Skenario 2 (2)

19
Hudania Addina 110200811 6 DOKTER KELUARGA Dokter keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama (pelayanan kesehatan primer) dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, kadang-kadang merekapun dapat berfungsi di rumah sakit sebagai koordinator, pembela hak pasien dan teman (advokasi) dari tindakan tindakan medis yang mungkin tidak optimal. Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan Sejarah Kedokteran Keluarga Latar Belakang Jumlah dokter yang bukan spesialis tidak kurang dari 65.000 orang setiap tahun meluluskan sekitar 5000-6000 dokter baru kualitas lulusan FK dan pelayanan dokter primer sangat bervariasi • PDKI bermaksud meningkatkan kualitas dokter pelayanan primer Indonesia agar setara dengan dokter pelayanan primer di negara- negara lainnya Sejarah Internasional • 1923. Dr.Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalist • 1950an masa jaya spesialistis, sangat sedikit dokter yang mau menjadi generalist 1960an awal, pemuka-pemuka generalist mulai mendengungkan pentingnya generalist sebagai suatu specialist • 1966 dipublikasikannya konsep bahwa generalist merupakan suatu spesialisasi baru di tingkat primer 1969 berdiri American Board of Family Practice yang kemudian berubah menjadi American Board of Family Medicine Sejarah Organisasi 1978 perwakilan Indonesia berkunjung ke Philippines setelah disana terbentuk Philippines Board of family physician

description

to

Transcript of Skenario 2 (2)

Page 1: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

DOKTER KELUARGA

Dokter keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama (pelayanan kesehatan primer) dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, kadang-kadang merekapun dapat berfungsi di rumah sakit sebagai koordinator, pembela hak pasien dan teman (advokasi) dari tindakan tindakan medis yang mungkin tidak optimal. Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan

Sejarah Kedokteran Keluarga

Latar Belakang• Jumlah dokter yang bukan spesialis tidak kurang dari 65.000 orang • setiap tahun meluluskan sekitar 5000-6000 dokter baru • kualitas lulusan FK dan pelayanan dokter primer sangat bervariasi • PDKI bermaksud meningkatkan kualitas dokter pelayanan primer Indonesia agar setara dengan dokter

pelayanan primer di negara-negara lainnya

Sejarah Internasional• 1923. Dr.Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-kotak sehingga

membutuhkan adanya dokter generalist • 1950an masa jaya spesialistis, sangat sedikit dokter yang mau menjadi generalist• 1960an awal, pemuka-pemuka generalist mulai mendengungkan pentingnya generalist sebagai suatu

specialist• 1966 dipublikasikannya konsep bahwa generalist merupakan suatu spesialisasi baru di tingkat primer• 1969 berdiri American Board of Family Practice yang kemudian berubah menjadi American Board of

Family Medicine

Sejarah Organisasi• 1978 perwakilan Indonesia berkunjung ke Philippines setelah disana terbentuk Philippines Board of

family physician• 1979 terbit bunga rampai dokter keluarga Indonesia oleh Kelompok Studi Dokter Keluarga Indonesia• 1983 berdiri Kolegium Dokter Keluarga Indonesia• 1997 diubah namanya menjadi Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia• 2006 berdiri Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia• 2007 KIKK bergabung dengan Kolegium Dokter Indonesia menjadi Kolegium Dokter dan Dokter

Keluarga Indonesia atas arahan Ketua IDI yang menganjurkan agar profesi di tingkat primer sebaiknya menjadi satu)

• 2008 program konversi dokter praktik umum menjadi dokter keluarga dimulai

Sejarah Pendidikan• 1979 FKUI memasukkan materi kedokteran keluarga dalam pendidikan mahasiswa kedokteran • 2001 semua FK (38) sepakat bahwa materi kedokteran keluarga harus masuk dalam kurikulum • 2003 terdapat 3 FK yang memiliki kegiatan pendidikan kedokteran keluarga dan dalam lokakarya 38

FK menyepakati materi kedokteran keluarga dalam tahap preklinik dan tahap klinik

Page 2: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

• 2004 lokakarya perencanaan kepaniteraan kedokteran keluarga untuk mahasiswa kedokteran • 2004 disusun kurikulum berbasis kompetensi untuk seluruh Indonesia yang bertujuan meluluskan

dokter primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

Batasan dan Ruang Lingkup Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai

bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya.

Karakteristik Dokter Keluarga Menurut Lynn P. Carmichael (1973) : Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakitMenurut Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973) Pelayanan responsif dan bertanggung jawab Pelayanan primer dan lanjut Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi Memandang pasien dan keluarga Melayani secara maksimalMenurut IDI (1982) Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh dan maksimal Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga Skala kecil: Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga Mewujudkan keluarga sehat sejahteraSkala besar: Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh rakyat

Indonesia

Dokter Keluarga di Indonesia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun

1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National

Page 3: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni: Pendayagunaan dokter pasca PTT Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Menghadapi era globalisasi

Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga1. Dokter kontak pertama (first contact )

DK adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui pasien/klien dalam masalah kesehatannya

2. Layanan bersifat pribadi ( personal care )DK memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga

3. Pelayanan paripurna ( comprehensive )DK memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasidengan aspek fisik, psikologis, dan social budaya.

4. Pelayanan bersinambungan ( continuous care )Pelayanan DK berpusat pada orangnya (pasient-centered) bukan pada penyakitnya (diseases-centered)

5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh DK dilaksanakan sedini mungkin

6. KoordinasiDalam upaya mengatasi masalah pasien DK perlu berkonsultasi dengan disiplin ilmu lainnya

7. KolaborasiBila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya, DK bekerjasama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten

8. Family orientedDalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya

9. Community orientedDK dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya

Tugas Dokter Keluarga:1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk

pelayanan spesialistik yang diperlukan2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan

penyakit, pengobatan dan rehabilitasi6. Menangani penyakit akut dan kronik7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, \9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan

Page 4: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran

keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga1.Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar2.Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat3.Melaksanakan tindak pencegahan penyakit4.Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer5.Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal6.Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer7.Melakukan perawatan sementara8.Menerbitkan surat keterangan medis9.Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kompetensi Dokter KeluargaDokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan

fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluargab. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran

keluargac. Menguasai ketrampilan berkomunikasi,d. Menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :

Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga

Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Klinik dokter Keluarga (KDK) Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK) Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis) Mempunyai bangunan yang memadai Dilengkapi dengan saraba komunikasi Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus

pembantu KDK Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.

Page 5: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga yang terdiri atas komponen :

a. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik Dokter Keluarga (KDK)b. Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik Dokter Spesialis (KDSp)c. Rumah sakit rujukand. Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaane. Seperangkat peraturan penunjang.

Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien segera dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata selenggarapelayanan seperti ini akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam skema JPKM/asuransi.

PENDEKATAN HOLISTIK DIMANA MANUSIA SEBAGAI MAHLUK

1. Holistik; memandang pasien sebagai manusia seutuhnya sebagai;a. Individub. Bagian dari keluargac. Bagian dari masyarakatnyad. Bagian dari lingkungannyae. Selalu mempertimbangkan siapa yang sakit melebihi penyakitnya

2. Pelayanan terpadu3. Koordinasi pelayanan dengan keluarga, laboratorium, dokter keluarga, dokter spesialis, rumah sakit,

perusahaan asuransi dsb yang diselenggarakan secara cennat untuk kepentingan pasien.4. Memastikan bahwa pemeriksa dan atau konsultasi dan rujukan terlaksana secara baik5. Pelayanan berkesinambungan.

a. Mulai dari konsepsi samapai mati yang memerlukan klinik dengan pola pelayanan 24 jam oleh sekelompok dokter layanan primer.

b. Layanan yang diberikan oleh dokter yang praktek solo tidak menjadikan layanan bersinambung tidak berjalan sempurna sekalipun masih dapat dilakukan seoptimal mungkin.

c. Memerlukan rekam medik yang komunikatif.d. Jika pasien hendak pindah alamat atau pindah dokter, harus diberikan surat keterangan medis untuk

disampaikan kepada dokter setempat atau doktemya yang baru.e. Memantau kenlajuan terapi sampai tuntas.f. Memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

PELAYANAN STRATA PERTAMA

Terdapat tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: Pelayanan Tingkat Primer : Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang

selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini disebut tahap awal atau kontak pertama pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit. Setiap pasien semestinya harus ke dokter praktik umum dulu untuk semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengecualian tentu saja untuk kasus kedaruratan, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di manapun.

Page 6: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

Walaupun demikian kasus kedaruratan pun dapat ditangani pada tahap awal di Klinik dokter keluarga agar dipersiapkan untuk transportasi yang aman ke unit gawat darurat di rumah sakit.

Pelayanan Tingkat Sekunder : Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan yang menjelaskan masalah medis dan kendala yang dihadapi oleh seorang pasien. Di sini pasien akan dilayani oleh Dokter Spesialis yang sebagian besar praktik di rumah sakit, sebagian yang lain di Klinik Spesialis atau Klinik Pribadi. Jika masalah kesehatan yang sulit telah diselesaikan pasien akan dikirim balik ke dokter praktik umum yang mengirimnya dengan bekal surat rujuk balik yang berisi ajuran kelanjutan pengobatannya.

Pelayanan Tingkat Tersier : Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh dokter spesialis di tingkat sekunder maka pasien tersebut akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pelayanan Tingkat Tersier (top referral). Di sini pasien akan dilayani oleh para dokter superspesialis atau spesialis Konsultan yang biasanya bertempat di Rumah Sakit Pendidikan atau rumah sakit besar yang mempunyai berbagai pusat riset yang maju. Rujuk balik pun tetap berlaku di sini dan bukan tidak mungkin berisi ajuran untuk kembali ke dokter praktik umum-nya jika masalah telah diatasi. Jika masalahnya tidak mungkin dapat diatasi lagi (stadium terminal), sehingga diputuskan untuk dilanjutkan dengan perawatan di rumah agar dekat dengan keluarganya, maka yang terakhir ini pun menjadi tugas dokter praktik umum.

PERSEPSI SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN

Model Sehat Sakit

1. Model Rentang Sehat – Sakit ( neuman )Menurut neuman ( 1990 ) : “ sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan

klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energy total. “

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang benlbah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik -titik tertentu pada skala Rentang Sehat -Sakit.Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu ( Kesejahteraan Tingkat Tinggi Kematian ). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangamlya. Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya.Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Page 7: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi ( Dunn )Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan

potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.Pada pendekatn model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalanm keperawatan keluarga maupun komunitas.

3. Model agen – pejamu – lingkunganMenurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan

oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan LingkunganAgen : Berbagai faktor internal – ekstemal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimiu, fisik, mekanis, atau psikososial. Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll). Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang lnenyebabkan seseorang yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll. Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi temp at tinggal, penerangan, kebisingan Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, ss, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup. Model ipi menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinmnis dan ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal. dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya. Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.

4. Model keyakinan kesehatanModel Keyakinan- Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975)

menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan. Terdapat tiga komponen dan model Keyakinan-Kesehatan antara lain:a. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.

Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pemyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalamj penyakit jantung.

b. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaar terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)

c. Persepsi lndividu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambi1. Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk melnbantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadiny penyakit.

5. Model peningkatan kesehatan ( pender )

Page 8: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dan model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHA TAN

1. Faktor Internala. Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam ha1 ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentahg usia (bayi-lansia) memiliki pen1ahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harns mempertimbangkan tingkat perturnbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara Umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu di.motivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengcrnbangkan perilaku pencegahan penyakit.

b. Pendidikan atau Tingkat PengetahuanKeyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c. Persepsi tentang fungsi cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.

d. Faktor EmosiFaktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan Inenyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

e. SpiritualAspek spilitual dapat terlihat c1ari bagaimana seseorang menjalan kehidupannya, mencakup nilai clan keyakinan yang dilaksanakan hubungan clengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan ternadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual. Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Faktor Ekstemala. Praktik di Keluarga Cara bagaimana keluarga biasanya mempengaruhi kesehatanya. Misalnya:

menggunakan pelayanan kesehatan cara klien dalam melaksanakan. Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit berat dan rnereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sarna ketika mereka dewasa.

Page 9: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sarna. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untukmelakukan pemeriksaan kesehatan. rutin, rnaka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sarna.

b. Faktor SosioekonomiFaktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhaclap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dmi kelolnpok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c. Latar Belakang BudayaLatar belakang budaya mempengaruhi. keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan.

SAKIT DAN PERILAKU SAKITSakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang

berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sarna dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara. yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik. Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit1. Faktor Internal

a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.

b. Asal atau Jenis penyakit Pada penyakit akut dimana gejala relati singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronil biasanya berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Ekstemala. Gejala yang Dapat Dilihat Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra

Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

b. Kelompok Sosial Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

c. Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, clan menjadi sakit.

d. Ekonomi Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

Page 10: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang komplek dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

f. Dukungan Sosial Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebu dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olahraga.

Tahap-tahap Perilaku Sakit1. Tahap I (Mengalami Gejala)

Pada tahap ini pasien menyadari bahwa "ada sesuatu yang salah "Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: Kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll) Evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu

gejala penyakit Respon emosional.

Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit) Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya. Menimbulkan perubahan emosional.spt: menarik diri, depresi, dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit. Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dan pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dan seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut. Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atan berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenamya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Page 11: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya. Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dan kewajiban dan tugas normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas. Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat teljadi secara tiba – tiba, misalnya penurunan demam. Penyembuhan yang tidak cepat menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

DAMPAK SAKIT1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain – lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri. Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan ke1uarga terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran KeluargaSetiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. lndividu keluarga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat. Perubahan jangka pendek klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan 'Tahap Berduka' . Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra TubuhCitra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat rnenimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda – beda terhadap perubahan tersebut. Reaksi klien dikeluarga terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada: jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu). Kapasitas adaptasi kecepatan perubahan

4. Terhadap Konsep DiriKonsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada selurnh aspek kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dari spiritual diri. Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akibatnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien. Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa

Page 12: Skenario 2 (2)

Hudania Addina 1102008116

mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman – temannya klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya. Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

5. Terhadap Dinamika KeluargaDinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional. Misal : anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

PELAYANAN KOMPREHENSIF (PARIPURNA)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama mtuk semua orang yang bersifat paripurna ( comprehensive), yaitu termasuk :

a. Pemeliharaan dan meningkatkan kesehatan ( promotive )b. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus ( preventive and specific protection )c. Pemulihan kesehatan ( curative )d. Pencegahan kecacatan ( disability limitation )e. Rehabilitasi setelah sakit ( rehabilitation )

Dengan memperlihatkan kemampuan sosial serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.