Skenario 3

27
SKENARIO Seorang ibu, datang ke klinik Pedodonsia RSGM Unej untuk memeriksakan gigi anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Ibu tersebut menginginkan gigi anaknya yang berlubang dilakukan perawatan dan lubangnya tidak menjadi besar serta gigi yang utuh tetap baik sampai gigi dewasanya tumbuh. Dari anamnesa diketahui bahwa penderita meminum, melakukan gosok gigi menggunakan pasta gigi anak-anak, walaupun kadang-kadang tidak mau melakukannya serta penderita tinggal di daerah yang kadar fluornya 0,5 ppm. Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa penderita mempunyai karies angka karies yang tinggi. Dokter gigi menganjurkan untuk dilakukan pencegahan karies secara sistemik maupun local. STEP 1 MENGKLARIFIKASI ISTILAH 1. Fluor :Mineral alamiah yang ada di air; mikromineral untuk pengerasan (mineralisasi) email gigi dimana cenderung dibutuhkan dalam jumlah sedikit; ditemukan dalam bentuk 1

Transcript of Skenario 3

SKENARIO

Seorang ibu, datang ke klinik Pedodonsia RSGM Unej untuk

memeriksakan gigi anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Ibu tersebut

menginginkan gigi anaknya yang berlubang dilakukan perawatan dan lubangnya

tidak menjadi besar serta gigi yang utuh tetap baik sampai gigi dewasanya

tumbuh. Dari anamnesa diketahui bahwa penderita meminum, melakukan gosok

gigi menggunakan pasta gigi anak-anak, walaupun kadang-kadang tidak mau

melakukannya serta penderita tinggal di daerah yang kadar fluornya 0,5 ppm.

Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa penderita mempunyai karies angka

karies yang tinggi. Dokter gigi menganjurkan untuk dilakukan pencegahan karies

secara sistemik maupun local.

STEP 1

MENGKLARIFIKASI ISTILAH

1. Fluor : Mineral alamiah yang ada di air; mikromineral untuk

pengerasan (mineralisasi) email gigi dimana cenderung

dibutuhkan dalam jumlah sedikit; ditemukan dalam

bentuk senyawa di alam, contoh : fluoride; kandungan

normal fluor : 1 ppm.

2. PPM : (part per million) merupakan satuan untuk

menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu

larutan misalnya kandungan garam dalam air laut ,

fluor pada air sumur, polutan pada air sungai, selain itu

kandungan yodium pada garam juga dinyatakan dalam

satuan ppm; merupakan perbandingan antara beberapa

bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem.

1

3. Pencegahan sistemik : pencegahan yang dilakukan dengan memasukkan suatu

zat ke dalam tubuh dimana melalui system pencernaan

(dimetabolisme tubuh). Zat tersebut diberikan dalam

bentuk tablet, obat, maupun melalui intravena.

STEP 2

MENETAPKAN PERMASALAHAN

1) Bagaimana hubungan kebiasaan (hobi) anak minum susu dengan terjadinya

karies?

2) Bagaimana hubungan frekuensi menggosok gigi dan pasta gigi dengan

terjadinya karies?

3) Berapa kadar normal fluor? Apakah kadar fluor 0,5 ppm mencukupi

kebutuhan?

4) Bagaimana hubungan karies dengan kadar fluor?

5) Bagaimana efek samping kelebihan dan kekurangan fluor?

6) Bagaimana cara menghitung angka karies?

7) Apa saja jenis pencegahan karies secara local maupun sistemik?

STEP 3

MENGANALISIS MASALAH

1) Hubungan kebiasaan (hobi) anak minum susu dengan terjadinya karies :

Susu pada dasarnya baik untuk pertumbuhan gigi dan tulang. Namun

kenyataannya pada anak-anak setelah minum susu sebelum tidur malam

seringkali tidak dibersihkan. Seperti yang kita tahu bahwa susu memiliki

kandungan zat gula. Sisa susu di rongga mulut yang mengandung zat gula

2

inilah yang akan diubah menjadi asam oleh Streptococcus mutans sehingga

pada akhirnya akan menyebabkan karies gigi pada anak-anak. Hal ini

diperparah dengan kebiasaan anak balita yang menggunakan botol apabila

minum susu. Seringkali botol tersebut tetap berada di dalam rongga mulut saat

tidur sehingga air susu tergenang di dalam rongga mulut dan semakin

mempermudah terjadinya karies.

2) Hubungan frekuensi menggosok gigi dan pasta gigi dengan terjadinya karies :

- Jarang menggosok gigi : menumpuknya sisa makanan/debris pada gigi

terutama di daerah pit dan fissure.

- Sering menggosok gigi : Gigi abrasi sehingga lapisan email menjadi tipis.

- Kandungan fluor dalam pasta gigi → berlebihan menggunakan pasta gigi :

terjadi fluorosis.

3) Kadar normal fluor

- Secara umum kadar normal fluor yang dibutuhkan tubuh: 0,7 – 1,2 ppm

- Kadar fluor yang dianjurkan untuk anak berdasarkan umur :

6 bulan – 3 tahun : 0,25 mg

3 – 6 tahun : 0,5 mg

Diatas 6 tahun : 0,5 – 1 mg

Sehingga diketahui bahwa kadar fluor 0,5 mg sudah mencukupi kebutuhan

fluor pada anak usia 3 tahun.

- Kandungan fluor dalam pasta gigi orang dewasa : 1000 – 1500 mg/gr

sedangkan kandungan fluor dalam pasta gigi anak-anak : 250 – 500 mg/gr,

dan pada mouthwash : 900 – 1000 mg/L.

- Fluor dapat ditemukan juga dari sumber lain seperti susu, beberapa sayur-

sayuran dan buah-buahan.

- Kandungan fluor dalam air pegunungan kapur : 0,3 – 0,7 ppm, air laut :

0,81 ppm, air tanah : 0,5 ppm, polusi industri : 0,5 – 3,8 ppm, teh yang

belum diseduh : 3,2 ppm dan teh yang sudah diseduh : 8,6 ppm.

3

4) Hubungan karies dengan kadar fluor :

PRA ERUPSI

- Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari pengurangan

sejumlah matriks yang dibentuk.

- Pembentukan enamel yang lebih baik dg kristal yang lebih resisten

terhadap asam.

- Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandunga karbonat lebih

rendah kelarutan terhadap asam berkurang.

- Pengurangan jumlah & ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi

makanan & plak.

PASCA ERUPSI

- Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.

- Fluoroapatit lebih padat & membentuk kristal sedang daerah permukaan

yang bereaksi dengan asam lebih sedikit.

- Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung

karena sedikit larut dalam asam).

- Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit

dengan karbonat rendah lebih stabil & kurang larut dibanding karbonat

tinggi. Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi,

sehingga merangsang perbaikan penghentian lesi karies awal

- Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yg

terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan & penyimpanan

glukosa dalam streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan

cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida.

5) Efek kelebihan fluor :

o Fluorosis : sel-sel gigi mati, bercak putih dan kecoklatan, gigi keras, dan

mudah patah.

o Menurunkan intelegensia seseorang jika mengonsumsi air yang memiliki

kandungan fluor lebih dari 4 ppm.

o Kerapuhan tulang (osteoporosis) → menghambat tumbuh kembang anak.

4

o Kerusakan gigi

Efek kekurangan fluor :

Menimbulkan kerusakan gigi berlebih

Rentan karies → penipisan tulang

Gigi lebih rapuh

Perubahan warna gigi jadi kekuningan

6) Cara menghitung angka karies adalah dengan menggunakan indeks DMF-T.

DMF-T merupakan singkatan dari Decay (jumlah gigi karies yang belum

maupun akan dilakukan penambalan), Missing (jumlah gigi yang dicabut),

Filling (gigi yang ditumpat), Teeth (jumlah total gigi yang dimiliki).

Penghitungan skor DMF-T terdiri atas 3 komponen yang nantinya

dijumlahkan dan skor total tersebut menandakan indeks karies seseorang.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

- Decay : Jumlah gigi karies yang dimiliki seseorang dan gigi yang telah

ditumpat sementara akibat karies. Jumlah tersebut tanpa memperhatikan

jumlah total lubang akibat karies pada setiap giginya.

- Missing : Jumlah gigi yang hilang akibat karies/bukan karies

- Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal permanen

Tingkatan DMF-T (skor total) menurut WHO :

a. Sangat rendah : 0 – 1,1

b. Rendah : 1,2 – 2,6

c. Sedang : 2,7 – 4,4

d. Tinggi : 4,5 – 6,5

e. Sangat tinggi : > 6,5

7) Pencegahan karies

a) Secara local :

Aplikasi fluor secara topikal (NAF, APF, SNF2)

5

Pasta gigi berflouride dengan menggosok gigi

Mouthwash

Sealant : aplikasi berupa pelapis pada fissure maupun pit agar tidak

terjadi akumulasi plak atau debris. Selain itu berfungsi menghentikan

karies insipient dan mencegah bakteri karsiogenik tinggal di pit/

fissure. Bahan sealant terdiri atas 2 jenis : resin dan glass ionomer.

Resin digunakan pada gigi permanen atau gigi yang telah erupsi

sempurna sedangkan glass ionomer digunakan pada gigi sulung atau

gigi yang belum erupsi sempurna.

Varnish fluor : diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada

anak berumur diatas 6 tahun yang mempunyai resiko karies tinggi.

Contoh varnish : Duraphat (colgate oral care).

Chlorheksidin : diberikan secara topikal; wujud : gel

Natrium fluoride

b) Secara sistemik :

o Konsumsi tablet fluor (apabila kandungan fluor dalam air yang

dikonsumsi < 0,3 ppm).

o Fluoridasi air minum.

o Obat tetes fluor.

o Menghindari konsumsi makanan yang mengandung gula pada sela-sela

jam makan.

o Makan makanan yang berserat (sayur dan buah), dapat ditambahkan

protein dan fosfat → meningkatkan pH basa saliva.

o Mengganti konsumsi gula dengan Xylitol dan Sorbitol.

Dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman

ringan, farmasi, dan lain-lain. Mempunyai efek menstimulasi aliran

saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. mutans karena tidak dapat

dimetabolisme bakteri dalam pembentukan asam sekaligus mempunyai

efek anti bakteri.

6

Faktor Penyebab

Kerusakan Gigi

Fluor tidak sesuai dosis

Kekurangan Kelebihan

Efek yang ditimbulkan

Pencegahan

o Fluoridasi garam dapur

STEP 4

MIND MAPPING

STEP 5

Learning Objectives (LO)

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :

1. Sumber fluor;

2. Mekanisme fluor dalam pencegahan karies;

3. Aplikasi fluor secara lokal dan sistemik;

7

4. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan fluor;

5. Efek yang ditimbulkan fluor ( kekurangan + kelebihan ) dan penanganannya.

STEP 7

LO 1

Sumber fluor

Sumber fluor di alam

Fluor ditemukan pada setiap tempat di alam ini. Sumber utama fluor

adalah air tanah. Fluor juga ditemukan dalam tanah yang kaya akan fluor, dalam

bermacam-macam tanaman, berbagai makanan, dan didalam tubuh. Dalam tubuh

manusia fluor ditemukan pada struktur organ yang terkalsifikasi seperti pada gigi

dan tulang. Daging, sayur mayur, buah-buahan, dan padi-padian hanya

mengandung sedikit fluor.

- Fluor dalam air

Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda. Air laut

mempunyai kandungan fluor 0,814 mg/liter. Sedangkan air yang berasal dari

danau, sungai, ataupun sumur adalah dibawah 0,5 mg/liter.

- Fluor dalam makanan dan minuman

Makanan yang mengandung fluor tinggi adalah ikan, terutama ikan yang

tulangnya dapat dimakan, contoh : ikan teri. Ikan segar mengandung 1,6 ppm.

Ikan yang telah diawetkan seperti sardin dan makarel mengandung fluor yang

cukup tinggi yaitu 7-12 ppm.

Selain ikan, fluor dapat ditemukan pada buah dan sayur, yaitu pada

kentang, kacang kapri, tomat,jeruk, apel dan stroberi sejumlah 0,1 mg/kg. Juga

dapat ditemukan pada minuman, yaitu di dalam teh dan jus anggur.

Konsentrasi fluor pada tanaman teh adalah sekitar 3,2 – 4—mg/kg. Sedangkan

seduhannya adalah 8,6 mg/L yang bergantung pada lama penyeduhan, jumlah

dan jenis teh yang digunakan.

Kandungan fluor dalam makanan dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan

yang kandungan fluornya dipengaruhi oleh konsentrasi dalam air yang

terdapat di tempat tumbuhnya tanaman tersebut.

8

Walaupun kadar fluor dalam makanan tersebut cukup tinggi tetapi bukan

merupakan faktor penyebab mottled email. Hanya asupan fluor yang lebih besar

dari kadar fluor optimal yang terdapat dalam air minum (> 2 ppm) yang dapat

menyebabkan mottled email.

Fluor yang terkandung dalam bahan makanan diatas tidak pula

mempunyai efek dalam mengurangi insiden karies. Hal ini disebabkan karena

apabila makanan mengandung kalsium, magnesium, atau aluminium maka akan

terbentuk ion fluoride komplek dengan daya larut rendah sehingga ion fluoride

akan sukar diabsorpsi.

LO 2

Mekanisme Fluor dalam Pencegahan Karies

Perlekatan flour pada gigi dibagi menjadi tiga cara yaitu selama proses

pembentukan gigi dengan cara flour pada cairan jaringan akan menyatu dengan

kristal apatit. Cara yang lain adalah ketika proses kalsifikasi selesai dan belum

erupsi, flour akan diserap oleh enamel pada cairan jaringan. Lalu setelah gigi

erupsi maka enamel akan menyerap flour dari jaringan sekitarnya seperti contoh

pada enamel yang karies tapi lebih porus karena larutnya substansi interprimta

sehingga flour akan lebih mudah diserap.

Perlekatan fluor dalam enamel harus diikat dalam bentuk flourapatit.

Ketika kadar flour rendah maka flour akan berikatan dengan hidroksiapatit dengan

menggatikan ion hidroksil sehingga menjadi flourapatit. Flourapatit akan lebih

resisten terhadap karies.

Ca10(PO4)6(OH)2 + 2F- Ca10(PO4)6F2 +2OH-

(Flourapatit)

Dari larutan yang mengandung konsentrasi fluor yang lebih tinggi, akan di

serap F yang lebih banyak pula. Tetapi tidak seluruhnya dari fluor ini dibentuk

menjadi fluorapatit. Sebagian ion fluor akan diserap ke dalam permukaan kristal

tapi sisanya akan bergabung dengan ion kalsium dari kisi-kisi untuk membentuk

9

kalsium fluoride (CaF2), membebaskan ion fosfat, dan sebagian menguraikan kisi-

kisi dengan proses sebagai berikut :

Ca10(PO4)6(OH)2 + 20 F- 10 CAF2 + 6 PO4 + 20 H-

Fluor juga dapat menimbulkan efek antibakteri dan antienzim. Pada

aplikasi topikal dengan konsentrasi lebih dari 1% Fluor, dapat mengakibatkan

efek toksik pada S. Mutans. Tapi hanya bersifat sementara. Selain itu, fluor pada

konsentrasi rendah dapat menghambat enzim yang terlibat dalam pembentukan

asam sehingga menghambat pula penurunan enzim.

Tubuh memiliki mekanisme yang mengatur kadar fluoride yang

dikonsumsi oleh seseorang agar tidak berlebihan dan menimbulkan efek samping

seperti fluorideosis. Mekanisme fisiologis ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Absorpsi

Fluoride yang berasal dari air minum, sayuran, buah, ikan dan sumber lain

akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan diabsorpsi di intestinal. Fluoride

yang bersifat larut seperti fluoride dalam air hampir 100% diabsorpsi dan

fluoride yang bukan berasal dari air akan diabsorpsi hanya sekitar 50-80%.

Setelah diabsorpsi, fluoride akan didistribusikan ke jaringan tubuh.

2. Distribusi

Distribusi fluoride tertinggi terdapat pada tulang dan gigi. Ini disebabkan

karena fluoride memiliki daya afinitas yang tinggi terhadap kalsium, yang

berarti fluoride memiliki daya tarik-menarik yang tinggi terhadap kalsium .

Salah satu unsur utama penyusun tulang dan gigi adalah kalsium, sehingga

konsentrasi fluoride yang didistribusikan ke sana melebihi struktur jaringan

lain. Ketika di awal proses mineralisasi, distribusi fluoride ke gigi dan tulang

meningkat secara cepat dibandingkan ketika proses mineralisasi berakhir.

Selain itu, ketika seseorang baru saja mengkonsumsi fluoride yang berasal

dari air minum, kadar fluoride di dalam saliva akan meningkat setelah 5-15

menit dan akan berada dalam kadar maksimum setelah 30 menit. Hal ini akan

mempertahankan konsentrasi fluoride pada lapisan luar enamel dan

meningkatkan resistensi enamel terhadap demineralisasi serta membantu

proses remineralisasi oleh saliva.

10

3. Eksresi dan Storage

Salah satu tahap penting yang menjaga agar kadar fluoride tetap stabil di

dalam tubuh adalah eksresi. Eksresi fluoride terbesar dihasilkan oleh ginjal

dalam bentuk urine (90-95%) sedangkan dalam feses (5-10%). Ketika tahap

mineralisasi sedang dalam kondisi sangat aktif (pada masa pertumbuhan

tulang dan gigi), maka fluoride yang dieksresikan lebih sedikit karena lebih

banyak yang didistribusikan dan dideposisikan pada gigi dan tulang. Adanya

distribusi dan deposisi yang tinggi ini meningkatkan resiko terjadinya

fluorosis pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan karena terlalu

banyak mengkonsumsi fluoride. Pada orang yang tahap pertumbuhannya

sudah ada dalam fase pasif, fluoride yang dieksresikan akan lebih tinggi

kadarnya.

Selain dieksresikan, fluoride juga dapat disimpan sebagai cadangan pada

tulang maupun gigi. Pada tahap mineralisasi, fluoride akan terdeposit

langsung di tubuh kristal penyusun enamel. Ketika gigi telah memasuki tahap

maturasi, fluoride hanya akan tersimpan di lapisan luar enamel dan

memperkuat enamel dari proses demineralisasi yang diinduksi oleh

mikroorganisme kariogenik.

LO 3

Aplikasi Fluor secara Lokal dan Sistemik

Aplikasi lokal :

Spot Aplication / Aplikasi Topikal

Bahan yang digunakan :

Natrium fluoride (NaF)

Digunakan dalam bentuk larutan yang dicampur dengan air (2 mg NaF

dalam 100 mg larutan).

Keuntungan :

o Tidak pahit

o Tidak menimbulkan pewarnaan ekstrinsik

11

o Mendidik penderita untuk disiplin kunjungan

Kerugian : harus disimpan dalam botol polietilen yang tidak tembus

cahaya.

Acidulated phosphat (APF)

50 % F dalam APF adalah HF yang tidak dapat terurai dan cepat

berdifusi ke email. Lebih banyak diberikan pada penderita karies rampan .

Larutan stabil jika disimpan dalam botol polietilen. Menimbulkan warna

ekstrinsik pada gigi.

Stannous fluoride (SF2)

Konsentrasi yang dipakai 8-10 % diberikan sekali dalam 4-6 bulan.

Larutan ini sangat aktif sehingga cepat kehilangan kekuatan dan harus

diganti setiap pemakaian. Bau dan rasa tidak enak, dapat menimbulkan

pigmentasi gigi, mengiritasi gingival, dan mudah teroksidasi.

Cara Penggunaan :

Pengaplikasian dengan menggunakan larutan SnF2 20%. Cotton pallet

dicelupkan pada larutan SnF2 20% dan kemudian diletakkan pada daerah/spot

yang mengalami karies dan ditahan 2-3 menit. Pengaplikasian ini harus juga

memperhatikan usia dan resiko karies pasien.

Penggunaan larutan atau gel dapat diaplikasikan secara langsung dan tidak

langsung pada gigi. Untuk teknik langsung dapat diberikan dengan aplikasi kapas.

Sedangkan teknik tidak langsung diberikan dalam sebuah sendok cetak. Sendok

cetak tersedia berbagai jenis diantaranya adalah sendok dilengkapi dengan kertas

dan terdapat bantalan udara agar tekanan menyesuaikan dengan gigi-gigi serta

memampatkan larutan atau gel di dalam sendok cetak. Penggunaan larutan atau

gel hanya berkisar 2 – 3 ml dan tidak boleh terlalu banyak.

Sediaan berkadar Fluor Tinggi NaF, APF, SnF

Sebelum dilakukan pengaplikasian fluor, pasien sebaiknya

menghilangkan plak dengan menyikat giginya terlebih dahulu. Cara ini

merupakan gabungan antara pelaksanaan hygiene oral dengan terapi fluor. Setelah

pembersihan gigi, larutan NaF, APF atau SnF diaplikasikan langsung pada gigi

kuadran demi kuadran. Gigi diisolasikan dengan gulungan kapas dan saliva

12

dikendalikan dengan penyedot saliva (saliva ejector). Setelah pengeringan gigi,

larutan diapliaksikan memakai cotton pellet demikian rupa sehingga gigi terbasahi

terus menerus selama empat menit. Namun, untuk SnF cukup 2 menit saja.

Larutan yang kelebihan harus disedot agar tidak tertelan dan berkumur harus

dihindari.

Sediaan Berkadar Rendah untuk Pemakaian Berulang

1. Pasta Gigi

Kebanyakan pasta gigi mengandung fluor dalam bentuk natrium

monoflorofosfat (NaMFP) karena kompatibel dengan kebanyakan zat abrasive

yang digunakan. Penggunaan fluor dalam pasta gigi ini efektif menurunkan

insidensi karies bervariasi antara 17 persen pada penduduk di daerah yang

mengandung kadar fluor optimum, sampai 34 persen pada penduduk di daerah

yang kadar fluor nya nol. Kebanyakan pasta gigi mengandung kira-kira 1 mg

F/g. penggunaan pasta gigi pada anak – anak sebaiknya di batasi sebanyak 0,3

gram / sebesar kacang polong kecil.

2. Obat kumur

Seseorang diwajibkan berkumur dengan larutan natrium fluoride yang

mengandung 0.05 % NaF jika dilakukan sekali sehari, tetapi bila obat kumur

digunakan setiap seminggu sekali / 2 minggu sekali, maka penggunaannya

adalah sebanyak 0,2 %. hasil percobaan membuktikan terdapat manfaat

karistatika obat kumur fluor antara 16-50 %.

Aplikasi Sistemik

a. Fluoridasi garam

Garam fluor telah diberikan di negara-negara seperti Hongaria dan Swiss,

hal ini biasanya juga diberikan di wilayah yang tidak mempunyai saluran pipa

air minum. Fluoridasi dilakukan dengan cara memberikan 200-300 mg fluor

pada 1 kg garam dapur. Namun, cara ini masih mendapatkan kendala yaitu

belum ditemukan secara pasti berapa jumlah konsumsi garam dapur yang telah

difluoridasi setiap harinya untuk mengurangi karies dan perbedaan konsumsi

garam setiap individu.

13

b. Susu Fluor

Susu fluor merupakan alternatif lain dari pemberian fluor. Pada penelitian

di Gosglow menunjukkan adanya penurunan karies sebanyak 35% pada molar

permanen murid sekolah dasar dan sebagai hasil dari peminuman susu 200 ml

yang mengandung 7 bagian x 106F tiap hari selama 4 tahun. Namun seperti

pemberian garam dapur pemberian susu fluor juga sangat tergantung dari

konsumsi setiap orang.

c. Suplemen diet fluoride

Suplemen diet fluoride (tablet, lozenge,obat tetes) hanya bisa diperoleh

dengan resep dokter dan digunakan untuk anak-anak usia 6 bulan sampai

dengan 6 tahun yang tinggal di daerah yang tidak mendapat fluoridasi air

minum. Pemberiannya didasarkan atas konsentrasi fluoride alami air minum

anak dan usia anak. Untuk manfaat optimal, penggunaan suplemen ini dimulai

sejak anak berusia 6 bulan dan diteruskan setiap hari sampai anak berusia 16

tahun.

Penggunaan lozenge lebih disarankan karena lozenge hancur perlahan-

lahan di dalam mulut sehingga dengan penggunaan lozenge akan didapatkan

efek topikal dan sistemik sekaligus dari fluoride.

LO 4

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor

Indikasi :

1. Pada anak-anak dibawah 5 tahun yang mempunyai resiko karies sedang

sampai tinggi. Pemberian fluor dapat menjadikan lapisan enamel lebih kuat,

sehingga karies tidak semakin parah.

2. Anak yang mempunyai kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan

daerah gigi dan mulut. Contoh pada anak penderita syndrom down.

3. Gigi sensitif.

14

4. Pasien anak yang mudah terserang karies yang berusia di atas 6 tahun, pasien

dewasa yang mudah terserang karies yang tidak dapat berkumur dengan fluor

atau pasien dengan penggunaan alat orto lepasan.

5. Pasien anak yang berumur lebih dari 6 tahun dan pasien dewasa yang berada

pada lingkungan yang sangat kariogenik.

6. Lesi awal karies yang diharapkan dapat berhenti.

7. Pasien dengan gangguan sekresi air liur yang disebabkan oleh penyakit, terapi

radiasi dan lain-lain sehingga salivanya berkurang.

8. Sebelum pemberian aplikasi flour, harus ditentukan dulu riwayat diet pasien

dan kemudian diberi nasihat mengenai diet dan petunjuk pelaksanaan higiene

oral.

9. Dilihat dari lingkungan tempat tinggal yang tidak melakukan fluoridasi. Bisa

diberikan tablet fluoride.

Kontraindikasi :

1. Pada anak dengan resiko karies rendah.

2. Obat kumur tidak boleh diberikan pada pasien yang usianya di bawah 6 tahun

karena biasanya usia-usia ini belum bisa untuk berkumur dan memuntahkan

dan dikhawatirkan malah ditelan.

3. Gel APF tidak boleh diberikan pada anak dengan usia di bawah 16 tahun.

4. Pada Negara yang beriklim panas, ada kecenderungan untuk mengkonsumsi

air lebih banyak. Padahal fluor sendiri kemungkinan besar terdapat pada air

yang diminum.

5. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor

6. Ada kavitas besar yang terbuka

7. Orang-orang yang melakukan diet, misalnya makan besar hanya satu kali

dalam sehari. Ada kemungkinan dalam keadaan perut kosong, fluoride akan

terabsorbsi semua.

8. Ketinggian tempat tinggal

Akhir-akhir ini, telah ditunjukkan factor yang baru dihubungkan dengan

tingginya prevalensi dan keparahan dental fluorosis pada daerah yang

15

fluoridenya rendah. Studi di Afrika Timur telah menujukkan bahwa populasi

yang hidup di tempat yang relative tinggi lebih rentan terhadap pengaruh

toksis fluoride. Demikian juga terjadi peningkatan yang nyata pada prevalensi

dan keparahan dental fluorosis pada tipe gigi yang berbeda. Alasan yang pasti

dari fenomena tersebut masih belum diketahui secara pasti, dan dari penemuan

ini perlu dilakukan studi lebih lanjut di negara lain. Ada kemungkina terjadi

perubahan metabolic tertentu searah dengan perubahan ketinggian yang

menyebabkan perubahan kerentanan seseorang terhadap fluoride.

LO 5

Efek yang Ditimbulkan Fluor ( kekurangan + kelebihan ) dan Penanganannya

Kekurangan Fluor :

a) Menimbulkan kerusakan gigi berlebih

b) Penipisan tulang

c) Gigi lebih rapuh

d) Perubahan warna gigi jadi kekuningan

Kelebihan Fluor :

a. Meningkatkan kepadatan gigi sehingga dapat mengganggu impuls saraf.

b. Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan pada

gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan

menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini kelebihan

dosis fluor yang dapat menyebabkan kelainan :

2 ppm : Mottled enamel

5 ppm : Osteosklerosis

50 ppm : Kelainan kelenjar thyroid

120 ppm : Retardasi pertumbuhan

125 ppm : Ginjal

2,5 gram – 5 gram : Dosis akut dan kematian

c. Terjadi penulangan yang luar biasa yang dapat menyebabkan gangguan

gerakan yang parah.16

d. Struktur tulang menjadi lebih padat sampai bentuk ringan osteosklerosis.

e. Fluorosis

Mekanisme fluorosis belum diketahui secara pasti, namun beberapa

penelitian mengatakan bahwa pemberian fluor dengan dosis tinggi akan

mengakibatkan vakuolisasi di dalam ameloblas. Mungkin juga karena

banyaknya kadar fluorida dapat terjadi kista antara lapisan ameloblas dan

email yang telah terbentuk dan terutama pada tempat dimana ameloblas-

ameloblas bersekresi secara aktif. Dengan demikian, maka enamel tidak dapat

terbentuk secara sempurna dan menunjukkan gambaran klinis yaitu mottled

pada gigi. Gigi menjadi lebih rentan terhadap karies.

f. Toksisitas Fluor

Pemberian Fluor yang berlebih akan menimbulkan gejala keracunan

hingga mengakibatkan lethal akut. Dosis lethal akut menurut Hodge, dkk

tahun 1965 adlah sebesar 50mg F/kg bb. Akan tetapi, National Poison

Informations Service di Inggris menetapkan dosis lethal fluor adalah sebesar

14,28 mg F/kg bb. Berikut tabel yang hubungan dosis dengan toksisitas

sediaan fluor (untuk anak umur 5 tahun dan berat badan 20kg).

Sediaan Keracunan akut Lethal

Larutan atau gel APF

(1-23%F)1,7ml 24ml

Larutan SnF (8%

S2F2)1ml 14ml

Varnish NaF (2,26% F) 0,9ml 13ml

Obat kumur (0,2%

NaF)22ml 317ml

Obat kumur (0,05%

NaF)88ml 1268ml

Obat kumur konsentrat

(2% NaF)2,2ml 32ml

Tablet 20 tablet 286ml

17

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika.

Destri A, Magdarina; Sintawati; Tjahja, Indirawati. 2005. Fluor dan Kesehatan

Gigi. Media Litbang Kesehatan Volume XV Nomor 2 Tahun 2005.

Fejerskov, Ole. 1991. Dental Fluorosis. Jakarta: Hipokrates.

Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung:

FKG UNPAD.

Houwink, B,dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Kidd, Edwina A. M. 1991. Dasar – Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangan.

Jakarta : EGC.

Nizal, Abraham E. 1989. Nutrition in Clinical Dentistry 3rd Edition. Canada: W.B

Saunders.

Putri, Megananda Hiranya, dkk. 2010. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras

dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC.

Schuurs, A.H.B,. 1998 Patologi gigi geligi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

WHO. Fluoride & oral healt. WHO Technical Report Series 846. Geneva : 1994.

P.1-35.

18