Skripsi anita indra prasta fix

77
ANALISIS PUTUSAN No: 94/Pid.B/2003/PN.Ska TERHADAP PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN (Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelas Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: Anita Indra Prasta NIM: 072211018 JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Transcript of Skripsi anita indra prasta fix

Page 1: Skripsi anita indra prasta fix

ANALISIS PUTUSAN No: 94/Pid.B/2003/PN.Ska TERHADAP

PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PEMBUKTIAN DI

PERSIDANGAN

(Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelas Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

Anita Indra Prasta

NIM: 072211018

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: Skripsi anita indra prasta fix

Drs. H. Eman Sulaeman, M.HTugurejo A3 RT 02/RW 01 Tugu SemarangM. Harun, S.Ag, M.HJl. Mega Permai 2 No. 40, Perum Beringin Koveri. Ngaliyan Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.

Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah

A.n. Sdri. Anita Indra Prasta IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah skripsi saudari :Nama : Anita Indra PrastaNIM : 072211018Jurusan : Jinayah SiyasahJudul Skripsi : Analisis Putusan No: 94/pid.b/2003/PN.Ska

Terhadap Penggunaan Alat Bukti Petunjuk Dalam Pembuktian Di

Persidangan (Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam)

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segeradimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 23 Desember 2011

Page 3: Skripsi anita indra prasta fix
Page 4: Skripsi anita indra prasta fix

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga, skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, keculai

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 26 Januari 2012

Deklarator,

Anita Indra Prasta

Page 5: Skripsi anita indra prasta fix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan alatbukti petunjuk dalam pembuktian di persidangan dipergunakan dengan benar.Penelitian hukum ini merupakan penelitian deskriptif dan apabila dilihat daritujuannya termasuk dalam penelitian dokumentasi. Lokasi penelitian diPengadilan Negeri Klas IA Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah dataprimer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan meliputi:wawancara dan studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen. Analisisyang digunakan yaitu analisis data kualitatif dengan metode interaktif.

Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa penggunaan alat buktipetunjuk dalam putusan perkara korupsi Pengadilan Negeri Klas IA SurakartaNomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska adalah sebagai alat bukti yang terakhir untukmembuktikan kesalahan terdakwa Ruhimat Natadilaga. Penggunaan alat buktipetunjuk dalam putusan perkara korupsi ini sudah sesuai dan telah memenuhisyarat sahnya sebagai alat bukti serta memenuhi prinsip batas minimumsebagaimana diatur dalam KUHAP.

Bahwa dalam penggunaan alat bukti petunjuk terdapat keterangan saksi,surat, keterangan terdakwa, dan petunjuk. Dalam keterangan saksi inilah tidaksemua saksi bisa digunakan, karena dalam persaksian tersebut ada saksi yangdisebut dengan saksi (testimonium de audito) ialah keterangan yang didapat ataudiperoleh dari keterangan orang lain. Ternyata majelis hakim beranggapan bahwasaksi tersebut dijadikan alat butki petunjuk untuk menambah keyakinan hakimdalam memutus suatu perkara sehingga kesalahan terdakwa dapat dibuktikandengan bantuan alat bukti petunjuk.

Saksi testemonium de audito dilakukan dalam persidangan, dan dalamhukum Islam pun ada yaitu saksi istifadhoh (kabar yang tersebar) ialah berita yangmencapai derajat antara mutawatirdan ahad (orang perorangan), yaitu berita yangsudah menyebar dan sudah menjadi berita dikalangan masyarakat. Tetapi dalamhukum Islam saksi istifadhoh bukan merupakan alat bukti langsung, hanyasebagai persangkaan saja dan tidak mempunyai nilai pembuktian sama sekalidalam hukum Islam. walaupun kesaksian tersebut tidak termasuk alat bukti tetapiberpengaruh pada majelis hakim dalam memutus suatu perkara.

Page 6: Skripsi anita indra prasta fix

MOTTO

ه ... واستشهدوا شهيديه مه زجالكم فإن لم يكىوا زجليه فسجل وامسأتان مم

هداء س إحداهما األخسي وال يأب الش هداء أن تضل إحداهما فترك تسضىن مه الش

...إذا ما دعىا

...dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di

antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua

orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa

maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi

keterangan) apabila mereka dipanggil...(QS.Al-Baqarah:282)

Page 7: Skripsi anita indra prasta fix

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Orang tua penulis tersayang (Bpk. Zaenal Arifin Achyak dan Ibu

Munjiyati) yang selalu memberikan semangat, dan motivasi dalam semua

hal terutama dalam menyelesaiakn studi.

Kakak-kakak penulis (Arie Ardi Winata dan Auliya Rahman) dan beserta

seluruh keluarga yang kusayangi yang selalu memberikan semangat.

Seluruh teman-teman SJB ’07 (Udin, Sukron, Arif, Faqih, Fajrin, Ibad,

Nunik, Khumaeni, Tohir, Fahri, Hasan, Setiyanto, Ghufron, dan Nasron),

yang selalu ada dikala susah dan senang selalu memberikan semangat

untuk meraih cita dan asa bersama-sama.

Teman-teman kos Amalia II, yang selalu memberikan motivasi dan

semangat untuk menjalani hari-hari penulis dengan optimis dan tidak

berputus asa.

Seluruh pembaca yang budiman dan pecinta ilmu pengetahuan.

Page 8: Skripsi anita indra prasta fix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala ridhla

dan bimbingan-Nya, petunjuk serta kekuatan yang telah diberikan-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, tidak lupa penulis curahkan

shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga,

shahabat serta para pengikut-Nya yang setia.

Skripsi yang berjudul “Analisis Putusan No: 94/Pid.B/2003?PN.Ska

Terhadap Alat Bukti Petunjuk Dalam Pembuktian (Dalam Perspetif Hukum

Islam)” ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

sarjana strata 1 (S.1) Fakultas Syari’ah Intitut Agama Islam Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-

saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Yang terhormat Dr. H. Imam Yahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo Semarang, yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Drs. H. Eman Sulaeman, M.H selaku dosen pembimbing I, dan H. M. Harun,

S.Ag., M.H, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,

motivasi, masukan, dan saran dengan sangat berharga sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Drs. M. Solek. M.Ag, selaku Ketua Jurusan Siyasah Jinayah yang telah

mengijinkan penulis untuk menyusun skripsi ini.

Page 9: Skripsi anita indra prasta fix

4. Bapak ibu dosen, serta segenap karyawan dan karyawati khususnya di Fakultas

Syari’ah yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Sutarto selaku panitera muda hukum yang telah berkenan mengijinkan

penulis untuk melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta.

6. Bapak dan ibu tercinta yang telah mengasuh, membimbing dan melindungi

serta selalu memberikan do’a dan dukungan moril ataupun materil yang tiada

ternilai harganya.

7. Kakak-kakak penulis yang telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat, sehingga selesai

dalam penyusunan skripsi ini.

Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan apa-apa, kecuali

ucapan terima kasih dan permohonan ma’af. Semoga Allah SWT. menerima dan

meridhlai segala amal perbuatan mereka dan selalu memperoleh rahmat, taufik,

serta hidayah-Nya.

Setelah melalui proses yang panjang, penulis yakin bahwa semua yang

terjadi dalam kehidupan ini penuh dengan hikmah. Alhamdullilah, dengan segala

daya dan upaya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih

banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Walaupun demikian, penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Serta penulis berharap, kajian

Page 10: Skripsi anita indra prasta fix

tentang persoalan yang ada dalam skripsi ini dapat dilanjutkan dan ditumbuh

kembangkan.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan

berserah diri, serta memohon ampunan dan perlindungan-Nya. Amin.

Semarang, 26 Januari 2012

Penulis,

Anita Indra Prasta

Page 11: Skripsi anita indra prasta fix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

DEKLARASI .................................................................................................. iv

ABSTRAKSI ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii

MOTTO ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

D. Telaah Pustaka .............................................................................. 6

E. Metodologi Penelitian .................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 11

BAB II Tinjauan Umum Tentang Alat Pembuktian

A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian ......................................... 14

a. Pengertian Pembuktian .......................................................... 14

b. Sistem Pembuktian ................................................................ 17

Page 12: Skripsi anita indra prasta fix

B. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian .......................................... 19

a. Macam-macam Alat Bukti .................................................... 19

b. Alat Bukti Petunjuk ............................................................... 22

c. Nilai Kekuatan Alat Bukti Petunjuk ..................................... 23

C. Tinjauan Umum Tentang Kesalahan Terdakwa ........................... 25

a. Pengertian Kesalahan ............................................................ 25

b. Pengertian Tersangka Dan Terdakwa .................................... 26

BAB III Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska

A. Profil Pengadilan Negeri Kals IA Surakarta ................................. 28

B. Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska.................................................................. 30

BAB IV Analisis Penggunaan Alat Bukti Petunjuk Dalam Tindak

Pidana Korupsi

A. Analisis Putusan Hakim Dalam Penggunaan Alat Bukti Petunjuk

Dalam Tindak Pidana Korupsi, Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska ................................................................. 40

B. Analisis Penggunaan Alat Bukti Dalam Hukum Pidana Islam... 55

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................... 59

B. Saran-saran .......................................................................... 60

C. Penutup ................................................................................ 61

Page 13: Skripsi anita indra prasta fix

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran-lampiran

Page 14: Skripsi anita indra prasta fix

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sehari-hari di masyarakat, ada warga negara yang lalai atau

dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya, sehingga hal ini dapat

merugikan masyarakat di sekitarnya, bahwa warga masyarakat tersebut telah

melanggar hukum, karena kewajiban warga negara tersebut telah diatur dalam

aturan-aturan hukum yang berlaku.

Seorang hakim harus mempunyai pengetahuan yang luas dan pandai

membaca indikasi-indikasi, petunjuk dan situasi, dari perkara yang dajukan

kepadanya, baik yang berwujud perkataan maupun perbuatan, sebagaimana

kapabilitasnya mengenai hukum. Apabila tidak demikian maka dapat dipastikan

kapaitas hukum yang dijatuhkannya akan merugikan pihak-pihak yang semestinya

memperoleh hak.1

Seseorang dapat dikatakan melanggar hukum, jika dirinya dengan sengaja

ataupun tidak sengaja melanggar aturan hukum yang sudah berlaku, kemudian

akan mendapatkan pemeriksaan di pengadilan, dan untuk membuktikan benar atau

tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, oleh karena

diperlukan adanya suatu pembuktian.

Pembuktian menurut Kamus Hukum berasal dari kata “bukti” yang

mempunyai arti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan

1 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006,

h.2

Page 15: Skripsi anita indra prasta fix

2

nyata; saksi; tanda.2 Pembuktian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal

dari kata “bukti” yang artinya sesuatu yang menguatkan kebenaran dan kenyataan

yang sebenarnya, keterangan nyata, tanda, saksi pengamatan.3 Kata “bukti” jika

mendapat awalan pe- dan akhiran –an maka mengandung arti proses perbuatan.

Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang

tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka

terdakwa dibebaskan dari hukuman, sebaliknya kalau terdakwa dapat dibuktikan

dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam pasal 184 KUHAP, maka terdakwa

dinyatakan bersalah dan akan dijatuhkan pidana. Hakim harus cermat dan berhati-

hati dalam mempertimbangkan suatu nilai pembuktian.4

Pembuktian dalam arti luas adalah kemampuan tergugat atau penggugat

memanfaatkan hukum pembuktian untuk mendukung dan membenarkan

hubungan hukum dan peristiwa-peristiwa yang dibantahkan dalam hukum yang

diperkarakan, sedangkan dalam arti sempit mengandung pengertian pembuktian

hanya diperlukan sepanjang mengenai hal-hal yang dibantah atau hal yang masih

disengketakan atau hanya sepanjang yang menjadi perselisihan diantara pihak-

pihak yang berperkara.5

Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau

setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang selengkap-

lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara

pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang

didakwakan melakukan suatu pelanggaran, dan selanjutnya meminta pemeriksaan

2 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, h. 61

3 Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah, 1997, h. 80

4 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Kuhap: Pemeriksaan Sidang

Pengadilan Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali, Edisi Ke-2, Jakarta: Sinar Grafika,

2000, H. 273 5 Ibid, h. 273

Page 16: Skripsi anita indra prasta fix

3

dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak

pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.6

Dalam hukum acara pidana ada 3 fungsi hukum acara pidana, yaitu:

a. Mencari dan menemukan kebenaran;

b. Pemberian keputusan oleh hakim;

c. Pelaksanaan keputusan.

Dari ketiga fungsi diatas, yang paling penting peranannya ialah “mencari

kebenaran”, karena setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat

bukti dan bahan bukti itulah, hakim akan sampai kepada putusan, hakim akan

sampai kepada putusan (yang seharusnya adil dan tepat), yang kemudian

dilaksanakan oleh jaksa.7

Alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat (1) KUHAP dan diakui oleh

Undang-Undang adalah:

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa8

Jika dibandingkan dalam HIR, maka ada penambahan alat bukti, yaitu

keterangan ahli. Selain itu ada perubahan nama alat bukti yaitu “pengakuan

terdakwa” menjadi “keterangan terdakwa”, karena keterangan terdakwa sifatnya

6 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, edisi kedua, Jakarta: Sinar grafika offset, 2008,

h.8 7 Ibid.h. 8-9

8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Penjelasan, Surabaya: Karya Anda, h.82

Page 17: Skripsi anita indra prasta fix

4

hanya mengikat pada diri terdakwa sendiri dan bukan merupakan alat bukti yang

memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan.

Dalam hukum Islam mengenai prinsip-prinsip pembuktian tidak banyak

berbeda dengan perundang-undangan berlaku dizaman modern sekarang ini dari

berbagai macam pendapat tentang arti pembuktian, maka dalam pengertian ini

pembuktian adalah suatu proses mempergunakann atau mengajukan atau

mempertahankan alat-alat bukti di muka persidangan sesuai dengan hukum acara

yang berlaku, sehingga mampu meyakinkan hakim terhadap kebenaran dalil-dalil

yang menjadi dasargugatan atau dalil-dalil yang dipergunakan untuk menyanggah

tentang kebenaran dalil-dalil yang telah dikemukakan oleh pihak lawan.9

Apabila dikomparasikan dengan hukum acara pidana, petunjuk dalam

hukum Islam maka maknanya lebih luas, karena dalam hukum Islam batasan

dalam mengaplikasikan bahwa petunjuk harus jelas dan mampu meyakinkan

hakim. Sementara itu dalam hukum acara pidana alat bukti petunjuk hanya dapat

diaplikasikan bila didapat dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa

sehingga alat bukti ini terkesan sebagai alat pembuktian yang tidak langsung.10

Dalam pembuktiannya seseorang harus mampu mengajukan bukti-bukti

yang otentik. Keharusan pembuktian ini didasarkan dalam firman Allah SWT,

Q.S Al-Maidah: 106, yang berbunyi:

9 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004, h. 123 10

Ibid, h. 124

Page 18: Skripsi anita indra prasta fix

5

...

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu

menghadapi kematian, sedang Dia akan berwasiat, Maka hendaklah

(wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu,

atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu...(Q.S Al-

Maidah: 106)

Ayat diatas mengandung makna bahwa bilamana seseorang sedang

berperkara atau sedang mendapatkan permasalahan, maka para pihak harus

mampu membuktikan hak-haknya dengan mengajukan saksi-saksi yang

dipandang adil.11

Menurut pasal 188 ayat (1) KUHAP, dirumuskan:

“petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya,

baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu

sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa

pelakunya”.12

Dalam pasal 188 ayat (2) KUHAP, petunjuk hanya diperoleh dari;

1. Keterangan saksi;

2. Surat;

3. Keterangan terdakwa.13

Hakim harus menggunakan alat bukti petunjuk secara arif dan bijaksana,

karena selain mengadakan kecermatan, hakim pun harus jeli tentang persesuaian

suatu petunjuk “nyata” dan “utuh” tentang terjadinya tindak pidana. Hakim harus

mempertimbangkan putusannya, yang hanya menyimpulkan keterbuktian

11

Anshoruddin, Loc.cit, h. 35 12

Op.cit, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Penjelasan.h. 84 13

Ibid

Page 19: Skripsi anita indra prasta fix

6

kesalahan terdakwa dengan alat bukti petunjuk, tetapi tidak menguraikan

analisisnya dengan jelas.

Penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta karena

dalam terdapat kasus tindak pidana yang menggunakan saksi testimonium de

audito (keterangan dari orang lain) dalam perkara korupsi ini dilakukan oleh

terdakwa yang bernama Ruhimat Natadilaga, terdakwa melakukan tindak pidana

korupsi di PT. Kantor Pos Indonesia Cab. Surakarta seorang diri, dan tanpa ada

yang seorangpun yang mengetahui mengetahui. Terdakwa melakukan perbuatan

tersebut dengan cara meminta bantuan dari saksi Jonet Wijayanto untuk

membantu melakukan pengambilan uang di PT. Pos Indonesia Cab. Surakarta,

tetapi terdakwa tidak memberitahukan bahwa uang yang akan diambil tersebut

adalah uang hasil korupsi, kemudian saksi jonet tersebut diberi upah seebesar

Rp.50.000,-, aksi terdakwa tersebut dilakukan sebanyak 32 kali dari bulan Maret

2002 sampai bulan Januari 2003. Terdakwa melakukan perbuatan korupsi dengan

cara memalsukan nama dan tanda tangan nasabah Bank Bumi Artha dengan no

rekening slo 40.20 dan cek tersebut tersebut telah dimusnahkan untuk

menghilangkan barang bukti. Terdakwa menghabiskan uang tersebut dengan cara

mentranferkan ke rekening pribadinya dan yang sebagian untuk bersenang-senang

dengan wanita penghibur. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa kemudian

diketahui oleh saksi yang bernama Achmad Fuad Kamali yang bekerja di PT. Pos

Indonesia Cab. Surakarta, dan saksi tersebut memberitahukan kepada karyawan

lain yaitu Sony Senjaya dan Jonet Wijayanto bahwa terdakwa telah melakukan

perbuatan korupsi yang merugikan PT.Pos Indonesia Cab. Surakarta sebanyak

Page 20: Skripsi anita indra prasta fix

7

Rp.127.600.000,-, kemudian Ahmad Fuad Kamali memberitahukan kepada Bank

Bumi Artha kepada saksi yang bernama Buntoro, Sajarwo budi lelono, dan Agung

Nugroho, bahwa telah terjadi perbuatan korupsi sejak bulam Maret 2002 sampai

bukan Januari 2003, ada juga seorang saksi yang bernama Yunita, dia adalah

wanita penghibur yang dalam 1 tahun di boking oleh terdakwa sebanyak 1o kali

dan diberi upah antara Rp.200.000,- sampai Rp. 300.00,- dan dibelikan Hp merk

Nokia seharga Rp. 1.480.000,- di Matahari Singosaren, saksi juga menyebutkan

bahwa terdakwa mempunyai banyak wanita simpanan di hotel-hotel sekitar

Banjarsari. Dalam kasus tindak pidana korupsi ini saksi Buntoro, Sajarwo budi

Lelono, dan Agung Nugroho dijadikan sebagai saksi testemonium de audito

karena ketiga saksi tersebut diberitahu oleh Ahmad Fuad Kamali, dan saksi yang

bernama Yunita dijadikan sebagai saksi pemberat oleh majelis hakim. Jadi dalam

perkara tindak pidana korupsi ini terdapat alat bukti petunjuk lain, seharusnya

dalam persidangan saksi testemonium de audito tidak bisa dipergunakan karena

saksi tersebut tidak sah menurut undang-undang.

Oleh karena itu penulis kemudian tertarik untuk mengkaji dan melakukan

penelitian dengan judul: “Analisis Putusan No: 94/Pid.B/2003/Pn.Skaterhadap

Penggunaan Alat Bukti Petunjuk Dalam Permbuktian Di Persidangan (Dalam

Perspetif Islam)”

Page 21: Skripsi anita indra prasta fix

8

B. Rumusan Masalah

Pembahasan dalam skripsi ini, akan dibatasi pada permasalahan-

permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah putusan Majelis Hakim dalam penggunaan alat bukti petunjuk

terhadap perkara korupsi di Pengadilan Surakarta Putusan Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska ?

2. Bagaimanakah analisis hukum pidana Islam terhadap penggunaan alat bukti

petunjuk di Pengadilan Surakarta Putusan Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska ?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui putusan Majelis Hakim dalam penggunaan alat bukti

petunjuk terhadap perkara korupsi di Pengadilan Surakarta Putusan Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska

b. Untuk mengetahui hukum pidana Islam terhadap penggunaan alat bukti

petunjuk di Pengadilan Surakarta Putusan Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska

D. Telaah Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan tentang beberapa

karya ilmiah baik berupa buku, jurnal maupun karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan skripsi ini. Diantaranya ialah sebagai berikut:

Pertama, Studi Analisis Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Tentang

Kebolehan Bukti Tulisan Sebagai Alat Bukti, karya Abdul Basid 032111189

fakultas Syari’ah, menjelaskan bahwa: Pembuktian bertujuan untuk mendapatkan

kebenaran suatu peristiwa atau hak yang diajukan kepada hakim. Para praktisi

Page 22: Skripsi anita indra prasta fix

9

hukum membedakan tentang kebenaran yang dicari dalam hukum perdata dan

hukum pidana. Dalam hukum perdata, kebenaran yang dicari oleh hakim adalah

kebenaran formal, sedangkan dalam hukum pidana, kebenaran yang dicari oleh

hakim adalah kebenaran materiil. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa bukti tulisan itu dapat dijadikan alat

bukti. Alasannya karena surat-surat Rasulullah SAW yang dikirim kepada

pegawai dan raja-raja, dan lain sebagainya, semua itu menunjukkan bahwa tulisan

dapat dijadikan alat bukti. Oleh karena itu tulisan memberi petunjuk adanya suatu

tujuan, maka dia dinilai sebagai ucapan. Itulah sebabnya, talak dipandang jatuh

sebab suatu tulisan. Istinbath hukum yang digunakan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

tentang bukti tulisan sebagai alat bukti yaitu hadis dari Abu Khaisamah Zuhair bin

Harbin dan Muhammad bin al-Musanna al-'Anazi, hadis riwayat dari Imam

Muslim.

Kedua, Hasil Tes DNA (Deoxyribonucleic Acid) Sebagai Alat

Bukti Alternatif dalam Jarimah Zina, Inayah Yunistianti 2100057, fakultas

Syari’ah, menjelaskan bahwa: Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan landasan

norma masyarakat yang hendak dibangun. Di mana kedua sumber hukum adalah

proaktif dan bukan reaktif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (Polimerase Chain

Reaction atau PCR) membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA

yang hasilnya dimanfaatkan dalam berbagai bidang salah satunya dalam hal

pembuktian. Penggunaan tes DNA sebagai alat bukti mulai populer dilakukan di

berbagai negara, karena tingkat keakuratannya yang tinggi dan telah teruji. Dalam

berbagai bidang baik itu perdata maupun pidana, seperti identifikasi korban, tes

paternitas, mendeteksi pelaku pembunuhan, perkosaan dan mengetahui adanya

perselingkuhan, yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah pandangan

hukum Islam tentang penggunaan tes DNA ini sebagai alat bukti khususnya dalam

jarimah perzinaan. Dikhususkan dalam kasus ini, karena dalam Islam formulasi

pembuktiannya sudah diatur oleh Fiqh, yaitu dengan iqrar dan kesaksian empat

orang laki-laki yang adil. Pandangan Islam terhadap hasil tes DNA sebagai alat

bukti tidak terlepas dari maqasid asy-syari’ah melalui formulasi pembuktian dari

alat bukti qarinah. Tes DNA memenuhi kriteria persyaratan qarinah, karena ditilik

dari bioteknoloogi dan biomedik, tes DNA mempunyai kepastian sebagai alat

bukti dengan tingkat validitas pembuktian yang meyakinkan. Otentisitas tes DNA

sebagai alat bukti tidak diragukan lagi karena DNA diambil langsung dari yang

terkait tanpa bisa direkasaya hasilnya. Namun kedudukannya dalam hal penetapan

hukum pada jarimah zina tidak bisa sebagai alat bukti primer (menggantikan

kedudukan alat bukti yang telah diformulasikan), karena keberadaan alat bukti

primer tetap dibutuhkan untuk mengetahui ada tidaknya tindak pidana/jarimah

tersebut. Sehingga tes DNA disini kedudukannya sebagai alat bukti sekunder,

yaitu alat bukti penguat bukti primer. Walau demikian tes DNA mutlak

dilaksanakan ketika alat bukti primer memiliki banyak kelemahan sehingga

validitasnya diragukan.

Page 23: Skripsi anita indra prasta fix

10

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research),

dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang

mengenai fakta-fakta sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.14

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat

pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.15

Sedangkan penelitian kualitatif

adalah bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata lisan

atau tertulis.16

2. Sumber data

Dalam penelitian ini, sumber data yang penulis gunakan adalah sebagai

berikut:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari narasumber yang ada

di lapangan17

dengan tujuan agar penelitian bisa mendapatkan hasil yang

sebenarnya dari objek yang diteliti.18

Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan hakim (Bapak Bintoro. S.H) di Pengadilan Negeri Surakarta.

b. Data sekunder

14

Moh. Nasir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, h. 63 15

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, h.18 16

Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 2000, h. 3 17

Wawancara dengan Bapak. Bintoro. S.H, Tempat Ruang Hakim di Pengadilan Negeri Klas IA

Surakarta, tanggal 2 November 2011, pukul. 09.00 18

Ibid, h. 123

Page 24: Skripsi anita indra prasta fix

11

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data

primer, data ini diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dan studi dokumen dan

juga peraturan perundang-undangan.19

3. Teknik pengumpulan data

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode yang digunakan dengan cara mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku-buku, dan lain

sebagainya.20

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu,21

dalam hal ini

wawancara bertujuan untuk memperoleh keterangan yang jelas tentang

penggunaan alat bukti petunjuk dalam pembuktian kesalahan terdakwa.

Wawancara ini meliputi dengan wawancara terhadap hakim.22

Penulis

menyusun beberapa pertanyaan yang mengemukakan isu hukum secara

tertulis sehingga yang diwawancarai dapat memberikan pendapatnya

secara tertulis.23

Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta, untuk mendapatkan

keterangan lebih lengkap tentang gambaran alat bukti petunjuk dalam

persidangan.

19

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta,2010, h. 123 20

Muhammad Nazier, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, h.126 21

Op.Cit, Burhan Ashshofa, h. 95 22

Wawancara kepada Bpk. Bintoro SH, Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta, Tgl. 2 November

2011, Pkl. 09.00 23

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Surabaya: Prenada Media, 2005, h. 165

Page 25: Skripsi anita indra prasta fix

12

4. Analisis data

Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian hukum ini

adalah analisis data kualitatif yaitu cara penelitian yang menggunakan dan

menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan hakim secara

tertulis maupun lisan.24

F. Sistematika Penulisan

Untuk kemudahan pemahaman dan penelaahan pokok masalah yang

dibahas, maka penulis akan menyusun sistematika penulisan skripsi sebagai

berikut:

1. Bagian muka

Bagian ini meliputi: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar

dan halaman daftar isi.

2. Bagian isi

Bagian ini meliputi:

Bab I : pendahuluan

Bab pendahuluan ini meliputi: latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab II : Tinjauan Tentang Pembuktian

Bab ini meliputi: Tinjauan Umum Pembuktian Dalam KUHAP,

Tinjauan Umum Pembuktian Dalam Fiqih Jinayah

24

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, h. 250

Page 26: Skripsi anita indra prasta fix

13

Bab III :Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta No:

94/Pid.B/2003/PN.Ska

Bab ini meliputi: Profil Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta,

Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta Nomor:

94/Pid.B/2003/PN.Ska.

Bab IV : Analisis penggunaan alat bukti petunjuk dalam putusan

No:94/Pid.B/2003/PN.Ska

Bab ini meliputi: analisis putusan hakim mengenai penggunaan

alat bukti petunjuk dalam kasus tindak pidana korupsi di

pengadilan Negeri Surakarta Putusan No: 94/Pid.B/2003/PN.Ska,

analisis penggunaan alat bukti petunjuk dalam hukum pidana

Islam.

Bab V : penutup

Bab ini meliputi: kesimpulan, saran-saran, dan penutup

3. Bagian akhir

Bagian ini berisi: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat

pendidikan penulis.

Page 27: Skripsi anita indra prasta fix

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUKTIAN

A. Tinjauan Umum Pembuktian Dalam KUHAP

a. Pengertian Pembuktian

Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang berarti

sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata bukti jika mendapat

awalan pe- maka berarti proses, perbuatan, cara membuktikan, secara terminologi

pembuktian berarti usaha untuk menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa

dalam sidang pengadilan.1

Pembuktian menurut Kamus Hukum berasal dari kata “bukti” yang

meempunyai arti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan

nyata; saksi; tanda.2

Membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran atau dalil-

dalil yang dikemukakan dalam suatu sengketa.3 Sedangkan menurut Van

Bummelen dalam memberikan kepastian yang layak menurut akal (redelijk).4

Pembuktian adalah ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-

cara yang dibenarkan undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang

didakwakan kepada terdakwa.

Membuktikan secara yuridis dalam hukum acara pidana tidaklah sama

dengan hukum acara perdata, adapun ciri-ciri khusus, yaitu:

1 Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h. 151

2 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, h. 61

3 Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramitha, 2001, h. 1

4 Hari Sasangka, Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara, Bandung: Mandar Maju, 2003,

h. 11

Page 28: Skripsi anita indra prasta fix

15

Dalam hukum acara perdata yang dicari adalah kebenaran formal, yaitu

kebenaran berdasarkan anggapan dari pihak yang berperkara. Dalam hukum acara

pidana yang dicari adalah kebenaran material, yaitu kebenaran sejati, yang harus

diusahakan tercapainya suatu pembuktian.

Dalam hukum acara pidana hakim bersifat aktif, yaitu hakim

berkewajiban untuk memperoleh bukti yang cukup mampu membuktikan dengan

apa yang dituduhkan kepada tertuduh. Jadi dalam hal ini kejaksaan diberi tugas

untuk menuntut orang-orang yang melakukan perbuatan yang dapat dihukum.5

b. Sistem Pembuktian

Sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti

yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara-cara bagaimana

alat-alat bukti itu dipergunakan dan dengan cara bagaimana hakim harus

membentuk keyakinannya.6

Ada beberapa sistem dalam pembuktian, yaitu:7

1. Sistem suatu ajaran pembuktian yang mengajarkan pada keyakinan hakim.

(conviction in time). Dalam sistem ini hakim tidak berpatokan benar atau

tidaknya alat bukti yang ada melainkan percaya pada penilaian

“keyakinan” hakim semata. Jadi, ketika hakim memutuskan perkara tidak

menjadi dasar-dasar putusan. Walaupun ada alat bukti yang cukup dan

hakim tidak yakin, maka hakim tidak boleh menjatuhkan pidana,

5 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Bandung: Alumni, 1992, h. 32-33

6 Hari Sasongko dan Lili Rosita,.Loc.Cit, h. 11

7 Teguh Samudera, loc.cit, h. 14-17

Page 29: Skripsi anita indra prasta fix

16

sebaliknya apabila alat bukti kurang cukup dan hakim yakin, maka

terdakwa dinyatakan bersalah.

2. Sistem ajaran pembuktian yang menyandarkan pada keyakinan hakim

(Conviction In Raisone). Sistem ini juga masih mengutamakan penilaian

hakim untuk alasan menghukum terdakwa, akan tetapi dalam sistem ini

keyakinan hakim disertai dengan alasan yang logis, dan dapat diterima

oleh akal sehat, juga tidak semata-mata berdasarkan keyakinan tanpa

batas. Jadi hakim harus mendasarkan putusan-putusannya terhadap

seorang terdakwa berdasarkan alasan (reasoning), oleh karena itu putusan

tersebut harus juga berdasarkan alasan yang dapat diterima oleh akal

(reasonable).

3. Sistem pembuktian positif (positief wetelijk). Sistem ini merupakan sistem

pembuktian yang menyandarkan diri pada alat bukti saja, yakni alat bukti

yang telah ditentukan undang-undang. Seorang terdakwa yang melakukan

tindak pidana bisa dinyatakan bersalah apabila didasarkan alat bukti yang

sah. Teori ini mengabaikan dan sama sekali tidak mempertimbangkan

keyakinan hakim, walaupun hakim yakin akan kesalahan terdakwa tetapi

tidak ada bukti yang sah menurut undang-undang maka terdakwa harus di

bebaskan.

4. Sistem pembuktian negatif (negatief wettelijk). Sistem pembuktian ini

sangat mirip dengan pembuktian conviction in raisone. Karena ketika

hakim melakukan pengambilan keputusan tentang salah atau tidaknya

seorang terdakwa terikat maka hakim hanya boleh menyatakan terdakwa

Page 30: Skripsi anita indra prasta fix

17

bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, apabila ia

yakin dan keyakinannya tersebut didasarkan pada alat bukti yang sah

menurut undang-undang.

Dalam sistem ini ada dua (2) hal yang merupakan syarat untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, yakni:

a) Wettelijk adalah adanya alat bukti yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

b) Negatief adalah adanya keyakinan (nurani) dari hakim, yakni berdasarkan

bukti-bukti tersebut meyakini kesalahan terdakwa.

Alat bukti yang telah ditentukan undang-undang tidak bisa ditambah

dengan alat bukti lain, serta berdasarkan keyakinan hakim. Antara alat bukti

dengan keyakinan diharuskan adanya hubungan causal (sebab akibat).

c. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti Petunjuk

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu

perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai

bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya

suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.8

Penyusunan alat bukti negara-negara common law seperti Amerika

Serikat lain dari pada yang tercantum dalam KUHAP. Alat-alat bukti menurut

Criminal Procedure Law Amerika Serikat yang disebut forms of evidence, terdiri

dari:

1. Real evicende (bukti sungguhan);

8 Op.cit, Teguh Samudera, h. 11

Page 31: Skripsi anita indra prasta fix

18

2. Documentary evidence (bukti dokumenter);

3. Testimonial evidence (bukti kesaksian);

4. Judical evidence (pengamatan hakim).9

Tidak disebut alat bukti kesaksian ahli dan keterangan terdakwa.

Kesaksian ahli digabungkan dengan bukti kesaksian. Real evidence merupakan

objek materiil (materiil object) yang meliputi tetapi tidak terbatas atas peluru,

pisau, senjata api, perhiasan intan permata, televisi dan lain-lain. Real evidence ini

biasa disebut juga dengan bukti yang berbicara sendiri (speakfor it self), karena

bukti ini dianggap sebagai bukti yang dipandang paling bernilai dibanding bukti

yang lain.

Adapun macam-macam alat bukti menurut pasal 184 KUHAP, yakni:

a) Keterangan saksi;

b) Keterangan ahli;

c) Surat;

d) Petunjuk;

e) Keterangan terdakwa.10

“Hukum acara perdata yang berlaku di pengadilan dalam lingkungan

peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam

lingkungan peradilan umum”. Ketentuan tersebut menunjukkan kepada hukum

acara yang berlaku pada pengadilan negeri yaitu hukum acara perdata yang diatur

dalam HIR.11

9 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008, h. 258

10 Ibid, h. 259

11 Anshoruddin, loc.cit, h. 62

Page 32: Skripsi anita indra prasta fix

19

Mengenai penggunaan alat bukti sebagaimana yang diatur dalam pasal

183 KUHAP, bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang,

kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah menurut

undang-undang ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Menurut pasal 188 ayat (1) KUHAP, petunjuk adalah perbuatan, kejadian

atau keadaan, yang karena persesuainnya, baik antara yang satu dengan yang lain,

maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu

tindak pidana dan siapa pelakunya.12

Pasal “188 ayat (2) KUHAP” membatasi kewenangan hakim dalam cara

untuk memperoleh alat bukti petunjuk. Hakim tidak boleh sesuka hati dalam

mencari petunjuk dari segala sumber-sumber yang dapat dipergunakan

mengkontruksi alat bukti petunjuk, terbatas dari alat-alat bukti secara “limitatif”

ditentukan dalam pasal 188 ayat (2) KUHAP.

Petunjuk sebagaimana dalam pasal 188 ayat (1) hanya dapat diperoleh

dari:

a) Keterangan saksi

b) Surat

c) Keterangan terdakwa

Hanya dari ketiga alat bukti tersebut, maka alat bukti dapat

dipergunakan. Dari ketiga sumber inilah persesuaian perbuatan, kejadian atau

keadaan dapat dicari dan diwujudkan. Ini merupakan bahwa setiap petunjuk hanya

12

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasannya, Surabaya: Karya Anda, h

84

Page 33: Skripsi anita indra prasta fix

20

dapat diperoleh dari alat-alat bukti yang sudah ada lebih dahulu, kecuali

keterangan ahli.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kekuatan pembuktian dari pada alat

bukti petunjuk tersebut adalah sama dengan kekuatan alat bukti yang sah lainnya.

Karena petunjuk ditempatkan pada jajaran yang sama dengan alat bukti lainnya

sebagaimana diatur dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP.

Menurut ketentuan pasal 188 ayat (3) KUHAP, yang memberikan

penilaian terhadap kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk adalah hakim. Hakim

secara arif dan bijaksana, dengan penuh kecermatan dan keseksamaan

berdasarkan hati nuraninya, menetapkan nilai atau kekuatan pembuktian dari alat

bukti petunjuk. Dalam pasal 188 KUHAP perihal alat bukti petunjuk ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) Secara umum kekuatan pembuktian dari alat bukti petunjuk adalah

sama dengan alat bukti lainnya;

b) Agar suatu petunjuk memiliki nilai atau kekuatan pembuktian, maka

petunjuk-petunjuk tersebut harus mengandung hubungan dan

persesuaian antara satu dengan yang lainnya, maupun dengan tindak

pidana itu sendiri;

c) Bahwa suatu petunjuk, harus dapat menunjukkan adanya suatu

perbuatan, kejadian atau keadaan yang berhubungan dengan tindak

pidana dan pelakunya;

Page 34: Skripsi anita indra prasta fix

21

d) Bahwa hakim tidak terikat dengan alat bukti petunjuk, hakim bebas

untuk mempergunakan dan memberikan penilaian terhadap kekuatan

alat bukti petunjuk;

e) Bahwa alat bukti petunjuk merupakan pelengkap daripada alat bukti

lainnya yang merupakan sumber darimana petunjuk tersebut

diperoleh.13

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang

bersalah melakukannya.14

Oleh sebab itu alat bukti petunjuk berfungsi untuk

melengkapi alat bukti yang telah ada, karena tanpa alat bukti lain yang menjadi

sumber petunjuk (keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa, maka petunjuk

tidak mungkin untuk diperoleh).15

13

Hamrat Hamid dan Hasan M. Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang Penuntutuan

Dan Eksekusi, Jakarta: Sinar Grafika, 1997, h. 212-213 14

Op.Cit, KUHAP, h. 82 15

Op.Cit, Hamrat Hamid dan Hasan M. Husein, h. 211)

Page 35: Skripsi anita indra prasta fix

22

B. Tinjauan Umum Pembuktian Dalam Fiqih Jinayah

a. Pengertian Pembuktian

Menurut Sobhi Mahmasoni, yang dimaksud dengan membuktikan suatu

perkara adalah: “mengajukan alasan dan memberikan dalil sampai kepada batas

yang meyakinkan”16

, yang dimaksud meyakinkan ialah apa yang menjadi

ketetapan atau keputusan atas dasar penelitian dan dalil-dalil itu.17

Pembuktian secara global merupakan sebutan segala sesuatu yang

menjelaskan dan mengungkap kebenaran. Terutama dua orang saksi atau empat

orang saksi, atau satu orang saksi yang tidak terhalang haknya untuk menjadi

saksi atas nama dua orang saksi. Al-Qur’an menyebutkan pembuktian tidak hanya

semata-mata dalam arti dua orang saksi. Akan tetapi, juga dalam arti keterangan,

dalil, dan alasan, baik secara sendiri-sendiri maupun komulasi.18

Acara pembuktian ini merupakan suatu kebenaran, padahal Allah SWT,

memerintahkan agar kita memutus perkara berdasarkan kebenaran. Oleh karena

itu, acara pembuktian dengan saksi satu orang laki-laki dan sumpah ini merupakan

hukum acara pembuktian dalam sistem pembuktian dalam sistem peradilan Islam

yang sudah pasti, ditetapkan oleh nash, karena: Pertama, Rasulullah dan para

sahabat yang datang sesudahnya telah menerapkannya, dan mereka telah

menyatakan bahwa acara pembuktian yang demikian itu batal demi hukum.19

Kedua, perintah Allah SWT dalam firman-Nya:

16

Anshorudin, Loc.cit, h. 26 17

Ibid 18

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006,

h.15 19

ibid, h. 131

Page 36: Skripsi anita indra prasta fix

23

ن هم با أن زل الله ( ٤٩).....وأن احكم ب ي Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka

menurut apa yang diturunkan Allah ....” (QS. Al-Maidah: 49)20

Maka, memutus perkara berdasarkan bukti kesaksian satu orang saksi

dan sumpah, adalah ketentuan hukum acara yang dikehendaki Allah SWT.

Allah berfirman:

فلذلك فادع واستقم كما أمرت وال ت تبع أهواءهم وقل آمنت با أن زل الله من نكم .....كتاب وأمرت ألعدل ب ي

Artinya: “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan

tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah

mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman

kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku

diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu ...” (QS. Asy-

Syuuraa: 15)21

Rasulullah dalam menyelesaikan perkara di antara manusia juga

menggunakan acara pembuktian tersebut, dan oleh karena itu ketentuan hukum

acara pembuktian dimaksud sudah pasti merupakan keadilan yang diperintahkan

oleh Allah SWT.22

20

Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahanya, 1998, Jakarta: CV. Atlas h. 387 21

Ibid, h. 775 22

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, loc.cit, h. 132

Page 37: Skripsi anita indra prasta fix

24

b. Macam-macam Pembuktian

Alat bukti artinya alat untuk menjadi pegangan hakim sebagai dasar

dalam memutus perkara, sehingga dengan berpegang kepada alat bukti tersebut

dapat mengakhiri sengketa diantara mereka.23

Dipandang dari segi pihak-pihak yang berperkara, alat bukti artinya alat

atau upaya yang bisa dipergunakan oleh pihak-pihak yang berperkara untuk

meyakinkan hakim di muka pengadilan. Apabila dilihat dari segi pengadilan yang

memeriksa perkara, alat bukti artinya alat atau upaya yang bisa dipergunakan oleh

hakim untuk memutus perkara. Jadi alat bukti tersebut sangat diperlukan dalam

pengadilan.24

Menurut Ibnu Qoyyin Al-Jauziyyah alat bukti adalah bukti yang diajukan

di depan pengadilan untuk menguatkan gugatan. Untuk memberikan dasar kepada

hakim akan kebenaran peristiwa yang didalilkan para pihak yang dibebani

pembuktian diwajibkan mengajukan alat-alat bukti untuk membuktikan peristiwa-

peristiwa di muka persidangan.25

Menurut hukum Islam ada 7 (tujuh) macam alat bukti, yaitu:

1. Al Iqrar

2. Al Bayyinah

3. Al Yamin (alat bukti sumpah)

4. An Nukul (penolakan sumpah)

5. Al Qasamah (alat bukti sumpah)

23

Anshorudin, Loc.cit, h. 55 24

Ibid, h. 56 25

Ibid, h. 56

Page 38: Skripsi anita indra prasta fix

25

6. Ilmu Pengetahuan Hakim

7. Qarinah (petunjuk)26

Menurut hukum Islam tidak semua Qarinah dapat dijadikan alat bukti,

qarinah yang bisa dijadikan alat bukti walaupun tidak didukung oleh bukti lainnya

disebut qarinah wadhilah yaitu qarinah yang jelas dan meyakinkan yang tidak bisa

untuk dibantah lagi oleh manusia berakal. Qarinah tersebut tetap dijadikan sebagai

bukti persangkaan dan bisa menjadi alat pembuktian yang langsung jika tidak ada

alat bukti yang lain.27

c. Tinjauan umum tentang alat bukti

Hukum acara Islam maupun hukum acara perdata, sama-sama

menganggap mutlak diperlukan mengenai alat-alat bukti itu, tidak hanya

bersandar kepada keyakinan hakim itu sangat subyektif, maka dari itu sewajarnya

apabila dari dalil-dalil yang dikemukakan para pihak yang bersengketa itu

menjadi dasar pertimbangan bagi hakim agar tercapai suatu keputusan.

Menurut hukum Islam bukti tertulis merupakan bukti yang penting dan

pokok, sama dengan hukum acara perdata bukti tertulis merupakan alat bukti yang

utama hanya hanya ada di hukum acara Islam. setiap bukti tertulis tidak boleh

mengorbankan hukum materiil Islam. Dalam hukum acara Islam, setiap alat bukti

terutama bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah

26

Anshoruddin, loc.cit, h. 64 27

Ibid, h. 123

Page 39: Skripsi anita indra prasta fix

26

berdasarkan nash, sedangkan selain itu, misalnya pengetahuan hakim,

pemeriksaan setempat, keterangan ahli, qasamah, dan lain-lain.28

28

Anshoruddin, loc.cit, h. 123

Page 40: Skripsi anita indra prasta fix

27

BAB III

Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta No.94/Pid.B/2003/PN.Ska

A. Profil Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta

Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta beralamat di Jalan Slamet Riyadi

No.290 Surakarta. Pengadilan Negeri Surakarta mengalami beberapa kali

kenaikan kelas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman R.I.Tanggal 21

September 1999, Nomor. M.08.AT.01.05 Tahun 1999 Pengadilan Negeri

Surakarta naik kelas dari Kelas IB menjadi Kelas IA. Kemudian dari Kelas IA

menjadi Klas IA Khusus berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia R.I. tanggal 2 September 2003, Nomor : M.4725.Kp.04.04

TAHUN 2003.

Struktur Organisasi

Page 41: Skripsi anita indra prasta fix

28

Adapun visi dari Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta adalah,

Mewujudkan supremasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang mandiri,

efektif serta mendapatkan kepercayaan publik, profesional dan memberi

pelayanan hukum yang berkualitas, etis, terjangkau dan biaya rendah bagi

masyarakat serta mampu menjawab panggilan pelayanan publik.

Sedangkan misi dari Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta adalah:

a) Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan

peraturan, serta memenuhi rasa keadilan masyarakat;

b) Mewujudkan Peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari campur

tangan pihak lain;

c) Memperbaiki akses pelayanan dibidang peradilan kepada masyarakat;

d) Memperbaiki kualitas input internal pada proses peradilan;

e) Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, bermartabat dan

dihormati;

f) Melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri tidak memihak dan

transparan.

Page 42: Skripsi anita indra prasta fix

29

B. Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska

Deskripsi Putusan

1. Putusan Pengadilan Negeri Klas IA Surakarta Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska.

identitas terdakwa:

Nama lengkap : RUHIMAT NATADILAGA

Tempat lahir : Bandung

Umur/tanggal lahir : 36 tahun/ 23 September 1967

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal :Jl. Mundu No.49, Kel. Kerten, Kec. Laweyan

Surakarta

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai PT Pos Indonesia Cab. Surakarta

Pendidikan : Sarjana D3

Bahwa terdakwa Ruhimat Natadilaga secara berlanjut pada bulan Maret

2002 sampai dengan Januari 2003, yang bertempat di PT. Pos Indonesia Cab.

Surakarta, bahwa karena jabatan terdakwa di bagian Sentral Giro Gabungan

sehingga terdakwa dengan mudah menyalahgunakan jabatannya, mula-mula

terdakwa mengisi cek PT. POS Indonesia nasabah atas nama Edi Hendrata,

kemudian terdakwa memalsukan tanda tangan nasabah tersebut, kemudian

terdakwa menyuruh saksi Jonet Wijayanto untuk mencairkan cek tersebut ke PT.

Pos Indonesia Cab. Surakarta, kemudian saksi Jonet Wijayanto membawa cek

sesuai persyaratan dengan melampiri KTP aslinya datang ke bagian Sentral Giro

Page 43: Skripsi anita indra prasta fix

30

Gabungan yang dijabat oleh terdakwa, selanjutnya terdakwa mencocokkan tanda

tangan nasabah yang besangkutan dan mengecek apakah jumlah dana yang

diambil sesuai dengan rekeningnya, apabila jumlah dana sudah mencukupi,

terdakwa sebagai petugas Sentral Giro Gabungan mengesahkan cek tersebut dan

menandatangani dan distempel, kemudian nasabah menyerahkan cek tersebut ke

bagian loket pembayaran, kemudian oleh petugas loket pembayaran diperiksa

apakah cek tersebut sudah memenuhi syarat petugas loket pembayaran

menandatangani cek tersebut dan membayar kepada nasabah, selanjutnya cek

tersebut diserahkan kembali kepada terdakwa untuk diarsipkan, namun oleh

terdakwa cek tersebut dimusnahkan atau dibakar untuk menghilangkan bukti,

perbuatan ini dilakukan terdakwa berulang kali sebanyak 32 kali mulai bulan

Maret 2002 sampai bulan Januari 2003 dengan jumlah keseluruhan uang yang

dipergunakan terdakwa sebanyak Rp. 127.600.000,00, oleh terdakwa uang

tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

a. Primair: perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana.

b. Subsidair: perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Page 44: Skripsi anita indra prasta fix

31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Undang-

Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi Juncto Pasal 64 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Menimbang bahwa, oleh karena surat dakwaan jaksa penuntut umum

disusun dalam bentuk subsideritas, maka majelis terlebih dahulu

mempertimbangkan dakwaan primair tersebut telah terbukti maka dakwaan

subsidair tidak perlu dibuktikan lagi;

3. Pembelaan Terdakwa

Pada kesempatan yang diberikan kepada majelis hakim kepada terdakwa

untuk mengajukan pembelaan, terdakwa secara lisan pada pokoknya mengakui

perbuatannya seperti yang didakwakan jaksa penuntut umum dan terdakwa

meminta majelis hakim menghukum seringan-ringannya atau memberikan

keringanan hukuman;1

4. Pertimbangan-Pertimbangan Hakim

Menimbang bahwa, dalam dakwaan primair yaitu Pasal 3 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi Juncto Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2001 Juncto Pasal 64 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

mengandung unsur delik sebagai berikut:2

1 Wawancara Dengan Bpk. Bintoro S.H, Hakim Pengadilam Negeri Klas IA Surakarta, Tanggal. 2

November 2011, Pkl. 09.00 2 Putusan Nomor: 94/Pid.B/2003/PN/Ska, hlm. 12

Page 45: Skripsi anita indra prasta fix

32

a) Setiap orang;

b) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi;

c) Menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatannya atau kedudukannya;

d) Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi dihubungkan

dengan barang bukti berupa Giro Pos Dari Kantor Pos Solo, Rekening Giro dari

PT Bank Bumi Artha Indonesia Cab. Surakarta dan daftar cek pos yang diuangkan

tanpa pendebeturan oleh Supervisor Giro serta dihubungkan keterangan terdakwa

maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah perbuatan terdakwa telah

memenuhi unsur-unsur dibawah ini:

Menimbang bahwa, yang dimaksud “setiap orang” dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah siapa saja sebagai subyek hukum

yang mampu bertanggung jawab didepan hukum yang didakwa melakukan tindak

pidana. bahwa terdakwa Ruhimat Natadilaga setelah diteliti identitasnya adalah

orang yang telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi maka menurut

Majelis yang dimaksud dengan “setiap orang” tersebut ditujukan kepada Ruhimat

Natadilaga, dengan demikian unsur tersebut telah terpenuhi.

Menimbang, bahwa unsur kedua “dengan tujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau korporasi”. Bahwa unsur ini bersifat alternatif,

sehingga apabila salah satu sudah memenuhi maka unsur yang lain tidak perlu

dibuktikan. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Jonet Wijayanto alias Wijayanto

Page 46: Skripsi anita indra prasta fix

33

dan Ny. Yunita serta pengakuan terdakwa ternyata uang yang berasal dari

pencairan cek PT. Pos dan Giro Solo sejumlah Rp.127.600.000,- digunakan untuk

kepentingan atau keperluan terdakwa sendiri yang berfoya-foya dengan

perempuan di Hotel Jayati Solo dan hotel lain di wilayah Banjarsari Solo dan

disamping itu untuk membayar kartu kredit atas nama terdakwa setiap bulannya.

Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

Menimbang bahwa unsur ketiga adalah “menyalahgunakan wewenang,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan”.

Bahwa terdakwa Ruhimat Natadilaga menjabat sebagai supervisor pada Kantor

Pos dan Giro Surakarta yang bertugas mengelola keluar masuknya Cek dan Giro,

ternyata berdasarkan keterangan saksi Achmad Fuad Kamali, Sony Senjaya,SE,

Buntoro, Agung Nugroho, yang kesemuanya dari Kantor Pos dan Giro Surakarta,

terdakwa mulai bulan Maret 2002 sampai dengan bulan Januari 2003 telah

menerbitkan cek atas rekening dari PT Bank Bumi Artha Cab. Surakarta sebanyak

32 kali sampai sejumlah Rp.127.600.000,-, sedangkan dana PT Bank Bumi Artha

Cab. Surakarta setiap bulannya telah habis diambil oleh PT Bank Bumi Artha

Cab. Surakarta sendiri sehingga dana yang dikeluarkan oleh PT Kantor Pos dan

Giro Surakarta atas terbitnya cek yang dibuat oleh terdakwa tersebut

dipertanggungjawabkan kepada PT Kantor Pos dan Giro Surakarta sehingga PT

Kantor Pos dan Giro Surakarta menderita kerugian;

Bahwa, semestinya terdakwa sebagai supervisor bertugas mengawasi dan

mengelola keluar masuknya cek dan giro pada Kantor Pos dan Giro Surakarta

tidak bisa mengeluarkan cek apabila dana dari pemegang rekening yang

Page 47: Skripsi anita indra prasta fix

34

bersangkutan dalam hal ini PT Bank Bumi Artha Cab. Surakarta tidak ada

dananya;

Bahwa cek yang dibuat oleh terdakwa setelah dicairkan oleh saksi Jonet

Wijayanto atas perintah terdakwa semestinya diserahkan kepada bagian arsip

yaitu saksi Buntoro, tetapi cek tersebut disimpan sendiri oleh terdakwa, bahwa hal

tersebut bisa dilakukan karena terdakwa menjabat sebagai Supervisor Sentral Giro

Gabungan;

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut dimuka Majelis berpendapat

bahwa unsur tersebut telah terpenuhi.

Menimbang bahwa unsur keempat “dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara”, bahwa, yang dimaksud dengan keuangan negara

adalah seluruh kekayaan Negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak

dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak

dan kewajiban yang timbul karena:

1) Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat

lembaga negara baik ditingkat pusat maupun daerah;

2) Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, badan

Hukum dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga

berdasarkan perjanjian dengan Negara;

Bahwa, terdakwa bekerja pada PT (Persero) kantor Pos dan Giro

Surakarta sebagai supervisor Central Giro Gabungan yang merupakan Badan

Usaha Milik Negara yang sebagian modalnya merupakan Kekayaan Negara;

Page 48: Skripsi anita indra prasta fix

35

Bahwa akibat perbuatan terdakwa yang telah menerbitkan Cek atau

Rekening Giro dari PT Bank Bumi Artha Cab. Surakarta yang tidak ada dananya

sehingga dananya tersebut dipartunggjawabkan pada PT (Persero) Kantor Pos dan

Giro Surakarta sampai sejumlah Rp.127.600.000,- akibatnya PT Pos dan Giro

Surakarta menderita kerugian sebesar Rp.127.600.00,-. Dengan demikian unsur

“dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” telah terpenuhi.

Bahwa, berdasarkan pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan di

muka Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi

semua unsur tindak pidana yang didakwakan dalam dakwaan Primair yaitu Pasal

3 Undang-Undang R.I No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi Juncto Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Menimbang bahwa, berdasarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa

serta bukti surat berupa Giro yang diterbitkan Kantor Pos dan Giro Surakarta

sejumlah 32 lembar, dimulai tanggal 31 Maret 2002 sampai dengan 16 Januari

2003, maka perbuatan terdakwa menerbitkan cek yang tidak terdapat dana dari

rekening nasabah yang bersangkutan tersebut merupakan perbuatan yang berlanjut

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 KUHP.

Menimbang, bahwa oleh karena perbuatan terdakwa telah memenuhi

semua unsur tindak pidana yang didakwakan maka terdakwa harus dinyatakan

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

korupsi secara berlanjut.

Page 49: Skripsi anita indra prasta fix

36

Menimbang, bahwa dalam persidangan tidak terdapat adanya alasan

pemaaf atau alasan pembenar yang dapat menghapus kesalahan terdakwa maka

terdakwa harus bertanggungjawab menurut hukum atas perbuatan yang dilakukan

sehingga terdakwa harus di hukum yang setimpal dengan perbuatannya;

Menimbang bahwa, oleh karena dakwaan Primair sudah terbukti maka

Dakwaan Subsidair tidak perlu dibuktikan;

Menimbang bahwa terdakwa berada dalam tahanan ternyata dalam

persidangan tidak terdapat adanya alasan untuk mengeluarkan dari tahanan, maka

terdakwa harus diperintahkan untuk tetap berada dalam tahanan Rutan;

Menimbang bahwa, oleh karena terdakwa berada dalam tahanan maka

berdasarkan ketentuan Pasal 22 Ayat (4) KUHAP masa penahanan tersebut harus

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa terbukti telah menikmati hasil

kejahatannya yang berakibat merugikan keuangan Negara maka selain dijatuhi

pidana penjara, berdasarkan pasal 18 Undang-Undang No.31 Tahun 1999

terdakwa juga harus di hukum untuk membayar uang pengganti kepada Negara

dan apabila tidak mampu membayar, diganti dengan pidana kurungan;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti bersalah

melakukan tindak pidana korupsi dan dijatuhi hukuman pidana maka kepadanya

harus dibebani untuk membayar biaya perkara;

Page 50: Skripsi anita indra prasta fix

37

Menimbang, bahwa tentang barang bukti berupa: 32 (tiga puluh dua)

lembar daftar pertanggungjawaban (GIR.10) dan 2 (dua) lembar daftar

pertanggungjawaban (GIR. 101) tetap terlampir dalam berkas perkara;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana yang seadil-adilnya bagi

terdakwa perlu dipertimbangkan keadaan yang meringankan maupun keadaa yang

memberatkan.

Hal-hal yang meringankan:3

a) Terdakwa secara jujur mengakui terus terang akan perbuatannya;

b) Terdakwa seorang kepala rumah tangga masih bertanggungjawab memberi

nafkah anak dan istrinya;

c) Terdakwa belum pernah dihukum

d) Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya

lagi;

e) Perbuatan terdakwa dapat berlangsung secara berlanjut karena lemahnya

pengawasan.

Hal-hal yang memberatkan:

a) Terdakwa telah menikmati hasil kejahatannya;

b) Sebagian hasil kejahatannya untuk berbuat maksiat dengan perempuan lain;

c) Perbuatan terdakwa dilakukan ditenganh pemerintah sedang giat-giatnya

memberantas KKN dari para aparatnya.

3 Sumber Data Dari PN Negeri Klas IA Surakarta dan Hasil Wawancara Dengan Hakim

(Bpk.Bintoro. SH)

Page 51: Skripsi anita indra prasta fix

38

Mengingat pasal 3 Undang-Undang R.I No.31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Undang-Undang R.I No.20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 Ayat (1)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan ketentuan dalam KUHAP.

Mengadili

a. Menyatakan terdakwa Ruhimat Natadilaga, telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara

berlanjut;

b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut dengan hukuman penjara

selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan;

c. Menghukum terdakwa untuk membayar uang pengganti kepada Negara

sebesar Rp.127.600.000,- (seratus dua puluh juta enam ratus ribu rupiah)

apabila tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;

d. Menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

e. Menetapkan barang bukti berupa: 32 (tiga puluh dua) lembar daftar

pertanggungjawaban (GIR.10) dan 2 lembar daftar pertanggungjawaban

(GIR.101) tetap terlampir dalam berkas perkara;

f. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp.2000,-

g. Memerintahkan terdakwa agar tetap berada dalam tahanan.

Page 52: Skripsi anita indra prasta fix

39

BAB IV

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM

PUTUSAN NOMOR:94/Pid.B/2003/PN.Ska TENTANG TINDAK PIDANA

KORUPSI

A. Analisis Putusan Mengenai Penggunaan Alat Bukti Petunjuk Dalam Kasus

Tindak Pidana Korupsi Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska

Dalam pembuktian suatu perkara pidana, alat bukti memegang perana

yang sangat penting dalam membuktikan kesalahan terdakwa di pengadilan. Alat

bukti yang digunakan Majelis Hakim dalam membuktikan kesalahan terhadap

Ruhimat Natadilaga dalam perkara korupsi ini adalah:

1. Keterangan saksi;

2. Keterangan terdakwa;

3. Surat;

4. petunjuk

Penggunaan alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi ini juga diperkuat

dengan dicantumkannya alat bukti petunjuk di dalam surat tuntutan jaksa penuntut

umum untuk perkara korupsi ini, yaitu: Surat Tuntutan

No.Reg.Perkara:1/SKRTA/FC.1/4/2003. Surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum ini

mengandung 4 (empat) macam alat bukti yaitu:

1. Keterangan saksi-saksi

2. Keterangan Terdakwa

3. Surat-Surat

4. Petunjuk

Page 53: Skripsi anita indra prasta fix

40

Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, terdapat suatu petunjuk

yang dapat ditarik dari persesuaian antara keterangan saksi-saksi dan keterangan

terdakwa dengan didukung alat bukti surat-surat yang secara nyata dan jelas dapat

menerangkan perbuatan, kejadian, atau keadaan karena persesuaiannya tersebut.

Baik antara satu dengan yang lain maupun dengan tinadak pidana itu sendiri,

menandakan bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi secara berlanjut dan

Ruhimat Natadilagalah pelaku tindak pidana tersebut. Fakta-fakta yang

menggambarkan suatu petunjuk, yang diperoleh dari ketentuan di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Bahwa, pada hari Jum’at tanggal 17 Januari 2003 saksi diberitahu oleh

Ahmad Fuad Kamali bahwa pada tanggal 13 dan 16 Januari 2003 ada

pertanggung jawaban pengeluaran cek masing-masing sebesar Rp 3.800.000,-

dan Rp 3.400.000,- yang tidak ada wujud ceknya, dan selanjutnya saksi

memeriksa arsip pertanggung jawaban kebelakang malah bertambah menjadi

32 lembar cek yang tidak ada wujud ceknya yang jumlah nilai uang

seluruhnya Rp.127.600.000,- (seratus dua puluh tujuh juta enam ratus ribu

rupiah) terhitung dari bulan Januari 2003 kebelakang sampai bulan Maret

2002;

2. Bahwa, cek sebanyak 32 lembar tersebut seharusnya terlampir pada

pertanggung jawaban Gir 10 dan Gir 101, namun tidak ada satupun cek yang

terlampir, menurut keterangan terdakwa cek tersebut telah dimusnahkan

untuk menghilangkan jejak;

Page 54: Skripsi anita indra prasta fix

41

3. Bahwa benar sejak bulan Maret 2002 sampai dengan bulan Januari 2003

terdakwa telah menggunakan uang milik PT Pos Indonesia Cab. Surakarta

tanpa seijin pimpinan terdakwa dan kesemuanya terdakwa lakukan di Kantor

Pos Indonesia Cab. Surakarta dimana terdakwa bekerja;

4. Bahwa, terdakwa menjabat sebagai Supervisor Sentral Giro Gabungan yang

bertugas dan mempunyai wewenang dan mengelola Cek dan Giro;

5. Bahwa, benar uang milik Kantor Pos Indonesia Cab. Surakarta yang

digunakan terdakwa sebesar Rp 127.600.000,-;

6. Bahwa, terdakwa menggunakan uang tersebut dengan cara mengisi cek PT

Pos dengan atas nama nasabah dari Bank Bumi Artha Cab. Surakarta yang

beralamat di Jl. Gatot Subroto Surakarta dan tanda tangan Direktur Bank

Bumi Artha dipalsu, sebagian menyuruh orang lain yang bernama Wijayanto

dan sebagian diambil oleh terdakwa sendiri. Pengambilan uang tersebut

berjalan sampai 32 kali terhitung sejak Maret 2002 sampai Januari 2003;

7. Bahwa, prosedur pengambilan uang dengan menggunakan cek, pertama

nasabah menyerahkan lembar cek ke bagian loket giro yang dilayani oleh Sdr.

Agung Nugroho setelah dicek dinyatakan sah uang langsung dicairkan oleh

Agung Nugroho ke nasabah dan selanjutnya cek diserahkan kebagian pemilik

yaitu Ibu Sri Hartati untuk dibukukan;

8. Bahwa, terdakwa mengakui kalau Bank Bumi Artha Cab. Surakarta

membuka rekening di Kantor Pos Cab. Surakarta sebelum terdakwa bekerja

di Kantor Pos Cab. Surakarta;

9. Bahwa, terdakwa menggunakan uang milik PT Pos Indonesia Cab. Surakarta

sebanyak Rp 127.600.000,- tidak seijin dengan pimpinannya atau pejabat

Page 55: Skripsi anita indra prasta fix

42

yang berwenang dengan maksud untuk dimiliki sendiri dan uang tersebut

sudah habis digunakan untuk foya-foya di tempat hiburan bersama

perempuan/wanita penghibur yang baru dikenal terdakwa dan sebagian

uangnya digunakan untuk mengisi rekening milik terdakwa;

10. Bahwa, setiap bulan terdakwa mendapat gaji dari PT Pos Indonesia Cab.

Surakarta Rp. 1.600.000,-;

11. Bahwa, pada waktu terdakwa melakukan korupsi, terdakwa bekerja di bagian

Sepervisor Sentral Giro Gabungan yang bertugas ikut mengecek/memeriksa

cek dari nasabah selanjutnya cek disimpan oleh sdr. Buntoro bagian arsip,

namun cek yang dipalsu oleh terdakwa tidak diserahkan kebagian arsip tetapi

disimpan terdakwa sendiri dan sekarang cek palsu oleh terdakwa sudah

dibakar atau dimusnahkan untuk menghilangkan jejak;

12. Bahwa; pada waktu terdakwa menyuruh sdr. Wijayanto untuk mengambil

uang di Kantor Pos Cab. Surakarta dengan menggunakan cek, setiap

pengambilan Sdr. Wijayanto terdakwa beri upah sebesar Rp. 50.000,- kadang

Rp.100.000,- dan terdakwa tidak memberitahu sdr. Wijayanto bahwa

perbuatan tersebut adalah perbuatan jahat;

13. Bahwa, terdakwa melakukan tindakan korupsi tersebut dilakukan atas

kehendak sendiri dan dilakukan sendiri dan tidak bersama dengan karyawan

lainnya;

14. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dipersidangan kerugian Negara PT.

Pos Indonesia cab. Surakarta akibat perbuatan terdakwa adalah

Rp.127.600.000,- (seratus dua puluh tujuh juta enam ratus ribu rupiah).

Page 56: Skripsi anita indra prasta fix

43

Dari uraian-uraian diatas tampak jelas terdapat beberapa persesuaian

antara kejadian atau keadaan dengan perbuatan maupun dengan tindak pidana

yang terjadi. Semua persesuaian tersebut menjadi petunjuk yang dapat

“mewujudkan suatu kerangka yang utuh” tentang tindak pidana korupsi secara

berlanjut yang terjadi antara bulan Maret 2002 sampai dengan bulan Januari 2003

yang pelakunya tiada lain adalah Ruhimat Natadilaga.

Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui bahwa alat bukti petunjuk

yang terdapat dalam putusan ini sudah sesuai dengan ketentuan yang terdapat

dalam pasal 188 ayat (1) KUHAP yang menyatakan:

“Petunjuk ialah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena

persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak

pidana yang lain menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa

pelakunya”. 1

Sumber-sumber yang digunakan majelis hakim untuk mengkonstruksi

alat bukti petunjuk dalam putusan perkara korupsi ini berasal dari:

1. Keterangan saksi-saksi

a. Soni sanjaya, S.E

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya adalah

terjadi penarikan dana dengan cek atas nama PT. Bank Bumi Artha cab.

Surakarta, sebanyak 32 kali dengan jumlah sebesar Rp. 127.600.000,-, dari

bulan Maret 2002 sampai Januari 2003 di PT. Pos Indonesia Cab.

Surakarta tanpa terlampir lembar pertanggungjawaban GIR 10 dan GIR

1 KUHAP Dan KUHP, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 273

Page 57: Skripsi anita indra prasta fix

44

101 yang dilakukan oleh terdakwa, dimana cek tersebut telah dimusnahkan

oleh terdakwa;

b. Ahmad Fuad Kamali

Di bawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya adalah saksi

mengetahui adanya tindak pidana korupsi ketika diminta terdakwa supaya

memasukkan pembukuan arsip cek, ternyata ada salah satu cek yang

tertanggal 16 Januari 2003 senilai Rp. 3.400.000,- tidak terlampir dalam

jurnal cek. Kemudian saksi melaporkan pada pimpinan dan menelusuri

arsip ternyata malah menemukan cek yang tidak dilampirkan bertambah

menjadi 32 lembar dari bulan Maret 2002 sampai dengan bulan Januari

2003 senilai Rp. 127.600.000,- dimana uang tersebut milik PT. Pos

Indonesia Cab. Surakarta dan terdakwa menggunakannya tanpa seijin

pimpinan, sedangkan 32 lembar cek telah dimusnahkan oleh terdakwa;

c. Jonet Wijayanto alias Wijayanto

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya saksi telah

disuruh terdakwa 19 kali mengambil uang dikantor PT. Pos Indonesia Cab.

Surakarta dengan menggunakan cek dan yang terakhir tanggal 16 Januari

2003 pukul 10.00 WIB, senilai Rp. 3.400.000,-, setelah saksi mengambil

kemudian diberi upah oleh terdakwa sebesar Rp. 100.000,- dan kadang-

kadang Rp.50.000,-, saksi tidak merasa curiga dan mengira uang tersebut

benar-benar milik terdakwa. Saksi disuruh mengambil uang dengan cara

ditelepon, didatangi ditempat kerja Hotel Jayanti Banjarsari dan kadang

ditunggu terdakwa di halaman kantor pos atau di ruang terdakwa, saksi

langsung diberi cek untuk mengambil uang;

Page 58: Skripsi anita indra prasta fix

45

d. Buntoro

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya adalah saksi

tahu adanya tindak pidana korupsi diberitahu oleh Ahmad Fuad Kamali

hari Jum’at tanggal 17 Januari 2003 ada selisih jurnal cek yang seharusnya

7 ternyata hanya ada 6 lembar yang masuk daftar. Kemudian saksi ikut

menelusuri dan ternyata malah bertambah menjadi 32 lembar cek yang

tidak masuk daftar dari bulan Maret 2002 sampai bulan Januari 2003

senilai Rp. 127.600.000,- yang sudah cair dan yang mencairkan terdakwa

atas nama nasabah Bank Bumi Artha Cab. Surakarta dengan No. Rekening

Slo 40.20 dari PT Pos Indonesia Cab. Surakarta. Saksi mendengar bahwa

32 lembar cek tersebut telah dimusnahkan oleh terdakwa.

e. Agung Nugroho

Menerangkan yang pada pokoknya adalah saksi mengetahui

adanya tindak pidana korupsi setelah diberitahu oleh Ahmad Fuad Kamali

yang menanyakan apakah ada pencairan cek atas nama Bank Bumi Artha

dengan nomor rekening 40.20 sebesar Rp. 3.400.000,- pada tanggal 16

Agustus 2003 dan saksi menjawab tidak ada. Selanjutnya saksi bernama

Ahmad Fuad Kamali mengecek ke rekening koran bagian giro ternyata

tidak ada uang senilai Rp. 3.400.000,- yang masuk rekening koran dan

kebelakang malahan bertambah menjadi 32 kali pengambilan yang tidak

masuk daftar rekening koran terhitung dari bulan Januari 2003 ke belakang

sampai bulan Maret 2002 dengan nomor rekening cek yang sama dan

jumlah nilai uang seluruhnya sebanyak Rp. 127.600.000,-

Page 59: Skripsi anita indra prasta fix

46

f. Ny. Yunita

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya saksi kenal

dengan terdakwa karena bekerja sebagai wanita penghibur dan terdakwa

sebagai tamu dan sering dibooking oleh terdakwa, dalam satu tahun

dibooking sekitar 10 kali dan sekali dibooking dibayar Rp. 300.000,-

kadang-kadang Rp. 200.000,- saksi juga pernah dibelikan HP merk Nokia

di Matahari Singosaren seharga Rp. 1.480.000,- dan saksi tidak tahu uang

yang digunakan untuk membayar saksi adalah hasil korupsi. Saksi juga

tahu terdakwa banyak mempunyai banyak simpanan wanita penghibur di

hotel-hotel sekitar Banjarsari Sugrakarta;

g. Sajarwo Budi Lelono

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokonya adalah saksi

pada hari Jum’at tanggal 17 Januari 2003 telah menerima telepon dari

Ahmad Fuad Kamali yang menanyakan penarikan cek giro atas nama

Jonet Wijayanto, dan saksi menjawab tidak ada selanjutnya saksi

menelepon ke kantor PT. Pos Indonesia Cab. Surakarta karena curiga dan

dijawab oleh petugas PT. Pos Indonesia Cab. Surakarta hanya ada selisih.

Bank Numi Artha Cab. Surakarta pada tanggal 13 Januari 2003 dan

tanggal 16 Januari 2003 tidak pernah mengambil uang mengambil uang di

kantor PT. Pos Indonesia Cab. Surakarta dengan menggunakan cek,

biasanya mengambil uang pada tanggal 20 s/d 27 setiap bulannya. Bank

Bumi Artha membuka rekening Slo 40.20, dana milik Bank Bumi Artha

saksi tepatnya tidak tahu. Biasanya sesuai tagihan sebesar Rp.

Page 60: Skripsi anita indra prasta fix

47

120.000.000,- pada tanggal 13 dan 16 Januari 2003 Bank Bumi Artha tidak

punya dana, hanya punya dana Rp. 234.000,-

Dari uraian keterangan saksi-saksi tersebut diatas, dari ketujuh saksi yang

di diajukan penuntut umum hanya ada 3 (tiga) orang yaitu: Sonny Sanjaya, S.E,

Ahmad Fuad Kamali dan Jonet Wijayanto alias Wijayanto yang memenuhi syarat

sah sebagai saksi sebagaimana termuat dalam ketentuan pasal 1 butir 27 KUHAP

yang menyebutkan bahwa keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam

perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri ia alami sendiri dan dengan

menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Alasan pengetahuan saksi terhadap

peristiwa tersebut sangat berguna untuk menilai keterangan saksi yang

bersangkutan (pasal 185 ayat (6) huruf c KUHAP). Kebenaran yang dikemukakan

saksi terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri. Saksi tidak

dituntut untuk menerangkan sesuatu yang berupa cerita orang lain (testimonium de

audito) maupun perkiraan, pendapat maupun dugaan. Dengan demikian hal-hal

yang bersifat persangkaan tidak perlu dikemukakan dalam sidang pengadilan.2

Letak perbedaan antara saksi Sonny Sanjaya, S.E, Achmad Fuad Kamali

dan Jonet Wijayanto alias wijayanto dengan saksi yang lain adalah bahwa saksi

Sonny Senjaya, S.E, Achmad Fuad Kamali dan Jonet Wijayanto alias Wijayanto

mengalami dan melihat sendiri peristiwa pidana yang dilakukan oleh Rahmat

Natadilaga.

2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang

Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: Edisi ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2000,

hlm. 183

Page 61: Skripsi anita indra prasta fix

48

Dalam hal perumusan makna saksi testimonium de auditu disebutkan

bahwa testimonium de auditu adalah kesaksian yang berisi keterangan yang

bersumber dari keterangan orang lain. Keterangan saksi yang demikian

bertentangan dengan pasal 1 butir 27 KUHAP sehingga tidak bernilai sebagai alat

bukti yang sah dan tidak memiliki kekuatan pembuktian, sehingga keterangan

saksi yang bersifat testimonium de auditu termasuk di luar alat bukti.

Masalah kesaksian testimonium de auditu menjadi salah satu proses

penghambat dalam proses persidangan terutama dalam perkara korupsi, karena

dalam perkara ini pelakunya melakukan kejahatan secara individu, sehingga tidak

diketahui orang lain untuk jangka waktu yang lama serta akibat yang ditimbulkan

dari tindak pidana korupsi ini diketahui oleh korban (dalam hal ini Negara cq. PT.

Pos Indonesia Cab. Surakarta) untuk jangka waktu yang lama.

Dalam Undang-Undang tidak memeberikan penjelasan tentang pasal 1

butir 27 KUHAP apakah persyaratan tersebut harus dipenuhi secara kumulatif

ataupun secara alternatif. Tetapi keterangan saksi yang dipenuhi kumulatif seperti

yang dijelaskan pasal 1 butir 27 KUHAP hanyalah keterangan yang diperoleh dari

saksi korban. Dapat diketahui persyaratan keterangan saksi tersebut dapat

dipenuhi secara alternatif.

2. Keterangan Terdakwa Ruhimat Natadilaga

Terdakwa menerangkan bahwa sejak bulan Maret 2002 sampai dengan

bulan Januari 2003 menggunakan uang PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta yang

jumlah seluruhnya sebanyak Rp 127.600.000,-, dengan cara mengisi cek PT Pos

atas nama nasabah dari Bank Bumi Artha Cabang Surakarta dan tanda tangan

Page 62: Skripsi anita indra prasta fix

49

Direktur Bank Bumi Artha palsu, sebagian menyuruh orang lain bernama Jonet

Wijayanto dan sebagian diambil terdakwa sendiri, pengambilan telah berjalan

sampai 32 kali. Prosedur pengambilan uang dngan menggunakan cek, pertama

nasabah menyerahkan lembar cek ke bagian loket Giro yang dilayani sdr. Agung

Nugroho setelah cek dinyatakan sah, langsung dicairkan ke bagian penilik yaitu

Ibu Sri Hartati untuk dibukukan. Terdakwa telah mengetahui Bank Bumi Artha

cabang Surakarta membuka rekening di Kantor Pos cabang Surakarta sebelum

terdakwa bekerja di Kantor Pos Cabang Surakarta. Terdakwa menggunakan uang

milik PT Pos Cabang Surakarta sebanyak Rp 127.600.000,- tanpa izin pimpinan

atau pejabat yang berwenang dengan maksud dimiliki sensiri dan uang tersebut

sudah habis untuk foya-foya di tempat hiburan bersama perempuan atau wanita

penghibur dan sebagian habis untuk mengisi kartu kredit. Terdkwa setiap bulan

mendapat gaji sebesar Rp.1.600.000,- dan ketika melakukan korupsi bekerja

sebagai Supervisor Sentral Giro Gabungan yang bertugas ikut mengecek atau

memeriksa cek dari nasabah selanjutnya disimpan oleh sdr. Buntoro bagian arsip

tetapi disimpan terdakwa sendiri dan sekarang cek tersebut telah dibakar atau

dimusnahkan untuk menghilangkan jejak.

Dari keterangan terdakwa yang diberikan terdakwa dalam persidangan

nampak jelas bahwa terdakwa mengakui semua perbuatan yang didakwakan

kepadanya. Namun demikian tidak berarti bahwa keterangan yang diberikan

terdakwa merupakan alat bukti yang sah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Keterangan yang diberikan didalam persidangan

Page 63: Skripsi anita indra prasta fix

50

b. Tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri dan yang

terdakwa alami sendiri

3. Alat Bukti Surat

Alat bukti surat yang ditunjukkan dan diperlihatkan dalam persidangan

berupa 32 (tiga puluh dua) lembar pertanggungjawaban (GIR.10) dari yang

pertama tanggal 30 Maret 2002 sebesar Rp 8.300.000,- sampai dengan yang

terkahir (ke-32) tanggal 16 Januari 2003 sebesar Rp 3.400.000,- dan 2 (dua)

lembar pertanggungjawaban (GIR.101). Barang Bukti tersebut telah diperlihatkan

kepada para saksi dan atau terdakwa dan mereka telah membenarkannya.

Alat bukti surat yang digunakan oleh Majelis Hakim di dalam

persidangan apabila dilihat dari ketentuan pasal 187 KUHAP adalah termasuk

dalam surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata

laksana yang menjadi tanggung jawab dan yang diperuntukkan bagi pembuktian

suatu keadaan.

Selain masuk dalam kategori surat yang diatur pasal 187 huruf b KUHAP

tersebut, surat ini juga termasuk ke dalam surat yang diatur dalam pasal 187 huruf

d KUHAP yaitu “ surat lain yang hanya berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain”. Menurut M. Yahya Harahap, definisi surat yang

terkandung dalam pasal 187 huruf d KUHAP ini sangat rancu karena surat ini

tidak dengan sendirinya merupakan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang.

Surat bentuk ini hanya mempunyai nilai alat bukti bila mempunyai hubungan

dengan alat bukti yang lain.3

3 Ibid, hlm. 307

Page 64: Skripsi anita indra prasta fix

51

Dari uraian yang telah dijelaskan dalam penggunaan alat bukti petunjuk

dalam perkara korupsi ini maka alat bukti petunjuk tersebut mempunyai kekuatan

“yang bebas” dalam arti :

1. Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh

petunjuk. Oleh karena itu, hakim bebas menilainya dan mempergunakannya

sebagai upaya pembuktian

2. Petunjuk sebagai alat bukti, tidak bisa berdiri sendiri membuktikan kesalahan

terdakwa, dia terikat pada batas minimum pembuktian oleh karena itu agar

petunjuk mempunyai nilai pembuktian yang cukup harus didukung dengan

sekurang-kurangnya satu alat bukti yang lain.4

Sehingga penggunaan alat bukti petunjuk dalam kasus ini telah sesuai

dengan pasal 188 ayat (2) KUHAP. Tentunya hal ini juga sudah sesuai dengan

pasal 183 KUHAP dan sistem atau teori pembuktian yang berlaku di Indonesia,

yaitu sistem atau teori menurut Undang-Undang secara negatif (negatif wetteljik

stelsel) yang menyatakan bahwa hakim hanya boleh menyatakan terdakwa

bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan apabila dia yakin dan

keyakinannya tersebut didasarkan pada alat bukti yang sah menurut Undang-

Undang.

Berdasarkan alat bukti surat tersebut yang telah diakui kebenarannya oleh

para saksi dan atau terdakwa dan terdapat persesuaian dengan keterangan saksi

dan keterangan terdakwa, maka alat bukti surat tersebut mempunyai kekuatan

pembuktian “yang bebas” dalam arti bahwa hakim bebas menilai kekuatan dan

kebenarannya.

4 Ibid, hlm. 317

Page 65: Skripsi anita indra prasta fix

52

Berdasarkan uraian-uraian diatas alat-alat bukti yang digunakan Majelis

Hakim untuk mengkonstruksi alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi ini telah

memenuhi ketentuan yang ada pada pasal 188 ayat (2) KUHAP, yang

menyebutkan bahwa petunjuk hanya dapat diperoleh dari:

1. Keterangan saksi

2. Surat

3. Keterangan terdakawa

Dipergunakannya alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi ini

disebabkan oleh karena Majelis Hakim beranggapan bahwa dengan alat bukti

keterangan saksi, keterangan terdakwa dan surat belum cukup untuk membuktikan

kesalahan terdakwa, sehingga diperlukan adanya alat bukti tambahan yaitu alat

bukti petunjuk. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat bukti petunjuk

merupakan alat bukti terakhir yang digunakan Majelis Hakim untuk membuktikan

kesalahan terdakwa dan penggunaan alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi ini

telah memenuhi syarat sahnya sebagai alat bukti dan memenuhi prinsip minimum

sebagaiman yang diatur dalam KUHAP.

Page 66: Skripsi anita indra prasta fix

53

B. Analisis Penggunaan Alat Bukti Petunjuk Dalam Hukum Pidana Islam

Setiap praktek persidangan sering mengalami kesulitan untuk

menerapkan alat bukti petunjuk. Kekurang hati-hatian mempergunakannya,

putusan pada perkara yang bersangkutan bisa ngambang pertimbangannya dalam

suatu keadaan yang samar, putusan itu lebih dekat kepada sifat penerapan hukum

secara sewenang-wenang, karena putusan tersebut didominasi oleh penilaian

subyektif yang berlebihan.5 Dalam hukum Islam bukti tulisan atau surat

merupakan salah satu alat bukti selain pengakuan dan saksi, bukti tulisan

merupakan akta yang kuat sebagai alat bukti di pengadilan dalam menetapkan hak

atau membantah suatu hak.6

Pentingnya bukti tulisan atau surat ini berdasarkan pada firman Allah

SWT, QS. Al-Baqarah: 283 yang berbunyi:

ى ك ن ك نى و و ى و و رى و ونى وإ ك وى و اإ ب ى و إ و انى و ن ك وو نى ى .... و إانArtinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang)... (QS. Al-Baqarah: 283)7

Cukup beralasan jika tulisan atau surat-surat dijadikan sebagai alat bukti

sebagai alat bukti di samping berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut di atas,

sampainya Al-Qur’an dan Hadist kepada kita sekarang ini yang merupakan

sumber dan pegangan pokok bagi ajaran Islam, tidak lain melalui tulisan.8

5 Ibid, hlm. 312

6 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum positif, Surabaya:

Pustaka Pelajar Offset, h. 64 7 Al-Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, h. 38

8 Op.cit, Anshoruddin, h. 65

Page 67: Skripsi anita indra prasta fix

54

Produk peradilan ada dua macam, yaitu penetapan dan keputusan.

Penetapan bermuara pada kebenaran, sedangkan keputusan bermuara pada

keadilan.9 Allah SWT berfirman:

قب ى و و نال ىصإ ن ى و إمو كىروبكو (ى١١٥ى).... وتوتنArtinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai

kalimat yang benar dan adil...”.(QS.Al-An’am: 115)10

Kedua macam produk tersebut dikeluarkan oleh pengadilan melalui suatu

proses pemeriksaan perkara yang didalamnya terdapat suatu tahapan yang disebut

pembuktian.11

Menurut hukum Islam prinsip-prinsip pembuktian tidak banyak berbeda

dengan perundang-undangan yang berlaku di zaman modern sekarang ini dari

berbagai macam pendapat tentang arti pembuktian, maka dapat disimpulkan

bahwa pembuktian adalah suatu proses menggunakan alat-alat bukti di muka

persidangan sesuai dengan hukum acara yang berlaku, sehingga mampu

meyakinkan hakim terhadap kebenaran dalil-dalil yang menjadi dasar gugatan

atau dalil-dalil yang dipergunakan untuk menyanggah tentang kebenaran dalil-

dalil yang telah dikemukakan oleh pihak lawan.

Berdasarkan hal diatas, maka Majelis Hakim dalam menggunakan alat

bukti petunjuk sebagai suatu dasar penilaian pembuktian kesalahan Ruhimat

Natadilaga adalah dengan sangat hati-hati, sangat dituntut kesadaran tanggung

jawab hati nurani hakim. Tuntutan tanggung jawab nurani itu, memperingatkan

9 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,

2006, h. 193 10

Al-Aliyy, loc.cit, h. 113 11

Op.cit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, h. 193

Page 68: Skripsi anita indra prasta fix

55

agar Majelis Hakim dalam menggunakan alat bukti petunjuk selalu bersikap “arif

dan bijaksana”. Tidak sembrono dan sewenang-wenang harus terlebih dahulu

diteliti mengadakan pemeriksaan yang menyeluruh secara cermat dan seksama,

sebagimana ketentuan pasal 188 ayat (3) KUHAP.

Dalam perkara ini telah dijelaskan bahwa alat bukti petunjuk tampak

secara eksplisit yang tercantum dalam keterangan saksi, keterangan terdakwa dan

surat-surat. Seperti halnya yang terlihat pada putusan ini bahwa alat bukti

petunjuk yang berasal dari saksi yang tidak memenuhi syarat pasal 1 butir 27

sehingga keterangan saksi tersebut digunakan sebagai alat bukti petunjuk

digunakan sebagai alasan pemberat yaitu pada keterangan saksi Yunita, yaitu

sebagai berikut :

Dibawah sumpah menerangkan yang pada pokoknya saksi kenal

dengan terdakwa karena bekerja sebagai wanita penghibur dan terdakwa

sebagai tamu dan sering dibooking oleh terdakwa, dalam satu tahun dibooking

sekitar 10 kali dan sekali dibooking dibayar Rp. 300.000,- kadang-kadang Rp.

200.000,- saksi juga pernah dibelikan HP merk Nokia di Matahari Singosaren

seharga Rp. 1.480.000,- dan saksi tidak tahu uang yang digunakan untuk

membayar saksi adalah hasil korupsi. Saksi juga tahu terdakwa banyak

mempunyai banyak simpanan wanita penghibur di hotel-hotel sekitar

Banjarsari Surakarta;

Dari pernyataan dari saksi Yunita dijadikan sebagai alasan pemberat

dalam putusan ini yaitu “sebagian hasil kejahatannya untuk berbuat maksiat

dengan perempuan lain”, yang kemudian pernyataan tersebut dibenarkan oleh

terdakwa.

Seperti yang telah penulis bahas dalam pengunaan alat bukti petunjuk

dalam sidang di pengadilan saksi tersebut disebut dengan saksi testimonium de

auditu, walaupun keterangan saksi di atas bertentangan dengan pasal 1 butir 27

Page 69: Skripsi anita indra prasta fix

56

KUHAP sehingga tidak dianggap sebagi alat bukti yang sah, tetapi hal tersebut

bisa digunakan untuk menambah keyakinan hakim.

Saksi testimonium de audito dalam hukum Islam disebut juga dengan

saksi Istifadhah (kabar yang tersebar) ialah berita yang mencapai derajat

mutawatir dan ahad (berita orang perorangan), yaitu berita yang sudah menyebar

dan menjadi pembicaraan di kalangan manusia. Berita yang sudah tersebar

merupakan suatu ketentuan hukum acara dalam meniadakan kecurigaan terhadap

saksi dan hakim, dan lebih nilai pembuktiannya dari kesaksian saksi dua orang

laki-laki yang diterima kesaksiannya.12

Golongan hanafiyah mengklasifikasikan berita menjadi tiga macam:

berita orang perorang (ahad), berita mutawatir, dan berita yang tersebar

(istifadhah). Mereka menempatkan derajat berita yang tersebar ini diantara dua

tingkatan, yaitu antara derajat berita orang perorangan dan derajat mutawatir, dan

mengecualikan dari derajat ini mengenai keumuman Al-Qur’an. Jadi berita yang

tersebar merupakan satu ketentuan hukum acara dalam meniadakan kecurigaan

terhadap saksi dan hakim, dan lebih kuat nilai kekuatan pembuktiannya dari

kesaksian saksi dua orang laki-laki yang diterima kesaksiannya. 13

Konsekuensi mengenai saksi istifadhah (de audito) bukan merupakan alat

bukti langsung, hanya sebagai sumber persangkaan saja artinya tidak mempunyai

nilai pembuktian sama sekali, karena bukan merupakan kesaksian.14

Sehingga

keterangan saksi yang demikian termasuk diluar alat bukti. Tetapi kemudian

keterangan saksi tersebut memiliki persesuaian dengan keterangan terdakwa yang

12

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, loc.cit, h. 344 13

Ibid, h. 345 14

Anshoruddin, loc.cit, h. 141

Page 70: Skripsi anita indra prasta fix

57

didukung dengan alat bukti surat tampak. Oleh karena itu, keterangan saksi di atas

dapat dimasukkan dalam alat bukti petunjuk.

Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa alat bukti petunjuk

dalam kasus korupsi ini berpengaruh terhadap memutuskan suatu perkara. Dalam

kasus korupsi jelas sekali terlihat bahwa ada sebagian alat bukti petunjuk

digunakan sebagai alasan yang memberatkan, sehingga mempengaruhi penetapan

putusan terhadap terdakwa walaupun disisi lain ada alasan yang meringankan.

Pada kenyatannya Jaksa Penuntut Umum pun tidak puas dengan hasil pada sidang

tingkat pertama sehingga Jaksa Penuntut Umum mengajukan Permohonan

Banding. Dalam Sidang Banding ini permohonan dari Jaksa Penuntut Umum

dikabulkan dan Hukuman penjara dari terdakwa tindak korupsi ini ditambah

menjadi 2 tahun tetapi tetap dengan denda yang sama.

Page 71: Skripsi anita indra prasta fix

58

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan skripsi penggunaan alat bukti petunjuk

dalam tindak pidana korupsi (studi kasus Nomor: 94/Pid.B/2003/PN.Ska), adalah

sebagai berikut:

1. Bahwa dalam penggunaan alat bukti petunjuk terdapat keterangan saksi,

surat, keterangan terdakwa, dan petunjuk. Dalam keterangan saksi inilah tidak

semua saksi bisa digunakan, karena dalam persaksian tersebut ada saksi yang

disebut dengan saksi (testimonium de audito) ialah keterangan yang didapat

atau diperoleh dari keterangan orang lain, dalam kasus ini saksi-saksi tersebut

antara lain: Buntoro, Agung Nugroho, Sajarwo, dan Yunita. Ternyata majelis

hakim beranggapan bahwa saksi tersebut dijadikan alat butki petunjuk untuk

menambah keyakinan hakim dalam memutus suatu perkara sehingga

kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan bantuan alat bukti petunjuk.

2. Saksi testemonium de audito dilakukan dalam persidangan, dan dalam hukum

Islam pun ada yaitu saksi istifadhoh (kabar yang tersebar) ialah berita yang

mencapai derajat antara mutawatir dan ahad (orang perorangan), yaitu berita

yang sudah menyebar dan sudah menjadi berita dikalangan masyarakat.

Tetapi dalam hukum Islam saksi istifadhoh bukan merupakan alat bukti

langsung, hanya sebagai persangkaan saja dan tidak mempunyai nilai

pembuktian sama sekali dalam hukum Islam. walaupun kesaksian tersebut

Page 72: Skripsi anita indra prasta fix

59

tidak termasuk alat bukti tetapi berpengaruh pada majelis hakim dalam

memutus suatu perkara.

B. SARAN

Saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Apabila hakim hendak mempergunakan alat bukti petunjuk sebagai dasar

penilaian pembuktian kesalahan terdakwa, maka dituntut kesadaran

tanggungjawab hati nurani hakim. Hakim harus bersifat “arif dan

bijaksana”. Tidak sembrono dan sewenang-wenangnya. Harus lebih dulu

dengan teliti mengadakan pemeriksaan yang menyeluruh secara cermat

dan seksama. Keserampangan hakim dalam mempergunakan alat bukti

petunjuk akan melanggar hak asasi terdakwa.

2. Saksi testemonium de audito dalam Islam pun ada yaitu saksi yang disebut

dengan istifadhoh (kabar yang tersebar) yaitu kabar yang diterima dari

masyarakat sekitar. Jadi dalam Islam hakim juga dituntut tentang ilmu

pengetahuan hakim atau keyakinan hakim, karena dalam persidangan

tersebut perlu untuk meutuskan suatu perkara dalam persidangan.

Page 73: Skripsi anita indra prasta fix

60

C. PENUTUP

Rasa syukur Ahamdulillah kehadirat Allah SWT, atas selesainya

penulisan skripsi ini, tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis

menyadarisepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Namun demikian, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk

mencapai target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dengan segala rasa

kerendahan hati, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya teriring dengan do‟a, semoga skripsi ini dapat berguna

sekaligus bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada penulis pada

khususnya. Amin Ya Robbal „Alamin.

Page 74: Skripsi anita indra prasta fix

Daftar Pustaka

Al-Aliy, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro, 1995

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, edisi ke-2, 2008

Atmasasmita, Romli, sistem peradilan pidana: perspektif

eksistensialisme dan abolisionisme, Bandung: Bina Cipta, 1996

Burhan ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Atlas, 1998

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV.

Diponegoro, 2003

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1995

Hamrid, Hamrat,Dkk, Pembahasan Permasalahan Kuhap Bidang

Penuntutan Dan Eksekusi, Jakarta: Sinar Grafika, 1997

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2008

Harahap. M. Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan

KUHAP: Penyidikan Dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Harahap. M. Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan

KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan

Kembali: Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika. 2000

Page 75: Skripsi anita indra prasta fix

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tindak Pidana Korupsi Dan

Suap: Disertai Dengan Undang-Undang Pencucian Uang, Bandung: CV. Nuansa

Auliya, 2008

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2006

J, Moloeng, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Remaja

Rosdakarya, 2000

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Penjelasannya,

Surabaya: Karya Anda

Mahmud, Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Surabaya: Prenada Media,

2005

Nasir,Moh. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999

Nazier, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Putusan Nomor: 94/Pid.B/2003/PN/Ska

Saleh, Roeslan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dengan

Penjelasannya, Jakarta: Aksara Baru, 1987

Samudera, Teguh, Hukum Pembuktian Dalam Acara Pidana, Bandung:

Alumni, 1992

Sasongko, Hari, Dkk, Hukum Pembuktian Dalam Perkara, Bandung:

Mandar Maju, 2003

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia

Page 76: Skripsi anita indra prasta fix

Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 2001

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 1990

Sumber Data Di PN Negeri Klas IA Surakarta

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1995

Undang-undang dasar 1945 yang sudah diamandemen dengan

penjelasannya, disertai susunan kabinet indonesia bersatu 2004-2009, Surabaya:

Karya Ilmu

Wawancara kepada Bpk. Bintoro SH, Pengadilan Negeri Klas IA

Surakarta, Tgl. 2 November 2011, Pkl. 09.00

Yasin, Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah,

1997

Zoelva, Hamdan, Undang-Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman, Jakarta: Durat Bahagia, 2009

Page 77: Skripsi anita indra prasta fix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI:

Nama Lengkap : Anita Indra Prasta

Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 16 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Subah-Batang, RT/RW 02/01 No. 36 Subah-Batang

51262

No. HP : 085727162616

PENDIDIKAN FORMAL :

SD Negeri Beji 03 Tulis lulus tahun 2001

Madrasah Tsanawiyah Negeri Pucungkerep, Subah lulus tahun 2004

Madrasah Aliyah Negeri 03, Pekalongan lulus tahun 2007

PENGALAMAN ORGANISASI :

Anggota BEMJ Jinayah Siyasah Fakultas Syariah tahun 2009

Semarang, 23 Desember 2011

Penulis,

Anita Indra Prasta

NIM. 072211018