skenario 2

41
LAPORAN TUTORIAL Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada Rongga Mulut Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Blok Dentomaksilofasial I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Pembimbing : drg. Yuliana M D A, M. Kes Disusun oleh: Kelompok Tutorial VI

description

-

Transcript of skenario 2

Page 1: skenario 2

LAPORAN TUTORIAL

Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada Rongga Mulut

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial

Blok Dentomaksilofasial I

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :

drg. Yuliana M D A, M. Kes

Disusun oleh:

Kelompok Tutorial VI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: skenario 2

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Yuliana M D A, M. Kes

Ketua : Adinda Martina (111610101072)

Scriber Meja : Nurbaetty Rochmah (111610101074)

Scriber Papan : Dewi Martinda Hartono (111610101073)

Anggota :

1. Stefanus Christian (111610101051)

2. Ega Sofiana (111610101053)

3. Mohammad Harish (111610101055)

4. Afif Surya Adena (111610101059)

5. Anugerah Nur Yuhyi (111610101063)

6. Fitria Krisnawati (111610101064)

7. Sitti Nur Qomariah (111610101066)

8. Tiara Fortuna Bela B (111610101067)

9. Khamda Rizki Dhamas (111610101069)

10. Sheila Dian Pradipta (111610101071)

Page 3: skenario 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul ”Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada

Rongga Mulut.” Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada

skenario kedua.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. drg. Yuliana M D A, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial

kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan

yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–perbaikan di

masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita

semua.

Jember, 7 Juni 2012

Tim Penyusun

Page 4: skenario 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi dan rongga mulut dapat menjadi focus infeksi yang kemudian mempengaruhi

kondisi sistemik seseorang. Salah satu factor yang menyababkan hal tersebut adalah

penjalaran atau penyebarannya ke organ lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari

karena seorang dokter gigi diharuskan menatalaksana pasien secara holisitk, dimana

didalamnya termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan

mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi dari suatu

focus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki berbagai macam

organisme yang berkembang .oleh kaena itu kemungkinan rongga mulut menjadi focus

infeksi cukup besar apalagi bila terdapat ketidakseimbangan antara factor host, agen dan

lingkungan.

Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara intraoral

maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan apabila diawali oleh rasa

sakit gigi pada daerah yang mengalami pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi.

Infeksi merupakan masuk dan berkembangnya mikoorganisme di dalam tubuh yang

menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh, terjadi di suatu tempat (lokalisasi)

dan menyebabkan penyakit sistemik.Etiologi yang mungkin terjadi karena infeksi virus,

jamur dan bakteri.Virus, jamur dan bakteri tersebut dapat menyababkan berbagai macam

penyakit yang dapat mempengaruhi jaringan lunak rongga mlut. Apabila perkembangbiakkan

telah terjadi dan tidak dilakukan perawatan maka pada jaringan akan mengalami berbagai

macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan dapat brakibat fatal seperti

tumor.

Page 5: skenario 2

1.2 Skenario

Mikroorganisme baik bakteri, jamur maupun virus dapat menyebabkan infeksi di rongga

mulut.Beberapa manifestasi lesi di rongga mulut dari infeksi mikroorganisme dapat

bervariasi sperti ulser, vesikel, plak, pseudomembran, eritematosa dan lain-lain.Untuk

mengetahui penyebab infeksi diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium. Beberapa

infeksi mikroorganisme di rongga mulut merupakan infeksi sekunder dan infeksi primernya

berasal dari organ lain, yang sering terjadi berasal dari genital dan paru.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut?

2. Bagaimana etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang laboratorium terhadap

macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat :

a. Infeksi jamur

b. Infeksi bakteri

c. Infeksi virus

1.4 Tujuan Permasalahan

1. Mampu menjelaskan macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut

2. Mampu menjelaskan etiologi, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang laboratorium

terhadap macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat :

a. Infeksi jamur

b. Infeksi bakteri

c. Infeksi virus

Page 6: skenario 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rongga mulut dihuni oleh berbagai jenis mikroorganisme yang membentuk mikroflora

yang komensal.Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikoplasma, jamur, dan protozoa,

yang kesemuanya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-

faktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah.Sebagai tambahan, sejumlah virus

dapat menimbulkan lesi orofasial atau hadir secara asimtomatis di dalam saliva pada saat

timbulnya infeksi virus secara sistemik atau pada pembawa yang sehat.

Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi

suatu bagian.Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir, lidah,

maupun pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungkan dengan riwayat penyakit

sehingga dapat ditelusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan terjadinya, lesi terbagi menjadi dua

yaitu, lesi primer dan lesi sekunder.Erosi, fissur, ulkus dan bekas luka menunjukkan adanya

kerusakan lokal pada jaringan kutan.Erosi didefinisikan sebagai pelepasan lapisan epidermis

saja.Erosi sembuh tanpa adanya pembentukan bekas luka.Ulkus didefinisikan sebagai keadaan

hilangnya lapisan epidermis dan adanya kerusakan pada dermis.Ulkus yang berada pada lapisan

kutan masih bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars) adalah kerusakan

permanen pada permukaan kulit yang terlihat ( Regezi and Sciubba, 1993).

Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa mulut dan

kulit.Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan pengaruh kondisi

sistemik.Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik yang umum. Vesikel yang

muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan diameter tidak lebih dari 0,5 cm, tampak

singular dan kadang-kadang dalam bentuk klaster. Vesikel tersebut mudah pecah dan

meninggalkan permukaan yang mengalami ulkus (Sonnis, dkk., 1995).

Vesikel adalah suatu elevasi pada kulit atau membran mukous superfisial, merupakan

defek subepitelial atau intraepitelial yang mengandung serum, plasma atau darah.Vesikel mudah

pecah di rongga mulut karena trauma sehingga meninggalkan ulkus yang superfisial. Lesi-lesi

yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun yang terjadi karena alergi adalah mirip secara

mikroskopis sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis dengan cara biopsi. Identifikasi proses

Page 7: skenario 2

penyakit tersebut tergantung pada penampakan klinis dan tes-tes laboratoris, misalnya tes-tes

sensitivitas, tes fiksasi dan tes inokulasi (Baskar, 1993).

Perubahan pertama yang terjadi adalah suatu area hiperemia dan edema pada jaringan sub

epithelial.Cairan mulai terakumulasi di dalam epithelium atau diantara epithelium dan jaringan

ikat.Poket cairan yang kecil kemudian bergabung dan mengalami elevasi membentuk suatu

vesikel. Perawatan untuk kebanyakan lesi vesikuler adalah sama dan simptomatik. Tes

laboratorik penting sebelum penegakan diagnosis dan penentuan terapi (Baskar, 1993).

Penyebab paling sering bagi lesi vesikubulosa adalah infeksi virus Herpes Simplex,

Varicella Zoster, infeksi virus Coxsakie, Hand Foot dan Mouth Disease dan Herpangina

(Gayford dan Haskell, 1991).

Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan,

pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperhitungkan dalam menentukan diagnosis

antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan lesi, kejadian

berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan organ genital, daerah asal

pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk

menegakkan diagnosis.Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan

diagnosis definitif (Sonnis dkk., 1995).Penatalaksanaan lesi oral secara umum tergantung dari

diagnosis yang ditegakkan.

1. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri

a. Aktinomikosis

Disebabkan oleh bakteri Actinomyces israelii, berhubungan erat terhadap pencabutan

gigi, muncul setelah 1-6 minggu kemudian, timbul secara mendadak, berupa

pembengkakan, terasa sakit, terkadang terdapat nanah

b. Sifilis

Disebabkan oleh bakteri spirochaeta, yang disebut Treponema pallidum.Lesi stadium

primer, sekunder dan tersier dapat ditemukan dalam mulut, dapat berkembang

menjadi lesi yang cukup besar.

c. Tuberculosis

Tuberculosis mulut pada umumnya hanya dapat ditemukan pada pasien yang

menderita tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka). Lesi dalam mulut

Page 8: skenario 2

akan sembuh setelah pasien mendapatkan pengobatan anti-tuberkulosis. Pasien yang

memperoleh perawatan anti-tuberkulosis untuk lesi paru tidak memiliki lesi intraoral.

2. Infeksi yang disebabkan oleh jamur

a. INFEKSI JAMUR SISTEMIK

Meliputi;

- Histoplasmosis

- Coccidiodomycosis

- Blastomycosis

- Cryptococcosis

b. INFEKSI JAMUR SUBKUTAN

meliputi;

- Sporotrichosis

c. INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK

meliputi;

- Phycomycosis (Mucormycosis)

- Aspergilosis

3. Infeksi yang disebabkan oleh virus

a. Herpes zoster (shingles)

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi

setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan

ganglion kranialis. Saat virus ini mendapatkan stimulus, maka terjadilah reaktivasi

dan menyebabkan herpes zoster. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang-orang

dengan imunosupresi.

b. Herpes simplex

c. Herpes labialis

d. Herpangina

e. Hand, foot and mouth disease

Page 9: skenario 2

BAB III

PEMBAHASAN

Jenis-jenis Lesi Rongga Mulut

Jenis Lesi Bentuk Lesi Ukuran Warna KenampakanLesi Primer

MakulaLebih dari

1m

Merah, coklat keputihan, merah kebir uan, biru kecoklatan

Batas jelas dan daar (tidak ada

peninggian)

PapulaDari titik

sampai < 1 cm

Kemerahan, kekuningan, dan abu-abu keputihan

Bercak putih pada

kulit/mukosa, berbatas jelas, ada peninggian

PlakDiameter > 1

cmPutih keabuan

Mengadakan perluasan ke tepi; timbul bentuk yang melandaiPermukaan halus, menonjol atau bentuk fisura

Nodula

Pemadatan massa jaringan yang berbatas

jelas dan biasanya berisi jaringan ikat

dan dilapisi oleh epithel, dasar

mukosa melibatkan mukosa dan

jaringan epidermis

dibawahnyaVesikula Dari titik 1

sampai 5 mmPeninggian pada

kulit atau mukosa yang

Page 10: skenario 2

ber isi bahan cair (serum,

plasma, darah)

BulaDiameter > 5

mm

Adalah bentukan seperti vesikula tetapi lebih besar dari

vesikel

Pustula

Adalah bentukan yang sama seperti vesikula/bula tetapi ber isi nanah /pus

KeratosisPutih sampai

keabuan

Adalah penebalan yang

tidak normal dari lapisan terluar epitel

(stratum korneum)

Wheals

Diameter lebih kecil daripada papula

Adalah bentukan yang sama seperti papula. Berisi serum

Lesi Sekunder

Erosi

Sama dengan ulser karena kerusakan

mukosa kulit, kerusakan

sampai sekitar stratum basalis

UlserKerusakan melebihi

stratum basalisFisura Retakan kecil

yang meluas melalui epider mis dan memaparkan dermis. Dapat terjadi pada kulit ker ing dan pada inflamasi kronik

Page 11: skenario 2

Sikatriks

Jaringan baru yang berlebihan

pada penyembuhan

luka

Deskuamasi

Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum)Bisa fisiologis pengelupasan epitel sehingga kulit mengalami regenerasi

Pseudomembran

Eschars

Cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa

akibat luka bakar

Krusta

terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit

a. INFEKSI JAMUR

DIKELOMPOKKAN MENJADI 3 :

1) INFEKSI JAMUR SISTEMIK

Meliputi;

Histoplasmosis

Coccidiodomycosis

Blastomycosis

Cryptococcosis

ETIOLOGI & PATHOGENESIS

Etiologi;

Page 12: skenario 2

Histoplasmosis → Histoplasma capsulatum

Coccidiodomycosis → Coccidioides immitis

Blastomycosis → Bastomyces dermatitidis

Cryptococcosis → Cryptococcus neoformans

Karakteristik : melibatkan infeksi primer di paru →Infeksi berpotensi menyebar ke

organ yang lain

Infeksi di rongga mulut :

Implantasi sputum yang terinfeksi jamur.

Penyebaran jamur secara hematogen dari paru-paru.

GAMBARAN KLINIS

Gejala awal dihubungkan dengan infeksi pada paru; batuk, panas, keringat

malam, penurunan berat badan, dada sakit, hemoptysis.

Kulit: muncul erythema multiformis

Lesi rongga mulut; ulserasi, single atau multiple, nonhealing, indurasi, sakit dan

purulen.

HISTOPATOLOGI

inflamasi granulomata

Terdapat mikroorganisme penyebab

dominasi makrofag dan sel giant multinucleat

Hiperplasia Pseudoepitheliomata

Page 13: skenario 2

DIAGNOSIS

Biopsi

Kultur

DD ;

→ Ulserasi kronis, nonhealing

Squamous cell carcinoma

Trauma kronis

Oral TB

Syphilis

TERAPI

Ketoconazole

Fluconazole

Amphotericin B

Pembedahan reseksi atau insisi.

INFEKSI JAMUR SUBKUTAN

meliputi;

- Sporotrichosis

ETIOLOGI & PATHOGENESIS

Etiologi : Sporothrix schenckii

Manifestasi di rongga mulut

→ implantasi jamur pd mukosa → dari kontaminasi tanah atau tumbuhan berduri

Setelah periode inkubasi (bbrp minggu) → nodula subkutan → ulser

Page 14: skenario 2

Manifestasi sistemik jarang, tetapi bisa terjadi jika respon imun menurun

GAMBARAN KLINIS

Lesi muncul pd daerah yg terimplantasi jamur dan menyebar melalui saluran

limfatik

Pada kulit : tampak nodula berwarna merah, kmd pecah → eksudat dan ulserasi

Di rongga mulut : tampak ulser kronis nonspesifik

Dapat terjadi Limfadenophathy

HISTOPATOLOGI

Inflamasi granulomata

Abses sentral dapat ditemukan pada beberapa granulomata

Hiperplasia pseudoepitheliomata

Terdapat Jamur penyebab.

DIAGNOSIS

Biopsi

Kultur pada agar sabouraud

Terapi

Larutan potassium iodida

Jika alergi bisa dengan ketoconazole.

2) INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK

meliputi;

Phycomycosis (Mucormycosis)

Aspergilosis

Page 15: skenario 2

ETIOLOGI & PATOGENESIS

Phycomycosis (mucormycosis); infeksi yang melibatkan genum mucor dan

rhizopus.

Normal ditemukan pada jamur roti atau pada buah dan sayur yang busuk

Infeksi Opportunistik.

Aspergilosis; infeksi dari Aspergillus

Aspergillus; terdapat dimana-mana pada lingkungan.

Infeksi terjadi terutama pada penderita :

diabet ketoasidosis,

immunosupresif,

penerima transplatasi,

malignant progresif,

terapi steroid,

radiasi,

infeksi HIV dan AIDS

Rute infeksi melalui traktus gastrointestinal dan respiratory.

GAMBARAN KLINIS

Lesi sering pada nasal cavity, sinus paranasal dan oropharynx.

Rasa sakit dan pembengkakan mendahului ulserasi.

Jaringan nekrosis menyebabkan perforasi palatum

Komplikasi : meluas sampai mata dan otak.

Jamur cenderung invasi pd dinding arterial → penyebaran secara hematogen.

HISTOPATOLOGI

Terdapat infiltrat inflamasi akut dan kronis

Terdapat jamur penyebab

Karakteristik; dinding pembuluh darah nekrotik, mengandung thrombi dan jamur

DD

→ Perforasi lesi palatal

Gumma nekrosis spt pada sifilis stadium 3

Midline granulomma (T-cell lyphoma)

Wegener’s granulomatosis

Page 16: skenario 2

Keganasan pd nasal dan sinus (squamous cell carcinoma, salivary gland

adenocarcinoma)

TERAPI

Amphotericin B : drug of choice

Debridemen pembedahan dari lesi

Prognosis tgt keparahan penyakit dan terapi yang tepat

Kematian relatif sering pada infeksi ini.

b. INFEKSI JAMUR

KANDIDIASIS

Faktor Prediposisi termasuk :

Pemakaian gigi tiruan

Penurunan salvias, misalnya karena penggunaan obat

Terapi antibiotik, terutama spectrum luas

Diabetes mellitus tidak terkontrol

Terapi kortikosteroid

Radioterapi daerah mulut dan kerusakan yang terjadi pada kelenjar

saliva sesudahnya

Defisiensi zat besi, vitamin B12 , dan asam folat

Kondisi imunosupresi, termasuk:

1) HIV

2) Leukimia

3) Agranulositosis

4) Obat sitotoksik

5) Malnutrisi dan malabsorpsi

Kandidiasis klinis tampil berupa :

1. Kandidiasis akut

a. Pseudomembranosa (thrush)

Gejala

Dapat tanpa gejala

Dapat menimbulkan rasa sakit dalam rongga mulut

Page 17: skenario 2

Kurang nyaman saat menelan

Tanda

Kandidiasis pseudomembranosa tampil sebagai bercak

putih/kuning seperti krem di mukosa mulut, dapat dilepaskan

dari jaringan di bawahnya, meninggalkan daerah yang merah

dan mudah berdarah.

b. Atrofik (eritematosa)

Ditemukan pada pasien yang sedang mendapatkan pengobatan steroid

dan antibiotic spectrum luas.

Gejala

Sering kali sakit

Tanda

Mukosa mulut terlihat merah menyala. Daerah manapun dapat

terlibat, termasuk palatum, lidah, dan mukosa bukal

Kandidiasis eritematosa, yang terlihat pada pasien HIV positif,

adalah lesi bersifat kronis

Kandidiasis atrofik tampil sebagai daerah merah, biasanya

ditemukan di palatum dan dorsum lidah

2. Kandidiasis atrofik kronis (kandidiasis eritematosa kronis, stomatitis

karena gigi tiruan, denture sore mouth)

Faktor prediposisi yang berperan adalah tertutupnya palatum dalam

jangka waktu lama oleh pelat gigi tiruan atau pelat ortodontik

Gejala

Biasanya tidak ditemukan gejala

Tanda

Mukosa berwarna merah menyala

Berhubungan dengan daerah palatum yang tertutup oleh pelat

terlihat sehat dengan warna normal

Istilah “denture sore mouth” sebenarnya kurang tepat, karena

pasien sering kali tidak mengetahui keberadaan lesi tersebut

Page 18: skenario 2

Merupakan infeksi candida yang paling umum ditemukan

dengan insidens 25-50% pada pemakai gigi tiruan

3. Kandidiasis hiperplastik kronis (kandidal leukoplakia)

Kebiasaan merokok sangat erat hubungannya sebagai factor penyerta

dalam etiologi kelainan ini

Memiliki potensi untuk berubah kea rah keganasan

Gejala

Rasa sakit di komisura bibir

Tanda

Di komisura bibir ditemukan daerah berwarna putih yang

menempel cekat pada jaringan di bawahnya

Lesi bersifat unilateral atau bilateral

Tampilan lesi bisa halus atau berbintik-bintik

Dapat disertai ulserasi

Jarang senbuh sama sekali walaupun sudah digunakan

antijamur sistemik

Pasien harus dianjurkan untuk segera menghentikan kebiasaan

merokok

Biopsi diperlukan untuuk menentukan diagnosis kandidal,

leukoplakia, karena mikrorganisme ditemukan intraepitel, tidak

di atas permukaan mukosa

Biopsi eksisi mungkin perlu dilakukan untuk menghilangkan

lesi bila terpi antijamur tidak berhasil

Yang paling penting diperhatikan : lesi bersifat praganas

Dalam waktu 10 tahun, 7% kasus akan berubah menjadi ganas

Diperlukan pemeriksaan ulang jangka panjang

4. Kandidiasis mukokutaneus kronis

Infeksi candida rongga mulut juga dapat terjadi sebagai bagian dari

gangguan mukokutan yang jarang ditemukan

Page 19: skenario 2

Tes diagnostik

Pada daerah yang terlibat dilakukan pemeriksaan apus,

kemudian diberi pewarnaan (pewarnaan Gram atau reagen PAS

(periodic acid-Schiff)) Kalium hidroksida (KOH) juga dapat

digunakan untuk melihat hifa.

Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan swab dan oral rinse

untuk pemeriksaan kultur

Hitung candida kuantitatif dapat dilakukan untuk memantau

terapi yang diberikan. Pasien diminta untuk memberikan

sampel salivanya atau berkumur-kumur dengan larutan

phosphate-buffered saline selama satu menit, sebelum dibuang

ke dalam wadah steril

Pemeriksaan biopsi dan histopatologi perlu dilakukan untuk

memastikan adanya kandidiasis hiperplastik kronik

b. INFEKSI BAKTERI

1. Tuberkulosis

Penyakit yang mudah diketahui

Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Walaupun jarang, tetapi dapat ditemukan ulkus yang bersifat persisten, biasanya terjadi di

lidah dengan dinding ulkus bergaung, cekungan tersebut dapat berwarna keabuan atau

kekuningan sebagai akibat adanya infeksi local.

Tuberculosis mulut pada umumnya hanya ditemukan pada pasien yang menderita

tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka)

Gejala :

Rasa sakit progressif yang pada akhirnya berpengaruh pada gangguan

nutrisi.

Tanda intraoral:

Lokasi – ciri khas di dorsum lidah. Bibir dan palatum lebih jarang terkena.

Bentuk – bersudut atau bercabang (stealer).

Dasar lesi – pucat, disertai lendir yang kental di dasar ulkus.

Tepi lesi – tidak beraturan dengan dinding bergaung.

Page 20: skenario 2

Tes diagnosis:

Pemeriksaan biopsy menunjukkan adanya daerah perkijuan, nekrosis, dan

sel datia berinti banyak.

Keberadaan mikrobakteria dapat dipastikan dengan memberikan

pewarnaan untuk bakteri yang bersifat tahan asam (pewarnaan Ziehl-

Nelseen).

Pada pemeriksaan roentgen foto thorax ditemukan: bintik-bintik difus

pada paru-paru, kavitasi, konsolidasi dan adenopati halus.

Heaf test: ditemukan respons cepat dan berkepanjangan.

Tes sputum: positif untuk basilus tahan asam. Diperlukan waktu beberapa

minggu untuk pemeriksaan kultur.

2. Sifilis

Merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual. Disebabkan oleh bakteri

spirochaete, yang disebut treponema pallidum.

Penyakit ini merupakan penyakit yang perlu dilaporkan bila ditemukan. Sangat

perlu untuk dirujuk ke klinik genitourinary untuk semua kasus yang dicurigai.

Sifilis Primer

Lesi klasik sifilis primer adalah chancre, biasanya ditemukan di regio genital.

Jarang ditemukan pada atau sekitar rongga mulut.

Gejala:

Tidak ada rasa sakit, kecuali bila terinfeksi

Tanda:

Lokasi – bibir, ujung lidah, yang lebih jarang di region lain dalam

mulut.

Ukuran – bervariasi dari 5 mm sampai beberapa sentimeter

diameternya.

Bentuk – bulat.

Tepinya – lebih tinggi dari sekitarnya dan ada indurasi.

Page 21: skenario 2

Jumlah ulkus- biasannya soliter.

Kondisi yang terkait

Nodus limfatik regional membesar, kenyal, dan berdiri sendiri.

Bentuk ulkus dengan tepi indurasi mirip karsinoma sel skuamosa

Chancre sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut

Sangat menular

Sifilis sekunder

Muncul 3-12 minggu sesudah lesi primer (pada pasien yang tidak dirawat) berupa

ruam kulit berwarna merah, berbentuk papula atau macula.

Lesi mulut sering terjadi bersamaan dengan ruam kulit.

Gejala:

Ulkus tidak sakit

Tanda:

Lokasi – palatum, tonsil, tepi lateral lidah dan bibir.

Bentuk – ulkus yang datar dengan tepi tak beraturan, tertutup oleh

membrane keabuan. Lesi menyatu membentuk bercak membulat yang kita

kenal sebagai mucous patch.

Sifilis tersier

Kini jarang terjadi

Lesi sifilis tersier berupa gumma, suatu proses granulomatosa yang sangat

merusak.

Gejala:

Tidak ada rasa sakit

Tanda:

Lokasi - biasanya ditemukan di palatum, tonsil, dan lidah.

Ukuran – bervariasi dari beberapa mm hingga beberapa cm diameternya.

Bentuk – cekung ditengah

Dasar lesi – memadat dan pucat.

Tepi lesi – cekung ditengah.

Tes khusus:

Page 22: skenario 2

Sifilis primer tahap awal kemungkinan tidak memberikab hasil positif

pada pemeriksaan serologi.

Pemeriksaan apus yang diambil dari permukaan chancre akan menegaskan

keberadaan treponema pallidum jika di bawah mikroskop lapangan gelap

Tes serologi, baik yang spesifik maupun non spesifik, seharusnya

digunakan dalam pemeriksaan penyaring dan diagnosis. Jenis pemeriksaan

ini juga penting dilakukan untuk membedakan pasien yang mengidap

penyakit aktif dengan yang sudah dirawat secara efektif.

Tes nonspesifik positif pada penyakit aktif, menjadi negative setelah

pengobatan: VDRL dan RPR.

Tes spesifik yang dilakukan sesuai dengan prosedur laboratorium TPHA

dan FTA – Abs.

3. Aktinomycosis

Biasanya disebabkan oleh bakteri yang hidup komensal dalam mulut yaitu

Actinomyces israellii

Patogenesisnya tidak jelas merupakan infeksi kronis yang supuratif.

Dapat ditemukan riwayat trauma dalam mulut, seperti ekstraksi gigi, fraktur

rahang.

Gejala:

Pembengkakan pada daerah wajah

Ditemukan abses yang mengeluarkan pus dikulit bagian wajah dan leher.

Tanda:

Ditemukan abses kronis disertai indurasi, biasanya disudut mandibula

Kulit yang terlibat berwarna merah atau keunguan.

Dapat ditemukan fibrosis luas.

4. Gonorhoe

Disebabkan Neissera gonorhoe, melalui kontak seksual

Lokasi infeksi: pada traktus genital bawah, mata, faring, dan rectum.

Page 23: skenario 2

Infeksi genital dapat ditularkan ke membrane mukosa mulut atau pharyng melalui

kontak orogenital.

Gambaran klinis :

Gejala klinis orak gonorrhea tidak spesifik, terdapat ulser multiple,

eritema generalis, stomatitis generalis, infeksi lebih sering pada faring

dengan gejala erythema generalis, ulser, lymphadenopathy servikal.

Diagnosis

Hapusan lesi harus ditanam dalam medium stewart dan segera dikirim ke

laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis serta kultur.

5. Noma

Disebabkan oleh Fusobacterium necrophorus (terutama), Borelia vincentii,

Staphylococcus aureus, dan Provotella intermedia.

Gambaran klinis:

Noma terutama menyerang anak-anak

Lesi noma diawali: ulser sakit biasanya pada gingival atau mukosa bukal

dan berkembang secara cepat menjadi jaringan nekrotik.

Penetrasi organisme ini dapat terjadi melalui pipi, bibir palatum lesi

nekrotik.

6. Leprosy

Disebabkan Mycobacterium leprae

Lesi dapat terjadi intraoral atau intranasal.

Terdapat respon granulomatous

Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu biopsy.

c. INFEKSI VIRUS

1. Herpes zoster (shingles)

Zoster adalah peradangan karena virus, terletak di akar ganglion bagian posterior,

melibatkan satu atau lebih saraf sensoris perifer.

Page 24: skenario 2

Herpes zoster menyebabkan cacar air pada anak-anak, tetapi sebagaimana halnya

herpes simplek virus tetap berada di ganglion sensoris sampai terjadi rekativitasi.

Reaktivitasi pada orang dewasa menyebabkan herpes zoster.

Penyakit ini banyak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada orang dewasa, yang

berusia diatas 60 tahun.

Di daerah trigeminus, divisi ophthalmicus adalah yang paling sering terkena.

Pasien dating ke dokter gigi bila divisi kedua atau ketiga yang terkena.

Medical History Herpes zoster dapat terjadi pada lansia yang terlihat sehat. Pada

orang dewasa muda atau anak-anak, imunosupresi (misalnya, karena penyakit

HIV), dapat ikut menyebabkan herpes zoster, terutama herpes yang bersifat parah

dan atau/atau rekuren.

Gejala

Pada tahap prodromal ditemukan rasa sakit seperti terbakar, letaknya di

dalam, parah dan bersifat unilateral gejala prodromal terjadi beberapa hari

sebelum daerah berwarna merah dan vesikel timbul.

Vesikel pecah dan membentuk krusta dikulit, tetapi dalam mulut

membentuk ulserasi dangkal. Vesikel dan ulserasi terletak unilateral di

sepajang distribusi saraf sensoris.

Pasien mengalami demam dan terlihat kurang sehat.

Bila melibatkan rongga mulut, akan timbul rasa sakit dan kesulitan saat

menelan.

Tanda

Bila yang terlibat adalah divisi maksilaris, palatum durum dan palatum

molle akan terkena dan bersifat unilateral.

Bila divisi ophthalmicus yang terlibat (herpes Gasserian), akan

berkembang ulserasi kornea yang berbahaya.

Distribusi lesi yang bersifat unilateral disepanjang distribusi anatomi

dermatom merupakan ciri khas herpes zoster.

Page 25: skenario 2

Kelompok vesikel berdinding tipis, ataupun ulserasi yang bersifat

unilateral (intraoral), berhenti dengan tegas di daerah garis tengah.

2. Herpes simplex

Disebabkan virus herpes simplex

Tipe:

Tipe 1 : menyerang rongga mulut, pharyng.

Tipe 2 : menyerang genitalia, kulit.

Penularan : kontak langsung pada fase vesikula

Herpes simplex primer

Etiologi : virus herpes simplex tipe 1

Gejala prodromal : malaise, letih, dan nyeri tenggorokan.

Gejala klinis:

Oral: mulut sakit, vesikula pecah menjadi ulser dangkal, permukaan

kasar, sakit, tepi kemerahan ukuran bervariasi tunggal/multiple(sering),

tertutup fibrin putih.

Pemeriksaan penunjang laboratorium:

Isolasi virus

Sitologi

3. Herpes labialis

Dikenal sebagai fever blister / cold sore. Disebabkan oleh virus herpes hominis

tipe 1.

Gejala klinis:

Herpes labialis dimulai dengan rasa gatal dari tempat yang terkena. Dalam

12 jam timbul vesikel dan vesikel tersebut akan pecah membentuk krusta

Dallam 36-48 jam. Pada umumnya krusta akan hilang dan lesi sembuh

pada hari ke-8 dan ke-10. Panas dan limfa denopati dapat timbul sebelum

adanya vesikel.

Erupsi vesikel pada kulit didekat atau pada tepi merah bibir.

Rasa terbakar dan rasa agak gatal

Page 26: skenario 2

Vesikula pecah, ulser sakit, terdapat lesi oral palatum durum mukosa

bukal.

Pemeriksaan penunjang laboratorium:

Tes laboratorium dengan fluorescent antigen herpes simplex.

4. Herpangina

Gejala:

Radang tenggorokan, demam, rasa tidak enak badan.

Tanda:

Suhu tubuh meningkat disertai lymfadenopathy

Walaupun jarang, dapat terjadi pembengkakan kelenjar saliva seperti pada

penyakit mumps. Untuk menentukan diagnosis tetapnya diperlukan

pemeriksaan laboratorium.

Lokasi – vesikel dan ulserasi multiple ditemukan di palatum molle dan

tonsil

Ukuran – kecil 1-2 mm

Bentuk – bulat dan dangkal

Mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang

5. Hand, foot, mouth disease.

Merupakan penyakit yang ringan, gejala sistemiknya juga sedikit. Ditemukan

vesikel pada tangan dan kaki, selain ulserasi yang ditemukan di mulut.

Gejala:

Mukosa mulut terasa sakit dan ada nyeri tekan

makan dan menelan menambah rasa kurang nyaman

lokasi – ulserasi multiple di lidah, mukosa bukal, damn palatum durum

ukuran – kecil, 1-2 mm, bulat dan dangkal

mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang

ditemukan lesi berupa macula dan vesikula di tangan dan kaki. Tungkai

dan lengan juga dapat terkena

Page 27: skenario 2

BAB IV

KESIMPULAN

Page 28: skenario 2

Beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan juga virus dapat menginfeksi jaringan

lunak rongga mulut.

Infeksi yang disebsbkan oleh bakteri diantaranya adalah :

Aktinomikosis

Tuberkolosis

Gonorhoe

sifilis

Infeksi yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah :

Herpes zoster

Herpes Simplex Virus (HSV)

Herpes simplex labialis

Infeksi yang disebabkan oleh jamur diantaranya adalah :

Candidiasis Oral

Thrush (Pseudomembranous Kandidiasis)

Kandidiasis Atropik (Denture Sore Mouth)

Kandidiasis Hiperplastis(Kandidaleukoplakia

Atropik Kandidiasis  ( Antibiotik Stomatitis )

DAFTAR PUSTAKA

Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk bagi

Klinisi/Penulis. Jakarta : EGC

Page 29: skenario 2

Soeparman, dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit Universitas

Indonesia.

Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta:EGC, 1995;1291.

Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta:

ECG,2005 ;84-7.

Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.