SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah,...

131
KONSTRUKSI REALITAS FLU BABI DALAM PEMBERITAAN MEDIA (Studi Konstruksi Realitas Flu Babi dalam Teks Berita Harian Solopos Periode 29 April 2009–5 Agustus 2009 dengan Pendekatan Analisis Wacana Van Dijk) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Disusun oleh : FESTY JUILITA D0205071 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah,...

Page 1: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

KONSTRUKSI REALITAS FLU BABI DALAM PEMBERITAAN MEDIA (Studi Konstruksi Realitas Flu Babi dalam Teks Berita Harian Solopos

Periode 29 April 2009–5 Agustus 2009 dengan Pendekatan Analisis Wacana Van Dijk)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

FESTY JUILITA

D0205071

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

HALAMAN MOTTO

(1) Demi masa

(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian

(3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-

menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi

kesabaran

(Q.S Al-Asr 1-3)

Untuk meraih suatu impian, yang kita butuhkan adalah

(1) Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya

(2) Mata yang akan menatap lebih lama

(3) Leher yang akan lebih sering melihat ke atas

(4) Lapisan tekad yang 1000 kali lebih keras dari baja

(5) Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya

(6) Serta mulut yang akan selalu berdoa

(Novel 5 cm)

Page 3: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

HALAMAN PERSEMBAHAN

Secuil karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT atas segala nikmat dan bimbingan-Nya

Kedua orang tuaku tercinta

Page 4: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik hingga akhir. Peneliti memperoleh banyak pembelajaran yang

sangat berharga dan bermanfaat dari proses pembuatan skripsi ini. Tidak hanya dalam

hal akademis saja, namun juga pembelajaran hidup yang melatih kedewasaan dan

kesabaran peneliti.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:

1. Babe, Mami dan adikku Maya, atas segala kasih, doa dan dukungan untuk tetap

bersabar dan berjuang menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sebelas Maret yang telah memfasilitasi seluruh kegiatan mahasiswa

di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

3. Drs. Haryanto M.Lib selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan

membantu peneliti menulis skripsi ini hingga akhir.

4. Segenap dosen di lingkungan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bekal keilmuannya.

5. Sahabat karib, Vianinda Pratama Sari, Windhy Jayanti dan Yaninta Sani Sawitri

yang telah mendampingi peneliti selama masa kuliah dalam kondisi suka

maupun duka.

Page 5: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita

sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia selama

proses pembuatan skripsi. Sebuah pembelajaran bersama sehingga lebih bisa

memaknai proses kehidupan.

7. Segenap kawan-kawan Ilmu Komunikasi angkatan 2005 yang telah berjuang

bersama menyelesaikan setiap tugas kuliah dalam suka dan duka.

Semoga Skripsi yang peneliti susun ini dapat memberikan manfaat, bagi insan

media dan secara umum bagi siapa saja yang membacanya. Terimakasih.

Surakarta, April 2010

Peneliti,

FESTY JUILITA

Page 6: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................... i

PERSETUJUAN ............................................................................................ ii

PENGESAHAN ............................................................................................. iii

MOTTO ......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

ABSTRAK ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10

E. Kerangka Teori ............................................................................... 11

1. Komunikasi Massa dan Media Massa ................................... 12

2. Konstruksi Realitas ................................................................ 18

2.1 Teori Konstruksi Realitas ................................................ 18

2.2 Konstruksi Realitas Dalam Media ................................... 20

3. Analisis Wacana .................................................................... 23

3.1 Analisis Wacana sebagai Pendekatan .............................. 25

4. Media Massa dan Isu Flu Babi .............................................. 34

F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 37

G. Metodologi Penelitian ..................................................................... 38

1. Jenis Penelitian ...................................................................... 38

2. Obyek Penelitian .................................................................... 38

Page 7: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

3. Sumber/ Jenis Data ................................................................ 40

4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 40

5. Teknik Analisis Data ............................................................. 40

BAB II SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS ............................................ 52

A. Sejarah Berdirinya .......................................................................... 52

B. Solopos sebagai Koran Masyarakat ................................................ 54

C. Visi dan Misi Penerbitan ................................................................ 55

D. Distribusi Peredaran Solopos .......................................................... 57

E. Pembaca Solopos ............................................................................ . 59

F. Pertumbuhan Tiras .......................................................................... . 60

G. Penampilan Isi Halaman .................................................................. 60

H. Struktur Rubrikasi Solopos .............................................................. 61

I. Bidang Redaksional Solopos ........................................................... 66

J. Pola Liputan Solopos ....................................................................... . 71

BAB III ANALISIS DATA ........................................................................... 73

A. Wacana Flu Babi sebagai Virus yang Berbahaya ............................ . 75

B. Wacana Adanya Upaya Penanganan Flu Babi sebagai Wujud

Keseriusan Pemerintah Lokal dalam Menanggapi Isu Flu Babi ..... 92

C. Wacana Kritikan terhadap Buruknya Kinerja Pemerintah Pusat

dalam Penanganan Flu Babi ............................................................ 110

D. Wacana Kekhawatiran terhadap Flu Babi ....................................... 114

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 117

A. Kesimpulan ..................................................................................... 117

B. Saran ............................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I.1 Bagan Alur Kerangka Pemikiran....................................…… 37

Gambar I.2 Bagan Alur Analisis Data....................................................... 51

Gambar II.1 Bagan Proses Produksi Solopos.......................…………...... 68

Page 9: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I.1 Elemen Wacana Van Dijk................................................. 26

Tabel I.2 Sampel Berita................................................................... 39

Tabel I.3 Elemen Wacana Van Dijk................................................ 41

Tabel II.1 Rubrikasi Solopos Edisi Harian....................................... 62

Tabel II.2 Rubrikasi Solopos Edisi Minggu...................................... 65

Tabel III.1 Berita/Obyek Penelitian.................................................... 74

Page 10: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

ABSTRAK FESTY JUILITA, D0205071, Konstruksi Realitas Flu Babi dalam Pemberitaan Media (Studi Konstruksi Realitas Flu Babi dalam Teks Berita Harian Solopos Periode 29 April 2009 – 5 Agustus 2009 dengan Pendekatan Analisis Wacana van Dijk). Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil melainkan rekontruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Berita bukan hanya menggambarkan relitas tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Melalui berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang terkemas dalam pemberitaan.

Melalui proses dialektika, media melakukan konstruksi atas realitas sosial. Hal ini seperti yang terjadi dalam pemberitaan mengenai flu babi. Definisi flu babi adalah sebuah virus yang berasal dari hewan babi. Virus ini awalnya hanya menyerang binatang babi, namun virus ini beradaptasi untuk menyerang manusia. Flu babi sudah menjadi isu global bahkan WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi. Flu babi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia termasuk di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya 400 kasus flu babi positif di Indonesia hingga akhir bulan Juli 2009. Kasus flu babi tersebut tersebar di sepuluh daerah di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konstruksi realitas flu babi yang dibentuk dalam teks berita dan wacana yang berkembang didalamnya. Dalam penelitian ini, teks berita Solopos seputar flu babi menjadi obyek penelitian karena pemberitaannya yang gencar di Solopos selama beberapa bulan. Unsur kedekatan juga menjadi alasan peristiwa tersebut dipilih sebagai obyek penelitian. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan menggunakan analisis wacana pada dimensi teks. Teks berita ini dianalisis melalui metode analisis teks yang mengadopsi elemen- elemen wacana seperti tematik, skematik, sintaksis, stilistik dan sebagainya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis teks berita mengenai isu flu babi di Harian Solopos, dapat diketahui bahwa Solopos mengkonstruksikan flu babi sebagai virus yang berbahaya dan menimbulkan kekhawatiran pada pemerintah maupun masyarakat. Solopos juga mengkonstruksikan positif upaya penanganan yang dilakukan pemerintah lokal sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam menanggapi adanya isu flu babi.

Page 11: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

ABSTRACT FESTY JUILITA, D0205071, The Construction of Social Reality of Swine Influenza in Reporting Media (The Study of Construction of Social Reality of Swine Influenza in the Daily Solopos News Text, Period April 29, 2009 - August 5, 2009 by the approach analysis the discourse of van Dijk). Thesis, Communication Science Program, Faculty Of Politics and Social, Sebelas Maret University Surakarta, 2010.

News in the view of social construction is not a real fact but written reconstruction of social reality in life. News describes not only the reality, but also the construction of media itself. Through its various instruments, the media helps to create the reality contained in the news.

Through the dialectical process, the media constructs the social reality. It occurs in the news of swine influenza. The definition of swine influenza is a virus that comes from pig. The virus originally attacks pigs, but later on, it attacks human beings. The swine influenza has become a global issue and even the WHO officially declares this as a pandemic outbreak. The swine influenza is a serious public health problem in the world including in Indonesia. It is proved by the 400 positive cases of swine influenza in Indonesia by the end of July 2009. The swine influenza cases spread across ten regions in Indonesia.

The purpose of this research is to know the reality of the construction of swine influenza which is established in the text of the news and discourse that is growing in it. In this study, the text news of swine influenza in Solopos becomes the object of the research because it is reported in the media for several months. The proximity element is also the reason why the event is selected as the object of the research.

This research is a qualitative study using discourse analysis on the dimensions of the text. This news text is analyzed through the methods of the text analysis adopted from discourse elements such as thematic, schematic, syntactic, stylistic, and so on.

This research concludes that based on the analysis result of the news text about the issue of swine influenza at the Daily Solopos can be known that the swine influenza is as the dangerous virus and it can make the solicitude of the government in handling the swine influenza. This is as the serious form of the government in responding the issue of the existence of swine influenza.

Page 12: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, kebutuhan dan atau ketergantungan orang akan berita

sangat tinggi. Berita menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Pernyataan ini

sesuai dengan penjelasan Gustavo Cardoso (2008: 615) dalam jurnalnya “From Mass to

Networked Communication: Communicational Models and the Informational Society”:

News is a central component of the media system, and it would be difficult for us to imagine a world where we would no longer find the news at the newsagents, where we would not hear the news every half hour when we turn on the car radio, where we would not surf the Internet in search of a sports page when we arrive at work, where we would not (occasionally) be tempted to go check the Web site of a newspaper to see if anything new has happened, or where, when we get home, there would not be one of those faces on the televisions screen that we have become so accustomed to watching at dinner time reading the news to us. News is part of our everyday life, so we do pay a certain amount of attention to it, even without such emotionally strong catastrophes such as the 9/11 disaster or the tsunami in Southeast Asia in 2005 (Berita adalah komponen utama dari sistem media, dan akan sulit bagi kita untuk membayangkan sebuah dunia di mana kita tidak lagi menemukan berita, di mana kita tidak mendengar berita setiap setengah jam ketika kita menghidupkan radio mobil, di mana kita tidak dapat berselancar di internet untuk mencari halaman olah raga ketika kita tiba di tempat kerja, di mana kita tidak dapat lagi tergoda untuk pergi memeriksa situs web koran untuk melihat apakah telah terjadi sesuatu yang baru, atau di mana, ketika kita sampai di rumah, tidak akan ada salah satu dari wajah-wajah di layar televisi yang biasa kita tonton saat makan malam. Berita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita mau membayar sejumlah perhatian untuk itu)

Kebutuhan masyarakat akan berita meningkat seiring dengan dinamika

masyarakat yang senantiasa dilingkupi rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian

Page 13: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

ditangkap atau diterjemahkan sebagai potensi pasar bagi pemberitaan media massa. Hal

tersebut kemudian menjadi alasan bagi media massa untuk berlomba-lomba

menyajikan berita sesuai kebutuhan masyarakat yang menginginkan informasi yang

aktual atau baru (termasa).

Berita dalam konteks ini menurut Dr. Willard C. Bleyer diartikan sebagai

sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih wartawan untuk dimuat dalam surat kabar.

Karena itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi

pembaca surat kabar tersebut (Djuroto, 2003: 5). Menurut William S. Maulsby berita

adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti

penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang

memuat berita tersebut. Sedangkan menurut Dja’far H Assegaf, berita adalah laporan

tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian

untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah

karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human

interest seperti humor, emosi dan ketegangan (Djuroto, 2003:6).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berita diartikan

sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau informasi atau ide terbaru yang benar,

menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak. Berita merupakan rangkuman

peristiwa yang ditulis oleh reporter atau wartawan, dimuat di media massa baik itu

cetak (koran, tabloid, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, online) dan biasanya

mempengaruhi pandangan khalayak atau masyarakat terhadap suatu kejadian yang

dimuat (Ekopriyono, 2007).

Page 14: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Berdasarkan kesimpulan diatas, pada prinsipnya dapat dipahami bahwa berita

adalah tulisan atau teks dari suatu kejadian atau peristiwa yang diceritakan kembali

dengan menggunakan kata-kata, suara, atau gambar (Ekopriyono, 2007). Seperti setiap

tulisan atau teks, berita memiliki tiga bagian inti, yaitu bagian

pendahuluan/pembukaan, isi atau rincian, dan penutup. Ciri khas teks berita adalah

menggunakan teknik piramida terbalik. Maka dari itu, fakta dalam berita yang paling

menonjol atau diperkirakan paling menarik ditempatkan pada bagian pembukaan,

bukan di bagian isi atau penutup (Ermanto, 2005: 75-76).

Penulisan fakta-fakta yang ada di dalam berita itu sendiri tidak terlepas dari

unsur-unsur berita yang kita kenal dengan rumus 5W+1H yaitu what, who, where,

when, why dan how (Djuroto, 2003:10). Namun, dalam praktek sehari-hari, ada juga

berita yang tidak memuat seluruh unsur tersebut. Hal itu bisa terjadi karena

keterbatasan ruang atau keterbatasan waktu, sehingga unsur yang paling menonjol saja

yang dimuat. Ketajaman memilih unsur yang mana yang ingin ditonjolkan merupakan

pilihan dan tergantung dari si pembuat berita (Sumadiria, 2006: 64). Wartawan

mempunyai kebebasan dalam menentukan sudut berita yang dianggapnya bagian

terpenting dalam sebuah penyajian informasi dan kemudian menonjolkannya dalam

berita.

Penonjolan salah satu unsur berita oleh wartawan bukanlah tanpa suatu

alasan. Penonjolan unsur tersebut dipilih karena pertimbangan maksud dan tujuan

penulisan berita yang berhubungan dengan strategi penulisan berita. Penonjolan atau

penguatan terhadap salah satu unsur berita menunjukkan bahwa unsur tersebut

dianggap memiliki nilai berita yang lebih kuat, besar, tinggi dibandingkan unsur berita

Page 15: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

yang lainnya. Misalkan saja dalam penulisan lead (teras) berita, ketika unsur who

(siapa) lebih ditonjolkan oleh wartawan, hal ini berarti bahwa unsur siapa atau pelaku

peristiwa memiliki nilai berita yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan

unsur-unsur yang lain (what, where, when, why, how) (Sumadiria, 2006: 64).

Pemilihan yang baik terhadap unsur yang ingin ditonjolkan akan berdampak

pula pada seberapa besar efek pemberitaan media massa pada masyarakat. Menurut

Keith R Stamm dan John E Bowes (Nurudin, 2004: 212), ada tiga periode efek yang

dikenal dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an yakni:

1. Efek Tidak Terbatas/ unlimited effects (1930-1950)

Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru (bullet) atau jarum

hipodermik. Media diibaratkan peluru, analog ini menunjukkan bahwa peluru

mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam usaha “mempengaruhi” sasaran.

Menurut asumsi efek ini, media massa mempunyai efek kekuatan luar biasa dalam

mempengaruhi khalayak. Asumsi dasar efek ini adalah adanya hubungan yang

langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan. Penerima pesan juga tidak

mempunyai sumber sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang

dilakukan media massa.

2. Efek Terbatas/ limited effects (1956-1970)

Diperkenalkan oleh Joseph Klaper pada tahun 1960. Ia menyimpulkan bahwa

media massa mempunyai efek terbatas, ketika media menawarkan isi yang

diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku

Page 16: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

audience. Ia juga menunjukkan temuan menarik bahwa faktor psikologis dan sosial

ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor

tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan

keberadaan pemimpin opini.

3. Efek Moderat (1970-1980-an)

Asumsi dasar efek moderat adalah bahwa pesan tetap mempunyai dampak tetapi

pesan juga tidak serta merta diterima khalayak secara membabi buta. Ada banyak

variable yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan seperti tingkat

pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, sistem nilai yang dianutnya.

Melihat besarnya efek pemberitaan media massa, maka media dituntut untuk

menyampaikan informasi (berita) secara akurat. Akurasi menyangkut banyak hal. Ia

dapat berupa ejaan nama orang, nama institusi atau jumlah. Bisa pula mengenai proses

atau jalannya kejadian, waktu, tempat, makna pernyataan, sampai pada jalan pikiran

yang dikemukakan nara sumber. Akurasi amatlah penting, sekali terjadi penyebutan

fakta yang tidak akurat besar kemungkinan banyak orang yang disesatkan oleh

kelalaian dalam akurasi itu. Memang ada kesempatan membuat pembetulan, tetapi

tidak ada jaminan bahwa audience yang terlanjur mengetahui penjelasan yang tidak

akurat tersebut akan membaca ralat (Iskandar dan Atmakusumah, 2006: 51-52).

Ketidakakuratan informasi yang disampaikan media menyebabkan

kesimpangsiuran informasi yang diperoleh khalayak. Informasi yang belum benar

adanya tersebut dapat menyesatkan opini khalayak. Lewat pemberitaannya, media

membentuk asumsi masyarakat karena media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi

masyarakat. Media juga menata realitas berdasarkan kebutuhan dan kepentingannya

Page 17: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

sendiri. Penataan tersebut membentuk suatu konstruksi realitas sosial (McQuail, 1996:

253).

Istilah konstruksi realitas diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas

Lickman melalui bukunya The Sosial Construction of Reality, A Treatise in The

Sosiological of Knowledge (Bungin, 2001: 9). Dalam bukunya tersebut digambarkan

proses sosial melalui tindakan dan interaksinya dimana individu secara intens

menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Realitas

sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi

tertentu.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil.

Berita adalah rekontruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan.

Berita bukan hanya menggambarkan relitas, bukan hanya menunjukkan sumber berita,

tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrument yang

dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang terkemas dalam pemberitaan (Bennett

dalam Hidayat, 1999: 20).

Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta dimana masing-masing

wartawan mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas didasarkan pada

pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki. Realitas

sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses dibentuk dan di konstruksi.

Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati

dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi.

Dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari

berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika sehingga realitas yang hadir

Page 18: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

merupakan realitas yang subjektif (Eriyanto, 2009: 17). Maka tidak mengherankan jika

media memberitakan berbeda sebuah peristiwa yang sama karena masing-masing

media memiliki pemahaman dan pemaknaan sendiri.

Melalui proses dialektika tersebut, wartawan melakukan konstruksi atas

realitas sosial. Hal ini seperti yang terjadi dalam pemberitaan mengenai flu babi.

Definisi flu babi adalah sebuah virus yang berasal dari hewan babi. Virus ini awalnya

hanya menyerang binatang babi, namun virus ini beradaptasi untuk menyerang manusia

(WHO, 2009). Flu babi sudah menjadi isu global bahkan WHO secara resmi

menyatakan wabah ini sebagai pandemi. Flu babi merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang serius di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia, hingga Senin, 27

Juli 2009 sudah terdapat 400 kasus flu babi positif terdiri dari 229 laki-laki 171

perempuan. Kasus flu babi tersebut tersebar di sepuluh daerah yaitu Bali, Banten, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepulauan

Riau, Jambi dan Sulawesi Utara (Solopos, edisi 28 Juli 2009).

Seiring bertambahnya jumlah kasus yang muncul, masyarakat pun dibanjiri

banyak informasi tentang kasus flu babi di site pencariaan google misalnya, ada tercatat

685.000 informasi mengenai flu babi. Berbagai media pun turut aktif memberitakan

mengenai flu babi tak terkecuali juga Harian Solopos. Sebagai media lokal, Solopos

memiliki kedekatan atas kasus flu babi yang merebak. Kedekatan itu dikarenakan

wilayah Soloraya merupakan salah satu wilayah yang memiliki peternakan babi cukup

luas. Melihat adanya kedekatan ini, maka Solopos pun cukup gencar menginformasikan

berita seputar flu babi.

Page 19: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Melihat fakta tersebut dapat dikatakan pada prinsipnya setiap upaya

konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai virus

H1N1 atau dikenal virus flu babi adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Usaha

tersebut dilakukan media untuk mempengaruhi opini masyarakat. Hal tersebut

dikarenakan berita pada prinsipnya tidak identik dengan fakta peristiwa melainkan

sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa (Hamad, 2004:

11).

Dalam memindahkan fakta ke dalam realitas media, media menggunakan

bahasa dan kata-kata sebagai perangkat dasar, karena bahasa dapat menentukan relief

seperti apa yang akan diciptakan tentang realitas peristiwa (Aditya, 2003: 1). Menurut

Teun A. Van Dijk, pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu, bukan semata-

mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi harus dipandang sebagai suatu

politik berkomunikasi yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum,

menciptakan dukungan, memperoleh legitimasi dan menyingkirkan lawan atau

penentang (Anto, 2007: 3). Begitu pula dalam meliput, menulis dan menyajikan berita

mengenai flu babi, media dengan perspektifnya melalui proses dialektik menggunakan

bahasa-bahasa dan kata-kata yang bertujuan untuk mendefinisikan realitas empiris yang

pada akhirnya akan membentuk realitas sendiri.

Dalam membentuk realitas sosial tertentu, wartawan dan media membutuhkan

tandem (nara sumber) yang dapat dipercaya oleh khalayak. Dalam kasus flu babi, nara

sumber yang dimaksud seperti menteri kesehatan, dinas kesehatan, dokter dan petugas

kesehatan. Ketika media melibatkan nara sumber untuk menampilkan fakta tentang flu

babi, disitulah pembentukan wacana flu babi terjadi. Wacana dalam hal ini tidak hanya

Page 20: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

pembicaraan yang bersifat netral. Wacana mengatur sekaligus diatur kekuasaan tertentu

yang menjadi sistem pemaknaan dalam masyarakat.

Wacana merupakan praktik sosial (mengkonstruksi realitas) yang

menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara peristiwa yang diwacanakan dengan

konteks sosial budaya dan ideologi tertentu (Kriyantono, 2006: 258). Wacana

merupakan suatu bentuk realitas media yang tersembunyi dibalik teks berita. Sehingga

untuk menemukan “realitas” dibalik teks, Menurut Fairclough kita memerlukan

penelusuran atas konteks produksi teks. Hal ini dikarenakan untuk memahami wacana

(naskah/teks) kita tidak dapat lepas dari konteksnya (Eriyanto, 2009: 4).

Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap konteks teks

berita. Untuk itu, penulis mencoba menganalisis teks berita mengenai flu babi yang

ada di halaman utama Harian Solopos selama periode 29 April – 5 Agustus 2009.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat wacana apa saja yang terkandung pada berita,

sehingga mendapat penjelasan mengenai bagaimana konstruksi realitas flu babi

terbentuk pada teks berita di Harian Solopos.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konstruksi realitas flu babi dibentuk pada teks berita halaman utama

Harian Solopos selama periode 29 April 2009 – 5 Agustus 2009?

C. Tujuan

Page 21: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Untuk mengetahui konstruksi realitas flu babi dalam teks berita halaman utama

Harian Solopos selama periode 29 April 2009 - 5 Agustus 2009

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian

mengenai media secara lebih mendalam dan dapat digunakan sebagai bahan

acuan teori-teori komunikasi dan menjadi referensi penelitian lain yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Memberikan data-data yang konkret pada penulis, khalayak dan juga pada

institusi media yang membutuhkan untuk melakukan evaluasi dan pengambilan

kebijakan atas materi yang disajikan.

E. Kerangka Teori

Esensi manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari orang lain

membuatnya berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada posisi inilah

komunikasi menjadi sangat berperan sebagai salah satu manifestasi untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan,

penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang

dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu (Riswandi, 2006: 11). Definisi

tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses

Page 22: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan (Riswandi,

2006: 11). Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat

tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat

tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan (Riswandi, 2006: 12).

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang

menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-

kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku

dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya (Riswandi, 2006: 12).

Didalam komunikasi juga dikenal pola-pola tertentu sebagi manifestasi

perilaku manusia dalam berkomunikasi. Salah satu pola komunikasi yang hingga kini

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia adalah komunikasi massa.

1. Komunikasi Massa dan Media Massa

Berbicara mengenai komunikasi massa tidak terlepas dari media massa,

karena komunikasi massa pada hakekatnya adalah komunikasi lewat media massa.

Media massa adalah alat yang dapat digunakan untuk menyebarkan pesan

kepada massa secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Pernyataan ini sejalan

dengan yang diungkapkan Kurt Lang dan Gladys Engel Lang dalam jurnalnya Mass

Society, Mass Culture, and Mass Communication: The Meaning of Mass (2009: 999)

When people talk about the mass media, which is in their minds is usually corporate bodies or government agencies that have access to modern technology that allows them to spread uniformly the same content to many geographical places separately. At first, this ability is limited to print media, and then extended to motion pictures. (Ketika orang berbicara tentang media, biasanya yang ada dalam pikiran mereka adalah badan usaha atau agensi- agensi pemerintah yang memiliki akses ke teknologi modern yang memungkinkan

Page 23: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

mereka untuk menyebarkan konten seragam keseluruh tempat yang terpisah secara geografis. Pada awalnya kemampuan ini hanya terbatas pada media cetak, kemudian meluas ke media gambar)

Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi massa juga memiliki

elemen-elemen utama. Menurut Nurudin terdapat delapan elemen komunikasi massa

(Nurudin, 2005: 88-126), yaitu:

a. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur,

staf teknis yang berkaitan. Jadi komunikator adalah gabungan dari berbagai

individu dalam sebuah lembaga media massa. Apa yang dikerjakan oleh

komunikator dalam komunikasi massa dikerjakan ”atas nama” lembaga dan bukan

atas nama masing-masing individu dalam lembaga tersebut.

b. Isi

Menurut Ray Eldon terdapat enam kategori isi media (dalam Nurudin, 2005: 93-

96), yaitu:

1) Berita dan informasi

Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki media massa.

Media menggali semua peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dikembalikan

lagi ke masyarakat yang dilayaninya. Lewat keahlian dalam

menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan, media massa

menyajikan berita yang mudah untuk dipahami.

2) Analisis dan interpretasi

Selain memberitakan suatu peristiwa kepada masyarakat, media juga

mengevaluasi, menganalisis setiap peristiwa tersebut. Lewat keahlian

Page 24: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan, media massa

menyajikan berita yang mudah untuk dipahami. Misal, tajuk rencana dalam

media cetak.

3) Pendidikan dan sosialisasi

Ketika media dengan informasi dan analisis memberikan ilmu pengetahuan

pada masyarakat, secara tidak langsung media sedang memfungsikan dirinya

sebagai pendidik. Fungsi pendidikan ini secara tidak langsung ada kaitannya

dengan sosialisasi karena pendidikan itu sama saja dengan sosialisasi suatu ilmu

pengetahuan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

4) Hubungan masyarakat dan persuasi

Media juga bisa menjadi alat penghubung antar berbagai pihak yang menjadi

sasaran medianya. Misal, keluhan pembaca terhadap parkir yang semrawut di

sebuah departement store. Saat itu, media sedang menghubungkan antara

pengelola departemen store dengan pelanggan departemen store tersebut.

Termasuk di sini ketika media lewat rubrik opininya menampilkan artikel dan

ditanggapi oleh penulis yang lain. Jadi, isi media juga ada unsur

menghubungkan.

5) Iklan dan bentuk penjualan lain

Iklan menjadi salah satu hal yang tidak bisa terpisahkan dari media massa. Iklan

ini juga bisa berfungsi sebagai persuasi. Lewat iklanlah hidup mati surat kabar

ditentukan.

Page 25: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

6) Hiburan

Sesuai dengan salah satu fungsi komunikasi massa yaitu menghibur, media

massa juga menyajikan acara atau rubrik hiburan bagi audience-nya.

c. Audience

Audience dalam komunikasi massa sangat beragam. Masing-masing audience ini

berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir,

menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya.

d. Umpan balik

Dalam komunikasi massa, umpan balik terjadi secara tidak langsung. Artinya,

antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi

kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu

sama lain. Umpan balik secara tidak langsung misalnya bisa ditunjukkan dalam

letter to the editor atau surat pembaca.

e. Gangguan

Gangguan dalam komunikasi massa dapat bersifat gangguan saluran dan gangguan

semantik. Gangguan saluran bisa berupa kesalahan cetak, kata yang hilang, gambar/

tayangan yang tidak jelas, gangguan gelombang radio, langganan majalah yang

tidak datang. Sedangkan gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan

dengan bahasa yang bisa disebabkan oleh komunikator atau komunikan.

f. Gatekeeper

Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan

peranan dalam beberapa fungsi. Mereka ini dapat menghapus pesan atau bahkan

bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa

Page 26: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka ”pintu gerbang” (gate) bagi

keluarnya informasi yang lain.

g. Pengatur

Yang dimaksud pengatur disini adalah mereka yang secara tidak langsung ikut

mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari

dalam media, tetapi dari luar media. Meskipun begitu kelompok ini bisa ikut

menentukan kebijakan redaksional.

h. Filter

Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat

sebuah bingkai kacamata dimana audience bisa melihat dunia. Ini berarti dunia riil

yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut. Ada beberapa

filter yaitu psikologis, fisik, budaya, psikologis dan yang berkaitan dengan

informasi.

Berdasarkan elemen komunikasi massa yang telah disebutkan diatas, maka dapat

dijelaskan bahwa penelitian ini lebih memfokuskan pada elemen isi yaitu teks berita

yang didalamnya terdapat pesan media massa.

Dengan adanya kebebasan pers saat ini, semakin banyak pula media massa

yang berani mengungkapkan pemikirannya melalui isi pesan yang telah

dikonstruksinya. Media yang dimaksud disini yaitu majalah, radio, televisi dan media

elektronik atau media cetak lainnya termasuk surat kabar.

Menurut Wilbur Schramm, surat kabar merupakan buku harian tercetak bagi

manusia. Sedangkan Harimurti Kridalaksana memberikan definisi surat kabar sebagai

Page 27: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

terbitan berkala yang memuat berita, risalah, karangan, iklan dan lain sebagainya

(Yahya, 2000: 102).

Sebagai medium komunikasi massa, surat kabar memiliki 3 fungsi mendasar

(Yahya, 2000: 102), yaitu:

a. Memberikan informasi yang objektif kepada pembaca mengenai apa yang terjadi

dalam lingkungannya, negara dan apa yang terjadi di dunia.

b. Mengulas berita-beritanya dalam tajuk rencana dan membawa perkembangannya

menjadi fokus/ sorotan.

c. Menyediakan jalan bagi orang yang ingin menjual barang dan jasa untuk memasang

iklan.

Selain itu, surat kabar juga memiliki karakteristik utama (Yahya, 2000: 109),

antara lain:

a. Publisitas

Penyebaran pada publik atau khalayak. Semua aktivitas manusia yang menyangkut

kepentingan umum dan atau menarik untuk umum adalah layak untuk

disebarluaskan. Pesan melalui surat kabar harus memenuhi kriteria tersebut.

b. Periodesitas

Menunjukan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.

Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi. Selama ada kehidupan, selama

itu pula surat kabar terbit.

c. Universalitas

Menunjuk pada kesemestian isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia.

Page 28: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Jika tidak, tidak

dikategorikan media massa.

d. Aktualitas

Laporan tercepat menunjuk pada kekinian, atau terbaru dan masih hangat. Khalayak

memerlukan informasi yang paling baru.

e. Terdokumentasikan

Dari berbagai berita ada yang dianggap penting oleh pihak-pihak tertentu untuk

diarsipkan atau dikliping. Misalnya berkaitan dengan instansinya, atau artikel

bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Pengklipingan biasanya dilakukan oleh

public relation.

2. Konstruksi Realitas

2.1 Teori Konstruksi Realitas

Realitas sosial berasal dari dua kata, yakni realitas dan sosial. Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia, realitas diartikan kenyataan dan sosial diartikan masyarakat

(Badudu dan Zain, 1996: 1142&1350). Realitas adalah sebuah konsep yang kompleks

dan sarat dengan pertanyaan filosofis. Salah satu dari konsep filosofis tersebut

mengatakan bahwa yang kita lihat bukanlah realitas, melainkan representasi realitas

atau tanda dari realitas yang sesungguhnya, yang tidak dapat kita tangkap (Sobur, 2009:

93).

Dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas merupakan hasil ciptaan

manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di

sekelilingnya (Bungin, 2001: 4). Menurut Zak Van Straaten, yang dapat kita tangkap

Page 29: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

hanyalah tampilan dari realitas di baliknya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki

keterbatasan dalam melihat realitas yang disebabkan karena faktor ruang dan waktu.

Sehingga tidak dapat mengalami dua realitas yang berbeda di dalam ruang dan waktu

yang simultan serta dalam waktu yang sama (Bungin, 2001: 93).

Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran

individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki

makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh

individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif (Sobur, 2009: 93). Jadi

individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksikannya dalam dunia

realitas, serta memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam

institusi sosialnya.

Konsep konstruksi sosial atas realitas diperkenalkan oleh seorang sosiolog

interpretatif, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Dalam bukunya yang berjudul

The Sosial Construction of Reality, A Treatise in the Sociological of Knowledge (Sobur,

2009: 93). Dalam buku tersebut digambarkan proses sosial melalui tindakan dan

interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Oleh karena itu, pemahaman kita

terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial

sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi

tertentu.

Page 30: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

2.2 Konstruksi Realitas Dalam Media

Media massa bukan sesuatu yang bebas nilai (value free), independen, tetapi

memiliki keterkaitan dengan realitas sosial (Sobur, 2009: 30). Seperti yang diketahui,

dalam proses peliputan suatu peristiwa dan penyusunan berita terjadi pemindahan

realitas empirik ke dalam realitas media. Hal ini mengindikasikan terjadinya proses

konstruksi realitas melalui kata, kalimat, dan perangkat bahasa lainnya dalam suatu

berita. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Tuchman yang dikutip Alex Sobur

(2009: 88), yaitu:

Disebabkan sifat dan fakta pekerjaan media adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita”.

Pendapat yang sama juga diungkapkan Marshall McLuhan, “the medium is

the message,” medium itu sendiri merupakan pesan. “Apa-apa yang dikatakan”

ditentukan secara mendalam oleh medianya (Sobur, 2009: 30).

Konstruksi media dalam pembentukan realitas sosial telah menimbulkan efek

bagi khalayak, salah satunya khalayak tidak bisa membedakan mana realitas media dan

mana realitas objektif (Sobur, 2009:93). Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa

media massa memiliki kekuatan yang sangat dahsyat untuk mengkonstruksi sebuah

berita, yaitu bahwa media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang

dianggap penting dengan pemilihan berita tertentu dan mengabaikan yang lain.

Meskipun masyarakat merespon agenda yang dibuat media massa, namun media massa

mampu mengkonstruksi lebih banyak khalayak untuk percaya terhadap berita yang

disampaikan media (Aditya, 2003: 2).

Page 31: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Media massa lazim melakukan berbagai tindakan dalam konstruksi realitas

dimana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna atau citra

tentang suatu realitas. Salah satu tindakan itu adalah dalam hal pilihan leksikal atau

simbol (bahasa). Misalnya, sekalipun media massa hanya bersifat melaporkan, tapi jika

pemilihan kata, istilah atau sebuah simbol yang secara konvensional memiliki arti

tertentu di tengah masyarakat, maka akan mengusik perhatian masyarakat tersebut.

Media massa memiliki kekuatan untuk menghadirkan suatu realitas seperti

apa yang nampak senyatanya. Media massa mampu membentuk realitas sosial, hal ini

sesuai dengan pekerjaan media yang pada hakekatnya adalah mengkonstruksikan

realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media yang pada hakekatnya

mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya dengan bahasa sebagai perangkat

dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagi alat merepresentasikan realitas, namun

juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang

realitas tersebut (Sobur, 2009: 88).

Media massa (surat kabar) dalam pemberitaannya menawarkan pesan-pesan

tertentu mengenai kehidupan manusia melalui bahasa atau kata-kata. Hal ini

dikarenakan bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan komunikasi manusia.

Manakala bahasa digunakan oleh media, maka sebetulnya ia memiliki tanggung jawab

yang lebih besar karena ketersebaran yang luas dalam menanamkan stereotip atau

prasangka tertentu (Sobur, 2009: 40).

Dalam proses penyusunan berita dan penggambaran realitas, media massa

menggunakan bahasa sebagai bahan bakunya. Menurut Mursito BM (Mursito BM

dalam Jurnal Komunikasi Massa, 2007: hal. 29):

Page 32: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

…bahasa sangat dominan dan menjadi media utama dalam mengencode realitas sosial…fungsi bahasa tidak hanya sebagai ekspresi diri, tetapi juga sebagai media perantara fakta. Fakta-fakta di semesta sosial hanya dapat diketahui oleh khalayak bila dikomunikasikan dengan bahasa melalui media massa.

Selain menggambarkan realitas, media pun menggunakan bahasa untuk

mengkonstruksikan realitas. Menurut Hamad (Mursito BM, Jurnal Komunikasi Massa,

2007: hal. 29), bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi juga

menciptakan realitas. Penggunaan bahasa tertentu berimplikasi tertentu pula pada

kemunculan makna tertentu.

Hal tersebut disebabkan media massa mempunyai cara untuk mempengaruhi

bahasa dan makna, antara lain dengan mengembangkan kata-kata baru beserta makna

asosiatifnya, memperluas makna dari istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama

sebuah istilah dengan makna baru; memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam

suatu sistem bahasa (DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Alex Sobur, 2001: hal. 90).

Menurut Stuart Hall (Eriyanto, 2009: hal. 29-30), dalam pembentukan realitas

terdapat peran penting bahasa. Bahasa dan wacana dianggap sebagai arena pertarungan

sosial dan bentuk pendefinisian realitas. Bahasa sebagaimana dianggap oleh kalangan

strukturalis merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan secara berbeda

pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada peristiwa yang

sama.

Dalam pemaknaan suatu realitas dapat memungkinkan perbedaan penafsiran.

Pada kenyataannya hanya satu makna yang bisa diterima. Kemenangan satu makna

terhadap makna yang lainnya ini menurut Hall (Eriyanto, 2009: hal. 29-30) tidak dapat

dilepaskan dari bagaimana wacana dominan membentuk, menghitung definisi, dan

membentuk batas-batas dari pengertian tersebut. Wacana sendiri dipahami sebagai

arena pertarungan social yang diartikulasikan lewat bahasa.

Media dalam proses mempengaruhi bahasa dan maknanya, tidak terlepas dari

wacana yang ada pada teks berita. Ricoeur mengatakan bahwa teks adalah wacana yang

difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Dengan demikian jelas bahwa teks adalah fiksasi

Page 33: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan (Sobur, 2009:

53).

3 Analisis Wacana

Wacana dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah discourse, berasal dari

bahasa latin discursus yang artinya “lari kian kemari”, yang diturunkan dari dis “dari

dalam arah yang berbeda” dan currere “lari”. Wacana dapat berarti sebagai berikut:

a. komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi, ide-ide, gagasan, konversasi atas

percakapan.

b. Komunikasi secara umum, terutama sebagi suatu objek studi atau pokok telaah.

c. Risalah tulis, disertai formal, kuliah, ceramah maupun khotbah (Sobur, 2009: 9-10).

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana adalah pemakaian bahasa

dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan maupun secara tertulis.

Menurut Guy Cook ada tiga hal sentral dalam pengertian wacana, yaitu teks,

konteks dan wacana (Sobur, 2009: 8-9). Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan

hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi

komunikasi, ucapan, foto, ilustrasi/gambar, lay put, grafik, musik, efek suara, citra dan

sebagainya. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan

mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipasi dalam bahasa, situasi dimana teks

tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Sementara pengertian

wacana disini dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama.

Littlejohn mendefinisikan wacana sebagai penggunaan tanda dan bahasa

secara koheren dan utuh untuk membuat pernyataan atau mencapai tujuan (Sobur,

Page 34: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

2009: 10). Sedangkan Tarigan menyebutkan bahwa wacana mencakup empat

penggunaan bahasa yaitu: ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra dan persuasi (Sobur,

2009: 11).

Alex Sobur memberikan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau

rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara

teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental

maupaun non segmental bahasa (2009: 11).

Sedangkan analisis wacana dirumuskan sebagai studi tentang struktur pesan

dalam komunikasi. Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang

terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian

kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan

inhern yang disebut wacana (Eriyanto, 2009: 6).

Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar

maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Analisis wacana adalah suatu upaya

mengungkapkan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengungkapkan suatu

pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada

posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang

pembicara (Eriyanto, 2009: 56).

Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi yang dominan

dan banyak dipakai. Menurut Foucault sebagimana dikutip Eriyanto (2009: 73),

bahwa analisis wacana bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan

tata aturan dari wacana. Pertanyaan yang diajukan bukanlah mengenai apa yang

sesungguhnya terjadi, melainkan justru mengenai bagaimana orang memandang apa

Page 35: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

yang terjadi dan mengapa pula dia memandang kejadian tersebut dalam perspektif

yang satu bukannya dalam perspektif lainnya.

3.1 Analisis Wacana Sebagai Pendekatan

Data yang ada dalam penelitian ini berupa teks, maka untuk meneliti data

tersebut digunakan analisis teks guna mengetahui makna tersembunyi yang ada pada

teks berita tersebut. Dalam menganalisis teks diperlukan elemen-elemen analisis seperti

tematik, skematik, sintaksis dan sebagainya. Untuk itu penelitian ini mengadopsi

elemen wacana yang dikembangkan van Dijk guna mengetahui makna tersembunyi

dari suatu pesan. Hal ini dilakukan karena elemen tersebut mudah diaplikasikan dalam

berbagai teks. Elemen wacana yang dikembangkan Van Dijk ini memiliki strukur dan

perangkat analisis yang relatif lengkap terhadap teks sehingga memungkinkan peneliti

melakukan kajian teks secara lebih detail.

Tabel I.1: Elemen Wacana Van Dijk (Eriyanto, 2009: 228)

STRUKTUR HAL YANG DIAMATI

ELEMEN

STRUKTUR MAKRO

Tematik (Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita)

Topik

SUPER STRUKTUR

Skematik (bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh)

Skema

STRUKTUR MIKRO

a. Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain

Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi

Page 36: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

b. Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

c. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita

Leksikon

d. Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, metafora, ekspresi

Keterangan tabel:

Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga

disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks (Eriyanto,

2009: 229). Tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Topik

menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya.

Topik menunjukkan konsep dominan sentral dan paling penting dari isi suatu berita.

Oleh karena itu sering disebut sebagai tema/ topik.

Skematik

Skematik atau super struktur menggambarkan alur atau skema bentuk umum

dari suatu teks dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana

bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti

(Eriyanto, 2009; 232).

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematika adalah strategi wartawan untuk

mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian

dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan

Page 37: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi

penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir

agar terkesan kurang menonjol (Eriyanto, 2009: 234).

Semantik

Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local

meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar

posisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana

banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks seperti makna yang eksplisit ataupun

implisit. Makna yang sengaja disembunyikan dan bagaimana orang menulis/berbicara

mengenai hal itu, dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagaimana

yang penting dari struktur wacana tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu

peristiwa.

Semantik terbagi dalam lima elemen analisis yaitu latar, detil, maksud,

praanggapan dan nominalisasi. Latar merupakan bagian berita yang dapat

mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika

menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar

yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa (Eriyanto,

2009: 235).

Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan

seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang

menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan secara berlebihan tetapi juga

dengan detail yang lengkap. Hal ini dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra

tertentu kepada khalayak (Eriyanto, 2009: 238).

Page 38: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan

diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan

diuraikan secara tersamar dan implisit.Elemen praanggapan merupakan pernyataan

yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks (Eriyanto, 2009: 240&256).

Elemen wacana praanggapan (presupposition) digunakan untuk mendukung

makna suatu ide. Praanggapan adalah suatu upaya untuk mendukung pendapat dengan

memberikan premis yang dipercaya kebenarannya, sehingga tidak perlu dipertanyakan.

Meski berupa anggapan, praanggapan umumnya didasarkan pada ide commonsense.

Praanggapan yang masuk akal atau logis meski kenyataannya tidak ada atau belum

terjadi tidak dipertanyakan kebenarannya, karena orang sudah terlanjur menerimanya.

Elemen nominalisasi adalah elemen dengan mengubah kata kerja menjadi

kata benda (nominal). Kaitannya dengan makna yang ditimbulkan, nominalisasi

berhubungan dengan dua hal, pertama menimbulkan efek generalisasi dan kedua

strategi untuk menghilangkan subyek atau pelaku (Nurhasanah, 2007: 66).

Sintaksis

Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara

negatif, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik menggunakan sintaksis (kalimat)

seperti pada pemakain kata ganti, bentuk kalimat dan koherensi (Sobur, 2009: 80).

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.

Dua kalimat yang menggambarkan berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak

koheren. Koherensi digunakan untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis

menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu atau peristiwa. Apakah peristiwa

tersebut dipandang saling terpisah, berhubungan atau sebab akibat.

Page 39: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Koherensi dapat diamati antara lain dari penggunaan kata hubung (konjungsi).

Koherensi menggambarkan bagaimana suatu peristiwa dihubungkan atau dipandang

saling terpisah oleh wartawan.

· Koherensi kondisional

Koherensi kondisional ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai

penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung

(konjungsi) seperti ”yang” atau ”di mana”. Ada atau tidaknya anak kalimat tidak akan

mengurangi arti kalimat. Anak kalimat menjadi cermin kepentingan komunikator

karena dapat memberikan keterangan yang baik/ buruk terhadap suatu pernyataan.

Koherensi penjelas dapat menjadi praktik marjinalisasi terhadap kelompok

lain. Pemakaian proposisi ini dapat menjadi pertanda bagaimana subjek dilabeli dengan

penyebutan baik atau buruk.

· Koherensi pembeda

Koherensi pembeda berhubungan dengan pernyataan bagaimana dua peristiwa

atau fakta hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dibuat seolah-olah saling

bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini. Efek

nyata yang terlihat dari pemakaian koherensi pembeda ini adalah bagaimana

pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda, karena satu fakta atau realitas

dibandingkan dengan realitas lain.

· Pengingkaran

Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu padahal ia

tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal

persetujuannya tersebut. Hal ini menunjukkan bentuk praktik wacana yang

Page 40: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan

secara implisit.

Selain itu, pengingkaran juga dapat digunakan sebagai salah satu strategi

wacana untuk memarjinalkan suatu kelompok, seseorang, atau gagasan. Umumnya

pengingkaran dilakukan di akhir, di mana wartawan sebelumnya menampilkan

pendapat umum terlebih dulu, pendapat pribadi disajikan sesudahnya.

Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,

yaitu prinsip kasualitas. Logika kausalitas jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi

susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat

yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya. Sedangkan dalam

kalimat pasif, seseorang menjadi objek dari pernyataannya.

Selain pemakaian struktur aktif ataupun pasif, bentuk yang lain adalah

pemakaian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu menekankan

atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok

dengan permainan semantik.

Selain itu posisi proposisi dalam kalimat juga menjadi hal yang harus

diperhatikan dalam sintaksis. Proposisi yang mana yang diletakkan di awal kalimat dan

proposisi mana yang diletakkan di akhir kalimat. Penempatan mempengaruhi makna

yang timbul karena menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan pada khalayak.

Hal lain yang termasuk dalam bentuk kalimat adalah pemakaian bentuk

deduktif atau induktif. Deduktif adalah bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat

(umum) ditempatkan di muka, kemudian disusul dengan keterangan tambahan

Page 41: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

(khusus). Bentuk induktif adalah bentuk penulisan di mana inti kalimat ditempatkan di

akhir setelah keterangan tambahan. Dalam bentuk kalimat deduktif, aspek penonjolan

lebih kentara, sedangkan dalam induktif inti kalimat ditempatkan tersamar atau

tersembunyi.

Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan

menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti diganakan wartawan untuk

menunjukkan di mana posisi seorang dalam wacana. Kata ganti ”saya” atau ”kami”

menunjukkan sikap resmi komunikator semata-mata (Eriyanto, 2009: 253).

Kata ganti ”kita” merepresentasikan sikap bersama dalam suatu komunitas

tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk

menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunikan

secara keseluruhan. Padahal ada kemungkinan tidak semua komunikan/ khalayak

memiliki sikap atau pendapat seperti yang ditunjukkan komunikator/ wartawan

(Eriyanto, 2009: 254).

Sedangkan pemakaian kata ganti ”kami” dan ”mereka” menunjukkan

penciptaan jarak dan memisahkan antara pihak ”kami” (pihak yang sependapat dengan

wartawan) dengan ”mereka” (pihak yang tidak sependapat) (Eriyanto, 2009:254).

Pemakaian kata ganti jamak, seperti ”kita” atau ”kami” mempunyai implikasi

menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik, serta mengurangi kritik dan oposisi

kepada diri sendiri (Wahyuni, 1996:12).

Stilistik

Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang

pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa

Page 42: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

sebagai sarana. Dengan demikian style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa

(Sobur, 2009: 82).

Apa yang disebut gaya bahasa itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam

bahasa : ragam lisan dan ragam tulis, ragam non sastra dan ragam sastra, karena gaya

bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu

untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu dapat

ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis (Sobur, 2009: 82).

Dalam skema Van Dijk, stilistik ditandai dengan adanya leksikon. Leksikon

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai

kemungkinan kata yang tersedia. Misal, kata ”meninggal” mempunyai sinonim: mati,

tewas, gugur, terbunuh. Di antara beberapa kata tersebut, wartawan dapat memilih

salah satu kata di antara pilihan yang tersedia. Pilihan kata bukan kebetulan semata,

melainkan secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap

fakta/ realitas (Keraf, 2008: 22).

Retoris

Strategi dalam level retoris disini adalah gaya yang diungkapkan ketika

seseorang berbicara atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan

(hiperbolik), atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasi, dan berhubungan

erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak (Sobur, 2009: 84).

Strategi retoris muncul lewat elemen grafis, metafora, dan ekspresi.

Elemen grafis dalam wacana berita biasanya muncul lewat bagian tulisan

yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis

bawah, ukuran huruf yang lebih besar, caption, raster, grafik, gambar, atau tabel

Page 43: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

mendukung arti penting suatu pesan. Pemakaian angka-angka dalam berita digunakan

untuk mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Pemakaian

jumlah dan ukuran-ukuran menurut van Dijk bukan semata-mata bagian standar

jurnalistik, melainkan jugamensugestikan presisi apa yang hendak dikatakan dalam teks

(Eriyanto, 2009: 257).

Elemen grafik memberikan efek kognitif dengan mengontrol perhatian dan

ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap

penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan (Eriyanto, 2009: 258).

Elemen metafora dalam suatu wacana tidak hanya digunakan wartawan untuk

menyampaikan suatu pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora,

sebagai ornamen atau bumbu berita. Pemakaian metafora tertentu juga bisa

menunjukkan landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat atu gagasan tertentu

kepada publik (Eriyanto, 2009: 259). Wartawan menggunakan kepercayaan

masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno,

bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan

utama.

4. Media Massa dan Isu Flu Babi

Kasus virus flu babi pada manusia bukan baru sekarang ini terjadi. Wabah

pertama flu babi diketahui pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat

menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya.

Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus sebagaimana yang terjadi

Page 44: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

pada tahun 1918. Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau

Luzon, Filipina (WHO, 2009: 1).

Virus flu babi disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1, H1N2, H3N1,

H3N2 dan H2N3. Di Amerika Serikat wabah flu babi disebabkan oleh influensa A

H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara

disebabkan oleh influensa A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang

mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan manusia. Peristiwa rekombinan

dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang kemungkinan berasal dari

rekombinasi H1N1 dan H3N2. Peristiwa semacam ini juga dilaporkan di Italy, Jepang,

Hongaria, Cekoslowakia dan Perancis (Deptan, 2009: 2).

Menanggapi peristiwa tersebut, WHO secara resmi menyatakan wabah ini

sebagai pandemi pada 11 Juni 2009. Pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di

negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih

berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan

yang buruk, dan permasalahan medis (WHO, 2009).

Di Indonesia sendiri, hingga Senin, 27 Juli 2009 terdapat 400 kasus flu babi

positif terdiri dari 229 laki-laki 171 perempuan. Kasus tersebut tersebar di sepuluh

daerah yaitu Bali, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Jambi dan Sulawesi Utara (Solopos, 28 Juli 2009).

Seiring bertambahnya jumlah kasus yang muncul, masyarakat pun dibanjiri

banyak informasi tentang kasus flu babi dari berbagai media massa. Sepanjang bulan

Juli 2009 saja, Harian Solopos menerbitkan lebih dari 50 berita mengenai kasus flu

babi dengan beragam topik.

Page 45: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Melihat fakta tersebut dapat dikatakan pada prinsipnya setiap upaya

konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai virus

H1N1 atau virus flu babi adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Usaha tersebut

dilakukan media (Solopos) untuk mempengaruhi opini masyarakat. Pengaruh tersebut

dapat terjadi karena di dalam sebuah teks berita disajikan wacana-wacana tertentu yang

telah dipilih media guna mempengaruhi opini masyarakat agar sejalan dengan opini

media.

Page 46: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dijelaskan melalui gambar sebagai

berikut:

Gambar I.1: Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Dari bagan di atas dapat dipahami bahwa pada peristiwa kasus flu babi terjadi

proses pemindahan realitas empirik ke dalam realitas media yang berbentuk teks

berita. Hal ini mengindikasikan adanya proses konstruksi realitas oleh media massa.

- Identifikasi teks dengan elemen wacana yang dikembangkan Van Dijk: · Tematik · Skematik · Semantik · Sintaksis · Stilistik · Retoris

- Analisis berdasarkan penggunaan elemen wacana tertentu yang menonjol

- Pengelompokan wacana berdasarkan bukti yang mendukung wacana.

Realitas sosial: Peristiwa kasus flu babi

Proses konstruksi realitas oleh media massa

Teks berita

bahasa

Wacana di balik teks berita

Analisis wacana (analisis teks dengan mengadopsi

elemen wacana yang dikembangkan Van Dijk)

Page 47: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Dalam proses konstruksi realitas sosial tersebut, elemen bahasa seperti kata, kalimat,

klausa, frase dan elemen lainnya digunakan sebagai media perantara fakta.

Penggunaan elemen bahasa tertentu dalam menyusun teks berita dapat menimbulkan

makna tertentu pula.

Fokus penelitian ini adalah untuk mencari makna atau wacana yang

terkandung di balik teks berita. Untuk itu dilakukan identifikasi dan analisis teks

dengan menggunakan elemen wacana yang dikembangkan oleh Van Dijk.

G. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif hanyalah

memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, menguji hipotesa atau membuat prediksi. Sedangkan penelitian kualitatif

adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau juga dengan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-

prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (Rakhmat, 2004: 24).

Sutopo menjelaskan bahwa riset kualitatif cenderung menggunakan analisis induktif.

Data dikumpulkan bukanlah untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan

sebelum penelitian dimulai (Sutopo, 1988: 11).

2. Objek Penelitian

Ada 186 judul pemberitaan yang berkaitan dengan flu babi yang dimuat di

Harian Umum Solopos dari rentang waktu April-Agustus 2009. Akan tetapi hanya

terdapat 15 buah teks berita flu babi yang dimuat di halaman utama. Kelima belas

Page 48: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

teks berita flu babi itulah yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Kelima

belas teks berita tersebut yaitu:

Tabel I.2: Sampel Berita Edisi Terbit Judul Berita Penempatan Halaman

29 April 2009 Soloraya siaga flu babi Headline 30 April 2009 Antisipasi flu babi,

pengawasan diperketat Halaman utama

1 Mei 2009 Soloraya tingkatkan antisipasi flu babi

Halaman utama

25 Juni 2009 Awas, flu babi mulai jangkiti Indonesia

Halaman utama

29 Juni 2009 Lagi, enam orang positif flu babi

Halaman utama

30 Juni 2009 § Flu babi mengganas Masuk RI, pendatang wajib pakai masker

Halaman utama

5 Juli 2009 Flu babi menjadi-jadi § Menkes dinilai terlambat

mengantisipasi

Headline

11 Juli 2009 Flu babi masuk Yogyakarta Halaman utama 12 Juli 2009 § DIY pertimbangkan status

KLB Flu babi semakin dekat

Halaman utama

13 Juli 2009 Indonesia KLB flu babi Headline 14 Juli 2009 1 Suspect flu babi

meninggal Halaman utama

15 Juli 2009 Korban meninggal flu babi bertambah

Halaman utama

16 Juli 2009 Semua pulau terjangkit Headline 17 Juli 2009 Kasus flu babi bertambah

makin cepat Halaman utama

5 Agustus 2009 Diduga suspect flu babi 4 Pasien dirawat intensif

Halaman utama

Teks berita halaman utama dipilih dengan pertimbangan berita tersebut lebih

mendukung tema dari penelitian ini. Dengan demikian kajian terhadap teks berita

halaman utama yang disajikan oleh media sudah memadai untuk mengetahui

bagaimana konstruksi realitas sosial flu babi oleh Harian Solopos.

3. Sumber/ jenis Data

Page 49: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

a. Sumber Data Primer

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah teks berita flu babi pada halaman

utama surat kabar harian Solopos selama periode 29April- 5 Agustus 2009.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan

(berbagai buku dan artikel) dan data-data dari situs internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan kebutuhan analisis. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan:

a. Dokumentasi. Peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi teks berita halaman

utama dari Harian Solopos. Teks berita halaman utama yang digunakan dalam

penelitian ini adalah periode 29 April- 5 Agustus 2009.

b. Penelitian Pustaka (library research) atau studi literatur. Peneliti mempelajari dan

mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

Literatur-literatur tersebut seperti buku-buku, dokumen dari internet, dan jurnal.

5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis teks berita flu babi di halaman utama Harian Solopos,

digunakan elemen-elemen wacana seperti tematik, skematik, sintaksis, semantik,

stilistik dan retoris yang mengadopsi elemen wacanayang dikembangkan Van Dijk.

Hal ini dilakukan karena elemen tersebut mudah diaplikasikan dalam berbagai teks.

Model ini memiliki struktur dan perangkat analisis yang relatif lengkap terhadap teks

sehingga memungkinkan peneliti melakukan kajian teks secara lebih detail. Berikut

skema struktur wacana Van Dijk tersebut:

Page 50: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Tabel I.3: Elemen Wacana Van Dijk (Eriyanto, 2009: 228)

STRUKTUR HAL YANG DIAMATI

ELEMEN

STRUKTUR MAKRO

Tematik (Tema/topik yang dikedepankan

dalam suatu berita)

Topik

SUPER STRUKTUR

Skematik (bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh)

Skema

a. Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain

Latar, detail, maksud,

praanggapan, nominalisasi

b. Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

c. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita

Leksikon

STRUKTUR MIKRO

d. Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, metafora, ekspresi

Keterangan dari skema di atas, yaitu :

Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga

disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik

menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya.

Topik menunjukkan konsep dominan sentral dan paling penting dari isi suatu berita.

Oleh karena itu sering disebut sebagai tema/topik. Dalam analisis, semua elemen dalam

berita mengacu dan mendukung topik dalam berita. topik suatu berita ini memang baru

bisa disimpulkan setelah selesai membaca tuntas berita tersebut (Eriyanto, 2009: 229).

Page 51: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan

didukung oleh sub topik satu dan sub topik lain yang saling mendukung terbentuknya

topik umum. Sub topik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang

menunjuk dan menggambarkan sub topik. Dengan kata lain, semua fakta saling dukung

membentuk satu pengertian umum yang utuh dan koheren (Eriyanto, 2009: 230).

Skematik

Skematik atau super struktur menggambarkan alur atau skema bentuk umum

dari suatu teks dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana

bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti

(Eriyanto, 2009: 232).

Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya

secara hipotetik mempunyai dua skema besar. Pertama, summary, umumnya ditandai

dengan elemen judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang

paling penting. Judul dan lead umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan

dalam pemberitaan. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin

dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita

secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunyai dua sub kategori.

Pertama berupa situasi, yakni proses atau jalannya peristiwa, dan yang kedua komentar

yang ditampilkan dalam teks (Eriyanto, 2009: 232).

Sub kategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya

terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa

tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada

khalayak. Sedangkan sub kategori komentar yang menggambarkan bagaimana pihak

Page 52: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik terdiri atas dua

bagian. Pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.

Kedua, kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari komentar berbagai tokoh

(Eriyanto, 2009: 232-233).

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematika adalah strategi wartawan untuk

mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian

dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan

bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi

penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir

agar terkesan kurang menonjol (Eriyanto, 2009: 234).

Semantik

Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local

meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar

posisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana

banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks seperti makna yang eksplisit ataupun

implisit. Makna yang sengaja disembunyikan dan bagaimana orang menulis/berbicara

mengenai hal itu, dengan kata lain, semantik tidak hanya mndefinisikan bagaimana

yang penting dari struktur wacana tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu

peristiwa.

Unsur semantik dapat dilihat dari elemen-elemen pendukungnya yaitu:

a. Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin

ditampilkan. Wartawan dalam menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang

Page 53: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan

khalayak hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat

wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi

kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu

menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atau suatu peristiwa

(Eriyanto, 2009: 235).

Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu

teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat

membongkar apa maksud yang ingin disampaikan yang kadang tidak dibeberkan atau

tersembunyi dalam teks dengan melihat latar apa yang ditampilkan dan bagaimana

latar tersebut disajikan (Eriyanto, 2009: 235-236).

b. Detil

Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan

seseorang. Dalam mempelajari detail, yang harus kita teliti adalah dari keseluruhan

dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan

dan bagian mana yang diuraikan dengan detail yang sedikit. Kenapa lebih memilih

menguraikan dimensi tertentu dan bukan dimensi lain serta efek apa yang

ditimbulkan (Eriyanto, 2009: 238-239).

c. Maksud

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan

diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan

diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik

hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator yang disajikan secara

Page 54: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

jelas, dengan kata-kata yang tegas dan menunjuk langsung pada fakta. Sementara

informasi yang merugikan disajikan dengan kata tersamar, eufemistik dan berbelit-

belit (Eriyanto, 2009: 240).

d. Praanggapan

Elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk

mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat

dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan

pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan (Eriyanto,

2009: 256).

e. Nominalisasi

Nominalisasi adalah strategi wacana yang sering dipakai untuk

menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu. Strategi ini berhubungan dengan

mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan

dengan memberi imbuhan ”pe-an”. Nominalisasi bukan hanya bisa menghilangkan

posisi subyek yang melakukan, bahkan dapat mengubah makna kalimat ketika

diterima oleh khalayak. Nominalisasi tidak membutuhkan subyek, karena

nominalisasi pada dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna

tindakan/ kegiatan menjadi kata benda yang bermakna peristiwa (Eriyanto, 2009:

175&176).

Sintaksis

Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara

negatif, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik menggunakan sintaksis (kalimat)

seperti pada pemakain kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang

Page 55: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

spesifik, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian

kalimat yang kompleks dan sebagainya (Sobur, 2009: 80).

Unsur sintaksis dapat diketahui melalui elemen-elemen sebagai berikut:

a. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir

logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis

kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subyek dari pernyataannya

sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi obyek dari pernyataannya. Struktur

kalimat bisa dibuat aktif, bisa pasif, tapi pada umumnya pokok yang dipandang

penting selalu ditempatkan di awal kalimat. Bentuk kalimat ini menentukan apakah

subyek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks (Eriyanto, 2009: 251).

Bentuk lain adalah dengan pemakaian urutan kata-kata yang mempunyai dua

fungsi sekaligus. Pertama, menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan

pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan permainan semantik.

Yang penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam

kalimat. Bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat.

Proposisi mana yang ditempatkan di awal kalimat, dan mana yang di akhir kalimat.

Penempatan itu dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan

bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak (Eriyanto, 2009: 252).

b. Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.

Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan

Page 56: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

sehingga tampak koheren sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat

menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan

elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan

wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Koherensi dapat diamati dari

kata hubung (konjungsi) yang dipakai untuk menghubungkan fakta, apakah

dipandang hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu dan kondisi

(Eriyanto, 2009: 242-243).

Ada dua jenis koherensi, pertama koherensi kondisional yang ditandai dengan

pemakaian anak kalimat sebagi penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang

dihubungkan dengan kata hubung seperti ”yang” atau ”dimana”. Kalimat kedua

hanya berfungsi sebagai penjelas, sehingga ada atau tidak anak kalimat tidak akan

mengurangi arti kalimat. Anak kalimat menjadi cermin kepentingan komunikator

karena dapat memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu pernyataan.

Koherensi kondisional dapat menjadi penjelas yang bagus mengenai bagaimana

maksud tersembunyi diekspresikan dalam kalimat (Eriyanto, 2009: 244-245).

Kedua adalah koherensi pembeda. Koherensi pembeda berhubungan dengan

pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua buah

peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan. Kata

sambung yang sering dipakai untuk membedakan dua kalimat ini adalah

”dibandingkan” (Eriyanto, 2009: 247-248).

c. Kata Ganti

Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan

menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh

Page 57: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Berbagai

kata ganti yang berlainan digunakan secara strategis sesuai dengan kondisi yang ada.

Prinsipnya adalah merangkul dukungan dan menghilangkan oposisi yang ada

(Eriyanto, 2009: 253-254).

Stilistik

Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang

pembicara atau penulis untukmenyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa

sebagai sarana. Dengan demikian style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.

Apa yang disebut gaya bahasa itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam

bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam non sastra dan ragam sastra, karena gaya

bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu

untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu dapat

ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis (Sobur, 2009: 82).

Unsur stilistik dapat dilihat dari elemen-elemen berikut:

a. Leksikon

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas

berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa

kata yang merujuk pada fakta. Diantara beberapa kata itu seseorang dapat memilih

diantara pilihan yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak

semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana

pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas (Eriyanto, 2009: 255).

Retoris

Page 58: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Strategi dalam level retoris disini adalah gaya yang diungkapkan ketika

seseorang berbicara atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan

(hiperbolik), atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasi, dan berhubungan

erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak (Sobur, 2009: 84).

a. Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau

ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari

teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang

dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,

pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di

dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar atau label untuk

mendukung arti penting suatu pesan (Eriyanto, 2009: 257).

Elemen grafis juga muncul dalam bentuk foto, gambar atau tabel untuk

mendukung gagasan atau untuk bagian yang lain yang tidak ingin ditonjolkan.

Elemen garfik memberikan efek kognitif, dalam arti mengontrol perhatian dan

ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap

penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan (Eriyanto, 2009:

258).

b. Metafora

Pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti

makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai

landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada

publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,

Page 59: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang

diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama

(Eriyanto, 2009: 259).

Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Mengumpulkan surat kabar harian Solopos mulai bulan april hingga

agustus 2009. Setelah terkumpul, dilakukan penyeleksian terhadap berita

mengenai flu babi yang terdapat di halaman utama hingga terpilih 15

berita.

- Membuat tabel identifikasi untuk 15 berita flu babi berdasarkan elemen

wacana yang dikembangkan Van Dijk. Tabel tersebut berisikan judul, lead

dan isi yang terbagi dalam enam unsur kategori identifikasi yaitu tematik,

skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.

- Membuat tabel analisis berdasarkan penggunaan elemen wacana tertentu

yang menonjol pada setiap teks berita.

- Membuat tabel pengelompokan wacana berdasarkan bukti berupa data

hasil analisis berdasarkan penggunaan elemen wacana yang menonjol

pada setiap teks berita.

- Menarasikan hasil yang didapat berupa bukti-bukti yang ada pada masing-

masing wacana.

- Menarik kesimpulan dari data wacana yang didapat.

Langkah tersebut dapat dijelaskan pula melalui bagan berikut ini:

Page 60: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Gambar I.2: Bagan Alur Analisis Data

Teks berita halaman utama Solopos tentang kasus flu babi

Identifika-si teks dengan elemen wacana yang di-kembang-kan Van Dijk: - tematik - skematik - semantik - sintaksis - stilistik - retoris

Analisis teks berita dengan dua tahap : tahap analisis berdasar-kan elemen wacana yang menonjol dan tahap pengelom-pokan berdasar-kan wacana

Menarik kesimpulan dari wacana yang didapat

Page 61: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

BAB II

SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS

A. Sejarah Berdirinya

Harian umum Solopos diluncurkan pada tanggal 19 September 1997, setelah

persiapan intensif selama 6 bulan. Persiapan yang dilakukan adalah dari aspek sumber

daya manusia (SDM) sampai persiapan mencetak koran.

Pelatihan untuk tenaga profesional dibidang wartawan (reporter) dimulai awal

April 1997. Selama satu bulan mereka mendapat pendidikan di LP3Y (Lembaga

Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogyakarta), sedangkan karyawan bidang

perusahaan mulai bekerja pada 1 Mei 1997. Dengan dukungan 80 personal kala itu,

Solopos telah siap mengunjungi pembacanya.

Tahap pertama, Solopos mencetak sekitar 10.000 eksemplar yang diedarkan

di wilayah Surakarta dan sekitarnya serta beberapa kota di Jateng. Tragedi berdarah

yang membumihanguskan Kota Solo, ternyata menjadi babak awal perkembangan

Koran ini. Sebab, Solopos menjadi satu-satunya surat kabar di Solo yang memuat berita

besar-besaran tentang tragedi yang meluluhlantahkan Kota Bengawan tersebut. Hal itu

tentu berdampak pada oplah penerbitan, sehingga Solopos telah dapat mencetak koran

sekitar 40.000 eksemplar pada tahun pertama, sedangkan pada tahun berikutnya

diharapkan tiras akan meningkat.

Persiapan penerbitan Solopos telah dilakukan sejak tanggal 13 April 1997 dan

diintensifkan lagi setelah Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) diterbitkan oleh

Departemen Penerangan saat itu pada tanggal 12 Agustus 1997. Dalam SIUPP

Page 62: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

disebutkan Solopos terbit 7 kali seminggu. Edisi minggu telah terbit pertama kali pada

tanggal 28 Juni 1998.

Berbeda dengan koran-koran di daerah lain yang umumnya mengklaim

sebagai koran nasional yang terbit di daerah, namun Solopos justru menempatkan diri

sebagai koran daerah yang terbit di daerah. Pasalnya koran ini ingin menjadi besar di

daerah bersama dengan kian meningkatnya dinamika masyarakat Surakarta yang bakal

menjadi kota Internasional. Para pemegang saham terdiri atas Sukamdani Sahid

Gitosardjono yang bertindak sebagai Presiden Komisaris PT Aksara Solopos, Penerbit

Harian Umum Solopos, komisaris lain di antaranya Ciputra, Subronto Laras dan

karyawan PT Jurnalindo Aksara Grafika Penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia.

Kini, jajaran direksi terdiri atas Presiden Direktur Danie H. Soe’oed yang

merangkap Direktur SDM dan Produksi, Bambang Natur Rahadi sebagai Direktur

Pemasaran dan Umum, Lulu Terianto sebagai Direktur Keuangan dan Pengembangan

Usaha. Dalam pengelolaan sehari-hari, Solopos dikendalikan oleh Sukamdani S.

Gitosardjono sebagai pemimpin umum dengan Danie H. Soe’oed sebagi wakil

pemimpin umum. Pemimpin perusahaan dipercayakan kepada Bambang Natur Rahadi,

sedangkan pemimpin redaksi dipercayakan kepada Mulyanto Utomo.

B. Solopos Sebagai Koran Masyarakat

Harian Umum Solopos yang memilih basis terbitnya di Kota Solo, Jawa

Tengah, lahir bersamaan dengan dimulainya penerapan teknologi baru di bidang

Page 63: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

persuratkabaran. Pada saat yang bersamaan, sejumlah media cetak nasional mulai

menerapkan sistem cetak jarak jauh di berbagai daerah.

Sebagai salah satu kota utama di Jawa Tengah, Solo dengan 6 kabupaten

berdekatan yang tergabung dalam eks Karesidenan Surakarta adalah pasar yang sangat

potensial. Solo yang lambat laun bakal menjadi pusat pertumbuhan ekonomi seiring

dengan perkembangan ekonomi di Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) menjadi

basis terbit Solopos. Hal tersebut berdasar pertimbangan ekonomis dan historis.

Secara ekonomis, peran Solo sebagai pusat bisnis yang penting di Jawa

Tengah bahkan di Pulau Jawa, sebenarnya sudah lama disandang. Namun sekarang ini

peran tersebut semakin tampak dengan kondisi makro ekonomi yang semakin kondusif.

Pertumbuhan dan peran Solo yang secara ekonomi begitu pesat, seolah menjadi

paradigma baru di era otonomi daerah bahwa wilayah dengan kelas daerah tingkat II

juga bisa berkembang menjadi kota yang penting dan diperhitungkan. Etos kerja

masyarakatnya dalam berusaha, serta sikap kritis terhadap asupan yang ada, membuat

Solo dan sekitarnya menjadi kawasan yang unik dan pantas diperhitungkan. Karena

itulah, dalam kancah bisnis pada skala nasional, potensi Solo tidak bisa diabaikan. Baik

dalam perannya sebagai kawasan yang memproduksi banyak produk, maupun dalam

posisinya sebagai pasar berbagai jenis produk.

Sedangkan secara historis, Solo dikenal sebagai cikal bakalnya pertumbuhan

pers nasional, namun hingga saat itu tidak satu pun surat kabar harian yang tersisa.

Sehingga koran-koran dari luar kota saja, seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan

Jakarta yang mengisi kekosongan pasar tersebut. Masyarakat tentunya membutuhkan

alternatif surat kabar baru yang berbasis dari kotanya sendiri. Peluang itulah yang

Page 64: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

dilihat oleh kelompok Penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia untuk melakukan

ekspansi/ pengembangan bisnis persnya di Solo. Melalui kepemilikan saham PT Aksara

Solopos, perusahaan yang menerbitkan Harian Solopos, akhirnya diperoleh izin

penerbitan surat kabar dari Menteri Penerangan, No.315/SK/Menpen/SIUPP. Berbekal

dengan SIUPP itulah Solopos akhirnya bisa hadir pertama kali dengan 16 halaman pada

19 September 1997.

Adapun format saat itu adalah sebagai berikut:

Terbit : 7 kali seminggu

Bidang cetak : 9 kolom x 540 mm

Ukuran 1 kolom : 4,2 cm

Proses cetak : offset

C. Visi dan Misi Penerbitan

Visi:

Penyaji informasi utama, terpercaya dengan pengelolaan usaha yang profesional.

Misi:

1. Membentuk sumber daya manusia yang kompeten dan bermoral

2. Selalu menyajikan informasi yang berimbang, akurat dan unggul

3. Mensejahterakan stakeholders Solopos

Sebagai surat kabar baru, Solopos berusaha tampil lebih baik dan lebih

aspiratif atas kebutuhan pembaca. Sebagai surat kabar umum, Solopos berusaha

mengakomodasikan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, mulai dari soal

Page 65: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

sosial, budaya, ekonomi dan politik. Koran ini berusaha tampil lebih baik dan lebih

aspiratif untuk kebutuhan pembaca.

Solopos berusaha menempatkan dirinya sebagai Koran yang dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat banyak. Dinamisasi politik masyarakat yang begitu tinggi pun

menjadi satu sorotan penting bagi Solopos. Dengan sajian yang lebih berani

mengungkap fakta dan keberpihakan pada kepentingan masyarakat luas, Solopos

berusaha menjadi jembatan penghubung dengan mengutamakan fakta dan kebenaran.

Kebutuhan masyarakat akan keberagaman informasi dipenuhi sedemikian

rupa, sehingga pembaca cukup membaca satu koran untuk mendapatkan berbagai

informasi. Solopos dengan konsep dua koran dalam satu koran, tampil dengan dua

seksi. Seksi satu menampilkan isu-isu global dan seksi dua menampilkan informasi

lokal.

Masalah politik, ekonomi, sosial, budaya berskala nasional selalu hadir pada

seksi satu Solopos. Sedangkan informasi berskala lokal disajikan dengan penuh

keragaman, menarik dan lengkap di seksi dua.

Satu keunggulan lain dari Solopos adalah sajian berita ekonomi dan bisnis

yang lebih menarik karena memanfaatkan jaringan berita Bisnis Indonesia sebagai

perusahaan induknya, yang selama ini dikenal sebagai koran ekonomi nasional yang

terdepan.

Sentuhan gaya jurnalistik yang inovatif juga mampu menghadirkan Solopos

sebagai surat kabar pagi yang lebih berarti bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya,

sejak 1997 hingga kini. Arti dari motto ini sendiri adalah sebagai surat kabar yang

Page 66: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

relatif baru berusaha tampil lebih baik dan aspiratif atas kebutuhan masyarakat serta

mendorong pembangunan masyarakat oleh masyarakat.

Secara garis besar prinsip pokok yang dianut oleh Solopos dibangun dengan

memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

1. menyajikan berita dengan lebih berani

2. pendekatan yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat banyak

3. berusaha tampil selengkap mungkin dan bernuansa.

D. Distribusi Peredaran Solopos

Tahap awal pengembangan pasar difokuskan di basis kota terbit, yang dulu

dikenal sebagai daerah Karesidenan Surakarta, yang terdiri atas Surakarta, Klaten,

Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Boyolali. Kawasan tersebut saat ini

merupakan beberapa bagian daerah tingkat II dengan Kota Solo sebagai kuncinya.

Sedikitnya terdapat 6.000.000 orang yang menjadi salah satu pasar potensial, tergabung

dalam kawasan itu yang oleh Solopos disebut sebagai Solo Raya.

Sejalan dengan perkembangan basis pasar, beberapa pusat pertumbuhan lain

pun digarap menjadi daerah pembaca Solopos.

SOLO YOGYAKARTA

1. Kota Solo 48% 17. Kota 2,7%

Surakarta (Satelit Kota Solo)

2. Sragen 6,8%

3. Karanganyar 6,0%

4. Boyolali 5,5%

Page 67: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

5. Klaten 9,8%

6. Sukoharjo 4,0%

7. Wonogiri 5,9%

JAWA TENGAH JAWA TIMUR

8. Semarang 2,1% 17. Ngawi 0,3%

9. Salatiga 1,9% 18. Mantingan 0,3%

10. Purwodadi 0,8% 19. Madiun 0,2%

11. Kudus 0,2%

12. Magelang 0,2% JAKARTA 0,9%

13. Purwokerto 1,2%

14. Purworejo 0,3%

15. Gombong 0,2%

16. Wates 0,3%

Secara bertahap Solopos akan menjadi bacaan baru bagi masyarakat di Jawa Tengah

dan perbatasan dengan Jawa Timur.

E. Pembaca Solopos

Pengembangan pasar difokuskan pada daerah eks Karesidenan Surakarta,

yaitu Solo, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen dan Wonogiri. Selain itu,

Solopos juga menjamah pasar seperti Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Purwodadi,

Pacitan, Magetan dan Jakarta.

Usia Kebiasaan Belanja

Page 68: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Usia 31-40 tahun (38,6%) 43,3% memilih di perbelanjaan modern

Usia 21-30 tahun (29,8%) 33,4% berbelanja di pasar tradisional

Usia 41-50 tahun (18,5%)

Usia 51-70 tahun (12%)

Tingkat Pendidikan Biaya Telepon Bulanan Mereka

Sarjana 38,9% 46,2% antara Rp. 50.000- Rp. 100.000

SMA 31,8% 20,1% antara Rp. 100.000- Rp. 300.000

Sarjana Muda 22,1% 4,6% di atas Rp. 300.000

Pasca Sarjana 4,9%

SLTP dan SD 2,2%

Pekerjaan

Swasta 58,4%

Pegawai Negeri 27,9%

BUMN 4,4%

Ibu Rumah Tangga 3,8%

F. Pertumbuhan Tiras

Oktober 1997 7. 450 eksemplar

November 1997 13. 500 eksemplar

Desember 1997 16. 500 eksemplar

Januari 1998 17. 500 eksemplar

Agustus 2008 40. 194 eksemplar

Page 69: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Solo 55%

Eks Karesidenan Surakarta 30%

Jawa Tengah dan Jakarta 15%

Sasaran pokok pembaca Solopos adalah seluruh kelompok dalam masyarakat.

G. Penampilan Isi Halaman

Solopos sejak edisi 1 September 2008 hadir dengan 24 halaman sebagai berikut:

Seksi I

Halaman 1 : Umum

Halaman 2 : Umum

Halaman 3 : Liputan Khusus Pemilu 2009

Halaman 4 : Gagasan dan Internasional

Halaman 5 : Olahraga

Halaman 6 : Olahraga

Halaman 7 : Olahraga

Halaman 8 : Sambungan

Halaman 9-11 : Iklan

Halaman 12 : Pergelaran

Seksi II: Solo raya

Halaman I/13 : Solo Raya

Halaman II/14 : Kota Solo

Halaman III/15 : Kota Solo

Halaman IV/16 : Kota Solo

Page 70: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Halaman V/17 : Ekonomi dan Bisnis

Halaman VI/18 : Laporan Khusus

Halaman VII/19 : Wonogiri

Halaman VIII/20 : Sukoharjo

Halaman IX/21 : Klaten

Halaman X/22 : Boyolali-Sragen

Halaman XI/23 : Karanganyar

Halaman XII/24 : Pendidikan

H. Struktur Rubrikasi Solopos

Dalam perkembangannya, Solopos telah mengalami sejumlah perubahan. Kali

pertama terbit tanggal 19 September 1997, logo Solopos berwarna hitam, jumlah kolom

9 dan menggunakan huruf judul times center. Pada tanggal 24 September 2004,

Solopos berubah untuk kali kedua dengan logo Solopos berubah menjadi warna biru

yang sesuai dengan warna corporate color, jumlah kolom 9, huruf judul menggunakan

impact rata kiri. Sedangkan, perubahan ketiga terjadi pada tanggal 1 Agustus 2005,

yakni dengan kolom berubah menjadi 8 kolom, huruf judul times rata kiri, namun logo

Solopos tetap sama dengan warna biru.

Perubahan keempat terjadi pada tanggal 1 Januari 2006 dimana Harian Umum

Solopos hadir dengan 24 halaman yang terbagi dalam dua seksi, yaitu nasional dan

lokal. Penambahan halaman dilakukan untuk melebarkan sayap khususnya di wilayah

eks Karesidenan Surakarta. Selain itu, hal tersebut juga untuk memperkaya konsumsi

informasi para pembaca Solopos dimana pun berada.

Page 71: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Sementara itu, perubahan kelima yang dilakukan Solopos adalah dengan

mengubah tampilan lay out surat kabar pada tanggal 1 Desember 2006. Hal itu

dilakukan untuk memberikan tampilan surat kabar yang lebih baik dan menarik bagi

para pembaca. Perubahan terbaru yang dilakukan Harian Kota Bengawan ini terjadi

pada tanggal 1 Februari 2007, yaitu dengan perubahan rubrik pada seksi lokal Soloraya.

Perubahan tersebut dengan pemecahan rubrik Wonogiri-Boyolali dan Sragen-

Karanganyar dimana masing-masing rubrik itu sekarang berdiri sendiri-sendiri. Selain

itu, perubahan juga terjadi dengan menghilangkan rubrik Salatiga Raya pada seksi

tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan rubrik-rubrik yang ada di Harian

Umum Solopos:

Tabel II.1 Rubrikasi Solopos Edisi Harian

Seksi I: Halaman Rubrik

1 Halaman Muka Berisi tentang berita-berita yang diunggulkan disetiap terbitannya. Terdapat juga jendela sekilas yang berisi rincian berita pada terbitan harian tersebut. Terdapat rubrik Ah… Tenane yang merupakan kisah lucu keseharian. Halaman muka ini juga disajikan dengan foto-foto berwarna.

2 Rubrik Umum Berisi ulasan berita-berita umum yang terjadi di lingkup nasional. Terdapat kolom Sekilas Nusantara yang berisi berita pendek yang biasanya terjadi diluar Jawa. Selain itu, dalam halaman ini disajikan pula program televisi.

3 Rubrik JATENG Berisi informasi di kawasan Jawa Tengah pada bidang ekonomi, kesehatan dan sebagainya.

4 Rubrik Gagasan Berisi tajuk rencana serta berbagai macam opini berupa tanggapan, saran, maupun kritik dari para pemerhati masalah sosial maupun politik, ekonomi dan budaya yang biasanya bertujuan untuk mengkritisi fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat. Terdapat kolom KRiiiNG Solopos yang berupa pesan singkat. Dalam halaman ini juga terdapat kamus espos yang berisi kata-kata atau istilah tertentu untuk memperkaya

Page 72: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

khasanah perbendaharaan pembaca. 5-7 Rubrik Olahraga

Halaman ini menyajikan berita-berita olahraga yang terjadi di lingkup internasional maupun nasional.

8 Rubrik Internasional Menyajikan berita-berita luar negeri terpilih, juga terdapat kolom Lintas Jagad dan Dunia Ha.. Ha.. Ha.. yang berisi kisah-kisah lucu yang terjadi di luar negeri.

9-11 Iklan Cespleng 12 Rubrik Pergelaran

Berisi berita-berita entertainment atau hiburan yang terjadi di lingkup Solo maupun nasional. Kolom Mereka mengemas tulisan mengenai profil tokoh-tokoh seniman/seniwati. Kolom Klangenan Malam Ini berisi acara-acara yang digelar di beberapa tempat hiburan Solo.

Seksi II: Halaman Rubrik

I Rubrik Soloraya Memuat berita-berita sosial ekonomi, kesehatan terpilih, serta berita yang disajikan bersambung. Terdapat juga Informasi prakiraan cuaca Jateng& DIY, jadwal penerbangan, jadwal shalat serta info gawat darurat.

II- III Rubrik Kota Solo Menyajikan informasi di Kota Solo, berisi seputur balaikota dan dewan, informasi kesehatan dan social. Disamping itu terdapat kolom Ngudarasa, Khuta-Khuta serta Zona 103.

IV Rubrik Ekonomi Bisnis Memuat informasi bisnis dan ekonomi di Kota Solo. Terdapat kolom Pojok Pasar berisi profil pedagang kecil, Jendela Bisnis berisi gelaran acara, Lensa Bisnis berisi informasi bersifat promotif dan Dhasaran yang berisi berita bersambung seputar bisnis.

V Rubrik Wonogiri Berisi informasi di kawasan Wonogiri, kolom Kronik serta informasi telepon penting.

VI Rubrik Sukoharjo Menyajikan informasi seputar kawasan Sukoharjo. Terdapat Kronik yang berisi informasi singkat.

VII Rubrik Klaten Berisi informasi di kawasan Klaten, kolom Sekilas serta informasi telepon penting.

VIII Rubrik Boyolali Memuat informasi di kawasan Boyolali serta informasi telepon penting. Selain itu, juga terdapat kolom Kronik berisi informasi sekilas seputar Boyolali.

IX Rubrik Sragen

Page 73: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Berisi informasi seputar kawasan Sragen. Terdapat juga kolom Sekilas yang berisi informasi singkat.

X Rubrik Karanganyar Berisi informasi seputar kawasan Karanganyar. Terdapat juga kolom Sekilas yang berisi informasi singkat serta telepon penting Karanganyar.

XI Rubrik Patroli Berisi informasi hukum dan kriminal. Terdapat kolom Ronda berisi tentang informasi kriminal singkat dari berbagai daerah. Selain itu, terdapat kolom Bioskop berisi informasi film yang sedang diputar di beberapa bioskop. Selain itu juga terdapat kolom Pos TV, berisi acara TV hari ini serta sinopsis acara-acara TV dan sambungan berita dari halaman pertama.

XII Rubrik Pendidikan Berisi tentang informasi pendidikan. Terdapat kolom Varia Pendidikan berisi informasi kegiatan sekolah, serta pelatihan-pelatihan. Terdapat kolom Figur berisi feature tokoh pendidikan.

Untuk memanjakan para pembacanya, maka Solopos edisi minggu

menambahkan rubrik-rubrik tertentu. Rubrik ini bersifat ringan dan bertujuan

menambah khasanah pengetahuan para pembacanya. Selain itu untuk menghindari

kejenuhan, maka rubrik-rubrik tersebut dibuat cukup menghibur dengan

memperbanyak rubrik entertainment dan seni. Secara rinci rubrikasinya adalah:

Tabel II.2 Rubrikasi Solopos Tambahan Edisi Minggu

Hobi (I – II)

Halaman ini menyajikan berita seputar kebiasaan manusia yang disalurkan menjadi hobi seperti memelihara flora dan fauna. Halaman ini dimunculkan setiap pekan. Namun setiap dua pekan sekali, di halaman ini juga ditampilkan kolom Peluang yang memberikan alternatif usaha yang mudah dan menguntungkan.

Griya (III)

Halaman ini mencoba memberikan pengetahuan seputar permasalahan dalam memilih, menata dan memperbaiki rumah tempat tinggal. Tak ketinggalan info properti yang sekaligus memberikan alternatif variasi produk properti rumah tangga.

Keluarga (IV)

Mengulas berbagai permasalahan yang ada di dalam keluarga, baik berkaitan dengan kesehatan, kecantikan, konsultasi seksual serta resep-resep masakan andalan dalam keluarga. Kolom Etalase berisikan alternatif pilihan pembaca seputar perkakas

Page 74: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

rumah tangga, perhiasan serta sandang. Jeda (V)

Halaman ini berisi sajian-sajian budaya dan karya sastra yang diterima redaksi dari para pembaca, diantaranya sajak dan cerpen. Terdapat pula kolom Resensi Buku dan Info Buku berisi ulasan resensi dan info baru mengenai buku-buku yang sedang beredar.

Dunia Anak

(VI–VII)

Mengulas mengenai seluk beluk permasalahan yang terjadi pada anak-anak. Selain itu, disajikan pula pengetahuan seputar kehidupan anak, karya-karya puisi maupun gambar yang telah dikirimkan kepada redaksi. Terdapat kolom Profil yang berisi feature tokoh anak dengan segala aktivitas dan cita-citanya.

Gaul (VIII- IX)

Halaman ini khusus membahas mengenai permasalahan seputar dunia remaja, diantaranya pergaulan remaja, permasalahan sekolah dan lain sebagainya.

Otomotif (X)

Berbagai ulasan permasalahan serta pemecahan seputar otomotif terdapat di halaman ini. Selain itu, terdapat kolom khusus modifikasi yang ditujukan bagi pecinta kendaraan modifikasi baik yang ekstrem maupun yang biasa. Kolom Show Room di pojok kiri juga menyajikan seputar produk atau perangkat otomotif terbaru.

IPTEK (XI)

Berisi feature mengenai perkembangan teknologi terbaru yang bermanfaat untuk masyarakat. Kolom Kamus Teknologi berisi tentang pemaparan istilah ilmiah tentang teknologi. Dan tambahan kolom Ponsel mengenai daftar harga ponsel pilihan.

Seluler (XII)

Berisi berbagai hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi tentang seluler seperti handphone yang ditampilkan dalam format feature. Serta berbagai penemuan baru di seluruh dunia. Terdapat kolom Info Gadget, Seluler Flash yang mengulas berita-berita seputar produk tercanggih dan terbaru dari seluruh dunia.

I. Bidang Redaksional Solopos

Bidang redaksional merupakan bagian yang terpenting dari sebuah perusahaan

media cetak. Tugas-tugas jurnalis sampai menjadi sebuah berita yang layak dibaca oleh

khalayak adalah pekerjaan utama bagian ini. Bidang redaksional atau bagian redaksi

suatu media merupakan sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang berperan

memproduksi pesan komunikasi massa. Mereka sering disebut dengan istilah

“komunikator profesional”.

Page 75: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Komunikator profesional memiliki fungsi yang dikonsepsikan sebagai

“penjaga gawang” (gate keeper). Penjaga gawang adalah orang yang memilih,

mengubah dan menolak pesan, dapat mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang

atau sekelompok penerima.

Bagian redaksi di Harian Umum Solopos terdiri atas: pemimpin redaksi, wakil

pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, pengelola halaman, reporter serta staf

pendukung lainnya. Secara mendetail tugas masing-masing bagian redaksi tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pemimpin redaksi (pemred) adalah penentu kebijakan dan bertanggung jawab atas

keredaksian atau pemberitaan (news and analysis trends). Pemred mempunyai hak

dan tanggung jawab terhadap seluruh isi pemberitaan surat kabar harian, ke dalam

dan keluar, baik tulisan wartawan sendiri maupun penulis.

2. Wakil pemimpin redaksi (Wapemred) bertanggung jawab kepada pemred.

Wapemred bertugas mewakili dan menggantikan tugas pemred bila diminta atau

pemred berhalangan.

3. Redaktur pelaksana (Redpel) adalah pelaksana harian yang mengkoordinasikan

kelancaran tugas lintas rubrik/kompartemen binaannya dan antar perangkat

keredaksian.

4. Redaktur adalah pelaksana teras yang memimpin dan penanggung jawab

rubrik/kompartemen. Redaktur bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana

fisik kerja harian, mingguan dan bulanan berdasarkan analisis SWOT untuk acara

liputan berita dan pembinaan nara sumber. Redaksi mempertanggungjawabkan

hasil pelaksanaan kegiatan operasional kepada redpel.

Page 76: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

5. Wartawan (reporter) adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan

pengumpulan, pengolahan dan penyiapan berita berupa fakta, ulasan dan pendapat.

6. Sekretariat redaksi adalah penunjang kelancaran tugas operasional keredaksian.

Bagian ini bertugas membantu pelaksanaan fungsi kesekretariatan redaksi sebagai

wahana penghubung antar sektoral di dalam penerbitan dan luar perusahaan.

7. Fotografer (juru foto) adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan merekam

gambar dan menyajikannya dalam bentuk foto berita.

8. Operator lay out adalah karyawan yang merupakan unsur pendukung dalam

persiapan pra cetak. Bagian ini mempertanggungjawabkan kerjanya kepada bagian

produksi dan kreatif.

9. Desainer grafis adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan menggambar

kartun.

10. Setter adalah karyawan pers yang membantu menyiapkan pengetikan naskah dari

redaktur atau naskah-naskah faksimili dari luar kota yang akan dimuat di surat

kabar harian.

11. Staf pusdok & litbang adalah karyawan yang merupakan unsur penunjang dan

unsur bantuan bagi kelangsungan kelancaran di redaksi dan perusahaan.

Proses pembuatan Harian Solopos dapat dilihat pada gambar berikut:

Pencarian berita

Pengetikan

Pengiriman melalui jaringan computer

1

Redaktur

Edit dan evaluasi

Layak/tidak nya keluar

Pengetikan 2

Lay out

Cetak dalam bentuk film

3

Percetakan

Dibuat bentuk plat

Dicetak menjadi koran

4

Page 77: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Gambar II.1: Bagan Proses Produksi Solopos

Keterangan gambar:

Tahap pertama proses produksi ialah pencarian berita oleh wartawan. Sumber

berita dapat diperoleh dari nara sumber dan dari kantor berita nasional dan

internasional (missal: AFT, CNN, Reuter). Dari berita yang diperoleh lalu diketik,

dikirim melalui jaringan komputer ke redaktur. Deadline waktu penyerahan berita ke

redaktur berbeda-beda, namun secara umum sekitar pukul 23.00 WIB.

Pada tahap kedua, redaktur mengedit dan mengevaluasi layak atau tidaknya

suatu berita diterbitkan. Selanjutnya, berita yang akan diterbitkan diketik. Tahap ketiga,

hasil ketikan berita yang akan dipilih oleh redaktur dibawa ke proses lay out (tata letak

penempatan berita dalam koran). Proses lay out biasanya dimulai sekitar pukul 21.30

WIB. Setelah proses lay out selesai, kemudian dicetak dalam bentuk film. Tahap

keempat, membawa hasil cetakan ke percetakan untuk dibuat bentuk plat. Terakhir

ialah proses percetakan koran yang siap untuk didistribusikan.

Kebijakan Redaksional Solopos

Kebijakan redaksional terkait erat dengan pemberitaan. Solopos mencoba

mengedepankan netralitas karena menyadari adanya pluraritas dalam masyarakat Kota

Solo. Dalam rangka itu, Solopos juga tidak memperbolehkan wartawannya berpolitik

aktif sebagai fungsionaris parpol. Dalam pemberitaannya, Solopos mengenal konsep

ABC yang memiliki dua pengertian.

Page 78: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Pengertian ABC ialah Accurate, Balance dan Clear. Accurate berarti titik

banding berita harus tepat, harus berdasarkan fakta yang sebenarnya. Balance berarti

suatu berita memerlukan adanya keseimbangan yang melibatkan berbagai pihak terkait

atau berkepentingan dengan berita tersebut, minimal dua pihak yang berseberangan

dalam satu kasus tertentu (cover both side). Clear maksudnya adalah sebuah berita

tidak boleh menimbulkan persepsi yang macam-macam yang justru menyebabkan

kebingungan pembacanya.

ABC yang kedua memiliki pengertian Actual, Big, Complete. Actual berarti

Solopos hanya akan menyajikan sesuatu yang aktual (terkini) dan perlu diketahui

masyarakat pembacanya. Big berarti bahwa berita yang ditampilkan tersebut

mempunyai pengaruh kepada masyarakat. Dengan sendirinya, berita yang ditampilkan

Solopos, diharapkan menjadi berita yang dibutuhkan masyarakat. Complete

dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah persepsi dari pembaca dengan

menampilkan berita yang selengkap-lengkapnya.

Karakter Pemberitaan Solopos sebagai Koran Kota Solo

Pemilihan Kota Solo sebagai basis membawa konsekuensi bahwa Solopos

harus menetapkan corporate culture (budaya perusahaan) yang tepat sesuai dengan

identitas Kota Solo sebagai salah satu pusat budaya Jawa. Dalam penerapan corporate

culture ini dibutuhkan sikap:

1. disiplin dalam hal kerja dan penampilan

2. netralitas dari sumber

3. netralitas dari partai politik

4. mengutamakan team work

Page 79: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Tujuan budaya perusahaan ialah melengkapi para anggota dengan rasa

(identitas) organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut

organisasi. Budaya perusahaan adalah sisi yang sama terhadap penerapan nilai-nilai

dalam suatu masyarakat yang terkait bekerja di bawah naungan suatu perusahaan.

Berdasarkan hubungan itu, disusun pula format rubrikasi dan konsep

pemberitaan yang dinilai sesuai dengan konsep corporate culture yang dianut,

diantaranya:

1. seringnya penggunaan idiom-idiom Jawa yang sudah sangat dipahami khalayak

2. penanaman rubrik menggunakan istilah Jawa atau dekat dengan budaya Jawa,

misalnya pergelaran atau gunungan

3. tampilnya beberapa sub rubrik yang khas Jawa atau dekat dengan budaya Jawa,

misalnya Panangguhing Duwung, Nuansa Supranatural dan lain sebagainya

4. tampilnya cerita bergambar bersambung dan cerita fiksi bersambung yang

mengambil tokoh dan penokohan khas Jawa

J. Pola Liputan Solopos

Harian Umum Solopos membagi pola liputannya ke dalam dua kategori,

yakni edisi harian dan mingguan (koran yang terbit hari minggu). Perbedaan keduanya

terletak pada sajian informasinya. Edisi harian menekankan informasi-informasi yang

bersifat aktual. Sedangkan edisi mingguan memberikan informasi yang lebih ringan

dan berkaitan dengan kejadian-kejadian setiap hari yang dihadapi para pembaca.

Selain menerbitkan edisi mingguan, harian ini juga memberikan suplemen

untuk para pembacanya, yaitu Khazanah yang terbit setiap hari jumat. Materi suplemen

Page 80: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Khazanah didasarkan pada tema-tema yang berkaitan dengan kejadian teraktual selama

kurun waktu satu minggu terakhir.

Alamat Redaksi:

Griya Solopos

Jalan Adi Sucipto 190 Solo, Telp. (0271) 724811 (hunting), fax. Redaksi (0271)

724833, fax. Perusahaan (0271) 724850

Perwakilan Jakarta: Wisma Bisnis Indonesia

Lt.6, Jalan S. Parman kav. 12-13, Slipi, Jakarta, telp. (021) 5304016 (hunting), fax.

(021) 5395869

Perwakilan Semarang

Jalan Sompok Baru 79, telp. (024) 8442852

Page 81: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

BAB III

ANALISIS DATA

Isu mengenai flu babi menjadi pemberitaan hangat dan menarik di media

massa. Tidak hanya karena flu babi merupakan penyakit pandemik baru tetapi juga

karena penyakit flu babi telah menelan banyak korban jiwa di seluruh dunia. Media

massa baik cetak maupun elektronik mengulas isu flu babi secara berkesinambungan.

Khusus di wilayah Soloraya sendiri, adanya penyakit flu babi ini mempunyai news

value tersendiri karena banyak daerah di Soloraya yang menjadi penghasil ternak babi.

Adanya kedekatan inilah maka Solopos memberi porsi lebih untuk

pemberitaan mengenai isu flu babi tersebut. Bahkan, begitu pentingnya isu flu babi ini

sehingga Solopos meletakkan teks berita mengenai flu babi di halaman utamanya.

Setelah melakukan pengumpulan data terdapat 186 teks berita mengenai flu

babi di harian Solopos mulai 29 April 2009 hingga 5 Agustus 2009. Data-data yang

telah peneliti kumpulkan tersebut kemudian mengalami reduksi untuk memisahkan data

yang sesuai fokus penelitian ini dengan data-data lain yang tumpang tindih. Dari hasil

reduksi data tersebut terpilih 15 teks berita yang mewakili kategori data yang akan

diteliti. Data tersebut kemudian diberi label identitas berita 1 hingga berita 15. Berikut

berita yang menjadi obyek penelitian ini:

Tabel III.1 Berita/ Obyek Penelitian

Edisi Terbit Judul Berita Keterangan

29 April 2009 Soloraya siaga flu babi Berita 1 30 April 2009 Antisipasi flu babi, Berita 2

Page 82: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

pengawasan diperketat 1 Mei 2009 Soloraya tingkatkan

antisipasi flu babi Berita 3

25 Juni 2009 Awas, flu babi mulai jangkiti Indonesia

Berita 4

29 Juni 2009 Lagi, enam orang positif flu babi

Berita 5

30 Juni 2009 § Flu babi mengganas Masuk RI, pendatang wajib pakai masker

Berita 6

5 Juli 2009 Flu babi menjadi-jadi § Menkes dinilai terlambat

mengantisipasi

Berita 7

11 Juli 2009 Flu babi masuk Yogyakarta Berita 8 12 Juli 2009 § DIY pertimbangkan status

KLB Flu babi semakin dekat

Berita 9

13 Juli 2009 Indonesia KLB flu babi Berita 10 14 Juli 2009 1 Suspect flu babi

meninggal Berita 11

15 Juli 2009 Korban meninggal flu babi bertambah

Berita 12

16 Juli 2009 Semua pulau terjangkit Berita 13 17 Juli 2009 Kasus flu babi bertambah

makin cepat Berita 14

5 Agustus 2009 Diduga suspect flu babi 4 Pasien dirawat intensif

Berita 15

Berita-berita tersebut peneliti identifikasi, analisis dan interpretasi setiap

bagiannya dengan menggunakan elemen-elemen wacana Teun van Dijk pada level

tekstual. Dari proses tersebut ditemukan makna-makna dan maksud-maksud yang

tersembunyi di balik teks. Makna-makna ini mempunyai kecenderungan tertentu dan

membentuk wacana tertentu pula. Wacana-wacana yang terbentuk tersebut kemudian

dikelompokkan beserta bukti-bukti yang mendukungnya.

Berikut pembahasan wacana-wacana yang muncul dalam pemberitaan

Solopos mengenai flu babi selama periode 29 April 2009 hingga 5 Agustus 2009.

Page 83: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

A. Wacana Flu Babi sebagai Virus Berbahaya

WHO telah menyatakan adanya pandemic alert untuk flu babi. Pernyataan ini

dikeluarkan karena banyaknya jumlah kasus positif flu babi dan bukan karena virus flu

babi berbahaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan WHO sebelumnya bahwa virus flu

babi sendiri seperti virus flu biasa yang tidak lebih berbahaya dari virus flu burung

(WHO, 2009).

Meskipun virus flu babi telah dinyatakan tidak lebih bahaya dari flu burung,

namun Harian Solopos sejak awal pemberitaannya mengenai peristiwa flu babi

mengarahkan pembaca untuk memandangnya sebagai virus yang berbahaya. Solopos

menggunakan fakta-fakta di lapangan dan pernyataan nara sumber seperti menteri

kesehatan, Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan

Kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza, Ketua Tim Penanganan Flu Babi

RSUD Dr Moewardi, Subdin Peternakan Dispertan Klaten, Direktur LBH Kesehatan

dan Kepala Unit Bagian Imigrasi Bandara Adi Soemarmo dalam mengkonstruksikan

flu babi sebagai virus yang berbahaya.

Konstruksi ini didukung dengan penggunaan elemen wacana seperti tematik,

skematik, maksud, detil, leksikon dan grafis. Wacana ini muncul pada beberapa berita.

Pembahasan lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1. Berita 1

Tema yang ingin diangkat oleh Solopos adalah kesiagaan Soloraya terhadap

flu babi. Tema ini mempunyai maksud tersembunyi yang menyiratkan bahwa flu babi

Page 84: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

berbahaya sehingga pemerintah Soloraya mengambil tindakan siaga sebagai bentuk

antisipasi flu babi. Tema ini didukung cara penceritaan atau skematik tertentu. Judul

dan lead sebagai elemen paling penting dalam berita menjadi pendukung gagasan

atau tema utama. Judul berita mengenai flu babi ini dijadikan sebagai headline dalam

pemeberitaan edisi 29 April 2009. Judul tersebut yaitu:

Soloraya siaga flu babi

Pada judul yang digunakan terdapat leksikon “siaga” yang dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti siap sedia; siap dan selalu awas; berjaga-

jaga (Badudu dan Zain, 1996:1312). Adanya leksikon “siaga” tersebut dapat

dimaknai bahwa dalam teks berita Solopos, flu babi merupakan virus berbahaya yang

patut untuk diwaspadai. Pemaknaan tersebut secara eksplisit mendukung wacana

bahwa virus flu babi berbahaya. Pemaknaan pada judul tersebut kemudian diperjelas

kembali pada lead.

Pemerintah kabupaten/kota di wilayah Soloraya siaga flu babi, menyusul penyebaran virus H1N1 (flu babi) di sejumlah negara.

(kalimat 1, paragraf 1)

Pada lead dapat diketahui bahwa adanya bentuk kekhawatiran pemkab/

pemkot Soloraya terhadap penyebaran virus flu babi sehingga bersikap siaga terhadap

virus tersebut. Adanya kekhawatiran serta sikap pemkab/ pemkot Soloraya tersebut

Page 85: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

menjadi bukti bahwa dalam pemberitaan Solopos flu babi merupakan virus

berbahaya.

Setelah menyampaikan deskripsi flu babi sebgai virus berbahaya pada judul

dan lead, Solopos membuka beritanya dengan pernyataan tingkat bahaya flu babi.

Wartawan mengutip pernyataan Ketua Tim Penanganan Flu Babi RSUD Dr

Moewardi, dr Reviono sebagai berikut:

Dia menjelaskan, penyakit flu babi memiliki tingkat bahaya lebih ganas ketimbang flu burung…

(kalimat 1, paragraf 2)

Dengan mengeluarkan pernyataan bahwa flu babi memiliki bahaya lebih

ganas dari flu burung, Ketua Tim Penanganan Flu Babi ingin menegaskan betapa

bahayanya virus flu babi. Skematik ini didukung penggunaan elemen leksikon

“ganas”.

Leksikon ganas memiliki arti buas; garang (Badudu dan Zain, 1996:421)

untuk mengaskan bahwa flu babi berbahaya. Penggunaan kata “ganas” biasanya

ditujukan untuk sesuatu hal yang memilki tingkat bahaya tinggi. Solopos

menggunaan kata tersebut untuk menguatkan konstruksi Solopos atas flu babi sebagai

virus berbahaya.

Strategi wacana lain yang digunakan Solopos untuk mengkonstruksikan flu

babi adalah dengan menggunakan elemen detil. Elemen detil digunakan untuk

memperinci upaya Soloraya dalam siaga flu babi yang secara tidak langsung juga

menjadi bukti bahwa flu babi berbahaya.

Page 86: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Di Solo, RSUD Dr Moewardi Solo membentuk tim penanganan flu babi dan melakukan kampanye tentang bahaya penyakit flu babi.

(kalimat 1, paragraf 2)

Di Sukoharjo, Dispertan setempat, melakukan penyemprotan desinfektan kesejumlah peternakan babi.

(kalimat 1, paragraf 7)

…Dinas Peternakan, Perikanan dan Laut Kabupaten Wonogiri memperketat lalu lintas ternak khususnya babi.

(kalimat 1, paragraf 9)

…di Sragen, Disnakkan memperketat pengawasan terhadap seluruh sentra peternakan babi yang ada di Wilayah Bumi Sukowati.

(kalimat 1, paragraf 10)

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Soloraya tersebut secara

implisit mengkonstruksikan bahwa flu babi berbahaya. Konstruksi ini diperkuat

dengan elemen grafis yaitu dengan adanya bukti konkret berupa foto petugas Dinas

Pertanian Sukoharjo yang melakukan penyemprotan desinfektan di peternakan babi.

2. Berita 2

Secara tematik, Solopos mengangkat tema antisipasi flu babi. Tema antisipasi

flu babi ini menyiratkan maksud tersembunyi bahwa virus flu babi berbahaya

sehingga perlu adanya antisipasi. Tema tersebut didukung oleh judul dan lead.

Judul

Antisipasi flu babi, pengawasan diperketat

Page 87: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Judul tersebut secara implisit memberikan makna bahwa virus flu babi

berbahaya sehingga untuk mengantisipasinya, pengawasan terhadap flu babi perlu

diperketat. Hal tersebut kemudian dijelaskan kembali secara lebih detil pada lead

Sejumlah daerah di wilayah Soloraya memperketat pengawasan terhadap peternakan dan peredaran daging babi untuk mengantisipasi masuknya virus flu babi.

(kalimat 1, paragraf 1)

Pada isi berita elemen yang menonjol sebagai bukti virus flu babi berbahaya

terdapat pada elemen maksud. Solopos membangun wacana flu babi sebagai virus

berbahaya secara tersirat melalui kalimat-kalimat yang digunakannya.

Sementara itu, pengawasan ketat untuk pencegahan penularan virus flu babi juga dilakukan Bandara Adi Soemarmo. Bandara bertaraf internasional itu sudah dilengkapi alat pendeteksi suhu tubuh. Alat itu selalu diaktifkan pada saat ada kedatangan penumpang dari luar negeri.

(kalimat 1-3, paragraf 4)

Teks berita diatas secara implisit menyiratkan bahwa virus flu babi sangat

berbahaya sehingga Bandara Adi Soemarmo pun perlu menyediakan alat pendeteksi

suhu tubuh guna mencegah masuknya virus flu babi ke wilayah Soloraya. Teks berita

lain yang menyiratkan bahwa virus flu babi berbahaya terdapat pada elemen skematik

dengan adanya keterangan yang dikemukakan Subdin Peternakan Dispertan Klaten.

Sementara itu, Subdin Peternakan Dispertan Klaten memfokuskan pengawasan peternakan babi di lima kecamatan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya virus flu babi.

(kalimat 1-2, paragraf 6)

Page 88: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

3. Berita 3

Pada teks yang bertajuk “Soloraya tingkatkan antisipasi flu babi” ini

diberitakan bahwa kerjasama lintas daerah di wilayah Soloraya ditingkatkan guna

mengantisipasi masuknya virus flu babi ke wilayah Soloraya. Adanya informasi ini

menimbulkan praanggapan bahwa flu babi berbahaya.

Judul yang dipilih dalam berita edisi 1 Mei 2009 ini secara implisit

menyatakan bahwa virus flu babi berbahaya sehingga Soloraya merasa perlu untuk

meningkatkan antisipasi. Adanya leksikon “tingkatkan” dan “antisipasi” menunjukkan

adanya kekhawatiran dari pemerintah Soloraya terhadap virus flu babi. Dengan

memilih kata-kata tersebut secara tidak langsung menyiratkan bahwa flu babi

merupakan virus berbahaya.

Pada bagian isi, flu babi sebagai virus berbahaya ditunjukkan dengan elemen

skematik berupa adanya kesimpulan wartawan dari pernyataan pemerintah pusat

melalui Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan

Kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza Bayu Krisnamurthi.

Sementara itu, pemerintah memperingatkan warga tidak melakukan perjalanan ke Meksiko menyusul peningkatan status waspada pandemi influenza dari fase empat ke fase lima. “Ini merupakan sinyal kuat pandemi sudah dekat”…

(kalimat 1-2, paragraf 9)

Pernyataan pemerintah pusat tersebut secara implisit menunjukkan bahwa

pemerintah pusat menganggap virus flu babi berbahaya sehingga pemerintah perlu

mengeluarkan peringatan antisipasi penularan flu babi. Elemen maksud lainnya juga

Page 89: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

terlihat melalui upaya antisipasi yang dilakukan yang secara implisit menggiring

pembaca membnetuk wacana flu babi sebagai virus berbahaya.

Di Solo, pengawasan ketat dilakukan terhadap babi yang bakal dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) khusus babi.

(kalimat 1, paragraf 2)

Di samping itu, juga dilakukan pengawasan (herkliring) untuk daging babi dari luar Solo dan di restoran maupun rumah makan.

(kalimat 1, paragraf 3)

4. Berita 4

Tema yang diangkat pada teks berita ini adalah perkembangan flu babi di

Indonesia. Tema ini didukung oleh judul berita yang secara lebih detil memaparkan

perkembangan flu babi di Indonesia.

Judul

Awas flu babi mulai jangkiti Indonesia

Leksikon “awas” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti

hati-hati, waspada (Badudu dan Zain, 1996:93). Penggunaan leksikon “awas” pada

berita menimbulkan praanggapan bahwa flu babi merupakan virus berbahaya yang

patut dihindari sehingga masyarakat perlu diberikan peringatan. Penggunaan leksikon

“jangkiti” juga menimbulkan anggapan virus flu babi berbahaya karena leksikon

“jangkiti” biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang berbahaya dan

mudah menular.

Page 90: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Konstruksi wacana flu babi berbahaya juga ditunjukkan dalam lead yang

secara eksplisit memaparkan betapa bahayanya virus flu babi.

… Dua pasien saat ini telah dinyatakan terinfeksi virus yang merebak di beberapa negara itu.

(kalimat 2, paragraf 1)

Adanya pernyataan “virus yang merebak di beberapa negara itu” menggiring

pembaca untuk menempatkan flu babi sebagai virus yang berbahaya karena telah

menyebar dibeberapa negara. Strategi wacana lain yang digunakan adalah dengan

menggunakan elemen wacana skematik. Elemen ini terlihat pada pernyataan menteri

kesehatan yang dikutip oleh wartawan. Kutipan tersebut yaitu:

Menkes menjelaskan, pemerintah meningkatkan kewaspadaan sehubungan dengan adanya dua kasus baru tersebut dan laporan penularan flu baru di negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam.

(kalimat 1, paragraf 9)

Adanya leksikon “kewaspadaan” mengindikasikan bahwa pemerintah

menganggap flu babi sebagai virus berbahaya.

5. berita 5

Elemen menonjol yang digunakan sebagai bukti bahwa virus flu babi

berbahaya adalah elemen maksud dan leksikon yang terdapat dalam kalimat yang ada

pada isi berita.

Page 91: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Pada bagian lain, Pemerintah Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengimbau pelajar untuk tidak berlibur ke Singapura dan Malaysia agar terhindar dari virus influensa A (H1N1) yang menyerang kedua negara tetangga itu. Wakil Bupati Bintan, Mastur Taher, Minggu di Tanjungpinang mengatakan, sebaiknya pelajar dan juga masyarakat Bintan tidak berlibur Ke Singapura dan Malaysia jika tidak ada keperluan penting. ”Lebih baik menghindari virus mematikan itu, dan tetap menjaga kebersihan diri,” kata Mastur.

(kalimat 1-3, paragraf 6)

Imbauan dari Pemkab Bintan tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa

virus flu babi berbahaya sehingga perlu untuk dihindari oleh masyarakat. Penggunaan

leksikon “mematikan” untuk virus flu babi secara tersurat juga menunjukkan bahwa

teks berita Solopos memang mewacanakan bahwa flu babi merupakan virus yang

berbahaya.

Strategi lain yang digunakan adalah dengan penempatan elemen detil pada

upaya kewaspadaan pemerintah. Detil upaya ini terdapat dalam elemen skematik

berupa kutipan langsung pernyataan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari. Detil

tersebut menguatkan adanya wacana flu babi sebagai virus yang berbahaya.

“Surat edaran terkait kasus baru kembali dikirim ke daerah supaya mereka meningkatkan kewaspadaan. Aktivitas di semua fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit, kantor kesehatan, pelabuhan dan laboratorium juga ditingkatkan”

(kalimat 2-3, paragraf 5)

Pada teks berita diatas, wacana flu babi sebagai virus berbahaya terlihat

dengan dikeluarkannya surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan. Hal tersebut

digunakan sebagai bukti bahwa flu babi sebagai virus berbahaya.

6. Berita 6

Page 92: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Elemen menonjol yang mendukung wacana flu babi sebagai virus berbahaya

terlihat pada judul dan isi berita.

Judul

Flu babi mengganas Masuk RI, pendatang wajib pakai masker

Leksikon “mengganas” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai

sinonim buas; garang (Badudu dan Zain, 1996:421). Leksikon “mengganas”

digunakan Solopos untuk menunjukkan betapa berbahayanya virus flu babi. Selain itu

adanya kalimat “…wajib pakai masker” secara eksplisit menimbulkan anggapan flu

babi berbahaya sehingga untuk mengantisipasi adanya penularan, semua pendatang

yang masuk ke Indonesia diwajibkan memakai masker.

Keterangan tersebut kemudian diperjelas dalam lead yang secara implisit

digunakan untuk memperkuat wacana.

Cepatnya penyebaran virus penyakit influenza A(H1N1) atau flu babi memaksa pemerintah menerapkan prosedur tetap penanggulangan penyakit. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mewajibkan pendatang dari negara yang terdampak flu babi untuk menggunakan masker minimal tiga hari sejak kedatangan

(kalimat 1-2, paragraf 1)

Pada bagian berita, wacana flu babi sebagai virus berbahaya terlihat melalui

teks berita berikut ini:

Page 93: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Semua pendatang dari negara terdampak flu A (H1N1), kata dia, akan diwajibkan melewati alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) yang dipasang di bandara internasional, mengisi kartu kewaspadaan kesehatan (Health Allert Card) dan mengenakan masker selama minimal tiga hari sejak kedatangan.

(kalimat1, paragraf 5)

Adanya detil tentang perlakukan bagi pendatang di bandara internasional

diseluruh Indonesia secara eksplisit memperjelas bahwa virus flu babi memang

berbahaya sehingga perlu dilakukan antisipasi ketat terutama bagi pendatang yang

datang melalui bandara internasional.

7. Berita 7

Bukti bahwa flu babi merupakan virus berbahaya dalam berita edisi ini

tampak pada bagian judul dan lead berita. Judul berita pada edisi 5 Juli 2009 ini

ditempatkan sebagai headline oleh Solopos. Judul tersebut yaitu:

Judul

Flu babi menjadi-jadi Menkes dinilai terlambat mengantisipasi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, leksikon “menjadi-jadi” memiliki

makna makin hebat (Badudu dan Zain, 1996:544). Dalam judul berita, leksikon

“menjadi-jadi” mempunyai maksud negatif yang berarti bahwa dalam

perkembangannya virus flu babi semakin berbahaya. Hal tersebut memperkuat bukti

bahwa Solopos mewacanakan flu babi sebagai virus yang berbahaya. Bukti tersebut

kemudian didukung oleh kalimat selanjutnya yang ada pada lead.

Page 94: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Lead

Hati-hati, penyebaran flu H1N1 (flu babi) antarmanusia sudah terjadi di Indonesia.

(kalimat 1, paragraf 1)

Leksikon “hati-hati” mengarah pada makna peringatan bagi masyarakat untuk

mewaspadai virus flu babi. Hal tersebut secara implisit mengandung maksud bahwa

virus flu babi berbahaya.

Pada bagian isi wacana flu babi juga dijelaskan secara detil melalui

pernyataan Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus SH yang menguatkan wacana

tentang bahayanya virus flu babi.

”Kami sudah lama mengingatkan bahwa masyarakat kita dalam keadaan bahaya, tapi Menkes justru mengatakan virus itu sulit masuk ke Indonesia,” kata Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus SH, di Surabaya, Sabtu.

(kalimat 2, paragraf 8)

8. Berita 9

Elemen menonjol yang mendukung wacana pada berita edisi ini berupa

elemen maksud yang terdapat pada judul berita

Judul

DIY pertimbangkan status KLB Flu babi semakin dekat

Secara implisit, adanya judul tersebut menyiratkan bahwa ada suatu bentuk

kekhawatiran atau ketakutan terhadap flu babi. Hal tersebut membuktikan bahwa

Page 95: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Solopos memang menjadikan flu babi sebagai virus yang berbahaya sehingga

menimbulkan kekhawatiran berlebih.

9. Berita 10

Elemen maksud yang menonjol pada berita merupakan bukti adanya wacana

flu babi sebagai virus berbahaya. Elemen tersebut terdapat pada judul dan lead. Pada

judul, berita edisi ini ditempatkan sebagai headline dari pemberitaan edisi ini. Judul

tersebut yaitu:

Judul

Indonesia KLB flu babi

Secara implisit, penggunaan judul sebagai headline menunjukkan bahwa

berita mengenai flu babi merupakan berita penting dan perlu untuk diketahui. Judul

diatas juga menyiratkan bahwa flu babi berbahaya sehingga perlu untuk menyatakan

adanya status kejadian luar biasa di Indonesia. Maksud tersebut kemudian diperjelas

pada lead yaitu dengan adanya detil bahwa pemerintahlah yang menyatakan status

KLB untuk flu babi.

Lead

Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) atau flu babi sebagai kejadian luar biasa (KLB)…

(kalimat 1, paragraf 1)

Page 96: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Pada kalimat lead diatas menimbulkan anggapan adanya kekhawatiran dan

kecemasan pemerintah terhadap flu babi. Anggapan tersebut membangun wacana

bahwa virus flu babi berbahaya. Anggapan lain tentang bahayanya virus flu babi

terdapat dalam isi berita dimana terdapat kutipan pernyataan Menkes yang

menguatkan wacana flu babi sebagai virus berbahaya.

“…WHO sudah menyatakan pandemic alert sudah sampai level enam. Ini berarti sudah KLB seluruh dunia,” kata Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadillah Supari…

(kalimat 3-4, paragraf 2)

10. Berita 12

Bukti bahwa flu babi merupakan virus berbahaya dalam teks berita Solopos

edisi ini terdapat dalam judul dan isi berita. Pada bagian judul wacana flu babi

sebagai virus berbahaya ditunjukkan dengan bukti bertambahnya korban flu babi

yang meninggal. Judul tersebut yaitu:

Judul

Korban meninggal flu babi bertambah 4 Dokter Sardjito diisolasi

Bertambahnya jumlah korban flu babi menunjukkan bukti bahwa virus flu

babi berbahaya. Sedangkan pada isi berita, bukti dari wacana flu babi sebagai virus

berbahaya dapat diketahui dengan ditemukannya warga yang terinfeksi virus flu babi.

Page 97: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Dari Medan, tujuh warga Kota Medan, Sumatra Utara dinyatakan positif terjangkit flu babi karena terinfeksi virus H1N1.

(kalimat 1, paragraf 15)

11. Berita 13

Elemen wacana flu babi sebagai virus berbahaya yang menonjol dalam teks

berita edisi ini terdapat pada bagian judul,lead dan isi. Judul pada edisi ini dijadikan

headline pada pemberitaan.

Judul

Semua pulau terjangkit

Secara eksplisit menunjukkan virus flu babi berbahaya karena mampu

menyebar secara cepat di semua pulau di Indonesia. Dari judul juga dapat dilihat

tema yang diangkat bahwa flu babi sudah menjangkiti seluruh pulau di Indonesia. Hal

ini sebagai bukti bahwa Solopos ingin menunjukkan bahwa flu babi memang

berbahaya. Solopos juga memilih leksikon “terjangkit” daripada sinonimnya yaitu

tertular untuk menguatkan betapa berbahayanya virus flu babi sehingga mampu

menyebar keseluruh pulau.

Maksud yang terdapat pada judul tersebut dipertegas oleh elemen skematik

yang ada pada lead yaitu dengan pernyataan Menkes yang mendukung wacana flu

babi sebagai virus yang berbahaya.

Page 98: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Lead

Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari mengungkapkan, saat ini hampir semua pulau di Indonesia sudah dimasuki virus influenza A (H1N1) atau flu babi.

(kalimat 1, paragraf 1)

Bukti lain yang menunjukkan flu babi sebagai virus berbahaya juga terdapat

pada bagian isi berita.

Suspect dan penderita yang positif flu babi di Indonesia saat ini masih 100 orang. Sedangkan di Malaysia tercatat 700 orang dan Korea Selatan 40 orang.

(kalimat 1-2, paragraf 4)

Indonesia sendiri sejak 11 Juli sudah mengumumkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus ini.

(kalimat 4, paragraf 4)

Penetapan status kejadian luar biasa oleh pemerintah secara eksplisit

mengandung makna bahwa flu babi berbahaya sehingga sebagai digunakan

pengumuman status tersebut agar masyarakat waspada.

Sementara itu, pegawai Unit Bagian Imigrasi Bandara Adi Soemarmo, wajib mengenakan masker ketika berada di wilayah bandara, terutama saat berinteraksi dengan penumpang yang baru tiba dari luar negeri. ”Langkah ini preventif untuk hindari penularan virus (H1N1-red),” kata Kepala Unit Bagian Imigrasi Bandara Adi Soemarmo, Baenullah.

(kalimat1-2, paragraf 10)

Page 99: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Adanya upaya antisipasi yang dilakukan pihak bandara mengindikasikan

adanya kekhawatiran atau kecemasan terhadap flu babi sehingga menimbulkan

anggapan bahwa virus flu babi memang berbahaya.

B. Wacana Adanya Upaya Penanganan Flu Babi sebagai Wujud Keseriusan

Pemerintah Lokal dalam Menanggapi Isu Flu Babi

Dalam memberitakan upaya penanganan flu babi, Solopos berupaya

memberitakan secara positif setiap tindakan yang dilakukan pemerintah lokal. Solopos

berupaya menunjukkan pada pembaca tentang berbagai upaya penanganan flu babi

sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi. Dengan

menginformasikan hal tersebut, Solopos menggiring persepsi pembaca untuk

membenarkan tindakan pemerintah.

Dalam pemberitaan Solopos, upaya penanganan flu babi yang dilakukan oleh

pemerintah terbagi dalam dua bagian yaitu upaya pencegahan atau antisipasi dan upaya

penanganan terhadap pasien flu babi. Oleh Solopos, upaya penanganan ini

digambarkan sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu

babi. Hal tersebut menjadi wacana kedua yang ada dalam teks berita Solopos yang

menjadi sampel penelitian. Wacana tersebut dibuktikan dengan adanyanya elemen-

elemen wacana yang menonjol yang akan dijabarkan berikut.

1. Berita 1

Page 100: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Elemen wacana yang menonjol dan mendukung wacana adanya upaya

penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi

isu flu babi pada teks berita edisi ini tampak pada judul dan isi berita.

Judul

Soloraya siaga flu babi

Judul yang menjadi headline dalam pemberitaan solopos edisi 29 April 2009

ini menggunakan leksikon “siaga” menunjukkan bahwa secara eksplisit pemerintah

Soloraya menanggapi isu flu babi sebagai suatu hal yang serius yang secepatnya

harus diambil tindakan. Leksikon “siaga” sendiri mempunyai sinonim dengan siap

sedia; siap dan selalu awas (Badudu dan Zain, 1996: 1312). Solopos menggunaan

leksikon “siaga” untuk menguatkan wacana yang ditampilkan.

Judul yang mendukung wacana diatas dipertegas kembali pada bagian lead

yang ada dalam teks berita.

Pemerintah kabupaten/kota di wilayah Soloraya siaga flu babi, menyusul penyebaran virus H1N1 (flu babi) di sejumlah negara.

(kalimat 1, paragraf 1)

Penggunaan kalimat pemerintah kabupaten/ kota di wilayah Soloraya

membentuk wacana kepentingan lokal pemerintah. Selain itu, pada bagian lain yang

masih satu rangkaian dengan judul yaitu bagian grafis terdapat foto petugas Dispertan

Sukoharjo melakukan penyemprotan desinfektan. Foto tersebut secara eksplisit

menunjukkan bukti bahwa pemerintah memang serius dalam menanggapi isu flu

babi.

Page 101: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Elemen menonjol lainnya ada pada isi berita dimana terdapat pernyataan

Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan

Kota (DKK) Solo, Titiek Kadarsih yang secara implisit menegaskan keseriusan

pemerintah lokal dalam upaya penanganan flu babi karena meskipun pemerintah

pusat belum memberikan instruksi namun sudah tanggap terhadap adanya flu babi.

…Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Titiek Kadarsih, mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya memang belum menerima instruksi apapun dari Departemen Kesehatan, terkait upaya antisipasi penyebaran virus flu babi.

(kalimat 1, Paragraf 6)

Teks berita lainnya yang terdapat pada isi merupakan bukti konkret yang

secara eksplisit dan detil membentuk wacana adanya upaya penanganan flu babi

sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi. Bukti

tersebut yaitu:

Di Sukoharjo, Dispertan setempat, melakukan penyemprotan desinfektan ke sejumlah peternakan babi… Tak hanya itu, tiga unit tim gerak cepat juga telah diterjunkan untuk memantau kebersihan dan kesehatan ternak.

(kalimat 1 dan 3, paragraf 7)

Dinkes Klaten menyiapkan Tamiflu dalam dosis yang cukup di seluruh Puskesmas yang ada.

(kalimat 3, paragraf 8)

Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Klaten, drg Agus Susanto menerangkan, Puskesmas tetap akan siaga untuk mengantisipasi menyebarnya virus H1N1 ke manusia.

Page 102: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

(kalimat 4, paragraf 8)

Pada bagian lain, Dinas Peternakan, Perikanan dan Laut Kabupaten Wonogiri memperketat lalu lintas ternak khususnya babi.

(kalimat 1, paragraf 9)

Selain elemen maksud, elemen lain yang menonjol dan mendukung wacana

adalah elemen stilsitik yaitu leksikon. Ini terlihat dalam teks berita berikut.

Demikian halnya di Sragen, Disnakkan memperketat pengawasan terhadap seluruh sentra peternakan babi yang ada di wilayah Bumi Sukowati.

(kalimat 1, paragraf 10)

Leksikon “memperketat” mempunyai sinonim dengan mempersempit;

mempererat (Badudu dan Zain, 1996: 686). Solopos menggunaan leksikon

“memperketat” untuk mendukung wacana adanya upaya penanganan flu babi

sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi.

2. Berita 2

Elemen wacana menonjol pada teks berita ini terdapat dalam lead dan isi

berita.

Lead

Sejumlah daerah di wilayah Soloraya memperketat pengawasan terhadap peternakan dan peredaran daging babi untuk mengantisipasi masuknya virus flu babi.

(kalimat 1, paragraf 1)

Page 103: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Lead tergolong dalam teras berita apa (what lead) yaitu lead yang lebih

menekankan pada peristiwa yang terjadi (AS Haris Sumadiria, 2006: hal. 128-146).

Lead ini secara eksplisit digunakan untuk mendukung konstruksi wacana adanya

upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam

menanggapi isu flu babi.

Pada isi berita dijabarkan secara detil upaya antisipasi apa saja yang telah

dilakukan pemerintah lokal untuk secara eksplisit menunjukkan keseriusannya dalam

menanggapi isu flu babi.

Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Solo, Rabu (29/4), lakukan penyemprotan desinfektan terhadap babi-babi yang akan dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) setempat.

(kalimat 1, paragraf 2)

Sementara itu, pengawasan ketat untuk pencegahan penularan virus flu babi juga dilakukan Bandara Adi Soemarmo. Bandara bertaraf internasional itu sudah dilengkapi alat pendeteksi suhu tubuh. Alat itu selalu diaktifkan pada saat ada kedatangan penumpang dari luar negeri.

(kalimat 1-3, paragraf 4)

Sementara itu, Subdin Peternakan Dispertan Klaten memfokuskan pengawasan peternakan babi di lima kecamatan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya virus flu babi. Bahkan, Subdin Peternakan juga membagikan desinfektan kepada peternak babi di lima kecamatan tersebut.

(kalimat 1-2, paragraf 6)

…pihaknya juga melakukan pengawasan lalu lintas babi. Semua ternak babi yang masuk harus disertai surat kesehatan dari Dinas Peternakan Provinsi. Sedangkan, ternak yang keluar juga harus menggunakan surat kesehatan tersebut karena jika tidak disertai surat tersebut maka ternak akan sulit dipasarkan.

Page 104: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

(kalimat 1-3, paragraf 8)

…Disnakkan secara resmi telah menyebarkan surat edaran tentang flu babi kepada semua peternak babi dan pihak terkait. Para peternak diminta terus waspada terhadap perkembangan kasus penyakit tersebut. Sejauh ini, langkah pencegahan yang dianjurkan antara lain peningkatan bio security kandang dan lingkungan, mewaspadai babi-babi yang berasal dari luar daerah.

(kalimat 1-3, paragraf 11)

…Dinkes Kabupaten Grobogan telah menyediakan 8.000 tablet tamiflu untuk mengantisipasi serangan virus flu babi ke manusia. Jumlah tablet tamiflu tersebut, 6.000 tablet di antaranya sudah disebar di 30 Puskesmas yang ada di kabupaten setempat.

(kalimat 1-2, paragraf 13)

3. Berita 3

wacana adanya upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan

pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi terdapat pada bagian judul, lead

maupun isi.

Judul

Soloraya tingkatkan antisipasi flu babi

Sebagai bentuk keseriusan, maka dilakukan upaya penanganan flu babi mulai

dari level pencegahan. Upaya tersebut dengan melakukan peningkatan antisipasi virus

flu babi. Kalimat yang terdapat pada judul tersebut kemudian diperjelas secara detil

melalui lead.

Page 105: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Kerja sama lintas daerah di wilayah Soloraya ditingkatkan, guna mengantisipasi masuknya virus H1N1 atau flu babi ke wilayah itu.

(kalimat 1, paragraf 1)

Wujud konkret dari upaya tersebut dijelaskan diperlihatkan Solopos melalui

elemen detil dan maksud yang menonjol pada isi berita. Elemen maksud disini adalah

maksud yang eksplisit dalam teks berita.

Di Solo, pengawasan ketat dilakukan terhadap babi yang bakal dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) khusus babi. Sebelumnya, Kepala Dispertan Solo, drh Weni Ekayanti, Selasa (27/4), mengatakan pengawasan terhadap peredaran daging babi terus dilakukan.

(kalimat 1-2, paragraf 2)

Di samping itu, juga dilakukan pengawasan (herkliring) untuk daging babi dari luar Solo dan di restoran maupun rumah makan.

(kalimat 1, paragraf 3)

“Lalu lintas di daerah perbatasan akan diperketat walau saat ini pemerintah Indonesia telah menerapkan pengetatan di bandara,”…

(kalimat 3, paragraf 7)

…bangsal isolasi juga sudah disiapkan seperti penanganan kasus flu burung. Di Klaten, Dispertan Kabupaten Klaten, pada Kamis menyemprot ribuan ternak babi yang ada di wilayah setempat. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo membentuk 12 posko siaga flu babi di tiap kecamatan.

(kalimat 1-3, paragraf 8)

Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Solopos membentuk upaya

penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi

isu flu babi melalui teks beritanya.

Page 106: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

4. Berita 4

Elemen wacana yang menonjol pada edisi ini tampak pada isi berita. Elemen

wacana yang ditonjolkan untuk mendukung wacana adalah elemen wacana semantik

berupa maksud dan detil serta elemen wacana sintaksis dengan penggunaan

koherensi.

Elemen wacana sintaksis yang digunakan adalah penggunaan koherensi

“namun” yang menyatakan hubungan pengingkaran. Pada teks berita penggunaan

koherensi “namun” ini memiliki makna positif yang menonjolkan upaya keseriusan

pemerintah.

”Kedua pasien dalam keadaan baik namun masih diisolasi di rumah sakit.” (kalimat 2, paragraf 4)

elemen Semantik yang juga menonjol dalam teks berita ini adalah elemen

maksud dan detil. Elemen ini terangkai menjadi satu dengan elemen skematik, yaitu

kutipan pernyataan dari Menkes Siti Fadila Supari yang menjadi nara sumber pada

berita ini. Ini terlihat pada beberapa teks berita berikut,

Ia menambahkan, kedua pasien tersebut baru diizinkan keluar dari ruang isolasi rumah sakit setelah dinyatakan negatif atau sembuh dari infeksi virus influenza A (H1N1). Hal itu, menurut dia, dilakukan untuk mencegah virus influenza A (H1N1) menyebar cepat dalam masyarakat seperti yang terjadi di beberapa negara tetangga.

(kalimat 1-2, paragraf 5)

Page 107: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Menkes menjelaskan, pemerintah meningkatkan kewaspadaan sehubungan dengan adanya dua kasus baru tersebut dan laporan penularan flu baru di negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam.

(kalimat 1, paragraf 9)

Pada teks berita yang ada di paragraf lima, tampak adanya bentuk kehati-

hatian pemerintah terhadap penanganan pasien pasitif flu babi. Pemerintah

memberikan perhatian khusus agar tidak terjadi penyebaran virus flu babi. Ini

mendukung upaya penanganan flu babi sebagi wujud keseriusan pemerintah

menanggapi isu flu babi.

Detil pernyataan Menkes tentang langkah penanganan flu babi secara eksplisit

menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam upaya penanganan flu babi. Detil

tersebut kemudian dikuatkan dengan kutipan langsung Menkes guna melaksananakan

upaya penanganan flu babi.

”Surat edaran terkait dengan kasus baru akan dikirim ke daerah. Aktivitas di semua fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan laboratorium ditingkatkan.” (kalimat 2, paragraf 9)

Pernyataan tersebut secara eksplisit ditunjukkan dengan bukti sudah

dilakukannya upaya penanganan flu babi pada level antisipasi atau pencegahan yang

menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam kesiapannya mengantisipasi flu babi.

Pemerintah, kata dia, juga meningkatkan kesiapan logistik, sumber daya manusia dan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah mengaku persediaan tamiflu dinyatakan cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Page 108: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

(kalimat 1-2, paragraf 10)

5. Berita 5

Elemen wacana yang mendukung tampak dari kutipan langsung pernyataan

Menkes tentang upaya penanganan flu babi dan detil upaya peningkatan kewaspadaan

yang terdapat pada isi berita.

”Surat edaran terkait kasus baru kembali dikirim ke daerah supaya mereka meningkatkan kewaspadaan. Aktivitas di semua fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan laboratorium juga ditingkatkan,”…

(kalimat 2-3, paragraf 5)

6. Berita 6

Bukti wacana adanya upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan

pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi terlihat dari seluruh bagian dalam

teks berita Solopos edisi ini yaitu pada judul, lead maupun isi berita.

Judul: Flu babi mengganas Masuk RI, pendatang wajib pakai masker

Dari judul diatas secara eksplisit, menunjuk wacana keseriusan pemerintah

dalam penanganan flu babi. Leksikon “wajib” dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia bersinonim dengan perlu dan mesti (Badudu dan Zain, 1996: 1616).

Solopos lebih menggunakan leksikon “wajib” untuk menguatkan keseriusan

pemerintah dalam penanganan flu babi.

Page 109: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Selain pada judul, bukti lain terdapat pada lead. Lead menjelaskan upaya

penanggulangan flu babi oleh pemerintah. Lead ini digunakan untuk mendukung

konstruksi wacana adanya upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan

pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi.

Cepatnya penyebaran virus penyakit influenza A (H1N1) atau flu babi memaksa pemerintah menerapkan prosedur tetap penanggulangan penyakit. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mewajibkan pendatang dari negara yang terdampak flu babi untuk menggunakan masker minimal tiga hari sejak kedatangan.

(kalimat 1-2, paragraf 1)

Bentuk kalimat aktif pada kalimat “…memaksa pemerintah menerapkan…”

menonjolkan subyek. Menegaskan posisi pemerintah sebagai tandem Solopos dalam

mengkonstruksi wacana. Leksikon “memaksa” mempunyai konotasi positif bagi

pemerintah yaitu mendukung keseriusan pemerintah dalam penanganan flu babi.

Bukti lain mengenai keseriusan pemerintah ini ada pada bagian isi berita

dimana detil langkah penanggulangan penyakit mendukung wacana keseriusan

tersebut.

Cepatnya penyebaran virus penyakit influenza A (H1N1) atau flu babi memaksa pemerintah menerapkan prosedur tetap penanggulangan penyakit.

(kalimat1, paragraf 1)

Elemen detil lainnya adalah detil upaya pemerintah dalam penanganan flu

babi. Koherensi kondisional yang digunakan adalah penjelas yang memberi kesan

Page 110: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

positif bagi pemerintah. Hal ini digunakan untuk menguatkan wacana keseriusan

pemerintah dalam penanganan flu babi.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah mewajibkan pendatang dari negara yang terdampak flu babi untuk menggunakan masker minimal tiga hari sejak kedatangan.

(kalimat 2, paragraf 1)

Kesimpulan wartawan dari pernyataan Menkokesra, Aburizal Bakrie terkait

upaya penanganan antisipasi flu babi serta detil upaya antisipasi flu babi juga

mendukung wacana keseriusan pemerintah dalam penanganan flu babi.

Semua pendatang dari negara terdampak flu A (H1N1), kata dia, akan diwajibkan melewati alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) yang dipasang di bandara internasional, mengisi kartu kewaspadaan kesehatan (Health Allert Card) dan mengenakan masker selama minimal tiga hari sejak kedatangan.

(kalimat 1, paragraf 5)

Elemen skematik lainnya yang menonjol berupa kesimpulan wartawan dari

pernyataan Menkokesra dan Menhub yang secara eksplisit menguatkan upaya

antisipasi flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam menanggapi isu flu

babi.

Departemen Perhubungan, kata dia, juga akan menyampaikan pemberitahuan kepada seluruh awak penerbangan dan pelayaran untuk meningkatkan kewaspadaan penumpang terhadap penularan penyakit influenza baru yang pertama kali merebak di Meksiko itu.

(kalimat 1, paragraf 7)

Page 111: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Sementara Menteri Perhubungan Jusman Sjafii Djamal menyatakan, Departemen Perhubungan akan menyampaikan peringatan kepada awak pesawat dan kapal yang melalui negara-negara terdampak penyakit influenza A (H1N1).

(kalimat 1, paragraf 9)

Kesimpulan wartawan tersebut dikuatkan dengan adanya detil kutipan

langsung pernyataan Menhub Jusman Syafii Djamal tentang upaya penanganan flu

babi.

”Kami akan sampaikan notice to airman, peringatan kepada awak pesawat, dan maklumat pelayaran kepada awak kapal untuk mewaspadai penyakit ini dengan meminta semua penumpang mengisi kartu kewaspadaan kesehatan.”

(kalimat 1, paragraf 10)

7. Berita 7

Berita edisi ini menonjolkan elemen maksud, detil dan skematik yang ada

pada isi berita untuk menunjukkan keseriusan pemerintah. Teks berita yang

mengandung elemen wacana yang menonjol tersebut yaitu:

Ia mengatakan pihaknya belum bisa memprediksi kecenderungan penularan influenza A (H1N1) baru yang sudah menjadi pandemi global tersebut. Depkes, kata dia, masih mengumpulkan data pemantauan penyakit (surveilans) serupa influenza (Influenza Like Illness/ILI) pada rumah sakit dan Puskesmas yang dijadikan sebagai pusat surveilans (sentinel) untuk melihat kecenderungan-nya.

(kalimat 1-2, paragraf 3)

Adanya sikap pemerintah yang tidak mau gegabah dalam memprediksi

kecenderungan penularan flu babi secara implisit menunjukkan bahwa pemerintah

Page 112: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

sangat berhati-hati dalam penanganan flu babi. Kehati-hatian ini merupakan bentuk

dari keseriusan pemerintah dalam upaya penanganan flu babi. Bentuk pernyataan

sikap pemerintah yang lain juga ditunjukkan secara konkret oleh Solopos melalui

langkah-langkah yang diambil pemerintah yang dijelaskan melalui teks berita

selanjutnya.

Pemerintah mengimbau masyarakat yang baru pulang dari negara-negara yang terjangkit dan mengalami gejala flu segera melapor dan memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.

(kalimat 1, paragraf 7)

Atau melapor ke Posko KLB melalui telepon ke nomor 021-4257125, faksimili ke nomor 021-42877588 atau surat elektronik ke alamat [email protected].

(kalimat 2, paragraf 7)

Elemen skematik yang ada pada teks berita ini berupa kesimpulan wartawan

dari pernyataan Ketua Tim Penanganan Flu Burung dan Flu Babi Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Solo, dr Reviono SpP yang secara eksplisit

mendukung wacana kesiapan dalam menghadapi wabah flu babi.

Kesiapan itu di antaranya tersedianya enam ruang isolasi untuk penanganan pasien.

(kalimat 2, paragraf 12)

8. Berita 8

Page 113: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Detil antisipasi penularan flu babi yang ada pada isi berita edisi ini

menunjukkan wacana upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan

pemerintah dalam menanggapi isu flu babi.

Sementara itu, tiga keluarga korban yang bermukim di kawasan Depok, Sleman diawasi secara intensif. Selain dilarang meninggalkan rumah selama dua pekan, keluarga diminta mengenakan masker meski di dalam rumah.

(kalimat 1-2, paragraf 2)

9. Berita 9

Elemen wacana detil yang ditonjolkan pada bagian isi menjelaskan

antisipasi penularan flu babi yang dilakukan pemerintah.

Demi menghindari penularan yang cepat, kata dia, keluarga suspect yang berada di rumah menjalani isolasi pula. Mereka wajib pakai masker, tidak boleh keluar rumah dan diawasi oleh petugas kesehatan.

(kalimat 1-2, paragraf 4)

10. Berita 10

Teks berita Solopos edisi ini menonjolkan elemen wacana yang tertuang

dalam isi beritanya. Berita-berita tersebut yaitu:

Namun, lanjut Menkes, pemerintah tetap menjalankan upaya pencegahan untuk mengendalikan penyebaran penyakit influenza baru.

(kalimat 1, paragraf 5)

Page 114: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Elemen skematik berupa kutipan tidak langsung pernyataan Menkes

menunjukkan bahwa upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah memang

serius. Selain elemen skematik, elemen detil dan maksud yang eksplisit tentang upaya

penanganan penyakit juga turut mendukung wacana.

…upaya pengendalian penyakit itu antara lain dilakukan dengan memasang alat pemindai suhu tubuh di setiap pintu kedatangan penumpang internasional serta mewajibkan semua penumpang yang datang dari negara terdampak influenza A (H1N1) mengisi kartu waspada kesehatan (health allert card) dan mengenakan masker selama minimal tiga hari sejak kedatangan mereka di Indonesia untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan.

(kalimat 2, paragraf 5)

…pemerintah juga memberikan obat antivirus oseltamivir atau tamiflu kepada pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus influenza A.

(kalimat 1, paragraf 6)

Wacana upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah

menanggapi isu flu babi juga ditegaskan secara eksplisit melalui kalimat teks berita.

Sementara di Pemkot Balikpapan memperketat pengawasan jalur kedatangan WNA melalui Bandara Sepinggan, menyusul kasus flu babi yang menimpa RH, 26, warga negara Amerika Serikat serta FC, 41, warga negara Prancis.

(kalimat 1, paragraf 14)

11. Berita 11

Bukti wacana yang ada pada teks berita ini ditunjukkan melalui elemen detil

upaya antisipasi pada isi berita.

Page 115: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo memperketat pengawasan kepada TKI asal daerah setempat yang baru pulang dari luar negeri. Bagi TKI yang mudik diminta melapor ke aparat desa setempat.

(kalimat 4-5, paragraf 11)

…Bandara Adi Soemarmo Solo, meningkatkan kewaspadaan terhadap seluruh penumpang yang baru tiba dari luar negeri. Bahkan, saat ini jumlah petugas yang memantau penumpang di Terminal Kedatangan Internasional, ditambah empat petugas dari sebelumnya hanya dua orang.

(kalimat 1-2, paragraf 13)

12. Berita 13

Terdapat satu paragraf yang menonjolkan elemen wacana maksud dan detil

guna menunjukkan adanya wacana upaya penanganan flu babi sebagai wujud

keseriusan pemerintah dalam menanggapi isu flu babi secara eksplisit.

Sementara itu, pegawai Unit Bagian Imigrasi Bandara Adi Soemarmo, wajib mengenakan masker ketika berada di wilayah bandara, terutama saat berinteraksi dengan penumpang yang baru tiba dari luar negeri.

(kalimat 1, paragraf 10)

13. Berita 15

wacana upaya penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah

dalam menanggapi isu flu babi dibuktikan melalui judul yang digunakan. Judul

tersebut secara eksplisit menunjukkan pemerintah serius dalam menangani pasien flu

babi dengan melakukan perawatan intensif.

Judul:

Page 116: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

§ Diduga suspect flu babi 4 Pasien dirawat intensif

Pada bagian grafis juga terdapat bukti berupa foto salah satu pasien RSUD

Sragen yang diduga suspect flu babi mendapatkan perawatan intensif dalam

penanganan flu babi.

Sedangkan pada bagian isi, keseriusan pemerintah dalam penanganan flu

babi diperlihatkan oleh Solopos dengan sikap pemerintah yang sangat berhati-hati

dalam menangani pasien yang diduga terinfeksi virus flu babi. Ini terlihat melalui

elemen skematik yang ditonjolkan berupa kutipan pernyataan dari Wakil Direktur

Bidang Pelayanan Medis (Wadir Yanmed) RSUD, Djoko Sugeng tentang hasil

diagnosa pasien yang diduga terinfeksi flu babi dan pernyataan Lulus Budiarto, salah

satu dokter yang menangani pasien yang diisukan suspect flu babi bahwa

pemeriksaan lanjutan masih dilakukan sehingga belum dapat diambil kesimpulan

tentang penyakit yang diderita pasien.

“Memang awalnya terdengar kabar suspect flu babi. Namun, hasil diagnosa sementara belum mengarah ke sana. Keempat pasien itu hanya mengalami febris atau demam tinggi,”…

(kalimat 1-3, paragraf 4)

Sejauh ini, pihaknya belum berani mengambil kesimpulan soal penyakit yang diderita keempat pasien.

(kalimat 2, paragraf 6)

“Kami masih melakukan pemeriksaan lanjutan. Kami belum berani mengambil kesimpulan,”…

(kalimat 2, paragraf 7)

Page 117: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

C. Wacana Kritikan terhadap Buruknya Kinerja Pemerintah Pusat dalam

Penanganan Flu Babi

Berbeda dengan pemerintah lokal yang dalam teks berita Solopos

digambarkan mempunyai sikap serius dalam penanganan flu babi, pemerintah pusat

dalam pemberitaan Solopos justru digambarkan mempunyai kinerja yang buruk. Hal ini

tercermin lewat teks berita Solopos yang menonjolkan elemen yang lebih beragam.

Elemen-elemen wacana tersebut adalah elemen skematik, semantik, stilistik dan

sintaksis. Penonjolan elemen wacana tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Berita 7

Elemen wacana skematik, semantik, stilistik dan sintaksis yang mendukung

wacana buruknya kinerja pemerintah pusat dalam penanganan flu babi tampak pada

bagian judul dan isi berita.

Judul

Flu babi menjadi-jadi Menkes dinilai terlambat mengantisipasi

Judul tersebut menjadi headline dalam pemberitaan edisi ini. Judul tersebut

secara eksplisit membentuk wacana buruknya kinerja pemerintah pusat dalam

penanganan flu babi. Penggunaan Leksikon “terlambat” memberikan kesan negatif

Page 118: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

pada pemerintah khususnya Menkes. Solopos berupaya secara eksplisit mengkritik

kinerja pemerintah pusat.

Selain pada judul, kritikan terhadap buruknya kinerja pemerintah pusat juga

digambarkan oleh Solopos secara eksplisit melalui pernyataan yang diungkapkan

pemerintah melalui Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Depkes.

Ia mengatakan pihaknya belum bisa memprediksi kecenderungan penularan influenza A (H1N1) baru yang sudah menjadi pandemi global tersebut. Depkes, kata dia,…

(kalimat 1-2, paragraf 3)

Dalam pernyataan tersebut, solopos menggambarkan lambatnya penanganan

kasus oleh pemerintah pusat. Solopos menggunakan kata ganti “ia” dan “dia” untuk

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes,

menunjukkan Solopos tidak berada di pihak pemerintah. Solopos memposisikan diri

sebagai oposan pemerintah. Hal ini mendukung wacana kritikan terhadap buruknya

kinerja pemerintah pusat dalam penanganan flu babi.

Pernyataan lain yang mendukung upaya Solopos mewacanakan kritikan

terhadap kinerja pemerintah pusat yang buruk ditampilkan melalui pernyataan

Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus yang berseberangan dengan pemerintah.

Terpisah, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kesehatan menilai Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari terlambat dalam mengantisipasi masuknya virus influenza A H1N1 (flu babi) ke Indonesia. ”Kami sudah lama mengingatkan bahwa masyarakat kita dalam keadaan bahaya, tapi

Page 119: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Menkes justru mengatakan virus itu sulit masuk ke Indonesia,” kata Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus SH, di Surabaya, Sabtu.

(kalimat 1-2, paragraf 8)

Dalam teks berita diatas, Solopos secara eksplisit menegaskan tentang buruk

kinerja pemerintah pusat dalam penanganan flu babi. Penegasan ini juga dikuatkan

dengan penggunaan koherensi pengingkaran “tapi” yang menunjukkan lambatnya

upaya penanganan flu babi oleh peemrintah pusat. Koherensi lain yang digunakan

dalam teks berita adalah “namun” yang terlihat pada teks berita dibawah ini:

Namun, sambung dia, pernyataan Menkes itu kini terbantah dan Menkes sudah terlambat saat mengumumkan status waspada virus influenza A H1N1 pada 12 Juni 2009 lalu.

(kalimat 1, paragraf 9)

Penggunaan Leksikon “terlambat” juga memberikan kesan negatif pada

pemerintah pusat. Solopos menggunakan leksikon ini untuk mengkritik kinerja

pemerintah pusat yang buruk, karena pemerintah pusat terlambat mengambil tindakan

akibatnya membahayakan masyarakat.

Pernyataan dari Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus tersebut juga

didukung oleh pernyataan lain yang datang dari Ketua Tim Penanganan Flu Burung

dan Flu Babi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Solo, dr Reviono

SpP.

Ia juga mengatakan jika penularan flu H1N1 antarmanusia sudah terjadi di Indonesia, semestinya dinas kesehatan beserta jajarannya harus bisa mendeteksi secara akurat adanya suspect flu babi.

(kalimat 3, paragraf 12)

Page 120: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

2. Berita 13

Wacana kritikan terhadap buruknya kinerja pemerintah pusat dalam

penanganan flu babi pada pemberitaan edisi ini terdapat dalam isi berita. Dalam isi

berita tersebut terdapat elemen skematik yaitu pernyataan Menkes yang secara eksplisit

menunjukkan ketidakberdayaan pemerintah dalam meminimalisir penyebaran virus flu

babi.

“Yang jelas sekarang hampir semua kepulauan telah kemasukan, karena kita tidak bisa menolak turis-turis asing,” kata Menkes di Jakarta, Selasa…

(kalimat 2, paragraf 2)

D. Wacana Kekhawatiran Terhadap Isu Flu Babi

Wacana kekhawatiran ini datang dari pihak pemerintah maupun masyarakat

akan adanya isu merebaknya virus flu babi. Wacana ini terdapat dalam tiga buah berita

Solopos yang menjadi sampel penelitian.

1. Berita 1

Dalam berita edisi ini, Solopos menggambarkan kekhawatiran masyarakat

yang diwakili oleh pengusaha ternak babi akan adanya isu merebaknya virus flu babi.

Penggambaran ini ditonjolkan dengan elemen wacana skematik yaitu pernyataan dari

mugimin yang merupakan salah seorang pengusaha ternak babi yang secara eksplisit

menunjukkan rasa kekhawatiran dan keresahannya dengan adanya isu flu babi.

Page 121: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Salah satu pengusaha ternak babi di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Mugimin, mengaku isu flu babi tersebut cukup meresahkan para peternak babi lokal di Bendan yang sekarang ini tercatat sekitar 30 peternak.

(kalimat 2, paragraf 8)

2. Berita 3

Wacana kekhawatiran terhadap flu babi tampak pada judul, lead dan isi

berita.

Judul

Soloraya tingkatkan antisipasi flu babi

Dari judul yang digunakan secara implisit menunjukkan adanya

kekhawatiran pemerintah Soloraya terhadap isu flu babi sehingga melakukan

peningkatan antisipasi flu babi guna mencegah flu babi masuk ke wilayah Soloraya.

Hal tersebut kemudian dijabarkan secara detil pada bagian lead.

Lead

Kerja sama lintas daerah di wilayah Soloraya ditingkatkan, guna mengantisipasi masuknya virus H1N1 atau flu babi ke wilayah itu.

(kalimat 1, paragraf 1)

Pada bagian isi berita, Solopos menggambarkan kekhawatiran terhadap flu

babi melalui peringatan pemerintah tentang bahaya flu babi yang secara implisit

menunjukkan adanya kekhawatiran pemerintah terhadap penularan virus flu babi.

Page 122: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

...pemerintah memperingatkan warga tidak melakukan perjalanan ke Meksiko menyusul peningkatan status waspada pandemi influenza dari fase empat ke fase lima oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

(kalimat 1, paragraf 9)

3. Berita 5

Bukti yang mendukung wacana kekhawatiran terhadap flu babi terlihat

dalam paragraf yang ada pada isi berita.

Pemerintah Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengimbau pelajar untuk tidak berlibur ke Singapura dan Malaysia agar terhindar dari virus influensa A (H1N1) yang menyerang kedua negara tetangga itu.

(kalimat 1, paragraf 6)

Adanya Imbauan dari pemerintah tersebut secara implisit menunjukkan

adanya kekhawatiran di pihak pemerintah akan merebaknya virus flu babi.

Page 123: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berita dipandang sebagai hasil konstruksi realitas penulisnya. Peristiwa yang

sama dapat dikonstruksikan berbeda pada berita. Dengan kekuatan media

merekonstruksi dan mendekonstruksi peristiwa menjadi sebuah teks berita, dapat

membangun wacana tertentu dalam benak pembaca. Begitu pula yang terjadi dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengapresiasi dan menafsirkan

bagaimana konstruksi realitas flu babi dibentuk dalam pemberitaan Solopos.

Berdasarkan analisis teks berita mengenai flu babi, diketahui bahwa Solopos

mengkonstruksikan flu babi dalam pemberitaannya sebagai suatu virus yang berbahaya.

Konstruksi ini terlihat dalam strategi Solopos membentuk wacana flu babi sebagai virus

yang berbahaya dengan penggunaan leksikon yang menunjukkan seberapa bahayanya

virus flu babi seperti leksikon “siaga”, “ganas”, “jangkiti” dan “menjadi-jadi” pada

judul beritanya.

Strategi lain yang digunakan Solopos untuk mengkonstruksi flu babi sebagai

virus berbahaya adalah dengan menempatkan pemberitaan mengenai bahayanya virus

flu babi sebagai headline dengan judul yang menarik seperti:

o Soloraya siaga flu babi

o Flu babi menjadi-jadi

Menkes dinilai terlambat mengantisipasi

o Indonesia KLB flu babi

Page 124: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

o Semua pulau terjangkit

Solopos menggunakan elemen skematik yaitu berupa kutipan pernyataan dari

narasumber yang menjelaskan secara eksplisit dan detil bahwa flu babi merupakan

virus yang berbahaya. Kutipan pernyataan ini datang dari menteri kesehatan, direktur

LBH kesehatan dan Ketua Tim Penanganan Flu Babi RSUD Dr Moewardi.

Solopos menunjukkan secara detil berbagai tindakan yang dilakukan

pemerintah berkaitan dengan isu flu babi yang mempunyai maksud implisit bahwa flu

babi merupakan virus yang berbahaya. Tindakan tersebut antara lain adanya

pengawasan terhadap ternak babi, pengetatan terhadap pendatang yang masuk ke

Indonesia dimana para para pendatang wajib menggunakan masker minimal selama

tiga hari, melewati alat pendeteksi tubuh dan mengisi kartu kesehatan. Pemerintah juga

melakukan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan kunjungan ke negara

terdampak flu babi.

Solopos juga membangun wacana adanya upaya penanganan flu babi sebagai

wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu flu babi. Wacana ini

menegaskan bahwa Solopos cenderung berpihak pada pemerintah lokal. Hal tersebut

terlihat dalam porsi pemberitaan Solopos yang lebih banyak memberitakan berbagai

upaya yang dilakukan pemerintah lokal. Wacana ini dikonstruksikan melalui pemilihan

judul yang menarik, penggunaan leksikon tertentu seperti leksikon “siaga”. Penggunaan

grafis berupa foto petugas yang melakukan penyemprotan desinfektan di kandang babi.

Elemen detil digunakan dalam mengkonstruksi wacana adanya upaya

penanganan flu babi sebagai wujud keseriusan pemerintah lokal dalam menanggapi isu

flu babi. Elemen detil ini terbagi menjadi dua bagian yaitu detil dalam antisipasi dan

Page 125: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

detil dalam penanganan pasien. Pada detil antisipasi, Solopos menjabarkan upaya-

upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah lokal seperti penyemprotan desinfektan,

menyiapkan tamiflu, memperketat lalu lintas ternak dan menyebarkan surat edaran

tentang flu babi kepada masyarakat. Sedangkan penggunaan elemen detil dalam

penanganan pasien adalah dengan melakukan perawatan intensif pada pasien terinfeksi

maupun diduga terinfeksi virus flu babi dengan menempatkan pasien pada ruang

isolasi.

Wacana lain yang terdapat dalam teks berita Solopos dan mendukung

konstruksi realitas flu babi adalah wacana kritikan terhadap buruknya kinerja

pemerintah pusat dalam penanganan flu babi. Wacana ini terlihat jelas melalui

penggunaan elemen wacana skematik, semantik, stilistik dan sintaksis. Pada elemen

wacana skematik ditunjukkan dengan pernyataan direktur LBH kesehatan yang

menyayangkan tindakan pemerintah yang terlambat dalam penanganan flu babi.

Pernyataan lain juga muncul dari menteri kesehatan bahwa hampir semua kepulauan

telah terjangkit virus flu babi, karena pemerintah tidak bisa menolak kedatangan turis-

turis asing.

Pada elemen sintaksis adanya penggunaan koherensi “namun” dan “tapi”

yang mempunyai makna negatif terhadap tindakan yang telah dilakukan pemerintah

menunjukkan bahwa Solopos mengkonstruksikan kalimat pada teks beritanya untuk

mengkritik buruknya kinerja pemerintah pusat. Penggunaan leksikon “terlambat” juga

digunakan pada teks berita Solopos untuk mengkonstruksikan kinerja pemerintah pusat

yang buruk.

Page 126: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Wacana terakhir yang ada pada teks berita Solopos adalah kekhawatiran

terhadap isu flu babi. Kekhawatiran ini muncul baik dari pihak pemerintah maupun

masyarakat dengan penggunaan elemen wacana skematik yaitu kutipan pernyataan dari

salah seorang pengusaha ternak babi yang merasa resah akan adanya isu flu babi serta

pernyataan dari pemerintah yang mengimbau serta memperingatkan warga untuk tidak

berlibur ke negara yang terinfeksi flu babi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

· Bagi para peneliti yang hendak melakukan riset mengenai teks berita,

khususnya berita media cetak, penelitian ini dapat dijadikan acuan. Meski

demikian, dapat digunakan pendekatan dan metode penelitian yang berbeda

dengan penelitian ini sehingga bisa memperoleh pemahaman yang lebih luas

lagi dalam menganalisis teks berita.

· Bagi pembaca atau penikmat media cetak, sebaiknya lebih kritis dalam

memaknai apa yang disajikan media cetak. Karena realitas sosial yang terekam

dalam tulisan media cetak belum tentu merupakan realitas sebenarnya. Realitas

tersebut telah melalui proses konstruksi yang menonjolkan dan

menyembunyikan bagian-bagian atau fakta-fakta tertentu.

· Penelitian mengenai teks berita flu babi merupakan suatu kajian yang bersifat

terbuka. Diharapkan ada penelitian sejenis yang berguna menambah referensi

acuan terkait analisis yang sama.

Page 127: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Dandi. 2003. Skripsi Analisis Teks Berita tentang Tragedi WTC dan Pentagon. Diakses tanggal 10 Juli 2009 pukul 13.45 dari http://www.digilib.itb.ac.id/ gdl.php? mod = browse &op= read & id= jiptumm-gdl-s1-2003-dandiadity-

Page 128: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Anggarini, Sylvana. 2008. Konstruksi Realitas Politik dalam Kolom Lincak Solopos

(Analisis Wacana Kritis terhadap Kolom Lincak Bertema Politik di Harian Umum Solopos Periode 1 April 2008- 31 juli 2008). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNS. Solo.

Anto, J. 2007. Media Massa dan Kabar Kebencian itu. Diakses tanggal 4 Juli 2009

pukul 10.30 dari www.demosindonesia.org/ media-massa-konflik-pemekaran/

Badudu, J.S. & Sutan Mohammad zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan BM, Mursito. 2007. Konstruksi Realitas Dalam (Bahasa) Media. Jurnal Komunikasi

Massa Vol. 1 Juli. Diakses tanggal 5 Oktober 2009 pukul 13.05 dari digilib. uns .ac.id/ abstrakpdf_10735_konstruksi-realitas- dalam bahasa--media.pdf

Bungin, Burhan. 2001. Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial

Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Yogyakarta: Jendela Cardoso, Gustavo. 2008. From Mass to Networked Communication: Communicational

Models and the Informational Society. International Journal of Communication. Diakses tanggal 11 Juli 2009 pukul 12.30 dari http://ijoc.org/ojs/index. php/ ijoc/ article/ viewFile/19/178

Centers od Disease Control and Prevention (CDC). 2009. Key Facts About Swine

Influenza (Swine Flu). Diakses tanggal 10 Oktober 2009 pukul 21.04 dari www.cdc.gov/flu/swineflu/key_facts.htm

Centers of Disease Control and Prevention (CDC). 2009. Swineflu. Diakses tanggal 10

Oktober 2009 pukul 21.02 dari www.cdc.gov/ flu/ swineflu/ recommendations.htm

Deptan. 2009. Pandemik Flu Babi. Diakses tanggal 10 Oktober 2009 pukul 21.35 dari

www.peternakan.litbang.deptan.go.id/bagaimana-virus-flu-babi-pandemik-bisamematikan/

Page 129: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Effhar & Dahara

Prize Ekopriyono, Adi. 2007. Objektivitas Media. Diakses tanggal 24 Juli 2009 pukul 08.40

dari www.suaramerdeka.com/harian/ 0707/07/opi04.htm Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: pengantar analisis teks media cet. VII. Yogkayarta:

LkiS Ermanto. 2005. Menjadi Wartawan Handal dan Profesional. Yogyakarta: Cinta Pena. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa Sebuah Studi

Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Yogyakarta: Granit

Hidayat, Dedy N. 1999. Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi. Jurnal

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol. 3 April. Diakses tanggal 2 Desember 2009 pukul 14.44 dari http:// www. digilib. ui. edu/paradigma-penelitian-komunikasi/ pdf/pa

Iskandar, Maskun dan Atmakusumah. 2006. Panduan Jurnalistik Praktis. Jakarta:

Lembaga Pers Dr. Soetomo Keraf, Gorys, 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis

Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana

Lang, Kurt dan Gladys Engel Lang. 2009. Mass Society, Mass Culture, and Mass

Communication: The Meaning of Mass. International Journal of Communication. Diakses tanggal 17 Juli 2009 pukul 13.03 dari www. ijoc. org/ ojs/ index. php/ijoc/article/viewFile/597/407

Page 130: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit erlangga Nurhasanah, Abidin. 2007. Pembelajaran Menulis Teks Drama Dengan Menggunakan

Teknik Transformasi Puisi. Diakses tanggal 4 Januari 2009 pukul 10.13 dari digilib. upi. edu/ pasca/ available/ etd-0108108-104009/

Nurudin. 2005. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR Rakhmat, Jalalludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Riswandi. 2006. Pengantar Komunikasi. Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana Sekararum, Tika. 2009. Waspadai influenza tipe A baru H1N1 RSUD dr Moewardi

bentuk tim khusus. Diakses tanggal 11 Agustus 2009 pukul 17.20 dari http:// edisicetak. solopos.com/ sp_ search_ detail_tamu.asp?id=29982

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Solopos edisi 28 Juli 2009. Kasus flu babi tembus angka 400. Diakses tanggal 11

Agustus 2009 pukul 17.26 dari http:// edisicetak.solopos.com/ sp _search _detail _tamu.asp?id=27264

Sumadiria, Haris. 2006. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media Sutopo, HB. 1988, Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar Teoritis dan Praktis).

Surakarta : UNS Press Wahyuni, Tutik. 1996. Psikolinguistik Sebuah Pengantar. Sukoharjo: Fakultas

Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bantara WHO. 2009. Safety of pandemic (H1N1) 2009 vaccines. Diakses 25 November 2009

pukul 14.45 dari http://www.who.int/ csr/disease/swineflu/ frequently_

Page 131: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id file6. Azizah Fibriana, Dini Septiani, Paramita Sari, Anisa Rohmah, Ajeng dan Luvita sahabat dan saudara tempat peneliti berbagi keluh, kesah, dan bahagia

asked_ questions/ vaccine _preparedness/ safety_ approval/en/index.html

WHO. 2009. Swine influenza. Diakses tanggal 20 September 2009 pukul 16.01 dari

http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2009/h1n1_20090425/en/

WHO. 2009. What is the pandemic (H1N1) 2009 virus?. Diakses tanggal 20 September

2009 pukul 16.04 dari http://www.who.int/ csr/disease/ swineflu/ frequently_ asked_ questions/ about_disease/ en/ index. html

Yahya, Muchlis. 2000. Komunikasi Politik dan Media Massa. Gunung Jati: Semarang Yogo, Yosep. 2009. Jurnalisme Politik dalam Media (Analisis Framing Pemberitaan

Harian Umum Solopos tentang Isu Kampanye). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNS. Solo.