008 yaitu Kecamatan Bayat dan Kecamatan Juwiring yang masing- masing terdapat 9 balita yang mengalami gizi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi penanggulangan gizi buruk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai di bidang gizi Dinkes Kabupaten Klaten. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Dinkes Kabupaten Klaten dapat diketahui bahwa Dinkes Kabupaten Klaten telah melaksanakan program untuk menanggulangi gizi buruk yaitu program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) yang terdiri dari 5 antara lain :
1. Menimbang berat badan bayi secara teratur 2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak umur 0 – 6 bulan 3. Makan beraneka ragam 4. Menggunakan garam yodium 5. Minum suplemen gizi.
Hasil pengamatan masih banyak terdapat ibu balita yang bekerja sehingga pemberian ASI ekslusif belum bisa dikatakan berhasil, selain itu penganekargaman makanan juga belum bisa dikatakan berhasil disebabkan pendapatan masyarakat yang minim mempengaruhi pola konsumsi makan masyarakat
Dari kegiatan KADARZI adapun strategi yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan agar program KADARZI dapat berjalan yaitu dengan mengeluarkan Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyususi dan ASI Ekslusif, penimbangan balita dengan antropometri, memberikan penyuluhan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
pentingnya makan beaneka ragam dan penggunaan garam yodium sesuai dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam yodium. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dapat diketahui upaya penanggulangan gizi buruk yaitu penimbangan anak balita menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) setiap bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi dan balita, dan meningkatkan pelayanan gizi, selain itu adanya pelatihan kader Posyandu atau petugas Puskesmas.
,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
DESTI SURYANING AYU. D0106113. THE STRATEGY IN KLATEN DISTRICT HEALTH OFFICE IN THE PREVENTION MALNUTRITION. Thesis. Government administration Study Program. Administration Department. Social and Politic Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011. 119 pages.
Malnutrition States rates in Klaten Regency is high, in 2008 there are 116 children under five years (babies) which is plague striken malnutrition. The sub district which has the most babies that plague striken bad nutrient is Bayat and Juwiring there are 9 babies in every sub district that plague striken malnutriton. The purpose of this research to describe the strategy of tackling malnutition that has done by Klaten Distric Health Office.
Research method that used in this research is descriptive-qualitative research. Data source in this research was found by informant interview and archives/ document related to the research. The technique of drawing this sample use purposive sampling. Purposive sampling used when the researcher determine the informant as a employee in nutrient sector Klaten District Health Office. Technique of data collecting used in this research are interview, observation and research document. The validity data used in this research is triangulation technique date. Data analyze in this research is interactive analyze model.
The result of research that has done Klaten District Health Office can be known that the Klaten District Health Office was implemented the program for tackling malnutrition that is nutrient family aware program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) which are consist of 5 indicator they are :
1. Weighing the body of babies regularly
2. Giving breast feeding (ASI) for their baby since 0-6 months
3. Giving variety food
4. Using salt-iodized
5. Drinks nutrient supplement
The observation still there are many mothers who work so that exclusive breastfeeding can not be said to succeed, but it giving variety food also can not say successfully caused minimal incomes affect food consumption patterns of society.
As for the strategy of KADARZI activities run by the Public Health Service for KADARZI to run the program by issuing Regulation No. 7 of 2008 regarding the initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding, child's
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
weight with anthropometry, provides counseling on the importance of eating beaneka range and use of iodized salt in accordance with Law No. 64 Year 1994 on the procurement of iodized salt. Based on the result of research that has done in Klaten District Health Office can be known for tackling malnutrition is weighing children under five years use Kartu Menuju Sehat ( KMS ) every moths, giving nutrient and health education for children’s mother, giving vitamin A for the babies and children under five and increasing nutrient service. Besides, there are training of Posyandu or Puskesmas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh
dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Kesehatan merupakan
indikator keberhasilan pembangunan yang diselenggarakan oleh suatu negara.
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan semua warga negara Indonesia
bukanlah hal yang mudah, pemerintah telah mengupayakan pemenuhan
kebutuhan yang penting dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
cukup memadai untuk menunjang kesehatan.
Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian visi Indonesia masa depan
adalah tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat
melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari
berbagai resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, ,terjangkau dan merata. Untuk
menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan manajemen
dan administrasi kesehatan yang memadai, termasuk pula perlu adanya
kemampuan perencanaan pembangunan kesehatan yang kuat. Perencanaan
pembangunan kesehatan merupakan proses untuk menentukan tindakan masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
depan yang tepat, melalui urutan – urutan pilihan dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan.
Bila ditinjau dengan seksama perkembangan pembangunan kesehatan
di Indonesia sebenarnya telah terdapat peningkatan dalam pelayanan
kesehatan dasar dan derajat kesehatan di sementara masyarakat. Dalam
evaluasi pembangunan kesehatan yang terjadi bahwa pemerataan derajat
kesehatan dan berbagai pelayanan kesehatan belum dapat berhasil seperti yang
diharapkan. Sementara masyarakat masih merasa kurang berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
sehingga mengakibatkan kurang mandirinya masyarakat dalam menjaga
kesehatan.
Pembangunan kesehatan dalam hal ini adalah pembangunan tentang
gizi , merupakan hal yang penting dan perlu untuk diperhatikan terutama bagi
para balita. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi utama, yaitu masalah
gizi makro , khususnya Kurang Energi Protein ( KEP ), masalah gizi mikro
terutama Kurang Vitamin A ( KVA ) . Anemia Gizi Besi ( AGB ), dan
Gangguan Akibat Kurang Yodium ( GAKY ) ( R. Hapsara Habib
Rachmat,2004:18 ).
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah
gizi kurang dan gizi buruk. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan
oleh kemiskinan, kurang pendidikan pangan, kurang baiknya masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
lingkungan ( sanitasi ), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan. Sedangkan masalah gizi buruk penyebabnya sama
dengan gizi kurang ditambah karena kemampuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi,
menu seimbang dan kesehatan.
Permasalahan tentang gizi juga terjadi di Kabupaten Klaten, diketahui
sebanyak 102 balita mengalami gizi buruk atau mal nutrisi dan 2.183 balita
mengalami kekurangan gizi, fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26
kecamatan yang berada di Kabupaten Klaten. Dalam surat kabar Joglo Semar
Kepala Dinas Kesehatan Klaten menuturkan :
“ Joglo Semar, 31 Desember 2009. KLATEN—Sedikitnya 102 Balita (bawah lima tahun) di wilayah Kabupaten Klaten mengalami mal nutrisi atau gizi buruk, sementara 2.183 Balita yang lain mengalami kekurangan gizi. Fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26 Puskemas di wilayah Kabupaten Klaten. Hasil laporan yang diterima oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mencatat, kasus kurang gizi dan gizi buruk yang dialami di wilayah Klaten masih cukup tinggi dalam satu tahun terakhir ini. Kepala Dinkes Klaten, Rony Roekminto mengatakan, penderita gizi buruk tersebut tersebar di 26 kecamatan di Klaten. “ Asupan gizinya memang kurang, sehingga terjadi kasus gizi buruk. Kebanyakan dari anak-anak itu berasal dari kalangan keluarga tidak mampu,” kata Rony, Rabu (30/12) kemarin.
Rony menjelaskan terjadinya kekurangan gizi maupun gizi buruk tersebut salah satunya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan keluarga. “Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh. Karena pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan gizi Balita keluarga yang masih kurang,” kata dia. Ironis Rony mengakui kondisi tersebut memang ironis, karena banyaknya penderita kurang gizi dan gizi buruk di Klaten, ternyata tidak diimbangi dengan anggaran dalam APBD 2010. Anggaran dalam APBD sejauh ini belum berpihak kepada kaum lemah, terbukti, Dinas Kesehatan dalam APBD 2010 hanya mendapatkan anggaran Rp 300 juta.“Jumlah sebesar ini jelas tidak mampu untuk mendukung program pengentasan Balita dari kondisi kekurangan gizi,” ujarnya. Akan tetapi, anggapan tersebut justru dibantah oleh anggota Komisi IV DPRD Klaten,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sri Widodo. Ia mengatakan, meskipun jumlah anggaran untuk Dinkes Klaten terbatas, namun program pemenuhan gizi Balita sudah dipenuhi bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Sehingga, anggaran pengentasan gizi tahun ini hanya difokuskan untuk distribusi program makanan tambahan (PMT) dan pemantauan kesehatan Balita. Sri Widodo juga membantah bahwa faktor ekonomi dan pengetahuan gizi yang menjadi penyebab utama adanya Balita mengalami gizi buruk. Dari hasil kunjungannya ke beberapa daerah, dirinya menemukan fakta bahwa gizi buruk adalah akibat lanjutan penyakit lain yang diderita balita. “Biasanya, balita itu menderita sakit yang lain, kemudian jadi tidak doyan makan. Karena itulah dia jadi kena gizi buruk,” ujarnya.( www.joglosemar.com )
Berdasarkan kasus tersebut bahwa permasalahan gizi buruk yang ada
di Indonesia memang cukup serius tetapi pemerintah terutama badan yang
terkait dalam penangganan gizi tidak hanya berdiam diri saja tetapi juga
berupaya untuk mengatasi permasalahan gizi yang terjadi pada balita – balita
yang ada di Indonesia. Permasalahan tentang balita yang mengalami gizi
buruk ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor ekonomi ,
sehingga orang tuanya tidak mampu untuk membelikan asupan makanan yang
bergizi kepada anaknya, faktor pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah
juga akan mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pentingnya
pemberian gizi bagi balitanya. Hal tersebut yang memicu munculnya balita
mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi. Pada tahun 2008 terdapat balita
yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 116 balita, dapat diliha pada
tabel 1.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.1
STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI
KABUPATEN/ KOTA KLATEN
TAHUN 2008
NO Kecamatan Puskesmas
Jumlah Balita % BALITA Kec.
Bebas
Rawa
n Gizi
Balita
yang ada
Ditimba
ng
BB
Naik BGM
Gizi
Buruk
Ditimba
ng BB Naik BGM
Gizi
Buruk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Prambanan Prambanan 1,592 1,415 1,098 21 1 88.88 77.60 1.48 0.07 +
Kebondalem Lor 1,903 1,324 812 59 4 69.57 61.33 4.46 0.30 +
2 Gantiwarno Gantiwarno 2,556 2,148 1,344 104 4 84.04 62.57 4.84 0.19 +
3 Wedi Wedi 3,456 3,290 2,584 58 1 95.20 78.54 1.76 0.03 +
4 Bayat Bayat 4,443 3,899 3,355 141 9 87.76 86.05 3.62 0.23 +
5 Cawas Cawas I 1,780 1,421 1,045 19 5 79.83 73.54 1.34 0.35 +
Cawas II 1,856 1,645 1,455 25 3 88.63 88.45 1.52 0.18 +
6 Trucuk Trucuk I 2,691 2,200 1,197 30 1 81.75 54.41 1.36 0.05 +
Trucuk II 2,827 2,827 1,831 98 5 100.00 64.77 3.47 0.18 +
7 Kalikotes Kalikotes 2,743 2,043 1,320 137 7 74,48 64.61 6.71 0.34 +
8 Kebonarum Kebonarum 1,363 1,158 1,006 13 5 84.96 86.87 1.12 0.43 +
9 Jogonalan Jogonalan I 2,159 1,648 1,406 32 3 76.33 85.32 1.94 0.18 +
Jogonalan II 1,712 1,546 1,313 121 2 90.30 84.93 7.83 0.13 +
10 Manisrenggo Manisrenggo 3,037 2,460 1,514 92 4 81.00 61.54 3.74 0.16 +
11 Karangnongko Karangnongko 2,545 2,371 1,968 73 2 93.16 83.00 3.08 0.08 +
12 Ngawen Ngawen 3,024 2,568 2,209 84 4 84.92 86.02 3.27 0.16 +
13 Ceper Ceper 2,487 2,049 1,714 27 2 82.93 83.65 1.32 0.10 +
Jambukulon 2,018 1,229 1,044 47 1 60.90 84.95 3.82 0.08 +
14 Pedan Pedan 3,209 2,847 2,501 28 1 88.72 87.85 0.98 0.04 +
15 Karangdowo Karangdowo 2,907 2,580 1,826 48 4 88.75 70.78 1.86 0.16 +
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
16 Juwiring Juwiring 4,100 3,246 2,486 110 9 79.17 76.59 3.39 0.28 +
17 Wonosari Wonosari I 2,026 1,815 1,513 44 4 89.59 83.36 2.42 0.22 +
Wonosari II 2,571 2,195 1,813 60 1 85.38 82.60 2.73 0.05 +
18 Delanggu Delanggu 3,193 2,955 2,801 22 2 92.55 94.79 0.74 0.07 +
19 Polanharjo Polanharjo 2,715 2,017 1,267 51 4 74.29 62.82 2.53 0.20 +
20 Karanganom Karanganom 2,907 1,947 854 9 5 66.98 43.86 0.46 0.26 +
21 Tulung Tulung 1,948 1,714 1,267 4 1 87.99 73.92 0.23 0.06 +
Majegan 1,693 1,135 811 28 6 67.04 71.45 2.47 0.53 +
22 Jatinom Jatinom 2,094 1,665 1,122 56 1 79.51 67.39 3.36 0.06 +
Kayumas 2,043 1,646 1,365 46 3 80.57 82.93 2.79 0.18 +
23 Kemalang Kemalang 2,669 2,056 1,564 4 4 77.03 76.07 0.19 0.19 +
24 Klaten selatan Klaten selatan 2,878 3,849 1,474 35 2 133.74 38.30 0.91 0.05 +
25 Klaten tengah Klaten tengah 3,012 2,583 2,023 25 2 85.76 78.32 0.97 0.08 +
26 Klaten utara Klaten utara 2,984 2,283 1,608 57 4 76.51 70.43 2.50 0.18 +
JUMLAH ( KAB/ KOTA ) 87,141 73,.774 54,510 1.808 116 84.66 73.89 2.45 0.16 +
Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat
Pada kolom bertanda daerah bebas rawan gizi diisi tanda ( + )
Keadaan gizi atau status gizi balita dapat dipantau berdasarkan hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin
dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu yang dapat di lihat
dalam data status gizi balita diatas. Pada tahun 2008 jumlah anak balita sebanyak
87.141 balita, dari jumlah tersebut balita yang ditimbang adalah sejumlah 73.774
anak ( 84,66%). Dari sejumlah balita yang ditimbang tersebut , ditemukan berat
badan naik sejumlah 54.510 (73,89%), berat badan di bawah garis merah sejumlah
1.808 balita ( 2,45%) , dan gizi buruk sejumlah 116 balita ( 0,16%) , daerah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengalami tingkat gizi buruk yang tinggi yaitu di Kecamatan Bayat terdapat 9
balita dan Kecamatan Juwiring juga terdapat 9 balita. (Profil Dinkes 2008 ).
Investasi dari pemberian makanan tambahan pemulihan yang
diprioritaskan kepada seluruh sasaran keluarga miskin diharapkan dapat
mencegah terjadinya ancaman loss generation akibat terjadinya booming balita
kurang gizi. Kegiatan lainnya yang dilakukan khususnya terhadap kasus gizi
buruk antara lain adalah pelacakan kasus yang bertujuan untuk melakukan analisis
tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative
penanggulangannya ( Profil Kesehatan Dinkes Klaten 2008 ).
Akan tetapi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten belum merasa puas akan
penurunan yang terjadi, sehingga mereka berupaya untuk melakukan analisis
tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative
cara penanggulangannya. Dari permasalahan tentang bagaimana faktor – faktor
yang berkaitan dengan gizi buruk dan cara penanggulangan gizi buruk di
Kabupaten Klaten maka penulis mengambil judul :
“ STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM
PENANGGULANGAN GIZI BURUK “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu :
Bagaimana strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam
penanggulangan gizi buruk ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui startegi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam
penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Klaten.
2. Tujuan Individual
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
D. Manfaat Penelitian
a. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten khususnya dan Dinas Kesehatan Kabupaten lain pada
umumnya sebagai bahan pertimbangan yang konstruktif bagi peningkatan
gizi.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian dengan
tema,lokasi ataupun kajian yang sama di masa mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, atau strategus
dengan kata jamak strategi. Strategos berarti Jenderal tetapi dalam Yunani
Kuno berarti Perwira Negara dengan fungsi luas ( Salusu,1996:85 ).
Menurut Chandler (1966 ) strategi adalah penetapan dari tujuan dan
sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian
tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Ada tiga komponen dalam definisi Chandler yaitu adanya tujuan dan
sasaran, adanya cara bertindak, dan alokasi sumber daya untuk mencapai
tujuan itu ( Salusu,1996:88 ).
Strategi adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis untuk
meneruskan strategi, dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan
nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi (
Bambang Hariadi.2005:3 ). Dalam penyusunan strategi ada beberapa tahapan
menurut Bambang Hariadi adalah :
1. Menetapkan upaya yang akan dijalankan dan cita – cita atau harapan apa
yang diinginkan pada masa depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Menerjemahkan visi dan misi ke dalam suatu tujuan strategi yang
ditentukan dari berbagai target kinerja yang harus dicapai
3. Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan target dalam
penyusunan strategi diikuti pula dengan penetapan kebijakan yang akan
menjadi jembatan terhadap implementasi
4. Menjalankan implementasi strategi yang terpilih dan melakukan berbagai
keputusan taktis dengan efisien dan efektif
5. Melakukan evaluasi terhadap kinerja dan jika perlu melakukan berbagai
penyusunan terhadap arah tujuan strategi dan pelaksanaan sesuai situasi
Learned, Cristensen, Andrews mengatakan strategi adalah pola tujuan,
maksud, sasaran, dan kebijaksanaan umum serta rencana – rencana untuk
mencapai tujuan – tujuan tersebut. Steiner dan Miner mengatakan bahwa
strategi tidak hanya menunjuk pada “ misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang
mendasar,” tetapi juga pada “ strategi kebijaksanaan dan program” serta pada
metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi itu dilaksanakan guna
mencapai tujuan organisasi (Salusu,1996:90 ).
Menurut Hax dan Majluf (dalam Salusu 1996:100 ) rumusan
komprehensif tentang strategi sebagai berikut :
a. Ialah suatu pola keputusan yang konsisiten, menyatu dan integral.
b. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam arti sasaran jangka
panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya.
c. Menyeleksi bidang yang akan digeluti suatu organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya.
e. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Kotten (dalam Salusu, 1998 : 105) mencoba menjelaskan mengenai
tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering
pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan
inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan,
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi
stratejik dari program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila program
tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber
daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja
organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi
untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.
Koteen (dalam Salusu, 1998 : 105) juga menambahkan bahwa
terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam membagi strategi itu ke dalam
beberapa kategori, kita cukup diberi petunjuk bahwa strategi organisasi tidak
hanya satu. Disamping itu tiap-tiap strategi ini saling menopang sehingga
merupakan satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai
suatu lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan
yang tidak menentu.
Setiap strategi yang telah dirumuskan, diharapkan dapat secepatnya
untuk di implementasikan. Tidak hanya dapat diimplementasikan, akan tetapi
juga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Hatten dan Hatten
(dalam Salusu, 1998 : 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses,
yaitu:
a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya
b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi
c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumberdaya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya
d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya
e. Sumberdaya adalah sesuatu yang kritis
f. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
g. Strategi hendaknya di susun di atas landasan keberhasilan yang telah
dicapai
h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif,
dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada
pembacanya, yang sekaligus berarti mudah dipahami oleh setiap anggota
manajemen puncak dan setiap karyawan organisasi. Ada enam informasi yang
tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi (Donnelly dalam Salusu, 1998 :
109) yaitu
(1) Apa yang akan dilakukan
(2) Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang dipakai dalam
menentukan apa di atas
(3) Siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengoperasionalkan strategi
(4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi
(5) Berapa lama waktu diperlukan operasionalisasi strategi tersebut
(6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi itu.
Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-harapan
masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang
dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu diseimbangkan dengan
harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi.
Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan
kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para
eksekutif (Salusu, 1998 : 110).
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sebagai unsur pelaksana kebijakan
pembinaan dan pengurusan masalah gizi buruk, bertugas untuk melaksanakan
berbagai strategi untuk menangani gizi buruk yang ada di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Klaten.
Untuk menjelaskan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam
penanganan masalah gizi buruk, pada penelitian ini mengacu pada teori Kotten
(dalam Salusu, 1998 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi.
Berbagai strategi ini saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan
kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai suatu lembaga yang kokoh
pula. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai
dan inisiatif-inisiatif stratejik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
dalam menanggulangi masalah gizi buruk. Strategi penanggulangan
masalah gizi buruk difokuskan pada balita yang mengalami gizi buruk di
daerah yang tingkat gizi buruknya paling banyak. Dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten.
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini berkaitan dengan program-progam yang di
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam
penanggulangan masalah gizi buruk. Strategi ini lebih memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program yang
dilaksanakan. Sehingga program-program yang dilaksanakan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-
sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan masalah gizi
buruk. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan
sebagainya. Dengan dukungan sumber-sumber daya yang memadai akan
sangat membantu tercapainya keberhasilan suatu strategi.
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Strategi ini terfokus untuk mengembangkan kemampuan Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif
stratejik dalam penanggulangan gizi buruk. Strategi ini berkaitan dengan
kegiatan penguatan kelembagaan.
Pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy (strategi program).
Program Strategy (strategi program) digunakan karena pada dasarnya
keempat strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini
terfokus pada strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang
lainnya. Terlebih lagi dalam penanggulangan masalah gizi buruk yang lebih
menekankan pada program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten, sehingga dapat menggambarkan implikasi-implikasi
terhadap balita – balita yang mengalami gizi buruk. Alasan berikutnya karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
keberadaan sebuah kantor dalam lingkungan pemerintah kabupaten atau kota
pada dasarnya merupakan unsur pelaksana tugas tertentu (khusus), maka dari
itu dalam tugas pokok dan fungsinya lebih terfokus pada program-program.
Dengan demikian pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy
(strategi program) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam menanggulangi
masalah gizi buruk. Sehingga akan dijelaskan mengenai hal-hal, seperti :
Program-program yang dilaksanakan, Lembaga-lembaga yang terkait dengan
program tersebut, dan Sumber daya (tenaga, keuangan, dan teknologi) yang
digunakan, serta implikasi-implikasinya terhadap masyarakat.
A.2 Pengertian Gizi
Istilah gizi dikenal pada tahun 1950 –an berasal dari bahasa inggris yaitu
nutrition. Kata gizi sendiri berasal dari bahasa ghidza dalam bahasa arab yang
berarti makanan, kata ghidza dalam dialek mesir dibaca gizi, sementara itu ada
yang menerjemahkan kata nutrition menjadi nutrisi (Deddy Muchtadi.2009:1 )
Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang berlangsung lama, mereka akan
berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada kondisi ini dapat
menjadi kwashiorkor dan maramus yang biasanya disertai penyakit lain seperti
diare, penyakit pencernaan, infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia
dan lain – lain (Yuyun Rumdasih dkk,2005:46 ).
Dalam bukunya Djiteng Roedjito (1989:11 ), Masalah gizi memang
masalah yang komplek, merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menjadi penyebabnya. Penyebab utama dari kelaparan adalah kekurangan
untuk makanan yang mencukupi kebutuhan pangan keluarga, ketidak cukupan
dengan faktor sosial, kepercayaan, proses pembagian dalam keluarga dan
distribusinya, sanitasi, dan efek lain dari kemiskinan. Ketajaman fluktuasi
pangan dan harga diri merupakan masalah lain yang menyebabkan kelaparan
dan kurang gizi. Masalah lain yang menyebabkan kurang gizi adalah tidak ada
atau lemahnya kebijakan untuk membantu memaksimumkan pengadaan
makanan yang cukup untuk memperbaiki gizi. Ada 5 bagian kegiatan yang
difokuskan dalam meneliti masalah kurang pangan dan gizi antara lain :
1. Organisasi dan pembiayaan program gizi
a. Siapa pembuat kebijakan dan pelaksanaanya
b. Pemilihan prosedur dan pelaksanaan program
c. Pembiayaan dan sarana program gizi
d. Komponen proses pelaksanaan di tingkat nasional, regional dan lokal
e. Peranan partisipasi masyarakat
2. Program pelengkap untuk ibu dan anak
a. Tipe dan waktu pemberian makanan
b. Kapan makanan tambahan diberikan kepada wanita hamil dan anak-
anak
c. Makanan tambahan untuk bayi yang sudah disapih
3. Evaluasi kebijakan dan program gizi
Biasanya dibuat kebijakan ekonomi dan prioritas alokasi, program
pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Pengaruh kebijakan harga pangan dan sisitem distribusi konsumsi
pangan
b. Penelitian pertanian dan produk pertanian yang dapat mempengaruhi
status gizi
c. Taksiran rencana kebijakan
4. Penyebab kurang gizi secara alami
a. Kebiasaan makan dan pemberian makanan praktis pada anak selama
menyusui dan disapih
b. Perubahan status gizi ibu dan anak
c. Masa menyusui yang tidak cukup
d. Keputusan dan distribusi pangan keluarga
5. Dimensi masalah gizi
Dimensi masalah gizi yaitu bagaimana masalah gizi menjadi lebih baik,
jelas, tepat dan mendekati standar gizi, serta menambah pengertian antara
interaksi kesehatan dan status gizi. Faktor – faktor masalah gizi antara lain
a. Faktor ekologi yang menyebabkan kekurangan gizi
Kurang gizi penyebabnya komplek dan tidak merupakan satu faktor
saja, keadaan lingkungan juga menentukan masalah gizi yang ada.
b. Penilaian masalah
Kurang gizi merupakan bidang yang perlu diteliti, untuk melakukan
penelitian ini tidak cukup hanya menggunakan satu metode
pengukuran. Sehingga masih perlu banyak penelitian menggenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
metode penilaian status gizi dan interpretasinya, selain metode
antrometri, penilaian klinis, penilaian biokimia, dan penelitian biofisik.
c. Pendidikan informasi gizi
Informasi dan pendidikan merupakan kampanye gizi yang utama.
Melalui studi tentang sifat- sifat dari target yang dibutuhkan: (a) pesan
apa yang mereka butuhkan. (b) media apa yang paling cocok untuk
menyampaikan pesan.
d. Survai dan pemantauan gizi
Dibutuhkan suatu cara dan pengawasan yang efektif untuk menilai
keberhasilan dari program gizi.
e. Partisipasi masyarakat
Suatu pertimbangan dasar dalam perumusan setiap perencanaan dan
kebijakan perlu masukan dari masyarakat, juga penting untuk
menentukan sektor dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap
situasi gizi lokal dan perlengkapan untuk keberhasilan program gizi
tersebut.
f. Kebijakan penelitian
Kebijakan penelitian bertujuan untuk menentukan hubungan antar
kebijakan dengan pengaruh program itu sendiri. Kemudian diperlukan
usaha mempelajari seluruh bidang ini pada lembaga yang paling
berwenang serta individu yang beroperasi tanpa memperhatikan
dampak yang mungkin terjadi pada aspek gizi dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
g. Intervensi gizi
Pendekatan penanggulangan masalah gizi merupakan suatu keharusan
dalam rangka memperbaiki keadaan gizi dalam jangka pendek maupun
panjang. Penelitian melalui cara penanggulangan harus menggunakan
strategi yang tepat, efisien dan dengan biaya murah.
Status gizi anak merupakan indikator dalam kesehatan masyarakat.
Saptawati Bardosono, Sastroamidjojo Soemilah, Widjaja Lukito (2007:1-3)
dalam Determinants of child malnutrition during the 1999 economic crisis in
selected poor areas of Indonesia: Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition
menegaskan bahwa :
“ The nutritional status of under-five children that can be used as a public health indicator, and, especially in developing countries, can be assessed by monitoring child growth. In situations such as monetary crisis or natural disaster, to estimate the need for intervention, nutrition surveys are necessary. Most frequently these include food intake and/or an anthropometrical survey. The importance of the nutritional status of the individual, particularly the vulnerable, such as under-five children, is that it affects physical, mental, social and intellectual growth beginning with fetal life, infancy and childhood extending to adolescence and adulthood. Status gizi balita yang dapat digunakan sebagai indikator kesehatan masyarakat, dan, khususnya di negara berkembang, dapat dinilai melalui pemantauan pertumbuhan anak. Dalam situasi seperti krisis moneter atau bencana alam, memperkirakan kebutuhan untuk intervensi, survei gizi yang diperlukan. Paling sering ini termasuk asupan makanan dan / atau survei antropometris. Pentingnya status gizi individu, khususnya rentan, seperti anak- anak balita, adalah bahwa hal itu mempengaruhi awal pertumbuhan fisik, mental, sosial dan intelektual dengan janin, bayi hidup dan anak-anak memanjang sampai masa remaja dan tua.
Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur
BB (Berat Badan ) atau TB ( Tinggi Badan ) sesuai dengan umur ( U ) secara
sendiri- sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kombinasi antara ketiganya. Masing- masing indikator mempunyai makna
sendiri- sendiri. Misalnya kombinasi BB dan U membentuk indikator BB
dengan U yang disimbolkan “BB/U”, kombinasi antara TB dan U membentuk
indicator TB dengan U yang disimbolkan “TB/U”, dan kombinasi antara BB
dan TB membentuk indicator BB dengan TB yang disimbolkan “BB/TB”.
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah
berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan
status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan
spesifik status gizi saat ini ( Soekirman.2000:66 ).
Tabel 2.1
Pengertian Indikator Status Gizi
Indikator BB/U Indikator TB/U Indikator BB/TB Kesimpulan
1. Rendah Rendah Normal Keadaan gizi anak saat ini baik,
tetapi anak tersebut mengalami
masalah gizi kronis. BB anak
proporsional dengan TB-nya
2. Normal Rendah Lebih Anak mengalami masalah gizi
kronis dan pada saat ini anak
menderita kegemukan karena BB
lebih proporsional terhadap TB-nya
3. Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat
dan kronis artinya pada saat ini
keadaan gizi anak tidak baik dan
riwayat masa lalunya juga tidak
baik
4. Normal Normal Normal Keadaan gizi anak baik pada saat
ini dan pada masa lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5. Rendah Normal Rendah Anak mengalami kurang gizi yang
berat
6. Normal Normal Rendah Keadaan gizi anak secara umum
baik tetapi berat badannya kurang
proporsional terhadap TB-nya
karena tubuh anak jangkung
Sumber : Soekiman ( 2000: 70 )
Penilaian status gizi balita dengan penilaian Antropometri ( Djiteng
Roedjito.1989:66,73,75 )
1. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB dan U yaitu
a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal
b. Skor 1 : 80 – 90 % baku = Gizi baik
c. Skor 2 : 70 – 80 % baku = Gizi sedang
d. Skor 3 : 60 – 70 % baku = Gizi kurang
e. Skor 4 : ≤ 60 % baku = Gizi buruk
2. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator TB dan U yaitu
a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal
b. Skor 1 : 85 – 90 % baku = Gizi baik
c. Skor 2 : 80 – 85 % baku = Gizi sedang
d. Skor 3 ; 70 – 80 % baku = Gizi kurang
e. Skor 4 : ≤ 70 % baku = Gizi buruk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB/TB yaitu
a. Skor 0 : 0.160 = Normal
b. Skor 1 : 0.150 – 0.160 = Gizi baik
c. Skor 2 : 0.145 – 0.150 = Gizi sedang
d. Skor 3 : 0.40 – 0.145 = Gizi kurang
e. Skor 4 : di bawah 0.140 = Gizi buruk
Tabel 2.2
Indikator Penilaian Gizi
No Indikator Pejelasan
1 Demografi Subindikatornya adalah umur, suku bangsa,perbedaan
jenis kelamin, kepadatan penduduk, angka kelahiran,
angka kematian dan tingkat ketergantungan
2 Sosial
ekonomi
Subindikator adalah pendapatan, dimana pendapatan ini
dapat mempengaruhi tingkat gizi, keadaan perumahan,
status sosial, pendidikan, pengeluaran untuk makan dan
sebagainya. Ada dua stratifikasi yang menggambarkan
sosial masyarakat yang digunakan dalam menentukan
tingkat kemiskinan penduduk dan stratifikasi yang
digunakan untuk menilai setiap individu.
3 Statistik Subindikator dapat angka kematian dan angka kesakitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kesehatan Kematian orang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain karena kurang gizi. Data statistik kesehatan
biasanya berisi jumlah, kematian bayi, keguguran dan
lahir mati, jumlah wanita yang melahirkan, jumlah
kematian akibat penyakit jantung, TBC, darah tinggi,
diabetes, dan penyakit infeksi lainnya.
4 Prasarana
Kesehatan
Sarana disini diartikan ahli medis , tokoh pelayanan
kesehatan masyarakat, fasilitas kesehatan seperti rumah
sakit, puskesmas. Subindikator yang digunakan tersedia
atau tidak ahli medis , ahli gizi , pendidik kesehatan,
pengajar gizi, BKIA, sarana dan fasilitas rumah sakit atau
Puskesmas untuk menanggulangi masalah gizi, program
gizi seperti rehabilitasi penderita, Taman Gizi, paket Gizi.
5 Kesehatan
Gigi
Kesehatan gigi dipengaruhi oleh zat gigi dari makanan
yang masuk ke dalam tubuh. Pemeliharaan gigi bersifat
universal tidak terbatas pada umur. Program kesehatan
gigi perlu diberikan di sekolah, kantor, dan lembaga
kesehatan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah kadar
atau pemakaiannya di dalam air minum sehari – hari.
6 Kebudayaan
Masyarakat
Tingkat gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh corak
hidup dan kebiasaan makan dalam kelompok sosial
tertentu. Untuk memperbaiki kebiasaan yang salah, perlu
diperhatikan tradisi yang berlaku dan tujuan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
masyarakat yang akan diamati.
7 Organisasi
Sosial
Untuk dapat menerapkan program dalam suatu kelompok
masyarakat, haruslah mengetahui pola kebiasaan dan
organisasi sosial yang ada dalam masyarakat, bagaimana
kepemimpinan yang ada bagaimana hubungan antara
pemimpin dengan anggota masyarakat.
8 Perumahan
Penduduk
Data perumahan perlu dalam menilai status gizi
masyarakat, karena rumah dapat digunakan sebagai
indikator sosial ekonomi seseorang dan rumah juga dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan keluarga itu.
Subindikator yang dipakai antara lain sanitasi rumah,
perlengkapan rumah tangga, fasilitas air bersih, sumber
penerangan.
9 Persediaan
Pangan
Untuk mengetahui jenis pangan apa yang tersedia,
potensi konsumsi, pasaran, penyimpanan dan lain- lain.
Subindikator yang dipakai adalah : a) harga bahan
pangan, b) standar makanan, untuk dapat
membandingkan sampai berapa jauh dapat tercukupi, apa
yang kurang dan perlu fortifikasi misalnya, c) sumber
bahan pangan setempat, terutama jenis- jenis yang ada
sudah dimanfaatkan atau belum, apa sebab, mengapa
tidak mengetahui dan sebagainya, terutama yang
mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
makanan baru.
10 Program Gizi
Sekolah
Subindikatornya dapat dilihat bagaimana program gizi
menjadi mata ajaran yang diberikan di sekolah- sekolah
dan sampai sejauh mana program kesehatan sekolah
diberikan.
11 Program
Kesejahteraan
Sosial
Dapat dilihat bagaimana distribusi makanan pada setiap
keluarga, bagaimana alokasi biaya untuk mencukupi
kebutuhan pangan yang memenuhi syarat kesehatan,
bagaimana penggunaan sumber daya yang ada dan
bagaimana kualitas menu makanan sehari- hari.
12 Transportasi Sistem pengakuan atau transportasi sangat penting dalam
menggambarkan siklus pangan antara lain : a)
melancarkan usaha agar bahan pangan selalu tersedia di
daerah yang bersangkutan; b) melancarkan aktivitas
penduduk dan pelayanan bahan pangan, dan c)
menghilangkan hambatan berkomunikasi sesame
manusia. Subindikator yang dipakai antara lain jumlah
kendaraan angkutan umum, kendaraan angkutan barang,
sarana infrastruktur, jumlah bahan pangan yang diangkut,
distribusi, cara kemasan, perbungkusan, penyimpanan,
dan sebagainya.
13 Pendidikan Semua usaha perbaikan gizi, program pendidikan kader,
dapat gagal jika tidak berorientasi pada dasar- dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pendidikan. Faktor utama adalah bahan pengantar.
Subindikator adalah sejauh mana tingkat pendidikan yang
ada, sejumlah sekolah- sekolah, murid, jenis bahasa
pengantar,tingkat pendidikan guru yang ada, dan lain-
lain.
14 Data Mata
Pencaharian
Data mata pencaharian penduduk, jumlah buruh yang
mengganggur dapat digunakan secara langsung untuk
mengetahui keadaan gizi masyarakat.
15 Keadaan
Geografi dan
Lingkungan
Data geografi dan lingkungan hidup dapat digunakan di
negara- negara yang belum berkembang dan daerah
pedesaan untuk tujuan utama yaitu produksi bahan
pangan ( terutama pertanian ). Untuk memproduksi ,
mereka sangat tergantung pada tanah dan iklim ( seperti
curah hujan, intensitas cahaya, kelembaban, dan lain=
lain ). Produksi dapat gagal jika iklim buruk dan adanya
bencana alam. Lingkungan juga dapat berubah karena
ulah manusia misalnya populasi air, udara, makanan, dan
lain- lain. Subindikator yang dipakai adalah tinggi
tempat, iklim, jenis tanah, jenis vegetasi, dan lain- lain.
16 Aspek – aspek
lain
Terutama yang menyangkut : a) kesadaran masyarakat, b)
rencana pemberian bantuan pada keadaan darurat. Dan c)
aktivitas lembaga atau organisasi yang ada di masyarakat.
Sumber : Djiteng Roedjito ( 1989: 91 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gizi buruk adalah keadaan yang kronis dan membuat cemas bagi
pembangunan bangsa berbagai negara. Kekurangan gizi ini bersifat
multidisiplinner dan harus mempertimbangkan beberapa faktor secara simulator
antara lain : mobilitas sosial, kebijakan ekonomi dan sosial, perbaikan pertanian,
dan perbaikan gizi yang merupakann suatu rangkaian kegiatan.
Kekurangann gizi dapat disebabkan oleh komsumsi pangan kurang baik,
jumlah dan mutu, kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat
menimbulkan beberapa penyakit defisiensi antara lain maramus, pellagra, skurri
polio, dan anemia gizi. Hal tersebut dapat terjadi karena menderita sakit, faktor
keturunan atau karena lingkungan yang menyebabkan gangguan penyerapan zat
gizi, selain itu karena konsumsi pangan berlebihan sehingga berakibat timbulnya
beberapa penyakit gizi lebih.
Masalah gizi buruk mempengaruhi perkembangan pertumbuhan balita. Afita
A Usfar, Endang L Achadi, Reynaldo Martorell, Hamam Hadi ( 2009 ) dalam
Food Fortification with Iron, Zinc and Calcium Pros and Cons from a Nutritional
and Technological Point of View: Asia Pasific Jurnal Nutrition Critical
menjelaskan bahwa :
“Children who fail to grow well also interact poorly with their environment and have fewer and less productive learning experiences. Poor nutrition also affects brain development directly. The long-term consequences of undernutrition in children are now better documented. They include short adult height and reduced lean body mass, characteristics that place women at greater risk of having newborns of low birth weight as well as increased risk of delivery complications and possibly death. These body size characteristics also lead to reduced work capacity and earnings. Long-term studies document strong relationships between stunting in early childhood and compromised measures of human
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
capital such as school achievement, reading ability and intelligence, even after controlling for parental education and early life socioeconomic status. Anak-anak yang gagal tumbuh dengan baik buruk juga berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memiliki pengalaman belajar yang lebih sedikit dan kurang produktif. Gizi buruk juga mempengaruhi perkembangan otak secara langsung. Konsekuensi jangka panjang dari gizi buruk pada anak-anak sekarang lebih baik didokumentasikan. Mereka termasuk tinggi dewasa pendek dan mengurangi massa tubuh ramping, karakteristik yang menempatkan perempuan pada risiko yang lebih besar memiliki bayi yang baru lahir dengan berat lahir rendah serta peningkatan risiko komplikasi persalinan dan mungkin kematian. Karakteristik ukuran tubuh ini juga mengakibatkan kapasitas kerja berkurang dan pendapatan. Jangka panjang dokumen studi hubungan kuat antara pengerdilan pada anak usia dini dan langkah-langkah dikompromikan modal manusia seperti prestasi sekolah, kemampuan membaca dan kecerdasan, bahkan setelah pengendalian untuk pendidikan orangtua dan status awal kehidupan sosial ekonomi.”
Dalam bukunya Suhardjo, golongan rawan gizi adalah bayi, anak – anak
balita, wanita hamil dan ibu menyusui. Pada bayi, protein merupakan bagian
penting selama masa pertumbuhannya dan masa perkembangan tubuhnya, misal
untuk tulang otot dan organ tubuh luar. Anak – anak yang dilahirkan dari ibu yang
mengalami kurang gizi, umumnya lahir prematur, kecil, dan cenderung banyak
kelemahan ( 2003:86 ).
Masalah gizi kurang atau gizi buruk memang menjadi suatu kegelisahan,
penanggulangan masalah gizi ini perlu dilakukan secara terpadu antardepartemen
dan kelompok profesi, melalui upaya – upaya peningkatan pengadaan pangan,
penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan teknologi hasil
pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam,
dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi yang
dilakukan secara terpadu antara lain ( Sunita Almatsier.2001:306 ) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui
peningkatan produksi beranekaragam pangan.
b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga.
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sisitem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ), hingga puskesmas dan
Rumah Sakit.
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ).
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi
masyarakat.
f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan
tambahan, distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet, dan sirup besi
serta kapsul minyak beryodium.
h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium, dan zat besi
j. Upaya pengawasan makanan dan minuman
k. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Zat gizi merupakan suatu hal yang penting dalam pertumbuhan
seseorang karena zat gizi sangat penting untuk proses pertumbuhan manusia.
Jika seseorang merasa sudah terpenuhi zat makanan yang bergizi pastilah
mempunyai badan yang sehat, akan tetapi jika seseorang kekurangan akan zat
gizi maka tubuhnya juga akan lemas bahkan akan menimbulkan suatu penyakit
yang nantinya dapat berakibat seorang atau balita mengalami gizi buruk.
Di Kabupaten Klaten masih terdapat daerah yang mempunyai balita
berstatus gizi buruk, balita yang mengalami gizi buruk ini menyebar di 26
kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Kecamatan yang masih banyak
balita yang mengalami gizi buruk antara lain di Kecamatan Juwiring dan
Kecamatan Bayat. Kebanyakan balita yang mengalami gizi buruk disebabkan
oleh pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang asupan gizi yang diberikan
kepada anak- anaknya masih kurang, perekonomian yang masih rendah
sehingga konsumsi pangan yang kurang baik jumlah dan mutu pangan, dan
adanya kelanjutan suatu penyakit yang diderita balita sehingga dapat
menyebabkan gizi buruk.
Masalah gizi buruk yang ada di setiap Kabupaten merupakan
permasalahan yang penting, apalagi sejak diberlakukannya otonomi daerah
seperti sekarang ini. Oleh karena itu setiap kabupaten berusaha untuk
mengatasi permasalahan gizi buruk tersebut. Masalah gizi buruk di wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kabupaten merupakan tanggung jawab instansi daerah dalam hal ini adalah
Dinas Kesehatan (DinKes).
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten merupakan suatu unsur
pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap permasalahan gizi buruk yang
ada di Kabupaten Klaten. Dalam mewujudkan Klaten sehat dan sejahtera ,
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mengalami permasalahan balita yang
mengalami gizi buruk. Balita yang mengalami gizi buruk tersebar di 26
kecamatan di Kabupaten Klaten. Maka Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
membuat strategi untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk yang terjadi.
Di harapkan setelah berbagai strategi tersebut di implementasikan, akan dapat
mengurangi jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan meningkatkan
kesehatan balita terutama pemenuhan gizi di Klaten. Akan tetapi dalam
pelaksanaan strategi tersebut masih terdapat hambatan-hambatan yang dapat
mengganggu terwujudnya tujuan bersama. Sehingga perlu segera dicarikan
solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.
Untuk menggambarkan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
dalam penanggulangan gizi buruk, mengacu pada teori Kotten (dalam Salusu,
1988 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi itu
antara lain Corporate Strategy (strategi organisasi), Program Strategy (strategi
program), Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) dan
Institutional Strategy (strategi kelembagaan).
Pada penelitian ini, terfokus pada Program Strategy (strategi program).
Program Strategy (strategi program) digunakan karena pada dasarnya keempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini terfokus pada
strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang lainnya. Dalam
penanggulangan gizi buruk ini cenderung menekankan pada program-program
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sehingga dapat
menggambarkan implikasi-implikasi terhadap balita yang mengalami gizi
buruk. Selain itu karena keberadaan sebuah Dinas dalam lingkungan
pemerintah merupakan suatu unsur yang tugas pokok dan fungsinya lebih
terfokus pada program-program. Program yang dilakukan untuk
menanggulangi gizi buruk adalah program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ),
yang memiliki 5 indikator antara lain :
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
3. Makan beranekaragam
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi
Sehingga Program KADARZI dapat membantu tingkat status gizi
buruk di Kabupaten Klaten dapat terus berkurang dan balita atau bayi di
Kabupaten Klaten dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan Visi Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten yaitu Klaten sehat dan sejahtera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Bagan 2.3
Kerangka Pemikiran
Penyebab Gizi buruk:
1. Kurangnya Pengetahuan tentang asupan gizi 2. Perekonomian masyarakat yang rendah 3. Kelanjutan dari penyakit yang diderita
Strategi Dinkes Kab. Klaten dilihat dari Program Strategi :
Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) :
1. Menimbang berat badan bayi secara teratur
2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan ( ASI Eksklusif )
3. Makan beraneka ragam
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi
Berkurangnya status gizi buruk di Kab. Klaten
Faktor Penghambat dan Faktor pendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah ditentukan diatas, maka jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
hal ini dikemukakan oleh Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1995:4),
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran cermat terhadap
fenomena sosial tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun
fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode deskriptif digunakan
dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan,
menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut. Metode deskriptif
dimaksudkan untuk mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan
deskripsi yang lebih berharga daripada sekedar jumlah atau frekuensi dalam
bentuk angka . Seperti yang disampaikan oleh H.B Sutopo (2002:35) yaitu
dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama
berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-
angka atau frekuensi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.
Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa instansi inilah
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga daerah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bidang kesehatan di lingkungan Kabupaten Klaten termasuk di dalamnya
tentang penanggulangan gizi buruk.
C. Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan
bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dann
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data
atau informasi yang diperoleh ( HB. Sutopo,2002:49 )
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terutama merupakan data
pokok yaitu data yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang
diteliti, namun demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti
maka akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi
data pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Data Primer.
Merupakan sejumlah data yang dikumpulkan langsung dari nara
sumber penelitian ini adalah mereka yang dianggap mengetahui
permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini informan yang
bersangkutan adalah
a. Kepala Seksi Gizi
b. Staf bagian Seksi Gizi
c. Ketua Posyandu Lestari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Data Sekunder.
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui
catatan-catatan lapangan hasil observasi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Klaten mengenai pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan
penelitian.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Di dalam setiap penelitian, perlu adanya sumber data yang berasal dari
nara sumber yang terkait yaitu dengan cara mewawancarainya. Tetapi jika
mengingat banyaknya nara sumber yang akan diwawancarai dalam
penelitian tersebut maka perlu diambil suatu cara agar populasi yang ada
sebagai responden dapat diambil sebagian tetapi mewakili suara informan
secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu adanya teknik pengambilan
sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:91).
Sedangkan teknik sampling ( cuplikan ) merupakan suatu bentuk
khusus atau proses bagi pemusatan sumber data dalam penelitian yang
mengarah pada seleksi (Haryono,2008:41). Terkait dengan pengambilan
sampel tersebut maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling karena dipandang mampu menangkap
kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak
tunggal. Pilihan atau sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang
memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sedang diteliti. Untuk itu diperlukan pemahaman peneliti mengenai nara
sumber yang tersedia, dalam beragam posisinya, karena setiap posisi
memiliki akses informasi yang berbeda. Cuplikan ini memberikan
kesempatan maksimal pada kemampuan peneliti untuk menyusun teori yang
dibentuk dari lapangan (grounded theory) dengan sangat memperhatikan
kondisi lokal dengan memperhatikan nilai-nilainya (Haryono,2008:31).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Teknik pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif
pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. Wawancara
adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan nara
sumber atau informan (Susanto, 2006:128). Wawancara dilakukan
terhadap nara sumber atau informan yang dapat memberikan
informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan.
Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak berstruktur ketat,
tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada
kedalaman informasi. Wawancara ini dilakukan terhadap mereka yang
mengetahui permasalahan yang diteliti. Wawancara ini melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
elemen-elemen yang berbeda untuk mendapatkan data yang diinginkan
dalam studi. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada Kepala
Seksi Gizi, Staf Seksi Gizi dan Ketua Posyandu Lestari
2. Observasi langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi berarti peneliti melihat
dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain) apa
yang dilakukan dan diperbincangkan para nara sumber dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan penelitian
(Susanto, 2006:126). Observasi dilakukan dalam bentuk observasi
partisipasi pasif. Dengan kata lain dalam hal ini peneliti membatasi
pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga dapat menjaga peran
bukan sebagai ‘orang dalam’. Terhadap beberapa pelaku dan kondisi
lingkungan yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa
kegiatan dan proses terkait dengan studi. Peneliti mendatangi secara
langsung di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti.
3. Pencatatan Dokumen
Yaitu dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber
tertulis yang ada, baik berupa dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip
merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu ( H.B. Sutopo, 2002:54). Peneliti mengumpulkan dan
memahami data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pendukung dan pelangkap data penelitian yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten.
F. Analisis Data
Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H.
B. Sutopo (2002:91-94) adalah :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisi yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data
dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan
data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil
keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,
menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu cara menentukan cara
pengumpulan data yang akan digunakan.
Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan
dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan.
Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding,
memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga
menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir
penelitian selesai disusun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis
dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai
hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada
analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut.
Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan
menjawab setiap permasalahan yang ada.sajian data ini merupakan narasi
yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan
menggunakan logika penelitiannya. Yang banyak terjadi dimasa lalu,
penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang tidak
banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan. Hal
itu sangat menyulitkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang data keselurtuhan guna menyusun simpulan studi secara cepat dan
tepat. Kemampuan manusia terbatas dalam menghadapi catatan lapangan
yang mungkin jumlahnya meliputi ribuan halaman. Sajian data yang baik
dan jelas sistematikanya, akan banyak menolong peneliti sendiri dalam
menyelesaikan pekerjannya. Sajian data selain dalam bentuk narasi
kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung
narasinya.
c. Penarikan Simpulan
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa
arti dari berbagai hal yang dia temui dengan melakukan pencatatan
peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang
munkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proporsisi. Peneliti yang ahli
menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, nemun tetap terbuka dan
bersifat keptic. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada waktu
awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara
eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan akhir
tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar
bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan
cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada
peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar
pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang
dialkukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan cara
berdiskusi, atau saling memeriksa antar teman. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode analisis ,yaitu: reduksi data, sajian data,
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi berjalan bersama pada waktu
kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat skema bagan model
analisis interaktif berikut ini :
Bagan 3.1
Model Analisis Interaktif
(H.B.Sutopo,2002:96)
G. Validitas Data
Djamaludin Ancok mengatakan validitas menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (dalam
Singarimbun dan Effendi,1989:124).
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam
kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh
karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara yang
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Penarikan Simpulan / Verifikasi
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolenya. Cara
pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan
tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitiannya.
Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih
sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik
pengembangan validitas datanya ( HB.Sutopo,2002:77-78).
Dalam penelitian kuakitatif model validitas data yang sering
digunakan adalah model triangulasi. Menurut Paton (1984), menyatakan
bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi (dalam HB.
Sutopo,2002:78-82):
a. Triangulasi data (sumber)
Di dalam pengumpulan data, peneliti wajib menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan
lebih mantap kebenarannya, bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda.
b. Triangulasi metode
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis, tetapi
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Triangulasi peneliti
Hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian
tertentu atau simpulannya bisa diuji validitasnya dari berbagai macam
peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
d. Triangulasi teori
Teknik ini menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam
membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji.
Dari berbagai macam kesimpulan mengenai metode triangulasi
diatas maka dalam penelitian ini model triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi data ( sumber ). Menurut Moeloeng penelitian yang
menggunakan teknik pemeriksaan melalui sumbernya artinya
membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (dalam Iskandar,
2008:230).
Bagan 3.2 Bagan Triangulasi data
(sumber : HB. Sutopo,2002:80 )
DATA
AKTIVITAS
DOKUMEN/ARSIP
INFORMAN
OBSERVASI
CONTENT ANALYSIS
WAWANCARA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
Negara bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan
bagi masyarakatnya. Kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu
kondisi dimana kebutuhan lahir maupun batin dapat terpenuhi dengan
baik. Salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan kesehatan. Maka
negara berkewajiban mewujudkan atau memenuhi kebutuhan warga
negaranya akan kesehatan dalam hal ini dalam pemenuhan gizi
masyarakat. Seperti yang telah diamanatkan pada pembukaan Undang-
undang Dasar Republik Indonesia yang merupakan tujuan negara yang
salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat
Indonesia. Kesejahteraan tersebut salah satunya diwujudkan dengan
adanya jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia.
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan
pokok yang menjadi landasan pokok untuk berfikir dan bertindak dalam
penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Dasar – dasar berikut ini
merupakan landasan penyusunan Visi, Misi, dan Strategi serta sebagai
petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu
a. Dasar- dasar penyusunan Visi, Misi, Strategi dan petunjuk pokok
pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu
1) Perikemanusiaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai , digerakkan dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Pemberdayaan dan Kemandirian
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan
saja objek tetapi sekaligus sebagai subjek kegiatan, proyek,
program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertanggung jawab
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan ,
proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran
serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga
setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya
sendiri.
Dengan dasar ini setiap individu, keluarga dan masyarakat
melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasulitasi agar
mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan
pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau saling tolong
menolong kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar
dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak,
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan
agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat
waktu.
3) Adil dan Merata
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang
samauntuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.
Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas, terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang
perbedaan ras, golongan , agama, dan status ekonomi seorang
individu, keluarga atau sekelompok masyarakat.
Pembangunan kesehatan harus terus diimbangi dengan upaya-
upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar
gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian
pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong – kantong
penduduk resiko tinggi yang merupakan pemyumbang terbesar
kejadian sakit dan kematian. Kelompok- kelompok penduduk
inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena
selain lebih rentan terhadap penyakit juga kemampuan membayar
mereka jauh lebih sedikit sehingga pembangunan kesehatan akan
dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4) Pengutamaan dan Manfaat
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan
atau kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan
harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan
diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar- besarnya
bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek
dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat
yang sebesar – besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan.
Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan standar profesi dan peraturan
perundang – undangan yang berlaku serta mempertimbangkan
dengan sungguh- sungguh dan kondisi spesifik daerah.
Sejak berlakunya Undang – UndangNo 22 Tahun 1999 yang
kemudian disempurnakan dengan berlakunya Undang – Undang No 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka daerah perlu mengadakan
pembentukan kembali organisasi perangkat daerah Kabupaten Klaten.
Guna memperlancar pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengembangan wilayah
Klaten tidak lepas dari kondisi dan potensi wilayah dan social ekonomi
masyarakatnya yang berorientasi pada terciptanya masyarakat Klaten yang
sejahtera. Walaupun demikian pemerintah daerah Klaten tidak semata –
mata tolak ukur dari pengembangan pembangunan wilayah dan potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kabupaten Klaten saja, tetapi juga melibatkan peran serta masyarakat
sehingga terciptanya keserasian pengembangan pembangunan SDA dan
pengembangan masyarakat Klaten, dalam artian pengembangan Sumber
Daya Manusia itu sendiri sehingga dapat tercipta suatu kerjasama antara
pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencapai suatu kesejahteraan
bersama antara daerah dan masyarakat.
Dengan adanya otonomi daerah maka instansi daerah Kabupaten
Klaten yang menangani bidang khususnya bidang kesehatan antara lain
Departemen Kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten perlu ditata dan
diintegrasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingakat II
Klaten agar memiliki daya dukung yang optimal terhadap
penyelenggaraan otonomi daerah di bidang kesehatan. Berdasarkan
ketentuan diatas maka pemerintah daerah kabupaten Klaten menetapkan
Peraturan Daerah No 6 Tahun 2001 tentang pembentukan susunan
organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Peraturan
Daerah ini pengganti Peraturan Daerah sebelumnya yaitu Perda No 4
Tahun 1995 tentang susunan organisasi dan tata kerja Pusat Kesehatan
Masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Klaten.
Pasal 3,4 dan 5 Perda Kabupaten Klaten No 6 Tahun 2001
menyebut tentang kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten pasal 3 yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Dinas Kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2,
berkedudukan sebgai unsure pelaksana Pemerintah Daerah di
bidang kesehatan.
2. Dinas Kesehatan Sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 4 yaitu
Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
Kabupaten di bidang kesehatan.
Pasal 5 yaitu
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada pasal
4, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan program, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,
dan pelaporan di bidang kesehatan
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di
bidang kesehatan
3. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di
lingkungan Dinkes
Dengan ketentuan diatas maka Dinas Kesehatan adalah Dinas
daerah Kabupaten Klaten yang merupakan unsure pelaksana di bidang
kesehatanyang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinkes
mempunyai tugas pokok di dalam bidang kesehatan. Untuk melaksanakan
tugas dan fungsi Dinkes, menurut peraturan daerah No 6 Tahun 2001
disebutkan sebagaimana dijabarkan dalam Keputusan Bupati Klaten
Nomor 065/ 359 / 2001 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinkes antara
lain :
1. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
kabupaten dibidang kesehatan yang meliputi pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
kesehatan masyarakat.
2. Untuk melaksanakan tugas dimaksud maka Dinas Kesehatan
mempunyai fungsi yaitu
a. Perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan pelaporan dibidang kesehatan.
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di
bidang kesehatan.
c. Pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis Dinas di
lingkungan Dinas Kesehatan.
Dalam menjalankan fungsinya Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
mempunyai Visi, Misi, Motto dan Strategi :
1. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :
“ Mewujudkan Klaten Sehat dan Sejahtera “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :
a. Sebagai katalisator dan motivator pembangunan kabupaten klaten
yang berwawasan kesehatan
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat
c. Mempercepat terwujudnya sistem kesehatan daerah
d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat secara
paripurna, didukung oleh sumber daya manusia yang professional,
sarana dan prasarana memadai.
3. Motto Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :
“ Responsive. Tepat, dan Bertanggung jawab “
4. Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :
a. Pemantapan manajemen kesehatan yang mandiri dan akuntabel.
b. Pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan pendekatan
keluarga menuju kemandirian masyarakat yang bertumpu pada
potensi yang ada.
c. Pemantapan kapasitas dan mutu pelayanan kesehatan.
d. Perluasan dan peningkatan sarana, prasarana dan tenaga
kesehatan.
e. Penanaman sikap untuk peduli serta berperilaku hidup bersih
dan sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
5. Mengenai susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
diatur dalam pasal 6 :
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
Kesehatan
b. Sekretariat :
1. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
Sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan
mempunyai tugas mengkoordinasi dan menyusun rencana
program kegiatan rutin dan pembangunan, melakukan
pengumpulan dan pengolahan data dibidang kesehatan.
2. Sub Bagian Keuangan
Sub bagian keuangan mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja, pembukaan, pertanggung
jawaban dan laporan keuangan.
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas pengelolaan administrasi,
penyusunan pedoman dan petunjuk ketatalaksanaan di bidang
kepegawaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Bidang Pelayanan Kesehatan :
1. Seksi Rumah Sakit dan Puskesmas
Seksi Rumah Sakit dan Puskesmas mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan pembinaan, perkembangan, pengawasan,
pelaksaan pelayanan Rumah Sakit dan Puskesmas.
2. Seksi Registrasi dan Akreditasi
Seksi registrasi dan akreditasi mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan dan pengendalian di bidang registrasi dan
akreditasi serta tugas lain yang diberikan Kepala Sub Dinas
Pelayanan Kesehatan.
3. Seksi Kefarmasian, Penyehatan Makanan dan Minuman
Seksi kefarmasian, penyehatan makanan dan minuman
mempunyai tugas menyiapkan bahan untuk pengawasan dan
evaluasi pemakaian obat disemua sarana kesehatan serta
pembinaan dan pengawasan Tempat Pengolahan Pangan.
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit mempunyai
tugas menyiapkan rencana penyelenggaraan kegiatan pengamatan,
pencegahan, pemberantasan, pengawasan penyakit, imunisasi dan
penyelidikan penyakit. Bidang ini dibagi menjadi beberapa seksi
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
1. Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit
Tugas seksi ini adalah memeonitoring , mengevaluasi
pelaksanaan imunisasi pada PPKKS, Posyandu, Unit Pelaksanaan
Kesehatan lainnya, dan menganalisa hasil penyelidikan penyakit.
2. Seksi Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan
penyelenggaraan, pencegahan , pemberantasan, penanggulangan
penyakit bersumber pada binatang.
3. Seksi Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Penyakit
Tidak Menular
Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan
penyelenggarakan pemberantasan penyakit menular langsung dan
tidak langsung dan meyebarluaskan informasi pencegahan dan
pemberantasannya.
e. Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang kesehatan masyarakat mempunyai tugas melakukan
pembinaan dan pengawasan kegiatan pemeriksaan, pelayanan
kesehatan ibu, anak , kelahiran dan Keluarga Berencana dan kesehatan
lingkungan pada PPKKS, PPKKS pembantu, PPKKS dengan rawat
inap serta sistemasi bahan rencana koordinasi kegiatan peningkatan
kebersihan lingkungan pemukiman.
Bidang ini dibagi menjadi beberapa seksi antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan
penyelenggaraan usaha kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu,
anak remaja , usia lanjut, Keluarga Berencana, dan upaya
penyehatan lingkungan dan pemukiman.
2. Seksi Gizi
Tugas seksi gizi adalah mengumpulkan bahan pembinaan
pengaturan dan memonitoring gizi masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan
Tugas seksi ini adalah mengumpulkan bahan pembinaan,
penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
f. UPTD
Memiliki tugas melakukan sebagian tugas Dinas Kesehatan
dibidang kesehatan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini memiliki tugas melaksanakan penelitian,
pengembangan , peningkatan, penerapan konsep dan teori serta metode
operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari
pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
Di dalam struktur seksi yang bertugas mengurusi penanggulangan
gizi buruk atau masalah gizi lainnya adalah Seksi Gizi, adapun
penjelasanya sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a. Seksi Gizi
1. Seksi Gizi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat ( 1 )
huruf e angka 2, dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai
tugas melaksanakan sebagaian tugas bidang kesehatan masyarakat
meliputi pengelolaan pembinaan, pengaturan dan monitoring gizi
masyarakat.
2. Struktur organisasi Seksi Gizi :
a. Kepala Seksi Gizi : Sri Hastuti Suprihandini, S.Km
b. Staf : Sri Sunarti, S.Km.M.Si
Yayuk Sri Indarti, S.Km.M.Si
Anis Sihretno, S.Sit
3. Rincian tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah
sebagai berikut :
a. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, petunjuk teknis dan
perencanaan pembinaan, pengaturan dan monitoring gizi
masyarakat
b. Menyusun rencana kegiatan Seksi Gizi
c. Melaksanakan pembinaan, pengaturan dan monitoring 4 masalah
gizi utama ( KEP, KVA, GAKI, dan Anemia ) dan program ASI
Eksklusif
d. Menyajikan data di bidang gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
e. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dalam pelaksanaan
Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT- AS
)
f. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam
pelaksanaan program Posyandu
g. Membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (
pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, distribusi obat- obatan
dan vitamin ) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan
h. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan dengan
jalan memonitor dan mengevaluasi hasil kerja
i. Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan
mengevaluasi hasil kerja
j. Mengevaluasi dan menginvestarisasi permasalahan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas serta mencari alternatif
pemecahan masalah
k. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama sesuai bidang tugasnya
dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/ kegiatan kepada atasan
m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Strategi Dinas Kesehatan dalam Penanggulangan Gizi Buruk
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumberdaya
manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi
pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan
kesakitan, penurunan produktivitas serta kematian. Pemerintah melalui
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 telah
bertekad menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%,
termasuk prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun
2009.
Dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan Rencana Strategi
Departemen Kesehatan 2005-2009, Departemen Kesehatan melaksanakan
Program Perbaikan Gizi di seluruh Indonesia, agar seluruh keluarga menjadi
keluarga sadar gizi (KADARZI) yang merupakan salah satu komponen desa
siaga. KADARZI adalah keluarga yang mengenal masalah gizi dan mampu
mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga.
Tujuan dari Kadarzi adalah untuk mengetahui hubungan positif antara
status gizi balita dengan keluarga sadar gizi. Selain itu bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan penerapan KADARZI. Pemantauan
KADARZI harus dilakukan secara berkala setiap tahun. Pemantauan tersebut
dapat menghasilkan informasi besaran masalah gizi dan trend status gizi
penduduk dari waktu ke waktu serta informasi keluarga sadar gizi yang telah
melaksanakan perilaku gizi baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten merupakan salah satu Dinas
Kesehatan yang menggunakan strategi program KADARZI dalam
penanggulangan masalah gizi di Klaten.
1. Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI )
Program KADARZI merupakan salah satu program yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Klaten. Dengan mencermati
perkembangan masalah gizi dan pengalaman didalam pelaksanaan
program perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program
perbaikan gizi, mengacu pada paradigma sehat.
Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai
berikut:
a. Arah perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga,
untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih.
b. Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus
hidup, meliputi : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif
serta usia lanjut.
c. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
didukung kerjasama lintas sektor.
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), merupakan gambaran keluarga yang
berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan memecahkan masalah
gizi anggota keluarganya. Sasaran dari program KADARZI adalah
keluarga karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a. Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan
kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga
b. Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga
c. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya
dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh
kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan
d. kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat
untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan
Penilaian indikator KADARZI berdasarkan karakteristik keluarga
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Penilaian Indikator KADARZI
Berdasarkan Karakteristik Keluarga
No Karakteristik Keluarga
Indikator KADARZI yang berlaku *)
Keterangan
1 2 3 4 5 1 Bila keluarga
mempunyai Ibu hamil, bayi 0-6 bulan, balita 6-
59 bulan,
√
√
√
√
√
Indikator ke 5 yang digunakan adalah balita mendapat kapsul
vitamin A
2 Bila keluarga mempunyai bayi 0-6
bulan, balita 6-59 bulan,
√
√
√
√
√
-
3 Bila keluarga mempunyai ibu hamil,
balita 6-59 bulan
√
- √
√
√
Indikator ke 5 yang digunakan adalah balita mendapat kapsul
vitamin A
4 Bila keluarga mempunyai Ibu hamil
- - √
√
√
Indikator ke 5 yang digunakan adalah ibu hamil mendapat TTD 90
tablet
5 Bila keluarga mempunyai bayi 0-6
bulan
√
√
√
√
√
Indikator ke 5 yang digunakan adalah ibu nifas mendapat suplemen
gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
6
Bila keluarga
mempunyai balita 6-59 bulan
√
- √
√
√
-
7 Bila keluarga tidak mempunyai bayi, balita
dan ibu hamil
- - √
√
- -
*) Keterangan: 1. Menimbang berat badan secara teratur. 2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASIeksklusif). 3. Makan beraneka ragam. 4. Menggunakan garam beryodium. 5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran. √ : berlaku - : tidak belaku
Dari penilaian indikator KADARZI berdasarkan keluarga, dapat
diketahui karakteristik keluarga yang mempunyai ibu hamil dan keluarga
yang memiliki balita dengan dinilai melalui 5 indikator KADARZI,
sehingga dapat diketahui keluarga yang melakukan KADARZI itu bukan
hanya balita yang sudah lahir saja tetapi ibu hamil juga agar janin yang ada
di perut ibu hamil juga memiliki gizi yang seimbang, dan agar nantinya
saat janin itu lahir berat badannya juga tidak kurang.
Keluarga yang dianggap sudah menurut KADARZI adalah sebagai berikut
a. Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik
b. Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga
c. Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium
d. Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
e. Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat badannya
sesuai umur
f. Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Program Keluarga Sadar Gizi ini berjalan sudah cukup lama di
Kabupaten Klaten. Program ini berpedoman pada Keputusan Mentri
Kesehatan No.747/MenKes/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional
Keluarga Sadar Gizi. Kegiatan program KADARZI di Kabupaten Klaten
dilaksanakan di 26 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Klaten yang
dilaksanakan oleh 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Klaten. Program
KADARZI dilaksanakan Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Puskesmas
yang ada di Kabupaten Klaten , sehingga Puskesmas tersebutlah yang
mendatangi Posyandu yang ada di Kecamatan ,dan dari data yang ada
Puskesma melaporkan data ke Dinas Kesehatan sehingga data tersebut
dapat diolah dan dapat diketahui apakah Program KADARZI di Kabupaten
Klaten ini dapat berhasil atau belum.
Hal ini juga di ungkapkan oleh ibu Sri Hastuti selaku Kepala Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :
“ Program KADARZI yang ada di Kabupaten berlangsung sudah lama, program ini dilaksanakan di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten. Program ini diserahkan ke semua Puskesmas yang ada di Klaten, sehingga yang terjun ke lapangan yaitu puskesmas, kami hanya memantau dan mengolah data yang berasal dari semua Puskesmas yang ada di Klaten.( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )
Pelaksanaan program KADARZI dilakukan dengan beberapa
indikator yang telah ada di pedoman program Keluarga Sadar Gizi No.747
tahun 2007 antara lain :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
( ASI Eksklusif ).
3. Makan beraneka ragam
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi ( TTD, kapsul vitamin A dosis tinggi )
sesuai anjuran.
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten tidak mengubah atau
menambahkan kegiatan - kegiatan lain untuk mendukung program
KADARZI, hanya menggunakan 5 indikator yang telah ada untuk
mengukur tingkat status gizi balita yang ada di Kabupaten Klaten dan di
dalam program ini tidak ada makanan tambahan yang diberikan kepada
balita . Seperti yang diutarakan oleh ibu Anis selaku staf Seksi Gizi :
“ Program Keluarga Sadar Gizi yang ada di sini menggunakan 5 indikator yang telah ada, yang berasal dari pemerintah yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI Eksklusif, makan beraneka ragam, menggunakan garam yodium dan minum suplemen gizi, di sini tidak ada program tambahan atau program pendukung lain yang berkaitan dengan program KADARZI, dan tidak ada tambahan bahan makanan dalam program ini.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Indikator Program Keluarga Sadar Gizi Program KADARZI merupakan program yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi balita yang mengalami masalah tentang gizi.
Program KADARZI ini memiliki 5 indikator yaitu
a. Memantau berat badan secara teratur
· Pemantauan berat badan ini perlu dilakukan karena :
1. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi
makanan atau gangguan kesehatan. Perubahan pola makan
berpengaruh terhadap perubahan berat badan karena jika balita
diberikan makanan yang bergizi dan memiliki kandungan gizi
yang lengkap maka pertumbuhan balita akan maksimal
sehingga berat badan balita tidak semakin turun, dan balita
tidak akan mudah terkena penyakit sebab makanan yang
dikonsumsi mengandung nilai gizi yang dapat meningkatkan
kekebalan tubuhnya.
2. Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja.
Menimbang anak atau balita dapat dilakukan di mana saja,
untuk mengetahui perubahan berat badan yang terjadi. Untuk
mengetahui perubahan berat badan tidak hanya pada saat ada
Posyandu saja, tetapi bisa datang ke tempat – tempat yang
terdapat alat penimbang contohnya di apotek, bidan, Puskesmas
dan lain – lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3. Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota
keluarganya. Dengan pemantauan berat badan baik itu oleh
sendiri atau pada saat Posyandu, dalam hal ini khususnya pada
saat Posyandu, orang tua balita dapat mengetahui masalah
kesehatan pada anaknya misalnya jika balita tersebut berat
badannya turun maka petugas Posyandu atau petugas
Puskesmas yang datang ke Posyandu dapat memberikan
pengarahan terhadap orang tua balita masalah apa yang terjadi
pada anaknya , mungkin balita tersebut pola makannya salah
atau makanan yang diberikan orang tuanya tidak mengandung
gizi yang sempurna, sehingga balita itu berat badannya turun.
4. Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau
dengan bantuan petugas. Pemantauan berat badan balita ,
sangatlah penting karena dengan adanya pemantauan yang
dilakukan secara rutin ,jika balita mengalami suatu masalah
kesehatan atau gizi dapat segera diatasi karena jika tidak segera
diatasi bisa berdampak ke masalah gizi kurang bahkan gizi
buruk. Sehingga orang tua dapat mengetahui apa yang akan dia
perbuat untuk anaknya, selain dengan bantuan petugas yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
· Kegiatan yang dilakukan pada saat penimbangan berat badan yang
berhubungan dengan pengukuran status gizi balita antara lain dengan
metode pengukuran antropometri yaitu
1. Menimbang berat badan balita dengan timbangan gantung,
anak di tempatkan pada sebuah selendang yang telah ditali
dan dihubungkan dengan alat penimbang
2. Mengukur tinggi badan balita dengan microtoise bagi anak
yang sudah bisa berdiri dan alat pengukuran tinggi badan
bagi anak yang belum bisa berdiri
3. Selain dengan pengukuran tersebut jika ditemukan anak
yang mengalami penurunan berat badan maka dapat di ukur
dengan mengukur lingkar lengan atas yaitu dengan
menggunakan alat berupa suatu pita pengukur yaitu fiber
glas atau kertas tertentu berlapis plastik, dengan
menggunakan ambang batas (Cut of Points): LLA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm. Pada bayi 0-30
hari : ≥9.5 cm dan Balita dengan KEP <12.5 cm
4. Mencatat kembali pertumbuhan balita dalam KMS untuk
mengetahui status berat badan dan gizi balita. Pencatatan
ini perlu dilakukan karena sangat penting jika balita
mengalami perubahan berat badan, apalagi jika balita
tersebut mengalami penurunan berat badan secara drastis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
· Strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam
pemantauan berat badan balita
Strategi yang dilakukan Dinkes dalam menangani ketidak
teraturan ibu dalam penimbangan balita yaitu dengan mengadakan
penyuluhan kepada kader – kader Posyandu tentang pertumbuhan gizi
balita karena pertumbuhan yang baik dapat diketahui dengan
penimbangan berat badan, kemudian kader tersebut mengadakan
pendekatan kepada ibu-ibu yang memiliki balita untuk selalu aktif
menimbangkan balitanya ke Posyandu, karena dengan menimbangkan
balita secara aktif maka pertumbuhan balita dapat dikontrol dengan
baik. Seperti yang dituturkan ibu tutik selaku kepala bagian gizi :
“ Jika ada warga yang mungkin belum melakukan penimbangan anaknya secara teratur dari pihak kami hanya memberikan penyuluhan kepada kader Posyandu untuk mengadakan pendekatan kepada ibu- ibu yang mempunyai balita, misal pada saat para ibu berkumpul membicarakan anaknya disitu diberikan informasi pentingnya penimbangan secara teratur sehingga kita dapat mengetahui pertumbuhan balita kita.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
Selain strategi dalam dalam pemberian penyuluhan kepada kader
Posyandu, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten juga menurunkan
personilnya untuk terjun kelapangan melalui petugas Puskesmas dengan
adanya mobil Puskesmas keliling. Tugas dari mobil Puskesmas keliling
yaitu melakukan monitoring ke Posyandu- Posyandu untuk mendapatkan
data atau hasil dari kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu terutama
mengenai status berat badan bayi dan balita yang ada di Posyandu
tersebut, kegiatan monitoring ini dilaksanakan setiap bulan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mendatangi Posyandu yang sedang melaksanakan kegiatannya. Jika
ditemukan balita yang berat badannya turun secara drastis atau bahkan
sampai pada dibawah garis merah maka dari kader Posyandu melaporkan
kepada petugas Puskesmas kemudian petugas Puskesmas melaporkan data
itu ke Dinas Kesehatan, kemudian Dinas Kesehatan menerjunkan petugas
Puskesmas untuk datang ke Posyandu yang terdapat balita yang
mengalami penurunan gizi untuk ditindak lanjuti. Akan tetapi walaupun
yang melaksanakan itu petugas Puskesmas dari Dinas Kesehatan pun juga
melakukan rujukan ke Puskesmas induk selama 4 – 6 hari secara bergilir
untuk melakukan pengukuran antropometri ulang kepada anak yang
mengalami penurunan berat badan di bawah garis merah. Pada kegiatan ini
sudah bisa ditentukan status gizi balita yang masuk program
penanggulangan gizi buruk. yaitu
1. Bila z-score BB/TB <-2 maka balita langsung masuk pada
CTC (Community Based Therapeutical Center).
Penanggulangan terapi gizi buruk dengan berbasis
masyarakat.
2. Bila z-score BB/TB <-3 maka balita akan masuk dalam rawat
inap, TFC (Therapeutical Feeding Center).
3. Bila ia menunjukkan gejala marasmik kwashiorkor,
kwashiorkor, biasanya karena sudah ada oedema maka
biasanya berat badan tidak bisa lagi dijadikan patokan, yang
digunakan adalah tanda-tanda klinis. Pasien yang demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
atau pasien A atau B dengan penyakit komplikasi yang berat
dilakukan rujukan ke RS.
4. Setelah dilakukan penimbangan diberikan, obat cacing, zinc
sirup dan PMT ala kadarnya.
Strategi tersebut dilakukan untuk mengantisipasi bertambahnya balita
yang mengalami status gizi buruk atau balita yang berat badannya di
bawah garis merah dan untuk membantu Dinas Kesehatan dalam
pengecekan kembali balita yang mengalami gizi buruk. Seperti penuturan
ibu tutik selaku kepala bagian Seksi Gizi :
“ Upaya atau strategi yang kami lakukan selain dengan penyuluhan kepada kader- kadernya, dari Dinas sendiri menerjukan personil melalui petugas Puskesmas dengan adanya mobil Puskesmas keliling yang bertugas memonitoring kegiatan Posyandu dan mengumpulkan data dari kegiatan tersebut terutama status berat badan balita, Puskesmas keliling ini dilaksanakan sebulan sekali dengan mendatangi Posyandu- Posyandu yang pada saat itu melaksanakan kegiatan Posyandu, dari pengambilan data dilapangan tersebut yang dilakukan setiap bulan jika ditemukan balita yang penurunan berat badannya drastis maka dari pihak Posyandu melaporkan hal itu kepada petugas Puskesmas dan dari Puskesmas melaporkan ke dinas kemudian dinas kesehatan mendatangi Puskesmas untuk mengecek kembali atau mengadakan pengukuran ulang kembali dengan penugaskan petugas Puskesmas karena mungkin terjadi kekeliruan, hal tersebut dilakukan selama 4-6 hari secara bergiliran. Jika ditemukan balita yang mengalami gizi buruk dapat kita lakukan penanggulangannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan kalau kalau z-skore <-2 maka mash bisa untuk dirawat di rumah karena belum berbahaya, jika z-skore <-3 disarankan untuk rawat inap di Puskesmas saja, tetapi jika sudah parah maka di rujuk ke Rumah Sakit. Setelah diadakan penimbangan atau pengukuran kembali balita diberikan obat cacing, zyng siru atau makanan tambahan misalnya biskuit.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dengan adanya strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Klaten tersebut dengan adanya penyuluhan tentang pentingnya
penimbangan balita secara teratur , kader Posyandu telah melaksanakan
pendekatan kepada masyarakat yang mempunyai balita untuk melakukan
penimbangan balitanya dengan teratur baik itu pendekatan saat kegiatan
Posyandu dilaksanakan atau pun di luar kegiatan Posyandu. Sejauh ini
pendekatan atau penyuluhan yang dilakukan kader Posyandu di Posyandu
Lestari telah berjalan lancar, warga yang mempunyai balita atau bayi telah
rutin melaksanakan kegiatan penimbangan balitanya setiap bulan, bahkan
dari petugas Puskesmas juga rutin untuk datang ke Posyandu untuk
mengecek data- data dan mengumpulkannya untuk dijadikan bahan
laporan ke Dinas Kesehatan, dari pihak Posyandu sendiri jika menemukan
balita yang mengalami penurunan berat badan, usaha yang dilakukan
kader Posyandu yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada si ibu untuk
mengatur pola makan dan memberikan asupan gizi yang cukup kepada
balitanya, jika penurunan berat badan balita itu sangat drastis bahkan
sampai dibawah garis merah maka kader Posyandu segera melaporkan
kepada petugas Puskesmas untuk segera dirujuk ke Puskesmas dahulu. Hal
ini seperti yang dituturkan oleh ketua Posyandu Lestari Ibu Suminten:
“Sebagian besar warga disini sudah melaksanakan kegiatan penimbangan secara rutin, dari pikah kader sendiri juga memberikan arahan ataupun pendekatan kepada warga yang mempunyai balita untuk melaksanakan penimbangan balitanya agar si balita dapat diketahui status berat badannya, dan dari pihak Puskesmas sendiri juga mendatangi Posyandu kami setiap bulan pada saat kegiatan Posyandu berlangsung, jika kami menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
balita yang mengalami berat badan turun hal pertama yang kami tanyakan yaitu tentang asupan makanan dan pola makan si anak kepada ibunya, kemudian kami memberikan pengarahan bagaimana seharusnya mengatur pola makan anak, jika memang ditemukan balita yang betul- betul serius penurunan berat badannya , kami melaporkan kepada petugas Puskesmas untuk segera mengecek balita tersebut jika balita memang serius mengalami penurunan berat badan yang drastis maka dapat dirujuk ke Puskesmas.”( wawancara tanggal 10 Desember 2011 )
b. Makan beraneka ragam
· Makan beraneka ragam ini perlu dilakukan karena
a. Tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak,
protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan. Manusia tidak
hanya membutuhkan satu macam zat gizi saja, tetapi perlu
berbagai macam zat gizi, karena jika hanya mengkonsumsi satu
jenis zat gizi pertumbuhan balita tidak bisa sempurna. Zat gizi
yang diperlukan oleh manusia dibagi menjadi 4 kelompok
bahan makanan antara lain :
· Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras,
jagung, ubi, singkong, mie, dan lain-lain.
· Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan,
telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu,
dll.
· Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat
pengatur : bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang
panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya,
pisang, jeruk, semangka, nanas dan lain-lain.
b. Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap
kandungan zat gizinya. Setiap jenis makanan pasti mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kandungan gizi yang berbeda- beda, tidak ada satu jenis
makanan yang mengandung gizi yang lengkap, misalnya pada
buah- buahan banyak mengandung vitamin, ikan, telur atau
daging mengandung protein dan lemak, sehingga tidak ada
makanan yang mengandung gizi lengkap.
c. Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung
sumber energi, lemak, protein, vitamin dan mineral untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan gizi. Hal ini perlu dilakukan
karena dengan balita diberikan makanan yang mengandung gizi
lengkap dapat memperlancar perkembangan balita dan
pertumbuhan balita, sehingga balita dapat tumbuh dengan
maksimal. Selain itu manfaat mengkonsumsi makanan
beraneka ragam untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh agar dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan
terhindar dari penyakit kekurangan gizi.
Pemberian makanan beraneka ragam diperlukan tubuh kita untuk
perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Setiap hari sebaiknya makan
makanan yang bergizi, makan lauk hewani dan mengkonsumsi buah-
buahan. Adapun kegagalan dari Program KADARZI ini adalah masyarakat
kurang memperhatikan menu makanan, kurangnya konsumsi lauk hewani
dan buah- buahan setiap hari sehingga program KADARZI tidak berjalan
dengan lancar. Selain itu karena pendapatan masyarakat yang kurang juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mempengaruhi konsumsi makanan yang mereka makan sehari – hari.
Seperti yang diutarakan ibu Anis selaku staf seksi gizi :
“ Program KADARZI juga dipengaruhi oleh pemberian makanan yang beraneka ragam, karena setiap bahan makanan kebanyakan mengandung satu jenis zat gizi sehingga perlu mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Adapun kegagalan KADARZI ini juga di sebabkan oleh kurangnya konsumsi bahan makanan yang beraneka ragam misalnya, setiap hari tidak ada menu lauk hewani atau tidak mengkonsumsi buah – buahan sehingga tingkat konsumsi aneka ragam makanan juga tidak maksimal sehingga capaian tentang aneka ragam makanan belum bisa mencapai target program KADARZI.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )
Pada indikator ini Dinas Kesehatan hanya bisa memberikan arahan
atau penyuluhan kepada masyarakat untuk sebisanya makan beraneka
ragam makanan misal empat sehat lima sempurna setiap harinya, seperti
spanduk- spanduk yang ada di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Klaten, tetapi bagi masyarakat miskin mungkin terasa berat sehingga
strategi yang dilakukan berupa penyuluhan saja kurang berhasil.. Upaya
lainnya yang dilakukan selain dengan memberikan penyuluhan, Dinas
Kesehatan hanya bisa memberikan makanan tambahan pengganti ASI
pada saat penimbangan saja bagi masyarakat miskin, strategi khusus untuk
indikator ini tidak ada karena adanya keterbatasan dana dalam pemberian
makanan yang beraneka ragam. Pemberian makanan yang beraneka ragam
ini tergantung pada status ekonomi masyarakat dan kesadaran masyarakat
untuk makan berbagai macam makanan yang mengandung gizi, Dinas
Kesehatan hanya dapat memberikan arahan kepada masyarakat karena
keterbatasan dana yang ada. Seperti yang dituturkan ibu tutik :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
“ Untuk indikator ini tidak ada strategi khusus dalam pemberian makannan yang beraneka ragam setiap harinya, paling pada saat Posyandu dengan memberikan MP-ASI itupun bagi balita yang kurang gizi pada masyarakat miskin. Kami hanya memberikan arahan atau penyuluhan pentingnya makan makanan yang beranekaragam misal ada sayur, tempe, telur, buah, nasi dan lain- lain yang dapat menunjang gizi balita dalam pertumbuhan balita. Selain karena dana yang tidak ada dalam pemberian makanan beraneka ragam, sehingga disesuaikan dengan kemampuan pendapatan keluarga.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
Pemberian makanan yang beraneka ragam memang sulit untuk
dilaksanakan karena tergantung pada perekonomian masing- masing
keluarga. Penyuluhan tentang penganeka ragaman makanan sejauh ini
kurang efektif karena warga belum mampu memberikan berbagai macam
asupan makanan kepada balitanya, kalaupun hanya nasi, sayur dan lauk
tempe atau tahu mungkin warga sudah melaksanakannya tetapi jika
didampingi oleh buah – buahan atau lauk hewani warga kemungkinan sulit
untuk mengkonsumsi karena apapun yang dikonsumsi pada suatu keluarga
juga tergntung dari pendapatan yang mereka peroleh sehari – hari, bagi
warga yang mendapatannya lebih mungkin lauk hewani atau buah bisa
mereka konsumsi tetapi jika warga yang mendapatannya rendah, mereka
belum tentu bisa mengkonsumsi lauk hewani atau buah karena untuk
membeli lauk atau beras pun mungkin belum bisa.
Pengadaan makanan yang beraneka ragam ini sebenarnya dapat
dilakukan dengan menanam sayur- sayuran di pekarangan rumah atau pun
dapat digerakan penanaman sayuran massal di desa tersebut yang
kemungkinan bibit dari sayuran itu dapat dilakukan dengan cara iuran per
kepala keluarga kalau pun mereka kesulitan dana, misalnya tanaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menanam pohon singkong, menanam sayur sawi, kangkung, atau
sejenisnya. Jika masyarakat tidak mempunyai lahan dapat juga di tanam di
pot. Dari hasil tanaman itu sebagian kecil dapat dijual untuk dibelikan lauk
pauk mungkin itu lauk hewani atau lauk nabati bahkan buah- buahan. Dari
pihak Dinas sendiri belum mengupayakan program tersebut, tetapi mereka
tetap akan berusaha agar masyarakat tetap bisa mengkonsumsi makanan
yang bergizi terutama bagi balita, karena Dinas Kesehatan sejauh ini hanya
bisa memberikan bantuan berupa biskuit untuk pendamping ASI yang
diberikan kepada balita- balita terutama balita dari keluarga miskin. Dinas
Kesehatan sendiri tidak memberikan dana kepada kegiatan- kegiatan
Posyandu karena adanya keterbatasan dana tersebut, seperti yang
dituturkan oleh ibu tutik:
“ Program pemberian bantuan bibit mungkin kami belum melaksanakan, keanekaragaman makanan juga berkaitan dengan daerah rawan pangan dan program tesebut berkaitan dengan Dinas Pertanian, tetapi kami sudah menyarakan warga untuk sebisa mungkin makan beranekaragam makanan, walaupun hanya nasi, sayur dan tempe atau tahu pasti warga sudah mengkonsumsinya, hanya mungkin kalau lauk hewani atau buah ada warga yang belum bisa mengkonsumsi itu setiap hari, karena apa yang mereka makan itu juga tergantung dari pendapatan mereka, usaha yang kami lakukan hanya bisa memberikan bantuan biskuit atau MP-ASI kepada balita khususnya balita dari keluarga miskin dan tidak memberikan dana bantuan kepada Posyandu karena keterbatasan dana.” ( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )
Sejauh ini memang penyuluhan telah memberikan masukan kepada
masyarakat, tetapi jika masyarakat pendapatannya kurang suatu penyuluhan
memang kurang efektif. Posyandu Lestari memang suatu Posyandu yang
melaksanakan kegiatannya secara rutin, makanan tambahan di sana sejauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
ini memang agak rendet karena keterbatasan dana, dahulu memang
Posyandu ini menyediakan makanan tambahan karena dari Puskesmas
Posyandu ini mendapatkan dana sebesar Rp. 50.000 dalam setahun untuk
memberikan makanan tambahan kepada balita misalnya kader Posyandu
memberikan bubur kacang ijo, tetapi dana 50.000 ribu itu dalam setahun
kemungkinan tidak cukup, maka para kader Posyandu berinisiatif sendiri
untuk mengumpulkan uang untuk memberikan makanan tambahan karena
pada tahun 2010 Posyandu Lestari sudah tidak mendapatkan dana dalam
kegiatan Posyandu karena terjadi perubahan kepengurusan dari Puskesmas,
sehingga para kader berinisiatif sendiri untuk tetap menjalankan program
pemberian makanan tambahan walaupun hanya sekedar biskuit saja, tetapi
pada akhir – akhir bulan program ini kurang berjalan lancar karena
keterbatasan dana, bahkan bagi ibu- ibu yang melaksanakan penimbangan
juga ada yang tidak mau memberikan iuran sehingga program tersebut
berhenti di tengah jalan.
Solusi untuk menangani pemberian makanan tambahan ini yaitu
menggerakan kembali iuran warga yang mempunyai balita untuk mau
melaksanakan program tersebut, karena dengan penyuluhan saja kurang
efektif untuk dijalankannya. Dengan adanya iuran itu dapat digunakan
untuk memberikan makanan tambahan kembali kepada balita sehingga
balita tetap mendapatkan makanan yang sehat pada saat penimbangan.
Seperti yang dituturkan ibu Suminten selaku ketua Posyandu Lestari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
“ Sejauh ini memang dari pihak Dinas atau Puskesmas hanya memberrikan penyuluhan tentang makanan yang beraneka ragam, hal ini menurut saya kurang efektif, Posyandu kami dulu tahun 2009 hanya diberikan dana 50.000 dalam setahun, tetapi pada tahun 2010 tidak ada dana yang datang untuk pemberian makanan tambahan, sehingga kami kader- kader Posyandu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk kegiatan Posyandu tentang pemberian makanan tambahan walaupun hanya sekedar roti atau biskuit, tetapi pada akhir- akhir bulan memang tidak berjalan karena kami keterbatasan dana karena dana Posyandu atau kegiatann Posyandu itu kan kegiatan sosial jadi dari pihak kader sendiri pun juga kualahan terus dalam pemberian makanan tambahan, bahkan ibu- ibu yang melaksanakan kegiatan Posyandu juga ada yang kurang setuju untuk diajak iuran. Tetapi kami berupayya pada tahun ini pemberian makanan itu akan berjalan kembali.” (wawancara tanggal 11 Januari 2011 )
c. Hanya mengkonsumsi garam beryodium
Mengkonsumsi garam yodium ini penting karena
a. Zat yodium diperlukan tubuh setiap hari, karena garam yang
memiliki zat yodium merupakan garam yang telah ditambah zat
yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis
“garam beryodium zat yodium berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan.
b. Gangguan akibat kekurangan yodium ( GAKY ) menimbulkan
penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan pembesaran
kelenjar gondok. Sebaiknya anak- anak usia balita sudah diberikan
zat yodium agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak
terganggu. Gangguan GAKY dapat dicegah dengan pemberian
garam dapur yang memiliki yodium selain itu makan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
yang berasal dari laut. Tanda- tanda GAKY antara lain :
membesarnya kelenjar gondok didaerah leher sehingga mengurangi
daya tarik seseorang dan pertumbuhan anak tidak normal atau
kretin/ kerdil.
c. Kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah
belum mencukupi kebutuhan. Kandungan yodium belum tercukupi
karena masyarakat belum menggunakan garam dapur yang
beryodium selain itu karena disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya karena lokasi tanah. Semakin jauh tanah dari pantai
semakin sedikit kandungan yodiumnya.
Pemberian garam yodium memang penting untuk menunjang keberhasilan
program ini, masyarakat pun juga banyak yang mengetahui dan memakai
garam beryodium , kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan penyuluhan
tentang garam beryodium dan memberikan contoh merk garam yang
beryodium itu seperti apa misalnya garam cap dangdut biasanya yang sering
digunakan oleh masyarakat desa. Selain itu penggunaan garam beryodium
juga berdasarkan pada Keppres No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam
beryodium, seperti yang diutarakan ibu tutik :
“ Pemberian garam beryodium memang penting untuk mencegah pembesaran gelenjar gondok. Strategi atau upaya yang kami lakukan dengan memberikan penyuluhan dan contoh garam yang mengandung zat yodium, karena masyarakat pedesaan biasanya belum dapat mengetahui garam mana yang mengandung yodium maka kami memberikan sampel garam tersebut misalnya cap dangdut atau garam yang bertuliskan garam yodium, sehingga masyarakat desa dapat mencontoh garam yang akan dibeli. Kami tidak memberikan pasokan garam karena keterbatasan dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sehingga kami hanya memberikan contoh garam yang beryodium, karena penggunaan garam beryodium juga di atur dalam Keppres No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
Sejauh ini konsumsi garam yodium sudah dilaksanakan oleh warga,
karena warga sudah mengetahui mana garam yang beryodium atau bukan
berkat penyuluhan sampel garam yang dilakukan oleh pihak Puskesmas,
sehingga dalam pengadaan pemberian garam yodium ini tidak ada suatu
kendala yang didapati., di Posyandu Lestari pun masyarakat yang ada di
daerah situ juga sudah menggunakan garam yodium dalam masakannya,
karena sudah diberikan contohh garam yang beryodium biasanya mereka
menggunakan garam merk dangdut atau garam refil yang bertuliskan
garam beryodium. Seperti yang diutarakan ibu Suminten selaku ketua
Posyandu Lestari:
“ Warga disini juga sudah menggunakan garam beryodium, karena mereka juga diberikan contoh garam yang beryodium itu seperti apa, warga disini biasanya menggunakan garam merk dangdut.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )
d. Memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
Hal ini perlu dilakukan karena
a. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih
dan sehat, karena ASI merupakan air susu yang berasal dari ibu
sehingga tidak tercampur dengan bahan- bahan kimia seperti
susu yang lain. Selain itu ASI mengandung kolustrum dan
mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya
penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI
Eksklusif), karena dengan bayi diberikan ASI selama 6 bulan
dapat membantu perkembangan bayi dikelanjutan hari sehingga
bayi dapat tumbuh dengan normal dan dengan selalu diberikan
ASI bayi akan selalu sehat.
c. Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat. ASI mudah
diberikan kapan saja dan di mana saja selagi bayi berada dekat
dalam jangkauan ibu.
d. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Dengan diberikan ASI
juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi karena di dalam
ASI banyak mengandung zat gizi yang bermanfaat untuk
meningkatkan metabolisme tubuh bayi. Berbeda dengan bayi
yang jarang diberikan ASI, hanya diberi susu tambahan pasti
kekebalan tubuh bayi juga kurang bagus, misalnya bayi sering
mencret karena susu yang diberikan tidak cocok, cara
pembuatannya tidak bersih ,dan pengeluaran biaya rumah
tangga semakin banyak. Perkembangan tumbuh pun juga
berbeda antara anak yang selalu diberi ASI dengan anak yang
kurang diberi ASI.
e. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. ASI
dapat menjadikan hubungan bayi dan ibu semakin dekat,
dengan ibu selalu memberikan ASI kepada bayinya maka si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
bayi dapat juga merasakan kasih saying ibunya, seperti orang
bilang ada suatu ikatan batin di dalam ASI tersebut.
Pemberian ASI Eksklusif ini sangat penting diberikan kepada bayi,
sayangnya kurangnya kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja
mempengaruhi pertumbuhan bayi. Dapat dilihat pada tabel 4.2 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2008.
Tabel 4.2 Jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif
Kabupaten Klaten 2008
No
Kecamatan
Puskesmas
Jumlah bayi 0-6
bulan
Jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif
Jumlah % 1 2 3 4 5 6 1 Prambanan Prambanan 132 10 7,58 Kebondalem lor 224 50 22,32 2 Gantiwarno Gantiwarno 226 166 73,45 3 Wedi Wedi 232 138 59,48 4 Bayat Bayat 34 133 38,22 5 Cawas Cawas I 99 57 57,58 Cawas II 190 31 16,32 6 Trucuk Trucuk I 380 159 41,84 Trucuk II 367 54 14,71 7 Kalikotes Kalikotes 226 193 85,40 8 Kebonarum Kebonarum 263 163 61,98 9 Jogonalan Jogonalan I 163 28 17,18 Jogonalan II 167 22 13,17
10 Manisrenggo Manisrenggo 259 46 17,76 11 Karangnongko Karangnongko 252 9 3,57 12 Ngawen Ngawen 250 6 27,20 13 Ceper Ceper 260 35 13,46 Jambukulon 230 11 51,30
14 Pedan Pedan 328 30 9,15 15 Karangdowo Karangdowo 336 98 29,17 16 Juwiring Juwiring 370 200 54,05 17 Wonosari Wonosari I 236 198 83,90 Wonosari II 221 77 34,84
18 Delanggu Delanggu 203 158 77,83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
19 Polanharjo Polanharjo 293 166 56,66 20 Karanganom Karanganom 213 25 11,74 21 Tulung Tulung 160 84 52,50 Majegan 107 44 41,12
22 Jatinom Jatinom 108 88 44,44 Kayumas 227 85 37,44
23 Kemalang Kemalang 265 133 50,19 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 247 116 46,96 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 308 267 86,69 26 Klaten Utara Klaten Utara 217 114 52,53
Jumlah 8197 3363 41,03
Dari data jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif , dapat diketahui
bahwa banyak masyarakat yang tidak memberikan ASI saja selama anak
berumur 6 bulan. Dari data pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 41,03
% atau 3363 bayi dari 8197 bayi yang ada di kabupaten Klaten saja yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Bahkan di Puskesmas
Karangnongko hanya terdapat 9 bayi atau 3,57 % dari jumlah 252 bayi
yang ada di Kecamatan Karangnongko yang mendapatkan ASI Ekslusif
dan di Puskesmas Prambanan hanya terdapat 10 bayi atau 7,58 % dari 132
bayi yang ada di Kecamatan Prambanan. Kurangnya kesadaran ibu akan
pemberian ASI Eksklusif ini disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan
kurangnya pengetahuan ibu akan pemberian ASI kepada bayinya, sehingga
bayi diberikan susu tambahan sebelum umur 6 bulan. Sedangkan
pemberian ASI yang paling tinggi yaitu di Puskesmas Klaten Tengah
sebesar 267 bayi dari 308 bayi yang ada di kecamatan Klaten Tengah. Hal
ini seperti yang diutarakan oleh ibu Tutik selaku kepala seksi gizi :
“ Pemberian ASI Eksklusif ini diberikan kepada bayi yang berumur 0 – 6 bulan, adanya kegagalan dalam program KADARZI salah satunya yaitu bayi sebelum umur 6 bulan sudah diberikan makanan atau susu tambahan, hal inilah yang menyebabkan target KADARZI tidak tercapai. Kebanyakan ibu memberikan susu tambahan karena ibu tersebut bekerja sehingga mereka meninggalkan bayinya di rumah dan diberikan susu tambahan, hal inilah yang menyebabkan salah satu target KADARZI tidak tercapai.” ( wawancara tanggal 25 Oktober 2010 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dalam kenyataannya masyarakat belum bisa memberikan ASI saja sampai
umur 6 bulan, bahkan pada saat lahir pun sudah diberikan susu tambahan
pengganti ASI. Sebenarnya ada kebijakan dalam pemberian ASI saja sampai
umur 6 bulan sesuai dengan Kepmenkes RI 450/MENKES/SK/IV 2004
tentang pemberian ASI secara eklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai
usia 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian
makanan tambahan yg sesuai dan semua tenaga kesehatan yang bekerja
disarana kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu melahirkan agar
memberikan ASI eklusive sesuai 10 langkah menyusui antara lain:
1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan
peningkatan pemberian ASI tertulis secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam halpengetahuan
dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
3. Menjelaskan semua kepada ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa
kehamilan, bayi lahir termasuk cara mengatasi kesulitan
menyusui
4. Membantu ibu dalam menyusui bayinya dalam 30 menit
setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin,
apabila ibu menlakukan operasi cesar bayi disusui setelah
30 menit ibu sadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
5. Membantu ibu bagaimana menyusui yang benardan cara
mempetahankan menyusui meski ibu dipisah oleh bayi atas
dasar indikasi medis
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun kepada
bayi saat bayi lahir
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu
bersama bayi selama 24 jam seharian
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang
diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI
dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari
rumah sakit atau habis melahirkan
Strategi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
dalam pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan, yaitu dengan memiliki
Perda No 7 Tahun 2008 tentang inisiasi menyusui dini dan ASI Ekslusif,
sehingga diupayakan agar anak sebelum umur 6 bulan harus diberikan ASI
Ekslusif, walaupun banyak iming- iming terhadap susu formula. Akan
tetapi pada kenyataannya mash banyak warga masyarakat yang anaknya
sebelum umur 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan atau minuman
karena adanya faktor pekerjaan, ASI belum bisa keluar, hal ini juga
tergantung pada kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pihak Dinas Kesehatan sendiri sudah memberikan Perda tentang Inisiasi
Menyusui Dini ( IMD ) dan ASI Ekslusif. Seperti yang diutarakan ibu tutik
“ Dinas Kesehatan sudah mengupayakan dalam perbaikan indikator menyusui dari mulai lahir sampai umur 6 bulan, tetapi kebanyakan masyarakat masih saja kurang sadar akan pentingnya pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan, sehingga dikeluarkannya Perda No 7 Tahun 2008 tentang Iniasiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI saja kepada balita, walaupun banyak juga iming- imningan dari mitra yang mengelola susu formula, dengan adanya Perda tersebut diharapkan warga beserta instansi yang terkait dapat mejaga dan melaksanakan terus program ini, karena pemberian ASI saja itu sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan di dalam ASI.”( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
Selain dengan adanya Perda tentang inisiasi menyusui dini dan ASI
ekslusif Depkes juga mengeluarkan Undang- Undang No 36 Tahun 2009
tentang pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI ekslusif sangat
dilindungi, terbukti dengan adanya 3 pasal yang mengatur tentang
pemberian ASI, salah satunya mengatur tentang ancaman pidana bagi
mereka yang menghalangi ibu melakukan program ASI eksklusif antara
lain :
Pasal 128
1. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi
medis.
2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Pasal 129
1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan
dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air
susu ibu secara eksklusif.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 200
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program
pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Tetapi UU tersebut terdapat beberapa kekhawatiran bahwa sanksi
pidana dalam UU Kesehatan ini dapat menjaring seorang ibu yang tidak
menyusui bayinya. Bila dilihat dari unsur-unsur pasal tersebut, yang dapat
terkena ancaman sanksi pidana pasal 200 adalah keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat yang menghalangi si ibu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
menyusui eksklusif bayinya. Penghalangan tersebut dapat berupa tidak
diberikan waktu menyusui maupun tidak disediakan fasilitas khusus untuk
melakukan kegiatan menyusui. Sehingga dalam hal ini, justru pasal ini
melindungi ibu untuk melaksanakan program ASI Eksklusif, bukan
malahan mengancamnya dengan hukuman pidana bila tidak melaksanakan
program ASI eksklusif.
Sejauh ini Pemberian ASI ekslusif kepada bayinya bagi warga di
desa kuncen terutama di Posyandu Lestari memang masih kurang,
karena ibu yang memiliki bayi tersebut bekerja sehingga bayinya
hanya dititipkan kepada orang lain dan diberikan susu formula,
sebenarnya hal ini dapat dikatakan salah, sebab dari aturan yang ada
bayi umur 0 – 6 bulan harus mendapatkan ASI saja, tetapi pada
kenyataannya hal itu belum bisa dilaksanakan oleh semua ibu- ibu
yang ada disini, mungkin bagi ibu – ibu yang tidak bekerja pemberian
ASI saja dapat dilakukan secara penuh, tetapi bagi ibu yang bekerja
pemberian ASI saja belum bisa dilakukan secara penuh, walaupun ada
peraturan dari pusat tetap saja kurang efektif, hal ini juga tergantung
pada kesadaran si ibu untuk menyusui bayinya, bahkan jika pada saat
melahirkan jika susu ibu belum keluar tetap dibantu dengan susu
formula, memang hal ini salah tetapi pemberian susu tambahan juga
membantu. Memang dalam pemberian ASI saja ini kurang berjalan
dengan lancar, walaupun dari pihak Dinas Kesehatan atau kabupaten
sudah mengeluarkan peraturan tetap saja warga kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
mempedulikannya karena faktor atau kendala- kendala yang dialami
para ibu sehingga mereka belum bisa memberikan ASI saja. Seperti
yang dituturkan ibu Suminten selaku ketua Posyandu Lestari :
“ Untuk pemberian ASI ekslusif menurut saya warga disini kurang memberikan ASI saja kepada bayinya, karena adanya beberapa hambatan yang mungkin menjadi kendala salah satunya karena si ibu bekerja sehingga mau tidak mau bayi dititipkan dan diberikan susu tambahan, misalnya jika si ibu bekerja di pabrik atau di luar kota pasti bayi tidak sepenuhnya diberikan ASI saja, sehingga perlu susu tambahan, hal inilah yang menjadi salah satu kendala besar dalam kegagalan pemberian ASI ekslusif, mungkin bagi ibu yang tidak bekerja tidak masalah mereka bisa memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, tetapi bagi ibu yang bekerja hal ini menjadi kendala, walaupun ada peraturannya tetapi kemungkinan besar tidak digubris, karena ibu bekerjakan juga untuk anaknya, walaupun memang menjadikan kesadaran ibu untuk menyusui itu kurang, tetapi bagaimana lagi.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )
e. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota
keluarga yang membutuhkan.
Suplemen gizi perlu diberikan karena
· Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu
menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari
makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi
untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok.
Bahwa vitamin A sangat penting bagi mata terutama bayi dan
balita agar penglihatan mereka tidak terganggu, vitamin A yang
diberikan kepada anak berusia 6 – 11 bulan berwarna biru,
sedangkan vitamin A yang diberikan anak berusia 12 – 59 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
mendapatkan vitamin A warna merah, selain itu zat besi diberikan
untuk menambah kekuatan pada ibu baik itu ibu hamil, ibu nifas
selain itu juga ibu nifas juga memerlukan vitamin A dalam hal ini
vitamin A warna merah.
· Suplementasi zat gizi (tablet, kapsul atau bentuk lain) diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut. Suplemen zat gizi
memiliki beberapa bentuk dan merk. Bahkan sekarang ini banyak
ditawarkan produk suplemen penambah gizi baik itu untuk anak-
anak tau orang dewasa. Suplemen zat gizi ini juga membantu untuk
meningkatkan metabolism tubuh dan untuk perkembangan
pertumbuhan.
· Apabila kebutuhan zat-zat gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan
makanan, maka suplementasi zat gizi dapat dihentikan secara
bertahap. Jika makanan yang kita makan atau makanan yang
diberikan ibu kepada balita mampu memenuhi gizi balita misalnya
diberikan makan lauk hewani setiap hari, makan buah atau
makanan yang bergizi setiap hari , maka suplemen zat gizi dapat
dihentikan , karena makanan yang diberikan sudah memenuhi
makanan yang memiliki gizi.
Suplemen gizi yang diberikan yaitu vitamin A,pemberian vitamin
A ini dilakukan pada bulan februari dan agustus. Vitamin A berwarna biru
diberikan kepada bayi yang berumur 6 – 11 bulan, dan vitamin A berwarna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
merah diberikan kepada balita berusia 1 – 5 tahun. Adapun data pemberian
vitamin A pada tahun 2008- 2009 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Pemberian Vitamin A
Tahun 2008 – 2009
Sumber : Seksi Gizi Sub Dinkesmas
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 bulan
februari bayi yang mendapatkan vitamin A sebesar 11.159 bayi dari
11.172 bayi dengan target sasaran 11.815 bayi dan balita sebanyak 69.753
dari 70.087 balita dengan target sasaran 70.346. Sedangkan pada bulan
agustus bayi yang mendapat vitamin A sebesar 12.026 bayi dari12.025
bayi dari target sasaran 12.296 bayi, balita yang mendapat vitamin A pada
bulan agustus sebesar 68.740 balita dari 69.034 balita dengan target
sasaran 71.626 balita. Sehingga pada bulan februari sampai agustus ada
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Februari 2008 Agustus 2008 Februari 2009 Agustus 2009
BAYI
BALITA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
peningkatan pemberian vitamin A karena bertambahnya kelahiran bayi
dan bertambahnya bayi yang diberikan vitamin A. Pada tahun 2009 juga
mengalami peningkatan pemberian vitamin A. Pada bulan februari
sebanyak 11.507 bayi dari 11.568 bayi dengan target sasaran 12.158 bayi,
balita sebesar 69.549 balita dari 68.549 dengan target sasaran 71.583
balita, dan pada bulan agustus bayi yang mendapat vitamin A sebesar
11.775 bayi dari 11.792 dengan target sasaran 11871 bayi sedangkan balita
ada 68688 balita dari 69346 dengan target sasaran 75209 balita. Perubahan
jumlah bayi dan balita pada setiap pemberian vitamin A selalu berubah –
ubah karena jumlah kelahiran dan kematian balita yang meningkat dan
kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas
untuk diberikan vitamin A pada bulan yang telah ditentukan, hal ini yang
menyebabkan perubahan bayi dan balita yang memperoleh vitamin A dan
berpengaruh pada program KADARZI karena jika kesadaran masyarakat
kurang terhadap pemberian vitamin A maka tingkat capaian KADARZI
semakin rendah.
Dalam pemberian vitamin A ini strategi pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten memberikan vitamin A kepada balita pada bulan
februari dan agustus. Vitamin A diberikann kepada kader Puskesmas yang
menanganinya dan ditujukan kepada kader Posyandu selaku kader yang
melaksanakan kegiatan Posyandu. Vitamin A ini penting bagi mata balita
agar dapat melihat dengan baik dan diberikan pada saat balita melakukan
penimbangan pada bulan februari dan agustus, vitamin A tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
diberikan kepada balita tetapi bagi ibu nifas juga mendapatkan kapsul
vitamin A warna merah 2 kapsul. Selain dengan pemberian vitamin A
Dinkes Klaten juga memberikan MP-ASI kepada balita yang mengalami
berat badan dibawah garis merah khususnya bagi balita GAKI seperti yang
dituturkan ibu tutik:
“ Strategi dalam pemberian vitamin atau suplemen, Dinkes hanya memberikan makanan tambahan atau MP-ASI kepada balita yang mengalami berat badan dibawah garis merah khususnya bagi balita GAKI, selain itu kami juga memeberikan vitamin A kepada balita -balita pada bulan februari dan agustus untuk kesehatan mata balita.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )
Sejauh ini indikator tentang pemberian suplemen gizi sudah
dilaksanakan di Posyandu – Posyandu contohnya di Posyandu Lestari
setiap bulan februari dan agustus Posyandu tersebut mendapatkan vitamin
A untuk diberikan kepada balita yang melakukan kegiatan penimbangan,
sehingga kendala yang di dapat dalam pemberian suplemen gizi ini pada
saat penimbangan tidak ada, tepai kesadaran masyarakat di luar
penimbangan mungkin masih kurang dalam pemberian suplemen gizi
selain itu karena faktor biaya untuk membeli suplemen gizi dan
masyarakat kurang paham akan suplemen gizi yang dapat membantu juga
dalam kesehatan balitanya, sehingga balita hanya mendapatkan vitamin A
pada bulan februari dan agustus. Seperti yang diutarakan ibu Suminten
selaku ketua Posyandu Lestari:
“ Suplemen gizi yang diberikan yaitu vitamin A yang kami berikan pada bulan februari dan agustus, dari pihak Puskesmas juga hanya memberikan suplemen gizi yaitu vitamin A, selain itu kami juga menganjurkan kepada warga untuk memberikan tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
suplemen atau vitamin kepada balitanya, adapun warga yang paham dan mengerti tetapi ada juga warga yang kurang mengerti akan pentingnya tambahan suplemen bagi kesehatan balita, dan juga tidak jauh dari keterbatasan dana untuk membelikan suplemen gizi, sehingga suplemen gizi hanya di dapat dari penimbangan balita saja.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )
Dinas Kesehatan menjalankan Program KADARZI ini dilakukan
dengan pemantauan dan survai dengan cara memberikan kuisoner yaitu
mengisi daftar pertanyaan dengan cara check list yang disediakan oleh
Dinas Kesehatan yang ditujukan kepada keluarga yang dijadikan sampel
terutama ibu yang memiliki balita. Pertanyaan tersebut ditujukan kepada
ibu hamil dan ibu nifas atau yang mempunyai bayi < 3 bulan mengenai
konsumsi makanan, pola makan dan penimbangan yang mereka berikan
kepada balitanya, karena kegagalan program ini adanya asupan gizi dan
ketidak teraturan penimbangan yang tidak sesuai dengan indikator
KADARZI. Seperti yang diutarakan ibu Anis selaku staf Seksi Gizi :
“ Program KADARZI ini kami lakukan dengan cara survai mencari sampel KK di setiap kecamatan kemudian kami berikan kuesioner untuk mereka jawab, apakah mereka sudah melakukan program ini dengan benar, sehingga kita juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan program KADARZI, walaupun yang menangani secara langsung adalah pihak Puskesmas tetapi dengan cara menyebar kuesoner kita dapat mengetahui perkembangan program ini.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )
Pada tahun 2008 program KADARZI di Kabupaten Klaten belum
dapat mencapai target yang telah ditentukan dalam prosentasi angka
capaian KADARZI sejumlah 80 %, karena target capaian KADARZI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dikatakan berhasil jika mencapai 80 % dari semua indikator dan , sesuai
dengan sasaran yang ada di dalam program KADARZI antara lain :
a. 80% balita ditimbang setiap bulan
b. 80% bayi 0-6 bulan diberi ASI saja (ASI eksklusif)
c. 90% keluarga menggunakan garam beryodium
d. 80% keluarga makan beraneka ragam sesuai kebutuhan
e. Semua balita gizi buruk dirawat sesuai standar tata laksana gizi
buruk
f. Semua anak 6-24 bulan GAKIN mendapatkan MP-ASI
g. 80% balita (6-59 bulan) dan ibu nifas mendapat kapsul vitamin
A sesuai anjuran
h. 80% ibu hamil mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama
kehamilannya.
Akan tetapi Program KADARZI yang ada di Kabupaten Klaten
belum mencapai prosentase angka capaian, dapat kita lihat dalam table 4.4
KADARZI tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 4.4
Jumlah Keluarga Sadar Gizi
Tahun 2008
No
Kecamatan
Puskesmas
Jml KK diperiksa
Keluarga dengan 5 Indikator KADARZI
%
1 2 3 4 5 6 1 Prambanan Prambanan 10 3 30,00 Kebondalem lor 10 3 30,00 2 Gantiwarno Gantiwarno 10 9 90,00 3 Wedi Wedi 10 0 0 4 Bayat Bayat 10 0 0 5 Cawas Cawas I 10 6 60,00 Cawas II 10 8 80,00 6 Trucuk Trucuk I 10 0 0 Trucuk II 10 1 10,00 7 Kalikotes Kalikotes 10 3 30,00 8 Kebonarum Kebonarum 10 0 0 9 Jogonalan Jogonalan I 10 0 0 Jogonalan II 10 0 0
10 Manisrenggo Manisrenggo 10 7 70,00 11 Karangnongko Karangnongko 10 0 0 12 Ngawen Ngawen 10 0 0 13 Ceper Ceper 10 1 10,00 Jambukulon 10 1 10,00
14 Pedan Pedan 10 0 0 15 Karangdowo Karangdowo 10 9 90,00 16 Juwiring Juwiring 10 4 40,00 17 Wonosari Wonosari I 10 3 30,00 Wonosari II 10 2 20,00
18 Delanggu Delanggu 10 1 10,00 19 Polanharjo Polanharjo 10 0 0 20 Karanganom Karanganom 10 3 30,00 21 Tulung Tulung 10 1 10,00 Majegan 10 1 10,00
22 Jatinom Jatinom 10 1 10,00 Kayumas 10 1 10,00
23 Kemalang Kemalang 10 1 10,00 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 10 5 50,00 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 10 4 40,00 26 Klaten Utara Klaten Utara 10 2 20,00
JUMLAH 340 80 23,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dari data diatas dapat kita ketahui berapa prosentasi capaian
KADARZI di Kabupaten Klaten. Dari 340 sampel KK yang diambil dalam
program KADARZI capaian KADARZI pada tahun 2008 hanya sebesar
80 KK atau 23,53 % karena masyarakat yang dijadikan sampel KADARZI
hanya sekitar 80 Kepala Keluarga saja yang berhasil melaksanakan
program ini. Dari data KADARZI 2008, ada 10 Puskesmas yang 100 %
gagal atau tidak ada KK yang berhasil melaksanakan program ini antara
lain Puskesmas Wedi, Bayat, Trucuk 1, Kebonarum, Jogonalan I,
Jogonalan II, Karangnongko, Ngawen, Pedan dan Polanharjo. Hal ini
dikarenakan dari sampel 10 Kepala Keluarga yang ditunjuk tidak semua
keluarga bisa melaksanakan program KADARZI. Pada tabel di atas
jumlah KK paling banyak yang berhasil menjalankan Program KADARZI
adalah di Puskesmas Karangdowo dan Puskesmas Gantiwarno sebesar 9
KK atau 90 %, hal ini disebabkan karena warga yang ada di kecamatan
tersebut melakukan 5 indikator yang telah ditentukan dalam program
KADARZI. Sedangkan Puskesmas- Puskesmas yang lain sebesar 10 – 80
% saja yang bisa melaksanakan program KADARZI.
Program KADARZI pada tahun 2008 cara penilaian program ini
yaitu menggunakan 5 indikator KADARZI tersebut, jika salah satu
indikator belum tercapai tetapi 4 indikator lainnya sudah tercapai maka
dapat dikatakan Kepala Keluarga tersebut berhasil melakukan program
KADARZI, sehingga jika data menunjukan belum ada Kepala Keluarga
yang bisa melakukan program ini disebabkan karena mereka belum bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
memenuhi indikator yang telah ada, misal penimbangan balita yang tidak
teratur, anak usia 0 – 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan selain
ASI, garam dapur yang digunakan orang tua balita bukan garam
beryodium, belum diberikanya suplemen gizi kepada balita, mungkin hanya
saat penimbangan di Posyandu. Masalah semacam inilah yang
menyebabkan kegagalan Program KADARZI di Kabupaten Klaten. Hal ini
diutarakan oleh Ibu Tutik selaku Kepala Gizi :
“ Program KADARZI dikatakan berhasil jika memenuhi target capaian sebesar 80 % sesuai dengan yang telah ditentukan dari Departemen Kesehatan, di Kabupaten Klaten belum bisa memenuhi target capaian 80% karena mereka belum bisa memenuhi 5 indikator yang telah ditentukan, karena penilaian Program KADARZI berdasarkan indikator yang telah dintentukan. Kegagalan tersebut terjadi karena mereka yang memiliki balita tidak teratur dalam penimbangan yang dilakukan setiap bulan, balita dibawah 6 bulan sudah diberi makanan tambahan atau susu tambahan,karena dalam program ini balita dibawah umur 6 bulan harus diberi ASI Ekslusif, orang tua balita tidak memakai garam beryodium untuk memasak makanan,kurang diberi suplemen gizi, hal – hal inilah yang menyebabkan kegagalan program KADARZI.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )
Dari realita di lapangan program KADARZI ini memang
dilaksanakan di seluruh kecamatan yang ada di Klaten, salah satunya yaitu
di Posyandu Lestari di kecamatan Jatinom. Posyandu Lestari
melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan setiap tanggal 9 yang
dilakukan setiap bulannya. Pelaksanaan kegiatan Posyandu yang dilakukan
berdasarkan program kegiatan yang berasal dari Kabupaten, antara lain
salah satunya tentang gizi dengan menjalankan kegiatan tentang
penyuluhan dan motivasi makanan bergizi, pemberian PMT penyuluhan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pemberian PMT pemulihan, pendistribusian vitamin A, penyuluhan
penggunaan garam beryodium, pemasyarakatan MP-ASI. Seperti yang
diutarakan Ibu Suminten ketua Posyandu Lestari :
“ Program Keluarga Sadar Gizi ini saya tahu, di Posyandu kami melakukan penimbangan berat badan setiap bulannya pada tanggal 9. Selain itu kami memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif yang diberikan kepada bayi 0-6 bulan, penyuluhan garam beryodium,dan penyuluhan tentang makanan yang bergizi, pemberian vitamin A yang dilaksanakan setiap bulan februari dan agustus serta mengadakan PMT “ ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )
Penimbangan di Posyandu Lestari dilakukan setiap bulan dengan
warga selalu rutin melaksanakan penimbangan anak- anaknya, jika ada
balita yang berat badannya turun maka petugas Posyandu memberikan
arahan kepada ibu balita tersebut. Seperti yang diutarakan ibu Suminten
selaku ketua Posyandu Lestari :
“ Warga di sini memang aktif dalam penimbangan anaknya, adapun sedikit balita yang mengalami penurunan berat badan, jika ada kami petugas Posyandu hanya memberikan penyuluhan mengapa anak anda bisa berat badannya turun bu? Apakah anak anda sakit? Selain itu memberikan anjuran agar ibu balita memberikan makanan yang bergizi dan mengatur pola makan anaknya. Hal itu yang bisa diberikan oleh petugas Posyandu dalam menangganai balita yang berat badannya turun.” ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )
Sedangkan kegiatan pemberian vitamin A dilakukan setiap bulan
februari dan agustus diberikan vitamin A yang bertujuan untuk kesehatan
mata anak- anak dan ibu nifas. Vitamin A yang diberikan berwarna merah
dan biru, vitamin A yang berwarna merah diberikan kepada balita berusia
1 – 5 tahun dan ibu nifas, bagi ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Vitamin A berwarna biru diberikan kepada bayi yang berumur 6 – 11
bulan. Karena pada usia 0 – 6 bulan bayi dianjurkan hanya mengkonsumsi
ASI saja tidak diberikan makanan lain atau vitamin lainnya, tetapi pada
kenyataanya bayi yang berumur kurang dari 6 bulan sudah diberikan
makanan tambahan selain ASI, karena disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu karena ibu bekerja sehingga bayinya diberikan susu tambahan
pengganti ASI, selain itu karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya ASI bagi bayi. Seperti yang diutarakan ibu Suminten selaku
ketua Posyandu Lestari yaitu
“Pemberian vitamin A dilaksanakan pada bulan februari dan agustus saja, pemberian vitamin A ini berguna untuk kesehatan mata baik itu bayi, balita taupun ibu nifas. Kapsul vitamin A warna biru untuk bayi berumur 6 – 11 bulan, sedangkan kapsul vitamin A warna merah untu balita umur 1- 5 tahun dan ibu nifas. Kami juga mengadakan penyuluhan tentang pemberian ASI Eksklusif, bahwa pemberian ASI saja dianjurkan sampai usia 6 bulan, tetapi pada kenyataannya banyak warga yang anaknya sebelum umur 6 bulan sudah diberikan susu tambahan dikarenakan orang tua bayi bekerja sehingga anaknya dititipkan dan diberi susu tambahan bahkan ada juga yang memberikan ASI sampai umur 3 bulan.” ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )
Dengan adanya program KADARZI ini dapat membantu dalam
penurunan masalah gizi terutama gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten,
sebenarnya tingkat gizi buruk yang terjadi disebabkan karena adanya
komplikasi penyakit yang diderita balita sehingga menyebabkan turunnya
berat badan. Dapat kita lihat dari tabel 4.6 tentang status gizi balita tahun
2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TABEL 4.5 STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI
KABUPATEN/KOTA KLATEN
TAHUN 2009
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH BALITA % BALITA KEC BEBAS
RAWAN
GIZI
BALITA
YANG ADA DITIMBANG BB NAIK BGM Gizi Buruk DITIMBANG BB NAIK BGM Gizi Buruk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Prambanan Prambanan 1,681 1,417 1,032 24 - 84.30 72.83 1.69 - +
Kebondalem Lor 1,899 1,208 791 42 3 63.61 65.48 3.48 0.25 +
2 Gantiwarno Gantiwarno 2,629 2,247 1,308 115 5 85.47 58.21 5.12 0.22 +
3 Wedi Wedi 3,588 3,048 2,564 89 - 84.95 84.12 2.92 - +
4 Bayat Bayat 4,304 3,912 3,021 115 15 90.89 77.22 2.94 0.38 +
5 Cawas Cawas I 1,945 1,620 1,325 26 1 83.29 81.79 1.60 0.06 +
Cawas II 1,764 1,327 1,081 44 - 75.23 81.46 3.32 - +
6 Trucuk Trucuk I 2,736 2,265 1,344 33 1 82.79 59.34 1.46 0.04 +
Trucuk II 2,915 2,489 2,061 89 2 85.39 82.80 3.58 0.08 +
7 Kalikotes Kalikotes 2,455 1,995 1,216 106 7 81.26 60.95 5.31 0.35 +
8 Kebonarum Kebonarum 1,397 1,167 976 12 6 83.54 83.63 1.03 0.51 +
9 Jogonalan Jogonalan II 2,104 1,762 1,429 67 4 83.75 81.10 3.80 0.23 +
Jogonalan II 1,827 1,515 1,270 69 - 82.92 83.83 4.55 - +
10 Manisrenggo Manisrenggo 3,058 2,371 1,596 85 2 77.53 67.31 3.58 0.08 +
11 Karangnongko Karangnongko 2,605 2,307 1,940 61 2 88.56 84.09 2.64 0.09 +
12 Ngawen Ngawen 3,120 2,493 1,922 163 3 79.90 77.10 6.54 0.12 +
13 Ceper Ceper 2,356 1,399 771 60 1 59.38 55.11 4.29 0.07 +
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jambukulon 1,935 1,416 1,095 57 1 73.18 77.33 4.03 0.07 +
14 Pedan Pedan 3,319 2,843 2,439 35 - 85.66 85.79 1.23 - +
15 Karangdowo Karangdowo 2,776 2,358 1,689 80 3 84.94 71.63 3.39 0.13 +
16 Juwiring Juwiring 4,115 3,450 2,723 144 4 83.84 78.93 4.17 0.12 +
17 Wonosari Wonosari II 1,884 1,537 1,126 48 1 81.58 73.26 3.12 0.07 +
Wonosari II 2,519 2,159 1,835 61 - 85.71 84.99 2.83 - +
18 Delanggu Delanggu 3,222 2,971 2,802 182 2 92.21 94.31 6.13 0.07 +
19 Polanharjo Polanharjo 2,679 1,994 1,272 98 7 74.43 63.79 4.91 0.35 +
20 Karanganom Karanganom 2,930 1,993 959 137 6 68.02 48.12 6.87 0.30 +
21 Tulung Tulung 2,030 1,446 1,142 24 4 71.23 78.98 1.66 0.28 +
Majegan 1,749 1,129 749 22 3 64.55 66.34 1.95 0.27 +
22 Jatinom Jatinom 2,053 1,350 842 14 2 65.76 62.37 1.04 0.15 +
Kayumas 1,969 1,139 871 34 6 57.85 76.47 2.99 0.53 +
23 Kemalang Kemalang 2,898 2,251 1,812 60 4 77.67 80.50 2.67 0.18 +
24 Klaten Selatan Klaten Selatan 2,767 2,388 1,427 24 3 86.30 59.76 1.01 0.13 +
25 Klaten Tengah Klaten Tengah 2,984 2,388 1,886 24 1 80.03 78.98 1.01 0.04 +
26 Klaten Utara Klaten Utara 2,781 1,782 1,373 51 10 64.08 77.05 2.86 0.56 +
JUMLAH (KAB/KOTA) 86,993 69,136 51,689 2,295 109 79.47 74.76 3.32 0.16 +
Sumber : Laporan Bulanan Gizi ( Seksi Gizi )
Pada kolom kecamatan bebas rawan gizi diisi tanda
(+) bila kecamatan tersebut bebas rawan gizi
(-) bila kecamatan tersebut tidak bebas rawan gizi
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa keadaan status gizi buruk
di Kabupaten Klaten sudah mengalami penurunan, angka gizi buruk yang
awalnya pada tahun 2008 sejumlah 116 balita berkurang menjadi 109
balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2009, dari 86.993 balita yang
ada. Sedangkan balita yang ditimbang hanya 69.136 balita dengan berat
badan naik 51.689 balita dan balita yang status di KMS yaitu Bawah Garis
Merah sebesar 2.295 balita. Walaupun ada kecamatan yang tingkat status
gizi buruk semakin meningkat terutama di kecamatan Bayat dan
kecamatan Klaten Utara yang mengalami tingkat kenaikan yang cukup
tinggi, hal ini dikarenakan adanya beberapa hal yang mempengaruhi
tingkat kenaikan gizi buruk terutama adanya komplikasi penyakit yang
diderita balita sehingga balita mengalami penurunan berat badan yang
drastis. Dari data status gizi ada 6 Puskesmas yang tidak ada balita yang
mengalami gizi buruk antara lain Puskesmas Prambanan, Puskesmas
Wedi, Puskesmas Cawas II, Puskesmas Jogonalan II, Puskesmas
Jambukulon dan Puskesmas Wonosari II. Ke enam Puskesmas ini tidak
ada balita yang mengalami gizi buruk. Sedangkan Puskesmas yang paling
banyak terdapat balita gizi buruk ada di Puskesmas Bayat sebanyak 15
balita dan Puskesmas Klaten Utara sebanyak 10 balita.
Penurunan status gizi buruk di wilayah Klaten juga disebabkan
oleh program KADARZI , dengan adanya program KADARZI ini dapat
membantu dan mengontrol keadaan balita di Klaten, dengan adanya
Program KADARZI para ibu juga mendapatkan wawasan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
mengurus balita yang benar, dengan memakai 5 indikator KADARZI yang
telah dijelaskan oleh petugas Puskesmas ke Posyandu- Posyandu yang ada
di wilayah Klaten. Seperti yang dituturkan oleh ibu Tutik selaku Kepala
Seksi Gizi :
“ Status gizi buruk memang berkurang, ada wilayah yang status gizi buruk memang naik , hal ini karena adanya komplikasi penyakit yang menyerang balita sehingga menyebabkan balita tidak doyan makan dan mengalami penurunan berat badan , sehingga kenaikan itu mayoritas dari penyakit yang diidap oleh balita. Dengan adanya Program KADARZI ini dapat mengurangi angka status gizi buruk di Klaten, karena kita juga dapat mengontrol perkembangan masalah gizi dari program KADARZI. Walaupun program ini belum sempurna atau belum bisa dikatakan berhasil di Kabupaten Klaten.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )
Program KADARZI yang ada di Kabupaten Klaten ini selain
belum bisa mencapai target program KADARZI yang sempurna juga
disebabkan oleh dana yang ada untuk menjalankan program tersebut,
karena dalam penjalanan program tidaklah lepas dari dana yang diberikan.
Pada tahun 2009 Kabupaten Klaten tidak melaksanakan program
KADARZI karena pengaruh dana, dana program KADARZI pada tahun
2009 di Kabupaten Klaten tidak ada, karena dari Dinas Kesehatan Provinsi
tidak memberikan dana untuk program KADARZI di Kabupaten Klaten,
sehingga program ini berlangsung kembali pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penilaian Program KADARZI berbeda dengan
tahun 2008, pada tahun 2008 penilaian program ini yaitu jika sampel yang
diambil sudah memenuhi 80 % angka capaian KADARZI yang telah
ditentukan tetapi ada satu indikator yang belum memenuhi target maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dianggap berhasil, berbeda dengan tahun 2010 penilaiannya semua
indikator yang ada , dalam arti 5 indikator tersebut harus bisa mencapai 80
%, jika salah satu indikator tersebut belum bisa mencapai target 80 %
maka sudah dianggap gagal, misal balita yang ditimbang belum mencapai
80 % karena penimbangan balita tidak teratur maka sudah dianggap gagal,
walaupun indikator yang lain sudah mencapai 80% tetapi salah satu
indikator sudah gugur maka Program ini di anggap belum berhasil, selain
itu program KADARZI belum bisa berhasil karena :
1. Penimbangan balita belum dilakukan secara teratur
2. Balita yang berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan
tambahan
3. Lauk hewani tidak diberikan kepada balita setiap hari
4. Garam yang digunakan bukan garam beryodium
5. Kurangnya konsumsi buah pada balita
Hal ini seperti yang diutarakan oleh ibu Anis selaku staf Seksi Gizi
“ Penilaian pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun- tahun sebelumnya penilaian yang kita lakukan dengan menilai menggabungkan 5 indikator tersebut , jika salah satu belum sesuai target maka kami anggap berhasil, berbeda dengan sekarang. Kalau sekarang penilaian yang kami lakukan dengan menilai satu per satu prosentase 5 indikator tersebut jika salah satu belum bisa mencapai target yang telah ditentukan sebesar 80 % maka semua dianggap gagal, sehingga menyebabkan program KADARZI ini belum berhasil di Kabupaten Klaten.” (wawancara tanggal 12 oktober 2010 )
Pada tahun 2010 ini, program KADARZI dilakukan dengan
menyebarkan cluster- cluster atau petugas yang menangani program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
KADARZI yang disebar di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten,
yang nantinya terdapat 7800 sampel Kepala Keluarga yang menjadi
sampel program KADARZI, yang dapat dilihat melalui tabel 4.7 tentang
pembagian cluster KADARZI.
Tabel 4.6
Pembagian Cluster dan sampel KADARZI
Tahun 2010
No Kecamatan Puskesmas Jumlah Cluster
Jumlah sampel ( KK )
Jumlah KK
1 Prambanan Prambanan 15 10 150 Kebon dalemlor 15 10 150 2 Gantiwarno Gantiwarno 30 10 300 3 Wedi Wedi 30 10 300 4 Bayat Bayat 30 10 300 5 Cawas Cawas I 15 10 150 Cawas II 15 10 150 6 Trucuk Trucuk I 15 10 150 Trucuk II 15 10 150 7 Kalikotes Kalikotes 30 10 300 8 Kebonarum Kebonarum 30 10 300 9 Jogonalan Jogonalan I 15 10 150 Jogonalan II 15 10 150 10 Manisrenggo Manisrenggo 30 10 300 11 Karangnongko Karangnongko 30 10 300 12 Ngawen Ngawen 30 10 300 13 Ceper Ceper 15 10 150 Jambukulon 15 10 150 14 Pedan Pedan 30 10 300 15 Karangdowo Karangdowo 30 10 300 16 Juwiring Juwiring 30 10 300 17 Wonosari Wonosari I 15 10 150 Wonosari II 15 10 150 18 Delanggu Delanggu 30 10 300 19 Polanharjo Polanharjo 30 10 300 20 Karanganom Karanganom 30 10 300
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
21 Tulung Tulung 15 10 150 Majegan 15 10 150 22 Jatinom Jatinom 15 10 150 Kayumas 15 10 150 23 Kemalang Kemalang 30 10 300 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 30 10 300 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 30 10 300 26 Klaten Utara Klaten Utara 30 10 300 Jumlah 780 10 7800
Dinas Kesehatan pada tahun 2010 mengambil sampel KADARZI
sebanyak 30 cluster yang berada di 1 kecamatan, adapun pembagiannya
jika dalam satu kecamatan terdapat dua Puskesmas maka pembagiannya
15 cluster per Puskesmas sehingga jumlah cluster yang tersebar di semua
kecamatan sebanyak 780 cluster, dan 1 cluster mencari sampel 10 Kepala
Keluarga, sehingga masyarakat yang dijadikan sampel oleh Dinkes Klaten
sebesar 7800 KK yang tersebar di Kabupaten Klaten, dengan dana 55 juta
dalam melaksanakan program, seperti yang diutarakan Ibu Tutik selaku
Kepala Seksi :
“ Program KADARZI ini pelaksanaanya dengan mengambil sampel, dengan menyebar 30 cluster disetiap kecamatan, sehingga ada 780 cluster di Kabupaten Klaten karena jumlah kecamatannya ada 26 kecamatan. 780 cluster tersebut dibagi menjadi 1 cluster mengambil sampel 10 KK, sehingga nantinya ada 7800 KK yang menjadi sampel KADARZI, dengan dana 55 juta.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )
Program KADARZI pada tahun 2010 belum diketahui apakah
program ini berhasil atau belum di Kabupaten Klaten, karena data program
KADARZI pada tahun 2010 belum lengkap baru ada 4 Puskesmas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dapat dilihat apakah program KADARZI ini berhasil apa belum antara lain
yaitu Puskesmas Bayat, Puskesmas Ceper , Puskesmas Jatinom dan
Puskesmas Polanharjo. Dapat dilihat pada tabel 4.8 tentang capaian
KADARZI 2010 pada 4 Puskesmas di Kabupaten Klaten.
Tabel 4.7
Jumlah Keluarga Sadar Gizi
Tahun 2010
No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK yang dipriksa
Keluarga dengan 5 indikator
%
1 2 3 4 5 6 1 Bayat Bayat 300 57 19 2 Polanharjo Polanharjo 300 37 12,3 3 Ceper Ceper 150 20 13,3 4 Jatinom Jatinom 150 11 7,3
Dari data diatas dapat diketahui bahwa tidak semua Kepala
Keluarga yang menjadi sampel dapat menjalankan Program KADARZI,
dapat dilihat pada tabel KADARZI diatas bahwa di Puskesmas Bayat
terdapat 57 KK atau 19 % KK yang berhasil melaksanakannya,
Puskesmas Polanharjo ada 37 atau 12,3 KK, Puskesmas Ceper terdapat 20
atau 13,3 % KK, karena kecamatan Ceper terdapat 2 Puskesmas maka
dalam data tersebut tertulis ada 150 KK karena Puskesmas Jambukulon
yang termasuk kecamatan Ceper juga belum melaporkan data program
KADARZI, dan pada Puskesmas Jatinom ada 11 atau 7,3 % KK yang
berhasil melaksanakan program KADARZI, karena di wilayah kecamatan
Jatinom juga terdapat 2 Puskesmas maka sampel yang ada pada data hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
150 KK karena Puskesmas Kayumas juga belum melaporkan data
KADARZI 2010. Dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa
program KADARZI belum bisa berhasil sesuai target capaian KADARZI
80 %, karena tidak semua atau tidak ada setengah dari KK yang dijadikan
sampel dapat berhasil menjalankan program ini.
C. Upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk terkait
program KADARZI
Masalah gizi buruk terjadi karena anak tidak mendapatkan gizi yang
seimbang yaitu ASI saat berumur 0 – 6 bulan, dan Makanan Pendamping ASI (
MP- ASI ) yang memenuhi syarat 6 – 24 bulan. Selain karena tidak mendapatkan
makanan yang mengandung gizi seimbang juga disebabkan oleh infeksi, terutama
diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) dan campak. Kedua penyebab
tersebut antara lain tidak mendapat gizi yang seimbang dan adanya infeksi
penyakit ini saling memperkuat, selain itu didorong oleh faktor kemiskinan,
kurangnya pendidikan, lingkungan tidak bersih, dan banyaknya anak dengan
jarak kelahiran dekat juga dapat menjadi penyebab masalah gizi. Dari faktor
tersebut maka anak tidak mendapatkan pengasuhan secara maksimal,seperti tidak
diberi ASI, tidak dapat menyediakan MP- ASI yang baik dan tidak dibawa ke
Posyandu atau pelayanan kesehatan. Sehingga perlu adanya penyuluhan dan
perbaikan gizi di tingkat masyarakat.
Program KADARZI merupakan salah satu program untuk menekan
angka status gizi buruk yang tinggi. Upaya Dinkes Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
untuk menekan kasus gizi buruk di Klaten yaitu dengan melakukan
pelacakan kasus gizi buruk dengan pengamatan dari data yang ada melalui
pemantauan status berat badan balita yang ada di Kabupaten Klaten.
Program pencegahan gizi buruk di Klaten dilaksanakan dengan
berbagai program salah satunya dengan program KADARZI. Upaya
Dinkes dalam penanggulangan gizi buruk yaitu dengan:
1. Penimbangan setiap bulan anak balita dengan menggunakan
KMS. Dengan adanya Kartu Menuju Sehat ( KMS ), petugas
kesehatan atau Posyandu dan ibu bisa mengetahui
perkembangan berat badan anaknya setiap bulan, jika anak
berat badannya dibawah garis merah berarti anak tersebut
mengalami masalah gizi sehingga perlu segera ditanganni.
2. Memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang
memiliki balita. Pendidikan gizi dan kesehatan perlu dilakukan
karena dengan dasar masyarakat terutama ibu mengetahui pola
asupan gizi yang baik dan pengetahuan kesehatan lainnya
maka balita akan tumbuh dengan sehat.
3. Memberikan vitamin A kepada bayi dan balita. Pemberian
vitamin A ini dianjurkan karena dapat membantu kesehatan
balita terutama kesehatan mata karena dalam pertumbuhan
balita kesehatan mata sangat penting.
4. Meningkatkan pelayanan gizi, misalnya dengan memberikan
makanan tambahan kepada balita yang mengalami masalah gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
atau gizi buruk, segera menangani balita yang mengalami gizi
buruk.
Seperti yang diutarakan ibu Tutik selaku Kepala Seksi gizi yaitu
“ Dalam penanggulangan masalah gizi buruk ini menggunakan 5 indikator KADARZI, terutama dalam hal pemantauan berat badan balita, dari pemantauan yang dilakukan maka dapat mengetahui status berat badan serta gizi balita. Jika ada balita yang mengalami berat badan dibawah garis merah maka balita dapat dikatakan kurang gizi yang nantinya bisa menyebabkan gizi buruk, dengan itu maka pemantauan status gizi balita tersebut perlu ditingkatkan dan diberikan Makanan Pendamping ASI ( MP- ASI ).” ( wawancara tanggal 8 November 2010 )
Penanggulangan masalah gizi buruk dengan Program KADARZI,
diharapkan setiap anggota keluarga harus mengetahui masalah gizi di
dalam keluarganya dan dapat mengatasi masalah dengan sumber daya
yang ada, hal ini ditandai dengan :
1. Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan
bagi semua anggota keluarga termasuk kebutuhan gizi,
menjaga kesehatan lingkungan, mencegah infeksi suatu
penyakit
2. Perilaku keluarga dalam memanfaatkan pendapatan,
mendistribusikan pangan keluarga, memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak, memberikan pertolongan awal
masalah kelainan gizi, memperoleh pelayanan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Pemantauan berat badan dapat dilakukan di Posyandu karena
Posyandu mengadakan penimbangan berat badan balita setiap bulan
sehingga dari penimbangan tersebut dapat dipantau status berat badan
balita, jika ada balita yang berada di bawah garis merah dapat segera
ditangani. Sehingga perlu adanya suatu penyuluhan atau pembinaan kader
yang dilakukan Dinkes Klaten kepada kader Posyandu, karena kader
Posyandulah yang secara langsung mengetahui dan menangani masalah
gizi pertama kali, adapun kegiatan yang dilakukan Posyandu yaitu
1. Pelatihan kader yang berasal dari masyarakat setempat atau
petugas dari Puskesmas
2. Pelatihan ulang petugas dan kader
3. Pembinaan dan pendampingan kader
4. Penyediaan sarana KMS/ Buku KIA, panduan Posyandu,
sarana pencatatan
Penanggulangan masalah gizi dapat segera teratasi jika para kader
mendapatkan pelatihan atau penyuluhan dalam memperlakukan balita
yang mengalami masalah gizi agar nantinya tidak berkembang menjadi
gizi buruk. Seperti yang diutarakn ibu Tutik selaku Kepala Seksi Gizi
yaitu:
“ Selain dengan pemantauan dari data yang ada, juga ada pembinaan kader baik itu dari Puskesmas atau masyarakat setempat yang menjadi kader Posyandu. Dengan adanya pembinaan kader diharapkan dapat membantu Dinkes untuk menanggulangi kasus gizi terutama gizi buruk yang ada di masyarakat.” ( wawancara tanggal 8 November 2010 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Di Kabupaten Klaten masih terdapat balita yang mengalami gizi
buruk. Pada tahun 2008, balita yang banyak mengalami gizi buruk
yaitu di kecamatan Bayat dan Juwiring.
2. Untuk menangani kasus gizi buruk ini,maka terdapat program
Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ), yang di dalam program tersebut
terdapat 5 indikator antara lain :
a. Memantau berat badan bayi secara teratur
Kegiatan yang dilakukan pada saat penimbangan berat badan yang
berhubungan dengan pengukuran status gizi balita antara lain
dengan metode pengukuran antropometri. Strategi dalam indikator
ini adalah dengan adanya penyuluhan pentingnya penimbangan
balita, pengontrolan dan pencatatan kondisi balita oleh petugas
Puskesmas yang datang setiap bulan ke Posyandu- Posyandu,
selain itu dengan pengecekan kembali balita yang mengalami berat
badan dibawah garis merah. Hambatan dari indikator ini yaitu
kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya penimbangan balita,
tetapi setelah diadakan pendekatan dari kader Posyandu hambatan
tersebut dapat berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
b. Makan beraneka ragam
Strategi yang dilakukan dalam indikator ini adalah dengan
mengadakan penyuluha karena keterbatasan dana untuk
membantu masyarakat dalam ketersediaan bahan pangan yang
beraneka ragam. Hambatan dalam indikator ini karena keterbatasan
dana yang dugunakan untuk menunjang program penganeka
ragaman makanan, sehingga pihak Dinas Kesehatan hanya
memberikan penyuluhan dan batuan biskuit kepada balita dari
keluarga miskin.
c. Hanya mengkonsumsi garam beryodium
Strategi yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan garam
yodium dengan memberikan contoh merk garam beryodium karena
disesuaikan dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan
garam beryodium.
d. Memberikan ASI Ekslusif pada bayi berumur 0 – 6 bulan
strategi dalam pemberian ASI ekslusif yaitu dengan mengeluarkan
Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI
ekslusif di Kabupaten Klaten serta UU No 36 Tahun 2009 tentang
pemberian ASI ekslusif. Hambatan yang didapat dari indikator ini
dikarenakan ibu bayi bekerja sehingga kurang dalam memberikan
ASI ekslusif kepada bayinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
e. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota
keluarga yang membutuhkan
Strategi yang dilakukan dengan memberikan bantuan berupa MP-
ASI kepada balita dari keluarga miskin yang berat badannya
dibawah garis merah. Hambatan dalam indikator ini yaitu
keterbatasan dana untuk ibu memberikan suplemen gizi kepada
anaknya dan kesadaran ibu dalam pemberian suplemen gizi, karena
balita hanya mendapatkan suplemen gizi pada saat ada kegiatan
Posyandu.
3. Program KADARZI ini dilaksanakan di 26 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Klaten. Program KADARZI pelaksanaanya sesuai dengan
Keputusan Mentri Kesehatan No.747/MenKes/SK/VI/2007 tentang
Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi. Di Kabupaten Klaten
program ini pada tahun 2008 belum bisa mencapai target capaian
program KADARZI karena hanya sejumlah 23,53 %, padahal capaian
KADARZI adalah 80% sehingga dianggap belum berhasil. Program
KADARZI ini memiliki hambatan, hambatan tersebut berasal dari
masyarakat yang kurang mengetahui bagaimana memberikan asupan
gizi yang baik bagi balita, kurang paham tentang bahan makanan yang
mereka makan, adanya bayi yang berumur 0 – 6 bulan sudah diberikan
makanan tambahan, sehingga Program KADARZI di Kabupaten
Klaten belum bisa dikatakan berhasil. Sedangkan pada tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
program KADARZI di Kabupaten Klaten tidak ada karena tidak
adanya dana dari provinsi untuk melaksanakan program tersebut.
4. Upaya dalam penaggulangan status gizi buruk di Kabupaten Klaten
yaitu dengan penimbangan anak balita menggunakan KMS setiap
bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang
memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi, dan
meningkatkan pelayanan gizi. Selain terkait dengan program
KADARZI adapun upaya lain yang dilakukan yaitu pelatihan kader
Posyandu atau petugas Puskesmas, pelatihan ulang petugas dan kader,
pembinaan dan pendampingan kader dan penggunaan sarana KMS.
B. Saran
1. Menurut hasil pengamatan, bahwa pemberian penyuluhan tentang
pemberian ASI saja kepada bayi kurang efektif disebabkan masih
banyak ibu bayi yang bekerja sehingga bayi kurang diberikan ASI
secara ekslusif, dengan adanya permasalahan ini pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten seharusnya memberikan penyuluhan
lebih aktif lagi kepada kadernya atau dapat terjun langsung ke
Posyandu- Posyandu untuk lebih menekankan ibu- ibu yang
mempunyai bayi untuk menyusui bayinya dengan ASI saja selama 6
bulan, memberikan solusi kepada ibu- ibu yang mempunyai bayi
bagaimana cara memberikan ASI ekslusif kepada bayinya misalnya
dengan mempompa ASI dengan alat pompa ASI kemudian dimasukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
di dalam botol dan di simpan di kulkas atau pun tempat yang tidak
secara langsung terkena sinar matahari jika tidak memiliki kulkas,
cara seperti ini dapat efektif untuk bayi tetap selalu mendapatkan ASI
ekslusif walaupun ibu bayi tetap bekerja asalkan tidak lebih dari 24
jam.
2. Dari hasil pengamatan ditemukan masih banyak masyarakat yang
belum bisa memenuhi keanekaragaman pangan,, mereka hanya dapat
mengkonsumsim makanan seadanya menurut pendaptan mereka, hal
inilah yang memicu kegagalan kegiatan makan beraneka ragam,.
Penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan memang kurang
efektif karena penyebab masyarakat kurang makan aneka ragam
makanan yaitu pendapatan yang diperoleh mereka sehingga kebutuhan
akan pangan kurang tercukupi, dari permasalahan itu pihak Dinas
Kesehatan seharusnya tidak hanya memberikan penyuluhan saja tetapi
dapat memberikan bantuan berupa bibit tanaman kepada masyarakat
untuk mereka dapat meningkatkan kegiatan makan makanan beraneka
ragam, kemungkinan dengan adanya pemberian bantuan tersebut
kegiatan ini dapat berhasil misalnya dengan bantuan bibit tersebut
warga dapat menanam apotik hidup ataupun warung hidup sendiri,
karena biasanya warga yang tinggal di desa tanah pekarangan yang
mereka miliki luas sehingga dapat menanam berbagai macam sayur-
sayuran, jika warga yang tidak mempunyai pekarangan dapat
melakukannya dengan hidroponik atau dengan istilah tanaman organik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Jika warga belum mengetahui bagaimana cara menanam tanaman
dengan media pot dapat diberikan penjelasan tentang bagaimana
menanam tanaman di media pot dengan baik.