skenerio 2

46
Modul I KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN Skenario 2 Ny.k 55 tahun dibawah ke UGD RS.Dr.Wahidinsudirohusodo Makassar.Sama keluarganya dengan alasan tidak enak perasaan tidak diketahui penyebabnya berdasarkan hasil pengkajian didapatkan tanda-tanda tirotoksikosis yang berat: berdebar-debar,keringat berlebihan, berat badan turun drastis, diare, sesak napas, gangguan kesadaran. I. KLARIFIKASI KATA-KATA KUNCI 1. Usia 55 tahun 2. Prasaan tidak enak 3. Tiroktosikosis 4. Berdebar-debar 5. Keringat berlebihan 6. Bb menurun drastis 7. Diare 8. Sesak napas 9. Gangguan kesadaran Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 1

Transcript of skenerio 2

Page 1: skenerio 2

Modul I

KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN

Skenario 2

Ny.k 55 tahun dibawah ke UGD RS.Dr.Wahidinsudirohusodo Makassar.Sama keluarganya dengan

alasan tidak enak perasaan tidak diketahui penyebabnya berdasarkan hasil pengkajian didapatkan

tanda-tanda tirotoksikosis yang berat: berdebar-debar,keringat berlebihan, berat badan turun drastis,

diare, sesak napas, gangguan kesadaran.

I. KLARIFIKASI KATA-KATA KUNCI

1. Usia 55 tahun

2. Prasaan tidak enak

3. Tiroktosikosis

4. Berdebar-debar

5. Keringat berlebihan

6. Bb menurun drastis

7. Diare

8. Sesak napas

9. Gangguan kesadaran

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 1

Page 2: skenerio 2

II. Jawaban Kata Kunci :

1. Ny. K 55 tahun

Menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai usia 55 tahun

tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafka untuk keperluan hidupnya sehari-hari

(darmojo dan martono 2006). Hipertiriodisme akan menyerang wanita atau laki-laki pada usia

ketiga serta ke empat,keadaan ini timbul setelah terjadinnya syok emosional, stres atau

infeksi. Pada usia mudah umumnya di sebabkan oleh penyakit graves, penyakit ini relativ di

jumpai tapi pada anak-anak jarang terjadi. Sedangkan strum multinodular toksis umumnya

muncul pada usia tua.

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab

hipertiroid yang paling sering di jumpai. Penyakit ini banyak di temui di masyarakat 5% pada

laki-laki sedangkan pada perempuan 15%. Sehingga penyakit ini lebih dominan akan di alami

oleh perempuan di banding laki-laki.

2. Perasaan tidak enak

Perasaan tidak enak adalah salah satu tanda dan gejalah dari penyakit hipertiriodisme karena

adanya gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon tiroid sesuai

dengan kebutuhan tubuh, atau merasa lemas, berdebar-debar,sesak napas dan membatasi

aktivitas sehingga akan terasa perasaan yang tidak enak pada penderita hipertoriodisme.

3. Toritoksikosis

Suatu keadaan dimana di dapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan

suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan

hormon tiroid berlebihan. Tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan

akibat dari fungsi yang berlebihan.

4. Berdebar-debar

Jantung berdebar adalah tanda cepatnya metabolisme dalam tubuh. Salah satupemicu

percepatan detak jantung adalah adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid

menghasilkan hormon tiroid yang dapat menstimulasi metabolisme setiap sel dalam tubuh.

Rangsangan tersebutakan semakin besar apabila hormon tiroid yang dihasilkan juga semakin

banyak. Akibatnya, metabolisme pun akan semakin cepat. Hal inilah yang dapat

menyebabkan seseorang mengalami kondisi hipertiroid dan membuatnya mengalami deg-

degan.

5. Keringat berlebihan

Untuk hipertiroid misalnya, peningkatan hormone tiroid dalam darah. Gejala yang dirasakan

termasuk jari-jari gemetar, kelemahan, palpitasi, berkeringat, bahkan dalam suhu dingin,

tubuh lebih ramping meskipun makan dalam jumlah besar.Hipertiroid pada stadium lanjut,

dapat terus menerus hingga diare kelaparan sehingga menyebabkan dehidrasi.Bahkan di leher

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 2

Page 3: skenerio 2

kadang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid. Gejala klinis pasien yang sering

berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik,

akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.

6. Berat badan menurun drastis

Dari penyebab umum peningkatan produksi T3 dan T4 merangsang peningkatan proses

glukoneogenesis dan glikogenesis serta peningkatan aktivitas GIT.Peningkatan

glukoneogensis mengakibatkan massa otot menurun dan terjadi kelemahan.

Peningkatan tersebut juga mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan protein

sehingga terjadi penurunan BB. Peningkatan frekuensi jantung, Peningkatan tonus otot,

tremor, iritabilitas, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin, Peningkatan laju

metabolisme basal dan produksi panas, intolenransi panas, keringat berlebihan, peningkatan

rasa lapar

7. Diare

Penyebab hipertiroidisme adalah kelebihan iodium, gangguan organic kelenjar tiroid,

penyakit grave, gangguan hipotalamus/hipofisis. Kelebihan iodium mengakibatkan

peningkatan monoiodatironin dan diiodotironin mengakibatkan produksi hormone T3 dan T4

meningkat.

Gangguan organic kelenjar tiroid juga mengakibatkan peningkatan T3 dan T4. Dari penyakit

grave menyebabkan respon autoimun menghasilkan antibody terhadap reseptor TSH sehingga

merangsang reseptor TSH itu sendiri yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan

peningkatan produksi hormone T3 dan T4. Gangguan hipotalamus dan hipofisis

mengakibatkan produksi TSH meningkat sehingga produksi T3 danT4 meningkat. Disamping

itu produksi TSH yang meningkat merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi pengeluaran

sitokin yang mendorong terjadinya suatu peradangan dan oedema, sehingga mngakibatkan

eksoftalmus yang merusak saraf mata menyebabkan timbulnya double vision. Dari penyebab

umum peningkatan produksi T3 dan T4 merangsang peningkatan proses glukoneogenesis dan

glikogenesis serta peningkatan aktivitas GIT.Peningkatan glukoneogensis mengakibatkan

massa otot menurun dan terjadi kelemahan.

Peningkatan tersebut juga mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan protein

sehingga terjadi penurunan BB. Peningkatan frekuensi jantung, Peningkatan tonus otot,

tremor, iritabilitas, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin, Peningkatan laju

metabolisme basal dan produksi panas, intolenransi panas, keringat berlebihan, peningkatan

rasa lapar, Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata), Eksoftalmus (Melotot pada

Hipertiroid)Peningkatan frekuensi buang air besar dari meningkatnya glikogenesis

penggunaan oksigen juga meningkat sehingga terjadi hiperventilasi, selain itu peningkatan

glkogenesis menyebabkan suhu tubuh meningkat, cardiac output meningkat, dan aktivitas

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 3

Page 4: skenerio 2

GIT meningkat. Cardiac output yang meningkat menyebabkan takikardi sehingga timbul

kegelisahan Aktivitas GIT yang meningkat merangsang peningkatan nafsu makan.

8. Sesak nafas

Sesak nafas sering terjadi pada penderita hipertiroidisme dikarenakan terjadinya pembesaran

pada kelenjar tiroid yang menekan saluran nafas bagian atas. Kelenjar tiroid merupakan

kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak dileher bagian depan. Apabila produksi hormon

tiroid meningkat dan berlansung lama maka akan timbul gejala-gejala yang disebut hipertiroid

9. Gangguan kesadaran

Gangguan kesadaran biasanya terjadi pada pasien lansia selama musim dingin setelah faktor

pencetus seperti stres, pemajanan terhadap suhu dingin yang ekstrem atau trauma. Kematian

dapat terjadi jika hipoksia dan hipokapnea berat tidak terobati.

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 4

Page 5: skenerio 2

III. KATA /PROBLEM KUNCI

Krisis tirotoksik (Tyroid Strom) / Hipertiroidism

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 5

Penyakit nontiroid sistemik

INFEKSI PEMBEDAHAN TRAUMA OBAT-OBATAN

TIROTOKSIKOSIS BERDEBAR –DEBAR KERINGAT BERLEBIHAN BB MENURUN DRASTIS DIARE SESAK NAFAS GANGGUAN KESADARAN

GRAVES KRISIS TIROTOKSIK (Tyroid Strom )

GOITER MULTINODULAR

TOKSIK

Page 6: skenerio 2

IV. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan anatomi fisiologi kegawatdaruratan pada system endokrin ?

2. Pemeriksaan fisik kegawatdaruratan pada sistem endokrin!

3. Pemeriksaan diagnostik (Lab, foto, dll) kegawatdaruratan pada sistem endokrin!

4. Diagnosa keperawatan apa saja yang sering muncul pada kegawadaruratan sistem endokrin ?

5. Bagaimana aspek legal etik yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada sistem endokrin ?

6. Sebutkan penyakit-penyakit yang tanda dan gejanya sama dengan kasus di atas ?

7. Jelaskan konsep medis dan konsep keperawatan padakegawatdaruratan penyakit krisis

tirotoksik (tyroid strom)?

a. Konsep keperawatan

Pengkajian

Pengkajian primer

Pengkajian sekunder

Analisa data

Diagnosa keperawatan

Intervensi keperawatan

8. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan padaKrisis tirotoksik (Tyroid Strom)?

a. Penanganan prehospital dan Penanganan intra hospital

b. Penanganan farmakologi dan non farmakologi

9. Lampirkan jurnal mengenai penyakitKrisis tirotoksik (Tyroid Strom)?

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 6

Page 7: skenerio 2

V. JAWABAN PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan anatomi fisiologi kegawatdaruratan pada system endokrin ?

Jawaban:

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi

organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke

berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi

suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,

kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

Sistem endokrin terdiri dari kelenjarkelenjar endokrin.Kelenjar endokrin merupakan

sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok

ini terdiri dari deretan sel-sel ,lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus

yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia

yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah, Sekresinya disebut hormon.Hormon

yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah.

Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek

hormon.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan

fungsi tubuh.Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis

tubuh.Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti

kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal.

Fungsi endokrin diantaranya adalah :

a) fungsi metabolisme tubuh

b) fungsi pertumbuhan

c) fungsi sex

d) fungsi pencernaan

e) fungsi kardiovaskuler

Yang Termasuk Kelenjar Endokrin :

a) Hipotalamus

b) Hipofisis/Pituitari

c) Tiroid

d) Paratiroid

e) Adrenal

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 7

Page 8: skenerio 2

1. HIPOTALAMUS

Hipotalamus merupakan struktur yang menjadi dasar ventrikel ketiga otak.Struktur ini

tampak pada pembelahan sagital otak, terdiri dari badan mamillari, kiasma opticum, dan tuber

cinereum yang bergabung dengan infundibulum dari hipofisis.Pada bagian posterior,

hipotalamus berbatasan dengan tegmentum mesensefalon.Pada bagian anterior berbatasan

dengan kiasma opticum dan bersatu dengan membran basal area olfaktori. Dan pada bagian

lateral, hipotalamus , berbatasan dengan jaras optic dan crura cerebri serta bergabung dengan

daerah subtalamus tanpa garis batas yang jelas.

Hipotalamus mendapat perdarahan dalam jumlah besar dari arteri-arteri kecil percabangan

dari Sirkulus Willis. Susunan arteri hipotalamus antar individu bervariasi namun membentuk

pola umum yang sama, yaitu membentuk:

a) Grup anterior, berasal dari arteri karotis interna, cerebral anterior, dan bagian posterior

arteri comunicans

b) Grup intermedia, berasal dari bagian posterior arteri comunicans

c) Grup posterior, berasal dari arteri serebral posterior, bagian posterior arteri comunicans,

dan arteri basilaris

Bagian infundibulum, eminensia media, dan terusan hipotalamus diperdarahi oleh arteri

hipofisial superior, cabang dari arteri carotis interna. Aliran darah ini selanjutnya akan

memasuki sistem portal hipotalamus-hipofisis yang memperdarahi hipofisis bagian anterior.

Aliran darah arteri ke hipotalamus selanjutnya dialirkann ke vena-vena kecil yang bermuara ke

vena cerebral anterior, vena basalis, atau vena cerebral basalis.

Hipotalamus dan hipofsis merupakan satu axis yang berfungsi mengendalikan fungsi

banyak kelenjar endokrin (tiroid, adrenal, gonad) dan berbagai aktivitas fisiologi.

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 8

Page 9: skenerio 2

Hipotalamus berfungsi mengatur pelepasan hormon-hormon hipofisis. Hormon

hipotalamus dapat dibagi menjadi:

a) Disekresi ke hypophysial portal blood vessels

b) Disekresi oleh neurohipofisis langsung ke sirkulasi sistemik

2. HIPOFISIS

Hipofisis atau kelenjar pituitari berukuran kira kira 1×1 cm, tebalnya sekitar 1/2 cm, dan

beratnya sekitar 1/2 gr pada pria, dan sedikit lebih besar pada wanita. Kelenjar ini terletak di

dalam lekukan tulang sphenoid yang disebut sella tursika, dibelakang kiasma optikum.

Hipofisis memiliki dua subdivisi, yaitu:

a) Adenohipofisis, pada bagian anterior, hasil perkembangan dari evaginasi ektoderm

dorsal atap faring embrionik (stomodeum)

b) Neurohipofisis, hasil perluasan diensefalon.

Selanjutnya adenohipofisis dan neurohipofisis menempel membentuk kelenjar

tunggal.Secara topografis, kelenjar ini merupakan salah satu yang paling dilindungi dan tidak

terjangkau dalam tubuh.Hipofisis dilapisi duramater dan dikelilingi oleh tulang kecuali pada

bagian infundibulum berhubungan dengan hipotalamus.

Hipofisis mendapat perdarahan dari arteri karotis interna. Arteri hipofisial superior

memperdarahi pars tuberalis, infundibulum, dan membentuk sistem pleksus kapiler primer pada

bagian eminensia media. Arteri hipofisial inferior terutama memperdarahi lobus posterior

walau memberi sedikit cabang ke lobus anterior. Aliran darah dari arteri hipofisial lalu akan

membentuk pleksus kapiler sekunder pada pars distalis dan berlanjut ke vena portal hipofisial.

Sekressi hormon hipofisis diregulasi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri mendapat

input dari berbagai area otak dan feedback dari kelenjar lain. Untuk mengatur kerja hipofisis,

hipotalamus akan melepaskan messenger ke pleksus kapiler primer eminensia media, kemudian

dialirkan ke pleksus kapiler sekunder pars distalis, disini hormon meninggalkan kapiler,

menyampaikan rangsang pada sel parenkim.

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 9

Page 10: skenerio 2

Bagian kelenjar hipofisis ini berasal dari lanjutan jaringan otak .Hormon yang dihasilkan :

a) Oksitosin à mengatur kontraksi otot2 dinding uterus

b) Vasopressin (ADH) à mengatur kontraksi otot2 arteri kecil sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah (pituirin) à merangsang pipa2 nefron dlm ginjal utk menyerap kembali air

yang disaring, shg urine menjadi pekat. Keduanya dikendalikan oleh nuclei di hipotalamus

® Neuroendocrine reflexes

3. ADENO HIPOPISIS

Berasal dari atap rongga mulut dalam perkembangannya/tidak langsung berhubungan

dengan otak karena berasal dari stomadeum .Hormon yang dilepaskan:

a) Hormon Tirotrofik à kelenjar tiroid

b) Hormon ACTH à korteks adrenal (kortisol)

c) Hormon Gonadotrofik àgonade; FSH&LH : esterogen & progesteron

d) Somatotrofin (hormon prtumbuhan) à melalui kartilago epifisealis pada tulang panjang

e) Prolaktin à kelenjar susu Intertitial Cell Stimulating Hormone(ICSH)

4. KELENJAR TIROID

Terdapat Di leher, di bawah laring, bentuk seperti perisai .Pelepasan hormon tiroid

dirangsang oleh kelenjar adenohipofisis (ACTH).Rx yang diperlukan unt sintesis dan sekresi

hormon, tranpor aktif ionida (senyawa yodium). Bila kekurangan yodium menyebabkan

pembesaran kelenjar tiroid (gondok’en)

Fungsi Kelenjar Tiroid Diantaranya:

a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi

b) Mengatur penggunaan oksidasi

c) Mengatur pengeluaran CO2

d) Metabolik dlm hati mengatur susunan kimia dalam jaringan

e) pada anak mempengaruhi pekembangan fisik dan mental

5. KELENJAR PARATIROID

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 10

Page 11: skenerio 2

Terdapat 2 pasang melekat pada begian belakang kelenjar tiroid .Jumlah 4 buah

berpasangan à hormon paratiroksin .Diperlukan untuk pemanfaatan kalsium & fosfat .Pelepasan

hormon ini dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisis.

Fungsi Dari Kelenjar Paratiroid Adalah :

a) Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma

b) Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal

c) Menstimulasi resorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah, jika kalsium

berkurang

d) Menstimulasi dan mentranspor kalsium & fosfat melalui membran sel 

6. ADRENAL

Kelenjar adrenal atau suprarenal menempel pada kutub superior ginjal.kelenjar adrenal kiri

dan kanan tidak simetris pada sumbu tubuh, kelenjar adrenal sebelah kanan lebih inferior,

terletak tepat diatas ginjal, dan bentuknya lebih piramid shape. Sementara kelenjar suprarenal

kiri lebih inferior, lebih kearah batas medial ginjal kiri, dan bentuknya lebih cressent shape.

Masing-masing berukuran tebal sekitar 1 cm, lebar apex sekitar 2 cm, lebar basal sekitar 5 cm.

beratnya antara 7-10 gr. Kelenjar ini dibagi menjadi:

a) Bagian korteks yang mencakup 80-90% organ, terletak bagian luar, dan berwarna

kekuningan

b) Bagian medula yang terletak pada bagian dalam, berwarna gelap. Keduanya memiliki

fungsi endokrin, bagian korteks memproduksi kortikosteroid (kortisol, kortikosteron) dari

kolesterol, diregulasi ACTH. Bagian medulla memproduksi epineprin dan norepineprin,

diregulasi saraf simpatis

Kelenjar adrenal terletak retroperitoneal, dibungkus kapsul jaringan ikat dengan banyak

jaringan adiposa.Kapsul jaringan ikat tersebut membentuk septa ke arah parenkim yang masuk

bersama pembuluh darah dan saraf.

Kelenjar suprarenal merupakan salah satu organ yang paling kaya vaskularisasi.tiap

kelenjar mendapat perdarahan dari tiga arteri yang berbeda:

a) Arteri Phrenic inferior yang akan membentuk arteri suprarenal superior,

b) Aorta yang akan membentuk arteri suprarenal medial

c) Arteri renalis yang akan membentuk arteri suprarenal inferior.

Cabang-cabang ketiga arteri tersebut membentuk pleksus subcapsular.Dari pleksus

tersebut muncul arteri kortikal pendek, selanjutnya membentuk sinusoid berpori, dan bermuara

ke pleksus vena suprarenal di medula.selanjutnya vena suprarenal kiri bermuara ke vena renal

kiri dan vena suprarenal kanan bermuara ke vena cava inferior. selain arteri kortikal pendek,

dari pleksus subcapsular, juga muncul arteri kortikal panjang yang tidak bercabang. menembus

korteks sampai medulla.

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 11

Page 12: skenerio 2

Fungsi kelenjar adrenal diantaranya:

a) Mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan geram-garam

b) Mengatur/ memengaruhi metabolisme lemak karbohidrat dan protein

c) Memengaruhi aktifitas jaringan limfoid

Korteks adrenal :

a. berasal dari mesoderm à hormon kortikostreoid dibagi 3:

Luar (zona glomerulosa)à sekresi mineralokortikoid

tengah (zona fasikulata)àglukosa

Dalam (zona retikularis)à gonado kortikoid

b. Medulla

Berasal dari ektodermà menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin:Disintesis

oleh medula adrenal. Disebut juga adrenalin & noradrenalin. Simpatomimetik à pengaruh

menirukan yang dihasilkan oleh bgn simpatetik ANS. Sprti : glukortikoid dari adrenal =

membantu tubuh melawan stress.

7. PANKREAS

Pankreas terletak pada bagian dalam peritoneum, strukturnya dibagi menjadi 4 bagian

kaput, kolum, korpus, dan kauda.Ukurannya kurang lebih lebar 5 cm, tebal 1-2 cm, panjang

sekitar 25 cm, dan beratnya sekitar 150 gr.

Pankreas memiliki kapsul jaringan ikat tipis yang membentuk septa, membagi pankreas

menjadi lobus.Pembuluh darah dan persarafan pankreas masuk melalui septa ini.

Pankreas merupakan kelenjar yang memiliki fungsi eksokrin, yaitu menghasilkan empedu

dan fungsi endokrin, yaitu menghasilkan hormon.Bagian endokrin pankreas tersusun atas

aggregasi sel, disebut Pulau Langerhans, jumlahnya sekitar satu juta, tersebar diantara asinus,

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 12

Page 13: skenerio 2

dengan kecenderungan lebih banyak pada bagian kauda. Pulau langerhans tersusun atas sekitar

3000 sel yang terdiri dari:

a) sel alfa (70%) → menghasilkan glucagon

b) sel beta (20%) → menghasilkan insulin

c) sel delta (5%) → menghasilkan somatostatin

d) sel G (1%) → menghasilkan gastrin

e) sel F atau sel PP (1%)→ menghasilkan polipeptida pancreas

Pankreas mendapat perdarahan dari arteri coeliaca, cabang langsung dari aorta

abdominalis. A.coeliaca bercabang, menjadi

a) hepatica komunis → a. pancreaticoduodenalis superior → a. pacreaticoduodenalis superior

anterior dan posterior yang memperdarahi bagian kaput, kolom, dan korpus pankreas dan 

b) ienalis → rami pancreatici yang memperdarahi bagian korpus dan kauda. Selanjutnya darah

akan dialirkan ke v. pancreaticoduodenale dan v. lienalis kemudian melalui sistem vena porta

dan akhirnya bermuara ke vena cava

8. Kelenjar kelamin (Testis dan Ovarium)

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 13

Page 14: skenerio 2

Kelenjar testis terdapat pada pria, terletak pada skrotum dan menghasilkan hormone

testosterone. Fungsi hormone testosterone menentukan sifat kejantanan,misalnya adanya

jenggot,kumis,jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (sprematosoid), serta mengontrol

pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.

Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium disamping kiri dan kanan uterus.

Kelenjar ini menghasilkan hormone progesterone dan ekstrogen.Horrmon ini dapat

mempengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan misalnya pinggul yang

besar,bahu sempit dan lain-lain.

2. Pemeriksaan fisik kegawatdaruratan pada sistem endokrin!

Jawaban :

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik

Perawat mengkaji informasi penting tentang penyebab gangguan endokrin dengan

mengkaji riwayat secara menyeluruh. Karena gangguan hipofisis yang mengakibatkan

pasien di rawat di ruang perawatan kritis mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit, perawat menanyakan tentang status hidrasi umum. Parameter pemeriksaan

ini meliputi kenaikan atau penurunan berat badan, urinasi yang berlebihan, haus,

edema, dan perubahan kognitif seperti kemunduran mental, keletihan, atau gangguan

memori. Riwayat cidera kepala atau cidera neurologis (mis: stroke, rupture aneurisma,

atau geger otak) dikaji Karena masalah seperti ini dapat menyebabkan disfungsi

sekresi ADH.

Pemeriksaan fisik meliputi :

Pengkajian status hidrasi, dilakukan pengakajian :

Turgor kulit

Kelembapan membrane bukal

Tanda – tanda vital

Berat badan

Pasien yang mengalami hipovolemia (seperti yang di jumpai pada penderita

diabetes insipidus) akan mengalami penurunan berat badan akibat ekskresi sejumlah

besar urine encer. Pada akhirnya, pasien akan mengalami takikardia, hipotensi, turgor

kulit buruk, membrane bukal kering dan perubahan kognitif akibat dehidrasi atau

hipernatremia.

Pasien penderita hipervolemia (seperti yang di jumpai pada SIADH) akan

memperlihatkan tanda intoksikasi cairan, seperti edema, haluaran urine yang sedikit,

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 14

Page 15: skenerio 2

perubahan berat badan, hipertensi, dan membrane bukal lembab,turgor kulit baik, dan

perubahan kognisi akibat hiponatremia.

3. Pemeriksaan diagnostik (Lab, foto, dll) kegawatdaruratan pada sistem endokrin!

Jawab :

a. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic dengan pencitraan sering di gunakan pada pasien yang di duga

menderita gangguan hipofisis atau hipotalamus. CT dan MRI penting untuk mendiagnosis

penyakit primer yang mempengaruhi daerah otak ini.

Ex : gangguan yang mempengaruhi aksis hipofisis-hipotalamus adalah tumor otak,

aneurisme, edema akibat eksplorasi bedah atau cidera traumatic, dan lesi nekrotik.

b. Pemeriksaan laboratorium

Hormon Antideuretik Serum

Kadar ADH serum normal adalah 1-13,3 pg/ml. kadar radioimmunoassay ini

membedakan antara diabetes insipidus sentral dan SIADH. Peningkatan ADH serum

di bandingkan dengan osmolalitas serum yang rendah dan peningkatan osmolalitas

serum memastikan diagnosis SIADH. Sebaliknya, penurunan kadar ADH yang di

sertai osmolalitas serum yang tinggi, hiperatremia, dan penurunan konsentrasi urine

menunjukkan diabetes insipidus sentral.

Table perbandingan nilai laboratorium pada diabetes insipidus dan sndrom

ketidaktepatan hormone antidiuretik (SIADH)

Pemeriksaaan

Laboratorium

Diabetes insipidus SIADH

Hormone antidiuretik

(ADH)

Osmolalitas serum

Natrium

Haluaran urine

Berat jenis urine

Osmolalitas urine

Menurun

Meningkat

Meningkat

Meningkat

Menurun

Menurun

Meningkat

Menurun

Menurun

Menurun

Meningkat

Meningkat

Berat jenis urine

Berat jenis mencerminkan kemampuan ginjal untuk mengencerkan dan memekatkan

urine. Rentangnya bergantung pada hidrasi, volume urine, dan jumlah zat padat di

dalam urine. Berat jenis dapat di ukur menggunakan tes dipstick multiple yang

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 15

Page 16: skenerio 2

menggunakan suatu reagen untuk berat jenis atau menggunakan reafraktometer atau

urinometer. Berat jenis rendah (1,001 – 1,010)di jumpai pada diabetes insipidus dan

di sertai urine yang encer dan banyak. Peningkatan berat jenis (1,025 – 1,030) di

jumpai pada diabetes mellitus yang di sertai dehidrasi:urine pada umumnya lebih

pekat jika volumenya sedikit.

Osmolalitas serum

Osmolalitas serum berkisar antara 270 – 300 mOsm/kg dan mengukur konsentrasi

partikel yang larut didalam aliran darah. Peningkatan osmolalitas serum

(hemokonsebtrasi)menstimulasi pelepasan ADH, yang meningkatkan reabsorbsi

cairan dan natrium di dalam nefron. Melalui proses ini, volume cairan ekstraselular

(CES) dipulihkan dan plasma menjadi lebih kental (hemokonsentrasi serum).

Sebaliknya,hemodilusi atau penurunan hemolalitas serum menghambat ADH,

yang menyebabkan banyaknya cairan yang di buang oleh ginjal untuk

mempertahankan homeostasis. Konsentrasi plasma di pulihkan.

Osmolalitas urine

Pemeriksaan ini merupakan pengukuran konsentrasi urine yang lebih tepat.

Osmolalitas urine juga merupakam pemeriksaan yang lebih berguna ketika di lakukan

bersama-sama dengan pemeriksaan osmolalitas serum. Osmolalitas urine dapat di

gunakan untuk mendiagnosis fungsi ginjal, diabetes insipidus, dan air minum

psikogenik. Osmolalitas urine menurun pada diabetes insipidus dan air minum

psikogenik. Nilai normal osmolalitas urine berkisar 300-900 mOsm/kg setiap 24 jam

dan 50-1.200 mOsm/kg pada sebuah sampel acak.

Pemeriksaan deprivasi air

Pembatasan air adalah pemeriksaan yang berguna karena orang yang sehat berespon

terhadap penurunan volume urine yang cepat ketika tidak ada asupan air. Namun

penderita diabetes insipidus tidak mengalami penurunan volume urine ketika

dilakukan pembatasan asupan air yang hebat. Hal ini merupakan tanda gangguan

mekanisme normal pelepasan ADH saat tidak ada asupan air dan saat dehidrasi.

Pemeriksaan ini jarang di lakukan di unit perawatan kritis karena pasien kondisinya

sangat sangit dan rentan terhadap terjadinya dehidrasi berat. Pemeriksaan yang di

pilih adalah pengukuran ADH serum untuk mendiagnosis diabetes insipidus.

Pemberian hormon antideuretik

Pemeriksaan laboratorium yang terakhir digunakan untuk mendiagnosis diabetes

insipidus adalah pemberian ADH. ADH eksogen (vasopressin atau pitresin) yang di

berikan secara subkutan kepada seseorang yang diduga menderita diabetes insipidus

menyebabkan peningkatan osmolalitas urine sementara. Dalam waktu yang singkat,

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 16

Page 17: skenerio 2

orang tersebut akan menunjukkan respon yang tepat terhadap ADH dengan menahan

air di tingkat ginjal dan haluaran urine menurun untuk mempertahankan volume CES.

4. Diagnosa keperawatan apa saja yang sering muncul pada kegawadaruratan sistem

endokrin ?

Jawab :

1) Defisiensi pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan kebutuhan

2) Nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan

metabolisme, dan kurang asupan makanan

3) Penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme;

peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan

vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.

4) Kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata;

kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus

5) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan poliuria, asupan kurang,

dan kurang pengetahuan.

5. Bagaimana aspek legal etik yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada sistem

endokrin ?

Jawab :

Prinsip Legal Dan Etis

1.      Otonomi

Memberikan hak kebebasan kepada pasien dengan tidak memaksakan kehendak

yang masih pasien ingin lakukan secara mandiri seperti mandi, makan, minum, dan

yang lainnya

2.      Beneficience

Berbuat baik misalnya dengan kita mau memberikan intervensi-intervensi yang

seharusnya diberikan.

3.      Justice

Yaitu adil dengan tidak memilah milih pasien.

4.      Non maleficience

Tidak merugikan orang lain yaitu pasien dengan tetap kita harus hati-hati dalam

memberikan intervensi untuk menghindari adanya kerugian pada pasien.

5.      Veracity

Jujur dalam memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang

dideritanya.

6.      Fidelity

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 17

Page 18: skenerio 2

Menepati janji itu sangat penting yang tidak boleh dilanggar oleh perawat. Perawat

harus menepati janji kepada pasien apabila ada janji antara pasien dan perawat

dalam menjalani perawatan selama di RS.

7.      Confidentiality

Perawat harus bisa merahasiakan sesuatu tentang pasien apabila pasien memintanya.

8.      Acoountability

Perawat harus bekerja secara professional untuk meningkatkan kualitas kesehatan

pasien.

9.      Loyalitas

Setia dalam memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pasien untuk

menghindari adanya konflik. Dengan setia kepada pasien, pasien akan merasa

diperhatikan dan itu dapat meningkatkan derazat kesehatan pasien.

10.  Advokasi

Perawat memberikan saran kepada keluarga pasien agar pasien dirawat inap.

Apabila suami pasien kerepotan dalam biaya Rumah Sakit dan tidak menyanggupi 

untuk membayar perawatan istrinya kita bisa anjurkan untuk mengikuti program-

program pemerintah seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, dan JAMSOSTEK.

Apabila suami pasien mau mengikuti saran kita sebagai perawata maka kita berikan

edukasi tentang prores bagaimana caranya mendapatkan kartu tersebut. 

6. Sebutkan penyakit-penyakit yang tanda dan gejanya sama dengan kasus di atas ?

Jawab :

a. Graves

b. Krisis Tirotoksik

c. Goiter Multinodular toksik

7. Jelaskan konsep medis dan konsep keperawatan padakegawatdaruratan penyakit

krisis tirotoksik (tyroid strom) ?

Jawab

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Krisis tiroid adalah bentuk lanjut dari hipertiroidisme yang sering berhubungan dengan stres

fisiologi atau psikologi. Krisis tiroid adalah keadaan krisis terburuk dari status tirotoksik.

Penurunan kondisi yang sangat cepat dan kematian dapat terjadi jika tidak segera tertangani

(Hudak & Gallo, 1996).

Krisis tiroid merupakan eksaserbasikeadaan hipertiroidisme yang mengancam jiwa yang

diakibatkan oleh dekompensasi dari satu atau lebih sistem organ (Bakta & Suastika, 1999).

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 18

Page 19: skenerio 2

G3 organik kelenjar tiroid G3 Fungsi Hipotalamus /hipofisis

Produksi TSH meningkat

Produksi hormone tiroid meningkat

B. Etiologi

Keadaan yang dapat menyebabkan krisis tiroid adalah:

1. Operasi dan urut/pijat pada kelenjar tiroid atau gondok dan operasi pada bagian tubuh

lainnya pada penderita hipertiroid yang belum terkontrol hormon tiroidnya

2. Stop obat anti tiroid pada pemakaian obat antitiroid

3. Pemakaian kontras iodium seperti pada pemeriksaan rontgen

4. Infeksi

5. Stroke

6. Trauma. Pada kasus trauma, dilaporkan bahwa pencekikan pada leher dapat memicu

terjadinya krisis tiroid, meskipun tidak ada riwayat hipertiroidisme sebelumnya.

7. Penyakit Grave, Toxic multinodular, dan “Solitary toxic adenoma”

8. Tiroiditis

9. Penyakit troboblastik

10. Ambilan hormon tiroid secara berlebihan

11. Pemakaian yodium yang berlebihan

12. Kanker pituitari

13. Obat-obatan seperti Amiodarone

Ada tiga mekanisme fisiologis yang diketahui dapat menyebabkan krisis tiroid:

1. Pelepasan seketika hormon tiroid dalam jumlah besar

2. Hiperaktivitas adrenergik

3. Lipolisis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan (Hudak & Gallo, 1996).

Factor pencetus krisis hingga kini belum jelas namun diduga dapat berupa free- hormon

meningkat, naiknya free-hormon mendadak, efek T3 paska transkripsi, meningkatnya kepekaan

sel sasaran dan sebagainya. Dan factor resikonya dapat berupa surgical crisis (persiapan operasi

yang kurang baik, belum eutiroid), medical crisis (stress apapun, fisik maupun psikologis, infeksi

dan sebagainya) (Sudoyo, dkk, 2007).

C. Patofisiologi

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 19

Page 20: skenerio 2

Pada orang sehat, hipotalamus menghasilkan thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang

merangsang kelenjar pituitari anterior untuk menyekresikan thyroid-stimulating hormone (TSH)

dan hormon inilah yang memicu kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid. Tepatnya, kelenjar ini

menghasilkan prohormone thyroxine (T4) yang mengalami deiodinasi terutama oleh hati dan

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 20

Page 21: skenerio 2

ginjal menjadi bentuk aktifnya, yaitu triiodothyronine (T3). T4 dan T3 terdapat dalam 2 bentuk:

1) bentuk yang bebas tidak terikat dan aktif secara biologik; dan 2) bentuk yang terikat pada

thyroid-binding globulin (TBG). Kadar T4 dan T3 yang bebas tidak terikat sangat berkorelasi

dengan gambaran klinis pasien. Bentuk bebas ini mengatur kadar hormon tiroid ketika keduanya

beredar di sirkulasi darah yang menyuplai kelenjar pituitari anterior.

Dari sudut pandang penyakit Graves, patofisiologi terjadinya tirotoksikosis ini melibatkan

autoimunitas oleh limfosit B dan T yang diarahkan pada 4 antigen dari kelenjar tiroid: TBG,

tiroid peroksidase, simporter natrium-iodida, dan reseptor TSH. Reseptor TSH inilah yang

merupakan autoantigen utama pada patofisiologi penyakit ini. Kelenjar tiroid dirangsang terus-

menerus oleh autoantibodi terhadap reseptor TSH dan berikutnya sekresi TSH ditekan karena

peningkatan produksi hormon tiroid. Autoantibodi tersebut paling banyak ditemukan dari

subkelas imunoglobulin (Ig)-G1. Antibodi ini menyebabkan pelepasan hormon tiroid dan TBG

yang diperantarai oleh 3,’5′-cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP). Selain itu, antibodi

ini juga merangsang uptake iodium, sintesis protein, dan pertumbuhan kelenjar tiroid.

Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon tiroid

yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang melibatkan banyak sistem organ dan

merupakan bentuk paling berat dari tirotoksikosis. Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh

hormon tiroid yang semakin menguat seiring meningkatnya pelepasan hormon tiroid

(dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya intake hormon tiroid oleh sel-sel

tubuh. Pada derajat tertentu, respon sel terhadap hormon ini sudah terlalu tinggi untuk

bertahannya nyawa pasien dan menyebabkan kematian. Diduga bahwa hormon tiroid dapat

meningkatkan kepadatan reseptor beta, cyclic adenosine monophosphate, dan penurunan

kepadatan reseptor alfa. Kadar plasma dan kecepatan ekskresi urin epinefrin maupun

norepinefrin normal pada pasien tirotoksikosis.

Meskipun patogenesis krisis tiroid tidak sepenuhnya dipahami, teori berikut ini telah

diajukan untuk menjawabnya. Pasien dengan krisis tiroid dilaporkan memiliki kadar hormon

tiroid yang lebih tinggi daripada pasien dengan tirotoksikosis tanpa komplikasi meskipun kadar

hormon tiroid total tidak meningkat. pengaktifan reseptor adrenergik adalah hipotesis lain yang

muncul. Saraf simpatik menginervasi kelenjar tiroid dan katekolamin merangsang sintesis

hormon tiroid. Berikutnya, peningkatan hormon tiroid meningkatkan kepadatan reseptor beta-

adrenergik sehingga menamnah efek katekolamin. Respon dramatis krisis tiroid terhadap beta-

blockers dan munculnya krisis tiroid setelah tertelan obat adrenergik, seperti pseudoefedrin,

mendukung teori ini. Teori ini juga menjelaskan rendah atau normalnya kadar plasma dan

kecepatan ekskresi urin katekolamin. Namun, teori ini tidak menjelaskan mengapa beta-blockers

gagal menurunkan kadar hormon tiroid pada tirotoksikosis.

Teori lain menunjukkan peningkatan cepat kadar hormon sebagai akibat patogenik dari

sumbernya. Penurunan tajam kadar protein pengikat yang dapat terjadi pasca operasi mungkin

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 21

Page 22: skenerio 2

menyebabkan peningkatan mendadak kadar hormon tiroid bebas. Sebagai tambahan, kadar

hormon dapat meningkat cepat ketika kelenjar dimanipulasi selama operasi, selama palpasi saat

pemeriksaan,atau mulai rusaknya folikel setelah terapi radioactive iodine (RAI). Teori lainnya

yang pernah diajukan termasuk perubahan toleransi jaringan terhadap hormon tiroid, adanya zat

mirip katekolamin yang unik pada keadaan tirotoksikosis, dan efek simpatik langsung dari

hormon tiroid sebaai akibat kemiripan strukturnya dengan katekolamin.

D. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tanda-tanda pada orang dengan krisis tiroid berupa:

1. Takikardia (lebih dari 130x/menit)

2. Suhu tubuh lebih dari 37,70C

3. Gejala hipertiroidisme yang berlebihan (Diaphoresis, Kelemahan, Eksoftalmus, Amenore)

4. Penurunan berat badan, diare, nyeri abdomen (system gastrointestinal)

5. Psikosis, somnolen, koma (neurologi)

6. Edema, nyeri dada, dispnea, palpitasi (kardiovaskular).

Menurut Hudak dan Gallo (1996),

manifestasi klinis hipertiroidisme adalah

berkeringat banyak, intoleransi terhadap

panas, gugup, tremor, palpitasi, hiperkinesis,

dan peningkatan bising usus. Kondisi umum

dari tanda gejala ini trutama disertai deman

lebih dari 100 F, takikardi yang tidak sesuai dengan keadaan demam, dan disfungsi Sistem Saraf

Pusat (SSP), merupakan tanda dari tiroid storm. Abnormalitas sistem saraf pusat termasuk

agitasi, kejang, atau koma.

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai 4 tujuan yaitu menangani faktor

pencetus, mengontrol pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, menghambat pelepasan

hormon tiroid, dan melawan efek perifer hormon tiroid (Hudak & Gallo, 1996).

Penatalaksanaan medis krisis tiroid meliputi:

a. Koreksi hipertiroidisme

1) Menghambat sintesis hormon tiroid

Obat yang dipilih adalah propiltiourasil (PTU)atau metimazol. PTU lebih banyak

dipilih karena dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer. PTU

diberikan lewat selang NGT dengan dosis awal 600-1000 mg kemudian diikuti

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 22

Page 23: skenerio 2

200-250 mg tiap 4 jam. Metimazol diberikan dengan dosis 20 mg tiap 4 jam, bisa

diberikan dengan atau tanpa dosis awal 60-100mg.

2) Menghambat sekresi hormon yang telah terbentuk

Obat pilihan adalah larutan kalium iodida pekat (SSKI) dengan dosis 5 tetes tiap 6

jam atau larutan lugol 30 tetes perhari dengan dosis terbagi 4.

3) Menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer

Obat yang digunakan adalah PTU, ipodate, propanolol, dan kortikosteroid.

4) Menurunkan kadar hormon secara langsung

Dengan plasmafaresis, tukar plasma, dialisis peritoneal, transfusi tukar, dan

charcoal plasma perfusion. Hal ini dilakukan bila dengan pengobatan

konvensional tidak berhasil.

5) Terapi definitif

Yodium radioaktif dan pembedahan (tiroidektomi subtotal atau total).

b. Menormalkan dekompensasi homeostasis

1) Terapi suportif

a) Dehidrasi dan keseimbangan elektrolit segera diobati dengan cairan intravena

b) Glukosa untuk kalori dan cadangan glikogen

c) Multivitamin, terutama vitamin B

d) Obat aritmia, gagal jantung kongstif

e) Lakukan pemantauan invasif bila diperlukan

f) Obat hipertermia (asetaminofen, aspirin tidak dianjurkan karena dapat

meningkatkan kadar T3 dan T4)

g) Glukokortikoid

h) Sedasi jika perlu

2) Obat antiadrenergik

Yang tergolong obat ini adalah beta bloker, reserpin, dan guatidin. Reserpin dan

guatidin kini praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan Beta bloker. Beta bloker

yang paling banyak digunakan adalah propanolol. Penggunaan propanolol ini tidak

ditujukan untuk mengobati hipertiroid, tetapi mengatasi gejala yang terjadi dengan

tujuan memulihkan fungsi jantung dengan cara menurunkan gejala yang dimediasi

katekolamin. Tujuan dari terapi adalah untuk menurunkan konsumsi oksigen

miokardium, penurunan frekuensi jantung, dan meningkatkan curah jantung.

c. Pengobatan faktor pencetus

Obati secara agresif faktor pencetus yang diketahui, terutama mencari fokus infeksi,

misalnya dilakukan kultur darah, urine, dan sputum, juga foto dada (Bakta & Suastika,

1999).

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 23

Page 24: skenerio 2

2. Penatalaksanaan keperawatan

Tujuan penatalaksanaan keperawatan mencakup, mengenali efek dari krisis yang timbul,

memantau hasil klinis secara tepat, dan memberikan perawatan suportif untuk pasien dan

keluarga. Intervensi keperawatan berfokus pada hipermetabolisme yang dapat menyebabkan

dekompensasi sistem organ, keseimbangan cairan dan elektrolit, dan memburuknya status

neurologis. Ini termasuk penurunan stimulasi eksternal yang tidak perlu, penurunan

konsumsi oksigen secara keseluruhan dengan memberikan tingkat aktivitas yang sesuai,

pemantauan kriteria hasil. Setelah periode krisis, intervensi diarahkan pada penyuluhan

pasien dan keluarga dan pencegahan proses memburuknya penyakit (Hudak &Gallo, 1996).

F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Smeltzer dan Bare(2002) terdapat beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan untuk memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah pada kelenjar tiroid.

1. Test  T4 serum

Test yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan tekhnik

radioimunoassay atau  pengikatan kompetitif nilai normal berada diantara 4,5 dan 11,5 µg/dl

( 58,5 hingga 150 nmol/L) dan terjadi peningkatan pada krisis tiroid.

2. Test T3 serum

Adalah test yang mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau T3 total dalam serum

dengan batas normal adalah 70 hingga 220 µg/dl ( 1,15 hingga 3,10 nmol/L) dan meningkat

pada krisis tiroid.

3. Test T3 Ambilan Resin

Merupakan pemeriksan untuk mengukur secara tidak langsung kadar TBG tidak jenuh.

Tujuannnya adalah untuk menentukan jumlah hormon tiroid yang terikat dengan TBG dan

jumlah tempat pengikatan yang ada. Nilai Ambilan Resin T3 normal adal 25% hingga 35% (

fraksi ambilan relatif : 0,25 hingga 0,35 ) yang menunjukan bahwa kurang lebih sepertiga

dari tempat yang ada pada TBG sudah ditempati oleh hormone tiroid. Pada krisis tiroid

biasanya terjadi peningkatan.

4. Test TSH ( Thyroid – Stimulating Hormone )

Pengukuran konsetrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis

serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh

penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada

hipofisis atau hipothalamus.

5. Test Thyrotropin_Releasing Hormone

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 24

Page 25: skenerio 2

Merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH dihipofisis dan akan sangat

berguna apabila hasil test T3 serta T4 tidak dapat dianalisa. Test ini sudah jarang dikerjakan

lagi pada saat ini, karena spesifisitas dan sensitifitasnya meningkat.

6. Tiroglobulin

Tiroglobulin merupakan prekursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya dalam serum

dngan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaan radioimunnoassay. Pemeriksaan ini

diperlukan untuk tindak lanjut dan penanganan penderita karsinoma tiroid, serta penyakit

tiroid metastatik.    

Melihat kondisi krisis tiroid merupakan suatu keadaan gawat medis maka diagnosis krisis

tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada gambaran laboratoris. Jika gambaran

klinis konsisten dengan krisis tiroid, terapi tidak boleh ditunda karena menunggu konfirmasi

hasil pemeriksaan laboratorium atas tirotoksikosis. Kecurigaan  akan terjadinya krisis tiroid

harus diketahui dengan jelas oleh perawat. Kecurigaan akan terjadinya krisis tiroid terdapat

dalam triad 1). Menghebatnya tanda tirotoksikosis 2). Kesadaran menurun 3). Hipertermi.

Apabila terdapat tiroid maka dapat meneruskan dengan menggunakan skor indeks klinis

kritis tiroid dari Burch – Wartofsky. Skor menekankan 3 gejala pokok hipertermia, takikardi

dan disfungsi susunan saraf.

G. Komplikasi

Meski tanpa adanya penyakit arteri koroner, krisis tiroid yang tidak diobati dapat menyebabkan

angina pektoris dan infark miokardium, gagal jantung kongestif, kolaps kardiovaskuler, koma,

dan kematian (Hudak&Gallo, 1996).

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 25

Page 26: skenerio 2

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian Primer

a) Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda asing yang

menghalangi jalan nafas.

Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial

penyebab obstruksi :

Muntahan

Perdarahan

Gigi lepas atau hilang

Gigi palsu

Trauma wajah

Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.

Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko

untuk mengalami cedera tulang belakang.

Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :

Chin lift/jaw thrust

Lakukan suction (jika tersedia)

Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway

Lakukan intubasi

b) Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu

pernafasan

Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.

Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda

sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds,

dan penggunaan otot bantu pernafasan.

Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous

emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.

Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.

Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:

Pemberian terapi oksigen

Bag-Valve Masker

Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar),

jika diindikasikan

Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 26

Page 27: skenerio 2

c) Circulation : kaji nadi, capillary refill time

d) Disablity :

Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :

A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang

diberikan

V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa

dimengerti

P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas

awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)

U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun

stimulus verbal.

Pengkajian Sekunder :

Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang dikutip

dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :

Pengkajian

1. Aktivitas atau istirahat

a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan

berat

b. Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi

a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah

dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis

tirotoksikosis)

3. Eliminasi

a. Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan

berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine

encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika

terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan

menurun, hiperaktif ( diare )

4. Integritas / Ego

a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan

kondisi.

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 27

Page 28: skenerio 2

b. Tanda : Ansietas peka rangsang

5. Makanan / Cairan

a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan

masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa

hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid )

b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah

( napas aseton)

6. Neurosensori

a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot

parasetia, gangguan penglihatan

b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan

memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma).

Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)

7. Nyeri / Kenyamanan

a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan

palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan

a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen

(tergantung adanya infeksi atau tidak)

b. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi

pernapasan meningkat

9. Keamanan

a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum /

rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otototot pernapasan (jika kadar

kalium menurun dengan cukup tajam )

10. Seksualitas

a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan

orgasme pada wanita

b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif

secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 28

Page 29: skenerio 2

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertiroidisme

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung, status hipermetabolik

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 29

Page 30: skenerio 2

C. Diagnosis Keperawatan dan Perencanaan

N

O

DIAGNOSIS

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI

1 Defisit volume

cairan

berhubungan

dengan status

hipermetabolik

Setelah diberi asuhan

keperawatan, cairan tubuh

seimbang dengan kriteria:

a. Tanda-tanda vital tetap

stabil(TD 100-120/60-

90 mmHg, N: 60-

100x/menit, R” 16-

22x/menit, S: 36-37,5 OC)

b. Warna kulit dan suhu

dalam batas normal

c. Balance cairan

seimbang

d. Turgor kulit elastis dan

membrane mukosa

lembab

1. Kaji status volume cairan (TD, suhu, bunyi

jantung) tiap 1 jam

2. Kaji turgor kulit dan membrane mukosa

mulut setiap 8 jam

3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4

jam. Catat dan laporkan perubahan yang

signifikan termasuk urine.

4. Berikan cairan IV sesuai instruksi.

5. Kaji semua data laboratorium, laporkan nilai

elektrolit abnormal

6. Berikan beta adrenergik sesuai instruksi

2 Perubahan perfusi

jaringan serebral

berhubungan

dengan

hipertiroidisme

Setelah diberi asuhan

keperawatan, perfusi

jaringan serebral efektif,

dengan kriteria:

a. Tingkat kesadaran

meningkat (GCS: E:4,

M:6, V:5)

b. Klien tidak mengalami

cedera

c. Jalan napas paten

1. Kaji status neurologi tiap jam

2. Lakukan tindakan pencegahan terhadap

kejang

3. Kaji adanya kelemahan, patensi jalan napas,

keamanan, jika tingkat kesadaran pasien

menurun

4. Lakukan tindakan pengamanan untuk

mencegah cedera

3 Penurunan curah

jantung

berhubungan

dengan gagal

jantung, status

hipermetabolik

Setelah diberi asuhan

keperawatan, tidak terjadi

penurunan curah jantung,

dengan kriteria:

a. Nadi perifer dapat

teraba normal (60-

1. Pantau tekanan darah tiap jam

2. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau

angina yang dikeluhkan pasien.

3. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 30

Page 31: skenerio 2

100x/menit, kuat)

b. TD:100-120/80-

90x.menit, RR: 16-

20x/menit, S:36-37,50C

c. Capilary reffil <2 detik

d. Status mental baik

e. Palpitasi berkurang

suara yang tidak normal (seperti krekels)

4. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,

mukosa membran kering, nadi lemah,

penurunan produksi urine dan

hipotensi,pengisian kapiler lambat

5. Kolaborasi : berikan obat sesuai dengan

indikasi : Penyekat beta seperti: propranolol,

atenolol, nadolol

7. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan pada Krisis tirotoksik (Tyroid Strom)?

1. Penanganan prehospital dan Penanganan intra hospital

Jawab :

Airway : bersihkan jalan napas

a.   Lihat:

•   Apakah ada benda asing di mulut korban

•   Apakah ada penyumbatan jalan napas

•   Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas

•   Lihat apakah bibir sianosis

b.  Dengar:

•    Suara nafas korban, apakah normal? Adakah suara nafas tambahan: snoring,

gurgling, stridor, suara parau,adakah suara nafas hilang

c.    Raba

Dekatkan pipi penolong dengan hidung-mulut korban, Apakah terasa hembusan

Nafas korban dari hidung/mulut

Kaji kemampuan bernafas (breathing) dengan melakukan:

d.  Lihat:

•   Pergerakan nafas korban, adakah apnoe atau takhipnoe

•   Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas

•   Hitung frekuensi pernafasan korban.

•   Adakah sianosis

•   Adalah jejas di dada

e.   Dengar:

•    Tempelkan pipi penolong ke hidung korban, sambil mendengarkan suara nafas korban,

apakah normal, menurun, menghilang, atau suara nafas tambahan

f.   Raba

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 31

Page 32: skenerio 2

•   Apakah ada hawa ekspirasi

•   Palpasi dada korban apakah ada udema torak, nyeri tekan.

6.   Kaji kondisi sirkulasi darah korban dengan melakukan:

a.    Raba nadi arteri carotis, rasakan denyutannya, jika tidak teraba maka lakukan

resisutasi jantung-paru.

b.   Raba nadi arteri radialis, hitung frekuensinya, tachicardia atau tidak

c.   Raba ekstremitas, terasa dingin atau tidak

d.   Lihat apakah ada luka dan perdarahan yang banyak.

7.   Kaji tingkat kesadaran dan status neurologis korban dengan melakukan:

a.   Alert, Verbal respon, Pain respon,Unresponse

b.   Lihat respon pupil korban

c.   Lihat anggota gerak apakah mengalami kelumpuhan

8.   Kaji kondisi cedera tambahan (exposure) dengan melakukan:

a.   Gunting Pakaian dan lihat jejas

b.   Lakukan Posisi Log Roll (nilai bagian belakang), jika ada fraktur cervikal,

minta bantuan orang lain

c.   Catat kelainan yg ditemukan terutama yg mengancam

d.   Cegah hipotermia

e.   Pakaikan selimut hangat

9.   Buat keputusan apakah korban dalam kategori:

a.   Kritis (Critical):

Cardiac arrest, Respiratory Arrest

b.   Tidak stabil (Unstable):

Kesulitan bernafas dan jalan nafas tidak paten, trauma kepala dan dada yang berat, shock,

nyeri dada yang hebat, fraktur tulang panjang, diduga meningitis, luka tusuk pada

dada,leher, abdomen dan genitalia, Penurunan kesadaran, Luka bakar > 10%

(orang dewasa), Luka bakar > 5% (anak-anak)

c.   Resiko tidak stabil (Potential Unstable):

Trauma yang serius, injuri yang tersembunyi, injuri ekstremitas dengan kerusakan

saraf dan sirkulasi

d.   Stabil (Stable):

Injuri yang kecil (minor) dengan tanpa perdarahan yang banyak, tidak ada kerusakan saraf

dan sirkulasi, tidak ada tanda-tanda shock, tidak ada komplikasi lainnya

10. Untuk korban yang kritis dan tidak stabil segera ditransportasi dan diobati, dilakukan

pencatatan tanda-tanda vital. Bila kondisi korban telah stabil maka

dilakukan survey sekunder

11.    Untuk korban yang resiko tidak stabil dan stabil, dilakukan pencatatan tanda

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 32

Page 33: skenerio 2

Tanda vital, dan survey sekunder.

2. Penanganan farmakologi dan non farmakologi

Jawab :

HORMON PERANGSANG TIROID

Obat-obat Anti Tiroid

1. Tiomida

Contoh : Tiomida metamizol untuk pengobatan Propiltiourasil tirotoksikosis

2. Penghambat anion

3. Iodida

4. Kontras media teriodinasi

5. Yodium radioaktif

6. Obat-obat penghambat adrenoseptor

Obat-obat Hipotiroid

Contoh obat untuk hipotiroidisme : - Levotiroksin

- Tiroksin2

Hipertiroidisme (Tirotoksikosis)

1. Penyakit Grave & Goiter toksik difus

Pengobatan:

– Terapi dengan obat antitiroid

Contoh: Metamizol & Propiltiourasil

– Tiroidektomi

– Yodium Radioaktif

– Tambahan untuk terapi antitiroid

2. Goiter Uninoduler Toksik dan Goiter

Multinoduler Toksik

Penanganan : metamizol

- propiltiourasil

- tiroidektomi subtotal

Non farmakologi

Diet yang dberikan harus tinggi kalori yaitu 2600-3000 kalori perhari baik dari makanan

maupun suplemen.

Konsumsi protein tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg/hari) untuk mengatasi proses

pemecahan protein jarngan seperti susu dan telur

Tidak mengkonsumsi sayuran seperti kol Tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok yang

dapat meningkatkan kadar metabolisme

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 33

Page 34: skenerio 2

9. Lampirkan jurnal mengenai penyakitKrisis tirotoksik (Tyroid Strom)?

Gadar 2 modul 1 skenerio 2 Page 34