SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk...
Transcript of SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk...
PRAKTIK DISTRIBUSI HARTA ZAKAT DI SELANGOR (SUATU KAJIAN
PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
OLEH
AZIDAH BINTI AHMAD ZAKI
NIM: 109045200034
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H/2011 M
PRAKTEK DISTRIBUSI HARTA ZAKAT DI SELANGOR (SUATU KAJIAN PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.Sy)
Oleh
Azidah binti Ahmad Zaki
NIM: 109045200034
Di Bawah Bimbingan
Dr. Asep Saepudin Jahar MA
NIP:
196912161996031001
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 9 Maret 2011 M 4 Rabiul Tsani 1432 H
Azidah Ahmad Zaki
i
KATA PENGANTAR
njȴŃɆŇǵʼnȀǐȱǟ njȸȶŃǵʼnȀǐȱǟ Ĉǃǐǟ njȴŃȆnjǣ
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang telah
menganugerahkan deen al-Islam kepada kita. Selawat serta salam buat junjungan
besar Nabi Muhammad SAW, pesuruh Allah yang telah menyampaikan risalah
ilahiyyah kepada umatnya. Serta ahli keluarga dan para sahabat yang telah berkorban
demi memperjuangkan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW ke seluruh alam.
Skripsi berjudul: PRAKTEK DISTRIBUSI HARTA ZAKAT DI
SELANGOR (SUATU KAJIAN PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT), ditulis
untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat dalam mencapai gelar sarjana Sarjana
Syariah (S.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat penulis persembahkan rasa
terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
ii
2. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, dan Sekretaris Program Studi Jinayah
Siyasah, Dr. Asmawi M.Ag., Afwan Faizin MA. yang telah membantu penulis
sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. Tidak lupa mantan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Ibu Sri Hidayati M.Ag yang
banyak membantu penulis dalam pengurusan akademik.
3. Dr. Asep Saepudin Jahar MA., selaku pembimbing yang sabar memberikan
petunjuk ke arah perfeksi penulisan, meluang waktu dan banyak memberi
masukan kepada penulis hingga tuntasnya skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan seluruh dosen serta semua staf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
umumnya yang membantu penulis dalam setiap pengurusan hingga berhasil
menyelesaikan penulisan ini.
5. Seluruh dosen Kolej Darul Quran Islamiyah yang tidak jemu memberi ilmu
kepada penulis sebagai anak didik mereka dan semua staf di Kolej Darul
Quran Islamiyah yang sering memberi tunjuk ajar secara langsung atau tidak
langsung.
6. Seluruh staf perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, karyawan dan
karyawati, Pegawai Eksekutif Bahagian Perencangan Korporat Lembaga
Zakat Selangor, Pegawai Lembaga Zakat Selangor yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung, Pegawai Majlis Agama Islam Selangor yang
terlibat secara langsung atau tidak langsung, Perbadanan Perpustakaan Awam
iii
Negeri Selangor, dan Institut Kefahaman Islam Malaysia yang banyak
membantu memfasilitasi penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. TYT. Dato’ Duta Malaysia di Indonesia, Tuan Pengarah JPMI, Atase Agama
serta seluruh staf Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan
kebajikan yang diberikan.
8. Teristimewa buat Abi dan Ummi tercinta, Ahmad Zaki bin Arsad dan
Hamidah binti Ismail, serta adik-adik yang disayangi, Bangah, Benbaz,
Deklah dan Bashir yang tidak jemu memberi semangat dan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan sempurna.
Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa.
9. Mama Khalidah Amnah, Baba Abdul Kashaf, Ashraf Al-Fahmi, kakak
Afeena, adik Ilham, adik Aiman, adik Nuha, Aunt Za juga saudara-mara
penulis yang sering mendoakan kejayaan penulis dan sokongan moral yang
diberikan hingga masa ini tidak penulis lupakan.
10. Sahabat seperjuangan, Nur Jalilah, Siti Hasanah, Hawa Afiqah, Sarah
Amalina, Rab’atun, Nur Hidayah, Shifrah, Rozilawati, Rabiatul Adawiyah,
Nurfaizah, Alfiyah, Siti Hajar, Bayah, Nor Hayati, Aishah, Maryam, Umi
Farhah, Hafizah, Zaza, Riduan, Hazwan, Ukasyah, Syammil, Saifuddin, Arief,
serta teman-teman dari IPA dan KUDQI seluruhnya dan yang mengenali
penulis yang tidak mampu penulis catatkan satu persatu di sini. Yang banyak
memberi motivasi dan kata-kata semangat demi keberhasilan penulisan ilmiah
ini dan terima kasih juga atas kebersamaan kalian bersama penulis selama
iv
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kita tetap dalam
memperjuangan Islam.
11. Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia.
Akhir kalam, Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa Wa Jazakumullahhu
Khairal Jaza dan semoga skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif
kepada pembaca sekalian, segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis
hanya Allah yang selayaknya membalas. Dalam penulisan ini tentu tidak luput
dari kekhilafan dan kesalahan, karenanya kritikan dan saran yang bersifat
konstruktif sangat diharapkan dan akan diterima dengan baik.
Jakarta: 10 Maret 2011 M 5 Rabiul Tsani 1432 H
Penulis
vii
DAFTAR TABLE
TABLE 4.1 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2008 .................................. 71
TABLE 4.2 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2009 .................................. 72
TABLE 4.3 Pendistribusian Zakat Mengikut Asnaf (2008&2009) ..................... 80
TABLE 4.4 Pendistribusian Zakat Mengikut Program (2008&2009)................. 80
TABLE 4.5 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin (2008&2009) ............................... 81
TABLE 4.6 Jumlah Pengumpulan Zakat Negeri Selangor Tahun (1995-2009) .. 98
TABLE 4.7 Jumlah Distribusi Zakat Selangor Tahun (1994-2009) ................... 99
TABLE 4.8 Analisa Pengumpulan Zakat Perniagaan Antara Negeri-negeri di
Malaysia (2006&2005) .................................................................. 100
TABLE 4.9 Analisa Pengumpulan Lain-lain Harta Zakat Antara Negeri-negeri di
Malaysia (2006&2005) .................................................................. 101
TABLE 4.10 Analisa Pengumpulan Zakat Pendapatan Antara Negeri-negeri di
Malaysia (2006&2005) .................................................................. 102
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABLE ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Tinjauan Kepustakaan ...................................................................... 8
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan........................................... 10
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
BAB II PENDISTRIBUSIAN ZAKAT MENURUT FIKIH
A. Garis Panduan Agama Dalam Pendistribusian Zakat ......................... 13
B. Pendistribusian Zakat ....................................................................... 17
C. Pola Penyaluran Zakat ...................................................................... 24
D. Sejarah Pengelolaan Zakat ................................................................ 27
BAB III PENGELOLAAN ZAKAT DI MALAYSIA
A. Pengelolaan Zakat di Malaysia ......................................................... 33
B. Aturan Zakat Selangor (Enakmen Pentadbiran Islam Selangor 2003) 39
C. Sejarah Pengelolaan Zakat di Selangor ............................................. 46
vi
BAB IV ATURAN ENAKMEN ZAKAT DAN PENGELOLAAN ZAKAT
OLEH LEMBAGA ZAKAT SELANGOR
A. Pengertian Umum Tentang Manajemen ............................................ 57
B. Pengelolaan Pendistribusian Zakat di Selangor ................................. 59
C. Pendistribusian Terhadap Asnaf ........................................................ 61
D. Problematika Pendistribusian Zakat Selangor ................................... 82
E. Analisa Pendistribusian Zakat Oleh Lembaga Zakat Selangor ........... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 90
B. Saran-saran ....................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat menurut bahasa berarti “berkembang”, “berkah”, “bertambahnya
kebaikan”, dan terkadang diartikan “menyucikan” seperti firman Allah SWT
dalam surah asy-Syams ayat 9, artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikannya (jiwa itu). Yakni orang yang membersihkan dirinya dari segala
kotoran. Juga dapat diartikan “pujian” seperti firman Allah SWT dalam surah an-
Najm ayat 32, artinya: “Maka janganlah kalian menganggap diri kalian suci”.
Yakni jangan memuji diri kalian. Menurut syara’, zakat adalah sebutan untuk
sesuatu yang dikeluarkan dari kekayaan atau badan dengan cara tertentu atau
ungkapan untuk kadar tertentu yang diambil dari kekayaan tertentu, yang wajib
diberikan kepada golongan tertentu.1
Sebagaimana maklum, zakat adalah rukun Islam yang kelima. Tanpanya
Islam seseorang tidak sempurna. Mengingkari kewajibannya bisa menyebabkan
kekufuran. Ini suatu nilai yang ditegakkan oleh agama Islam sendiri dan
dijunjung tinggi oleh semua umat Islam.
Zakat adalah antara perkara terkait dengan hukum syara’yang telah mendapat
perhatian pihak pemerintah negara dalam penetapan perundang-undangannya.
Adalah tidak tepat untuk mengatakan bahwa urusan zakat itu hanyalah tuntutan
syara’ yang bersifat individu semata, bahkan ia menjadi tanggung jawab
pemerintah dalam pengurusannya. Karena itu pembahasan terkait dengan zakat
1Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i (Terj) (Jakarta: Penerbit Al-Mahira), h. 433.
2
tidak hanya dibahas dalam kitab-kitab hukum syara’ tetapi juga menjadi
pembahasan dalam bagian ketatanegaraan sebagai salah satu sumber keuangan
Negara Islam.2 Al-Mawardi misalnya, membincangkan persoalan ini dalam
bukunya Al-Ahkam Al-Sultaniyyah bagian kesebelas di bawah judul Fi Wilayah
Al-Sadaqat, yang berarti zakat3.
Zakat adalah instrumen penting dalam sektor ekonomi Islam dan pendorong
kemajuan serta kemakmuran umat Islam di seluruh dunia. Untuk itu, institusi
zakat perlu diatur dan diurus dengan efisien dan sistematik karena sejak sekian
lama zakat menjadi wilayah dan medium terpenting untuk pengaturan ekonomi
dalam masyarakat Islam. Melalui sistem penyebaran zakat yang baik dapat
menjadi alternatif kestabilan ekonomi yang sedang melanda dunia saat ini.
Menurut ulama kontemporer Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilah
Al-Faqr Wakaifa 'Aalajaha Al-Islam, "Islam tidak menempatkan masalah zakat
sebagai urusan perorangan, melainkan sebagai salah satu tugas pemerintahan
Islam. Zakat bukanlah kewajiban individu yang pelaksanaannya bergantung
kepada hati nurani masing-masing orang. Tetapi zakat adalah suatu kewajiban
yang dilaksanakan di bawah pengawasan negara, di mana negaralah yang
mengatur sistem pemungutan dan pendistribusian zakat itu."4
Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh negara atau lembaga
yang diberi mandat oleh negara dan atas nama pemerintah yang bertindak sebagai
2 Mahmood Zuhdi Hj. Ab. Majid, Kuasa-kuasa dan Kaedah Pentadbiran Zakat di Malaysia, Jurnal Syariah, Januari 1994. 3 Di dalam al-Quran dan al-Hadis, perkataan zakat kadangkala juga disebut sebagai “sadaqah”. 4Yusuf Qardhawi, Musykilat al-Faqr Wa Kayfa ‘Alijaha Al-Islam (Beirut: Muassasah ar-Risalah, Cet 10, 1994), h. 80.
3
wakil fakir miskin. Pengelolaan di bawah otoritas badan yang dibentuk oleh
negara akan jauh lebih efektif pelaksanaan fungsi dan dampaknya dalam
membangun kesejahteraan umat yang menjadi tujuan zakat itu sendiri, dibanding
zakat dikumpulkan dan didistribusikan oleh lembaga yang berjalan sendiri-sendiri
dan tidak ada koordinasi satu sama lain.5
Institusi zakat adalah salah satu institusi Islam yang sangat berperan dalam
menyusun dan membangun kekuatan sosio ekonomi ummah. Di Malaysia pada
umumnya hanya terdapat sebuah institusi keuangan dan pemegang harta dalam
Islam yang dinamakan Baitul Mal. Ia meliputi berbagai jenis harta seperti zakat,
harta wakaf, harta khairat (shadaqah), dan kebajikan serta lain lagi. Untuk
memudahkan urusan administrasi, Baitul Mal diberi kewenangan pada setiap
negeri-negeri di Malaysia dan pada dasarnya harta-harta yang terkumpul itu
mempunyai kepentingan masing-masing, baik untuk masyarakat malah untuk
negara. Maksud yang lebih jelas, institusi Baitul Mal ini adalah bagian terpenting
dalam struktur keuangan dan belanjawan (pengelolaan) dalam negara Islam.
Harta-harta yang terkumpul dalam khazanah Baitul Mal merupakan harta negara
yang dimiliki oleh semua rakyat yang tinggal dan menetap di negara tersebut.
Dengan kata lain, Baitul Mal berfungsi sebagai tempat menyimpan harta dalam
sebuah negara untuk faedah dan tujuan umum.6
Berdasarkan Dictionary of Islam yang dipetik dari buku Jurnal Undang-
undang IKIM, definisi Baitul Mal adalah Perbendaharaan Negara yang menerima 5M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement (Padang: Forum Zakat (FOZ), 2008), h. 36. 6Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang, IKIM Law Journal, (Kuala Lumpur: Subscription/ Marketing) Vol. 4/ No.2/ 2000, h. 97.
4
uang yang dikumpul oleh negara Islam dari berbagai sumber keuangan seperti
zakat, ghanimah, harta benda yang tiada pemiliknya serta derma dari wilayah-
wilayah pemerintahan Islam. Ia juga merupakan tempat menyimpan harta orang
Islam dalam sebuah negara dan pemerintah boleh menggunakan harta tersebut
untuk tujuan umum.7
Kesadaran terhadap tanggung jawab membayar zakat dalam masyarakat
Malaysia umumnya semakin meningkat. Pelbagai usaha telah dibuat untuk
memastikan zakat sebagai rukun Islam ke lima dilaksanakan dengan sempurna.
Pendirian institusi zakat yang formal adalah antara usaha yang telah dilakukan
oleh pemerintah Malaysia.8
Di Malaysia, zakat dikelolakan oleh 14 buah negeri (daerah) sesuai dengan
kuasa yang diperuntukkan oleh Perlembagaan Malaysia (konstitusi Malaysia)
yang antara lain menyatakan secara jelas bahwa pengurusan agama Islam yang
berada di bawah kuasa negeri-negeri. Praktek ini sudah sekian lama ada dan telah
menjadi tradisi yang disepakati oleh setiap negeri-negeri. Dengan itu setiap negeri
memiliki sebuah institusi zakat yang diberi otoritas oleh pemerintah atau kerajaan
negeri (pemerintah daerah) untuk mengelola harta zakat negerinya.
Dengan itu telah dibentuk Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) bagi setiap
daerah. Maka pengurusan Baitul Mal adalah dibawah tanggung jawab MAIN.
Ada sebagian Majlis Agama Islam Negeri-negeri di Malaysia telah mendirikan
sebuah institusi atau lembaga zakat yang terpisah dan bersifat mandiri dalam
pengurusan harta zakat. Namun, ia masih bertanggungjawab untuk melaporkan 7Jurnal Undang-undang IKIM, (IKIM), h. 97. 8Didin Hafidhuddin, dkk, The Power Of Zakat (Malang: UIN Malang Press, Cet 1, 2008), h. 205.
5
segala aktivitas dan kinerja organisasi ke Majlis Agama Islam. Antara organisasi
yang terbentuk, hanya Lembaga Zakat Selangor dan Pusat Urus Zakat (Pulau
Pinang) yang diberikan wewenang untuk mengelolakan zakat secara sepenuhnya
yaitu mengutip dan mengagihkan zakat.9
Negeri Selangor dengan wewenang yang dinyatakan dalam Enakmen
Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003 telah memprivatisasi
pengurusan institusi zakatnya. Baitul Mal negeri Selangor yang bertanggung
jawab mengelola sumber keuangan masyarakat Islam Selangor telah diswastakan
dengan pendirian Pusat Pungutan Zakat (PPZ) atau Pusat Zakat Selangor (PZS)
pada tahun 1994. Perkara ini berlaku apabila Majlis Agama Islam Selangor
(MAIS), mendaftar Baitul Mal sebagai anak perusahaan di bawah MAIS dengan
nama PPZ atau PZS. Ide privatisasi PPZ/PZS dalam meningkatkan kinerja
pemungutan dan distribusi harta zakat Selangor telah berhasil hingga
menempatkan negeri Selangor di tempat paling atas dalam daftar pemungutan dan
distribusi harta zakat antara semua negeri di Malaysia. Contohnya, pada tahun
2004, PZS berhasil mengumpul dana zakat dengan jumlah RM 108,826,547.05
juta dan jumlah ini meningkat pada tahun 2005 dengan jumlah RM 131,121,829
juta. (Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2005). Bersesuaian perubahan waktu,
PPZ/PZS telah dirubah nama kepada Lembaga Zakat Selangor (LZS) pada tahun
2006 bertujuan memberi imej baru dalam pengurusan harta zakat dikarenakan
pengumpulan zakat mencapai jumlah RM100 juta per tahun.
9M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, h. 36.
6
Selangor pada tahun 2003 telah menyatakan sebagai sebuah negeri yang maju
seharusnya seiring dengan pengentasan kemiskinan yang ada dalam masyarakat
negeri Selangor. Namun apa yang berlaku tidak seperti yang dinyatakan karena
isu kemiskinan masih menjadi obrolan utama antara masyarakat terutama media
massa yang akhir-akhir ini sering mengeluarkan isu kemiskinan pada umum.
Mayoritas masyarakat miskin adalah dari orang-orang Islam sendiri. Dan Islam
telah menetapkan bahwa keberadaan zakat adalah untuk menanggulangi masalah
kemiskinan orang-orang Islam. Di sini terlihatnya peran pengelolaan dana zakat
oleh institusi zakat Selangor karena sebagaimana yang diketahui, zakat berperan
dalam membantu meningkatkan taraf hidup asnaf. Hasil pengumpulan yang
banyak diharapakan dapat mengurangi jumlah asnaf fakir dan miskin.
Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti sejauh manakah pengumpulan yang
banyak oleh LZS itu dapat meningkatkan kehidupan para asnaf terutama asnaf
fakir dan miskin di Selangor. Bagaimana sistem pengelolaan zakat yang
dilakukan oleh LZS dalam perkara pendistribusian sehingga berhasil membantu
mengeluarkan asnaf dari kelompoknya. Apakah dana zakat yang diberikan
kepada asnaf itu benar-benar membantu asnaf dalam meningkatkan kualitas
kehidupan mereka.
Permasalahan inilah yang akan diangkat dalam judul skripsi, dan penulis
berasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji dengan lebih dalam tentang hal-hal
yang terkait dengan pengelolaan dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor dalam
pendistribusian kepada asnaf yang akan dicurahkan di dalam skripsi berjudul
7
"Praktek Distribusi Harta Zakat di Selangor (Suatu Kajian Penerapan Enakmen
Zakat)."
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya membatasi permasalahan
tentang konsep dan wewenang pengelolaan zakat di Selangor menurut Enakmen
Pentadbiran Islam Selangor (pelaksanaan pengelolaan Islam Selangor).
Pengurusan Lembaga Zakat Selangor dalam pengumpulan dan pendistribusian
harta zakat perlu diteliti dan dilihat pengaruhnya agar dapat dijelaskan secara
komprehensif. Namun demikian, agar pembahasan lebih terarah maka diperlukan
pembatasan pembahasan, untuk itu rumusan permasalahan yang dapat dirinci
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kewenangan Selangor dalam pengelolaan zakat dihubungkan
dengan kerajaan Malaysia?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor?
3. Bagaimana peran dana zakat Selangor kepada asnaf di Selangor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat yang ingin digapai dalam penelitian ini antaranya adalah:
1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menjelaskan bagaimana kerajaan Malaysia memberi kewenangan kepada
negeri-negeri di dalamnya dalam pengelolaan zakat terutamanya Negeri
Selangor.
b. Menjelaskan tentang sistem pengelolaan dana zakat Selangor melalui
pengumpulan dan distribusi zakat oleh Lembaga Zakat Selangor.
8
c. Meneliti dan menjelaskan konsep yang digunakan Lembaga Zakat
Selangor untuk membantu asnaf dalam distribusi dana zakat.
2. Manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memahami
bagaimana kewenangan yang diberikan oleh kerajaan Malaysia kepada
negeri-negeri dalamnya khususnya negeri Selangor dalam pengelolaan
harta zakat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambahkan pemahaman dan
pandangan masyarakat mengenai Lembaga Zakat Selangor (LZS)
sehingga dapat memanfaatkan perannya agar sesuai dengan misi dan visi
yang dipegang oleh Lembaga Zakat Selangor (LZS).
D. Tinjauan Kepustakaan
Dalam review studi terdahulu, penulis mencari, membaca dan mandata
beberapa penelitian dengan bahasan pokok yang mempunyai kaitan dengan judul
ini. Walaupun tidak seberapa, setidaknya penulis telah menemukan dalam bentuk
skripsi, isinya hampir sama tetapi subtansinya berbeda.
Berikut adalah tinjauan umum atas penelitian karya tersebut:
Skripsi pertama yang ditulis oleh Siti Ernnysah binti Yahya Ansal, yang
berjudul “Efektivitas Pengelolaan Dana Zakat Pada Masyarakat di Malaysia”
Skripsi ini membahaskan tentang efektivitas pengelolaan dana zakat di Negeri
Perak. Walaupun berbeda pembahasan dan kawasan penelitian, namun bisa
dijadikan rujukan dalam menganalisis pengelolaan zakat di Malaysia secara
umum.
9
Skripsi kedua yang ditulis oleh Nurulita Fitria, yang berjudul “Tingkat
Kepuasan Muzakki Terhadap Pelayanan Jasa Lembaga Amil Zakat (Studi
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat Jakarta).” Skripsi ini
membahaskan bagaimana startegi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli
Ummat terhadap pelayanan jasa pada muzakki serta bagaimana meningkatkan
kepuasan muzakki terhadap pelayanan jasa Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-
Azhar Peduli Umat.
Di samping itu terdapat beberapa sumber referensi yang relevan untuk penulis
jadikan sebagai penelitian di skripsi ini, antaranya adalah:
Buku Pertama, “Fiqh Az-Zakat” karya Dr. Yusuf Qardhawi, seorang ulama
kontemporer yang sering membahaskan fiqh masa kini. Antara apa yang
dibahaskan di dalam kitab ini adalah tentang hukum zakat dan tatacara
pelaksanaan zakat masa kini. Juga turut membahaskan masalah baru yang dapat
mengungkapkan zakat sebagai suatu sarana bagi umat Islam dalam melaksanakan
kewajiban agama yang lebih baik.
Buku Kedua, “Zakat dan Peran Negara” karya oleh Forum Zakat (FOZ),
buku yang mengumpulkan artikel dan tulisan cendikiawan membahas tentang
zakat dari sudut pengelolaan zakat secara historis. Juga terangkum usulan yang
diharapkan agar dapat membentuk sebuah badan amil zakat yang lebih baik dan
sistematis.
Buku Ketiga, “Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia” tulisan Prof.
Ahmad Ibrahim, di dalam bukunya menyatakan tentang tata cara pengurusan dan
pelaksanaan undang-undang Islam di negeri-negeri seluruh Malaysia yang mana
10
didalamnya ada pembahasan tentang tata cara pengurusan dan pelaksanaan
undang-undang Islam di Selangor.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Pembahasan ini mengacu kepada metode penelitian, yaitu dengan
menggunakan penelitian kualitatif, di mana data yang terkumpul dan diolah
berdasarkan proses pengamatan dan lebih bersifat deskriptif (pemaparan).
Proses pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk menghasilkan
penelitian kualitatif menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu,
data yang penulis langsung dapatkan dari petugas atau sumber pertamanya di
mana data primer tersebut penulis dapatkan di kantor Lembaga Zakat Selangor
dan Perpustakaan Institut Kefahaman Islam Malaysia. Di samping data pimer,
terdapat data sekunder sebagai sumebr data kedua yang didapatkan dalam bentuk
dokumen-dokumen seperti di buku-buku dan majalah.10
Dari data yang terkumpul, baik data sekunder atau primer yang didapatkan
oleh peneliti, proses pengolahan data tersebut menggunakan analisis diskriptif, di
mana data yang terkumpul bersifat pengamatan dari awal hingga akhir yang
menampilkan fakta melalui teknik pengumpulan jenis data11, yaitu:
1. Metode Libary Research yaitu penelitian kepustakaan dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan suatu aspek
permasalahan, membaca, mempelajari dan mengambil pendapat para ahli
yang dituangkan dalam sumber-sumber tersebut. Data-data yang diambil dari 10 Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 122. 11 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 56.
11
referensi tersebut kemudian di analisa agar diperoleh kemudian dianalisa agar
diperoleh sebuah kesimpulan yang tepat.12
2. Metode Field Research yaitu penelitian lapangan dengan cara penulis
langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan
penelitian ini.13 Data lapangan penulis peroleh melalui teknik wawancara,
yakni pertemuan secara langsung dengan orang yang berkewajiban dalam
pengurusan pengelolaan zakat di Selangor yaitu Lembaga Zakat Selangor
dengan mengambil pandangan dan melihat situasi masyarakat umum.
Teknik penulisan skripsi ini adalah berpandukan pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007”, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika berikut:
BAB I Berupa bab yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan bertujuan untuk memberi sedikit gambaran tentang
permasalahan yang akan diteliti dan tatacara yang akan digunakan
penulis untuk melengkapkan skripsi ini.
12 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.5 13 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2003), h. 37.
12
BAB II Di dalam bab ini menguraikan tentang garis panduan agama dalam
pendistribusian zakat karena pengelolaan zakat itu bukanlah suatu
perkara yang baru. Bahkan sejak zaman Nabi SAW telah adanya cara-
cara pengelolaan dana zakat. Dijelaskan juga tentang pola penyaluran
dana zakat dan sejarah pengelolaan zakat.
BAB III Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang pengelolaan zakat
negeri-negeri di Malaysia secara umum dan kemudian gambaran
tentang pengelolaan zakat di Selangor secara khusus. Dinyatakan ayat-
ayat dalam Enakmen Pentadbiran Islam Selangor 2003 yang berkaitan
lembaga yang berwenang dalam pengelolaan zakat serta kewenangan
yang telah diperuntukkan keatas lembaga tersebut.
BAB IV Merupakan inti pembahasan yang akan menyentuh tentang sistem
pengelolaan zakat di Selangor. Penulis akan membahaskan tentang
pengertian manajemen secara umum karena institusi zakat dianggap
sebagai suatu manajemen. Kemudian diuraikan tentang pendistribusian
zakat yang dibuat oleh Lembaga Zakat Selangor kepada asnaf,
problematika pendistribusian zakat oleh Lembaga Zakat Selangor dan
analisis singkat pendistribusian dana zakat oleh Lembaga Zakat
Selangor.
BAB V Merupakan bab penutup yang terkandung di dalamnya kesimpulan
dari keseluruhan pembahasan dan disertakan saran yang diharapkan
dapat direalisasikan oleh Lembaga Zakat Selangor khususnya dan
kerajaan negeri Selangor umumnya.
13
BAB II
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT MENURUT FIKIH
A. Garis Panduan Agama Dalam Pendistribusian Zakat
Apabila Rasulullah SAW ditanya tentang Islam, baginda akan menjelaskan
bahwa Islam itu berasas kepada ucapan dua kalimah syahadah, mendirikan shalat,
berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan mengerjakan haji ke
Baitullah, Mekah. Bahkan perintah menunaikan zakat sering dibarengi dengan
perintah menunaikan shalat. Ini berlaku dalam delapan puluh dua (82) ayat dalam
surah yang berbeda akan tetapi memberi pengertian yang sama.1
Dalam surah al-Hajj ayat 41, Allah SWT berfirman:
ǎȱǟŇǾŃɅŁȸ njǙǐȷ ŁȵǎȮʼnȺłȽǠŃȴ Ňȥǐȱǟ ɄLjǖŃǿnjȏ LjǕLjȩLjǠłȵʼnȎȱǟ ǟɀLjɎLjǥ ŁȿłǩǓŃɀʼnȂȱǟ ǟLjǠȭLjǥ ŁȿLjǕŁȵłȀŃȿnjǣ ǟǐȱǠŁȶŃȞłȀŃȿŇȣ ŁȿŁȹŁȾŃɀŁȝ ǟnjȸ ǐȱǟłȶŃȺLjȮnjȀ ŁȿŇȱŇȼȲ LjǠȝŇȩŁǤNJǦ ǐȱǟNJǖłȵŃɀłǿ) . ǰƩǟ/ĥĥ :ďĤ (
Artinya: “Orang-orang yang bila Kami beri kekuasaan di atas bumi, mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh orang berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar. Kepada Allah segala urusan kembali.”
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa tatkala Nabi saw
mengutus Mu’adz bin Jabal untuk menjadi kadhi di Yaman, beliau bersabda:
LjȥLjǖŃȝŇȲŃȶłȾŃȴ LjǕƋȷ Ćǃǟ ǐȥǟŁǪŁȀŁȏ ŁȝLjȲŃɆnjȾŃȴ ŁȍŁǼLjȩDŽǦ ŇȥLjǕ ɂŃȵŁɀŇȱǟnjȾŃȴ łǩŃǘŁǹNJǾ ŇȵŃȸ LjǕǐȡnjȺLjǠɆŇǝnjȾŃȴ ŁȿłǩŁȀŊǻ ŁȝLjȲNJȥ ɂLjȪŁȀŇǝǟnjȾŃȴ ) Ȼǟȿǿ ɃǿǠǺǤȱǟ(
Artinya: “Sampaikanlah bahwa Allah Ta’ala telah mewajibkan zakat pada harta mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin diantara mereka.”2
1 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat (Jakarta: Terbitan bersama PT. Pustaka Litera AntarNusa
dan Mizan, cet. 4 1996), h. 39. 2 Shahih Bukhari (Riyadh: Daar el-Salam, 2000), h. 109, hadits No. 1395.
14
Allah SWT juga telah menentukan golongan yang wajib membayar zakat
serta tujuan penyalurannya sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-
Taubah ayat 103:
łǹǐǾ ŇȵŃȸ LjǕŃȵŁɀŇȱǟnjȾŃȴ ŁȍŁǼLjȩDŽǦ łǩLjȖōȾłȀłȽŃȴ ŁȿłǩŁȂƍȭnjȾŃȴ njǣLjǠȾ ŁȿŁȍƍȰ ŁȝLjȲŃɆnjȾŃȴ njǙƋȷ ŁȍLjȲŁǩɀŁȬ ŁȅLjȮŅȸ ƋȱłȾŃȴ Łȿćǃǟ ŁȅŇȶŃɆŅȜ ŁȝŇȲŃɆȴ .)ǦǣɀǪȱǟ /Ĭ :ĤģĦ (
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Untuk melaksanakan pengumpulan zakat, Rasulullah SAW melantik beberapa
orang yang bertugas melakukan pengelolaan zakat. Apabila zakat telah dikutip
dan dikumpulkan, Allah SWT telah memutuskan golongan yang berhak
menerimanya. Cara pengaturan seperti ini akan lebih memudahkan
pendistribusian zakat.3 Dalam surah al-Taubah ayat 60, Allah SWT berfirman:
njǙʼnȹLjǠȶ ʼnȎȱǟŁǼLjǠȩłǧ ŇȱǐȲNJȦLjȪŁȀĈǒǟ ŁȿǐȱǟŁȶLjǠȆŇȭŃɆnjȸ ŁȿǐȱǟLjǠȞŇȵŇȲŃɆŁȸ ŁȝLjȲŃɆLjǠȾ ŁȿǐȱǟłȶŁǘƋȱLjȦŇǦ NJȩNJȲŃɀłǣłȾŃȴ ŁȿŇȥōȀȱǟ ɂLjǠȩnjǡ ŁȿǐȱǟȢLjǠnjǿŇȵŃɆŁȸ ŁȿŇȥ ɂŁȅnjǤŃɆnjȰ Ĉǃǟ ŁȿŃǣǟnjȸ ʼnȆȱǟnjǤnjȰɆ LjȥnjȀŃɅŁȒDŽǦ ōȵŁȸ Ĉǃǟ Łȿćǃǟ ŁȝŇȲŃɆŅȴ ŁǵŇȮŃɆŅȴ) .ǦǣɀǪȱǟ /Ĭ :đģ (
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah lagi Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut telah menyatakan secara terperinci dan jelas pihak-pihak yang
berhak menerima zakat dan kepada merekalah pendistribusian bisa dilakukan.
3 Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam (Kuala
Lumpur: IKIM, 2001), h. 2.
15
Namun, para ulama masih memiliki tafsiran-tafsiran yang berbeda dalam
menentukan pelaksanaannya.
Perintah yang diturunkan oleh Allah SWT atas hambanya baik berupa
perintah atau larangan, di dalamnya terkandung rahasia dan tujuan syara’. Tujuan
utama syariah adalah untuk menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.
Syariat Islam diturunkan untuk menjamin kemaslahatan ini dan menolak
keburukan dari menimpa manusia.4
Allah SWT memberi derajat kemuliaan dan kedudukan kepada manusia.
Dalam konteks hukum, manusia dijadikan dalam mencapai kedudukan muqallid
(orang yang hanya mengikut) atau mujtahid (orang yang berijtihad). Sebagai
orang awam, bisa menjadi muqallid, dasarnya adalah menerima syariat
sebagaimana ia temui tanpa harus mengetahui maqasid (tujuan) secara terinci
karena bagi mengetahui maqasid adalah suatu keistimewaan dalam memahami
dan menguasai ilmu dan tidak tercapai melainkan dengan ilmu dan pemahaman
yang mendalam.5
Sedang mujtahid ia punya tanggungjawab mengeluarkan hukum-hukum
baru merujuk kepada nash-nash al-Quran, Sunnah, kaedah-kaedah dan asas-asas
syariah. Salah satu bentuk ijtihad adalah maslahah mursalah dalam istilah ushul
sebagai kemaslahatan yang tidak disyariatkan oleh syara’ untuk ditetapkan
demikian pula tidak ditunjukkan dalil untuk membatalkannya. Di antaranya yang 4Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, (IKIM), h. 3.
5Ibid., h. 3.
16
pernah dilakukan sahabat yaitu pendirian penjara, pencetakan mata uang, serta
pemungutan pajak atas tanah pertanian.6
Dalam syariat Islam, agama diuraikan sebagai ajaran yang mudah (yusrun)
dan membawa kehidupan yang baik (tayyibah) di dunia dan akhirat. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 286:
Ljɍ łɅLjȮƍȲłȤ ćǃǟ ŁȹǐȦDŽǠȆ njǙƋɍ łȿŃȅŁȞLjǠȾ Artinya: “Allah tidak membebankan ke atas seorang itu melainkan atas kemampuannya” Dalam hadits pula, Nabi SAW bersabda:
ōǼȱǟŃɅłȸ łɅŃȆŅȀ Artinya: “Sesungguhnya agama itu mudah”
Definisi di atas menerangkan bahwa tasyri’ hukum tidak dimaksudkan kecuali
memperoleh kemaslahatan masyarakat. Artinya ia diperuntukkan untuk
menghapuskan kemudharatan dalam masyarakat. Walaupun harus disadari bahwa
hukum tersebut tidak bersifat kaku dan dapat berubah sesuai dengan
kemaslahatan dan kemudharatan yang dapat ditimbulkannya pada suatu
masyarakat, dalam suatu kurun waktu dan zaman.7
Dengan itu, mengeluarkan zakat dan mendistribusikan zakat adalah tuntutan
agama dan pelaksanaannya bertujuan memelihara agama. Memelihara agama
adalah satu kewajiban yang disyaratkan. Pendistribusian zakat kepada golongan
6H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2008), h. 47. 7 Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Terj.), (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 98.
17
yang telah ditetapkan oleh syara’ membawa maslahah kepada Negara dan pihak-
pihak yang ditentukan sebagaimana dalam surah al-Taubah ayat 60. Keengganan
melaksanakan perintah zakat adalah satu pelanggaran hukum Allah seperti yang
telah ditetapkan dalam al-Quran dan Sunnah.8
B. Pendistribusian Zakat
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun
dalam program kerja. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahiq
sebagaimana tergambar dalam surah at-Taubah ayat 60 yaitu fakir, miskin, ‘amil,
muallaf, riqab (memerdekakan budak belian), gharim (orang yang berhutang), fi
sabilillah (di jalan Allah SWT), dan ibnu sabil.9
Mekanisme pelaksanaan kutipan zakat dilakukan oleh pemerintah yang
diambil dari golongan yang kaya dan diberikan kepada golongan asnaf yang
tersebut di atas.10 Namun, para ulama berbeda pendapat dalam perkara
pendistribusian zakat. As-Syafi’iyyah berpendapat bahwa zakat wajib diberikan
kepada semua golongan tersebut. Ia mengartikan Lam dalam ayat tersebut
8 H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara (Jakarta: Nuansa Madani, 2005), h. 4. 9 K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 132.
10 Wahbah al-Zuhaily, Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Dimasyq: Dar al-Fikr, cet. 10, 2008), vol. 2.
18
bertujuan tamlik atau pemilikan dan secara bersama mendapatkan hak atas zakat
dengan pengertian bahwa waw adalah bertujuan lil tasyri’.11
Maka jelas bahwa zakat adalah untuk golongan tersebut dan milik mereka
secara bersama. Adalah menjadi tugas imam atau wakilnya membagikan atau
mendistribusikannya antara golongan asnaf tersebut. Manakala bagian ‘amil
dibagikan sebagai balasan atas kerja yang mereka laksanakan. Jika
pendistribusian dilakukan oleh pemberi zakat atau wakilnya sendiri, maka
gugurlah bagian ‘amil tersebut. Menurut as-Syafi’iyyah, zakat itu dibagikan
kepada golongan yang ada saja. Tidak harus dibagikan kepada kurang dari tiga
pada setiap golongan tersebut. Zakat itu harus dibagi kepada tiga orang dari
kalangan fakir atau miskin.12
Mazhab Jumhur berpendapat harus membagikan zakat kepada satu
golongan saja. Al-Hanafiyyah dan al-Malikiyyah mengharuskan pembagian zakat
kepada seorang dari golongan tersebut dan sunnah jika diberikan kepada semua
golongan yang delapan. Mereka berpendapat bahwa lam pada ayat tersebut adalah
lam dengan maksud kepunyaan, seperti kalimat; “Rumah itu memiliki pintu.”13
Perbedaan pendapat antara ulama tidak memberi kesan terhadap
penafsiran asnaf zakat. Oleh itu asnaf zakat sebagai golongan yang berhak
menerima zakat hendaklah lebih diteliti. Penafsiran asnaf adalah sebagai berikut:
11 Abdul al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat (Terj) (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), h. 71. 12 Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h. 7-8. 13 Abdul Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ibid., h. 71.
19
1. Fakir
Yang dimaksud dengan orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta
ataupun usaha yang tidak memadai, sehingga sebagian besar kebutuhannya
tidak dapat terpenuhi. Walaupun memiliki rumah sebagai tempat tinggal,
pakaian yang pantas bagi dirinya, ia tetap dianggap fakir selama sebagian besar
kebutuhan hidup yang diperlukannya tidak terpenuhi.14
Dalam al-Fiqhul Muyassar dijelaskan bahwa orang-orang fakir adalah
orang yang tidak berharta dan orang yang tidak berpenghasilan atau punya
harta atau penghasilan tetapi tidak mencukupi, seperti orang yang
membutuhkan sepuluh tetapi hanya punya dua.15
2. Miskin
Miskin adalah golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi
kebutuhan hidup, namun tidak memenuhi standard atau orang yang lemah dan
tidak berdaya (cacat) karena telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat
peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak, tetapi tidak memperoleh
penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan
keluarganya.16
Para ulama berpendapat bahwa fakir dan miskin adalah dua kata yang
mempunyai arti sama yaitu orang yang serba kekurangan atau yang benar-
14 Lahmudin Nasution, Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1995), cet.1, h. 175. 15 Zaid Husen al-Hamida, Fiqhul Muyassar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1994), h. 191.
16 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre of Entrepreneurship Development, 2005), h. 12.
20
benar membutuhkan. Ada pula yang digabung mengatakan bahwa dua kata ini
memiliki arti yang berbeda karena kalau keduanya mempunyai arti yang sama,
niscaya Allah SWT tidak perlu menyebut dua kali dengan istilah yang berbeda.
Bahkan Syeikh Athiyah Salim menyatakan bahwa miskin lebih beruntung
daripada faqir, karena Allah SWT menyebut miskin sebagai pemilik perahu
(kapal) dalam kisah al-Khidr bersama Nabi Musa AS.17
3.‘Amil Zakat
Adalah orang yang ditugaskan oleh Imam atau juga kepala pemerintah untuk
mengumpulkan zakat dan mengurus pengelolaannya. Mereka hendaklah
diambil dari kalangan kaum Muslimin, bukan dari golongan orang yang tidak
dibenarkan menerima zakat. Syarat menjadi ‘amil, harus mengetahui masalah-
masalah zakat, sehingga harus mengerti bagaimana mengumpulkan dan
membagikannya, ia harus jujur, sebab tugas itu merupakan amanat, maka
orang yang fasiq, pemabuk maupun orang-orang yang suka menyeleweng,
tidak boleh menjadi ‘amil.18
Sebenarnya ‘amil memberi pengertian yang lebih luas dari apa yang
difahami oleh sebagian masyarakat hari ini. ‘Amil merangkumi pencatat,
pendistribusi zakat, penjaga harta zakat dan siapa saja yang terkait dalam
mekanisme zakat seperti juga juru kira dan penyalur zakat.19
17 Mohamad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat (Jakarta: Pustaka Nawaitu, 2006), h. 107.
18 Moh. Rifa’I, dkk, Kifayatul Akhyar, (Terj) (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), jilid 1, h. 401. 19 Muhammad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat, h. 110.
21
4. Muallaf
Muallaf adalah termasuk orang-orang yang diharapkan agar hatinya lembut
terhadap Islam, yakni orang yang baru masuk Islam dan belum tegar dalam
keislamannya atau orang yang berpengaruh dikalangan masyarakatnya serta
orang yang diharapkan mampu membawa kelompoknya kepada Islam atau
orang yang berpengaruh dan berbahaya bagi Islam.20
Pada zaat sekarang mungkin bagian muallaf ini dapat diberikan kepada
lembaga-lembaga dakwah yang mengkhususkan garapannya untuk
menyebarkan Islam di daerah-daerah terpencil dan di suku-suku terasing yang
belum mengenali Islam. Atau juga dapat dialokasikan pada lembaga-lembaga
dakwah yang bertugas melakukan balasan dan jawaban terhadap pemahaman-
pemahaman buruk tentang Islam yang dilontarkan oleh misi-misi agama
tertentu yang kini sudah menjadi merajalela. Atau juga mungkin dberikan
kepada lembaga-lembaga yang biasa melakukan training-training keislaman
bagi orang-orang yang baru masuk Islam.21
5. Riqab
Riqab adalah budak yang akan membebaskan dirinya. Untuk membebaskan
diri harus menebusnya dengan sejumlah uang dengan Tuannya. Karena itu, ia
perlu mendapat bantuan, maka ia berhak menerima zakat.22
20 Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, (Jakarta: BAZIS DKI,
1999), h. 60. 21 K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 135.
22 Moh. Rifa’I, dkk, Kifayatul Akhyar, jilid 1, h.143.
22
Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti
pada masa pra Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam
bentuk lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik
oleh penjajahan atau dominasi golongan lain.23
6. Gharim
Gharim adalah orang yang berhutang, sukar untuk membayarnya. Mereka
bermacam-macam. Antaranya, orang yang memikul hutang untuk
mendamaikan sengketa, atau orang yang menjamin hutang orang lain sehingga
harus membayarnya hingga menghabiskan hartanya. Atau juga orang yang
terpaksa berhutang karena memang membutuhkan untuk keperluan hidup atau
membebaskan dirinya dari maksiat. Mereka semua berhak mendapatkan zakat
yang cukup untuk melunasi hutangnya.24
Bagi gharim yang berhak menerima zakat harus memenuhi persyaratan,
yaitu, pertama dia tidak memiliki sesuatu yang dengannya bisa membayar
hutangnya, kedua hutangnya dalam rangka ibadah (amal shaleh), ketiga
hutangnya bertempoh, keempat hutangnya itu berkaitan dengan hak manusia
bukan hak Allah, kelima penghutang adalah muslim.25
7. Sabilillah
Sabilillah adalah yang menyampaikan kepada keridhaan Allah SWT, baik
berupa ilmu maupun amal. Sedangkan jmhur ulama berpendapat bahwa yang
23 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 14.
24 Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah 3, (Terj) (Bandung: a-Ma’arif, 1987), Cet. ke 1, h. 99. 25 Muhammad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat, h. 119.
23
dimaksud sabilillah adalah berperang. Bagian sabilillah itu diberikan kepada
tentera sukarelawan yang tidak mengharapkan gaji dari pemerintah, maka
orang inilah yang berhak menerima zakat baik dia kaya maupun miskin.
Besarnya jumlah zakat yang diberikan kepada mereka disesuaikan dengan
biaya perjalanan, pengadaan pelengkapan persenjataan dan alat-alat
pengangkutan yang dibutuhkannya. Jika setelah menerima zakat itu ternyata ia
tidak jadi melakukan jihad, maka harta yang diambilnya wajib dikembalikan.26
Termasuk fisabilillah adalah menafkahkan kepada guru-guru sekolah yang
mengajar ilmu syariat dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan oleh masyarakat
umum.27 Sebagian ulama memperluas lingkungan fisabilillah, yaitu
merangkumi semua pendekatan diri kepada Allah SWT. Justru, tiap orang
yang berusaha taat kepada Allah SWT dan menjalankan kebajikan dapat
dikategorikan fisabilillah.28
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah orang yang melaksanakan perjalanan dengan tujuan
kebaikan, tetapi ia kekurangan biaya untuk mencapai tujuan dari perjalanan itu.
Dengan zakat, diharapkan ia sampai ketujuan. Termasuk ke dalam pengertian
ini ialah orang yang meninggalkan negaranya mencari perlindungan di negeri
26 Lahmudin Nasution, Fiqh 1, h. 180. 27 Departemen Agama, Pedoman Zakat seri 9 (Jakarta: Proyek peningkatan Zakat dan Wakaf,
2002), h. 87. 28 Mohamad Uda Kasim, Zakat-Teori, Kutipan dan Agihan, (Kuala Lumpur: Utusan
Publication and Distributors, 2005), h. 167.
24
Islam lainnya. Kepada mereka diberikan zakat sebagai bekal hidup di negara
orang lain.29
Para ulama berbeda pendapat sekiranya perjalanan itu mubah (harus) atau
perjalanan yang tidak bersifat wajib. Imam as-Syafie berpandangan, seorang
yang melakukan perjalanan mubah diharuskan menerima zakat. Manakala
Imam Malik dan Imam Ahmad berpandangan bahwa orang yang berhak
menerima zakat hanyalah musafir yang berada di negeri orang. Jika dia berada
di negerinya sendiri, dia tidak boleh menerima zakat.30
C. Pola Penyaluran Zakat
Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para
sahabat kemudian diaplikasikan pada kondisi kita sekarang, kita dapati bahwa
penyaluran zakat dapat kita bedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan
pemberdayaan. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada
mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan)
mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin
lagi mandiri seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang
cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.31
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu dijadikan dasar pemikiran bahwa:
1. Allah SWT tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian masing-
masing delapan asnaf.
29 Lahmudin Nasution, Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1995), cet. 1, h. 185. 30 Mohamad Uda Kasim, Zakat-Teori, Kutipan dan Agihan,h. 169.
31 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 25.
25
2. Allah SWT tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya.
3. Allah SWT tidak menetapkan zakat harus dibagikan dengan segera setelah
masa pungutan zakat.32
Dana zakat yang terkumpul didistribusikan dalam empat bentuk, yakni:
1. Konsumtif Tradisional, yakni zakat yang langsung diberikan secara langsung
kepada mustahiq, seperti beras dan jagung.
2. Konsumtif Kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain, dengan
harapan dapat bermanfaat lebih baik, semisal beasiswa, peralatan sekolah, dan
pakaian anak-anak yatim.
3. Produktif Tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang
yang bisa berkembangbiak atau alat utama kerja, seperti kambing, sapi, alat
cukur dan mesin jahit.
4. Produktif Kreatif, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk modal kerja
sehingga penerimanya dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.33
Demikian pola penyaluran zakat dapat dibedakan dalam dua bentuk; yakni
bantuan sesaat dengan pola tradisional (konsumtif) dan pemberdayaan (produktif).
1. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung
kepada mustahik. Dengan pola ini, penyaluran dana kepada mustahik tidak
disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian
32 K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet 2, 1995), h. 41. 33 Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.
26
ekonomi (pemberdayaan). Penghimpunan dan pendayagunaan zakat
diperuntukkan mustahik secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.34
2. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola Produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada
dipinjamkan oleh ‘amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha bisnis. Pola
penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau
dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih
dikhususkan kepada mustahik/ golongan fakir-miskin) dari kondisi kategori
mustahiq menjadi kategori muzakki.35
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif bukan upaya untuk melanggar
hukum, akan tetapi lebih merupakan pengembangan praktik hukum Islam yang
dalam praktiknya sendiri dapat berubah seiring dengan perubahan kondisi dan
waktu, serta menimbang pada kemaslahatan umum. Pada dasarnya zakat itu
sendiri mengandung makna produktif, artinya zakat itu tidak hanya ditujukan
untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumtif fakir-miskin dan mustahiq
lainnya, tapi lebih dari itu ditujukan untuk memberdayakan kaum fakir-
miskin.36
34 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 34 35Ibid., h. 35. 36 H. M. Umar,Pendayagunaan Zakat, h. 49-50.
27
D. Sejarah Pengelolaan Zakat
Sejarah menyebutkan bahwa pada masa awal Rasulullah SAW tiba di
Madinah, muncul masalah sosial-ekonomi, yakni banyaknya warga Madinah yang
hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga keadaan ini cukup mengkhawatirkan.
Bagi orang yang hidup dalam kekurangan, hal yang dipertaruhkan adalah
keimanan atau akidahnya. Rasulullah SAW pun menganjurkan kepada umatnya
agar hidup dalam kecukupan, karena orang yang fakir itu nyaris menjadi kafir.37
Oleh karena itu, sejak empat belas abad yang lalu zakat disyariatkan oleh
Allah SWT kepada umat Islam, terutama bagi yang mampu. Tujuan utama zakat
adalah untuk mengentas kemiskinan mustahiq (orang-orang yang menerima
zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi muzakki
(orang-orang yang membayar zakat). Dan untuk itu, Allah SWT menyiapkan
wadah atau lembaga pengelolanya yang disebut ‘amil (orang atau badan /
lembaga yang mengurus zakat).38
Zakat mal (harta benda) telah difardhukan Allah sejak permulaan Islam,
sebelum Nabi SAW berhijrah ke Madinah. Hanya saja pada mulanya zakat
difardhukan tanpa menentukan kadarnya dan tanpa pula diterangkan dengan jelas
harta-harta yang diberikan zakatnya. Lalu pada tahun kedua dari hijriah (623 M),
37 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.215. 38Ibid., h. 216.
28
barulah syara’ menentukan harta-harta yang dizakatkan serta kadarnya masing-
masing.39
Adapun prosedur pengumpulan dan pendistribusiannya Nabi SAW mengutus
petugas di luar wilayah kota Madinah untuk mengumpulkan dan mengelola zakat.
Di antaranya adalah Mu’adz bin Jabal yang diutus ke penduduk Yaman. Para
petugas yang ditunjuk oleh Nabi SAW terserbut dibekali dengan pedoman,
petunjuk teknis pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman
sanksi agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat dapat berjalan efektif dan
efesien.40
Urgensi lembaga pengelolaan zakat adalah berdasarkan firman Allah SWT
surah at-Taubah ayat 60 dan ayat 103. Dalam surat at-Taubah ayat 60 menyatakan
bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah
orang-orang yang bertugas mengurus zakat (‘amilina ‘alaiha). Sedangkan dalam
at-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-
orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan
kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang mengambil dan yang
menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil).
‘Amilin atau ‘amilun adalah kata jamak dari mufrad (kata tunggal) ‘amil.
Imam asy-Syafi’i menyatakan bahwa ‘amilun adalah orang-orang yang diangkat
39H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat oleh Negara (Jakarta: Nuansa Madani,
2005), h. 3-4. 40Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre of Entrepreneurship Development, 2005), h. 28-29.
29
untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya, yaitu para sa’i (orang-orang
yang datang ke daerah-daerah untuk memungut zakat) dan petunjuk-petunjuk
jalan yang menolong mereka, karena mereka tidak bisa memungut zakat tanpa
pertolongan petunjuk jalan itu. Menurut Sayyid Sabiq, yang mengangkat adalah
imam (kepala negara) atau pembantunya. Termasuk ‘amilun adalah para penjaga
harta, benda zakat, pengembala binatang-binatang zakat dan para panitra
administrasi zakat. Sedangkan menurut al-Qardhawi: “’Amilun adalah semua
orang yang berkerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan
pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan dan
seterusnya.”41
Ayat 60 surah at-Taubah ini tidak merinci cara-cara dan perimbangan
pembagian antara orang yang terdapat dalam satu golongan, dan antara golongan
yang satu dengan golongan yang lain. Ayat tersebut hanya menetapkan kategori-
kategori yang berhak menerima zakat hanya ada delapan golongan. Nabi SAW
sendiri pun tidak pernah menerangkan cara pembagian itu, bahkan beliau
memberi mustahiq sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dan disesuaikan
pula dengan jumlah persiapan harta benda zakat yang ada. Hal demikian berarti
membukakan keluasan pintu ijtihad bagi Kepala Negara dan Badan Amil Zakat,
untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai kebutuhan, situasi dan
41 K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, h. 19.
30
kondisi hasil pungutan yang ada, dalam batas-batas ketentuan ayat 60 surah at-
Taubah.42
Bukti bahwa pengelolaan zakat itu dilaksanakan oleh negara, baik pada
masa Rasulullah SAW dan juga pada masa pemerintahan khalifah-khalifah
sesudahnya (khulafa al-rasyidin), adanya petugas-petugas pemungut zakat secara
resmi, seperti yang dijelaskan dalam beberapa hadits dan periwayatan yang
menjelaskan akan hal itu. Misalnya hadits Nabi SAW melalui Abu Huraiah, yang
terdapat dalam shahih Bukhari dan Muslim, yang menyatakan bahwa Rasulullah
SAW telah mengutus seorang laki-laki dari Azad yang bernama Umar Ibnu
Lutabiyah sebagai petugas pemungut zakat. Dalam hadits yang lain juga
disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus beberapa petugas untuk
mengumpul zakat, seperti Ibnu Sa’di, Abu Mas’ud, Abu Jahm bin Hudzaifah,
Qais bin Sa’ad, Amir dan Wahid bin Uqbah.43
Ibnu Hajar dan Imam Rafi’ sepakat menyatakan bahwa zakat baik pada
masa Nabi SAW, maupun masa-masa setelah Nabi, seperti masa khulafa al-
rasyidin dan juga pemerintahan-pemerintahan dinasti Islam (Bani Umayyah dan
Bani Abbas) pada masa pertengahan adalah dikelola oleh negara. Pendapat ini
setidaknya dikuatkan oleh sebuah dokumen berupa surat Imam zuhri kepada
Umar bin Abdul Aziz (salah satu khalifah dari Bani Umayyah), yang berisi
penempatan sunnah dalam urusan zakat, sebagian untuk orang yang sudah pikun
42K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan
Nasional, h. 46. 43 H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, h. 7.
31
dan orang yang lumpuh. Juga untuk orang miskin yang berpenyakit yang tidak
mampu bekerja.44
Dalam surat itu Imam Zuhri juga menyarankan kepada Sang Khalifah agar
mengutamakan pendistribusian zakat itu untuk orang miskin yang mempunyai
utang, bukan untuk maksiat, tidak disangsikan agamanya atau uangnya. Ia juga
mengusulkan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz agar musafir yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan juga tidak mempunyai keluarga yang bisa
disinggahinya diberi zakat sampai ia mendapatkan tempat tinggal atau telah
selesai keperluannya.45
Dengan ini, terbukti bawah pengelolaan zakat telah dilaksanakan sejak
zaman Nabi Muhammad SAW dan diteruskan pengelolaan oleh para sahabat dan
pemimpin-pemimpin Islam sesudah mereka. Kandungan ayat 60 surah at-Taubah
juga menjelaskan keberadaan ‘amil zakat (‘amilina ‘alaiha), yaitu bahwa zakat
itu ada yang menguruskannya. Harta zakat hendaklah diserahkan atau
disampaikan kepada pengelola (muzakki) untuk diberikan kepada asnaf
(mustahiq).
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, menyatakan
pengelolaan zakat oleh lembaga zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum
formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk
menjamin kepastian dan displin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan
44H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, h. 9. 45Ibid., h. 10.
32
rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima
zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta
sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang
ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam
semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami.46
46 K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perokonomian Modern, h. 126.
33
BAB III
PENGELOLAAN ZAKAT DI MALAYSIA
Malaysia sebagai sebuah negara berdaulat yang meletakkan Islam sebagai
agama resminya telah membuka ruang untuk pelaksanaan hukum syara’. Dimulai
dengan merancang undang-undang perkawinan menurut hukum syara’, dan
seterusnya berusaha merancang undang-undang yang berkaitan dengan uang dan
harta menurut hukum syara’. Namun, pelaksanaannya bukanlah merupakan suatu
hal yang mudah untuk dilaksanakan. Dengan terbentuknya undang-undang
mengenai zakat, harus ada pihak yang mengurus dan melaksanakan undang-
undang tersebut. Pengurusan dan pengelolaan yang sistematik akan memberi hasil
yang baik kepada negara dan juga masyarakat didalamnya. Malaysia yang
mempunyai empat belas buah negeri harus bijak dalam mengatur kewenangan
yang diberikan kepada badan-badan yang berhak mengurus perkara zakat supaya
tidak terjadi masalah ketidakadilan dalam pengurusan zakat.
A. Pengelolaan Zakat Di Malaysia
Pengelolaan zakat di zaman ini diterapkan berdasarkan pelaksanaan
pengelolaan zakat yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW, sahabat dan
pemerintahan khilafah Islamdimasa lalu. Oleh karena situasi dan kondisi yang
34
berbeda, pengelolaan zakat pada zaman ini sedikit berbeda dengan pengelolaan
zakat dimasa lampau.1
Pelaksanaan Islam di dalam suatu masyarakat dan negara memerlukan
pengawasan dari pemerintah. Dalam hal ini, di Malaysia dibentuknya
Perlembagaan Persekutuan (konstitusi Malaysia) sebagai undang-undang dasar.
Didalamnya telah menetapkan bahwa perkara yang berkaitan dengan Islam adalah
di bawah kekuasaan kerajaan negeri.2
Perkara-perkara yang berkaitan dengan Pengurusan Agama Islam, didalamnya
termasuk perkara zakat dikelola oleh kerajaan negeri yang dipimpin oleh raja di
setiap negeri, yang sekaligus berperan sebagai Ketua Agama Islam yang
mempunyai kekuasaan secara langsung dalam semua perkara berkaitan dengan
agama Islam.3
Berdasarkan fakta di atas, pengurusan zakat ada di bawah bidang kuasa dan
tanggung jawab tiap negeri-negeri. Dengan itu, setiap negeri mempunyai Majlis
Agama Islam Negeri (MAIN). Pelaksanaan pengurusan dan tata cara kerja MAIN
di setiap negeri dilaksanakan berdasarkan Enakmen Pentadbiran Agama Islam
setiap negeri. Selain itu, MAIN ada dibawah tanggung jawab Duli Yang Maha
Mulia (DYMM) Sultan sebagai Ketua Agama Islam setiap negeri. 4
1 Survei Penulis Tahun 2011. 2 Abdul Aziz Bari, Islam Dalam Perlembagaan Malaysia (Selangor: Intel Multimedia and Publication, 2005), h.51. 3 Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia (Selangor: Dawama, cet 1, 2007), h. 215. 4 Survei Penulis Tahun 2011.
35
Seiring perkembangan zaman saat ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam
pengelolaan zakat. Mayoritas negeri telah mewujudkan institusi khas untuk
mengelola perkara zakat. Dan institusi ini terpisah dari pengurusan MAIN.
Pembentukan institusi ini sebagai satu usaha untuk meningkatkan mutu dalam
pengelolaan zakat. Melalui struktur organisasi ini, institusi zakat mampu
membuat keputusan dengan lebih cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan
situasi.5
Diawali dengan terbentuknya Pusat Pungutan Zakat (PPZ) di Wilayah
Persekutuan pada tahun 1991, seterusnya diikuti oleh beberapa negeri lainnya
seperti Lembaga Zakat Selangor (MAIS) yang dulunya dengan nama Pusat Zakat
Selangor (PZS), Pusat Urus Zakat (PUZ) di Pulau Pinang, Pusat Kutipan Zakat
(PKZ) di Pahang, Pusat Zakat Negeri Sembilan (PZNS) dan Pusat Zakat Melaka
(PZM).6
Majlis Agama Islam Negeri-negeri tersebut telah mewujudkan institusi yang
terpisah dari pengurusannya. Namun hingga kini, hanya Lembaga Zakat Selangor
(LZS) dan Pusat Urus Zakat Pulau Pinang (PUZ) saja yang diberi kuasa oleh
MAIN untuk mengurus pengumpulan dan pendistribusian zakat di negeri masing-
masing. Bagi institusi yang lain masih dalam proses privatisasi sepenuhnya.
5Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat, h. 207-208. 6Mashitoh,Kertas Kerja 2. Diakses pada tanggal 17 Februari 2011 dari “http://zakat.com.my/store/KERTAS_KERJA_2_- DR._SITI_MASHITOH.pdf
36
1. Penetapan Undang-undang Zakat di Setiap Negeri
Pendirian majelis agama di setiap negeri didasari oleh pembubaran enakmen
yang mengawal perjalanan pengurusan Undang-undang Islam termasuk yang
berkaitan dengan pengurusan zakat. Umumnya, terdapat tiga ciri utama Undang-
Undang zakat di setiap negeri. Di sebagian negeri masih menggunakan Undang-
Undang yang berkaitan dengan zakat dalam Enakmen Pentadbiran (pengurusan)
Undang-undang Islam Negeri. Akan tetapi, situasi ini menyebabkan undang-
undang berkaitan dengan zakat menjadi terbatas.7
Di samping penetapan dalam enakmen, negeri Perak, Perlis dan Wilayah
Persekutuan, mempunyai peraturan pengurusan zakat yang terpisah dari perkara
yang berkaitan dengan zakat. Peraturan-peraturan ini secara umum yang
menjelaskan secara langsung tentang harta yang diwajibkan zakat, jumlah yang
harus dibayarkan, kuasa dan tanggung jawab petugas zakat, asnaf zakat, kaidah
azas pengumpulan dan pengagihan zakat.8
Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwasanya setiap negeri memiliki
peraturan zakat untuk setiap negeri yang dibuat berdasarkan perintah yang
dibentuk oleh Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri atau Enakmen Zakat
Negeri. Enakmen tersebut dibentuk oleh pejabat kuasa zakat dan fitrah, serta
dilaksanakan setelah disetujui oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan setiap negeri.
Format yang digunakan dalam penyusunan peraturan setiap negeri adalah sama,
7 Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia(Dawama), h. 216. 8Ibid., h. 216.
37
hal ini dikarenakan setiap negeri merujuk atau mencontohi peraturan negeri lain
sebelum membentuk peraturan khusus bagi negeri itu. Judul-judul utama yang
digunakan dalam peraturan adalah sebagai berikut:
1. Judul.
2. Sejarah peraturan yang telah disahkan.
3. Penafsiran kalimat-kalimat dalam undang-undang.
4. Pelantikan pejabat kuasa zakat dan bidang kuasa mereka.
5. Tugas pegawai zakat/pejabat kuasa zakat.
6. Jenis-jenis zakat dan nilai bayarannya.
7. Cara pengumpulan dan pembayaran zakat.
8. Pelantikan amil dan pembagian tugasnya.
9. Golongan yang berhak menerima zakat.
10. Pengecualian untuk tidak membayar zakat
11. Hukuman bagi yang melanggar peraturan zakat.9
2. Asnaf Zakat di Malaysia
Pengelolaan zakat sebagai tujuan untuk melaksanakan hukum syara’ juga
melaksanakan keadilan rasa kemanusiaan. Pendistribusian zakat kepada asnaf
dengan harapan agar kenikmatan itu dapat dirasai oleh asnaf. Dengan tujuan
melaksanakan hukum syara’, maka pendistribusian zakat kepada asnaf di
9 Mohd Ali Hj. Baharum, Zakat Ditinjau Dari Perspektif Sosial, Undang-undang dan Taksiran, (Kuala Lumpur: Dewan Pustaka Islam, cet 1, 1989), h. 31.
38
Malaysia berdasarkan surah at-Taubah ayat 60. Namun penafsiran asnaf itu
sedikit berbeda karena melihat kondisi zaman ini.
a. Asnaf Fakir dan Miskin : Keperluan utama zaman ini adalah makanan,
pakaian, tempat tinggal dan keperluan lain seperti rawatan kesehatan,
pendidikan dan biaya transportasi. Bagi asnaf ini, kebutuhan dipenuhi
lebih dari setengah tetapi tidak sampai ke had al-kifayahnya (kebutuhan
minimalnya). Had al-kifayahnya berbeda definisi antara kerajaan dan
institusi zakat dengan Baitulmal-baitulmal.
b. Asnaf Amil : Tujuan peruntukan asnaf amil ini adalah supaya pengurusan
zakat dapat diurus dan dilaksanakan sepanjang tahun oleh amil zakat
dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat kepada asnaf yang lain. Ini
termasuk upah amil dan biaya pengurusan yang melibatkan urusan
pengumpulan dan pendistribusian.
c. Asnaf Mualaf : Pemberian kepada asnaf mualaf ini bertujuan untuk
membantu melindungi mereka supaya tetap berada didalam agama Islam
sewaktu menghadapi tekanan dari keluarga dan sebagainya. Selain itu
juga, bertujuan untuk mengukuhkan pengetahuan dan perilaku mereka
sebagai muslim.
d. Asnaf al-Riqab (Hamba): Zaman ini sudah tidak ada istilah penghambaan,
maka uang zakat untuk asnaf ini dapat diartikan sebagai pembebasan dari
39
penghambaan bentuk modern seperti pelacuran, kejahilan dan pembebasan
dari tuannya yang bukan Islam yang berlaku zalim ke atasnya.
e. Asnaf al-Gharim (Orang Yang Berhutang): Bertujuan untuk membantu
membebaskan pemohon yang meminta bantuan untuk menyelesaikan
hutang kebutuhan asasinya seperti seorang petani yang berhutang untuk
barang makanan dari sebuah kedai.
f. Asnaf Fisabilillah (Di Jalan Allah): Pengertian asalnya adalah berkonsep
kepada jihad dan menegakkan agama Islam serta memperluas ajaran
Islam. Dengan itu, Majelis Agama Islam negeri telah menafsirkan asnaf
ini secara umum yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan agama.
g. Asnaf Ibnu Sabil (Musafir Yang Terkandas Dalam Perjalanan): Bertujuan
untuk membantu asnaf ini pulang ke negeri/tempat asalnya.10
B. Aturan Zakat Selangor (Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor 2003)
Sebelum dibahas lebih lanjut bagaimana pelaksanaan pengurusan zakat di
Selangor, harus dilihat beberapa ayat dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam
Negeri Selangor yang berkaitan lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan
pengurusan agama Islam di Selangor juga beberapa ayat yang berkaitan dengan
kuasa yang diberi kepada lembaga tersebut. Harus diketahui sebelumya bahwa di
Selangor adanya Enakmen Pentadbiran Islam Negeri Selangor 2003 setelah
diamandeman Enakmen Pentadbiran Islam Negeri Selangor 1952.
10 Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h. 45-47.
40
Di sini akan dinyatakan beberapa ayat dalam enakmen yang berkaitan dengan
peraturan zakat baik dari bidang kekuasaan maupun tata cara pengelolaannya.11
BAHAGIAN II
MAJLIS AGAMA ISLAM SELANGOR
Seksyen 4, Penubuhan Majlis
(1) Maka hendaklah ada suatu badan bernama “ Majlis Agama Islam Selangor”
untuk membantu dan menasihati Duli Yang Maha Mulia Sultan dalam
perkara-perkara yang berhubungan dengan agama Islam.
(2) Apabila seksyen ini mula berkuat kuasa, Majlis Agama Islam Selangor yang
wujud sebelum permulaan kuat kuasa itu menurut kuasa Enakmen terdahulu
hendaklah disifatkan sebagai Majlis yang disebut dalam subseksyen (1).
(3) Tiap-tiap hak, kuasa, kewajipan dan tanggungan yang sebelum Bahagian ini
mula berkuat kuasa adalah terletak hak atau dipertanggungkan pada Majlis
terdahulu hendaklah, apabila Enakmen ini mula berkuat kuasa terletak hak
dan dipertanggungkan pada Majlis, setakat yang hak, kuasa, kewajipan dan
tanggungan itu tidak bertentangan dengan peruntukan-peruntukan Enakmen
ini.
(4) Tiap-tiap jenis harta, alih dan tidak alih, yang sebelum Enakmen ini mula
berkuat kuasa, adalah terletak hak pada Majlis terdahulu hendaklah, apabila
11 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009.
41
Bahagian ini mula berkuat kuasa, terletak hak pada Majlis tanpa dipindahkan,
diserahhakkan atau dipindahmilikkan.12
Seksyen 7, Kewajipan Majlis tentang kemajuan ekonomi dan sosial orang Islam
(1) Maka hendaklah menjadi kewajipan Majlis untuk menggalakkan, mendorong,
membantu dan mengusahakan kemajuan dan kesejahteraan ekonomi dan
sosial masyarakat Islam di dalam Negeri Selangor selaras dengan Hukum
Syarak.
(2) Majlis hendaklah mempunyai kuasa, bagi maksud menunaikan kewajipannya
di bawah subseksyen (1) –
(a) Untuk menjalankan segala aktiviti, yang tidak melibatkan apa-apa unsur
yang tidak dibenarkan oleh agama Islam, khususnya memajukan
perusahaan komersial dan perindustrian, yang penjalanannya ternyata
kepada Majlis adalah perlu, berfaedah atau menyenangkan bagi atau
berkaitan dengan penunaian kewajipan yang sedemikian, termasuklah
membuat, memasang, memproses, membungkus, menggred dan
memasarkan keluaran-keluaran;
(b) Untuk menggalakkan panjalanan apa-apa kegiatan sedemikian oleh badan-
badan atau orang lain, dan bagi maksud itu untuk menubuhkan atau
memperkembang, atau menggalakkan penubuhan atau perkembangan
badan-badan lain untuk menjalankan apa-apa kegiatan sedemikian sama
12 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 82.
42
ada di bawah Majlis atau secara bebas, dan untuk memberikan bantuan
kepada badan-badan atau orang lain yang ternyata kepada Majlis
mempunyai kemudahan untuk menjalankan apa-apa kegiatan yang
sedemikian, termasuklah pemberian bantuan kewangan dengan cara
pinjaman atau selainnya;13
(c) Untuk menjalankan apa-apa kegiatan sedemikian bersama badan-badan
atau orang-orang lain, termasuklah jabatan-jabatan atau pihak-pihak
berkuasa Kerajaan Persekutuan atau mana-mana Negeri, atau sebagian
ejen pengurus atau selainnya bagi pihak Kerajaan Negeri;
(d) Untuk melabur dalam apa-apa pelaburan yang dibenarkan sebagaimana
yang ditakrifkan oleh Akta Pemegang Amanah 1949, dan melupuskan
pelaburan itu atas apa-apa terma dan syarat yang ditentukan oleh Majlis;
(e) Untuk menubuhkan apa-apa skim bagi pemberian pinjaman daripada
Baitulmal kepada individu beragama Islam bagi pendidikan tinggi;
(f) Untuk menubuhkan dan menyenggarakan sekolah-sekolah Islam dan
institusi-institusi latihan dan penyelidikan Islam;
(g) Untuk menubuhkan, mengurus dan mengawal rumah-rumah kebajikan
untuk anak yatim; dan
(h) Untuk melakukan segala perbuatan yang difikirkan oleh Majlis
dikehendaki atau suaimanfaat.
13 Enakman Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 84.
43
Seksyen 9, Kuasa untuk menubuhkan syarikat
(1) Majlis boleh, dengan kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan, menubuhkan
syarikat di bawah Akta Syarikat 1965 untuk menjalankan apa-apa aktiviti
Majlis dalam melaksanakan kewajipan-kewajipan atau kuasa-kuasanya di
bawah seksyen 7.14
(2) Tiap-tiap syarikat yang ditubuhkan atau berupa sebagai ditubuhkan oleh
Majlis di bawah Akta Syarikat 1965 sebelum seksyen ini mula berkuat kuasa
hendaklah disifatkan telah ditubuhkan dengan sah dan hendaklah wujud
seolah-olah ia telah ditubuhkan oleh Majlis di bawah subseksyen (1).
(3) Apa-apa pembiayaan atau bantuan kewangan yang diberikan oleh Majlis
kepada sesuatu syarikat yang disebut dalam subseksyen (2) hendaklah
disifatkan telah diberikan dengan sah di bawah subseksyen 7(2).15
Seksyen 40, Majlis boleh menerima pakai peraturan-peraturan, dsb
Dalam membuat apa-apa peraturan di bawah Bahagian ini, Majlis boleh,
dengan kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan, menerima pakai dengan
membuat apa-apa ubahsuaian yang difikirkannya patut mana-mana pertauran,
dasar, pekeliling dan arahan yang diperbuat atau dikeluarkan oleh Kerajaan
Persekutuan atau Kerajaan Negeri.16
14 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 86. 15 Ibid., h. 86. 16 Ibid.,h. 100.
44
Seksyen 43, Majlis boleh menentukan tatacaranya sendiri
Tertakluk kepada peruntukan lain Enakmen ini, Majlis boleh menentukan
semua persoalan berhubungan dengan tatacara dan amalannya sendiri.17
BAHAGIAN VI
KEWANGAN
BAITULMAL DAN TATACARA KEWANGAN MAJLIS
Seksyen 81, Penubuhan Baitulmal
(1) Suatu kumpulan wang bernama Baitulmal adalah dengan ini ditubuhkan.
(2) Baitulmal handaklah terdiri daripada semua wang dan harta, alih atau tak alih,
yang menurut Hukum Syarak atau di bawah Enakmen ini atau peraturan-
peraturan atau kaedah-kaedah yang dibuat di bawahnya, terakru, atau
disumbangkan oleh mana-mana orang, kepada Baitulmal.
(3) Semua wang dan harta dalam Baitulmal hendaklah terletak hak pada Majlis
yang hendaklah mentadbirkan semua wang dan harta itu mengikut peraturan-
peraturan yang dibuat di bawah Enakmen ini.
(4) Walau apapun peraturan yang disebut dalam subseksyen (3), mana-mana
pelaburan, asset atau kumpulan wang yang terletak hak pada Majlis boleh
dijual, dihasilkan dan dilupuskan, dan hasil-hasil daripadanya boleh
dilaburkan dari semasa ke semasa dalam mana-mana undang-undang bertulis
yang sedang berkuat kuasa bagi pelaburan wang amanah dan Hukum Syarak.
17 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services 2009, h. 101.
45
(5) Tertakluk kepada peruntukan-peruntukan Enakmen ini, Majlis, dengan
kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan boleh membuat peraturan-peraturan
tentang pemungutan, pentadbiran dan pembagian semua harta Baitulmal.18
Seksyen 86, Kuasa Majlis memungut zakat dan fitrah
Majlis hendaklah berkuasa memungut zakat dan fitrah daripada setiap orang
Islam yang kena dibayar di dalam Negeri Selangor mengikut Hukum Syarak bagi
pihak Duli Yang Maha Mulia Sultan.19
Seksyen 87, Kuasa membuat peraturan-peraturan
(1) Majlis dengan persetujuan Duli Yang Maha Mulia Sultan boleh membuat
peraturan-peraturan untuk mengawalselia semua perkara yang berhubungan
dengan pungutan, pentadbiran dan pembagian zakat dan fitrah.
(2) Tanpa menjejaskan kuasa keseluruhan sebelum ini, Majlis boleh membuat
peraturan-peraturan untuk –
(a) Menentukan dari semasa ke semasa nilai kadar zakat dan fitrah yang kena
dibayar oleh setiap orang Islam di dalam Negeri Selangor;
(b) Mewujudkan tatacara pemungutan zakat dan fitrah;
(c) Melantik amil-amil bagi menjalankan pemungutan zakat dan fitrah; dan
(d) Mewujudkan kesalahan dan memperuntukkan hukuman bagi perkara-
perkara yang berkaitan dengan pemungutan atau penyerahan hasil
pungutan zakat dan fitrah. 18 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Servives, 2009, h. 123. 19 Ibid., h. 125.
46
Demikianlah beberapa ayat yang berkaitan dengan pengelolaan peraturan zakat
baik dari bidang kekuasaan maupun tata cara pengelolaannya. Di sub bab
seterusnya akan dipaparkan dan dijelaskan bagaimana pelaksanaan peraturan-
peraturan di atas diberlakukan.
C. Sejarah Pengelolaan Zakat di Selangor
Di Selangor, pada awal kemerdekaan penggunaan Enakmen Pentadbiran
Undang-undang Islam 1952 yang mana menempatkan kedudukan Duli Yang
Maha Mulia Sultan Selangor ditempat teratas dalam pengendalian perkara yang
berkaitan dengan agama Islam.20 Selaku Ketua Agama sebagaimana yang tertulis
dalam Perlembagaan Persekutuan, Duli Yang Maha Mulia (DYMM) berperan
dalam mengawasi tugas yang berkaitan dengan agama dan mendirikan satu Majlis
Agama Islam (Council ofReligion) untuk membantu dan menasihati Duli Yang
Maha Mulia dalam semua perkara yang berhubungan dengan agama dalam
negerinya. 21
Di bawah kedudukan Duli Yang Maha Mulia inilah, berdirinya Majlis Agama
Islam Selangor (MAIS). Yang dikenal juga sebagai suatu badan yang tetap
dinamakan Majlis agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Selangor. Pendirian
Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) di bawah seksyen 5, Enakmen Pentadbiran
Undang-undang Islam 1952 (Enakmen No. 3 Tahun 1952) sebagai berikut:
20 Dalam konteks pentadbiran Islam di negeri Selangor, DYMM Sultan Selangor adalah
Ketua Agama Islam Selangor selaras dengan Bab 1 Perkara XL VIII Bahagian Kedua Undang-undang Tubuh Kerajaan Selangor 1959.
21 Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor (MAIS: Bahagian Baitulmal, cet. 1, 2005), h.3.
47
“ Hendaklah diadakan satu Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Selangor dan disebut dalam bahasa Inggeris ‘Council of Religion dan Malay Customs Selangor’.” Pendirian Majlis Agama ketika itu adalah bertujuan bagi menasihati DYMM
Sultan dalam perkara yang berkait dengan Agama Islam dan Adat Melayu
sebagaimana diperuntukan dalam seksyen 37, Enakmen Pentadbiran Undang-
undang Islam 1952 (Enakmen No.3 Tahun 1952) yang menyatakan sebagai
berikut:
“Majlis bagi pihaknya dengan kuasa dikurniakan oleh DYMM Sultan bagi sifatnya menjadi Ketua Agama Negeri ini. Hendaklah menolong dan menasihatkan kepada DYMM Sultan di atas segala perkara yang berkaitan dengan Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu, dan hendaklah di dalam segala perkara-perkara itu menjadi kuasa yang tertinggi sekali di dalam negeri ini melainkan yang ada berlawanan dengan perkara-perkara yang tersebut di dalam Undang-undang ini”. Namun nama dan identitas ini kemudian berubah kepada suatu pendirian
organisasi yang diberi nama Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) berdasarkan
kepada seksyen 5 (1), Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor)2003
sebagaimana berikut:
“Majlis hendaklah menjadi suatu pendirian organisasi yang kekal turun temurun dan mempunyai suatu perjanjian organisasi, dan perjanjian itu bisa dari masa ke masa dipecahkan, ditukar dan diubah dibuat baru sebagaimana yang difikirkan patut oleh Majlis, dan, sehingga suatu perjanjian diadakan di bawah seksyen ini, perjanjian Majlis terdahulu bisa digunakan sebagai perjanjian organisasi bagi Majlis”.22
Dengan perubahan identitas Majlis Agama, fungsi Majlis Agama Islam
Selangor (MAIS) yang dinyatakan seperti di atas telah dihapuskan dan diganti
22 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009.
48
dengan seksyen 6, Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor) 2003
sebagaimana berikut:
“Majlis hendaklah membantu dan menasihati DYMM berkenaan dengan semua perkara yang berhubungan dengan Agama Islam di dalam Negeri Selangor, kecuali perkara-perkara Hukum Syara’ dan berhubungan dengan pentadbiran keadilan, dan dalam semua perkara sedemikian hendaklah menjadi pihak berkuasa utama di dalam Negeri Selangor selepas Duli Yang Maha Mulia Sultan, kecuali jika diperuntukkan selainnya dalam Enakmen ini”.23 1. Pendirian Lembaga Zakat Selangor
Negeri Selangor adalah satu diantara banyak negeri di Malaysia yang telah
mendirikan sebuah institusi khusus bagi pengelolaan perkara zakat. Dengan kuasa
yang telah diberikan seperti yang dinyatakan dalam Enakmen Pentadbiran Agama
Islam Selangor, Selangor telah berhasil meningkatkan kualitas pengelolaan zakat
di bawah pengurusan Lembaga Zakat Selangor (LZS).24
Setiap negeri bagian (provinsi) di Malaysia telah mempunyai organisasi zakat
yang berbentuk Pusat Zakat atau Baitul Mal di bawah kekuasaan Majlis Agama
Islam Negeri (MAIN) dengan tujuan dasar dan fungsi masing-masing. Setiap
Majlis Agama Islam bertanggung jawab menetapkan sistem, peraturan dan jenis
zakat yang dikeluarkan dan aturan-aturan khusus bagi Baitul Mal. Tujuan utama
yang mendorong pihak Majelis Agama Islam Negeri mendirikan Pusat
Pengurusan Zakat adalah:
a. Menegakkan salah satu rukun Islam yaitu kewajiban berzakat.
23 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book
Services, 2009. 24 Survei Penulis Tahun 2011.
49
b. Meningkatkan pengumpulan zakat sehingga semua yang wajib zakat
dalam negeri dapat menunaikannya.
c. Menyalurkan kutipan zakat kepada delapan asnaf sesuai dengan program
yang telah disetujui dalam anggaran zakat secara tepat dan dapat
memenuhi kehendak syara’ bagi setiap asnaf yang dibantu.
d. Menjadikan institusi zakat berperan besar dalam membangun kehidupan
dan ekonomi masyarakat Islam. Jabatan dan departemen dibawah
kerajaan, syarikat-syarikat swasta, Perguruan tinggi, kampus dan
persatuan-persatuan.
e. Mewujudkan rasa syukur di kalangan muslim yang wajib zakat dan
mengingatkan mereka bahwa didalam harta mereka terdapat hak fakir
miskin dan golongan yang memerlukan.
f. Memperbaiki sistem dan cara kerja sesuai dengan kemajuan teknologi
komunikasi serta kemajuan negara pada umumnya.25
Di negeri Selangor, Baitul Mal merupakan tempat pengumpulan uang yang
didirikan di bawah Seksyen 81 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri
Selangor 2003. Di dalamnya terdapat beberapa kumpulan harta misalnya: semua
uang dan harta bergerak atau harta tidak bergerak yang diserahkan kepada pihak
yang berwenang menurut hukum syara’ maupun menurut undang-undang
Enakmen atau menggunakan kaedah-kaedah yang digunakan oleh semua orang
25 Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h.59.
50
kepada pihak Baitul Mal, ia akan menjadi wewenang Baitul Mal untuk
menguruskannya.26
Pengurusan zakat di Selangor telah diprivatisasikan bermula tanggal 15
Februari 1994 ketika MAIS mendirikan Pusat Zakat Selangor (PZS). Tujuan
pendirian lembaga ini adalah untuk memperbaiki kaedah dan sistem pengurusan
zakat yang sudah ada dalam sistem pengurusan agar lebih profesional. Dengan
bermulanya pengurusan PZS, pihak MAIS telah memberi kuasa kepada PZS
untuk pengumpulan zakat harta. Pada tahun 1998, MAIS telah memberi hak
sepenuhnya kepada PZS untuk mengumpulkan semua harta zakat dengan tujuan
agar Baitul Mal dapat berfokus kepada pengurusan umat Islam yang lain seperti
harta wakaf, pusaka dan lainnya.27
Bermula dari pengoprasian PZS pada tanggal Oktober 1995 dengan hanya
mempunyai delapan orang petugas. Seiring dengan kemajuan yang diperoleh,
nama asal PZS yaitu Pusat Pungutan Zakat MAIS diganti menjadi Pusat Zakat
Selangor (MAIS) pada tanggal 30 Oktober 1996. Setelah kedudukan PZS menjadi
teguh dan mantap, kantor PZS dipindah ke tempat yang lebih baik pada
pertengahan tahun 1997 dan dilengkapi dengan enam belas kaunter. Sejalan
dengan perkembangan kemajuan dan pembangunan di Negeri Selangor, PZS
sentiasa memperbaiki kualitas pengabdiannya menerusi operasi pengumpulan dan
pendistribusian zakat. Pencapaian PZS dijadikan contoh pengurusan zakat bukan
26 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 123. 27Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor, h. 97.
51
saja di Malaysia, bahkan oleh negara-negara tetangga seperti Indonesia, Brunei,
Bangladesh dan Singapura.28
Terakhir ini pada tahun 2006, Pusat Zakat Selangor (PZS) telah berganti nama
menjadi Lembaga Zakat Selangor (LZS) sejalan dengan penswastaan yang
dilakukan ke atas pengurusan Baitul Mal. Dengan itu, kondisi ini menjadikan
Lembaga Zakat Selangor (PZS)-Majelis Agama Islam Selangor (MAIS) lebih
profesional dan efisien dalam pengurusannya.29
Tujuan privatisasi Lembaga Zakat Selangor adalah:
a. Memajukan dan mengembangkan kecakapan pengurusan zakat di Negeri
Selangor.
b. Melaksanakan urusan pentadbiran, pengumpulan dan pendistribusian
zakat.
c. Memperoleh kecakapan yang tinggi dengan biaya yang rendah.
d. Membentuk personal baru bagi institusi zakat yang lebih progresif dan
proaktif.
e. Menjadi contoh kepada pengurusan institusi zakat lainnya.
f. Mendapatkan keyakinan masyarakat dan kegemilangan institusi zakat.30
2. Struktur Organisasi LZS-MAIS
Dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada
Lembaga Zakat Selangor (LZS), mereka telah membentuk satu sistem yang
28Akademi Aidi, Ibid.,h.97. 29 Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2/ 2009), h. 6. 30Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2/ 2009), h. 97.
52
kukuh bagi menjamin prestasi pengurusan LZS. Dengan itu, pengurusan LZS di
bawah wewenang Lembaga Pemegang Amanah (LPA) yang dilantik oleh MAIS.
Lembaga Pemegang Amanah ini adalah gabungan ahli agama, akademis,
intelektual dan propesional.31 Ahli Lembaga Pemegang Amanah 2009 seperti
berikut:
PENGERUSI : Y.A.M Tan Sri Dato’ Seri Syed Anwar Ibni Almarhum
Tuanku Syed Putra Jamalullail
TIMBALAN PENGERUSI : Y.A.D Dato’ Setia Haji Mohamad Adzib bin
Mohd Isa
AHLI-AHLI : Y.A.D Engku Setia Lela bestari Raja Tan Sri Dato’ Seri Arshad
Al-Haj Raja Tun Uda Al-Haj
: Y.B Dato’ Dr. Haji Hassan bin Haji Mohamed Ali
: S.S Dato’ Haji Mohammed Kushrin bin Haji Munawi
: S.S Dato’ Setia Haji Mohd Tamyes bin Abdul Wahid
: Y.Bhg Prof. Madya Dr. Hailani bin Muji Tahir
: Y.Bhg Datuk Siti Maslamah binti Osman
: Y.Bhs Prof. Dato’ Dr. Aziuddin bin Ahmad
: Y.Bhg En. Norazharuddin bin Abu Talib32
Setiap jabatan mempunyai ahli pejabat kuasa yang dilantik dari kalangan ahli
yang profesional menurut bidang yang ditawarkan. Di sini hanya akan dijelaskan
31 Survei Penulis Tahun 2011. 32 Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor 2009, h.3.
53
tentang jabatan kuasa operasi pengumpulan dan jabatan kuasa operasi
pendistribusian karena dua jabatan ini yang menjadi pokok pembahasan dalam
penulisan ini.33
Untuk mengukuhkan pengurusan LZS, LPA telah membentuk enam pejabat
kuasa dengan bidang tugas yang diatur dan setiap pejabat kuasa itu diketuai oleh
seorang ahli LPA. Ahli jabatan kuasa ini adalah ahli LPA sendiri dan dari
golongan orang yang ahli dalam berbagai bidang. Enam pejabat kuasa tersebut
adalah:
a. Pejabatkuasa Operasi Pengumpulan Zakat.
b. Pejabatkuasa Operasi Pendistribusian Zakat.
c. Pejabatkuasa Operasi Pencalonan dan Imbuhan (modal).
d. Pejabatkuasa Audit.
e. Pejabatkuasa Kewangan (keuangan).
f. Pejabatkuasa Tender.
3. Jenis-jenis Bantuan Zakat LZS-MAIS
Tidak dinafikan, dalam penentuan asnaf adalah perkara yang sukar
dikarenakan keadaan sekeliling yang mempengaruhi berbeda antara tempat.
Bahkan, untuk mendapatkan asnaf itu sendiri yang selayaknya menjadi satu
masalah yang jelas. Kekurangan maklumat mengenai soal hidup asnaf terutama
33 Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor 2009, h. 18.
54
fakir dan miskin harus diatasi. Peranan masyarakat setempat terutamanya adalah
penting untuk memastikan siapa saja yang berhak memperoleh zakat.34
Lembaga Zakat Selangor telah menyusun beberapa jenis bantuan yang
dikategorikan mengikut golongan asnaf yang layak menerima seperti yang tertulis
dalam surah at-Taubah ayat 60. Pihak pengurus berusaha untuk membantu asnaf
dengan cara memberikan bantuan langsung kepada asnaf dan semua bantuan yang
disalurkan adalah mencukupi dengan jumlah pengumpulan zakat. Jenis-jenis
bantuan yang telah dibagi oleh LZS-MAIS mengikut golongan asnaf adalah
seperti berikut:
a. Asnaf Fakir: Bantuan Hari Raya, Pembinaan Rumah Berkelompok,
Pengurusan Jenazah Fakir, Membaiki Rumah, Bantuan Darurat, Bantuan
Makanan Perbulan, Bantuan Pembayaran Yuran Persekolahan, Pengurusan
Rumah Orang Tua (jompo), Bantuan Perubatan, Pembinaan Rumah Individu,
Bantuan Biaya Rumah, Bantuan Keuangan Perbulan, Proyek Asnaf,
Kursus/Latihan, Bantuan Pendidikan.
b. Asnaf Miskin: Bantuan kepada asnaf miskin adalah sama seperti asnaf fakir
melainkan ditambah dengan Aset Miskin, Pengurusan Bengkel Jahitan, Uang
Saku Anak Yatim Miskin, Bantuan Modal Perikanan, Pertanian, Perniagaan
dan Peternakan, Dana Amanah Miskin, dan Beasiswa Pendidikan.
34 Abdul Ghafar Ismail dan Hailani Muji Tahir, Zakat Pensyariatan, Perekonomian dan Perundangan (Kuala Lumpur: UKM, 2006), h. 147.
55
c. Asnaf Muallaf: Bantuan kepada asnaf muallaf asasnya sama seperti bantuan
asnaf fakir dan miskin, melainkan ditambah dengan Percetakan dan
Penerbitan, Sumbangan Badan/Persatuan Muallaf, Bantuan Pengurusan Unit
Dakwah, Bantuan Perkawinan, Dana Petugas Unit Dakwah, Dana Kuliah
Agama, Dana Dosen Kuliah Agama dan Beasiswa Muallaf.
d. Asnaf ‘Amil: ‘Amil Zakat Fitrah, ‘Amil Zakat Padi dan Pengurusan Institusi
‘Amil.
e. Asnaf Fisabilillah: Bantuan Persatuan/Badan Islam, Program Forum/Kuliah
Agama, Bantuan Darurat, Pembinaan/Pembaikkan Institusi Agama, Bantuan
Kebutuhan Sekolah, Bantuan Umum Pelajar, Dermasiswa Pelajar Agama dan
lainnya yang terkait dengan kebutuhan pendidikan agama.
f. Asnaf Gharim: Hutang Karena Kebutuhan Hidup, Hutang Rawat, Pengurusan
Jenazah Tanpa adanya ahli Waris dan Hutang Perubatan.
g. Asnaf Ibnisabil: Bantuan Musafir, Bantuan Pelajar Luar Negara dan Bantuan
Tiket Pulang/Pergi.
h. Asnaf Riqab: Bantuan Pemulihan Akidah dan Bantuan Pemulihan Akhlak.35
35 Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2 tahun 2009), h. 20.
56
BAB IV
PENGELOLAAN ZAKAT OLEH LEMBAGA ZAKAT SELANGOR
Pengelolaan zakat di Negeri Selangor telah melalui beberapa tahapan-tahapan.
Awal pengelolaannya ada dibawah tanggung jawab Majlis Agama Islam Selangor
berdasarkan kepada Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor. Kini pengurusan
zakat di Selangor dikelola oleh sebuah institusi khusus yang menangani zakat.
Namun, Lembaga Zakat Selangor masih kekal sebagai institusi dibawah Majlis
Agama Islam Selangor, walaupun hak dalam pengurusan harta zakat ada dibawah
pengelolaan Lembaga Zakat Selangor sepenuhnya. Kewujudan Lembaga Zakat
Selangor ini merupakan implementasi Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor,
yaitu membentuk institusi atau organisasi yang dapat membantu pembangunan
Selangor. Semenjak pendirian Lembaga Zakat Selangor, pengumpulan zakat amat
membanggakan. Hasil pengumpulan zakat meningkat setiap tahun, dimulai dengan
hasil pengumpulan zakat sejumlah RM 7 juta pada tahun 1994, LZS berhasil
meningkatkan hasil pengumpulan zakat sejumlah RM 15.8 juta pada tahun 1995.
Setelah hampir 15 tahun Lembaga Zakat Selangor mengelola pengurusan zakat di
Selangor, pada tahun 2009 Lembaga Zakat Selangor telah berhasil mencapai hasil
pengumpulan terbanyak diantara semua negeri di Malaysia dengan jumlah RM 283.7
juta. Dalam bab ini penulis akan mengeluarkan data-data yang berkaitan dengan
pendistribusian zakat di Selangor sebagai kajian penerapan Enakmen.
57
A. Pengertian Umum Tentang Manajemen
Dalam melaksanakan ibadah pribadi seperti shalat, puasa atau haji untuk
kepentingan diri sendiri membutuh kiat-kiat khusus. Sedikit sebanyak itu juga
merupakan bagian dari manajemen. Semakin baik seseorang menata diri, berarti
semakin baik ia melakukan proses manajemen. Jika untuk diri sendiri saja butuh
kiat manajemen, apalagi mengelola sesuatu untuk orang lain. Zakat dari muzaki
oleh amil untuk mustahik. Artinya zakat membutuhkan pihak lain untuk
mengelolanya. Berarti unsur manajemen menjadi bagian paling vital dan sukses
tidaknya pengelolaan zakat.1
Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut kemanusiaan,
mendefiniskan manajemen bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena
itu, maka dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang bisa diterima
secara universal. Manajemen dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti:
a. penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran,
b. pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2
Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai sebuah seni dalam
menyelesaikan tugas pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandungi arti
bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-
1 Eri Sudewo, Manajemen Zakat-Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta: IMZ, cet 1, 2004), h. xxxvii. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 870.
58
orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau
berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri.3
Selain itu, definisi umum mengatakan bahwa manajemen adalah proses
kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan
(controlling). Ada yang menambah proses-proses lainnya seperti penyatuan
sumber-sumber dan motivasi. Definisi lain turut membawa arti yang sama yaitu
meliputi keseluruhan proses yang disebutkan tadi dan ditambah dengan
pembuatan keputusan (decision making) dikarenakan keputusan adalah hasil
utama dari seorang manajer.4
Kata manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni
management sebagaimana yang tersebut dalam Oxford Advanced Dictionary of
Current English yang berarti control (control) dan succed (sukses). Menurut
Sukarna bahwa kata manage dalam kamus mempunyai beberapa arti, yaitu:
1. To direct and control (membimbing dan mengawasi).
2. To treat with care (memperlakukan dengan seksama).
3. To carry on business or affairs (mengurus perniagaan atau urusan-urusan atau
persoalan-persoalan).
4. To achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).5
3 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Indonesia: UIN Malang Press, 2008), h. 265. 4 Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen Suatu Sistem dan Pendekatan Kontingensi, (Terj) (Jakarta: PT Bina Aksara, 1986), h.19. 5 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h. 266.
59
Berdasarkan pengertian di atas, maka manajemen institusi zakat Selangor
adalah meliputi kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) terhadap pengurusan harta
zakat di Selangor. Maka dengan menyusun empat perkara tersebut secara baik,
pasti pelaksanaan pengurusan zakat Selangor akan diatur dengan baik.
B. Pengelolaan Pendistribusian Zakat di Selangor
Lembaga Zakat Selangor yang telah didirikan di bawah Akta
PemegangAmanah (Pemerbadanan) 1952 melalui Surat Ikatan Amanah (Trust
Deed) yang terdaftar di Bagian Undang-undang dibawah Jabatan Perdana
Menteri. Karena itulah MAIS memilih Lembaga Pemegang Amanah (LPA)
sebagai salah satu organisasi yang bekerjasama dalam segala operasi yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh Lembaga Zakat Selangor.6
Fungsi utama Lembaga Zakat Selangor adalah untuk mengumpulkan zakat
dari orang Islam di negeri Selangor dan membagikan hasil zakat itu kepada asnaf
yang ditentukan serta yang layak untuk menerimanya. Penentuan jumlah
pemberian kepada asnaf mengikuti had kifayah yang telah ditetapkan.
Had kifayah adalah suatu garis kecukupan bagi seorang individu atau untuk
suatu keluarga. Dalam konteks ini merujuk kepada satu garis, batas atau kadar
kebutuhan dasar minimum yang ditetapkan oleh Lembaga Zakat Selangor
berdasarkan biaya kebutuhan hidup saat ini. Batas ini juga digunakan untuk
mengetahui berapa kadar atau nilai yang perlu dibantu untuk mencukupkan biaya 6 Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
60
kebutuhan dasar. Penilaian yang dibuat dalam menentukan had kifayah ini
mencakup enam aspek yaitu perlindungan, makanan, pakaian, obat-obatan,
pendidikan dan transportasi. Penilaian ini juga dibuat berdasarkan kepada nash-
nash yang diberlakukan oleh ulama Islam dalam menentukan kebutuhan dasar
manusia.7
Untuk melaksanakan amanah dan tanggung jawab yang dipercayakan,
Lembaga Zakat Selangor telah menyusun tujuan distribusi zakat sebagai berikut:
a. Melaksanakan pendistribusian sebagaimana perintah Allah SWT.
b. Menyalurkan pembagian zakat dengan lebih efisien.
c. Mewujudkan masyarakat yang seimbang dari sudut ekonomi, rohani, duniawi
dan ukhrawi.
d. Mengurangi jumlah kemiskinan di negeri Selangor.
e. Meningkatkan syiar Islam di negeri Selangor.
f. Memberi keyakinan kepada pembayar-pembayar zakat dan masyarakat.
g. Membuat berbagai program penyaluran zakat sesuai dengan kebutuhan asnaf.8
Demi memantapkan pelayanan dan pengurusan Lembaga Zakat Selangor,
aspek sumber daya manusia menjadi prioritas utama. Hal ini menjadi sangat
penting agar Lembaga Zakat Selangor dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pelanggannya. Lembaga Zakat Selangor juga telah membuat penambahan
7Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/had-kifayah/
8 Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
61
kantor cabang untuk fasilitas umat Islam membayar zakat dengan diadakan dua
puluh tiga kantor cabang di seluruh negeri.
C. Pendistribusian Terhadap Asnaf
Zakat merupakan instrumen penting dalam membela asnaf dan sebagai dasar
pembangunan negara dan ummah. Obyektif zakat yang besar adalah untuk
menunaikan hak dan tanggung jawab kepada asnaf seperti yang diinginkan oleh
syara’. Dengan itu, Lembaga Zakat Selangor selalu mencoba memperbaiki sistem
pengumpulan zakat dan pendistribusiannya dari masa ke masa. Pendistribusian
zakat diberi kepada delapan asnaf seperti yang telah ditetapkan di dalam al-Quran
surah at-Taubah ayat 60. Pada dasarnya distribusi zakat kepada asnaf fakir,
miskin, amil, muallaf, fisabilillah, riqab, gharimin, dan ibni sabil serta
penafsirannya berdasarkan penafsiran yang dibuat oleh anggota komite Fatwa
Negeri Selangor.9
Penafsiran asnaf menurut anggota komite Fatwa Negeri Selangor sebagai berikut:
a. Asnaf Fakir: yaitu orang Islam yang tidak memiliki harta hasil usaha
(pekerjaan) yang halal dan layak dengannya untuk memenuhi kebutuhan
dirinya dan tanggungannya termasuk makanan, pakaian, tempat tinggal dan
kebutuhan dasar.
9 Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/
62
Fitur pendapatan fakir dalam bandar Fitur pendapatan fakir luar bandar
Pendapatan kurang dari RM200 sebulan atau RM33 per orang
Pendapatan kurang dari RM180 sebulan atau RM30 per orang
Fitur fizik fakir dalam dan luar bandar
1. Tidak ada harta atau pekerjaan
2. Tua, uzur dan tidak ada ahli keluarga lainnya
3. Cacat, tidak bisa menyara hidup sendiri
4. Janda yang tidak ada tempat tergantung
5. Tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup
6. Tinggal di rumah saudara, jalanan atau di atas tanah Kerajaan Negeri
Selangor
7. Tidak mendapat bantuan yang mencukupi dari mana-mana pihak
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Bantuan Hari Raya
2. Bantuan perbulan
3. Bantuan medis
4. Bantuan pertanian
5. Bantuan bisnis
6. Bantuan pendidikan kepada anak-anak asnaf fakir
1. Uang tunai
2. Bahan-bahan makanan
3. Biaya tagihan perawatan
4. Biaya sewa tanah/padi
5. Modal bisnis (uang) dan menyediakan tempat bisnis
6. Biaya persekolahan, biaya yuran ujian PMR,SPM,STPM,SRA, dan SPA, dan bantuan pakaian
63
dan peralatan persekolahan
b. Asnaf Miskin: yaitu orang Islam yang memiliki harta dan hasil usaha
(pekerjaan) yang halal dan layak dengannya tetapi masih belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan dirinya dan tanggungannya.
Fitur pendapatan miskin dalam bandar
Fitur pendapatan miskin luar bandar
Pendapatan antara RM201 hingga RM336 perbulan atau RM56 per orang
Pendapatan antara RM181 hingga RM 296 perbulan atau RM49 per orang
Fitur fizikal miskin dalam dan luar bandar
1. Ada pekerjaan atau harta tetapi tidak mencukupi kebutuhan asasi diri
dan tanggungannya
2. Janda yang tidak ada tempat bergantung seperti ditinggalkan suami
tanpai perceraian, menunggu hasil perceraian dari Mahkamah
Syariah, suami dipidana penjara, atau suami tidak bisa bekerja
3. Tinggal di rumah saudara, jalanan atau di atas tanah Kerajaan Negeri
Selangor
4. Tidak mendapat bantuan yang mencukupi dari mana-mana pihak
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Bantuan Hari Raya
2. Bantuan bisnis
1. Uang tunai
2. Modal bisnis (uang) dan tempat perniagaan
64
3. Bantuan pendidikan kepada anak-anak asnaf
3. Biaya persekolahan, biaya yuran ujian PMR,SPM,STPM, SRA dan SPA, dan bantuan pakaian dan peralatan sekolah
c. Asnaf Amil: orang yang ditauliahkan (dilantik) oleh Sultan atau wakilnya
untuk mengurus perkara-perkara zakat.
Orang yang bisa dilantik menjadi amil
Orang yang tidak bisa dilantik menjadi amil
1. Islam
2. Paham hukum Islam
3. Mukallaf (baligh)
4. Merdeka
5. Adil mendengar
6. Melihat
7. Lelaki
1. Bukan Islam
2. Tidak paham hukum Islam
3. Belum mukallaf (baligh)
4. Hamba
5. Fasik
6. Tuli/pekak atau buta
7. perempuan
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Ketentuan upah amil zakat fitrah
2. Ketentuan upah amil zakat
padi
3. Ketentuan gaji staf MAIS
4. Ketentuan elaun perbatuan pegawai-pegawai MAIS (zakat)
1. Uang tunai
2. Uang tunai
3. Uang tunai
4. Uang tunai
65
5. Ketentuan elaun lebihmasa kakitangan MAIS (zakat)
6. Ketentuan mencetak kupon
dan kuwitansi zakat
7. Ketentuan lajnah publikasi MAIS (zakat)
8. Ketentuan pelatihan dan
kursus amil dan staf MAIS (zakat)
9. Ketentuan membeli alat-alat
kantor
10. Ketentuan berbagai pengurusan MAIS (zakat)
11. Ketentuan berbagai
belanjawan amil
5. Uang tunai
6. Biaya tagihan berkaitan
7. Biaya tagihan berkaitan
8. Biaya tagihan berkaitan
9. Biaya tagihan berkaitan
10. Uang tunai dan biaya
tagihan berkaitan
11. Uang tunai dan biaya tagihan berkaitan
- Pegawai MAIS/JAIS yang telah dibayar upah, tidak bisa menerima uapah
sebagai amil jika ia diperintah mengumpul zakat termasuk zakat padi,
fitrah dan zakat-zakat lainnya.
- Pengumpulan atau kutipan zakat di kaunter-kaunter zakat atau kantor-
kantor Agama Daerah harus diterima oleh pegawai MAIS/JAIS laki-laki
yang telah dilantik menjadi pembantu amil.
- Pegawai MAIS (zakat) perempuan tidak bisa diberikan upah dari
ketentuan asnaf amil, tetapi haruslah dibayar menggunakan uang
peruntukan Baitulmal.
66
d. Asnaf Muallaf: orang yang baru masuk Islam yaitu orang yang dilembutkan
hatinya dengan diberi bantuan agar mereka teguh mencintai Islam. Atau orang
yang telah lama masuk Islam dan imannya kuat tetapi dikarenakan ia
dipandang mulia oleh kaummnya, maka diberikan zakat agar bisa menarik
minat kaumnya yang lain untuk masuk dalam Islam.
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Pemberian dorongan kepada orang baru masuk Islam
2. Pemberian dorongan menghadiri kelas agama (untuk dewasa saja)
3. Bantuan perbulan bagi periode tertentu
4. Bantuan berkhatan (sekali saja)
5. Bantuan pernikahan (pernikahan pertama setelah masuk Islam)
6. Bantuan Hari Raya
7. Bantuan bisnis
8. Pengurusan rumah tumpangan muallaf seperti memperbaiki kerusakan bangunan, biaya air dan listrik, dan biaya lain untuk penjagaan bangunan
9. Kunjungan sambil belajar atau umrah sekali saja
1. Uang tunai
2. Uang tunai
3. Uang tunai
4. Uang tunai untuk biaya
berkhatan
5. Uang tunai
6. Uang tunai
7. Uang tunai
8. Bayaran tagihan yang berkaitan
9. Uang tunai dan tiket penerbangan
67
10. Ibadah haji sekali saja
11. Majelis silaturrahmi atau majelis sambutan hari-hari besar Islam
12. Bantuan darurat seperti kebakaran, banjir dan lainnya
13. Percetakan
14. Pemberian dorongan kepada muallaf yang bisa menarik orang bukan Islam agar masuk Islam
10. Uang tunai dan tiket penerbangan
11. Biaya mengadakan majelis atau perayaan
12. Uang tunai
13. Barang-barang keperluan
dan bayaran bon berkaitan 14. Uang tunai
e. Asnaf Riqab: yaitu hamba mukatab yang ingin memerdekakan dirinya.
Bayarn kepada asnaf ini dalam bentuk uang tunai saja berdasarkan jumlah
yang dibutuhkan dan telah diselidiki oleh amil zakat. Hamba tersebut akan
membayar kepada tuannya untuk memerdekan diri. Sebagaimana telah
ditetapkan hamba itu haruslah Islam.
f. Asnaf Gharimin: orang Islam yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan
dasar, bagi permasalahan diri atau tanggungannya atau orang yang berhutang
untuk menyelesaikan masalah masyarakat dengan syarat; orang yang
berhutang itu tidak mampu membayar kembali hutangnya, dan hutang itu
hendaklah dalam hal ketaatan yang diharuskan syara’, dan hutang itu telah
sampai temponya.
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Bantuan kepada seorang Islam 1. Uang tunai atau biaya
68
untuk membayar hutangnya (termasuk semua jenis hutang)
2. Bantuan kepada badan-badan kebajikan/organisasi Islam yang berhutang karena masalah masyarakat
3. Bantuan darurat atau kecelakaan seperti kebakaran, banjir, rebut dan lainnya
tagihan hutangnya
2. Uang tunai atau baiaya tagihan hutangnya
3. Uang tunai dan barang-barang keperluan
g. Asnaf Fisabilillah: fisabilillah adalah setiap perbuatan atau hal yang menjurus
kepada kebutuhan dan masalah untuk menegakkan syiar Islam.
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Elaun tahunan kepada staf dan jawatankuasa masjid sebelum Hari Raya Puasa
2. Upah untuk penolong pendaftar nikah, imam yang pensiun atau meninggal dunia
3. Elaun kepada - Guru agama dewasa - Guru al-Quran - Guru tahfis al-Quran - Guru agama bukan muallaf
yang mengajar kelas muallaf
- Guru/penda’i
4. Kursus meningkatkan efesiensi staf dan jawankuasa masjid
1. Uang tunai
2. Uang tunai kepada mereka yang bersara dan bayaran tunai kepada ahli warisnya jika meninggal
3. Uang tunai - Per bulan - Per bulan - Per bulan - Setiap kali mengajar - Setiap kali berceramah
4. Biaya pulang pergi, biaya gentian hilang pendapat dan biaya makan minum sewaktu kursus berlangsung
69
5. Kursus penerapan nilai-nilai Islam seperti ceramah umum seluruh Selangor dan kursus haji
6. Bantuan kepada organisasi Islam di Selangor
7. Peruntukan kepada Pusat Dakwah Selangor di Sabak Bernam
8. Bantuan mahasiswa cemerlang
9. Bantuan anak yatim
10. Bantuan mengelola jenazah
tanpa waris
11. Peruntukan program OutReach MAIS/JAIS untuk mendampingi muallaf didesa mereka (makanan, minuman, kajian dan aktivitas lainnya)
12. Ketentuan bagi peyampai dakwah termasuk penyampaian kepada orang yang belum masuk Islam
13. Upah kepada kader bukan muallaf yang dapat membawa orang bukan Islam masuk Islam
14. Bantuan umum kepada masjid atau mushalla
5. Biaya jamuan kursus tersebut
6. Uang tunai
7. Bantuan bagi kursus
bimbingan rohani dan bimbingan muballighat
8. Bantuan kepada mahasiswa
9. Bantuan uang tunai, makanan, yuran persekolahan, bantuan pakaian dan peralatan persekolahan
10. Bantuan pengurusan jenazah hingga selesai dimakamkan
11. Biaya tagihan berkaitan
12. Biaya tagihan tertentu
13. Uang tunai
14. Uang tunai atau barang keperluan
70
15. Memberi bantuan kepada anak
TK Islam(TASKI)
16. Bantuan pendidikan dalam dan luar negeri
15. Uang tunai atau barang
keperluan
16. Uang tunai atau barang keperluan
h. Asnaf Ibnu Sabil: orang Islam yang kehabisan uang atau orang yang ingin
memulai perjalanan sedangkan ia tidak memiliki uang, dengan syarat; ia
mengembara dari negeri asalnya dan pengembaraannya diharuskan oleh
syara’.10
Jenis-jenis agihan Bentuk agihan
1. Bantuan karena ingin memulai perjalanan (musafir)
2. Bantuan kepada orang yang kehabisan uangnya dalam perjalanannya (musafir)
1. Uang tunai atau tiket
2. Uang tunai atau tiket
Harta zakat dibagi menurut kebutuhan asnaf berdasarkan prioritas dan
pemindahan bagian dari satu asnaf kepada asnaf yang lain dibolehkan
berdasarkan kebutuhan dan sisa yang ada. Tiada ijtihad lagi dalam masalah
menentukan asnaf yang menerima zakat kecuali pada hal yang berkait dengan
pelaksanaan distribusi kepada asnaf.
10Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/
71
Untuk memastikan dana zakat diberikan kepada yang benar-benar berhak,
maka LZS telah membuat program sensus dan pemilihan fakir/miskin di seluruh
negeri Negeri Selangor. Sensus yang dibuat setiap tiga tahun sekali ini adalah
berdasarkan Had Kifayah yang telah diluluskan oleh Komite Fatwa Negeri
Selangor. Calon-calon diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu bagi
menentukan kelayakan mereka sebelum tersenarai sebagai asnaf fakir/miskin.
Tahun yang terakhir ini yaitu tahun 2009, seramai 21,248 asnaf fakir/miskin
yang dikenal pasti dan menerima bantuan zakat di Negeri Selangor.Dibanding
dengan jumlah asnaf fakir/miskin yang ditemui pada tahun 2008 sejumlah 18,635.
Ini menunjukkan bahwa LZS berusaha mencari asnaf fakir/miskin di seluruh
Selangor agar dana yang dikumpulkan tidak disia-siakan. Butiran jumlah asnaf
mengikut daerah dapat dilihat dalam table di bawah.11
Table 4.1
Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2008
Daerah Fakir Miskin
Sabak Bernam 2,327 1,102
Kuala Selangor 2,000 681
Klang 692 706
Petaling 948 923
11 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2008 dan 2009.
72
Kuala Langat 2,032 804
Sepang 257 365
Hulu Langat 1,330 1,302
Gombak 686 795
Hulu Selangor 1,223 462
Jumlah 11,495 7,140
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2008
Table 4.2
Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2009
Daerah Fakir Miskin
Sabak Bernam 982 2,545
Kuala Selangor 2,300 941
Klang 860 1,150
Petaling 1,088 1,390
Kuala Langat 1,452 696
Sepang 193 546
Hulu Langat 1,468 1,787
Gombak 839 938
Hulu Selangor 1,420 653
Jumlah 10,602 10,646
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2009
73
Dengan pengumpulan jumlah asnaf ini, LZS menggabungkan asnaf tersebut
bersama asnaf lainnya dalam program yang dirancang sebagai suatu manfaat ilmu
dan pengetahuan demi menaik taraf hidup asnaf. Program tersebut dapat diartikan
sebagai pola penyaluran dalam bentuk produktif. Semua program tersebut
dikawal oleh LZS sendiri karena asnaf tidak akan dibiarkan sendirian. Dengan itu
sedikit peruntukan keuangan diberikan kepada amil yang dipertanggungjawabkan
melaksanakan kelancaran program-program tersebut.12
Berdasarkan obyektif distribusi zakat, Lembaga Zakat Selangor telah
memberi penekanan terhadap lima program pendistribusian yaitu Program
Pembangunan Sosial, Program Pembangunan Ekonomi, Program Pembangunan
Pendidikan, Program Pembangunan Institusi Agama dan Program Pembangunan
Insan. Dalam program tersebut, Lembaga Zakat Selangor telah menyusun agenda
dalam membangun asnaf yang tidak hanya bertujuan mengeluarkan diri dari
kemiskinan, tetapi bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan rohani dan menjadi
insan yang berkualitas. Setiap program yang direncanakan ini memberi prioritas
kepada tiga asnaf utama yaitu fakir, miskin dan mualaf. Pemilihan asnaf utama ini
dilaksanakan dalam komite pemilihan yang didirikan dan kelayakan asnaf dinilai
berdasarkan Haddul Kifayah yang ditentukan.13
12 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009. 13 Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/
74
Berikutnya, dibawah ini akan dijelaskan setiap program yang telah
dilaksanakan untuk proses distribusi zakat kepada asnaf agar lebih jelas
bagaimana pelaksanaan distribusi zakat di Selangor.
a. Program Pengembangan Sosial
Dibawah program ini, Lembaga Zakat Selangor bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa tidak ada asnaf yang mengalami masalah tempat tinggal,
nafkah sara hidup serta menerima pendidikan sebagaimana orang lain.
Dengan itu, berbagai jenis bantuan telah disediakan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan seterusnya memungkinkan asnaf tersebut
menjalani kehidupan dengan lebih seimbang. Antara bantuan yang diberikan
adalah bantuan financial bagi perbaikan atau sewa rumah, asuransi
perlindungan takaful untuk fakir miskin, bantuan makanan dan keuangan
bulanan, bantuan Ramadhan dan hari raya, bantuan darurat/ sembako dan
kesehatan, bantuan untuk program acara Hari-hari besar Islam, hari keluarga,
gotong-royong dan ziarah.14
Sepanjang tahun 2009, sebanyak 378 rumah telah didirikan untuk asnaf fakir,
miskin dan muallaf. Manakala, 461 penerima perbaikan rumah yaitu 432 dari
asnaf fakir, 355 dari asnaf miskin dan 52 dari asnaf muallaf. Dibawah adalah
rincian bantuan yang diberikan mengikut daerah:
14 Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/
75
Daerah Bina rumah Perbaikan rumah
Sabak Bernam 91 135
Kuala Selangor 124 228
Klang 24 15
Petaling 5 6
Kuala Langat 48 13
Sepang 17 7
Hulu Langat 19 13
Gombak 11 11
Hulu Selangor 39 33
Jumlah 378 461
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2009
LZS juga telah memberikan bantuan keuangan perbulan kepada asnaf
fakir/miskin dan jumlah yang diberikan adalah antara RM150 hingga RM650
tergantung kepada jumlah tanggungan asnaf tersebut. Selain itu, LZS telah
memberi bantuan kesehatan dengan membiayai rawatan para asnaf. Antara
bantuan yang diberikan adalah bantuan pengobatan dialisis yang diberikan
kepada 1,669 orang dan bantuan rawatan hutang medis yang diberikan kepada
2,935 orang. 15
15 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
76
b. Program Pembangunan Ekonomi
Program Pembangunan Ekonomi ini dikhususkan kepada asnaf fakir, miskin
dan mualaf. Program ini dilaksanakan melalui program kewirausahaan yang
dilaksanakan oleh Lembaga Zakat Selangor sebagai suatu cara menyelesaikan
masalah kemiskinan. Lembaga Zakat Selangor tidak hanya memberi asnaf
fakir/miskin sumber yang memadai, bahkan mendidik mereka menjadi insan
yang sukses di dunia dan akhirat.
Oleh karena kemiskinan tidak dapat diselesaikan dengan hanya
memberi bantuan keuangan atau harta benda, maka program kewirausahaan
ini adalah salah satu mekanisme distribusi zakat kepada asnaf fakir/miskin
dan mualaf yang merupakan proses jangka panjang. Program ini tidak hanya
mengurangi kadar kemiskinan tetapi juga membangun modal insan. Maka
Lembaga Zakat Selangor telah menggariskan pelaksanaan pendistribusian
harta zakat dengan cara mendidik, memberi ilmu, membimbing dan
mengembangkan asnaf berdasarkan potensi yang ada pada mereka.
Pada tahun 2009, LZS telah mendistribusikan sejumlah RM4,991,866
untuk program ini dan berhasil melahirkan sebanyak 1,300 pengusaha. Di
bawah program inilah wujudnya bengkel jahitan (D’Asnaf Anggun), D’Smart
Edar, D’Asnaf Kraf, Laundry Point dan lain sebagainya. Semua proyek ini
dilaksanakan secara berkelompok maupun individu.16
16 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
77
c. Program Pembangunan Pendidikan
Kepentingan pendidikan atas anak-anak asnaf fakir dan miskin menjadi fokus
utama dalam upaya mengatasi kemiskinan. Kesadaran tentang pentingnya
pendidikan ini tidak hanya ditanam pada diri ibu bapa tetapi juga
membudayakannya di kalangan anak-anak asnaf agar mereka sadar bahwa
hanya dengan pendidikan mereka mampu berhasil dalam kehidupan. Malah,
program ini memberi kesempatan kepada anak-anak asnaf untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Jenis bantuan yang diberikan dalam
program ini seperti bantuan biaya sekolah(mengikut kadar yang ditetapkan)
dan perlengkapan sekolah.
Tahun 2009, LZS telah melaksanakan program penyaluran bantuan
persekolahan di setiap daerah di seluruh Selangor. Dan jumlah pelajar yang
telah menerima bantuan persekolahan pada tahun 2009 adalah sebanyak
19,858 dari asnaf fakir dan 18,188 dari asnaf miskin. Uang saku yang
diberikan kepada mahasiswa institusi pengajian tinggi awam (IPTA) dan
swasta (IPTS) berjumlah antara RM150 hingga RM300 perbulan. Peningkatan
ini wajar untuk memastikan anak-anak asnaf fakir/miskin di IPTA/IPTS
mempunyai uang yang cukup untuk biaya harian. Hasilnya, tahun 2009 telah
melahirkan sebanyak 563 orang anak asnaf fakir/miskin yang cemerlang
dalam pendidikan.17
17 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, h.27
78
Untuk mahasiswa luar Negara pula, pada tahun 2009 Lembaga Zakat
Selangor telah memberikan beasiswa kepada 648 orang siswa yang mengikuti
pendidikan Islam dan kedokteran di Mesir, 90 orang siswa yang mengikuti
pendidikan Islam di Yordania, 17 orang siswa yang mengikuti pendidikan
Islam di Maroko dan 14 orang siswa yang mengikuti pendidikan Islam di
Syria.18
d. Program Pembangunan Institusi Agama
Di bawah program ini, sejumlah besar uang diperuntukkan bagi tujuan
pembangunan institusi agama seperti mesjid, mushalla, sekolah dan mushalla
sekolah di seluruh Selangor. Ini bertujuan untuk menjamin kebajikan dan
kepuasan, di samping mengatasi permasalahan struktur bangunan dan
kerusakan agar pembangunan institusi agama dapat dilaksanakan dengan
sempurna. Antara bentuk penyaluran zakat di bawah program pembangunan
ini adalah merupakan bantuan karpet dan peralatan mesjid/mushalla dan
sekolah agama serta bantuan pembinaan/baik pembangunan mesjid, mushalla,
sekolah agama dan institusi agama luar negeri.
Tujuan program ini dilaksanakan adalah untuk memberi keselesaan dalam
penggunaan umat Islam di Selangor. Justru, diperuntukkan sejumlah RM
22,159,822 pada tahun 2009 untuk program ini. Dibawah adalah jumlah
18 Laporan Pengurusan Zakat Selangor Tahun 2009, h. 28.
79
pembinaan dan pembaikan yang telah dilaksanakan dalam program
Pembangunan Institusi Agama:19
Penerima Pembaikan Pembinaan Sumbangan
Masjid 16 2 5
Surau 92 23 38
Surau sekolah 28 18 7
Sekolah 19 5 9
Institusi Agama 3 0 7
Luar Negara 0 0 9
Jumlah 158 48 75
Sumber data: Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009
e. Program Pembangunan Insan
Program Pembangunan Insan ini dirancang khusus untuk asnaf fakir dan
miskin sebagai usaha untuk melahirkan golongan asnaf yang berkeyakinan,
berdaya saing dan berilmu. Ia dilaksanakan dalam program-program yang
berbentuk rohani, jasmani dan motivasi yang seimbang di dunia dan akhirat.
Sasaran program ini diperuntukkan bagi warga tua (manula), ibu bapa, ibu
tunggal (janda), bapa tunggal (duda), belia, pelajar dan juga mahasiswa.
19 Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, h. 31
80
Keberhasilan modul program pembangunan ini juga sering diteliti untuk
memastikan bahwa keinginan mengurangi kemiskinan dapattercapai.20
Tahun 2009, LZS telah mewujudkan Akademi Zakat Selangor
(AZAS) sebagai suatu badan yang diberi amanah untuk membangunkan
modal insan para asnaf. LZS telah memberikan peruntukan sejumlah RM
19,381,642 khusus untuk program Pembangunan Insan ini. AZAS telah
melaksanakan 412 kursus atau program dengan penyertaan sejumlah 15,000
asnaf fakir dan miskin dari kalangan mahasiswa, belia dan ibu bapa.
Table 4.3
Pendistribusian Zakat Mengikut Asnaf (2008&2009)
ASNAF 2009 (RM) 2008 (RM) PERSEN
Fakir 34,946,718 11,394,204 206.7
Miskin 70,706,452 51,174,191 38.2
Amil 35,473,381 30,396,961 16.7
Mualaf 15,975,825 11,672,356 36.9
Fisabilillah 89,252,198 63,595,217 40.3
Ibnu Sabil 1,081,027 699,808 54.5
Gharim 30,144,873 18,976,522 58.9
Riqab 1,610,567 1,089,512 47.8
20 Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/
81
Jumlah 279,191,041 188,998,771 47.7
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009
Table 4.4
Pendistribusian Zakat Mengikut Program (2008&2009)
ASNAF 2009 (RM) 2008 (RM) PERSEN
Biaya Pengurusan 35, 784,048 30,699,868 16.6
Pembangunan Ekonomi 4,991,866 4,793,331 4.1
Pembangunan Insan 6,797,338 5,540,089 22.7
Pembangunan Institusi Agama 22,159,822 18,680,515 18.6
Pembangunan Pendidikan 65,017,421 42,737,922 52.1
Pembangunan Sosial 144,440, 545 86,547,046 66.9
Jumlah 279,191,041 188,998,771 47.7
Sumber data: Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2009
Table 4.5
Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin (2008&2009)
TAHUN ASNAF FAKIR PERSEN ASNAF MISKIN PERSEN
2008 11,495 - 7,140 -
2009 10,778 -6.2 10,843 51.9
Sumber data: Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2009
82
D. Problematika Pendistribusian Zakat Selangor
Dalam kaidah pengelolaan zakat, Islam menyarankan dibuatnya peraturan
tentang zakat agar sistem yang dibentuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
Para asnaf tidak lagi merasa khawatir akan melanjutkan kehidupan, karena
setidaknya mereka dapat menikmati hasil pengumpulan zakat yang dilakukan
oleh negara. Selain itu, manajemen zakat baik pengumpulan atau distribusi akan
lebih teratur dan tertib. Karena di samping petugas-petugas yang ditunjuk oleh
pemerintah, mereka turut dikontrol dengan peraturan yang ditetapkan.
Untuk mempraktikkan perkara tersebut bukanlah suatu hal yang
mudah,karena itu dalam pengelolaan zakat oleh Lembaga Zakat Selangor telah
terjadi beberapa masalah yang mengganggu sistem pengurusan zakat di Selangor.
Tetapi masalah tersebut bukanlah masalah yang begitu serius sehingga mencegah
para asnaf menerima bagiannya. Namun sebagai suatu kekurangan, haruslah
ditangani dengan segera agar ia tidak lagi membebani pihak Lembaga Zakat
Selangor. Permasalahan ini penulis dapatkan melalui wawancara penulis bersama
Puan Azimah, yaitu Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat (eksekutif bagian
perencanaan perusahaan) Lembaga Zakat Selangor.21Antara masalah-masalah
tersebut adalah:
a. Sebagian masyarakat tidak yakin dengan pendistribusian yang dilakukan oleh
institusi zakat khususnya dalam usaha mengentas kemiskinan. Di pihak
21 Wawancara pribadi dengan Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Pejabat Tadbir Urus Korporat, Lembaga Zakat Selangor (LZS), tanggal 24 Oktober 2010, jam 10.00 pagi bertempat di Kantor Majelis Agama Islam Selangor.
83
institusi zakat sendiri khususnya LZS, berbagai bantuan telah disalurkan
untuk memastikan asnaf fakir miskin mendapat pembelaan sewajarnya seperti
bantuan keuangan/makanan bulanan, bantuan pendidikan dan lain sebagainya.
Antara ujian yang dihadapi oleh LZS sendiri dalam menghadapi golongan
asnaf fakir/miskin/mualaf adalah:
- Sikap asnaf itu sendiri yang sentiasa ingin dibantu oleh institusi zakat dan
tidak ingin mandiri serta sentiasa mengharapkan bantuan setiap tahun.
- Kesulitan untuk mengenal sasaran golongan fakir, miskin dan muallaf.
Walaupun telah menggunakan panduan, masih terdapat keraguan dalam
penerimaan data. Contohnya, permohonan yang melepasi Had Kifayah
tetapi masih dalam keadaan susah dan muallaf yang memohon bantuan
muallaf sedangkan temponya telah habis.
- Terdapat asnaf yang telah diberi bantuan modal tetapi gagal meneruskan
perniagaannya dan memohon bantuan untuk perniagaan yang lain.
- Terdapat asnaf yang mengharapkan bantuan keuangan dan makanan semata
tanpa berusaha mencari pendapatan lain.
- Terdapat asnaf yang tidak memanfaatkan bantuan yang diberi dengan
sewajarnya, bantuan tersebut digunakan untuk perkara yang tidak memberi
faedah.22
22 Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan dan
Korporat, Op Cit.
84
- Terdapat pemohon bantuan zakat yang tidak bersikap jujur dan benar dalam
memberi laporan.
b. Persepsi umat Islam kepada penafsiran asnaf fakir/miskin bahwa mereka
haruslah dari golongan orang tua, ibu tunggal, orang cacat dan tidak memiliki
aset. Tidak kesemuanya layak dikategorikan sebagai asnaf fakir/miskin,
karena penilaian adalah berdasarkan had kifayah sebuah keluarga. Ada juga
persepsi menyatakan bahwa seorang yang mempunyai rumah khusus di kota,
tidak layak dikategorikan sebagai asnaf fakir/miskin.23
c. Pembelaan dan bantuan berlanjutan pada peringkat awal merupakan keperluan
bagi asnaf fakir/miskin yang telah memberikan had kifayah. Kebanyakan
asnaf fakir/miskin telah dibantu melalui programbimbingan dan bantuan
berlanjutan dari distribusi zakat yang diperoleh khususnya mereka yang
mendapat bantuan modal ekonomi. Namun, apabila mereka tidak terdaftar
sebagai penerima bantuan, ada diantara mereka yang tidak dapat meneruskan
kehidupan dan mereka kembali menjadi fakir/miskin.
d. Peningkatan distribusi zakat untuk asnaf fisabilillah berlaku di kebanyakan
negeri di Malaysia setiap tahun dan adanya pendapat agar institusi zakat perlu
mengurangkan distribusi zakat untuk asnaf fisabilillah. Tetapi jika dinilai,
distribusi zakat kepada asnaf fisabilillah adalah kebutuhan untuk menampung
keperluan aktivitas-aktivitas dakwah, pendidikan dan pengembangan syiar
23Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Op Cit.
85
yang secara tidak langsung membantu menangani masalah kemiskinan jiwa,
jati diri, akhlak dan ilmu di kalangan umat Islam.
e. Selain itu, LZS juga menghadapi pertindihan distribusi zakat yang
menyebabkan asnaf yang sama menerima bantuan. Hal ini berlaku disebabkan
oleh budaya distribusi zakat sendiri oleh pembayar kepada asnaf tanpa melalui
institusi zakat yang telah ada. Niat murni dan keinginan pembayar zakat
adalah suatu amalan yang mulia dan harus dipuji. Akan tetapi, adalah baik
sekiranya dilaksanakan secara bersama dengan institusi zakat untuk
menghindari berlakunya pertindihan penerima yang sama menerima
bantuan.24
f. Akhir ini terwujudnya satu persepsi masyarakat bahwa apabila berlaku kasus-
kasus berkaitan kemiskinan di kalangan umat Islam, segalanya dipertanggung
jawabkan kepada institusi zakat. Institusi zakat seperti LZS adalah pelengkap
bagi berbagai agensi kerajaan yang telah ada baik di peringkat Kerajaan Pusat
maupun Kerajaan Negeri. Tanggung jawab menangani kemiskinan adalah
tanggung jawab bersama antara berbagai agensi kerajaan, swasta, institusi
zakat dan masyarakat.25
24 Wawancara pribadi bersama Puan Azimah Mohd Tamyes, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Op Cit. 25 Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Ibid.
86
E. Analisa Pendistribusian Zakat Oleh Lembaga Zakat Selangor
Ibadah dalam Islam meliputi dua dimensi yaitu dimensi ruh dan fisik. Dimensi
ruh dan jasad ibadah tidak dapat dipisahkan, keduanya harus ada dalam
pelaksanaan ibadah. Selain itu dapat pula dipahami bahwa ibadah dalam Islam
selalu memiliki dua sisi yaitu sisi ritual dan juga sisi sosial. Kedua sisi merupakan
satu rangkaian bentuk pengabdian dan penyerahan diri manusia kepada Sang
Khalik dan juga kepedulian sosial manusia terhadap sesama makhluk. Salah satu
ibadah dalam Islam yang sarat dengan tujuan sosial adalah zakat.26 Untuk
melaksanakansisi ritual dan sisi sosial dalam pengurusan zakat memerlukan pihak
yang bertanggung jawab mengelola pengurusan zakat agar semuanya terlaksana
sebagaimana yang disyariatkan.
Pengurusan perkara berkaitan agama Islam adalah di bawah tanggung jawab
Majlis Agama Islam Selangor sebagai pembantu DYMM Sultan Selangor (ketua
agama Islam) sebagaimana yang dinyatakan dalam seksyen 6, Enakmen
Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003. Majlis Agama Islam Selangor
juga dipertanggung jawabkan untuk mencapai kemajuan dan pembangunan
ekonomi dan sosial umat Islam di Selangor. Dengan itu, keberadaan zakat dalam
kehidupan umat Islam menjadi dasar utama untuk mengentas dan menanggulangi
masalah kemiskinan.
26 H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif (Jambi: Sultan Thaha Press, 2008), h. 1.
87
Pengelolaan zakat oleh Baitulmal telah diberlakukan sejak awal pensyariatan
zakat. Hal tersebut telah dipraktekkan di Selangor. Namun, pihak Majlis Agama
Islam Selangor telah mengambil kebijakan dengan wewenang yang telah
diberikan (seperti yang dinyatakan pada seksyen 9, Enakmen Pentadbiran Agama
Islam Negeri Selangor 2003) untuk membina syarikat yang dinilai kewajarannya.
Maka, wujudlah institusi zakat yang dikenal dengan Lembaga Zakat Selangor
sebagai suatu institusi yang terpisah dari pengurusan Baitulmal. Dengan
kewujudan ini, Lembaga Zakat Selangor telah diberi kuasa untuk mengelola harta
zakat Selangor seluruhnya baik dari pengumpulan atau pendistribusian. Antara
tujuan lain pihak Majlis Agama Islam Selangor memisahkan pengurusan zakat
dari Baitulmal adalah dengan harapan agar pengelolaan zakat dapat ditingkatkan
untuk membantu asnaf di Selangor.
Aturan lain yang memberi wewenang kepada Lembaga Zakat Selangor
(MAIS) adalah yang dinyatakan dalam seksyen 40 & 43, bahwa Majlis bisa
menerima dan menggunakan peraturan-peraturan yang dibentuk dan bisa
menentukan tata caranya sendiri. Ini berarti LZS (MAIS) berkuasa sepenuhnya
dalam membentuk peraturan pengelolaan zakat di Selangor. Namun kewenangan
ini tetap dibatasi dengan keharusan mendapatkan kelulusan dari DYMM Sultan
Selangor. Setelah diteliti, pihak LZS (MAIS) tidak tamak dalam memegang kuasa
dalam pengelolaan harta zakat. Hal ini terbukti dengan pembentukan Lembaga
Pemegang Amanah (LPA) yang dilantik sendiri oleh LZS (MAIS) bagi mengawal
88
pelaksanaan pengelolaan harta zakat di Selangor. Selain itu, LPA telah dibentuk
dari berbagai golongan cerdik pandai agar bisa berkongsi ide dan pandangan
dalam mencari solusi yang terbaik dalam pengelolaan harta zakat Selangor.
Keberadaan komite Fatwa Negeri Selangor amat penting dalam memberikan
dan mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan pengelolaan harta zakat Selangor.
Karena tanpa keberadaan komite Fatwa Negeri Selangor berkemungkinan akan
berlaku perbedaan pendapat dalam penentuan pengelolaan harta zakat
karenaseperti yang diketahui tidak ada kesepakatan antara mazhab dalam
penentuan hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat.
Aturan yang memberi arti bahwa LZS (MAIS) berhak sepenuhnya dalam
penentuan tata cara pengelolaan serta membentuk aturan berkaitan zakat telah
dinyatakan dalam seksyen 87. Kewenangan itu ditentukan untuk Baitulmal, maka
dengan perubahan kuasa yang diberikan justru pihak LZS (MAIS) mendapat
kewenangan dalam membentuk peraturan berkaitan pengelolaan harta zakat di
Selangor. Segala peraturan yang dibentuk oleh LZS (MAIS) bisa dilaksanakan
setelah dipersetujui oleh DYMM Sultan Selangor.
Dari penelitian yang telah dibuat, penulis mendapati bahwa Lembaga Zakat
Selangor telah mengelola dana zakat dengan baik dan teratur. Bahkan Lembaga
Zakat Selangor telah menduduki tempat pertama dari semua negeri di Malaysia
dalam pengumpulan harta zakat. Kaedah dan sistem pengelolaan yang digunakan
oleh Lembaga Zakat Selangor tidak hanya dijadikan contoh oleh institusi zakat
negeri lain bahkan dijadikan contoh oleh institusi zakat negara lainnya. Bukti
89
keberhasilan Lembaga Zakat Selangor ini bisa dilihat melalui statistik jumlah
pengumpulan dan pendistribusian yang ada di bagian lampiran. Hasil yang cukup
membanggakan mampu menjelaskan bahwa sistem yang digunakan oleh
Lembaga Zakat Selangor sudah mencapai tahap yang amat memuaskan.
Hasil pengumpulan dan pendistribusian yang dicapai adalah dengan bantuan
dan kerjasama yang diberikan oleh penduduk negeri Selangor. Masyarakat mulai
sadar tentang kewajiban berzakat di samping kepentingan pengurusan zakat itu
dikelola oleh institusi zakat yang telah dilantik oleh kerajaan. Kecakapan dan
pengukuhan sistem yang digunakan oleh Lembaga Zakat Selangor juga berhasil
memberi keyakinan masyarakat agar perkara zakat dikelola oleh mereka.
Jelas bahwa keberadaan Lembaga Zakat Selangor telah banyak berusaha dan
membantu dalam menanggulangi masalah kemiskinan masyarakat di Selangor
umumnya dan para asnaf khususnya. Berbagai tantangan dan rintangan telah
dihadapi oleh Lembaga Zakat Selangor dalam mengelola pengurusan zakat.
Tantangan dan rintangan yang dinyatakan oleh penulis adalah antara masalah
yang utama yang perlu dihadapi oleh Lembaga Zakat Selangor. Perkara yang
lebih penting yang harus dihadapi adalah karena ibadah zakat merupakan satu
ibadah yang dinamik yang perlu dikelola sejalan dengan keperluan ummat semasa
tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip ibadah zakat. Adalah menjadi harapan
agar pelaksanaan pengelolaan zakat di Selangor terutama pendistribusian zakat
dapat dijadikan contoh kepada perbaikan perkembangan institusi zakat di
Malaysia seluruhnya demi menjamin kesejahteraan ummah.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti dan membahas mengenai pengelolaan zakat di Selangor yang
dilakukan oleh pihak Lembaga zakat Selangor, maka dengan ini penulis dapat
membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Di Malaysia, pengurusan tentang zakat secara keseluruhannya telah
diserahkan kepada pihak Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) dan hal ini
telah tertulis dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri. Kebanyakan
isntitusi zakat di Malaysia telah diprivatisasikan baik dari sudut pengumpulan
maupun pendistribusian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan zakat di setiap negeri. Kesan dari keputusan tersebut memberi
dampak yang positif kepada masyarakat Malaysia umumnya dan kepada
pengurusan institusi zakat khususnya.
Pengurusan zakat di Selangor dibawah tanggung jawab Majlis Agama
Islam Selangor. Sejak kemerdekaan, pengurusan zakat dikelola oleh Baitul
Mal Selangor akan tetapi kerajaan Selangor telah membuat kebijakan dengan
membentuk lembaga zakat yang terpisah dari Baitul Mal pada tahun 1994.
Dengan itu pengurusan zakat telah diprivatisasi pengelolaannya dari segi
pengumpulan dan distribusian zakat.
91
2. Sistem pengelolaan dana zakat di Selangor ditentukan oleh Lembaga Zakat
Selangor dibawah pengawasan Lembaga Pemegang Amanah yang dilantik
oleh Majlis Agama Islam Selangor. Ahli Lembaga Pemegang Amanah adalah
gabungan ahli agama, akademis, intelektual dan propesional agar pengurusan
pengelolaan zakat di Selangor dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu
adanya Majlis Fatwa Ulama Selangor yang mengeluarkan fatwa dalam
penentuan perkara berkaitan dengan hukum zakat antaranya penafsiran asnaf
yang berhak menerima zakat dan penentuan Had Kifayah asnaf.
Dengan bantuan pihak-pihak yang berkaitan maka pengelolaan zakat di
Selangor telah menunjukkan peningkatan dan kemajuan dalam pengurusan
pengumpulan maupun pendistribusian yang dibuat. Perkara ini bisa dilihat
melalui statistik pengumpulan dan pendistribusian zakat setiap tahun.
Lembaga Zakat Selangor juga telah memberdayakan dana zakat kepada asnaf
tidak hanya dalam bentuk pola tradisional bahkan dalam bentuk pola
kontemporer yaitu secara produktif. Perkara tersebut dapat dilihat dengan
adanya program-program bimbingan dan latihan yang direncanakan khusus
buat asnaf.
Dengan kuasa yang dimiliki oleh DYMM Sultan Selangor, Baginda telah
menyatakan bahwa semua pengumpulan harta zakat di Selangor adalah untuk
membantu umat Islam dan pembangunan ummah di Selangor saja. Maka
pendistribusian harta zakat Selangor hanya dialokasikan dalam negeri
92
Selangor dan diberikan kepada asnaf Selangor saja. Lebihan atau sisa dari
harta zakat akan dibagi-bagi antara asnaf mengikut kebutuhan masing-masing.
3. Usaha Lembaga Zakat Selangor sesuai dengan tujuan pendiriannya, yaitu
membangun kehidupan dan ekonomi masyarakat Islam di Selangor telah
dilaksanakan dengan baik. Ini dapat dilihat bahwa Lembaga Zakat Selangor
tidak hanya mendistribusikan zakat kepada asnaf bahkan menyediakan
program-program, fasilitas dan ruang untuk asnaf memproduktifkan harta
zakat yang diperoleh.
Lembaga Zakat Selangor telah melaksanakan amanah yang dipegang dengan
baik, perkara ini bisa dilihat melalui statistik pengumpulan harta zakat dan
pendistribusian dana zakat kepada asnaf diberlakukan dengan adil. Selain itu
berkurangnya jumlah distribusi dana zakat dari kalangan asnaf fakir dan
meningkatnya jumlah distribusi dana zakat dari kalangan asnaf miskin
menunjukkan bahwa Lembaga Zakat Selangor telah berhasil menangani
kemiskinan di Selangor.
Walaupun adanya permasalahan yang timbul dalam pendistribusian zakat, tapi
itu tidak menghalang peningkatan pengumpulan dan pendistribusian zakat
kepada asnaf. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Selangor sudah mulai
menerima keberadaan Lembaga Zakat Selangor sebagai institusi zakat yang
berwenang dalam mengelola harta zakat.
93
B. Saran-saran
Dalam menyingkapi permasalahan yang dihadapi oleh Lembaga Zakat
Selangor yang berkaitan dengan pendistribusian harta zakat kepada masyarakat
negeri Selangor, penulis mempunyai beberapa pandangan atau saran bertujuan
membantu masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan bisa menyadari
tentang kepentingan dalam berzakat serta dapat membuktikan syari’at Islam itu
benar-benar menjaga umatnya. Beberapa pandangan dan saran adalah seperti
berikut:
1. Dalam pengurusan pengelolaan harta zakat di Selangor seharusnya diadakan
program silaturrahim antara asnaf dan muzakki. Karena muzakki hanya
merasakan dirinya hanya harus memberi tanpa merasai bagaimana kehidupan
para asnaf. Dengan program silaturrahim ini juga berkemungkinan dapat
menghilangkan perasaan sebagian asnaf yang hanya sering meminta-minta
bantuan tanpa sebarang usaha.
2. Dilihat dari pendistribusian dana zakat kepada asnaf fisabilillah dengan
jumlah yang banyak dibanding asnaf lain, penurut pandangan penulis harus
diteliti keberhasilan pendistribusian tersebut dalam pembangunan ekonomi
umat Islam Selangor. Penyaluran dana zakat kepada asnaf fisabilillah
seharusnya tidak dengan penyaluran konsumtif bahkan seharusnya diadakan
penyaluran dalam bentuk produktif agar bisa dikembangkan manfaat
penyaluran tersebut. Misalnya, di sekolah-sekolah agama JAIS dibina ruang
94
untuk mempraktekkan keterampilan pelajar-pelajar bagi mengisi waktu
kosong mereka dengan perkara yang bermanfaat.
3. Dikarenakan tidak adanya peraturan tetap yaitu sanksi yang bisa dijadikan
rujukan, maka mengakibatkan berlakunya pertindihan dalam mengelola
penyeluran dana zakat. Maka pihak yang melakukan perkara tersebut tidak
dapat ditindak pidana karena tidak adanya peraturan yang membenarkan
perkara tersebut. Harus diketahui karena berlakunya pertindihan inilah
membuatkan asnaf merasa senang dan manja tanpa perlu berusaha sedangkan
rezeki itu tidak datang ‘bergolek’ melainkan dengan usaha.
95
DAFTAR PUSTAKA Al-Quran al-Karim Abdul Aziz Bari, Islam Dalam Perlembagaan Malaysia, Selangor, Intel
Multimedia and Publication, 2005. Abdul Ghafar Ismail dan Hailali Muji Tahir, Zakat Pensyariatan, Perekonomian
dan Perundangan, Kuala Lumpur, UKM, 2009. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, Jakarta, BAZIS
DKI, 1999. Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor, MAIS,
Bahagian Baitul Mal, 2005. Al-Ba’ly, Abdul Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat (Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah), (Terj), Jakarta, PT RajaGrafindo, cet 1, 2006. Al-Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Jakarta, Terbitan Bersama PT Pustaka Litera
AntarNusa dan Mizan, cet 4, 1996. Al-Qardhawi, Yusuf, Musykilat Al-Faqr Wa Kayfa ‘Alijaha Al-Islam, Beirut,
Muassasah Ar-Risalah, cet 10, 1994. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo,
2003. Departemen Agama, Pedoman Zakat Seri 9, Jakarta, Proyek Peningkatan Zakat
dan Wakaf, 2002. Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1996. Didin Hafidhuddin, dkk, The Power Of Zakat, Malang, UIN Malang Press, cet 1,
2008. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani,
2002. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, Jakarta, Nuansa
Madani, 2005. Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor 2003, Selangor, International Law
Book Services, 2009.
96
Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan $ Prinsip
Dasar), Jakarta, Institut Manajemen Zakat, 2004. Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang, UIN Malang
Press, cet 1, 2008. Fremont E. Kast dan James E. Rozenzwerg, Organisasi dan Manajemen (Suatu
Sistem dan Pendekatan Kontigensi), (Terj), Jakarta, PT Bina Aksara, 1986. H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, Jambi, Sulthan
Thaha Press, 2008. Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang (IKIM Law
Journal), Kuala Lumpur, Subscription Marketing, Vol. 4, No. 2, 2000. Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang (IKIM Law
Journal), Kuala Lumpur, Subscription Marketing, Vol. 6, No. 2, 1998. K. H. Sjechul Hadi Permono, Sumber-sumber Pengagihan Zakat, Jakarta, Pustaka
Firdaus, cet 2, 1994. K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka
Pembangunan Nasional (Persamaan Dan Perbedaannya Dengan Pajak), Jakarta, Pustaka Firdaus, cet 2, 1995.
Lahmudin Nasution, Fiqh 1, Jakarta, Logos, 1995. Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, Lembaga Zakat
Selangor 2009. Lili Bariadi, dkk, Zakat Dan Wirausaha, Centre For Entrepreneurship
Development, cet 1, 2005. Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Selangor,
Dawama, 2007. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
2008. Mahmood Zuhdi Ab. Majid, Kuasa-kuasa Dan Kaedah Pentadbiran Zakat Di
Malaysia, Jurnal Syariah,Vol. 2, 1994. Mohamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta, UI Press,
cet 1, 1988.
97
Mohamad Ridwan Yahya, Fiqih Dan Amaliyat Zakat, Jakarta, Pustaka Nawaitu, 2006.
Moh. Rifa’i, dkk, Kifayatul Akhyar, (Terj), Surabaya, PT Bina Ilmu, Jilid 1, 1997. Mohamad Uda Kasim, Zakat – Teori, Kutipan Dan Agihan, Kuala Lumpur,
Utusan Publication and Distributors, 2005. Mohd Ali Hj. Baharum, Zakat Ditinjau Dari Perspektif Sosial, Undang-undang
Dan Taksiran, Kuala Lumpur, dewan Pustaka Islam, 1989. Majalah Asnaf Selangor Tahun 2009, Lembaga Zakat Selangor. M. Arifin Purwakananta dan Nor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, Padang,
Forum Zakat (FOZ), 2008. Nik Hassan Nik Mustafa, Kaedah Pengagihan Dana Zakat (Suatu Perspektif
Islam), Kuala Lumpur, PPZ MAIWP, 2001. Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Kaherah Darul Fath. Shahih Bukhari, Riyadh, Dar al-Salam, 2000. Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang, UIN Malang Press,
2007. Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Terj), Jakarta, Rineka Cipta,
1993. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Terj), Jakarta, Penerbit Al-Mahira. Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh, Dimasyq, Dar Al-Fikr, Vol 2, cet
10, 2008. Zaid Husen al-Hamida, Fiqhul Muyassar, Jakarta: Pustaka Amani, 1994. Website:
1. http://zakat.com.my/store/KERTAS, diakses pada 17 Februari 2011.
2. http://www.e-zakat.com.my/had-kifayah/, diakses pada 19 Februari 2011.
3. http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/, diakses pada 19 Februari 2011.
4. http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/, diakses pada 19
Februari 2011.
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Table 4.6
JUMLAH PENGUMPULAN ZAKAT NEGERI SELANGOR (1995-2009)
TAHUN JUMLAH (RM) PENINGKATAN PERSEN
1995 15,895,317.80 - -
1996 28,626,866,01 12,731,548.21 80.10
1997 31,350,149.36 2,723,283.35 9.51
1998 37,368,301.35 6,018,151.99 19.20
1999 35,265,474.59 -2,102,826,76 -5.63
2000 51,346,870.74 16,081,396.15 45.60
2001 61,432,750.66 10,085,879.92 19.64
2002 78,906,125.90 17,473,375.24 28.44
2003 86,294,232.05 7,388,106.15 9.36
2004 107,820, 606.19 21,526,374.14 24.95
2005 133,156,386.40 25,335,780.21 23.50
2006 159,836,252.79 26,679,866.39 20.04
2007 202,089,144.00 42,252,891.21 26.44
2008 244,472,884.00 42,383,740.00 20.97
2009 283,787,046.00 39,314,162.00 16.08
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009
99
Table 4.7
JUMLAH DISTRIBUSI ZAKAT NEGERI SELANGOR (1994-2009)
TAHUN JUMLAH (RM) PENINGKATAN PERSEN
1994 14,044,147.00 - -
1995 19,428,008.27 5,383,861.27 38.34
1996 25,247,033.03 5.819,024.76 29.95
1997 24,293,549.97 -953,483.06 -3.78
1998 30,746,798.52 6,453,248.55 26.56
1999 31,673,722.25 926,923.73 3.01
2000 32,045,744.98 372,022.73 1.17
2001 52,529,725.65 20,483,980.67 63.92
2002 66,843,412.58 14,313,686.93 27.25
2003 85,240,949.41 18,397,536.83 27.52
2004 100,937,028.00 15,696,078.59 18.41
2005 114,170,658.14 13,233,630.14 13.11
2006 146,905,517.00 32,734,858.86 28.67
2007 176,979,357.00 30,073,840.00 20.47
2008 188,998,771.00 12,019,414.00 6.79
2009 275,893,749.48 86,894,978.48 45.98
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009
100
Table 4.8
ANALISA PENGUMPULAN ZAKAT PERNIAGAAN ANTARA NEGERI-
NEGERI DI MALAYSIA (2006&2005)
NEGERI 2006 (RM) 2005 (RM)
Wilayah Persekutuan 2 2,790,507.33 2 0,123,320.27
Selangor 2 7,547,360.90 2 0,319,330.00
Johor 1 5,475,260.60 1 4,913,593.68
Pahang 1 3,334,222.64 10,394,902.00
Kedah 1 3,571,298.19 6 ,589,960.80
Melaka 5 ,232,225.27 4 ,884,527.05
Negeri Sembilan 5 ,230,213.02 -
Terengganu 1 2,181,836.67 10,555,368.62
Sabah 9,270,801.71 5,126,351.20
Kelantan 10,987,510.85 7,579,739.44
Perlis 3,403,571.93 -
Perak 1 2,594,897.47 8,435,377.79
Sumber data: Kertas Kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim
101
Table 4.9
ANALISA PENGUMPULAN LAIN-LAIN HARTA ZAKAT ANTARA
NEGERI-NEGERI DI MALAYSIA (2006&2005)
NEGERI 2006(RM) 2005(RM)
Wilayah Persekutuan 31,390,320.85 29,918,589.81
Selangor 41,321,753.23 3 7,119,922.00
Johor 21,033,697.36 1 5,686,572.90
Pahang 6,365,843.31 6 ,218,967.00
Kedah 4,933,013.70 7,785,919.79
Melaka 4,882,855.00 1 7,692,093.97
Negeri Sembilan 7,430,044.75 1 1,447,591.98
Terengganu 12,101,481.17 1 1,202,517.89
Sabah 903,255.36 7 71,607.19
Kelantan 8,276,943.44 7 ,631,261.65
Perlis 1,889,614.65 -
Perak 16,338,432.91 19,108,157.69
Sumber data: Kertas kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim
102
Table 4.10
ANALISA PENGUMPULAN ZAKAT PENDAPATAN ANTARA NEGERI-
NEGERI DI MALAYSIA (2006&2005)
NEGERI 2006 (RM) 2005 (RM)
Wilayah Persekutuan 8 9,123,574.90 76,704,119.69
Selangor 8 1,074,470.56 66,343,660.00
Johor 9 ,969,329.99 5,686,447.05
Pahang 1 2,021,667.64 10,377,724.00
Kedah 1 6,223,357.85 15,385,170.86
Melaka 7 ,199,623.79 6,426,951.69
Negeri Sembilan 1 0,494,783.77 9,045,841.93
Terengganu 1 4,653,434.10 14,528,727.12
Sabah 1,899,011.64 1,162,400.53
Kelantan 11,462,862.06 9,430,489.37
Perlis 5,759,207.08 -
Perak - -
Sumber data: Kertas Kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim