SKENARIO 3

24
SKENARIO 3 KOMA Pak Kemal, yang dulunya berprofesi sebagai tukang ojek sedang menjalani fisioterapi di RSAM. Setahun yang lalu, ia mengalami kecelakaan, kepalanya terbentur dan jatuh terduduk dan tidak sadarkan diri selama 3 minggu dan dirawat di ICU. Di RS ia menjalani berbagai pemeriksaan salah satunya CT- SCAN kepala. Keluarganya sempat berfikir bahwa Pak Kemal mengalami koma dan tidak akan sadar kembali. Namun akhirnya Pak Kemal sadar dan ia pun dirawat di Bangsal Syaraf selama 4 bulan. Tetapi ia masih tidak bisa berjalan, makan minum pun dibantu bahkan ia tidak dapat menahan untuk BAK sehingga sering mengompol. Enam bulan terakhir ia dirawat dirumah dan fisioterapi secara rutin.

Transcript of SKENARIO 3

Page 1: SKENARIO 3

SKENARIO 3

KOMA

Pak Kemal, yang dulunya berprofesi sebagai tukang ojek sedang menjalani fisioterapi di RSAM. Setahun yang lalu, ia mengalami kecelakaan, kepalanya terbentur dan jatuh terduduk dan tidak sadarkan diri selama 3 minggu dan dirawat di ICU. Di RS ia menjalani berbagai pemeriksaan salah satunya CT- SCAN kepala. Keluarganya sempat berfikir bahwa Pak Kemal mengalami koma dan tidak akan sadar kembali. Namun akhirnya Pak Kemal sadar dan ia pun dirawat di Bangsal Syaraf selama 4 bulan. Tetapi ia masih tidak bisa berjalan, makan minum pun dibantu bahkan ia tidak dapat menahan untuk BAK sehingga sering mengompol. Enam bulan terakhir ia dirawat dirumah dan fisioterapi secara rutin.

Page 2: SKENARIO 3

STEP 1

CT-SCAN : Salah satu dari pemeriksaan penunjang, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan di dalam cranium.

FISIOTERAPI : - Pemulihan dengan memberikan pelatihan kekuatan otot.

- Pemulihan pada penderita lumpuh yaitu kekuatan ototnya sehingga dapat berfungsi normal.

KOMA : - Keadaan diri tidak sadar total, walaupun telah dstimulasi dengan kuat.

- Keadaan tidak sadarkan diri sehingga tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan , respon nyeri negative, reflek – reflek negative, dan fungsi mata terganggu atau negative.

- Penurunan derajat kesaran terendah, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam tubuhnya.

- Tidak merespon rangsang motoric dan verbal.

Page 3: SKENARIO 3

STEP 2

1. Apa hubungan jatuh terduduk dengan tidak bisa berjalan dan tidak dapat menahan BAK?2. Mengapa Pak Kemal dapat mengalami koma?3. Apa yang terjadi terhadap Pak Kemal setelah kepalanya terbentur ( Apakah cedera

kepala itu)?4. TRAUMA CAPITIS ( Etiologi, klasifikasi, patofisiologi, factor resiko, dan

penatalaksanaan).5. Bentuk fisioterapi untuk Pak Kemal.6. Apakah CT-SCAN itu?

STEP 3

Page 4: SKENARIO 3

1. Pak Kemal mengalami cedera pada medulla spinalis sehingga mengalami gangguan BAK (Buang Air Kecil) dan defekasi.Terjadi kompresi pada saraf yang mengakibatkan pemutusan sinyal dan sehingga otot detrusor BAK (Buang Air Kecil) tidak bekerja dengan baik.

2. Benturan Hemoragia di otak terdesaknya bagian otak meningkatnya tekanan intracranial denyut nadi menurun penurunan kesadaran KOMA

3. Cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala yang menyebabkan gangguan neurologis, yaitu berupa gangguan kognitif, gangguan fisik, dan gangguan psicososial yang bersifat temporer ataupun permanen.

4. Klasifikasi Trauma Capitis: Gejala patologi : a. Comosia cerebri

b. Contosia cerebri c. Laserasio cerebri

Letak lesi : a. Diffuse b. Kerusakan vaskuler otak c. Kerusakan lesi vocal.

Berdasarkan GCS : a. Cedera Kepala Ringan, dengan nilai GCS 13-15 b. Cedera Kepala Sedang, dengan nilai GCS 9-12 c. Cedera Kepala Berat, dengan nilai GCS 3-8

Penatalaksanaan : Membebaskan jalan nafas Memeriksa pernapasan Memeriksa sirkulasi darah Memberi obat

5.

STEP 4

Page 5: SKENARIO 3

1. Pak Kemal mengalami cedera pada medulla spinalis sehingga mengalami gangguan BAK (Buang Air Kecil) dan defekasi.Terjadi kompresi pada saraf yang mengakibatkan pemutusan sinyal dan sehingga otot detrusor BAK (Buang Air Kecil) tidak bekerja dengan baik.

Patofisiologi sehingga Pak Kemal mengalami gangguan miksi : Trauma Medula Spinalis perdarahan merembes ke bagian-bagian spinal menghambat saraf terjadi lesi ataupun edema

Hal ini dapat terjadi apabila cedera medulla spinalis terjadi pada Sakral 1 sampai Sakral 5.

Adapun klasifikasi dari Cedera Medula Spinalis menurut American Spinal Injury Association:

Grade A : Hilangnya seluruh fungsi motoric dan sensorik di bawah tingkat lesi. Grade B : Hilangnya seluruh fungsi motoric dan sebagian fungsi sensorik di

bawah tingkat lesi. Grade C : Fungsi motoric intak tetapi dengan kekuatan di bawah 3 (Pemeriksaan

Tingkat Kesadaran , bagian Respon Motorik) Grade D : Fungsi motoric intak dengan kekuatan motoric di atas atau sama

dengan 3 (Pemeriksaan Tingkat Kesadaran , bagian Respon Motorik). Grade E : Fungsi motoric dan sensorik normal.

Adpun klasifikasi lain dari Cedera Medula Spinalis :

Complete, yaitu cedera yang mengakibatkan penderita kehilangan seluruh fungsi motoric dan sensoriknya.

Non-complete, yaitu cedera yang dimana penderita mengalami gangguan motoric ataupun sensorik tetapi tidak benar-benar hilang.

Patofisiolagi :

Pusat miksi diatur oleh batang otak, yaitu bagian Pons dan Lobus Frontalis pada Serebrum. Apabila terjadi lesi terjadi di daerah tersebut, lesi ini berupa LMN (Lower Motor Neuron) maka akan mengakibatkan terjadinya trauma pada area keluarnya saraf LMN sehingga terjadi gangguan panghantaran impuls ke daerah organ miksi.

Page 6: SKENARIO 3

2. Koma adalah suatu keadaan tidak sada total terhadap diri sendiri dan lingkungan meskipun telah distimulasi dengan kuat.

Namun, koma bukanlah suatu penyakit. Karena merupakan gejala atau respons dari suatu penyakit seperti cedera kepala berat atau adanya serangan masalah metabolisme.

Klasifikasi Koma :a. Koma Supratentorial Diansefalitik, terjadi karena terjadi destruksi dan desak jantungb. Koma Intratentorial Diensefalitik, terjadi karena terdapat perdarahan dan adanya

desak jantung.c. Koma Dihemiksferus Difus, terjadi karena adanya gangguan metabolic otak.

Koma dihemiksferus difus terbagi manjadi: - Diensifelofatik primer: gangguan pada metabolic substansia grisea dan alba

pada otak.- Diensifelofatik sekunder : gangguan keseimbangan air dan mineral, gangguan

keseimbangan asam, adanya penyakit, dan trauma kepala. Dua macam proses terjadinya koma intaratentorial diensefalitik :

- Proses patologi di dalam batang otak merusak substansia retikularis.

- Proses patologi di luar batang otak

Benturan Hemoragia di otak terdesaknya bagian otak meningkatnya tekanan intracranial denyut nadi menurun penurunan kesadaran KOMA

3. Cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala yang menyebabkan gangguan neurologis, yaitu berupa gangguan kognitif, gangguan fisik, dan gangguan psicososial yang bersifat temporer ataupun permanen.

4. Jenis Trauma Kepala :

1. Robekan kulit kepala.Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi.

Page 7: SKENARIO 3

2. Fraktur tulang tengkorak.  

Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak :   a.Garis patahan atau tekanan.   b.Sederhana, remuk atau compound.   c.Terbuka atau tertutup.

Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau  sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak.Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan  CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata).Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu  cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital  dimana cairan CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.

Commotio serebral :Concussion/commotio serebral  adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya  tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi secara nyata  tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan  kesadaran sebagai akibat  saat adanya stres/tekanan/rangsang pada  reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi  hanya beberapa detik atau beberapa jam.Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.

Contusio serebralContusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena,

Page 8: SKENARIO 3

kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya  asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.

Diffuse axonal injury.Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan keadaan persistent vegetative.

Injury Batang OtakWalaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas.

Komplikasi :

Epidural hematoma.Sebagai akibat  perdarahan pada lapisan  otak yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam  ruang epidural. Bila terjadi perdarahan arteri maka  hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih mudah.

Subdural Hematoma.Terjadi  perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada permukaan otak  masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma

Page 9: SKENARIO 3

terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu  bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala.  Pupil dilatasi. Subakut  biasanya terjadi  dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury.Kronik subdural hematoma terjadi  beberapa minggu atau bulan setelah  injury.  Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.

Intracerebral Hematoma.Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury. Biasanya terjadi pada  lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi  subarachnoid hemorrhage.

Collaborative Care.Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.Okdigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 – 2 jam di bagian emergensi. Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi.Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak.Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral.Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk mensegah konraktur dan mempertahankan mobilitas

KlasifikasiTrauma kapitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi yang terkena trauma:a. Cedera kulit kepala

Page 10: SKENARIO 3

Kulit kepala berdarah bila ada cedera dalam kerena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, luka kulit kepala merupakan tempat masuknya infeksi intracranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi atau avulse (Smeltzer, 2001).b. Fraktur tengkorakFraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma yang terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur diklasifikasikan terbuka dan tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup keadaan dura tidak rusak (smeltzer, 2001).c. Cedera otak1) Komosio serebralKeadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak dengan atau tanpa kehilangan kesadaran sehubungan dengan aliran darah ke otak. Kondisi biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan (Latief, Bahtiar, 2001).2) Kontusio serebralKontusio serebral merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah yang mengalami hemoragi (Smeltzer, 2001).3) Hemoragi intracranialHematoma yang terjadi di dalam kubah cranial, adalah akibat serius dari cedera kepala. Hematoma disebut sebagai epidural, subdural, intraserebral dan subarachnoid bergantung pada lokasinya.a) Hematoma epiduralSetelah cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural diantara tengkorak dan dura. Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal media putus atau rusak, di mana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak daerah inferior temporal, hemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan batang otak (Smeltzer, 2001).b) Hematoma subduralHematoma subdural adalah pengumpulan darah di antara dura dan dasar otak paling sering diakibatkan oleh trauma, hemoragi subdural. Lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural (Smeltzer, 2001).c) Hemoragi intraserebral dan hematomaHemoragi intraserebral adalah pendarahan ke dalam substansi otak. Hemoragi ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai area kecil (Smeltzer, 2001).d) Perdarahan subarachnoidPerdarahan subarachnoid adalah akumulasi darah di bawah membran arakhnoid, tetapi di atas piameter. Ruang ini dalam keadaan normal hanya mengandung cairan serebrospinalis. Perdarahan subarachnoid terjadi akibat pecahnya aneurisma intrakranium atau cedera kepala. Penimbunan darah di atas atau di bawah meningen menyebabkan peningkatan tekanan di jaringan otak (Corwin, 2001).Trauma kepala dapat pula menyebabkan terjadinya perdarahan subarachnoid karena robeknya pembuluh-pembuluh darah di dalamnya bila perdarahan agak besar dan terjadi lebih dekat ke basis serebri dapat timbul kaku kuduk (Markam Soemarmo, 2007).

Page 11: SKENARIO 3

EtiologiPenyebab utama trauma kapitis adalah benturan di kepala, jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, maka akan menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.Adapun faktor presipitasi trauma kapitis yaitu:a. Kecelakaan lalu lintas (kecelakaan bermotor). b. Terjatuh dari ketinggian, benturan dan pukulan.c. Tumpukan benda tajam.d. Kecelakaan kerja industri.e. Kecelakaan saat olah raga, misalnya tinju.f. Benturan dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan (cedera akselarasi) serta dapat terjadi bila kepala membentur bahan padat yang tidak bergerak dengan deselerasi cepat dari tulang tengkorak (cedera deselerasi).5. PatofisiologiPada saat terjadinya cedera kepala maka akan mengakibatkan terjadinya comotio cerebri dimana hilangnya fungsi neurologik sementara tanpa kerusakan struktur. Getaran otak hanya sedikit saja yang dapat menimbulkan amnesia retrograde yang akan disertai dengan disfungsi kognitif, pusing, sakit kepala, disorientasi, gangguan tidur (Smeltzer, 2001).Kontusio serebri merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi ataupun tidak sadarkan diri sehingga menimbulkan kehilangan gerakan, nadi lemah, pernapasan dangkal, kulit dingin dan pucat, defekasi dan berkemih tanpa disadari. Umumnya individu yang mengalami cedera luas mengalami fungsi motorik abnormal, dan peningkatan TIK mempunyai prognosis buruk (Smeltzer,2001).Setelah cedera kepala maka akan menimbulkan hematoma (pengumpulan darah). Yang mana akan berkumpul dalam ruang epidural di antara tongkorak dan dura. Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal media putus atau rusak termasuk karena fraktur temporoparietal sehingga mengakibatkan lobus temporal tertekan (Smeltzer,2001).Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah tepi tentorium. Tekanan herniasi pada sirkulasi arteria ke formatio retikulasi medula oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini juga terdapat saraf oculomotorius yang tertekan sehingga menyebabkan dilatasi pupil, prosis kelopak mata. Pada saat terjadi ruptur arteri maka mikroorganisme dapat masuk ke meningen dan akan menyebrang bloodbrain barrier sehingga menyebabkan ruang meningen menyempit dan terjadi penurunan perfusi serebral dan mengakibatkan iskemia sehingga aktifitas elektrik terganggu dimana pompa Na dan K gagal sehingga terjadi penumpukan/ edema serebral dan menimbulkan TIK meningkat, terjadi herniasi batang otak yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran. Dapat pula berakibat penekanan pons dan medula sehingga terjadi henti nafas dan jantung serta dapat mengakibatkan kematian (Aji, Danu, Rivan, 2001).Dapat terjadi pengumpulan darah dalam ruang subdural yang mengakibatkan ruptur vena dimana akumulasi darah dalam ruang subdural dikelilingi oleh membran fibrosa dan terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematon sehingga terjadi peredaran tekanan osmotik yang

Page 12: SKENARIO 3

menyebabkan tertariknya cairan ke dalam hematom. Bekuan darah membesar dan tekanan hematom meningkat yang dapat menimbulkan tanda-tanda seperti sakit kapala, latergi, gangguan kognitif, hemiparesis.Pengumpulan darah juga dapat terjadi dalam ruang intraserebal yang dapat mengakibatkan penekanan/ pergeseran/ pemisahan jaringan otak yang berdekatan yang dapat mengakibatkan iskemia jaringan otak yang selanjutnya terjadi nekrosis jaringan otak sehingga mengakibatkan gangguan fungsi serebal yang mempengaruhi lobus frontal (gangguan mental, gangguan prosis pikir, emosi labil, gangguan motorik), lobus parietal (afasia, gangguan bicara, disorientasi, penurunan kesadaran, apatis, koma), lobus oksipital pandangan kabur, diplopia, pupil Anisokor (Syamsuhidayat, 2004).Trauma capitis dapat menyebabkan terjadinya pendarahan subarachnoid karena robeknya pembuluh-pembuluh darah di dalam subarachnoid sehingga terjadi akumulasi darah di bawah membran arachnoid di atas piameter menyebabkan penimbunan darah di atas/ di bawah meningen sehingga terjadi peningkatan tekanan di jaringan otak menimbulkan tanda seperti penigkatan TIK, nyeri kapala, pusing, pupil anisokor, kaku kuduk, penurunan kesadaran, hemiparese (Markam, Soemarmo, 2007).Dapat pula terjadi fraktur basis Cranii pada fossa anterior sehingga menyebabkan Rhinorea, fossa media karena robekan durameter dapat menimbulkan otorea, fossa posterior dapat terjadi hematom sehingga terjadi herniasi batang otak dan mengakibatkan kematian (Syamsuhidayat, 2004).

Adapun manifestasi klinik trauma kepala yaitu:

a. Mual dan muntahDengan peningkatan TIK merangsang kelenjar pituitari dan steroid sehingga sekresi asam lambung meningkat (Latief, Bahtiar,2008).

b. Sakit kepalaVasakontriksi arteri pada kulit kepala dan pembuluh-pembuluh darah serebri sedangkan pembuluh-pembuluh darah ekstrakranium dan intrakranium mengalami dilatasi (Smeltzer, 2001).

c. DisorientasiAdanya kerusakan pada lobus temporalis sebelah kanan disebabkan oleh benturan yang mengenai jaringan otak.

d. Kelemahan pada salah satu sisi tubuhAdanya kerusakan pada lobus parietalis bagian anterior.

Page 13: SKENARIO 3

e. KejangTerjadinya kerusakan pada lobus frontalis.

f. Defekasi dan berkemih tanpa disadariTerjadinya kerusakan pada serebrum (Smeltzer, 2001).

g. Penurunan kesadaranPenekanan dan pengembangan gaya kompresi yang destruktif sehingga otak akan membentang batang otak dengan sangat kuat dan terjadi blokade reversible terhadap lintasan asendens retikular difus yang berakibatkan otak tidak mendapatkan input afferent.

h. Denyut nadi lambatAdanya tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung (Cache, 2009).

i. Tekanan darah meningkatAkibat adanya pendarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler dimana penurunan tekanan vaskuler pembuluh darah arterial berkontraksi. Aktivitas myokard berubah termasuk peningkatan frekuensi jantung. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktivitas ventrikel. Hal ini bisa meningkatkan atrium kiri sehingga tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan darah (Cache, 2009).

j. Suhu subnormalTerjadi karena adanya rangsangan di hypothalamus sebagai pengatur suhu tubuh (Yudy, 2008).

k. Paralisis ekstermitasTerjadi akibat kerusakan yang luas pada lobus parietalis.

l. Gerakan mata dan motorik abnormalTerjadi akibat kerusakan pada jaringan otak sehingga mengakibatkan fungsi pusat-pusat otak tepatnya di korteks serebri pada lobus oksipital (Corwin, 2001).

Page 14: SKENARIO 3

m. Dilatasi pupilTerjadi akibat peningkatan tekanan atau menyebarnya bekuan darah pada otak sehingga mendesak otak pada saraf okulomotorius dan opitikal (Smeltzer, 2001).

n. Peningkatan TIKTekanan darah intrakranium dapat mengakibatkan apabila terjadi peningkatan tekanan pada jaringan, cairan serebrospinalis, atau darah di kranium (Corwin, 2001).

o. Pernapasan cepatKerusakan serebrum, pusat otak yang mengontrol, mempertahankan irama pola nafas yang teratur, pusat kontrol menghilang apabila serebrum menghilang apabila serebrum mengalami kerusakan. Orang mulai bernafas dalam pola yang bergantung pada karbondioksida dan ion hidrogen yang dihasilkan oleh batang otak. Pada pola ini, pernapasan apnu sampai penimbunan karbondioksida mencapai ambang tertentu, penimbunan ini menyebabkan hipervetilasi (Corwin, 2001).

p. Sukar bicaraAdanya gangguan pada serebrum yaitu broca dan wernicke, di mana fungsi broca mengendalikan bicara dan wernicke bertanggung jawab untuk menerima dan mengartikan bahasa.

q. Kelemahan sistem saraf cranial (Smeltzer, 2001 dan Syaifuddin, 2006):1) Jika trauma pada lobus frontal: gangguan mental, gangguan proses pikir, emosi labil, dan gamgguan motorik.2) Jika trauma pada lobus parietal: nervus yang terganggu yaitu nervus II – optikus, nervus V – mandibularis, nervus VIII – audiotorius, nervus IX - Glosofaringeus, dan nervus X - vagus.3) Jika trauma pada lobus temporal: nervus yang terganggu yaitu nervus I – olfaktorius, nervus V – troklearis, nervus VII – fasialis, nervus VIII – audiotorius, nervus IX – Glosofaringeus, dan nervus X – vagus.4) Jika trauma pada lobus oksipital: nervus yang terganggu yaitu nervus II – optikus.

Page 15: SKENARIO 3

Test Diagnostik

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi kelainan yang terjadi di otak akibat trauma capitis yaitu:

a. CT ScanMengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, dan pengeseran otak (Doenges, 2000).

b. MRIMenentukan letak dan luasnya cedera (Doenges, 2000).

c. EEGUntuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patalogis.

d. Angiografi cerebralMenunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti pengeseran jaringan otak akibat edema, pendarahan, trauma (Doenges, 2000).

e. Sinar XMendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena pendarahan, edema), adanya fragmen tulang.

f. BAER (Brain Audiotory Evokedrespon)Menentukan fungsi korteks dan batang otak (Doenges, 2000).

g. PET (Positron Emission Tomography)Menunjukkan perubahan aktivitas meteabolisme pada otak.

h. Pungsi lumbal CSSDapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.i. GDA (Gas Darah Arteri)

Mengetahui kondisi oksigen dan CO2. Oksigen yang adekuat sangat diperlukan untuk

Page 16: SKENARIO 3

mempertahankan metabolisme serebral. CO2 sangat berpengaruh untuk vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP (Latief, Bahtiar, 2009).

j. Kimia / elektrolit darahMengetahui ketidakseimbangan elektrolit, Natrium, Kalium. Dimana elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi untuk kondisi yang berhubungan dengan aliran darah serebral dan metabolisme. Natrium merupakan kation yang banyak terdapat dalam cairan ekstraseluler (CES), dimana Natrium bertanggung jawab terhadap konduksi impuls neuromuskuler melalui pompa Natrium. Kalium merupakan elektrolit intraseluler, bila ada kerusakan jaringan/ trauma Kalium keluar dari sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler (Harnawatiaj, 2008).

k. Darah lengkap (Hb dan leukosit)Pada kasus trauma capitis Hb menurun disebabkan karena ketidakmampuan jaringan untuk menghantarkan oksigan ke otak sedangkan leukosit meningkat karena adanya infeksi (Latief, bahtiar 2008).

l. Pemeriksaan toksologiMendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran (Doenges, 2000).

m. Kadar antikonvulsan darahDapat dilakukan unuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang (Doenges, 2000).

Penatalaksanaan medikPenatalaksanaan medik trauma capitis dapat dibagi dua yaitu:a. Penatalaksanaan keperawatan (Hidayat, 2009):1) Observasi tanda-tanda vital 24 jam.2) Pasien diistirahatkan atau tirah baring.3) Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.4) Pemasangan selang nasogastrik bila motolitas lambung menurun.b. Penatalaksanaan pengobatan (Smeltzer, 2001):1) BarbiturateUntuk menurunkan metabolisme otak sehingga menurunkan penggunaan glukosa dan

Page 17: SKENARIO 3

oksigen.Indikasi: TIK > 20 mmHG selama > 30 dan tidak berespon dengan terapi lain.2) Steroid dan osmotik deurisis (mannito)Untuk mengurangi edema.3) AntibiotikUntuk mencegah terjadinya infeksi.4) KlorpromazminUntuk menenangkan pasien tanpa menurunkan kesehatan.5) Terapi antikonvulanDimulai apabila terjadi kejang.6) Pemeliharaan cairan elektrolit dan keseimbangan elektrolit.7) Pembedahan: cranioctamy, crainctomy, crainoplasty.9. KomplikasiAkibat lanjut yang akan terjadi pada pasien dengan trauma capitis yaitu:a. MeningitisTrauma dasar tengkorak yang disertai rinorea dan otorea berupa likuor yang menandai luka durameter, kemudian mengalami kenaikan suhu badan, penurunan kesadaran dan gejala rangsangan selaput otak (Syamsuhidayat, 2004).b. Herniasi batang otakDiakibatkan dari peningkatan tekanan intrakranial yang berlebihan, bila tekanan bertambah di ruang krainal dan penekanan jaringan otak ke arah batang otak. Tingginya tekanan pada batang otak menyebabkan penghentian aliran darah ke otak dan menyebabkan anoksia otak dan tidak dapat pulih dan mati otak (Smeltzer, 2001).c. Edema serebralDisebabkan dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien yang mendapat cedera kepala. Tekanan intrakranial meningkat karena ketidakmampuan tengkorak utuh untuk membesar, meskipun volume oleh pembengkakan otak diakibatkan dari trauma (Smeltzer, 2001).d. Diabetes insipdusDapat disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tingkat hipofisis, mrnyebabkan penghentian sekresi hormon antideuretik (Cache, 2008).e. InfeksiFraktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobek membran (meningen) sehingga kuman dapat masuk (Khyar, Yayan,2008).f. Kebocoran serebrospinalisAkibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous tulang tengkorak (Khyar, Yayan, 2008).g. Kerusakan sarafCedera pada basis tengkorak dapat menyebabkan kerusakan pada nervus fasialis sehingga terjadi paralisis dari otot-otot fasialis atau kerusakan dari saraf untuk pergerakan bola mata yang menyebabkan terjadinya penglihatan ganda (Khyar, Yayan, 2008).

STEP 5

Page 18: SKENARIO 3

1. Trauma Capitis : Etiologi, Klasifikasi, Patofisiologi, penatalaksanaan, dan prognosis.2. Trauma Medula Spinalis : Etiologi, Klasifikasi, Patofisiologi, penatalaksanaan, dan

prognosis.3. Mekanisme penurunan kesadaran, pusat kesadaran, dan tingkat kesadaran.4. Contosia Serebri, terjadi pada kapiler atau arteri?5. Klasifikasi koma!