skripsi akuntansi
-
Upload
ervin-khouw -
Category
Documents
-
view
969 -
download
0
description
Transcript of skripsi akuntansi
PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP
EFEKTIVITAS PENCAPAIAN LABA
(Studi Kasus Pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V Bandung)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
ENDA SUHENDA
NRP : 96349670
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2001
PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP
EFEKTIVITAS PENCAPAIAN LABA
(Studi Kasus Pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V Bandung)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung
Bandung, November 2001
Mengetahui,
Pembimbing, Pembimbing Pendamping,
Prof. DR. Hj. Ria Ratna Ariawati TG.,MS.,Ak. R. Mochammad Noch, Drs.
Dekan, Ketua Program Studi,
Azhar Affandi, SE., Msc. Atang Hermawan, SE., MSIE.
MOTTO:
βDan Janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena keridhaan
Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu
akan diberi pahala-Nya dengan cukup, sedang kamu sedikitpun tidak akan
dirugikanβ.
βHai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabarβ.
(QS. Al-Baqarah ayat 272 dan 153)
Puji syukur kehadirat Allah SWT,
dengan bangga serta ikhlas
kupersembahkan karyaku ini
kepada Orangtuaku yang sangat aku hormati
dan kakak-kakakku yang aku segani
serta alo-aloku Lina dan Sofyan yang aku sayangi
ABSTRAKSI
Skripsi ini meneliti masalah pengaruh biaya pemasaran terhadap
efektivitas pencapaian laba perusahaan sehingga dapat diketahui
bagaimana pengaruh biaya pemasaran tersebut, khususnya terhadap
pencapaian laba.
Perusahaan yang diteliti yaitu PT POS Indonesia (Persero) yang
merupakan salah satu BUMN yang berusaha di bidang jasa pengiriman
surat, barang, uang dan jasa keagenan lainnya. Usaha yang
dijalankannya ini terus mendapatkan persaingan baik dari perusahaan
jasa titipan, bank maupu perusahaan telekomunikasi seiring dengan
kemajuan teknologi.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : apabila efisiensi
biaya pemasaran tercapai maka akan meningkatkan efektivitas
pencapaian laba perusahaan. Hipotesis ini dilatarbelakangi berdasarkan
asumsi bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan perusahaan akan
berpengaruh pada penjualan sehingga meningkatkan pencapaian laba
perusahaan.
Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi sejak saat produk
selesai di produksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk
tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai. Biaya pemasaran
dapat digolongkan kepada order-getting costs dan order-filling cost dimana
biaya pemasaran yang Penulis teliti termasuk ke dalam biaya order-
getting costs karena biaya tersebut lebih berpengaruh kepada biaya
pemasaran dan tingkat pendapatan dari pada order- filling costs. Oleh
sebab itu perlu dilakukan efisiensi terhadap biaya pemasaran. Efisiensi
biaya pemasaran yang memadai diharapkan dapat berperan dalam
meningkatkan perolehan laba dan menjaga tingkat kesehatan serta
kelangsungan usaha perusahaan. Efisiensi biaya pemasaran ini
berdasarkan pada anggaran yang diterima dan realisasi biaya pemasaran.
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Efisiensi biaya
pemasaran sangatlah berpengaruh didalam meningkatkan perolehan
laba. Pengakuan pendapatan pada saat penjualaan lebih
efektif dibandingkan setelah penjualan hal ini dilakukan untuk
mengurangi resiko.
Penulis melakukan penelitian pada PT POS Indonesia dengan
masalah yang diteliti adalah mengenai biaya pemasaran terhadap
efektivitas pencapaian laba. Pada penelitian ini Penulis melakukan studi
kasus dengan menggunakan metode verifikatif, hasil analisis dan
pengujian hipotesis dilakukan dengan mengolah data dari responden yang
disebarkan kepada 10 orang staff pegawai PT. POS Indonesia terutama
pada bagian-bagian yang bersangkutan dengan penelitian yang
dilakukan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa biaya pemasaran berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas pencapaian laba. Hal ini dapat dilihat dari
hasil perhitungan dengan menggunakan koefisiensi korelasi yang
mencapai tingkat keeratan sebesar 62,41% dan efisiensi biaya pemasaran
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pencapaian laba besar 38,95%
dan sisanya yaitu 61,05% dipengaruhi oleh faktor lain.
Setelah melihat hasil dan pembahasan dapat diketahui bahwa biaya
pemasaran berpengaruh positif terhadap efektivitas pencapaian laba.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melindungi dan atas segala rahmat serta izin-Nya akhirnya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul βPengaruh Biaya Pemasaran
Terhadap Efektivitas Pencapaian Labaβ.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
Penulis menyadari bahwa yang dikemukan dalam skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Namun demikian Penulis tetap berharap, mudah-mudahan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya serta bagi
pengembangan ilmu akuntansi pada umumya.
Tuntasnya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang terkait. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Apa dan Ema
tercinta. Nenekku serta kakakku Endi- Suhendi, Wati Herlina, Iin Fatimah
dan Junaedi M. Noer yang telah banyak memberikan doa, serta dukungan
baik moril dan materil sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis ingin menghaturkan terima
kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Prof. DR. Hj. Ria Ratna Ariawati TG., MS., Ak. Sebagai
pembimbing utama
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak R. Mochammad Noch, Drs. Sebagai pembimbing pendamping dan
juga selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung yang selalu memberikan semangat, arahan
dan wejangan.
3. Bapak Prof. Dr. H. Imam Sudirman, Ir. DEA., selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.
4. Bapak Azhar Affandi, SE., Msc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung.
5. Bapak Atang Hermawan, SE., MSIE., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
6. Bapak Apriyanto, SE, Ak, sebagai Dosen Wali, yang selalu memberikan
nasihat, semangat, arahan dan motifasi kepada Penulis.
7. Bapak Dadang Soekardan, SE. yang selalu mendukug dan memberikan
arahan kepada Penulis.
8. Bapak Enjang Tachyan. B, SE, Ak, para Dosen Fakultas Ekonomi yang telah
memberikan didikan serta ilmunya, dan para staff karyawan yang telah
memberikan fasilitas yang bermanfaat bagi Penulis selama dibangku kuliah.
9. Orang yang selalu menemani dalam suka dan duka yang selalu memberikan
perhatian, kasih sayang dan dukungannya, terima kasih atas marahnya,
sayangnya, cintanya, May (nilai 9 lebih baik dari nilai 6, pertahankan dan
tingkatkan nilai itu) Thankβs for all.
10. Bapak Satriyo Nugroho, SE sebagai pembimbing dari perusahaan yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan semangat kepada penulis.
11. Ibu Ati dan seluruh staff karyawan perusahaan yang sangat membantu
Penulis dalam pengumpulan data penelitian dan bantuan lainnya yang sangat
berarti.
12. Barudak Pastelz, Cecep apey Rusmana, Asep coffee Irawan, Anugrah
Sudrajat Purawinata sijangkung badag, Gugi Ahmad Fitrah SE, Tandarius
chezar, Agung aa ajunh Febriyanto SE, Sani cool Yusuf Firmansyah, Deni
khitonx Chandra Affandi, Budi oray kadut Herlambang, Budi Mulyadi, Yanto
Rizkiyanto SE, Gumilar Riskomar, Yudi ireng Muzril, Alamsyah S.Si, Susy
Warastuti Putri, Dewi ollieve Retno Ningrum, Mira Mardiani rengganis
Thaher dan teman-teman 96 AK-C lainnya. Terima kasih atas dukungannya.
13. Bapak Hasan Usmad, Almarhumah Nonoh Juhanah, Teteh Yeni Isnaeni, Aa
Endin Syamsudin, Dian Rahmat Nugraha, Dini Nurdianti yang βGeunit,
Geβeran dan Gualak Pisan tapi Cuantik sihβ dan Hasanβs Families Other.
14. Dan seluruh pihak yang Penulis tidak bisa sebutkan satu persatu terima kasih
sebesar-besarnya semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT
Amin.
Akhirnya Penulis berharap skripsi yang telah tersusun ini dapat memberi
manfaat bagi seluruh pembaca.
Bandung, November 2001
Penulis
Enda Suhenda
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. i
MOTTO β¦β¦β¦..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. ii
ABSTRAKSI β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... iii
KATA PENGANTAR β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... v
DAFTAR ISI β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... viii
DAFTAR TABEL β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 1
1.2 Identifikasi Masalah β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 4
1.3 Maksud dan Tujuan β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 5
1.3.1 Maksud Penelitian β¦β¦β¦β¦...β¦β¦β¦β¦.. 5
1.3.2 Tujuan Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦........ 5
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦........ 6
1.4.1 Kegunaan Praktis β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 6
1.4.2 Kegunaan Teroritis β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.......... 7
1.5 Kerangka Pemikiran β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 7
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya β¦......... 12
2.1.1 Pengertian Akuntansi β¦β¦β¦β¦β¦............. 12
2.1.2 Pengertian Akuntansi Biaya β¦β¦β¦β¦β¦.. 14
2.2 Biaya β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦......................... 15
2.2.1 Pengertian Biaya β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 15
2.2.2 Penggolongan Biaya β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 15
2.2.3 Pengukuran Biaya β¦β¦β¦β¦β¦β¦............. 20
2.3 Pemasaran dan Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 23
2.3.1 Pengertian Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 23
2.3.2 Pengertian Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦. 25
2.3.3 Penggolongan Biaya Pemasaran β¦β¦β¦... 26
2.3.4 Karakteristik Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦. 28
2.4 Efisiensi dan Analisis Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦.. 28
2.4.1 Pengertian Efisiensi β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 28
2.4.2 Anggaran Sebagai Alat Efisiensi
Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 31
2.4.3 Analisis Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 33
2.5 Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 43
2.5.1 Pengertian Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦........... 43
2.5.2 Jenis Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 44
2.5.3 Kegunaan Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦........... 45
2.5.4 Pengukuran Laba β¦β¦β¦β¦β¦.β¦.............. 46
2.5.5 Pusat Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 48
2.6 Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap
Efektivitas Pencapaian Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 51
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦.β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 53
3.2 Metode Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦.β¦β¦β¦β¦..β¦β¦. 54
3.2.1 Desain Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦.............. 54
3.2.2 Operasionalisasi Variabel β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 54
3.2.3 Populasi Penarikan Sampel β¦β¦β¦β¦...... 58
3.2.3.1 Ukuran Sampel β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 58
3.2.3.2 Jenis Sampling β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 58
3.2.4 Prosedur Pengumpulan Data β¦β¦β¦β¦β¦ 60
3.2.5 Metode Analisis Data dan Rancangan
Pengujian Hipotesis β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 62
3.2.5.1 Analisis Data β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 62
3.2.5.2 Rancangan Pengujian
` Hipotesis β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 65
3.2.6 Proses Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 71
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 71
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan β¦β¦β¦.. 71
4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan β¦β¦ 82
4.1.1.3 Aktivitas Utama Perusahaan β¦β¦β¦ 90
4.1.2 Efisiensi Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦...... 103
4.1.2.1 Strategi dan Kebijakan
Pemasaran Perusahaan β¦β¦β¦β¦β¦ 105
4.1.2.2 Program Pemasaran Perusahaan β¦. 106
4.1.2.3 Pembebanan Biaya Pemasaran β¦β¦ 107
4.1.3 Pencapaian Laba Perusahaan β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 111
4.1.4 Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap
Efektivitas Pencapaian Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 115
4.2 Pembahasan Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 117
4.2.1 Analisis Efisiensi Biaya Pemasaran β¦β¦β¦. 117
4.2.2 Analisis Pencapaian Laba β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 120
4.2.3 Analisis Pengaruh Biaya Pemasaran
Terhadap Efektivitas Pencapaian Laba β¦β¦ 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦...................... 128
5.2 Saran β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1.6 Alokasi Waktu Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 11
Tabel 2.1 Dasar Alokasi Biaya Pemasaran β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 42
Tabel 3.1 Indikator Variabel X dan Variabel Y β¦β¦β¦β¦ 57
Tabel 3.2 Batas Nilai-nilai Kritis rs Koefisien
Rank Spearman β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 69
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner (Jawaban) Efisiensi
Biaya Pemasaran (Variabel X) β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 111
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner (Jawaban) Perolehan
Laba Perusahaan (Variabel Y) β¦β¦β¦.β¦β¦β¦. 115
Tabel 4.3 Skor Perhitungan Kuesioner Efisiensi
Biaya Pemasaran (Variabel X) β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 118
Tabel 4.4 Skor Perhitungan Kuesioner Perolehan
Laba Perusahaan (Variabel Y) β¦β¦β¦.β¦β¦β¦. 121
Tabel 4.5 Perhitungan Ranking dan
Selisih Ranking β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 124
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Membimbing Skripsi β¦..β¦β¦β¦. 132
Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Survey β¦β¦β¦..β¦β¦β¦. 133
Lampiran 3 Surat Izin Selesai Melakukan Survey β¦β¦β¦.. 134
Lampiran 4 Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi β¦... 135
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 136
Lampiran 6 Struktur Organisasi
Wilpos V Bandung 40000 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 139
Lampiran 7 Program Kerja Bagian Bangus
Wilpos V Jabar Tahun 2000 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 140
Lampiran 8 Keputusan Kepala
Wilpos V Bandung 40000 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. 148
Lampiran 9 Tanggung Jawab dan Wewenang
Kawilpos β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. 163
Lampiran 10 Ikhtisar Skedul Waktu Rencana Kerja
Wilpos V Jabar Tahun 2001 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 169
Lampiran 11 Rekapitulasi Rancangan Rencana Kerja
Wilpos V Jabar Tahun 2001 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ 170
Lampiran 12 Ranc. Renc. Kerja (RRKA) Biaya Ekploitasi
Wilpos V Tahun 2001 Bag. Bangus .β¦β¦β¦β¦ 171
Lampiran 13 RKA (Biaya Pemasaran, Pendapatan, Laba)
Target dan Realisasi β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦... 172
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Memasuki era globalisasi ini persaingan diantara perusahaan-
perusahaan sangatlah ketat dan menuntut setiap perusahaan untuk dapat
menyiapkan diri beroperasi secara lebih efisien dan efektif dalam bersaing,
baik dalam skala nasional maupun regional untuk memperoleh laba
semaksimal mungkin. Dengan mulain masuknya perusahaan-perusahaan dari
pasar dunia, maka persaingan dalam skala global sudah tidak dapat
terelakkan lagi.
Perubahan yang cepat dan mendasar dalam ekonomi dunia dan adanya
kecendrungan yang tidak menentu serta makin ketatnya persainganpasar
tersebut, menuntut perusahaan untuk meningkatkan strategi dan langkah
operasional dengan baik. Dalam persaingan ketat seperti ini sangat diperlukan
segala upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan pemasaran hasil
produksi, baik dalam negri maupun penetrasinya ke pasar internasional.
Untuk itu diperlukan adanya efektifitas dan efisiensi biaya produksi dan
pemasaran, dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan untuk berkembang dan memperoleh pendapatan guna
meningkatkan laba.
Persaingan yang sedemikian tajam, menyebabkan perusahaan sekarang
tidak dapat hanya menitikberatkan pada tujuan penjualan dengan biaya
produksi seminimal mungkin. Ini bukan berarti penjualan harus diabaikan,
bahkan menjadi sangat penting karena pendapatan yang diperoleh berasal
dari penjualan. Dengan demikian perusahaan dituntut untuk berorientasi
kepada pembeli/konsumen/pasar, yang berarti bahwa kerangka berpikir
pemasaran dimulai dari penempatan konsumen sebagai titik tolak usaha
perusahaan dan penekanan perlunya keahlian pemasaran dan pembinaan
distribusi pemasaran. Dengan kata lain perusahaan hendaknya menerapkan
orientasi pasar tersebut dengan mengerahkan karyawan, bahan baku, dan
uang yang dikuasainya secara efisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen
sekaligus memperoleh laba yang optimal dengan biaya yang minimal.
Untuk dapat memasarkan produknya dengan baik, perusahaan harus
menggunakan konsep pemasaran yang baik, yaitu bagaimana memenuhi
keinginan konsumen dan pelanggan agar dapat memuaskan mereka di suatu
pihak dan lain pihak perusahaan dapat mengoptimalkan laba yang dihapkan
sesuai dengan tujuannya, selain itu juga harus diperhatikan mengenai produk
yang dibuat dan produk pesaing yang kemungkinan besar dapat mengusai
pasar, harga barang produk harus juga diperrhatikan jangan sampai
barang/jasa yang kita jual lebih tinggi dibandingan dengan pesaing,
pendistribusian yang cepat dan tepat sangat berpengaruh terhadap minat
konsumen yang cepat dan aman selain itu juga tempat pendistribusian yang
tepat guna, promosi yang menarik dapat membuat konsumen tertarik dan
memilih barang/jasa yang ada.
Pemasaran yang berhasil akan pendorong peningkatan produksi,
sebaliknya dengan tingkat produksi yang tinggi belum tentu dapat menjamin
keberhasilan dibidang pemasaran. Oleh karena itu, jika volume produksi
dapat ditingkatkan tetapi tidak dapat memasarkannya, maka usaha tersebut
sia-sia. Biaya pemasaran ini termasuk dalam discretionary cost, yaitu dimana
output yang dihasilkan tidak berkaitan langsung dengan inputnya.
Selain itu pendapatan dipengaruhi bukan hanya oleh biaya pemasaran,
tetapi juga banyak faktor yang mempengaruhuinya seperti faktor manajerial
dan sebagainya.
Perhatian perusahaan dalam pengendalian biaya-biaya pemasaran
terhadap jenis produk, daerah pemasaran atau pelanggan dan jumlah pesanan
pembelian sangatlah penting, oleh karena itu perlu dilakukan analisis atas
probabilitas pemasaran yang dapat mengarahkan kegiatan pemasaran agar
tidak terjadi pengurangan pendapatan.
Keberhasilahn pemasaran disuatu perusahaan selain ditentukan oleh
biaya pemasaran yang ada, juga terdapat pengarahan kegiatanpemasaran yang
baik. Oleh karena itu, keputusan-keputusan yang telah dibuat untuk
menunjang kegitan pemasaran perlu dikaji terus-menerus dengan
menggunakan berbagai proses pengendalian strategik guna menyesuaikan
strategi arag kegiatan terhadap perubahan-perubahan yang dapat
mempengaruhi kehidupan perusahaan.
Pada umumnya biaya pemasaran diusahakan secara tersendiri oleh
perusahaan. Hal ini berbeda apa yang ada pada PT POS Indonesia. Pada
perusahaan ini setiap kantor pos terutama bagian pemasaran tidak
menganggarkan dan mengusahakan secara sendiri biaya pemasaran tetapi
diatur oleh kantor wilayah. Kantor wilayah Pos V mengatur dan memberikan
subsidi pada setiap kantor pos seluruh Jawa Barat dan Banten yang dimana
bagian pemasaran hanya melakukan kegiatan pemasaran berdasarkan subsidi
yang telah diberikan dan tidak dapat melebihi anggaran tersebut dalam hal ini
bagian pemasaran mendapat pengawasan dari audit intern pada setiap kantor
pos dan harus memberikan laporan keuangannya kepada bagian akuntansi
pada setiap triwulan. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengawasan dan
efisiensi sejauhmana bagian pemasaran dapat menggunakan subsidi yang
telah diberikan agar tidak melebihi anggaran. Hal ini terjadi karena baru
berubah status PERUM menjadi PERSERO, dan baru pada tahun 2001 ini
akan dikaji dimana setiap kantor pos mengusahakan sendiri biaya pemasaran
dan tidak tergantung lagi kepada kantor wilayah dan hal ini baru akan
dilaksanakan pada tahun 2002.
Bertitik tolak pada hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan topik tersebut, sehingga memilih judul :
βPENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP EFEKTIVITAS
PENCAPAIAN LABAβ
1.2. Identifikasi Masalah
Biaya pemasaran dikeluarkan dalam rangka meningkatkan pendapatan
operasional perusahaan, oleh karenanya perhatian manajemen terhadap
besarnya kenaikan biaya harus lebih ditingkatkan. Permasalahan yang
dihadapi adalah apakah terdapat pengaruh dari biaya pemasaran terhadap
efektifitas pencapaian laba.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana efisiensi biaya pemasaran yang dilakukan PT. Pos Indonesia
2. Bagaimana efektifitas pencapaiaan laba yang dilakukan PT. Pos Indonesia
3. Seberapa besar efisiensi biaya pemasaran berpengaruh terhadap perolehan
laba terhadap perolehan laba pada PT Pos Indonesia kantor wilayah usaha
Pos V Bandung.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Berpijak pada latar belakang penelitian yang penulis kemukakan
diatas, maka dapat dilihat bahwa maksud penelitian ini adalah untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam perusahaan serta
untuk memperoleh informasi dan data yang relevan dengan objek penelitian
yang penulis ambil sehingga setelah diolah dan dianalisis dapat dijadikan
bahan dalam penyusunan skripsi.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin
penulis capai dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan didalam efisiensi
biaya pemasaran.
2. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam
memperoleh laba.
3. Mengetahui pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba
pada perusahaan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai kegunaan praktis dan teoritis
baik bagi penyusun maupun perusahaan itu sendiri:
1.4.1. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang efisiensi
biaya pemasaran dalam memperoleh laba perusahaan.
Merupakan latihan teknis untuk menerapkan teori yang diperoleh
selama perkuliahan kedalam praktik atau aplikasi dilapangan.
Memenuhi sebagian syarat menyelesaikan studi program S-1 di
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNPAS.
b. Bagi perusahaan
Melalui penulisan ini penulis berharap dapat memberikan masukan
yang bermanfaat bagi pngembangan perusahaan untuk masa yang
akan datang.
1.4.2. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan bahan
perpustakaan atau sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya yang lebih luas
dan mendalam.
1.5. Kerangka Pemikiran
Tujuan perusahaan dalam suatu perekonomian yang bersaing adalah
untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Organisasi perusahaan
diciptakaan terutama untuk menyediakan untuk menyediakan bagi
masyarakat umum barang/jasa yang diperlukan atau yang diinginkan dan
yang sejalan dengan sikap sosial dari masyarakat tersebut.
Pengertian laba menurut Sopyan (1997, 147)
βPerbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi
pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya0biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebutβ
Besarnya dana perusahaan dihitung dengan mempertamukann semua
penghasilan, dengan semua biaya (proper matching of revenues with
expenses) didalam satu periode akuntansi yang sama.
Penghasilan yang akan akan diperolah perusahaan sangat tergantung
pada terjualnya barang atau jasa yang diusahakan. Dalam hal ini keberhasilan
kegiatan penjualan sangat mempengaruhi realisasi laba perusahaan.
Sehubungan dengan ini diperlukan kemampuan perusahaan untuk membaca
situasi pasar yang sekarang ini berada dalam persaingan yang ketat, guna
merebut pangsa pasar potensial.
Perusahaan juga harus selalu mempertimbangkan faktor-faktor ekstern
yang mempengaruhi program pemasaran perusahaan, terutama kebijakan
pemerintah, pembangunan ekonomi dunia, perkembangan sosial ekonomi
masyarakat serta serta situasi persaingan. Dengan demikian perusahaan harus
memilih dan mencari target pasar yang tepat serta menyusun rencana
pelaksanaan pemasaran.
Pentingnya kegiatan pemasaran dalam dunia usaha modern dan
ekspansi perusahaan untuk menjadi perusahaan yang besar memerlukan
konsep pemasaran sebagai padoman bagi perusahaan.
Konsep pemasaran menurut Kottler yang dialihbahasakan oleh Ancella
Anitawati Hermawan (1994, 15) sebagai berikut :
βKunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar, sasaran dan pemberian kepuasan yang
diinginkan secara efektif dan lebih efisiendari yang dilakuakn para
pesaingβ.
Pemasaran secara umum dapat diartikan sebagai usaha sosial dari
seorang individu atau kelompok untuk mencapai tujuannya dengan
menciptakan, menawarkan dan menukar suatu produk atau jasa yang bernilai
dengan yang lain. Dalam prose kegiatan pemasaran, pihak perusahaan
meciptakan produk atau jasa, menawarkannya sampai akhirnya
menawarkannya dengan suatu moneter berupa uang. Keseluruan proses ini
membutuhkan biaya yang disebut dengan βbiaya pemasaranβ.
Penggolongan biaya pemasaran menurut Mulyadi (1993, 530) adalah
sebgaai berikut:
Secara garis besar biaya pemasaran ini terbagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting costs), yaitu semua
biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan.
2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling costs) yaitu semua
biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar supaya produk
sampai ketangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan
piutang dari pembeli.
Dari kedua golongan biaya pemasaran tersebut, order-getting costs ini
mempengaruhi laba. Selain itu sifat biaya pemasaran berbeda dengan biaya
produksi.hasil dari biaya produksi yang timbul dapat langsung dilihat melalui
barang/jasa yang dihasilkannya, sedangkan biaya pemasaran hasilnya tidak
dapat dilihat, tetapi setelah beberapa waktu hasilnya mungkin baru dapat
dirasakan. Selain itu biaya produksi dapat dibebankan secara langsung
kepada produk yang dihasilkan, sedangkan biaya pemasaran merupakan
biaya periode yang dibebankan pada periode biaya tersebut dikeluarkan.
Pengertian biaya pemasaran menurut Supriyono (1998, 201) adalah sebagai
berikut :
β Semua biaya yang terjadi dalam rangka memasarkan produk barang
dagangan, dimana biaya tersebut timbul dari saat produk atau barang
dagangan siap djual sampai dengan diterimanya hasil penjualan
menjadi kas.β
Bila hasil penjualan produk dalam jumlah besar maka umumnya
rencana pelaksanaan pemasaran dapat dikatakan berhasil, namun sebenarnya
kurang mencukupi untuk secara evaluasi bagi manajemen. Untuk itu
perusahaan harus menganalisis biaya pemasaran, dapat digunakan untuk
menentukan secara terperinci besarnya kemampuan daerah pemasaran jenis
produk dan pelanggan dalam menyumbangkan keuntungan kepada
perusahaan secara keseluruhan.
Dalam proses hasil dari aktivitas manajemen selalu terdapat dua aspek
penting yang berkaitan dengan aktivitas tersebut, yaitu efisiensi dan
efektivitas. Sesuai dengan materi yang dibahas, maka penulis akan
membatasi penelitian hanya pada pembahasan masalah efisiensi.
Pada dasarnya efisiensi suatu organisasi dapat dirumuskan dengan
memperhatikan kapasitasnya (kemampuannya) untk memeperoleh hasil dari
sejumlah biaya, berupa pengeluaran uang atau dana tertentu. Pendeknya
mengadakan perbandingan antara input (biaya) dan output (hasil).
Pengertian efisiensi menurut Athony dan Vijay Govindarajan (1998,
131) dalam bukunya Manajemen Control System adalah sebagai berikut:
βEfficiency is the ratio of output to inputs,or the amount of output per unit
to input.β
Sedangkan pengertian efisiensi menurut Abdul Halim, Ahmad Tjahjono,
dan Muh. Fukri Husein (1994, 64) adalah sebagai berikut:
βEfisiensi adalah rasio antara output terhadap input atau jumlah output
per unit dibandingkan input.β
Dari pengertian-pengertian efisiensi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk melihat sejauh mana prestasi efisiensi dari masing-masing unit
organisasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara biaya
sesungguhnya dengan anggaran yang telah disusun. Apabila biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan lebih kecil dari biaya yang dianggarkan, maka
prestasi efisiensi dapat dikatakan baik.
Adapun hipotesis sementara yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah: βApakah biaya pemasaran dapat meningkatkan efektivitas
pencapaian laba?β
1.6. Alokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos
V yang berlokasi di Jln Pahlawan No.87 Bandung.
Adapun waktu yang dialokasikan dari bulan Agustus 2001 sampai
dengan bulan Desember 2001.
No Kegiatan Agustus September Oktober Nopember Desember
1 Proposal Masuk X
2 Pengumpulan Data X X X
3 Penyusunan materi
X X X
dan Bimbingan
Tabel: 1.6. Alokasi Waktu Penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya
2.1.1. Pengertian Akuntansi
Menurut Abdullah Shahab (1994, 1) pengertian akuntansi sebagai berikut:
βProses pengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi
ekonomi, guna memungkinkan melakukan penilaian dan pengambilan
keputusan oleh pemakai informasi tersebut.β
Dari definisi diatas akuntansi dapat ditinjau dari dua bidang yaitu:
a. Dari segi bidang ilmu akuntansi berarti suatu keseluruan pengetahuan
yang bersangkutan dengan fungsi menghasilkan informasi keuangan
dari suatu unit organisasi kepada pihak yang berkepentingan sebagai
dasar pengambilan keputusan.
b. Dari segi proes dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan,
penyortiran, penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan
penyajian transaksi keuangan dengan cara tertentudari suatu unit
organisasi.
Adapun pengertian dari akuntansi menurut Kieso dan Weygandt
(1995, 5), adalah:
βAccounting provides interested parties with quantitative financial
information that helps them to make decisions about the deployment and
use of resources in bussiness as well as non bussiness entities. As an
analitical disipline, it it identifies the mass of event and transactions that
characterize economic activity. Through measurement, classification, and
summarization, it reduces those data to relatively few, highly, significant,
and interrelated items. When properly assembled and reported, those items
describe the financial condition, result of operations, and cash flows of
spesific economi entity. As an information system, it collects and
communicates economic information about business enterprise or other
entity to a wide variety of persons whoose decisions and actions are related
to the activity.β
Sementara itu Mulyadi (1993, 2) juga menyampaikan definisi
akuntansi sebagai berikut:
βAkuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk
menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk
memungkinkan pengambilan keputusan melakukan pertimbangan
berdasarkan informasi dalam mengambil keputusan.β
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi
(economy information), dari suatu kesatuan ekonomi (economy entity) kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh
akuntansi, berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun
dilluar perusahaan.
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan
suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian transaksi
serta kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya.
Kesimpulan dari kegiatan akuntansi adalah untuk:
1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu
pengambilan keputusan
2. Pemprosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi
yang dihasilkan.
3. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan
2.1.2. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 tipe: akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan
akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe akuntansi tersebut, namun
merupakan bagian dari keduanya.
Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (1993, 6), adalah:
βProses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajan biaya
pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu,
serta penafsiran terhadapnya.β
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta
penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut
ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya
harus memperhatikan karakteristik keuangan. Dengan demikian akuntansi
biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus
memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen.
2.2 Biaya
2.2.1. Pengertian Biaya
Pengertian mengenai biaya (expense) sangatlah penting, karena biaya
merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba
perusahaandisamping komponen lainnya yaitu pendapatan.
Menurut Mulyadi (1993,8) pengertingan akuntansi biaya adalah
sebagai berikut :
βDalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.β
Dalam arti sempit, biaya menurut Mulyadi dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan
pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.
Dari definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya merupakan
pengurangan aktiva atau penambahan utang atau perpaduan dari keduanya
dalam suatu periode tertentu, yang terjadi akibat dari penyerahan barang atau
jasa baik terkait secara langsung dalam upaya menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan aktiva perusahaan melalui perolehan laba.
2.2.2. Penggolongan Biaya
Untuk menyajikan informasi biaya yang bermanfaat pada berbagai
tingkatan manajemen, akuntansi manajemen harus dapat menggolongkan
biaya sesuai dengan informasi yang diperlukan oleh manajemen. Kebutuhaan
informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara penggolongan biaya
sehingga dikenal konsep penggolongan biaya yang bebeda untuk tujuan yang
berbeda (differentcost classifications for different purpose).
Menurut Supriyono, (1996, 14) biaya dapat digolongkan menjadi berbagai
cara pokok,yaitu :
1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok aktivitas perusahaan
2. Penggolongna biaya sesuai dengan produk dan biaya periode.
3. Penggolongan biaya berdasarkan perilaku biaya.
4. Penggolongan biaya berdasar obyek dan pusat biaya.
5. Penggolongan biaya berdasar periode akuntansi dimana biaya
dibebankan.
6. Pengglongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya.
7. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan.
Pada dasarnya penggolongan biaya menurut Supriyono tidak jauh
berbeda dengan penggolongan biaya menurut para ahli lainnya, dimana
perusahaan dapat menggunakan penggolongan biaya menurut siapa saja
sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan perusahaan.
Sedangkan menurut Mulyadi, (1993, 4 ) biaya dapat digolongkan
menurut :
1. Obyek pengeluaran.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku biaya dlaam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan.
5. Jangka waktu manfaatnya.
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penggolongan Biaya menurut Obyek Pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar,
maka semua pengeluaran yang berhubugan dengan bahan bakar disebut
βbiaya bahan bakarβ.
2. Penggolongan Biaya menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok, yaitu funsi produksi,
pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam
perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
a. Biaya Produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya biaya depresiasi mesin dan
ekuipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan
yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak
langsung berhubungan dengan proses produksi.
b. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan
dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian
yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).
c. Biaya Administrasi dan Umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian
keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan serta biaya fotocopy.
3. Penggolongan Biaya menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannnya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan :
a. Biaya Langsung (direct costs)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.
b. Biaya Tidak Langsung (inderect costs)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannyadengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini
tiadk mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua:
biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam
hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan yaitu,
biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.
4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya
Dengan Perubahan Volume Kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi :
a. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegitan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume produksi
tertentu.
d. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu. Misalnya biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
5. Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
penggolongan modal dan pengeluaran pendapatan.
a. Pengeluaran Modal (capital expenditures)
Pengeluran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi (biaya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga
pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati
manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi.
Misalnya pengeuaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva
tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-
besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.
b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expendeture)
Pengeluaran pendapatan adlah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat
terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya
tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan,
biaya telex dan biaya tenaga kerja.
2.2.3. Pengukuran Biaya
Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai pengkuran biaya.
Pendapat pertama bertitik tolak dari anggapan bahwa pengukuran besarnya
harus didasarkan atas nilai barang dan jasa yang digunakan dalam operasional
perusahaan. Pendapat kedua menekankan pada pelaporan arus kas
perusahaan, mengajukan bahwa biaya harus diukur berdasarkan transaksi
yang dilakukan perusahaan.
Pada dasarnya tujuan pengukuran biyaa adalah untuk mengukur jumlah
barang dan jasa yang digunakan dalam upaya menghasilkan pendapatan,
kemudian diklarifikasikan bagian mana yang layak dibebankan pada periode
berjalan dan bagian yang akan dibebankan pada periode mendatang.
Terdapat beberapa metode pengukuran biaya yang umum digunakan,
sebagaimana diungkapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (1996, 16)
adalah:
1. Harga Perolehan (Historical Cost)
Alasan memilih metode ini adalah karena biaya historis diasumsikan dapat
diversifikasi untuk menggambarkan pengeluran tunai perusahaan yang
sekaligus dianggap dapat menunjukkan nilai tukar barang dan jasa pada
waktu diperoleh. Ciri pokok dari argumentasi ini adalah bahwa manajemen
menganggap nilai barang dan jasa setidak-tidaknya sebesar harga
perolehan. Apabila barang dan jasa berubah menjadi berharga melebihi
biaya historis, kelebihan ini menggambarkan keuntungan perusahaan.
2. Harga Berlaku (Current Prices)
Metode ini beralasan, karena pendapatan biasaya diukur berdasarkan harga
pasar atau sedang berlaku, maka biaya yang ditandingkan terhadap
pendapatan harus juga diukur berdasarkan harga berjalan dari barang dan jasa
yang digunakan dalam suatu proses produksi. Laba yang berasal dari
transaksi penjualan adalah kelebihan uang kas atau hak yang diterima atas
jumlah sumber daya yang digunakan. Pengukuran biaya berdasarkan harga
pasar memiliki keuntungan karena membedakan :
a. Laba yang timbul dari transaksi
b. Keuntungan ada yang timbul karena menahan aktiva sebelum aktiva
sebelum berjalan.
3. Biaya Opportunitas (Ekuivalen Kas) Pada Saat Berjalan
Harga likuidasi atau ekuivalen nilai kas saat berjalan dianggap relevan
dalam pengukuran biaya berdasarkan alasan sebagai berikut:
a. Harga likuidasi atau ekuivalen nilai kas saat berjalan menunjukkan
biaya oppurtunitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tertentu.
b. Harga perolehan pengganti yang sedang berlaku menggambarkan
harga perolehan pada waktu penggunaan, sehingga memungkinkan
peramalan yang lebih baik terhadap hasil kegiatan perusahaan pada
masa yang akan datang.
2.3. Pemasaran dan Biaya Pemasaran
2.3.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Stanton (1991, 5) pemasan mempunyai makna sebagai berikut:
βMarketing is total system of business activities designed to plan, price,
promote and distribute want-satisfying products to target markets to
achieve organizational objectives.β
Dari pengertian yang diemukakan oleh Stanton yang dialihbahasakan oleh
Yohanes Lamanto, mempunyai beberapa pengertian penting, yaitu:
1. Merupakan definisi sistem yang manajerial.
2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi kepasar atau
konsumen, keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara
efektif.
3. Pemasaran adalah proses yang dinamis sebuah proses integral yang
menyeluruh, bukan gabungan aneka fungsi yang teurai. Pemasaran
bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan, pemasaran adalah
hasil interaksi dari berbagai kegiatan.
4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak
terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan,
mungkin beberapa waktu setelah penjualan dilakukan.
5. Agar berhasil, pemasaran harus memaksimalkan penjualan penjualan
yang menghasilkan laba dalam jangka panjang, jadi pelanggan harus
benar-benar merasa kebutuhannya dipenuhi agar supaya perusahaan
memmperoleh kesinambungan yang biasanya sangat vital bagi
keberhasilan.
Sedangkan menurut Kottler (1994,6) pemasaran didefinisikan sebagai
berikut:
βMarketing is a social process by which individuals and groups obtain what
they need and want through creating and exchanging product and and
value with others.β
Pengertian yang dikemukakan oleh Kottler mengakui bahwa
manajemen adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Pada sisi lain, pemasaran sering dianggap sebagai kegiatan distribusi
belaka yaitu kegiatan usaha yang mengarahkan barang dan jasa dari produsen
ke konsumen. Anggapan tersebut kurang tepat karena tidak dapat
memberikan gambaran apa sebenarnya peranan dari pemasaran dalam
menentukan, barang atau jasa yang diinginkan tersebut.
Dari pendapat-pendapat diatas, pemasaran dapat didefinisikan sebagai
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.
Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan keterampilan,
oleh karenanya memerlukan manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran
dapat terjadi dalam organisasi dengan semua pasarnya dan bertugas
mempengaruhi tingkat waktu dan komposisi permintaan untuk membantu
perusahaan mencapai sasarannya.
Oleh karena pentingnya pemasaran ini, maka banyak perusahaan yang
menekankan kegitan pemasaran sebagai salah satu aktivitas utama
perusahaan. Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain, maka pemasaran
membutuhkan biaya atau pengorbanan sumber-sumber ekonomi untuk
melaksanakan aktivitasnya. Pengorbanan ini dikenal sebagai biaya pemasaran
2.3.2. Pengertian Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran mempunyai pengertian yang berbeda dalam arti
sempit dan luas. Menurut Mulyadi (1993,529) dalam arti sempit biaya
pemasaran adalah sebagai berikut:
βDalam arti sempit biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya
sebagai biaya penjualan, yaotu biaya-biaya yang dikeluarkan
untukmenjual produk kepasar. Dalam arti sempit ini biaya pemasaran
hanya meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan sejak produk jadi
dikirimkan kepada pembeli sampai dengan produk diterima oleh
pembeli.β
2.3.3. Penggolongan Biaya Pemasaran
Secara garis besar biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi dua
golongan, sebagaimana disebutkan oleh Mulyadi (1993, 530), yaitu:
1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting costs), yaitu semua
biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan.
Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya gaji
wiraniaga, komisi penjualan, advertansi dan promosi.
2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs), yaitu semua
biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai
ke tangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang
dari pembeli. Contoh biaya yang termasuk kedalam golongan ini
adalah biaya pergudangan, biaya pembungkusan, biaya pengiriman,
biaya angkutan dan biaya penagihan.
Sedangkan menurut fungsi atau kegiatan pemasaran, biaya pemasaran
dapat digolongkan, sebagaimana disebutkan oleh Mulyadi (1993, 530)
sebagai berikut:
1. Fungsi Penjualan
2. Fungsi Advertensi
3. Fungsi Pergudangan
4. Fungsi Pembungkusan dan Pengiriman
5. Fungsi Kredit dan Penagihan
6. Fungsi Akuntansi Pemasaran.
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Fungsi Penjualan
Fungsi penjualan terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang
diterima dari pelanggan. Biaya fungsi penjualan terdiri dari gaji karyawan
fungsi penjualan, biaya depresiasi kantor dan biaya sewa kantor.
2. Fungsi Advertensi
Fungsi ini terdiri dari kegiatan perancangan dan pelaksanaan kegiatan order
getting melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi ini terdiri dari
karyawan fungsi advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi dan
biaya contoh.
3. Fungsi Pergudangan
Fungsi ini terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk
dijual. Biaya fungsi ini terdiri dari gaji karyawan gudang, biaya depresiasi
gudang dan biaya sewa gudang.
4. Biaya Pembungkusan dan Pengirman
Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembungkusan produk dan pengiriman produk
kepada pembeli. Biaya fungsi ini adalah biaya bahan pembungkus, biaya
pengiriman, biaya depresiasi kendaraan dan biaya operasi kendaraan.
5. Fungsi Kredit dan Penagihan.
Fungsi ini terdiri dari kegiatan pemantauan keuangan pelanggan dan
penagihan piutang dari pelanggan. Biaya fungsi dan penagihan terdiri dari
gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang dan
potongan tunai.
6. Fungsi Akuntansi Pemasaran.
Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan terdiri
dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan akuntansi
penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji karyawan fungsi akuntansi
pemasaran dan biaya kantor.
2.3.4. Karakteristik Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran sangat bervariasi, bahkan untuk perusahaan yang sejenis.
Hal ini disebabkan karena sangat bervariasinya kegiatan pemasaran. Biaya
pemasaran seringkali mengalami perubahan, karena seringkalinya perubahan
kegiatan pemasaran untuk menyesuaikan dengan perubahan pasar.
Biaya pemasaran mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya
produksi. Karakteristik biaya pemasaran menurut Mulyadi (1993, 531)
adalah sebagai berikut:
1. Banyak ragam kegiatan ditempuh oleh perusahaan dalam
memasarkan produknya, sehingga yang sejenis produknya belum
tentu menempuh cara pemasaran yang sama.
2. Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan
tuntutan perubahan kondisi pasar.
3. Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang
merupakan variabel yang dikendaliakn oleh perusahaan.
Manajemen dapat mengendalikan biaya tenaga kerja, biaya bahan
baku, jam kerja dan jumlah mesin yang digunakan, tetapi tidak
seorangpun dapat mengatakan apa yang akan digunakan oleh
konsumen.
4. Dalam biaya pemasaran terdapat biaya tdak langsung dan biaya
bersama (joint costs) yang lebih sulit pemecahannya bila
dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi.
2.4. Efisiensi dan Analisis Biaya Pemasaran
2.4.1. Pengertian Efisiensi
Masalah efisiensi dan efektivitas didalam melaksanakan suatu aktivitas
perusahaan merupakan dua hal yang paling berhubungan erat walaupun tidak
selalu sejalan, karena mungkin untuk mencapai tingkat efisiensi yang
dikehendaki, efektivitas haruslah dibatasi dan kegiatan tersebut haruslah
terlebih dahulu ditetapkan tujuan yang jelas.
Pada dasarnya efisiensi suatu organisasi dapat dirumuskan dengan
memperlihatkan kapasitasnya (kemampuannya) untuk memperoleh hasil dari
sejumlah biaya, berupa pengeluaran uang atau dana tertentu. Dengan kata lain
mengadakan perbandingan antara input (biaya) dan output (hasil).
Beberapa ahli mngemukakan pendapatnya mengenai efisiensi, yaitu
diantaranya:
Menurut Alvin Arens dan James K. Loebbecke, yang dialihbahasakan oleh
Ilham Tjakra Kusuma dan Herman Wibowo dalam bukunya Auditing
Pendekatan Terpadu (1995, 435), mendefinisikan efisiensi adalah sebagai
berikut:
βEfisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi, sedangan efektivitas mengacu kepada
pencapaian tujuan tersebutβ.
Peter Salim dan Yenny Salim dalam bukunya Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer (1991, 378), mendefinisikan efisiensi sebagai berikut:
βEfisiensi adalah keteapatan cara, usaha dalam menjalankan suatu
dengan tidak membuang-buang suatu (sebagai contoh: tidak
membuang-buang tenaga, waktu dan biaya).β
Sedangkan Komarudin dalam bukunya Ensiklopedia Manajemen (1994,
269), memberikan efisiensi, yaitu:
βRasio antara hasil yang diperoleh dengan unsur manajemen yang
dipergunakan perbandingan keluaran terhadap masukanβ.
Pengertian efisiensi dikemukakan juga oleh Supriyono dalam bukunya
Akuntansi Manajemen I, Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses
Perencanaan (1991, 26), yaitu:
βEfisiensi adalah rasio atau perbandingan antara keluaran terhadap
keluaran (output) dengan masukan (input)β.
Dalam kaitannya dengan pusat-pusat pertanggungjawaban, Supriyono
menjelaskan efisiensi sebagai berikut:
βEfisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan suatu pusat
pertanggungjawaban, dikatakan efisiensi jika pusat
pertanggungjawaban tersebut:
1. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan lebih kecil
untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.
2. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama
untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih
besarβ.
Adapun James L. Gibson, John M. Ivanavisch, dan James H.
Donnely Junior dalam bukunya Organization (1993, 31) yang
dialihbahasakan oleh Djorban Wahid, menyebutkan syarat-syarat
pencapaian efisiensi dan efektivitas yang memadai adalah:
1. Adanya penetapan tujuan pelaksanakan yang jelas
2. Adanya pedoman teknis yang berupa kebijaksanaan program,
prosedur dan standar pelaksanaan kegiatan yang memadai.
3. Adanya pola komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan.
4. Adanya prosedur pengawasan yang memadai.
5. Harus menggambarkan siklus input β proses β output, tidak hanya
output saja.
6. Adanya hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan
yang lebih luas tempat hidupnya organisasi.
Unsur efisiensi juga dapat dilakukan dengan membandingkan output
tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, dengan catatan bahwa sumber atau
biaya yang digunakan adalah sama. Apabila keluaran atau output tahun
sekarang lebih besar dari tahun sebelumnya berarti prestasi efisiensi dicapai
oleh organisasi tersebut. Prestasi tersebut bisa dicapai antara lain melalui
pengelolaan aktivitas misalnya dengan menghilangkan biaya bukan
penambah nilai (non value added) dan mencurahkan biaya pada biaya
penambah nilai (value added)
2.4.2. Anggaran Sebagai Alat Efisiensi Biaya Pemasaran
Adanya anggaran merupakan salah satu kondisi yang menunjang
terlaksananya penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Agar anggaran
dapat lebih dipahami maka terlebih dahulu penulis menguraikan pengertian
anggaran.
Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu. Untuk perusahaan
umumnya tujuan tersebut adalah untuk memperoleh laba, karena dapat
dikatakan bawa tujuan utama perusahaan pada umumnya memaksimalkan
laba.
Tujuan tersebut dapat tercapai jika semua aktiva perusahaan yang akan
dilakukan disusun secermat mungkin. Pelaksanaan perencanaan ini harus
dapat dikendalikan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan kesetiap bagian
organisasi. Untuk itulah anggaran disusun sebagai penjabaran serta kuantitatif
dari rencana yang dilaksanakan.
Banyak ahli ekonomi memberi pengertian tentang anggaran diantaranya
menurut Marinus Sinaga (1991, 14) anggaran adalah:
1. Anggaran sebagai alat penaksiran
2. Anggaran sebagai alat perencanaan (penentu arah)
3. Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otorisasi.
4. Anggaran sebagai monitor pengeluaran dana / kas atau dengan kata
lain anggaran sebagai alat pengendalian.
5. Anggaran sebagai alat pengukur efisiensiβ.
Masβud Machfoedz (1993, 5) anggaran adalah sebagai berikut:
βAnggaran Adalah suatu rencana yang terkoordinasi, menyeluruh dan
dinyatakan dalam satuan uang, mengenai kegiatan operasi dan
penggunaan sumber-sumber daya perusahaan untuk periode tertentu
pada waktu yang akan datang.β
Sedangkan menurut Supriyono (1993, 251) anggaran adalah sebagai berikut:
βAnggaran adalah rencana yang disusun secara kuantitatif umumnya
dalam ukuran satuan moneter yang mencakup jangka waktu tertentu
yang biasanya satu tahun.β
Anggaran sebagai alat perencanaan dalam efisiensi, maksudnya bahwa
angka standar dalam anggaran merupakan hasil perencanaan dan sekaligus
sebagai alat efisiensi dalam pengeluaran.
Tujuan anggaran adalah sebagai suatu pedoman atau arah bagi
manajemen perusahaan untuk sasaran atau pengharapan tentang laba, arus
kas, posisi keuangan masa depan dan rencana pendukung.
Dalam satuan perusahaan anggaran dari setiap pusat
pertanggungjawaban disusun dalam satu paket anggaran yang lengkap atau
master budget. Anggaran dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya
mungkin dan dapat menekan keterbatasan sekecil mungkin.
Maka anggaran yang baik menurut Supriyono (1993, 19) harus
memenuhi syarat-syarat yaitu:
1. Organisasi perusahaan yang sehat
2. Sistem akuntansi yang memadai.
3. Penelitian dan analisis
4. Dukungan para pelaksana.
2.4.3. Analisis Biaya Pemasaran
Analisis biaya pemasaran bertujuan untuk penentuan harga pokok
produk, pengendalian biaya, perencanaan dan pengarahan kegiatan
pemasaran. Menurut Mulyadi (1993, 532) cara analisis biaya pemasaran
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya atau obyek
pengeluaran
2. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran
3. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran.
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Jenis Biaya
Dalam analisis ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis
biaya pemasaran seperti: gaji, biaya iklan, biaya perjalanan, biaya
depresiasi peralatan kantor, biaya operasi dan pemeliharaan truk dan
sebagainya. Dengan cara analisis ini, manajemen dapat mengetahui
rincian rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat memperoleh
informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan pemasaran tertentu. Oleh karena itu cara analisis ini hanya baik
dilakukan jika manajemen tidak menghadapi masalahpengukuran
efisiensi kegiatan pemasaran tertentu, kemampuan tiap-tiap produk yang
terjual dalam menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan
kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap daerah pemasaran.
2. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang memerlukan
pengeluaran biaya. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran
bertujuan untuk mengendalikan biaya dan untuk analisis biaya pemasaran
menurut usaha pemasaran. Langkah analisis biaya pemasaran menurut
fungsi pemasaran adalah sbb:
a. Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat
ditentukan secara tepat manajer yang bertanggungjawab untuk
melaksanakan fungsi tersebut.
b. Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan
fungsinya.
c. Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap
fungsi.
d. Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran yang
dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang
dihasilkan oleh fungsi yang bersangkutan.
Biaya persatuan kegiatan pemasaran tersebut dipakai sebagai biaya
standar dan digunakan untuk mengendalikan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
3. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Usaha Pemasaran
Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya dan fungsi pemasaran
berguna untuk mengendalikan biaya, tetapi membantu dalam
mengarahkan kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran tidak akan efektif
jika tidak ada pengarahan yang baik, oleh karena itu perlu diadakan
analisis biaya pemasaran yang dapat menyajikan informasi kepada
manajemen mengenai kemampuan usaha pemasaran tertentu dalam
menghasilkan laba.
Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran ini dapat dibagi menjadi
sbb:
- Menurut jenis produk
- Menurut daerah pemasaran
- Menurut besar pesanan
- Menurut saluran distribusi
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sbb:
1. Analisis Menurut Jenis Produk
Untuk perusahaan yang menjual beberapa jenis produk yang berbeda, dapat
menganalisis pusat laba berdasar jenis produk atau jasa yang dijual. Dari
analisis ini akan diperoleh informasi yang bermanfaat untuk:
a) Menentukan kemampuan tiap-tiap jenis produk dalam menghasilkan laba.
b) Membantu dalam memperkirakan pengaruh perubahan produk dan
metode penjualan produk terhadap biaya dan laba.
c) Memberikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan penentuan
harga jual produk.
Analisis berdasarkan jenis produk ini umumnya lebih memuaskan jika
penentuan profitabilitasnya menggunakan konsep harga pokok variabel,
karena konsep tersebut dapat mengukur besarnya batas kontribusi setiap jenis
produk didalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Dalam hal ini
produk yang tidak dapat menghasilkan laba belum tentu dihentikan
penjualnya asalkan produk tersebut masih menghasilkan batas kontribusi,
kecuali bila memilih alternatif lain yang lebih menguntungkan, misalnya
dapat diganti dengan menjual produk lain yang dapat memberikan total batas
kontribusi yang lebih besar.
Untuk kepentingan analisis biaya pemasaran menurut jenis produk, perlu
diadakan penggolongan jenis produk dengan salah satu cara sebagai berikut:
a) Penggolongan produk menurut sifat produk.
b) Penggolongan produk menurut cara pembungkusannya.
c) Penggolongan produk menurut cap dagang.
d) Penggolongan produk menurut cara penggunaan produk oleh
pelanggan.
2. Analisis Menurut Daerah Pemasaran
Analisis berdasarkan daerah pemasaran dilakukan apabila perusahaan
menjual produknya kedaerah yang cukup luas. Analisis ini bermanfaat untuk:
a) Pengendalian biaya pemasaran yang terjadi dalam tiap-tiap daerah
pemasaran.
Penentuan Profitabilitas
Analisis berdasarkan saluran distribusi akan dapat menunjukkan
informasi kepada manajemen tentang kemampuan menghasilkan laba dari
setiap saluran distribusi yang ada.
Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya penjualan lebih ditekankan kepada efektifitas penjual
didalam menghasilkan laba. Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh didalam melakukan analisis biaya pemasaran baik menurut
jenis produk, daerah pemasaran, besar pesanan, maupun menurut saluran
disribusi adalah sbb:
Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya.
Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan.
Menggolongkan jenis biaya pemasaran ke dalam biaya langsung,
biaya setengah dan biaya tak langsung.
Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran.
Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan yang diperoleh
dari pengeluaran biaya tersebut, untuk setiap jenis produk, daerah
pemasaran, besar order atau saluran distribusi.
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sbb:
1. Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya
Fungsi pemasaran dimana jenis biaya dapat dialokasikan, terdiri dari
fungsi pemasaran penjualan, pergudangan, pembungkusan dan
pengiriman, advertensi, kredit dan penagihan serta
akuntansi/administrasi pemasaran.
2. Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan
Tujuannya adala untuk memilih metode menurut jenis usaha pemasaran
yang akan dianalisis.
3. Menggolongkan jenis biaya pemasaran kedalam : biaya kangsung,
biaya setengah dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu. Dalam analisis
biaya pemasaran yang terjadi dalam daerah pemasaran pemasaran
tertentu merupakan biaya langsung.
Biaya setengah langsung (semidirect costs) adalah biaya-biaya yang
mempunyai hubungan jelas dengan beberapa fungsi atau kegiatan
pemasaran. Biaya setengah langsung dapat dialokasikan sesuai dengan
jasa yang diberikan.
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak memiliki hubungan
yang jelas dengan fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu. Jenis biaya
ini sukar dialokasikan karena dasar alokasinya sangat kabur. Dalam
analisis biaya pemasaran, biaya ini tidak perlu dialokasikan bilamana
tidak dapat ditentukan dasar alokasi yang masuk akal.
4. Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran
Untuk biaya langsung dengan sendirinya tidak perlu dialokasikan karena
jasa yang diberikan oleh biaya ini jelas hanya untuk bagian atau objek
tertentu. Sedangkan biaya setengah langsung perlu dicarikan dasar
alokasi yang adil agar tiap-tiap bagian atau objek menerima beban yang
wajar. Dasar alokasi dapat ditentukan tidak untuk setiap jenis biaya
pemasaran, tetapi untuk tiap-tiap fungsi pemasaran seperti disajikan
dalam tabel 2.1
Fungsi Pemasaran Dasar Alokasi yang Dapat Digunakan
Penjualan Jumlah rupiah hasil penjualan
Jumlah panggilan pelanggan untuk
setiap penjual
Waktu kerja penjual
Pergudangan Luas lantai gudang
Perbandingan jumlah produk yang dijual
Ukuran, volume atau berat produk yang dikelola
Waktu dan volume rata-rata produk
yang disimpan
Pembungkusan dan Pengiriman Berita produk yang dikirim dengan jarak tempuh pengiriman
Rata-rata tertimbang antara ukuran
dan kantitas produk yang dikirim
Kuantitas produk yang dikirim
Frekuensi pengiriman
Advertensi Kuantitas produk yang dijual
Jumlah rupiah penjualan
Sirkulasi media yang dipakai
Luas kolom advertensi disurat kabar atau majalah
Lamanya waktu advertensi dimedia radio atau televisi
Kredit dan penagihan Frekuensi penjualan kredit
Frekuensi penagihan
Jumlah langganan
Jumlah rupiah penjualan
Jumlah faktur penjualan
Akuntansi Pemasaran Jumlah pesanan pembeli
Frekuensi transaksi penjualan
Sumber : Mulyadi (1993, 535)
Tabel 2.1 : Dasar alokasi biaya fungsi pemasaran
5. Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan yang diperoleh
dari pengeluaran biaya tersebut.
Untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order atau saluran
distribusi, dengan cara :
- Menghitung laba bruto
- Menghitung biaya pemasaran
2.5. Laba
2.5.1. Pengerian Laba
Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh
laba. Besarnya laba perusahaan dihitung dengan memperhitungkan secara
layak semua penghasilan dengan semua biaya (proper matching of revenue
with expenses) didalam satu periode akuntansi yang sama.
Keberhasilan manajemen didalam jangka pendek dapat dilihat apakah
laba yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rencana
laba yang semua ingin dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang
dianggarkan (dibudgetkan), atau standar laba, atau paling tidak ada laba pada
periode akuntansi sebelumnya.
Pada umumnya kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan
berkembang dapat dilihat dari besarnya laba yang diperoleh perusahaan
tersebut. Laba yang digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaan.
Pengertian laba menurut Belkoui yang dikutip oleh Sofyan (1997, 147),
adalah:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat βperiodeβ laba itu artinya
merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada Prinsip Revenue yang memerlukan
batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam
bentuk biaya histioris yang dikeluarkan perusahaan untuk
mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip βmatchingβ artinya hasil
dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang
sama.β
Adapun laba menurut Hendriksen (1990, 138), adalah:
β Earning... are based on comventions and rules that shoud be logical and
enternally consistent, even though they may not mesh with economists
nations of income.β
FASB Statement of Accounting Concept No.1 menganggap bahwa laba
akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan
bahwa laba akuntasni dapat digunakan dalam prediksi arus yang akan
datang.
Dalam kaitannya dengan skripsi ini, peningkatan efisiensi dapat
dilakukan dengan cara menekan biaya yang terjadi diperusahaan dengan
menekan biaya maka diharapkan laba meningkat.
2.5.2. Jenis Laba
Ada empat jenis laba yang harus diperhatikan menurut Kieso &
Weygant (1992, 120) yang dialih bahasakan oleh Binarupa Aksara adalah :
1. Laba Kotor
2. Laba Operasi
3. Laba dikurangi Sebelum Pajak
4. Laba bersih atau Laba Dikurangi Pajak
Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Laba Kotor
Laba kotor adalah selisih antara hasil penjualan dengan harga pokok produksi
barang yang dijual.
2. Laba Operasi
Laba operasi adalah laba kotor setelah diurangi dengan beban biaya penjualan
dan administrasi.
3. Laba Sebelum Dikurangi Pajak
Jenis laba ini diperoleh dengan menambahkan laba operasi dengan
pendapatan atas keuntungan lain-lain dan dikurangi dengan beban atau
kerugian diluar operasi perusahaan.
4. Laba Bersih atau Laba dikurangi Pajak.
Laba berih merupakan hasil pengurangan laba sebelum dikurangi pajak dan
pajak penghasilan dari laba iniah yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham.
2.5.3. Kegunaan Laba
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999, 251) kegunaan laba dijelaskan
sebagai berikut :
βLaba rugi merupakan laporan untuk menentukan kinerja dari suatu
perusahaan selama suatu periode tertentu, informasi tertentu, kinerja
suatu perusahaan, terutama tentang sumber ekonomi yang akan dikelola
oleh suatu perusahaan yang akan datang. Informasi tersebut seringkali
digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas dimasa yang
akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga
penting dalam hal ini.β
Dalam pengertian diatas laba merupakan penentu kinerja dari suatu
perusahaan pada periode tertentu dan menghasilkan informasi untuk periode
berikutnya.
2.5.4. Pengukuran Laba
Menurut Bedford, Dearden, Anthony yang diterjemahkan oleh Agus
Maulana (1992, 273) pengukuran laba dapat dilakukan dengan lima cara
yaitu:
1. Marjin Kontribusi
2. Laba Divisi Langsung
3. Laba Divisi Yang Terkendali
4. Laba sebelum Pajak
5. Laba Bersih
1. Marjin Kontribusi
Adanya kenyataan bahwa sesungguhnya sebagian dari biaya tetap tersebut
ada yang dapat dikendalikan seluruhnya, dan hampir seluruh biaya-biaya
tetap tersebut dapat dikendalikan sebagian.
2. Laba Divisi Langsung
Cara pengukuran ini memperlihatkan seberapa besar kontribusi yang dapat
diberikan oleh divisi tersebut terhadap biaya-biaya umum dan tingkat laba
perusahaan secara keseluruhan.
3. Laba Divisi Yang Terkendali
Biaya-biaya yang terkendali ini termasuk biaya-biaya kantor pusat yang
terkendali.
4. Laba sebelum Pajak
Semua biaya-biaya sebelum pajak dialokasikan kepada beberapa divisi. Dasar
pengalokasianmya menggambarkan secara relatif besarnya biaya yang terjadi
untuk setiap divisi, atau dengan kata lain hal ini menggambarkan besarnya
manfaat yang diterima oleh masing-masing divisi.
5. Laba Bersih
Hanya sedikit perusahaan-perusahaan yang menggunakan dasar pengukuran
tingkat laba diantara divisi-divisisnya dengan menggunakan data laba bersih.
Sedangkan menurut Hendriksen (1990, 139-140) pengukuran laba melalui
dua pendekatan yaitu :
β1. The Transaction Approach
2. The Activities Approachβ
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Hendriksen yang
dialihbahasakan oleh Nugroho mempunyai beberapa pengertian penting
yaitu :
1. Pendekatan Transaksi
Pendekatan ini melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan
kewajiban bahwa perubahan ini hanya merupakan akibat dari transaksi.
2. Pendekatan Kegiatan
Pendekatan ini berfokus pada deskripsi kegiatan pemasaran dari pada
pelaporan transaksi. Artinya, laba diangggap tmbul bila kegiatan atau
kejadian tertentu terjadi, dan bukan hanya sebagai hasil transaksi tertentu.
2.5.5. Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang untuk mengendalikan pendapatn dan pusat pertanggungjawaban
tersebut karena laba yang merupakan selirih antara pendapatan dan biaya,
tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka laba perlu
dibandingkan dengan investasi yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
dibandingkan dengan investasi yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Dengan demikian untuk mengukur kinerja pusat laba umumnya
digunakan dua ukuran yang digunakan untuk menghasilkan laba. Ukuran ini
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pusat laba produktivitas.
Prestasi keuangan dari suatu pusat pertanggungjawaban di ukur menurut
keuntungan, maka pisat pertanggungjawaban tersebut dinamakan βpusat
Labaβ (Profit Centers).
Adapun pusat-pusat laba menurut Bedford, Dearden, Anthony yang
diterjemahkan oleh Agus Maulana (1992, 268-270) adalah :
β1. Pemasaran
2. Manufaktur/Pabrikasi
3. Organisasi Pelayanan Jasa
4. Oarganisasi-organisasi lainnya.β
1. Pemasaran
Setiap kegiatan fungsional pemasaran dapat kita lakukan sebagai pusat
tersendiri, dengan jalan membebankan biaya pembuatab produk/jasa yang
akan dipasarkan tersebut kepada manajer pemasaran yang bertanggungjawab.
Oleh karena itu prestasi kerja manajer tersebut dinilai atas prestasi
keuntungannya, maka cara itu sekaligus dapat dijadikan tolak ukur seberapa
jauh mengelola unit kerjaan nya dengan baik. Demikian pula manajer
tersebut akan termotivasi untuk memaksimalkan tingkat laba yang dihasilkan.
Hanya disini harus diingat bahwa divisi pemasaran tersebut harus dibebani
dengan biaya standar. Secara relatif akan lebih mudah untuk memperlakukan
kegiatan pemasaran sebagai suatu laba tersendiri. Hal ini yang dilakukan
hanyalah pembebanan kegiatan tersebut dengan biaya-biaya relevan.
2. Manufaktur/Pabrikasi
Aktivitas manufaktur biasanya digolongkan kedalam kegiatan pusat
pembiayaan dan penilaian prestasi manajemennya dilakukan atas dasar
pembandingan prestasi pengelolaan biaya dengan standar biaya dan anggaran
biaya umum (Overhead Budget). Masalah dapat timbul karena prrestasi biaya
sesungguhnya tidak dapat dipai sebagai ukuran tentang seberapa baik
pelaksanaan kegiatan manufaktur ini dilakukan. Sebagai contoh :
a. Pengendalian mutu mungkin tidak begitu baik. Produk-produk
yang berada dibawah standar mutu mungkin saja diloloskan untuk
usaha memenuhi biaya standar.
b. Manajer manufaktur mungkin akan keberatan untuk mengintruksi
jadwal kegiatan produksi untuk tujuan pesanan yang sifatnya
mendadak (Emergency Order) dalam melayani langganan.
c. Apabila prestasi manajer tersebut diukur dalam suatu standar
tertentu, ada kemungkinan tidak ada dorongan untuk
menghasilkan produk-produk yang sulit, ataupun untuk
meningkatkan jumalah produknya.
d. Ada kemungkinan kurangnya intensif/kemajuan untuk
meningkatkan standar yang telah ada.
Sebagai konsekuansi, dimana prestasi kerja dari aktivitas
manufaktur ini diukur dengan perbandingan terhadap suatu
standar tertentu.
3. Organisasi Pelayanan Jasa
Banyak jenis organisasi pelayanan jasa yang cocok untuk kita dijadikan
sebagai pusat laba. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan konsultan,
akuntan umum, arsitek dan perusahaan-perusahaan rekayasa dapat kita bagi-
bagi kedalam susunan pusat-pusat laba dengan cara mengatur sedemikian
rupa pembukuannya sehingga masing-masing unit tersebut dapat dinilai
mengenai pendapatan yang dihasilkannya serta biaya yang harus dibebankan
kepada unitnya.
4. Organisasi-Organisasi Lainnya
Perusahaan yang mempunyai kantor cabang yang bertanggungjawab terhadap
kegiatan pemasaran untuk area geografis tertentu, biasanya memiliki sifat
sebagai suatu pusat laba. Walaupun manajer kantor tersebut tidak memiliki
sfat sebagai suatu pusat laba. Walaupun manajer kantor tersebut tidak
memiliki pertanggunjawaban manufaktur ataupun pengadaan, tingkat laba
seringkali dapat dipakai sebagai sarana penilaian yang cukup baik, terutama
untuk meningkatkan motivasi kerja.
2.6. Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Efektifitas Pencapaian
Laba.
Salah satu tujuan perusahaan yang berfokus pada kemampuan
perusahaan yang bersangkutan ialah untuk memperoleh laba atas biaya yang
dikeluarkan. Untuk memperoleh laba tersebut atau profitabilitas objektif,
menempati tempat teratas dari berbagai tujuan perusahaan lainnya. Hal ini
berkaitan denga adanya penilaian terhadap suatu perusahaan dimana
perusahaan tersebut bertahan hidup terus dan berkembang.
Adapun pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba
menurut Sofyan Assari (1996, 54) adalah :
β yang merupakan pandangan pimpinan perusahaan yang
menekankan perlunya perusahaan mengkoordinasikan kegiatan
pemasaran yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan dan
sasaran pemberian kepuasan konsumen, melalui mana akan
tercapai tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
jangka panjang. Jadi penekanan disini adalah pada pemasaran
dan bukan pada penjualan. Sedangkan yang menjalankan dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemasaran yang
terpadu dan terarah pada sasarannyaadalah disebut manajer
pemasaran atau direktur pemasaran. Dalam hal ini semua kegiatan
yang menyangkut bidang pemasaran yang dilakukan oleh
pimpinan wilayah atau pejabat lain dalam perusahaan
bertanggung jawab kepada pejabat manajer pemasaran atau
direktur pemasaran itu. Sebagai contoh pengendalian persediaan,
pergudangan barang jadi, dan aspek-aspek perencanaan produk
sering menjadi tanggung jawab atau dikoordinasikan dengan
tanggung jawab manajer pemasaran. Dengan demikian dapat
dikatakan manajer atau direktur pemasaran yang
mengintegrasikan pemasaran kedalam operasi perusahaan
sehingga semua kegiatan usaha perusahaan dapat terarah pada
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan ini. Jadi pemasaran
mempengaruhi kebijakan perusahaan baik jangka panjang
maupun jangka pendek.β
Efektifitas penjualan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
pemasaran yang dilakukan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan biaya
untuk memasarkan produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan tercapainya
efektivitas biaya pemasaran dapat diketahui biaya-biaya yang paling
berpengaruh, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat dikendalikan, sehingga
dengan sendirinya efisiensi biaya pemasaran dapat tercapai.
Dengan dilakukannya pengendalian efisiensi biaya pemasaran,
manajemen perusahaan dapat memperoleh informasi untuk mengendalikan
biaya pemasaran. Pengendalian efsiensi tidak akan efektif jika tidak ada
sistem pengendalian yang baik, oleh karena itu perlu diadakan analisa biaya
pemasaran yang dapat menyajikan informasi kepada manajemen yang
berkaitan dengan pemasaran. Maka dapat dikatakan bahwa dengan
mengadakan pengendalian efisiensi serta analisa biaya pemasaran menurut
jenis-jenis biaya untuk masing-masing unsur biaya pemasaran tersebut akan
dapat ditentukan secara lebih teliti dan akurat. Serta akan dapat diperoleh
informasi tentang perencanaan dan pengawasan usaha pemasaranm sehingga
perusahaan dapat meningkatkan efektifitas penjualan yang nantinya akan
meningkatkan laba perusahaan, sesuai dengan tujuan awal perusahaan
didirikan.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam skripsi ini adalah PT. Pos Indonesia (Persero),
yang merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang cukup
besar dengan bidang usaha pokok menyelenggarakan dan mengelola jasa
antar pengiriman surat, barang dan uang serta jasan keagenan lainnya baik
dalam negeri maupun diluar negeri.
Penelitian pada PT Pos Indonesia ini bertujuan untuk pengaruh efisiensi
biaya pemasaran terhadap perolehan laba perusahaan. Pengukuran hubungan
dan efisiensi biaya pemasaran penting dilakukan karena sifat usaha
perusahaan yang masih belum kokoh pada produk-produk baru yang
dipasarkannya dan memilki persaingan yang ketat. Oleh karena pentingnya
pengelolaan kegiatan pemasaran, maka penggunaan biaya pemasaran juga
harus dilaksanakan dengan tepat. Efisiensi dan analisis biaya pemasaran ini
akan membantu manajemen dalam mengambil suatu keputusan yang lebih
baik dan pengarahan kegiatan pemasaran yang lebih baik pula.
Adapun bagian yang akan diteliti adalah bagian pemasaran, bagian
akuntansi, bagian anggaran dan bagian keuanganyang berjumlah 10 orang.
Adapun data yang akan menjadi bahan dalam penelitian ini adalah
penyusunan anggaran, realisasi anggaran dan realisasi laba tahun 2000 yang
terjadi pada PT Pos Indonesia.
Alasan dipillihnya bagian-bagian tersebut sebagai ukuran sample
adalah karena setiap aktivitas bagian-bagian tersebut berhubungan dengan
efisiensi biaya pemasaran dalam perolehan laba. Sehingga dalam hal ini,
bagian-bagian tersebut memiliki peranan yang cukup penting.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah jenis
penelitian verifikatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode
sensus dan penelitian bermaksud mencari hubungan yang lebih mendalam
antara dua variabel, dengan cara mengumpulkan, menganalisis, dan
menafsirkan data sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai keadaan
perusahaan yang sebenarnya dibandingkan dengan teori yang ada.
Pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah
studi kasus, yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada sesuatu
harus secara intensif dan mendetail mengenai biaya pemasaran dan
pengaruhnya terhadap perolehan laba perusahaan pada PT Pos Indonesia.
3.2.2. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian kuantitatif biasanya penelitian melakukan pengukuran
terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen
penelitian. Setelah itu peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan
satu variabel dengan variabel yang lain.
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati,
variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.
Kelompok ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang atau objek
yang diambil secara random.
Dengan mengamati secara seksama banyak parameter tertentu yang
berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga untuk data yang
diperoleh dapat menunjang penyusunan laporan penelitian. Data tersebut
selanjutnya diolah, dianalisa dan diproses dengan bantuan berupa dasar-dasar
teori yang telah dipelajari sebelumnya. Dari objek tersebut ditarik kesimpulan
secara umum mengenai masalah yang diteliti.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,
maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor atau
variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yangmenjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi.
2. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, atau variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu βPengaruh Biaya
Pemasaran Terhadap Efektifitas Pencapaian Labaβ terdapat dua variabel
yaitu:
Biaya pemasaran sebagai variabel independen
Efektifitas pencapaian laba sebagai variabel dependen
Adapun prosedur pembuatan kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan dijadikan sasaran
kuesioner
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik.
4. Menentukan jenis data yang dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknis analisisnya.
Identifikasi operasionalisasi variabel untuk kuesioner adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Indikator Variabel X dan Variabel Y
VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR SKALA
Biaya Pemasaran 1 Penggolongan dan 1 Dalam perusahaan telah ditetapkan Ordinal
(Variabel Bebas) Analisis Biaya Pemasaran pengelompokan biaya pemasaran.
2 Dilakukan analisis-analisis biaya
pemasaran menurut objek, fungsi
dan menurut usaha pemasaran.
2 Karakteristik 1 Metode pemasaran yang digunakan.
Biaya Pemasaran 2 Penyesuaian kegiatan pemasaran
sejalan aktivitas pasar.
3 Kegiatan pemasaran berorientasi pada
kepusan konsumen.
4 Terdapat kebijakan dan standar dalam
menentukan biaya pemasaran.
3 Efisiensi Biaya Pemasaran 1 Penetapan tujuan kegiatan pemasaran
yang jelas.
2 Terdapat pedoman teknis yang memadai
3 Terdapat pola komunikasi yang baik.
4 Terdapat prosedur pengawasan yang
memadai.
5 Terdapat hubungan yang timbal balik
antara organisasi dan lingkungan sekitarnya.
4 Anggaran sebagai alat 1 Penyusunan anggaran dilakukan oleh
Efisiensi Biaya Pemasaran organisasi perusahaan yang sehat.
2 Terdapat sistem akuntansi yang memadai.
3 Anggaran dibuat berdasarkan penelitian
dan analisis yang memadai.
4 Anggaran mendapat dukungan dari
para pelaksana.
Efektivitas 1 Jenis Laba 1 Penggolongan jenis laba yang jelas. Ordinal
Pencapaian Laba 2 Laba digolongkan sesuai dengan ketentuan
(Variabel Terikat) perusahaan dan peraturan yang berlaku.
2 Kegunaan Laba 1 Memandang laba sebagai alat ukur
untuk menilai kinerja perusahaan.
2 Memandang laba sebagai alat informasi
untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan aktiva.
3 Pengukuran Laba 1 Penetapan metode pengukuran laba.
2 Konsistensi pelaksanaan metode
pengukuran laba.
4 Pusat Laba 1 Memandang bagian pemasaran sebagai
pusat laba.
3.2.3. Populasi Penarikan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditentukan peneliti melalui kriteria tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi terdiri dan manusia orang, file-file atau dokumen-dokumen yang dapat
dipandang sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, maka sesuai dengan judul skripsi, yang menjadi populasi
penelitian adalah bagian-bagian yang terkait dengan efisiensi biaya pemasaran dan perolehan
laba.
3.2.3.1. Ukuran Sampel
Pada prinsipnya ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya
sampel yang diambil untuk melaksanakan penelitian. Besarnya sampel yang diambil dapat
dilakukan secara statistik atau pun berdasarkan estimasi penelitian.
Ukuran sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini merupakan jumlah
keseluruhan dan populasi penelitian dengan berdasarkan estimasi penelitian, di mana sampel
tersebut merupakan satu unit di PT. Pos Indonesia.
3.2.3.2. Jenis Sampling
Metode dalam pengambilan sampel ada 2 yaitu metode pengambilan sampel secara
acak (random sampling/probability sampling) dan metode pengambilan sampel yang bersifat
tidak acak (non-probability sampling).
Metode pengambilan sampel secara acak (probability sampling) meliputi beberapa
metode yaitu proportionate stratified random sampling.
Disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling. Sedangkan
metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non-probability sampling) meliputi
beberapa metode yaitu sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive
sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sample yang tidak acak dengan
metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih ditentukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dan peneliti.
Teknik sampling adalah menupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada
dasamya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling (pengambilan sampel
secara acak) dan nonprobability sampling (pengambilan sampel bersifat tidak acak).
Metode pengambilan sampel secara acak (probability sampling) meliputi simple
random, proportionate stratified random, dispropotionate stratified random dan area random,
sedangkan metode pengambilan sampel yang bersifΓ€t tidak acak (nonprobability sampling)
meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,
sampling jenuh dan snowball sampling.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak digunakan, karena jumlah
populasi dalam penelitian ini sama dengan jumlah sampel yang diambil, dengan maksud supaya
lebih representatif.
Pada prinsipnya ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya
sampel yang diambil untuk melaksanakan penelitian. Besamya sampel yang diambil dapat
dilakukan secara statistik ataupun berdasarnya estirnasi penelitian.
3.2.4 Prosedur Pengumpulan data
Dalam penyusunan skripsi mi penulis rnemperoleh data dan dua sumber yaitu :
1. Data Primer
Data ini diperoleh langsung dan penelitian lapangan dengan pengamatan langsung pada
PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos V sebagai objek penelitian serta mengadakan
wawancara langsung dengan bagian-bagian yang terkait, seperti Bagian Akuntansi, Bagian
pemasaran, Bagian anggaran, dan Bagian keuangan.
2. Data Sekunder
Data ini penulis peroleh dan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literatur-
literatur serta dan sumber lain yang berhubungan dan relevan dengan masaah-masalah yang
sedang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian mi dapat dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini dilakukan langsung pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah
Usaha Pos V untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang pelaksanaan dan masalah-
masalah yang diteliti serta untuk menghimpun data yang diperlukan dalam rangka pembahasan
penerapannya.
Dalarn melaksakan penelitian lapangan untuk memperoleb data primer langsung dan
perusahaan dapat digunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut
β’ Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, mencermati dokumen-dokumen
perusahaan. Tehnik ini dimaksudkan untuk rnendapatkan keyakinan bahwa data
yang diperoleh sebelumnya adalah benar dan memperoleh gambaran yang nyata
mengenai operasi perusahaan.
β’ Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara
penulis dengan pihak yang memberikan informasi. Dengan cara ini diharapkan dapat
diperoleh data atau informasi tentang kegiatan perusahaan dan dapat diketahui
masalah khusus yang dihadapi.
β’ Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftan
pertanyaan mengenai hal - hal yang berhubungan dengan masaah yang diteliti.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari
dan menelaah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dibahas. Penelitian kepustakaan
dimaksudkan untuk memperoleb data sekunder dalam menunjang data primer yang telah di
dapat dari penelitian lapangan.
3.2.5. Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.2.5.1. Analisis Data
Analisa data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Data yang akan di analisis merupakan data hasil
pendekatan survey penelitian dan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Adapun
analisis data yang dilakukan Penulis antara lain
1. Menganalisis efisiensi Biaya Pemasaran pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah
Usaha Pos V.
2. Menganalisis Perolehan laba pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah UsahaPos V.
Berdasarkan dan indikator-indikator setiap variabe (variabel X dan vaniabel Y), maka
dibuatlah suatu dafiar pertanyaan (kuesioner) yang berhubungan dengan penelitian Penulis.
Kuesioner tersebut ditujukan bagi para responden perusahaan. Data yang dihimpun dan hasil
penelitian akan Penulis bandingkan antara data yang di lapangan dengan data kepustakaan,
kemudian dilakukan analisis.
Setiap item dan kuesioner tersebut memiliki 5 jawaban dengan masing-masing nilai
yang berbeda yaitu
Jawaban βSangat Setujuβ, memiliki nilai = 5
Jawaban βSetujuβ, memiliki nilai = 4
Jawaban βRagu-raguβ, memiliki nilai =3
Jawaban β Tidak Setuju β memiliki nilai 2
Jawabanβ Sangat Tidak Setujuβmemiliki nilai =1
Untuk menilai variabel X dan variabe Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan
rata-rata dan masing-masing variabel. Nilai Rata-rata ini didapat dengan menjumlahkan data
keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden Rumus rata-rata
adalah sebagai berikut :
Dimana :
π : Rata-rata X
π : Rata-rata Y
: Epsolom (Jumlah)
ππ : Nilai X ke i sampai ke n
ππ : Nilai Y ke i sampai ke n
n : Jumlah responden
Setelah didapat rata-rata dan masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan
kriteria yang Penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dan hasil kuesioner.
π = βππ
π
Untuk Variabel X
π = βππ
π
Untuk Variabel Y
Nilai terendah dan nilai tertinggi itu masing-masing Penulis ambil dan banyaknya
pertanyaan dalam kuesioner (20 pertanyaan) dikalikan dengan skor terendah (1) untuk nilai
terendah dan skor tertinggi (5) untuk nilai tertinggi. Untuk variabel X nilai terendahnya adalah
(1 x 20 ) = 20 dan nilai tertingginya adalab (5 x 20 ) = 100. Atas dasar nilai terendah dan
tertinggi tersebut maka kriteria untuk menilai efisiensi biaya pemasaran (variabel X) Penulis
tentukan sebagai berikut :
β’ Nilai 20β 35, dirancang untuk kriteria β Tidak efisienβ
β’ Nilai 36β 51, dirancang untuk kriteria β Kurang efisienβ
β’ Nilai 52β 67 , dirancang untuk kriteria βCukup efisienβ
β’ Nilai 68 β 83, dirancang untuk kriteria β Efisienβ
β’ Nilai 84β100, dirancang untuk kriteriaβ Sangat efisienβ
Selanjutnya untuk menilai laba (variabel Y), caranya sama dengan penilaian untuk
variabel X , dimana nilai terendah dan variabel Y adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 100. Atas
dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut maka kriteria untuk menilai perolehan laba
(variabel Y), Penulis tentukan sebagai berikut:
β’ Nilai 20β 35, dirancang untuk kriteria β Tidak meningkatβ
β’ Nilai 36 β51 , dirancang untuk kriteria β Kurang meningkatβ
β’ Nilai 52 β 67, dirancang untuk kriteriaβ Cukup meningkatβ
β’ Nilai 68 --83, dirancang untuk kriteria β Meningkatβ
β’ Nilai 84β100, dirancang untuk kriteria βSangat meningkatβ
Perhitungan dan hasil kuesioner dilakukan setelah adanya analisis data antara lapangan
dengan kepustakaan agar hasil akhir analisis dapat teruji dan dapat diandalkan.
3.2.5.2. Rancangan Pengujian Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dan kedua
vaniabel yang diteliti dalam hal ini adaah korelasi antara efisiensi biaya pemasaran dan
perolehan laba dengan menggunakan perhitungan statistik.
Langkah-Iangkah dalam pengujian hipotesis ini dimulai dengan rnenetapkan hipotesis
nol dan hipotesis afternatif, pemilihan test statistik dan perhitungan nilai statistik penetapan
tingkat signifikan dan penetapan kritenia pengujian. : Adapun penjelasan dan langkah-Iangkah
tersebut adalah sebagai berikut
1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Penetapan Hipotesis Altematif (Ha) digunakan
dengan tujuan untuk rnengetahui ada tidaknya hubungan positif antara dua variabel di atas.
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), sedangkan untuk keperluan
analisis statistik hipotesisnya berpasangan antara hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif
(Ha) Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah
β’ Ho=O (efisiensi biaya pernasaran tidak dapat benpengaruh dalam
perolehan laba)
β’ Ha>0 (efisiensi biaya pernasaran berpengaruh dalam perolehan laba)
2. Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes Statistik.
Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini berasal dan variabel X dan vaniabel
Y yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat ukuran yang memungkinkan
Peneliti mengurutkan respondennya dan tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling
tinggi. Melalui pengukuran ini, Peneliti dapat membagi respondennya ke dalam urutan ranking
atas dasar sikapnya pada objek atau tindakan tertentu. Oleh sehab itu dalam menguji hipotesis
ini di gunakan teknik statistik nonparametris. Data tersebut diperoleh melalui kuesioner dengan
jenis pertanyaan tertutup dan setiap item memiliki skor tersendri.
Pada penelitian mi Penulis menggunakan analisa korelasi Rank Spearinan dalam
pengujian hipotesis, menurut Anto Dajan dalam bukunya βPengantar Metode Statistik βdengan
rumus sebagai berikut:
ππ = 1 β6 β ππ2π
π=1
π3 β π
Di mana:
Rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
Di = Xi β Yi (Selisih ranking)
n = Jumlah responden
Apabila dalarn penelitian tersebut terdapat ranking yang berangka sama maka
digunakan faktor koreksi sebagai berikut
π = π‘3 β π‘
12
Di mana :
T = Faktor koreksi
t = Banyaknya angka yang sama pada suatu rank
Sesuai dengan faktor koreksi tersebut di atas, maka rumusan r dihitung sehagai berikut
(Anto Dajan, 350-35 1) :
ππ =βπ2 + βπ2 β βππ2
βπ2 . βπ22
βπ2 =π3 β π
12β βππ¦
βπ2 = π3 β π
12β βππ₯
Di mana :
Tx = Jumlah rangking yang sama dalam variable X
Ty = Jumlah rangking yang sama dalam variabel Y
Untuk melihat seberapa besar variable X (efisiensi biaya pemasaran) dapat
memberikan pengaruh terhadap variabel Y (perolehan laba), maka digunakan koefisien
determinasi (KD) yang merupakan kuadrat koefisien korelasi dan biasanya dinyatakan
dalam persen.
KD = rs2 x 100 %
3. Taraf Signilikan atau Taraf Nyata (cx)
Sebelum pengujian dilakukan, maka terlebih dahulu harus ditentukan taraf
signifikan/taraf nyata. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar dapat
diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara Ho dan Ha. Taraf nyata yang dipilih
adalah = 0,05. Angka ini dipilih karena dapat mewakili hubungan antara variabel yang diteliti
dan merupakan suatu signifikansi yang sudah sering digunakan dalam bidang penelitian ilmu
sosial.
4. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan pada nilai
tabel pada taraf signifikan = 0,05. Tabel nilai-nilai rs menurut Sidney Siegel dalarn β Statistik
nonparametris untuk ilmu-ilmu sosial β dapat di lihat pada tabel 3.1. Bila nilai penelitian ( rs
hitung ) lebih besar dari nilai tabel, ini berarti bahwa hipotesis terdapat hubungan positif antara
efisiensi biaya pemasaran dengan perolehan laba. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Tabel 3.2.
Batas Nilai-Nilai Kritis rs Koefisien Rank Spearman
N Traf Signifikan (Ξ±) N Taraf Signifikan (Ξ±)
0,05 0,01 0,05 0,01
4
5
6
7
8
9
10
12
14
1,000
0,900
0,829
0,714
0,643
0,600
0,564
0,506
0,456
-
1,000
0,943
0,893
0,833
0,783
0,746
0,712
0,645
16
18
20
22
24
26
28
30
0,425
0,399
0,377
0,359
0,343
0,329
0,317
0,306
0,601
0,564
0,534
0,508
0,485
0,465
0,448
0,438
3.2.6. Proses Penelitian
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus - menerus,
terencana dan sistematis dengan maksud untuk mendapatkan pemecahan masalah. Oleh karena
itu langkah-langkah yang diambil dalam penelitian haruslah tepat dan saling mendukung antara
komponen satu dan komponen lainnya. Proses penelitian yang dilakukan Penulis dalam
menyusun skripsi ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang penulis peroleh selama penelitian pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Kantor Wilayah Pos V Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bagian keuangan,
bagian Akuntansi, bagian Pemasaran dan bagian Anggaran, maka penulis akan menguraikan
hasil penelitian tersebut mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan efisiensi biaya
pemasaran dan perolehan laba pada Kantor Wilayah Pos V Bandung.
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Pos Indonesia (Persero) adalah badan usaha milik negara di lingkungan
Departemen Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara, dipimpin oleh suatu direksi yang
bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pos Indonesia merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, sudah lama berdiri dan beroperasi seiring dengan
laju perjuangan bangsa Indonesia sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa Pos indonesia
sudah memiliki pengalaman yang sangat luas dan telah berhasil melalui berbagai rintangan
sampai sekarang.
PT. Pos Indonesia (Persero) mempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan PT. Pos Indonesia
(Persero) rnempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, pada khususnya di
bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah
Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, PT. Pos Indonesia (Persero) dapat
melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Usaha jasa pos dan giro
2. Usaha jasa komunikasi, jasa logistik, jasa keuangan dan jasa-jasa lain
3. Usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang dimiliki untuk menunjang
kegiatan usaha perusahaan.
Selain itu juga, PT. Pos Indonesia (Persero) memiliki visi, misi, falsafah dan moto
perusahaan sebagai berikut
1. Visi
PT Pos Indonesia (Persero) senantiasa berupaya untuk menjadi penyedia sarana
telekomunikasi kelas dunia yang peduli terhadap lingkungan, dikelola oleh sumber daya
manusia yang profesional sehingga mampu memberikan layanan terbaik bagi masyarakat
serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan konsep bisnis yang sehat.
2. Misi
a. Menyediakan sarana telekomunikasi yang handal dan terpercaya bagi masyarakat dan
pemerintah guna menunjang pembangunan nasional serta memperkuat kesatuan dan
keutuhan bangsa dan negara.
b. Mengernbangkan usaha yang bertumpu pada pengembangan mutu pelayanan untuk
mencapal kepuasan pelanggan serta memberikan nilai tarnbah yang optimum bagi
karyawan, pemegang saham, masyarakat dan mitra kerja.
3. Falsafah
PT. Pos Indonesia senantiasa berusaha untuk meningkatkan mutu layanan yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan dengan memperhatikan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas sumber daya serta kemampuan laba usaha melalui pernanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Moto
a. Tepat waktu (punctual)
b. Tepat sasaran (Accurate)
c. Terpercaya (Realible)
PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan suatu hal yang patut dibanggakan, karena
perjalanan yang sangat panjang membawa PT. Pos Indonesia menjadi perusahaan yang sangat
besar. Untuk lebih jelasnya, bagairnana sejarah perusahaan dan berbagai periode sampai saat ini
dapat kita lihat pada uraian berikut ini :
A. Periode 1700β1808 (Masa Kompeni Bataafsche Repubtika)
Kedatangan bangsa Belanda di bumi indonesia merupakan titik awal tirnbulnya
hubungan surat rnenyurat antara Indonesia dengan Belanda. Hal ini ditandai dengan kedatangan
empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman pada tahun 1559 yang membawa
surat-surat untuk raja-raja Banten dan Sunda Kelapa.
Pada masa ini pengiriman surat rnelalui darat belum dapat dilakukan karena masih
banyak daerah yang menjadi wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan Indonesia pada waktu itu.
Pada tahun 1575 pengiriman surat berjalan dengan teratur sebanyak dua minggu sekali antara
Batavia, Cirebon, Tegal dan Bandung. Menurut buku sejarali Pos dan Giro, kantor pos yang
pertama didirikan di Jakarta yang pada saat itu lebih dikenal dengan Batavia pada tanggal 26
Agustus 1746 oleh seorang Gubemur Jenderal berkebangsaan Belanda bernama G.W.Van
Inhoff. Bersamaan dengan ditemukannya telegram dan telepon dibentuklah dinas pos telegraf
dan telpon yang disingkat P.T.T.
B. Periode 1808β1811 (Masa Pemerintahan Deandels)
Pada masa pemerintahan Deandels, pengantaran surat-surat dan berita-berita dilakukan
dengan menggunakan fasilitas kendaraan kuda yang disertai dengan petunjuk jalan.
Perkembangan selanjutnya, pengiriman surat dilakukan dengan kereta pos pada jalan yang
sudah baik. Pada waktu itu lalu lintas surat menyurat dan berita berjalan dengan tertib.
C. Periode 1811 β1816 (Masa Pemeriutalian Inggris)
Pada permulaan masa pemerintahan Inggris, dimana Rafless sebagai Luitnant
Government, tidak terjadi penambahan-penambahan di dalam peraturan-peraturan Pos.
Kernudian pada tanggal 6 Maret 1813 dikeluarkan peraturan-peraturan baru yang disebut
βRegulation for The Post Establishment on Island of Javaβ. Dalam peraturan tersebut antara
lain ditetapkan bahwa porto untuk surat kabar lebih rendah dari pada surat biasa, untuk pertama
kalinya pula diadakan porto barang cetakan. Selain itu yang terpenting adalah pencabutan dan
cara pengaturan pos dengan berkuda (Paardenpost) dan Pos berkereta (Postwagen).
D. Periode 1816β1942 (Masa Pemerintahan Belanda)
Pada masa pemerintahan Belanda ini, pengantaran Pos dengan menggunakan kuda dan
Kereta dilakukan kembali seperti masa pemerintahan Deandels. Tetapi pengantaran pos bukan
lagi monopoli pemerintah, karena Raja mengatur urusan posnya sendiri.
Pada periode ini perkembangan pos telah mengukir sejarah baru, tepatnya pada tahun
1840, Sir Rowland dan Inggris, mengusulkan untuk persamaan tarif yang disebut βPenny Postβ
yaitu sejumlah penny untuk tiap-tiap surat dalam negeri. Penny post ini merupakan prangko
pertama yang diciptakan oleh Sir Rowland Hill dengan nama βThe Penny Blackβ, yaitu prangko
bergambar Ratu Elizabeth dengan tulisan βOne Pennyβ.
Pada tahun 1874 diadakan pertemuan Pos Internasional yang bertempat di Bern β
Swiss, yang dihadiri oleh pejabat-pejabat dan dua negara peserta organisasi TJPU (Universitas
Postals Union). Pada tahun 1875 Dinas Pos disatukan dengan Dinas Telegraf dengan nama
βPost en Telegraafdiensβ. Dengan ditemukannya telepon, maka sejak tahun 1884 Jawatan
Telepon dimasukkan ke dalam Jawatan Pos dan Telegraf, serta mendirikan badan yang bernama
βPost and Telegraf Dienstβ yang bertujuan untuk mengelola lalu lintas berita dan informasi
tertulis. Hal ini merupakan asal muasal dan PT. Pos Indonesia (Persero). Pada tahun 1906
dengan Staatblad No.395 terbentuklah Dinas Pos, Telegraf dan Telepon dengan sebutan βPost
Telegraaf en Telefoondiensiβ yang disingkaf P.T.T. Dinas Pos, Telegraf dan Telepon pada masa
itu berada di bawah lingkungan Departemen Lalu Lintas dan Pengairan.
E. Periode 1942 β 1945 (Masa Pemerintahan Jepang)
Pada masa ini, tidak terdapat perkembangan yang berarti dalam bidang pos. Pada waktu
Jepang memasuki Hindia Belanda, beberapa peralatan telekomunikasi radio diungsikan ke
Bandung (kantor pusat), sedangkan peralatan komunikasi yang tidak sempat terbawa dikuasai
Jepang. Adapun metode pengirirnan dan penerimaan surat-surat kawat, dilakukan dengan dua
tulisan yaitu tulisan latin dan tulisan katakana.
Selama pendudukan Jepang jawatan P.T.T terpecah-pecah mengikuti struktur-struktur
organisasi pemerintah militer Jepang sehingga pada masa itu terdapat jawatan P.T.T Sumatera,
P.T.T Sulawesi. Sedangkan dalam organisasi diadakan perubahan sedemikian rupa, sehingga
administrasi keuangan dipegang oleh pemerintah Jepang, dan penyelenggaraan usaha dilakukan
oleh Maskapai telegraf yaitu Kokusai Denki Tsushin KK. Sampai dengan tahun 1944 hubungan
telegrap berjalan seperti biasa, hanya kurangnya peralatan dan tidak diperbaikinya saluran darat
pada tahun hubungannya cepat Jakarta, Semarang dan Surabaya terpaksa dihentikan.
F. Periode 1945 β sekarang
1. Periode 1945β 1962 ( Masa Jawatan P.T.T)
Pada tangga 14 Agustus 1945 Pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Pemerintah Indonesia diproklamasikan. Namun
penyerahan jawatan P.T.T ke tangan Pemerintah Republik Indonesia ternyata tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, tanggal 27 September 1945 sekelompok pemuda yang
bergabung dalam angkatan muda P.T.T (A.M.P.T.T) dengan gagah berani merebut kekuasaan
atas jawatan P.T.T dari tangan Jepang yang terjadi di Bandung, maka secara resmi jawatan
P.T.T Republik Indonesia pada tanggal 27 September 1945.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 September 1949,
maka Pemerintah Republik Indonesia (Jawatan P.T.T) menyatakan diri menjadi anggota Union
Postel Universitas (UPU) yang berkedudukan di Bern β Swiss, menggantikan kedudukan
Pemenintah Hindia Belanda yang sudah menjadi anggota UPU sejak tahun 1878.
Pada awal tahun 1950 setelah perang kemerdekaan, jawatan P.T.T berusaha untuk
memulihkan kembali kegiatan usahanya. Pada tahun 1953 lalu lintas pos, telegraf dan telepon
bertambah luas, jumlah pengiriman surat, kartu pos, warkat pos, paket pos, dan lain-lainnya
semakin meningkat.
Pada tahun 1960 pemerintah mengadakan re-organisasi terhadap alat produksi dan
distribusi yang ditentukan ke arah pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang No.19 tahun 1960
yang mengusahakan adanya keseragaman baik dalarn cara mengurus dan menguasai perusahaan
maupun dalam bentuk hukumnya.
Sejak direbutnya Jawatan P.T.T dan Pemerintah Jepang ke Pemerintah Repuhhk
Indonesia, maka diangkatlah kepala jawatan P.T.T pertama yaitu Mas Soeharto didampingi R.
Dijar sebagai wakilnya. Dalam perkembangan selanjutnya, jawatan P.T.T sebagai perusahaan
negara yang bersumber pada Inclisehe Bedrijven Wet (IBW) dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk dijadikan perusahaan negara (PN) dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (PERPU) No.19 tahun 1960. Oleh karena itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No.240 tahun 1961 dan dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Darat, Pos,
Telekomunikasi dan Pariwisata status jawatan P.T.T yang bersumber pada peraturan IBW
(Indisehe Bedzjjven Wet) dilebur menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekornunikasi (PN
Postel), berlaku mulai tanggal 1 Januari 1962.
2. Periode 1962β 1965 (Masa PN Postel)
Perubahan jawatan P.T.T menjadi PN Postel diharapkan akan rnemperoleh kebebasan
bergerak yang cukup luas dalam bidang keuangan, yang akan memberi kemungkinan lebih
besar untuk memperbaiki nasib pegawai, memperbesar penghasilan dan untuk memenuhi akan
perlengkapan guna memperlancar organisasi-organisasi buruh guna mendapatkan hubungan
sosial dan pengawasan social.
Setelah dikeluarkan SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan
Pariwisata tanggal 24 Mei 1963 No.47/ 113, status jawatan P.T.T yang bersumber pada
peraturan IBW dilebur menjadi Perusahaan Pos dan Telekornunikasi (PN Postel), sedangkan
struktur organisasinya untuk sementara tetap struktur organisasi dan jawatan P.T.T dan sampai
dikeluarkannya SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata tanggal 13
Agustus 1964 No.UM/ 11/ 7 yang rnenetapkan struktur baru bagi PN.Postel.
Mengingat lapangan kerja PN Postel mengalami perkembangan demikian pesatnya pada
tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi dua Perusahaan Negara, masing-masing Perusahaan
Negara Pos dan Giro berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1965 dan Perusahan
Negara Telekornunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 36 tahun 1965. Sekalipun
Peraturan Pemerintah No 29 tahun 1965 telah dikeluarkan pada tanggal 6 Juli 1965, namun
ketentuan-ketentuannya baru empat bulan kemudian setelah dikeluarkannya SK Menteri
Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata tanggal 25 November 1965 No.U/14.8
yang menetapkan struktur organisasi Perusahaan Negara Pos dan Giro. Pelaksanaan peralihan
itu diatur oleh Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekornunikasi dan Pariwisata.
3. Periode 1965 β 1978 (Masa PN Pos dan Giro)
Mengenai nama PN Pos dan Giro (bukan nama lainnya), karena pada waktu itu Dinas
Paket Pos dan Giro belurn begitu dikenal karena baru dibuka pada tanggal 23 Nopember 1961.
Paket Giro dan Cek Pos ini ditujukan untuk mempermudah atau mengkonsolidasikan sistem
pembayaran yang ada. Oleh karena itu nama PN Pos dan Giro tersebut diharapkan dapat lebih
memasyarakatkan Dinas Giro Pos yang dapat dijadikan saluran pembayaran yang serba guna
dan berhasil guna, dengan harapan bahwa secara giral akan meningkatkan dana.
Dalam PP No.29/1965 tujuan perusahaan dan sistem pertanggungjawaban, sama dengan
yang tertera pada PP No.240/ 1961. Berdasarkan Inpres RI No.17/ 1967 tentang pengarahan
dan penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam dua bentuk usaha negara, yaitu:
1. Usaha-usaha negara perusahaan (negara) jawatan, (Departemental Agency)
2. Usaha-usaha negara perusahaan (negara) perseroan, (Publich/ State Company)
Selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 yang menetapkan
status Badan Usaha Milik Negara menjadi Perjan, Perum dan Persero, maka status Perusahaan
Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 9 tahun 1978.
4. Periode 1978β 1995 (Masa Perum Pos dan Giro)
Sebagai dasar pertimbangan mengapa bentuk ini yang dipilih dan dipergunakan ialah
bahwa Dinas Pos dan Giro merupakan cabang produksi jasa yang paling penting serta
merupakan fungsi vital sebagai prasarana pembangunan nasional. Disamping itu untuk lebih
menyempurnakan dan mendayagunakan pengusahaan dan pengelolaan Dinas Pos dan Giro
semasa PN Pos dan Giro. Perurn Pos dan Giro rnempunyai tugas pokok membangun,
mengusahakan, mengembangkan pelayanan dalam bidang lalu lintas berita, informasi barang,
dan uang guna mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat dalam rnenunjang pembangunan
negara.
Dalam PP No.9/ 1978 ditetapkan bahwa tujuan Perurn Pos dan Giro ialah membangun
dan mengusahakan pelayanan pos dan giro guna mempertinggi kelancaran hubungan
masyarakat untuk menunjang pembangunan negara dalam rangka rneningkatkan ketahanan
nasional dan mencapai masyarakat adil dan makmur.
Dengan Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1983 ditetapkan cara penggunaan dan
pembinaan Perjan, Perum, dan Persero. Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan ini,
Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1978 yang mengatur tentang Perusahaan Umum Pos dan Giro
diserah terirnakan kepada direksi PT. Pos Indonesia (Persero).
5. Periode 1995 β sekarang (Masa PT Pos Indonesia (Persero)
Dalam PP No.9/1978 ditetapkan bahwa tujuan Perum Pos dan Giro ialah membangun
dan mengusahakan pelayanan pos dan giro pos guna mempertinggi kelancaran hubungan
masyarakat untuk menunjang pembangunan negara dalamrangka rneningkatkan ketahanan
nasional dan kemakmuran.
Dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan pelayanan jasa pos serta
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha penyelenggaraan jasa pos dan giro,
maka Perum Pos dan Giro dirubah statusnya menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) yang diatur
rnelalui PP No.5/1995 tertanggal 27 Februari 1955 tentang pengalihan status Perum Pos dan
Giro menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama PT. Pos Indonesia (Persero) yang secara
resmi telah terdaftar dengan akta notaris Sutjipto, SH. No.117/1995 tanggal 20 Juni 1995.
Adapun tugas pokok dan PT. Pos Indonesia (Persero) ini adalah untuk menyelenggarakan usaha
jasa Pos dan Giro untuk umum, dalam dan luar negeri yang meliputi jasa pos, jasa giro, jasa
keuangan, jasa keagenan, serta usaha-usaha lain yang menunjang jasa pos dan giro, yang sesuai
dengan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.
4.1.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi yang berlaku di PT Pos Indonesia (Persero) adalah berdasarkan
keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 92/ OT 001/ MPPT β 92
tanggal 21 Oktober 1992 yang menggantikan keputusan
Menteri Kenangan tanggal 14 Februari 1984 NO. KM 92/ OT 001/ MPPT/84 dengan beberapa
perubahan dan penambahan seperlunya seperti disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan perisahaan.
Dalam keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi NO.KM 92/ OT 001/
MPPT β 92 tanggal 21 Oktober 1992 tentang organisasi dan tata kerja perusahaan Umum Pos
dan Giro menyatakan bahwa organisasi perusahaan dibagi dalam tiga tingkat yaitu
1. Tingkat Pusat
2. Tingkat Wilayah
3. Tingkat Pelaksanaan Teknis
Untuk tingkat pusat PT. Pos Indonesia (Persero) adalah BUMN di lingkungan kerja
Menteri Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara dipimpin oleh suatu direksi yang
bertangung jawab kepada Menteri Keuangan dan Menteri Pendayagunaan BUMN melalui
pembinaan terhadap PT. Pos Indonesia (Persero). Menteri Keuangan dan Menteri
Pendayagunaan BUMN dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan PT. Pos Indonesia
(Persero) termasuk rencana kerja, anggaran tahunan perusahaan dan lain-lain diwakili oleh
Dewan Komisaris yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan Menteri
Pendayagunaan BUMN.
Wilayah usaha pos (WILPOS) adalah unsur pelaksana pengelolaan jasa pos dan giro di
wilayah dan berkedudukan langsung di bawah Kantor Pus Pusat.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unit organisasi di bawah WILPOS yang melaksankan
tugas-tugas operasiona pengolahan pos dan tugas teknis operasional pelayanan jasa pos dan
giro.
Disamping organisasi wilayah usaha pos dibentuk pula unit organisasi yang berdiri
sendiri dan langsung bertanggung jawab kepada direksi PT Pos Indonesia, yaitu divisi yang
merupakan usaha bersifat profit centre dan dibentuk berdasarkan kebutuhan antara lain Divisi
Teknologi dan Sistem Informasi, Divisi Filateli, Divisi Paket, Divisi Transport dan Divisi
Properti.
Mengingat banyaknya uraian tugas pada PT. Pos Indonesia (Persero) maka penulis
hanya menguraikan beberapa jabatan yang berhubungan langsung dengan penelitian yang
dilakukan.
Adapun susunan organisasi dan uraian tugas secara garis besar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Bagian Bina Mutu Layanan, terdiri dari :
a. Sub Bagian Jaringan
b. Sub Bagian Pengendahan Mutu
c. Sub Bagian Standarisasi dan Pengembangan Mutu
2. Bagian Pengembangan Usaha, Terdiri dari :
a. Sub Bagian Perencanaan Usaha dan Promosi
b. Sub Bagian Penata Layanan
c. Sub Bagian Pengolahan Data
3. Bagian Sumber Daya Manusia, terdiri dari :
a. Sub Bagian Perencanaan, Pengembangan dan Pelatihan.
b. Sub Bagian Kinerja dan Penghargaan
c. Sub Bagian Kesejahteraan
4. Bagian Keuangan, terdiri dari:
a. Sub Bagian Pengendalian dan Perbendaharaan
b. Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi
5. Bagian Teknik dan Sarana, terdiri dan:
a. Sub Bagian Teknik
b. Sub Bagian Peralatan
c. Sub Bagian Kendaraan
d. Sub Bagian Gedung
6. Sekretariat Wilpos V, terdiri dari :
a. Staf Profesional Humas
b. Staf Profesional Hukum
7. Staf Profesional lainnya:
a. Staf Profesional PUKIC
Selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai uraian tugas masing-masing bagian
yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sebagai benikut :
A. Bagian Bina Mutu Layanan.
Tugas BINTUYAN:
Merencanakan, mengendalikan dan mengembangkan jaringan lalu lintas pos,
jaringan pelayanan serta mutu operasi dan mutu layanan.
Tanggung jawab BINTUYAN:
1. Menyediakan standar mutu operasi dan layanan di wilayah;
2. Memenuhi kinerja mutu operasi dan mutu layanan berdasarkan standar mutu yang
ditetapkan;
3. Menjaga efektivitas dan efisiensi jaringan perhubungan pos di wilayah;
4. Menyediakan titik pelayanan yang mudah diakses dan memberikan nilai tambah bagi
masyarakat dengan rnempertimbangkan kelayakan bisnis;
5. Mengembangkan dan rnenyempumakan jaringan pelayanan pos yang mampu
mengakomodasi perubahan lingkungan bisnis;
6. Mengimplernentasikan budaya sadar mutu di wilayah;
7. Menindak lanjut perbaikan proses operasi atas penyimpangan hasil temuan
SPI/BPKP/Pemeriksa Independen;
8. Memelihara hubungan yang harmonis dengan pihak pengelola Angkutan Darat, Laut,
dan Udara.
B. Bagian Pengembangan Usaha
Tugas Bagian Pengembangan Usaha:
Melakukan pengembangan bisnis di wilayah melalui kegiatan perencanaan bisnis,
pemasaran serta melakukan aktivitas pengolahan data.
Tanggung Jawab Bagian Pengembangan Usaha:
1. Meujaga efektivitas dan efisiensi kegiatan pemasaran di wilayah;
2. Menyediakan produk sesuai dengan harapan pelanggan;
3. Merurnuskan rencana strategis wilayah yang jelas, komunikatif, komprehensif dan
aplikatif
4. Menjaga efektivitas dan efisiensi penyusunan RRKA di wilayah;
5. Menyediakan data wilayah yang aktual, akurat, mutakhir (terbaru) untuk mendukung
pengembangan bisnis wilayah;
6. Menciptakan hubungan yang harmonis dengan Mitra Usaha;
7. Menindak lanjut perbaikan proses pengembangan usaha atas penyimpangan hasil
temuan pemeriksaan SPI/BPKP/Pemeriksa Independen.
C. Bagian Sumber Daya Manusia
Tugas bagian SDM:
Merencanakan, rnengembangkan dan memelihara SDM di wilayah. Tanggung jawab
bagian SDM:
1. Menyediakan SDM sesuai dengan kebutuhan wilayah;
2. Menyediakan program pengembangan SDM wilayah;
3. Menjaga efektivitas pelaksanaan penilaian kinerja dan penghargaan;
4. Menyediakan basis data kepegawaian yang mutakhir (terbaru);
5. Menjaga ketertiban administrasi kepegawaian baik untuk Kantor WILPOS maupun
UPT;
6. Menyediakan uraian jabatan (Job Description) dan persyaratan jabatan (Job
Requirement) yang mutakhir (terbaru);
7. Menjaga efektivitas dan efisiensi program pemeliharaan SDM dan sisial di wilayah;
8. Menjalin hubungan industrial yang harmonis;
9. Mengkoordinir pelaksanaan WASKAT di wilayah;
10. Menindak lanjut perbaikan proses pengembangan usaha atas penyimpangan hasil
temuan pemeriksaan SPI/BPKP/Pemeriksa Independein.
D. Bagian Kenangan
Tugas bagian Keuangan :
Mengelola seluruh aktivitas keuangan guna mengendalikan kinerja keuangan wilayah
pos V sesuai dengan arah dan strategi dan kebijakan wilayah yang bersangkutan.
Tanggung jawab bagian Keuangan:
1. Menjaga likuiditas keuangan wilayah V;
2. Menjaga kelancaran pengendalian anggaran;
3. Menjaga keakuratan dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan
manajemen;
4. Menjaga konsistensi dan standarisasi pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi;
5. Mengajaga kewajaran perhitungan harga referensi untuk pengadaan barang dan jasa.
E. Bagian Tehnik dan Sarana
Tugas bagian Tehnik dan Sarana:
Menyediakan teknologi tepat guna dan sarana untuk mendukung kegiatan operas
Tanggung jawab bagian Tehnik dan Sarana:
1. Menjamin tersedianya teknologi dan sarana yang dibutuhkan dalam upaya
mendukung kegiatan operasi;
2. Menjaga ketertiban sistem penata usahaan naskah-naskah yang berkaitan dengan
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pertanggungan peralatanl
perlengkapan teknik dan sarana yang dipergunakan.
F. Bagian Sekretaris Wilayah
Tugas Sekretaris Wilayah:
Mengelola kegiatan kesekretariatan, kegiatan protokoler, kehumasan serta advokasi
hukum.
Tanggung jawab Sekretaris Wilayah:
1. Menjaga kelancaran kegiatan Kawilpos;
2. Menjaga kelancaran kegiatan tata usaha Wilpos;
3. Menjaga kelancaran kegiatan kehumasan;
4. Menjamin setiap keputusan manajemen Wilpos terhindar dan dampak hukum yang
dapat merugikan dan merusak citra perusahaan.
4.1.1.3. Aktivitas Utama Perusahaan
Sebagai agen pembangunan, PT. Pos Indonesia (Persero) mengemban misi sosial yang
sudah lama dirasakan manfaatnya. Oleh masyarakat luas karena ditunjang adanya jaringan
pelayanan pos yang mencapai daerah-daerah terpencil di seluruh tanah air. Layanan pos tersebut
terselenggara untuk memenuhi berhagai kebutuhan masyarakat mulai dari kehutuhan agar
sarana komunikasi, jasa penginiman paket, sarana informasi dan lain-lain. Pada dasarnya usaha-
usaha yang dilaksanakan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dalam memberikan jasa pelayanan
kepada masyarakat bergerak dalam bidang
1. Menyampaikan Berita dan Informasi Tertulis
Dalam memberikan jasa penyampaian berita dan informasi tertulis PT. Pos
Indonesia (Persero) melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai
benikut:
a. Surat biasa
b. Surat Tercatat
c. Sunat kilat
d. Surat Kilat Khusus
e. Kantor pos
f. Warkat pos
g. Penyebaran surat pos tanpa alamat
2. Menyampaikan Pengirirnan Uang
Dalarn memberikan jasa penyampaian pengiriman uang PT. Pos Indonesia (Persero)
melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai berikut :
a. Wesel Pos
b. Wesel Pos berlangganan
c. Dinas Pos dan Cek pos
d. Cek Pos Wisata
3. Menyampaikan Pengiriman Barang
Dalam memberikan jasa menyampaikan pengiriman barang PT. Pos Indonesia (Persero)
melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai berikut :
a. Surat tercatat
b. Paket Pos
Macam-macam Paket Pos adalah sebagai berikut:
1. `Paket Pos Biasa : Darat / Laut
2. Bulk Paket Pos : minimum berat Bulk Paket Pos 10 Kg dan maksimum berat kotor tiap
kantong 40 Kg.
3. Paket Pos Udara Domestik Pengirirnan barang di dalam negeri dengan menggunakan
alat angkutan Udara.
Sebagai penyedia semua komunikasi usaha pos tidak terlepas dengan perkembangan
teknologi informasi secara garis besar usaha pokok (Cone Business) dan usaha penunjang (Non
Cone Business) serta berdasarkan sifat media penyimpanannya. Di bawah mi disebutkan jenis-
jenis pelayanan yang diberikan oleh PT Pos indonesia (Persero) :
1. Layanan Fisik
a. Layanan surat pos
b. Layanan paket pos
c. Layanan Keuangan
d. Layanan Filateli
2. Layanan Elektronik
Layanan ini menjadikan Wasantara-net sebagai tulang pungungnya. Fasilitas-
fasilitas yang disajikan adalah:
a. Internet
Untuk menyajikan fasilitas-fasilitas layanan pertukaran informasi rnelalui internet,
yaitu
1. Surat Elektronik (E-mail)
2. Kotak Pos Elektronik
3. Warung Pos Internet (Warposnet)
b. Electronic Data Intercharge (EDT) untuk membentuk jaringan komunikasi berbagai
data, antara lain Eko-net, Sosio-net, Agro-net, Sekolah Terbuka, Perpustakaan
Terbuka, dan sebagainya.
c. Hybrid Mail
1. Surat Bisnis Elektronik
2. Direct Mail
3. Wesel Pos Elektronik
4. Advertensi Elektronik
5. Internet Hibrida
3. Layanan Properti
Selain itu terdapat usaha penunjang yaitu usaha properti yang antara lain dapat
memberikan pelayanan sebagai berikut
a. Penyewaan ruang/ tempat
b. Usaha transportasi
e. Belanja lewat pos
d. Pos pelayanan keagenan
Berikut ini akan penulis kemukakan lebih rinci mengenai aneka layanan dan pelayanan
pos, yaitu sebagai berikut:
1. LayananPos
a. Surat Pos
Layanan standar pengiriman berita yang tersedia di semua kantor pos
dengan tarif seragarn baik untuk perhubungan di dalarn maupun di uar negeri.
Klasifikasi kiriman jenis surat pos alamat yaitu surat, kartu pos, warket pos, barang
cetak majalah, surat kilat. Layanan untuk kiriman pos cepat di dalam negeri (express
mail) yang menjangkau seluruh Indonesia dengan prioritas kecepatan dalam
penyaluran dan pengantaran.
b. Surat Kilat Khusus (SKI-I)
Layanan dokumentasi sebagai solusi tempat kiriman pos di dalam negeri
sehingga dapat dilakukan jejak lacak, guna rnengetahui status kiriman. Jaringan
SKH diatur di lebih 220 kota di Indonesia dengan waktu tempuh antara 24 jam
sampai dengan 48 jam.
c. Express Mail Service (EMS)
EMS merupakan sarana untuk pengirirnan surat, dokurnen dan barang ke
luar negeri secara cepat dengan menggunakan alat angkut udara tujuan negara-
negara yang termasuk dalam jaringan EMS. EMS merupakan solusi tepat untuk
kiriman pos internasional dengan fasilitas jejak lacak, guna mengetahui status
kiriman. Jaringan EMS tersebat luas ke dan dari 46 negara terkemuka dengan waktu
tempuh antara satu sampai empat hari.
d. Ratron (Surat Pos Elektronik)
Layanan surat elektronik yang merupakan gabungan antara surat secara fisik
dengan kombinasi transmisi data melalui jaringan telekomunikasi. Hasil transfer data
berupa copy naskah asli akan diantarkan kepada alamat penerirna dalam sampul
tertutup dengan jaminan waktu tempuh maksirnal enam jam.
e. Ratron Simpati
Adalah pengiriman surat secara elektronik untuk ucapan/ pesan simpati,
umpamanya ucapan selamat hari raya, ulang tahun, natal, perhitungan, pernikahan
dan lain sebagainya. Hasil transfer data berupa pesan pribadi dalam bentuk atau
kiriman ucapan akan diantarkan kepada alamat yang akan dituju.
f. Surat Bisnis Elektronik (SBE)
Layanan gabungan antara transmisi data elekronik dengan fisik surat pos,
jenis layanan ini sangat tepat untuk pengiriman surat atau berbagai jenis tagihan
dalarn jumlah besar sehingga merupakan solusi korespondensi massal. Proses
pekerjaan yang dapat dilakukan oleh SBE antara mulai percetakan, pelipatan,
pemasukkan ke dalarn sampul dan pengeleman yang diproses secara komputerisasi
dengan mesin berkecepatan tinggi sampai dengan pengantaran layanan SBE
sementara barn dapat dilakukan di Sentral Pengelolaan Pos Jakarta.
g. Wesel Pos
Layanan transfer uang sebagai solusi kiriman uang ke seluruh Indonesia.
Tersedia berbagai jenis layanan tambahan untuk wesel pos yaitu wesel pos kilat,
wesel pos kilat khusus, wesel pos elektronik (westron), wesel pos berlangganan,
wesel pos tembusan dan wesel pos luar negeri dan beberapa negara. Westron (Wesel
Pos Elektronik) merupakan cara mengirim uang di dalam jaringan westron dengan
waktu tempuh maksimal 6 jam sejak pengiriman di kantor pos sampai alamat tujuan.
h. GiroPos
Layanan keuangan untuk menampung, menyimpan dan pembayaran
berbagai transaksi, baik untuk rekening maupun perusahaan atau keperluan bisnis di
Indonesia.
i. Cek Pos Wisata
Layanan keuangan sebagai solusi dana perjalanan karena dapat diuangkan di
semua kantor pos. Tersedia beberapa harga nominal CPW mulai dan Rp 10.000,00
sampai dengan Rp 250.000,00. Berbagai hotel, travel biro dan tempat-tempat lainnya
menerima CPW sebagai alat pembayaran.
j. PaKet Pos
Layanan untuk pengiriman barang yang dapat dilakukan kantor pos, baik
untuk perhubungan domestik maupun internasional.
k. Mail Order (Belanja Lewat Pos / BLP)
Menyadari bahwa penyebaran masyarakat sangat luas di seluruh Indonesia,
PT. Pos Indonesia (Persero) bekerja sama dengan mitra kerja rnenyediakan layanan
BLP sebagai sarana belanja jarak jauh berbagai produk. Manfaat bagi konsumen
antara rnendapatkan produk-produk pilihan dengan harga yang sama di seluruh
Indonesia. Deskripsi dan ilustrasi produk-produk digelar dalarn katalog atau brosur
yang diterbitkan secara berkala. BLP juga memberikan manfaat yang positif bagi
produsen, melalui BLP dapat langsung mengakses pasar nasional tanpa harus
membangun jaringan distribusi sendiri.
Pelayanan ini bertujuan lehih mendekatkan jarak antara produsen dan
konsumen, yang kelak masyarakat dapat memesan berbagai barang dan
menyelesaikan urusan pembayarannya melalui kantor pos.
Dalam pelayanan mail order barang dipesan konsumen pada produsen dan
akan disampaikan lewat pelayanan paket pos ke alamat pemesan. Masyarakat
merupakan konsumen untuk barang-barang tertentu, sebaiknya produsen tidak
terdapat dimana-mana, artinya tidak setiap tempat selalu ada produsen, sehingga
panjang antara produsen dan konsumen dapat diperpendek. PT. Pos Indonesia
(Persero) berupaya untuk melayani masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari kota
besar sehingga pemerataan kesempatan berbelanja dapat diwujudkan di seluruh
wilayah Indonesia tanpa dibebani biaya yang mahal bagi konsumen yang
memerlukan barang yang tidak terdapat di tempat ia berada.
l. Pos Plus
Berbagai layanan dengan nilai tambah yang dikemas melalui sarana
pelayanan pos plus sehingga dapat memberikan solusi untuk semua jenis kiriman
pos. Fleksibilitasi kehandalan layanan antara prioritas utama yang diberikan oleh pos
plus sehingga layanan antara pos sesuai dengan kebutuhan pelanggan antara lain :
a. Kiriman Hari ini Sampai (KHIS)
Merupakan jawaban atas kebutuhan kiriman pos yang tiba di tempat pada hari
yang sama.
b. Kiriman Esok Sampai (KES)
Merupakan jawaban atas kebutuhan kiriman pos yang baru tiba di tempat tujuan
keesokan harinya.
c. Penanganan khusus atas kiriman, termasuk di dalamnya tata cara pengeposan
kiriman pos, pernbayaran dan pembuatan atas penerirnaan kiriman oleh alamat
yang dituju.
m. Filateli
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan memperkaya kegemaran mengumpulkan
prangko (filateli) telah berkembang pula produk-produk filateli yang lebih atraktif
dengan tema penerbitan yang bervariasi. Menyadari bahwa filateli merupakan benda
koleksi yang banyak diminati dengan penggemarnya maka usaha bisnis filateli telah
ditangani oleh suatu divisi agar lebih fleksibel dan akrab dalam melangkah bersama
filateli masyarakat.
n. Wasantara - net (w-net)
Layanan pertukaran informasi melalui internet, solusi komunikasi baik untuk
lingkup dalam maupun luar negeri. Sehingga jaringan telekomunikasi maksimal W-
net yang tersebar luas memberikan dampak efisiensi dalam mengakses informasi
global. Masyarakat dapat pula memanfaatkan W-net fasilitas warung pos internet
(warpos - cyhercofe) yang tersedia di Kantor Pos dan tempat lainnya.
o. Pos Patas (Pos Cepat Antaran Kota Terbatas)
Jasa pengiriman surat atau dokumen di dalarn negeri dengan menggunakan alat
angkutan udara dan diberikan ganti rugi untuk keterlambatan atau kehilangan.
Jangka waktu pengiriman rnaksimal adalah 12 (dua belas) jam sejak keberangkatan
alat angkut dan kantor pos asal sampai alamat tujuan.
p. Pos CANTA (Pos Cepat Antaran Kota)
Adalah pengirirnan surat atau dokumen di dalarn kota dan diberikan ganti rugi
apabila terjadi keterlambatan/kehilangan. Tujuan pengiriman yang terdapat di dalam
kota dan memilih pelayanan Pos CANTA dengan waktu tempuh 8 (delapan) jam
sejak pengiriman di Kantor Pos sarnpai di alamat kecuali yang akan diantar
keesokan harinya.
q. JasaKeagenan
Selain memberikan pelayanan pokok yang telah diuraikan tersebut diatas, PT. Pos
Indonesia (Persero) dalam melayani kepentingan masyarakat juga rnemberikan
bermacam-macam pelayanan dalam bidang keagenan, seperti:
1. Penjualan Benda Materai (Kepunyaan Diijen Pajak)
2. Tabanas (Kepunyaan BIN)
3. Penerimaan Setoran Pajak
4. Pembayaran uang Pensiun
5. Pendaftaran dan Peiua1an Modul UT (Milik Depdikbud)
6. Penjualan Benda Agraria
7. Pengadaan Warpostel dan lain-lain.
r. Kotak Pos Eiektronik
Kotak pos elektronik merupakan sarana yang disediakan oleh Wasantara-net bagi
pengguna jasa informasi. Wasantara-net adalah jaringan informasi nusantara yang
dikembangkan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) bekerjasama dengan PT.
Telekornunikasi Indonesia dan SIT Telkorn, disediakan untuk masyarakat luas
sebagai layanan kemudahan untuk memperoleh dan mempertukarkan informasi.
Kotak pos ini selain berfungsi sebagai tempat penerima juga dipergunakan sebagai
tempat pengiriman informasi elektronik. Kotak pos elektronik ini serupa dengan
kotak pos biasa, perbedaannya terletak pada bentuk fisik informasi/ surat yang
dikirim. Kotak pos biasa dokumennya tertulis biasa dalam kertas, sedangkan kotak
pos elektronik dokumennya adalah data elektronik. Masyarakat yang membutuhkan
informasi dapat berlangganan pos elektronik mi yang memungkinlcan untuk
berhubungan dengan sumber informasi nasional ataupun berhubungan dengan
pelanggan kotak pos lainnya.
2. PelayananPos
a. Pos Serba Ada (Poserba)
Poserba hadir untuk melayani tuntas segala kebutuhan pos yang dikemas dalarn
tatanan baru untuk memberikan kemudahan dan kenyaman bagi setiap
pengunjung yang datang. Poserba menyediakan untuk semua kebutuhan yang
berhubungan dengan pos dan berbagai alat tulis menulis termasuk kartu ucapan
atau benda filateli dalam kemasan khusus, poserba berada baik di kantor pos
maupun di tempat lain yang strategis.
b. Pos Pemasaran Keliling (Posarling)
Pelayanan pengantar pos yang selain mengantarkan kiriman pos juga ditambah
dengan pelayanan kebutuhan pos lainnya seperti penjualan benda pos dan
materai, penerirnaan kirirnan pos dan lain-lain sehingga mendekatkan layanan
pos kepada masyarakat.
c. Halo Pos
Kebutuhan masyarakat agar mudah menghubungi kantor pos rnelalui saluran
telepon yang praktis diwujudkan dalam Halo Pos 161 yang merupakan media
infonnsi dan layanan pos. Nomor telepon tiga digit 1 β 6 β 1 mudah untuk diingat
dan seragam di setiap kota yang dapat digunakan baik untuk permintaan
informasi tentang pelayanan pos, seperti penjemputan kiriman pos dan lain-lain.
Sarana Pos 161 menjadikan kantor pos selalu siap rnelayani setiap saat. Fasilitas
ini ditujukan agar pelanggan hemat, biaya dan upaya untuk selalu dekat dengan
jangkauan pelayanan pos.
3. Sarana Pelayanan Pos
Sarana pelayanan pos terdiri dari :
a. Pos Dirian
1. Kantor Pos I-VII
Adalah sarana pelayanan yang didirikan oleh PT. Pos Indonesia
(Persero) yang tersebar di seluruh Indonesia.
2. Kantor Pos VIIIβ X (KPTB)
Kantor Pos Tambahan (KPTB) adalah sarana pelayanan yang
beroperasi di wilayah perkotaan di wilayah pengawasan Kantor Pos I
β VII.
3. Kantor Pos VIII β X (KPP)
Kantor Pos Pembantu (KPP) beroperasi di wilayah kecamatan (luar
kota) dan daerah pemukiman transrnigrasi di bawah pengawasan kantor
pos VIII β X (KPP).
4. Kantor Pos Desa (KPD)
KPD adalah sarana pelayanan pos dan giro di ibukota kecamatan yang
belum ada Kantor Pos, bertempat di kantor kecamatan atau tempaat lain
yang disediakan oleh Pemda dan diselenggarakan oleh pegawai Pemda.
5. Sentral Giro
Berfungsi sebagai penyelenggara administrasi rekening koran dan para
rekening giro dalarn wilayah kerjanya yang telah ditentukan.
6. Sentral Pengolahan Pos
Yaitu rnenyelenggarakan pengolahan dan pendistribusian kiriman pos serta
pengantaran kiriman pos untuk wilayah kerjanya.
b. Pos Pelayanan Bergerak
Yang dimaksud dengan pelayanan bergerak adalah pos keliling kota (PKP),
pelayanan keliling (Poserling) dan pos keliling desa (PKD). Pengadaan PKK dan
PKD dimaksudkan untuk memperluas jangkauan pelayanan pos dan giro tanpa
membangun atau menyewa gedung guna memberikan kemudahan pelayanan.
Sedangkan pengadaan Posarliug dimaksudkan memberikan kemudahan
pelayanan pos termasuk informasi dan pengaduan atas pelayanan.
Berdasarkan atas uraian rnengenai aktivitas PT Pos Indonesia (Persero) maka dapat
disimpulkan bahwa PT. Pos Indoneisa (Persero) menjadi pelopor dalarn membuka
keterisolasian daerah, baik di bidang komunikasi, maupun distribusi barang dan jasa. Jadi untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya Sumber Daya Manusia yang profesioanal dan
terampil untuk mendukung tercapainya mutu layanan yang tinggi.
4.1.2. Efisiensi Biaya Pemasaran
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengumpulkan data dari PT. Pos Indonesia.
Biaya pemasaran dalarn arti luas meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai
diproduksi dan disimpan dalam gudang sarnpai dengan produk diubah kembali dalam bentuk
uang tunai jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran dimulai sebelum produk
didistribusikan ketempat diluar lingkungan perusahaan. Dalam hal ini kegiatan advertansi
biasanya mengawali kegiatan pernasaran produk. Berikut mi adalah biaya-biaya yang terjadi
dalam perusahaan
1. Biaya Produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar
biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk rnelaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contohnya adalah biaya ikian, biaya promosi, biaya angkutan dan gudang
perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang meaksanakan
kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).
3. Biaya Administrasi dan Umurn
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi
dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan,
Akuntansi, Personalia dan bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan,
biaya photocopy
4.1.2.1. Strategi dan Kebijakan Pemasaran Perusahaan
Strategi pemasaran diarahkan untuk terpenuhinya kepuasan pelanggan melalui
peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan, serta terselenggaranya pelaksanaan operasional
yang efesien dan produktif dengan memanfaatkan teknologi tepat guna secara optimal. Strategi
bidang ini juga diarahkan untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan pangsa pasar,
memperluas segmentasi pasar, inovasi dan renovasi produk. Sejalan dengan maksud tersebut
maka strategi yang ditempuh adalah:
1. Penyederhanaan produk suratpos dalam negeri yang dikelompokkan menjadi enam
kelompok yaitu Pos Biasa, Pos Kilat, Pos Kilat Khusus, Pos Patas, Pos Plus, Dan
Pos Elektronik.
2. Diversikasi jenis-jenis pelayanan dengan jasa-jasa baru yang mampu meningkatkan
jaminan kepastian kecepatan, ketepatan, dan keamanan. (Paket Esok Sampai,
Wasantara Net, Telegram)
3. Restrukturisasi jaringan pelayanan pos baik di perkotaan maupun daerah perintisan,
sampai desa dan lokasi-lakasi transmigrasi dengan sasaran peningkatan mutu
pelayanan, rnelalui peningkatan keberhasilan antaran, penanggulangan gangguan
keamanan kiriman, mengacu kepada standar-standar yang ditetapkan United Postal
Union ( UPU).
4. Mengembangkan budaya layanan yang berorientasi pada kemudahan dan kepuasan
masyarakat.
Secara garis besar strategi pemasaran ini terbagi menjadi tiga strategi yaitu :
1. Revitalisasi pemasaran.
2. Reorientasi internal.
3. Reorientasi eksternal.
Dalarn rangka menjalankan strategi pemasaran tersebut, PT. Pos Indonesia (Persero)
memiliki dasar kebijakan pemasaran, yaitu :
β’ Pemanfaatan Iptek.
β’ Pengembangan pasar.
β’ Penggeseran profit pelanggan menjadi segman industri/bisnis.
β’ Pengembangan layanan nilai tambah.
β’ Pemindahan pada layanan yang paling profit.
β’ Pengembangan Sistern Informasi Manajernen.
β’ Peningkatan kerjasama dengan pihak lain.
β’ Penyusunan data base.
β’ Pengembangan jaringan pemasaran
β’ Pencapaian target pendapatan
4.1.2.2. Program Pemasaran Perusahaan
Dengan mengacu kepada kebijakan dan srategi pemasaran yang telah ditetapkan dalam
usaha mencapai sasaran dan target perusahaan, maka disusun program pemasaran perusahaan
sebagai implementasi strategi.
Adapun program pemasaran yang direncanakan sampai saat ini adalah :
1. Mekanisme dan otomatisasi pengolahan pos.
2. Penggunaan system elektronik dalam jejak lacak kiriman pos dan pelaporan data
produksi.
3. Implementasi pengolahan pos dengan New Zealand Post
4. Evaluasi pilot project pengantar pos wanita di Jakarta untuk pengembangan secara
nasional.
5. Pembenahan sistem pencatatan ( statistik )
6. Review pendekatan pemasaran Poserba, (CPW).
7. Pengembangan kerjasama dengan mitra dalam pembentukan Posarling Plus.
8. Pengembangan kerjasama produk melalui pendekatan βConsumer orientedβ.
9. Pengembangan Sistem Informasi Pemasaran berbasis teknoiogi.
10. Kerjasama dengan pemda untuk intensifikasi pemungutan PBB
11. Kerjasama dengan PT Telkom dalarn penerimaan setoran pembayaran telepon.
4.1.2.3. Pembebanan Biaya Pemasaran
Dalam menganalisi biaya pemasaran sebaiknya biaya pemasaran terlebih dahulu
digolongkan dalam biaya pemasaran contoh biaya pemasaran langsung operasi dan produksi.
terhadap fungsi pemasaran adalah biaya penyusutan gudang, merupakan biaya pemasaran
langsung terhadap fungsi penyimpanan dan pergudangan. Biaya penyusutan gudang ini dapat
ditelusuri secara langsung(a)-1de fungsi penyimpanan dan pergudangan.
Elemen-elernen biaya pemasaran yang tergolong(a)-1sebagai biaya pemasaran tidak
fungsi pembungkusan dan pengirirnan, biaya bahan pembungkus, biaya pengiriman,
biaya depresiasi kendaraan, biaya operasi kendaraan.
5. Fungsi kredit dan penagihan. Fungsi kredit terdiri dari kegiatan pemantauan
kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan piutang dan pelanggan. Biaya fungsi
dan penagihan terdini dan gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan
piutang dan potongan tunai.
6. Fungsi akuntansi pemasaran. Fungsi akuntansi pemasaran terdiri dari kegiatan
pembuatan faktur dan penyelenggaraan terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan
penyelenggaraan catatan akuntansi penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji
karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya kantor.
Didalarn penggolongan berdasarkan fungsinya untuk mendapatkan pesanan ( order
getting ) perusahaan melakukan kegiatan advertansi dan prornosi, sedangkan untuk mernenuhi
pesanan ( order filling ) perusahaan melakukan kegiatan pergudangan, penjualan,
pembungkusan dan pengirirnan, pemberian kredit, dan penagihan serta kegiatan akuntansi
pemasaran.
Oleh karena itu pembebanan biaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan penggolongan biaya pemasaran adalah :
1. Biaya tenaga kerja
2. Biaya administrasi dan rumah tangga
3. Biaya pemeliharaan dan perbaikan
4. Biaya penyusutan
5. Biaya amortisasi
Pengendalian dan efisien biaya harus bertujuan menjamin bahwa biaya akhir pemasaran
tidak melebihi anggaran. PT. Pos Indonesia rnelaksanakan anggaran biaya pemasaran dengan
maksud untuk rnencegah penyirnpangan anggaran biaya pemasaran. Penerapan efisiensi biaya
pemasaran pada PT. Pos Indonesia Bandung, dapat diketahui melalui hasil jawaban atas
kuesioner yang disebarkan. Adapun hasil dari jawaban kuesioner efisiensi biaya pemasaran
(Variabel X) dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman berikut :
Tabel 4.1 Hash Kuesioner (Jawaban)
Efisiensi Biaya Pemasaran (Variabel X)
Responden/
Item
1x 2x 3x 1y 2y 3y 1a 2a 1b 2b
1 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4
2 4 4 4 5 5 4 3 2 4 4
3 4 5 4 4 5 3 2 5 4 4
1. Penjualan jasa
Dengan rneningkatnya penjualan jasa, pada umumnya akan mendukung juga dalarn
peningkatan pendapatan.
2. Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan jasa merupakan biaya-biaya yang berkaitan langsung maupun
tidak langsung terhadap seluruh kegiatan perusahaan.
3. Beban pemasaran
Beban pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan bagian pemasaran dalam
usahanya untuk penjualan jasa.
Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh PT. pos Indonesia akan menimbulkan
perolehan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dan kegiatan pemasaran merupakan salah
satu kegiatan yang dapat meningkatkan laba bagi perusahaan.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa aktivitas pemasaran merupakan
salah satu sumber untuk rnemperoleh pendapatan bagi perusahaan. Oleh sebab itu pendapatan
yang timbul sebagai akibat dan kegiatan pemasaran akan mempengaruhi laba perusahaan secara
keseluruhan.
Suatu pengakuan pendapatan terutama berhubungan dengan pengakuan pendapatan
dalam laporan rugi-laba suatu perusahaan. Jumlah pendapatan yang terjadi dan suatu transaksi
tersebut. Namun kadang kala timbul ketidakpastian dalam menentukan jumlah pendapatan atau
biaya yang berhubungan dengan pendapatan tersebut.
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada penyelesaian
dan transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila
seluruh kondisi ini terpenuhi :
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
3. Tingkat penyelsaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Nilai tukar produk atau jasa perusahaan adalah sebagai ukuran terbaik bagi pendapatan.
Nilai tukar ini menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dan pendiskontoan tagihan uang
yang akhimya akan diterirna dan transaksi pendapatan. Sebagai produk perusahaan
sebagairnana diukur dengan nilai tukar atau ekuivalen kas, masih rnenghadapi masalah untuk
memutuskan saat yang tepat untuk mengukur dan melaporkan pendapatan.
Dalam upayanya mengefisiensikan biaya pemasaran perusahaan bertujuan untuk dapat
meningkatkan perolehan laba di PT. Pos Indonesia laba selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang sifatnya mendukung peningkatan laba maupun faktor yang sifatnya justru
menurunkan laba pelaporan pendapatan selama kegiatan produksi berdasarkan atas akuntansi
akrual yang tradisional mengakui pendapatan pada saat dihasilkan jika pada saat yang sama
tagihan (klaim) terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip ini umunya berlaku pada
perusahaan jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa diberikan. Jumlah tagihan biasanya
ditentukan berdasarkan persetujuan atau kontrak sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga
perdagangan yang telah ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut rnembayar
sampai suatu tanggal kemudian atau setidak-tidaknya sarmpai sejumlah jasa tertentu diberikan.
Untuk lebih jelasnya kondisi tingkat laba yang terjadi pada PT. Pos Indonesia dapat
diketahui melalui hasil jawaban kuesioner yang disebarkan. Adapun hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.2 pada halaman berikut :
Table 4.2 Hasil Kuesioner (Jawaban)
Perolehan Laba (Variable Y)
Responden/
Item
1x 2x 3x 1y 2y 3y 1a 2a 1b 2b
1 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5
2 4 5 2 5 5 5 4 4 4 5
3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 2 4 5 4 2 5 5 4
5 4 3 4 3 5 4 2 2 5 4
6 4 4 3 4 4 5 2 4 5 4
7 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4
8 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4
9 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4
10 4 5 2 5 5 4 3 5 4 4
11 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4
12 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4
13 4 4 3 4 5 5 3 4 4 4
14 4 5 2 5 5 4 3 2 4 4
15 3 3 3 4 5 4 4 4 4 4
16 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4
17 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4
18 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4
19 3 4 3 4 5 4 4 5 4 4
20 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4
JUMLAH 83 84 68 93 99 87 76 88 85 83
4
2b 80
JUMLAH 804
Nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan pada tabel 4.3. adalah:
π = βππ
π=
804
10= ππ, π
Maka nilai rata-rata (Mean) Variabel X = 80,4
Nilai rata-rata dalam % =80,4
100π₯ 100 % = ππ, π % β ππ %
Jika kita bandingkan nilai rata - rata tersebut dengan kriteria yang telah Penulis tetapkan
(dapat dilihat pada Bab III) maka nilai rata-rata Variabel X yaitu 80,4% terletak di antara nilai
68 β 83 yang dirancang untuk kriteria βefisienβ, sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi
biaya pemasaran yang diterapkan pada PT. Pos Indonesia efisien (sekitar 80 %). Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Adanya penggolongan dan analisis biaya pemasaran yaitu, perusahaan telah
rnenetapkan pengelompokkan biaya pemasaran; perusahaan telah melakukan analisis-
analisis biaya pemasaran menurut objek, fungsi dan menurut usaha pemasaran; adanya
dokumen yang saling mendukung dalam setiap transaksi pemasaran; anggaran biaya
pemasaran dan realisasainya relatif telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
2. Telah memenuhi karakteristik biaya pemasaran yaitu, perusahaan telah menetapkan
dengan konsisten metode pemasaran yang digunakan; dalam melakukan kegiatan
pemasaran selalu disesuaikan dengan keadaan aktivitas pasar; terdapat kebijakan dan
standar dalam menentukan biaya pemasaran; telah terdapat pengendalian biaya
pemasaran yang memadai untuk mencapai tingkat laba yang telah ditetapkan.
3. Efisiensi biaya pemasaran yaitu, Perusahaan telah menetapkan target yang ingin
dicapai dengan jelas dalam kegiatan pemasaran; telah adanya penetapan kriteria dan
batas yang berbeda-beda mengenai efisien atau tidaknya biaya pemasaran antara
bagian keuangan, akuntansi, anggaran, dan bagian pemasaran; telah adanya
pelaksanaan peninjauan dan penilaian efisiensi dan efektivitas pemasaran; telah
adanya pelaksanaan audit pemasaran serta pengendalian fungsi-fungsi pemasaran yang
penting dalam kegiatan pemasaran; telah adanya pelaksanaan pengukuran efisiensi
dan efektivitas biaya pemasaran dan berbagai macam biaya pemasaran.
4. Anggaran sebagai alat efisiensi yaitu, dalam perusahaan biaya pemasaran selalu
melalui usulan anggaran; penyusunan anggaran dilakukan oleh organisasi /
departernen perusahaan yang sehat; anggaran dibuat berdasarkan penelitian dan
analisis yang memadai; anggaran mendapat dukungan dan para pelaksana.
4.2.2. Analisis Perolehan Laba
Laba yang terjadi pada PT. Pos Indonesia dapat diketahui melalui hasil kuesioner yang
tersaji pada label 4.2.
Untuk menganalisis mengenai perolehan laba yang ada pada Pos Indonesia (Variabel
Y), maka cara yang dilakukan adalah menggunakan nilai rata-rata (mean) dan skor perhitungan
kuesioner Variabel Y masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan penulis berdasarkan nilal terendah (10) dan nilai tertinggi (100) seperti
yang telah dikemukakan pada Bab III.
Skor perhitungan masing-masing responden dan kuesioner perolehan laba (Variabel Y)
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Skor Perhitungan Kuesioner
Perolehan Laba (Variabel Y)
Responden Nilai Variabel Y
A 83
B 84
C 68
D 93
E 99
F 87
G 76
H 88
I 85
J 86
JUMLAH 846
Nilai rata-rata (Mean) dan skor perhitungan pada tabel 4.4 adalaH :
π = βππ
π=
846
10= ππ, π
Maka nilai rata-rata (mean) Variabel Y = 84,6
Nilai rata-rata dalam % =84,6
100π 100% = 84,6 % β 85 %
Jika kita bandingkan nilai rata-rata tersebut dengan kriteria yang telah penulis tetapkan
(bisa dilihat di Bab III) maka nilai rata-rata Variabel Y yaitu 84,6 terletak di antara nilai 84 β
100 yang dirancang untuk kriteria β sangat meningkat,β sehingga dapat disimpulkan bahwa
perolehan laba pada PT Pos Indonesia sangatlah meningkat (sekitar 85%), Hal itu disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Jenis laba yaitu, perusahaan telah menggolongkan jenis laba yang diperoleh dan
setiap kegiatan dengan jelas; laba digolongkan sesuai dengan ketentuan perusahaan
dan peraturan yang berlaku.
2. Kegunaan laba yaitu, semua komponen perusahaan memandang laba sebagai alat
ukur untuk menilai kinerja perusahaan; semua komponen perusahaan memandang
laba sebagai alat informasi untuk menilal kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan aktiva; perusahaan telah menetapkan laba yang harus
diperoleh sebagai dasar/acuan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
3. Pengukuran laba yaitu, perusahaan telah menetapkan metode pengukuran laba yang
jelas yang dilakukan dengan konsisten; konsistensi pengukuran laba diawasi dan
dievaluasi secara rutin; kegiatan operasi perusahaan khususunya bagian pemasaran
telah berjalan dengan reiatif efektif.
4. Pusat laba yaitu, bagian pemasaran menjadi salah satu pusat laba perusahaan;
pengukuran pusat laba menggunakan tingkat produktivitas kegiatan pemasaran
dalam menghasilkan laba; telah adanya tugas dan wewenang manajer pemasaran
dalam mengendalikan pendapatan dan pusat pertanggungjawaban divisinya; adanya
prioritas utama dalam mengembangkan kegiatan pemasaran; adanya pelaporan dan
tiap bagian yang berhubungan langsung dengan laba.
4.2.3. Analisis Pengaruh Efisiensi Biaya Pemasaran Terhadap Perolehan Laba
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi mengenal
pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian hipotesis yang dikemukakan sebelumnya yaitu βApabila efisiensi biaya pemasaran
tercapai maka akan meningkatkan perolehan laba β. Langkah - langkah untuk menguji hipotesis
yaitu :
1. Penetapan Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian terdiri dari hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis Iaternatif (Ha), yang
pada penelitian ini adalah :
Ho : = 0 ( efisiensi biaya pemasaran tidak dapat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan
laba)
Ha : β 0 ( efisiensi biaya pemasaran dapat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan
laba)
2. Penghitungan Nilai Statistik
Penghitungan nilai statistik pada penelitian ini menggunakan analisa korelasi Rank
Spearman dengan rumus:
ππ = π β πβπ π
π
ππ β π
Dimana : rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
di= Rank Xi β Rank Yi ( selisih ranking)
n = Jumlah responden
Sebelum memakai rumus di atas terlebih dahulu haus ditentukan ranking dan skor
perhitungan kuesioner masing-masing variabel. Skor perhitungan kuesioner masing-masing
variabel dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Sedangkan ranking atas skor perhitungan
kuesioner masing-masing variabel tersaji pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Perhitungan Ranking dan Selisih Ranking
Responden X Y Rank X Rank Y d Di2
1x 87 83 9 3,5 5,5 30,25
2x 80 84 5,5 5 0,5 0,25
3x 70 68 2 1 1 1
1y 83 93 8 9 -1 1
2y 99 99 10 10 0 0
3y 77 87 3 7 -4 16
1a 67 76 1 2 -1 1
2a 80 88 5,5 8 -2,5 6,25
1b 80 85 5,5 6 -0,5 0,25
2b 80 83 5,5 3,3 2 4
JUMlAH 60
Berdasarkan data yang diperlihatkan pada Tabel 4.5 di atas maka dapat kita ketahui
koefisien korelasi Rank Spearman dengan memasukan data-data tersebut ke dalam rumus:
ππ = π β πβπ π
π
ππ β π
ππ = π β π(ππ)
πππ β ππ
ππ = π β πππ
πππ
ππ = π β π, πππ
ππ = π, πππ
Koefisien Korelasi Spearman Rank antara Variabel X dan Variabel Y yang didapat dan
hasil perhitungan di atas adalah 0,636.
Karena dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat ranking yang berangka sama,
maka dalam perhitungan rs digunakan faktor koreksi sebagai berikut :
βπ2 = π3 β π
12β βππ₯
βπ2 = π3 β π
12β β
π‘3 β π‘
12
βπ2 = 103 β 10
12β
43 β 4
12
βπ2 = 1000 β 10
12β
60
12
= 82,5 β 60
12
= 82,5 β 5 = 77,5
βπ2 = π3 β π
12β βππ¦
βπ2 = π3 β π
12β β
π‘3 β π‘
12
βπ2 = 103 β 10
12β
23 β 2
12
βπ2 = 1000 β 10
12β
6
12
= 82,5 β 0,5 = 82
Sesuai dengan faktor koreksi tersebut di atas, maka rumusan rs dihitung sebagai berikut
:
ππ = βπ2 + βπ2 β βππ2
2 βπ2βπ2
ππ = 77,5 + 82 β 60
2 77,5 . (82)
= 99
159,43650773
ππ = π, ππππππππππππ β π, πππ
Untuk melihat seberapa besar Variabel X (Efisiensi Biaya Pemasaran) dapat
berpengaruh terhadap Variabel Y ( Perolehan Laba ) Maka koefisien determinasi dan rs = 0,624
adalah :
KD = rs2 x 100%
= (0,624)2 x 100%
= 0,38946695515 x 100% = 38,946 %
Artinya bahwa Efisiensi biaya pemasaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan
perolehan laba sebesar 38,946%.
3. Hasil pengujian
Hasil pengujian dibuat sesuai dengan kriteria pengujian yang telah ditetapkan pada bab
III yaitu dengan membandingkan nilai rs hitung dengan nilai rs tabel pada taraf signifikan Ξ± =
0,05.
Dan penghitungan nilai statistik didapat rs hitung adalah 0,624. Sedangkan rs tabel
dengan taraf nyata / signifikansi (Ξ± = 0,05) untuk n = 10 adalah 0,564 (lihat tabel 3.3.). Ini
berarti bahwa rs hitung ( 0, 624) > rs tabel (0,564), sehingga Hipotesis nol (Ho) ditolak dan
Hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti βApabila efisiensi biaya pemasaran tercapai maka
akan meningkatkan perolehan labaβ.
Dan perhitungan di atas , dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya efisiensi
biaya pemasaran pada PT. Pos Indonesia sangat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan
laba sebesar 38,946 % β 39 %.
Besamya pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba sebesar 39 %, hal
itu membuktikan bahwa selain dadi efisiensi biaya pemasaran, ada faktor faktor lain (61%) yang
juga ikut berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Pengaruh Biaya
Pemasaran terhadap Efektifitas Pencapaian Laba, maka Penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Biaya pemasaran pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V telah
efisien karena perusahaan telah menjalankan kebijkan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan serta telah terpenuhinya
indikator penelitian yang dikemukakan oleh Penulis pada Bab III.
2. Pencapaian laba pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V meningkat,
karena telah adanya penetapkan jenis, kegunaan, pengukuran dan
pusat laba.
3. Biaya pemasaran berpengaruh positif terhadap efektivitas
pencapaian laba perusahaan. Hal tersbut dapat dibuktikan dengan
pengujian hipotesis menggunakan koefisien korelasi Rank
Spearman sehingga dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif
biaya pemasaran terhadap efektivitas pencapaian laba 0.624.
Dengan menggunakan uji statistik koefisien determinasi, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa biaya pemasaran memiliki
pengaruh terhadap efektivitas pencapaian laba sebesar 39%
Sedangkan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini sebesar 61%.
Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat diketahui bahwa β Biaya
Pemasaran mempunyai pengaruh positif terhadap Efektivitas Pencapaian
Laba.β
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Peneliti memberikan
saran pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V harus mampu mempertahankan
kinerja perusahaan yang sudah berjalan dengan baik khusunya dalam
kegiatan pemasaran dan harus mampu meningkatkan kinerja perusahaan pada
masa yang akan datang.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Enda Suhenda
Tempat / Tanggal Lahir : Karawang, 16 Juli 1976
Alamat : Babakan Kedaung RT. 01 RW. 07
Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes
Kabupaten Karawang 41353
Agama : Islam
Nama Ayah : Wardi
Nama Ibu : Hj. Suhaeni
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Kamurang Tahun 1984 β 1990
2. SMP NEGERI 2 Rengasdengklok Tahun 1990 β 1993
3. SMEA Negeri Karawang Tahun 1993 β 1996
4. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung Tahun 1996 β 2001