Skrip Si

75
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUL QURAN PAGAR AIR ACEH BESAR SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana kedokteran Oleh: CUT ANITA NIM : 0907101010171 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2013

description

skripsi skripsi skripsdi skripsdo skripso sdkripsi

Transcript of Skrip Si

Page 1: Skrip Si

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN

KEJADIAN SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA

MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUL QURAN

PAGAR AIR ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar sarjana kedokteran

Oleh:

CUT ANITA

NIM : 0907101010171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM BANDA ACEH

2013

Page 2: Skrip Si

ii

Page 3: Skrip Si

iv

KATA MUTIARAKATA MUTIARAKATA MUTIARAKATA MUTIARA

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan yang

lain) dan hanya kepada Allah SWT lah hendaknya kamu berharap.

( QS. Alam Nasyrah Ayat 6-8 )

Ya Allah..........

Sepercik ilmu telah engkau bagikan kepada ku

Hanya puji dan syukur ku panjatkan padaMu.

Ayahanda........

Meskipun kini engkau tak bisa mendampingi dan menyaksikanku,

tetapi aku yakin doamu akan selalu ada untukku petuahmu

tuntunkan ku di jalanNya. Karena takdir yang kuasa hanya lewat

doa aku mengenangmu.

Ibunda...............

Kasih sayangmu asuhkan daku, pelukmu bagaikan mahligai haus

dahaga.

Kini...yang tersisa hanya doa, usaha dan harapanku untuk

membahagiakanmu, sebijak arahmu, antara perjuangan dan doa.

Terimakasih kepada Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) dan dosen-dosen lainnya yang

telah memberikan ku arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan karya ini.

Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda ku tercinta (H. Teuku

Thaib Ali (alm.) dan Cut Erni, STP) beserta segenap keluarga yang

telah mendukungku.

Dan untuk semua teman-teman ku seperjuangan, terimakasih untuk motivasi

yang tak terbatas. May Allah always give the best for all of us. Amin yarabbal

‘alamin.

Wassalam

Cut Anita

Page 4: Skrip Si

iii

KATA PENGANTAR

Sindroma dispepsia merupakan masalah kesehatan yang sangat sering di

alami oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dispepsia dapat disebabkan

oleh banyak faktor yang salah satunya adalah pola makan. Pola makan merupakan

suatu perilaku atau cara individu dalam memilih dan mengkonsumsi makanan.

Untuk dapat terbentuk pola konsumsi makanan yang baik maka diperlukan

pengetahuan, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

pembentukan tindakan seseorang. Berbagai faktor risiko telah diteliti menjadi

penyebab dispepsia itu sendiri, diantaranya faktor pola makan, merokok serta

stress. Namun, di Aceh, khususnya pada remaja yang berdomisili di asrama,

belum ada penelitian mengenai pengetahuan pola makan dengan kejadian

dispepsia, sehingga peneliti tertarik mengajukan penelitian dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kejadian Sindroma Dispepsia

Pada Remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh

Besar” sebagai syarat untuk penyusunan skripsi pada Program Studi Pendidikan

Dokter Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Terselesainya skripsi ini karena izin dan kehendak Allah SWT. Oleh

karena itu, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, nikmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis hantarkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mencerahkan kehidupan kita

dengan ilmu pengetahuan.

Untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan, nasihat serta arahan secara langsung maupun tidak langsung

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Drh. Azmunir M. Yc, M.Sc selaku

pembimbing I, dr. Teuku Mamfaluti, M.Kes., Sp.PD selaku pembimbing II,

dr. Hendra Zufry, Sp.PD selaku penguji I, Drs. Zulfitri, M.Biomed selaku penguji

II, dr. Dedy Syahrizal, M.Kes. selaku dosen wali, kedua orangtua saya (H. Teuku

Thaib Ali (alm.) dan Cut Erni, STP), teman-teman serta semua pihak yang telah

Page 5: Skrip Si

iv

memberikan bantuan, dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi

penelitian ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang

bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini.

Banda Aceh, 15 Februari 2013

Penulis

Page 6: Skrip Si

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

ABSTRAK ................................................................................................ x

ABSTRACT ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 3

1.3.1 Tujuan Umum ......................................................... 3 1.3.2 Tujuan Khusus......................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 4 1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................... 4 1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................... 4 1.5 Hipotesis ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5 2.1 Pengetahuan ....................................................................... 5

2.1.1 Pengertian Pengetahuan .......................................... 5

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ............................................... 5

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan .............................. 6

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .... 7 2.1.5 Pengukuran Pengetahuan ........................................ 8

2.2 Pola Makan ......................................................................... 9 2.2.1 Pengertian Pola Makan............................................ 9

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Remaja..................................................................... 11 2.2.3 Manfaat Makan ....................................................... 11 2.2.4 Cara Membentuk Pola Makan Sehat ....................... 12

2.3 Sindroma Dispepsia............................................................ 12 2.3.1 Definisi Sindroma Dispepsia................................... 12 2.3.2 Klasifikasi Dispepsia ............................................... 13 2.3.3 Etiologi Dispepsia ................................................... 14 2.3.4 Fisiologi Sekresi Asam Lambung ........................... 15 2.3.5 Patofisiologi Dispepsia............................................ 16 2.3.6 Gejala dan Tanda Dispepsia .................................... 17 2.3.7 Diagnosis Dispepsia ................................................ 17

Page 7: Skrip Si

vi

2.3.8 Penatalaksanaan Dispepsia..................................... 18 2.4 Kerangka Teori.................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 20 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 20 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 20

3.3 Populasi dan Sampel ......................................................... 20

3.3.1 Populasi Penelitian .................................................. 20 3.3.2 Sampel Penelitian .................................................... 21 3.4 Variabel Penelitian, Kerangka Konsep dan Definisi

Operasional........................................................................ 21 3.4.1 Variabel Penelitian .................................................. 21 3.4.2 Kerangka Konsep .................................................... 22 3.4.3 Definisi Operasional ................................................ 22

3.5 Instrumen Penelitian ......................................................... 23 3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................ 24 3.6.1 Jenis dan Sumber Data ........................................... 24 3.6.2 Prosedur/ Alur Penelitian ....................................... 25 3.7 Pengolahan Data ............................................................... 25 3.8 Analisa Data Penelitian..................................................... 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 28 4.1 Hasil Penelitian ................................................................. 28 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................... 28 4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................... 28 4.1.3 Analisa Hasil Penelitian .......................................... 28 4.2 Pembahasan ....................................................................... 34 4.2.1 Pengetahuan Pola Makan ........................................ 34 4.2.2 Kejadian Sindroma Dispepsia ................................. 35 4.2.3 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia ................................. 36 4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 39 5.1 Kesimpulan........................................................................ 39 5.2 Saran .................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 40

LAMPIRAN

Page 8: Skrip Si

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia ................................................................... 14

Tabel 3.1 Penentuan Skor Jawaban Tingkat Pengetahuan Pola

Makan ...................................................................................... 23

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 29

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas .................................. 29

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ................................... 30

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pola Makan.... 30

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Pola Makan Berdasarkan Umur ............ 31

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Pola Makan Berdasarkan Kelas ............ 31

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sindroma

Dispepsia ..................................................................................... 32

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Berdasarkan Jenis

Kelamin ....................................................................................... 32

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Sindroma

Dispepsia ..................................................................................... 32

Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma

Dispepsia Pada Responden ....................................................... 33

Page 9: Skrip Si

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 19

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 22

Page 10: Skrip Si

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Coba Kuesioner

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 7 Tabel Master Penelitian

Lampiran 8 Frequency Table

Lampiran 9 Crosstabs

Lampiran 10 Surat Izin Uji Validitas Kuesioner

Lampiran 11 Surat Selesai Uji Validitas Kuesioner Penelitian

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian

Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 14 Riwayat Hidup

Page 11: Skrip Si

x

ABSTRAK

Sindroma dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum dijumpai dalam kehidupan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia sangat sering diabaikan dan di anggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, sindroma ini dapat menimbulkan kerugian bagi penderita. Dispepsia disebabkan oleh multifaktor salah satunya adalah pola makan. Untuk dapat terbentuk pola makan yang baik maka diperlukan pengetahuan yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel penelitian adalah seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang dipilih secara total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai pola makan yang menyebabkan sindroma dispepsia dalam kategori cukup sebanyak 71 orang (64,5%) dan kategori baik sebanyak 39 orang (35,5%). Kejadian dispepsia pada responden sebanyak 56 orang (50,9%) sedangkan yang tidak dispepsia sebanyak 54 orang (49,1%). Hasil analisa Chi-Square dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05) didapatkan nilai X2

hitung(5,448) > X2tabel(3,841), nilai p value < 0,05 yaitu

0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

Kata Kunci : pengetahuan pola makan, kejadian sindroma dispepsia, remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar

Page 12: Skrip Si

xi

ABSTRACT

Dyspepsia syndrome is one of the very common health problems in society,

especially teenagers. Dyspepsia syndrome has always been neglected and

considered an insignificant symptom by the people. But if we see the long-term

impact, this syndrome can cause harm to the patient. Dyspepsia has many causes,

one of which is the diet behaviour. To arrange a healthy diet, sufficient knowledge

is important. This study aimed to analyze the relationship between knowledge of

diet and the occurence of dyspepsia syndrome among adolescents in Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. The design of this research

is a descriptive analytic with cross sectional approach. The samples were all

students of Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar who

were selected by total sampling technique. The data were collected by using

questionnaire that had been tested by validity and reliability test. The result of this

research was analyzed by using univariate and bivariate analyses. The result

showed that 71 people (64,5%) had sufficient knowledge about diet that causes

dyspepsia syndrome and 39 people (35,5%) had good knowledge about it. The

number of respondents who-suffered dyspepsia was 56 (50,9%) and the number of

those who did not was 54 (49,1%). Chi-Square analysis result with an error rate

of 5% (α=0.05) showed that the value of X2

count(5,448) > X2

table(3,841), p value <

0,05 is 0,02 indicating that Ho is rejected. The conclusion of this research is that

there is a significant relationship between knowledge of diet and the occurence of

dyspepsia syndrome among adolescents in Madrasah Aliyah Swasta Ulumul

Quran Pagar Air Aceh Besar.

Keywords: knowledge of diet, the occurence of dyspepsia syndrome, adolescents

in Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar

Page 13: Skrip Si

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

masalah yaitu di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani dan di lain pihak telah terjadi

peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh

berubahnya pola konsumsi makanan dan gaya hidup (Depkes RI, 2006).

Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh perubahan pola

konsumsi makanan dan gaya hidup adalah sindroma dispepsia. Sindroma

dispepsia merupakan kumpulan gejala yang diakibatkan karena adanya kelainan

saluran pencernaan bagian atas, khususnya lambung. Gejala tersebut dapat berupa

nyeri di ulu hati, rasa panas di dada, perut terasa penuh, perut kembung, cepat

kenyang, mual yang terkadang disertai muntah, anoreksia, serta sendawa

berlebihan (Sujani dan Priandarini, 2010).

Dispepsia yang sering disebut penyakit maag oleh masyarakat merupakan

salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktek sehari-hari, yaitu

hampir 30% kasus dijumpai pada praktek umum dan 60% kasus pada praktek

gastroenterologi (Djojoningrat, 2010). Prevalensi dispepsia antara satu populasi

dengan populasi lainnya juga sangat bervariasi. Prevalensi terjadinya dispepsia di

Iran mencapai 29,9% (Amini et al., 2012), sedangkan di Hongkong 18,4%,

Jepang 17%, Turki 28,4%, dan India 30,4% (Ghoshal et al., 2011). Di Indonesia,

khususnya di Jakarta pada tahun 2010 proporsi dispepsia mencapai 58,1%

(Simadibrata dkk, 2010). Di Aceh, berdasarkan informasi yang peneliti peroleh

dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, belum ada data yang masuk dari kabupaten/

kota mengenai sindroma dispepsia. Namun, masyarakat di kabupaten/ kota

mengalami kejadian dispepsia tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya data yang

tercatat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda

Aceh pada tahun 2011/2012, jumlah kasus dispepsia secara keseluruhannya

adalah 61 kasus, yang terdiri dari Aceh Besar 21 kasus (34,4%), Banda Aceh 19

kasus (31,1%), Aceh Pidie 7 kasus (11,47%), Aceh Barat 5 kasus (8,2%), Aceh

Utara 4 kasus (6,6%), Sabang 2 kasus (3,2%), Aceh Tengah 2 kasus (3,2%), dan

Page 14: Skrip Si

2

Aceh Selatan 1 kasus (1,6) yang umumnya berumur antara 15 - 45 tahun (profil di

RSUDZA, 2011). Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Reshetnikov et al. (2001) di Novosibirsk, Siberia Barat pada usia muda

didapatkan bahwa umur 14 - 17 tahun yang paling sering mengalami dispepsia.

Sindroma dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang

disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah pola makan yang cenderung

tidak sehat dan tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur umumnya menjadi

masalah yang sering timbul pada remaja. Hal ini dapat disebabkan karena

meningkatnya aktivitas, baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Akibat

pola makan yang tidak teratur tersebut dapat menyebabkan lambung sulit untuk

beradaptasi dan akan memproduksi asam lambung secara berlebihan sehingga

pada akhirnya dapat menyebabkan lesi pada dinding mukosa lambung yang dapat

berlanjut timbulnya gastritis dan tukak lambung (Maksum, 2009). Penelitian

Annisa (2009) mengemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

ketidakteraturan makan dengan kejadian dispepsia pada remaja. Penelitian

Reshetnikov dan Kurilovich (2007) juga menyatakan bahwa jeda antara jadwal

makan yang lama dan ketidakteraturan makan sangat berkaitan dengan gejala

dispepsia.

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan ke Madrasah Aliyah

Swasta (MAS) Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar, sebagian besar remaja di

MAS tersebut sering mengalami gejala dispepsia yang terkadang mengganggu

aktivitas mereka. Pada umumnya, banyak dari kalangan remaja sangat jarang

mengatasi keadaan dispepsia. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan dan

kesadaran remaja masih sangat rendah/ minim mengenai pentingnya cara menjaga

kesehatan lambung yang salah satunya adalah dengan menjaga pola makan agar

tetap teratur setiap harinya (Khomsan, 2010). Oleh karena itu, diperlukan

pengetahuan untuk menumbuhkan kesadaran yang pada akhirnya akan

menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Penelitian ini akan dilakukan di Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran

Pagar Air Aceh Besar. Alasan penentuan lokasi penelitian antara lain adalah untuk

menjaga homogenitas dari sampel. Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran ini

merupakan sekolah yang menggunakan fasilitas asrama. Dengan berdomisilinya

Page 15: Skrip Si

3

para remaja di asrama, mereka mulai terlepas dari perhatian orang tua dan

mempunyai kemandirian dalam menentukan makanan yang mereka konsumsi.

Selain itu, belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan di Madrasah Aliyah

Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar, sehingga peneliti merasa tertarik

untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan pola makan

dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta

Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan

permasalahannya adalah “Apakah terdapat hubungan pengetahuan pola makan

dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta

Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pola makan dengan kejadian

sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar

Air Aceh Besar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pola makan pada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

2. Untuk mengetahui angka kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

3. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan pola makan dengan

kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul

Quran Pagar Air Aceh Besar.

Page 16: Skrip Si

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan ilmu dan wawasan tentang sindroma dispepsia serta faktor

penyebabnya baik bagi peneliti, tenaga kesehatan dan instansi terkait lainnya.

2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi masyarakat umum, khususnya

remaja tentang sindroma dispepsia serta faktor-faktor penyebabnya dan

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat

pada umumnya dan remaja pada khususnya untuk mengatur pola makan

sehingga kejadian sindroma dispepsia yang timbul dapat diatasi.

3. Dapat memberikan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian tentang masalah yang berkenaan dengan sindroma dispepsia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Menjadi bahan masukan bagi para tenaga kesehatan dan instansi terkait

lainnya untuk dapat melakukan berbagai intervensi salah satunya dengan

penyuluhan, guna untuk mencegah kejadian sindroma dispepsia pada masyarakat

khususnya remaja.

1.5 Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan

pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

Page 17: Skrip Si

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melalui proses

penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2010)1.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besar, ada 6 tingkat pengetahuan antara lain yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau mengingat kembali memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat diukur dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui sebelumnya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau

mengaplikasikan materi yang diketahui tersebut pada situsi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

Page 18: Skrip Si

6

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan

serta mampu membuat bagan tentang objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang dalam menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Dengan kata lain, sintesis

adalah suatu kemampuan untuk dapat membuat atau meringkas tentang hal-

hal yang telah dibaca atau didengar dengan kata-kata atau kalimat sendiri.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilaian tersebut

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun sesuai dengan

norma-norma yang berlaku di masyarakat.

(Notoatmodjo, 2010)1

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010)2, cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Cara tradisional atau non-ilmiah, dimana individu memperoleh pengetahuan

tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara- cara penemuan pada periode ini antara

lain:

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba dengan kemungkinan yang lainnya sampai

masalah tersebut terselesaikan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada pemegang kekuasaan yakni

orang yang mempunyai wibawa, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik bersifat

fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

Page 19: Skrip Si

7

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang

dikemukakannya adalah sudah benar.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi.

d. Melaui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebudayaan, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Hal ini terbukti bahwa manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya

baik melalui induksi maupun deduksi.

2. Cara modern atau cara ilmiah.

Pada metode ini, tiap individu dapat memperoleh pengetahuan

secara sistematis, logis dan ilmiah. Pengetahuan tersebut didapatkan dari

penelitian.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2010)1, faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

a. Umur

Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah

keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi

akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang

dan mereka akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan

mereka peroleh dari gagasan tersebut.

Page 20: Skrip Si

8

c. Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang

sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

d. Sumber informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dari berbagai media, baik cetak maupun

elektronik, seperti televisi, radio, koran maupun buku. Seseorang yang lebih

sering terpapar media massa akan memperoleh informasi lebih banyak,

sehingga akan meningkatkan pengetahuannya.

e. Sosial budaya

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dari interaksi tersebut akan

diperoleh berbagai informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan. Selain

itu, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga juga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010)1.

Menurut Nursalam (2008), kategori tingkat pengetahuan dibedakan

menjadi 3, yaitu:

a. Baik, bila persentase 76%-100%

b. Cukup, bila persentase 56%-75%

c. Kurang, bila persentase < 56%

Page 21: Skrip Si

9

2.2 Pola Makan

2.2.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan atau kebiasaan makan memiliki makna yaitu suatu perilaku

atau cara individu dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang seimbang/

sehat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh setiap harinya (Subroto, 2008). Adapun

makna dari makanan sehat/ seimbang adalah makanan yang terdiri dari empat

sehat lima sempurna, bersih, aman untuk dikonsumsi serta tidak mengandung

bahan-bahan yang berbahaya (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012 ; Basith, 2006).

Makanan empat sehat lima sempurna tersebut terdiri dari nasi, lauk-pauk, buah,

sayur-sayuran dan susu (Sediaoetama, 2006).

Menurut Lowden et al. (2010), pola makan adalah berbagai informasi

yang memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi

setiap harinya. Pola makan itu sendiri meliputi frekuensi makan, jenis makanan,

serta porsi makan.

1. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah jumlah waktu makan dalam sehari yang meliputi

makanan lengkap (full meal) dan makanan selingan/ kudapan (snack). Frekuensi

yang digunakan di suatu keluarga berkisar antara tiga sampai dengan lima kali

sehari, namun hal ini juga tergantung ketersediaan biaya dan tenaga dari tiap

individu. Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari yakni pagi, siang

dan malam. Sebagai selingan pada umumnya diberikan makanan ringan (snack)

yang disajikan antara waktu makan pagi dan makan siang, antara makan siang

dan makan malam, atau setelah makan malam (Baliwati dan Martianto, 2012).

Secara alamiah, makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai

dari mulut sampai ke usus halus. Sifat dan jenis makanan sangat menentukan

lamanya makanan di dalam lambung. Umumnya lambung kosong antara 4-6 jam

sehingga jadwal makanpun disesuaikan dengan kosongnya lambung. Kebiasaan

makan yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena

memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga produksi asam lambung

terkontrol (Utomo, 2005). Namun, seringkali orang mengabaikan makan pagi

karena diburu waktu yang sempit akibat aktivitas yang padat. Hal ini dapat

Page 22: Skrip Si

10

menyebabkan tubuh kekurangan glukosa sehingga tubuh lemah dan kurang

berkonsentrasi karena tidak adanya suplai energi (Sediaoetama, 2006).

2. Jenis makanan

Jenis makanan merupakan variasi bahan makanan seperti bahan makanan

pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur serta bahan makanan

buah yang apabila dimakan, dicerna serta diserap akan menghasilkan paling

sedikit susunan menu empat sehat dan seimbang (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012).

Makanan yang disajikan secara bervariasi merupakan salah satu cara untuk

menghilangkan rasa bosan dan mendatangkan selera makan. Oleh karena itu,

untuk menyusun hidangan yang mengandung empat sehat lima sempurna

memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh

kombinasi bahan makanan yang disediakan dan diperhitungkan dengan tepat akan

memberikan dan menghasilkan hidangan yang sehat baik secara kualitas maupun

kuantitas (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012).

Jenis-jenis makanan tertentu juga dapat meningkatkan asam lambung

secara berlebihan yang menimbulkan sindroma dispepsia, misalnya makan

makanan pedas dan berbumbu tajam, makanan yang terasa asam, sayur-sayuran

dan buah-buahan bergas seperti kol, sawi, nangka dan durian, serta makan

makanan berlemak dan berminyak yang membuat makanan akan memberikan rasa

kenyang yang lama dan akan memperlambat waktu pengosongan lambung.

Umumnya, makanan berminyak/ berlemak akan meninggalkan lambung yaitu 3,5

jam setelah makan (Utomo, 2005 ; Muchtadi, 2001).

3. Porsi makan

Porsi atau jumlah makan adalah suatu ukuran atau takaran makanan yang

dikonsumsi pada tiap kali makan. Menu makanan yang dimakan hendaknya

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta air yang

berkecukupan untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi

(Dep. Gizi dan Kesmas, 2012). Porsi makan siang sebaiknya lebih sedikit

dibandingkan dengan makan pagi, dan untuk makan malam usahakan lebih sedikit

lagi, sebaiknya makan sayur dan buah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

kesempatan pada lambung dan sistem pencernaan untuk beristirahat (Iskandar,

2010).

Page 23: Skrip Si

11

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Remaja

Pada dasarnya intake makanan remaja dipengaruhi oleh dua hal, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal

dari dalam diri remaja itu sendiri, dapat berupa kebutuhan fisiologi, body image,

pemilihan dan arti makanan, kesehatan serta nilai dan kepercayaan individu.

Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar manusia,

seperti pengetahuan gizi, pengalaman individu, sosial budaya, media massa, peran

orang tua, teman sebaya serta lingkungan (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012).

Kebiasaan makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan

seseorang dan zat-zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan yang

lengkap dan seimbang harus dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi

kesehatan dan status gizi seseorang. Kebiasaan makan yang baik dicerminkan

oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi yang beragam dan jumlah yang

seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pengetahuan gizi merupakan

salah satu faktor yang menentukan konsumsi pangan seseorang. Orang yang

mempunyai pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk

menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan dan pengolahan pangan

sehingga dapat diharapkan konsumsi makanannya lebih terjamin. Namun tidak

semua mereka yang tingkat pengetahuan gizinya baik, kecukupan gizinya juga

baik (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012).

2.2.3 Manfaat Makan

Secara umum, manfaat makan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan nutrisi supaya tetap sehat dan dapat beraktifitas (Subroto, 2008). Menurut

ilmu kesehatan, manfaat dari makan adalah untuk memperoleh sumber energi atau

tenaga yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit,

sebagai antibodi dan antitoksin, memelihara jaringan tubuh, menggantikan sel

yang rusak, mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral serta

asam basa di dalam cairan tubuh (Dep. Gizi dan Kesmas, 2012).

Page 24: Skrip Si

12

2.2.4 Cara Membentuk Pola Makan Sehat

Pola makan yang sehat merupakan penerapan pola makan yang mengikuti

pola-pola atau aturan-aturan tertentu yang berupaya untuk membentuk individu

yang sehat. Untuk membentuk pola makan yang sehat hendaknya dilakukan

secara dini. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk pola makan

sehat antara lain:

a. Menyediakan makanan yang mengandung nutrisi penting untuk metabolisme

tubuh.

b. Makanan yang disediakan tidak mengandung komponen berbahaya.

c. Makanan yang disajikan bervariasi, praktis dan siap dikonsumsi.

(Subroto, 2008)

2.3 Sindroma Dispepsia

2.3.1 Definisi Sindroma Dispepsia

Berdasarkan konsensus Roma II tahun 2000, dispepsia diartikan sebagai

rasa sakit atau tidak nyaman yang berpusat di perut bagian atas (Djojoningrat,

2010). Dispepsia sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Duis- yang berarti sulit

dan Pepse yang berarti pencernaan, yang dapat diartikan pencernaan yang jelek

(Brun and Kuo, 2010).

Dispepsia atau indigestion merupakan istilah yang umum digunakan untuk

menggambarkan nyeri pada perut khususnya pada epigastrium, yang terkadang

juga disertai dengan gejala gastrointestinal lainnya seperti rasa panas di

epigastrium, mual, muntah, dan perut kembung (Brun and Kuo, 2010). Secara

umum, sindroma dispepsia dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang ditandai

dengan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri pada saluran cerna bagian atas (nyeri ulu

hati), mual, muntah, rasa panas/terbakar di dada, perut penuh, cepat kenyang,

perut kembung, bersendawa, dan borborygmi (perut keroncongan) (Misnadiarly,

2009).

Masyarakat umum lebih mengenal sindroma dispepsia dengan sebutan

penyakit maag. Istilah maag sendiri berasal dari bahasa Belanda, yaitu “de maag”

yang artinya lambung (Ikawati, 2010).

Page 25: Skrip Si

13

2.3.2 Klasifikasi Dispepsia

Secara garis besar, dispepsia terbagi dalam 2 yaitu dispepsia organik dan

dispepsia fungsional (Oustamanolakis and Tack, 2010).

1. Dispepsia organik

Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan

organik sebagai penyebabnya. Penyebab dari dispepsia organik ini antara lain

adanya ulcus peptikum, gastritis, GERD (Gastroesophageal Reflux Disease),

kanker lambung atau esofagus, kerusakan pankreas atau biliary (kantung

empedu), dan penyakit infeksi lainnya. Dispepsia organik ini jarang ditemukan

pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun (Ghoshal

et al., 2011).

2. Dispepsia fungsional

Dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang terjadi tanpa adanya

perubahan struktural pada saluran cerna yang berdasarkan pada pemeriksaan

klinis, laboratorium, radiologi serta endoskopi (Brun and Kuo, 2010). Dispepsia

fungsional juga dikenal dengan nama dispepsia non-ulkus, essential dyspepsia

atau dispepsia idiopatik (Akamizu et al., 2010).

Dalam konsensus Roma III tahun 2006 yang khusus membicarakan

tentang kelainan gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional didefinisikan

sebagai:

1. Adanya satu atau lebih keluhan berikut:

a. Rasa penuh setelah makan makanan dalam porsi normal, lebih dari satu

hari dalam seminggu.

b. Cepat kenyang (tidak sanggup menghabiskan makanan dalam porsi

normal), lebih dari satu hari dalam seminggu.

c. Nyeri epigastrium atau rasa tidak nyaman di ulu hati/ perut bagian atas,

bersifat intermiten, tidak berpindah ke daerah abdomen lainnya serta

tidak berkurang dengan defekasi maupun flatus, yang dapat dirasakan

setidaknya satu hari dalam seminggu.

d. Rasa panas seperti terbakar di dada.

Page 26: Skrip Si

14

2. Tidak adanya bukti kelainan struktural (termasuk di dalamnya pemeriksaan

endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab

keluhan tersebut.

3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum

diagnosis ditegakkan.

(Djojoningrat, 2010 ; Brun and Kuo, 2010).

Dalam keadaan klinis, dispepsia dibagi menjadi:

1. Ulcer-like dyspepsia (dispepsia tipe seperti ulkus) yaitu dispepsia yang

ditandai dengan adanya nyeri epigastrik yang terlokalisir.

2. Dismotility-like dyspepsia (dispepsia tipe seperti dismotilitas) yaitu dispepsia

yang ditandai dengan adanya keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh,

dan cepat kenyang.

3. Non-spesific dyspepsia (dispepsia tipe non-spesifik) yaitu dispepsia yang

tidak dapat digolongkan pada salah satu dari 2 jenis dispepsia diatas serta

tidak ada keluhan yang dominan (Djojoningrat, 2010).

2.3.3 Etiologi Dispepsia

Adapun penyebab dispepsia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia

Esofago-gastro-duodenal Tukak peptik, gastritis akut dan kronis, keganasan.

Obat-obatan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), teofilin, digitalis, antibiotik.

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome.

Perubahan sekresi asam (hiperasiditas)

Kelainan psikologis

(Djojoningrat, 2010 ; Akamizu et al., 2010)

Page 27: Skrip Si

15

2.3.4 Fisiologi Sekresi Asam Lambung

Secara fungsional, mukosa gaster dibedakan ke dalam 3 daerah sekresi

yaitu (1) cardiac gland area yang menyekresikan mukus dan pepsinogen, (2)

oxyntic (parietal) gland area yang bersesuai dengan fundus dan badan lambung,

menyekresikan ion hidrogen, pepsinogen dan bikarbonat, dan (3) pyloric gland

area yang berlokasi di antrum menyekresikan gastrin dan mukus (Staf Pengajar

Dep. Farmakologi FK Universitas Sriwijaya, 2008).

Lambung melakukan tiga fungsi utama, yang terdiri dari penyimpanan,

pencampuran dan pengosongan cairan lambung (kimus/makanan yang

bercampur dengan sekret lambung) ke duodenum. Namun fungsi utama lambung

yang paling penting adalah menyimpan makanan yang telah dicerna hingga

makanan tersebut dapat dikosongkan ke dalam usus halus pada kecepatan

normal untuk proses cerna dan absorpsi. Mukosa lambung mengandung banyak

kelenjar. Sel kelenjar lambung menyekresikan cairan lambung (asam lambung

dan enzim) sekitar 2500 ml untuk memulai pencernaan protein. Asam

hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar di korpus lambung dapat

membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, menghasilkan pH yang

diperlukan pepsin untuk mencerna protein serta merangsang aliran empedu.

Konsentrasi asam lambung cukup pekat sehingga dapat menimbulkan kerusakan

jaringan lambung bila ada hal yang memicunya. Namun, dalam keadaan normal,

tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar mukosa yang dibentuk oleh mukus

dan HCO3-. Mukus dan HCO3

- ini berperan penting dalam melindungi lambung

dari kerusakan ketika getah lambung disekresikan ke dalamnya (Ganong, 2008).

Sekresi cairan lambung terutama dikontrol oleh saraf vagus yang

bermanifestasi pada tiga fase yaitu fase sefalik, fase gaster, dan fase intestinal.

Pada fase sefalik dimana adanya stimulus bau dari hidung, rasa dari lidah dan

masuknya makanan impuls pada sistem saraf pusat (CNS) untuk memberikan

impuls melalui serat preganglionik saraf vagus ke pleksus submukosa lambung

dan memengaruhi sel-sel mukus untuk memproduksi mukus, sel-sel chief untuk

memproduksi pepsinogen, sel-sel parietal untuk memproduksi HCL, dan

memengaruhi sel-sel G untuk melepaskan gastrin. Fase sefalik biasanya

berlangsung singkat dengan tujuan untuk melakukan proses higienis dan sekresi

Page 28: Skrip Si

16

asam pada makanan yang masuk ke dalam lambung. Pada fase gaster berkisar

antara 3-4 jam, dimana terjadi proses penting dalam melakukan digesti protein

oleh pepsin dan pelepasan histamin oleh sel mast. Pelepasan histamin akan

meningkat terhadap beberapa jenis makanan tertentu yang menjadi proteksin

terhadap reaksi antigen-antibodi. Fase intestinal sekresi lambung dimulai ketika

kimus masuk ke usus halus. Secara umum, fase ini berlangsung beberapa jam

untuk melakukan kontraksi. Kontraksi spingter pilorus bertujuan untuk

mengendalikan yang keluar disesuaikan dengan kemampuan usus halus dalam

melakukan absorpsi. Pada fase ini, secara hormonal akan dilepaskan

kolesistokinin (cholecystokinin, CCK) dan gastric inhibitory peptide (GIP). CCK

akan memberikan efek pada sistem digestive, diantaranya adalah menghambat

sekresi asam dan enzim lambung. Sedangkan GIP akan menghambat sekresi

lambung dan meningkatkan kontraksi lambung. Hasilnya makanan yang tinggi

lemak akan berada di dalam lambung lebih lama dengan tujuan sebelum masuk

usus halus, material lemak lebih halus dan lebih mudah diabsorpsi (Muttaqin dan

Kumala, 2011).

2.3.5 Patofisiologi Dispepsia

Patofisiologi terjadinya dispepsia belum seluruhnya diketahui dengan

pasti. Namun ada 2 faktor utama yang berperan yaitu faktor agresif (faktor

penyerang) dan faktor defensif (faktor pertahanan). Kedua faktor tersebut dapat

mempengaruhi keseimbangan integritas saluran cerna. Adapun faktor agresif

meliputi asam lambung (HCL), pepsin, refluks cairan empedu, nikotin, obat

AINS, Helicobacter pylori, alkohol dan kortikosteroid. Sedangkan faktor

defensif meliputi aliran darah mukosa, sel epitel permukaan, prostaglandin,

fosfolipid/ surfaktan, musin/ mukus, bikarbonat dan motilitas. Bila kedua faktor

tersebut terganggu keseimbangannya maka dapat menyebabkan munculnya

gejala dispepsia (Staf Pengajar Dep. Farmakologi FK Universitas Sriwijaya,

2008). Ketidakseimbangan tersebut dapat dipicu oleh banyak hal diantaranya

makanan yang terlalu asam, pedas, stress, bahkan beberapa individu juga dapat

dipicu oleh makanan seperti kubis, sawi, dan semangka (Misnadiarly, 2009).

Page 29: Skrip Si

17

2.3.6 Gejala dan Tanda Dispepsia

Menurut Djojoningrat (2010), Karena bervariasinya jenis keluhan pada

penderita dispepsia baik dari segi kuantitas dan kualitasnya, maka gejala klinis

dispepsia didasarkan pada keluhan yang paling dominan antara lain:

1. Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri pada malam hari

dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti ulkus.

2. Bila kembung, mual, cepat kenyang merupakan keluhan yang paling sering

dikemukakan, dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti

dismotilitas.

3. Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan, dikategorikan sebagai

dispepsia non spesifik.

Namun, klasifikasi diatas hanya untuk mempermudah diperoleh

gambaran klinis pasien yang dihadapi serta pemilihan alternatif pengobatan

awalnya. Gambaran klinis secara umumnya adalah rasa tidak nyaman di

epigastrium, mual, muntah, perut kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,

dan rasa panas yang menjalar ke dada (Djojoningrat, 2010).

2.3.7 Diagnosis Dispepsia

Untuk menentukan diagnosis dispepsia diperlukan anamnesis yang

cermat, sebab tindakan-tindakan yang pertama tergantung pada keluhan yang

dikemukan oleh penderita (Djojoningrat, 2010). Berdasarkan kriteria diagnosa

Roma III, sindroma dispepsia di diagnosa dengan gejala rasa penuh setelah

makan, cepat kenyang, rasa nyeri di epigastrium, dan rasa terbakar pada

epigastrium yang ditandai dengan adanya satu atau lebih dari gejala tersebut

(Brun and Kuo, 2010).

Setelah melakukan anamnesis, dapat dilakukan pemeriksaan fisik dan

penunjang guna untuk mengeklusikan gangguan organik atau biokimiawi.

Adapun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam

menegakkan diagnosa penderita dispepsia antara lain:

a. Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan gula darah, fungsi tiroid,

fungsi pankreas.

b. Radiologi, seperti USG, barium meal.

Page 30: Skrip Si

18

c. Endoskopi.

d. pH-metri untuk menilai tingkat sekresi asam lambung.

e. Penggunaan pellet radioopak untuk mengukur waktu pengosongan

lambung.

f. Monometri gastrointestinal.

g. elektrogastrografi.

Bila alarm symtomps seperti penurunan berat badan, timbulnya

anemia, melena, muntah yang prominen, maka merupakan petunjuk awal akan

kemungkinan adanya penyebab organik yang membutuhkan pemeriksaan

penunjang diagnostik secara lebih intensif seperti endoskopi dan sebagainya

(Djojoningrat, 2010).

2.3.8 Penatalaksanaan Dispepsia

Prinsip sederhana penatalaksanaan dispepsia adalah dengan

menyeimbangkan faktor agresif dan defensif yaitu dengan menhindari

pencetus dispepsia seperti makanan pedas, asam, stres, dan lainnya. Namun,

perlu ditambahkan dengan pemberian obat jika dispepsia mengganggu.

Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain:

1. Antasida, seperti aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, dan

kalsium karbonat. Obat-obat tersebut mengandung senyawa basa/ alkali

sehingga dapat menetralkan asam lambung (HCL) yang telah memenuhi

lambung.

2. Obat yang dapat menekan/ menghambat sekresi asam lambung seperti:

a. H2 blocer yaitu simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin.

b. Muscarinik blocer yaitu pirenzepin.

c. Penghambat pompa proton yaitu omeprazol.

4. Obat – obat sitoprotektif yaitu PGE2, setraksat, sukralfat dan subsitrat.

Obat-obat ini bekerja dengan:

a. Memperbaiki mikrosirkulasi mukosa lambung.

b. Meningkatkan produksi PG, mukus, dan bikarbonat.

5. Pemberian antibiotik bila penyebabnya Helicobacter pylori.

(Staf Pengajar Dep. Farmakologi FK Universitas Sriwijaya, 2008).

Page 31: Skrip Si

19

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Keterangan : = Variabel yang diteliti; = Variabel yang tidak diteliti)

Faktor Yang Mempengaruhi

Pengetahuan:

a. Umur

b. Tingkat Pendidikan

c. Pengalaman

d. Sumber Informasi

e. Sosial Budaya

(Notoatmodjo, 2010)1

Pengetahuan pola makan, meliputi:

- Pengetahuan mengenai jenis

makanan dan kebiasaan makan

yang menyebabkan dispepsia.

(Utomo, 2005 ; Muchtadi, 2001)

Faktor-faktor resiko dispepsia:

1. Pola makan

2. Rokok

3. Alkohol

4. Kopi

5. Faktor psikologis/ stres

6. AINS (Anti Inflamasi

Non-steroid)

7. Helicobacter pylori

(Misnadiarly, 2009 ; Staf

Pengajar Dep. Farmakologi FK

Universitas Sriwijaya, 2008 ;

Djojoningarat, 2010)

Kejadian Sindroma Dispepsia

Page 32: Skrip Si

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan

pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Dalam arti kata

luas, studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran

variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali atau satu waktu (Sastroasmoro dan

Ismael, 2006).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Swasta Ulumul

Quran Pagar Air Aceh Besar dari bulan Mei 2012 sampai Februari 2013.

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan September 2012. Perencanaan

jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa/ siswi Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang berjumlah 115 orang,

dimana kelas I berjumlah 36 orang yang terdiri dari siswa sebanyak 16 orang dan

siswi 20 orang. Kelas II berjumlah 33 orang terdiri dari siswa sebanyak 17 orang

dan siswi sebanyak 16 orang. Sedangkan kelas III berjumlah 46 orang yang terdiri

dari dua kelas yaitu kelas MAG (Madrasah Aliyah Agama) dan IPA . Kelas MAG

berjumlah 17 orang, yaitu 12 orang siswa dan 5 orang siswi sedangkan kelas IPA

berjumlah 29 orang, yaitu 9 orang siswa dan 20 orang siswi.

Page 33: Skrip Si

21

3.3.2 Sampel Penelitian

1. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

dengan total sampling. Adapun yang dimaksud total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan

mengambil total sampling karena menurut Arikunto (2010), dalam menentukan

jumlah sampel, jika jumlah anggota populasi meliputi antara 100 sampai dengan

150 orang dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, maka

sebaiknya sejumlah tersebut diambil semua. Namun, jika peneliti mempunyai

subjek lebih dari itu atau beberapa ratus subjek maka peneliti dapat menentukan

kurang lebih sebesar 25%-30% dari jumlah populasi. Dengan demikian,

berdasarkan pernyataan tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa/ siswi Madrasah Aliyah Swasta Pagar Air Aceh Besar yang berjumlah 115

orang yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini

antara lain:

1. Siswa/ siswi MAS Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang hadir di sekolah

saat penelitian dilakukan.

2. Umur 14-17 tahun.

3. Bersedia mengisi kuesioner.

3.4 Variabel Penelitian, Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas) dan

variabel dependen (terikat). Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu

pengetahuan responden tentang pola makan yang menyebabkan sindroma

dispepsia.

2. Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian sindroma

dispepsia pada responden.

Page 34: Skrip Si

22

3.4.2 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Pola

Makan →

Kejadian Sindroma Dispepsia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.4.3 Definisi Operasional

Definisi operasional memiliki arti mendeskripsikan variabel sedemikian

rupa sehingga bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur

(observable). Untuk memudahkan dalam memahami pengertian dari variabel

dalam penelitian ini maka hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengetahuan pola makan adalah hasil tahu, melihat, mendengar serta membaca

tentang pola makan yang menyebabkan sindroma dispepsia. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan,

dengan hasil ukurnya dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu baik (76%-

100%), cukup (56%-75%), dan kurang (< 56%). Skala pengukuran adalah

skala ordinal.

2. Sindroma dispepsia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan rasa penuh

setelah makan, cepat kenyang, rasa nyeri di epigastrium, rasa panas di dada,

juga disertai dengan mual, muntah, perut kembung, serta bersendawa

berlebihan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

berdasarkan Rome III Criteria. Hasil ukurnya akan dikelompokkan menjadi 2

yaitu dispepsia dan tidak dispepsia. Dikatakan dispepsia bila menjawab (Ya)

pada 1 atau lebih dari pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari seluruh

pertanyaan. Skala pengukuran adalah skala nominal.

Page 35: Skrip Si

23

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat instrumen berupa

kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti sebagai alat ukur untuk

mengukur setiap variabel (lampiran 3). Kuesioner yang digunakan berupa

kuesioner tertutup, yaitu kuesioner dimana pertanyaan dan jawabannya telah

disediakan sehingga responden tinggal memilih jawabannya. Adapun pertanyaan

dalam kuesioner terdiri dari:

1. Pertanyaan tentang data demografi responden yang meliputi: nama, jenis

kelamin, umur, kelas, NIS, dan alamat.

2. Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan responden tentang pola makan yang

menyebabkan sindroma dispepsia, yang terdiri dari pernyataan positif

(favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable) dengan pilihan jawaban

sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, yang setiap item

jawaban diberikan skor menggunakan skala likert. Pernyataan yang favorable

pada kuesioner adalah no. 1, 2, 4, 6, dan 7 sedangkan pernyataan yang

unfavorable adalah no. 3, 5, dan 8.

Tabel 3.1 Penentuan Skor Jawaban Tingkat Pengetahuan Pola Makan

No. Jawaban Responden Favorable Unfavorable

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

3. Pertanyaan untuk mengukur kejadian sindroma dispepsia pada responden

dengan menilai keluhan-keluhan yang berdasarkan kriteria Roma III.

Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul data selesai, maka

kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui apakah

kuesioner yang telah disusun mampu mengukur sesuatu yang hendak diukur dan

sejauh mana kuesioner tersebut dapat dipercaya. Untuk itu maka kuesioner

tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan. Responden yang digunakan untuk

uji coba sebaiknya yang memiliki ciri- ciri responden dari tempat di mana

penelitian tersebut dilaksanakan (Sugiyono, 2010). Uji coba kuesioner pada

penelitian ini dilakukan di SMA Islam Al-Falah Lamjampok Yayasan Abu Lam U

Page 36: Skrip Si

24

Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah responden

sebanyak 20 orang. Peneliti memilih 20 orang karena menurut Notoadmodjo

(2010)2 bahwa agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,

maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit adalah 20 orang.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai

validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas yang rendah (Sugiyono, 2010). Untuk mengetahui valid tidaknya

kuesioner pada penelitian ini, dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel

dengan nilai r hitung. Nilai kritis terhadap 20 responden dengan taraf signifikansi

5% diperoleh nilai kritis tabel adalah 0,444. Nilai korelasi dari pertanyaan pada

kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hitung > 0,444. Dari hasil pengujian

validitas didapatkan nilai r hitung untuk 16 pertanyaan > 0,444 (dapat dilihat

pada kolom Corrected Item-Total Correlation) (Lampiran 5). Berdasarkan hasil

tersebut, maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, untuk menguji

reliabilitas digunakan uji konsistensi internal dengan menggunakan teknik

Cronbach’s Alpha. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan

menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitasnya (r 11) > 0,6. Dari hasil

pengujian reliabilitas kuesioner untuk kuesioner pengetahuan pola makan dan

kejadian sindroma dispepsia didapatkan bahwa nilai r hitung > 0,6 yaitu 0,918 dan

0,845 (Lampiran 5). Berdasarkan hasil tersebut, maka pertanyaan dalam kuesioner

dinyatakan reliabel.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Adapun data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui

kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti (Lampiran 3). Sedangkan data

Page 37: Skrip Si

25

sekunder adalah data yang mendukung kelengkapan data primer yang

dikumpulkan secara tidak langsung dari sumber-sumber yang telah ada meliputi

jumlah keseluruhan siswa/ siswi Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar

Air Aceh Besar yang didapatkan dari pihak sekolah/ pesantren.

3.6.2 Prosedur/ Alur penelitian

Untuk dapat mengarah pada jalannya penelitian dan memperoleh hasil

penelitian yang cermat dan teliti diperlukan adanya prosedur/ alur penelitian.

Adapun alur penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dan meminta izin

kepada Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Ulumul Quran

Pagar Air Aceh Besar untuk melakukan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian dengan melakukan

penyebaran kuesioner setelah mendapatkan persetujuan (izin) dari kepala

sekolah/ pihak pesantren dan juga responden. Setelah itu, kuesioner yang

telah diisi dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan data.

3. Tahap pengolahan dan analisa data

Setelah data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya adalah pengolahan

data dan analisa data.

4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian (Skripsi)

Pada tahap ini, hasil pengolahan dan analisa data disusun menjadi laporan

untuk dapat dipertanggung jawabkan pada seminar hasil penelitian. Untuk

mendapatkan hasil laporan penelitian yang baik, setelah seminar hasil

penelitian dilakukan perbaikan dengan bimbingan pembimbing dan penguji.

3.7 Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (Editing)

Kegiatan ini merupakan kegiatan melakukan pemeriksaan kembali

kuesioner yang telah diisi oleh responden meliputi kelengkapan isian,

Page 38: Skrip Si

26

kejelasan jawaban, serta relevansi jawaban dengan pertanyaan isian. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai

dapat segera dilengkapi.

2. Pemberian kode (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding yaitu dengan mengubah data yang berbentuk huruf

atau kalimat menjadi data angka atau bilangan. Coding ini berguna dalam

memasukkan data.

3. Pemindahan data (Transfering)

Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden

pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai

dengan subvariabel yang ingin diteliti.

4. Penyusunan data (Tabulating)

Pada tahap ini data yang telah diperbaiki dan diberi kode dimasukkan ke

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, selain itu juga dilakukan pemberian

skor terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab atau diisi oleh

responden. Tujuannya untuk memudahkan analisa data.

5. Analisa data (Analizing)

Merupakan kegiatan pembuatan analisis sebagai dasar bagi penarikan

kesimpulan.

3.8 Analisa Data Penelitian

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan

analisa bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengambarkan distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel dan karakteristik responden. Analisa ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan

batas kemaknaan 0,05 dengan ketentuan bermakna (ada hubungan yang

Page 39: Skrip Si

27

signifikan antar variabel) apabila p-value ��0,05 dan tidak bermakna (tidak

ada hubungan yang signifikan antar variabel) apabila p – value > 0,05. Rumus

Chi-Square adalah sebagai berikut:

X2= ∑ ( O – E )

2

E

Keterangan:

X2 : Nilai Chi-Square

O : Nilai Observasi (Pengamatan)

E : Nilai Ekspektasi (harapan)

Page 40: Skrip Si

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar

merupakan salah satu sekolah yang terdapat di pesantren Yayasan Pendidikan

Dayah Madrasah Ulumul Quran (YPD MUQ) Pagar Air Aceh Besar. Sekolah ini

berada dalam kawasan pesantren yang berlokasikan di jalan Banda Aceh-Medan

Km. 6, desa Bineh Blang, Kelurahan Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh. Seluruh siswa sekolah MAS tersebut berdomisili di

tempat yang telah ditentukan oleh pihak pesantren.

Sekolah ini dilengkapi dengan sarana prasarana seperti ruang kepala

sekolah, ruang guru dan tata usaha, ruang kelas, ruang laboratorium (bahasa dan

komputer), ruang perpustakaan, ruang koperasi, gedung serbaguna (masjid dan

aula), ruang WC, lapangan olahraga (volly, basket, badminton, dll), dan kantin.

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek/ sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan siswa/i kelas I,

II, dan III MAS Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang berjumlah 115 orang.

Namun, dikarenakan saat dilakukannya penelitian 5 orang dari 115 sampel

penelitian sudah pindah dari sekolah tersebut (missing value/drop out), maka

sampel dalam penelitian ini jumlahnya menjadi 110 orang.

4.1.3 Analisa Hasil Penelitian

Analisa hasil penelitian ini akan disajikan secara berurutan mulai dari

analisa univariat kemudian dilanjutkan dengan analisa bivariat, sebagai berikut:

A. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti dan akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap-tiap variabel tersebut. Adapun variabel yang dianalisis dalam penelitian

Page 41: Skrip Si

29

ini mencakup jenis kelamin, kelas, umur, pengetahuan pola makan, dan kejadian

sindroma dispepsia pada responden. Berikut ini adalah variabel-variabel yang

dianalisa dengan analisa univariat:

1.) Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa dari 110 jumlah total

responden, responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki

yaitu sebanyak 59 orang (53,6%).

2.) Kelas

Karakteristik responden berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Kelas Jumlah Persentase (%)

I 35 31,8 II 31 28,2 III 44 40

Total 110 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa dari 110 jumlah total

responden, responden kelas III yang memiliki jumlah paling banyak yaitu

sebanyak 44 orang (40%) sedangkan jumlah responden yang paling sedikit

adalah responden kelas II dengan jumlah 31 orang (28,2%).

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

L 51 46,4 P 59 53,6

Total 110 100

Page 42: Skrip Si

30

3.) Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Jumlah Persentase (%)

14 7 6,4 15 28 25,5 16 38 34,5 17 37 33,6

Total 110 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa dari 110 jumlah total

responden, responden yang berumur 16 tahun yang memiliki jumlah terbanyak

yaitu 38 orang (34,5%) sedangkan jumlah responden paling sedikit adalah

responden yang berumur 14 tahun dengan jumlah 7 orang (6,4%).

4.) Gambaran Pengetahuan Pola Makan Responden

Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pola makan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pola Makan

Kategori Pengetahuan Pola Makan Jumlah Persentase

(%)

Baik 39 35,5 Cukup 71 64,5 Kurang 0 0 Total 110 100

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa dari 110 jumlah total responden,

sebagian besar responden memiliki pengetahuan pola makan dalam kategori

cukup yaitu sebanyak 71 orang (64,5%) dan tidak satupun responden yang

memiliki pengetahuan pola makan dalam kategori kurang.

Page 43: Skrip Si

31

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Pola Makan Berdasarkan Umur

Umur Responden

(tahun)

Kategori Pengetahuan Pola Makan Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

14 3 42,9 4 57,1 0 0 7 100 15 8 28,6 20 71,4 0 0 28 100 16 8 21,1 30 78,9 0 0 38 100 17 20 54,1 17 45,9 0 0 37 100

Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 110 total responden,

yang paling banyak memiliki pengetahuan pola makan dengan kategori baik

adalah pada responden umur 17 tahun yaitu sebanyak 20 orang (54,1%) dan

yang paling sedikit pada responden umur 14 tahun yaitu sebanyak 3 orang

(42,9%).

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Pola Makan Berdasarkan Kelas

Kelas

Kategori Pengetahuan Pola Makan Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

I 13 37,1 22 62,9 0 0 35 100 II 5 16,1 26 83,9 0 0 31 100 III 21 47,7 23 52,3 0 0 44 100

Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100 Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 110 total responden,

yang paling banyak memiliki pengetahuan dalam kategori baik adalah responden

kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%) dan yang paling sedikit adalah kelas II

sebanyak 5 orang (16,1%).

5.) Gambaran Kejadian Sindroma Dispepsia Pada Responden

Dari hasil penentuan diagnosa awal sindroma dispepsia dengan

menggunakan Rome Criteria III yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai

berikut :

a. Gambaran Kejadian Sindroma Dispepsia Responden

Karakteristik responden berdasarkan kejadian sindroma dispepsia dapat

dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Page 44: Skrip Si

32

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sindroma Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa dari total responden, yang

mengalami dispepsia sebanyak 56 orang (50,9%).

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Kategori Kejadian

Total Dispepsia

Tidak

Dispepsia

n % n % n %

L 25 49 26 51 51 100 P 31 52,5 28 47,5 59 100

Total 56 50,9 54 49,1 110 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden terbanyak yang

mengalami dispepsia adalah responden perempuan sebanyak 31 orang (52,5%).

b. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia Responden

Karakteristik responden berdasarkan keluhan sindroma dispepsia dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Sindroma Dispepsia No. Keluhan Jumlah Persentase (%)

1. Perut terasa penuh 20 18,2 2. Cepat merasa kenyang 25 22,7 3. Rasa nyeri atau perih di ulu hati 23 20,9

4. Rasa panas seperti terbakar di dada 25 22,7

5. Perasaan mual setelah makan 12 10,9

6. Merasakan keluhan muntah 8 7,3 7. Perut kembung 16 14,5 8. Bersendawa yang berlebihan 16 14,5

Berdasarkan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa keluhan yang paling banyak

diderita oleh responden adalah cepat merasa kenyang (perasaan tidak sanggup

menghabiskan makanan dalam takaran biasa) dan rasa panas seperti terbakar di

dada, dimana masing-masing keluhan berjumlah 25 orang (22,7%). Sedangkan

Kategori Kejadian Jumlah Persentase (%)

Dispepsia 56 50,9 Tidak Dispepsia 54 49,1

Total 110 100

Page 45: Skrip Si

33

keluhan yang paling sedikit adalah keluhan muntah yang berjumlah 8 orang

(7,3%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan guna mengetahui hubungan antara dua variabel

(variabel independen dan variabel dependen) untuk membuktikan hipotesis

penelitian. Untuk itu, dilakukan analisa bivariat dengan metode penggabungan

sel uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 5% (α=0,05). Adapun

variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan pola makan

sedangkan variabel dependen adalah kejadian sindroma dispepsia dan hubungan

keduanya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma

Dispepsia Pada Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa secara persentase

responden dengan pengetahuan baik cenderung tidak menderita dispepsia

(64,1%) dibanding dengan yang menderita dispepsia (35,9%). Sedangkan

responden dengan pengetahuan cukup cenderung menderita dispepsia (59,2%)

dibanding dengan yang tidak menderita dispepsia (40,8%). Selanjutnya, untuk

menguji signifikansi hubungan yang ditunjukkan tabel 4.10 dilakukan pengujian

hipotesis korelasi dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat

kesalahan 5%. Hasil pengujian korelasi Chi-Square dengan tingkat kesalahan

5% (α=0,05) tersebut didapatkan bahwa nilai X2hitung (5,448) lebih besar dari

X2tabel (3,841) dan nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,02 yang

menunjukkan bahwa Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan pola makan dengan kejadian

Pengetahuan Pola

Makan

Kategori Kejadian

Total P

value

X2

hitung Dispepsia

Tidak

Dispepsia

n % n % n %

Baik 14 35,9 25 64,1 39 100 0.02 5,448 Cukup 42 59,2 29 40,8 71 100

Kurang 0 0 0 0 0 0 Total 56 50,9 54 49,1 110 100

Page 46: Skrip Si

34

sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar

Air Aceh Besar.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengetahuan Pola Makan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar, didapatkan hasil bahwa

tingkat pengetahuan responden mengenai pola makan umumnya berada pada

kategori cukup. Kondisi ini terlihat pada tabel 4.4, sebanyak 71 (64,5%)

responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai pola makan dan

tidak ada responden yang memiliki pengetahuan pola makan dalam kategori

kurang. Dikatakan responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup

apabila responden memiliki kemampuan menjawab 56-75% dari total

pertanyaan mengenai pengetahuan pola makan seperti yang telah tertera pada

kuesioner (lampiran 3).

Menurut Notoatmodjo (2010)1, pengetahuan merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek tersebut terjadi melalui panca indera yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun sebagian besar

diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan juga merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, tingkat

pendidikan, pengalaman, sumber informasi, dan sosial budaya.

Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 didapatkan bahwa responden dengan

kelompok usia 17 tahun yang paling banyak memiliki pengetahuan dalam

kategori baik yaitu sebanyak 20 orang (54,1%) dan paling sedikit responden usia

14 tahun yaitu 3 orang (42,9%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya

pun akan semakin membaik. Selanjutnya pada tabel 4.6 terlihat bahwa

responden yang paling banyak memiliki pengetahuan baik mengenai pola makan

adalah responden kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%) dan yang paling

Page 47: Skrip Si

35

sedikit adalah kelas II sebanyak 5 responden (16,1%). Hal ini sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi proses

belajar, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

orang tersebut menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat. Selanjutnya, dengan adanya pengetahuan-

pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran untuk berperilaku dan

bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut (Notoatmodjo,

2010)1.

4.2.2 Kejadian Sindroma Dispepsia

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian sindroma dispepsia,

didapatkan jumlah responden yang menderita dispepsia sebanyak 56 responden

(50,9%), sedangkan responden yang tidak menderita dispepsia sebanyak 54

responden (49,1%). Menurut Krause M. (dalam Setyono, dkk, 2006), pada usia

muda 90% dispepsia disebabkan oleh faktor perilaku dan pola makan, 10%

karena Helicobacter pylori, sedangkan pada usia tua 50% disebabkan oleh

infeksi Helicobacter pylori dan 50% lainnya disebabkan oleh perilaku dan pola

makan. Penelitian yang dilakukan oleh Reshetnikov et al. (2001) pada usia muda

didapatkan bahwa umur 14-17 tahun yang paling sering mengalami dispepsia,

dimana perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan laki-

laki yaitu 27% dan 16%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang

peneliti dapatkan yang menunjukkan bahwa proporsi responden perempuan

lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan responden laki-laki yaitu

perempuan sebanyak 31 orang (52,5%) sedangkan laki-laki sebanyak 25 orang

(49%). Menurut Annisa (2009), terjadinya dispepsia pada remaja perempuan

berhubungan dengan body image (penampilan diri) dimana perempuan memiliki

kebiasaan untuk mencoba melakukan diet yang terlalu ketat yang menyebabkan

pengaturan pola makan tidak teratur. Sebagaimana teori yang telah disebutkan

pada bab pendahuluan, kebiasaan makan teratur sangat penting bagi sekresi

asam lambung. Karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu

makan sehingga produksi asam lambung terkontrol (Utomo,2005). Kebiasaan

Page 48: Skrip Si

36

makan yang tidak teratur akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika

hal tersebut berlangsung terlalu lama, maka produksi asam lambung akan

berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa lambung yang dapat

berlanjut timbulnya gastritis (Maksum, 2009). Reshetnikov dan Korilovich

(2007) dalam penelitiannya juga telah mengemukakan bahwa jeda waktu makan

yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala

dispepsia. Selain itu, Krause M. (dalam Setyono, dkk, 2006) menyatakan bahwa

perempuan lebih mudah mengalami dispepsia dikarenakan struktur tubuh yang

kurang ideal. Krause juga menambahkan bahwa masalah kehamilan pada ibu

hamil merupakan penyebab tingginya prevalensi dispepsia. Hal ini terjadi karena

disebabkan oleh tekanan dari bawah ke arah lambung sehingga produksi asam

lambung menjadi meningkat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis keluhan dispepsia yang

dialami responden sangat bervariasi. Kondisi tersebut dapat terlihat pada tabel

4.9, dimana keluhan yang paling banyak dialami responden adalah cepat

kenyang dan rasa panas seperti terbakar didada yaitu sebanyak 22,7% sedangkan

keluhan paling sedikit yaitu muntah sebanyak 7,3%. Hasil tersebut berbeda

dengan penelitian Annisa (2009) yang mendapatkan bahwa sekitar 50,1%

keluhan nyeri epigastrium sebagai keluhan terbanyak dan 6,8% keluhan muntah

sebagai keluhan yang paling sedikit.

4.2.3 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma

Dispepsia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada responden.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa secara persentase responden

dengan pengetahuan baik cenderung tidak menderita dispepsia (64,1%)

dibanding dengan yang menderita dispepsia (35,9%). Sedangkan responden

dengan pengetahuan cukup cenderung menderita dispepsia (59,2%) dibanding

dengan yang tidak menderita dispepsia (40,8%). Hal ini menunjukkan bahwa

semakin baik pengetahuan responden mengenai pola makan, maka semakin kecil

pula kemungkinan untuk terjadinya sindroma dispepsia pada responden.

Page 49: Skrip Si

37

Pengetahuan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku atau tindakan

seseorang, dimana semakin baik pengetahuan, semakin baik pula perilakunya

maka semakin kecil kemungkinan untuk terjadinya suatu penyakit. Oleh karena

itu, pengetahuan dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan

kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010)1.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zilmawati (dalam Gustin,

2011) menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan bermakna

terhadap gejala gastritis. Dengan adanya pengetahuan tentang proses terjadinya

gastritis, faktor penyebab, perawatan/ pengobatan yang tepat, masalah gejala

gastritis yang dihadapi oleh setiap individu dapat berkurang. Sebagaimana teori

yang telah disebutkan pada bab tinjauan pustaka, gastritis merupakan salah satu

penyebab terjadinya dispepsia organik. Dispepsia organik itu sendiri merupakan

dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik atau kerusakan organ

sebagai penyebabnya. Oleh karena itu sangat penting untuk dapat mengetahui

serta memahami mengenai gejala-gejala dispepsia, faktor penyebabnya,

pengobatan dan hal penting lainnya yang berhubungan dengan dispepsia guna

mencegah agar tidak terjadinya dispepsia organik yang dapat berakibat fatal bagi

kesehatan dan mengancam jiwa.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan yang peneliti miliki masih terbatas, dikarenakan peneliti adalah

peneliti pemula yang masih banyak kekurangan sehingga penelitian ini masih

jauh dari sempurna.

2. Penelitian ini hanya menilai satu faktor independen yaitu pengetahuan pola

makan, sedangkan berdasarkan teori masih terdapat beberapa faktor lain yang

juga turut mempengaruhi terjadinya sindroma dispepsia.

3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Dalam

penyusunan kuesioner peneliti tidak menemukan standar baku, oleh

karenanya kuesioner disusun berdasarkan kemampuan yang peneliti miliki

sesuai dengan teori-teori yang terdapat pada buku, jurnal, dan sumber bacaan

lainnya. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 50: Skrip Si

38

4. Tempat penelitian (pesantren) yang diteliti pada penelitian ini tidak dapat

mewakili semua pesantren yang terdapat di Banda Aceh maupun Aceh Besar.

Oleh karenanya disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut

agar penelitian ini lebih sempurna.

Page 51: Skrip Si

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan

pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 71 (64,5%) responden memiliki pengetahuan pola makan dalam

kategori cukup.

2. Sebanyak 56 (50,9%) responden mengalami sindroma dispepsia.

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma

dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh

Besar.

5.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Diharapkan kepada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai sindroma

dispepsia serta faktor-faktor penyebabnya yang salah satunya adalah pola

makan guna terciptanya kualitas hidup yang lebih baik.

2. Diharapkan kepada pihak sekolah dan juga pesantren untuk dapat bekerjasama

dengan instansi kesehatan untuk memberikan informasi-informasi yang

lengkap dan bermanfaat mengenai pola makan yang dapat menyebabkan

munculnya gejala dispepsia dan faktor-faktor lainnya yang dapat juga

menyebabkan terjadinya sindroma dispepsia.

3. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat guna untuk menghindari faktor risiko terjadinya

sindroma dispepsia.

4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel-variabel

penelitian lainnya yang merupakan bagian dari faktor risiko terjadinya

sindroma dispepsia.

Page 52: Skrip Si

40

DAFTAR PUSTAKA

Akamizu, T., Iwakura, H., Ariyasu, H., and Kangawa, K. 2010. Review Article: Ghrelin And Functional Dyspepsia. International Journal of Peptides.

Volume 2010, pp. 1-6.

Amini, E., Keshteli, A.H., Jazi, M.S.H, Jahangiti, P., and Adibi, P. 2012. Dyspepsia In Iran. Internasional Journal Preventive Medicine 3 (3): S18-25.

Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan. Skripsi.USU.

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 95.

Baliwati, Y.F., Martianto, D. 2012. Modul Training of Master Training (TOMT)

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan: Konsumsi

Pangan 3B-Beragam, Bergizi, dan Berimbang. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Hal 23.

Basith, A. 2006. Pola Makan Rasulullah : Makanan Sehat Berkualitas Menurut

Al-Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira. Hal 17-18.

Brun, R., and Kuo, B. 2010. Functional Dyspepsia. Journal of Therapeutic

Advances In Gastroenterology 3 (3): 145-164.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi Dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 14-17.

Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal 1.

Djojoningrat, D. 2010. Dispepsia Fungsional. Dalam: Sudoyo, dkk (eds) Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing. Hal 529-531.

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hal 509-510.

Ghoshal, U., Singh, R., and Chang, F. 2011. Epidemiology of Uninvestigated And Functional Dyspepsia In Asia: Facts And Fiction. Journal of

Neurogastroenterology And Motility (JNM) 17 (3): 235-244.

Gustin, R. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011. Skripsi.Universitas Andalas.

Ikawati, Z. 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta: Kanisius. Hal 26.

Iskandar, E. 2010. The Miracle of Touch: Panduan Menerapkan EFT (Emotional

Freedom Techniques) Untuk Kesehatan, Kesuksesan, Dan Kebahagiaan

Anda. Bandung: Qanita. Hal 166.

Page 53: Skrip Si

41

Khomsan, A. 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali. Hal 103 dan 120.

Lowden, A., Moreno, C., Holmback, U., Lennernas M., and Tucker, P. 2010. Eating And Shift Work-Effects On Habbits, Metabolism, And Performance. Scand J Work Environ Health 36 (2): 150-162.

Maksum, S. 2009. Rahasia Sehat Berkah Shalawat: Terapi Ampuh Mencegah

Dan Menyembuhkan Penyakit. Yogyakarta: Best Publisher. Hal 104.

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau

maag), Infeksi Mycobacteria Pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal 24-25, 98.

Muchtadi, D. 2001. Pangan dan Gizi: Ilmu, Teknologi, Industri dan Perdagangan

Internasional. Jakarta: Sagung Seto. Hal 102.

Muttaqin, A., Kumala, S. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika. Hal 10-12.

Notoatmodjo, S. 20101. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 27-29, 33, 79, 90.

. 20102. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-18, 38, 164.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian: Pedoman

Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Hal 120.

Oustamanolakis, P., Tack, J. 2012. Dyspepsia: Organic Versus Functional. Journal of Clinical Gastroenterol 46 (3):175-190.

Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A., Denisova, D.V., Zavyalova, L.G., and Tereshonok, I.N. 2001. Prevalence of Dyspepsia and Irritable Bowel Syndrome Among Adolescents of Novosibirsk, Western Siberia. Internasional J Circumpolar Health 60 (2): 253-7.

Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A. 2007. Population-Based Study: Mode of Dieting and Dyspepsia. PubMed 76 (4): 35-7.

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Hal 97.

Sediaoetama, A.D. 2006. Ilmu Gizi II: Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 10.

Setyono, J., Prastowo, A., dan Saryono. 2006. Karakteristik Penderita Dispepsia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan

Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) 1 (1) : 28.

Page 54: Skrip Si

42

Simadibrata, M., Abdullah, M., Syam, A.F., Fauzi, A., Makmun, D., dan Manan, C. 2010. Dyspeptic Syndrome In Urban Population In Jakarta. The

Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive

Endoscopy 11 (3) : 66-70.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC. Hal 79-80.

Subroto, M.A. 2008. Real Food, True Health. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Hal 4-7,106,119.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal 121-123.

Sujani, S., Priandarini, L. 2010. Cara Cerdas Untuk Sehat. Jakarta: Trans Media Pustaka. Hal 84-85.

Utomo, T. 2005. Health Quotient: Cerdas Kesehatan Untuk Eksekutif. Jakarta: Grasindo. Hal 12, 18, 19.

Page 55: Skrip Si

43

Lampiran 1

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cut Anita

NIM : 0907101010171

Alamat : Perumahan Kajhu Indah Jl. Plamboyan Blok AC No.7 Kecamatan

Baitussalam Aceh Besar Prov. Aceh 23381

Adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang akan mengadakan penelitian untuk

menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana

kedokteran. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul “Hubungan

Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia Pada

Remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar”

yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai pola

makan yang menyebabkan sindroma dispepsia, mengetahui angka kejadian

sindroma dispepsia, serta untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pola

makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta

Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

Untuk kepentingan tersebut diatas, peneliti memohon kesediaan saudara/i

untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan juga menjawab pertanyaan

dalam kuesioner yang telah peneliti sediakan dengan jujur apa adanya. Apapun

jawaban dan identitas anda dalam penelitian ini akan peneliti jamin

kerahasiaannya. Data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk penelitian

ini saja dan tidak akan dipublikasikan.

Demikian permintaan dan permohonan peneliti. Atas kesediaan, bantuan

serta kerjasama dari saudara/i peneliti ucapkan terimakasih.

Banda Aceh, Juni 2012

( Cut Anita )

Page 56: Skrip Si

44

Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya

(bersedia/tidak bersedia*) untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang bernama Cut Anita yang

berjudul “Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma

Dispepsia Pada Remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar”.

Demikian pernyataan ini saya buat atas dasar kemauan sendiri tanpa ada

paksaan dari orang lain.

Banda Aceh, Juni 2012

( )

Tanda Tangan Responden *coret yang tidak perlu

Page 57: Skrip Si

45

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA

MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROMA DISPEPSIA

PADA REMAJA MADRASAH ALIYAH SWASTA

ULUMUL QURAN PAGAR AIR ACEH BESAR

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ..................................................... Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*. Umur : .................. Tahun. Kelas : I/ II/ III*. NIS : ................... Alamat : ...................................................... *coret yang tidak perlu

II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Berikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan apa

yang anda ketahui dan rasakan selama ini.

A. Kuesioner Pengetahuan Pola Makan

Pada kuesioner ini terdapat 4 pilihan jawaban yaitu:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas dapat menyebabkan sindroma dispepsia.

2. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang terlalu asam dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung.

3. Kebiasaan mengkonsumsi minuman bersoda tidak menimbulkan keluhan dispepsia.

4. Kebiasaan mengkonsumsi makanan seperti kol, sawi, nangka, dan semangka dapat menyebabkan sindroma dispepsia.

Page 58: Skrip Si

46

5. Menunda waktu makan atau memilih untuk tidak makan tidak menyebabkan sindroma dispepsia.

6. Kurang bersihnya makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan sindroma dispepsia.

7. Kebiasaan makan tergesa-gesa dapat menyebabkan dispepsia.

8. Penderita dispepsia sebaiknya mengkonsumsi makanan pedas dan asam.

B. Kuesioner Kejadian Sindroma Dispepsia

Pernyataan Ya Kadang-

kadang

Tidak

Pernah

Dalam 3 bulan terakhir, setidaknya beberapa kali dalam seminggu, apakah anda merasakan keluhan-keluhan berikut:

1.) Perut terasa penuh atau perasaan tidak nyaman

setelah makan. 2.) Cepat merasa kenyang (perasaan tidak sanggup

menghabiskan makanan dalam takaran biasa/ normal).

3.) Rasa nyeri atau perih pada bagian tengah perut, di atas pusar (ulu hati).

4.) Rasa panas seperti terbakar di dada. 5.) Perasaan mual setelah makan. 6.) Merasakan keluhan muntah. 7.) Perut kembung (perasaan perut seperti lebih

besar dari biasanya). 8.) Bersendawa (keluarnya gas dari saluran cerna

atau perut ke mulut) yang berlebihan serta berulang kali.

Page 59: Skrip Si

47

Lampiran 4

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No. Kegiatan Bulan/ Tahun 2012

Bulan/ Tahun

2013

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

1. Studi Kepustakaan

2. Survey Awal

3. Penyusunan Proposal

4.

Seminar Proposal

5.

Perbaikan Proposal

6. Pelaksanaan Penelitian

7. Penulisan Skripsi

8. Seminar Hasil/ Sidang Skripsi

9.

Perbaikan Skripsi

10.

Penyerahan Skripsi

Page 60: Skrip Si

48

Lampiran 5

TABEL HASIL UJI COBA KUESIONER

No. Pengetahuan Pola Makan Kejadian Sindroma Dispepsia

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1. 3 4 3 3 4 4 4 3 2 1 2 1 1 1 1 1

2. 4 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1 0 1 2 1

3. 2 2 3 1 2 2 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1

4. 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 0 1 1 0 2

5. 4 3 3 4 3 3 4 4 1 2 1 1 1 0 1 1

6. 3 3 3 3 3 3 4 4 1 2 1 1 1 1 1 2

7. 4 4 3 3 3 3 3 4 1 1 0 1 0 1 1 1

8. 2 2 1 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1

9. 4 3 3 4 4 2 4 4 2 2 2 1 2 2 2 2

10. 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 1 0 0 1 1 1

11. 4 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2 2 2 1 2 2

12. 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 2 1 1 1 1 2

13. 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2

14. 4 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1

15. 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 2 1 1 1 1 2

16. 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 1

17. 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 2 1 2 1 2 2

18. 3 3 4 3 3 4 3 4 2 2 2 2 1 2 2 2

19. 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

20. 3 3 3 4 3 4 4 4 1 0 0 1 1 1 1 0

Page 61: Skrip Si

49

Lampiran 6

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Pengetahuan Pola Makan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.918 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

a1 20.70 23.063 .761 .904

a2 20.85 23.503 .827 .901

a3 20.95 24.366 .636 .914

a4 20.85 21.713 .738 .907

a5 20.70 24.853 .651 .913

a6 20.75 24.934 .596 .917

a7 20.80 19.853 .843 .899

a8 20.65 22.239 .847 .897

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

23.75 29.776 5.457 8

Page 62: Skrip Si

50

Kejadian Sindroma Dispepsia

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.845 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

b1 8.75 8.513 .581 .827

b2 8.55 7.839 .546 .833

b3 8.70 7.168 .763 .800

b4 9.05 8.576 .526 .833

b5 9.00 8.000 .552 .830

b6 9.10 8.937 .460 .840

b7 8.85 8.239 .592 .825

b8 8.70 7.905 .638 .819

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

10.10 10.411 3.227 8

Page 63: Skrip Si

51

Lam

pir

an

7

Tab

el M

ast

er H

ub

un

ga

n P

enget

ah

ua

n P

ola

Mak

an

Den

ga

n K

ejad

ian

Sin

dro

ma D

isp

epsi

a P

ad

a R

emaja

Mad

rasa

h A

liyah

Sw

ast

a U

lum

ul

Qu

ran

Pagar

Air

Ace

h B

esar

Na

ma

R

esp

on

den

L

/P

Kela

s U

mu

r

Va

ria

bel

In

dep

end

en

Tota

l %

K

ate

gori

Va

ria

bel

dep

en

den

JK

K

ate

gori

Pen

get

ah

ua

n P

ola

Ma

ka

n

Kej

ad

ian

Sin

drom

a D

isp

ep

sia

a1

a2

a

3

a4

a5

a6

a7

a

8

b1

b2

b3

b4

b5

b6

b7

b8

R 0

1 L

I

16

3 3

2 3

3 4

3 4

25

78

Bai

k K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

1

Dis

peps

ia

R 0

2 L

I

15

4 3

4 3

4 3

3 4

28

88

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 0

3 P

I 14

4

3 2

1 2

3 3

3 21

66

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

1

Dis

peps

ia

R 0

4 L

I

16

3 3

3 2

2 3

3 1

20

63

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

1 T

idak

D

ispe

psia

R 0

5 P

I 15

3

3 3

2 2

3 2

3 21

66

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 0

6 P

I 14

4

3 4

2 4

2 2

4 25

78

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 0

7 P

I 15

4

4 3

1 4

3 3

4 26

81

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

1 T

idak

D

ispe

psia

R 0

8 L

I

15

4 3

3 2

3 4

4 4

27

84

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 0

9 L

I

16

4 2

4 3

3 3

4 3

26

81

Bai

k K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

2

Dis

peps

ia

R 1

0 P

I 16

4

2 2

1 4

3 3

4 23

72

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

1 P

I 15

4

4 4

2 2

3 3

4 26

81

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

2 L

I

15

2 2

3 2

3 2

2 2

18

56

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

1 D

ispe

psia

R 1

3 P

I 15

4

4 2

1 4

4 3

4 26

81

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

4 L

I

15

3 3

3 3

2 3

3 3

23

72

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

5 L

I

15

3 3

3 2

2 3

3 2

21

66

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

Page 64: Skrip Si

52

R 1

6 P

I 15

3

3 3

2 3

1 2

4 21

66

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 1

7 L

I

15

3 3

3 2

4 4

4 4

27

84

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

8 L

I

15

2 3

3 1

3 4

3 3

22

69

Cuk

up

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

2 D

ispe

psia

R 1

9 P

I 15

4

3 3

1 4

3 1

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

1

Dis

peps

ia

R 2

0 P

I 15

3

3 3

2 3

3 3

4 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

1

Dis

peps

ia

R 2

1 P

I 15

4

3 3

1 3

3 2

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

Y

a 1

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 2

2 P

I 15

3

3 2

2 3

3 3

4 23

72

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 2

3 P

I 15

3

3 3

2 3

4 3

4 25

78

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

1 D

ispe

psia

R 2

4 L

I

15

3 3

3 3

1 3

2 4

22

69

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 2

5 P

I 15

3

3 2

2 3

3 3

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 2

6 L

I

15

3 3

3 1

2 3

2 4

21

66

Cuk

up

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

1 D

ispe

psia

R 2

7 P

I 15

3

3 3

2 3

2 3

3 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 2

8 P

I 14

3

3 3

2 3

3 3

3 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a 2

Dis

peps

ia

R 2

9 P

I 14

3

3 3

1 3

3 3

3 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

1

Dis

peps

ia

R 3

0 P

I 14

3

4 2

2 3

3 4

4 25

78

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Ya

Ya

Ya

5 D

ispe

psia

R 3

1 L

I

14

3 3

4 2

4 3

3 4

26

81

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 3

2 L

I

MIS

SIN

G V

AL

UE

R 3

3 P

I 14

3

3 4

2 4

2 2

4 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 3

4 P

I 15

3

3 3

2 4

3 3

4 25

78

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 3

5 L

I

15

3 3

3 1

3 3

3 3

22

69

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Ya

2 D

ispe

psia

R 3

6 L

I

15

3 3

3 1

2 3

2 4

21

66

Cuk

up

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

1 D

ispe

psia

R 3

7 L

II

16

3

3 3

2 3

3 3

4 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a 2

Dis

peps

ia

Page 65: Skrip Si

53

R 3

8 P

II

MIS

SIN

G V

AL

UE

R 3

9 L

II

16

2

3 3

2 3

3 3

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 4

0 P

II

16

4 3

2 3

3 3

4 4

26

81

Bai

k Y

a Y

a Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

Y

a 4

Dis

peps

ia

R 4

1 P

II

15

3 4

1 3

3 4

3 3

24

75

Cuk

up

Ya

Ya

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

6 D

ispe

psia

R 4

2 L

II

16

2

2 3

2 3

3 3

4 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 4

3 P

II

M

ISS

ING

VA

LU

E

R 4

4 P

II

16

4 4

3 3

3 3

3 4

27

84

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 4

5 P

II

16

4 3

3 1

4 4

3 4

26

81

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 4

6 P

II

16

3 3

3 3

3 2

2 3

22

69

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

1 T

idak

D

ispe

psia

R 4

7 P

II

16

3 3

3 2

2 3

3 3

22

69

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

5 D

ispe

psia

R 4

8 P

II

16

3 3

3 2

4 3

2 4

24

75

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

1 D

ispe

psia

R 4

9 L

II

16

3

3 3

2 3

3 3

4 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a 2

Dis

peps

ia

R 5

0 L

II

15

3

2 2

2 2

4 3

4 22

69

C

ukup

Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 5

1 L

II

16

2

3 3

2 3

3 4

2 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

2

Dis

peps

ia

R 5

2 L

II

16

3

4 4

1 1

2 3

4 22

69

C

ukup

Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a Y

a T

idak

Pe

rnah

Y

a Y

a 6

Dis

peps

ia

R 5

3 L

II

16

1

4 2

2 1

3 3

4 20

63

C

ukup

Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 5

4 L

II

16

4

3 4

1 2

4 3

3 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 5

5 L

II

16

4

3 4

3 4

3 3

4 28

89

B

aik

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 5

6 L

II

16

3

2 2

2 2

4 3

4 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 5

7 L

II

16

2

2 3

2 2

3 3

3 20

63

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 5

8 L

II

16

1

1 4

3 3

3 3

4 22

69

C

ukup

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

Y

a 2

Dis

peps

ia

R 5

9 L

II

15

2

3 3

1 1

4 3

3 20

63

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

Y

a K

adan

g-ka

dang

1

Tid

ak

Dis

peps

ia

Page 66: Skrip Si

54

R 6

0 L

II

15

3

3 2

2 3

3 3

3 22

69

C

ukup

Y

a T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

1

Dis

peps

ia

R 6

1 P

II

17

4 3

3 2

2 2

2 3

21

66

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 6

2 P

II

16

3 3

2 2

1 3

3 4

21

66

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

4 D

ispe

psia

R 6

3 P

II

16

3 4

2 3

4 3

2 4

25

78

Bai

k Y

a Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 6

4 P

II

16

3 3

3 2

3 3

3 3

23

72

Cuk

up

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

2 D

ispe

psia

R 6

5 P

II

16

3 3

2 2

3 2

3 3

21

66

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Ya

2 D

ispe

psia

R 6

6 P

II

16

3 3

2 3

3 2

4 3

23

72

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

3 D

ispe

psia

R 6

7 L

II

17

3

4 1

3 3

3 3

2 22

69

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 6

8 L

II

16

2

3 3

2 3

3 4

2 22

69

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 6

9 P

II

16

4 3

2 2

4 3

2 4

24

75

Cuk

up

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

2 D

ispe

psia

R 7

0 L

I

II

17

4 4

3 1

4 3

3 4

26

81

Bai

k K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 7

1 L

I

II

17

4 4

3 3

3 3

3 3

26

81

Bai

k T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 7

2 P

III

16

4

4 3

1 4

2 1

4 23

72

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 7

3 P

III

17

4

3 3

1 3

3 3

2 22

69

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 7

4 L

I

II

17

3 3

3 3

3 3

3 4

25

78

Bai

k Y

a Y

a Y

a Y

a Y

a Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a 7

Dis

peps

ia

R 7

5 L

I

II

MIS

SIN

G V

AL

UE

R 7

6 L

I

II

MIS

SIN

G V

AL

UE

R 7

7 P

III

17

4

3 4

1 4

2 1

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 7

8 L

I

II

17

3 3

3 3

3 3

3 3

24

75

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

2 D

ispe

psia

R 7

9 L

I

II

17

3 3

2 2

4 2

2 3

21

66

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 8

0 L

I

II

17

3 3

3 3

4 3

2 3

24

75

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

2 D

ispe

psia

R 8

1 L

I

II

17

3 3

2 3

3 3

3 3

23

72

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

Page 67: Skrip Si

55

R 8

2 L

I

II

17

3 4

3 2

3 3

2 3

23

72

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

3 D

ispe

psia

R 8

3 P

III

17

4

3 3

3 3

3 3

4 26

81

B

aik

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

2 D

ispe

psia

R 8

4 P

III

17

4

3 4

4 4

4 3

4 30

93

B

aik

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

7 D

ispe

psia

R 8

5 L

I

II

17

4 3

3 3

1 3

3 4

24

75

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

1 D

ispe

psia

R 8

6 L

I

II

17

4 3

3 3

4 3

3 4

27

84

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

Y

a K

adan

g-ka

dang

2

Dis

peps

ia

R 8

7 L

I

II

17

3 4

3 3

3 4

3 4

27

84

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 8

8 L

I

II

17

4 4

4 2

3 3

2 3

25

78

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 8

9 L

I

II

17

3 3

4 3

3 3

3 4

26

81

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 9

0 P

III

16

3

3 3

3 1

2 2

4 21

66

C

ukup

T

idak

Pe

rnah

Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

2

Dis

peps

ia

R 9

1 P

III

17

3

3 3

2 3

3 2

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a Y

a Y

a 4

Dis

peps

ia

R 9

2 P

III

17

4

4 3

2 3

4 2

3 25

78

B

aik

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Ya

3 D

ispe

psia

R 9

3 P

III

17

4

4 4

2 4

3 2

4 27

84

B

aik

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 9

4 P

III

16

4

4 2

2 2

3 3

4 24

75

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

Y

a K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

1

Dis

peps

ia

R 9

5 L

I

II

16

3 3

2 2

2 3

2 4

21

66

Cuk

up

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

3 D

ispe

psia

R 9

6 P

III

17

3

3 3

1 4

2 2

2 20

63

C

ukup

Y

a K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

3

Dis

peps

ia

R 9

7 P

III

17

3

3 3

3 3

3 3

4 25

78

B

aik

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 9

8 L

I

II

17

4 4

3 2

3 3

3 3

25

78

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 9

9 L

I

II

17

3 4

3 3

3 3

3 3

25

78

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

00

P I

II

16

3 2

2 2

1 4

3 4

21

66

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

01

P I

II

17

4 4

4 4

4 2

2 4

28

89

Bai

k K

adan

g-ka

dang

Y

a Y

a T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

Y

a T

idak

Pe

rnah

3

Dis

peps

ia

R 1

02

P I

II

17

4 3

2 3

1 3

3 4

23

72

Cuk

up

Ya

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

4 D

ispe

psia

Page 68: Skrip Si

56

R 1

03

P I

II

17

3 3

3 2

4 3

3 4

25

78

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

04

L

III

17

3

3 4

3 4

3 3

4 27

84

B

aik

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

2 D

ispe

psia

R 1

05

P I

II

16

2 3

3 2

1 2

2 4

19

59

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

06

P I

II

17

4 4

3 2

1 2

2 4

22

69

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

07

L

III

17

3

3 3

2 3

4 3

4 25

78

B

aik

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Kad

ang-

kada

ng

4 D

ispe

psia

R 1

08

P I

II

16

3 4

3 4

4 3

3 4

28

89

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

09

P I

II

17

4 4

3 3

3 3

3 3

26

81

Bai

k K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

10

P I

II

17

4 3

3 2

2 4

4 4

26

81

Bai

k T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

11

L

III

17

3

3 3

3 2

3 2

4 23

72

C

ukup

K

adan

g-ka

dang

K

adan

g-ka

dang

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

T

idak

Pe

rnah

K

adan

g-ka

dang

0

Tid

ak

Dis

peps

ia

R 1

12

P I

II

17

4 3

3 1

4 2

2 4

23

72

Cuk

up

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

0 T

idak

D

ispe

psia

R 1

13

P I

II

16

3 3

3 1

1 2

2 4

19

59

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Kad

ang-

kada

ng

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

1 D

ispe

psia

R 1

14

P I

II

17

3 3

3 2

1 3

2 4

21

66

Cuk

up

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

1 T

idak

D

ispe

psia

R 1

15

P I

II

16

3 3

3 2

4 3

3 3

24

75

Cuk

up

Ya

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Ya

Kad

ang-

kada

ng

Tid

ak

Pern

ah

Tid

ak

Pern

ah

3 D

ispe

psia

Page 69: Skrip Si

57

Lampiran 8

Frequency Table

Jenis Kelamin

51 46,4 46,4 46,4

59 53,6 53,6 100,0

110 100,0 100,0

Laki-laki

Perempuan

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kelas

35 31,8 31,8 31,8

31 28,2 28,2 60,0

44 40,0 40,0 100,0

110 100,0 100,0

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Umur

7 6,4 6,4 6,4

28 25,5 25,5 31,8

38 34,5 34,5 66,4

37 33,6 33,6 100,0

110 100,0 100,0

14 tahun

15 tahun

16 tahun

17 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pengetahuan Pola Makan

71 64,5 64,5 64,5

39 35,5 35,5 100,0

110 100,0 100,0

Cukup

Baik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Sindroma Dispepsia

56 50.9 50.9 50.9

54 49.1 49.1 100.0

110 100.0 100.0

Dispepsia

Tidak Dispepsia

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 70: Skrip Si

58

Lampiran 9

Crosstabs

Pengetahuan Pola Makan * Sindroma Dispepsia Crosstabulation

42 29 71

36.1 34.9 71.0

59.2% 40.8% 100.0%

75.0% 53.7% 64.5%

14 25 39

19.9 19.1 39.0

35.9% 64.1% 100.0%

25.0% 46.3% 35.5%

56 54 110

56.0 54.0 110.0

50.9% 49.1% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count

Expected Count

% within Pengetahuan

Pola Makan

% within Sindroma

Dispepsia

Count

Expected Count

% within Pengetahuan

Pola Makan

% within Sindroma

Dispepsia

Count

Expected Count

% within Pengetahuan

Pola Makan

% within Sindroma

Dispepsia

Cukup

Baik

Pengetahuan

Pola Makan

Total

Dispepsia

Tidak

Dispepsia

Sindroma Dispepsia

Total

Chi-Square Tests

5.448b 1 .020

4.557 1 .033

5.502 1 .019

.028 .016

5.399 1 .020

110

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.

15.

b.

Symmetric Measures

.217 .020

110

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Page 71: Skrip Si

59

Page 72: Skrip Si

60

Page 73: Skrip Si

61

Page 74: Skrip Si

62

Page 75: Skrip Si

63

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Cut Anita

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh/ 23 November 1992

Agama : Islam

Jumlah Saudara Kandung : -

Alamat : Perumahan Kajhu Indah Jalan Plamboyan Blok

AC No.7 Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : H. Teuku Thaib Ali (almarhum)

Nama Ibu : Cut Erni, STP

Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Alamat Orang Tua : Perumahan Kajhu Indah Jalan Plamboyan Blok

AC No.7 Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2003 lulus Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ulee Kareng Banda Aceh.

2. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri I Jeunieb Bireuen.

3. Tahun 2009 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri I Banda Aceh