Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk...

146
KEDUDUKAN PARTAI POLITIK ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TINJAUAN TERHADAP EKSISTENSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: BURHANUDDIN NIM: 104045201498 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Transcript of Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk...

Page 1: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

KEDUDUKAN PARTAI POLITIK ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2008 TINJAUAN TERHADAP EKSISTENSI

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

BURHANUDDIN NIM: 104045201498

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

KEDUDUKAN PARTAI POLITIK ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2008 TINJAUAN TERHADAP EKSISTENSI

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Burhanuddin

NIM: 104045201498

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. Atep Abdurofiq, M.Si.

NIP: 150 276 211 NIP: 150 371 092

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 3: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Desember 2008 M

14 Dzulhijjah 1429 H

Burhanuddin

Page 4: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT.

Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas,

Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga penulis diberikan kekuatan

fisik dan psikis untuk dapat menyelesaiakan skripsi ini yang berjudul: "KEDUDUKAN

PARTAI POLITIK ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008

(TINJAUAN TERHADAP EKSISTENSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA).”

Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi

Muhammad SAW. beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah

membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebahagiaan, kearifan hidup manusia dan

pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah

pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Skripsi ini, penulis susun guna memenuhi syarat akhir untuk mencapai Gelar

Sarjana Hukum Islam (S1) pada Program Studi Jinayah Siyasah konsentrasi Siyasah

Syari'yyah (HTNI) Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Setulusnya dari hati yang paling dalam penulis menyadari, bahwa suksesnya

penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

Page 5: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asmawi., M.Ag., dan Sri Hidayati, M.Ag., Ketua dan Sekretaris Program Studi

Jinayah Siyasah. (terima kasih atas pelayanan yang sangat memuaskan dan bantuan

yang tidak terlupakan).

3. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA., dan Atep Abdulrofiq, M.Si., Dosen Pembimbing,

yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan masukan dan

memberikan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan tenaga dan

pikirannya untuk mendidik penulis. Semoga do'a dan didikannya menjadi berkah

dan dapat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik.

5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberi-kan pelayanan,

fasilitas kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.

6. Dewan Pegurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera dan Redaktur Majalah Tarbawi

serta semua karyawan yang telah banyak membantu terutama memberikan

pelayanan dalam memperoleh bahan bacaan yang begitu besar manfaatnya untuk

penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Daeng mananring dan Hj. Hasmah yang selalu

penulis hormati dan sayangi, dan yang selalu mencurahkan kasih sayangnya

kepada penulis, memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan do’a demi kesuksesan

Page 6: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

penulis. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat dan

kasih sayangnya kepada mereka. Amiin.

8. Semua saudara penulis, yang telah membantu dengan doa dan materi yaitu: Abang

Drs.Zainal Abidin beserta isteri, kakak Nureha dan suami yang telah membantu

orang tua dikebun untuk biaya kuliahku, kakak Sofia S.Ag., dan suami, abang

Moh. Nawawi dan isteri, kakak Heriyati S.Ag., dan suami yang selalu meluangkan

waktunya untuk mentransferkan duit setiap bulannya meskipun sibuk sebagai

kepala KUA di Kab. Muara Jambi., kakak Faizah yang selalu memberikan arahan

dan masukan meskipun ada dikampung, dan khususnya kepada kakak Sholeha

S.Ag dan suami (Drs. Andi Baharuddin, S. IPI) serta ponaanku Muannas Jamilah

(Alm) yang selalu mendoakan penulis selama masa hidupnya dan telah meninggal

Maret 2008, karena kecelakan kendaraan dan ponaanku yang lucu-lucu yang telah

memberikan dorongan motivasi kepada penulis.

9. My Best Friend’s di markas pusat Asrama Wennang’e Amar, Gani, Herman,

Shadiq, penulis ucapkan terima kasih atas parsitipasinya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Teman-teman IKAMI SUL-SEL Jakarta, khususnya wilayah Ciputat, dan teman-

teman Organisasi yang lain, penulis tidak sebutkan namanya satu persatu. Semoga

apa yang kita cita-citakan dapat terlaksana.

11. Kepada teman-teman satu kelas SS angkatan 2004 yang selalu memberikan

kenangan tak terlupakan. Khususnya Muhammad Zamroni, Sidiq dan Ibnuddin

Page 7: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Fauzan. dan terakhir Oyok Tolisalim yang selalu membantu penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun

materil, penulis panjatkan do’a semoga Allah Swt membalasnya dengan imbalan

pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah

surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan

berkah bagi penulis dan semua pihak. Amin

Jakarta: 12 Desember 2008 M

14 Dzulhijjah 1429 H

Penulis

Page 8: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8

D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9

E. Metodologi Penelitian............................................................ 11

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 13

BAB II TEORI TENTANG PARTAI POLITIK

A. Definisi Partai Politik ............................................................ 15

B. Sejarah Ideologi Partai Politik dan Perkembangan Ideologi Agama

dalam Partai Politik .............................................................. 18

1. Sejarah dan praktek Ideologi Agama dalam Partai

Politik di Indonesia .......................................................... 26

Page 9: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

2. Sejarah Perkembangan Partai-Partai Politik

Islam di Indonesia .......................................................... 28

C. Fungsi Partai Politik dalam Organisasi Negara....................... 41

1. Fungsi di Negara Demokrasi ............................................ 42

2. Fungsi di Negara Otoriter................................................. 44

3. Fungsi di Negara-Negara Berkembang............................. 47

D. Sistem Kepartaian di Indonesia Pasca Orde Baru ................... 49

BAB III SEKILAS TENTANG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Latar Belakang Berdirinya PKS ............................................. 53

B. Perspektif Ideologi dan Program PKS.................................... 57

C. Visi dan Misi PKS ................................................................. 63

D. Strategi Politik PKS Menjelang Pemilu 2009 ........................ 67

BAB IV EKSISTENSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PASCA

LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008

A. Analisis Materi Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2008........................................................................ 79

1. Masalah verifikasi partai politik menurut Undang

Undang No. 2 Tahun 2008 ............................................ 82

2. Perbandingan persyaratan parpol sebagai badan

hukum menurut undang-undang No. 31 Tahun

2002 dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 .......... 85

Page 10: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

B. Prospek Partai Keadilan Sejahtera Pasca lahirnya Undang-Undang

No. 2 Tahun 2008 ................................................................ 87

C. Tantangan Partai Keadilan Sejahtera Menjelang Pemilu 2009

............................................................................................. 106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 115

B. Saran ..................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 120

LAMPIRAN

Page 11: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi telah membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan

kehidupan politik di Indonesia, masyarakat sendiri masih mempunyai kapasitas

yang relatif rendah untuk bisa melayani segala perubahan tersebut. Masyarakat

yang secara minimal memperoleh kesempatan untuk mengenal berbagai sistem

politik di dunia ini dan mencoba mengurus diri sendiri dengan mempraktekkan

salah satu atau kombinasi dari berbagai sistem politik yang dikenalnya, demikian

halnya dengan partai politik. Jauh sebelum proklamasi kemerdekaan, masalah yang

menyangkut partai politik serta kehidupannya sudah menjadi salah satu

pembicaraan utama di kalangan para politisi Indonesia, terutama para perintis

kemerdekaan telah memikirkan sistem kepartaian yang sesuai untuk dikembangkan

kelak di Indonesia.1

Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai

manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi,

apakah dia bertujuan sosial (seperti Budi Utomo dan Muhammadiah) ataukah

1 Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan

Pembangunan, cet. V, (Jakarta: CV. Rajawali, 1987), h. 21.

Page 12: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

terang-terangan menganut azas politik/agama.2 Pada tahun 1918 pihak Belanda

mendirikan Volksraad yang berfungsi sebagai badan perwakilan. Ada beberapa

partai serta organisasi yang memamfaatkan kesempatan untuk bergerak melalui

badan ini (yang dinamakan ko, namun ada pula yang menolak masuk didalamnya

yang dinamakan non-ko). Pada awalnya partisipasi organisasi Indonesia sangat

terbatas. Dari 38 anggota, disamping ketua seorang Belanda, hanya 15 orang

Indonesia, diantaranya 6 anggota Budi Utomo dan Sarekat Islam. Komposisi baru

berubah pada tahun 1931 waktu diterima prinsip “mayoritas pribumi”, sehingga

dari 60 orang anggota ada 30 orang pribumi. Pada tahun 1939 Fraksi Pribumi

terpenting dalam volksraad antara lain. Fraksi Nasional Indonesai.(FRANI) yang

merupakan gabungan dari beberapa fraksi, diantaranya Parindra dan perhimpunan

Pegawai Bestuur Bumiputra (PPBB). Ketua Volksraad tetap orang Belanda.3

Kehadiran partai politik dalam sejarah politik Indonesia modern dimulai

pada abad ke-20. Sejalan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah Hindia

Belanda yang banyak dipengaruhi oleh politik etis, berbagai asosiasi yang bercorak

etnis, kebudayaan, dan keagamaan bermunculan sejak tahun 1905. Partai-partai

politik bermunculan setelah Gubernur Jenderal Indenburg memberikan keleluasaan

kepada Sarekat Islam bergerak secara lokal, karena ia mengira organisasi ini tidak

akan terlibat dalam aktivitas politik. Partai-partai lain juga bermunculan dalam

2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet.VI, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2004), h. 171. 3 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2008), cet. Pertama, h. 423

Page 13: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

kurun 1910-1930, seperti Indesche Partij, ISDV (yang kemudian berubah menjadi

Partij Kominis Hindia), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh

Soekarno pada tahun 1927. Sepanjang empat dasawarsa abad ke-20, partai-partai

politik memberikan kontribusi yang besar dalam menumbuhkan semangat

nasionalisme Indonesia, kendatipun partai-partai itu tumbuh dan berkembang

berdasarkan ideologi politik yang berbeda-beda.4

Model demokrasi sebenarnya pernah dikemukakan pada tahun 1945-an dan

bahkan sebelumnya oleh Bung Karno yang menganjurkan agar partai-partai Islam

dapat menempatkan ahli-ahlinya dalam parlemen dan mengisi proses legislasi

dengan hukum-hukum Islam. Dengan demikian Bung Karno dan juga Bung Hatta

pun tidak menolak perjuangan penerapan syariat Islam.5 Terkait dengan hal ini

perlu ditegaskan sebagaimana dipaparkan Deliar Noer, dalam bukunya “Partai

Islam di Pentas Nasional; Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia

1945-1965” mengatakan bahwa:

“Berdirinya partai-partai Islam pada masa kemerdekaan perlu dilihat dengan latar belakang perkembangan politik Indonesia pada masa bersangkutan. Ini akan memungkinkan kita untuk melakukan penilaian tentang kedudukan partai, kekuatan dan kelemahannya. Disamping tentunya melihat kemampuan para pemimpinya serta struktur partai itu sendiri”.6

4 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah

Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet.

Pertama, h. 17 7-172.

5 Lihat, M. Dawam Rahardjo, ”Pulangnya Si Anak Hilang” dalam Komaruddin Hidayat

dan Ahmad Gaus AF (ed) Islam Negara dan Civil Society, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer, (Jakarta : Paramadina, 2005), Cet. Pertama, h. 8.

6 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembangan Politik

Indonesia 1945-1965, cet.II, (Bandung: Mizan, 2000 ), h. 47.

Page 14: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Bagaimanakah sekarang dengan eksistensi partai-partai Islam khususnya

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pada pemilu 1999, ditempatkan sebagai

tujuh partai besar (the big seven). Bersama dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 apakah partai tersebut dibatasi ruang geraknya atau justru

memberikan ruang gerak yang luas untuk meraih suara mayoritas dalam pemilihan

berikutnya?

Jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 bukan saja telah membuka

peluang kebebasan bagi kehidupan politik bangsa Indonesia, tetapi juga menum-

buhkan hasrat para tokoh politik, agamawan, pengusaha dan kalangan intelektual

untuk bangkit menggapai kekuasaan lewat partai politik.7 Salah satunya adalah

PKS yang merupakan partai politik berasaskan Islam,8 memiliki visi khusus, yaitu

partai yang berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini

dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dengan bekal visi itu,

partai mendasarkan prinsip kebijakannya sebagai partai dakwah. Artinya, dakwah

menjadi poros utama seluruh gerak partai, sekaligus menjadi karakteristik perilaku

para aktivis-nya dalam berpolitik. Dalam verifikasi faktual oleh KPU, partai ini

lolos di semua provinsi yang diajukan (27 provinsi). Menghadapi pemilu 2004,

PKS memenuhi kuota perempuan dalam daftar calon anggota legislatif usulannya,

dengan mengusulkan calon anggota legislatif perempuan sebanyak 37,4 persen.

7 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009,

(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 ), Cet. Pertama, h. Vii. 8 Lihat, Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera Bab I pasal 2

Page 15: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah satu sasaran PKS untuk mencapai tujuan adalah terwujudnya pemerintahan

yang jujur, bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai

kebenaran dan keadilan serta tegaknya masyarakat Islam yang memiliki

kemandirian berdasarkan sebuah konstitusi yang menjamin hak-hak rakyat dan

bangsa Indonesia.9

Pada umumnya perkembangan partai sejalan dengan perkembangan

demokrasi, dalam hal perluasan hak pilih dari rakyat dan perluasan hak-hak

parlemen. Semakin luas pertumbuhan fungsi-fungsi dan kebebasan majelis politik,

maka semakin tumbuh kesadaran para anggotanya untuk membentuk kelompok

antar-mereka dan bersaing dalam pentas politik. Semakin meluas hak individu

untuk memberikan suaranya, semakin mendesak pula keperluan pembentukan

komite untuk mengorganisasi dan menyalurkan suara para pemilih, serta penyedian

calon-calon untuk mereka pilih.10

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya

memiliki kedudukan (status) dan peranan (role) yang sentral dan penting dalam

setiap sistem demokrasi. Partai politik biasa disebut sebagai pilar demokrasi,

karena mereka memainkan peran yang penting sebagai penghubung antara

pemerintahan negara (the state) dengan warga negaranya (the citizens). Bahkan

menurut Schattscheider (1942), dalam “Political Parties Created Democracy”,

9 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, h. 304-305 10 Maurice Duverger, Asal Mula Partai Politik, dalam Ichlasul Amal (ed.) Teori-Teori

Mutakhir Partai Politik, cet. II, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1996), h. 2.

Page 16: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

partai politiklah yang membentuk demokrasi, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu,

partai politik merupakan pilar yang perlu dan bahkan sangat penting untuk

diperkuat derajat perlembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap

sistem demokratis. Derajat perlembagaan partai politik itu sangat menentukan

kualitas demokratisasi kehidupan politik suatu negara.11

Undang-undang partai politik adalah undang-undang yang pertama

disahkan dari empat undang-undang bidang politik lainnya seperti: undang-undang

Pemilu Legislatif, Susunan/Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, dan undang-

undang yang baru (UU Pilpres)12. Hal ini dapat dimengerti karena ketentuan-

ketentuan dan pengaturan tentang partai politik memang harus dibuat pertama kali

sebagai awal persiapan pemilu.13 Oleh karena itu, Kaidah demokrasi yang

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, dan tanggung

jawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam NKRI perlu berlandaskan

hukum, sebagaimana dalam Undan-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang partai

politik diperbaharui sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan

masyarakat yaitu kedalam UU No. 2 Tahun 2008.14

11 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,

(Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007 ), h. 710.

12 Maswadi Rauf, Perkembangan Undang-Undang Bidang Politik Pasca Amandemen

UUD 1945. Dalam “Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Bali, 14-18 Juli 2003,” buku II (Jakarta: PNRI, 2003), Cet. Pertama, h. 56.

13 Ibid., h. 63.

14 Konsideran Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Page 17: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Penelitian mengenai partai politik merupakan kegiatan ilmiah yang relatif

baru. Sekalipun bermacam-macam penelitian telah diadakan untuk mempelajari-

nya, akan tetapi hingga sekarang belum tersusun suatu teori yang mantap mengenai

partai sebagai lembaga politik.15 Karena itu perlu dikaji bagaimana kedudukan

partai-partai politik Islam khususnya PKS pasca lahirnya UU No. 2 Tahun 2008.

Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh kedudu-kan parpol

Islam dalam UU No. 2 Tahun 2008 dengan PKS sebagai studi kasus, alasan penulis

memilih PKS karena merupakan salah satu partai Islam yang fenomenal, dengan

melihat setiap peningkatan suara pada Pemilu 1999 dengan 1% dan pada pemilu

2004 meningkat dengan perolehan 7% suara.16

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah,

maka penulis membatasi hanya pada pembahasan partai politik masa pasca

orde baru, khususnya PKS salah satu parpol Islam kedudukannya di dalam UU

No. 2 Tahun 2008. Kedudukannya parpol dalam setiap sistem demokrasi, yakni

sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state) dengan warga

negaranya (the citizens) untuk menyampaikan aspirasi atau untuk

15 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.159

16 Oleh William Liddle Pengamat Politik Indonesia dari USA disampaikan pada acara West

East Conection pada siaran televisi swasta Metro TV Jumat 7 Nopember 2008.

Page 18: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

mempengaruhi proses-proses penentuan kebijakan umum yang berkaitan

dengan kepentingan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kemudian, apakah pasca disahkannya RUU Parpol menjadi UU No. 2

Tahun 2008 disebutkan tadi dapat berjalan dengan semestinya atau tidak. yaitu

memberikan kebebasan dan tidak menimbulkan diskriminasi bagi partai politik.

Baik partai besar maupun partai kecil, partai nasionalis maupun partai Islam

khususnya PKS. UU No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik akan menjadi

landasan hukum di dalam mengelola parpol sehingga menjadi parpol yang

kredibel, modern dan mandiri. Untuk itu penulis memberikan batasan masalah

dalam penelitian skripsi ini. Bagaimana kedudukan partai politik Islam dalam

UU No. 2 Tahun 2008 dan khususnya ditinjauan dari eksistensi PKS.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana eksistensi PKS pasca lahirnya UU No. 2 Tahun 2008?

2) Bagaimana konstestasi politik PKS sebelum RUU Parpol menjadi UU No.

2 Tahun 2008?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan diantaranya:

1) Mengetahui eksistensi PKS pasca lahirnya UU No. 2 Tahun 2008.

Page 19: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

2) Untuk mengetahui dengan jelas mengenai konstestasi politik PKS sebelum

RUU Parpol menjadi UU No.2 Tahun 2008.

2. Manfaat

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1) Sebagai sumbangan teoritas bagi masyarakat mengenai sebuah eksistensi

partai politik Islam yaitu dalam hal ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

2) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pengembangan khazanah keilmuan

dibidang politik.

3) Memberikan pemahaman tersendiri khususnya bagi penulis, dan umumnya

bagi masyarakat luas mengenai eksistensi PKS di dalam UU No. 2 Tahun

2008.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini, penulis berupaya untuk mencari berbagai

informasi dan tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini. Berikut paparan

tinjauan umum atas sebagian karya-karya peneliti tersebut:

Buku pertama, merupakan tesis karya dari Arsyad, “Dakwah Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Melalui Kaderisasi ” dalam beberapa bab menjelaskan

mengenai hubungan dakwah dengan partai politik dan kaderisasi, dan menganalisis

beberapa strategi politik pada bab keempat.

Page 20: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Buku kedua, merupakan skripsi karya dari Nor Qomariah, “Negara Islam

dalam Pandangan Politik Aktivis Perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Poin-poin inti pembahasannya adalah mengenai konsep negara Islam dalam

pandangan politik aktivis perempuan PKS dan agenda politik partai keadilan

sejahtera pada pemilu 2009.

Buku ketiga, yaitu karya yang merupakan edisi gabungan yang disusun oleh

Majelis Pertimbangan Pusat PKS, “ Memperjuangkan Masyarakat Madani”.

membahas mengenai falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan

pembangunan PKS.

Buku keempat, karya Dr.Yusri Ihza Mahendra, “Dinamika Tatanegara

Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem

Kepartaian”, menguraikan secara komperehensif tentang partai politik, mulai dari

zaman kolonial sampai kepada dinamika kepartaian di Indonesia pasca

kemerdekaan.

Buku kelima, "Dasar-Dasar Ilmu Politik" yang ditulis oleh Prof. Miriam

Budiardjo, dalam buku tersebut dibahas tentang konsep-konsep seperti politik

(politics), kekuasaan, pembuatan keputusan (decision making) fungsi Undang-

Undang Dasar, kelompok-kelompok politik, Dewan Perwakilam Rakyat, baik

didalam maupun diluar Indonesia, serta pembahasan yang paling urgen dalam

penulisan ini ialah tentang definisi partai politik, fungsi partai politik, klasifikasi

partai politik.

Page 21: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Buku keenam, karya Deliar Noer, “Partai Islam di Pentas Nasional; Kisah

dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965”, dalam bab 2 membahas

tentang berdirinya partai-partai Islam.

Dari semua penelitian tersebut, belum ada yang secara khusus meneliti

secara normatif kedudukan partai politik Islam dalam UU No. 2 Tahun 2008

ditinjau terhadap eksistensi PKS.

E. Metode Penelitian

Menurut Alfian sebagaimana dikutip Abuddin Nata, permasalahan politik

dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia dapat dipelajari dari sudut

kekuasaan, struktur politik, partisipasi politik, komunikasi politik, konstitusi,

pendekatan dan sosialisasi politik, pemikiran politik, dan juga kebudayaan politik.17

Dengan demikian pendekatan yang dipakai penulis merupakan gabungan

pendekatan konstitusi, pendekatan pemikiran politik dan kebudayaan politik dan

penulis akan menguraikan bagian-bagian metode penelitian yang digunakan,

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah

penelitian kepustakaan (library reseach) dan penelitian hukum normatif yang

bersandar pada ketentuan peraturan perundang-undangan.18 Jenis penelitian ini,

17 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam cet.IX, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004),

h. 324.

18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pres, 1986), h. 43.

Page 22: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

diambil sesuai dengan obyek penelitian yang dikaji melalui pendekatan

kualitatif19. Kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Kedudukan Partai politik Islam

dalam hal ini adalah PKS, sedangkan objeknya adalah di dalam UU Nomor 2

Tahun 2008.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Mengenai tehnik pengumpulan data, penulis akan memperoleh data

melalui studi kepustakaan atau dokumenter dan wawancara (interview)

terhadap para praktisi politik PKS dan para pengambil keputusan politik PKS.

Mencari, mengumpulkan, meneliti, dan menelaah serta mengkaji data dan

informasi dari berbagai media yang relevan dan obyektif.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis akan memperoleh data dari dua sumber

utama, yakni primer dan sekunder. Sumber primer dalam hal ini, adalah UU

No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik, Risalah Sidang Pembahasan RUU

Parpol serta berupa dokumentasi yang bersinggungan dan mengarah kepada

19 Lihat Dede Rosyada, Metodologi Penelitian,(T.tp., PAI Fak. Tarbiyah dan Keguruan), h.

11. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. dan lihat juga Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet. IX (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 2004) h. 173 Penelitian

kualitatif dilakukan terhadap objek penelitian yang bersifat sosiologis, sikap keagamaan,

kecerdasan, pengaruh kebudayaan dan sebagainya termasuk objek penelitian yang bersifat

kualitatif.

Page 23: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

bahasan mengenai kedudukan partai politik Islam dalam UU No. 2 Tahun 2008

serta tinjauan terhadap eksistensi PKS. Sedangkan sumber data sekundernya

adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan dan pembacaan terhadap

berbagai literatur kepustakaan tentang permasalahan kedudukan partai politik

Islam terutama yang berkenaan dengan PKS. Studi pustaka ini dimaksudkan

dapat menjadi dasar penyusunan desain penelitian, kerangka pemikiran atau

teori maupun proses penulisan.

5. Teknik Analisis Data

Dalam skripsi ini menggunakan analisis kualitatif, yaitu pendekatan isi

(content analysis), yang menekankan pada pengambilan kesimpulan dan

analisa yang bersifat deskriptif-deduktif. Seluruh data yang diperoleh akan

diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum, kemudian dikaji dan diteliti

selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu memberikan gambaran spesifik

dan relevan mengenai data tersebut.20

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan

oleh FSH UIN Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 125.

Page 24: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Kajian mengenai Kedudukan Partai Politik Islam dalam UU No. 2 Tahun

2008 (Tinjauan Terhadap Eksistensi Partai Keadilan Sejahtera), Sistematika

penulisannya adalah dibagi atas (5) lima bab, tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab

dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, perumusa masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metodologi, dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan teori tentang partai politik. Pada bab ini diuraikan definisi

partai politik, sejarah ideologi partai politik dan perkembangan ideologi

agama dalam partai politik, fungsi partai politik dalam organisasi

negara, serta sistem kepartaian di Indonesia pasca Orde Baru.

BAB III Merupakan bagian yang membahas sekilas tentang PKS. Di sini

membahas latar belakang berdirinya PKS, perspektif ideologi dan

program PKS, visi dan misi serta strategi politik PKS menjelang pemilu

2009

BAB IV Merupakan bagian yang membahas tentang eksistensi PKS pasca

lahirnya UU No. 2 Tahun 2008. Dimana poin-poin pembahasannya

adalah: Analisis materi-materi UU No. 2 Tahun 2008 diantaranya:

Masalah verifikasi partai politik menurut UU No. 2 Tahun 2008 dan

Perbandingan persyaratan parpol sebagai badan hukum menurut UU

No. 31 Tahun 2002 dengan UU No. 2 Tahun 2008 serta prospek partai

Page 25: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

PKS pasca lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 dan tantangan partai PKS

menjelang pemilu 2009.

BAB V Merupakan bab penutup, dalam bab ini disajikan dua buah konklusi

sebagai jawaban atas permasalahan inti dan mendasar yang diakhiri

dengan beberapa saran penting sebagai usulan follow up dari penulis.

Page 26: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

BAB II

TEORI TENTANG PARTAI POLITIK

A. Definisi Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-

cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik

dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional untuk

melaksanakan programnya.21

Untuk mengetahui apa dan bagaimana partai politik beroperasi, ada baiknya

kita melihat kembali literatur yang terkait dengan partai politik. Max Weber dapat

dikategorikan sebagai pendiri pemikiran politik modern (Brechon, 1999). Dalam

bukunya yang berjudul Economie et Societe (1959) Max Weber menekankan aspek

profesionalisme dalam dunia politik modern. Partai politik kemudian didefinisikan

sebagai organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya berkuasa

dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan

dari dukungan tersebut. Partai politik menurut Max Weber sangat berkembang

pesat di abad ke 19 karena didukung oleh legitimasi legal-rasional.22

21 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2008), Cet. Pertama, h. 403-404.

22 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di

Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. Pertama, h. 66

Page 27: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Banyak sekali definisi mengenai partai politik yang dibuat oleh para

sarjana. Para ahli ilmu politik diantaranya Carl J. Friedrich menuliskannya sebagai

berikut:

“A political, party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a government, with the further objective of giving to members of the party, throught such control ideal and material benefits and advantages”. (Partai

politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan

bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan

kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil).23

Sigmund Neumann dalam bukunya, “Modern Political Parties”,

mengemukakan definisi partai politik hampir sama dengan carl. J. Fredrich yang

menekankan adanya kompetisi kekuasaan, ia menyatakan:

“A political party is the articulate organization of society’s active political agents: those who are concerned with the control of governmental polity power, and who compete for popular support with other group or groups holding divergent views”. (Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis

politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta

merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau

golongan-golongan lainnya yang mempunyai pandangan yang berbeda).24

Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang

menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga

pemerintahan yang resmi.

Ahli lain yang juga turut merintis studi tentang kepartaian dan membuat

definisinya adalah Giovanni Sartori, yang karyanya juga menjadi klasik serta acuan

23 Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 404. 24 Ibid.

Page 28: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

penting. Menurut Sartori: “A party is any political group that present at elections,

and is capable of placing through elections candidates for public office” (Partai

politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui

pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki

jabatan-jabatan publik).25

Menurut UU No. 31 Tahun 2002 sebagai penyempurnaan atas UU No. 2

Tahun 1999 tentang Partai Politik, yang disebut sebagai Partai Politik adalah

organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak cita-cita untuk

memperjuangkan kepentingan anggota masyarakat, masyarakat, bangsa dan negara

melalui pemilihan. Seperti dikatakan oleh Appadorai:

“A political party is a more or less organized group of citizens who act together as a political unit, have distinctive aims and opinions on the leading political questions of controversy in the state, and who, by acting together as political unit, seek to obtain control of the government. It is based on two fundamentals of human nature: men differ in their opinions, and are gregarious; they try to achieve by combination what they cannot achieve individually.” (Partai politik adalah sedikitnya satu atau lebih kelompok yang mengorganisasi warga negara bertindak bersama-sama sebagai satu kesatuan politik, memiliki tujuan sendiri-sendiri dan pertentangan pendapat dalam negara melalui tindakan secara bersama sebagai kesatuan politik untuk memperoleh kekuasaan pemerintahan. Berdasar pada dua dasar alamiah manusia: manusia berbeda dalam pendapat mereka dan mencoba untuk mencapai tujuan bersama dengan bergabung apa-apa yang mereka tidak bisa wujudkan secara individu).

26

Setelah penulis memaparkan beberapa definisi mengenai partai politik yang

dibuat oleh para sarjana dan beberapa contoh definisi yang dibuat oleh para ahli

25 Ibid., h. 404-405 26 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,

(Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007 ), h. 709.

Page 29: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

ilmu klasik dan kontemporer. Akhirnya dapat di simpulkan bahwa hampir

keseluruhan mengartikan partai politik sebagai organisasi yang bersifat nasional

dan kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-

nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh

kekuasaan politik dengan melalui aturan-aturan yang telah ditentukan

(konstitusional) guna melaksanakan programnya. Kemudian dalam konteks

Indonesia, UU Republik Indonesia tentang partai politik telah diperbaharui sesuai

dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat yaitu kedalam UU No. 2

Tahun 2008 sebagaimana dalam bab I tentang ketentuan umum Pasal (1)

menyatakan: “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk

oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan

kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik

anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”27

B. Sejarah Ideologi Partai Politik dan Perkembangan Ideologi Agama dalam

Partai Politik

Kata ideologi telah mengalami pasang surut dalam suatu zaman. Kata ini

merupakan kata kunci di mana semua aspek kehidupan manusia di analisis

berdasarkan kata ini. Kata ini tidak hanya bergerak mengikuti waktu.

27 Pasal (1) UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Page 30: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Penggunaannya pun begitu meluas.28

Masing-masing disiplin ilmu menerjemah-

kan secara berbeda tentang arti kata ‘ideologi’. Namun, dalam kajian ini

memfokuskan diri pada ideologi politik. Dalam berbagai kajian, ideologi politik

didefinisikan sebagai suatu paham dan nilai tertentu yang digunakan untuk

mencakupi semua usaha mencapai suatu kondisi ideal tertentu. Kata ‘ideologi’

memiliki arti yang sangat individual, menekankan bahwa masing-masing

kelompok dan sistem sosial akan membentuk ideologi29

.

Aron (1965) membedakan ideologi menjadi dua konsep. Pertama,

memposisikan ideologi sebagai suatu sistem global tentang penafsiran dan

tindakan. Ideologi memerankan peran dan fungsi yang mengarahkan bagaimana

aktor atau individu memahami dan memberikan arti pada setiap peristiwa yang

terjadi. Ideologi sangat membantu aktor politik untuk menyederhanakan fenomena

yang bersifat kompleks dan multi dimensi. Kedua, diasosiasikan dengan agama

sekuler. Kekuatan ideologi tidak berbeda dengan agama dalam memotivasi para

aktor politik untuk bertindak dan bersikap. Yang membedakan, ideologi adalah

hasil konstruksi manusia dan bukan institusi kewahyuan.30

Gramsci (1971) dan Rude (1980) mencoba membangun konsep ideologi

yang lebih bersifat politik. Mereka membedakan konsep ideologi menjadi dua,

antara ideologi ‘organik’ dan ‘inheren’ dengan ideologi ‘tradisional’ atau

28 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di

Era Demokrasi, h. 82-83

29 Ibid. 30 Ibid.

Page 31: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

‘turunan’. Konsep ideologi organik muncul sebagai hasil dari interaksi sosial dan

ekonomi suatu masyarakat. Sementara itu, ideologi tradisional merupakan hasil

dari kejadian besar dalam sejarah suatu masyarakat tertentu. Menurut Finbow

(1993), ideologi organik dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Ideologi populer

(populaire ideology), ideologi utama (central ideology), dan ideologi publik

(public ideology). Ideologi populer mencerminkan pengalaman suatu kelompok

populer seperti petani, buruh, dan gerakan-gerakan sosial baru. Ideologi utama

dibangun berdasarkan kepentingan pribadi (self interest) dan kesadaran umum,

seringkali ditemukan dalam kelompok profesional pengusaha. Sementara itu,

ideologi publik dikembangkan oleh aktor-aktor publik seperti politisi dan birokrat.,

juga oleh aktor-aktor antara seperti media, pers, dan wartawan. Pembentukan

ideologi publik ini tidak terlepas dari faktor sejarah, tekanan publik dan agenda

serta kepentingan individu-individu domina31

Karena memberikan pengesahan

kepada pemerintah, ideologi membenarkan adanya status quo.

Ideologi juga bisa digunakan oleh para pembaharu atau pemberontak untuk

menyerang status-quo. Sekalipun pemerintah bisa menindas warga negara dengan

menggunakan dalih “hak ketuhanan raja” atau “kehendak sejarah”, tapi para

pemberontak bisa membenarkan tindakan kekerasan mereka dengan bersandar

pada prinsip “hak-hak dasar” atau “kehendak yang kuasa”. Ideologi yang dianggap

sarat dengan kepentingan kelas pekerja bukan tidak bisa digunakan untuk

31 Ibid., h. 83-84.

Page 32: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

menentang kekuasaan negara borjuis, selain juga untuk memisahkan kekuasaan

diktator terhadap kelas pekerja.32

Dengan memberikan dasar etika pada pelaksanaan kekuasaan politik,

ideologi juga bisa mempersatukan rakyat suatu negara atau pengikut suatu gerakan

yang berusaha mengubah negara. Ideologi yang memungkinkan adanya

komunikasi simbolis antara pemimpin dan yang dipimpin, untuk berjuang bahu

membahu demi prinsip bukan pribadi juga merupakan suatu pedoman untuk

memilih kebijakan dan prilaku politik. Bahkan, ideologi juga memberikan cara

kepada mereka yang menginginkan akan arti keberadaannya dan tujuan

tindakannya. Karena itu keberhasilan suatu ideologi tertentu, sedikit banyaknya

merupakan masalah kepercayaan yang lahir keyakinan yang rasional. Ini berlaku

sama baik untuk ideologi yang bersifat demokratis dan otoriter.33

Ideologi juga dapat diartikan sebagai sistem kepercayaan dan norma.

Sistem kepercayaan dalam hal ini melihat bahwa ideologi memberikan basis

legitimasi bagi para penganutnya untuk berfikir, bersikap dan bertindak atas suatu

permasalahan tertentu. Ideologi memberikan gambaran tentang alasan, kekuatan

dan motivasi tindakan individu. Untuk dapat menjadi sistem kepercayaan, ideologi

harus mampu meyakinkan para penganutnya mengenai 'kebenaran' (truthfulness)

pemikiran dan ajarannya. Mereka harus bisa dibuat percaya bahwa ideologi

tersebut merupakan suatu keniscayaan yang menjadi bekal utama untuk

32 Carlton Clymer Roodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, cet.V (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2002), h. 105. 33 Ibid.

Page 33: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

mengembangkan sistem kepercayaan. Misalnya, dalam ideologi yang berlandaskan

pada suatu agama tertentu (Partai Islam, Kristen, atau Katolik) ajaran-ajaran agama

dipercaya akan mampu menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat. Mereka

tidak dapat menggunakan ajaran agama sebagai basis ideologi politik kalau tidak

mempercayai bahwa ajaran agama mereka memiliki kekuatan, kebenaran dan

petunjuk untuk membawa kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Sehingga,

ajaran agama mereka perlu diperjuangkan secara politis.34

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan

meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan

serta diikut sertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara

spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan

pemerintah di pihak lain. Pada awal perkembangannya, pada akhir dekade 18-an di

negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada

kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis

dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-

tuntutan raja. 35

Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar

parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur

pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum (caucus

party). Karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan

34 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di

Era Demokrasi, h. 100-101. 35 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 397-398

Page 34: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

masyarakat, kelompok-kelompok politik di parlemen secara perlahan juga berusaha

mengembangkan organisasi massa. Maka pada akhir abad ke-19 lahirlah partai

politik, yang pada masa selanjutnya berkembang menjadi penghubung (link) antara

rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak lain.36

Partai semacam ini dalam praktiknya hanya mengutamakan kemenangan

dalam pemilihan umum, sedangkan pada masa antara dua pemilihan umum

biasanya kurang aktif. Lagi pula partai sering tidak memiliki disiplin partai yang

ketat, dan pemungutan iuran tidak terlalu dipentingkan. Partai ini dinamakan

patronage party, yaitu partai lindungan yang dapat dilihat dalam rangka patron-

client relationship yang juga bertindak sebagai broker. Partai mengutamakan

kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota, maka dari itu sering dinamakan

partai massa. Biasanya terdiri atas pendukung dari berbagai aliran politik dalam

masyarakat sepakat untuk bernaung dibawahnya untuk memperjuangkan suatu

program tertentu. Program ini biasanya luas dan agak kabur karena harus

memperjuangkan terlalu banyak kepentingan yang berbeda-beda, misalnya Partai

Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat.37

Perkembangan selanjutnya di dunia Barat timbul pula partai yang lahir di

luar Parlemen. Partai-partai ini kebanyakan bersandar pada suatu asas atau ideologi

atau Weltanschaung tertentu seperti sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen

Demokrat, dan sebagainya. Dalam partai semacam ini disiplin partai lebih ketat.

36 Ibid. 37 Ibid.

Page 35: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Pimpinan partai yang sangat sentralistis menjaga kemurnian doktrin politik yang

dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat

anggota yang menyimpang dari garis partai yang telah ditetapkan. Maka dari itu

partai semacam itu sering dinamakan Partai Kader, Partai Ideologi, atau Partai

Asas (sosialisme, fasisme, komunisme, sosial demokrat). Ia mempunyai Pandangan

hidup juga digariskan dalam kebijakan pimpinan dan berpedoman pada disiplin

partai secara sangat ketat dan mengikat, pendidikan kader sangat diutamakan.

Terhadap calon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi anggota

pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap seleksi. Untuk memperkuat

ikatan batin dan kemurnian ideologi, maka dipungut iuran secara teratur dan

disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta keputusan-

keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan. Sehingga, partai kader biasanya lebih

kecil dari partai massa.38

Akan tetapi pembagian tersebut sering dianggap kurang

memuaskan karena dalam setiap partai ada unsur lindungan (patronage) serta

perantara (brokerage) di samping pandangan ideologi, asas, serta pandangan hidup,

sekalipun dalam takaran yang berbeda.39

Sesudah pecahnya Revolusi Perancis pada tahun 1789, ketika raja dengan

parlemennya memperebutkan supremasi, para wakil yang duduk dalam Majelis

Nasional Perancis mengelompokkan diri dalam badan tersebut sesuai dengan

pandangannya yang extrem. Para wakil yang sangat anti-kerajaan duduk di ujung

38 Ibid., h. 398-399

39 Ibid.

Page 36: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

kiri, sedang penduduk setia raja duduk di ujung kanan, dan kelompok-kelompok

dengan pandangan yang lebih moderat duduk di antara mereka. Bahkan sekarang

ini diparlemen Perancis dan dalam badan-badan parlemen lain di dunia, partai yang

memerintah dan pejabat-pejabat kabinetnya duduk di sisi kanan ketua parlemen,

sedangkan partai-partai oposisi duduk di sisi kirinya. Dewan perwakilan rakyat

yang menganut sistem banyak partai, tempat duduk disusun dengan setengah

lingkaran mengelilingi kursi ketua dewan, dan pengunjung yang ada di balkon

majelis akan bisa mengenali delegasi partai Komunis yang biasanya duduk di

ujung paling kiri ketua dewan. Dari tempat yang tidak jauh dari ketua, tampak

kelompok sosialis duduk di sebelah kanan kelompok komunis. Di Perancis, yang

tradisi partai kirinya amat mewarnai konflik politik negeri itu, para delegasi

parlemen kerap melakukan debatan yang sengit mengenai siapa yang harus

didudukan didalam suatu posisi tertentu. Dalam politik, seperti halnya agama,

simbol-simbol dan upacara ritual seringkali mengalahkan hakikat kebijakan dan

keyakinan.40

Jika dewasa ini pengertian ‘kiri’ atau ‘kanan’ digambar dalam suatu

spektrum linier, maka terdapat di satu ujung sikap ”extrem kiri” yaitu campur

tangan negara dalam kehidupan sosial dan ekonomi secara total. Sedangkan

diujung yang lain sikap “extrem kanan” adalah pendukung pasar bebas secara total.

40 Carlton Clymer Roodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, h. 106.

Page 37: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Dibawah diperlihatkan secara sederhana perbedaan antara ideologi “Kiri” dan

“Kanan”.41

Tabel. 1 Pembedaan ideologi ”Kiri” dan “Kanan”

“KIRI” “KANAN”

• Perubahan, kemajuan

• Kesetaraan (equality) untuk

lapisan bawah

• Campur tangan negara (dalam

kehidupan sosial/ekonomi)

• Hak

• Status quo, konservatif

• Privilege (untuk lapisan atas)

• Pasar bebas

• Kewajiban

1. Sejarah dan praktik Ideologi Agama dalam Partai Politik di Indonesia

Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi

bangkitnya kesadaran nasional. Suasana itu semua organisasi, apakah ia bertujuan

sosial (Budi Utomo dan Muhammadiyah) atau terang-terangan menganut asas

politik-agama (Sarekat Islam dan Partai Katolik) atau asas politik sekuler (PNI dan

PKI) memainkan peran penting dalam berkembangannya pergerakan nasional.42

Pada umumnya, baik kalangan Islam maupun kalangan di luar Islam mengakui

bahwa ajaran Islam mengandung ideologi. Hal ini dikemukakan antara lain oleh

Soekarno ketika ia memperkenalkan Pancasila tanggal 1 Juni 1945. Ia anjurkan

agar kalangan Islam bekerja keras untuk mengisi (melalui pemilihan umum) kursi-

kursi dewan perwakilan rakyat sehingga keputusan-keputusan yang dihasilkan

sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan Soekarno sendiri, walau secara pribadi tidak

41 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 400. 42 Ibid., h. 423

Page 38: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

memperjuangkan ini, tidak menafikan pendapat yang mengatakan bahwa ajaran

Islam mengandung ideologi.43

Umumnya partai-partai Islam (Masyumi, PSII, NU, Perti dan PPTI)

berpegang pada pendapat ini. Perumusan bisa berbeda-beda seperti yang telah kita

perhatikan dari Anggaran Dasar tiap-tiap partai, baik dalam pasal yang mengenai

asas, maupun maksud dan tujuan. Juga pengambilan paham atau sumber rujukan

bisa berbeda: dari Al-Quran dan Sunnah ataupun dari kitab atau ajaran mazhab

tidak berarti mengesampingkan Al-Quran dan Sunnah, karena mereka berpendapat

bahwa (1) ajaran mazhab juga berpangkal pada Al-Quran dan Sunnah. (2) tidak

semua orang mampu merujuk langsung pada Al-Quran dan Sunnah.44

Masalah

mazhab dan tidak bermazhab ini sebenarnya telah selesai dalam lingkungan ummat

Islam di Indonesai pada masa sebelum perang. Berbicara dalam rangka partai,

masalah ini pun tidak perlu muncul. NU, Perti, (dan PPTI) berpegang pada

mazhab. Dalam lingkungan partai seperti Masyumi itu soal mazhab tidak

merupakan masalah, maka antara berbagai partai Islam itu pun -dipandang dari

ajaran agama (Islam)- seharusnya tidak ada masalah mazhab. Tetapi kenyataan

memperlihatkan sebaliknya, sekurang-kurangnya dalam mencari pengikut secara

politik. Para juru kampanye partai (kecuali agaknya PSII) dalam menghadapi

Pemilihan Umum tahun 1955 di berbagai tempat tidak bisa melepaskan diri untuk

mendiskreditkan partai Islam lain karena soal mazhab ini. Ini terutama berlaku bagi

43 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembangan Politik

Indonesia 1945-1965, h. 460 44 Ibid., h. 460

Page 39: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Masyumi dalam berhadapan dengan NU, dan Masyumi berhadapan dengan Perti

ataupun sebaliknya.45

2. Sejarah Perkembangan Partai-Partai Politik Islam di Indonesia

Pada awal abad 20 sudah ada papol yang diawali oleh organisasi yang

mencantumkan asas dan tujuan dalam kartu anggotannya. Pada mulanya Budi

Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta belum mengutamakan

dibidang politik. Anjuran Dokter Wahidin Sudirohusodo tersebut masih

menekankan pada bidang pendidikan dan pengajaran. Sebagai “perintis” organisasi

modern. Artinya sudah mencantumkan asas dan tujuan organisasi dalam Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Oleh karena itu usaha Dokter

Wahidin adalah mengadakan studiefonds. Usaha ini merupakan suatu rintisan

untuk mengadakan organisasi yang lebih luas dari soal pengajaran saja. Ini

merupakan ciri khas perjuangan melawan penjajah dan merupakan perubahan dari

wujud perlawanan bersenjata menjadi perlawanan yang lebih menekankan pada

bentuk organisasi yang lebih maju, yaitu menggu-nakan perlawanan seperti yang

terdapat dinegeri Barat juga. Perkembangan menjadi lebih pesat tatkala Indische

Partij (IP) memperjuangkan kemerdekaan “Kemerdekaan Indonesia” berdasarkan

kebangsaan Indierschap, IP didirikan oleh Dr. E.F.E Douwes Dekker dibandung

pada tanggal 25 Desember 1912.46

45 Ibid., h. 460-461. 46 P.K. Poerwantana, Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), Cet.

Pertama h. 6-7.

Page 40: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Partai politik di Indonesia yang telah berdiri sejak masa kolonial telah

menjalani beberapa fase perkembangan sesuai dengan rezim yang membentuknya.

Pada masa kolonial, partai politik lahir sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran

nasional.47

Masa-masa sebelumnya, seperti di era Orde Lama, kekuatan politik

Islam juga mengalami keterbelahan, seperti dalam partai Nahdatul Ulama (NU),

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan kekuatan lain yang lebih kecil,

misalnya Persatuan Tarbiyah Islamiyah Kemerdekaan (Perti) dan Partai Sarekat

Islam Indonesia (PSII). Bahkan diera kemerdekaan, fragmentasi sempat terjadi

ditengah upaya kaum nasionalis Islam bekerjasama melawan penjajah. Sarekat

Islam (SI) misalnya, yang oleh Kover dan Deliar Noer, disebut sebagai partai

politik pertama di Indonesia.48

Lantaran kesadaran yang mendalam akan

pentingnya memperbaiki komunikasi antara partai-partai dan organisasi yang

berasaskan Islam, maka K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah), K.H.A Wahab

Chasbullah (NU), dan pemimpin-pemimpin Islam lainnya dari SI, Al-Irsyad, Al-

Islam (organisasi Islam lokal di Solo), Persyarikatan Ulama (Majalengka, Jawa

Barat) dan lain-lain, telah berhasil membentuk suatu badan federasi MIAI (Majelis

Islam A’la Indonesia) di Surabaya pada tanggal 21 September 1937. Inisiatif

kearah persatuan dan saling pengertian.49

Rezim pemerintahan Jepang yang sangat

represif bertahan sampai tiga setengah tahun. Semua sumber daya, baik kekayaan

47 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 448. 48 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2008), Cet. Pertama h. 2. 49 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi Tentang

Perdebatan dan Konstituante Edisi Revisi, (Jakarta: LP3ES, 2006), Cet. Pertama, h. 97

Page 41: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

alam maupun tenaga manusia, dikerahkan untuk menunjang perang "Asia Timur

Raya". Dalam rangka itu pula, semua partai dibubarkan dan setiap kegiatan politik

dilarang. Hanya golongan Islam diperkenankan membentuk suatu organisasi sosial

yang dinamakan Masyumi, disamping beberapa organisasi baru yang diprakarsai

penguasa.50

Masyumi yang merupakan satu-satunya organisasi yang dalam masa

rezim ini telah memamfaatkan kesempatan tersebut untuk berorganisasi secara

efektif. Hal ini menyebabkan Masyumi muncul sebagai partai yang paling besar

pada awal revolusi. Beberapa organisasi dari zaman kolonial yang bergabung

misalnya Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama.51

Setelah mengalami penerunan peran pada masa pendudukan Jepang,

peranan partai politik mengalami masa kejayaan pada masa demokrasi

parlementer. Usaha kearah pembentukan pemerintahan yang demokratis dengan

partai politik sebagai pilar utamanya mengalami kegagalan karena demokrasi

berkembang menjadi demokrasi yang tidak terkendali (unbridled democracy). Pada

saat itu mulailah rezim otoriter yaitu Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi

Pancasila. Pada dua priode ini beberapa pasal dari UUD 1945 diberi tafsiran

khusus sehingga dibuka peluang untuk berkembangnya sistem non-demokrasi.

Dalam kedua rezim otoriter ini, partai politik tidak banyak memainkan peran

bahkan dapat dikatakan perannya dikooptasi oleh Presiden Soekarno pada masa

50 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 424

51 Ibid., h. 428

Page 42: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Demokrasi Terpimpin dan oleh Presiden Soeharto pada masa Demokrasi Pancasila.

Keadaan non-demokratis ini berlangsung selama hampir 40 tahun.

Dalam kaitannya dengan peran partai politik, baik rezim Soekarno maupun

Soeharto melihat partai politik sebagai sumber kekacauan dari sistem politik yang

mereka bangun.52

Jika dilihat dari ketidakstabilan politik yang terjadi pada zaman

demokrasi parlementer, mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan pembangunan antara Jawa dan Luar Jawa. Sejak tahun 1953,

ketidakpuasan itu semakin meluas. Kalangan militer - yang juga mengalami

keretakan karena persaingan antara pimpinannya- turut mendorong pergolakan di

daerah-daerah yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat. Setelah

pemilu 1955, mulai terlihat tanda-tanda disintegrasi nasional dengan semakin

meningkatkannya semangat regionalisme.53

Setelah meletusnya Gerakan 30 September 1965, pemerintahan Demokrasi

Terpimpin runtuh. Kalangan militer yang tampil pada masa awal Orde Baru

berusaha dan berhasil membangun format politik baru di Indonesia. Secara

perlahan mulai ditiupkan opini bahwa partai-partai politik adalah “biang keladi”

ketidakstabilan politik dalam negeri dengan segala implikasi- nya. Semangat

kurang menyukai partai terlihat dengan jelas dalam kampanye Golkar pada tahun

52 Ibid., h.448

53 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah

Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet.

Pertama, h. 185

Page 43: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

1971. Ini pula yang menyebabkan Golkar enggan menyebut dirinya sebagai partai

politik, walaupun memenuhi syarat untuk disebut demikian.54

Fragmentasi dalam politik Islam pasca Orde Baru ternyata tidak lagi

berpola klasik antara sub kultur Tradisional versus Modernis. Tapi telah

berkembang lebih kompleks dimana masing-masing sub kultur mengalami

keterbelahan pula, seperti antara kubu Substansial versus Formalis. Kaum

Formalis, sebagaimana labelnya, merupakan kelompok yang mengingkan Islam

tetap dijadikan ideologi dan partai. Sedangkan, kaum Substansialis menginginkan

Islam tak perlu lagi diformalkan seperti diera Orde Lama, tetapi cukup menjiwai

misi dan program partai. Di lingkungan NU, kaum Formalis bersama-sama

membentuk PKU dan PNU, sedangkan, kaum Substansialis bergabung dalam PKB,

kendati baru sebatas retorika politik. Pengkotakan dalam dua kubu berhadapan tadi

tidak saja terjadi dalam lingkungan tradisionalis, tetapi juga melanda lingkungan

modernis, dimana kaum Formalis ramai-ramai membentuk PK yang sekarang

berubah menjadi (PKS). Partai Bulan Bintang (PBB), dan lain-lain. Di sisi lain,

kaum Substansialis membentuk partai inklusif model Partai Amanat Nasional

(PAN), dan sebagainya menjadi pendukung Golkar.55

Periode reformasi bermula ketika presiden Soeharto turun dari kekuasaan

21 Mei 1998. Sejak itu hari demi hari ada tekanan atau desakan agar diadakan

pembaharuan kehidupan politik kearah yang lebih demokratis. Diharapkan bahwa

54 Ibid., h. 187

55 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, h. 17

Page 44: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

dalam usaha ini kita dapat memamfaatkan pengalaman kolektif selama tiga priode

1945 sampai 1998. Dalam konteks kepartaian ada tuntutan agar masyarakat

mendapat kesempatan untuk mendirikan partai. Atas dasar itu pemerintah yang

dipimpin oleh B.J. Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999

tentang Partai Politik. Perubahan yang didambakan ialah mendirikan suatu sistem

dimana partai-partai politik tidak mendominasi kehidupan politik secara

berlebihan, akan tetapi yang juga tidak memberi peluang kepada eksekutif untuk

menjadi terlalu kuat (executive heavy) sebaliknya, kekuatan eksekutif dan legislatif

diharapkan menjadi setara atau nevengeschikt sebagaimana diamanatkan dalam UU

1945.56

Partai politik yang mendaftarkan diri di Dapartemen Kehakiman berjumlah

141 partai. Tetapi setelah diseleksi tidak semuanya dapat mengikuti pemilihan

umum1999. partai politik yang memenuhi syarat untuk menjadi peserta pemilihan

umum hanya 48 saja. Hasil pemilihan umum 1999 (lihat Tabel. 2) menunjukkan

bahwa tidak ada partai yang secara tunggal mendominasi pemerintahan dan tidak

ada partai yang memegang posisi mayoritas mutlak yang dapat mengendalikan

pemerintahan. PDIP yang memperoleh suara dan kursi paling banyak (35.689.073

suara dan 153 kursi) ternyata tidak dapat menjadikan Megawati Soekarnoputri

(ketua umum) Presiden RI yang ke-4. dengan adanya koalisi partai-partai Islam

dan beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di DPR, yang dikenal dengan

poros tengah, posisi PDIP menjadi kalah kuat. Sebagai akibat yang dipilih oleh

56 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 449-450

Page 45: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

MPR menjadi presiden adalah pendiri PKB, partai di DPR yang hanya

memperoleh 51 kursi, yaitu KH. Abdurrahman Wahid.57

Tabel. 2 Perolehan suara dan kursi enam besar dalam pemilihan umum 1999

Partai Perolehan suara Persentase Perolehan

Kursi Persentase

PDIP 35,689.073 33,74 153 33,11

Golkar 23.741.749 22,44 120 25,97

PPP 11.329.905 10,71 58 12,55

PKB 13.336.982 12,61 51 11,03

PAN 7.528.956 7,12 34 7,35

PBB 2.049.708 1,93 13 2,81

Sumber: Komisi Pemilihan Umum RI.

Menjelang pemilihan umum 2004 partai-partai yang perolehan suaranya

dalam pemilihan umum 1999 tidak memadai dan yang karena itu tidak dapat

mengikuti pemilihan umum, berbenah lagi untuk dapat ikut. Ada yang bergabung,

ada pula yang bermetamorfose menjadi partai baru. Pendek kata, mereka harus

menyesuaikan diri dengan ketentuan UU No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik

dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD. Keenam partai yang disebutkan diatas dengan sendirinya dapat mengikuti

pemilihan umum 2004, tanpa di verifikasi lagi. Selain itu, partai yang sudah ada

sejak pemilihan umum 1999, menjelang pemilihan umum 2004 juga bermunculan

lagi partai-partai baru. Pada awal 2003, akibatnya jumlah partai politik bertambah

lagi; sampai 237 partai yang terdaftar di Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

57 Ibid.

Page 46: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Manusia. Kemudahan mendirikan partai seperti yang terjadi menjelang pemilihan

umum 1999 masih berlangsung saat ini.58

Dalam usaha untuk mengurangi jumlah partai, ditentukan juga persyaratan

yang dinamakan Electoral Threshold. Electoral Threshold ini adalah keadaan yang

harus dipenuhi oleh partai politik atau gabungan partai politik yang boleh

mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Electoral threshold untuk

pemilihan legislatif 3% dari jumlah kursi di DPR atau 5% dari perolehan suara sah

suara nasional.59

Akan tetapi, pada pemilihan umum 2004 ada dua tahap seleksi yang harus

mereka lalui untuk dapat menjadi peserta pemilu. pertama, seleksi yang dilakukan

oleh Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia. Kedua, seleksi yang

dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum. Mereka yang tidak lolos pada seleksi

pertama tidak diperbolehkan mengikuti seleksi tahap kedua. Dari jumlah tersebut

yang dapat mengikuti seleksi di KPU hanya 50 partai, sedangkan yang lolos seleksi

tahap kedua sehingga dapat mengikuti pemilihan umum 2004 hanya 24 partai.

Dengan demikian pada akhirnya jumlah partai yang mengikuti pemilihan umum

2004 adalah separo dari peserta pemilihan umum 1999.60

Selain kuantitas, ada hal lain yang patut dicatat dari kehidupan kepartaian

di Indonesia pada masa ini hal pertama berkenaan dengan konsilidasi internasional.

58 Ibid., h. 451 59 Ibid. 60 Ibid.

Page 47: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Seperti telah menjadi gejalah umum bahwa kalangan elit partai-partai besar tidak

solid setelah pemilihan umum berlalu, dengan berbagai sebab yang melatar

belakangi. Tidak jarang friksi itu kemudian menjadi perpecahan yang berujung

pada munculnya pengurus tandingan atau kepengurus ganda, dan ada pula yang

memisahkan diri untuk mendirikan partai baru.61

Gejala seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru dalam politik Indonesia.

Pada masa demokrasi parlementer 1950-an fenomena serupa sudah terjadi. Pada

masa itu elit partai yang meresa tidak terakomodasi didalam kabinet, misalnya,

dapat dengan mudah memisahkan diri untuk kemudian mendirikan partai baru.

Untuk masa yang akan datang kemungkinan mendirikan partai baru oleh elit yang

kecewa dapat diperkecil karena beratnya persyaratan yang telah ditetapkan dalam

UU. Pengalaman seleksi partai menjelang pemilihan umum 2004 menunjukkan

dengan jelas betapa beratnya persyaratan bagi sebuah partai untuk dapat menjadi

peserta pemilihan umum. Akan sia-sia saja mendirikan partai jika tidak memenuhi

standar sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan umum.

Hal kedua berkenaan dengan adanya kebebasan dalam hal asas.

sebelumnya, dalam UU No. 3 Tahun 1985 Tentang Partai Politik dan Golongan

Karya ditegaskan bahwa Pancasila harus menjadi satu-satunya asas bagi semua

partai dan Golkar, tanpa embel-embel lain. Sebaliknya UU No. 2 Tahun 1999, 31

Tahun 2002, dan UU yang terbaru sekarang yaitu No. 2 Tahun 2008 memberikan

kebebasan kepada partai politik untuk menggunakan asas lain selain Pancasila.

61 Ibid.

Page 48: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Oleh karena itu bermunculanlah partai-partai politik yang berasas lain seperti

nasionalisme ataupun keagamaan. Hal ketiga berkenaan dengan hubungan sipil-

militer. Salah satu hal yang membedakan priode reformasi dengan sebelumnya

adalah semangat untuk menghapuskan peran militer dalam politik. Hal ini

mempunyai pengaruh langsung terhadap kehidupan kepartaian. Jika masa Orde

Baru militer dan (Pegawai Negeri Sipil) tidak dibenarkan menjadi anggota partai

politik (namun secara diam-diam merupakan pendukung setia Golkar sesuai

dengan prinsip mono-loyalitas), pada masa pasca Orde Baru banyak tokoh

purnawirawan militer yang menjadi fungsionaris atau pemimpin partai.62

Hal keempat berkenaan dengan masuknya orang-orang yang berlatar

belakang politik menjadi elit partai politik. Diantara mereka ada yang berasal dari

kalangan pengusaha, akademisi, ulama, ataupun seniman. Gejalah ini sebenarnya

sudah terjadi menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Baru, tetapi pada masa

reformasi terjadi percepatan secara signifikan. Namun sejauh ini masih terlalu dini

untuk memberikan penilaian mengenai apa dan bagaimana warna yang diberikan

oleh para politisi baru itu.63

Pemilihan yang dilaksanakan 7 Juni 1999 itu juga memunculkan hasil yang

polanya mirip dengan pemilihan umum 1955, yaitu hanya ada sejumlah kecil partai

politik yang memperoleh dukungan besar. Hanya 5 partai yang memperoleh

dukungan seperti itu, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai

62 Ibid. 63 Ibid., h. 452-453

Page 49: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP),

dan Partai Amat Nasional (PAN). Ada beberapa partai yang cukup berpengaruh

tetapi tidak cukup besar perolehan suara atau kursinya, seperti Partai Keadilan

(PK) dan Partai Bulan Bintang (PBB). (lihat, Tabel. 3). Sedangkan sebagian besar

yang lain hanya memperoleh jumlah kursi yang tidak signifikan untuk

mempengaruhi proses pengambilan keputusan di DPR. Dengan menentukan syarat-

syarat untuk menjadi peserta ditambah dengan ketentuan Electoral Threshord

jumlah partai yang duduk dalam DPR dapat dikurangi secara alamiah.64

Seperti pemilihan umum 1999, hasil pemilihan umum 2004 juga

mengeliminasi sejumlah partai dan memunculkan beberapa partai besar. Ada tujuh

partai yang sama sekali tidak memiliki kursi,65

yaitu; PBS, Partai Merdeka, PPIB,

PPNUI, Partai Patriot Pancasila, PSI, PPD. Tujuh partai yang memenuhi Electoral

Thershord (karena memperoleh sekurang-kurangnya untuk memilih legislatif 3%

dari jumlah kursi di DPR dan untuk memilih presiden dan wakil presiden 3% dari

jumlah kursi di DPR 5% dari perolehan suara sah suara nasional), dan 10 partai

lainnya memperoleh kursi tetapi tidak memenuhi Electoral Thershold. Tujuh partai

yang tidak memperoleh kursi dan 10 partai lainnya memperoleh kursi tetapi tidak

memenuhi Electoral Thershold tersebut jelas tidak dapat mengikuti pemilihan

umum 2009 kecuali harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan UU.

Dengan demikian pemilihan umum telah menjadi sarana pengurangan jumlah

64 Ibid. 65 Ibid.

Page 50: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

partai secara alamiah.66

Pada pemilihan umum 2004 jumlah kursi di DPR yang

diperebutkan adalah 550 kursi, jumlah pemilih terdaftar 148.000.369, jumlah suara

sah 133.487.617.

Tabel. 3 Perolehan Suara dan Kursi Tujuh Besar dalam Pemilihan Umum

Legislatif 2004.67

Nama Partai Suara Persentase Kursi Persentase

Golkar 24.480.757 21,58 128 23,27

PDIP 21.026.629 18,53 109 19,81

PKB 11.989.564 10,57 52 9,45

PPP 9.248.764 8,15 58 10,54

P Demokrat 8.455.225 7,45 57 10,36

PKS 8.325.020 7,34 45 8,18

PAN 7.303.324 6,44 25 4,54

Sumber: Komisi Pemilihan Umum

Sejarah perkembangan partai politik Indonesia 1908-2006 secara ringkas

dituangkan dalam tabel berikut: 68

Tabel. 4 Sejarah Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-2006

Periode

Pemerintahan

Sistem Pemerintahan Sistem Partai

1908-1942 Zaman Kolonial Sistem Multi Partai

1942-1945 Zaman Pendudukan Jepang Partai politik dilarang

1945-1959 Zaman Demokrasi Parlementer

A. Masa Perjuangan

17Ags-14 Nop 1945 1. Sistem Presidensil; UUD 1945 Satu partai PNI

14 Nop 1945- 1949 2. Sistem Parlementer; UUD 1945 Sistem multi-partai

66 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, h. 268

67 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 454 68 Ibid.

Page 51: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

1949-1950 3. Sistem Parlementer; UUD RIS Sistem multi-partai

B. Masa Pembangunan

(Building Nation)

1950-1955 4. Sistem Parlementer; UUD 1950 Sistem multi-partai.

Pemilihan umum 1955 menghasilkan 27 partai

dan 1 perorangan yang

memperoleh kursi di

DPR

1955-1959 5. Sistem Parlementer Sistem multi-partai

Periode Pemerintahan Sistem Pemerintahan Sistem Partai

1959-1965 Demokrasi Terpimpin; UUD 1945

1. 1959

Maklumat Pemerinta-

han 3 Nopember 1945

Dicabut. Diadakan

Penyederhanaan Partai Sehingga Hanya Ada

10 Partai Yang Diakui:

PKI, PNI, NU, Partai Katolik, Partindo, Par-

kindo, Partai Murba,

PSSI Arujdi, IPKI dan

Perti. Masyumi dan PSI dibubarkan pada

tahun 1960.

2. 1960 Dibentuk Front Nasio-nal yang mewakili

semua kekuatan poli-

tik. PKI masuk berda-

sarkan prinsip Nasa-kom. ABRI masuk

lewat IPKI.

1965-1998 Demokrasi Pancasila; UUD 1945

1. 1966 PKI dan Partindo

dibubarkan

2. 27 Juli 1967 Konsensus Nasional

a.l. 100 anggota DPR diangkat.

Page 52: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

3. 1967-1969

Eksperimen dwi-partai

dan dwi-group dilaku-

kan di beberapa kabu-

paten di Jawa Barat, namun dihentikan pada

awal 1969.

Periode Pemerintahan Sistem Pemerintahan Sistem Partai

4. 1971 Pemilihan umum dengan 10 Partai

5. 1973 Penggabungan partai

menjadi 3 partai yaitu

Golkar, PDI, dan PPP.

6. 1977, 1982, 1987, 1992, dan

1997

Pemilihan umum

hanya diikuti oleh tiga

orsospol (Sistem multi-partai terbatas)

PPP, Golkar, dan PDI.

7. 1982 Pancasila satu-satunya

asas.

8. 1984 NU Khittah.

9. 1996 PDI pecah

1998 (21 Mei) ... Reformasi; UUD 1945 yang

diamandemen 1. 1999 (Juni)

2. 2004 (April)

Kembali Ke Sistem

Multi-Partai. Pemilu Dengan 48 Partai; 7

Partai Masuk DPR

Yaitu Partai Golkar,

PDIP, PKB, PPP, Partai Demokrat, PKS,

dan PAN

C. Fungsi Partai Politik dalam Organisasi Negara

Berikut ini diuraikan fungsi partai politik di negara-negara yang menganut

sistem demokrasi, otoriter dan negara-negara berkembang dalam transisi ke arah

demokrasi.

1. Fungsi di Negara Demokrasi

a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Page 53: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Di masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak ragam pendapat

aspirasi yang berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu

kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak

di tanpung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.

Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation).

Sesudah digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam

bentuk yang lebih teratur. Proses ini dinamakan perumusan kepentingan

(interest articulation). Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan

mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan

saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan

kesimpangsiuran dan benturan dikurangi. Agregat dan artikulasi itulah salah

satu fungsi komunikasi partai politik. Setelah itu partai politik merumuskannya

menjadi usul kebijakan. Usul kebijakan ini dimasukkan kedalam program atau

platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau disampaikan

melalui parlement kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public

policy). Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada

pemerintah melalui partai politik.69

b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisai politik diartikan sebagai suatu proses yang

melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena

69 Ibid., h. 405-406.

Page 54: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah

bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya

mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.

Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya

masyarakat menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai,

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik

merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture)

suatu bangsa.70

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik

kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang lebih

berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai

yang mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangankan diri.

Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan

pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk

masuk kebursa kepemimpinan nasional.71

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Potensi konflik selalu ada disetiap masyarakat, apalagi di masyarakat

yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), sosial-ekonomi,

70 Ibid., h. 407. 71 Ibid., h. 408

Page 55: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila

keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut paham demokrasi,

persaingan dan perbedaan dianggap hal yang wajar. Akan tetapi di dalam

negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan

mudah mengundang konflik.72

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi-nya,

atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat

negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elit partai dapat menumbuhkan

pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan

pendukungnya. Pada tataran yang lain dapat dilihat pendapat dari ahli yang

lain, Arend Lijphart (1968). Menurut Lijphart: perbedaan-perbedaan atau

perpecahan di tingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama diantara elite-

elite poltik. (segmented or subcultural cleavages at the mass level could be

overcome by elite cooperation). Dalam konteks kepartaian, para pemimpin

partai adalah elite politik.73

2. Fungsi di Negara Otoriter

Menurut paham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada

situasi apakah partai komunis berkuasa di negara di mana ia berada atau tidak. Di

negara di mana partai komunis tidak berkuasa, partai-partai politik lain dianggap

sebagai mewakili kepentingan kelas tertentu yang tidak dapat bekerja untuk

kepentingan umum. Dalam situasi seperti itu, partai komunis akan mempergunakan

72 Ibid., h. 409 73 Ibid.

Page 56: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

setiap kesempatan dan fasilitas yang tersedia (seperti yang banyak terdapat

dinegara-negara demokrasi) untuk mencari dukungan seluas-luasnya, misalnya

dengan jalan memupuk rasa tidak puas dikalangan rakyat. Partai komunis bertujuan

mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna

menguasai semua partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang

demokratis. Maka dari itu, partai ini menjadi paling efektif di negara yang

pemerintahannya lemah dan yang rakyatnya kurang bersatu.74

Akibat karakternya yang demikian, partai komunis sering dicurigai dan di

beberapa negara bahkan dilarang. Akan tetapi tindakan semacam itu juga ada

bahayanya. Sebab dalam keadaan seperti itu partai akan bergerak di bawah tanah,

sehingga justru sukar diawasi. Apabila tidak menemukan jalan untuk merebut

kekuasaan, partai akan mencoba mencapai tujuan melalui kerjasama dengan partai-

partai lain dengan mendirikan Front Rakyat atau Front Nasional (popular front

tactics).75

Berbeda halnya apabila partai komunis berkuasa. Disini partai komunis

mempunyai kedudukan monopolistis, dan kebebasan bersaing ditiadakan. Dapat

saja ia menentukan diri sebagai partai yang paling dominan, seperti yang terjadi di

Uni Soviet, China, dan negara-negara komunis Eropa Timur. Partai komunis juga

melaksanakan beberapa fungsi, tetapi pelaksanaannya sangat berbeda dengan yang

ada di negara-negara demokrasi. Misalnya, dalam rangka berfungsi sebagai sarana

74 Ibid., h. 410 75 Ibid.

Page 57: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

komunikasi politik partai menyalurkan informasi untuk mengindoktrinasikan

masyarakat dengan informasi yang menunjang usaha pimpinan partai. Arus

informasi lebih bersifat dari atas kebawah, dari pada arus dua arah.76

Fungsi sebagai sarana sosialisasi politik lebih ditekankan pada aspek

pembinaan warga negara ke arah kehidupan dan cara berfikir yang sesuai dengan

pola yang ditentukan oleh partai. Proses sosialisasi ini dilakukan secara ketat di

sekolah, organisasi pemuda, tempat kerja seperti pabrik dan sebagainya, dan

melalui dominasi partai di hampir segala sektor kehidupan masyarakat. Sebaliknya,

dinegara-negara demokrasi partai berperan untuk menyelenggarakan integrasi

warga negara kedalam masyarakat umum. Partai juga berfungsi sebagai sarana

rekrutmen politik. Akan tetapi dalam hal ini ia mengutamakan orang yang

mempunyai kemampuan untuk mengabdi kepada partai, yang menguasai ideologi

Marxisme,-Leninisme, dan yang kelak mampu menduduki kedudukan pimpinan

untuk mengawasi kegiatan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Untuk itu si

calon anggota harus menjalani masa percobaan di mana ia harus memenuhi

standar-standar ketat mengenai pengabdian dan kelakuan, baik pribadi maupun di

muka umum, yang ditetapkan oleh Partai Komunis.77

Jadi, uraian tadi jelaslah kalau dikatakan bahwa fungsi partai politik di

negara komunis berbeda sekali dengan partai dalam negara yang demokratis.

Mengenai perbedaan ini Sigmund Neumann menjelaskan sebagai berikut: jika di

76 Ibid., h. 411 77 Ibid., h. 412

Page 58: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

negara demokrasi partai mengatur keinginan dan aspirasi golongan-golongan

dalam masyarakat, maka partai komunis berfungsi untuk mengendalikan semua

aspek kehidupan secara monolitik. Jika dalam masyarakat demokratis partai

berusaha menyelenggarakan integrasi warga negara kedalam masyarakat umum,

peran partai komunis ialah untuk memaksa individu agar menyesuaikan diri

dengan suatu cara hidup yang sejalan dengan kepentingan partai (enforcement of

conformity). Kedua fungsi ini diselenggarakan melalui propaganda dari atas ke

bawah.78

3. Fungsi di Negara-Negara Berkembang

Di negara-negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama

lain; demikan pula keadaan partai politiknya menunjukkan banyak sekali variasi.

Kecuali di beberapa negara yang berlandaskan komunisme. Satu peran yang sangat

diharapkan dari partai poitik adalah sebagai sarana untuk memperkembangkan

integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru

sering dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan,

daerah, serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya

menjadi satu bangsa. Akan tetapi pengalaman di beberapa negara menunjukkan

bahwa partai politik sering tidak mampu membina integrasi, akan tetapi malah

menimbulkan pengotakan dan pertentangan yang mengeras.79

78 Ibid. 79 Ibid., h. 413

Page 59: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Karena pengalaman tersebut diatas, banyak kritik telah dilontarkan kepada

partai-partai politik, dan beberapa alternatif telah diikhtiarkan. Salah satu jalan

keluar diusahakan dengan jalan meniadakan partai sama sekali. Hal ini telah

dilakukan oleh Jenderal Ayub Khan dari Pakistan pada tahun 1958; bahkan

parlemen dibubarkan. Akan tetapi sesudah beberapa waktu partai-partai muncul

kembali melalui suatu UU yang diterima oleh parlemen baru, dan Presiden Ayub

Khan sendiri menggabungkan diri dengan salah satu partai politik. Pengalaman

ini menunjukkan bukti bahwa sekalipun partai politik banyak segi negatifnya, pada

dasarnya kehadiran serta parannya di negara-negara berkembang masih penting

dan sukar dicarikan alternatif.80

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa di negara-negara berkembang

partai politik, sekalipun memiliki banyak kelemahan, masih tetap dianggap sebagai

sarana penting dalam kehidupan politiknya. Usaha melibatkan partai politik dan

golongan-golongan politik lainnya dalam proses pembangunan dalam segala aspek

dan dimensinya, merupakan hal yang amat utama dalam negara yang ingin

membangun suatu masyarakat atas dasar pemerataan dan keadilan sosial. Jika

partai dan golongan-golongan politik lainnya diberi kesempatan untuk

berkembang, mungkin ia dapat mencari bentuk partisipasi yang dapat menunjang

usaha untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di negara itu. Mungkin bentuk

ini dalam banyak hal akan berbeda dengan partai di negara yang sudah mapan,

80 Ibid., h. 414

Page 60: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

karena disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan dalam negeri. Setidak-tidaknya

di negara-negara yang keabsahan pemerintahannya sedikit banyak diuji oleh

berjuta-juta rakyat dalam pemilihan umum berkala, partai-partai politik dan

organisasi kekuatan sosial politik lainnya menduduki tempat yang krusial.81

D. Sistem Kepartaian di Indonesia Pasca Orde Baru

Sistem kepartaian adalah suatu mekanisme interaksi antarpartai politik

dalam sebuah sistem politik berjalan. Maksudnya, karena tujuan utama dari partai

politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-

program yang disusun berdasar ideologi tertentu, maka untuk merealisasikan

program-program tersebut partai-partai politik yang ada berinteraksi satu dengan

yang lainnya dalam suatu sistem kepartaian. Secara klasik, setidaknya merujuk

pada teori Maurica Duverger (1967:207), terdapat beberapa sistem kepartaian

yang dapat digunakan dalam merealisasikan interaksi antarpartai dalam suatu

sistem politik, yakni: one-party system (sistem satu partai), two-party system

(sistem dua partai), serta multy-party system, (sistem banyak partai).82

Orde Baru selalu perlu disebut dan diingatkan kembali dalam setiap

penulisan siapa pun tentang partai dan sistem kepartaian di Indonesia karena Orde

Baru membentuk dan memaksakan suatu sistem mono-partai terselubung -terlepas

dari kenyataan bahwa ada tiga partai yang hidup saat itu- yang berlang-sung

81 Ibid., h. 414-415 82 Leo Agustina, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet. Pertama, h.112-113.

Page 61: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

puluhan tahun.83

Ketika Orde Baru jatuh pada tahun 1998, mulainya masa

reformasi, Indonesia kembali pada sistem multi-partai (tanpa dominasi satu

partai).84

Pemilu 1999 ketika PDIP yang memiliki sisilah politik ke PNI (hasil

lebur pada pemilu 1977) kembali memuncaki perpolitikan Indonesia, setelah

hampir 20 tahun “tiarap” dengan dikooptasi rezim Orde Baru. Kemenangan PNI

pada masa Orde Lama, bila dilihat dari kiprah dan peran politik pada saat itu, bisa

juga dikategorikan mirip dengan sitem partai tunggal dominan totaliter, yang

partainya sangat mendominasi pemerintahan dan militer, masa ini selama enam

kali melaksanakan pemilu, lebih mirip menggunakan sistem partai tunggal otoriter

satu sisi, dan di sisi lain menggunakan sistem banyak partai dominan. Hal itu

terbukti dengan secara berturut-turut Golkar memuncaki setiap penye-lenggara

pemilu. Bahkan, pada pemilu 1997 Golkar hampir mencapai 78, 2%.85

Pada era reformasi, jarak ideologi yang menjadi parameter sistem

kepartaian yang digunakan, kembali muncul dengan adanya dua kutub kekuatan di

sisi lain pada partai-partai politik peserta pemilu 1999. Melihat pluralisme ekstrem

kembali menjadi kecendrungan sistem kepartaian saat itu. Dua kutub kekuatan

dimaksud ialah ideologi nasional dan ideologi agama, kemudian yang dimaksud

tiga kutub kekuatan ialah nasionalis sekuler, nasionalis radikal, dan Islam.

Nasionalis sekuler diwakili PDIP dan Golkar, nasionalis radikal ditunjukkan oleh

83 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 ), Cet. Pertama, h. 3.

84 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 422. 85 Said Gatara dan Dzulkiah Said, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan

Kajian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), Cet. Pertama, h. 234.

Page 62: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

perilaku PRD, sedangkan Islam lebih banyak melekat pada PPP, PBB dan PK

Sejahtera. Yang menarik di sini ialah benturan kepentingan dan ideologi yang

sangat kontras tersebut tidak serta merta mengarah pada perilaku melepaskan diri

dari bumi pertiwi (sentrifugal), melainkan mereka tetap pada komitmen kuat untuk

merapat pada integritas nasional (sentripetal). Dengan demikian, tidak menjadi

rumusan baku ketika pluralisme ekstrem memiliki kecendrungan sentrifugal.86

Sebuah gejala yang menarik sedang terjadi di Indonesia. Banyak yang mengatakan

sebagai eforia politik, ada juga yang menyebutnya ‘aji mumpung’ atau anggapan-

anggapan lainnya. Yang pasti, faktanya memperlihatkan bahwa sejak gerakan

reformasi berhasil mengguling-kan Orde Baru dan perpolitikkan di Indonesia

beralih kembali menganut sistem multi partai, banyak sekali partai baru yang

bermunculan.87

86 Ibid., h. 235

87 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di

Era Demokrasi, h. xxv

Page 63: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

BAB III

SEKILAS TENTANG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

A. Latar Belakang Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera

Partai Keadilan Sejahtera yang disingkat menjadi PKS merupakan partai

berasaskan Islam yang pendiriannya terkait dengan pertumbuhan aktivitas dakwah

Islam semenjak awal tahun delapan puluhan. Partai dengan lambang dua bulan

sabit ini juga merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan yang didirikan pada 20

Juli 1998. Awal tahun delapan puluhan gerakan-gerakan keislaman yang

mengambil masjid-masjid sebagai basis operasional dan strukturalnya, terutama

masjid kampus, mulai bersemi.88

Gerakan-gerakan pengkajian yang dilakukan oleh para mahasiswa Islam,

adalah salah satu bentuk aktivitas yang relatif aman dari jerat kekuasaan ketika itu.

Kelompok ini mengambil basis kegiatannya di masjid-masjid kampus, yang pada

masa itu cendrung tidak dianggap sebagai wilayah politik yang “duniawi”,

melainkan wilayah yang lebih berorientasi ukhrawi (akhirat). Padahal kalaulah

mau dirunut lebih jauh, peran mesjid kampus ini tidak bisa disepelekan. Dalam

88 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 ), Cet. Pertama, h. 301

Page 64: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

kasus masjid Arif Rahman Hakim (ARH) Universitas Indonesia (UI) misalnya,

sejak tahun 1970-an telah bersentuhan dan memiliki keterikatan moral dengan –

misalnya, tokoh-tokoh Masyumi. Pada awal kegiatannya, masjid ARH- yang kelak

merupakan salah satu masjid kampus berpengaruh dalam sejarah kebangkitan

gerakan dakwah kampus-memamfaatkan sedemikian rupa Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia (DDII) untuk mengisi acara-acara keagamaan, khususnya

pengadaan khatib untuk shalat Jumat. DDII merupakan organisasi dakwah yang

didirikan oleh tokoh-tokoh Masyumi, yang pada waktu itu gencar mengangkat

tema-tema dakwah di sekitar isu menegakkan keadilan dan kebenaran, kembali

kepada UUD 1945 secara murni dan konsekuen, dan lain-lain.

Dengan kata lain, tema-tema politik pun sesungguhnya sudah masuk dan

berkembang dalam aktivitas dakwah di dalam masjid kampus. Kondisi tersebut

tampaknya tidak secara cermat dibaca oleh birokrasi kampus, apalagi oleh

penguasa Orde Baru. Posisi masjid atau mushallah kampus, yang kadang-kadang

letaknya bersebelahan dengan kantor rektorat di beberapa kampus, rupanya tidak

cukup membuat para birokrasi kampus yang berkantor di sana hirau terhadap

sebuah gerakan yang sesungguhnya secara diam-diam, perlahan namun pasti,

membangun gerakannya. Seperti sebuah pohon dengan akar-akar yang

mengecambah, gerakan ini tumbuh, berkembang, menyusup dan membesar dalam

ruang-ruang yang tidak terlalu jauh dari pusat birokrasi kampus. Sampai kemudian

beberapa tahun sesudahnya, gerakan ini mampu menjungkirbalikkan logika

Page 65: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

pengendalian aspirasi politik mahasiswa oleh rektorat lewat NKK/BKK89. Lebih

jauh, bahkan memberi andil yang besar, dalam pengubur sama sekali rezim yang

telah membuat dan memproduksi kebijakan tersebut, yaitu rezim Orde Baru.90

Lengsernya Soeharto pada 21 Mei 1998 dirasakan membuka iklim

kebebasan yang makin luas. Musyawarah kemudian dilakukan oleh para aktivis

dakwah Islam, yang melahirkan kesimpulan perlunya iklim yang berkembang

untuk dimamfaatkan semaksimal mungkin bagi upaya peraihan cita-cita mereka,

yaitu apa yang mereka maksudkan sebagai upaya mewujudkan bangsa dan negara

Indonesia yang diridhoi oleh Allah SWT. Pendirian partai politik yang berorientasi

pada ajaran Islam perlu dilakukan guna mencapai tujuan dakwah Islam dengan

cara-cara demokratis yang bisa diterima banyak orang. Maka mereka pun sepakat

untuk membentuk sebuah partai politik.

Sebelumnya, dilakukan sebuah survei yang melingkupi cakupan luas dari

aktivitas dakwah, terutama yang tersebar dimasjid-masjid kampus di Indonesia.

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa

saat inilah waktu yang tepat untuk meneguhkan aktivitas dakwah dalam bentuk

kepartaian. Survei ini dinilai mencerminkan tumbuhnya kesamaan sikap di

kalangan sebagian besar aktivitas dakwah.

89 Normalisasi Kehidupan Kampus SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

0156/U/1978 dan Badan Koordinasi Kampus oleh Dirjen Dikti No. 002/DJ/Inst/1978. 90Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan

Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta : Teraju, 2002), Cet. Pertama, h. 61-63

Page 66: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Atas dasar beberapa hal yang melatarbelakangi sejarah berdirinya Partai

Keadilan itu, maka dipandang wajar jika para fungsionaris partai ini adalah mereka

tergolong muda dan kalangan Intelektual Islam Kampus.

Partai Keadilan secara resmi didirikan pada 20 Juli 1998. Islam menjadi

asas dari partai baru ini. Tercatat lebih dari 50 pendiri partai ini, diantaranya adalah

Hidayat Nur Wahid, Luthfi Hasan Ishaaq, Salim Segaf Aljufri, dan Nur Mahmudi

Ismail. Nur Mahmudi Ismail kemudian menjadi Presiden Partai Keadilan kala itu,

sedangkan Hidayat Nur Wahid duduk sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai.

Kemudian partai ini dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus 1998 di Masjid Al-

Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dengan dihadiri oleh sekitar 50.000 massa.

Dalam pemilu 1999, Partai Keadilan mendapat 7 kursi DPR, 21 kursi

DPRD tingkat I, dan sekitar 160 DPRD tingkat II. Dengan hasil perolehan

1.436.565 suara, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara 48 partai

politik peserta pemilu 1999. Bahkan di kota Jakarta, Partai Keadilan berhasil

menduduki peringkat kelima. Namun sayangnya hasil ini tidak mencukupi untuk

mencapai ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikuti pemilu

2004 kecuali berganti nama dan lambang.

Bersama dengan 41 partai politik lainnya, Partai Keadilan mempelopori

tuntutan perubahan ketentuan Undang-Undang Pemilu tentang electoral threshold

yang dirasakan tidak adil oleh mereka. Namun upaya ini menghadapi jalan buntu

karena dihadang oleh sebagian kekuatan partai-partai besar yang khawatir akan

rivalitas dari kekuatan yang baru tumbuh.

Page 67: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Pasca pemilu 1999, sambil berusaha agar ketentuan electoral threshold itu

dibatalkan, Partai Keadilan juga menyiapkan sebuah partai lain untuk

mengantisipasi tetap diberlakukannya ketentuan electoral threshold. Maka

kemudian didirikanlah pada 20 April 2002. Sebuah Partai baru yang akan menjadi

wadah bagi kelanjutan kiprah politik dakwah warga Partai Keadilan, yaitu Partai

Keadilan Sejahtera atau disingkat PKS. PKS dipimpin oleh Almuzammil Yusuf.

Sementara sejak 21 Mei 2000 Partai Keadilan dipimpin oleh Hidayat Nur Wahid

sebagai Presiden Partai, karena Nur Mahmudi Ismail mengundurkan diri dari

kepengurusan partai setelah ia terpilih menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan

dalam kabinet pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid.

Setelah resmi berdiri lewat Akta Notaris, untuk mengukuhkan pendirianya

pada tanggal 18 Maret 2003 Partai Keadilan Sejahtera melakukan pendaftaran

sementara sebagai partai politik yang berbadan hukum ke Departemen Kehakiman

dan HAM. Kemudian, dalam Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan

yang berlangsung tanggal 17 April 2003 di Wisma Haji Bekasi, Jawa Barat,

direkomendasikan agar Partai Keadilan bergabung dengan PKS. Namun,

penggabungan itu, baru resmi dilakukan pada tanggal 3 Juli 2003. Dengan

penggabungan itu, seluruh hak milik Partai Keadilan menjadi milik PKS, termasuk

anggota dewan dan para kadernya. Sementara itu, PKS yang sudah mendaftarkan

secara resmi ke Depkehham pada 27 Mei 2003, akhirnya dapat disahkan sebagai

partai politik yang berbadan hukum pada 17 Juli 2003. Setelah itu dilakukan

perombakan pengurus, hingga akhirnya pada tanggal 18 September 2003 pengurus

Page 68: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

DPP PKS masa bakti 2003-2008 dikukuhkan. Dalam kepengurusan yang baru,

Hidayat Nur Wahid yang semula menjabat sebagai presiden partai keadilan, lalu

menggantikan posisi Almuzammil Yusuf sebagai Presiden PKS.91 Setelah Hidayat

Nur Wahid terpilih menjadi ketua MPR RI periode 2004-2009 maka PKS diketua

oleh Tifatul Sembiring dan Anis Matta selaku Sekjen PKS.92

B. Perspektif Ideologi dan Program Partai Keadilan Sejahtera

Berikut adalah kerangka landasan yang menjadi dasar bagi PKS dalam

melangkah ke dunia politik, sebagaimana dituangkan di dalam dokumen-dokumen

partai lain.

1. Asas dan tujuan

PKS berasaskan Islam93, sedangkan tujuan PKS adalah Partai Da’wah

(dakwah) yang bertujuan terwujudnya cita-cita nasional bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; dan terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera yang

di ridlai Allâh Subhânahu wa ta’âlâ, dalam negara kesatuan Republik Indonesia.94

2. Usaha

91 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-

2009, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 ), Cet. Pertama, h. 301-304

92Artikel diakses pada 13 Agustus 2008 dari: http://ogiebaskoro.blogspot.com/2008/07/

profil-partai-politik-peserta-pemilu.html 93Lihat Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera Bab I pasal 2

94 Lihat Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera Bab II pasal1 & 2

Page 69: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Untuk mencapai tujuan tersebut diusahakan hal-hal sebagai berikut:

a. Membebaskan Bangsa Indonesia dari segala bentuk kezaliman.

b. Membina masyarakat Indonesia menjadi masyarakat Islam.

c. Mempersiapkan bangsa Indonesia agar mampu menjawab berbagai problem

dan tuntutan masa mendatang.

d. Membangun sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sesuai

dengan nilai-nilai Islam.

e. Membangun negara Indonesia baru yang adil, sejahtera dan berwibawa.95

3. Sasaran

Untuk mencapai tujuan partai dirumuskan sasaran berikut:

a. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, bermartabat, bertanggung jawab,

peduli, sejahtera, dan bahagia di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Terwujudnya pemerintahan yang jujur, bersih, transparan, berwibawa, dan

bertanggung jawab berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, hukum, perundang-undangan serta nilai-nilai

kebenaran dan keadilan yang menjamin hak-hak rakyat dan bangsa

Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia.96

95 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, h. 305

96 Lihat Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera Bab II pasal1 poin a dan b

Page 70: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Sasaran partai ini diupayakan dalam bingkai kebijakan Dasar Perioderik

dan Agenda Nasional PKS, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai ini.

4. Sarana dan Prasarana

Dalam mewujudkan tujuan dan sasarannya partai menggunakan cara,

sarana dan prasarana yang tidak bertentangan dengan norma-norma hukum dan

kemaslahatan umum, antara lain:

a. Seluruh sarana dan manajemen politik, ekonomi, sosial, budaya dan Iptek

yang dapat mengarahkan dan mengatur kehidupan masyarakat serta dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahannya.

b. Ikut seta dalam lembaga-lembaga pemerintahan, badan-badan penentu

kebijakan, hukum dan perundang-undangan, lembaga swadaya masyarakat,

dan lain sebagainya.

c. Menggalakkan dialog konstruktif disertai argumentasi yang kuat dengan

semua kekuatan politik dan sosial.

d. Aktif berpartisipasi dalam berbagai lembaga dan organisasi serta yayasan

yang sesuai dengan tujuan partai.

5. Prinsip Kebijakan

Al-Syumuliyah (lengkap dan integral), al-Ishlâh (reformatif), al-Syar’iy-yah

(konstitusional), al-Wasatiyah (moderat), al-Istiqâmah (komit dan konsisten), al-

Numuw wa al-Tatawwur (tumbuh dan berkembang), al-Tadarruj wa al-Tawazun

(bertahap, seimbang dan proporsional), al-Awlawiyat wa al-Mashlahah (skala

Page 71: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

prioritas dan prioritas kemaslahatan), al-Hulul (solusi), al-Mustaqbaliyah (orientasi

masa depan), dan al-‘Âlamiyah (bagian dari dakwah global).97

6. Agenda

a. Agenda Politik

1) Memperkuat pilar-pilar kesatuan nasioanal dengan membangun

kesadaran bahwa kesatuan nasional adalah sumber stabilitas dan

keamanan bangsa.

2) Meningkatkan kemandirian lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan

yudikatif melalui penerapan perundang-undangan dan penempatan

aparat-aparat yang bersih.

3) Membangun proses demokratisasi politik yang bersih, dan kesatuan

nasional, menutut TNI yang kuat, karena itu profesionalisme TNI perlu

ditingkatkan.

b. Agenda Ekonomi

1) Mengembangkan sistem ekonomi moral sebagai dasar pertimbangan

etik, konsepsional, dan operasioanal dalam setiap aktivitas ekonomi.

2) Mengokohkan kebijakan afirmasi dalam ekonomi yang berpihak kepada

rakyat “kecil” agar tercapai persamaan dalam mendapat peluang seluruh

pihak.

3) Menegakkan hak buruh dan menempatkannya sebagai aset nasional dan

mitra usaha.

97 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, h. 305

Page 72: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

4) Menggairahkan sektor pertanian, agrobisnis, dan agroindustri dalam

rangka mencapai swasembada pangan.98

c. Agenda Sosial Budaya

Misi yang diemban PKS dalam bidang sosial-budaya adalah

“membangun kecerdasan manusia Indonesia, kesalehan sosial, dan

kemajuan budaya demi mengangkat martabat bangsa”. Misi itu hanya bisa

dijalankan dengan memperkuat faktor keteladanan di berbagai bidang.

Dalam bahasa yang lebih heroik, misi itu dapat diterjemahkan sebagai

“menghapus kebodohan, kekerasan sosial, dan keterbelakangan budaya”,

sebab kita memandang kebodohan (rendahnya kualitas pendidikan),

kekerasan (hilangnya kesantunan dan kedamaian dalam menyelesaikan

segala macam bentuk konflik), serta keterbelakangan (kemandegan dan

kejumudan) sebagai musuh sosial seluruh bangsa.99 PKS memandang

fundamental sosial-budaya yang harus dibangun kembali sebagai berikut:

1) Kepribadian manusia Indonesia yang tangguh menghadapi beragam

tantangan;

2) Kultur masyarakat yang berdisiplin dan beretos kerja tinggi;

3) Rasa saling percaya antar warga yang berbeda latar belakang;

4) Religiusitas dan spritualitas yang tinggi.

98 Ibid., h. 307 99 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, Edisi

Gabungan, (Jakarta: MPP PKS, 2008), Cet. Pertama, h. 342

Page 73: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Keempat aspek fundamental itu dibangun melalui program

character building (disiplin personal), nation building (kultur bangsa),

social-trust building (kohesivitas sosial), dan spritual purification and

enrichment (tazkiyat an nasf/ pengayaan jiwa), Fundamental sosial-budaya

yang kokoh pada akhirnya sejalan dengan nilai-nilai utama yang termaktub

dalam Falsafah Dasar PKS, yang pada intinya menekankan: kesederajatan

sosial (social egaliterianism) dan kemajemukan budaya (cultur pluralitiy)

sebagai modal kemajuan bangsa (national development).100

d. Agenda Hukum

1) Mengarahkan keberpihakan hukum pada keadilan agar tercipta stabilitas

politik dan ekonomi.

2) Mengakhiri keraguan dalam pemilihan kepribadian hukum Indonesia, di

mana upaya untuk memaksa hukum Barat menyebabkan hukum

terlepas dari akar folosofis, sosiologis, dan historis masyarakatnya.

e. Agenda Pendidikan

1) Memperkokoh penyelenggaraan wajib belajar melalui mobilisasi

fasilitas fisik, serta meningkatkan motivasi pendidikan dikalangan

masyarakat.

2) Menigkatkan profesionalitas, integritas dan penghargaan dalam rangka

mengembalikan peran guru sebagai unsur kunci dalam pembangunan.

100 Ibid., h. 354

Page 74: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

3) Meningkatkan anggaran pendidikan hingga mencapai taraf yang

seimbang dengan kebutuhan pemecahan problema sumber daya

manusia dalam pembangunan Indonesia masa depan.101

C. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera

Dari beberapa partai politik peserta pemilu 2009 terdapat beberapa platform

sebagai partai politik Islam salah satunya yang paling fonemenal menurut penulis

adalah Partai Keadilan Sejahtera, Berikut ini akan diuraikan secara rinci visi dan

misi serta platform PKS:

PKS memiliki visi "Terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera,

dan bermartabat". Penjabaran dari visi tersebut terdiri dri beberapa konsep

pemikiran. Pertama, Masyarakat madani adalah masyarakat yang berperadaban

tinggi dan maju yang berbasiskan pada : nilai-nilai, norma, hukum, moral yang

topang oleh keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis

dan bergotong royong menjaga kedaulatan Negara. Pengertian genuin dari

masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia di

masa kini yang Ukhuwwah Islamiyyah (ikatan keislaman), Ukhuwwah

Wathaniyyah (ikatan kebangsaan), Ukhuwwah Basyariyyah (ikatan kemanusiaan)

dalam bingkai NKRI.

Kedua, Adil yaitu kondisi dimana entitas dan kualitas kehidupan –baik

pembangunan politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kemasyarakatan-ditempatkan

101 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-

2009, h. 307

Page 75: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

secara proporsional dalam ukuran yang pas dan seimbang, tidak melewati batas.

Yakni sikap moderat, suatu keseimbangan, tidak melewati batas. Yakni sikap

moderat, suatu keseimbangan yang terhindar dari jebakan dari dua kutub ekstrem:

mengurangi dan melebihi (tafrith dan ifrath).

Ketiga, Sejahtera berarti mengarahkan pembangunan pada pemenuhan

kebutuhan lahir dan bathin manusia, agar manusia dapat memfungsikan dirinya

sebagai hamba dan khalifah Allah, yakni keseimbangan antara kebutuhan dan

sumber pemenuhannya. Kesejahteraan dalam artinya yang sejati adalah

keseimbangan (tawazun) hidup yang merupakan buah dari kemampuan seseorang

yang memenuhi tuntutan-tuntutan dasar seluruh dimensi dirinya (ruh, akal, dan

jasad).

Keempat, Bermartabat dimaknai sebagai upaya secara individual dan sosial

menuntut bangsa Indonesia untuk menempatkan dirinya sejajar dengan bangsa-

bangasa lain di dunia. Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang mampu

menampilkan dirinya, baik dalam aspek sosial, politik, maupun budaya secara

elegan, sehingga memunculkan penghormatan dan kekaguman dari bangsa lain.

Martabat muncul dari akhlak dan budi pekerti yang yang baik, mentalitas, etos

kerja dan akhirnya bermuara pada integritas kepribadian dan muncul dalam wujud

produktivitas dan kreativitas.102

PKS mencitakan Indonesia menjadi negara kuat yang membawa misi

rahmatan keadilan bagi segenap umat manusia, agar bangsa menjadi kontributor

102 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, h. 2

Page 76: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

peradaban manusia dan bumi menjelma menjadi taman kehidupan yang tenteram

dan damai.103

Misi yang diemban PKS adalah:

1) Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi

pemerintahan dan birokrasi, peradilan, dan militer untuk komitmen terhadap

penguatan demokrasi. Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan

yang sesuai dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses

saling mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang

mempunyai kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk

berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara,

yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas.

Melanjutkan reformasi birokrasi yang bersih, kredibel, dan efisien. Penegak

hukum yang diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku

yang bermasalah dan koruptif. Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan

industri pertahanan nasional. Mengembangkan otonomi daerah yang

terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan proporsionalitas

melalui musyawarah dalam lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat,

provinsi dan daerah. Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam

mengupayakan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip

kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan

103 Ibid.

Page 77: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

terhadap martabat kemanusian. Menggalang solidaritas dunia demi

mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.104

2) Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan

kesejahteraan seluruh rakyat melalui strategi pemerataan pedapatan,

pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan, yang

dilaksanakan melalui langkah-langkah utama pelipatgandaan produktifitas

sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan; peningkatan dayasaing industri

nasional dengan pendalaman struktur upgrading (meningkatkan mutu)

kemampuan teknologi; dan pembangunan sektor-sektor yang menjadi sumber

pertumbuhan baru berbasis resources dan knowledge. Semua itu dilaksanakan

diatas landasan (filosofi) ekonomi egaliter yang akan menjamin kesetaraan

atau valuasi yang sederajat antara (pemilik) modal dan (pelaku) usaha,, dan

menjamin pembatasan tindakan spekulasi, monopoli, dan segala, bentuk

kriminalitas ekonomi yang dilakukan oleh penguasa modal dan sumber-

sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptannya kesetaraan bagi seluruh

pelaku usaha.105

3) Menuju pendidikan berkeadilan dengan kesempatan yang seluas-luasnya bagi

seluruh rakyat Indonesi. Membangun sistem pendidikan nasional yang

terpadu, komprehensif dan bermutu untuk menumbuhkan SDM yang berdaya-

saing tinggi serta guru profesional dan sejahtera. Menuju sehat paripurna

104 Ibid. 105 Ibid., h. 3

Page 78: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

untuk semua, dengan visi sehat badan, mental-spiritual, dan sosial sehingga

dapat beribadah kepada Allah SWT untuk membangun bangsa dan negara;

dengan mengoptimalkan anggaran kesehatan dan seluruh potensi untuk

mendukung pelayanan kesehatan berkualitas. Mengembangkan seni dan

budaya yang bersifat etis dan relijius sebagai faktor penentu dalam

membentuk karakter bangsa yang tangguh, berdisiplin kuat, beretos kerja

kokoh, serta berdaya inovasi dan berkreativitas tinggi. Terciptanya

masyarakat sejahtera, melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat

mewadahi dan membantu proses pembangunan yang kontinyu.106

D. Strategi Politik PKS Menjelang Pemilu 2009

Pada pemilu 2009 yang akan datang PKS telah menetapkan target dan

sasaran utamanya yaitu : menjadi 3 besar, memperoleh 20% kursi DPR dan

mendapatkan suara pemilih 24 juta suara. untuk menetapkan target yang telah

ditetapkan dalam musyawarah nasional tersebut PKS harus mampu

mendayagunakan (Istighlallil Amtsal) seluruh potensi aset dakwah yang dimiliki

secara modern, efektif dan efisien.107

PKS adalah menyebut dirinya sebagai Partai Dakwah karena politik adalah

salah satu bagian dari dakwah.108 Meskipun dakwah Islam bisa saja

106 Ibid., h. 3-4 107 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, Edisi

Gabungan, h. vii

108 Wawancara langsung dengan Nurhasan Zaidi. Jakarta, 17 September 2008

Page 79: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

didiversifikasikan kedalam kegiatan politik, apa yang dilakukan kalangan aktivis

dakwah kampus, yang melahirkan PKS. PKS juga hendak dilihat sebagai suatu

eksperimen. Tentu, dalam hal pandangan bahwa politik termasuk bagian dari

dakwah Islam Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa disebut pemula.109

Strategi PKS sebagai Partai Dakwah (khuthuth ‘aridhah) dalam tranformasi

bangsa, adalah gerakan kultural (strategi mobilisasi horizontal/ta’biah al afaqiyah)

dan gerakan struktural (strategi mobilitas vertikal/ ta’biah al amudiyah). Mobilisasi

horizontal adalah penyebaran kader dakwah ke berbagai kalangan dan lapisan

masyarakat untuk menyiapkan masyarakat agar mereka menerima manhaj Islam

serta produk kebijakan yang Islami. Sedangkan mobilisasi vertikal adalah

penyebaran kader dakwah keberbagai lembaga yang menjadi mashadirul qarar

(pusat-pusat kebijakan), agar mereka dapat menterjemahkan konsep dan nilai-nilai

Islam kedalam kebijakan-kebijakan publik.110

Penulis juga memaparkan penjelasan

gerakan Kultural dan struktural dibawah ini diantaranya :

Gerakan Kultural, (strategi mobilisasi horinzontal) dilakukan melalui

penyebaran kader ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat untuk

menggerakkan peran serta masyarakat dalam mentransformasi diri sendiri. Dalam

gerakan kultural ini, maka kader secara individual maupun melalui lembaga-

lembaga kemasyarakatan, yayasan/ormas, dan berbagai lembaga/organisasi

lainnya, melaksanakan pelayanan, penyuluhan dan perbaikan masyarakat secara

109 Ali Said Damanik, Fenomena PKS: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di

Indonesia,h. xxix 110 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, h. 37

Page 80: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

bottom-up. Kader PKS akan bergerak bersama masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya,

lingkungan hidup, kependudukan, kewanitaan, kemiskinan, dan sebagainya.

Karenanya, dibutuhkan dan harus ditumbuhkan kader-kader yang profesional

dalam berbagai bidang kehidupan untuk dapat bergerak bersama masyarakat.111

Partai Keadilan Sejahtera dalam menjalankan gerakan kultural penyebaran

kader dakwah ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, dimungkinkan

terbangunnya aliansi strategis antara Partai Dakwah dengan simpul-simpul

kepemimpinan dan kantong-kantong kultural masyarakat (mashadirul quwwah)

sehingga terbangun suatu barisan massa yang menerima dan mendukung nilai-nilai

dakwah. Aliansi strategis yang terbangun merupakan bentuk kepercayaan atau

mandat yang diberikan masyarakat kepada Partai Dakwah untuk selalu berjuang

membela kepentingan masyarakat.112

Gerakan Struktural, adalah penyebaran kader ke dalam lembaga legislatif,

eksekutif, yudikatif dan sektor-sektor dalam kerangka melayani, membangun dan

memimpin bangsa, melalui mekanisme konstitusional sebagai partai politik yang

ikut pemilu dan pembinaan profesionalisme kader. Tujuan adalah untuk

berkontribusi dalam membangun sistem, membuat kebijakan publik, regulasi dan

perundangan yang secara struktural dan top-down digunakan sebagai pedoman

111 Ibid., h. 38 112 Ibid.

Page 81: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

dalam rangka transformasi masyarakat. Gerakan struktural ini sekaligus

berpartisipasi dalam implementasi dan pengawasan pembangunan bangsa.113

Partai Keadilan Sejahtera dalam menjalankan gerakan struktural, dengan

dasar kesamaan falsafah atau flatform, dimungkinkan terbangunnya strategic

partnership antara Partai dakwah dengan lembaga dan tokoh yang mempunyai

kekuatan untuk merumuskan kebijakan (mashahidur qoror), sehingga terbangun

suatu lapisan pemikiran yang menghasilkan kebijakan yang membela rakyat 114

Grand Strategy, transformasi bangsa yang diusung PKS ini tidak lain dari

kombinasi antara perubahan yang bersifat bottom-up dengan top-down yang

merupakan ciri khas PKS sebagai Partai dakwah. Grand Strategi transformasi

bangsa PKS ini adalah suatu gerakan yang menyeluruh dalam bebagai sektor

kehidupan (sektor publik, sektor swasta, dan LSM/sektor ketiga) yang bertumpu

pada kader dengan berbagai disiplin ilmu dan profesi, dengan kekuatan integritas

moral-relijius dan kualitas-profesional. Partai Keadilan Sejahtera sebagai Partai

Dakwah berupaya mengoptimalkan kader dalam berbagai disiplin ilmu untuk

berkembang, berfungsi mendukung, memperkuat gerakan kulural dan struktural

transformasi bangsa115

Ketika Partai Politik Masyumi dibentuk, para pendiri dan pendukungnya

beranggapan bahwa politik merupakan bagian dari kegiatan dakwa Islam. Menurut

113 Ibid. 114 Ibid., h. 39 115 Ibid.

Page 82: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Bahtiar Effendy bahwa Pandangan ini serupa ada pula pada pendiri dan dukungan

Partai Sarikat Islam Indonesia, Partai Nahdlatul Ulama, dan Partai Tarbiyah

Indonesia (Perti). Pada dasarnya mereka percaya bahwa Islam itu berdimensi luas.

Dan politik merupakan salah satu bidang yang jika situasi memungkinkan harus

dikerjakan dengan baik. Demikian pula halnya dengan kemunculan partai-partai

Islam pasca pemerintahan Soeharto. Karenanya, keunikan Partai Keadilan Sejahera

tidak terletak pada langkah transformasi dari gerakan dakwah menjadi gerakan

politik, tetapi pada perpaduan antara kalangan muda, terdidik, dan Islam. Segmen

inilah tampaknya yang terus digarap oleh Partai Keadilan Sejahtera.116

Perolehan suara/anggota yang banyak terakomodasikan aspirasinya, serta

terbentuknya kader yang mempunyai kapasitas internal, kapasitas eksternal dan

disiplin. Selain memiliki kader yang bervisi, berakhlak, dan berkepedulian yang

kuat. Sebagai partai yang dimotori mantan aktivis kampus, partai ini berisi kader-

kader dengan tingkat pendidikan yang memadai. Dengan keteladanan dan

kepedulian yang kuat terhadap permasalahan sosial, menjadikan partai ini berhasil

memikat hati rakyat.117

Partai Keadilan Sejahtera terlihat sangat cepat menangkap semangat zaman.

Jika pada Pemilu 1999, ketika masih bernama Partai Keadilan, berslogankan

“Bersih dan Peduli“. Ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa “Bersih dan Peduli”

116 Ali Said Damanik, Fenomena PKS: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di

Indonesia, h. xxx 117 Arsyad, “Dakwah PKS Melalui Kaderisasi,” (Tesis S2 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 ), h. 112

Page 83: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

bukan semata slogan, tapi kristalisasi bukti-bukti di lapangan sejak partai ini

berdiri tahun 1998. “Bersih dan Peduli” dengan mudah didistribusikan kepada PKS

karena memang nilai-nilai itu dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat. Sampai

kadar tertentu “Bersih dan Peduli” telah menjadi brand image sekaligus specific

knowledge PKS. Brand image terkait dengan pencitraan diri, sementara specific

knowledge terkait dengan penciptaan nilai (value creation) dan penyebaran

mamfaat (benefit delivery).118

Penciptaan nilai dan penyebaran mamfaat merupakan orisinalitas (jati diri),

sementara citra merupakan buah atau cermin dari orisinalitas. Citra tidak dapat

diciptakan dengan kemasan pemasaran semata, secanggih apapun. Kemasan dan

pemasaran tanpa orisinalitas ditambah kemasan dan pemasaran yang baik. adalah

penting untuk merevitalisasi dan mengokohkan citra “Bersih dan Peduli” dan tetap

menjadi positioning partai. Bersih cermin kesalehan personal (moral). sementara

peduli cermin kesalehan sosial. PKS dalam hal untuk dapat memimpin bangsa

dibutuhkan juga kesalehan profesional. Maka, slogan PKS menjelang Pemilu 2009

adalah “Bersih, Peduli, dan Profesional”,. pemaknaan profesional adalah

dimilikinya kompetensi inti, kecakapan manajerial, kemampuan berfikir strategis,

dan sikap terbuka (open minded).119

Partai Keadilan Sejahtera tidak lagi menjual simbol tapi langsung pada

kebutuhan riil masyarakat ditengah deraan korupsi yang deras dan masih dililit

118 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, h. 56 119 Ibid., h. 56-57

Page 84: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

krisis ekonomi, sehingga partai ini menjadi keteladanan.120

Demikian mengenai

isu-isu permasalahan yang diangkat kepublik dapat dilihat politic strategic yang

diterapkan oleh Presiden terpilih Barack Hussein Obama Jenior (47) pada saat

debat kandidat terakhir yang di gelar di Hofstra University di Hempstead, New

York. Solution issue rational yang ditawarkan adalah lebih pada hal utama yang

diinginkan masyarakat, yaitu bagaimana memperbaiki krisis ekonomi yang

melanda Amerika dan berdampak pada negara-negara lain. Sehingga sampai

kepada puncak kemenangannya dan menjadi Presiden kulit hitam pertama di New

York pada Selasa (4/11) pukul 22.00 waktu Chicago (Rabu pukul 11.00 WIB). 121

Partai Keadilan Sejahtera selalu menyumbangkan kultur baru dalam proses

demokrasi dengan gaya kampanyenya dapat dilihat beberapa tahapan sebelum

pemilu dilaksanakan misalnya pada tahun 1999 dan 2004. Citra positif PKS hampir

tidak dapat tersaingi oleh partai politik lain.122

Dalam hal kampanye PKS,

mempunyai citra tersendiri, yaitu masif, tertib, dan aman. Untuk mencapai citra

tersebut PKS membuat fatwa yang dituangkan dalam bentuk kebijakan partai.

Kebijakan ini lebih dikenal sebagai etika kampanye, yaitu:

1. Ikhlas dan membebaskan diri dari motivasi rendah

120 Arsyad, “Dakwah PKS Melalui Kaderisasi,” h. 112 121 Peluang Terakhir Mccain dan (Obama Isu Ekonomi di Debat Ketiga)”, Kompas, 16

Oktober 2008, h. 9

122 Aay Muhamad Furkon, PKS Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim

Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Teraju, 2004), Cet. Pertama, h. 160

Page 85: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

2. Menampilkan partai yang menyampaikan program-programnya dengan cara

yang sebaik-baiknya (ihsan)

3. Tidak memaksa

4. Tidak jatuh pada dusta/bohong

5. Tidak mengucapkan janji secara berlebihan

6. Tidak jatuh pada ghibah, caci maki dan cemooh

7. Tetap menjaga ukhuwwah Islamiyah

8. Tidak memuji-muji diri sendiri

9. Memberi kemaslahatan bagi bangsa

10. Dilakukan secara tertib dan tidak mengganggu pihak lain.

11. Selain akan ingat kewajiban utama, dan

12. Memberi keteladanan yang baik (uswah hasanah)

Massif, Partai Keadilan Sejahtera yang didukung mayoritas masyarakat

terdidik khususnya di Jakarta yang menarik untuk dicermati adalah peserta

kampanye ini bukan floating mass, atau massa yang hanya ikut-ikutan

(penggembira karena diberi iming-iming), tapi massa yang kongkret.123

Misalnya,

pesta demokrasi di AS yang tak jauh beda dengan demokratisasi di Indonesia. Para

pemilih harus diajak berperan aktif dalam mendukung dana, memberikan masukan,

bahkan ikut membantu calon favoritnya menyelesaikan persoalan yang ada.

Pemilih atau para pendukung harus ikut bertanggung jawab agar calonnya lolos.

Semuanya harus berlangsung terbuka dan dengan besar hati dan lapang dada.

123 Ibid., h.161

Page 86: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Namun, inti dari peran aktif pemilih atau pendukung ini akan kian hidup apabila

muncul sosok calon integritas, punya catatan perjalanan yang bersih dalam semua

aspek. sosok demikian biasanya sudah muncul lama, catatan perjalanannya dikenal

orang sehingga dijagokan.124

Tertib, sebagai masyarakat terpelajar para pendukung Partai Keadilan

Sejahtera dalam aksi kampanyenya sangat terlihat dengan jelas yaitu sangat tertib.

Kumpulan massa PKS dalam sebuah kampanye selalu terbagi menjadi dua bagian,

yaitu bagian perempuan dan laki-laki. Terkadang barisan depan kalangan pria dan

bagian belakang kaum perempuan atau sebelah kiri kalangan laki-laki dan sebelah

kanan kalangan perempuan diantara keduanya jarang terjadi percampuran

(ikhtilath). Kendaraan yang dipakaipun sangat tertib, misalnya kendaraan umum

yang dipakai tak sampai memenuhi kapasitas angkutan umum tersebut apalagi

sampai naik diatas bis tersebut. Demikian juga dengan kendaraan bermotor, tidak

menimbulkan suara bising yang memekakkan telinga, karena kenalpot dicopot.125

Aman, kondisi aman yang tercipta saat kampanye para pendukung PKS

merupakan konsekuensi dari ketertiban yang dikelola. Sepanjang kampanye PKS

tidak ada jatuh korban kecelakaan dalam berkendaraan atau akibat bentrokan

dengan pihak lain. Jaminan amannya kampanye PKS dapat dilihat dari peserta

yang dihadiri anak-anak, bahkan balita dan kampanye.126

124 “Cermin Terlibat Aktif”, Kompas. 1 November 2008. h. 33 125 Furkon, PKS Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia

Kontemporer,h. 161

Page 87: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Demokrasi di Indonesia jelas masih perlu beberapa tahapan untuk bisa

sampai pada tahapan sebagaimana demokrasi di AS. Pendukung atau pemilih

terlibat aktif, tak ada benturan kekerasan. Yang kalah mengakui yang menang.

Demokrasi hidup bila kelompok yang satu mengakui dirinya tidak sepenuhnya

benar dan kelompok yang berseberangan tidak sepenuhnya keliru. Ada saling

memahami.127

Penulis menghubungkan beberapa citra tersendiri kampanye PKS

dengan demokratisasi di AS agar pemilih benar-benar mampu mengetahui strategi

politik yang digunakan oleh para politisi adalah strategi politk yang baik. Bagi

beberapa Parpol terutama dari hal yang kecil yaitu strategi kampanye yang dapat

dinilai oleh masyarakat. Umunya semua partai politik, khususnya Partai Politik

yang berasaskan Islam yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Apakah semua yang

dilakukan itu sesuai dengan nilai-nilai Islam yang rahmatanlilalamin.

Selain itu, strategi lain dalam membesarkan partai adalah dengan

memperbanyak jumlah kader inti dan merangkul tokoh dari ormas-ormas Islam

kecil namun memiliki basis kuat di masyarakat. Pada pemilu 1999 memiliki 33

ribu kader, pada 2004 naik menjadi 500 ribu kader, dan pada 2009 ditargetkan

memiliki 2,5 juta kader. Melalui strategi ini, PKS menargetkan akan meraih 20%

suara pada Pemilu 2009. Kesuksesan PKS dalam mengembangkan kader ini bisa

menjadi bayangan yang membahayakan jika tidak didukung oleh ketahanan partai:

doktrin, peraturan, struktur organisasi, kepemimpinan, dan tradisi yang kuat.

Masyumi tak cukup mampu mempertahankan keutuhan kader yang berasal dari

126 Ibid., h. 162 127 “Cermin Terlibat Aktif”, Kompas. 1 November 2008. h. 33

Page 88: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

pluralitas tokoh ormas. Sedangkan Golkar menjadi sangat pragmatis akibat

puralisme kader yang luar biasa. Karena itu ada baiknya, PKS mulai mengkaji

sampai berapa banyak jumlah kader yang masih mungkin ditopang partai.128

Dalam literatur yang disusun oleh Majelis Pertimbangan Pusat (MPP PKS:

2008), Politik didefinisikan sebagai “aktivitas yang mendekat manusia kepada

kemashlahatan dan menjauhkan dari kerusakan serta mengantarkan kepada

keadilan”. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari Islam sebagai sistem hidup

paripurna. Islam sebagai manhaj al-hayah memiliki pemikiran, ide, gagasan, dan

pandangan yang jelas dan rasional tentang Tuhan, manusia, alam, konsepsi dan

solusi terhadap semua masalah kehidupan. Islam juga memiliki metode yang rinci

untuk mengaktualisasikan ide, konsepsi, dan berbagai solusi yang ditawarkannya,

termasuk metode penyebaran dan sosialisasinya keseluruh dunia serta

mempertahankan dan memperjuangkannya. Corak dan perjalanan politik suatu

bangsa umumnya ditentukan oleh watak ideologi yang dianutnya.129

Watak ideologi PKS melahirkan sejumlah nilai-nilai moral dan etika yang

memastikan perjalanan politik tidak keluar dari koridor ideologinya. Dengan

demikian, dalam jagat politik, moralitas dapat dikategorikan sebagai atribut

ontologis130

yang menegaskan hakikat ideologi politik suatu bangsa dan umat.

128 Arsyad, “Dakwah PKS Melalui Kaderisasi,” h. 113 129 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, h. 484 130 Lihat, J.S Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonedia, (Jakarta:

Kompas, 2007) h. 251. Ontologis adalah Cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat

hidup atau kehidupan.

Page 89: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Logikannya politik harus sarat dengan dimensi moral-etis yang berakar pada

ajaran, konsep-konsep, dan ideologinya. Maka politik yang tercerabut dari akar

moral ideologi sama dengan mendegradasi politik itu sendiri, sebab hakikat politik

sesungguhnya mengandung keutamaan-keutamaan moral seperti kejujuran,

kebijaksanaan, keadilan dan kebenaran, pelayanan, mementingkan orang banyak

dari pada diri sendiri dan kelompok, pengabdian, dan sebagainya. Setiap tindakan

politik harus menampilkan dimensi-dimensi etis politik.131

Menurut penulis inilah

hakikat idelogi PKS yang menjadi tujuan utama dan merupakan strategi politik

sehingga dalam pengkaderannya mudah dikembangkan dan diterima masyarakat

luas.

131 Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani, h. 484

Page 90: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

BAB IV

EKSISTENSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PASCA LAHIRNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008

A. Analisis Materi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Kehidupan politik selalu mengalami dinamika. Berjalan dengan secara terus

menerus, dan tidak seorang pun yang mampu menghalangi arahnya kemana

melangkah. Demikian juga kebijakan tentang kepartaian politik (parpol),

mengalami suatu paradigma yang bersifat dinamis132

. Hal ini sejalan dengan

perkembangan pemikiran para elit politik, para pakar, dan tentu pula beriringan

dengan aspirasi akar rumput (masyarakat bawah).133

Pengaturan hukum mengenai Parpol, tidak terlepas dari amanat UUD

1945. Konstitusi menjamin kemerdekaan berserikat, dan mengeluarkan pendapat

sebagai aspek penting hak asasi manusia (HAM). Jaminan dari segi HAM

demikian memiliki makna yang koheren dalam upaya mewujudkan kehidupan

kebangsaan yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

132 Dinamis adalah tidak diam, selalu bergerak, terus tumbuh dan pradigma yang selalu

menciptakan perbaikan dan pembaharuan. lihat B.N.Marbun, Kamus Politik, II (Jakarta: PNRI,

2003), Cet. Pertama, h. 135.

133 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan

dalam Parpol, (Jakarta: Pancuran Alam, 2008 ), Cet. Pertama, h. vii

Page 91: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Indonesia yang kuat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil, demokratis dan berdasarkan hukum.

Oleh karena itu, menurut penulis kaidah demokrasi yang menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, dan tanggung jawab, dan

perlakuan yang tidak diskriminatif dalam NKRI perlu berlandaskan hukum,

sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 yang diperbaharui

sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat yaitu kedalam UU

No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik134

Lahirnya UU No.2 Tahun 2008 mengakomodasi beberapa paradigma

baru, seiring dengan menguatnya konsolidasi (peneguhan) demokrasi di Indonesia.

Dalam rangka itu, ditempuh sejumlah pembaharuan yang mengarah pada

penguatan sistem dan kelembagaan partai politik. Begitu pula, diinginkan berbagai

hal, menyangkut demokratisasi internal Parpol misalnya dalam pasal 14 sampai

pasal 16 tentang keanggotaan dan kedaulatan anggota, transparansi dan

akuntabilitas (pertanggungjawaban) pengelolaan keuangan Parpol dalam pasal 13

poin i, Pasal 34 dan Pasal 39. UU ini mengatur lebih lengkap mengenai

akuntabilitas penerimaan dan penggunaan dana partai politik yang bersumber dari

APBN/APBD. Terdapat klausul yang mewajibkan laporan pertanggung jawaban

penerimaan dan pengeluaran keuangan partai yang bersumber dari APBN/APBD

Partai disampaikan kepada pemerintah untuk kemudian diperiksa oleh BPK.

Kemudian Peningkatan kesetaraan gender pada pasal 2, poin 2, 5, dan pasal 20 dan

134 Lihat Konsideran Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 poin e.

Page 92: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

31, Penambahan yang signifikan pada pasal ini adalah ketentuan untuk

“memperhatikan” keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% yang diatur

dalam AD/ART Parpol masing-masing di tingkat provinsi dan kabupate/kota.

Didalam undang-undang ini diatur keterwakilan perempuan alasan penulis karena

hak wanita adalah hak asasi manusia. Karena itu, dalam sistem-sistem kemasya-

rakatan dan politik, wanita memiliki hak dan akses yang tidak boleh dibatasi.

Terkait hubungan eksistensi PKS dengan disahkannya RUU Parpol

menjadi UU No.2 Tahun 2008 Fraksi PKS menyambut gembira rumusan RUU

Parpol yang telah disahkan menjadi pedoman baru bagi Parpol, yang menegaskan

tujuan dan fungsi parpol secara eksplisit didalamnya, yaitu di Bab V serta

menjabarkannya di dalam Bab XI tentang Rekrutmen Politik dan Bab XIII tentang

Pendidikan Politik. Masih dalam kerangka pelembagaan Parpol dan untuk tujuan

dinamisasi kehidupan internalnya, Fraksi PKS menaruh perhatian penuh pada

proses demokratisasi internal Parpol. Demokratisasi itu berangkat dari kemandirian

parpol dalam menyelesaikan pelbagai persoalan internalnya dalam kerangka

resolusi yang demokratis. Salah satu fungsi Parpol adalah manajemen konflik

sehingga Parpol dituntut menyelesaikan persoalan internalnya secara mandiri tanpa

merugikan kepentingan publik secara luas. The best choice untuk itu semua adalah

melalui mekanisme yang demokratis. Fraksi PKS sangat setuju dengan rumusan

kemandirian dan demokratisasi internal parpol yang ada dalam RUU yang

Page 93: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

dihasilkan menjadi UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.135

Ditegas lagi

dari penulis bahwa partai politik Islam dalam hal lahirnya UU No. 2 Tahun 2008

khususnya partai PKS tidak memberikan batasan bagi eksistensinya untuk meraih

suara mayoritas dalam pemilu lanjutan yaitu pemilu 2009 tergantung dari kerja

keras PKS dan penilaian masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan selama ini

bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa.

Jadi, paradigma UU No. 2 Tahun 2008 berbeda dengan UU Parpol

sebelumnya, yakni UU No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4251 ), yang berdasarkan UU No. 2 Tahun 2008

kemudian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Menurut penulis undang-undang baru ini lahir karena dirasakan belum

mampu mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat. yang menuntut

peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta tuntutan

mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern.

Hal mendasar dalam UU No. 2 Tahun 2008, adalah salah satunya yang

telah diuraikan dalam poin 1 dibawah ini yaitu:

1. Masalah Verifikasi Partai Politik Menurut UU No. 2 Tahun 2008.

135 Lihat pendapat akhir fraksi PKS terhadap RUU tentang partai politik untuk disahkan

menjadi undang-undang tentang partai politik 6 Desember 2007. PSHK, h. 2. paripurna yang

dimaksud dilakukan pada 6 Desember 2007.

Page 94: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah satu tahapan yang menyedot perhatian sepanjang triwulan pertama

tahun 2008 adalah verifikasi partai politik peserta pemilu sebagaimana yang telah

ditetapkan di dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Konsentrasi awal

calon peserta pemilu adalah bagian pertama rangkaian verifikasi, yaitu seleksi

partai politik untuk badan hukum sebelum masuk ke tahap verifikasi lanjut di

komisi Pemilihan Umum untuk bisa menjadi peserta pemilu.136

Konsentrasi awal tertuju kepada calon peserta pemilu karena terjadi

perubahan-perubahan dalam aturan baru UU No. 2 Tahun 2008 yaitu Perubahan

yang paling signifikan tentang pembentukan partai politik dalam Pasal 2 ayat (2)

adalah penyertaan klausul yang menyatakan bahwa pembentukan partai politik

menyertakan 30% keterwakilan perempuan. Selain itu, kepengurusan partai politik

di tingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30%

keterwakilan perempuan.137

Perubahan lainnya terjadi pada syarat kepengurusan partai politik yang

ditambah. Kepengurusan harus tersebar paling sedikit 60% jumlah provinsi, 50%

jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan 25% jumlah

kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan.138

Sebelumnya, kepengurusan diharuskan tersebar hanya paling sedikit 50% jumlah

136 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan

dalam Parpol, h. 6

137 Lihat Pasal 2 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 138 Lihat Pasal 3 ayat (2) poin d UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Page 95: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

provinsi, 50% jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan

25% jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang

bersangkutan.139

Sehingga partai politik baru yang ikut serta dalam pemilu 2009 penuh

dengan perjuangan karena lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 memberikan

peningkatan jumlah kepengurusan Parpol ditingkat pusat 10% sehingga total

keseluruhan 60% Pasal 3 ayat (2) poin d UU No. 2 Tahun 2008. Harus

menyertakan juga sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan Pasal 2 ayat

(2) UU No. 2 Tahun 2008.

Berikut ini perbandingan materi pengaturan Parpol peserta Pemilu dalam

UU No. 31 Tahun 2002 dan UU No. 2 Tahun 2008:140

UU NO. 31 TAHUN 2002 UU NO. 2 TAHUN 2008

• Pasal 2 ayat (1) “Partai politik

didirikan dan dibentuk oleh

sekurang-kurangnya 50 orang

warga negara Republik

Indonesia yang telah berusia

21 tahun dengan akta notaris”.

• Pasal 2 ayat (1) “Partai politik didirikan

dan dibentuk oleh paling sedikit 50 orang

warganegara Indonesia yang telah berusia

21 tahun dengan akta notaris”

• Pasal 2 ayat (2) “Pendirian dan

pembentukan partai politik menyertakan

30% keterwakilan perempuan”.

• Pasal 2 ayat (5) “Kepengurusan partai

politik tingkat pusat disusun dengan

menyertakan sekurang-kurangnya 30%

keterwakilan perempuan”.

139 Lihat Pasal 2 ayat (3) poin b UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik (Lama) 140Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan

dalam Parpol, h. 7-8

Page 96: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

• Pasal 20 “Kepengurusan partai politik

tingkat provinsi dan kabupaten/kota

disusun dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan sekurang-

kurangnya 30% yang diatur dalam

AD/ART partai politik masing-masing”.

• Pasal 2 ayat (3) poin b Untuk

menjadikan badan hukum:

Memiliki kepengurusan paling

sedikit 50% dari jumlah

provinsi, 50% dari jumlah

kabupaten/kota pada setiap

provinsi yang bersangkutan,

dan 25% dari jumlah

kecamatan pada setiap

kabupaten/kota pada daerah

yang bersangkutan.

• Pasal 3 ayat (2) poin d. “Untuk menjadikan

badan hukum: Memiliki kepengurusan

paling sedikit 60% dari jumlah provinsi,

50% dari jumlah kabupaten/kota pada

setiap provinsi yang bersangkutan, dan

25% dari jumlah kecamatan pada setiap

kabupaten/kota pada daerah yang

bersangkutan”.

• Pasal 3 ayat (2) “Pengesahan

partai politik sebagai badan

hukum dilakukan menteri

kehakiman selambat-

lambatnya 30 hari setelah

penerimaan pendaftaran”.

• Pasal 4 ayat (2) “Penelitian dan/atau

verifikasi oleh departemen dilakukan

paling lama 45 hari sejak diterimanya

dokumen persyaratan secara lengkap”.

• Pasal 4 ayat (3) “Pengesahan partai politik

menjadi badan hukum dilakukan dengan

keputusan menteri paling lama 15 hari

sejak berakhirnya proses penelitian

dan/atau verifikasi”

Sumber: UU Parpol 2008 (UU No. 2 tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan.

2. Perbandingan Persyaratan Parpol Sebagai Badan Hukum Menurut

Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 dengan Undang-Undang No. 2 Tahun

2008

Page 97: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Dalam undang-undang partai politik yang telah disepakati DPR dan

pemerintah pada awal Desember lalu dinyatakan, penelitian dan/atau verifikasi

partai politik dilakukan secara administrasi dan periodik oleh departemen yang

membidangi hukum dan hak asasi manusia bekerja sama dengan instansi terkait.

Penelitian dan/atau verifikasi dilakukan paling lama 45 hari sejak diterimanya

dokumen persyaratan secara lengkap. Pengesahan partai politik menjadi badan

hukum dilakukan Menteri141 paling lama 15 hari sejak berakhirnya proses

penelitian dan/atau verifikasi.

Verifikasi pemilu sekarang dilakukan oleh Departemen Hukum dan HAM

secara administratif saja. Sementara pada pemilu 2004 lalu, verifikasi yang

dilakukan adalah penelitian administratif dan subtantive terhadap akta pendirian

dan syarat pendirian partai politik. Pemeriksaan faktual atas kepengurusan dan

kantor langsung dilakukan dengan pengecekan ke daerah. Mengacu pada ketentuan

UU No. 31 Tahun 2002 Pasal 2 dan 3 dan lain-lain yang berkenaan dengan

verifikasi, yang disahkan sebagai Undang-Undang pada 27 Desember 2002.

Departemen Kehakiman antara lain bertugas mengecek kepengurusan partai politik

sebagaimana yang tercantum dalam akta pendirian partai politik dan pengurusan.142

Jadi syarat badan hukum dalam jumlah kepengurusan pada Undang-

Undang No 2 Tahun 2008 ini lebih di perketat, yakni sedikitnya memiliki 60 %

141 Lihat Pasal 1 ayat (6) UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

142 Anugrah, UU No. 2 Tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan, h. 6-9

Page 98: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

dari jumlah propinsi. Pada Undang-Undang No. 31 Tahun 2002, hanya disyaratkan

sedikitnya memiliki 50 % dari jumlah propinsi.143 Menurut penulis lahirnya

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Semakin Memberikan kesulitan bagi para elit

masyarakat yang ingin membentuk partai politik baru. Konsekuensi logisnya

adalah bahwa UU Partai Politik yang baru semakin mencegah membludaknya

partai politik. dilihat dari segi manfaatnya, UU baru diharapkan mampu mencegah

terjadinya fragmentasi dikalangan umat Islam, karena meminimalisir pembentukan

partai politik Islam baru bagi penduduk mayoritas Islam di Indonesia. Artinya

partai politik Islam yang banyak akan menciptakan fragmentasi dikalangan Islam.

Sebagaimana dikutip dalam bukunya A.M. Fatwa dengan judul “Satu Islam

Multipartai”144

B. Prospek Partai Keadilan Sejahtera Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008

Terhadap prospek partai berasas Islam, sebagaimana munculnya tesis 'never

ending ideology' oleh Aiken (1964) dan dalam konteks politik Indonesia, Bahtiar

Effendi menyebutnya sebagai 'repolitisasi Islam’. Bahtiar dalam bukunya

Repolitisasi Islam tersebut, melanjutkan judul bukunya dengan menanyakan:

143 Ibid., h. 5 144 A.M. Fatwa, Satu Islam Multipartai: Membangun Integritas di Tengah Pluralitas,

(Bandung: Mizan, 2000), Cet. Pertama, h. 16

Page 99: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

“pernahkah Islam berhenti berpolitik ?"145

. Bahwa hubungan antar satu ideologi

dengan ideologi lain sangat erat dalam aktivitas politik. Apabila ideologi telah

mati, maka berakhir pula dunia politik. Ideologi politik merupakan determinasi

falsafah politik karena adanya agenda dan kepentingan politik. Sifat pragmatisme

dan kecenderungan koruptif pada perilaku politik masyarakat modern, semakin

mempertegas arti penting Ideologi politik.146

Sementata Terkait dengan perumusan asas Parpol, Fraksi PKS menimbang

secara seksama draf pemerintah yang kembali pada rumusan di dalam Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2002, yaitu "Asas Parpol tidak boleh bertentangan

dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945," dengan dua

alasan, pertama, rumusan tersebut telah terbukti mampu mewujudkan stabilitas dan

keharmonisan dalam kehidupan politik berbangsa selama dua periode pemilu sejak

reformasi. Kedua, adanya upaya untuk mewacanakan aspirasi asas tunggal

misalnya, justru menimbulkan polemik dan ketegangan yang kontraproduktif bagi

upaya membangun persatuan dan kesatuan bangsa.147

Perdebatan alot atau pembahasan yang memakan waktu cukup panjang

terjadi ketika membahas tentang Pasal 9 yang mengatur tentang asas dan ciri partai

politik. Semula ada keinginan dari beberapa fraksi untuk menetapkan Pancasila dan

145 Lihat selengkapnya dalam, H. D. Aiken, The Revolt Against Ideology, Commentary

(1964) dan Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, (Bandung :

Mizan Pustaka, 2000), Cet. Pertama, h. 198 146 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di

Era Demokras, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. Pertama, h. xi

147 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Partai Politik

untuk disahkan menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 3

Page 100: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

UUD 1945 menjadi semacam asas bersama bagi partai politik. Tapi melalui

beberapa kali lobi, akhirnya disepakati untuk mengacu pada draft RUU dari

Pemerintah dengan mencantumkan 1 ayat tambahan ( Pasal 9 ayat (3) yang akan

disempurnakan setelah paripurna).148

Enam fraksi dari partai berasas Islam

menyampaikan nota keberatan atas disahkannya UU Parpol 2008 ini. Mereka

menolak Islam menjadi subordinasi dari Pancasila dan UUD 1945.149

Karena itu, sebelum pimpinan Sidang Paripurna mengetok palu sebagai

tanda pengesahan RUU Parpol menjadi UU, wakil-wakil dari fraksi PPP, PKS,

PAN, PKB, PBR dan PBPD (Partai Bintang Pelopor Demokrasi) menyempaikan

nota keberatan. Keenam partai tersebut tetap setuju RUU ini disahkan menjadi UU

tetapi keberatan dengan rumusan Pasal 9 ayat (3).150 Berdasarkan pertimbangan dan

catatan tersebut, dengan mengucap “Bismillahirrahmanir-rahimi seraya memohon

perlindungan kepada Allah SWT Fraksi PKS DPR RI menyatakan Setuju untuk

mengesahkan RUU tentang Partai Politik menjadi Undang-Undang, dengan

terikat kepada kesepakatan Fraksi-fraksi untuk menyempurnakan redaksi pada

Pasal 9 ayat 3”.151

148 Pendapat akhir Fraksi PBR terhadap RUU tentang Partai Politik untuk disahkan

menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 1. paripurna yang dimaksud dilakukan pada 6 Desember 2007. Lihat Pendapat akhir Fraksi PKS.

149 “Asas Parpol Masih Jadi Ganjalan, Pengesahan UU Parpol” , artikel ini diakses pada 15 Mei 2008 dari http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=18130&cl=Berita

150 Ibid. 151 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007.

PSHK, h. 3

Page 101: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Mengenai RUU Parpol, perwakilan pemerintah, yaitu Menteri Dalam

Negeri, dalam hal menanggapi nota keberatan dari beberapa fraksi, menegaskan

bahwa RUU Parpol telah sah menjadi UU dan keberatan beberapa partai akan

menjadi masukan dikemudian hari.152 Menurut penulis, meskipun beberapa nota

keberatan dari wakil-wakil fraksi PPP, PKS, PAN, PKB, PBR dan PBPD (Partai

Bintang Pelopor Demokrasi) tidak ada perubahan rumusan dalam Pasal 9 ayat (3)

sampai disahkan menjadi Undang-Undang No.2 Tahun 2008, bukan salah satu

faktor penghambat bagi partai PKS untuk memperoleh target sekitar 20 persen

suara di Pemilu 2009. Masyarakat pemilih sekarang sudah jauh lebih cerdas dan

cendrung memilih Parpol dengan kompetensi dan program kerja yang bagus terkait

aspek sosial-ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya hasil survei yang

dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia pada tahun 2005 PKS termasuk sebagai

partai yang bersih dan anti-KKN, bahkan kalangan non-Muslim Greg Fealy,

pengamat Islam dan Indonesia dari Australian National University (ANU),

termasuk yang memujinya, bahwa dengan melihat contoh PKS di Indonesia, Barat

(dalam hal ini Australia) harus menanggalkan pandangan stereotype tentang Islam

dan partai berbasis Islam.153

Prof. William Liddle juga mengungkapkan hal yang sama bahwa partai

Islam yang meningkat perolehan suaranya pada pemilu 2009 nanti adalah partai

152 Ibid. 153 Dalam artikelnya di koran The Australian (29 Maret 2005) berjudul "Why West should

come to Islamist party", dan diakses pada 15 Mei 2008 dari http://madrasahduat.blogspot.com/

2008/04/eksistensi-partai-dakwah-dalam.html

Page 102: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

PKS dengan melihat setiap peningkatan suara pada Pemilu 1999 dengan 1% dan

pada pemilu 2004 meningkat dengan perolehan 7% suara.154

Terbukti juga dari

beberapa hasil Pilkada, dari 138 Pilkada, PKS memenangkan 81 Pilkada155 dan

setiap Pemilihan Umum PKS selalu mengalami dukungan yang terus meningkat

sebagaimana hasil survei yang dilakukan oleh LSI pada 8-20 September 2008156

dipaparkan juga beberapa hasil wawancara langsung dari PKS dan tim

pemenangan pemilu 2009 bahwa :

“PKS kedepannya mempunyai eksistensi (ketahanan dan daya tahan) yang

cukup baik. PKS sudah jauh-jauh hari mempersiapkan beberapa persen suara

yang nantinya akan diraih untuk pemilu 2009. Misalnya dengan kegiatan-

kegiatan bakti sosial yang selama ini cukup membantu para konstituennya dan

masyarakat luas”.157

Munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau

yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, 158 dalam konteks agama

dalam politik Amerika, ikatan kelompok keagamaan dan tradisi keagamaan

menjadi penting secara politik.159 Sehingga Banyak kalangan Parpol mungkin agak

nervous dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belakangan ini. Khususnya

setelah dua pasang Cagub dan Cawagub yang didukung PKS memenangkan

154 Pengamat Politik Indonesia dari USA disampaikan pada acara West East Conection

pada siaran televisi swasta Metro TV Jumat 7 Nopember 2008. 155 Hilmi Aminuddin, Menghilangkan Trauma Persepsi, cet. III, (Jakarta: Sekretariat

Jenderal Bidang Arsip dan Sejarah DPP PKS dan Arah Press, 2008) h. 7 156 Parpol Islam Harus Garap Sumber Alternatif”, Kompas, 26 September 2008, h. 8

157 Wawancara langsung Heri Purnomo. Jakarta, 31 Oktober 2008

158 Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam, h. 195 159 David C. Leege dan Lyman A. Kellstedt, Agama dalam Politik Amerika, penerjemah

Debbie A. Lubis dan A.Zaim Rofiqi, (Jakarta: Kerjasama Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Freedom Institute, dan Yayasan Obor Indonesia, 2006 ), h. 425

Page 103: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Pilkada di Jawa Barat dan Sumatra Utara. Bukan hanya kalangan Parpol lain,

pengamat dalam dan luar negeri mengambil kasus di kedua daerah tersebut sebagai

pertanda awal dari peningkatan suara PKS dalam Pemilu 2009.160

Maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksudkan

adalah munculnya kembali kekuatan politik Islam. Hal yang demikian itu, di dalam

perjalanannya selalu terbuka kemungkinan untuk "mempolitikkan" bagian-bagian

yang menjadi dasar ideologi partai-partai tersebut.161 Termasuk telah dibuka keran

kebebasan dalam mencantumkan asas partai sebagaimana dalam UU No. 2 Tahun

2008 sesuai dengan pasal 9 kecuali ayat (3).162 Inilah salah satu keuntungan dari

keberadaan partai Islam yang ada di Indonesia khususnya Partai Keadilan Sejahtera

dalam peluangnya untuk meraih peningkatan target suara pemilu 2009.

Pendekatan politik Islam dewasa ini, seperti yang belakangan

dikembangkan oleh generasi baru kaum intektual dan aktivis Muslim, cenderung

bersifat inklusif atau integratif. Watak inklusif atau integratif pendekatan tersebut

khususnya tampak dalam (1) bagaimana para pemikir dan aktivis Islam politk

sekarang mengeksperisikan gagasan sosial-politik mereka; dan (2) bagaimana

mereka berupaya merealisasikan tujuan-tujuan sosial-politik Islam.163

160 Lihat, tulisan Prof. Azumardi Azra di Rubrik Resonansi Republika, Kamis, 24 April

2008, h. 12 161 Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam, h. 195-196

162 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 9 ayat (1), (2),

dan (3).

163 Bachtiar Effendi, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam

di Indonesi , (Jakarta: Paramadina, 1998), Cet. Pertama, h. 212

Page 104: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Sehubungan dengan itu, aspirasi-aspirasi politik Islam dirancang

sedemikian rupa sehingga mereka tidak harus berbenturan dengan masyarakat

pribumi Indonesia. Pada gilirannnya, hal ini diharapkan dapat menciptakan

hubungan yang relatif harmonis antara keislaman dan keindonesiaan.164 Mereka

percaya bahwa ekspresi tujuan-tujuan politik Islam tidak akan lagi di pandang

sebagai pinggiran. Dan yang lebih penting, mereka juga berkeyakinan bahwa

pemikiran dan praktik politik semacam itu tidak akan dipandang sebagai ancaman

terhadap "persatuan bangsa".165

Hidayat Nur Wahid sebagai anggota Majelis Syuro

PKS juga menyampaikan tidak ada lagi dikotomi bahwa partai yang berasaskan

Islam akan membahayakan NKRI.166

Demikian halnya mengenai sumber pendanaan (political finance) bagi

partai politik menjadi sangat penting untuk diatur dalam Undang-Undang No.2

Tahun 2008, karena seringkali perilaku koruptif terjadi, sehingga potret buram

bangsa Indonesia sebagai negara korup kembali dipertegas oleh Transparency

International Indonesia (TII) yang meluncurkan hasil survey Indeks Persepsi

Korupsi (IPK) tahun 2007 pada tanggal 6 Desember 2007, bahwa dari 180 negara

yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 143 bersama Rusia, Togo, dan

Gambia. Nilai IPK itu juga memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang

dipersepsikan terkorup di dunia, bersama 71 negara berindeks di bawah 3. Aktor

164 Ibid. 165 Ibid., h. 214

166 Lihat "Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalis", Republika, 24 September 2008, h. 1

Page 105: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

”Keberhasilan” Indonesia dalam mempertahankan prestasi sebagai negara korup

masih didominasi oleh Lembaga Parlemen.167 Contoh kasus temuan Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang adanya pencairan

lebih dari 400 lembar cek yang terdistribusikan secara mencurigakan. Temuan ini

menguatkan adannya benang merah dengan "nyanyian" politikus PDI Perjuangan,

Agus Condro, dengan pengakuannya menerima cek perjalanan senilai 500 juta

melalui Fraksi PDI Perjuangan DPR usai voting Komisi IX DPR yang

memenangkan Miranda Swaray Goeltom untuk menjabat gubernur senior Bank

Indonesia (BI) pada 2004. Ketika itu, Miranda meraih 41 suara dari 54 anggota

Komisi IX yang hadir.168

Alasan penulis mengutip ulasan diatas ialah disebabkan perlunya lembaga

partai pilitik yang bersih dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Inilah salah satu

konsekuensi pentingnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 mengatur masalah

sumber pendanaan partai sesuai dengan pasal 34 pasal (1) yang berbunyi

"keuangan partai politik bersumber dari: a. iuran anggota; b. sumbangan yang sah

menurut hukum; dan c. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah"169. "Kondisi Parlemen

saat ini juga tidak ideal untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat. Pasalnya,

167 Zamrony, "Pemberantasan Korupsi: Topik Out Of Date", artikel diakses pada 15

September 2008 dari http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org

.mozilla%3AenUS%3Aofficial&hs=0Ig&q=laporan+ICW+mengenai+lembaga+terkorup+di+Indonesia&btnG=Telusuri&meta=

168 "KPK Telusuri 400 Cek Suap ke DPR", Republika, 11 September 2008, h. 12. 169 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal (1).

Page 106: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

posisi anggota Dewan secara perorangan sangat lemah. Selain itu, parlemen pun

tak bisa membuat anggotanya menjadi kuat dan tidak mempunyai agenda kerja

kerakyatan". Otokritik ini disampaikan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

DPR, Fahry Hamzah, dalam diskusi "Membangun Parlemen Pro Rakyat" di Jakarta

kamis (11/9). Sebelumnya, Bvitri Susanti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan

Indonesia mengatakan, ketidakpuasan masyarakat terhadap lembaga legislatif

memang besar. Masyarakat juga banyak yang tidak tahu siapa wakilnya di DPR.

Untuk memperbaiki ini, tidak ada jalan lain kecuali partai harus berbenah diri.

Memperbaiki mekanisme kaderisasi dan penentuan calon anggota legislatif yang

berkualitas".170

Sehingga Fraksi PKS sejak awal menyerukan dan memperjuangkan

pentingnya perwujudan partai kader di negeri ini guna mengimplementasi fungsi

Parpol dalam hal pendidikan politik, rekrutmen pemimpin, manajemen konflik, dan

agregasi kepentingan. Fungsi-fungsi itu harus dijalankan sepanjang waktu sehingga

Parpol tidak hanya sibuk dari pemilu ke pemilu lalu abai pada kepentingan

masyarakat. Parpol harus hadir sepanjang waktu melakukan pendidikan politik,

menyerap aspirasi, melakukan rekrutmen pemimpin dan yang tak kalah penting,

tentu saja, turut mengentaskan pelbagai persoalan yang menghimpit masyarakat.

Fraksi PKS sebelumnya menyambut gembira rumusan RUU Parpol yang

menegaskan tujuan dan fungsi Parpol secara eksplisit di dalamnya, yaitu di Bab V

170 "Parlemen Tak Ideal untuk Akomodasi Rakyat", Kompas, 13 september 2008, h. 4

Page 107: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

serta menjabarkannya di dalam Bab XI tentang Rekrutmen Politik dan Bab XIII

tentang Pendidikan Politik.171

Dalam proses kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera, sumber keuangan dari

iuran anggota dan simpatisan cukup signifikan nilainya terhadap pendanaan partai,

hal ini juga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga PKS oleh struktur Dewan

Pengurus Pusat.172 Padahal dalam budaya masyarakat yang opportunis dan perilaku

money politics kecenderungannya adalah sebaliknya, yaitu kader yang berusaha

mendapatkan keuntungan materi dari partai. Praktik pendanaan Partai Politik lain

sangat jarang menerapkan sumber pendanaan dari iuran anggotanya, lebih banyak

bersumber dari para kader anggota DPR, pejabat negara, pengusaha, dan bantuan

pihak lain.

Political finance atau sumber pendanaan Parpol diatur dalam Pasal 35, 36,

37, 38, dan 39 UU No. 2 Tahun 2008. PKS sebenarnya lebih mudah dalam masalah

transparansi. Karena selain sudah ada penggalangan dana dari kader, potongan

dana terhadap pendapatan anggota legislatif untuk partai pun tidak terlalu

memberatkan dan bersifat progressif. Artinya potongan disesuaikan dengan

kebutuhan keluarga. Tujuan dilakukan penggalangan dana yang trasparan seperti di

atas adalah kebaikan para kader agar tidak ada pihak yang dirugikan atau membuat

171 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik untuk disahkan

menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 2

172 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal (19)

Page 108: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

miskin legislator PKS sehingga mencegah terjadinya sumber alternatif praktek

KKN.

PKS juga adalah partai kader sehingga dalam setiap pengkaderan ada istilah

tingkatan yang terbagi beberapa bagian kader, yaitu; anggota pemula, anggota

muda (anggota pendukung), anggota madya, anggota dewasa, anggota ahli dan

anggota purna (anggota inti)173 anggota yang sudah masuk dalam tingkatan level

kader inti adalah (anggota madya, anggota dewasa, anggota ahli dan anggota

purna) sudah diwajibkan membayar iuran kader, standar 5000 per orang dan

bahkan kebanyakan kader yang memiliki banyak dana, mereka menyumbang lebih

dari itu dengan dasar keikhlasan dan sedekah lillâhi ta'âla untuk dakwah.174

mengenai syarat lolosnya peserta pemilu, dalam bentuk rancangannya

Pemerintah berpendapat bahwa syarat jumlah pendiri partai politik perlu

ditingkatkan dari 50 menjadi 250 orang, untuk meningkatkan kualitas demokrasi

dan legitimasi partai politik sebagai representasi aspirasi politik masyarakat yang

bertujuan juga sebagai upaya membangun system kepartaian yang ideal, dan tidak

dimaksudkan untuk memperberat syarat pendirian partai politik sebagaimana

dalam pandangan F-PBR. Pemerintah setuju dengan F-BPD (Bintang Pelopor

Demokrasi) mengusulkan adanya peningkatan jumlah pendiri partai politik.175

173 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 5 ayat (1). 174 Wawancara Pribadi dengan Lili Nur Aulia. Jakarta, 24 Oktober 2008 175 Lihat Kartu Pemantauan Legislasi, dalam agenda Jawaban Pemerintah atas Pandangan

Fraksi-Fraksi terhadap RUU Parpol dan Susduk, 5 September 2007, PSHK, h. 2

Page 109: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Mengingat sentralnya peran Parpol dalam kehidupan politik yang demokratis dan

menilai pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi Parpol dalam kehidupan

bermasyarakat, Fraksi PKS dapat memahami dan akhirnya turut memperjuangkan

proses pendirian Parpol yang ringan, paling tidak sama dengan ketentuan UU

Parpol sebelumnya. Harus diakui, saat ini kita membutuhkan partisipasi luas dari

seluruh elemen bangsa untuk mewujudkan perubahan dan demokratisasi yang lebih

ekstensif.176 Ini menunjukkan bahwa pasca lahirnya Undang-Undang Nomor. 2

Tahun 2008 partai Islam yang lolos verifikasi lebih rumit bandingkan dalam

undang-undang. Lihat uraian diatas mengenai Perbandingan persyaratan Parpol

sebagai badan hukum menurut undang-undang No. 31 Tahun 2002 dengan

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008. Tetapi, kondisi ini tidak membuat praktisi

politik Islam patah semangat untuk tetap optimis dalam verifikasi misalnya PKS

dan partai Islam lainnya yang bertambah dua partai politik yaitu PKNU dan PMB177

dibandingkan dengan peserta pemilu 2004, yang hanya ada 5 partai Islam yaitu:

PKS, PPP, PBB, PBR, dan PPNUI178 artinya sebagai partai ideologis pada pemilu

2009 hanya bersaing dengan 7 Parpol yang berasaskan Islam peluang mendapatkan

jumlah suara pada pemilu 2009 lebih besar.

176 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007.

PSHK, h. 2 177 "Poros Islam Menyongsong 2009", Suara Islam, edisi 49, Tanggal 1-14 Agustus 2008 ,

h. 5

178Lihat Profil Partai, diakses pada 15 Mei 2008 dari http:/ /www.tempo.co.id/

hg/partai/index.html

Page 110: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Mengenai kadar keterwakilan peremepuan, Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 pasal (20) menegaskan ”Kepengurusan Partai Politik tingkat provinsi

dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) dan ayat (3)

disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30% (tiga

puluh perseratus) yang diatur dalam AD dan ART Partai Politik masing-masing.179

Sementara itu, Koordinator Gerakan Perempuan Peduli Indonesia (GPPI)

dan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Revisi UU Politik (ANSIPOL) Sri Budi Eko

Wardani mengatakan, UU Politik yang baru disahkan akan memberikan terobosan

penting bagi partisipasi perempuan di dalam Parpol. Menurutnya, keterlibatan

perempuan di dalam Parpol –sebagai anggota dan pengurus—merupakan “hulu”

dari perjuangan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif.

Aturan yang merupakan hulu tersebut terletak pada dua hal yaitu pembentukan

Parpol yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (5). Lainnya, soal kepengurusan

Parpol, yakni di Pasal 20.180

Terobosan baru dalam UU partai politik merupakan langkah awal dari

proses “feminisasi” negara melalui Parpol. Feminisasi politik ini menjelaskan

bagaimana proses politik akan lebih memperhatikan persoalan mendasar yang

dialami masyarakat, termasuk perempuan. Bagi perempuan hal ini dapat

ditunjukkan melalui lebih peduli pada kesehatan, peningkatan pendidikan,

179 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal (20). 180 “Asas Parpol Masih Jadi Ganjalan, Pengesahan UU Parpol”, artikel ini diakses pada 15

Mei 2008 dari http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=18130&cl=Berita

Page 111: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

penghapusan kekerasan terhadap perempuan, serta mendorong perempuan terlibat

dalam proses politik dalam kehidupan publik.181

Dalam kerangka partisipasi demokratis, Fraksi PKS juga dapat memahami

dan turut mendukung afirmasi politik 30% perempuan dalam pendirian dan

kepengurusan Parpol dengan rumusan yang dihasilkan:

"Menyertakan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% dalam

kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan di tingkat propinsi serta di

Kabupaten/Kota."

Gelombang afirmasi ini diharapkan tidak hanya menimbulkan tuntutan

yang berlebihan untuk tampilnya kaum perempuan pada lembaga publik. Tetapi,

menjadi pendorong untuk peningkatan kebijakan negara yang berpihak pada

pemuliaan kaum perempuan. Antara lain, lebih banyak mendengarkan,

meringankan beban fisik, meminimalisasi pelecehan, dan, segala bentuk yang

merendahkan kaum perempuan.182

Partai Keadilan Sejahtera dalam hal ini sudah menetapkannya dalam

Anggaran Rumah Tangga PKS bab IX tentang Struktur Partai di Tingkat Provinsi.

Ada beberapa anggota untuk komisi-komisinya misalnya poin 2 komisi yang

bertugas sebagai pengkaderan dan kewanitaan dan begitu juga terhadap Struktur

Partai di Tingkat Kabupaten.183

181 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan

dalam Parpol, h. 27 182 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007.

PSHK, h. 3 183 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal (27dan 40).

Page 112: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Sementara hambatan Parpol lain adalah alasan tidak adanya kader

perempuan dalam Parpol. Kader perempuan memang menjadi masalah ketika

Parpol tidak melakukan kaderisasi pada perempuan. Parpol hanya menjadikan

perempuan sebagai pemasok suara (vote getter) dalam pemilu, tetapi bukan kader

potensial Parpol.184

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga terbukti misalnya dalam pengajuan

573 anggota calon anggota legislatif, menempatkan 373 atau 65% pria dan 200

atau 35% perempuan. Hampir 100% dari 45 anggota DPR saat ini, menurut Sekjen

PKS, Anis Matta, kembali maju dalam pencalonan.185 Ketua Bidang Kewanitaan

DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ledia Hanifah, mengungkapkan ”kalau

berbicara realita, banyak dari kami yang justru bagus dan meraih suara lebih

banyak daripada lelaki,”186 Ini menandakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

merupakan partai yang selalu siap dalam menghadapi pemilu 2009. Bandingkan

dengan jumlah partai calon pemilu yang mendaftar tapi tidak lolos verifikasi

administraif dan partai yang tidak memenuhi keterwakilan 30% perempuan: 11

Parpol yang tidak lolos verifikasi yaitu:

184 Anugrah, UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan dalam

Parpol, h. 28. bandingkan dengan Pengumumam Daftar Calon Sementara Anggota DPR RI Pemilu

2009, Republika, 7 Oktober 2008, ada beberapa partai yang tidak memenuhi kuota 30%

keterwakilan perempuan diantaranya: PPRN (Partai Peduli Rakyat Nasional ), GERINRA (Partai

Gerakan Indonesia Raya), PPP (Partai Persatuan Pembangunan), dan Partai Patriot. 185 "Berlomba Mencalonkan Perempuan ke DPR", Republika, 20 Agustus 2008 , h. 1

186 “Tergerus oleh Penetapan Suara Terbanyak”, Republika, 1 September 2008 , h. 9

Page 113: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Demokrasi Indonesia, Partai

Tenaga Kerja Indonesia, Partai Masyarakat Madani, Partai Pemersatu Nasional

Indonesia, Partai Republik, Partai Bela Negara, Partai Islam, Partai Persatuan

Perjuangan Rakyat, Partai Kerakyatan Nasional, Partai Reformasi Demokrasi.

Sedangkan yang mengundurkan diri karena tidak terdaftar memiliki badan

hukum di Depkum HAM yaitu: 187

1. Partai Islam Indonesia Masyumi

2. Partai Kemakmuran Rakyat.

Sedangkan dalam Rekapitulasi Daftar Calon Sementara DPR RI yang tidak

memenuhi keterwakilan 30% perempuan yaitu: 188

No Partai Jumlah Caleg Perempuan % Perempuan

4 Partai Peduli Rakyat Nasional 288 77 27%

5 Partai Gerakan Indonesia Raya 397 106 27%

24 Partai Persatuan Pembangunan 452 124 27%

30 Partai Patriot 118 23 19%

Mengenai proses Islamisasi kebijakan (ideologi) ditingkat nasional lebih

mudah untuk direalisasikan dengan budaya politik koalisi PKS dengan partai Islam

lain. lebih tepatnya apa yang disampaikan oleh Ketua Umum partai nasionalis

Hanura, Wiranto mengingatkan, koalisi lebih tepat bicara tentang kesamaan

187 Artikel diakses pada 15 Oktober 2008 dari http://hariansib.com/2008/06/01/kpu-

umumkan-51-Parpol-lolos-peserta-pemilu/ 188 Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pengumumam Daftar Calon Sementara Anggota DPR

RI Pemilu 2009, Republika, 7 Oktober 2008, h. 26

Page 114: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

program, bukan bagi-bagi kekuasaan. “Bagaimana program, visi, misi, dalam

membangun pemerintahan yang sama.”189 Tetapi dalam kehidupan politik dewasa

ini tak ada lagi dikotomi antara partai politik (Parpol) aliran nasionalis dan Islam.

Koalisi yang dibangun antar Parpol kini lebih cair. Partai berideologi Islam tanpa

ragu merangkul partai-partai nasionalis seperti terlihat dalam beberapa ajang

Pilkada. 190

Namun, nuansa pragmatis justru terasa lebih kental. Kalla mencontohkan

beberapa koalisi yang dibangun PKS disejumlah Pilkada. Sebagai partai

berasaskan Islam, PKS dapat berkoalisi dengan PDIP di Pilkada Sumsel. Di Sulsel,

PKS berkoalisi dengan partai Golkar. Bahkan partai yang sama-sama religius, tapi

dengan latar belakang agama yang berbeda, bisa bersatu di Pilkada. “Contohnya di

Papua, PKS berkoalisi dengan PDS”. Tidak ada rumusan baku menjalin koalisi.

sebab, tujuan koalisi antarpartai tak hanya sekedar kesamaan program, visi, dan

misi, tapi juga untuk mengisi kekurangan kemampuan maupun perolehan suara,

sehingga peluang mencapai kemenangan semakin besar.191

Sementara, bila ditilik dari sejarah, Taufiq Kiemas mengungkapkan bahwa

partai-partai nasionalis pun tak bisa dipisahkan dari umat Islam. Kalau sekarang

PDIP punya Baitul Muslimin, Taufiq menyatakan dahulu PNI juga memiliki

Jamiatul Muslimin. Hidayat Nur Wahid, menambahkan, sesuai undang-undang,

189 "Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalis", Republika, 24 September 2008, h. 1

190 Ibid., seperti juga dikatakan M. Yusuf Kalla bahwa tidak ada lagi pertentangan antara

partai Islam dan Nasionalis. 191 Ibid.

Page 115: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

semua Parpol memperoleh perlakuan sama. Tak ada pembedaan berdasarkan

ideologi partai, baik untuk Parpol Islam maupun Nasionalis. “sekarang bukan

waktunya lagi mempertentangkan partai berdasarkan asas Pancasila atau Islam.

Platform Parpol, sebenarnya banyak yang ber-singgungan. Hanya ada penekanan

tertentu, misalnya, di bidang ekonomi, umat, dan lainnya. “tidak lagi dikotomi

antara yang membahayakan dan tidak membahayakan NKRI”.192

Menurut penulis, mengutip salah satu paparan tokoh PKS yang juga ketua

MPR Hidayat Nur Wahid, bahwa dalam UU No.2 Tahun 2008 tidak ada

diskriminasi atau pembedaan berdasarkan ideologi partai, baik untuk Parpol Islam

maupun Nasionalis. Tidak lagi dikotomi bahwa partai yang berasaskan Islam akan

membahayakan NKRI. Disini dapat dilihat juga peluang bagi partai PKS untuk

berkoalisi dengan partai apapun demi mencapai kekuatan politik, mendapatkan

simpatisan dan dukungan publik. dimana didalam dunia politik. PKS mengartikan

politik sebagai “aktivitas yang mendekatkan manusia kepada kemaslahatan dan

menjauhkan dari kerusakan serta mengantarkan kepada keadilan”.193

Dalam hal terjadi perselisihan, sebagaimana diatur dalam pasal 32 dan 33

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 yang selama ini marak terjadi dualisme

kepengurusan problem internal partai (misal kasus PKB) yang berujung di

Mahkama Agung dan berlanjut menjadi konflik pada akar rumput atau grass

192 Ibid. 193 Majelis Pertimbangan Pusat PK Sejahtera, Memperjuangkan Masyarakat Madani,

(Jakarta: MPP PKS, 2008), Cet. Pertama, h. 84

Page 116: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

root,194 PKS cukup solid dengan berfungsinya struktur kelembagaan partai

diantaranya:

Majelis Syura adalah lembaga tertinggi partai. Kebijakan-kebijakan yang di

keluarkan oleh lembaga ini terdiri atas keputusan (tatsbit, beschikking) dan

peraturan (taqnin, regeling)195 adalah kebijakan yang sangat substansial. Misalnya

penetapan mengenai platform, visi dan misi partai, serta Capres dan Cawapres atas

rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Pusat, mengevaluasi kinerja Dewan

Pimpinan Tingkat Pusat, menerima pengunduran diri pimpinan dan/atau anggota

dari kepengurusan Partai yang diangkat berdasarkan putusan Majelis Syura dan

lain-lain.196

Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (lembaga tinggi) adalah Pimpinan

Tingkat Pusat diantaranya: Ketua Majelis Syura, Ketua Dewan Syariah Pusat,

Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan Pusat/Presiden Partai,

Sekjen dan Bendahara Umum.197 Agar tidak terjadi konflik internal pada PKS ialah

dengan melaksanakan AD/ART sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-

masing lembaga.198 Misalnya didalam partai lain yang banyak terjadi konflik

internal karena terjadi dualisme kepengurusan karena ada keputusan orang lain

yang dituruti (disegani) atau ada dikotomi keputusan individu yang dikultuskan.

194 Admin. “Konflik PKB” artikel diakses pada 15 Oktober 2008 dari http://agusromli.

com/portal/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=30

195 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 13 ayat (2). 196 Lihat, Anggaran Dasar PKS Pasal 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. 197 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 5 ayat (2).

198 Wawancara langsung Nur Arif Hidayat. Jakarta, 31 Oktober 2008

Page 117: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Ketua Majelis Pertimbangan Pusat

(lembaga tinggi)

PKS dalam hal mencegah terjadinya konflik internal selalu mengacu kepada

AD/ART atau sesuai dengan struktur kelembagaan yang ada.199

Struktur Kelembagaan

Dewan Pimpinan Tingkat Pusat PKS

C. Tantangan Partai Keadilan Sejahtera dalam Pemilu 2009.

Sebagaimana yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Indonesia,

pada 9 Juli 2008 ada 34 Partai Politik Nasional yang akan mengikuti Pemilihan

Pemilu 2009. Ke-34 Partai Politik yang telah mendapatkan nomor secara berurutan

yang akan mengikuti Pemilu itu adalah: 1). Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), 2).

Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), 3). Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia

199 Wawancara Pribadi dengan Lili Nur Aulia. Jakarta, 24 Oktober 2008

Ketua Majelis Syura (lembaga tertinggi)

Presiden Dewan Pengurus Pusat (lembaga tinggi)

Ketua Dewan Syari’ah Pusat

(lembaga tinggi)

Sekretaris Jenderal (lembaga tinggi)

Bendahara Umum (lembaga tinggi)

Ka.B

id B

PK

Ka. B

id B

PW

Ka. B

dn legis

latif

Ka. B

dn H

ub.

Lr

Negri

Ka.B

dn

Pem

en

angan

Pem

ilu

Ka.B

id P

olh

uk

Ka. B

id P

em

uda

Ka. B

id K

esra

Ka. B

id e

ku

inte

k

Ka. B

id K

ew

an

itan

Ka.B

dn.p

ere

ncan

aan

dakw

ah

Ka. B

dn h

um

as

Page 118: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

(PPPI), 4). Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), 5). Partai Gerakan Indonesia

Raya (Gerindra), 7). Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), 8). Partai

Keadilan Sejahtera (PKS), 9). Partai Amanat Nasional (PAN), 10). Partai

Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), 11). Partai Kedaulatan, 12). Partai Persatuan

Daerah (PPD), 13). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 14). Partai Pemuda

Indonesia (PPI), 15). Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenis, 16). Partai

Demokrasi Pembaharuan (PDP), 17). Partai Karya Perjuangan (PKP), 18). Partai

Matahari Bangsa (PMB), 19). Partai Penegak Demokrasi Indonesa (PPDI), 20).

Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), 21). Partai Republika Nusantara (PRN), 22).

Partai Pelopor , 23). Partai Golkar, 24). Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 25).

Partai Damai Sejahtera (PDS), 26). Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia

(PNBKI), 27). Partai Bulan Bintang (PBB), 28). Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), 29). Partai Bintang Reformasi (PBR), 30). Partai Patriot, 31).

Partai Demokrat, 32). Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), 33). Partai

Indonesia Sejahtera (PIS), 34). Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

Dengan Berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) DKI

Jakarta No. 104/VI/2008/PTUN JKT yang mengabulkan gugatan 4 partai politik

peserta Pemilu 2004 untuk menjadi peserta Pemilu 2009, KPU menetapkan partai-

partai politik tersebut sebagai peserta Pemilu 2009 yaitu:

41. Partai Merdeka

42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)

43. Partai Sarikat Indonesia (PSI)

Page 119: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

44. Partai Buruh200

Di samping 38 Partai Politik Nasional Pemilu 2009 nanti juga akan

dimeriahkan oleh kehadiran 6 Partai politik local di Aceh diantara:

35. Partai Aceh Aman Sejahtera,

36. Partai Daulat Aceh,

37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh,

38. Partai Rakyat Aceh,

39. Partai Aceh

40 Partai Bersatu Rakyat Atjeh dinyatakan lulus seleksi

ke-44 Partai tersebut dapat mengikuti Pilihan Umum 2009 yang

dijadwalkan akan dilaksanakan pada 9 April 2009.

Kehadiran 38 Partai Politik Nasional dan 6 Partai Politik Lokal di Aceh

sebagai peserta Pemilu 2009, dalam pandangan Warjio201 jelas akan berhadapan

dengan kondisi psikologis masyarakat yang sudah apatis terhadap Partai Politik

dan para elitnya. Kehadiran Parpol selama ini dan para elitnya yang dinilai gagal

membawa aspirasi masyarakat serta perilaku elit Partai Politik yang membawa

bangsa Indonesia ke jurang kehancuran melalui korupsi dan tindakan amoral yang

dilakukan mereka menjadi penyebab dari apatisme masyarakat terhadap Partai

Politik. Inilah satu keadaan psikologis yang berkaitan langsung dengan

kepercayaan pemilih di mana semua Parpol akan menghadapi tantangan.

200 Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2009, artikel diakses pada 21

Agustus 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Legislatif_ Indonesia_2009 201 Penulis Political Analist, Staff Pengajar Departemen Ilmu Politik, FISIP USU

Page 120: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Untuk menarik kembali kepercayaan pemilih dalam Pemilu 2009 nanti

bukan pekerjaan yang mudah. Ini karena apatisme pemilih terhadap Parpol dan

elitnya telah ditunjukkan dengan kesadaran untuk Golput. Tren Golput ini sudah

mulai terasa di mana dalam setiap Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia

kecenderungan untuk Golput terus membesar (Warjio, 2008). Sebagai catatan,

Golput pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 putaran pertama sebesar 24,60%

dan menjadi 26,31% pada putaran ke 2. Golput pada Pilkada Jawa Timur mencapai

39,2%. Ini berarti dari 29.061.718 pemilih sekitar 11,4 juta diantaranya diduga

tidak menggunakan hak pilihnya. Golput di Pilkada Banten, 26 November 2006,

mencapai 39,17%. Pilkada DKI Jakarta, 8 Agustus 2007 sebesar 34, 59%, Pilkada

Jawa Barat, 13 April 2008 mencapai 32,7% dan Pilkada Jawa Tengah, 22 Juni

2008 mencapai 41, 5%. Bahkan tingkat Golput dalam Pemilu 2009 diperkirakan

akan mencapai lebih 40% (Kompas, 25/72008).202 Mengenai tantangan beberapa

partai dalam hal Golput, termasuk PKS berusaha untuk meyakinkan agar mereka

terlibat dalam Pemilihan Umum 2009 untuk memilih PKS sebagai partai yang

bersih dan selalu mengedepankan amanah rakyat.203

Banyaknya Parpol peserta Pemilu 2009 sebenarnya menggambarkan juga

begitu beragamnya aliran atau ideologi. Ada yang beraliran agama, nasionalis atau

gabungan keduanya. Dengan demikian, keragaman ideologi ini jika tidak dikelola

dengan baik khususnya dalam masa kampanye bisa menimbulkan konflik.

202 Warjio, “Tantangan Parpol dalam pemilu 2009”, artikel diakses pada 15 Oktober 2008

dari Waspada Online http://www.waspada.co.id 203 Wawancara langsung Heri Purnomo. Jakarta, 31 Oktober 2008

Page 121: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Demikian juga bahwa berdasarkan nama-nama Partai Politik yang lulus verifikasi

KPU tersebut muncul Partai Politik baru di samping Partai Politik lama (Peserta

Pemilu 2004; di antaranya PKS sendiri, Partai Golkar, PKB, PBB, PAN, PDI-P,

dan Partai Demokrat). Demikian juga di antara Partai Politik yang lulus verifikasi

KPU tersebut tercatat juga Partai Politik "pecahan" dari Partai Politik peserta

Pemilu 2004 seperti Partai Politik Matahari Bangsa, pecahan dari Partai Amanat

Nasional (PAN). Penggunaan isu-isu yang berkaitan dengan keadaan ini juga akan

menimbulkan konflik tersendiri.204

Perlu dicatat pula bahwa dalam Pemilu 2009 nanti akan terjadi bukan saja

persaingan antara Partai Politik baru versus Partai Politik lama, persaingan ideologi

tetapi juga terjadi persaingan Partai Politik Nasional dengan Partai Politik lokal di

Aceh. Artinya, 38 Partai Politik Nasional akan bersaing memperebutkan pemilih

dengan enam Partai Politik Lokal di Aceh. Ini artinya, di Aceh isu-isu lokal akan

"berperang" dengan isu nasional. Kemampuan Partai Politik untuk mengemas

secara baik isu-isu ini tentu akan mudah baginya menarik simpati pemilih.

Persoalannya juga jika isu-isu ini dimunculkan tanpa menghiraukan kepentingan

bangsa secara keseluruhan ia akan berakibat fatal.205

Oleh karena itu, melihat kenyataan yang terjadi dalam berbagai permasalah

diatas merupakan tantangan bagi partai PKS untuk meraih suara terbanyak di

pemilu 2009, mau tak mau partai-partai Islam pun harus berhitung cermat. Apalagi,

204 Ibid., h. 2 205 Ibid.

Page 122: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

menurut pengamat politik dari LIPI, Lili Romly, tantangan partai Islam

menghadapi pemilu 2009 nanti akan semakin berat. "Hal ini karena orientasi

ideologi dan kultur umat Islam Indonesia terus megalami perubahan"206

Meskipun dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2008 telah memberikan

kebebasan untuk mencatumkan asas partai tertentu dalam pasal 9 ayat (1) dan

(2),207 misalnya asas partai PKS adalah Islam.208 Dikutip dari Lili Romly dalam

majalah Suara Islam; memperjuangkan aspirasi dan hak-hak umat, edisi 49 (01-

14/’08), bahwa perubahan orientasi ideologi saat ini sangat terlihat jelas. Meski

tingkat ibadah ummat Islam semakin bertambah, tapi mereka belum tentu akan

memilih partai Islam.

"Tadinya ideologi mereka Islam, tapi sekarang berubah. Banyak massa Islam

yang akhirnya direbut oleh partai-partai nasionalis atau partai tengah.

Sementara itu, hanya sedikit massa partai nasionalis yang beralih kepartai

Islam".209

Situasi menjadi semakin berat karena partai Islam dan yang berbasis massa

Islam bertambah menjadi sembilan. Meskipun dalam penulisan skripsi ini dibatasi

hanya ada tujuh yang menjadi bahasan utama partai Islam yakni yang berasaskan

Islam saja. Tetapi penulis mengambil simpel perbandingan saja untuk mengetahui

tantangan partai PKS dalam menghadapi pemilu 2009 nanti. Bila sebelumnya ada

PPP, PKB, PAN, PKS, PBB, PBR, PPNUI (Partai Persatuan Nahdatul Ummah

206 Lihat, Suara Islam, edisi 49, Tanggal 1-14 Agustus 2008 , h. 5

207 Pasal 9 ayat (1) dan (2), UU No. 2 Tahun 2008

208 Pasal 2 Anggaran Dasar PKS 209 Lihat, Suara Islam, edisi 49, Tanggal 1-14 Agustus 2008 h. 5

Page 123: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Indonesia), kini ditambah PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama) dan Partai

Matahari Bangsa (PMB). Padahal pangsa pasarnya tetap sama. Akibatnya sesama

partai Islam bisa menjadi pemangsa, karena memperebutkan basis yang sama,210

hal yang sama juga disampaikan oleh siaran pers hasil survei nasional Lembaga

Survei Indonesia (LSI), bertema Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang

Pemilu 2009.211

Oleh karena itu, berbagai partai politik Islam disarankan berani keluar dari

pasar utama (captive market)-nya jika ingin mencapai target menjadi Parpol

dengan perolehan suara besar. salah satu caranya adalah dengan mencobah

merambah konstituen baru, yang selama ini bernaung di bawah rumah-rumah

Parpol ber-platform lain seperti nasionalis. Salah satu Peneliti senior, Dodi

Ambardi mengungkapkan:

“Jika upaya keluar dari captive market itu tidak dilakukan dan terus bertumpu

pada melulu mengeksploitasi sentimen keagamaan, Parpol-Parpol Islam hanya

tetap menjadi Parpol yang cukupan, status Parpol dengan perolehan suara pas-

pasan seperti itu justru kemudian menjerumuskan partai Islam untuk saling

meng-'kanibal' satu sama lain”.212

Kondisi itu diyakini LSI terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang

jumlah dukungan suaranya terus meningkat dalam setiap pemilu. Hal itu lantaran

PKS menarik para pemilih Muslim yang selama ini memilih Parpol Islam lainnya.

dengan kata lain, peningkatan perolehan suara PKS telah mengrogoti Parpol Islam

210 Ibid. 211 “Parpol Islam Harus Garap Sumber Alternatif”, Kompas, 26 September 2008, h. 8 212 Ibid.

Page 124: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

lainnya. Survei yang dilakukan LSI kali ini, sepanjang 8-20 September 2008, juga

digelar untuk mencari tahu apakah kecendrungan penurunan perolehan suara tadi

juga akan terjadi pada pemilu 2009.213

Istilah “Kanibalisasi politik” sebenarnya terlalu berlebih-lebihan. Karena

didalam berdemokrasi kebebasan berpolitik (mendirikan partai politik) merupakan

ajang pertarungan / persaingan politik yang sehat dan cerdas. Kalau di dalam istilah

ilmu ekonomi Parpol ini adalah produk, produknya bagus yang bermamfaat,

bernilai, kemasannya cantik, dan promosinya juga cerdas dipercaya kualitasnya

oleh rakyat. Produk itu yang akan dipilih oleh masyarakat/ calon konsumen

potensial. Ini justru persaingan dan pendidikan politik buat masyarakat. Bagi PKS

memang merupakan tantangan dan kerja keras yang harus dilakukan bagi setiap

partai apabila ingin mendapat simpatisan rakyat.214

Tantangan lain yang dihadapi PKS adalah Masyarakat menginginkan ada

perubahan di legislatif terkait dengan penetapan daftar calon anggota legislatif

2009 yang tengah diajukan partai politik ke Komisi Pemilihan Umum. Reformasi

lembaga legislatif ini diharapkan bisa terwujud lewat terpilihnya wajah-wajah baru,

bukan anggota dewan yang saat ini sudah berkantor di “Senayan”. Masa kerja lima

tahun dirasakan sudah cukup untuk mewakili rakyat berkiprah di lembaga

legislatif. Kinerja yang kurang membanggakan dan banyaknya anggota dewan

yang ditangkap Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) karena dugaan suap atau

213 Ibid. 214 Wawancara langsung Heri Purnomo. Jakarta, 31 Oktober 2008

Page 125: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

terlibat perkara korupsi membuat masyarakat enggan memilih mereka kembali. Hal

ini menjadi benang merah hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 10-12

September lalu. Sebagian besar responden (53%) menyatakan, jika pemilihan

umum legislatif dilakukan saat ini, mereka akan memilih nama-nama calon

anggota legislatif (Caleg) yang benar-benar baru. Alasannya, citra dan kinerja

anggota DPR periode saat ini dinilai buruk.

Adapun responden yang tetap ingin mempertahankan “muka-muka lama”

sebanyak 12,9%.215

Ini salah satu tantangan PKS dalam pemilu 2009 yang akan

datang, meskipun anggota fraksi PKS yang duduk di parlemen tidak pernah terlibat

korupsi. Tetapi atas pernyataan Anis Matta yang mengatakan hampir 100 % dari 45

anggota DPR saat ini, kembali maju.216 Artinya tidak memberikan kesempatan

kepada kader lain untuk menjadi calon anggota DPR RI pada pemilu 2009, tetapi

setelah di amati dan di cermati lagi dari daftar Bakal Calon Anggota DPR RI PKS

sistem urutnya ada perubahan antara nomor urut pertama yang dahulu dipasang

pada pemilu 2004. dirubah atau digantikan posisinya oleh orang yang dahulunya

nomor urut paling bawah. Dengan alasan pergantian yang rasional karena tidak

vokal dan tidak kelihatan banyak kinerjanya selama menjabat anggota legislatif.217

215 Gianie. "Jajak Pendapat "Kompas” Rakyat Rindu Wajah Baru di Legislatif”, Kompas,

22 September 2008, h. 5 216 ”Berlomba Mencalonkan Perempuan ke DPR”, pada Republika, 20 Agustus 2008, h. 1 217 Wawancara Pribadi dengan Sultan Hadi. Jakarta, 24 Oktober 2008

Page 126: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab terdahulu, penulis membuat beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Bahwa Pasca disahkanya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik, tidak ada lagi dikotomi antara Parpol beraliran nasionalis, ideologis

ataupun agamis. kedudukan parpol Islam justru bisa dilihat sebagai suatu

respon positif bagi demokratisasi yang tengah berlangsung.

2. Setelah melihat pembahasan tentang konstelasi politik yang ada dalam UU No

2 Tahun 2008 dengan melihat risalah hasil sidang diparlemen, fraksi PKS

mendukung dan menaruh perhatian penuh pada proses demokratisasi internal

parpol. Kemandirian parpol dalam menyelesaikan pelbagai persoalan

internalnya dalam kerangka resolusi yang demokratis. Salah satu fungsi parpol

adalah manajemen konflik sehingga parpol dituntut menyelesaikan persoalan

internalnya secara mandiri tanpa merugikan kepentingan publik secara luas.

The best choice untuk itu semua adalah melalui mekanisme demokratis yang

independen. Fraksi PKS menyambut gembira beberapa rumusan yang sangat

substansial diantaranya:

a) Terkait kemandirian dan demokratisasi internal parpol yang di hasilkan

dalam UU No. 2 Tahun 2008 yaitu pada pasal 32 dan 33.

Page 127: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

b) Terkait dengan peran parpol dalam kehidupan politik yang demokratis dan

menilai pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi parpol dalam kehidupan

bermasyarakat, Fraksi PKS akhirnya turut memperjuangkan proses

pendirian parpol yang ringan. Dalam kerangka partisipasi demokratis

tersebut, Fraksi PKS juga turut mendukung afirmasi politik 30%

perempuan dalam pendirian dan kepengurusan parpol dengan rumusan

yang dihasilkan: "menyertakan keterwakilan perempuan sekurang-

kurangnya 30% dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan di

tingkat propinsi serta di Kabupaten/Kota." sebagaimana yang tercantum

dalam UU No. 2 Tahun 2008 Pasal 20. PKS juga telah menetapkan dalam

Anggaran Rumah Tangga PKS bab IX tentang Struktur Partai di Tingkat

Provinsi, ada beberapa anggota untuk komisi-komisinya misalnya poin 2

komisi yang bertugas sebagai pengkaderan dan kewanitaan dan begitu juga

terhadap Struktur Partai di Tingkat Kabupaten.

c) Fraksi PKS sepakat dan menghargai keputusan akhir Pansus yang

mengembalikan asas parpol sebagaimana rumusan UU No. 31 Tahun 2002

Pasal 5 "Asas parpol tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945," ada dua alasan PKS menerima

rumusan ini, pertama, rumusan tersebut telah terbukti mampu mewujudkan

stabilitas dan keharmonisan dalam kehidupan politik berbangsa selama dua

periode pemilu sejak reformasi. Kedua, adanya upaya untuk mewacanakan

aspirasi asas tunggal misalnya, justru menimbulkan polemik dan

Page 128: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

ketegangan yang kontraproduktif bagi upaya membangun persatuan dan

kesatuan bangsa. Sehingga PKS dimata rakyat konsisten terhadap ideologi

agama partainya.

d) Fraksi PKS sejak awal menyerukan dan memperjuangkan pentingnya

perwujudan partai kader di negeri ini guna mengimplementasi fungsi Parpol

dalam hal pendidikan politik, rekrutmen pemimpin, manajemen konflik,

dan agregasi kepentingan. Fungsi-fungsi itu harus dijalankan sepanjang

waktu. Parpol harus hadir sepanjang waktu melakukan pendidikan politik,

menyerap aspirasi, melakukan rekrutmen pemimpin dan yang tak kalah

penting, tentu saja, turut mengentaskan pelbagai persoalan yang

menghimpit masyarakat.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kajian yang dilakukan atas kedudukan partai politik Islam

dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, beberapa saran

penulis berkaitan dengan kedudukan partai politik Islam khususnya Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) dalam UU No. 2 Tahun 2008 adalah:

Hendaknya prinsip-prinsip yang terkandung dalam UU No. 2 Tahun 2008

ini, mampu memberikan keleluasaan berhubungan dengan eksistensi PKS atau

menjadi Parpol yang tangguh. Lebih mampu menjadi agen pembaruan sosial dan

kehidupan politik yang sehat, baik secara internal maupun peran eksternalnya di

Page 129: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

tengah bangsa Indonesia yang sedang menapaki langkah kearah demokratisasi

yang kuat.

Berkaitan dengan kedudukan Parpol secara umum dalam UU No. 2 Tahun

2008. Di harapkan semua memperoleh perlakuan sama. Tak ada pembedaan

berdasarkan ideologi partai, baik untuk Parpol Islam maupun Nasionalis. “sekarang

bukan waktunya lagi mempertentangkan partai berdasarkan asas Pancasila atau

Islam. Tidak ada lagi dikotomi antara yang membahayakan dan tidak

membahayakan NKRI. Penulis juga menekankan bahwa UU Parpol yang disahkan

pada tanggal 6 Desember 2007. Menjadi landasan hukum di dalam mengelola

Parpol sehingga menjadi kredibel, modern dan mandiri.

Untuk itu beberapa pokok pikiran mendasar yang bisa dinilai sebagai

terobosan untuk mencapai parpol yang kredibel, modern dan mandiri. Terpenting

diperhatikan adalah soal keterlibatan dan keterwakilan perempuan di dalam

pendirian dan pembentukan serta kepengurusan Parpol untuk lebih mengedepankan

kesetaraan, tidak ada diskriminasi bagi hak politik perempuan terutama nomor urut

caleg, agar bagi partai PKS menempatkan posisi yang menguntungkan yaitu nomor

urut jadi. Di harapkan kepada PKS agar gelombang afirmasi ini tidak hanya

menimbulkan tuntutan yang berlebihan untuk tampilnya kaum perempuan pada

lembaga publik. Tetapi, menjadi pendorong untuk peningkatan kebijakan negara

yang berpihak pada pemuliaan kaum perempuan. Antara lain, lebih banyak

mendengarkan, meringankan beban fisik, meminima-lisasi pelecehan, dan segala

bentuk tindakan yang merendahkan kaum perempuan.

Page 130: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Adapun dalam hal keuangan bagi PKS, selain berasal dari iuran anggota

dan sumbangan yang sah menurut hukum, juga akan memperoleh bantuan

keuangan dari APBN/APBD. Hanya saja, bantuan ini diberikan secara proporsional

bagi parpol yang memperoleh kursi di DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupatan/Kota. Penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara.

“Konsekuensi adanya bantuan ini, PKS dilarang mendirikan badan usaha dan/atau

memiliki saham suatu badan usaha agar dalam kehidupan berpolitik tidak timbul

konflik kepentingan. Konsep seperti ini yang belum dikenal di dalam kehidupan

politik di Indonesia,” menjadi suatu tata aturan yang dapat memperbaiki moral

perilaku elit politik yang selama ini lebih cendrung kepada kebiasan opportunis.

Ketentuan baru dalam UU No. 2 Tahun 2008 terkait dengan penyelesaian

perselisihan parpol. Agar rumusan yang disahkan itu memberikan jalan terbaik

bagi pejabat atau para elit politik yang selama ini cendrung berselisih paham yang

berujung kepada pengadilan. Lebih mengedepankan peluang adanya arbitrase”.

Page 131: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Leo. Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Amal, Ichlasul, et. al (ed.), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogyakarta, 1996

Aminuddin, Hilmi. Menghilangkan Trauma Persepsi, Jakarta: Bidang Arsip dan

Sejarah DPP PKS dan Arah Press, 2008.

Anugrah, Astrid. UU Parpol 2008 (UU No 2 Tahun 2008) dan Keterwakilan Perempuan dalam Parpol, Jakarta: Pancuran Alam, 2008.

Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Pasca Reformasi, Jakarta:

PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007

Badudu, J.S, Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, Jakarta PT.

Kompas Media Nusantara, 2007

Budiardjo, Miriam Prof., Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2004

--------- , Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2008

Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002.

Effendi, Bachtiar. Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesi, Jakarta: Paramadina, 1998.

--------- , Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, Bandung: Mizan

Pustaka, 2000.

Fatwa, A.M.. Satu Islam Multipartai: Membangun Integritas di Tengah Pluralitas.

Bandung: Mizan, 2000.

Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Furkon, Aay Muhammad, PKS Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta: Teraju, 2004.

Page 132: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Gatara, Said dan Said, Dzulkiah. Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007.

Huntington, Samuel P., Tertib Politik di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Leege, David C. dan Kellstedt, Lyman A. Agama dalam Politik Amerika. Penerjemah

Debbie A. Lubis dan A.Zaim Rofiqi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi Tentang Perdebatan dan Konstituante edisi revisi, Jakarta: LP3ES, 2006.

Mahendra, Yusri Ihza, Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian Jakarta: Gema Insani

Press, 1996

---------, Rekonsiliasi Tanpa Mengkhianati Reformasi Jakarta: Teraju , 2004

Majelis Pertimbangan Pusat PKS. Memperjuangkan Masyarakat Madani Edisi Gabungan, Jakarta: MPP PKS, 2008.

Mashad, Dhurorudin. Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2008.

Noer, Deliar, Partai Islam di Pentas Nasional; Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965, Bandung : Mizan, 2000

Poerwantana, P.K. Partai Politik di Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994.

Roodee, Carlton Clymer dkk. Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia, Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan, Jakarta: CV. Rajawali, 1987

Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004

Tesis

Arsyad, Dakwah PKS Melalui Kaderisas, Tesis S2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Page 133: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Peraturan Perundang-Undangan, AD-ART, dan Dokumen

AD-ART Partai Keadilan Sejahtera

Kartu Pemantauan Legislasi “Jawaban Pemerintah atas Pandangan Fraksi-Fraksi terhadap RUU Parpol dan Susduk” tanggal, 5 September 2007, PSHK.

SK MENDIKBUD No. 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus dan

Badan Koordinasi Kampus

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Nur Hasan Zaidi, S.Sos.I, Wakil Sekretaris Jenderal

(Wasekjen) VI DPP PKS Jakarta, pada tanggal 17 September 2008

Wawancara Pribadi dengan M. Lili Nur Aulia, Staf Dewan Wilayah Dakwah II

(Sumbagsel), pada tanggal 24 Oktober 2008 di Jakarta

Wawancara Pribadi dengan D. Heri Purnomo, SE., Staf Sekretariat DPP PKS Jakarta,

pada tanggal 31 Oktober 2008

Wawancara Pribadi Nur Arif Hidayat, Amd., Sekretaris Presiden PKS Jakarta, pada

tanggal 31 Oktober 2008

Wawancara Pribadi dengan Sultan Hadi, Staf Dewan Syari’ah Daerah Jakarta Pusat,

pada tanggal 24 Oktober 2008

Surat Kabar dan Majalah:

"Poros Islam Menyongsong 2009". Suara Islam, edisi 49. 2008.

“Tergerus oleh Penetapan Suara Terbanyak”. Republika. 1 September 2008.

"KPK Telusuri 400 Cek Suap ke DPR". Republika, 11 September 2008.

"Berlomba Mencalonkan Perempuan ke DPR". Republika, 20 Agustus 2008 .

"Jajak Pendapat Rakyat Rindu Wajah Baru di Legislatif”, Kompas, 22 September

2008.

Page 134: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

"Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalis". Republika, 24 September 2008.

“Pengumumam Daftar Calon Sementara Anggota DPR RI Pemilu 2009”. Republika, 7

Oktober 2008.

“Azumardi Azra Rubrik Resonansi Republika”. Republika, Kamis, 24 April 2008.

"Parlemen Tak Ideal untuk Akomodasi Rakyat". Kompas, 13 September 2008.

“Parpol Islam Harus Garap Sumber Alternatif”. Kompas, 26 September 2008.

“Partai Politik, Ketika Musim Verifikasi Tiba”. Kompas, 4 Januari 2008.

Artikel dari Internet:

Profil Partai, diakses pada 15 Mei 2008 http:/ /www.tempo.co.id/hg/partai/index.html

Admin. “Konflik PKB” artikel diakses pada 15 Oktober 2008 dari

http://agusromli.com/portal/?pilih=news&mod=yes&aksi=&id=30

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2009, artikel diakses

pada 21 Agustus 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_

Legislatif_Indonesia_2009

Dalam artikelnya di koran The Australian (29 Maret 2005) berjudul "Why West should

come to Islamist party", dan diakses pada 15 Mei 2008

http://madrasahduat.blogspot.com/2008/04/eksistensi-partai-dakwah-

dalam.html

Zamrony, "Pemberantasan Korupsi: Topik Out Of Date", artikel diakses pada 15

September 2008

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox+laporan+ICW+mengenai

+lembaga+terkorup+di+Indonesia&btnG=Telusuri&meta=

Lut “Asas Parpol Masih Jadi Ganjalan, Pengesahan UU Parpol” , artikel ini diakses

pada 15 Mei 2008 http:// cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=18130&

cl=Berita

Warjio, “Tantangan Parpol dalam pemilu 2009”, artikel diakses pada 15 Oktober 2008

dari http://www.waspada.co.id

Page 135: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Hasil Wawancara

Nur Hasan Zaidi (Wasekjend VI PKS 2005-2010 )

Pancoran, 17 September 2008

1. Bagaimana prospek Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kedepan dalam lahirnya

undang-undang baru yakni Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai

politik yang berkaitan dengan hal berikut ini:

a. Asas partai Pasal 9 (ayat 1, 2 dan 3)

Mengenai asas Islam di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008, PKS

merespon dengan baik serta menyetujui kembali disahkannya RUU Parpol

menjadi Undang-Undang. Demikian halnya juga dengan UUD 1945 terbingkai

didalamnya mengenai kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaannya itu. PKS memaknai hal tersebut demi untuk menjaga stabilitas

keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ber

Bhineka Tunggal Ika. Dan menurut Soekarno bahwa seperti Pancasila dibuat

juga dengan kesepakatan politik dengan tujuan untuk memayungi masyarakat

banyak. Begitu juga asas Parpol diterapkan oleh masing-masing partai sesuai

dengan undang-udang Parpol yang baru yaitu pasal 9 ayat (2) “Partai Politik

dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita

Partai Politik yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Artinya Pasal ini juga

Page 136: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

merupakan kesepakatan politik yang harus dilaksanakan dan tidak ada masalah

dalam merealisasikannya khususnya PKS. Justru dengan disahkannya pasal 9

ini akan meberikan prospek yang baik kedepan bagi PKS sebagai Partai yang

berasaskan Islam.

b. Sumber pendanaan (political finance) atau keuangan dalam partai politik

khusus PKS. Mulai dari Pasal 34 sampai pasal 39 sejauhmana dalam

melaksanakan apakah sudah diatur juga oleh AD dan ART PKS?

Dalam undang-undang Parpol No.2 Tahun 2008 sebenarnya sudah diatur

dengan jelas mengenai batasan dalam Pasal 35 saya kira itu sudah kesepakatan

politik. Khususnya PKS oleh karena itu PKS konsisten dalam menjalankan

aturan yang sudah ada, misalnya dalam hal yang sudah diatur mengenai sumber

keuangan. PKS adalah partai kader sekaligus partai massa yang mempunyai

komitmen untuk selalu membayar iuran anggota dari kader dan ini merupakan

nilai tersendiri bagi kinerja PKS karena telah diatur juga oleh AD dan ART

PKS.

c. Bagaimana tanggapan bapak mengenai seringnya terjadi konflik internal dalam

partai politik?

Sebenarnya didalam internal PKS kita terlibat dalam kepengurusan atau

diminta untuk memegang jabatan dalam dunia politik bukan sekedar untuk

mencari popularitas atau untuk kepentingan individu atau keluarga, terutama

dalam hal pen-caleg-kan tetapi lebih cendrung kita dituntut untuk

mempertanggungjawabkan suatu amanah dan itu merupakan ibadah. Inilah

Page 137: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

yang dipegang oleh kader-kader PKS. Jadi, ini merupakan suatu solusi untuk

mencegah terjadinya konflik internal dalam tubuh PKS.

Page 138: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Hasil Wawancara

D. Heri Purnomo, SE., (Staff Sekretariat)

Mampang, 31 Oktober 2008

1. Bagaimana struktur fungsi apabila terjadi konflik diinternal partai di masing-

masing wilayah daerah ?

Kebiasaan yang kita ambil baik ditingkat daerah maupun pusat, kebijakan menjadi

tanggungjawab adalah setiap wilayah dakwah (Wilda). Dalam struktur organisasi

PKS mempunya beberapa pembinaan wilayah diantaranya: 1). Departemen

Wilayah Dakwah Sumbagut, 2). Departemen Wilayah Dakwah Sumbagsel, 3).

Departemen Wilayah Dakwah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat. 3). Departemen

Wilayah Dakwah Jawa Tengah dan Jogjakarta, 4). Departemen Wilayah Dakwah

Jawa Timur dan Bali, 5). Departemen Wilayah Dakwah Kalimantan, 6).

Departemen Wilayah Dakwah Maluku, Maluku Utara, Irian, 7). Departemen

Wilayah Dakwah Sulawesi, dan 8). Departemen Wilayah Dakwah NTB dan NTT.

Apabila terjadi konflik di Wilayah Daerah yang bertanggung jawab adalah pertama

setiap departemen wilda yang terkait konflik dan berusaha diselesaikan lewat

masing-masing wilda. Misalnya pergantian antar waktu (PAW) atau dinon

aktifkan, baik secara hormat maupun tidak. Semua kebijakan dilaksanakan oleh

Wilda dan berkoordinasi dengan Dewan Pembinaan Wilayah dan Presiden PKS.

2. Bagaimana antisipasi PKS bila salah satu kadernya terlibat kepengurusan ganda

partai artinya tidak konsisten terhadap PKS di daerah?

Page 139: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Departemen Wilayah Daerah yang langsung mem-PAW.

Page 140: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Hasil Wawancara

Sulthan Hadi, (Staf Dewan Syari’ah Jakarta Pusat 2005-2010)

Pramuka Jati, 24 Oktober 2008

1. Selama ini masyarakat menilai kinerja anggota legislatif (DPR) kurang

membanggakan dan banyak yang juga diantara mereka yang ditangkap KPK

karena dugaan suap atau terlibat perkara korupsi membuat masyarakat enggan

memilih mereka kembali. Hal ini menjadi benang merah hasil jejak pendapat

Litbang Kompas pada 10-11 September 2008. Sebagian besar responden (53%)

menyatakan, jika Pemilu dilakukan sekarang. mereka akan memilih nama-nama

calon anggota legislatif (caleg) yang benar-benar baru. Alasannya citra dan

kinerja anggota DPR periode saat ini dinilai buruk. Sedangkan PKS hampir

100% dari 45 anggota DPR saat ini, kembali maju. Bagaimana pendapat anda

mengenai hal ini?

Kalau masalah itu memang sekjen yang banyak tahu masalah caleg 2009 tetapi

setelah saya amati lagi dari Daftar Bakal Calon Anggota DPR RI PKS ternyata

sistem urutnya yang direformasi antara nomor urut jadi yang dahulu dipasang

pada Pemilu 2004, ditukar posisinya menjadi nomor urut yang belum tentu jadi

atau paling bawah pada pemilu 2009. Dengan alasan pergantian yang rasional

yaitu karena kelihatan kurang Vokal dan kurang kelihatan kinerjanya selama

menjabat sebagai anggota DPR RI.

Page 141: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Hasil Wawancara

M. Lili Nur Aulia (Staf Wilda II Sumatera Bagian Selatan 2005-2010)

Pramuka Jati, 24 Oktober 2008

1. Berhubungan dengan asas Islam dalam UU No. 2 Tahun 2008 ini sangat

mempermudah proses Islamisasi kebijakan (ideologi) ditingkat nasional dan lebih

mudah untuk direalisasikan dengan budaya politik koalisi PKS dengan partai Islam

lain. karena ini yang menjadi salah satu tantangan parpol Islam. sulit untuk bersatu

dan koalisi sesama parpol yang berasaskan Islam.

Kaitannya dengan kemungkinan koalisi-koalisi partai-partai Islam memang awal-

awal PKS sudah menjadi isu-isu dan dasar arahan tersendiri, karena PKS adalah

partai politik Islam yang baru berkembang menuju proses yang lebih baik lagi.

Maka wajar saja kalau didalam perbedaan pendapat itu masih ada antara partai

politik Islam lain karena memang dalam pentas politik masing-masing partai

berusaha untuk mengiring partai politik untuk memenangkan kelompok/partainya

masing-masing. Tetapi selama perbedaan itu tidak bersifat yang sangat prinsipil

dan selama masih ada titiktemu dicari dalam perbedaan-perbedaan itu PKS akan

mengutamakan koalisi atau bekerjasama dengan partai politik Islam tersebut.

Dewan Syariah Pusat juga mengeluarkan Fatwa “kita bekerjasama dalam hal-hal

yang kita sepakati dan saling bertoleransi mengenai hal-hal yang tidak kita

sepakati. Jadi, koalisi sesama partai itu sah-sah saja.

Page 142: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

2. Hubungan dengan (political finance) dalam pasal 35, 36, 37, 38, 39 UU No. 2

Tahun 2008. PKS lebih mudah dalam penggalangan dana secara transparan,

dimana akhir-akhir ini beberapa anggota DPR terlibat gratifikasi dan suap.

Mungkin karena PKS sangat kuat dalam penggalangan dana dari kader sehingga

tidak ada kemungkinan terjadinya money politic bisa diberikan penjelasan

mengenai hal ini?

PKS dalam keterkaitannya dengan political finance memang sangat konsisten

dengan iuran dari kader dengan prinsip sadokah dan khususnya potongan terhadap

anggota dewan bersifat progresif tetapi tetap mengucu pada AD/ART. Yakni

diukur dari beberapa kebutuhan primer keluarga yang harus ditanggung misalnya

berapa anak yang harus dinafkahi, jika kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi itu

besar maka sedikit pula potonganya dan bisa juga sebaliknya jika keluarga yang

mau dinafkahi tidak banyak, maka potongan gajinya kecil. Tujuan dilakukan

sistem seperti ini agar tidak terjadi money politic, atau gratifikasi dan suap diantara

para anggota fraksi PKS dengan fraksi lain diparlemen (transparan).

3. Apabila terjadi perselisihan atau konflik internal partai. Wewenang siapa yang

berhak menyelesaikan permasalahan tersebut terkait dengan struktur kelembagaan

yang ada?

PKS mempunyai setruktur kelembagaan yang khusus menangani isu-isu problema

internal partai diantaranya: Pada tingkat pusat adalah Dewan Syari’ah Pusat, untuk

ditingkat provinsi adalah Dewan Syari’ah Wilayah dan ditingkat kabupaten/kota

adalah Dewan Syari’ah Daerah. Kemudian dipertanggung-jawabkan ke pada

Page 143: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Dewan Pimpinan Tingkat Pusat. Dalam struktur PKS ini adalah lembaga tinggi

partai dan memang hasil putusannya sangat dihormati. Apabila pelanggaran

dilakukan oleh seorang kader berkenaan dengan moral ada sanski tersendiri

misalnya ditugas untuk menghafal surah-surah didalam al-Qur’an. Apabila

seseorang itu melanggar berkenaan Politik Partai dan jelas-jelas melanggar

AD/ART. Maka sanski yang diberikan adalah non-aktifkan dari partai untuk

sementara. PKS juga konsisten dengan fungsi struktur yang ada.

4. Apa saja tantangan PKS untuk pemilu 2009?

PKS adalah partai baru yang akan mengikuti Pemilu yang ketiga, dan tantangan

besarnya adalah bagaimana PKS bisa bermain dalam lingkup Pemilu ini secara

fair. Karena selama ini banyak isu bahwa PKS memiliki kans yang cukup banyak

menurut kebanyakan pakar politik. Sehingga terkadang menimbulkan sentimen-

sentimen yang tidak baik dari partai lain. Oleh karena itu, PKS berusaha mencoba

meminimalisir agar tidak terlalu khawatir. Dan kaitannya juga dengan financial

juga merupakan problem besar karena ikut berpartisipasi dengan Partai Politik

memang dibutuhkan materi yang banyak. Bahkan bisa dilihat dari karakter

masyarakat kita yang lebih cendrung pragmatis menerima serangan fajar, mereka

lebih sukai daripada program atau visi misi yang baik ditawarkan oleh partai. Oleh

karena itu, kedepannya bagaimana PKS mempunyai sesuatu dana politik yang baik

untuk menunjang strategi politik yang baik terutama bagi pelayanan rakyat agar

tetap simpati terhadap PKS.

Page 144: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

Hasil Wawancara

Nur Arif Hidayat, Amd ., (Sekretaris Presiden PKS)

Mampang, 31 Oktober 2008

1. Apa yang menjadi Acuan mekanisme dalam menyelesaikan konflik internal

partai?

Mekanisme acuan yang menjadi dasar interpretasi adalah Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

2. Bila terjadi konflik internal partai di Dewan Pengurus Pusat siapa yang

bewewenang mengeluarkan kebijakan dalam menyelesaikannya?

Putusan tertinggi yang menjadi dasar kebijakan dalam menyelesaikan konflik

yang bersifat konflik-konflik nasional adalah Majelis Syura tetapi tetap

mengacu kepada AD/ART.

3. Tantangan Partai Politik Islam salah satunya adalah harus berani keluar dari

pasar utama (captive market)-nya jika ingin mencapai target menjadi Partai

Poltik dengan perolehan suara besar bagaimana dengan PKS dalam hal ini?

Tantangan PKS sebagaimana tantangan partai politik lain adalah bagaimana

bisa merekrut massa yang banyak atau memenangkan Pemilu. PKS juga adalah

partai dakwah terjunnya kita keranah politik karena ibadah (islahul ummah)

bagaimana perbaikan ummat.

Page 145: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi

4. Konflik internal didalam PKS masing –masing ada bagian khusus yang

melaksanakan penyelesainnya, bisa dijelaskan mengenai hal ini?

Kalau ada permasalahan-permasalahan kader yang terkait dengan syari’ah

maka yang akan menyelesaikan adalah Dewan Syari’ah. Sedangkan untuk

permasalahan yang terkait dengan ketidak disiplinan dalam organisasi atau

kepengurusan maka diiselesaikan oleh Badan Penegak Disiplin Organisasi

(BPO) yang mana hampir sama jabatan kewengannya oleh presiden.

5. Apa yang memyebabkab kader itu konsisten dengan iuran dalam partai

sedangkan kebanyakan orang yang ingin masuk kedalam partai karena ada

kepentingan?

PKS memaknai bahwa ini adalah organisasi dakwah, seluruh kegiatannya

adalah bersifat dakwah maka itu semua bernilai ibadah. Oleh karena itu,

sumber pendanaan juga berasal dari kader-kader dan dari donatur-donatur

diluar pemerintah.

Page 146: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13221/1/...Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi