SKRIPSI ANITA FERAWATI K4408016 - digilib.uns.ac.id
Transcript of SKRIPSI ANITA FERAWATI K4408016 - digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR
DI KOREA UTARA TAHUN 1998-2008
Disusun oleh:
SKRIPSI
Oleh:
ANITA FERAWATI
K4408016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR
DI KOREA UTARA TAHUN 1998-2008
Oleh:
ANITA FERAWATI
K4408016
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu Tanggal : 19 Desember 2012
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Saiful Bachri, M.Pd
Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd
Anggota I : Drs. Leo Agung, M.Pd
Anggota II : Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Anita Ferawati. KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN 1998-2008. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara tahun 1998-2008; (2) Pengembangan nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun 1998-2008; (3) Tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, menggunakan sistem resume katalog. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pemerintah Korea Utara menggunakan ideologi Ju Che, yang berarti semua masyarakat harus bisa mandiri di bidang ekonomi, pandai di bidang politik dan kuat dalam pertahanan. Di bidang politik, Korea Utara mulai mencoba menjalin kerjasama dengan Korea Selatan. Selain itu, untuk mengganti energi listrik dan melindungi diri dari musuhnya, pemerintah Korea Utara membangun senjata nuklir.; (2) Pengembangan nuklir Korea Utara menimbulkan ancaman untuk negara tetangganya. Situasi semakin rumit ketika Korea Utara melakukan ujicoba nuklir yang kedua yaitu senjata rudal jarak jauh Taepodong-2. Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk menjatuhkan sanksi yaitu penghentian bantuan ekonomi kepada Korea Utara atas ujicoba rudal jarak jauh tersebut. Pemerintah Korea Utara mengembangkan nuklir untuk melindungi rejim Kim dari pengaruh negara lain yang ingin menguasai daerah Semenanjung Korea; (3) Tindakan Korea Utara mendapatkan tanggapan negatif dari berbagai negara. Tanggapan tersebut misalnya dari Amerika Serikat yang menghendaki Korea Utara menghentikan program pengembangan senjata nuklir untuk ditukarkan dengan bantuan ekonomi, Korea Selatan tidak menginginkan adanya perang di Semenanjung Korea. Jepang, Cina dan Rusia tidak menyetujui adanya perang karena akan mengganggu perdagangan internasional dan mengancam keamanan dunia.
Simpulan penelitian ini adalah pemerintahan Kim Jong Il telah mengembangkan senjata nuklir untuk mempertahankan rejim Kim, mencari bantuan ekonomi dan melindungi negara dari serangan bangsa yang lain. Namun, pengembangan nuklir tersebut mendapat kecaman dari berbagai negara.
Kata kunci: nuklir, Korea Utara, Rudal, Semenanjung Korea
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Anita Ferawati. KIM JONG IL POLICY ON NUCLEAR DEVELOPMENT IN NORTH KOREA YEAR 1998-2008. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University. Desember 2012.
The objective of research is to find out: (1) The government's policy of Kim Jong Il in North Korea in 1998-2008, (2) Development of Kim Jong Il's nuclear future in North Korea in 1998-2008, (3) Response to the country's nuclear development Korea.
This research was conducted by using the historical method through heuristic, critical, interpretation and historiography steps. Source of data used in this study of primary sources and secondary sources. The techniques of data collection was done by literature study, using the resume and catalog system. The technique of analysis data used in this research was the historical analysis with external and internal critics.
Based on this research can be concluded: (1) The Government of North Korea's applying Ju Che ideology , that means all communities shall be independent in the economic, political and clever strong in defense. In the political sphere, North Korea began to try to establish cooperation with Korea Selatan. In addition, to replace the electrical energy and protect themselves from their enemies, the North Korean government to build a nuclear weapon., (2) North Korea's nuclear development poses a threat to its neighbors. The situation became complicated when North Korea launch the second trial of nuclear long-range Taepodong-2. The UN Security Council voted to impose sanctions it is insentif economic blocade. The government of North Korea to develop nuclear regime to protect Kim from the influence of other countries who want to master the Korean Peninsula region, (3) actions of North Korea get a negative response from many countries. The response of the United States for example, which requires North Korea to stop nuclear weapons development program in exchange for economic aid, South Korea does not want a war in the Korean Peninsula. Japan, China and Russia do not agree that the war because it would disrupt international trade and threaten the security of the world.
Conclusions this study is the government of Kim Jong Il has developed nuclear weapons to defend Kim regime, seeking economic aid and protect the country from attack another nation. However, the nuclear development has come under fire from various countries.
Key words: nuclear, North Korea, Long-range, Semenanjung Korea
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
#Untuk mencari teman dan kedudukan, menjadi diri sendiri itu lebih baik dari
pada menjadi seperti orang lain (penulis)#
#Kehidupan anda tidaklah terlalu ditentukan oleh apa yang anda alami dalam
hidup ini, melainkan lebih ditentukan oleh sikap anda terhadap hidup ini, tidak
terlalu ditentukan oleh apa yang terjadi pada anda, melainkan lebih ditentukan
oleh cara pandang anda memandang apa yang terjadi (John Homer Miller)#
#Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan dengan cara
yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia
akan seperti teman yang setia (Al Fushshilat: 34)#
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk :
Bapak dan Ibu
Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas dan doa yang
selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan kalian.
Adik Mahdha
Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini dan penyemangat agar aku tidak putus asa.
Teman-teman Sejarah 2008
Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya. Semua teman-
teman yang tak bisa aku sebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita tidak
berakhir sampai disini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
KEBIJAKAN KIM JONG IL
TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN
1998-2008
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan ijin dalam penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Leo Agung S, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayah, Ibu, Adik Mahdha, dan semua keluarga tercinta yang senantiasa
memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang.
7. Sahabat dan teman-teman Prodi Sejarah khususnya Angkatan 2008, yang
telah memberikan bantuan, doa dan dukungannya kepada penulis.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
...................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
HALAMA ABSTRAK ............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. ix
KATA PENGANTAR ..................................................................... x
DAFTAR ISI . .................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN & TABEL .............. .................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 10
1. Hubungan Internasional ................................................. 10
2. Kebijakan ....................................................................... 21
3. Kekuasaan ...................................................................... 26
4. Nuklir ............................................................................. 30
B. Kerangka Berpikir ............................................................... 39
BAB III METODE PENELITIA 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 41
B. Metode Penelitian ............................................................... 42
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Sumber Data ....................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 44
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 45
F. Prosedur Penelitian ............................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. 52
A. Korea Utara Masa Kim Jong Il ........................................... 52
1. Keadaan Geografis ........................................................ 52
2. 54
a) Kebijakan di Bidang Politk.......................................... 54
b) Kebijakan di Bidang Ekonomi..................................... 56
c) Kebijakan di Bidang Pertahanan dan Keamanan......... 58
3. Kebijakan Luar Negeri...................................................... 59
B. Pengembangan Nuklir Masa Kim Jong Il ............................ 61
1. Latar Belakang Pengembangan Nuklir .......................... 61
2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara .................. 65
a) Bentuk Nuklir.......................................................... .... 65
b) Ujicoba Nuklir.............................................................. 66
3. Penyelesaian Masalah Nuklir........................................... 69
a) Proses Perundingan...................................................... 69
b) Dampak Positif Nuklir................................................. 79
c) Dampak Negatif Nuklir................................................ 80
C. Tanggapan Negara Lain Terhadap Pengembangan Nuklir
Di Korea Utara Tahun 1998- 83
1. Tanggapan Negara Amerika Serikat ............................... 83
2. Tanggapan Negara Jepang .............................................. 87
3. Tanggapan Negara Korea Selatan ................................... 91
4. Tanggapan Negara China................................................. 96
BAB V . 99
A. Simpulan ............................................................................. 99
B. Implikasi ............................................................................. 101
C. Saran ................................................................................... 102
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 103
LAMPIRAN ....... ..................................................................................... 108
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR BAGAN & TABEL
halaman
Bagan 1
Bagan 3 : Bagan Prosedur Penelitian Sejarah 51
Tabel 3
Tabel 4.1 67
Tabel 4.2 68
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 : Peta Korea Utara .............................................................. 109
Lampiran 2 : Tempat Fasilitas Nuklir .................................................... 110
Lampiran 3 : Rudal Balistik ................................................................... 111
Lampiran 4 : Rudal Jarak Jauh .............................................................. 112
Lampiran 5 : Presiden Kim Jong Il ....................................................... . 113
Lampiran 6 : Jika AS Mau Berunding Uji Coba Nuklir Batal .............. 114
Lampiran 7 : Korut Tuntut AS Si gkirkan Nuklir.................................. 115
Lampiran 8 : Korea Utara Berhasil Tes Senjata Nuklir.......................... 116
Lampiran 9 : Sanksi Baru PBB Ancam Korut........................................ 118
Lampiran 10 : Jepang Khawatir Balasan Korut........................................ 119
Lampiran 11 : Korea Journal.................................................................... 120
Lampiran 12 : The Wall Street Journal.................................................... 132
Lampiran 13 : Party, State, Parliament and Military................................ 138
Lampiran 14 : Buletin IAEA Nuclear Power and Public Acceptance...... 144
Lampiran 15 : Buletin IAEA Nuclear Medicine....................................... 148
Lampiran 16 : Surat Perijinan................................................................... 152
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korea Utara merupakan negara yang terletak di bagian utara semenanjung
Korea dengan garis lintang 37° 43° LU dan garis bujur 124° 1310 BT. Di wilayah
utara, Korea Utara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina dan Rusia, di bagian
selatan di batasi oleh Zona Demiliterisasi Korea. Arah barat Korea Utara di batasi
oleh Laut Kuning dan Korean Bay, sedangkan arah timur berbatasan dengan
Jepang. Ibukota Korea Utara adalah Pyongyang dengan beberapa kota besar
seperti Kaesong, Sinuiju, Wonsan, Hamnung dan Chongjin. Sungai yang paling
panjang yaitu sungai Amnok (790 kilometer) dan gunung tertinggi adalah gunung
Paektu-san dengan ketinggian 2.744 meter (KBS World, 2006).
Negara Korea menurut Sofa Asian Leaders (2012), bahwa Korea
merupakan negara yang pernah dijajah oleh Jepang tahun 1910-1945. Pada saat
itu Korea masih menjadi satu pemerintahan. Di tahun 1939, Jepang merupakan
salah satu negara yang berperan dalam Perang Dunia II dengan mempertahankan
kedudukannya di Korea dan negara jajahan lainnya. Akan tetapi, Jepang
mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun 1945. Kekalahan Jepang
tersebut memberi dampak bagi Korea, yakni wilayah Negara Korea dibagi
menjadi dua bagian. Wilayah tersebut yaitu wilayah utara diberikan kepada Uni
Soviet dan wilayah selatan diberikan kepada Amerika Serikat. Pada bulan Agustus
1945, tentara Uni Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah
bagian utara Semenanjung Korea. Pada tanggal 19 September 1945, seorang
tokoh masyarakat yang bernama Kim Il Sung dipilih oleh sebuah komando polisi
rahasia Uni Soviet untuk memimpin 40 pejuang Korea Utara yang mengungsi di
Uni Soviet untuk kembali ke Pyongyang dan membuat formasi pemerintahan
provinsi wilayah utara atau Komite Kerakyatan Korea Utara. Perwakilan dari
seluruh masyarakat Korea membentuk
(DPRK), yang kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 9
September 1948. Pemerintah Uni Soviet memberikan komando kepada Kim Il
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sung untuk menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan serta menjabat
sebagai ketua Komite Pusat Partai Buruh Korea rty (KWP).
Semua pejabat pemerintahan harus tunduk kepada Kim Il Sung dan jika ada
pejabat yang memiliki ideologi berbeda dengan Kim, maka akan menerima sanksi
yaitu dikeluarkan dari kedudukannya di partai buruh tersebut. Hal itu dilakukan
untuk melindungi pemerintahan dengan kekuasaan turun temurun.
Presiden Kim Il Sung meninggal pada tanggal 8 Juli 1994 di usia 82 tahun
karena serangan jantung. Masyarakat Korea Utara memberikan penghargaan
kepada Kim Il Sung sebagai Presiden Abadi (Eternal President), artinya jabatan
seumur hidup yang diberikan oleh rakyat kepada seorang presiden yang menjadi
pemimpin pemerintahan di Korea Utara. Adanya musibah kematian Kim Il Sung
membuat Korea Utara harus mempersiapkan seorang pengganti pemegang
kekuasaan yaitu seorang putra yang bernama Kim Jong-Il, yang secara resmi
mendapat gelar Sekjen Partai Buruh Korea dan Ketua Komisi Pertahanan
Nasional pada 8 oktober 1997. Pada tahun 1998, posisi Kim diresmikan sebagai
posisi tertinggi di Negara Korea Utara. Sejak peresmian tersebut, Kim Jong Il
diangkat sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Korea Utara.
Pengangkatan pemimpin di Korea Utara dilakukan berdasarkan garis silsilah
keluarga. Para pejabat partai menganggap Kim sebagai seseorang yang tidak
menggunakan jabatan presiden melainkan hanya seorang pemimpin pemerintahan,
maka secara konstitusional Kim tidak disyaratkan untuk menggelar Pemilu
dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya (Hendarsah, 2007).
Kim Jong Il adalah pemimpin tertinggi dari Korea Utara tahun 1994-2011.
Kim menggantikan ayahnya dan menjadi ketua DPRK (
Republic of Korea). Selain itu, Kim menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dari
Partai Buruh Korea, Ketua dari Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara, dan
Panglima Tertinggi dari Tentara Rakyat Korea. Pada saat Kongres Partai Keenam
pada bulan Oktober 1980, Kim Jong Il telah memimpin partai tersebut. Ia diberi
posisi senior dalam Politbiro (badan eksekutif), Komisi Militer dan Sekretariat
Partai. Ketika Kim Jong Il diangkat menjadi anggota Majelis Agung Rakyat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Ketujuh pada bulan Februari 1982, pengamat internasional menganggap Kim
sebagai pewaris dari Korea Utara (KBS World, 2006).
Mengenai kekuasaan Kim Jong Il menurut Sofa Asian Leaders (2012),
bahwa penguasaan angkatan darat merupakan langkah awal dalam menguasai
kemiliteran Korea Utara. Pengangkatan Kim sebagai pemimpin angkatan darat
telah diatur oleh Menteri Pertahanan, Oh Jin Wu. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan kekuasaan di Korea Utara telah direncanakan bahkan untuk kedudukan di
mana pemimpin tersebut belum mempunyai keahlian di bidang militer. Sistem
pemerintahan Korea Utara menjadi lebih terpusat dan otoriter di tahun 1990 masa
pemerintahan Kim Jong Il. Dalam sebuah pertemuan Majelis Rakyat Agung
(badan legislatif), Menteri Pertahanan Oh Jin Wu menunjuk Kim Jong Il sebagai
presiden dengan julukan yang sama dengan ayah Presiden Abadi
Adanya istilah presiden dianggap sebagai perumpamaan penguasa negara untuk
mempertahankan rejim keluarga Kim. Kim menjadi pemimpin negara saat
menjadi pemimpin Partai Buruh. Di sebagian besar Negara Komunis pemimpin
partai adalah orang paling kuat di negaranya. Demikian halnya dengan seorang
pemimpin partai besar di Korea Utara.
dalam era Kim Jong Il. Ideologi ini juga merupakan strategi praktis untuk
mewujudkan doktrin Ju Che (kemandirian). Di mana ajaran ini akan dilakukan
untuk mempercepat kemajuan dalam bidang politik, ekonomi dan pertahanan di
atas kemampuan sendiri. Doktrin ini dikembangkan untuk membentuk rakyat
Korea Utara agar mengabdikan diri pada pembangunan bercorak sosialis tanpa
bantuan pihak asing. Korea Utara memodernisasi negara dengan memfokuskan
kekuasaan negara dalam perencanaan ekonomi, industri berat dan pengembangan
militer. Bagi pemimpin Korea Utara, mempertimbangkan kubu militer adalah cara
paling efisien dan militer memiliki pegaruh besar di Korea Utara. Oleh karena itu,
Kim Jong Il tidak memiliki pilihan lain untuk mengatakan militer sebagai sumber
kepemimpinan dan kebijakannya.
Pengembangan militer yang berlebihan membuat kebijakan ekonomi
Korea Utara mengalami perubahan dan pemerintah membuat kebijakan baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
krisis ekonomi dan kekurangan pangan), slogan perjuangan yang dilakukan
dengan menolak produk dari Jepang karena masyarakat Korea masih teringat akan
penderitaan ketika dijajah oleh Jepang. Sebagai gantinya, pemerintah
mengerahkan rakyat untuk mandiri dalam mengatasi situasi ekonomi yang
memburuk. Parade ini juga dilakukan untuk mempertahankan sistem kekuasaan
tunggal di bawah pemerintahan Kim Jong Il. Pemerintahan Kim Jong Il mulai
stabil setelah tahun 2000. Pemerintah melakukan kunjungan ke Cina untuk
melakukan kerjasama. Setelah kembali ke Korea Utara, Kim Jong Il menyatakan
bahwa situasi negara telah mengalami perubahan di bidang ekonomi. Perubahan
ini akibat pengaruh pemerintahan RRC yang mengalami liberalisasi dan
keterbukaan ekonomi. Sehingga, Kim mulai mengadakan hubungan kerjasama
dengan Cina di bidang ekonomi. Pemerintah Kim Jong Il mulai membuka proyek
zona ekonomi Shineuiju yaitu proyek yang dirancang untuk membangun sebuah
kota yang dapat digunakan sebagai kompleks industri dan zona perdagangan
dengan negara lain.
Korea Utara memperbaiki keadaan ekonomi dengan mengembangkan
energi nuklir sebagai pengganti energi listrik. Selain itu, pengembangan energi
nuklir mempunyai tujuan untuk pertahanan dan keamanan negara (Kompas, 12
Mei 2003). Adanya pengembangan nuklir ini menimbulkan rasa kekhawatiran
dari Amerika Serikat karena dapat mengancam stabilitas di Semenanjung Korea.
Bagi Amerika Serikat masalah nuklir Korea Utara dianggap serius, sehingga
Amerika Serikat berusaha menekan Korea Utara untuk menghentikan program
pengembangan nuklirnya (Tempo,12 Februari 1994).
Pengembangan rudal Korea Utara diperkirakan dimulai tahun 1976 atau
menjelang perang di Timur Tengah (Perang Yom Kippur), yakni ketika pasukan
Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Pada saat perang Timur Tengah tersebut berlangsung, Korea Utara menerima
rudal Scud- B buatan Rusia dan papan peluncur sebagai imbalan dalam
mendukung secara diplomasi kepada Mesir. Penerimaan rudal tersebut
memberikan kesempatan pada Korea Utara untuk memulai mengembangkan rudal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
itu menjadi rudal sendiri dengan membongkar dan merakit kembali rudal Scud
tersebut. Pengembangan nuklir yang pertama di Korea Utara terus mengalami
kemajuan dan mulai diperbaharui hingga menghasilkan rudal berjarak panjang
seperti - , rudal balistik berjarak menengah (IRBM) , dan rudal
balistik bertingkat yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk
menghancurkan benua Amerika (KBS World, 2006).
Hal-hal yang berkaitan dengan nuklir di seluruh dunia diatur dalam NPT
(Nuclear Nonproliferation Treaty), yaitu suatu kesepakatan untuk tidak
mengembangkan nuklir dan kesepakatan tersebut disetujui oleh seluruh negara di
dunia. Korea Utara menjadi anggota NPT pada tahun 1985, namun tidak
mengikuti peraturan dari organisasi tersebut. Pengembangan nuklir Korea Utara
dianggap membahayakan seluruh negara, sehingga Korea Utara harus
menghentikan program pengembangan senjata nuklir untuk dipertukarkan dengan
bantuan ekonomi. Akan tetapi, pemerintah Korea Utara mengumumkan bahwa
Korea Utara telah keluar dari keanggotaan NPT pada tahun 2003. Keluarnya
Korea Utara dari non-proliferasi mendapat kecaman dari internasional, terutama
dari negara dekatnya, Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan menilai bahwa
tindakan Korea Utara telah merusak upaya normalisasi hubungan kedua negara
yang telah mengalami kemajuan pesat dengan disepakatinya perjanjian kerjasama
bilateral di berbagai bidang, diantaranya ekonomi dan pertahanan, pada tahun
2000 lalu. Akan tetapi, Korea Selatan tetap mempertahankan sikap dengan tidak
mengeluarkan opsi militer terhadap ambisi nuklir Korea Utara tersebut.
Reaksi pemerintah Amerika Serikat yaitu dengan memberlakukan
kebijakan intervensi dalam urusan internasional dan menunjukkan tindakan nyata
terhadap Korea Utara dan pemerintahan Presiden Bill Clinton meminta
pemerintah Korea Utara supaya menerima pengawasan senjata nuklir dan masuk
kembali ke dalam NPT. Amerika meminta Korea Utara untuk menerima tim
pemeriksa dari IAEA (International Atom Energy Assosiation), badan energi atom
internasional. Pemeriksaan tersebut ditolak, kemudian Amerika Serikat memberi
waktu kepada pemerintah Korea Utara untuk memenuhi tuntutan IAEA. Jika tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menolak pemeriksaan IAEA maka Dewan Keamanan PBB akan memberlakukan
embargo ekonomi (Tempo,12 Februari 1994).
Korea Utara tidak mempedulikan himbauan Amerika Serikat, bahkan
Korea Utara terus meningkatkan percobaan mesin baru bagi peluru kendali (rudal)
jarak jauh. Sebaliknya, Amerika Serikat terus mempermasalahkan pengembangan
teknologi senjata nuklir Korea Utara dan merasa khawatir karena rudal Korea
Utara dapat menjangkau Alaska. Di samping itu, Korea Utara mengirimkan
beberapa teknologi rudal ke beberapa negara yang tidak memiliki pengaruh
Amerika Serikat (Mohammad Shoelhi, 2003).
Pada tahun 1994, Korea Utara dan Amerika Serikat menandatangani
Kerangka Kesepakatan yang dirancang untuk membekukan dan membongkar
program senjata nuklir dengan imbalan bantuan kebutuhan ekonomi. Kim Jong-il
mengaku memiliki senjata nuklir yang diproduksi sejak tahun 1994. Penguasa
Korea Utara tersebut mengatakan bahwa produksi nuklir dibuat untuk tujuan
keamanan seperti Amerika Serikat yang memiliki senjata nuklir di Korea Selatan.
Pada awal pemerintahan Presiden George W. Bush, Amerika Serikat
meningkatkan sikap kerasnya kepada Korea Utara. Sementara itu, Korea Utara
menuduh Washington telah melancarkan sikap permusuhan yang dapat
menimbulkan konflik baru. Pernyataan dari kantor berita Korea Utara, Korean
Central News Agency (KCNA) bahwa sikap permusuhan Presiden George W.
Bush terhadap Korea Utara yang berhubungan dengan senjata nuklir merupakan
alasan agar Amerika Serikat dapat melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap
Korea Utara dan mempertahankan penempatan pasukan Amerika Serikat di Korea
Selatan. Menurut Amerika Serikat, pemerintah Korea Utara harus terlebih dahulu
melepaskan program nuklir sebelum meningkatkan langkah di bidang politik,
ekonomi dan militer. Sedangkan Korea Utara berpendapat bahwa Amerika Serikat
harus lebih dulu melepaskan politik memusuhi Korea Utara dengan
menandatangani perjanjian nonagresi dan memberi ganti rugi ekonomi kepada
Korea Utara (Forum Keadilan, 10 Februari 2002).
Menurut pemerintah Korea Utara, penghancuran senjata nuklir harus
dimulai oleh Amerika Serikat sebagai pemilik senjata nuklir terbesar di dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Akan tetapi, kedua negara itu masih berpegang teguh pada pendapatnya masing-
masing sehingga sulit untuk mencapai suatu perdamaian dan masalah ini belum
terselesaikan (Kompas, 12 Mei 2003). Pada tahun 2002 dalam pidato kenegaraan,
Presiden Amerika Serikat, George W. Bush menyebut Korea Utara sebagai pusat
kejahatan karena membangun senjata perusak massal dan mendukung terorisme.
Adanya pernyataan tersebut, maka Kementrian Luar Negeri Korea Utara,
memastikan tidak akan menerima ajakan Presiden George W. Bush untuk
memulai kembali perundingan senjata nuklir.
Pada tanggal 9 Oktober 2006, Korea Central News Agency mengumumkan
bahwa mereka berhasil melakukan uji coba nuklir bawah tanah. Peluncuran ini
dilakukan karena Amerika Serikat tidak memberi tanggapan atas peringatan dari
Korea Utara. Beberapa cara yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan
Kim Jong Il adalah menggunakan kebijakan yang membentuk pemerintahan
reformasi dan keterbukaan ekonomi. Hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat
sebenarnya sudah terjalin pada masa akhir jabatan Kim Il Sung. Hubungan itu
memburuk setelah program pengembangan senjata nuklir Korea Utara terbongkar.
Peristiwa itu mengakibatkan krisis nuklir putaran kedua (KBS World, 2006).
Menurut Dian Firmansah (2009), pengembangan senjata nuklir Korea
Utara yang akan datang mencapai tingkat operational nuclear deterrent, yaitu
kekuatan luncur senjata nuklir dalam jumlah besar dengan sistem yang sudah
teruji. Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yaitu agar senjata nuklir yang
sedang dikembangkan memiliki kekuatan luncur yang luar biasa. Untuk menuju
tingkat operational nuclear deterrent tersebut, para peneliti masih membutuhkan
waktu yang lama. Oleh karena itu, selang waktu yang ada dapat digunakan oleh
dunia internasional untuk membujuk rejim Korea Utara membatalkan rencananya
mengembangkan kemampuan nuklir lebih lanjut. Strategi yang dapat dilakukan
dunia internasional adalah memberikan jaminan keamanan bagi rejim Kim,
bantuan ekonomi dan de-isolasi Korea Utara dari pergaulan internasional. Upaya
Amerika Serikat dapat berupa memberikan keamanan dengan menandatangani
pakta perjanjian non-agresi dengan Korea Utara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Melalui hubungan ekonomi dan integrasi Korea Utara dengan dunia
internasional, hal ini mempunyai tujuan agar Pyongyang memiliki kesadaran
pentingnya menjaga perdamaian regional dan internasional termasuk dengan
Korea Selatan. Proses ini tidak akan mudah, melihat hubungan Korea Utara
dengan Korea Selatan belum membaik. Bahkan hubungan baik dengan negara-
negara lainnya pun masih membutuhkan waktu yang panjang namun setidaknya
patut dicoba demi sebuah dunia yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
dan meneliti secara lebih mendalam serta mengangkatnya dalam sebuah skripsi
yang berjudul
Korea Utara Tahun 1998-
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Bagaimana penerapan kebijakan Kim Jong Il di Korea Utara tahun 1998-
2008?
2. Bagaimana pengembangan nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun
1998-2008?
3. Bagaimana tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea
Utara tahun 1998-2008?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara tahun 1998-2008.
2. Pengembangan Nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun 1998-2008.
3. Tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea Utara tahun
1998-2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
tentang kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara.
2. Sebagai salah satu karya ilmiah yang di harapkan dapat melengkapi koleksi
perpustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sebelas Maret.
3. Dapat berguna bagi generasi muda pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya agar dapat mengambil hikmah dari peristiwa pengembangan nuklir
di Korea Utara.
4. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang sejenis
secara lebih mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hubungan Internasional
a. Pengertian Hubungan Internasional
Ilmu hubungan internasional merupakan kajian baru dalam deretan
ilmu-ilmu sosial yang ada saat ini. Sekitar tahun 1930-an, ilmu ini dimulai
dengan kegiatan penelitian dan pengkajian akademis. Jadi, ilmu hubungan
internasional belum terlalu lama penelitiannya jika dibandingkan dengan
ilmu-ilmu lain dan ilmu ini masih mengalami perkembangan (Soeprapto,
1997: 11).
Menurut Soeprapto (1997), istilah hubungan internasional diciptakan
pertama kali oleh Jeremy Bantham. Sebagai suatu ilmu, hubungan
internasional merupakan satu-kesatuan disiplin dan memiliki ruang lingkup
serta konsep-konsep dasar. Dua sebab yang mendorong munculnya ilmu
hubungan internasional adalah :
1) Adanya minat terhadap fenomena yang ada setelah Perang Dunia I
selesai.
2) Perang Dunia I yang menelan korban manusia serta kerusakan-kerusakan
materiil. Akibat dari Perang Dunia I tersebut, menimbulkan kesadaran
betapa pentingnya kebutuhan untuk mencegah peperangan dan
terselenggaranya ketertiban dunia (hlm. 12).
Secara sederhana pengertian hubungan internasional dipahami
sebagai interaksi yang terjadi antara orang-orang tertentu, di mana interaksi
tersebut telah melampaui batas yurisdiksi nasional sebuah negara. Pada
dasarnya, tujuan utama studi hubungan internasional adalah mempelajari
perilaku internasional yaitu perilaku aktor, negara maupun non negara, di
dalam arena transaksi internasional, di mana perilaku tersebut bisa berupa
perang, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut T. May Rudy, hubungan internasional dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Hubungan Internasional adalah hubungan yang mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok maupun secara perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang melakukan interaksi baik secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari bangsa atau negara lain (1993: 3).
Menurut Nasution (mengutip dari simpulan EH. Carr, 1965),
munculnya hubungan internasional sebagai bidang studi sendiri adalah
keinginan setiap negara untuk memahami sebab-sebab terjadinya konflik
dan membina dunia lebih damai yang dilakukan sesudah perang dunia
pertama. Sekitar tahun 1920 sampai 1930-an, studi hubungan internasional
dipelajari melalui tiga jalur. Pertama, hubungan internasional dipelajari
melalui penelaahan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan mencoba
dibuat urutan kejadian. Sehingga setiap kesalahpahaman dan konflik
antarbangsa bisa dihindari. Kedua, hubungan internasional dipelajari melalui
studi tentang organisasi internasional. Ini didasarkan pada kesimpulan
bahwa konflik bisa diselesaikan jika diciptakan suatu aturan atau tata tertib
hukum yang didukung oleh organisasi seperti Liga Bangsa-Bangsa. Ketiga,
studi hubungan internasional pada masa itu adalah sebuah analisa yang
menitikberatkan pada ekonomi internasional (Nasution, 1984: hlm. 1-5).
Menurut Nasution, ada beberapa pendekatan dalam hubungan
internasional (mengutip dari simpulan Crayson Kirk) yang di antaranya:
1) Pendekatan Historis, para sejarawan meneliti hubungan internasioanl
sebagai sejarah mutakhir saja, sehingga orang kehilangan banyak data
mengenai peristiwa waktu lampau.
2) Pendekatan Legalistis, para ahli hukum memandang aspek-aspek legal
dari hubungan antar negara itu saja, tanpa berusaha mencari sebab-sebab
tidak sempurnanya peraturan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Pendekatan Ideal, para idealis yang memandang sistem hubungan
internasional lebih sempurna akan melakukan penyelidikan atas konflik
yang terjadi (1984: 16).
Hubungan Internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan
negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-
aktor non-negara. Bagi beberapa aktor non-negara, batas-batas wilayah
secara geografis tidak dihiraukan. Hingga saat ini ilmu hubungan
internasional telah mengalami perkembangan yang signifikan. Setidaknya,
dapat dilihat dari perkembangan ruang lingkup kajian dan aktor-aktor di
dalam hubungan internasional, yang awalnya terbatas pada kajian keamanan
dan negara kemudian melibatkan aktor-aktor non-negara dan isu-isu yang
beragam, seperti ekonomi, sosial, lingkungan dan sebagainya (Johari, 1985).
Untuk mengimbangi ketegangan masalah dunia, urusan luar negeri
merupakan salah satu masalah pokok bagi setiap negara. Posisi setiap negara
berbeda-beda, tetapi semua negara beranggapan kalau politik luar negeri
sebagai priroritas yang penting. Menurut Prawirasaputra (1984), menyatakan
bahwa politik luar negeri adalah kumpulan kebijakan suatu negara untuk
mengatur hubungan-hubungan luar negerinya yang merupakan bagian dari
kebijakan nasional dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, politik luar negeri suatu
negara mencerminkan kemampuan masyarakatnya (hlm. 7).
Politik luar negeri dapat memberi pengaruh positif dan negatif
kepada warga negara. Hubungan yang dijalin dengan negara lain merupakan
kebijakan pemerintah untuk melindungi dan menyejahterakan
masyarakatnya. Landasan politik luar negeri dari beberapa negara adalah
untuk memajukan nilai-nilai budayanya. Tetapi, dalam kenyataannya setiap
negara akan menghadapi negara lain yang juga ingin memajukan budaya-
budaya mereka. Pada dasarnya politik internasional merupakan usaha-usaha
untuk memperjuangkan perbedaan budaya suatu negara agar dikenal dan
diakui oleh seluruh masyarakat di berbagai negara. Kesepakatan dalam
menentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
merumuskan tujuan politik luar negeri. Untuk menciptakan kebijakan yang
sesuai dengan kepentingan nasional maka pemerintah harus menyesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang ada dalam negaranya. Dalam situasi
tertentu suatu tindakan pemerintah harus mencapai kepentingan nasional.
Tindakan pemerintah dalam politik luar negeri bertujuan untuk
mencapai sasaran yang dianggap sebagai kepentingan nasional. Oleh karena
itu, kepentingan nasional yang telah dibuat harus dirumuskan dan
dipertahankan oleh seluruh masyarakat. Kepentingan nasional bersifat abadi,
sehingga suatu negara akan selalu terlibat dalam permasalahan dunia.
Namun, apabila situasi dan masalah politik luar negeri berubah maka tujuan
dari kepentingan nasional akan berubah pula dan diperlukan tujuan yang
baru (Nasution, 1989: 7).
Organisasi untuk politik luar negeri dapat dikatakan sama di semua
pemerintahan, yang berbeda adalah kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan memegang peranan penting dalam urusan luar negeri dengan
bantuan para penasihat seperti Kabinet, Dewan Resolusi dan lain-lain.
Namun, bantuan yang terpenting adalah dari Menteri Luar Negeri yang
secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi kebijakan luar
negeri serta menjadi penasihat resmi dari kepala pemerintahan. Untuk
mengambil suatu keputusan luar negeri, pemerintah akan berunding terlebih
dahulu dengan Menteri Luar Negeri. Keputusan tersebut dibuat menurut
situasi dan kondisi negaranya (Nasution, 1989: 15).
Menurut W. Coplin dan M. Marbun (1992: 32), pengambilan
keputusan luar negeri merupakan campuran antara:
1) Keputusan politik luar negeri secara umum
Merupakan serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui
pernyataan-pernyataan kebijakan dan tindakan langsung. Sasaran politik
luar negeri bisa menjangkau lingkungan internasional atau sekelompok
negara tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Keputusan yang bersifat administratif
Keputusan ini dibuat oleh anggota birokrasi pemerintah yang
bertugas melaksanakan hubungan luar negeri negaranya. Departemen
luar negeri merupakan organisasi birokratis yang utama, namun badan
pemerintah lainnya, seperti dinas militer, dinas intelejen, dan departemen
perdagangan juga sering terlibat dalam pengambilan keputusan
administratif yang memengaruhi kebijakan luar negeri.
3) Keputusan yang bersifat kritis
Merupakan kombinasi dari keputusan secara umum dan keputusan
bersifat administratif. Keputusan kritis mempunyai dampak luas
terhadap kebijakan umum suatu negara dan bisa mengarah kepada situasi
kritis meskipun dampaknya menjangkau semua negara.
Adanya kepentingan nasional membuat politik luar negeri perlu
dikembangkan ke berbagai negara melalui kerjasama internasional.
Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan
oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama
internasional yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan
keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri
masing-masing negara. Kerjasama dilakukan apabila manfaat yang diperoleh
akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung
(Soeprapto, 1997: 181).
Beberapa masalah yang terjadi, mengharuskan pemerintah saling
berhubungan dengan mangajukan pemecahan, perundingan atau
pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai
bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri
perundingan dengan membentuk suatu perjanjian. Proses seperti ini disebut
(1993), kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai pola kerjasama
yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan
lengkap serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengusahakan agar tercapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati
bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama
kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (hlm. 3).
Menurut Soeprapto (1997), bahwa penggolongan kerjasama
internasional dibagi dalam empat bentuk yaitu:
1) Kerjasama Global
Adanya keinginan yang kuat dari berbagai bangsa di dunia untuk
bersatu dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan cita-cita
bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global.
2) Kerjasama Regional
Merupakan kerjasama antar negara yang secara geografis letaknya
berdekatan. Kerjasama tersebut bisa berada dalam bidang pertahanan
tetapi juga bisa di bidang lain seperti pertanian, hukum, kebudayaan, dan
lain sebagainya.
3) Kerjasama Fungsional
Permasalahan maupun metode kerjasama menjadi semakin kompleks
disebabkan oleh semakin banyak berbagai lembaga kerjasama yang ada.
Walaupun kompleksitas dan banyak permasalahan yang dihadapi dalam
kerjasama fungsional baik di bidang ekonomi maupun sosial, untuk
pemecahannya diperlukan kesepakatan dan keputusan politik.
4) Kerjasama Ideologi
Pengertian ideologi merupakan alat dari suatu kelompok kepentingan
untuk membenarkan tujuan dan perjuangan kekuasaan. Berbagai
kelompok kepentingan berusaha mencapai tujuannya dengan
memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global
(hlm. 182).
Menurut K. J. Holsti (1995), ada beberapa alasan mengapa suatu
negara melakukan kerjasama dengan negara lain, yaitu:
1) Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, di mana melalui
kerjasama dengan negara lain, negara tersebut dapat mengurangi biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan
bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut;
2) Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan
biaya;
3) Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama;
4) Mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan
buruk dari negara lain.
Menurut Muhadi Sugiono (2006), ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam kerjasama internasional. Pertama, negara bukan lagi
sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian
dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama
dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. Kedua, kerjasama
internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-
masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi
internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya
mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara negara
anggotanya, tetapi juga bisa memaksakan kepentingannya sendiri (hlm. 6).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan internasional adalah hubungan antara dua negara atau lebih yang
sama-sama menginginkan kemajuan bagi masyarakatnya dengan menjalin
kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Di
samping itu, hubungan internasional ini juga digunakan sebagai sarana
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di berbagai negara. Korea Utara
melakukan hubungan internasioanl dengan Rusia, China, Korea Selatan dan
beberapa negara komunis.
Politik yang dilakukan pemerintah merupakan politik isolasi, yang di
mana masyarakat tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan
masyarakat negara lain. Namun, pada masa Kim Jong Il sistem
pemerintahan berubah. Pemerintah mulai mendekati negara-negara lain yang
berada di sekitar Korea. Korea Utara menjalin kerjasama di bidang ekonomi
dengan Cina, Korea Selatan, Jepang dan Uni Soviet. Negara Korea Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
merupakan negara yang paling banyak memberikan bantuan dan kerjasama
kepada pemerintah Korea Utara. Hal itu karena kedua negara tersebut
sedang berusaha untuk mengadakan reunifikasi Korea.
b. Sarana Hubungan Internasional
Sarana hubungan internasional menurut Wayan Suydnanya yang
dikutip dari J. Frankel (2010), ada berbagai sarana yang dapat dipergunakan
oleh negara-negara dalam melakukan hubungan internasional, yaitu:
1) Diplomasi
Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik
luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara
lain. Diplomasi dapat bersifat bilateral (melibatkan dua negara) atau
multilateral (melibatkan lebih dari dua negara). Instrumen diplomasi ada
dua yaitu departemen luar negeri yang berkedudukan di ibukota negara,
yang merupakan pusat hubungan intenasional dalam negara dan
perwakilan diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima
yang merupakan wakil dari negaranya.
Dalam mewakili negara dan bangsanya, seorang diplomat memiliki
tiga fungsi dasar yaitu sebagai lambang, sebagai wakil yuridis yang sah
sesuai hukum internasional dan sebagai perwakilan politik. Sedangkan
tugas seorang diplomat dapat dibagi menjadi empat fase pokok
diplomasi, yaitu: perwakilan (representation), perundingan
(negotiation), laporan (reporting) dan perlindungan kepentingan bangsa,
negara dan warga negaranya di luar negeri.
2) Propaganda
Propaganda adalah usaha sistematis untuk memengaruhi pikiran,
emosi dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat
umum. Ada dua hal yang membedakan diplomasi dengan propaganda,
yaitu:
a) Propaganda ditujukan kepada rakyat negara tersebut, bukan
pemerintahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b) Propaganda dilakukan hanya demi kepentingan negara pembuat
propaganda.
3) Ekonomi
Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak mutlak
dilakukan oleh pemerintah, namun pihak swasta dapat berperan besar,
baik selama masa damai maupun dalam situasi perang. Semua negara
terlibat dalam hubungan ekonomi untuk mendapatkan barang yang tidak
dapat diproduksinya sendiri. Keuntungan lainnya dari perdagangan
internasional adalah diperolehnya suatu barang melalui sistem produksi
yang efisien dan murah.
4) Kekuatan Militer dan Perang
Berlawanan dengan ekonomi, bidang militer benar-benar dikuasai
oleh pemerintah. Bidang militer sangat memengaruhi diplomasi karena
memiliki kekuatan militer yang tangguh akan menambah rasa percaya
diri, sehingga bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan tekanan lawan
yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer
diperlihatkan dalam parade militer di hari-hari nasional untuk
menggertak dan memeringatkan negara-negara lawan sehingga perang
dapat dihindarkan. Jikalaupun menjadi sebuah keputusan, perang
merupakan pilihan terakhir.
Pemerintah Korea Utara menggunakan semua sarana hubungan
internasional untuk menutupi kekurangan negaranya dan melindungi
pemerintahan yang diwariskan secara turun temurun. Sarana hubungan
yang sering digunakan untuk menjalin kerjasama yaitu melalui
kerjasama ekonomi. Korea Utara merupakan negara yang mengalami
perekonomian yang buruk sehingga masyarakatnya mengalami
penderitaan dan memerlukan bantuan dari negara lain.
c. Pola Interaksi Hubungan Internasional
Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan
segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku
bukan negara (Holsti, 1997). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa:
1) Kerjasama
2) Persaingan
3) Pertentangan
Konflik dan kompetisi merupakan hal-hal yang tidak mudah
terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional. Masalahnya adalah
bagaimana menempuh langkah-langkah untuk membina upaya bersama
guna mengurangi dan menghindari konflik yang mungkin terjadi. Sumber
konflik bisa terletak pada kelangkaan sumber-sumber daya dan egosentrisme
masing-masing negara atau kesatuan sosial tertentu, artinya aspirasi untuk
terus meningkatkan kekuatan serta kedudukan dalam hubungan dengan
negara-negara lain atau kesatuan sosial lainnya akan terus meningkat
(Suprapto, 1997).
Dalam kajian hubungan internasional, konflik tidak selalu berarti
perang atau langsung berada pada taraf setara perang, tetapi bisa berupa
krisis hubungan diplomatik, protes, penolakan, tuduhan, tuntutan,
peringatan, ancaman, tindakan balasan, serta pemboikatan produk.
Timbulnya konflik bisa dipicu oleh sikap dan tindakan saling tidak percaya
di antara dua atau lebih entitas sosial yang berbeda. Solusi yang perlu
dicapai dan dikembangkan adalah kerjasama. Pola-pola kerjasama
multilateral dan global perlu ditingkatkan, karena akan semakin luas
masalah global yang tidak bisa diatasi oleh beberapa negara saja, tetapi perlu
pemecahan masalah bersama-sama oleh banyak negara (Nasution, 1984).
Menurut Wayan Suydnanya (2010), ada tiga macam pola hubungan
antar bangsa, yaitu:
1) Pola Penjajahan
Penjajahan pada hakikatnya adalah penguasaan oleh suatu bangsa
atas bangsa lain yang ditimbulkan oleh perkembangan paham kapitalis,
di mana negara penjajah membutuhkan bahan mentah untuk produksi
industrinya dan juga pasar bagi hasil industrinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Pola Ketergantungan
Umumnya terjadi pada negara-negara berkembang yang karena
kekurangan modal dan teknologi untuk membangun negaranya, terpaksa
mengandalkan bantuan negara-negara maju yang akhirnya
mengakibatkan ketergantungan pada negara-negara maju tersebut.
3) Pola Hubungan Sama Derajat
Pola hubungan ini sulit diwujudkan, namun merupakan pola
hubungan paling ideal yang menuntut penghormatan atas kodrat
manusia sebagai makhluk yang sederajat tanpa memandang ideologi,
bentuk negara ataupun sistem pemerintahannya. Politik luar negeri
menghindarkan bangsa jatuh ke paham kebangsaan yang sempit atau
Chauvinisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri namun
memandang rendah bangsa lain dan menghindari paham Kosmopolitisme
yang memandang seluruh dunia sebagai negeri yang satu dan sama
sehingga mengabaikan negeri sendiri.
Ketika melakukan kerjasama dan hubungan internasional ini,
pemerintah dibantu oleh departemen luar negeri yang dipimpin seorang
menteri luar negeri, para duta dan konsul yang diangkat kepala
pemerintahan untuk negara-negara lain serta duta-duta dan konsul-konsul
negara lain yang diterima oleh menteri luar negeri. Dalam menerima duta
dan konsul negara lain, menteri yang menerima juga harus meminta
persetujuan dari kepala negara asal duta dan konsul tersebut dalam bentuk
Surat Kepercayaan (lettre de credance).
Korea Utara menerapkan pola hubungan kerjasama dengan Korea
Selatan. Akan tetapi, hubungan dengan Amerika Serikat merupakan pola
persaingan karena pemerintah Korea Utara menganggap Amerika Serikat
ingin menguasai wilayah Semenanjung Korea. Selain itu, Korea Utara juga
sangat tergantung pada bantuan Korea Selatan. Hal tersebut karena Korea
Utara yang perekonomiannya buruk memerlukan bantuan ekonomi dari
Korea Selatan yang telah menjadi negara maju dengan industrinya yang
menyebar di seluruh dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Menurut Mas sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004),
secara harfiah pengertian dari ilmu kebijakan publik adalah terjemahan
langsung dari kata policy science. Istilah kebijakan yang diterjemahkan dari
kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah,
karena pemerintah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk
mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan
umum. Arti dari kebijakan itu sendiri adalah suatu peraturan yang dibuat
pemerintah untuk memajukan masyarakatnya dan dijadikan pedoman untuk
menjalankan pemerintahan.
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa
Yunani (Greek), yang berarti negara. Dalam bahasa latin kata ini menjadi
politia, artinya negara. Dalam bahasa Inggris lama, kata tersebut menjadi
policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan pemerintah atau
administrasi pemerintah. Uniknya dalam bahasa Indonesia, kata
policy
tersebut mempunyai konotasi tersendiri yaitu mempunyai arti kata bijaksana
atau bijak. Kebijakan merupakan suatu peraturan yang dibuat pemerintah
sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu sikap tegas dalam pengambilan
keputusan saat terjadi pertemuan tertentu. Orang yang bijaksana mungkin
tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami hampir semua
aspek kehidupan.
Menurut Mas Sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004),
bahwa Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai
intended to accomplish atau sebagai suatu tindakan yang
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini, selanjutnya
diuraikan oleh Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan.
Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang
dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved). Dalam
kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi
dalam kehidupan bernegara keinginan tidak diperhitungkan. Kedua, rencana
atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya.
Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan
pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan
yaitu tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat
dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program
dalam masyarakat. Selanjutnya, Jones merumuskan kebijakan sebagai
forts in and
(perilaku yang tetap dan
berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui
pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini memberi
makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis.
Menurut Dahlan (1989), bahwa kebijakan adalah arah tindakan yang
direncanakan untuk mencapai sesuatu sasaran. Dalam hal ini terdapat tiga
masalah. Pertama, kebijakan luar negeri suatu negara menunjukan dasar-
dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan
internasional. Di lain pihak, suatu kebijakan merupakan arah tindakan yang
ditujukan pada satu sasaran, maka suatu negara akan mempunyai banyak
macam kebijakan karena banyaknya sasaran yang ada padanya. Masalah
kedua, suatu kebijakan selalu menyangkut keputusan dan tindakan.
Tindakan untuk mencapai sasaran dapat dihasilkan dari kebijakan, apabila
keputusan itu merupakan hasil dari pemikiran yang membuat kebijakan.
Keputusan resmi yang telah dituangkan di atas kertas biasanya mencakup
sedikitnya tiga unsur penjelasan dan petunjuk bagi siapa saja yang
bertanggung jawab dalam hal pelaksanaannya, yaitu:
1) Perumusan sasaran yang jelas.
2) Sifat tindakan yang akan diambil dinyatakan secara jelas sebagai
pembimbing dan pengarahan bagi pejabat lainnya.
3) Bentuk-bentuk dan jumlah kekuatan nasional yang akan dipergunakan
dalam pencapaian sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kebijakan menurut Lasswell dan Kaplan yang dikutip oleh Said
Zainal Abidin dari Abidin (2004: 21), adalah sarana untuk mencapai tujuan,
menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan
dengan tujuan, nilai, dan praktik. Pendapat lain tentang kebijakan menurut
Heinz Eulau dan Kenneth Prewit adalah suatu keputusan yang menuntut
adanya perilaku yang konsisten dan pengulangan bagi pembuat dan
pelaksana kebijakan.
Terkait dengan kebijakan publik, menurut Thomas R. Dye penulis
buku , yang dikutip oleh Said Zainal Mustofa
(2004), Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah.
Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengatur
kehidupan bersama untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati.
Pelaksanaan kebijakan merupakan bagian tugas administrasi negara yang
identik dengan proses politik. Untuk berhasilnya pelaksanaan suatu
kebijakan masing-masing tingkatan perlu memahami keadaan yang dapat
mendukung keberhasilan proses kebijakan dilaksanakan.
Proses pelaksanaan kebijakan menurut yang
dikutip oleh Said Zainal Mustofa:
...tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan.
Menurut Soenarko, pelaksanaan kebijakan tergantung pada
partisipasi masyarakat, berhubungan dengan itu partisipasi masyarakat perlu
sekali ditimbulkan dan digalakan. Artinya, masyarakat harus menjadi pelaku
yang baik dalam pelaksanaan kebijakan. Adanya partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, maka hal ini menimbulkan
peluang yang dapat memudahkan usaha mengatasi kesulitan yang timbul
dari masyarakat itu sendiri. Dan masyarakat justru akan mengawal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pelaksanaan kebijakan, dan mendukung sampai terwujud apa yang menjadi
dasar dan tujuan dibuatkan kebijakan publik tersebut.
Menurut Abdullah, et al. (2001), kerangka analisis yang berguna
untuk memahami suatu kebijakan publik adalah sebagai berikut:
1) Isi hukum (content of law), yakni uraian atau penjabaran tertulis dari
suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk perundang-undangan,
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.
2) Tata laksana hukum (structure of law), yakni semua perangkat
kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku.
3) Budaya hukum (culture of law), yakni persepsi, pemahaman, sikap
penerimaan, praktik-praktik pelaksanaan, penafsiran terhadap dua aspek
sistem isi hukum dan tata laksana hukum.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebijakan adalah suatu aturan atau keputusan pemerintah yang mempunyai
tujuan untuk masyarakatnya menuju kehidupan yang lebih baik dengan
memenuhi kebutuhan melalui pengembangan di berbagai bidang dan
digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah.
b. Bentuk Kebijakan
Menurut Abdullah, et al. (2001), bentuk kebijakan dapat dibedakan
dalam tiga tingkatan :
1) Kebijakan umum
Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman atau
petunjuk pelaksanaan yang bersifat positif ataupun bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. Untuk
wilayah negara, kebijakan umum mengambil bentuk undang-undang
atau keputusan presiden dan sebagainya. Sementara untuk suatu
provinsi, selain dari peraturan dan kebijakan yang diambil dari tingkat
pusat juga ada keputusan gubernur atau peraturan daerah yang
diputuskan oleh DPRD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi tingkatan
kebijakan di bawahnya. Tetapi untuk menjadi pedoman, kebijakan
umum mempunyai tiga kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, cakupan
kebijakan itu meliputi keseluruhan wawasannya. Artinya, kebijakan itu
tidak hanya meliputi dan ditujukan pada aspek tertentu atau sektor
tertentu. Kedua, tidak berjangka pendek. Masa berlakunya atau tujuan
yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut berada dalam jangka
panjang ataupun tidak mempunyai batas waktu tertentu. Ketiga, strategi
kebijakan umum tidak bersifat operasional.
Sesuatu yang dianggap umum untuk tingkat kabupaten mungkin
dianggap teknis atau operasional untuk tingkat provinsi dan sangat
operasional dalam pandangan tingkat nasional. Makin umum suatu
kebijakan, makin kompleks dan dinamis kebijakan tersebut. Hal ini
disebabkan karena pada tingkat kebijakan umum banyak aspek yang
terlibat, banyak dimensi ilmu yang diperlukan untuk menganalisisnya
dan banyak pihak yang terkait. Sebaliknya semakin teknis suatu
kebijakan, semakin tidak kompleks kebijakan itu.
2) Kebijakan pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan
kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang
pelaksanaan suatu undang-undang, atau keputusan menteri yang
menjabarkan pelaksanaan keputusan presiden adalah contoh dari
kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau
keputusan seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur
atau peraturan daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.
3) Kebijakan teknis
Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada di bawah
kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum, dapat disebutkan bahwa
kebijakan umum adalah kebijakan tingkat pertama, kebijakan
pelaksanaan adalah kebijakan tingkat ke dua, dan kebijakan teknis
adalah kebijakan tingkat ke tiga atau yang terbawah. Kebijakan publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
adalah kebijakan pemerintah. Tetapi, dalam pembagian nama tersebut
hanya menyangkut subyek yang membuat kebijakan, sedangkan dilihat
dari sifatnya sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan dan dari
obyek yang dituju, yaitu masyarakat secara umum. Selain dari perbedaan
cakupan pada masing-masing strata kebijakan, juga terlihat ada
perbedaan isi atau tekanan dari masing-masing kebijakan.
Sesuai dengan sifatnya yang bersifat umum, kebijakan umum berada
pada level strategis. Karena itu, pengambilan keputusan kebijakan umum
perlu dilakukan dengan pembahasan yang matang dengan melibatkan
banyak pihak. Ini berarti bahwa kebijakan umum juga perlu
memperhitungkan segi operasionalisasinya. Dalam kebijakan
pelaksanaan, unsur strategis dan unsur teknis relatif berimbang. Dalam
kebijakan teknis unsur dari kebijakan yang dikelolanya sangat dominan.
Ini berarti bahwa seteknis-seteknisnya suatu kebijakan selalu masih lebih
umum daripada suatu petunjuk pelaksanaan.
Terakhir harus disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan kebijakan,
proses kebijakan pada tingkat operasional harus dapat menjabarkan semua
kebijakan yang dihasilkan oleh pembuat kebijakan dan pengatur kebijakan
agar dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
3. Kekuasaan
a. Pengertian Kekuasaan
Menurut Suherman yang mengutip dari Noviyanto (2009), bahwa
kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang
lain, artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu
atau kelompok. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk
memengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi
tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Kekuasaan juga berarti kemampuan
untuk memengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, namun wewenang tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik
dalam organisasi.
Menurut Jones Walter (1993), pada umumnya yang menjadi sasaran
kekuasaan adalah orang, wilayah kekuasaan dan kekayaan. Couloumbis dan
Wolfe membagi wilayah kekuasaan menjadi dua yaitu,
dilakukan dengan berdasar indikator luas wilayah geografis, besarnya
jumlah penduduk yang dikenai oleh kekusaan pemerintah pusat dan
besarnya produk nasional bruto masing-masing daerah. Wilayah kekuasaan
eksternal misalnya menyamakan lingkungan pengaruh negara besar dengan
sistem aliansi yang mereka bentuk dan menjumlahkan luas wilayah, jumlah
penduduk dan produk nasional bruto dari anggota-anggota aliansi itu.
Ruang lingkup kekuasaan didefinisikan oleh Deutsch sebagai
sekumpulan jenis perilaku, hubungan dan urusan yang secara efektif tunduk
pada kekuasaan pemerintah. Hal ini meliputi semua tipe kegiatan yang
ditentukan oleh pemerintah, baik internal maupun eksternal. Akibat
pertumbuhan teknologi dan kota-kota, ruang lingkup internal kekuasaan
pemerintah menjadi meningkat pesat. Dengan berjalannya waktu, peran
pemerintah telah meluas fungsinya terutama di bidang-bidang pengaturan
seperti perdagangan dalam dan luar negeri, komunikasi, transportasi,
pendidikan, pelayanan kesehatan, pengelolaan hubungan perburuhan,
penelitian keilmuan dan sebagainya. Anggaran belanja pemerintah dan
bagan organisasi pemerintah bisa dipakai sebagai bukti tentang luas dan
keanekaragaman fungsi-fungsi yang diatur dan diawasi oleh pemerintah.
Pada umumnya, pemerintah demokratis liberal mengizinkan lebih
banyak inisiatif dan perusahaan swasta dalam bidang ekonomi, sosial dan
kultural daripada pemerintah sosialis, terutama pemerintah komunis.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi memengaruhi ruang lingkup eksternal
kekuasaan. Misalnya, permintaan maupun penerimaan produk dari negara
tetangga akan bertambah sesuai kebutuhan warga suatu negara. Saat ini, satu
negara bisa mengendaliakan tingkah laku negara lain tanpa mengirim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pasukan militer. Ruang lingkup eksternal sudah meluas ke berbagai jenis
kegiatan, sehingga suatu negara mengendaliakan tingkah laku negara lain
melalui penguasaan di bidang teknologi, sumber energi seperti uranium,
modal untuk investasi, tenaga ahli manajeman, tenaga buruh murah dan
peralatan militer (Jones Walter, 1993).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah tingkah laku
individu atau kelompok untuk menaati atau menuruti segala perintah dari
penguasa negara. Kekuasaan juga digunakan untuk menguasai negara lain
dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menjalin
kerjasama internasional.
b. Sumber Kekuasaan
Menurut Suherman yang mengutip dari Noviyanto (2009),
menyatakan bahwa kekuasaan tidak begitu saja diperoleh setiap individu
(mengutip dari simpulan John Brench dan Bertram Raven), individu tersebut
harus menguasai 5 sumber yaitu:
1) Kekuasaan menghargai (reward power).
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi
pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi
untuk melaksanakan perintah.
2) Kekuasaan memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum
orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan.
3) Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan
yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi
pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
4) Kekuasaan keahlian (expert power)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa
pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus
yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
5) Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang
didasarkan pada identifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau
panutan bagi yang dipengaruhi.
Morgenthau (1978: 29), menegaskan bahwa kekuasaan adalah fokus
utama studi dan praktik hubungan internasional. Pemikirannya tentang
realisme politik dan tentang kekuasaan tercermin dalam kutipan berikut ini :
Politik internasional, seperti halnya semua politik adalah perjuangan memperoleh kekuasaan. Negarawan-negarawan dan bangsa-bangsa mungkin mengejar tujuan akhir berupa kebebasan, keamanan, kemakmuran, atau kekuasaan itu sendiri. Mereka mungkin mendefinisikan tujuan-tujuan mereka itu dalam pengertian tujuan yang religious, filosofis, ekonomis, atau sosial. Mereka mungkin berharap bahwa tujuan ini akan terwujud melalui dinamika dalam tujuan itu sendiri, melalui takdir Tuhan atau melalui perkembangan alamiah urusan kemanusiaan. Tetapi begitu mereka berusaha mencapai tujuan-tujuan mereka dengan menggunakan politik internasional, mereka melakukannya dengan berupaya memperoleh kekuasaan .
Morgenthau mendefinisikan kekuasaan (power) sebagai kemampuan
seseorang untuk mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain. Menurut
ilmuwan ini, negarawan-negarawan yang paling berhasil dalam sejarah
adalah mereka yang berusaha memelihara kepentingan nasional, yang
didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk
menjaga berbagai kepentingan yang dianggap paling vital bagi kelestarian
negara-bangsa.
Pemerintah Korea Utara menggunakan kekuasaan yang sah, di mana
pemimpin mereka merupakan pemimpin yang dapat memengaruhi orang
lain sehingga orang yang terpengaruh menaati semua peraturan pemimpin
tesebut. Masa jabatannya pun tidak ada batasan bahkan direncanakan sampai
ke kekuasaan turun temurun dari keluarga sang pemimpin. Kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tersebut masih berlaku sampai saat ini. Pemerintahan Korea Utara bermula
dari sebuah keluarga pejuang kemerdekaan, yaitu keluarga Kim.
Kekuatannya mampu memengaruhi masyarakat Korea Utara.
4. Nuklir
a. Pengertian Nuklir
Menurut artikel kedokteran (2011), nuklir merupakan benda yang
masih memerlukan penelitian, sedikit teknologi manusia yang mampu
menjabarkan rahasia nuklir. Sebenarnya dengan logika sederhana, kita bisa
berpikir bahwa setiap benda tersusun atas atom (nuklir) dengan semua benda
yang ada di bumi dapat merubah struktur atom tersebut (proton, neutron,
elektron). Teknologi nuklir manusia zaman sekarang lebih banyak berkaitan
dengan energi melalui fusi (hidrogen) atau fisi (uranium). Berita tentang
nuklir yang menyebar ke seluruh dunia merupakan akibat dari banyaknya
propaganda dan besarnya pemberitaan media yang memengaruhi bahan
pembicaraan di masyarakat setiap negara.
Saat ini, kemampuan bom nuklir yang dimiliki oleh berbagai negara
maju sudah sangat mengerikan, bisa dipastikan bumi akan hancur jika terjadi
PD III (Perang nuklir). Pada tahun 40-an, Amerika Serikat bisa membawa
satu bom nuklir. Saat ini, Amerika Serikat mempunyai puluhan pesawat
pembom yang sekali jalan bisa membawa beberapa bom nuklir (yang
kemampuanya berkali lipat lebih dahsyat dibanding tahun 40-an). Berbeda
dengan Rusia, sebiji kapal selam akula (typhoon) bisa membawa 20 rudal
balistik hulu ledak nuklir, belum lagi negara-negara lain. Namun, nuklir juga
bisa menjadi jawaban atas krisis energi yang terjadi di bumi.
Menurut Ridwan (2010), bahwa secara umum energi nuklir dapat
dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi
fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Salah satu
mekanisme produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir. Sebuah inti berat
yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi
dua inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi fisi adalah
uranium yang ditumbuk atau menyerap neutron lambat.
Neutron lambat dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti
uranium untuk membentuk reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini terus
terjadi dalam waktu yang sangat cepat membentuk reaksi berantai tak
terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu
singkat. Mekanisme ini yang terjadi di dalam bom nuklir yang menghasilkan
ledakan yang dahsyat. Jadi, reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai tak
terkendali yang memiliki potensi daya ledak yang dahsyat dan dapat dibuat
dalam bentuk bom nuklir.
Dibandingkan dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang
dihasilkan melalui reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih
berguna. Untuk itu, reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus
dibuat lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam sebuah reaktor
nuklir. Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam
reaktor yang terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih berguna, misalnya untuk
penelitian dan untuk membangkitkan listrik. Di dalam reaksi fisi yang
terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu neutron saja yang
akan diserap untuk pembelahan inti berikutnya. Dengan mekanisme ini,
diperoleh reaksi berantai terkendali dimana energi yang dihasilkannya dapat
dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna (Ridwan, 2010).
Menurut Eko Hidayanto (2009), bahwa reaktor nuklir adalah proses
terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik pembelahan inti (fisi) atau
penggabungan inti (fusi). Fungsi reaktor fisi dibedakan menjadi dua, yaitu
reaktor penelitian dan reaktor daya. Pada reaktor penelitian, yang
diutamakan adalah pemanfaatan netron hasil pembelahan untuk berbagai
penelitian dan radiasi serta produksi radioisotop. Panas yang ditimbulkan
dirancang sekecil mungkin sehingga panas tersebut dapat dibuang ke
lingkungan. Pengambilan panas pada reaktor penelitian dilakukan dengan
sistem pendingin, yang terdiri dari sistem pendingin primer dan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pendingin sekunder. Panas yang berasal dari teras reaktor diangkut oleh air
di sekitar teras reaktor (sistem pendingin primer) dan dipompa oleh pompa
primer menuju alat penukar panas. Selanjutnya panas dibuang ke lingkungan
melalui menara pendingin (alat penukar panas pada sistem pendingin
sekunder). Perlu diketahui bahwa, antara alat penukar panas, sistem
pendingin primer atau sekunder tidak terjadi kontak langsung. Sementara,
pada reaktor daya, panas yang timbul dari pembelahan dimanfaatkan untuk
menghasilkan uap yang bersuhu dan bertekanan tinggi untuk memutar
turbin.
Menurut Ridwan (2010), bahwa energi yang dihasilkan dalam reaksi
fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna. Untuk itu,
reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali di dalam sebuah reaktor
nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar,
yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron, batang kendali, dan perisai
beton. Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan
mengalami fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar
adalah uranium U. Elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang
ditempatkan di dalam teras reaktor. Neutron-neutron yang dihasilkan dalam
fisi uranium berada dalam kelajuan yang cukup tinggi. Adapun, neutron
yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah neutron lambat sehingga
diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi
ini dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya berupa air. Jadi, di
dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi
memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan sebagian
energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi
nuklir dalam reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar
reaksi berantai yang terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang
diserap untuk memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat
menyerap neutron-neutron di dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kadmium sering digunakan sebagai batang kendali karena efektif dalam
menyerap neutron.
Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat
keluar-masuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor
melebihi jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali
dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar
tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor
jika jumlah neutron di bawah kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk
mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang diizinkan. Radiasi yang
dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung
di sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor
tidak menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh
perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat
efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan
sebagai bahan perisai (Ridwan, 2010).
Menurut pembahasan tersebut, Korea Utara menggunakan reaksi fisi.
Reaksi ini memerlukan uranium yang banyak dan dapat menghasilkan suatu
zat yang berguna bagi manusia. Namun, apapun reaksi yang ditimbulkan
oleh nuklir tetap saja senjata nuklir itu membahayakan kelangsungan
kehidupan manusia. Apabila pemerintah Korea Utara dapat memanfaatkan
uranium dengan benar maka masyarakat Korea Utara tidak mengalami
penderitaan dan jika terjadi kelangkaan listrik maka nuklir dapat menjadi
sebuah alat penerangan yang baru.
b. Manfaat dan Dampak Negatif dari Senjata Nuklir
1) Manfaat
Menurut artikel kedokteran mengenai manfaat nuklir (2011), bahwa
nuklir merupakan inti atom yang tersusun dari proton dan neutron.
Sedangkan yang ditakutkan oleh Amerika atas Iran dan Korea Utara adalah
energi nuklir yaitu mengenai tenaga nuklir dari reaksi fisi berantai yang tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
terkendali. Selain membahayakan, radiasi dan energinya bisa kita
manfaatkan. Dalam aplikasinya, nuklir bisa dimanfaatkan untuk kedokteran,
pertanian dan peternakan, hidrologi, industri, serta pangan. Dalam
pengelolaanya, kita tidak mengenal limbah nuklir. Sejumlah 97 persen dari
limbahnya, bisa didaur ulang dan sisanya bisa disimpan. Energi nuklir untuk
saat ini adalah energi alternatif yang menghasikan energi cukup besar yang
ada di planet bumi, banyak manfaat dari keberadaan energi nuklir ini selain
sebagai pembangkit listrik juga masih banyak kegunaan yang didapatkan
dari pemanfaatan energi nuklir secara baik dan benar.
Di samping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan
energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan
energi nuklir secara besar-besaran adalah dalam bentuk pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN). Energi nuklir di sini digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Nuklir digunakan dalam dunia kesehatan sebagai alat untuk
mendiagnosa penyakit sekaligus dapat pula memberikan terapi. Henry
Bacquerel, penemu radioaktivitas telah membuka cakrawala nuklir untuk
kesehatan. Masyarakat kedokteran menggunakan radioisotop Radium ini
untuk pengobatan kanker dan dikenal dengan brakiterapi. Radiosiotop yang
ditemukan lebih menjanjikan untuk brakiterapi, sehingga radium sudah
tidak direkomendasikan lagi untuk digunakan. Radioisotop untuk diagnosa
penyakit memanfaatkan instrumen yang disebut dengan Pesawat Gamma
Kamera atau SPECT (Single Photon Emission Computed Thomography).
Sedangkan aplikasi untuk terapi sumber radioisotop terbuka ini seringkali
para pakar menyebutnya sebagai Endoradioterapi.
2) Dampak Negatif
Menurut artikel kedokteran (2011), bahwa nuklir juga dapat
memberikan efek negatif terhadap perkembangan kesehatan manusia. Secara
alami, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari
kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tetapi, radiasi yang terlalu tinggi dapat mengalahkan mekanisme
perlindungan ini. Menurut Manny Alvarez, ada 3 faktor yang mempengaruhi
dampak radiasi nuklir, yakni total radiasi yang dipejankan, seberapa dekat
dengan sumber radiasi dan seberapa lama korban terpejan oleh radiasi.
Faktor-faktor tersebut sangat berperan penting terhadap dampak yang akan
diterima oleh orang-orang yang terpejan reaktor nuklir. Radiasi yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan gejala akut yang dapat dirasakan oleh pasien.
Namun, walaupun tidak terdapat gejala bukan berarti tidak menimbulkan
bahaya karena radiasi dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang
lebih berbahaya. Gejala akut yang dapat ditimbulkan oleh radiasi yang tinggi
adalah sebagai berikut:
1) Mual muntah
2) Diare
3) Sakit kepala
4) Demam
5) Pusing, mata berkunang-kunang
6) Disorientasi atau bingung menentukan arah
7) Lemah, letih dan tampak lesu
8) Kerontokan rambut dan kebotakan
9) Muntah darah atau berak darah
10) Tekanan darah rendah
11) Luka susah sembuh.
Dampak reaktor nuklir jangka panjang biasanya diakibatkan oleh
tingkat radiasi yang rendah namun tekanan ledakan yang meningkat.
Adapun dampak jangka panjang dari radiasi nuklir adalah:
1) Kanker
2) Penuaan dini
3) Gangguan sistem saraf dan reproduksi
4) Mutasi genetic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Pengaruh Nuklir Terhadap Sistem Internasional
Menurut Nasution (1989), hadirnya nuklir dalam sistem pertahanan
dan keamanan suatu negara, menimbulkan gejala baru dalam sistem
internasional yang mengurangi kemungkinan perang antarnegara. Hal ini
membawa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik terbuka untuk
mencari jalan lain dalam menyelesaikan kepentingan mereka melalui meja
perundingan, diplomasi, propaganda, persuasi atau mungkin juga subversi.
Peranan senjata nuklir tidaklah hanya mempertimbangkan dari segi militer
belaka, akan tetapi juga konteks politik bangsa-bangsa yang bersangkutan.
Pertimbangan politik berarti, bahwa persenjataan itu bukan hanya ditujukan
untuk menghancurkan kekuatan lawan, akan tetapi juga dipergunakan
sebagai alat untuk menunjang dalam usaha mencapai
kepentingan nasional.
Dilihat dari segi fungsi, perundingan yang diadakan dan persetujuan
yang dicapai menunjukan bahwa senjata nuklir bukanlah semata-mata
instrument militer. Dengan kata lain, apapun yang dihasilkan oleh
perundingan itu, apabila hal ini tidak dapat mempertinggi jaminan keamanan
bagi kedua belah pihak, maka persetujuan itu tidak efektif sebagai
instrument politik. Persetujuan-persetujuan yang dilakukan dewasa ini di
antaranya adalah persetujuan pembatasan persenjataan ofensif strategis yang
akan menentukan banyaknya sistem persenjataan yang boleh dimiliki oleh
negara-negara pemilik senjata nuklir. Persetujuan ini dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Uni Soviet melalui SALT (Strategi Arms Limitation
Talks) yang untuk pertama kalinya disetujui oleh kedua belah pihak pada 26
Mei 1972, yang ditanda tangani oleh Presiden Amerika Serikat Richard
Nixon dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Leonid Berzhnev.
SALT I, yang mengatur tentang pembatsan
senjata-senjata ofensif strategis kedua Negara ini, telah berakhir masa
berlakunya pada bulan Oktober 1977. Dalam ini,
belum ditentukan berapa jumlah maksimal peluncur yang boleh dimilki oleh
kedua belah pihak, kecuali dalam protocol untuk yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menyebutkan adanya persenjataan dari kedua belah pihak mengenai
peluncur SLBM (Submarines Launched Ballisic Missiles) dan jumlah kapal
selam nuklir sebagai wahananya. Disepakati bahwa Amerika boleh memiliki
sampai 710 peluncur SLBM dan tidak lebih dari 44 kapal selam berpeluru
kendali balistik modern. Uni Soviet boleh memilki tidak lebih dari 950
peluncur SLBM dan tidak lebih dari 62 kapal selam berpeluru kendali
balistik modern. Hasil persetujuan perundingan pembatasan persenjataan
strategis membawa permasalahan yang rumit dalam sistem internasional. Di
satu pihak masih tetap ada kekhawatiran terhadap kemungkinan pecahnya
perang nuklir, di pihak lain masih tetap ada keinginan untuk mendominasi
sistem persenjataan nuklir itu.
Senjata nuklir ternyata telah melampaui permasalahan kemiliteran
dan lebih berkembang menjadi permasalahan politik dan ekonomi. Semua
ini menumbuhkan masalah-masalah baru dalam sistem internasional.
Perkembangan nuklir terus berlanjut dan tak bisa dibayangkan daya rusak
yang ditimbulkannya. Terdapat jenis peluru kendali berkepala nuklir yang
mampu mencapai sasaran ribuan mil jauhnya dari tempat peluru tersebut
diluncurkan, yang dikenal sebagai peluru kendali antarbenua. Hal ini
menunjukan bahwa peluru kendali jarak jauh tersebut memiliki daya
jangkau yang lebih jauh di samping daya rusak yang makin dahsyat
(Nasution, 1989).
Nuklir sebagai sistem persenjataan, sebagai instrument politik dan
sebagai penunjang kekuatan ekonomi, memiliki berbagai peristilahan sistem
persenjataan yang biasa digunakan oleh negara-negara adikuasa. Pertama,
perlu diketahui istilah Strategi ini berdasarkan
pemikiran, bahwa menghancurkan pusat kota tersebut sekaligus juga akan
menghancurkan jaringan ekonomi, industri serta basis militer yang pada
umumnya berada sekitar daerah perkotaan yang padat penduduknya. Strategi
ini sering pula disebut sebagai strategi terbatas. Dengan demikian, kalau
terjadi perang nuklir maka penduduk dijadikan sandera. Kedua, ialah istilah
Strategi ini pada dasarnya hanya diarahkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sasaran-sasaran militer lawan dengan pertimbangan, bahwa kekuatan serang
strategis lawan akan hancur. Dengan demikian lawan akan mengaku kalah
karena kehancuran kekuatan strategis militer. Strategi ini berusaha
mengurangi seminimal mungkin korban-korban di pihak sipil. Ketiga, dapat
gan perang nuklir terbatas
dimaksudkan perang yang menggunakan senjata-senjata nuklir taktis
(senjata nuklir yang mempunyai daya ledak rendah) untuk menghukum atau
mencegah suatu agresi terbatas yang menggunakan kekuatan konvensional,
yang bertujuan menambah kredibilitas
Keempat,
(ABM System). Sistem pertahanan ini berdasarkan pemikiran, bahwa peluru-
peluru kendali musuh akan dilumpuhkan sebelum peluru-peluru kendali
tersebut mencapai sasaran yang telah ditunjukan dengan pencegahan di
udara. Dengan kecermatan dalam perhitungan waktu dan tanggapan radar
atas peluru kendali yang diluncurkan, maka setelah posisi perjalanan peluru
kendali itu diketahui maka peluru-peluru kendali itu dapat diledakan selagi
masih dalam perjalanan, sebelum ini diharapkan korban yang ditimbulkan
akan jauh berkurang. Kesulitan yang dihadapi dalam sistem ini ialah
memilih peluru kendali yang mana yang benar-benar berkepala nuklir dan
peluru kendali mana yang dikirimkan hanya sebagai tipuan, sehingga
mungkin saja peluru kendali yang berkepala nuklir lolos dari pencegatan.
Dari beberapa istilah dalam strategi nuklir di atas dapatlah
dimengerti, bagaimana rumitnya sistem persenjataan itu dan keampuhannya
yang akan menghancurkan umat manusia, baik yang berada di negara-negara
nuklir maupun yang berada di luar yaitu negara yang bertetangga dengan
mereka, apabila terjadi perang secara frontal di antara Negara-negara yang
memilikinya. Sementara itu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya perang
nuklir tetap dijalankan, misalnya dengan maupun yang
dilakukan melalui perundingan dan persetujuan antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat, seperti SALT I (Nasution, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Kerangka Berfikir
Gambar 2 : Skema Kerangka Berpikir Tentang Kebijakan Kim Jong Il Terhadap
Pengembangan Nuklir Di Korea Utara Tahun 1998-2008.
Keterangan :
: hubungan secara langsung
Dari skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
Korea merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Timur
Laut yakni menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar. Korea terletak di
tengah tiga negara besar, yaitu Jepang, Cina, dan Rusia. Bahkan pada akhir abad
ke-19 Amerika mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah Korea. Korea terbagi
menjadi dua negara yakni Korea Utara dan Korea Selatan. Terbaginya Korea
menjadi dua negara ini merupakan simbol warisan persaingan ideologi di masa
Perang Dingin. Pada akhir tahun 1970-an, Korea Utara dan Korea Selatan mulai
tampil di kalangan masyarakat internasional akibat keberhasilannya dalam
pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan kemiskinan dalam waktu yang cukup
singkat. Selain dari segi ekonomi, Korea menjadi pusat perhatian masyarakat
internasional karena pertentangan dan persaingan antara Korea Utara dan Korea
Selatan yang semakin tajam, yakni dengan memperkokoh sistem pertahanannya
masing-masing.
Pemerintahan Kim Jong Il
Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan Dalam Negeri
Tanggapan Negara Lain
Pengembangan Nuklir
Kerjasama Internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kim Jong Il merupakan pemimpin yang berani dan tegas dari Korea Utara
mulai tahun 1994 sampai 2011. Masa kepemimpinannya mempunyai sejarah yang
menarik di antaranya adalah membuat suatu kebijakan militer dengan
mengembangkan senjata nuklir yang digunakan sebagai alat untuk mengimbangi
kekuatan Amerika Serikat yang telah lebih dahulu memberi senjata pada Korea
Selatan. Selain itu, Kim membuat kebijakan dalam negeri di bidang ekonomi
misalnya menumbuhkan kemandirian masyarakat Korea Utara untuk
memproduksi makanan sendiri dari tanah pertanian. Empat tahun setelah Kim
dinobatkan menjadi presiden Korea Utara, peluncuran nuklir berhasil dilakukan.
Uji coba yang dilakukan Korea Utara mendapatkan kecaman yang cukup serius
dari berbagai Negara. Amerika menganggap uji coba tersebut sebagai sebuah
ancaman karena dikhawatirkan uji coba nuklir akan dilakukan lagi dengan arah
tujuan Amerika Serikat.
Pemerintah Kim mengakui bahwa pengembangan nuklir ini dilakukan
untuk keamanan dan pengganti listrik di Korea Utara. Pengakuan dari pemerintah
Korea Utara ini membuat Amerika Serikat semakin ingin memberi sanksi dan
mengajukan usulan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk tidak mengirimkan
bantuan ekonomi. Setelah mengetahui berita tersebut, pemerintah Korea Utara
tidak mengindahkan ancaman tersebut dan menganggapnya sebagai tanda
persiapan akan adanya perang. Korea Selatan sebagai tetangga dekat telah
menjalin kerjasama di bidang ekonomi. Dalam kerjasama tersebut pemerintah
Korea Selatan berusaha membujuk dan meyakinkan Korea Utara untuk ikut dalam
perundingan dengan negara Amerika Serikat dan China untuk menyelesaikan
masalah program nuklir. Tindakan Korea Utara sebelumnya mendapat reaksi dari
negara lain seperti Cina, India dan Uni Soviet. Mereka menyesalkan tindakan Kim
yang mencoba senjata nuklir tanpa persetujuan negara lain, dimana dampak dari
asap nuklir bisa merusak lingkungan dan manusia. Dewan keamanan perserikatan
bangsa-bangsa mencoba mencari solusi dari masalah ini. Berbagai perundingan
dilakukan demi mencapai tujuan keamanan dan kehidupan damai terutama antara
Korea Utara dengan Amerika Serikat. Jika nuklir tidak dikelola dengan baik maka
dampaknya akan menghancurkan sirkulasi kehidupan makhluk hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini berjudul Kebijakan Kim Jong Il Terhadap Pengembangan
Nuklir di Korea 1998- , menggunakan teknik pengumpulan data melalui
studi pustaka dari sumber primer, sekunder dan berbagai sumber yang relevan.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai tempat pencarian data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta
e. Monumen Pers Surakarta (Perpustakaan dan Arsip Media Cetak)
f. Perpustakaan Universitas Gajah Mada
g. Digital Library (Perpustakaan Universitas Indonesia, PustakaBersama.com)
h. Buku-buku koleksi penulis
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini direncanakan mulai dari
disetujuinya judul skripsi yaitu pada bulan April 2012 sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini yaitu pada bulan Desember 2012. Adapun kegiatan yang
dilakukan dalam jangka waktu tersebut di antaranya adalah mengumpulkan
sumber, baik sumber primer maupun sekunder, melakukan kritik untuk
menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari
fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penelitian.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 3. Waktu Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
1 Persiapan
a.Pengajuan judul x
b.Penyusunan Prop. x
c.Permohonan izin x
d.Membuat instrumen x
2 Pelaksanan Penelitian
a. Pengumpulan data x x x x
b. Analisis data x x x x x
c. kesimpulan x
3 Penyusunan laporan x
B. Metode penelitian
Peranan metode ilmiah sangat penting dalam sebuah penelitian karena
keberhasilan tujuan yang akan dicapai tergantung dari penggunaan metode yang
tepat. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau
jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977: 16). Sedangkan menurut Helius Sjamsudin
sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan
obyek (bahan- 2).
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan
Kebijakan Kim Jong Il Terhadap Pegembangan Nuklir di Korea Utara Tahun
1998-2008. Mengingat peristiwa yang menjadi pokok penelitian adalah peristiwa
masa lampau, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah. Hadari
Nawawi (1998), mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah prosedur
pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-
peninggalan untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
masa lalu dan terlepas dari keadaan masa sekarang. Metode sejarah dapat
diartikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunakan
cara, prosedur atau teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan
ilmu sejarah (Daliman, 2012: 27). Gilbert J. Garraghan yang dikutip Dudung
Abdurrahman (2011) mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah
seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber
sejarah secara efektif, menilai secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-
hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis (hlm. 103).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan pemecahan masalah dengan mengumpulkan
sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji untuk
memahami kejadian pada masa lalu kemudian menguji dan menganalisa secara
kritis serta mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis dari
sumber sejarah tersebut untuk dijadikan suatu cerita sejarah yang obyektif,
menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Data
Sumber data sering disebut data sejarah. Menurut Kuntowijoyo (1995),
datum (bahasa latin) yang
berarti pemberitaan (hlm. 94). Menurut Dudung Abdurrahma
sejarah merupakan bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian,
-bahan yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi ten
61).
Helius Sjamsuddin dan Ismaun (1996), mengemukakan tentang pengertian
sumber sejarah, yaitu:
Segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality). Sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials) sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan (lisan) (hlm. 73).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang
disampaikan langsung oleh saksi mata. Dikatakan sebagai sumber sekunder
karena tidak disampaikan langsung oleh saksi mata dan bentuknya dapat berupa
buku-buku, artikel, koran, majalah (Dudung Abdurrahman, 1999: 56). Data
sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu penulis melaporkan hasil
observasi orang lain yang satu kali atau lebih dari aslinya. Di antara kedua sumber
tersebut, sumber primer memiliki otoritas sebagai bukti pertama dan merupakan
prioritas dalam pengumpulan data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer tersebut di antaranya arsip
yang meliputi: Artikel-artikel dalam surat kabar yang ditulis mengenai
keberhasilan Korea Utara yang mencoba mengetes nuklirnya seperti Kompas edisi
10 Oktober tahun 2006 yang berjudul Korea Utara berhasil tes senjata nuklir, edisi
12 Oktober 2006 yang berjudul sanksi baru PBB, kompas edisi 27 juli 2005 yang
berjudul nuklir Korea Utara dirundingkan lagi. Sumber sekunder yang digunakan
antara lain: buku Sebelas Macan Asia Musuh Amerika karya Amir Hendarsah,
Masyarakat Politik Dan Pemerintahan Korea karya Young Geung Youn, The
North Korean Question And The ROK-US Alliance karya Han Tae Kyu dari Ifans
karya Sueng Ho Joo, serta beberapa karya dan sumber-sumber lain yang relevan
(selengkapnya lihat lampiran).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara studi
kepustakaan. Teknik studi pustaka adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data atau fakta sejarah dengan cara membaca
buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau brosur yang
pengumpulan data studi pustaka merupakan suatu metode penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan bermacam-macam
Kartono, 1990: 67).
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data primer maupun sekunder
yang berkaitan dengan masalah Kebijakan Kim Jong Il di Korea Utara mulai
dari awal terbentuknya pengembangan nuklir sampai reaksi atau tanggapan
negara lain terhadap nuklir di Korea. Peneliti berusaha mengumpulkan sumber-
sumber sejarah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu
mengadakan studi pustaka yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers
Surakarta, dan Perpustakaan Universitas Gajah Mada.
b. Membaca dan mencatat sumber primer yang berisikan Korea Utara berhasil
mengetes senjata nuklir dari batasan tahun yang diteliti secara menyeluruh.
c. Penggalian materi terhadap bahan-bahan pustaka lainnya seperti buku, majalah,
artikel yang dilakukan di perpustakaan yang dianggap penting dan relevan
dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman
(1999), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis
sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan dan secara terminologis berbeda
dengan sintesis yang berarti menyatukan (hlm. 64). Analisis dan sintesis,
dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi. Menurut Helius
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menggunakan kritik sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999),
dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta
atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan
diinterpretasikan, dianalisis isinya dan analisis data harus berpijak pada kerangka
teori yang dipakai sehingga menghasilkan fakta-fakta yang relevan dengan
penelitian.
Analisis data merupakan langkah yang penting, dimulai dari melakukan
kegiatan pengumpulan data kemudian melakukan kritik ekstern dan intern untuk
mencari otensitas dan kredibilitas sumber yang didapatkan. Dari langkah ini dapat
diketahui sumber yang benar-benar dibutuhkan dan relevan dengan materi
penelitian. Selain itu, membandingkan data dari sumber sejarah antara sumber
primer dengan sumber skunder serta sumber yang lainnya dengan bantuan
seperangkat kerangka teori dan metode penelitian sejarah, kemudian menjadi
fakta sejarah. Agar memiliki makna yang jelas dan dapat dipahami, fakta tersebut
ditafsirkan dengan cara merangkaikan fakta menjadi karya yang menyeluruh dan
masuk akal.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti secara keseluruhan, dimulai dari persiapan pembuatan proposal
sampai dengan penulisan hasil penelitian, sehingga didapatkan hasil penelitian
yang diharapkan. Prosedur penelitian sangat penting dalam penulisan ilmiah,
karena dapat mempermudah cara kerja dan memperlancar jalanya penelitian,
sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode historis,
maka prosedur penelitian dilakukan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1. Pengajuan Judul Penelitian
Judul yang dipilih Kebijakan Kim Jong Il
Terhadap Pengembangan Nuklir Di Korea Utara Tahun 1998-2008
judul tersebut diajukan kepada Ketua Program Pendidikan Sejarah untuk
mendapatkan persetujuan dan mendapatkan pembimbing guna membimbing
peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
2. Penyusunan Proposal
Setelah judul penelitian disetujui oleh Ketua Program adalah mengajukan
proposal penelitian yang berisi: (1) latar belakang masalah, rumusan masalah dan
tujuan penulisan; (2) kajian teori, kerangka berfikir, dan (3) metodologi penelitian.
Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan disahkan oleh Ketua
Program, maka langkah selanjutnya adalah mencari ijin penelitian.
3. Perijinan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti meminta ijin kepada Pembimbing, Ketua
Program Studi Pendidikan Sejarah, Ketua Jurusan serta Pembantu Dekan I.
Setelah mendapat ijin tersebut peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan
tema dan judul penelitian.
4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian masa lampau, oleh karena itu
metode yang digunakan adalah metode historis. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam penelitian dengan metode historis adalah sebagai berikut:
a. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya
memperoleh. Dalam pengertian lain, menurut G.J. Reiner yang dikutip oleh
keterampilan dalam menemukan, menangani dan memperinci bibiliografi
atau mengklasifikasi serta merawat catatan-catatan.
Pada tahap ini diusahakan untuk mencari dan menemukan sumber-
sumber tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Sumber
tertulis primer berupa arsip yang meliputi: Artikel-artikel dalam surat kabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang ditulis mengenai keberhasilan Korea Utara yang mencoba mengetes
nuklirnya seperti Kompas edisi 10 Oktober tahun 2006, edisi 11 Oktober
2006, Tempo edisi 12 Februari 1994. Sumber data sekunder yang digunakan
seperti penelitian-penelitian yang telah dibukukan berjudul 11 Macan Asia
Musuh Amerika karya Amir Hendarsah, Masyarakat Politik Dan
Pemerintahan Korea karya Young Geung Youn, North Korea Uneasy: Kim
Jong Il Regime karya Park Hoon Jin Dari Naewoe Press, serta beberapa
karya dan sumber-sumber lain yang relevan (selengkapnya lihat lampiran).
Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dengan
mengunjungi beberapa perpustakaan diantaranya Perpustakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Universitas Gajah
Mada.
b. Kritik
Tugas peneliti dalam penelitian historis ini adalah mengadakan
rekonstruksi mengenai masa lampau. Tetapi, dalam mengadakan
rekonstruksi tidak semua peristiwa yang sudah silam dapat diulangi
kejadiannya, sehingga penyelidik harus menyusun berdasarkan pada fakta-
fakta sejarah dan membangun pemecaham masalah atas fakta itu. Karena itu,
penyelidik harus mempunyai cara-cara untuk meneliti apakah fakta itu
benar-benar asli dan dapat dipercaya ataukah tidak. Cara-cara meneliti data
itulah yang dimaksud dengan kritik historis.
Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah sumber-sumber
sejarah itu sejati atau otentik dan dapat dipercaya atau tidak. Pada tahap ini
kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik
itik ekstern yaitu menguji
suatu keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) sedangkan kritik
108).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah
sumber yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik
ekstern dilakukan terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik
atau luarnya berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan dan segi
penampilan yang lain. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa
pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang. Sebagai
contoh kritik ekstern terhadap buku 11 Macan Asia Musuh Amerika karya
Amir Hendarsah, K
Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara isi sumber
yang satu dengan isi sumber yang lain sehingga data yang diperoleh dapat
dipercaya. Hal tersebut dilaksanakan agar dapat mengetahui bagaimana isi
sumber sejarah dan relevansinya dengan masalah yang dikaji. Kritik intern
sumber data tertulis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi
gaya, tata bahasa, dan ide yang digunakan penulis, sumber data, dan
permasalahannya kemudian dibandingkan dengan sumber data lainnya.
Misalnya dengan membaca Artikel uji coba nuklir tentang keberhasilan
dalam peluncurannya, artikel Jepang dan Cina dalam menanggapi uji ciba
nuklir Korea Utara, buku karangan Young Seung Youn, buku karangan
Amir Hendarsah. Dengan demikian kritik intern dapat dilakukan untuk
melihat seberapa relevan tulisan-tulisan tokoh tersebut mendukung karya
peneliti.
c. Interpretasi
Menurut Nugroho Notosusanto (1978), interpretasi adalah suatu
usaha menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta
yang ada, kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain, sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis
40). Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (2011),
intrepretasi bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang
diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, sehingga
dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa (hlm. 114).
Kegiatan menyeleksi dan menafsirkan tulisan buku dalam penelitian
ini dilakukan dengan penentuan periodisasi, merangkaikan data secara
berkesinambungan, misalnya dengan merangkaikan periode sejarah dan
menghubungkan sumber data sejarah yang ada pada tulisan Amir Hendarah
dengan biografi Kim Jong Il, US-Korean Relation karya Byoung Yong Lee,
Masyarakat Politik Dan Pemerintahan Korea karya Young Geung Youn,
artikel tentang uji coba uklir dan tanggapan negara lain, sehingga menjadi
kesatuan yang harmonis dan masuk akal melalui interpretasi. Dalam
kegiatan interpretasi ini, penelitian yang dilakukan harus bersikap obyektif
disebabkan keanekaragaman data yang diperoleh.
Fakta-fakta ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang
sebenarnya, sehingga dapat dipahami makna sesuai dengan pemikiran yang
relevan, logis dan berdasarkan obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan
kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah.
d. Historiografi
Historiografi adalah kegiatan menyusun fakta sejarah menjadi suatu
kisah. Peristiwa sejarah yang dikisahkan melalui historiografi dipengaruhi
oleh subyektifitas penulis dalam merekonstruksinya. Menurut Helius
sintesa fakta-fakta yang diper
Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan
teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga
dituntut untuk menggunakan pikiran kritis dan analisis. Interpretasi yang
dilakukan terhadap fakta sejarah dapat menghasilkan suatu cerita atau kisah
sejarah dan serangkaian kisah tersebut disajikan dalam suatu penulisan atau
historiografi.
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk
menyampaikan susunan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah
berdasarkan bukti berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dikritik, dan diinterpretasi. Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam
bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul Kebijakan Kim Jong Il
Terhadap Pengembangan Nuklir di Korea Utara Tahun 1998-2008 .
Berdasarkan prosedur penelitian di atas, maka dapat digambarkan ke
dalam bagan atau skema sebagai berikut:
Gambar 3: Bagan Prosedur Penelitian Sejarah Tentang Kebijakan Kim Jong Il
Terhadap Pengembangan Nuklir Di Korea Utara Tahun 1998-2008.
Pengajuan Judul
Pengajuan Proposal
Ijin Penelitian
Historiografi Interpretasi Heuristik Kritik (Ekstern, intern)
Fakta Sejarah
Peristiwa Sejarah
Pelaksanaan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Korea Utara Masa Kim Jong Il
1. Keadaan Geografis
Korea merupakan salah satu negara yang terletak di belahan bumi bagian
timur, di Semenanjung kawasan Asia Timur Laut. Posisi geografi Semenanjung
Korea yang strategis menyebabkan Korea mempunyai arti penting sebagai
penghubung antara negara di kawasan Timur Tengah dengan negara di kawasan
Asia. Selain itu, Korea berada di tengah-tengah tiga negara besar yaitu Jepang,
Korea Utara merupakan negara yang terletak di antara garis lintang 37°
43° LU dan garis bujur 1240 1310 BT. Negara ini mempunyai luas wilayah
120.540 persegi. Sekitar 80% dari wilayah Korea Utara merupakan pegunungan,
dan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dengan ketinggian 2.000 meter
(6.600 kaki). Korea Utara memiliki dataran tinggi di bagian utara dan timur.
Bagian utara ke selatan merupakan rantai pegunungan Nangrim, sedangkan
bagian barat terbentang pegunungan Gangnam, Jeokyuryeong, Myohyang, dan
Myeolak. Korea Utara mempunyai jarak yang dekat dengan negara tetangganya.
Di sebelah utara berbatasan dengan China, sebelah selatan di batasi oleh Rusia,
sebelah barat berbatasan dengan Laut Kuning dan sebelah timur di batasi oleh
Laut Jepang. Pusat pemerintahan negara Korea Utara adalah kota Pyongyang.
Korea merupakan negara yang memiliki empat musim yang berbeda. Cuaca yang
sangat dingin terjadi pasa musim dingin disertai dengan hujan salju sekitar 37
hari. Untuk musim panas cenderung singkat dan lembab. Musim semi dan musim
gugur merupakan masa transisi yang ditandai dengan suhu ringan (KBS World,
2006).
Sebagian besar penduduk Korea Utara tinggal di dataran rendah. Di tahun
2009, penduduk Korea Utara sekitar 24 juta jiwa yang merupakan bangsa etnis
dan menggunakan bahasa yang homogen. Masyarakatnya berasal dari Cina,
Jepang minoritas, Vietnam, Korea Selatan, dan Eropa. Masyarakat Korea Utara
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
mayoritas beragama Budha, minoritas beragama Kristen, Konghucu, dan sebagian
masyarakat Korea Utara ada yang tidak beragama serta ada yang percaya pada
dukun. Penduduk Korea Utara masih tertinggal di berbagai bidang. Maka dari itu,
pemerintah memberikan pendidikan gratis, yang wajib diikuti seluruh masyarakat.
Pendidikan tersebut berlangsung selama sebelas tahun, meliputi satu tahun
prasekolah, empat tahun pendidikan dasar, dan enam tahun pendidikan menengah.
Perguruan tinggi tidak diwajibkan di Korea Utara, hanya peserta didik memilih
pendidikan khusus untuk mengembangkan keterampilan sesuai kemampuannya.
Ilmu kesehatan merupakan pendidikan khusus yang didukung oleh pemerintah,
sehingga Korea Utara memiliki layanan medis nasional dan sistem asuransi
kesehatan. Akan tetapi, sistem kesehatan Korea Utara menurun di tahun 1990 lalu
akibat bencana alam, masalah ekonomi, makanan dan kekurangan energi (KBS
World, 2006).
Perbaikan di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan dan lainnya
mulai dikembangkan suatu usaha mandiri pada tahun 1994 di bawah
pemerintahan Kim Jong Il. Kim Jong Il merupakan putra Kim Il Sung yang
dilahirkan di Uni Soviet. Empat tahun kemudian, Kim Jong Il kembali ke
Pyongyang ketika Korea Utara telah merdeka dari Jepang. Kim Il Sung menjadi
pemimpin pemerintahan di Korea Utara. Sekitar tahun 1990an, Kim Il Sung
meninggal dunia. Pemerintahan telah diserahkan kepada Kim Jong Il sebelum
Kim Il Sung meninggal (Selig. S. Harrison. 2002). Pada saat itu, demokrasi dan
reformasi menyebar di seluruh dunia, tetapi Kim Jong Il telah menerapkan
kebijakan militer untuk menjalankan pemerintahnnya. Sesuai dengan kebijakan
militer yang merupakan kekuatan inti dari revolusi, penduduk Korea Utara harus
mengikuti wajib militer. Kekuatan militer terbentuk untuk melindungi Korea
Utara dari serangan negara lain dan sebagai salah satu kebijakan untuk menutupi
kekurangan negara yang sedang dilanda kelaparan akibat perekonomian yang
buruk. Meskipun Korea Utara merupakan negara kecil, namun Kim dapat
membuat negara yang kuat dan makmur dengan kekuatan militer (Sik. Kim.
Hyun., 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Riwayat hidup Kim Jong Il menurut Sofa Asian Leaders (2012), bahwa
Kim Jong Il menyelesaikan sekolah di China tahun 1950-1960. Kim Jong-il
mempelajari tentang perbaikan otomotif dan teknik pertanian dalam persiapan
memimpin Republik Pekerja Korea Utara. Kim menyelesaikan pendidikan tinggi
di Cina pada tahun 1964 dan mulai bergabung dengan Partai Pekerja Korea.
Selama tiga dekade berikutnya, Kim mengabdikan hidupnya untuk memperkuat
citra ayahnya dan meningkatkan kekuasaannya dalam pemerintahan dengan
mengambil alih semua bidang seni, media, dan struktur militer Pyongyang.
Kim Jong Il membuktikan kemampuannya untuk menjadi pemimpin yang
kuat dengan membangun perekonomian yang mandiri. Kim Jong Il membuat
struktur konstitusional baru yaitu menyediakan angkatan-angkatan bersenjata
untuk melindungi dirinya dan menempatkan suatu pertemuan para pengusaha
untuk tujuan politik. Masa pemerintahan Kim Jong Il merupakan suatu rezim
tanpa feodalisme dengan adanya kekuatan militer.
2. Kebijakan Dalam Negeri Kim Jong Il
a) Kebijakan di Bidang Politik
Perubahan hubungan politik antarkorea diikuti pula dengan berbagai
macam masalah yang besar. Beberapa di antaranya adalah masalah
pembentukan struktur kekuatan politik yang baru di sekitar semenanjung
Korea, masalah perbedaan pendapat umum terhadap sistem pemerintahan
Korea Utara, reunifikasi dan ideologi. Dalam pertemuan puncak antarkorea,
empat negara yang ada di sekeliling semenanjung Korea, seperti Amerika
Serikat, Jepang, RRC, dan Rusia bersaing untuk memberikan pengaruh
terhadap Korea Selatan dan Kotea Utara. Misalnya, presiden RRC, Jiang
Jemin mengunjungi kedutaan besar Korea Utara di Beijing, sedangkan
presiden Rusia, Vladimir Putin melakukan kunjungan resmi ke Korea Utara.
Tawaran kedua presiden tersebut memberi isyarat bahwa Rusia dan Cina
mendekati Korea Utara untuk mengadakan kerjasama (KBS World, 2006).
Di lain pihak, Perdana Menteri Jepang, Mori, melalui berbagai
saluran komunikasi mencoba mengadakan kontak dengan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pyongyang dengan maksud untuk dapat menjalin kerjasama dengan Korea
Utara. Akan tetapi, pemerintah Korea Utara terlebih dahulu menjalin
kerjasama dengan Amerika Serikat dengan mengirim Jenderal Korea Utara,
Cho Myong Rok untuk berkunjung ke Washington. Kedatangan Jenderal
Cho ke Amerika Serikat mendapat tanggapan dari presiden Bill Clinton
yang akan mengunjungi Pyongyang pada tahun 2000. Perubahan politik di
antara empat negara besar dan dua Korea tersebut membuat pemerintah
Seoul tidak memahami keadaan politik di Semenanjung Korea. Pertemuan
puncak antarkorea pada bulan Juni 2000, telah memunculkan pertentangan
antara golongan konservatif dan reformis di dalam masyarakat Korea
Selatan (Seung. Ho. Joo dan Tae. Hwan. K., 2007).
Sekian lama rakyat Korea Selatan hanya diberikan pendidikan
mengenai demokrastisme dan kapitalisme tanpa mengenal sosialisme dan
komunisme. Keadaan yang sama juga dirasakan oleh masyarakat Korea
Utara. Rakyat Korea lebih condong pada ajaran konfusianisme. Mereka
tidak berani mengubah dirinya sendiri untuk mancari hal-hal baru. Bukti dari
ajaran konfusianisme misalnya, tindakan mantan Presiden Korea Selatan,
Young Sam yang menolak kedatangan Kim Jong Il ke Korea Selatan.
Masyarakat Korea Selatan menyetujui pendapat mantan presiden tersebut
bahwa seharusnya Kim Jong Il meminta maaf terlebih dahulu atas tindakan
peledakan bom pesawat Korea Selatan pada tahun 1988 lalu. Akan tetapi,
presiden Dae Jung (presiden ke-8 setelah Kim Young Sam) meminta Kim
Jong Il untuk berkunjung ke Korea Selatan sebagai tamu kenegaraan (Kim.
H. C., 2001).
Masalah penyatuan Semenanjung Korea menimbulkan perbedaan
ideologi di dalam masyarakat Korea. Sejak tahun 1945, kedua negara
tersebut mengembangkan kebijakan reunifikasinya masing-masing. Korea
Selatan memiliki kebijakan unifikasi konfederasi, sementara Korea Utara
menuntut kebijakan unifikasi federasi tingkat rendah. Terhadap kedua
kebijakan reunifikasi semenanjung Korea itu, masyarakat Korea mengalami
ketidaktahuan mengenai ideologi di negara mereka. Dalam suatu pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
di Pyongyang, kedua pemimpin tertinggi masing-masing negara menyetujui
wewenang diplomasi, pertahanan dan penyusunan undang-undang tingkat
rendah, yang semuanya diberikan kepada pemerintah regional. Beberapa
tahun kemudian, terjadi persetujuan antara Kim Jong Il dengan Kim Dae
Jung untuk melakukan kerjasama di berbagai bidang (Han, T. Y. 2004).
Kebijakan politik Korea Utara menggunakan ideologi Juche.
Ideologi ini dicetuskan oleh Kim Il Sung dan bertahan sampai
kepemimpinan Kim Jong Il. Juche mempunyai arti mandiri, di mana seluruh
masyarakat Korea Utara harus bisa hidup secara mandiri tanpa bantuan
internasional. Akan tetapi, semboyan tersebut tidak berlaku lama. Korea
Utara tanpa bantuan produk luar negeri membuat rakyatnya menjadi
sengsara. Kondisi Korea Utara yang memprihatinkan mendapat respon baik
dari Korea Selatan. Saat ini pemerintah Korea Utara masih menggunakan
ideologi Juche dan mulai membuka kerjasama dengan berbagai negara di
dunia.
b) Kebijakan di Bidang Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan lebih dari 15% per
tahun, dengan tenaga nuklir sebagai kebutuhan yang penting sejak tahun
1970. Namun, keadaan ekonomi Korea Utara mengalami keadaan buruk di
tahun 1990an. Selain itu, Korea Utara mengalami bencana banjir,
pengelolaan lahan yang buruk dan ketidakmampuan untuk mengimpor
barang yang diperlukan untuk mempertahankan industri. Keadaan yang
memburuk terebut membuat Kim Jong Il melakukan perubahan kebijakan
ekonomi yang digabung dengan kebijakan militer untuk memperkuat negara.
Menurut pemerintah Korea Utara, kebijakan ini dapat menghasilkan tingkat
pertumbuhan yang positif meskipun bahan makanan bergantung pada
bantuan asing (KunMo Chung, 1990).
Pemerintahan Kim Jong Il menghadapi masalah serius dibidang
ekonomi. Di era globalisasi yang semakin maju, pemerintah Korea Utara
masih menerapkan politik isolasi terhadap warga negaranya. Rakyat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bisa menikmati kebebasan dan tetap didoktrinasi propaganda-propaganda
pemimpinnya, agar mereka tidak terpengaruh dengan perubahan dan
perkembangan di dunia luar (Hastuti. W., 2005).
Korea Utara merupakan salah satu negara komunis yang mengatur
dan merencanakan perekonomiannya sendiri. Komite Perencanaan Sentral
mempersiapkan, mengawasi dan melaksanakan rencana ekonomi, sementara
Biro Umum Industri Provinsi di setiap daerah bertanggungjawab atas
pengelolaan fasilitas manufaktur lokal, produksi, alokasi sumber daya dan
penjualan. Sistem kekuasaan Kim Jong-il tidak segera mencapai kestabilan
dan pertumbuhan ekonomi. Pembatasan struktur sistem domestik masih
berlaku dan lingkungan eksternal juga memburuk, sehingga dapat
mengisolasi perekonomian negara komunis itu. Rencana pembangunan masa
transisi 3 tahun yang berlaku pada tahun 1994, tidak mendapat hasil. Korea
Utara masih bergantung pada bantuan asing untuk memenuhi permintaan
pangan domestik, sedangkan porsi ketergantungan ekonominya pada Cina
dan Korea Selatan dalam perdagangan semakin besar. Kekurangan dana,
teknologi dan informasi membuat Korea Utara sulit mencapai pertumbuhan
ekonomi mandiri mereka (Kim. H., 1994: 53).
Untuk memperbaiki perekonomian negara, Korea Utara menjalankan
reformasi dengan meluaskan kegiatan ekspor, mengadakan forum penarikan
investasi asing dan pembukaan jembatan penyeberangan untuk perdagangan
internasional. Sebuah proyek telah dikembangkan untuk membangun Zona
Perdagangan Bebas di pelabuhan Najin dan daerah Seonbong, di propinsi
Hamkyeong. Pengembangan ini dilaksanakan pada tahun 1991, dengan
tujuan mengubah zona ini menjadi pusat logistik internasional, pusat ekspor
untuk produk olahan, dan sebagai tempat wisata. Walaupun upaya legislasi
dan institusional dikerjakan, namun lingkungan negara sosialis yang tertutup
dan terbatas, infrastruktur yang belum memadai dan rendahnya tingkat
kepercayaan dari luar negeri mengakibatkan gagalnya proyek tersebut.
Kemudian, zona ekonomi khusus Shineuiju diusulkan sebagai salah satu
upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Zona Ekonomi khusus Shineuiju berbeda dari zona perdagangan
bebas Najin Seonbong. Keadaan ini meniru dari Cina yang melakukan
reformasi lokal dan kerjasama di berbagai bidang dengan negara lain. Zona
ekonomi khusus Shineuiju merupakan proyek ambisius yang datang saat
rencana pembangunan nasional selama masa transisi mengalami kegagalan.
Zona ini menjadi negara di dalam negara, hampir sama dengan Hong Kong,
yang menjamin kegiatan bisnis dan hak properti swasta. Posisinya yang
terletak di dekat Cina dan Laut Barat, memudahkan untuk diakses oleh
orang dan modal asing. Di saat itu, pebinis Cina, Yang Bin dilantik sebagai
Menteri Administrasi zona Shineuiju. Beberapa waktu kemudian, proyek
Shineuiju ditimpa masalah saat Yang Bin ditangkap oleh kepolisian Cina
dengan tuduhan korupsi, dan sampai sekarang tidak berkembang lagi.
Sampai saat ini Korea Utara masih membutuhkan bantuan dari negara
tetangganya (Hastuti. W., 2005).
c) Kebijakan di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Tentara Rakyat Korea merupakan sebutan untuk pasukan bersenjata
kolektif dari militer Korea Utara. Ada lima cabang tentara yaitu Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Operasi Khusus dan
Angkatan Rocket. Menurut Departemen Luar Negeri Ameika Serikat, Korea
Utara memiliki 1,21 juta personil yang bersenjata, dengan sekitar 20% pria
berusia 17-54 dalam angkatan bersenjata reguler. Jumlah tentara Korea
Utara yang banyak membuat persentase personil militer Korea Utara
menjadi tertinggi perkapita dari personil militer setiap bangsa di dunia
(Korean Broadcasting, 2006).
Jumlah peralatan operasi militer Tentara Rakyat Korea di antaranya
4.060 tank, 2.500 APC, 17.900 buah artileri, 11.000 senjata pertahanan
udara dan tank anti peluru kendali dalam angkatan darat, 915 kapal pada
Angkatan Laut dan 1.748 pesawat di Angkatan Udara dengan 478 adalah
pejuang dan 180 adalah pembom. Peralatan di Korea Utara merupakan
peralatan campuran dari Perang Dunia II yaitu kendaraan vintage dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
senjata ringan. Korea Utara juga mengembangkan berbagai teknik
konvensional seperti GPS Jammers, siluman cat, kapal selam cebol dan
torpedo manusia, array yang luas dari kimia dan senjata biologi, dan anti-
personil laser. Menurut pejabat Korea Utara, pengeluaran militer untuk
tahun 2010 sebesar 15,8% dari anggaran negara. Korea Utara memiliki
senjata aktif rudal nuklir dan balistik yang telah dilaporkan pada Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa sekitar 1695 senjata bulan Juli 2006,
1.718 senjata bulan Oktober 2006, dan 1874 senjata bulan Juni 2009 (Park.
H. J., 1997).
Kim Jong Il menggunakan strategi nasional dengan semboyan politik
yang mengutamakan militer dengan bertujuan untuk memelihara rejim
keluarga Kim. Pemerintah Korea Utara mementingkan militer untuk
memperkuat pertahanan dari serangan negara lain. Pertahanan Korea Utara
sangat penting, karena pemerintah telah membuka program pengembangan
nuklir yang memerlukan penjagaan ekstra.
Korea Utara mempunyai alasan dalam mengembangkan nuklir, yaitu
untuk menjaga keamanan negara dari negara adikuasa seperti Amerika
Serikat. Tujuan akhir kebijakan politik tersebut adalah membangun negara
yang kuat, yang tidak dapat diancam oleh invasi asing. Runtuhnya Uni
Soviet membuat Korea Utara terisolasi dari segi politik dan ekonomi dengan
negara lain. Pada waktu itu, masalah paling serius di Korea Utara adalah
kekurangan pangan. Penduduk Korea Utara banyak yang meninggal akibat
kelaparan dan hal itu memaksa Korea Utara meminta bantuan kepada
masyarakat internasional. Pada Oktober 2000, keadaan Korea Utara mulai
membaik karena pemerintah mulai melakukan kerjasama dengan negara
China (Suisheng. Z., 2006).
3. Kebijakan Luar Negeri
Korea Utara di bawah pemerintahan Kim Jong Il telah menghadapi suatu
keadaan politik dalam negeri yang tidak dapat diselesaikan secara individu.
Apabila Korea Utara masih mempertahankan politik isolasinya maka keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tersebut akan menghancurkan keadaan ekonomi negara (Hastuti. W., 2005: 13).
Menurut Sofa Asian Leaders (2012), Korea Utara telah lama memelihara
hubungan erat dengan Republik Rakyat Cina dan Rusia. Namun, di tahun 1991
kerjasama antara Korea Utara dengan Rusia mengalami penurunan. Hal itu
mengakibatkan pemberhentian bantuan Rusia kepada Korea Utara. Selain
kerjasama dengan China dan Rusia, Korea Utara memiliki ikatan yang kuat
dengan sekutu Asia tenggara di Vietnam dan Laos, serta Kamboja.
Sehubungan dengan keterpurukan ekonomi Korea Utara, politik luar
negeri Korea Utara telah mengalami sedikit perubahan. Hal tersebut dapat dilihat
pada tahun 1998, Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung menerapkan Kebijakan
Matahari Bersinar untuk meningkatkan hubungan Utara-Selatan dan
memungkinkan perusahaan-perusahaan Korea Selatan memulai proyek-proyeknya
di Utara. Kim Jong-il berencana untuk mengimpor dan mengembangkan teknologi
baru untuk mengembangkan industri perangkat lunak. Sebagai hasil dari
kebijakan baru tersebut, Kaesong Industrial Park dibangun pada tahun 2003 tepat
di utara zona demiliterisasi. Untuk mempermudah kerjasama ekonomi dan proses
produksi maka dibangun 250 perusahaan Korea Selatan dengan mempekerjakan
100.000 warga Korea Utara yang dimulai tahun 2007. Namun, pada bulan Maret
2007, pabrik itu hanya berisi 21 perusahaan yang mempekerjakan 12.000 pekerja
Korea Utara. Pada Mei 2010, pabrik mempekerjakan lebih dari 40.000 pekerja
Korea Utara (Hastuti. W., 2005).
Pada tahun 1994, Korea Utara dan Amerika Serikat menandatangani
sebuah kerangka kesepakatan yang dirancang untuk membekukan program
senjata nuklir dengan imbalan bantuan kebutuhan ekonomi. Akan tetapi, pada
tahun 2002, Kim Jong-il mengaku memiliki senjata nuklir yang diproduksi sejak
tahun 1994 sehingga memunculkan ketegangan baru dengan Amerika Serikat di
bawah pemerintahan Presiden George W. Bush. Pemerintah Korea Utara
berpendapat bahwa produksi rahasia itu diperlukan untuk tujuan keamanan seperti
Amerika Serikat yang memiliki senjata nuklir di Korea Selatan. Pada tanggal 9
Oktober 2006, Korea Central News Agency mengumumkan bahwa mereka telah
berhasil melakukan uji coba nuklir bawah tanah. Sehingga kerjasama yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dibangun terpaksa dihentikan sampai Korea Utara menghancurkan program
senjata nuklir (Sofa, 2012).
Hubungan politik luar negeri Korea Utara telah merubah sikap pemerintah
dari politik isolasi menjadi politik terbuka bagi semua negara. Meskipun awalnya
terlihat asing dan dapat memengaruhi rejim Kim, namun pada akhirnya kerjasama
yang dilakukan Korea Utara dengan negara lain memberi pengaruh positif bagi
seluruh masyarakat Korea Utara. Kerjasama pemerintah Korea Utara dilakukan
dengan penuh pertimbangan dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
(Hastuti. W., 2005).
B. Pengembangan Nuklir Masa Kim Jong Il Tahun 1998-2008
1. Latar Belakang Pengembangan Nuklir
Energi nuklir menurut Ridwan (2010), bahwa secara umum energi nuklir
dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau
reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Sebuah inti berat
yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti
yang lebih ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut
pembelahan inti atau fisi nuklir. Mekanisme ini terjadi di dalam bom nuklir yang
menghasilkan ledakan yang dahsyat. Reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai
tak terkendali yang memiliki potensi daya ledak yang dahsyat dan dapat dibuat
dalam bentuk bom nuklir.
Penangkalan nuklir menurut Dewitasari (2011), bahwa pengembangan
senjata nuklir tidak hanya bersifat defensif atau penangkalan dalam
mempertahankan keamanan nasional saja, melainkan juga memiliki kekuatan
ofensif, yaitu kekuatan untuk memberikan pengaruh di dalam interaksi antar
negara. Kepemilikan senjata nuklir menjadi sebuah strategi penangkalan nuklir
Korea Utara dalam menghadapi permusuhan dengan Amerika Serikat.
Kemampuan defensif Korea Utara terletak pada pembangunan senjata nuklir yang
berimplikasi pada pembangunan kredibilitas kekuatan nuklir yang dapat membuat
pihak lawan mengurungkan niat untuk melakukan invasi mengingat bentuk
serangan balasan atas invasi yang jauh lebih destruktif. Sedangkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
ofensifnya terletak pada besaran pengaruh dan intimidasi yang dilakukan Korea
Utara di dalam interaksi yang dapat mendegradasi dominasi Amerika Serikat dan
aliansinya dalam konteks perundingan.
Pengembangan rudal Korea Utara diperkirakan dimulai tahun 1976 atau
menjelang perang di Timur Tengah (Perang Yom Kippur), yakni ketika pasukan
Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Pada saat perang Timur Tengah tersebut berlangsung, Korea Utara menerima
rudal Scud- B buatan Rusia dan papan peluncur sebagai imbalan dalam
mendukung secara diplomasi kepada Mesir. Penerimaan rudal tersebut
memberikan kesempatan pada Korea Utara untuk memulai mengembangkan rudal
itu menjadi rudal sendiri dengan membongkar dan merakit kembali rudal Scud
tersebut. Pengembangan nuklir yang pertama di Korea Utara terus mengalami
kemajuan dan mulai diperbaharui hingga menghasilkan rudal berjarak panjang
seperti - , rudal balistik berjarak menengah (IRBM) , dan rudal
balistik bertingkat yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk
menghancurkan benua Amerika (KBS World, 2006).
Menururt Firmansah mengenai motif nuklir Korea Utara (2009), bahwa
terdapat tiga motif Korea Utara mengembangkan program kemampuan nuklirnya.
Motif pertama adalah rejim survival. Korea Utara masih merasa terancam dengan
penempatan 27 ribu tentara Amerika Serikat di Korea Selatan, ditambah 47 ribu
tentara Amerika Serikat lainnya di Jepang. Keadaan tersebut dapat mengganggu
keamanan Korea Utara. Sehingga pemerintah Korea Utara menyiapkan pasukan
militer untuk melindungi seluruh rakyat terutama rejim Kim. Korea Utara masih
teringat tentang China yang mengalami ancaman serangan nuklir dari Amerika
Serikat di tahun 1950an. Ancaman serangan nuklir pertama dikarenakan bantuan
militer China pada Korea Utara saat perang Korea. Dua ancaman lainnya dialami
Cina berkaitan dengan konflik Cina-Taiwan tahun 1955 dan tahun 1958. Akhirnya
pada tahun 1964 Cina berhasil melakukan uji ledak senjata nuklir dan membuat
Amerika Serikat memperbaiki hubungan dengan Cina. Delapan tahun kemudian
(1972), presiden Amerika Serikat, Richard Nixon melakukan kunjungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kenegaraan ke Beijing untuk melakukan normalisasi hubungan Amerika Serikat-
Cina.
Motif kedua pengembangan senjata nuklir Korea Utara adalah ekonomi.
Korea Utara menggunakan program nuklirnya sebagai alat untuk memaksa
negara-negara di sekitarnya agar memberikan bantuan ekonomi, bantuan makanan
dan bahan bakar dari Cina dan Korea Selatan. Di tahun 2003, Korea Utara
mengembangkan senjata nuklir agar menghemat pengeluaran bagi angkatan
bersenjatanya. Motif ketiga program senjata nuklir Korea Utara adalah untuk
mengangkat status politik Korea Utara di mata dunia. Korea Utara selalu ingin
bernegosiasi langsung dengan Amerika Serikat bukan Korea Selatan, karena
dianggap sebagai negara boneka bentukan Amerika Serikat. Dengan bernegosiasi
langsung, Korea Utara membuktikan pada dunia bahwa dirinya adalah lawan yang
sepadan dengan Amerika Serikat. Rejim Korea Utara mengakui secara terang-
terangan keinginan mereka untuk menjadi negara nuklir. Sedangkan negara-
negara lain mengembangkan senjata nuklir dengan rahasia untuk menghindari
intervensi luar (Firmansah, 2009).
Politis strategis nuklir menurut Sarwiyantari, dkk (2008), bahwa nuklir
menjadi alat politik bagi elit yang mencoba mempengaruhi kebijakan negara.
Dalam kasus Korea Utara, militer memegang kendali atas pembuatan keputusan
nasional. Di bawah pemerintahan Kim Jong Il, (KPA)
merupakan lembaga penting dalam struktur kekuatan Korea Utara. KPA jauh
lebih kuat secara politis daripada partai komunis Korea Utara yang dikenal
sebagai Korean Workers Party. Walaupun persediaan senjata negara ini sangat
tinggi, pimpinan militer Korea Utara menyadari bahwa kekuatan militer
konvensional mereka masih dibawah dari lawan, seperti Jepang, Korea Selatan,
dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, senjata nuklir dipilih sebagai langkah
deterrence jangka panjang. Menurut KunMo Chung (1990), arah kebijakan
pemerintah untuk kegiatan nuklir ditetapkan sebagai berikut :
a) Untuk menetapkan program jangka panjang yang terorganisasi dan sistematis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b) Untuk mengatasi kritik anti nuklir melalui bahan obyektif dan ilmiah serta
menciptakan kekuatan pro-nuklir untuk memperkuat organisasi yang
berkelanjutan terhadap gerakan anti nuklir.
c) Untuk memberikan perhatian khusus terhadap kesadaran masyarakat tentang
tenaga nuklir.
d) Untuk memperkuat kerjasama internasional dengan meningkatkan kegiatan
nuklir di setiap daerah.
Selama masa pemerintahan Bush, Korea Utara dianggap sebagai pusat
kejahatan bersama Iran dan Irak. Tanggapan pemerintah Korea Utara terhadap
pemberitaan tersebut yaitu, pertama, tidak ada hukum internasional yang bisa
melindungi suatu negara dari aksi superpower Amerika Serikat. Kedua, satu-
satunya hal yang dapat menghalangi Amerika Serikat melakukan serangan adalah
kepemilikan senjata pemusnah masal, termasuk senjata nuklir. Korea Utara
menganggap kepemilikan kemampuan serang nuklir akan menjaga kelangsungan
hidup rejim Pyongyang (Solomon, Jay dan Evan Ramstad, Evan., 2007). Selain
untuk menjaga rejimya, senjata nuklir juga digunakan untuk merubah posisi Korea
Utara dari negara yang tidak diperhatikan menjadi negara yang ditakuti dan
diperhatikan.
Menurut Chuanwen, Hu dan Georg, Woite. (1992), pengembangan tenaga
nuklir di negara-negara Asia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Kelompok pertama meliputi Jepang, Republik Korea dan Taiwan. Untuk
menjamin keamanan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar impor, dalam jangka panjang maka program tenaga nuklir didirikan dan
berhasil dilaksanakan. Di Jepang, Republik Korea dan Taiwan mempunyai
saham nuklir pembangkit listrik mencapai 27,7%, 43,2% dan 35,4% pada
tahun 1992.
(2) Kelompok kedua meliputi Cina dan India. Pertumbuhan penduduk dan
pembangunan ekonomi yang signifikan membuat ketergantungan pada
pembangkit listrik dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Maka dari itu,
sebagai pengganti tenaga listrik maka tenaga nuklir telah diperkenalkan.
Kedua negara tersebut telah mempunyai kemampuan di bidang nuklir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
berbasis teknologi dan sumber daya mereka memiliki potensi kuat untuk
pengembangan tenaga nuklir lebih lanjut.
(3) Kelompok ketiga termasuk Filipina, Pakistan dan Iran.
(4) Kelompok keempat terdiri dari sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia,
Thailand, Malaysia, Republik Demokrasi Rakyat Korea, Vietnam, Turki, dan
Bangladesh.
2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara
a) Bentuk Nuklir
Korea Utara diyakini memiliki lebih dari 800 rudal balistik,
termasuk peluru kendali jarak jauh yang dapat menembak sasaran di
Amerika Serikat. Korea Utara mempunyai beberapa jenis peluru kendali
jarak pendek. Senjata yang paling akurat tembakannya adalah KN-02,
dengan jangkauan 100 kilometer. Rudal jenis ini dalam tahap uji coba dan
dipersiapkan untuk menghancurkan instalasi militer Korea Selatan.
Pyongyang juga memiliki rudal Scud B dengan jarak tembak 300 kilometer,
Scud C (500 kilometer), dan Scud D (700 kilometer). Ketiga jenis peluru
kendali tersebut di tempatkan di berbagai posisi. Mereka disiapkan untuk
menyerang sasaran di Korea Selatan (Seung, H. J. and Taehwan, K., 2007).
Selain itu, Korea Utara mempunyai Nodong yang dapat membawa
nuklir dengan jarak tembak 1.000 kilometer. Peluru kendali ini sudah
diujicoba pada Mei 1993, namun tidak akurat. Menurut Pusat Studi
nonproliferasi Amerika Serikat, tembakan Nodong dapat melesat 2-4
kilometer dari sasaran sehingga bisa menjangkau hampir semua wilayah
Jepang. Untuk rudal jarak jauh yaitu (1) Taepodong-1, memiliki jarak
tembak 2.200 kilometer dan lebih akurat daripada Nodong. Peluru kendali
jenis ini sudah diujicoba pada Agustus 1998 di atas wilayah utara Jepang
dan dapat menjangkau pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa.
Namun, proses peluncurannya membutuhkan persiapan lama sehingga cepat
diketahui musuh. (2) Taepodong X, rudal darat ini masih dalam
pengembangan dan belum diujicoba. Taepodong X diyakini mempunyai
jarak tembak 4.000 kilometer sehingga mampu menjangkau pangkalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
militer Amerika Serikat di Guam. Peluru kendali jenis ini dapat ditembakkan
dari sistem peluncuran mobil. (3) Taepodong-2, mempunyai jarak tembak
5.000-6.000 kilometer dan mampu menjangkau Hawaii, Alaska, dan wilayah
pantai barat Amerika. Persiapan peluncurannya membutuhkan waktu lama.
Namun, Taepodong-2 sangat akurat dan mampu membawa kepala nuklir
ukuran besar.
b) Ujicoba Nuklir
Menurut Sarwiyantari, dkk (2008), walaupun mengetahui akibat
bom nuklir yang di jatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, Korea Utara tetap
melanjutkan percobaannya. Ujicoba yang pertama dilakukan kurang berhasil
pada 9 Oktober 2006, yang dilaksanakan di sebuah terowongan gunung di
pantai timur wilayahnya. Ledakan ini menimbulkan gempa berkekuatan 4,2
Mb (body wave magnitude). Ujicoba ini langsung diprotes banyak negara,
terutama negara terdekatnya Korea Selatan dan Jepang. Namun, Korea Utara
tidak memperhatikan semua bentuk protes tersebut.
Ujicoba nuklir Korea Utara ini merupakan bentuk diplomasi
internasional untuk menyuarakan kepentingan nasional Korea Utara agar
didengar oleh komunitas internasional. Selama ini Korea Utara menghadapi
sanksi dari Amerika Serikat, terasing dari dinamika politik internasional, dan
mengalami kesulitan untk berintegrasi dengan komunitas internasional.
Korea Utara melaksanakan ujicoba nuklir sebagai pelaksanaan atas
kebijakan Juche yang berarti pertahana diri. Kebijakan ini dibangun oleh
Presiden Kim Jong Il bahwa Korea Utara harus mempertahankan dirinya
dari pengaruh asing dan tetap melaksanakan apa yang menjadi kebijakan
negara termasuk pengembangan nuklir. Kebijakan Juche ini merupakan
perwujudan kemampuan Korea Utara untuk berdiri sendiri secara
indenpenden dan menolak ketergantungan dari negara lain. Juche
merupakan justifikasi Korea Utara untuk mencapai tujuan nasional dan
melaksanakan politik luar negerinya (Kompas, 12 Oktober 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Ujicoba dilaksanakan lagi pada 25 Mei 2009. Tetapi, kali ini senjata
nuklir ditanam sedalam 300m di bawah permukaan tanah. Ledakan dahsyat
kembali menggetar dan hasilnya gempa berkekuatan 4.7 Mb (body wave
magnitude) menjalar di permukaan tanah. Untuk ujicoba ini, PBB telah
memberikan larangan bagi Korea Utara untuk tidak memproduksi dan tidak
menyebarkan nuklir ke seluruh negara. Pada bulan Juli tahun 2009, Korea
Utara juga telah melakukan ujicoba tujuh buah misilnya, termasuk satu kali
kegagalan terhadap misil jarak jauh. Ujicoba yang dilakukan oleh Korea
Utara dianggap telah menciptakan ancaman serius bagi Amerika Serikat.
Terdapat beberapa kemungkinan pengembangan nuklir Korea Utara.
Pertama, Pyongyang berusaha berkomunikasi dengan Korea Selatan yang
selama ini merasakan sikap permusuhan dari Korea Utara. Kedua, Korea
Utara menginginkan perhatian Washington. Ketiga, pemerintahan Korea
Utara bermaksud untuk memperkuat legitimasi politik pengganti Kim Jong
Il, Kim Jong Un. Keempat, Pyongyang bermaksud mengembangkan senjata
nuklir untuk melawan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat
(Sarwiyantari, dkk 2008).
Berikut adalah tabel pengelolaan plutonium dan parameter ujicoba
nuklir yang dilakukan Korea Utara:
Tabel 4.1. Pengelolaan Plutonium Korea Utara
Produksi Plutonium Pengelolaan Plutonium
Tahun Jumlah (kg) Tahun Jumlah (kg)
Sebelum 1990 1-10 1989-1992 0-10
1994 27-29 2003-2004 20-28
2005 13-17 2005-2006 13-17
July 2007 10-13 2009 8-12
Total 51-69 Total 41-67
(Sumber: Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 153)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dinyatakan bahwa selama dua dekade
terakhir, Korea Utara memiliki kesempatan untuk melakukan ekstrasi bahan
bakar yang mengandung hingga 69 kilogram plutonium.
Tabel 4.2. Parameter Ujicoba Nuklir Korea Utara
Tanggal Uji Coba Nuklir Perkiraan Hasil
9 Oktober 2006 0,5-0,8 kiloton
25 Mei 2009 2,0-4,0 kiloton
(Sumber: Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 155)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dinyatakan bahwa ujicoba nuklir Korea
Utara yang kedua lebih sukses daripada sebelumnya. Nuklir Korea Utara
yang menelan keuangan negara, muncul sebagai manifestasi dua doktrin
yang menuntun tindakan para perwira militer. Dua doktrin tersebut adalah
(1) yang berarti pemikiran mengenai pentingnya
membangun negara yang kuat dan sejahtera dan (2)
yang berarti keutamaan militer untuk pertahanan negara.
Dampak pengembangan nuklir menurut Wicahyani. A. F. (2010),
bahwa Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Asia Timur telah
memberikan sanksi di bidang ekonomi dalam waktu yang cukup lama dan
akibatnya telah menimbulkan permasalahan utama di bidang ekonomi yang
diderita oleh Korea Utara. Menurut analisis seorang pengamat dari Seoul,
Beijing dan Washington menyakini bahwa kemarahan Pyongyang terhadap
sanksi yang telah dijatuhkan kepada pemerintahannya merupakan salah satu
alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan ujicoba nuklir, di mana sikap
tersebut dapat memberikan satu bentuk perlawanan baru terhadap negara-
negara maju. Dewan PBB juga telah memberikan komando agar negara-
negara lain yang mempunyai senjata nuklir, tidak mengembangkan dan tidak
menyebarkan senjata tersebut kepada negara yang tidak menyukai Amerika
Serikat.
Oleh karena itu, Cina dan beberapa negara lainnya merasa enggan
untuk memberikan dukungan penuh terhadap sanksi ekonomi yang
dijatuhkan oleh PBB terhadap keberhasilan ujicoba nuklir Korea Utara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sebab sanksi tersebut sepenuhnya dibuat oleh Amerika Serikat. Sikap
Amerika Serikat yang bersedia membuat sanksi tersebut dapat menjadi salah
satu upaya untuk menghancurkan pemerintahan Korea Utara. Jika PBB tetap
memberikan sanksi maka, Cina dan negara lainnya tidak mengharapkan
Pyongyang mengambil langkah keras dengan tindakan balasan yang justu
dapat memperburuk hubungan dengan negara-negara disekitarnya
(Solomon, Jay., Evan Ramstad. E., 2007).
3. Penyelesaian Masalah Pengembangan Nuklir Korea Utara
a) Proses Perundingan
Krisis nuklir Semenanjung Korea terjadi setelah Perang Dingin
berakhir. Kedua negara Korea menandatangani Treaty of Reconciliation and
Nonaggression pada 13 Desember 1991. Pada perjanjian itu, Seoul dan
Pyongyang sepakat untuk menghentikan hubungan permusuhan dan
bekerjasama dalam bidang keamanan. Pada September 1991, Amerika
Serikat menyatakan akan memindahkan seluruh senjata nuklir taktis yang
ditempatkan di Korea Selatan dan pada tanggal 18 Desember 1991, Presiden
Korea Selatan Roh Tae-woo turut mendeklarasikan bahwa tidak ada senjata
nuklir di Korea Selatan (Wicahyani, 2010).
Pada 19 Februari 1992, Korea Utara menerima perjanjian
pengawasan yang disyaratkan oleh NPT (Perjanjian nonproliferasi nuklir)
untuk menerima inspeksi atas instalasi nuklir oleh organisasi energy atom
internasonal (The International Atomic Energy Agency, IAEA). Perjanjian
ini bernama Joint Declaration of Denuclearization of the Korean Peninsula.
Deklarasi ini berisi bahwa kedua negara Korea setuju untuk tidak melakukan
ujicoba, membuat, memproduksi, menerima, memiliki, menyimpan,
menempatkan atau menggunakan senjata nuklir. Kesepakatan ini juga
mengikat dua negara untuk tidak lagi memiliki fasilitas pengelolaan nuklir
dan pengayaan uranium. Sesuai dengan perjanjian, IAEA akan melakukan
enam kali inspeksi di Korea Utara. Korea Utara juga harus
menginformasikankan kepemilikan material nuklir sesuai yang disyaratkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
oleh IAEA. Namun, berdasarkan gambar yang terdeteksi oleh satelit
Amerika Serikat yang memperlihatkan bahwa Korea Utara memiliki jumlah
plutonium lebih banyak dari yang diinformasikan. Dengan hasil inspeksi itu,
pihak IAEA meminta pemeriksaan khusus tetapi ditolak oleh Korea Utara
(Park. K.Y., 2009: 99).
Adanya informasi tersebut, membuat perselisihan yang dihadapi
IAEA dan Pyongyang terus berlanjut. IAEA meminta Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) untuk mendapatkan izin inspeksi
khusus. Korea Utara merasa tersinggung dan mengancam untuk menarik
keanggotaannya dari NPT pada tahun 1993. Usaha negosiasi pertama antara
Amerika Serikat-Korea Utara terjadi pada tahun 1994 ketika IAEA
melaporkan bahwa Korea Utara gagal memenuhi peraturan dan prosedur
inspeksi. Setelah sejumlah pembicaraan antara Washington dan Pyongyang,
Korea Utara akhirnya mengumumkan untuk menunda penarikan
keanggotaanya dari NPT. Namun, Korea Utara tetap menolak akan adanya
inspeksi yang ingin dilakukan oleh IAEA (Han. T. Y. 2004).
Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton mengumumkan bahwa
Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan akan menjatuhkan sanksi bagi
Korea Utara jika Korea Utara bersikeras untuk memproduksi plutonium.
Korea Utara menafsirkan sanksi tersebut sebagai pernyataan perang dan
mengancam untuk membumihanguskan Korea Selatan. Kegiatan ujicoba
peluncuran senjata nuklir jarak pendek yang dilakukan Korea Utara
membuat pemerintah Clinton merencanakan operasi serangan preemptive
terhadap fasilitas program nuklir yang ada di Yongbyon. Serangan tersebut
akan menghancurkan seluruh fasilitas dan materi nuklir di Yongbyon.
Namun, rencana ini dikhawatirkan akan mengakibatkan serangan satu juta
pasukan Korea Utara terhadap Korea Selatan. Untuk menghindari hal
tersebut, maka Amerika Serikat menambah pasukan yang ditempatkan di
Korea Selatan.
Pada tahun 1998, Korea Utara telah merancang dua senjata jarak
jauh yang dapat mencapai sebagian wilayah Amerika Serikat dan Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Isu ini muncul pada 31 Agustus 1998 ketika Korea Utara meluncurkan salah
satu misilnya dengan jangkauan jelajah 1700-2200 km yang melewati
wilayah Jepang dan mendarat di bagian barat Hawaii, Samudera Pasifik.
Ujicoba misil ini membuat Amerika Serikat dan Jepang ingin berhenti
mendukung Agreed Framework. Namun, jika Agreed Framework tidak
terlaksana, maka Korea Utara akan bereaksi dengan membuka kembali
fasilitas nuklir di Yongbyon. Melihat keadaan ini bukan hanya Amerika
Serikat dan Jepang saja yang merasa terancam tetapi seluruh negara yang
berada di Asia Timur merasa harus memperkuat sistem pertahanan agar
tidak menjadi sasaran rudal Korea Utara (Wicahyani, 2010).
Keadaan ini membuat Presiden Clinton melakukan peninjauan
kebijakan yang dilaksanakan bersama Jepang dan Korea Utara. Peninjauan
tersebut menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi bahwa Korea Utara
sedang mengalami situasi ekonomi yang sulit, kelaparan di mana-mana,
namun kondisi tersebut tidak membuat rezim pemerintahannya hancur.
Rekomendasi yang dihasilkan berisi dua strategi alternatif menghadapi
Korea Utara. Pertama, jika Korea Utara tidak menjalankan program senjata
nuklir jangka panjang, maka Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan
perlahan-lahan akan melakukan normalisasi hubungan politik dan ekonomi,
termasuk menciptakan perdamaian. Kedua, jika Korea Utara tidak
menunjukkan kemauan untuk menghentikan pengembangan nuklir, maka
Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan akan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk menangkal ancaman (Han. T. Y. 2004).
Pada bulan Mei 1999, delegasi Amerika Serikat berkunjung ke
Pyongyang untuk memberikan kedua rekomendasi tersebut. Selama
perundingan, Korea Utara tertarik dengan rekomendasi dari Amerika
Serikat. Korea Utara melihat bahwa rencana ini akan membuka jalan
pembangunan ekonomi yang memang dibutuhkan Korea Utara. Namun,
Korea Utara juga takut bahwa kontak ekonomi dengan dunia luar akan
menimbulkan destabilisasi kontrol rezim dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Selama beberapa bulan, terdapat bukti bahwa rencana tersebut
berjalan lancar. Korea Selatan dan Jepang masing-masing melaksanakan
pertemuan yang pertama dengan Korea Utara. Dua bulan setelah pelantikan
George W. Bush, Presiden Korea Selatan mengunjungi Amerika Serikat
untuk meminta konfirmasi bahwa kebijakan dengan Korea Utara selama ini
akan dilanjutkan. Presiden Bush menyatakan akan membuat kebijakan baru.
Kesepakatan tersebut kemudian berhenti karena pemerintah Amerika Serikat
dan Korea Utara tidak melakukan pertemuan dan selama satu setengah
tahun, tidak ada dialog ataupun kebijakan baru dengan Korea Utara.
Pada bulan Juni 2003, Pyongyang membangun penangkal nuklir,
kecuali Amerika Serikat menghentikan kebijakan yang bersifat permusuhan
terhadap Korea Utara. Untuk mengatasi masalah tersebut, Washington
kemudian mengusulkan Six Party Talks yang melibatkan Korea Selatan,
Korea Utara, Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Rusia. Pada putaran
pertama tahun 2003, diplomat Korea Utara menyatakan bahwa Pyongyang
tidak memiliki pilihan selain melakukan ujicoba senjata nuklir. Ujicoba ini
akibat dari sikap Amerika Serikat yang tidak bersedia melakukan pertemuan
dengan Korea Utara. Pertemuan yang tertunda ini dikarenakan saling
menyalahkan antara pemerintah Amerika Serikat dengan Korea Utara
tentang pelanggaran kesepakatan pemberhentian pengembangan nuklir
(Kompas, 9 Oktober 2006).
Pengakuan Korea Utara tentang kepemilikan program senjata nuklir,
membuat Amerika Serikat menolak mengadakan pembicaraan bilateral.
Ketika tuntutan ini ditolak Washington, Korea Utara menarik diri dari
perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT), setelah tiga kali putaran Six Party
Talks antara bulan Agustus 2003 dan Juni 2004. Korea Utara dan Amerika
Serikat memiliki perbedaan cara pandang dalam memecahkan krisis nuklir
Korea Utara. Akibatnya, Six Party Talks tidak memperoleh banyak
kemajuan hingga putaran keempat. Beberapa kemajuan baru tercipta dalam
memecahkan masalah ambisi nuklir Korea Utara di tahun 2005 seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pemberhentian program nuklir dengan diganti pengiriman bantuan bahan
pangan, modal pembangunan dan lainnya (Kompas, 10 Oktober 2006).
Pada tanggal 19 September, Six Party Talks mencapai kejelasan
ketika keenam negara mengeluarkan kesepakatan. Kesepakatan tersebut
berisi denuklirisasi Semenanjung Korea secara damai, di mana Pyongyang
harus menghentikan program nuklirnya, bergabung kembali dengan NPT
dan mengizinkan IAEA untuk memeriksa kembali senjata nuklir Korea
Utara. Sebagai imbalannya, Korea Utara akan menerima bantuan makanan,
ekonomi, jaminan keamanan, dan energi dari anggota lain. Pernyataan ini
juga membuka jalan bagi Pyongyang untuk menormalkan hubungan dengan
Amerika Serikat dan Jepang, dan untuk negosiasi perjanjian perdamaian
bagi Semenanjung Korea. Prospek pemecahan masalah dibuat rumit oleh
Amerika Serikat yang pada September 2005 melakukan pembatasan
aktivitas ekonomi dan perdagangan Korea Utara. Dengan adanya sanksi
tersebut, Korea Utara justru meluncurkan rudalnya, melakukan ujicoba bom,
dan melanjutkan program senjata nuklirnya (Wicahyani, 2010).
Menurut Tae-Hwan Kwak and Seung-Ho Joo, eds. (2003), adapun
tujuan negara-negara yang terlibat dalam Six Party Talks yaitu, bagi
Amerika Serikat perundingan Enam Pihak berfungsi sebagai alat untuk
membuat Korea Utara menghentikan program senjata nuklir. Sedangkan
bagi Jepang berfungsi sebagai forum untuk menegosiasikan pengakuan
bersalah Pyongyang pada 1970-an dan 1980-an mengenai penculikan warga
Jepang oleh mata-mata Korea Utara. Bagi Korea Selatan perundingan ini
berfungsi untuk reunifikasi semenanjung Korea.
Bagi Korea Utara perundingan Six Party Talks tersebut untuk
mencari sebuah janji keamanan dari Amerika Serikat. Korea Utara
menginginkan bantuan ekonomi dari negara Six Party lainnya dan harapan
untuk menyelesaikan dua reaktor air ringan yang dijanjikan dalam Agreed
Framework 1994. Dalam hal ini, Cina memegang peranan penting dalam
perundingan enam pihak. Cina berfungsi sebagai sekutu lama dan mitra
dagang Pyongyang dan menggunakan pengaruhnya dengan rezim Kim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
untuk membawa Korea Utara ke meja perundingan Six Party Talks. Cina
memiliki kemampuan untuk memainkan peran dalam perundingan dan
meningkatkan hubungan dengan Washington. Cina telah memberikan
bantuan kepada Korea Utara dengan bantuan energi dan pangan. Beijing
telah menolak untuk melaksanakan resolusi PBB mengenai pemberian
sanksi terhadap Pyongyang. Korea Utara juga berfungsi sebagai zona
penyangga antara Cina dan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan.
Menurut Ministry of Foreign Affairs of Japan (1997), Jepang dan
Amerika Serikat secara konsisten telah memberikan sanksi sebagai
tanggapan terhadap uji senjata nuklir Korea Utara. Sementara Cina, Korea
Selatan, dan Rusia tidak memberikan bantuan ekonomi karena jika terjadi
perang maka mengakibatkan arus pengungsian besar dari penduduk Korea
Utara. Pada bulan Februari 2007, Six Party Talks putaran kelima diakhiri
dengan tindakan Korea Utara yang menutup dan melumpuhkan fasilitas
nuklir dengan imbalan lima peserta akan bekerjasama untuk memberikan
bantuan ekonomi, energi dan kemanusian ke Korea Utara. Namun terdapat
perselisihan dalam perjanjian tersebut, Korea Utara menginginkan
penyediaan bantuan energi diterima selama proses penghentian reaktor,
sedangkan Amerika Serikat mensyaratkan agar penghentian reaktor
dilakukan terlebih dahulu baru kemudian Korea Utara menerima bantuan
energi.
Dalam kesepakatan September disebutkan bahwa Korea Utara dan
Amerika Serikat memulai pembicaraan bilateral yang bertujuan untuk
memecahkan masalah bilateral yang selama ini tertunda dan melaksanakan
hubungan diplomatik penuh. Terlepas dari kesuksesan yang dihasilkan dari
Six Party Talks, terdapat beberapa kegagalan Amerika Serikat dalam
menghadapi Korea Utara. Pertama, Amerika Serikat tidak berhasil
mencegah Korea Utara memperoleh dan melakukan uji coba senjata nuklir
dengan usaha-usaha diplomatik dan strategi penangkalan. Kedua, Amerika
Serikat tidak berhasil mencegah Korea Utara mentransfer teknologi
nuklirnya ke Iran, Pakistan, dan Syiria. Korea Utara juga diketahui telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
menjual uranium yang dapat diproses menjadi senjata nuklir kepada
Pakistan yang kemudian menjualnya kepada Libia. Iran juga telah
membayar Korea Utara untuk melakukan pertukaran teknologi, peralatan
dan pengayaan uranium. Seluruh aktivitas ini adalah bukti kegagalan dari
kebijakan Amerika Serikat terhadap Korea Utara.
Ketika putaran kelima Six Party Talks berlangsung pada tahun 2005,
Kementerian Keuangan Amerika Serikat menyatakan Banco Delta Asia
(BDA), sebuah bank di Macau di mana Korea Utara memiliki rekening bank
yang diduga melakukan atau menerima dana hasil pencucian uang Korea
Utara. Macau merespon dugaan tersebut dengan membekukan sekitar $24
juta dana yang dimiliki Korea Utara. Sebagai salah satu syarat untuk
melanjutkan Six Part Talks, Korea Utara meminta agar pembekuan rekening
tersebut dibatalkan terlebih dahulu. Jika pembekuan terjadi maka program
nuklir Korea Utara berlanjut dan mengalami peningkatan.
Amerika Serikat memiliki informasi mengenai program senjata
berbahan dasar plutonium yang diyakini dapat membuat delapan hingga
sepuluh bom nuklir. Situasi semakin rumit ketika pada tanggal 4 Juli 2006
Korea Utara melakukan ujicoba sedikitnya enam rudal, termasuk rudal jarak
jauh Taepodong-2. Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk menjatuhkan
sanksi kepada Korea Utara atas ujicoba rudalnya. Resolusi PBB tersebut
berisi larangan ekspor dan impor materi rudal Korea Utara (Ward. A., 2003).
Korea utara menginformasikan kepada Cina pada bulan Oktober
2006, bahwa mereka mungkin akan membatalkan rencana uji coba senjata
nuklir jika Amerika Serikat mau melakukan perundingan bilateral dengan
Korea Utara. Hal itu disampaikan seorang mantan anggota parlemen Korea
Selatan, Jang Sung Min. Pemerintahan Korea Utara terus berupaya untuk
membuka komunikasi langsung dengan Amerika Serikat daripada
melanjutkan perundingan dengan lima pihak lainnya (Cina, Jepang, Korea
Selatan, Rusia, Amerika Serikat). Akan tetapi, Amerika Serikat terus
menolak untuk berunding langsung dengan Korea Utara. Di samping itu,
tersiar kabar bahwa Korea Utara juga memperingatkan Cina bahwa mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
akan mempercepat persiapan ujicoba senjata nuklir jika Amerika
melancarkan serangan militer ke Korea Utara (Kompas, 9 Oktober 2006).
Penolakan yang dilakukan Amerika Serikat ternyata tidak
menyulutkan niat Korea Utara untuk melancarkan ujicoba senjata nuklir.
Pemerintah Korea Utara memberi komando untuk peluncuran nuklir bawah
tanah. Ujicoba nuklir telah dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2006 dan
sebelumnya sudah diumumkan kepada rakyat Korea Utara. Namun, pihak
yang bertentangan yaitu Amerika dan Jepang masih meragukan informasi
tersebut. Amerika yang masih penasaran akhirnya melakukan penelitian
terhadap Korea Utara.
Hasil penelitian Amerka Serikat menunjukkan telah terjadi getaran
seismik buatan manusia di wilayah Korea Utara yang berkekuatan 4,2 skala
richter. Ketua badan tenaga atom internasional yang mengetahui ujicoba
tersebut mulai mengambil tindakan dan mengungkapkan bahwa tes nuklir
Korea Utara merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Asia Timur
dan masyarakat internasional. Oleh karena itu, tindakan pencegahan
penyebaran senjata nuklir harus dilakukan.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pun langsung
bergerak cepat untuk mengadakan pertemuan darurat untuk menyikapi
perkembangan nuklir Korea Utara. Kantor berita resmi Korea Utara
(KCNA) menginformasikan bahwa uji coba nuklir tersebut dilakukan di
bawah pengetahuan keilmuan dan perhitungan yang matang oleh ahli ilmu
Korea Utara. Keputusan Korea Utara terhadap ujicoba nuklir ternyata
disambut dengan kecaman dan protes keras dari banyak negara khususnya
negara-negara dikawasan Asia Timur dan Asia Tenggara serta negara-negara
barat. Keberhasilan Korea Utara melakuakn uji coba senjata nuklir itu
memunculkan kembali keyakinan sejumlah pihak mengenai kemampuan
nuklir negara komunis tersebut. Korea Utara memilki sejumlah plutonium
untuk membuat belasan senjata nuklir. Meski demikian masih diragukan
negara tersebut mampu membuat hulu ledak nuklir yang bisa ditempatkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
peluru-peluru kendali yang sudah dimiliki Korea Utara (Seung, H. J and
Taehwan, K. 2007).
Reaksi dari Dewan Keamanan PBB atas uji coba nuklir Korea Utara
yaitu mengeluarkan resolusi 1718 yang menjatuhkan sanksi keuangan dan
senjata terhadap Korea Utara. Secara spesifik, resolusi tersebut meminta
Korea Utara untuk mengeliminasi seluruh senjata nuklirnya, senjata
pemusnah masal, dan rudal balistik. Pertemuan Six Party Talks di Beijing
pada bulan Februari menghasilkan perjanjian Initial Actions for the
Implementation of the Joint Statement. Perjanjian ini berisi penutupan dan
penyegelan fasilitas Yongbyon dan mendikusikan daftar-daftar seluruh
program nuklir Korea Utara.
Menurut Wicahyani (2010), perjanjian ini juga merupakan langkah
awal bagi pembicaraan bilateral Korea Utara dengan Amerika Serikat dan
Jepang, penyediaan 50.000 ton bahan bakar minyak bagi Korea Utara dalam
jangka waktu 60 hari dan pembentukan kelompok kerja guna mendiskusikan
implementasi perjanjian tersebut. Lima kelompok kerja tersebut adalah
Normalisasi Hubungan Korea Utara-Amerika Serikat, Denuklirisasi
Semenanjung Korea, Normalisasi Hubungan Korea Utara-Jepang,
Kerjasama Ekonomi dan Energi, Mekanisme Perdamaian dan Keamanan
Asia Timur.
Anggota Six Party Talks bertemu kembali pada 19 Maret 2007 guna
melakukan evaluasi tiga puluh hari pertama. Pembicaraan tersebut terhenti
pada 22 Maret dikarenakan Korea Utara menolak melakukan negosiasi
hing
tanggal 28 Mei 2007 Korea Utara melakukan uji coba beberapa rudal jarak
dekatnya. Pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat melaporkan
bahwa uji coba rudal itu merupakan kegiatan rutin yang tidak akan
memengaruhi Six Party Talks.
Korea Utara menembakkan kembali dua tambahan rudal jarak
pendeknya yang menuai kritik dari Gedung Putih. Dana BDA akhirnya
ditransfer kepada Korea Utara pada 25 Juni 2007. Esoknya, para inspektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
IAEA mengunjungi Korea Utara untuk memeriksa pemberhentian reaktor 5
MW dan melakukan inspeksi pabrik bahan bakar nuklir serta dua reaktor
yang sedang dibangun di Yongbyon. Seperti yang telah disepakati dari
perjanjian, Korea Selatan mengirimkan bagian pertama 50.000 ton bahan
bakar minyak kepada Korea Utara pada 12 Juli 2007. Tanggal 15 Juli 2007,
IAEA mengkonfirmasi penutupan fasilitas nuklir di Yongbyon. Sebelumnya,
pada 19 Maret 2007 fase pertama dari putaran keenam Six Party Talks
dimulai. Mereka setuju bahwa laporan lengkap seluruh program nuklir
diserahkan pada 31 Desember 2007 dan penutupan program nuklir Korea
Utara juga dilakukan pada tanggal tersebut. Keenam pihak bertemu lagi
untuk melanjutkan fase kedua putaran keenam pada tanggal 12 Juli 2008
yang menghasilkan beberapa hal yaitu, 6 perserta setuju melakukan tindakan
untuk melumpuhkan fasilitas nuklir Korea Utara dan menyelesaikan
pemasokan bantuan energi ke Korea Utara sampai akhir Oktober, maupun
membangun mekanisme untuk memverifikasi laporan nuklir Korea Utara
(KBS World, 2012).
Untuk meyakinkan Korea Utara, pada tanggal 1 Desember 2007
Presiden Amerika Serikat, George W. Bush menulis surat pribadi kepada
pemimpin Korea Utara Kim Jong Il yang isinya akan melakukan normalisasi
hubungan bila Korea Utara bersedia memperlihatkan program nuklirnya dan
mulai membekukannya, memperlihatkan segala jenis material, peralatan
atau ahli nuklir yang mungkin telah ditransfer ke negara-negara lain.
Awal tahun 2008, Korea Utara menyatakan telah memberikan
laporan yang sebenar-benarnya pada bulan November 2007. Di lain pihak
Amerika Serikat menyatakan bahwa laporan yang diserahkan pada bulan
November tersebut tidak lengkap. Asisten Menteri Luar Negeri Christoper
Hill telah mengunjungi Korea Utara pada akhir November 2007 dan
memeriksa laporan tersebut. Dia melaporkan telah menemukan
ketidaksesuaian dalam tiga hal yaitu: program pengayaan uranium, jumlah
plutonium yang sebenarnya dimiliki, dan perluasan di mana Korea Utara
membantu Syria. Pada bulan Mei 2008, Pyongyang akhirnya mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
beberapa laporan yang berisi jumlah fasilitas dan materi nuklir yang
dimilikinya. Korea Utara kemudian menutup dan menghentikan fasilitas
nuklir agar Amerika Serikat tidak menganggap Korea Utara menjadi salah
satu negara pendukung terorisme.
Amerika Serikat dan Korea Utara memiliki ketidaksepakatan dalam
hal verifikasi. Penyebabnya adalah Amerika Serikat ingin melakukan
inspeksi seluruh dugaan fasilitas nuklir yang ada. Akan tetapi Korea Utara
tidak menafsirkan hal yang sama. Korea Utara hanya mengizinkan inspeksi
dilakukan terhadap fasilitas yang memang sudah diketahui. Pada bulan April
2009, Korea Utara meluncurkan roket yang diklaim sebagai satelit
komunikasi. Roket ini melewati wilayah udara Jepang. Dengan adanya
pelucuran roket ini, diperkirakan Korea Utara telah memproduksi 40-50
kilogram plutonium dan memiliki lima hingga sepuluh senjata nuklir.
Diperkirakan pula bahwa Korea Utara telah memproduksi 75 kilogram HEU
(highly enriched uranium) sejak tahun 2005. Pada tanggal 25 Mei, Korea
Utara memutuskan untuk melaksanakan uji coba nuklir yang diikuti oleh uji
coba tambahan beberapa misil jarak dekat. Komunitas internasional
mengidentifikasi aksi Korea Utara ini sebagai tindakan provokatif (Seung.
H. J dan Tae. H. K., 2007).
b) Dampak Positif Nuklir
Senjata nuklir, selain digunakan untuk militer juga mempunyai
beberapa manfaat. Menurut sebuah artikel komahi UMY (2011), salah satu
pemanfaatan energi nuklir secara besar-besaran adalah dalam bentuk
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Energi nuklir di sini digunakan
untuk membangkitkan tenaga listrik. PLTN adalah pembangkit tenaga listrik
tenaga nuklir yang merupakan kumpulan mesin untuk pembangkit tenaga
listrik yang memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga awalnya. Prinsip
kerjanya seperti uap panas yang dihasilkan untuk menggerakkan mesin yang
disebut turbin. Secara ringkas, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih,
boild water reactor, yakni setelah ada reaksi nuklir fisi di dalam reaktor,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
maka timbul panas atau tenaga lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian,
uap panas masuk ke turbin dan berputar denga dihubungkan generator yang
dapat menghasilkan listrik.
Nuklir digunakan dalam dunia kesehatan sebagai alat untuk
mendiagnosa penyakit sekaligus dapat pula memberikan terapi. Henry
Bacquerel, penemu radioaktivitas telah membuka cakrawala nuklir untuk
kesehatan. Di bidang kedokteran menggunakan radioisotop radium untuk
pengobatan kanker yang dikenal dengan nama Brakiterapi. Radioisotop
digunakan untuk mendiagnosa penyakit yang memanfaatkan instrumen
disebut dengan Pesawat Gamma Kamera atau SPECT (Single Photon
Emission Computed Thomography). Untuk aplikasi terapi sumber
radioisotop terbuka seringkali para pakar menyebutnya sebagai
Endoradioterapi. Perawatan pasien bervariasi, tergantung pada apakah
mereka berada di daerah perkotaan yang berpenduduk padat atau jarang
penduduknya. Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, otoritas
kesehatan masyarakat bekerjasama dengan Komisi Energi Atom Nasional
(CNEA) untuk tindakan pencegahan pengobatan apabila terjadi kesalahan
dalam perawatan pasien (Kremenchuzky dan Degrosi, O. J., 1991).
Keberadaan uranium dikerak bumi 2-3 kali lebih banyak
dibandingkan emas. Jumlah uranium yang didapatkan biasanya diukur
dengan biaya yang digunakan untuk memperoleh uranium. Biaya untuk
mendapatkan uranium yakni $165/Kg, merupakan harga yang sangat kecil
untuk sebuah pembangkit tenaga listrik. Bahan baku uranium seharga
ratusan dolar, dapat digunakan PLTN yang mampu memasok listrik selama
85 tahun. Selain itu, teknologi baru terus dikembangkan untuk mendapatkan
alat yang jauh lebih efisien dalam penggunaan uranium atau memanfaatkan
torium yang jumlahnya 3 kali lebih banyak dari uranium (Blix, Hans., 1992).
c) Dampak Negatif Nuklir
Menurut artikel kedokteran (2011), radiasi dari senjata nuklir
membahayakan keselamatan manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
reaktor nuklir ini ada dua. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang
terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau
tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah
radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio
aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya. Keduanya, baik
radiasi langsung maupun tidak langsung, akan memengaruhi fungsi organ
tubuh melalui sel-sel pembentukannya.
Seluruh masyarakat di dunia menggunakan energi listrik secara
berlebihan. Untuk masa yang akan datang pasti akan membutuhkan energi
yang lebih banyak. Oleh karena itu, dibuatlah suatu antisipasi apabila
kekurangan energi, yaitu dikembangkannya energi nuklir. Saat ini energi
nuklir telah dipersiapkan di sebagian negara maju sebagai pengganti energi
listrik (Soetrisnanti, A. Y. 2001). Namun, ada beberapa negara yang
memanfaatkan energi nuklir untuk hal-hal yang merugikan manusia
lainnya. Jika pemerintah suatu negara pengembang nuklir tidak bisa
mengendalikan kekuasaannya terhadap negara lain maka suatu saat akan
terjadi perang nuklir. Sedangkan akibat dari radiasi nuklir tersebut yaitu
dapat memusnahkan semua benda dan dalam jangka panjang akan merusak
kelangsungan hidup makhluk hidup.
Sel-sel tubuh bila tercemar radio aktif maka terjadi ionisasi akibat
radiasi yang dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul
sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah
fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya. Menurut Blix (1992),
menyatakan bahwa ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel.
Pertama, sel akan mati. Kedua, terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat
menimbulkan kanker, dan ketiga, kerusakan dapat timbul pada sel telur atau
testis, yang akan memulai proses bayi-bayi cacat.
Menurut artikel Mengenep mengenai manfaat dan dampak nuklir
bagi manusia (mengutip dari David J. Brenner) (2009), bahwa dampak
radiasi nuklir pada manusia tidak mudah dideteksi. Dampak radiasi pada
tubuh tergantung pada bahan radioaktif yang dilepaskan dan durasi paparan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Paparan tingkat tinggi dapat menyebabkan sindrom radiasi akut, bahkan
kematian. Sindrom tersebut akan menyebabkan gejala mual, muntah,
kelelahan, rambut rontok, dan diare. Radiasi nuklir akan mengganggu
kemampuan membelah dan menghasilkan sel. Sel-sel di usus besar biasanya
merupakan bagian dari tubuh yang paling cepat membelah. Demikian pula,
sel-sel darah yang terbentuk di tulang sumsung sangat rentan terhadap
radiasi. Selain pada manusia, nuklir juga membawa pengaruh pada
keamanan dunia internasional.
Pengembangan nuklir Korea Utara dapat berdampak luas bagi
stabilitas keamanan regional Asia Timur. Dampak dari pengembangan
senjata nuklir Korea Utara menimbulkan perlombaan senjata nuklir di antara
negara tetangga khususnya di Asia Timur. Perlombaan senjata seperti itu
dapat meningkatkan ketertarikan nuklir di antara negara-negara yang belum
bersenjata nuklir. Salah satu contohnya yaitu Jepang, yang saat ini menahan
diri untuk tidak menjalankan program nuklir yang dapat menghasilkan
plutonium tingkat tinggi, tidak meningkatkan kapabilitas peluncuran missil
balistik yang dimilikinya, dan tidak berusaha mengembangkan senjata nuklir
yang canggih. Namun, apabila Jepang semakin merasa terancam akan krisis
yang terjadi di Korea Utara, Jepang akan turut mengembangkan nuklir untuk
melawan Korea Utara (Kremenchuzky dan Degrosi, O. J., 1991).
Pada tahun 1970, Korea Selatan berusaha mengembangkan senjata
nuklir namun dihentikan oleh tekanan Amerika Serikat. Akan tetapi pada
bulan Juli 2003 Korea Utara telah melakukan uji coba tujuh buah missilnya,
termasuk satu kali kegagalan terhadap missil jarak jauh Taepodong-2 yang
dapat menjangkau wilayah Amerika Serikat. Sehingga pada tahun 2004,
para ilmuwan Korea Selatan menyatakan telah melanjutkan penelitian
plutoniumnya dan pengayaan uranium.
Itulah sebabnya, disamping telah membuka babak baru yang cukup
berbahaya di dalam pengembangan senjata nuklir, uji coba yang dilakukan
oleh Korea Utara dianggap telah menciptakan ancaman yang sangat serius
bagi Jepang, Amerika serikat serta negara-negara lain di kawasan Asia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Timur. Pengembangan senjata nuklir Korea Utara dapat membuat aliansi
Amerika Serikat dengan Korea Selatan ataupun Jepang semakin kuat.
Mereka juga mempererat komitmen untuk melakukan penelitian,
pengembangan, dan bahkan mungkin peningkatan teknologi militer untuk
menangkal nuklir Korea Utara.
C. Tanggapan Negara Lain Terhadap Pengembangan Nuklir Di Korea
Utara Tahun 1998-2008
1. Tanggapan Negara Amerika Serikat Terhadap Pengembangan Nuklir
Korea Utara
Amerika Serikat menghendaki Korea Utara menghentikan program
pengembangan senjata nuklir untuk ditukarkan dengan bantuan ekonomi, tetapi
pemerintah Korea Utara mengumumkan bahwa Korea Utara telah keluar dari
keanggotaan Nuclear Nonproliferation Treaty (NPT), yaitu suatu kesepakatan
untuk tidak mengembangkan nuklir yang disetujui oleh seluruh Negara di dunia
pada tahun 1993. Korea Utara menyatakan keluar dari NPT karena ada tekanan
dari Amerika Serikat untuk menghentikan program pengembangan nuklir di
Korea Utara (Park. K.Y., 2009: 99).
Selain itu, pemerintah Amerika Serikat memilih kebijakan intervensi
dalam urusan internasional dan menunjukkan tindakan nyata terhadap Korea
Utara. Pemerintah Amerika Serikat dibawah Presiden Bill Clinton meminta Korea
Utara supaya menerima pengawasan senjata nuklir dan masuk kembali ke dalam
NPT. Amerika meminta Korea Utara untuk menerima tim pemeriksa International
Atom Energy Assosiation (IAEA), yakni Badan Energi Atom Internasional. Di lain
pihak, Amerika Serikat bersama Korea Selatan mengadakan latihan perang, untuk
menggertak Korea Utara. Pengawasan tersebut ditolak, kemudian Pyongyang
diberi waktu untuk memenuhi tuntutan IAEA, jika tetap menolak inspeksi IAEA
maka Dewan Keamanan PBB akan memberlakukan embargo ekonomi (Tempo,12
Februari 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Korea Utara tidak mempedulikan himbauan Amerika Serikat, bahkan
Korea Utara terus meningkatkan percobaan mesin baru bagi peluru kendali (rudal)
jarak jauh. Untuk mencari dukungan dari negara lain, Korea Utara mengirimkan
beberapa teknologi rudal kepada suatu negara yang tidak memiliki pengaruh
Amerika Serikat. Sebaliknya, Amerika Serikat terus mempermasalahkan
pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara. Amerika Serikat
sesungguhnya khawatir karena rudal Korea Utara diperkirakan dapat menjangkau
Alaska (Mohammad Shoelhi, 2003).
Pada awal pemerintahan Presiden George W. Bush, Amerika Serikat
menunjukkan sikap ketidaksukaan kepada Korea Utara. Sementara itu, Korea
Utara menuduh Washington telah melancarkan sikap permusuhan yang dapat
menimbulkan konflik baru. Pernyataan dari kantor berita Korea Utara, Korean
Central News Agency (KCNA) bahwa, sikap permusuhan Presiden George W.
Bush terhadap Korea Utara terkait dengan kepemilikan senjata nuklir merupakan
alasan agar Amerika Serikat bisa melanjutkan kebijakannya terhadap Korea Utara
dan mempertahankan penempatan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan. Di
lain pihak, Amerika Serikat menganggap pemerintahan Korea Utara tidak
bersedia mengadakan perundingan. Menurut Amerika Serikat, Korea Utara harus
terlebih dahulu melepaskan program nuklir sebelum meningkatkan langkah di
bidang politik, ekonomi dan militer. Sedangkan Korea Utara tetap berpendirian
bahwa Amerika Serikat harus lebih dulu melepaskan politik memusuhi Korea
Utara dengan menandatangani perjanjian nonagresi dan memberi ganti rugi
ekonomi kepada Korea Utara (Kompas, 12 Mei 2003).
Pada tahun 2002 dalam pidato kenegaraan, Presiden Amerika, George W.
Bush menyebut Korea Utara sebagai poros kejahatan karena membangun senjata
perusak massal dan mendukung terorisme. Dengan pernyataan tersebut, maka
Kementrian Luar Negeri Korea Utara, memastikan tidak akan menerima ajakan
Presiden Amerika, George W. Bush untuk memulai kembali perundingan
mengenai senjata nuklir.
Pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa produksi nuklir dibuat untuk
tujuan keamanan seperti Amerika Serikat yang memiliki senjata nuklir di Korea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Selatan. Namun, terbongkarnya rencana rahasia peluncuran senjata nuklir bawah
tanah membuat Korea utara segera memberi informasi kepada Cina pada bulan
Oktober 2006, Korea Utara mungkin membatalkan rencana uji coba senjata nuklir
jika Amerika Serikat mau melakukan perundingan bilateral dengan Korea Utara.
Pemerintah Korea Utara berupaya membuka komunikasi langsung dengan
Amerika Serikat daripada melanjutkan perundingan dengan lima pihak lainnya
(Cina, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Amerika Serikat). Akan tetapi, Amerika
Serikat menolak untuk berunding langsung dengan Korea Utara. Di samping itu,
ada kabar berita bahwa Korea Utara akan mempercepat persiapan ujicoba senjata
nuklir jika Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke Korea Utara
(Kompas, 2006).
Beberapa persepsi Amerika Serikat pada masa pemerintahan Bush
terhadap pemerintahan Korea Utara yaitu, Pertama, ketidaksukaan Amerika
Serikat terhadap rezim Korea Utara membuat Bush benar-benar tidak percaya
terhadap Korea Utara dan pemimpinnya. Kedua, aliansi Amerika Serikat dengan
Korea Selatan haruslah dipelihara sebagai alat untuk menangkal Korea Utara dan
menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea. Ketiga adalah pemerintahan
Amerika Serikat telah bersikap naif dalam mengadakan kesepakatan 1994, yang
dianggap sebagai aksi suap terhadap Korea Utara. Persepsi tersebut menghasilkan
beberapa elemen utama kebijakan pemerintahan Bush, yaitu:
a) Pejabat resmi pemerintahan menyatakan akan mengakhiri Agreed
Framework. Hal ini dikarenakan pembangunan KEDO (Korean Peninsula
Energy Development Organization) justru membenarkan Korea Utara
untuk menghidupkan kembali fasilitas nuklir Yongbyon. Pada tahun 2003,
pemerintahan Bush menekan para anggota KEDO untuk menghentikan
konstruksi reaktor nuklir air ringan yang dijanjikan kepada Korea Utara.
b) Tidak ada negosiasi dengan Korea Utara sampai negara tersebut
menghentikan program nuklirnya. Hingga bulan Januari 2003, pemerintah
Amerika Serikat menolak untuk melakukan negosiasi untuk menghasilkan
perjanjian baru dengan Korea Utara mengenai program nuklir rahasianya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c) Membentuk koalisi internasional untuk menekan Korea Utara agar
menghentikan program nuklirnya. Jepang dan Korea Selatan telah
menyatakan kesediannya untuk menjatuhkan tekanan ekonomi jika Korea
Utara melakukan provokasi nuklir yang lebih jauh.
d) Merencanakan sanksi ekonomi dan larangan militer bagi Korea Utara.
Pemerintah Bush melaporkan telah membuat rancangan sanksi ekonomi,
termasuk memotong aliran bantuan keuangan dari Jepang dan sumber
lainnya. Selain itu pemerintah Bush juga melarang pengiriman senjata dari
Korea Utara menuju Timur Tengah dan Asia Selatan. Taiwan menahan
sebuah kapal Korea Utara pada bulan Agustus 2003 dan memindahkan
bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk senjata pemusnah masal.
e) Memperingati Korea Utara agar tidak mengolah plutonium untuk senjata
nuklir jika tidak mau diserang oleh Amerika Serikat. Sejumlah faktor
eksternal dan domestik telah mempengaruhi pemerintahan Bush dalam
merespon krisis nuklir kedua sejak bulan Oktober 2002. Pertama,
meskipun persepsi dasar telah dituangkan, terdapat perpecahan antara
pejabat pemerintahan dan perumus politik luar negeri tentang kebijakan-
kebijakan yang kemudian dijalankan. Para pejabat pemerintahan yang
berhubungan dekat dengan Menteri Pertahanan Donald Rumsfels dan
Wakil Presiden Dick Cheney, telah membuat garis keras terhadap Korea
Utara. Mereka beranggapan bahwa Korea Utara harus dijatuhi hukuman
dilpomatik dan sanksi ekonomi, bahkan penggunaan kekuatan militer
untuk merubah rezim pun bisa dilakukan. Kedua, perang melawan
terorisme dan situasi di Irak tak diragukan lagi telah menimbulkan dampak
bagi perkembangan aksi Amerika Serikat dalam krisis nuklir ini. Amerika
Serikat percaya bahwa kesuksesan militernya di Irak sepanjang Maret dan
April 2002 telah meningkatkan perhatian Korea Utara dan menjadi salah
satu kunci pendorong Korea Utara untuk mau melakukan negosiasi.
Ketiga, kebijakan pemerintahan Amerika Sserikat telah dipengaruhi oleh
keinginan untuk membentuk koalisi guna menekan Korea Utara, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pemerintahan Bush memiliki masalah dengan para pemimpinnya dan
ideologi yang dianut.
Pemerintahan Bush telah bersikap dingin terhadap Korea Utara
dibandingkan Pemerintahan Clinton. Meskipun kebijakan pemerintahan Bush
diikuti dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Powell bahwa Amerika Serikat
siap untuk kembali bernegosiasi dengan Korea Utara kapan pun waktunya, Korea
Utara mungkin merasa bingung dengan sikap Amerika Serikat yang sebenarnya.
Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat pernah menyatakan akan bernegosiasi
namun pada sisi lainnya Amerika Serikat menyebut Korea Utara sebagai poros
setan atau mendukung terorisme.
Untuk memperbaiki hubungan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat
maka pemerintahan George W. Bush mengirimkan seorang utusan ke Korea Utara
untuk melakukan perundingan. Namun, Korea Utara bersedia melakukan
perundingan apabila Amerika Serikat menarik pasukannya dari semenanjung
Korea. Pemerintah Korea Utara sangat konsisten dalam menghadapi permusuhan
dengan Amerika Serikat sehingga setiap perundingan terjadi kegagalan karena
ketidakmampuan Amerika Serikat dalam berdiplomasi. Beberapa waktu
kemudian, perundingan tersebut dapat terlaksana dengan bantuan dari pemerintah
Korea Selatan, Cina, Jepang dan Rusia.
2. Tanggapan Negara Jepang Terhadap Pengembangan Nuklir Korea Utara
Jepang mengalami masa-masa damai setelah perang dunia II berakhir.
Jepang tidak merasa terancam oleh konfrontasi militer Korea Utara terhadap
Korea Selatan (Perang Korea). Namun, perlahan persepsi ancaman Jepang mulai
berubah. Ancaman dari Uni Soviet memang menghilang, tetapi konflik regional
seperti di Semenanjung Korea mulai bermunculan dan meningkat. Untuk
mengantisipasi perkembangan situasi keamanan pasca Perang Dingin, tanggal 28
November 1995 dikeluarkanlah NDPO (National Defense Program Outline).
Pertahanan yang baru ini menyebutkan bahwa walaupun kemungkinan Perang
Dunia telah berkurang dengan berakhirnya Perang Dingin, tetapi faktor-faktor
penyebab keadaan yang tidak dapat diprediksikan seperti sengketa teritorial,
konfrontasi agama dan etnis, dan proliferasi senjata penghancur massal (termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
didalamnya senjata nuklir dan rudal) dapat menimbulkan perang dunia ketiga
(Wicahyani, 2010). Jepang diperbolehkan untuk memiliki kapabilitas pertahanan
minimum yang dibutuhkan oleh suatu negara merdeka di mana kapabilitas
pertahanan Jepang ini harus memainkan peran yang layak di lingkungan
keamanan pasca Perang Dingin. NDPO baru ini juga menekankan bahwa traktat
keamanan Jepang-Amerika Serikat sangat penting bagi keamanan Jepang serta
dapat menjamin perdamaian dan stabilitas di wilayah sekitar Jepang.
Penelitian dan pengembangan teknis ditingkatkan untuk mempertahankan
dan menambah tingkat kualitas kapabilitas pertahanan Jepang sesuai dengan
perkembangan kecanggihan teknologi. Kapabilitas pertahanan Jepang menurut
NDPO ini memiliki tiga peran. Peran pertama adalah bagi pertahanan nasional.
Untuk menangkal agresi terhadap Jepang bersamaan dengan pengaturan
keamanan Jepang-Amerika Serikat maka perlu dimiliki suatu kapabilitas
pertahanan yang memiliki fungsi bagi pertahanan, konsisten dengan karakteristik
geografi Jepang, dan memperhitungkan kapabilitas militer negara-negara
tetangga.
Ketika suatu negara melakukan aksi militer ilegal terhadap Jepang yang
dapat mengarah pada agresi tidak langsung, tindakan pencegahan harus segera
diambil untuk menghadapinya dan mengendalikan keadaan sedini mungkin. Peran
kedua adalah merespon terhadap bencana skala besar dan berbagai situasi lain.
Jika situasi ini terjadi di sekitar wilayah Jepang dan memiliki pengaruh penting
bagi perdamaian dan keamanan nasionalnya, maka Jepang akan bertindak sesuai
hukum dan bekerja sama dengan PBB serta melaksanakan pengaturan keamanan
Jepang-Amerika Serikat.
Peran ketiga adalah melakukan sumbangan pada pembentukan lingkungan
keamanan yang lebih stabil lewat partisipasi dalam kegiatan penyelamatan
bencana internasional, mempromosikan pertukaran dan dialog keamanan serta
ikut serta dalam usaha mencegah proliferasi senjata pemusnah massal dan rudal
serta pengendalian senjata konvensional (Wicahyani, 2010).
Pemerintahan Amerika Serikat, Bill Clinton dengan Perdana Menteri
Jepang, Ryutaro Hashimoto membuat suatu perjanjian yang disebut The Japan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
U.S. Joint Declaration on Security. Perjanjian ini juga menandakan kerjasama
keamanan Jepang-Amerika Serikat tetap berlanjut. Joint Declaration secara
spesifik mendefinisikan peranan yang harus dilakukan masing-masing negara
untuk memperkuat kerjasama pertahanan sebagai landasan dalam hubungan
kerjasama antara kedua negara, dan ekspresi keinginan kedua negara untuk lebih
memperdalam kerjasama keamanan.
Keadaan kawasan Asia Timur sendiri masih tidak menentu sebagai akibat
adanya konflik-konflik ketegangan di Semenanjung Korea, Selat Taiwan dan Laut
Cina Selatan. Pada perkembangan selanjutnya, krisis di Semenanjung Korea tahun
1994 (dengan adanya pengumuman pengunduran diri Korea Utara dari
International Atomic Energy Agency), menjadi salah satu pendorong kerjasama
pertahanan bilateral tersebut.
Potensi konflik regional serta proliferasi senjata pemusnah massal dan
sistem pengangkutnya merupakan hal yang dirasakan Jepang sebagai ancaman
yang besar pasca Perang Dingin. Kedua hal ini terjadi di Semenanjung Korea
yang merupakan tetangga Jepang. Dari ketiga kawasan yang memiliki konflik di
Asia Timur, Semenanjung Korea menjadi salah satu perhatian keamanan Jepang
dan kerjasama pertahanan Jepang-Amerika Serikat (Completion of the Review of
the Guidelines for Japan-U.S. Defense Cooperation, 2010).
Ada tiga prinsip dasar yang dihasilkan dari New Defense Guidelines,
yaitu: a) hak dan kewajiban dalam The Japan-U.S. Treaty of Mutual Cooperation
and Security dan perjanjian-perjanjian lainnya tidak akan berubah, b) kerangka
dasar kerjasama aliansi Jepang-Amerika Serikat tidak akan berubah, c) Jepang
akan bertindak sesuai dengan batasan dalam kemampuannya. Dalam New Defense
Guidelines tersebut, Jepang bertugas untuk menyediakan suplai dan transportasi
materi untuk pasukan militer Amerika Serikat yang terlibat dalam situasi konflik.
Menurut Japan-North Korea Relation (2010), untuk kerjasama dalam
situasi di area sekitar Jepang yang memiliki pengaruh penting bagi perdamaian
dan keamanan Jepang, maka tindakan yang dilakukan yaitu: pertama, ketika
situasi di sekitar Jepang sedang diantisipasi, kedua pemerintah akan meningkatkan
saling pemberian informasi dan konsultasi kebijakan serta melakukan segala cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
termasuk diplomasi untuk mencegah situasi semakin memburuk. Kedua, ketika
situasi telah terjadi, mereka dapat melakukan kerjasama dalam tiga bentuk, yaitu:
a) Kerjasama dalam aktivitas tindakan pencarian dan penyelamatan,
mengevakuasi orang-orang yang tidak bertempur, dan tindakan untuk
menjamin efektifitas sanksi ekonomi untuk mempertahankan perdamaian
dan stabilitas internasional.
b) Kerjasama berupa dukungan Jepang bagi angkatan bersenjata Amerika
Serikat yang meliputi penggunaan fasilitas dan dukungan di garis belakang
pertempuran.
c) Kerjasama operasional yang terdiri dari pengumpulan data intelijen dan
pengamatan, penyapuan ranjau, dan pengamatan wilayah laut dan udara.
Salah satu usaha pemerintah Jepang terhadap Korea Utara yaitu pertemuan
yang diadakan pada tanggal 17 September 2002. Pertemuan tersebut
menghasilkan deklarasi Pyongyang yang bertujuan untuk:
(1) Mengajak Korea Utara untuk bertindak secara tegas sebagai anggota
komunitas internasional yang peduli mengenai isu-isu keamanan seperti
missil dan senjata nuklir serta menyelesaikan dialog antara Amerika
Serikat, Korea Selatan dan negara-negara lainnya yang berkeinginan
untuk mengurangi ketegangan yang ada di semenanjung Korea.
(2) Isu penculikan merupakan masalah utama yang secara langsung
menyangkut kehidupan dan keamanan rakyat Jepang. Menghadapi
masalah ini Kim Jong II telah meminta maaf kepada Perdana Menteri
Junichiro Koizumi dan berjanji mencegah terjadinya hal seperti itu lagi
dimasa yang akan datang.
(3) Dalam keamanan, Kim Jong II menginformasikan pentingnya
mempromosikan dialog antara negara-negara yang terlibat dan berjanji
akan mematuhi perjanjian internasional yang berhubungan dengan
masalah nuklir Korea Utara.
Jepang mampu melihat situasi Korea Utara berdasarkan sudut pandangnya
yakni kelemahan Korea Utara di bidang ekonomi serta kekuatan militer. Deklarasi
Pyongyang diharapkan dapat membawa ke arah usaha normalisasi hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
kedua negara dengan menyadari kekurangan dan kelebihan serta kesalahan
masing-masing pihak yang terjadi di masa lalu.
Semua usaha yang dilakukan Jepang tidak sesuai dengan harapannya,
karena Korea Utara mulai meragukan niat baik pemerintah Jepang. Hal ini
disebabkan karena kedekatan Jepang dengan Amerika Serikat. Pyongyang tidak
melihat adanya kemajuan dalam permasalahan ini, sama dengan usaha Korea
Selatan untuk menerapkan sunshine policy.
Motivasi Jepang dalam menjalankan kebijakan luar negeri tersebut adalah
karena merasa keamanannya terancam, agar dapat melakukan dialog dengan
Korea Utara mengenai isu nuklir, dan dapat mengusahakan normalisasi
hubungannya dengan Korea Utara yang merupakan kepentingan strategis jangka
panjang. Kepentingan nasional yang ingin dicapai Jepang adalah terbebas dari
ancaman nuklir. Implikasi kebijakan luar negeri yang dijalankan Jepang dinilai
kurang efektif karena Jepang menuntut pembahasan penculikan anggota
pemerintahan dan Korea Utara tetap bertahan dengan sikap tidak konsisten serta
tidak terpengaruh tekanan dari Jepang (Dwi Arsita Waskitarini . 2009)
Berbeda dengan Korea Utara, Jepang memilih mencari sebuah solusi
melalui cara-cara damai dan diplomatik. Jepang juga terus mempertahankan
kebijakan untuk tidak memiliki apalagi membuat senjata nuklir. Namun, sebelum
sanksi itu benar terwujud, Jepang masih melakukan penelitian di wilayah udara
Korea Utara untuk memastikan apakah uji coba itu benar dilakukan atau tidak.
Jepang akhirnya meyakini uji coba nuklir tersebut, sehingga sanksi yang diberikan
yaitu pelarangan terhadap semua impor Jepang dari Korea Utara. Padahal, ekspor
kerang, kepiting dan jamur ke Jepang selama ini menjadi andalan pemasukan bagi
Korea Utara. Tindakan yang diambil Jepang akan menimbulkan balasan dari
Korea Utara misalnya pemerintah Korea Utara bisa saja memasukan mata-mata ke
Negara Jepang untuk menyelidiki pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang terus
berupaya dan ikut serta dalam pertemuan enam negara untuk mencapai
perdamaian di Semenanjung Korea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3. Tanggapan Negara Korea Selatan Terhadap Pengembangan Nuklir
Korea Utara
Krisis nuklir yang terjadi, melibatkan dua negara yang berkonflik yaitu
Amerika Serikat dan Korea Utara. Korea Selatan sebagai negara tetangga Korea
Utara merasa turut serta dalam penyelesaian konflik tersebut. Hal itu karena
Korea Selatan sedang berupaya menciptakan reunifikasi Korea. Menurut
pemerintah Korea Selatan, konflik tersebut hanya dapat diselesaikan melalui
perundingan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara. Menteri luar Negeri
Korea Selatan, Ban Ki-Moon merasa sangat prihatin dengan kejadian ujicoba
nuklir Korea Utara. Ban yang juga merupakan Sekjen Perserikatan Bangsa-
Bangsa, mempunyai beban berat dalam masalah ini dan berusaha menyelesaikan
permasalahan nuklir tersebut. Penyelesaian masalah nuklir didukung oleh Negara
Rusia dan India. Ancaman nuklir ini benar-benar sampai ke berbagai negara
(Kompas, Oktober 2006).
Pengembangan nuklir Korea Utara telah mengancam keselamatan
masyarakat Korea Selatan. Senjata nuklir yang terus mengalami percobaan
membuat pemerintah Kim Dae Jung bersikap hati-hati dalam kerjasama dengan
Korea Utara. Pemerintah Kim Jong Il telah membuat permasalahan yang rumit
dengan Amerika Serikat. Hal ini sangat dikhawatirkan karena apabila tidak terjadi
suatu perundingan maka akan terjadi peperangan seperti perang Korea tahun
1950-1953. Korea Selatan menghindari adanya perang yang dapat mengakibatkan
kesengsaraan pada masyarakatnya. Maka dari itu, Korea Selatan membujuk
pemerintah Korea Utara untuk mau melakukan perundingan agar tercipta
perdamaiaan dengan pemerintah Amerika Serikat.
Apabila Korea Utara tidak bersedia berunding maka Korea Selatan
meminta perlindungan dari Amerika Serikat dengan mempererat kerangka kerja
aliansi Amerika Serikat dan Korea Selatan dan meningkatkan pertahanan
konvensional. Setiap tahun, ketika Korea Selatan merasa bahwa program nuklir
Korea Utara mengalami kemajuan, maka Korea Selatan perlahan-lahan mulai
mengembangkan program missil dan nuklir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pada bulan April 1998, segera setelah pelantikannya, pemerintahan Kim
Dae Jung memprakarsai tiga hal. Pertama, mendorong reformasi organisasi
dengan menciptakan sistem komando nasional di bidang transportasi, biokimia,
dan ketahanan nuklir. Kedua, perhatian difokuskan pada aplikasi teknologi
informasi terkini di sektor pertahanan. Dan yang terakhir, Pemerintahan Kim Dae
Jung mulai mempercepat akuisisi aset pertahanan yang berhubungan erat dengan
kapabilitas serangan dan kemampuan perang.
Pada bulan Januari 2001, Korea Selatan bergabung dengan MTCR
(Missile Technology Control Regime), yaitu suatu rejim yang mengendalikan
teknologi senjata missil. Dengan bergabungnya Korea Selatan di MCTR maka
Korea Selatan diizinkan untuk meningkatkan jangkauan misil balistiknya hingga
300 km dan berat 500 kg. Korea Selatan berhasil melakukan ujicoba missil yang
dapat menjangkau sebagian besar wilayah Korea Utara. Perluasan jangkauan misil
dan pengembangan kapabilitas satelit Korea Selatan merupakan hal yang
misterius. Tersingkapnya penelitian nuklir rahasia Korea Selatan telah
mengakibatkan negara-negara sekitarnya meningkatkan kewaspadaan (Chung-in
Moon and Sangkeun Lee, 2009)
Pada bulan Agustus 2001, di bawah tekanan IAEA, Korea Selatan
menutup penelitian nuklir rahasianya. Diketahui bahwa para ilmuwan Korea
Atomic Energy Research Institute (KAERI) melakukan penyulingan uranium pada
tahun 2000. Namun, IAEA tidak membawa masalah ini ke Dewan Keamanan
PBB dikarenakan ujicoba tersebut hanya merupakan eksperimen. Kemudian,
Korea Selatan bersedia bekerjasama dengan IAEA.
Situasi di Korea Utara membuat Korea Selatan berupaya untuk bersikap
waspada adanya ancaman keamanan dari Korea Utara. Pendapat masyarakat yang
muncul di Korea Selatan sepanjang tahun 2002 menyatakan bahwa Korea Utara
merupakan ancaman militer bagi Korea Selatan. Namun di sisi lain, Korea Selatan
memandang tindakan uji coba nuklir Korea Utara merupakan sebuah tindakan
defensif, dan bukan merupakan ancaman agresif. Pada tahun 2003, pemerintahan
Kim Dae Jung digantikan oleh Roh Moo Hyun yang menyusun rancangan
Reformasi Pertahanan 2020 yang bertujuan untuk memastikan kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pertahanan nasional melalui penciptaan struktur tekonologi militer intensif dan
kapabilitas pertahanan yang berorientasi masa depan (Wicahyani, 2010).
Untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara di Semenanjung Korea,
pemerintah Korea Selatan melakukan kebijakan sunshine policy yakni tanpa
mengisolasi kerjasama tetapi dengan pengiriman bantuan ekonomi bagi
kelangsungan rezim Korea Utara yang dilakukan oleh Korea Selatan dan negara-
negara sekitar semenanjung termasuk Jepang serta mempertemukan kembali
kedua keluarga yang terpisah akibat perang Korea. Kebijakan sunshine policy
dilakukan berdasarkan pada persepsi-persepsi berikut ini:
a) Penyatuan kedua Korea yang merupakan nasionalisme bangsa Korea.
Tanpa campur tangan pihak luar, penyatuan Korea dapat dicapai secara
damai dan melalui negosiasi diantara keduanya. Walaupun Semenanjung
Korea yang bebas nuklir merupakan tujuan terpenting yang ingin dicapai
komunitas internasional, sunshine policy tidak menempatkan bebas nuklir
sebagai prioritas utama. Selama senjata nuklir Korea Utara tidak
melenceng dari penyatuan Korea, Korea Selatan tidak memiliki alasan
untuk menentang rezim di Korea Utara.
b) Presiden Kim Dae Jung memandang rezim Kim Jong Il sebagai partner
yang dapat diandalkan untuk melakukan negosiasi. Kim Jong Il bersedia
melakukan reformasi dan membuka kerjasama Korea Utara kepada dunia
luar, dengan imbalan bahwa Korea Selatan mau membantu perekonomian
Korea Utara.
c) Kepentingan nasional Korea Selatan adalah mencegah berbagai bentuk
perang di Semenanjung Korea. Namun, perseteruan antara Amerika
Serikat dan Korea Utara dapat memicu adanya serangan terhadap Korea
Selatan. Oleh sebab itu Korea Selatan berusaha menjadi mediator antara
Amerika Serikat dan Korea Selatan agar peperangan yang dikhawatirkan
tidak terjadi.
d) Pengembangan nuklir dari pemerintahan Kim Jong Il adalah untuk
memastikan rezimnya terus bertahan. Akan tetapi, jika Amerika Serikat
menjamin keamanan rezimnya, maka Korea Utara akan menghentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
nuklirnya sehingga keberadaan senjata nuklir Korea Utara tidak akan
mengancam Korea Selatan (Hosup Kim, Masayuki Tadokoro, and Brian
Bridges, 2003).
Untuk mengatasi krisis nuklir kedua ini, pemerintahan Roh Moo Hyun
juga melakukan tiga tindakan, yaitu tidak bertoleransi terhadap senjata nuklir
Korea Utara, menggunakan cara-cara damai dan diplomatik, serta bersikap
proaktif. Tiga prinsip ini sering diperdebatkan karena Korea Utara telah berusaha
menciptakan bom nuklir. Namun, pemerintahan Roh Moo Hyun menggambarkan
pendekatannya kepada Korea Utara sebagai
yang menekankan pada elemen-elemen dari Sunshine Policy.
Meskipun terbatas, Korea Selatan melakukan diplomasi proaktif, dan
melaksanakan agenda-agenda baru seperti rezim perdamaian di Semenanjung
Korea, dan kerjasama keamanan multilateral di Asia Timur. Korea Selatan juga
merupakan pendukung Six Party Talks yang dapat membuka kesempatan bagi
perdamaian dan keamanan. Struktur Six Party Talks tidak menempatkan Korea
Selatan sebagai pemimpin. Korea Utara dan Amerika Serikat merupakan dua
aktor utama, dengan Cina sebagai mediator kuncinya. Sedangkan Korea Selatan
pada masa Roh Moo Hyun sebagai fasilitator proses Six Party Talks.
Lee Myung-bak sebagai pengganti Roh Moo Hyun mewarisi tugas
denuklirisasi Korea Utara yang belum selesai. Pemerintahan Lee melakukan dua
pendekatan terhadap Korea Utara. Pertama, De-nuke, Open
3.000
menaikkan pendapatan perkapita-nya hingga tiga ribu dollar selama sepuluh tahun
untuk memfasilitasi reformasi di Korea Utara. Kedua, pemerintahan Lee tetap
bergantung pada Six Party Talks sebagai jalan diplomatik untuk memecahkan
masalah nuklir Korea Utara. Namun Korea Utara menolak usulan -Nuke,
karena merasa bahwa Korea Selatan telah berusaha menghancurkan
rezim dengan permintaan reformasinya. Pada Six Party Talks, pemerintahan Lee
juga tidak melakukan tindakan proaktif, Korea Selatan hanya mengikuti secara
pasif segala tindakan Amerika Serikat. Pemerintahan Lee tidak menunjukkan
ketertarikannya dalam menciptakan rezim perdamaian di Semenanjung Korea dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
rezim kerjasama keamanan multilateral di Asia Timur. Prioritas diberikan kepada
aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat dan koordinasi trilateral Korea Selatan-
Amerika Serikat-Jepang (Wicahyani, 2010).
4. Tanggapan Negara China Terhadap Pengembangan Nuklir Korea Utara
Sejak tahun 2002 ketika krisis nuklir Semenanjung Korea terjadi kembali,
Cina memperhatikan program nuklir dan misil Korea Utara. Cina memerlukan
lingkungan yang stabil untuk pembangunan ekonominya. Oleh karena itu, Cina
tidak menyetujui adanya pengembangan nuklir di Semenanjung Korea. Cina telah
berperan besar dalam Six Party Talks dan berusaha keras untuk membujuk Korea
Utara untuk menghentikan program nuklirnya (Kompas, 16 Juni 2003).
Korea Utara sulit untuk dibujuk agar menghentikan program nuklirnya,
maka Cina melakukan modernisasi pertahanan nasionalnya. Cina dan Korea Utara
mengalami hubungan yang penuh ketegangan. Untuk menghadapi Korea Utara,
Cina melakukan dua pendekatan. Pertama, Cina berusaha keras untuk
menghentikan program nuklir dan rudal jarak jauh yang dikembangkan Korea
Utara karena telah program tersebut telah memberikan ancaman besar bagi
beberapa kepentingan Cina seperti stabilitas regional dan program modernisasi
ekonominya. Kedua, Cina terus mendukung Korea Utara secara ekonomi maupun
diplomatik karena Cina juga tidak menginginkan kehancuran Korea Utara
(Gregory J. Moore, 2008).
Korea Utara memberikan Cina masalah besar dengan ujicoba senjata
nuklir. Peluncuran rudal jarak jauh Korea Utara yang melewati wilayah udara
Jepang pada tahun 1998 telah membuat Jepang memutuskan untuk bergabung
dengan Amerika Serikat dalam penelitian sistem pertahanan nuklir regional dan
memberikan pembenaran bagi Jepang untuk mengubah kebijakan pertahanan
Jepang. Peristiwa ini jelas membuat Cina semakin waspada dan memperingatkan
Korea Utara untuk tidak lagi melakukan uji coba rudalnya.
Pada bulan Maret 2002, Cina mengalokasikan anggaran militer sekitar dua
puluh milyar. Anggaran tersebut dibutuhkan karena Cina ingin melindungi
kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya. Selain itu, Cina juga ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
memperluas kapabilitas teknologi dan meningkatkan kesejaahteraan tentaranya.
Modernisasi pertahanan nasional Cina menyebabkan kekhawatiran Amerika
Serikat dan Jepang. Cina diketahui telah melakukan peningkatan kekuatan militer
termasuk kekuatan rudalnya. Hal ini membuat Jepang kemudian mengidentifikasi
Cina sebagai potensi ancaman keamanan (Charles E. Morrison, 2003).
Menurut Hosup Kim, Masayuki Tadokoro, and Brian Bridges (2003),
perubahan situasi internasional telah membuat Cina merasa perlu untuk
melakukan modernisasi kapabilitas pertahanan nasionalnya untuk tujuan
pertahanan. Sementara Amerika Serikat memiliki gudang nuklir terbesar di dunia
dan menyediakan perlindungan bagi sekutu-sekutunya di Asia Timur. Cina harus
bergantung pada negaranya sendiri untuk menangkal ancaman nuklir Korea Utara.
Cina akhirnya melakukan tindakan keras terhadap Korea Utara dengan
menghentikan bantuan suplai minyaknya pada Korea Utara.
Terdapat beberapa faktor mengapa sistem persenjataan yang sedang
dikembangkan Korea Utara merupakan ancaman yang cukup besar bagi Cina.
Pertama, program nuklir dan rudal balistik Korea Utara dapat memprovokasi
intervensi militer dari Amerika Serikat dan kekuatan-kekuatan lain di kawasan
Asia Timur. Apabila Korea Utara berhasil menciptakan senjata nuklir dan
melakukan ujicoba, maka Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya
akan menghukum Korea Utara dan menyerang fasilitas Yongbyon.
Kedua, program pengembangan senjata nuklir tersebut dapat
membahayakan hubungan Cina dengan komunitas internasional yang selama ini
telah diperbaiki oleh Cina. Aksi militer internasional atau sanksi yang mungkin
akan dilakukan dalam melawan Korea Utara akan membuat Cina berada di posisi
yang sulit, di mana Cina harus memilih untuk mendukung sekutu lamanya, negara
tetangga, ataup komunitas internasional.
Ketiga, aktivitas Korea Utara dapat mendorong adanya pengaturan
perimbangan kekuatan di kawasan Asia Timur di mana Jepang, Korea Selatan,
dan Taiwan akan berpikir untuk turut mengembangkan senjata nuklir atau paling
tidak mempererat kerjasama mereka dengan Amerika Serikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Keempat, program nuklir Korea Utara membuat Cina berada dalam situasi
yang tidak menentu dalam membangun hubungan dengan negara tetangga.
Kelima, Cina khawatir jika perang di Semenanjung Korea mengakibatkan arus
pengungsian di wilayah Cina. Hal ini merupakan alasan utama mengapa Beijing
selama ini menyangga perekonomian Cina agar tidak mengalami kehancuran.
Cina tidak menginginkan rakyat Korea Utara berimigrasi dan menimbulkan
masalah baru bagi Cina. Dan yang terakhir adalah, konflik yang melibatkan Korea
Utara dapat mengakibatkan kekacauan perdagangan dan iklim investasi di
kawasan Asia Timur yang kemudian mempengaruhi perekonomian Cina yang
selama ini sangat bergantung pada perdagangan. Perdagangan memerlukan
stabilitas, terutama ketika tiga partner terpenting Cina yaitu Amerika Serikat,
Jepang dan Korea Selatan turut terlibat pada konflik di Semenanjung Korea, maka
meskipun Cina tidak mendukung Korea Utara dan berusaha bersikap netral,
namun konflik yang terjadi pasti akan berdampak besar bagi perdagangan regional
dan perekonomian Cina.
Apabila pengembangan nuklir Korea Utara tidak dapat dielakkan, tidak
ada sedikit kesempatan bahwa usaha Cina dalam pengembangan nuklir dan
modernisasi persenjataan Cina bisa dihentikan. Para pemimpin Beijing masih
percaya bahwa pengaruh politik berjalan beriringan dengan kekuatan militer, dan
akan melanjutkan perluasan kapabilitas militer yang dimilikinya tanpa
menghiraukan apa yang dilakukan pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis uraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Korea Utara dan Korea Selatan mulai tampil di kalangan masyarakat
internasional akibat keberhasilannya dalam pertumbuhan ekonomi dan
menghilangkan kemiskinan dalam waktu yang cukup singkat. Selain dari segi
ekonomi, Korea menjadi pusat perhatian masyarakat internasional karena
pertentangan dan persaingan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Pada
tahun 1988, Korea Selatan berhasil menyelenggarakan Olimpiade dengan
sukses dan Korea Utara juga berhasil mengembangkan berbagai macam
senjata modern yakni program dan -
enriched- Korea Utara memproduksi
plutonium untuk pembuatan senjata nuklir. Hampir seluruh penduduknya
hidup dalam kemiskinan, namun pemerintahnya masih tetap bisa
menggunakan uang jutaan dolar untuk keperluan persenjataan. Korea Utara
mengalami masa yang sulit di tahun 1990an, namun masa itu dapat berakhir
karena pemerintah Korea Utara bersedia melakukan kerjasama dengan negara
lainnya. Korea Utara membangun program senjata nuklir sebagai alat untuk
melindungi negara dan salah satu cara untuk menggertak negara lain agar
mereka mau memberi bantuan kepada Korea Utara yang sedang mengalami
katerpurukan. Program nuklir tersebut telah mengganggu kerjasama
internasional karena negara lain merasa terancam dengan senjata nuklir.
2. Masalah penyatuan Semenanjung Korea menimbulkan perbedaan ideologi di
dalam masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara. Sejak tahun 1945, kedua
negara tersebut mengembangkan ideologi masing-masing. Korea Selatan
memiliki kebijakan unifikasi konfederasi, sementara Korea Utara menuntut
kebijakan yang diberi nama unifikasi federasi tingkat rendah. Terhadap kedua
kebijakan reunifikasi semenanjung Korea itu, rakyat Korea mengalami
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
ketidaktahuan mengenai ideologi mereka. Dalam suatu pertemuan di
Pyongyang, kedua pemimpin tertinggi masing-masing negara menyetujui
wewenang diplomasi, pertahanan dan penyusunan undang-undang tingkat
rendah, yang semuanya akan diberikan kepada pemerintah regional. Sepuluh
tahun kemudian, adanya momentum persetujuan antara presiden Dae Jung
dengan presiden Kim Jong Il, membuat Korea Selatan dan Korea Utara bisa
menuju arah yang hampir sama dengan proses sistem konfederasi sebelum
tahap reunifikasi Korea. Pencapaian reunifikasi tersebut mengalami sedikit
keraguan. Hal itu karena Korea Utara telah membangun senjata nuklir yang
membahayakan Korea Selatan. Rejim Korea Utara mengakui kepemilikan
senjata nuklir kepada seluruh dunia, sehingga menimbulkan pertentangan
diberbagai negara. Perilaku Korea Utara tersebut menunjukkan pada dunia
bahwa Korea Utara sangat berbahaya. Nuklir menjadi alat politik yang
memengaruhi kebijakan negara. Dalam kasus Korea Utara, militer memegang
kendali atas pembuatan keputusan nasional. Di bawah pemerintahan Kim
Jong-Il, (KPA) secara pasti menjadi pusat dalam
struktur kekuatan Korea Utara. Walaupun persediaan senjata negara ini masih
sangat tinggi, pimpinan militer Korea Utara menyadari bahwa kekuatan
militer konvensional mereka masih di bawah negara lawan, seperti Jepang,
Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
3. Kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) menginformasikan bahwa uji coba
nuklir dilakukan di bawah pengetahuan keilmuan dan perhitungan yang
matang oleh ahli ilmu fisika di Korea Utara. Keputusan Korea Utara terhadap
uji coba nuklir ternyata disambut dengan kecaman dan protes keras dari
banyak negara khususnya negara-negara di kawasan Asia Timur dan Asia
Tenggara serta negara-negara Barat. Keberhasilan Korea Utara melakukan uji
coba senjata nuklir itu memunculkan kembali keyakinan sejumlah pihak
mengenai kemampuan nuklir negara komunis tersebut. Korea Utara memilki
sejumlah bahan bakar nuklir untuk membuat hingga belasan senjata nuklir.
Meski demikian masih diragukan negara tersebut mampu membuat hulu ledak
nuklir yang bisa ditempatkan di peluru-peluru kendali yang sudah dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Korea Utara. Oleh karena itu, komunitas internasional perlu berhati-hati
menyikapi program nuklir Korea Utara. Sejak awal perundingan nuklir yang
diprakarsai oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Bill Clinton, ada
keinginan yang kuat dari pemerintah Korea Utara untuk melakukan
keterbukaan degan negara lain. Perundingan tersebut dibutuhkan oleh
pemerintah Korea Utara agar dapat melakukan kerjasama dengan negara lain
diberbagai bidang untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Apabila
perundingan tersebut dapat dilanjutkan maka Korea Utara tidak perlu lagi
mengembangkan senjata nuklir dalam jumlah yang banyak hanya untuk
menutupi kekurangan negara.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka muncul implikasi yang
dapat dipandang dari berbagai segi:
1. Teoritis
Korea Utara di bawah pemerintahan Kim Jong Il telah menghadapi suatu
keadaan politik dalam negeri yang tidak dapat diselesaikan secara individu.
Apabila Korea Utara masih mempertahankan politik isolasinya maka keadaan
tersebut akan menghancurkan pemerintah dengan sendirinya. Kekuasaan
secara turun temurun dari keluarga Kim menimbulkan suatu kebijakan yang
sama dalam pemerintahan. Kebijakan yang dibangun ternyata hanya
memberikan pengaruh yang kecil karena pemerintah tidak melakukan
kerjasama dengan negara lain. Sehubungan dengan keterpurukan ekonomi
Korea Utara, pemerintah mengembangkan senjata nuklir sebagai salah satu
cara untuk mencari perhatian dari negara lain. Pengembangan senjata nuklir
tidak hanya bersifat defensif atau penangkalan dalam mempertahankan
keamanan nasional saja, melainkan juga memiliki kekuatan ofensif, yaitu
kekuatan untuk memberikan pengaruh di dalam interaksi antar negara.
2. Praktis
Pemerintah Korea Utara tidak pernah melakukan hubungan kerjasama
dengan negara lain. Politik isolasi yang dikembangkan pemerintah tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
memberikan hasil yang nyata. Sehingga banyak masyarakat yang mengalami
penderitaan. Pada rejim Kim Jong Il, pemerintah telah mengembangkan
senjata nuklir yang menyebabkan perubahan di bidang politik dan ekonomi.
Untuk memperbaiki keadaan, maka diadakan perundingan antara Korea Utara
dengan lima negara maju yang mempunyai pengaruh besar di dunia
internasional. Perubahan tersebut yaitu adanya perhatian negara lain terhadap
Korea Utara, bantuan ekonomi sebagai pengganti penghentian produksi
senjata nuklir dan hubungan yang baik antara Korea Utara dengan negara
internasional.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh, dapat
diajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi pembaca dan generasi muda, semoga penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi dalam memahami masalah yang terjadi di dunia
Internasional terutama di kawasan Asia Timur. Para pembaca juga perlu
mengetahui bahaya dari senjata nuklir, reunifikasi Korea, perkembangan
ekonomi di Korea dan perkembangan budaya. Pengetahuan tersebut
diharapkan dapat menambah wawasan bagi semua pembaca.
2. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan ada yang tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai masalah Asia Timur terutama wilayah Korea.
Pemerintahan Korea Utara menutup diri dari negara lain, hanya untuk menjaga
agar ideologinya tidak terpengaruh oleh negara barat terutama Amerika
Serikat. Di tahun 2000, Korea Utara bersedia bekerjasama dengan Korea
Selatan, yang kemudian disusul dengan bekerjasama negara Australia, Jerman
dan lainnya. Fenomena tersebut menarik untuk menjadi bahan kajian para
peneliti terutama yang menekuni bidang internasional.