Skrip Si

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. AIDS itu sendiri merupakan tahap akhir dari HIV. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang mengancam Indonesia dan  banyak negara di se luruh dunia. Menurut data WHO, pada tahun 2011 di seluruh dunia terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Dibandingkan dengan pada tahun 2001 yang penderitanya sekitar 29,4 juta orang, terjadi peningkatan sebesar 16 persen. Data dari WHO ini menyatakan bahwa meskipun angka kejadian HIV  baru berkurang, total jumlah penderitanya tetap mengalami peningkatan. Diperkirakan pula pada tahun 2011, 8 dari 100 orang dewasa berusia 15 sampai 49 tahun merupakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sementara itu, meskipun angka kematian akibat HIV/AIDS ini telah berkurang dari puncaknya  pada tahun 2005 dengan 2,3 juta orang, diperkirakan pada tahun 2011 angka kematiannya di seluruh dunia akibat penyakit ini adalah 1,7 juta orang. HIV/AIDS dapat menular melalui cairan sperma atau vagina, cairan darah, maupun dari cairan air susu ibu (ASI). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi peningkatan infeksi HIV pada pengguna narkotika akibat penyalahgunaan  penggunaan jarum suntik. Mirisnya, sebagian besar ODHA yang menggunakan narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan usia produktif. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang paling rawan karena pada masa ini sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru pada remaja sangat sering terjadi. Apabila sifat ingin tahu ini tidak diiringi dengan pengetahuan atau infromasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi maka dapat mengakibatkan terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya kematangan

description

iKM

Transcript of Skrip Si

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangHIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. AIDS itu sendiri merupakan tahap akhir dari HIV. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Menurut data WHO, pada tahun 2011 di seluruh dunia terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Dibandingkan dengan pada tahun 2001 yang penderitanya sekitar 29,4 juta orang, terjadi peningkatan sebesar 16 persen. Data dari WHO ini menyatakan bahwa meskipun angka kejadian HIV baru berkurang, total jumlah penderitanya tetap mengalami peningkatan. Diperkirakan pula pada tahun 2011, 8 dari 100 orang dewasa berusia 15 sampai 49 tahun merupakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sementara itu, meskipun angka kematian akibat HIV/AIDS ini telah berkurang dari puncaknya pada tahun 2005 dengan 2,3 juta orang, diperkirakan pada tahun 2011 angka kematiannya di seluruh dunia akibat penyakit ini adalah 1,7 juta orang. HIV/AIDS dapat menular melalui cairan sperma atau vagina, cairan darah, maupun dari cairan air susu ibu (ASI). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi peningkatan infeksi HIV pada pengguna narkotika akibat penyalahgunaan penggunaan jarum suntik. Mirisnya, sebagian besar ODHA yang menggunakan narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan usia produktif. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang paling rawan karena pada masa ini sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru pada remaja sangat sering terjadi. Apabila sifat ingin tahu ini tidak diiringi dengan pengetahuan atau infromasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi maka dapat mengakibatkan terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya kematangan mental dan spiritual. Lebih lanjut, hal ini sangat berhubungan erat dengan penularan penyakit menular seksual yang mana salah satunya adalah HIV/AIDS.Terdapat hal-hal yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Di antara hal-hal ini, terdapat hal-hal yang dapat mendukung dan membantu ataupun menghambat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan sikap. Di kalangan siswa, hal-hal ini dapat dikaitkan dengan media informasi yang tersedia, dan pola didikan dari sekolah dan orangtua di rumah, serta jenis kelamin dan teman bergaul. Pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS akan beragam tergantung dari lingkungan. Akses informasi yang tergolong baik oleh siswa dapat menjadi hal yang mendukung untuk pengetahuan tentang HIV/AIDS. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS di salah satu sekolah di Makassar.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar tahun 2014.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui deskripsi tentang pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar. b. Untuk mengetahui deskripsi tentang sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar. c. Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung siswa untuk mengetahui tentang HIV/AIDS berkaitan dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar. d. Untuk mengetahui hal-hal yang menghambat siswa untuk mengetahui tentang HIV/AIDS berkaitan dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Wahyu Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan mengenai perkembangan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait dengan pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS pada khususnya. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi instansi terkait dan pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam usaha mencegah HIV/AIDS. 5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang juga ingin melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang HIV/AIDS1. DefinisiHIV (human immunodeficiency virus) adalah retrovirus yang menyerang sistem imunitas manusia dan lebih lanjut menyebabkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).(1) Virus ini seterusnya menyerang dan merusak sel-sel limfosit T CD4+ sehingga imunitas penderita rusak dan rentan terhadap berbagai macam infeksi. (2)

2. EpidemiologiKasus pertama AIDS dilaporkan di Los Angeles pada bulan Juni 1981 oleh dr. Gottlib pada lima remaja homoseksual yang semuanya aktif secara seksual dan menunjukkan gejala yang sama berupa penurunan imunitas dan infeksi oleh pneumocystis carinii pneumonia (PCP).(3) Kasus pertama yang terjadi di Indoneisa dilaporkan pada April tahun 1987 pada seorang turis asal Belanda homoseksual yang telah didiagnosis 2 tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu 13 tahun berikutnya menunjukkan peningkatan laporan kasus secara perlahan-lahan. Pada tahun 2000, didapatkan peningkatan tajam dari penderita AIDS ini. (3) Pada tahun 1987 sampai dengan 2002, peningkatan kasus baru penderita AIDS masih rendah. Akhir tahun 1997 jumlah total kasus AIDS di Indonesia adalah 153 kasus, sedangkan jumlah kasus infeksi HIV baru adalah 486 kasus. Penularannya 70% adalah melalui hubungan seksual berisiko. Namun, pada akhir tahun 2002, terdapat peningkatan signifikan terhadap sub-populasi berisiko dengan peningkatan sebesar 5% sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompok negara epidemi terkonsentrasi. Pada akhir tahun 2002, dilaporkan jumlah kumulatf kasus AIDS adalah 1016 kasus, dan total infeksi HIV adalah 2552 kasus. Peningkatan pesat ini disebabkan oleh penyebaran melalui jarum suntik non-steril oleh pengguna napza suntik (penasun) sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung. (4)Pada tahun 2006, didapatkan peningkatan pesat dari penderita AIDS dan infeksi HIV. Presnetase jumlah usia muda dan anak-anak penderita HIV meningkat. Penderita dari golongan usia 20 sampai 29 tahun mencapai 55%, bila digabung sampai kelompok usia 49 tahun mencapai 89%. Sementara itu, presentase penderita golongan anak di bawah 5 tahun adalah 1%. Diperkirakan pada tahun 2006 ini sebanyak 4360 anak tertular HIV dari ibunya yang positif HIV dan separuhnya meninggal. Dan penderita AIDS sampai dengan Maret 2009 dengan penderita 74,5% adalah laki-laki. (5)

3. EtiologiHIV pada mulanya disebut sebagai LAV (lymphadenopathy associated virus), yang ditemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Barre-Sirrousi Montagnier bersama rekannya pada tahun 1983. Tahun 1984 Popovic, Gallo, dan rekannya dari National Institute of Health, Amerika menemukan virus lain yang disebut Human T Lymphotropic Virus Type III (HLTV-III). Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa kedua virus ini sama, lalu kemudian disebut sebagai HIV-1. (2)Tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dengan HIV-1 pada penderita yang berasal dari Afrika Barat. Virus ini disebut sebagai LAV-2 yang selanjutnya disebut sebagai HIV-2. Dibandingkan dengan HIV-1, HIV-2 kurang virulensinya. Namun, sejumlah besar individu yang terinfeksi oleh HIV-2 akan terinfeksi oleh HIV-1. (2)

4. PatogenesisHIV adalah retrovirus yang masuk anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus, yakni gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlebaps dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. (1) Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD (eksternal) dan 41-kD (transmembranosa). Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berkaitan dengan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dengan sel target. (1) Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus memiliki afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah dungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imum yang progresif. (1)Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa itu, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imum terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat kembali tetapi tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa laten ini, akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Cepatnya proliferasi ini ditambah dengan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan memungkinkan setiap nukleotida dari genom HIV untuk bermutasi dalam basis harian. (1)Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulen daripada yang ditemukan pada awal infeksi.(1)Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV memiliki daya tahan tubuh yang menurun sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga berbagai jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan, mikroorganisme komensal bisa menjadi ganas dan menimbulkan penyakit.(1)

5. Cara PenularanHIV terdapat terutama pada cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Penularan HIV dapat terjadi melalu beberapa cara, yaitu: kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, dan pemberian ASI. (6) a. Seksual Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut), antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tidak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. b. Melalui transfusi darah atau produk darah yang tercemar dengan virus HIV. c.Melalui jarum suntik atau alat lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna napza suntik secara bergantian. Juga bisa terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medis ataupun terjadi kecelakaan kerja bagi petugas kesehatan. d. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian. e. Melalui transplantasi organ pengidap HIV f.Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan, dan sesudah lahir melalui ASI. g.Penularan HIV melalui pekerjaan: pekerja kesehatan dan petugas laboratorium. Terdapat risiko penularan melalui pekerjaan yang kecil, tetapi definitif, yaitu pada pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengsn spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV. Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular. 2. Memakai milik penderita 3. Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 4. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 5. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

6. Gejala KlinisGejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): (7)

Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut CDC (Center for Disease Control), gejala klinis dan diagnosis HIV/AIDS dibagi menjadi empat kelompok. 1. Infeksi akut HIV Disebut juga sebagai infeksi primer, yakni waktu dari paparan virus sampai timbulnya gejala, yaitu antara 2-4 minggu. Infeksi akut biasanya asimtomatis, tetapi menunjukkan gejala seperti demam influenza. Jarang sekali diagnosis ditegakkan pada fase ini sebab tes serologi standar untuk HIV masih memberikan hasil megatif (window period). 2. Infeksi seropositif HIV simtomatis Pada dewasa, periode laten HIV bisa berlangsung selama beberapa bulan, bahkan tahun. Namun, pemeriksaan pada saat itu akan menunjukkan seropositif antibodi p24 dan gp41. Pada fase ini, pasien memiliki potensi tinggi untuk menularkan HIV kepada orang lain. 3. Persistent Generalized Lymphadenopathy / PGL Pada fase ini, terdapat pembesaran limfonodus yang setidaknya terdapat pada dua tempar selain inguinal yang tidak disebabkan oleh penyakit lain ataupun pengobatan tertentu yang dapat menyebabkan hal tersebut selama minimal 3 bulan terakhir. Pada fase ini, pasien mulai mengalami beberapa keluhan seperti penurunan berat badan dan diare kronik. 4. Gejala berkaitan dengan HIV/AIDS Infeksi HIV tanpa terapi akan berkembang dan menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Limfosit CD4+ pada penderita di fase ini turun di bawah 100/mm3. Fase ini dikenali sebagai full blown AIDS.

7. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis laboratorium dilakukan dengan menggunakan 2 metode: ELISA : tes ini mempunyai sensitifitas yang tinggi, yaitu 98%-100%. Prinsip kerjanya adalah dengan melihat respon zat antibodi spesifik. Akan tetapi, hasil yang positif hanya bisa dikonfirmasi 2-3 bulan sesudah infeksi. PCR (Polymerase Chain Reaction) : tes ini menggunakan isolasi virus dari sampel dan dideteksi dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. (2)

8. PenatalaksanaanSecara umum, penatalaksanaan penderita HIV/AIDS terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti retroviral (ARV). Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. Tidak semua ARV tersedia di Indonesia. b. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. c. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. (8) Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. (1) Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer. (1)

9. Prognosis HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang sangat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortilitas dini akibat infeksi HIV. (8) Terapi anti retroviral gabungan untuk infeksi HIV telah menandai revolusi pengobatan HIV dan AIDS. Pengobatan tersebut, yang biasanya melibatkan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan setidaknya satu inhibitor protease atau satu nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor disebut terapi anti retroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy/ HAART). (8)

10. PencegahanPencegahan AIDS difokuskan pada tiga cara penularan yang utama, yaitu: (1) kontak seksual, (2) penggunaan jarum suntik dan (3) transfusi darah. (8)Pengendalian diri untuk tidak berperilaku resiko tertular virus AIDS adalah kunci pencegahan yang jika dikembangkan secara konsisten akan cukup efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah penularan virus AIDS ini. Pengendalian diri dapat diterapkan melalui tiga cara, yaitu puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak melakukan hubungan seks, setia (S) pada pasangan seks yang sah, artinya tidak berganti-ganti pasangan seks dan penggunaan kondom pada setiap melakukan hubungan seksual yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS). (8)Saat ini perkembangan vaksin HIV sangat ditekankan. Vaksin digunakan untuk menginduksi imunitas tambahan pada tiap imunitas yang menurun akibat infeksi alamiah pada pasien. Sebagian besar vaksin yang kini tersedia didasarkan pada protein selubung ekstraselular gp 120 atau protein prekusor selubung gp 160. Salah satu faktor yang mungkin membatasi keberhasilan vaksin ini adalah banyaknya jenis protein selubung antara galur HIV berbeda.

B. Pengetahuan dan Sikap terhadap HIV/AIDS1. Mitos-Mitos HIV/AIDSMitos adalah berita/informasi yang beredar di masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak terbukti kebenarannya. Banyak orang percaya bahwa HIV dan AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, minum dari gelas yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul sehari-hari dengan orang dengan AIDS yang batuk, dengan memeluk atau mencium orang dengan AIDS, dan seterusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS (ODHA Indonesia, 2007).(8)

2. Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu di lingkungannya.(8)Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Sikap Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: (8)a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Ini merupakan indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini merupakan indikasi sikap yang paling tinggi.

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang DitelitiAcquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya. Peningkatan angka kejadian HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh faktor perilaku seksual, tetapi juga penggunaan narkoba suntik secara bersama-sama. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus HIV/AIDS. Pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan narkoba dan HIV/AIDS serta faktor-faktor yang diperlukan dalam mengembangkan pendidikan kesehatan pada siswa sekolah. Penyakit ini memang memiliki angka kematian yang tinggi, dimana hampir seluruh pendertia AIDS meninggal dalam waktu lima tahun setelah menunjukkan gejala pertama AIDS. Hampir semua siswa tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai masalah HIV/AIDS begitu pula kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS, baik dari segi cara infeksi, penularan, juga perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Dalam menurunkan kejadian penyakit seperti HIV/AIDS ini diperlukan peran institusi sekolah (guru), aparat hukum seperti kehakiman dan kepolisian, serta petugas kesehatan.

B. Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional1. Jenis KelaminJenis kelamin adalah status jenis kelamin siswa sesuai dengan yang tercantum di dalam kuesioner. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut :a. Laki-lakib. PerempuanSkala yang digunakan adalah skala nominal.

2. Pendidikan orangtua (ayah dan ibu)Pendidikan orangtua adalah status pendidikan terkahir yang dijalani oleh orangtua (ayah daan ibu) siswa. Dengan adanya status pendidikan dari orangtua diharapkan dapat menjelaskan pengaruh informasi yang diperoleh siswa melalui orangtuanya.Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut :a. Tidak bersekolahb. Setara SD-SMAc. Perguruan tinggiSkala yang digunakan adalah skala nominal.

3. Tempat TinggalTempat tinggal yang dimaksud adalah gambaran tempat tinggal siswa termasuk dengan siapa siswa tersebut tinggal. Hal ini bermaksud untuk memperoleh gambaran pengaruh informasi kesehatan yang diperoleh siswa dengan atau tanpa orangtua. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut :a. Tinggal bersama orangtuab. Tidak tinggal bersama orangtuaSkala pengukuruan yang digunakan adalah skala nominal.

4. Sumber InformasiSumber informasi yang dimaksud adalah segala sumber yang dapat diakses oleh siswa dalam memperoleh informasi. Dalam hal ini, diharapkan dapat diketahui sumber informasi apa saja yang mendukung pengetahuan siswa dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.Hasil ukur :a. Orangtuab. Sekolah/guruc. Temand. Media cetak/elektronike. Internetf. Lain-lainSkala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

5. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang diketahui remaja tentang pengertian dan cara penularan HIV/AIDS, gejala penderita serta pencegahannya.Penilaian terhadap pengetahuan remaja terhadap HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan indikator pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada remaja oleh MDGs (11), yaitu mengetahui 2 cara mencegah dan 3 miskonsepsi mengenai HIV/AIDS. Pengetahuan komprehensif itu adalah tahu bahwa (1) penggunaan kondom dapat mencegah penularan HIV, (2) setia dengan satu pasangan seks dapat mencegah penularan HIV, (3) penderita HIV dapat saja terlihat sehat, (4) gigitan nyamuk tidak menularkan HIV, (5) berbagi makanan dengan penderita HIV tidak menularkan HIV. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut: a. Baik : Bila remaja dapat mencapai skor 76% - 100% dari 40 pertanyaan berdasarkankuesioner yang diajukan.b. Cukup : Bila remaja dapat mencapai skor 56% - 75% dari 40 pertanyaan berdasarkan kuesioner yang diajukan.c. Kurang : Bila remaja dapat mencapai skor 40% - 55% dari 40 pertanyaan berdasarkan kuesioner yang diajukan.Dengan nilai : Nilai 1 untuk jawaban yang benar Nilai 0 untuk jawaban yang salah

6. Sikap Sikap adalah tanggapan atau respon remaja terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perilaku mencegah HIV/AIDS dan sikap mereka terhadap penderita HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan yang berisi pernyataan terkait dengan sikap remaja terhadap HIV/AIDS.Nilai : a. Setuju bernilai : 1b. Tidak setuju bernilai : 0Dengan kategori :a. Positif : Bila remaja mencapai skor 60% dari 10 pertanyaan mengenai sikap remaja berdasarkan kuesioner yang diajukan.b. Negatif: Bila remaja tidak mencapai skor 60% dari 10 pertanyaan mengenai sikap remaja berdasarkan kuesioner yang diajukan.

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei, yang mana merupakan suatu metode untuk mengetahui informasi berupa pengetahuan dan sikap remaja di SMA Wahyu Makassar tentang HIV/AIDS tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Wahyu Makassar dengan waktu penelitian adalah 4 Agustus 2014 sampai 16 Agustus 2014.

C. Populasi san Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa (i) kelas X, XI, XII SMA Wahyu Makassar dengan jumlah 138 siswa (i) yang masih terdaftar pada saat penelitian dilakukan.Sedangkan perkiraan besar sampel yang diambil pada penelitian ini merujuk pada Metodologi Penelitian Kesehatan oleh Notoatmodjo. Dengan mengambil tingkat ketepatan relatif 5% dengan jumlah total populasi adalah 138 orang.

n = 102,60 orangn = 103 orangKeterangan : n = jumlah sampel N = total populasi, yaitu 138 orang d = tingkat ketepatan relatif, yaitu 5% = 0,05Kriteria inkluisinya adalah semua siswa kelas X, XI dan XII SMA Wahyu yang bersedia ikut dalam penelitian dan mengisi kuesioner.Sedangkan, kriteria eksklusinya adalah semua siswa kelas X, XI dan XII SMA Wahyu Makassar yang tidak bersedia ikut dalam penelitian atau tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

D. Pengumpulan DataData yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Yang mana respondennya merupakan siswa-siswi SMA Wahyu Makassar yang telah bersedia menjadi sampel. Siswa-siswi tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap mereka terhadap HIV/AIDS.

E. Pengolahan Data Data dari setiap sampel dimasukkan ke dalam computer oleh peneliti. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program computer dan disajikan dalamm bentuk tabel.

BAB VGAMBARAN UMUM SMA WAHYU MAKASSAR

A. Sejarah Singkat

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya C. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009. 2. Radhiah W. Perilaku Mahasiswa USU tentang HIV/AIDS tahun 2011. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2011. 3. Toha M. Epidemiologi dan Pencegahan AIDS di Indonesia. Training HIV-Education Persatuan Dokter Peduli AIDS Indonesia. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2009. 4. Global Health Observatory. HIV/AIDS. 2014. [online] [Accessed April 14th, 2014]. Available from: http://www.who.int/gho/hiv/en/ 5. Komisi Penanggulangan AIDS. Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007-2010. 6. Komisi Penganggulangan AIDS, 2007. Penularan. [online] [Accessed April 14th, 2014]. Available at: http://www.aidsindonesia.or.id/s_contents.php?id_pages=44&id_language=2. 7. Komisi Penganggulangan AIDS, 2007. Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS. [online] [Accessed April 14th, 2014]. Available at: http://aidsina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV-AIDS. 8. Tandanu E. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah tahun 2009. Medan: Fakultas Kedokteran Univeristas Sumatera Utara; 2009. 9. Komisi Penganggulangan AIDS, 2007. Area Fokus. [online] [Accessed April 14th, 2014]. Available at: http://www.aidsindonesia.or.id/focus.php?id_pages=49&id_language=2&id_focus=3. 10. Arikunto S. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007. 11. UNAIDS. HIV/AIDS Survey Indicators Database. Comprehensive correct knowledge about AIDS among young people age 15-24 (2 ways to prevent AIDS and reject 3 misconceptions). 2011. [online] [Accessed April 14th, 2014]. Available from: http:// http://hivdata.measuredhs.com/ind_detl.cfm?ind_id=123&prog_area_id=420