SKENARIO TRANSFUSI
Click here to load reader
-
Upload
wima-dian-syam -
Category
Documents
-
view
225 -
download
7
Transcript of SKENARIO TRANSFUSI
Laporan kelompok tutorial
MODUL I BIOETIKA
“DILEMA ETIK”
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Tutor :
dr. Nasrudin A. M, Sp.OG
dr. Dara Ugi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR
2011
KELOMPOK I
Modul I Dilema Etik
Nama anggota :
1. Rita Mariana 10542 00.. 10
2. 10542 00.. 10
3. 10542 01.. 10
4. 10542 00.. 10
5. 10542 00.. 10
6. 10542 01.. 10
7. Diansri pratiwi syam 10542 0228 10
8. 10542 01.. 10
9. 10542 00.. 10
10. Riston 10542 0244 10
SKENARIO
TRANSFUSI DARAH
Seorang pria berumur 23 tahun mengendarai sepeda motor dan mengalami kecelakan
yang sangat parah. Karena kecelakaan tersebut, pria itu mengalami perdarahan hebat sehingga
kehilangan cukup banyak darah dan tidak sadarkan diri. Warga sekitar segera membawanya ke
UGD rumah sakit terdekat. Dari kartu pengenal yang ditemukan di pakaiannya, diketahui bahwa
pria tersebut bernama Muhammad Ali dan sekarang sedang berkuliah di salah satu Universitas di
kota terserbut dan orang tuanya berada di kota lain.
Dokter yang menangani pasien tersebut kemudian menghubungi pihak keluarganya dan
meminta ijin untuk melakukan transfuse darah untuk menolong si pasien, namun ternyata pihak
keluarga pasien memiliki suatu paham, bahwa melakukan transfuse darah adalah hukumnya
haram. Namun pihak lain, dokter tetap berusaha mnejelaskan mengenai pentingnya melakukan
transfuse darah ini dan resiko apa yang akan terjadi jika transfusi darah tidak dilakukan.
Sayangnya, dari pihak keluarga pasien tetap tidak setuju . akhirnya, dokter pun mengambil
keputusan sendiri dengan tetap mentransfusikan darah kepada pasien tersebut dengan alasan jika
hal itu tidak dilakukan,pasien akan kehilangan nyawannya. Setelah tindakan pertolongan
dilakukan dokter kondisi M.Ali menjadi baik.
Pertanyaan :
- Rumusan dilemma etik sentral pada kasus diatas
- Dari kasus diatas, cobalah anda analisis berdasarkan kaidah dasar Bioetik,Prima
facia, dan Etika klinik Jonsen Siegler. (gunakan table criteria KDB dan
pertanyaan etik klinik Jonsen Siegler)
- Bagaimana jika kasus tersebut diatas, kita melihatnya dalam perspektif islam /
etiak islam ( lampirkan Ayat, Sunnah Rasul dan dasar yang lain.
BENEFICENCE
Kriteria Ada Tidak ada
1. Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain.
√
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. √
3. Memandang pasien / keluarga / sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter.
√
4. Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya
√
5. Paternalisme bertanggung jawab/ berkasih sayang √
6. Menjamin kehidupan baik, minimal manusia √
7. Pembatasan Goal-based. √
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preverensi pasien. √
9. Minimalisasi akibat buruk. √
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat. √
11. Menghargai hak pasien secara keseluruhan. √
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan. √
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan √
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus √
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah √
16. Menerapkan Golden Rule Principle √
NONMALEFICENCE
Kriteria Ada Tidak ada
1. Menolong pasien emergency. √
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter atau hanya mengalami resiko minimal
√
3. Mengobati pasien yang luka √
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) √
5. Tidak menghina/ mencaci maki / memanfaatkan pasien √
6. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek √
7. Mengobati secara tidak proporsional √
8. Tidak mencegah pasien dari bahaya √
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien √
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian √
11. Tidak memberikan semangat hidup √
12. Tidak melindungi pasien dari serangan √
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan atau kerumahsakitan yang merugikan pihak pasien dan keluarganya
√
AUTONOMY
Kriteria Ada Tidak ada
1. Menghargai hak menetukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien √
2. Tidak mengitervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)
√
3. Berterus terang √
4. Menghargai privasi √
5. Menjaga rahasia pasien √
6. Mengharagai rasionalitas pasien √
7. Melaksanakan informed consent. √
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri. √
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. √
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.
√
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergency.
√
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien. √
13. Menjaga hubungan (kontrak). √
JUSTICE
Kriteria Ada Tidak ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal. √
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan √
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. √
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability,equality,accessibility,avalaibility,and qulity )
√
5. Menghargai hak hukum pasien. √
6. Menghrgai hak orang lain √
7. Menjaga kelompok yang rentan ( yang paling dirugikan ) √
8. Tidak melakukan penyalahgunaan √
9. Bijak dalam makro alokasi √
10. Memberikan konstribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien. √
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya √
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian ( biaya,beban,dan sanksi ) secara adil
√
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten.
√
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat √
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan √
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,status sosial,dan lain-lain.
√
PERSEPTIF ISLAM DALAM SKENARIO
DAFTAR TILIK PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM
NO PERTANYAAN ETIK ANALISA
1 Prinsip niat / intention
(qa’idat al qasd)
Tiap tindakan dinilai berdasarkan niatnya. Prinsip ini
meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya.
Seorang dokter dapat melakukan suatu prosedur dengan
alasan mungkin masuk akal namun sesungguhnya memiliki
niatan yang berbeda namun tersembunyi.
2 Prinsip kepastian / certainty
(qa’idat al yaqeen)
Ketidak pastian dalam kedokteran : baik pada
diagnosis,pemilihan terapi tdk mencapai standar YAQEEN
yang diminta oleh hukum. Kepastian (yaqeen) yang
merupakan suatu situasi dimana sama sekali tidak ada
keraguan, tidak ada dalam kedokteran.
Kemungkinan dan relativitas: Semua hal (dalam
Kedokteran) bersifat suatu kemungkinan dan relatif.
3 Prinsip kerugian / harm
( qa’idat al dharar)
1.Intervensi Medis: Intervensi medis dibolehkan dengan
prinsip dasar bahwa jika muncul suatu kelainan,
seharusnya dihilang kan. Namun, dokter sebaiknya tidak
menyebabkan adanya kerugian pada saat melakukan
pekerjaannya.
2. Menyebabkan luka untuk menghilangkan luka:
suatu luka/kelainan sebaiknya tidak boleh dihilangkan
dengan prosedur medis yang akan menyebabkan luka
dengan derajat yang sama sebagai efek samping.
3. Keseimbangan antara yang dilarang dan diperbolehkan.
Dokter kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang
memiliki efek yang dilarang namun juga memiliki efek
yang diperbolehkan. Jika keduanya muncul bersamaan dan
harus diambil sebuah keputusan, maka petunjuk hukum
adalah bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi
untuk dikenali
4. Pilihan antara dua keburukan: Jika dihadapkan dengan
dua situasi medis dimana keduanya akan menyebabkan
kerugian dan tidak ada pilihan lain, maka dilakukan yang
kurang merugikan. Hal yang sama intervensi medis yang
memiliki kepentingan umum diutamakan di atas
kepentingan individu
4 Prinsip kesukaran / difficulty
(qa’idat al mashaqqat)
- Keperluan melegalisir yang dilarang: intervensi medis
yang awalnya dilarang akan dibolehkan atas nama prinsip
kesulitan jika ada keperluan darurat. Kesulitan (dalam hal
medis) diartikan sebagai kondisi apapun yang akan
menyebabkan adanya gangguan serius pada kesehatan fisik
dan mental jika tidak segera disembuhkan
- Batas-batas prinsip kesulitan: melakukan tindakan yang
normalnya dilarang seharusnya tidak melewati batas-batas
yang diperlukan untuk mempertahankan tujan hukum yang
merupakan dasar legalisir. Jika hambatan telah dilewati,
tindakan medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.
Delegasi: mendelegasikan tugas kepada orang lain untuk
melakukan tindakan yang membahayakan adalah tindakan
ilegal.
5 Prinsi kebiasaan / custom Standar perawatan yang diterima secara umum: Telah
( qa’idat al a’aadat) menjadi kebiasaan umum untuk menuliskan suatu panduan
praktik untuk perawatan klinis (standar pelayanan)
Kebiasaan memiliki Autoritas: prinsip dasar adalah bahwa
kebiasaan memiliki kekuatan hukum, dengan demikian
standar yang diterima secara umum untuk perawatan klinis
dianggap kuat oleh hukum.
ANALISA PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM
Berdasarkan prinsip Etika Kedokteran yang berkenaan dengan skenario adalah
Prinsip kerugian / harm ( qa’idat al dharar) pada poin ke empat yaitu pilihan antara dua
keburukan. Jika dihadapkan dengan dua situasi medis dimana keduanya akan
menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan lain, maka dilakukan yang kurang
merugikan. Hal yang sama intervensi medis yang memiliki kepentingan umum
diutamakan di atas kepentingan individu.
Jika merujuk pada skenario Ny. Tuna dan Tuan salmon harusnya bisa
memeperoleh kehidupan yang lebih baik dengan operasi dan transplantasi ginjal akan
tetapi dengan diberlakukannya peraturan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan yang
baik tetapi disisi lain ternayata sangat merugikan Ny. Tuna yang gagal melakukan
operasi sehingga meninggal dan begitupun Tuan Salmon yang gagal memperoleh
transplantasi ginjal.
Dalam skenario seharusnya pemerintah memeberikan kebijakan bukan malah
mempersulit ny. Tuna dan Tuan Salmon . sebagaimana dalam sebuah hadist:
1. �َم� َق�اَل� : َّل �ِه� َو�َس� �ْي �ِّي� َص�َّل�ى الَّلِه� َع�َّل �ِب �ِه�، َع�ِن� الَّن ِض�ِّي الَّلِه� َع�َّن َة� َر� �َر� ْي �ِّي ُه�َر� ِب� َم�ِن� َع�ِن� َأ
� �ْو�ِم ِب� ْي �َر� �ًة* َم�ِن� ُك ِب �َر� �ِه� ُك �َّف�َس� الَّلِه� َع�َّن �ا َن �ْي ِب� الُّد/َن �َر� �ًة* َم�ِن� ُك ِب �َر� �َّف�َس� َع�ِن� َم�ْؤ�َم�ِن1 ُك َن
�اَم�ًة� �ِق�ْي ،ال
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-
kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat.
( Q.S Al Maidah :32)
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-
rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
skenario
Suatu ketika di Indonesia, terjadi endemi infeksi HIV di Kota Asal Muasal. Melihat hal tersebut,
bupati dan para pejabat terkait bingung harus berbuat apa. Mereka lalu mengeluarkan peraturan
bahwa seluruh anggota masyarakat di daerah itu harus melakukan pemeriksaan Screening HIV .
analisa skenario berdasarkan surah
dalam surah al maidah ayat 32 : dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sehingga kita dapat
menganalisanya bahwa apa yang telah dilakukan pemerintah dalam halnya mengeluarkan peraturan
untuk melakukan screening HIV kepada seluruh masyarakat yang ada di Kota Asal Muasal adalah
tindakan yang memelihara kehidupan banyak orang. Disamping itu pula, tindakan yang dilakukan
pemerintah telah mencegah keburukan yang lebih banyak yang akan terjadi didaerahnya.