Skrip Sie

download Skrip Sie

of 44

Transcript of Skrip Sie

1

A. JUDUL: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN BERHITUNG SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERKALIAN BILANGAN BULAT NEGATIF MELALUI

PERMAINAN DOMINO MATEMATIKA DI KELAS VII MTs ALMUJTAHID PONTIANAK

B. LATAR BELAKANG Pada jenjang pendidikan dasar, pengajaran matematika menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan dan kemampuan dasar, terutama diarahkan agar siswa memiliki keterampilan berhitung praktis yang dilakukan sendiri oleh siswa (Depdikbud, 1993:71 73). Sedangkan menurut Gagne dalam Ruseffendi (1991:165), keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugiatno (1995:21) menyatakan bahwa keterampilan matematika adalah prosedur atau kumpulan aturan (algoritma) yang digunakan untuk menyelesaikan soal matematika secara cepat dan tepat. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung adalah kemampuan siswa memberikan jawaban melalui prosedur atau algoritma untuk menyelesaikan soal matematika secara cepat dan tepat. Pembelajaran matematika berkenaan dengan ide-ide yang tersusun secara abstrak dan hierarkis serta memerlukan penalaran secara deduktif. Hal tersebut berdampak besar pada terjadinya proses belajar matematika. Dalam kurikulum

2

KTSP di sekolah dasar saat ini, tugas guru adalah menanamkan konsep-konsep tersebut secara utuh kepada siswa, sehingga dapat dipahami oleh siswa. Hasil penelitian Geradus Polla (dalam pelangi pendidikan, 2001:47) menemukan bahwa kenyataan di lapangan banyak siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika. Dalam benak mereka matematika itu merupakan momok dan mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti serta tidak mengasyikkan sehingga siswa merasa jenuh dan bosan setiap mengikuti pelajaran matematika. Adapun halhal yang menjadi penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Siswa sering tidak mengetahui materi pelajaran matematika yang

dipelajarinya itu untuk apa dan bahkan mereka tidak tahu bagaimana mengaitkan matematika dengan ilmu lain yang memerlukan 2. Siswa tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari hari, atau mereka tidak dapat memakai matematika untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan nyata. Halhal yang demikian menjadikan siswa merasa tidak terdorong untuk mempelajari matematika. Hal lain yang merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang perlu diperhatikan agar siswa termotivasi untuk belajar adalah kemampuan guru mengajar yaitu perubahan dalam proses pembelajaran yang dibuat oleh guru sehingga menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Piaget (dalam Bell, 1981) berpendapat bahwa proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual kongkret ke abstrak berurutan melalui empat tahap perkembangan, sebagai berikut:

3

1. 2. 3. 4.

Tahap sensori motor (dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun) Tahap pra-operasional (2 sampai 7 tahun) Tahap operasional konkrit (7 sampai 11 atau 12 tahun) Tahap operasi formal (umur 11 tahun sampai dewasa)

Berdasarkan keempat tahap tersebut, siswa yang duduk di jenjang pendidikan dasar termasuk dalam kategori tahap operasional konkrit. Pada tahap ini, cara berfikir siswa masih didasarkan pada manipulasi fisik dari suatu objek atau benda benda konkrit. Karena siswa kelas 7 Pendidikan Dasar berusia disekitar 11 atau 12 tahun, sebagian dari mereka masih berada pada tahap operasi konkret, sebagian baru saja masuk ke tahap operasi formal, atau berada pada masa peralihan antara dua tahap perkembangan intelektual itu. Akibatnya, banyak siswa kelas 7 yang perkembangan intelektualnya belum berkembang ke suatu tahapan di mana mereka memiliki struktur mental yang diperlukan untuk menyusun bukti matematis secara formal. Para siswa SMP menyukai bekerja dengan diagram, model, dan alat-alat fisik lainnya, mereka perlu menghubungkan konsep abstrak yang baru dengan kenyataan fisik dan pengalaman mereka sendiri. Topik-topik baru dalam matematika hendaknya dikenalkan melalui contoh-contoh konkret, intuisi serta eksperimentasi hendaknya mendominasi strategi-strategi mengajarkan prinsip dan konsep baru. Peranan dari media pembelajaran yang khas adalah dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

4

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama melaksanakan pengajaran dan prariset di sekolah, penulis melihat bahwa guru mengajar di kelas VII tidak menggunakan alat peraga (sesuai keterangan guru) dan guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan mencatat di papan tulis, yang cenderung meminimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan suasana belajar yang demikian siswa kurang termotivasi dan menjadi malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa pada saat proses belajar berlangsung, siswa melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan belajar seperti: keluar masuk kelas, berbicara di dalam kelas, tidak memperhatikan guru, terlambat masuk kelas, mengantuk, tidak disiplin, tidak mengerjakan tugas, dan lainlain. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih di bawah ketuntasan minimal (KKM). Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran, media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran. Dalam mengajarkan materi pelajaran guru hendaknya dapat memvariasikan pembelajaran misalnya dengan sedikit permainan agar siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, perlu diadakan usaha perbaikan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan berhitung siswa. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode pengajaran. Dimana seorang guru dituntut untuk bisa memahami dan menerapkan teoriteori belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada banyak media pembelajaran matematika yang dapat diterapkan untuk memberikan pengalaman sekaligus pemahaman pada siswa SMP. Salah satunnya

5

adalah media pembelajaran kartu domino matematika (Domika) yang merupakan aplikasi dari permainan kartu domino yang melibatkan tim atau kelompok. Media pembelajaran ini akan diterapkan di MTs Al-Mujtahid Pontianak, untuk melihat apakah pembelajaran berhitung perkalian bilangan bulat negatif yang diterapkan dalam media kartu domino dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya di kelas VII MTs Al-Mujtahid Pontianak. Kartu domika merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika dengan mengunakan media kartu domika diduga akan lebih efektif dan berhasil, terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah. Selain itu dengan menggunakan kartu domika ada keasyikkan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti, dan memahami pelajaran yang dipelajari. Dengan adanya media belajar domika ini diharapkan siswa dapat memperoleh kesan bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki semangat tinggi untuk belajar. Dengan media domika yang diterapkan dalam permainan kelompok, siswa diberikan kesempatan sendiri,

untuk memanipulasi,

mengulang-ulang,

menemukan

bereksplorasi,mempraktikan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pemahaman. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan media domika untuk belajar perkalian

6

bilangan bulat negatif. Selain itu, penelitian ini dapat menepis anggapan sebagian orang yang mengeluhkan sulitnya mendapat pemahaman dalam belajar matematika. Bagi anak sekolah dasar, bila pada awal pembelajaran mereka memperoleh nilai di bawah rata-rata, semangat untuk belajar cenderung menurun. Hal ini akan terus berlanjut hingga jenjang pendidikan selanjutnya. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah penggunaan permainan Domika dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan berhitung siswa dalam menyelesaikan soal soal perkalian bilangan bulat negatif.

C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Dari permasalahan-permasalahan yang dijelaskan diatas, maka akan diidentifikasi dan dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan temuan-temuan dilapangan terhadap permasalahan-

permasalahan yang ada, maka diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut: a. Siswa merasa tidak terlibat dalam pembelajaran matematika, sehingga menganggap bahwa hal tersebut semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab guru. b. Siswa tidak termotivasi dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan belajar.

7

c. Siswa kurang terampil berhitung dalam pembelajaran matematika, sehingga mempengaruhi ketuntasan hasil belajarnya. 2. Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah diatas maka dirumuskan dalam sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Apakah motivasi siswa di kelas VIIA Mts Al-Mujtahid Pontianak meningkat setelah dilaksanakan pembelajaran melalui permainan domino matematika pada materi perkalian bilangan bulat negatif ? 2. Apakah keterampilan berhitung siswa di kelas VIIA Mts Al-Mujtahid Pontianak meningkat setelah dilaksanakan pembelajaran melalui permainan domino matematika pada materi perkalian bilangan bulat negatif ? 3. Apakah ketuntasan hasil belajar siswa di kelas VIIA Mts Al-Mujtahid Pontianak meningkat setelah dilaksanakan pembelajaran melalui permainan domino matematika pada materi perkalian bilangan bulat negatif ?

D. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki proses belajar matematika melalui permainan Domika di MTs Al Mujtahid Pontianak. Secara khusus tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui beberapa hal dalam proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Motivasi siswa selama pembelajaran melalui permainan Domika pada materi perkalian bilangan bulat negatif.

8

2.

Keterampilan berhitung siswa setelah melalui proses pembelajaran melalui permainan Domika pada materi perkalian bilangan bulat negatif.

3.

Ketuntasan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran melalui permaianan Domika pada materi perkalian bilangan bulat negatif.

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Siswa Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat meningkatkan keterampilan berhitung siswa dan siswa dapat menyelesaikan

permasalahan dengan cara berfikir kritis dengan kerja kelompok. 2. Bagi Guru Guru mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan permainan, dan dapat meningkatkan

kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang bervariatif, inovatif dan menyenangkan. 3. Bagi Sekolah Dengan meningkatnya motivasi belajar, keterampilan berhitung, dan hasil belajar siswa, dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah. 4. Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman berharga dan mengetahui hasil dari pelaksanaan pembelajaran melalui permainan domino matematika.

9

F. DEFINISI OPERASIONAL Untuk memahami istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka perlu diberikan definisi operasional terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut : 1. Motivasi Siswa a. Motivasi Ekstrinsik Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik dalam penelitian ini adalah suatu dorongan dari luar kejiwaan siswa untuk siap belajar yang ditunjukkan dengan sikap yang selalu terkontrol oleh lingkungan, tertarik pada materi yang disampaikan oleh guru, dan senang pada model pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu berupa pembelajaran melalui permainan domino matematika. b. Motivasi Instrinsik Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik dalam penelitian ini adalah suatu dorongan emosional atau kejiwaan siswa untuk siap belajar yang ditunjukkan dengan tepat waktunya seorang siswa untuk hadir dalam pembelajaran, fokusnya siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru saat memaparkan materi dan aktifnya siswa dalam merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru 2. Keterampilan Berhitung Menurut Gagne dalam Ruseffendi (1991:165), keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugiatno (1995:21) menyatakan bahwa

10

keterampilan matematika adalah prosedur atau kumpulan aturan (algoritma) yang digunakan untuk menyelesaikan soal matematika secara cepat dan tepat. Jadi keterampilan berhitung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa memberikan jawaban melalui prosedur atau algoritma untuk menyelesaikan soal matematika secara cepat dan tepat. 3. Metode Permainan Domino Matematika Dalam penelitian ini yang dimaksud metode pembelajaran

matematika dengan permainan yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan dengan mengaktifkan siswa menggunakan alat peraga atau sesuai dengan kreatifitas guru sehingga menghasilkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Domika adalah permainan edukasi yang mengajarkan konsep materi perkalian bagi siswa sekolah dasar. Jadi metode permainan domino matematika adalah suatu teknik pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan dan media pembelajarannya berupa kartu domino sehingga menghasilkan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. 4. Materi perkalian bilangan bulat negatif Perkalian menurut Ruseffendi (1977:583) adalah suatu

pengerjaan dari dua bilangan yang masingmasing disebut faktor, untuk memperoleh bilangan ketiga yang disebut dengan hasil kali. Sedangkan bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan positif, nol, dan

11

bilangan negatif (Pandoyo,dkk, 1994:27). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menyelasaikan soalsoal perkalian bilangan bulat negatif yang dimaksud dalam ini adalah kemampuan siswa dalam menentukan hasil kali dari perkalian bilangan bulat negatif melalui prosedur atau algoritma secara cepat dan tepat. Dalam penelitian ini, perkalian bilangan bulat negatif yang digunakan adalah : a. Perkalian 2 (dua) bilangn bulat yang dikombinasikan dengan : 1) Bilangan negatif dikali bilangan negatif 2) Bilangan negatif dikali dengan bilangan positif b. Perkalian 3 (tiga) bilangn bulat yang dikombinasikan dengan : 1) Bilangan negatif dikali bilangan negatif dikali bilangan negatif 2) Bilangan negatif dikali bilangan negatif dikali bilangan positif 3) Bilangan negatif dikali bilangan positif dikali bilangan positif 5. Ketuntasan Hasil Belajar Nawawi (1991:24) mengatakan, Hasil belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai materi pelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal soal perkalian bilangan bulat negatif, dari tes yang diberikan. Jadi ketuntasan hasil belajar siswa

12

adalah pencapaian skor yang telah ditetapkan baik secara individu maupun klasikal. Hasil belajar dikatakan tuntas secara individu jika siswa memperoleh skor 65 (KKM) dari jumlah skor total. Sedangkan ketuntasan pembelajaran ditentukan berdasarkan pencapaian ketuntasan hasil belajar secara klasikal, yaitu di dalam kelas terdapat 85% siswa yang memperoleh skor 65 (Moh. User Usman, 1995:64). Apabila siswa telah mencapai kriteria tersebut maka pembelajaran melalui metode permainan domika dikatakan dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.

G. KAJIAN TEORI 1. Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif juga diartikan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (W.S. Winkel dalam Hamzah B. Uno, 2006:3). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit munculnya tingkah laku tertentu (Isbandi Rukminto Adi dalam Hamzah B.Uno,2006:3).

13

Dalam penelitian ini yang dimaksud motivasi adalah dorengan yang diberikan kepada siswa berupa pembelajaran melalui permainan domino matematika agar siswa memiliki kemauan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki yaitu siswa terampil berhitung dan mencapai ketuntasan hasil belajar sesuai KKM yang telah ditetapkan oleh MTs Al-Mujtahid Pontianak. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran yang merupakan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: Memberikan tes berupa ulangan harian, menilai serta menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Memberikan hadiah Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai Memberikan pujian/pernyataan penghargaan verbal dan non verbal Memperjelaskan tujuan yang hendak dicapai Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar Memberikan kemahirannya Menggunakan simulasi dan permaianan Pembelajaran melalui permainan domino matematika pada setiap siklus, dapat diketahui dari rata-rata persentase tiap aspek motivasi yang dituangkan dalam pernyataan pada angket motivasi yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

14

kepada siswa. Pernyataan-pernyataan dalam angket tersebut diuraikan berdasarkan ciri-ciri motivasi adalah sebagai berikut:

a.

Motivasi Instrinsik 1) Kondisi kesehatan jasmani dan rohani siswa (a) Mengikuti pembelajaran dengan baik dalam keadaan jasmani yang mendukung (b) Selalu mengikuti pembelajaran dengan baik dalam keadaan rohani yang mendukung 2) Minat belajar siswa didalam kelas (a) Datang tepat waktu ke sekolah (b) Merasa rugi jika tidak datang ke sekolah (c) Selalu berusaha melengkapi sarana belajar (d) Mengumpulkan tugas tepat waktu (e) Ulet dan tekun menyelesaikan tugas sampai selesai (f) Lebih senang bekerja sendiri (g) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali (h) Dapat mempertahankan pendapat kalau sudah yakin dengan sesuatu (i) Tidak cepat puas dengan prestasi yang dimilikinya (j) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

b.

Motivasi Ekstrinsik 1) Lingkungan siswa

15

Sikap yang selalu terkontrol oleh lingkungan

2) Guru yang mengajar (a) Tertarik pada guru mata pelajaran (tidak membenci dan bersikap acuh tak acuh, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatian terutama terhadap guru) (b) Tertarik pada mata pelajaran, materi yang diajarkan atau disampaikan oleh guru (c) Senang pada model pembelajaran yang dilakukan oleh guru Menurut Azwar (dalam Annisa, 2010:13) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable) terhadap objek tersebut. Maka dalam penelitian ini pernyataan yang dibuat dalam angket motivasi terdiri dari sikap yang sesuai ciri-ciri siswa termotivasi (favourable) dan sikap yang tidak sesuai ciri-ciri siswa termotivasi (unfavourable) Adapun penilaian untuk angket motivasi adalah sebagai berikut, a. Untuk pernyataan favourable: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. b. Untuk pernyataan unfavourable: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = tidak setuju, dan 5 = sangat tidak setuju Untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dihitung dengan rumus:

16

Tingkat motivasi = Keterangan: x N S B = = = = jumlah total skor yang diperoleh responden jumlah skor maksimal responden jumlah responden jumlah item

(Sugiono, 2008:95) Dari perolehan tingkat motivasi siswa, kemudian

dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut: Tabel I Kriteria Interpretasi Data Skor persentase 0%19,99% 20%39,99% 40%59,99% 60%79,99% 80%100% Suharsimi Arikunto (1996:154) Kriteria Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Menurut Sardiman A.M. (dalam Fitriani, 2005), mengemukakan adanya beberapa ciri-ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri: a. Tekun menghadapi tugas (dapat terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai) b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

17

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat putus asa dengan prestasi yang telah dicapai) d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah dalam soal-soal 2. Konstruktivisme Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988:132). Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995:222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan

18

siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat

pembelajaran, materi, dan sumber. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivis, yaitu suatu pandangan dalam belajar mengajar, dimana siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan guru hanya bertugasmemberi pengalaman yang berharga bagi siswa. Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,

konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999:62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998:7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru di SMP/sederajat umumnya dilakukan dengan kegiatan ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Guru berusaha memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep materi pelajaran kepada siswa, sementara siswa bertugas sebagai pendengar ataupun pencatat. Kegiatan pembelajaran baru berpusat pada siswa ketika siswa diberi latihan soal-

19

soal oleh guru. Model pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa mengetahui konsep dengan menghafal, namun belum tentu membuat siswamemahami konsep yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan konsep yang ditangkap oleh siswa tidak diperoleh melalui fakta maupun pengalaman yang berarti bagi siswa, sehingga tidak ada kesan yang terus tertinggal dalam benak siswa. Suryadharma, dkk (2007) menyatakan dalam belajar siswa merespon pengalaman-pengalaman panca indra dengan mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak. Dari pandangan konstruktivistik dapat diketahui proses pembelajaran dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa karena siswalah yang harus menyusun konsep - konsep yang diperoleh (dalam Dasna dan Fatehan, 2009: 43) Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu: a. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. baru Siswa dengan didorong untuk

mengkonstruksi

pengetahuan

memanfaatkan

pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan

20

memanfaatkan

teknik-teknik

untuk

mendorong

agar

terjadi

perubahan konsepsi pada diri siswa. b. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep. c. Adanya lingkungan sosial yang kondusif, Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial. d. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya. e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah. Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu

21

pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang kehidupan ilmuwan.

3.

Media Pembelajaran Matematika Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai oleh penyebar ide, sehingga gagasan itu sampai kepada penerima (Santoso S. Hamidjojo, 2003:3). Sedangkan menurut Marshall Mc. Luhan, karena pada hakekatnya media telah memperluas dan memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas jarak, waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir tidak ada. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat memberikan rangsangan kepada alat indra sehingga interaksi

pembelajaran dapat diterima dengan jelas, mudah dimengerti, kongkrit dan tahan lama dalam ingatan murid (Sihkabuden, 2003:3). Adapun media pembelajaran Matematika adalah benda-benda kongkrit yang dapat diamati, diraba, dan digerakkan yang digunakan guru untuk menanamkan konsep atau keterampilan Matematika pada waktu mengajar (Endang Setyo Winarni, 1994:37). Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran, media dapat berbentuk alat peraga maupun sarana. Menurut Estiningsih (dalam Sukayati, 2003) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau

22

membawakan ciriciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi objek atau alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari konsep. Sedangkan sarana merupakan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah teknik penggunaan media dalam pembelajaran Matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan media tertentu, dan jenis media mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Secara umum fungsi media pembelajaran Matematika adalah (1) sebagai media untuk menanamkan konsep-konsep Matematika, (2) sebagai media untuk memahami konsep dan meningkatkan keterampilan berhitung, dan (3) sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep Matematika dengan dunia sekitar serta mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata. Bila kita cermati, kebanyakan pembelajaran yang terjadi masih menggunakan cara klasik yaitu semua siswa diberlakukan sama guru. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang terjadi searah, yaitu adanya komunikasi dari guru ke siswa, dan hampir tidak ada umpan balik dari siswa. Untuk meminimalkan dominasi guru dalam proses belajar

23

mengajar maka diperlukan media pembelajaran yang dapat digunakan secara individu maupun kelompok baik dalam alat peraga maupun sarana pembelajaran. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari media menurut Sukayati (2003) antara lain : 1. Adanya tutor sebaya dalam kelompok, yang kadang-kadang lebih mudah menerangkan teman-temannya kepada teman-temannya. 2. Kerja sama yang terjadi dalam penggunaan media akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan 3. Banyak anggota yang relatif kecil dalam kelompok akan membuat siswa aman mengemukakan pendapat dan temuannya dibandingkan dalam satu kelas

Permainan dalam pembelajaran matematika di kelas bukan digunakan untuk menerangkan definisi maupun struktur matematika, melainkan sebagai suatu cara atau teknik untuk mempelajari dan membina ketrampilan dari suatu topik bahasan tertentu. Tujuan utama digunakannya permainan dalam pembelajaran matematika adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa agar siswa menjadi senang. Dalam menggunakan permainan pada pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan,sehingga tidak akan muncul kebosanan penggunaan permainaan di tengah pembelajaran oleh

24

guru hanya terkesan seperti pengisi waktu luang saja, dan menjadikan tujuan pembelajaran tidak jelas. Menurut Sutari Imam Barnadib (dalam Hasbullah, 2009:9), perbuatan mendidik dan dididik menurut faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan yaitu : 1. 2. Adanya tujuan yang hendak dicapai Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik yang melakukanpendidikan) 3. 4. Hidup bersama dalam lingkungan tertentu Menggunakan alat alat tertentu untuk mencapi tujuan Alat-alat yang dimaksudkan tersebut adalah media atau pun metode belajar yang juga disebut dengan alat pendidikan. Hasbullah mengatakan bahwa alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat demi pencapaian tujuan pendidikan yang di inginkan. Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, karena itu dalam hal ini pembatasan dalam beberapa persoalan saja. Yang jelas segala perlengkaan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut alat pendidikan, yang dapat membantu mempermudah terlaksananya tujuan pendidikan. 4. Metode Permainan Domika untuk Pembelajaran Matematika

25

Media permainan domino dapat dimanfaatkan untuk mendesain permainan Matematika dalam rangka meningkatkan keterampilan dasar Matematika, misalnya untuk latihan operasi hitung, hubungan antara pecahan yang senilai, bangun-bangun geometri dengan banyak sumbu yang dimiliki, dan lain-lain. Contohnya, permainan domino operasi perkalian bilangan bulat negatif. Kartu domika di sini bukanlah kartu yang sering digunakan untuk berjudi. Melainkan suatu media pembelajaran matematika yang dibuat seperti kartu domika untuk menarik minat dan motivasi siswa. Bentuknya memang seperti domino, terdiri dari dua bagian yang bertuliskan bilangan. Kartu domika merupakan suatu media

pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut Rini Mulyani (2006:20), permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah menggunakan logika.Selain itu kartu domino juga digunakan untuk menghafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta digunakan untuk menghafal bangun-bangun geometri. Kartu domika dapat dimodifikasi untuk media pembelajaran berhitung matematika dasar. Domika digunakan untuk menghafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, persentase, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini hanya akan dilakukan penerapan

26

media Domika untuk mempelajari fakta dasar berhitung perkalian bilangan bulat negatif. Pembelajaran menggunakan kartu domika ini dilatarbelakangi adanya strategi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar, dengan cara merubah metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented) menjadi berpusat pada siswa (student oriented). Pembelajaran berhitung perkalian bilangan bulat negatif dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino untuk meningkatkan minat belajar siswa. Tujuan menggunakan media pembelajaran ini adalah : (1) Implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran berhitung perkalian kartu domino. (2) Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran bilangan bulat negatif dengan menggunakan kartu domino. (3) Respon siswa

terhadap pembelajaran berhitung perkalian bilangan bulat negatif dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino. (4) Untuk membantu siswa menguasai pemahaman mengenai perkalian bilangan bulat negatif. Aspek-aspek yang berhubungan dengan metode permainan domika diantaranya yaitu pengamatan, menafsir, menerapkan, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan permainan. Karakteristik Metode Permainan Domika antara lain :

Lebih banyak mengaktifkan siswa Banyak menggunakan media/alat peraga, baik media asli maupun media yang lain.

27

Membutuhkan kreatifitas guru Membutuhkan waktu yang lama Dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran Dapat menciptakan pemahaman siswa dan daya ingat siswa tidak akan mudah hilang. Manfaat dari media pembelajaran menggunakan kartu domika

adalah: 1. Sebagai motivasi bagi guru untuk mererapkan metode mengajar dan media pembelajaran dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar matematika. 2. Sebagai masukan bagi guru atau calon guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar matematika. 3. Bagi siswa, dapat menyelesaikan permasalahan dengan cara berfikir kritis maupun dengan kelompok. Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran ini adalah : a. Permainan ini cocok dimainkan secara berkelompok dengan banyaknya pemain 2, 3 atau 4 orang. b. Sebelumnya kartu dikocok terlebih dahulu, bagikan kartu tersebut kepada masing-masing pemain sebanyak 4 kartu. c. d. Buka satu (1) kartu dari tumpukan sisa. Secara bergantian pemain menyambung susunan kartu, misal untuk kartu perkalian bilangan bulat negatif maka hasil perkalian negatif

28

biasa disambung dengan hasil perkalian bilangan negatif yang sesuai. e. Setiap menurunkan satu kartu tiap pemain mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu sisa. Apabila tumpukan kartu sisa habis, sedang pemain tidak memiliki kartu yang sesuai, maka permainan dilanjutkan oleh pemain berikutnya. f. Pemenang adalah pemain yang sudah tidak memiliki kartu atau yang memiliki kartu paling sedikit. Bentuk permainan kartu domino bilangan dalam matematika tidak jauh berbeda dengan permainan kartu domino yang ditemui pada kehidupan sehari-hari. Perbedaan utamanya terletak pada kartu-kartunya dan aturan permainannya. Kegunaan adalah untuk melatih ketrampilan siswa dalam memahami suatu pokok bahasan tertentu dalam

pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika di SMP untuk materi perkalian bilangan bulat negatif, seorang guru dapat melakukan pembelajaran perkalian bilangan bulat negatif kepada siswa dengan cara bermain. 5. Pengajaran Perkalian Bilangan Bulat Negatif a. Pengertian Perkalian Bilangan Bulat Negatif Perkalian bilangan bulat negatif adalah pengerjaan hitung dari dua atau lebih bilangan yang salah satu atau semua bilangannya adalah bilangan negatif untuk memperoleh bilangan ketiga yang disebut dengan hasil kali.

29

Dalam penelitian ini, perkalian bilangan bulat negatif yang digunakan adalah : 1) Perkalian 2 (dua) bilangan bulat yang dikombinasikan dengan : a. Bilangan negatif dikali dengan bilangan negatif atau disingkat dengan (negatif) x (negatif). Contoh : 1. -4 x -5 2. -3 x -2 b. Bilangan negatif dikalikan dengan bilangan positif, atau sebaliknya yang disingkat dengan (negatif) x (positif) atau (positif) x (negatif). Contoh : i. -7 x 3 ii. 4 x -2

2) Perkalian 3 (tiga) bilangan bulat yang dikombinasikan dengan : Bilangan negatif dikali bilangan negatif dikali bilangan negatif atau disingkat dengan [ (negatif) x (negatif) x (negatif) ] Contoh : 1. 2. [(-2 x -4)] x (-5) (-1) x [ (-9 x -3)]

3) Bilangan negatif dikali bilangan negatif dikali bilangan positif atau disingkat dengan (negatif) x (negatif) x (positif), atau

30

(negatif) x (positif) x (negatif), atau (positif) x (negatif) x (negatif). Contoh : 1. 2. 3. (-3 x -4) x 6 (-2 x 7) x -5 (5 x -1) x -3

4) Bilangan negatif dikali bilangan positif dikali bilangan positif atau disingkat dengan (negatif) x (positif) x (positif) atau (positif) x (negatif) x (positif) atau (positif) x (positif) x (positif) x (negatif). Contoh ; 1. 2. 3. (-3 x 3) x 2 (8 x -5) x 3 (4 x4) x 2

b. Perkalian Bilangan Bulat Negatif Perkalian bilangan bulat negatif adalah salah satu materi yang diajarkan di kelas VII SMP. Materi perkalian bilangan bulat negatif merupakan lanjutan dari materi yang dibahas pada jenjang pendidikan sebelumnya atau lanjutan dari materi perkalian bilangan bulat positif ditingkat Sekolah Dasar (SD). Materi perkalian bilangan bulat negatif juga akan dipelajari atau dibahas pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu tingkat SMA dan perguruan tinggi.

31

Untuk siswa di SMP, sifat-sifat perkalian bilangan bulat negatif yang diajarkan ada 4 (empat) sifat yaitu, untuk a,b dan c bilangan bulat sebarang, berlaku sifat-sifat : 1) a x b = ab 2) -a x b = -ab 3) a x -b = -ab 4) a x b = ab Setelah mempelajari perkalian bilangan bulat negatif, siswa diharapkan dapat menentukan hasil perkalian dengan cepat dan benar, serta terampil menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian bilangan bulat negatif.

H. PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang relevan degan penelitian in, antara lain adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Rulan Ahmadi (2007) dengan judul penelitian Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media

Pembelajaran Kartu Domika pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Purwodadi, yang menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian selam enam kali pertemuan diperoleh bahwa keterlaksanaan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media pembelajaran kartu domika dikategorikan sangat baik. Keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung juga dapat dikategorikan sangat baik.Persentase belajar siswa sebesar 81,81% yang dinyatakan tuntas belajar secara klasikal, terdapat 27 siswa tuntas belajar dan

32

7 siswa tidak tuntas belajar. Responsiswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan media kartu domika dinilai positif. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang kami lakukan adalah penelitian Rulan Ahmadi subjek penelitiannya adalah siswa kelasVII di SMP Negeri 1 Purwodadi, dan materi pembelajaran yang diterapkan dikartu domika ini hanya materi pembagian. Sedangkan penelitian yang dilakukan memiliki subjek siswa kelas VII MTs Al Mujtahid Pontianak dan materi yang disampaikan melalui media kartu domika ini adalah perkalian bilangan bulat negatif Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian yang kami lakukan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Syaiful Hadi dengan judul Pembelajaran Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi Bermain Peran pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik. Penelitian ini memiliki kesimpulanbahwa hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan media komik pada siklus I adalah terdapat 84% siswa yang mendapatkan skor lebih dari 64, dan pada siklus II terdapat 75% siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65. Respon siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pecahan menggunakan media komik adalah positif. Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Syaiful Hadi dengan penelitian yang kami lakukan adalah pada penelitian ini media yang digunakan adalah buku komik ,yaitu buku cerita yang penuh dengan gambar,sehingga dapat menarik perhatian siswa. Materi yang diterapkan pada media ini juga hanya pecahan, sedangkan media yang digunakan pada

33

penelitian kami adalah kartu domika matematika, dan materi yan diterapkan adalah perkalianbilangan bulat negatif.

I. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teori diatas maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran dengan metode permainan domino matematika dapat meningkatkan motivasi, keterampilan berhitung, serta ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII MTs Al-Mujtahid Pontianak.

J. METODOLOGI PENELITIAN a. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk

memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya (Iskandar, 2009:21). Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus yang terdiri dari empat langkah seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Dasna dan Fatehan, 2009: 54), sebagai berikut: a. Perencanaan, yaitu perencanaan tindakan, yang meliputi perumusan masalah serta membuat rencana tindakan,

34

b. Tindakan yang dilakukan sebagai upaya perbaikan, c. Observasi, untuk mendapatkan data dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak tindakan terhadap proses belajar mengajar juga analisis data, d. Refleksi, yaitu mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan. b. Setting Penelitian Subjek dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas VII A MTs Al-Mujtahid Pontianak Tahun Ajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang terlibat sebanyak 35 orang terdiri dari 17 orang siswa putri dan 18 orang siswa putra Mereka sebagian besar adalah siswa-siswa yang memiliki nilai akademik rendah, rata-rata berasal dan tingkat sosial ekonomi yang beragam. Peneliti bertindak sebagai perencana, penganalisa data, dan sekaligus melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga bertindak sebagai pengamat dan dibantu oleh seorang teman mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP. c. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, yaitu: a. Perencanaan tindakan b. Pelaksanaan tindakan c. Observasi dan evaluasi hasil observasi d. Refleksi

35

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dimulaidengan siklus I yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I ini, maka guru/peneliti menentukan rancangan untuk melakukan siklus II. Kegiatan siklus II dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan yang sebelumnya, tetapi mempunyai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus I. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Menyusun domika yang akan digunakan sebagai media pembelajaran, Menyiapkan tugas-tugas kelompok, dan soal tes sebagai alat evaluasi pada akhir penelitian, Menyiapkan lembar observasi dan lembar wawancara yang akan digunakan oleh pengamat saat melakukan pelaksanaan tindakan,

2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah melaksanakan pembelajaran berhitung matematika perkalian bilangan bulat negatif,

36

dengan menggunakan media kartu domino. Pada tahap ini meliputi kegiatan: Pemberian penjelasan kepada siswa mengenai pembelajaran

menggunakan media kartu domino Pembagian kelompok, Pemberian penjelasan tentang materi secara garis besar, dan tujuan pembelajaran, Pemberian tugas kelompok, Observasi serta membimbing kegiatan kelompok, Diskusi kelas untuk membahas materi yang tidak terselesaikan dalam kegiatan kelompok, Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan memberikan penilaian terhadap hasil pembelajaran. Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi dan evaluasi hasil observasi Selama tahap pelaksanaan tindakan berlangsung peneliti juga melakukan penghematan terhadap kegiatan siswa. Jadi tahap observasi dilakukan sejalan dengan tahap pelaksanaan, pada tahap ini

menghasilkan data dan analisis data. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dalam suatu proses, yang berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif. Setiap

37

kali pemberian tindakan berakhir, maka data yang terkumpul dianalisis berdasarkan hasil observasi, hasil kerja siswa, dan hasil wawancara. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Hadi, T.T:5), yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data. 4. Refleksi Pelaksanaan kegiatan refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara peneliti dengan pengamat untuk menjaring hal-hal yang terjadi sebelum dan selama tindakan berlangsung berdasarkan hasil pengamatan, hasil tes, dan hasil wawancara, serta catatan lapangan kerja subjek penelitian agar dapat diambil kesimpulan dalam merencanakan tindakan selanjutnya. Setelah seluruh kegiatan analisis selesai baru dilakukan penyusunan laporan. Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan tindakan 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi dan evaluasi hasil observasi 4. Refleksi d. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode observasi (pengamatan), metode tes dan metode interview (wawancara)

38

a.

Metode Observasi Merupakan metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data suatu penelitian dengan mengamati objek penelitian secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi berperan serta (partisipasi observasi). Menurut Sugiyono (2008: 3), observasi berperan serta adalah observasi dimana peneliti melibatkan diri langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal-hal yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan kartu domino, serta interaksi dan kerja sama antar siswa dalam kelompok.

b.

Metode Tes Merupakan metode atau teknik pengumpulan data yang menggunakan kumpulan soal mengenai materi yang telah diajarkan pada sistem melalui media kartu domika untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi.

c.

Metode Interview Merupakan teknik pengumpulan data pada suatu penelitian yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada narasumber maupun objek penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara terstruktur menggunakan instrumen dan dilakukan melalui tatap muka.

39

Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah mengenai pendapat siswa tentang metode permainan domino. Untuk menentukan apakah peningkatan yang diinginkan terjadi dalam pembelajaran, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Data tentang motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran melalui permainan domika diperoleh dari angket motivasi; 2. Data tentang hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan permaianan yang diperoleh dari tes tiap akhir siklus; 3. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru; 4. Catat lapangan untuk siswa dan guru yang memuat catatan kejadian kejadian selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Tes Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan berhitung dan ketuntasan hasil belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian, terdiri dari tiga butir soal. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus. b. Lembar Observasi

40

Observasi merupakan pengamatan (pengambilan data) untuk mencatat seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Dalam hal ini lembar observasi yang digunakan adalah : a. Untuk mengetahui pelaksanaan rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan; dan b. Untuk mengetahui kegiatan siswa saat proses pembelajaran dengan metode permainan domika berlangsung. c. Angket motivasi Angket dalam penelitian ini berupa daftar pernyataan yang harus diisi oleh siswa, setelah pembelajaran melalui permainan domino matematika dilaksanakan. Pengisian angket dilaksanakan pada tiap akhir siklus untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui permainan domino. e. Validasi Instrumen Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, (Sugiyono, 2008:173). Dalam penelitian ini validasi dilakukan oleh dua orang yang berlatar belakang pendidikan matematika yang terdiri dari 2 orang guru matematika MTs Al Mujtahid Pontianak.

f.

Indikator Kerja

41

Adapun indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan motivasi belajar siswa dikatakan tercapai bilamana 5 orang atau lebih siswa mau: - Bertanya - Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru - tertarik dengan cara guru mengajar yang menggunakan benda-benda konkret - senang apabila guru lebih banyak memberikan soal latihan 2. keterampilan berhitung siswa dikatakan tercapai, bilamana: - siswa bisa menyelesaikan soal bervariasi yang dibuat oleh guru - hasil belajar siswa meningkat Untuk mengukur keberhasilan tiap siklus ditetapkan indikator sebagai berikut: a. Sekurang kurangnya 75% siswa secara klasikal yang termotivasi dalam pembelajaran melalui permainan. b. Sekurang kurangnya 85% siswa secara klasikal tuntas serta terampil berhitung secara individu dengan nilai 65 berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah. g. Analisis Data Sudjana (dalam Iskandar, 2008:107) menyatakan analisis data yang diperoleh penelitian tindakan kelas (PTK) bertolak dari fakta/informasi di lapangan. Fakta/informasi tersebut kemudian diseleksi dan dikembangkan

42

menjadi pertanyaan pertanyaan yang penuh makna. Analisis data yang utama didalam penelitian ini adalah analisis hasil pengamatan terhadap kinerja guru saat melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun data data penunjang yang diperoleh dianalisis dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Data motivasi siswa dianalisis dengan membuat tabel rekapitulasi persentase motivasi siswa siklus 1. 2. Data keterampilan berhitung dan hasil belajar siswa dianalisis dengan membuat tabel rekapitulasi hasil tes siklus I persentase ketercapaian dan nilai rata - rata siswa. 3. Menganalisa catatan lapangan tentang aktivitas siswa dan guru untuk melengkapi teks naratif dalam menjelaskan hasil data yang diperoleh. Datadata yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel kinerja guru Pengamatan/ Pertemuan Pertemuan 1 2 Rata-rata Kategori Pelaksanaan (%) 1 2 3 dengan menghitung

Tabel motivasi siswa

43

No

Faktor/ Aspek

Persentase Tingkat Motivasi

1 2 Jumlah % Tingkat Motivasi \

Intrinsik Ekstrinsik

Tabel hasil belajar siswa Hasil Tes Nilai < 65 Nilai 65 Ketercapaian Siswa Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase

h. Penyajian Hasil Analisis Data Dalam penelitian ini, data hasil analisis disajikan berupa katakata(informal) dengan penarikan kesimpulan secara induktif (Hadi, T.T: 4)

i.

Jadwal Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dengan alokasi waktu sebagai berikut ini: No Kegiatan Bulan ke

44

1 1. Penyusunan desain operasional 2. Pembuatan perangkat pembelajaran dan pengajaran 3. Pelaksanaan tindakan 4. 5. 6. Pengumpulan data Analisis data Pembuatan laporan

2

3

4

5

6