skn lbm 4

31
Lbm 4 modul 25 SKN STEP 7 Pemberdayaan Masyarakat a. Upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. b. Upaya untuk memberikan daya (empowermwnt) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat. c. Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kes yang setinggi-tingginya (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D) a)Tujuan i. Menetapkan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi yang dimilki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisional dalam menata kehidupan masyarakat. ii. Memperkuat potensi yang dimilki masyarakat, baik potensi lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan berupa bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah.

Transcript of skn lbm 4

Page 1: skn lbm 4

Lbm 4 modul 25 SKN

STEP 7

Pemberdayaan Masyarakat

a. Upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi,

bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara

bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya.

b. Upaya untuk memberikan daya (empowermwnt) atau kekuatan (strength) kepada

masyarakat.

c. Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok dan

masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna

menjamin tercapainya derajat kes yang setinggi-tingginya

(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

a) Tujuan

i. Menetapkan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi yang

dimilki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisional dalam

menata kehidupan masyarakat.

ii. Memperkuat potensi yang dimilki masyarakat, baik potensi lokal yang telah

membudaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan berupa

bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik)

maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan,

penelitian dan pemasaran di daerah.

iii. Melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah

persaingan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari

interaksi.

iv. (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

b) Karakteristik Community leader )pemimpin dalam komunitas, petugas kes yg melakukan pendekatan

kpda tokoh masy Community organization (PKK, karang taruna, majelis taklim, dll) Community fund (dana sehat JPKM)

Page 2: skn lbm 4

Community materials (potensi daerah yang dapat digunakan utk memfasilitasi pelayanan kesehatan)

Community knowledge (meningkatkan pengetahuan masy dengan berbagai penyuluhan kesehatan)

Community technology (teknologi dalam komunitas yg dapat digunakan utk pengembangan program kesehatan)

c) Unsur

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatiakn sedikitnya empat unsur pokok, yaitu :

a. Aksestabilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan :

peluang, layanan, penegakkan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas

b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana

mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan

c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang

dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat

d. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi

warga masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah

yang mereka hadapi

(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

d) Cara / strategi

1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung

peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan

memanfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.

2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan

dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar

dan teknologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang

layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat miskin.

3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang

terkena musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi

4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun

lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk

Page 3: skn lbm 4

membangun kesepakatan di antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi

sosial politik

5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan

berpartisipasi dalam proses pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan

forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat.

6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi

keswadayaan masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan

ketahanan sosial masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan

dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin dan rentan sosial.

(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

e) Syarat Kesadran kejelasan, pengetahuan ttg apa saja yang akan dilakukan. Pemahaman yg baik tentang keinginan berbagai pihak ttg hal-hal apa, diman,

siapa saja yg diberdayakan. Adanya kemauan dan ketramoilan kelompok sasaran utk menempuh proses

perberdayaan.

f) Prinsip1. Menumbuh-kembangkan kemampuan masyarakat

2. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan

3. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan

4. Bekerja bersama masyarakat

5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di masyarakat

6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat

g) Program utk meningkatkan Menguatkan ORMAS. pemberdayaan masy miskin. peningkatan keswadayaan masyarakat.

h) Pengorganisasian Pemberdayaan masy dpt dilakukan melalui pendekatan ketatanan spt rumah

tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,tempat umum,fasilitas kes agar

Page 4: skn lbm 4

terwujud perbedayaan masy yg berhasil guna , berdaya guna dan berkesinambungan.

Harus dilakukan dg memperhatikan karakteristik dan kekhususan masy spt masy di kota, desa, pesisir.

i) Sasaran

Terciptanya keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan

yang ditandai oleh peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan sesuai dengan sosial budaya

setemapat, khususnya pada masa kehamilan, masa bayi dan kanak-kanak, remaja

perempuan usia produktif, dan kelompok-kelompok lain dengan kebutuhan kesehatan

khusus.

(Sumber : Buku Pembangunan kesehatan di indonesia, R. Hapsari Habib Rachmat)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan

Wujud

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja  atau perkakas.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

Page 5: skn lbm 4

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Macam/tipe

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/ manipulatif (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi;(b)   Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; (c)    Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara memberikan informasi

(a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;(b)   Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian; (c)    Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;(b)   Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; (c)    Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan

Page 6: skn lbm 4

bersama;(d)   Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk insentif materil

(a)    Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya;(b)   Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya; (c)    Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;(b)   Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati; (c)    Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.

6. Partisipasi interaktif (a)    Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan kelembagaan yang telah ada;(b)   Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik; (c)    Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization (a)    Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;(b)   Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c)    Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

Prinsip

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam

pembangunan dapat dilakukan dengan cara:

(1)   Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas

proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Page 7: skn lbm 4

(2)   Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial

yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan

daya tamping dan daya dukung sosial.

(3)   Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat

menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)

(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam   Pembangunan May 26, 2009

Filed under: Uncategorized — tutyirawaty @ 7:46 am

http://tutyirawaty.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-masyarakat-dalam-pembangunan/)

Langkah-langkah

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu sub sistem SKN

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan.

Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat

(dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan

aspek lainnya secara langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.

Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan

masyarakat miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi

pendidikan, ekonomi maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar

dan akses guna mendukung masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember daya

yg dpt meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi

masyarakat.

Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin

keberlangsungan program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak

ketiga seperti perusahaan dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg

memungkinkan potensi masyarakat utk berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa

pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yg harus dikembangkan.

Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut

pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992

menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan

Page 8: skn lbm 4

pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan

serta dalam upaya kesehatan

(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

Kedudukan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan Kesehatan

Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran

pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Meningkatnya

peran aktif masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam

hal pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg

nyata dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran

masyarakat atau perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat

merupakan peluang yg nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.

Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga,

masyarakat beserta lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan

mendorong peran serta masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan

pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.

Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk

berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber

dananya. Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong

dan menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna

dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.

Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan

Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya

kesehatan masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan

upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency),

pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan

( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rach)

Page 9: skn lbm 4

Promosi kesehatan

TujuanDalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.

Fungsi : Rumusan kebijakan teknis Pelaksanaan tugas di bidang promosi kes dan pemberdayaan masy Pemantauan evaluasi dan pelaporan Pembelaan advokasi dan kemitraan kes Pembianaan pemberdayaan dan peran masy Pengembangan metode dan teknologi Pelalaksanaan administrasi pusat

Visi dan misi

VISI

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik

fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

MISI

1. Advokat (Advocate)

Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai program dan

sector yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar

para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa

program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau

keputusan-keputusan politik.

2. Menjembatani (Mediate)

Page 10: skn lbm 4

menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sekotr yang terkait

dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerjasama dengan

program lain dilingkungan kesehatan, maupuns ekotr lain yang terkait. oelh sebab itu, dalam

mewujudkan kerja sama atau kemitraan ini peran pendidikan / promosi kesehatan diperlukan.

3. Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan atau ketrampilan kepada masyarakat agar mereka mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti

masyarakat diberikan kemampuan atau ketrampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan,

termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

Strategi

a) Strategi global menurut WHO 1984

1. Advokasi (Advocacy)

Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik dibidang

kesehatan maupun sector lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public.

Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan ini mengeluarkan kebijakan-kebijakan,

atara lain dalam bentuk : peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang

menguntungkan kesehatan publik.

2. Dukungan social (Social Suport)

Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (Guru, Lurah, Camat,

Petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (Tokoh agama dan sebagainya ) yang

mempunyai pengaruh dimasyarakt. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan dan program

kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat dan agama. Selanjutnya

Toma dan Toga ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan

masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer

promosi kesehatan. Tujuaannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini

Page 11: skn lbm 4

dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,

pengorganisasian, dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi dan

pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit,

pertukangan, peternakan dan sebagainnya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut

diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (self relince in health).

b) Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu :

o Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)

Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan.

Sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan pembangunan

yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan

pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya

bagi masyarakat.

o Lingkungan yang mendukung (supportive environment)

Kegiatan untuk mengembangkan ajringan kemitraan dan suasana yang

mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat

serta pengelola tempat-tempat umum (public places). kegiatan mereka

diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkunagn

fisik maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap

kesehatan masyarakat.

o Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)

Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan

(provider), baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah

masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan

kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi

pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik

berat pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah dan swasta, dan

kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri.

Page 12: skn lbm 4

o Ketrampilan individu (personal skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok,

keluarga an individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila

kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga, dan kesehatan individu

terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat

agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah

sangat penting.

o Gerakan masyarakat (community action)

Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan

individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif

apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam mengupayakan peningkatan

kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community

action)

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

Ruang lingkup

Terdiri dari 2 dimensi yaitu :

Dimensi Aspek Pelayanan Kesehatan

Kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni : promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a) Aspek promotif dengan

sasaran kelompok orang sehat, b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan)

dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan juga

dikelompokkan menjadi dua.

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang

sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya

kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat disuatu komunitas sekitar 80-85% dari

populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat.

Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar

tetap sehat, atau lebih meningkat lagi.

Page 13: skn lbm 4

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan

Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yaitu :

1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Sasaran promosi / pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah Kelompok masyarakat

yang berisiko tinggi (high risk), misalnya : kelompom ibu hamil dan menyusui, para

perokok, obesitas, para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainnya. Tujuan

upaya pendidikan / promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak

jatuh sakit atau terkena penyakit.

2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis,

misalnya asma, DM, TBC, reumatik, tekanan darah tinggi dan sebagainnya. Tujuan

upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah

penyakitnya menjadi lebih parah.

3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh

(recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali

kesehatannya.

o Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan

Dapat dikelompokkan menjadi :

Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai

perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah

mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama

dalam promosi kesehatan pada tatanan ini.

Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. sekolah, terutama

guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik

Page 14: skn lbm 4

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku

sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku

guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan di tempat kerja

Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau

karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan

kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya

dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin atau manajer dari institusi tempat

kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap

kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja

Pendidikan di tempat-tempat umum

Tempat – tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat

perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan sebagainnya. Tempat-tempat umum

yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan

dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-

tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum

dengan fasilitas yg dimaksud, disamping melakukan himbauan – himbauan kebersihan dan kesehatan

bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.

Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan

sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana RS atau puskesmas tidak menjaga kebersihan

fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat

sampah dan sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran

utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab

atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya tersebut.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan

5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark

Page 15: skn lbm 4

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan

hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagainya

2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)

Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan

sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat

tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa

maupun pada anak-anaknya masih rendah.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,

maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-

kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan

menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu

pendidikan kesehatan / promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali

mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak

melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang

tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau

memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga

diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitas (Rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk

memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya

pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang

dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu

Page 16: skn lbm 4

untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai

anggota masyrakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja

untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

Sasaran

1. Sasaran Primer (Primary Target)

o Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan

atau promosi kesehatan. Sesuai dengan masalah kesehatan, maka sasaran ini

dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,

ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan

remaja dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasarn primer

ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

a. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut

sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada

kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan

memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sekitarnya.

Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil

pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini

akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat

sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan pada sasaran

sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (Social

Suport).

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

a. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat

maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan

kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini

akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat

(Sasaran Sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (Sasaran

Primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan kepada sasaran

tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

Page 17: skn lbm 4

4. Bentuk/model1. Menentukan metode

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai

dan Indera penerima dari sasaran promosi.

3.1.1. Berdasarkan Teknik Komunikasi

a. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan

sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),

pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.

b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan

secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan

perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui

pertunjukan film, dsb

3.1.2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

a. Pendekatan PERORANGAN

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan

telepon, dan lain-lain

b. Pendekatan KELOMPOK

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.

Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :

Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan SGD, dan lain-lain

c. Pendekatan MASAL

Page 18: skn lbm 4

Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada

sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini

adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media

cetak lainnya, Pemutaran film, dll

3.1.3. Berdasarkan Indera Penerima

a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera

penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,

Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,

umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll

c. Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba

dan dicoba)

Ada 3 metode, yaitu ;

1. Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau

alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. agar

petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu

menggunakan metode ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap amsalah yang

dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. akhirnya klien tersebut

dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku

tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau

Page 19: skn lbm 4

belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yg kuat. apabila belum maka perlu penyuluhan yg lbh

mendalam.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain

dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

pendidikan.

Kelompok Besar

yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.

Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :

Diskusi kelompok

Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka

formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat

berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk

lingkaran atau segi empat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan

yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik

yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus

mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat

kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

Curah Pendapat (brain storming)

Page 20: skn lbm 4

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama

dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin

kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan

jawaban-jawaban atau tanggapan (curah endapat). Tanggapan atau jawaban-

jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum

semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh

siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota

dapat mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

Bola Salju (snow balling)

Kelompok dibagi-bagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). kemudian

dilontarkan suatu eprtanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap

2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan lasalah tersebut,

dan menari kesimpulannya.

Kemudian tiap-tiap pasang yg sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi

dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi

diskusi seluruh anggota kelompok.

Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yg kemudian diberi

suatu permasalahan yg sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-

masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. selanjutnya hasil dari tiap

kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

Memainkan peranan (role play)

dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran

tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai

perawat atau bidan, dan sebagainya sedangkan anggota yang lain sebagai pasien

atau anggota masyarakat.

Page 21: skn lbm 4

Permainan simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-

pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan

monopoli. Cara memainkannya dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah),

selain beberan atau papan main. beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi

berperan sebagai narasumber.

3. Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum

Metode :

a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato-pidato / diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik Tv amupun

radio, pada hakekatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang

suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa adalah juga merupakan

pendekatan pendidikan kesehatan.

d. Tulisan-tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel amupun tanya

jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan

pendidikan kesehatan massa.

e. Billboard, yg dipasang di pingir jalan, spanduk, poster dan sebagainya juga merupakan

bentuk pendidikan kesehatan massa.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)