Skripis Usaha Lulus Total Revisi New

81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan Pembangunan Nasional yang menyeluruh, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan secara terus menerus. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan merupakan usaha dan tekad untuk mewujudkan cita–cita antara lain di sektor pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif berusaha mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan juga merupakan kunci utama suatu bangsa dalam menyiapkan masa depan agar sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut untuk memberikan 1 (http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf ) 1

Transcript of Skripis Usaha Lulus Total Revisi New

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan Pembangunan Nasional

yang menyeluruh, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan secara terus

menerus. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan merupakan usaha dan tekad

untuk mewujudkan cita–cita antara lain di sektor pendidikan yaitu untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif berusaha mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan juga merupakan kunci utama suatu bangsa dalam menyiapkan

masa depan agar sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut

untuk memberikan suatu respon yang lebih cermat terhadap perubahan-perubahan

yang berlangsung di masyarakat. Dengan adanya tantangan dan persaingan dalam

menghadapi masa depan yang ketat, maka para tenaga profesional khususnya guru

harus dipersiapkan untuk melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung

jawab dalam mengupayakan dan meraih keberhasilan pada saat menjalankan tugas

pendidikannya.

Harapan-harapan yang ingin dicapai melalui program pendidikan telah

dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional kita sebagaimana tercantum dalam

pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 berbunyi : “Negara melindungi segenap

1 (http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf)1

2

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”.2 Hal tersebut diperkuat

berdasarkan penjelasan tujuan pendidikan nasional didalam GBHN tahun 1993 No.

281, sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, memperkuat budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, yang dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas, maka guru

mengemban tugas serta peranan yang penting, karena tanpa guru yang sadar mengajar

dan membimbing siswa di dalam maupun diluar sekolah, maka tujuan pendidikan

nasional tidak akan tercapai. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa pada dasarnya

hanya mungkin dapat dilakukan melalui pendidikan, karena pendidikan memberikan

bekal kemampuan jasmaniah dan rohaniah melalui pemberian pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai serta sikap tertentu guna menyesuaikan diri demi

kepentingan hidup dan kehidupan bangsa.

Maka upaya untuk membangun Negara dan bangsa Indonesia mutlak

diperlukan adanya pendidikan. Oleh karenanya sejak proklamasi kemerdekaan, kita

telah berusaha menempatkan dan menerapkan sistem pendidikan nasional yang

mantap dengan identitas nasional sesuai dengan tujuan Negara dan Bangsa Indonesia.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah

berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, akan dilaksanakan. Reformasi

pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan

sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan

2 UUD 1945, Tujuh Bahan – Bahan Pokok Indoktrinasi ( Jakarta: Panitia Pembina Jiwa Revolusi,2006), h. 43

3

perencanaan serta pola mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru dan

restrukturisasi model-model pembelajaran ( Murphy, 1992 : 10 ).

Seperti tercantum dalam Undang - Undang Republik Indonesia No. 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen yang berisi tentang : bahwa pembangunan nasional

dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak

mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3

Sebagai konsep dasar yang melandasi sistem pendidikan nasional tersebut:

bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Merupakan tanggung jawab yang

harus dipikul bersama oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Maka pendidikan

mutlak diperlukan untuk pembangunan nasional.

Program pembangunan dibidang pendidikan bertujuan kearah pembangunan

pendidikan yang meliputi semua jenis dan jenjang pendidikan. Usaha itu tidak hanya

untuk memenuhi kebutuhan dan jumlah lembaga pendidikan guna menampung anak-

anak usia sekolah, akan tetapi sekaligus ditujukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Untuk mencapai sasaran tersebut tentu diperlukan berbagai upaya serta

sarana dan prasarana, termasuk peningkatan mutu para calon tenaga pendidikan serta

para pengelola pendidikan.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan yang penting dalam

pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh

teladan, bahkan jadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki

prilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. 3 Undang - Undang Republik Indonesia NO. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

4

Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya,

guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.

Disisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya

karena wujud siswa pada tiap saat tak akan pernah sama sebab perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya

masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran lulusan suatu sekolah yang

diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran prilaku yang diharapkan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar, guru mampu mengantisipasi perkembangan keadaan dan

tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.

Demikian pula guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki

kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam

melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar khususnya.

Untuk memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri secara baik karena

fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa

secara profesional dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara

optimal, yang memungkinkan bahwa siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan

dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut

banyak faktor yang harus dipenuhi serta diperhatikan oleh guru, baik secara langsung

maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa.

Diantara faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar

adalah faktor kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebab

didalam proses belajar mengajar terdapat bermacam-macam perbedaan. Perbedaan

tersebut antara lain disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengajar, pengetahuan

5

yang dimilikinya, dan latar belakang pendidikannya. Seperti yang diungkapkan oleh

Soetjipto dan Kosasi : “ Semakin tinggi profesional guru semakin tinggi pula prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dimengerti, karena proporsi dalam kemampuan guru

adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar ”.4

Juga para siswa yang mengikuti pelajaran belum tentu menangkap apa yang

telah disampaikan oleh guru. Sering kali guru tidak memberikan respon terhadap

tingkah laku siswa di dalam kelas. Bila hal ini sering terjadi pada siswa maka sedikit

sekali kemungkinan siswa memperoleh prestasi yang diharapkan. Keberhasilan siswa

dalam belajar dapat dipengaruhi oleh pihak siswa sendiri dan dari luar pihak siswa.

Yang dapat mempengaruhi dari pihak siswa ialah bakat, motivasi belajar, ketekunan,

waktu dan kelengkapan sarana pendidikan dirumah, sedangkan dari luar pihak siswa

misalnya kemampuan guru yang baik kondisi dan kedisiplinan sekolah serta dorongan

dan perhatian orang tua.

Dapat dikatakan pencapaian prestasi belajar oleh para siswa bukan hanya

ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulum akan tetapi sebagian besar

ditentukan oleh kompetensi profesional guru yang mengajar dan membina mereka.5

Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya maka setiap

guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung

jawabnya tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu

membuat satuan model pembelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik,

mampu mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan

nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan

4 Soetjipto & Kosasi, Kemampuan Profesional Guru ( Jakarta: Ilmu Pendidikan, 2007 ), h. 1875 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi ( Jurnal ilmu pendidikan dan ilmu sosial, Vol. 11, No. 2, 2010 )

6

dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan

belajar dan sebagainya.

Seperti yang dijelaskan oleh Shapero : “ ...Critical resource in any excellent

teaching learning activities… ” Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat

hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari - hari di sekolah.6

Semakin jelas bahwa faktor kemampuan sangat penting dimiliki oleh setiap

guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai

seseorang setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui prestasi

belajar siswa di sekolah guru dapat melakukan evaluasi yang dapat dijadikan sebagai

suatu barometer untuk mengukur berhasil atau tidak, memuaskan atau tidak

memuaskan masing-masing siswa.

Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru, proses pendidikan dan

pengajaran yang dikembangakan secara maksimal akan mempengaruhi kondisi dan

situasi belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Lemahnya prestasi belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor

yaitu faktor dalam diri siswa, faktor lingkungan dan faktor pendekatan belajar.7

Kemampuan siswa berpengaruh besar terhadap prestasi belajar, diantaranya sikap dan

minat belajar siswa, motivasi belajar siswa, strategi belajar siswa, konsentrasi belajar

siswa. Selain faktor kemampuan masing-masing siswa yang bersangkutan. Faktor

yang berasal dari luar juga ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya,

guru, peran orang tua, masyarakat dan yang terakhir faktor pendekatan belajar

(approach to learning) yaitu jenis upaya belajar siswa (kebiasaan) yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

6 Shapero, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar ( Jakarta: Bumi Aksara, No.2, 2007 ), h. 47 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 132

7

materi pelajaran. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya

dalam prestasi belajar siswa.

Tingkat prestasi belajar siswa merupakan bagian dari dampak kepemilikan

kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa

biasanya dilihat dari kualitas atau perubahan yang ditunjukan siswa setelah mengikuti

pembelajaran, sehingga dapat dinilai melalui sejauh mana kebutuhan belajar siswa

dapat dipenuhi secara optimal oleh guru dengan melihat indikator-indikator yang

mempengaruhi mutu lulusan, yaitu melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Standar kompetensi lulusan menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa “ kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan ”. Pasal 26

ayat 2 PP tersebut berbunyi standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan

menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lajut.

Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi prestasi

belajar adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran ini berupa kompetensi

profesional yang harus dimiliki oleh guru. Karena kemampuan mengajar merupakan

penentu keberhasilan proses pembelajaran siswa yang pada dasarnya akan

menimbulkan dampak bagi prestasi belajar, hal tersebut diperkuat oleh pendapat

Alhumami : Guru tetap merupakan faktor determinan dalam menentukan tinggi

rendahnya mutu pendidikan.8 Prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh standar

penilaian pendidikan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

8 Alhumami, Profesionalisme Guru SMA : Harapan, Tantangan, dan Tuntutan Mendesak Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Vol. 3 No. 2 (Jurnal Pendidikan Widya Tama, Juni, 2006), h. 81 – 93

8

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan

mengikuti mekanisme tersebut diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui standar Ujian Nasional

(UN).

Dalam hal ini guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai

dan norma-norma kepada generasi muda. Guru akan melaksanakan tanggung

jawabnya apabila dia memiliki suatu kompetensi dari semua aspek pendidikan,

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan

kompetensi kepribadian.9 Terutama guru dituntut untuk memiliki suatu kompetensi

yang disebut dengan kompetensi profesional guru agar memperoleh gambaran

penjabaran dan deskripsi yang jelas mengenai konsep kompetensi profesional.

Kenyataan yang ditemukan dilapangan, guru banyak mengalami masalah

dalam menjalankan profesinya dengan baik yang disebabkan adanya keterbatasan atau

ketepatan waktu serta kurangnya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan

memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan

keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak

mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.

Selain itu, terkadang faktor Komunikasi guru dan siswa juga ikut

mempengaruhi kesulitan siswa dalam belajar, sebagai contoh kurang jelasnya seorang

guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa sukar untuk dipahami atau

dimengerti oleh siswa-siswanya. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang

dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang

maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru.

9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, Cet. Ke-3, 2008)

9

Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud

secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan

keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang

disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya,

jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan

siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses

pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor

utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Keterbatasan

pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun

penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kompetensi Profesionalisme Guru

Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kurangnya pengembangan sikap atau kompetensi Profesionalisme guru.

2. Kurang tepatnya penggunaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Kurang tepatnya penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Kurangnya kreatifitas dalam proses belajar mengajar.

5. Kurangnya komunikasi antar pengajar dan siswa.

10

6. Kurang tingginya standar evaluasi yang diberikan.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari apa

yang ingin diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan sebagai

berikut:

a. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan profesionalisme guru

sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini, kompetensi profesionalisme

guru yang dimaksud adalah yaitu guru yang memiliki kompetensi, guru yang

berkualitas yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kompetensi guru

yang akan diteliti dalam skripsi ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni;

merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran,

melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, serta

menilai kemajuan proses belajar mengajar.

b. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan

siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang

dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai rapor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah:

a. Proses kompetensi profesionalisme guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 44

Jakarta Timur.

b. Hasil prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.

11

c. Korelasi antara kompetensi profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di

Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Prestasi Belajar di kelas X (sepuluh) di Sekolah

Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur ?

2. Untuk mengetahui bagaimana Kompetensi Profesional Guru kelas X (sepuluh) di

Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur ?

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara Kemampuan Profesional

Guru terhadap Prestasi Belajar siswa dalam proses belajar mengajar

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini:

1. Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme

dan kinerja guru.

2. Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran

sekolah yang bersangkutan.

3. Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas personal

dan profesional sebagai pendidik.

4. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan

dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun untuk yang

akan datang.

5. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai

pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki seorang guru. Sehingga

12

dengan demikian, dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses

kedepan.

13

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi

Istilah kompetensi memiliki banyak makna, Usman menjelaskan bahwa:

“Kompetensi merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan

seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif”.10

Pendapat lain mengenai kompetensi dikemukakan oleh Hall dan Jones yaitu:

“pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat

yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan

diukur”.11

Bertolak belakang dengan kedua pendapat di atas, kompetensi mengacu kepada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang dapat diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam

jenjang pendidikan apapun karena kompetensi itu memiliki kepentingan tersendiri dalam

hubungan dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa,

karena tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing

siswanya.

Sebagaimana diketahui, bahwa peningkatan mutu pendidikan dewasa ini tidak

dapat ditawar lagi. Lebih-lebih bila dikaitkan dengan kemajuan dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya. Selain itu dalam upaya menghadapi

era globalisasi peningkatan kualitas pendidikan perlu mendapatkan perhatian secara

serius pula, karena melalui pendidikan yang berkualitas tersebut dimungkinkan

10 Usman, Guru Profesional Implementasi KTSP, (Jakarta: Rajawali pers, 2011), h. 5111 Masnur. Muslich, KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

13

14

terciptanya sumber daya manusia yang handal, yakni manusia yang mampu mengikuti

perkembangan IPTEK dan sekaligus dapat menangkal kemungkinan adanya efek-efek

negatif yang dapat merusak citra maupun kepribadian bangsa. Dengan demikian bangsa

Indonesia nantinya diharapkan mampu bersaing dengan Negara-negara lain di dunia.

Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan, sesungguhnya

banyak faktor yang turut menentukan. Salah satu faktor yang dianggap penting dan

mempunyai peran yang sangat strategis adalah faktor tenaga kependidikan, khususnya

guru. Guru merupakan suatu profesi yang memiliki peran strategis dalam upaya

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan

pendidikan lanjut didalam science dan teknologi yang dipergunakan sebagai perangkat

dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan bermanfat.12 Pendapat di atas

makin diperkuat oleh Ornstein dan Levine yang menyatakan bahwa profesi itu adalah

jabatan yang :

a) Melayani masyarakat, merupakan karir yang akan dilaksanakan sepanjang

hayat ( tidak berganti-ganti pekerjaan)

b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan

khalayak ramai.

c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori dan praktek.

d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

e) Adanya persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya.

f) Mempunyai komitmen terhadap jabatan, dengan penekanan terhadap layanan

yang akan diberikan.

12 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 131

15

g) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

h) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau yang

menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

i) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari

tiap anggotanya.13

Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini. Karena mengajar

melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat dominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut

dapat diamati bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar

semua kegiatan profesional lainnya. Oleh karena itu mengajar seringkali disebut sebagai

ibu dari segala macam profesi.

Guru merupakan faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal

pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi

tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan

kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Guru sebagai

“kuli pendidikan” yang profesional di kelas pembelajaran siswa menuju kepribadian

yang utuh, menyaratkan sepuluh kompetensi dasar yang harus melekat padanya. Menurut

Nana Sudjana, A. Muri Yusuf, dan Rochman Natawijaya sebagaimana dikutip

Syafruddin Nurdin sebagai berikut:

a) Menguasai bahan yang akan diajarkan,b) Mengelola program belajar mengajar,c) Mengelola kelas,d) Menggunakan media/sumber belajar,e) Menguasai landasan-landasan kependidikan,f) Mengelola interaksi belajar dan mengajar,g) Menilai dan meningkatkan prestasi siswa,h) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan,i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian. 14

13 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : Dikbud, 2008), h. 1414 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul ( Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), h. 150

16

Selain harus memiliki sepuluh kompetensi dasar, guru juga perlu menguasai

beberapa kompetensi guru yang wajib dimiliki untuk melaksanakan tugasnya secara baik

sesuai dengan profesi yang dimilikinya,. Kompetensi guru itu mencakup Kompetensi

Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.15

1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.2. Kompetensi Kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: a) mantap; b) stabil; c) dewasa; d) arif dan bijaksana; e) berwibawa; f) berakhlak mulia; g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.3.Kompetensi Profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.4.Kompetensi Sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : a) berkomunikasi lisan dan tulisan; b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri

tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan

lamanya mengajar.16 Disisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang

dibinanya karena wujud siswa setiap saat tidak akan sama sebab perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya

masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran para lulusan suatu sekolah yang

diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran perilaku guru yang diharapkan sangat sangat

15 UU No. 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1016 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dam Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64

17

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan proses

belajar mengajar, guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan keadaan dan

tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.

Demikian juga dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan

tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan

pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki

kemampuan tersebut guru perlu membina dan mengembangkan kemampuan siswa, baik

personal, profesional maupun profesi. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat

seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru, serta juga penting dalam

hubungannya dengan kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa.17

2. Pengertian Profesional

Guru sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus karena sebagai

suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat meliputi fisik, psikis, mental moral dan

intelektual. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan

pendidikan profesi.18

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan

persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Dimana setiap keputusan dari tindakan

yang akan dijalankan hendaklah didasarkan pada suatu rasionalitas. Maka pengenalan

dan pemahaman konsep merupakan sesuatu yang paling utama yang harus dimiliki setiap

tenaga pendidik profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan

17 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), h. 6418 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

18

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun

metode.19

3. Pengertian Kompetensi Profesionalisme Guru

Guru sebagai jabatan Profesional memerlukan suatu kompetensi yang dapat

mendukung dan melaksanakan tugasnya. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar

seorang guru untuk dapat menjalankan profesinya dengan baik. Guru hendaknya

memiliki seperangkat kompetensi tertentu. Setiap kompetensi tersebut dapat dicapai

dengan melalui sejumlah pengalaman belajar yang memadai. Menurut penjelasan Pasal

28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.20

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas dan

mendalam, sehingga dapat membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan, dalam standar pendidikan nasional.21 Tiga tingkat kemampuan guru

selaku tenaga profesional, ialah tingkatan kemampuan pribadi, tingkatan guru sebagai

inovator, dan tingkatan guru sebagai pengembang.22

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru sebagai seorang yang

bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan disekolah hendaknya memiliki tiga

tingkatan kemampuan yang harus dipenuhi, yaitu tingkatan kemampuan pribadi,

tingkatan guru sebagai inovator, dan tingkatan guru sebagai pengembang.

19 Surya, Guru Profesional Implementasi KTSP, (Jakarta: Rajawali pers, 2011), h. 4720 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, No.3 2008), h. 13521 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi (Jurnal ilmu pendidikan dan ilmu sosial, Vol. 11, No. 2, 2010), Peraturan pemerintah No. 19 tahun 200522 Sardiman, A.M, Kemampuan Profesional Guru (Jakarta: Ilmu Pendidikan, No.2 2005), h. 185

19

Keterampilan dasar guru tersebut sudah barang tentu dipahami dan selalu

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang berkualitas adalah guru

yang profesional, artinya memiliki keterampilan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya

sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan dapat dicapai secara efektif dan

efisien.

Sebagai suatu pedoman yang patut dipakai oleh para guru yang sejalan dengan

hal yang telah ditentukan tersebut, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat

Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis telah memberikan pedoman perangkat sejumlah

kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah:

a) Mengembangkan Kepribadian.

b) Menguasai landasan kependidikan.

c) Menguasai bahan pengajaran.

d) Menyusun program pengajaran.

e) Melaksanakan program pengajaran.

f) Menilai hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

g) Menyelanggarakan program bimbingan.

h) Menyelanggarakan administrasi sekolah.

i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat.

j) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.23

Sebagai seorang guru bukan hanya sekedar mengetahui apa itu kompetensi dasar

guru, tetapi betul-betul melaksanakan apa saja yang menjadi tugas dan perannya secara

profesional. Guru yang profesional akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang

efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil

belajar siswa di tingkat optimal.

23 Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 16

20

Apabila hal tersebut dilaksanakan secara baik maka pendidikan ini akan berhasil

karena dikelola oleh tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas, artinya memiliki

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas

sehari-hari.

4. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru

Guru yang profesional akan melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya

dan tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai

dengan tuntutan.

Sebagai profesional, guru dinilai mampu secara profesional apabila:

a) Guru tersebut mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

b) Guru tersebut mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil.

c) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di

sekolah.

d) Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses belajar mengajar

di kelas.24

Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung

jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertangung jawab untuk

mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi

proses konversasi nilai karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-

nilai baru.

Fungsi dan peran guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan

disekolah. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki kestabilan emosi ingin

memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap

perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus

24 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 17

21

memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai teori dan praktek

kependidikan menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran.

Guru sebagai anggota masyarakat harus pandai bergaul dengan masyarakat.

Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki banyak pengetahuan tentang

hubungan antar manusia, dan sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki

keterampilan membina kelompok, keterampilan kerja sama dalam kelompok, juga

keterampilan menyelesaikan tugas-tugas bersama dalam kelompok.

Guru sebagai pimpinan harus mampu memimpin. Untuk itu harus memiliki

kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip hubungan antar

manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi

yang ada di sekolah.

Guru sebagai pelaksana administrasi akan dihadapkan kepada administrasi-

administrasi yang harus dikerjakan disekolah. Untuk itu tenaga kependidikan harus

memiliki kepribadian, jujur, teliti, rajin, menguasai ilmu tata buku ringan, korespondensi,

penyimpanan arsip dan ekspedisi serta administrasi pendidikan lainnya. Guru sebagai

pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai berbagai metode mengajar

dan harus menguasai situasi belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat

apabila dapat mewujudkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau

teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Bagaimana guru meningkatkan layanannya,

pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya supaya dapat

meraih prestasi yang baik. Hal ini berhubungan dengan pola tingkah laku guru dalam

memahami, menghayati serta mengamalkan sikap kemampuan profesionalnya.

22

Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas

pengajaran yang dilaksanakan. Dengan cara demikian maka kesempatan belajar para

siswa akan meningkat, sehingga akan meningkatkan pula prestasi belajar para siswanya.

Oleh karena itu guru hendaknya selalu berupaya menciptakan kiat-kiat mengajar yang

sesuai dengan kondisi siswanya. Guru yang berkualitas bukan berarti mempunyai

pendidikan yang tinggi dan pandai, namun pada hakekatnya mampu menciptakan kondisi

belajar mengajar yang efektif untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.

Untuk dapat menjadi seorang guru yang profesional yaitu guru yang memiiki

motivasi tinggi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor-faktor yang

tumbuh dari dalam diri sendiri (faktor internal) juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang datang dari lingkungannya (faktor eksternal).

Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang akan memiliki tingkat

kemampuan profesional yang tinggi akan sangat dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau

faktor internal, yaitu pengaruh atau dorongan diri pribadi yang ada dalam diri seseorang

seperti pembawaan, sikap, kebiasaan, latar belakang kehidupan, tingkat pendidikan,

pengalaman masa lampau, keinginan dan harapan di masa depan.

Sedangkan faktor ekstrinsik atau faktor eksternal adalah semua faktor yang

datang dari lingkungan dimana dia bekerja. Sebagai seorang guru maka pengaruh ini

datangnya baik dari teman guru yang lain, kepala sekolah, pengawas atau tokoh

masyarakat lainnya. Faktor ekstern ini biasanya berupa perudang-undangan, organisasi

profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pimpinan dan pekerjaan.

Profesionalisme tenaga kependidikan memerlukan perjuangan jangka panjang

karena masih menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Untuk mengatur

keseluruhan tingkah laku dan sikap para anggota organisasi profesional tersebut harus

23

mempunyai kode etik profesional dengan kata lain, kode etik itu merupakan ukuran nilai

bagi para anggotanya untuk bertingkah laku dan bersikap dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan kepada masyarakat.

Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari pendidikan meupakan suatu

bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan tanah air, kemanusiaan

pada umumnya dan Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila serta Undang-Undang Dasar

1945 merasa turut bertanggung jawab pada terwujudnya cita-cita proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Atas dasar itu guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan

karyanya sebagai guru dengan berpedoman isi pernyataan berikut ini :

a) Guru berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai

dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.

c) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi peserta

didik, tapi menghindarkan diri dari segala penyalahgunaan.

d) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan baik

dengan orang tua bagi kepentingan peserta didik.

e) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk

kepentingan pendidikan.

f) Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan

mutu profesionalnya.

g) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik

berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.

h) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu

organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.

i) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah.25

25 Zahara Idris dan Lisna Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia,2008), h. 44

24

Berkat adanya kode etik guru Indonesia, guru-guru di Indonesia mempunyai

pegangan untuk melaksanakan tugas profesionalnya. Masyarakat dan negara ingin agar

kode etik tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga disuatu pihak masyarakat

dapat jaminan pelayanan yang profesional dari guru, dilain pihak guru merasa dilindungi

dan dengan aman melaksanakan tugasnya serta mengembangkan dirinya.

6. Pelaksanaan Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Mengajar itu memang rumit, bukan hanya guru itu tahu banyak tentang bahan

pelajaran dan menguasainya, tetapi harus paham mengenai murid-muridnya dalam proses

belajar mengajar. Selain itu guru juga harus memiliki atau mengembangkan bakat untuk

mengajar di aspek seni.

Mengajar merupakan pekerjan yang rumit dan tidak ringan, guru menyampaikan

pelajaran di depan kelas, juga mendesain bahan pelajaran, memberi tugas-tugas, menilai

proses belajar murid, merencanakan kegiatan-kegiatan lain dan menegakan disiplin.

Disamping itu juga harus menyimpan dan memelihara catatan murid, mengatur dan

mengelola kelas, mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar, berbicara kepada orang tua

murid dan bahkan melakukan bimbingan dan konseling bagi murid-muridnya.

Witherington, dalam buku Educational Psychology. Mengemukakan bahwa:

“Belajar adalah suatu perubahan dari dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai

suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,

atau suatu pengertian”.26 Jelas kiranya bahwa mengajar bukanlah pekerjaan yang

sederhana dan mudah. Diperlukan kesiapan mental yang memadai untuk melaksanakan

tugas mengajar itu.

Seseorang yang telah memiliki suatu karir, tentu biasanya akan berhasil baik bila

dia mencintai karirnya dengan sepenuh hati. Artinya dia mau melakukan apapun agar 26 Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84

25

karirnya dapat berhasil dengan baik. Komitmen dengan pekerjaannya, mau dan mampu

melaksanakan tugas dengan baik agar dapat memberikan layanan yang memuaskan.

Guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan

keinginan peserta didik yang dipengaruhi oleh ilmu dan teknologi. Oleh karena itu guru

selalu dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya,

keterampilan dan mutu layanannya.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam menjalankan misi profesional,

dimana ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, guru harus terus menerus

mengembangkan diri agar wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti

perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Rochman Natawijaya mengemukakan:

Beberapa upaya untuk dapat selalu mengikuti perkembangan itu adalah dengan meningkatkan kemampuan dan keahlian berbahasa asing, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang kemudian diusahakan penerapannya. Peningkatan kemamampuan daripada itu dapat dilakukan dengan upaya mengidentifikasikan dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar dan mendiskusikan masalah yang timbul dalam praktek.27

Guru harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru

harus selalu dikembangkan dan dimuktahirkan. Dalam bersikap guru harus selalu

mengadakan pembaharuan sesuai dengan tuntutan dan tugasnya.

Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankannya demikian

juga dengan kemantapan pribadi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang

diselenggarakannya. Karena dengan pribadi yang mantap dan mempunyai integritas yang

tinggi, setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan, dan hal ini akan

berpengaruh pula terhadap ketenangan proses belajar mengajar. Kemampuan dan 27 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan. Masalah Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara,2008), h. 179

26

integritas pribadi harus dimiliki oleh setiap guru demi tercapainya tujuan pendidikan dan

mutu pendidikan.

Guru dimata masyarakat pada umumnya dan dimata siswa pada khususnya

merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan

sehari-hari. Guru merupakan tokoh yang diberi tugas dan beban untuk membina dan

membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Untuk itu guru perlu memiliki

kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar

mengajar yang efektif karena, dengan dimilikinya kemampuan sosial tersebut, otomatis

hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada

keperluan dengan orang tua siswa tentang masalah siswa yang perlu diselesaikan, tidak

terlalu sulit menghubungi orang tua tersebut.

Mengingat siswa dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan sosial

ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara

individual dan ramah, guru diharapkan dapat menghayati perasaan siswa dan orang tua

yang dihadapinya sehingga ia dapat berhubungan dengan mereka lebih komunikatif.

Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya

diterima oleh masyarakat. Untuk itu guru harus memahami kaidah-kaidah psikologis

yang melandasi prilaku manusia terutama yang berkaitan dengan hubungan antar

manusia.

Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama teman sekerja dan

orang tua murid, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru

lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik dibidang pendidikan ataupun sosial.

Kemampuan guru menggambarkan kemampuan yang dituntut dari seseorang

yang memangku jabatan sebagai guru. Artinya kemampuan yang ditampilkan itu menjadi

27

ciri keprofesionalannya. Karena pada dasarnya pernyataan suatu kemampuan melukiskan

gabungan dari keterampilan dan kecakapan khusus.

Tidak semua kemampuan yang dimiliki seseorang menunjukan bahwa ia adalah

profesional, sebab kemampuan profesinya tidak hanya menunjukan apa dan bagaimana

melakukan pekerjaan semata-mata, tetapi juga menguasai rasional mengapa hal itu

dilakukan berdasarkan konsep dan teori tertentu.

Upaya meningkatkan kemampuan guru tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan

kemampuan melaksanakan tugas. Guru sebagai tenaga-tenaga profesional sekurang-

kurangnya dituntut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok yaitu

merencanakan proses belajar-mengajar, kemampuan menilai proses dan hasil belajar.

Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki guru. Kemampuan

yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku siswa dan

kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program.

Dalam pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu :

Sasaran pertama berupa perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada

siswa belajar setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Sasaran kedua adalah prestasi guru dalam mengajar dalam bentuk menyampaikan

bahan ajaran dengan baik atas penilaian pengawas atau masyarakat setempat, termasuk

penilaian dari para siswa sendiri.

Sasaran ketiga adalah derajat keunggulan program suatu pelajaran dibandingkan

dengan satuan pelajaran yang lainnya. Derajat keunggulan tersebut diukur dari

tujuannya, proses belajar mengajarnya, alat peraga yang digunakan, alat evaluasi yang

dibuatnya. Keunggulan itu terutama dilihat dari relevansi antara tujuan dengan

28

materinya, antara tujuan dan proses belajar mengajarnya, antara tujuan dan alat

evaluasinya.

Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Proses belajar

mengajar merupakan bentuk komunikasi antara pendidik dengan anak didik. Dalam

komunikasi itu terdapat pembentukan dan pengalihan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan dari guru kepada siswa.

Pengetahuan dan keterampilan dalam penilaian akan sangat membantu tercapai

keefektifan proses belajar mengajar. Penilaian tidak hanya mengukur pembentukan dan

pengalihan, tetapi menilai sampai berapa jauh materi pelajaran yang dikuasai siswa,

disamping menilai dirinya sendiri dan program yang dibuatnya. Karena guru merupakan

jabatan profesional, pengetahuan dan keterampilan mengadakan atau melaksanakan

penilaian seperti diatas mutlak diperlukan.

B. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi

Banyak kegiatan yang dijadikan sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya

tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu. Kegiatan mana yang

akan dituruti secara maksimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi.

Untuk lebih jelas tentang definisi prestasi Arifin dan kawan-kawan memberikan

penjelasan sebagai berikut :

Prestasi siswa merupakan kemampuan ranah kognitif, keterampilan dan sikap seseorang dalam usahanya menyelesaikan suatu hal atau masalah.28

Prestasi adalah hasil yang dicapai warga belajar setelah selesai mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.29

28 Arifin. Kemampuan Profesional Guru ( Jakarta: Ilmu Pendidikan, No.2, 2010 ), h. 18529 Waspodo,Muktiono. Strategi Pembelajaran dan Efikasi Diri dari Warga Belajar Terhadap Capaian Hasil Belajar. (Jurnal Ilmiah Visi 2007), h. 43-51

29

Dengan demikian maka dapat dapat diambil keputusan bahwa prestasi merupakan

akibat dari suatu kegiatan yang telah dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar yang

ditunjukan melalui nilai tes.

2. Pengertian Belajar

Hilgar dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan

“belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi

tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di

mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan,

pengaruh obat dan sebagainya)”.30

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya.31 Perubahan yang terjadi ketika belajar

berlangsung mempunyai aspek arahan (directional aspect). Kadang-kadang menimbulkan

suatu perubahan dalam arahan cita-cita kehidupan kita. Apabila perubahan itu merubah

sama sekali cara berfikir kita maka hal ini akan melibatkan dalam tujuan dan arahan

kehidupan kita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak sekali macamnya. Belajar

sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak hal diantaranya :

a. Faktor faktor lingkunganFaktor lingkungan ini dapat bagi dua yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.

b. Faktor faktor instrumentalFaktor instrumental terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum serta strategi belajar mengajar

c. Faktor kondisi internal siswa

30 Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 8431 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosda karya, No. 2, 2005), h. 5

30

Faktor kondisi internal siswa terdiri dari kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.32

Semuanya harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses

secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat

seperti ditempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, lalu

bangunan itu harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan

sekolah, demikian alat-alat pelajaran harus sedapat mungkin diusahakan memenuhi

syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis, dan pedagogis.

Faktor-faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia (sesama manusia), baik

manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung

hadir. Kehadiran seseorang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar,

akan mengganggu kegiatan belajar tersebut: misalnya kalau suatu kelas sedang

melaksanakan ujian, lalu terdengar banyak suara anak-anak lain yang sedang bercakap-

cakap disamping kelas; atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau lebih seorang

anak hilir mudik keluar masuk kamar itu, dan sebagainya, kecuali kehadiran yang

langsung misalnya sebuah potret atau gambar yang mempresentasikan seseorang, suara

nyanyian yang sedang didengarkan lewat media audio juga merupakan representasi dari

seseorang.

Faktor-faktor sosial seperti yang dikemukakan di atas pada umumnya bersifat

mengganggu proses belajar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Biasanya faktor

tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal-

hal yang sedang dipelajari atau aktifitas belajar, dengan berbagai cara faktor-faktor

tersebut harus diatur supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.

32 Sabri,M.Alisuf,Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.59

31

Faktor fisiologis dalam belajar yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan

keadaan fisiologis tertentu dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar. Keadaan

jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar.

Beberapa penyakit kronis sangat mengganggu kegiatan belajar, namun penyakit seperti

pilek, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang

tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan akan tetapi dalam

kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat menganggu aktifitas belajar. Fungsi

jasmani tertentu terutama fungsi panca indra dapat dimisalkan sebagai gerbang pintu

masuknya pengaruh kedalam individu, orang-orang mengenal dunia dan sekitarnya dan

belajar dengan mempergunakan panca indranya. Berfungsinya panca indra merupakan

syarat untuk dapat berlangsungnya kegiatan belajar dengan baik.

Dalam sistem persekolahan dewasa ini, panca indra yang sangat memegang

peranan dalam belajar adalah mata dan telinga, karena itu adalah kewajiban sebagai

pendidik untuk menjaga, agar panca indra anak didiknya dapat berfungsi dengan baik,

baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya

adanya pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta

perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik dikelas

dan sebagainya.

Faktor-faktor psikologis dalam belajar yaitu perlunya memberi perhatian khusus

kepada satu hal, yaitu hal yang mendorong aktifitas belajar anak. Pendidikan haruslah

berusaha untuk dapat mengenal kebutuhan yang paling dominan bagi anak didiknya.

Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak didik

ialah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya

32

kebutuhan biasanya disentralisasikan disekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut

mampu memobilisasi energi psikis untuk belajar.

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwanya, fakta tidak dapat diajarkan

sendiri, untuk setiap jenis tujuan didalam setiap jenis edukatif, terhadap setiap pelajar

dibutuhkan pemikiran yang matang mengenai metode yang akan dipakai oleh setiap

guru. Guru merupakan salah satu unsur dalam suatu sistem pendidikan, dimana guru

merupakan bagian yang memiliki tugas utama didalam mencapai tujuan pendidikan itu

sendiri. Hal ini jelas karena gurulah yang berhadapan langsung dengan para siswa,

sehingga guru memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan yang

dimaksud.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gambaran hasil yang dicapai akibat adanya pengajaran

atau latihan, dimana peristiwa dalam kondisi-kondisi yang ada pada batas-batas tertentu

dapat diketahui. Prestasi belajar erat kaitannya dengan kualitas dan intensitas

pengalaman belajar seseorang dalam rangka menginternalisasikan materi yang relevan

selama pengajaran. Seperti yang dikemukakan oleh M. Diah mengenai prestasi belajar

sebagai berikut:

Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.33

Penjelasan lain tentang Prestasi belajar oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan

di dalam buku Masalah Masalah Ilmu Keguruan, sebagai berikut:

a. Prestasi belajar merupakan pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah

laku.

33 (www.education-vionet.blogspot.com/2012/08/pengertian-prestasi-belajar-siswa)

33

b. Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkungan yang mengamatinya melalui

penghargaan atas prestasi yang telah dicapainya.

c. Keunggulan program atau satuan pelajaran yang dibuatnya karena relevan

dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya.34

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari

proses belajar.35 Jadi peran pengelola pendidikan selalu mengarahkan agar kegiatan

belajar mengajar dapat memperoleh prestasi yang semakin baik. Bagi seorang siswa

prestasi dapat dilihat dari hasil raport, kenaikan kelas, peringkat kelas, atau peringkat

sekolah.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku bagi subjek

belajar (peserta didik) ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor psikologis

juga mempengaruhi kegiatan belajar, Thomas F. Staton akan menguraikan faktor-faktor

tersebut:

a) Motivasi,b) Konsentrasi,c) Reaksi,d) Organisasi,

34 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan. Masalah Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara,2008), h. 153.35 (http://al-muzhoffar.blogspot.com/2011/01/hubungan-profesionalisme-guru-dengan.html)

34

e) Pemahaman,f) Ulangan.36

Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, peran guru pun sangat

menentukan terhadap keberhasilan siswa. Guru merupakan faktor penting dalam

menunjang prestasi belajar siswa. Dalam hal ini guru harus memperhatikan kemampuan

dan mengatur tingkat penguasan materi pelajaran siswa. Oleh karena itu peran guru

dalam meningkatkan kemampuan anak didik, dengan memberi suri tauladan yang baik

sehingga siswa memiliki suatu keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

5. Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah penilaian yang sifatnya kuantitatif, melukiskan suatu

peristiwa atau karakteristik dengan angka-angka. Pengukuran hasil belajar adalah

penilaian yang sifatnya kuantitatif yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung melalui tes, baik lisan maupun tulisan sehingga menghasilkan angka-angka

yang menunjukan hasil belajar bagi siswa.

Pengukuran memungkinkan guru membandingkan prestasi belajar seorang siswa

pada mata pelajaran tertentu dengan suatu standar atau ukuran, atau membandingkan

dengan prestasi belajar siswa-siswa yang lain. Pengukuran besar peranannya dalam

keputusan yang bersangkutan dalam tugas mengajar, apabila dilakukan dengan

semestinya pengukuran dapat menjadi data yang objektif

6. Ruang Lingkup Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi

Kegiatan pokok ekonomi dalam masyarakat terdiri dari produksi, distribusi dan

konsumsi. Pada masyarakat primitif hanya ada dua kegiatan ekonomi, yaitu produksi dan

konsumsi. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan mereka masih dapat dipenuhi dengan

barang dan jasa yang mereka hasilkan sendiri. Namun dengan berkembangnya peradaban

36 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 40

35

manusia, tidak mungkin manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan barang hasil

produksinya sendiri sehingga timbulah kegiatan distribusi.

Kegiatan produksi adalah kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan

barang atau meningkatkan daya guna barang untuk memenuhi kegiatan manusia.37

Kegiatan distribusi adalah kegiatan atau usaha manusia untuk menyalurkan

barang hasil produksi dari produsen kepada konsumen melalui proses jual beli.38

Kegiatan konsumsi adalah kegiatan pemanfaatan barang dan jasa atau kegiatan

menghabiskan daya guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.39

Kegiatan ekonomi tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, produksi

membutuhkan adanya kegaiatan distribusi dan konsumsi. Produksi tidak akan ada artinya

jika ada pihak yang mendistribusikan hasil produksinya kepada pihak yang

mengkonsumsi barang. Konsumsi juga tidak mungkin terjadi bila tidak ada pihak yang

memproduksi barang dan mendistribusikannya.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam belajar yang diraih siswa dalam proses belajar mengajar

berada dipundak seorang guru. Gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa serta

melakukan interaksi belajar mengajar di kelas. Peran guru dalam mengajar dituntut

profesionalisasi dengan mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar,

menguasai apa yang akan disajikan serta bertanggung jawab atas semua yang telah

diajarkan. Oleh karena itu, kemampuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswanya.

37 Sadono. Sukirno, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 25 38 Ibid, 2539 Ibid, 26

36

Prestasi belajar menggambarkan hasil yang dapat dicapai akibat adanya program

pengajaran, dimana prestasi terjadi didalam kondisi-kondisi yang ada pada batas-batas

tertentu. Prestasi belajar erat kaitannya terhadap kualitas dan pengalaman belajar yang

diperoleh siswa selama pengajaran berlangsung. Prestasi belajar merupakan suatu alat

yang paling tepat dan efisien untuk dapat dipergunakan sebagai umpan balik bagi guru

untuk dapat meningkatkan kemampuan didalam proses belajar mengajar.

Demikian juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan

tersendiri guna mencapai harapan dan tujuan yang dicita-citakan dalam melaksanakan

pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Guru sebagai

bagian dari faktor eksternal sebaiknya memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Hal

ini sangat dibutuhkan dalam usaha memberikan pengaruh kepada siswa sehingga mereka

memiliki motivasi dan semangat yang sangat tinggi. Dengan demikian diharapkan siswa

akan memiliki prestasi belajar yang tinggi.

Guru yang profesional akan menghasilkan output yang berupa siswa yang memiliki

prestasi belajar yang tinggi. Untuk memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri

sebaik baiknya sesuai dengan fungsinya, membina dan mengembangkan kemampuan

siswa secara profesional didalam proses belajar mengajar.

D. Hipostesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian ini

adalah: “ Terdapat Hubungan Kompetensi Profesional Guru Dengan Prestasi Belajar

Siswa.”

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat

dipercaya (reliable) tentang hubungan antara kompetensi profesional guru dengan

prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 44 Jakarta di Jakarta Timur.

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 44, yang

terletak di Jl. Delima IV Perumnas Klender Jakarta timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung Oktober hingga

Desember 2013. Alasan peneliti memilih 3 bulan tersebut karena dianggap sebagai

waktu yang efektif untuk melaksanakan penelitian, karena pada waktu tersebut

sebagian besar siswa sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian. Sehingga

akan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survei

dengan pendekatan korelasional. “Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada

tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya

38

hubungan itu”.40 Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel yang diteliti yaitu kompetensi

profesional guru dengan prestasi belajar.

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.41 Jadi populasi merupakan objek

atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

yang mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri 44

Jakarta Timur, adapun populasi terjangkau adalah siswa kelas XI ekonomi Sekolah

Menengah Atas Negeri 44 Jakarta sebanyak 110 orang.

2. Sampel

Sampel adalah individu-individu yang dipilih untuk dijadikan subjek

penelitian yang dipilih secara acak dan berlapis. Menurut Suharsini Arikunto

“apabila subjek yang diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi”.42 Berdasarkan tabel Isaac dan

Michael maka sampel yang akan diambil sesuai dengan taraf kesalahan (sampling

error) 5% sejumlah 84 siswa dari populasi terjangkau, yang akan dijadikan sebagai

40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.27041Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), h. 38942 Sabur Ambuy, Pedoman Penulisan Skripsi, (Tangerang: FKIP Unis. Tangerang, 2007), h. 107

39

responden dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak proporsional

(Proportional Random Sampling).

Teknik penarikan sampel secara acak proporsional (Proportional Random

Sampling) digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen.

“Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari

beberapa sub populasi yang tidak sama jumlahnya”.43 Dalam penelitian ini jumlah

siswa kelas XI IPS per kelas tidak sama. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan

Proportional Random Sampling dengan proporsi sebagai berikut :

Tabel III.1

Teknik Pengambilan Sampel

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu kompetensi profesional guru sebagai

variabel bebas yang diberi simbol (X) dan prestasi belajar sebagai variabel terikat yang

43 S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 128

Kelas Jumlah Siswa di Kelas Perhitungan Sampel

XI PM 2 35 (35/75) x 63 29

XI Akun 2 40 (40/75) x 63 34

Jumlah 75 siswa 63 siswa

40

diberikan simbol (Y). Instrumen untuk mengukur kedua variabel tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut :

41

1. Prestasi Belajar (Variabel Y)

a. Definisi Konseptual

Prestasi belajar merupakan gambaran hasil yang dicapai akibat adanya

pengajaran atau latihan, dimana peristiwa dalam kondisi-kondisi yang ada pada

batas-batas tertentu dapat diketahui.

b. Definisi Operasional

Prestasi belajar siswa secara operasional didefinisikan sebagai hasil yang

dicapai dalam menyerap materi pelajaran, yang didalamnya terdapat indikator-

indikator kognitif, afektif, dan psikomotorik serta ditunjukan oleh nilai rapor

yang diperoleh siswa pada semester 1 dari kelas XI jurusan IPS pada tahun

2013/2014.

2. Kompetensi Profesional (Variabel X)

a. Definisi Konseptual

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya

tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak

berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman

mengajar, dan lamanya mengajar.

b. Definisi Operasional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas

dan mendalam, yang berkitan dengan pengetahuan, pengamatan penilaian, dan

penyimpulan serta meliputi Memahami prinsip-prinsip kurikulum ekonomi,

Mampu mempraktikan kinerja ilmiah, Memahami materi ajar ekonomi yang ada

dalam kurikulum sekolah, Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan

yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, Memahami hubungan konsep

42

antar mata pelajaran yang terkait, Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Kompetensi Profesional guru akan diukur

dengan menggunakan instrumen bentuk skala Likert.

c. Kisi - Kisi Instrumen Kompentensi Profesional Guru

Kisi-kisi instrumen kompetensi profesional guru yang disajikan pada

bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel kompetensi profesional guru yang akan diuji cobakan dan juga sebagai

kisi-kisi instrumen final yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi

profesional guru. Kisi-kisi instrumen status sosial ekonomi dapat dilihat pada

tabel III.2

Tabel III.2

Kisi-kisi tes Kompetensi Profesional Guru

No Dimensi Indikator1. Memahami prinsip-prinsip

kurikulum ekonomi Memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum ekonomi.Memahami peran guru dalam pengembangan kurikulum.Mengintegrasikan kecakapan hidup dalam kompetensi mata pelajaran.

2. Mampu mempraktikan kinerja ilmiah

Menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah ekonomi.Menunjukan sikap ilmiah dalam bekerja.

3. Memahami materi ajar ekonomi yang ada dalam kurikulum sekolah

Mendeskripsikan analisa ekonomi mikro dan makro.Menganalisa masalah-masalah ekonomi yang dihadapi Negara maju.Menerapkan solusi dari permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar.

Mendefinisikan pengertian dasar akuntansi.Menjelaskan proses akuntansi dan kualitas informasi akuntansi.

43

5. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait.

Memahami keterkaitan ekonomi dengan mata pelajaran serumpun (Akuntansi, Sosiologi, Antrhopologi, Tata Negara).Memahami keterkaitan dengan pelajaran tidak serumpun (ilmu-ilmu pasti)

6. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

Memahami kegiatan perekonomian dalam kegiatan sehari-hari dengan menerapkan konsep-konsep ekonomi.Menganalisis permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk mengisi setiap butir pernyataan dengan menggunakan skala likert,

telah disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pernyataan dan responden

dapat memilih satu jawaban yang sesuai. Setiap jawaban bernilai 1 sampai

dengan 5 sesuai tingkatan jawabannya. Adapun masing-masing alternatif jawaban

untuk pernyataan positif diberikan bobot sebagai berikut :

Selalu (Sr) : diberi skor 5 Sering (Sl) : diberi skor 4 Kadang-kadang (Kd) : diberi skor 3 Pernah (Pr) : diberi skor 2 Tidak pernah (Tp) : diberi skor 1

Sedangkan untuk masing-masing alternatif jawaban pernyataan negatif diberikan

bobot sebagai berikut :

Selalu (Sr) : diberi skor 1 Sering (Sl) : diberi skor 2 Kadang-kadang (Kd) : diberi skor 3 Pernah (Pr) : diberi skor 4 Tidak pernah (Tp) : diberi skor 5

Jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden dijadikan indikasi

tinggi rendahnya tingkat kompetensi profesional guru. Untuk pengisian

responden hanya menuliskan tanda check list ( ) yang tersedia.

d. Validasi Instrumen

44

Sebelum instrumen penelitian yang berupa angket disebarkan kepada

responden, terlebih dulu diadakan uji coba. Uji coba dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesahihan dan kehandalan yang memadai atau dikenal dengan istilah

validitas. Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

suatu instrumen atau kesahihan suatu instrumen. Artinya bahwa alat ukur

seharusnya memiliki akurasi yang baik terutama apabila alat ukur tersebut

digunakan sehingga validitas akan meningkatkan bobot kebenaran data yang

diinginkan peneliti.44

Uji validitas dilakukan untuk memperoleh validitas konstruk yakni sejauh

mana tes dapat ditafsirkan menurut pengertian. Seperti diketahui instrumen

penelitian ini dikembangkan berdasarkan konsep dari variabel yang akan diteliti.

Konstruk ini memiliki indikator-indikator yang kemudian dibuat instrumen

angket. Sebuah instrumen angket memiliki validitas tinggi apabila butir-butir

yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari instrumen.

Uji validitas instrumen yaitu untuk mengetahui sejauh mana item dalam

angket dapat mewakili topik, isi yang akan diukur. Pengukuran menggunakan

analisis rasional dan penilaian atas dasar subyektif, jadi tidak menggunakan

perhitungan statistik. Validitas instrumen tergantung pada situasi jangkauan

instrumen tersebut. Disamping itu instrumen yang telah disusun oleh peneliti

dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing. Setelah dikoreksi dan mendapat

saran serta perbaikan-perbaikan, maka instrumen yang akan disebarkan dianggap

memenuhi syarat untuk sitasi dan tujuan penelitian, atau dengan kata lain

memenuhi kriteria terhadap validitas.

44 Burhan bungin, Metodologi penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi dan kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 98

45

Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba

instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antar skor

butir dengan skor total instrumen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

22 xtxi

xixtrit

45

Dimana :

rit = Koefisien skor butir dengan skor total instrumen

xi = deviasi skor butir dari Xi

xt = deviasi skor dari Xt

Kriteria batas minimum pernyataan yang diterima adalah r tabel = 0,361.

Jika r hitung > r tabel, maka butir pernyataan dianggap valid. Sedangkan jika rhitung <

rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid, yang kemudian butir pernyataan

tersebut tidak digunakan atau di drop.

Selanjutnya untuk menghitung reabilitas terhadap butir-butir pernyataan

yang telah dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji realibilitas yaitu

rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut :

2

2

11 11 t

S i

Sk

k

46

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan (Jumlah item)

∑ Si² = Jumlah varian butir tiap-tiap item

St² = Varian total

45 Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta : Grasindo,2008), h.8646 Ibid, h. 89

46

F. Konstelasi Hubungan Antar Variabel

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat hubungan positif antara

variabel X (Kompetensi Profesional Guru) dengan variabel Y (Prestasi Belajar

Ekonomi), maka konstelasi hubungan antara variabel X dan Variabel Y dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

X : Varabel X

Y : Variabel Y

: Arah Hubungan

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan uji regresi dan uji korelasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari Persamaan Regresi

Untuk mencari persamaan regresi digunakan rumus:

Ŷ= a + bX 47

Keterangan:

Ŷ : Persaman RegresiX : Variabel bebasa : Nilai konstanb : Koefisien arah regresi

Dimana koefiesien a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

48

47Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005), h. 31548 Ibid, h. 315

Kompetensi Profesionalisme Guru Prestasi Belajar Ekonomi

47

a = Ŷ – bX

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi produk momen

uji normalitas (uji Lilliefors) untuk mengetahui apakah galat taksiran regresi Y atas

X berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pada

taraf signifikan (α) = 0,05.

Rumus yang digunakan adalah :

Lo = │F(Zi) – S(Zi)│ 49

Keterangan :

Lo = L observasi ( harga mutlak terbesar )

F(Zi) = Peluang angka baku

S(Zi) = Proporsi angka baku

Hipotesis :

Ho : Galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi normal

H1 : Galat taksiran regresi Y atas X tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel berarti galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi

normal

Tolak Ho jika Lhitung > Ltabel berarti galat taksiran regresi Y atas X tidak

berdistribusi normal.

Prosedur untuk pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:a. Pengamatan x1, x2, ....xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ....zn dengan

menggunakan rumus zi = ( dan s masing-

masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z zi).

49 Opcit, h. 109

48

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2,...,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

S(zi) =

d. Hitung selisih F (zi) – S(zi) kemudian tentukan biaya mutlaknya.e. Ambil biaya yang paling besar diantara biaya-biaya mutlak selisih

tersebut. Sebutlah biaya terbesar ini Lo.50

Dalam penelitian ini variabel X yang dimaksud dalam prosedur adalah (Y –Ŷ)

3. Uji Hipotesis

a. Uji Keberartian Regresi

Uji keberartian regresi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

persamaan yang diperoleh berarti atau tidak berarti dengan kriteria Fhitung >

Ftabel.

Dengan hipotesis statistik :

Ho : β < 0

H1 : β > 0

Kriteria Pengujian:

Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel, maka regresi berarti

Terima Ho jika Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak berarti

Regresi dinyatakan berarti (signifikan) jika menolak Ho

b. Uji Linearitas Regresi

Digunakan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang

diperoleh berbentuk linier atau non linier

Hipotesis statistik :

Ho : Y = α + βX

H1 : Y ≠ α + βX

50 Sudjana, Op. Cit., h. 466-467

49

Kriteria Pengujian :

Tolak Ho Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi non linier

Terima Ho jika Fhitung < Ftabel, maka regresi linier

Regresi dinyatakan linier jika berhasil menerima Ho.

Untuk ringkasan penghitungan uji keberartian regresi dan linier

regresi dapat dilihat pada tabel III.3 berikut ini:51

Tabel III.3

ANALISIS VARIANS (ANAVA)

UNTUK UJI KEBERARTIAN DAN LINEARISTAS REGRESI

Sumber Varians

DK Jumlah Kuadrat

Rata-rata jumlah kuadrat (RJK)

F hitung F tabel

Total (T) N ∑ Y² - - -

Regresi (a) 1 ( ∑Y )² N

- - -

Regresi (b/a)

1 b. ∑xy JK(b/a) db(b/a) *)

RJK(b/a)RJK(S)

F (1-α)(1,n-2)

Residu (S) n-2 JK(T)-JK(a)-JK(b/a) JK(S) db(s)

Tuna Cocok (TC)

k-2 JK(S)-JK(G) JK(TC) db(TC) ns)

RJK(TC)RJK(G)

F (1-α)(k-2,n-k)

Galat (G) n-k (∑Y)² ∑Y² - N

JK(G) db(G)

Keterangan : *) Persamaan regresi berarti

ns) Persamaan regresi linier/non signifikan

c. Perhitungan Koefisien Korelasi

51 Sudjana, Op.Cit., h. 332

50

Perhitungan produk koefisien korelasi (rxy) menggunakan rumus

produk momen dari Pearson sebagai berikut:

∑xy 52

r xy = √(∑x²) (∑y²)

Keterangan:rxy : tingkat keterkaitan hubungan

x : skor dalam sebaran X

y : skor dalam sebaran Y

d. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (Uji-t)

Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus :

r √ (n – 2) 53

t hitung = √ (1 - r²) Keterangan :

t hitung : skor signifikansi koefisien korelasi

r : koefisien korelasi produk momen

n : banyaknya data

Hipotesis statistik :

Ho : ρ < 0

Ha : ρ > 0

Kriteria pengujian :

Tolak Ho jika t hitung > t tabel atau thitung < -ttabel, maka koefisien korelasi

signifikan

Terima Ho jika –thitung< thitung < ttabel, maka koefisien korelasi tidak signifikan

Hal ini dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk) = n – 2. Jika Ho ditolak maka koefisien korelasi signifikan,

52 Arikunto, Op. cit, h. 16053Sudjana, Op. cit, h. 377

51

sehingga dapat disimpulkan antara variabel X dan variabel Y terdapat

hubungan.

e. Perhitungan Koefisien Determinasi

Selanjutnya diadakan perhitungan koefisien determinasi (penentu)

yaitu untuk mengetahui besarnya variasi variabel Y yang ditentukan oleh

variabel X. Rumus Koefisien Determinasi adalah sebagai berikut :

KD = r xy² 54

Dimana :

KD : Koefisien determinasi

r xy : Koefisien korelasi produk momen

54 Djali dan Pudji Muljono, Op.Cit, h. 38