skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

146
1 TESIS SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT MENURUNKAN KADAR KOLAGENASE DAN IPP LEBIH BANYAK DARIPADA SKELING DAN CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA PERIODONTITIS AKIBAT KALKULUS PUTU LESTARI SUDIRMAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Transcript of skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

Page 1: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

1

TESIS

SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT

MENURUNKAN KADAR KOLAGENASE DAN IPP LEBIH

BANYAK DARIPADA SKELING DAN CHLORHEXIDINE

DIGLUCONATE 0,12% PADA PERIODONTITIS AKIBAT

KALKULUS

PUTU LESTARI SUDIRMAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

2

TESIS

SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT

MENURUNKAN KADAR KOLAGENASE DAN IPP

LEBIH BANYAK DARIPADA SKELING DAN

CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA

PERIODONTITIS AKIBAT KALKULUS

PUTU LESTARI SUDIRMAN

NIM : 1190761014

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

3

SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT

MENURUNKAN KADAR KOLAGENASE DAN IPP

LEBIH BANYAK DARIPADA SKELING DAN

CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA

PERIODONTITIS AKIBAT KALKULUS

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUTU LESTARI SUDIRMAN

NIM : 1190761014

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 4: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

4

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

USULAN PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL :……………………..

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS.,AIF Dr. dr. I. P. G. Adiatmika, M.Kes.

NIP. : NIP 195012311980031015 NIP. : 196603091998021003

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana

Page 5: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

5

Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And.FAACS

NIP. 194612131971071001

Page 6: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

6

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Usulan Penelitian Tesis Ini Telah Disetujui dan Dinilai Oleh Panitia Penguji

Pada program Pasca Sarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal : 28 Februari 2014

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No. : .................................................................

Tanggal : .................................................................

Panitia Penguji Tesis:

Ketua : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS.,AIF

Sekretaris : Dr. dr. I. P. G. Adiatmika, M.Kes.

Anggota :

1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

2. Dr.dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi

3. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK, M. Kes.

Page 7: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

7

Page 8: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

8

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur kehadapan

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya, penulis

dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian yang berjudul ” Skeling dan Terpinen – 4

– Ol Tipe 1% Dapat Menurunkan Kadar Kolagenase dan IPP Lebih Banyak Daripada

Skeling dan Chlorhexidine Digluconate 0,12% Pada Periodontitis Akibat Kalkulus ”

dengan baik.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas

Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana Prof. Dr.dr. Anak Agung Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan

yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Magister Universitas Udayana.

Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp. And, FAACS, sebagai

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang memberikan ide, dan masukan kepada

penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS.,AIF

selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan, saran ilmiah dan

bimbingan serta dorongan selama penulis menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih

yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. I. P. G. Adiatmika, M.Kes.

selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan dan saran

ilmiah selama penelitian ini.

Page 9: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

9

Ucapan terima kasih yang sebesar-sebarnya juga penulis tujukan kepada para

penguji tesis, yaitu Prof. dr. I.G.M Aman.,Sp.FK, Dr.dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi

dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK, M. Kes. yang telah banyak memberikan masukan,

koreksi, ide dan saran ilmiah sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Pada

kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Susy

Purnawati, M.KK. selaku Ketua Bagian Fisiologi yang telah berkenan mengijinkan

penulis untuk menempuh pendidikan pada Bagian Fisiologi dan dr. Desak Wihandani,

M.Kes. Ketua Bagian Biokimia atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Laboratorium bagian Biokimia Universitas Udayana. Terima kasih pula

penulis ucapkan kepada Ni Wayan Tianing, S.Si, M.Kes. yang telah banyak memberikan

bantuan kepada penulis selama penelitian.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada orang tua

yang telah mengasuh, membesarkan, serta selalu memberikan doa, dan bimbingannya

selama penulis menempuh pendidikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

suami dan anak-anak tercinta, yang dengan penuh kasih sayang selalu menemani penulis

dalam setiap kegiatan dalam menyelesaikan pendidikan ini. Ucapan terima kasih juga

penulis ucapkan kepada teman – teman dan staf Program Studi Pendidikan Kedokteran

Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini. Tidak lupa penulis

ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan

dorongan moril dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis berharap dengan segala kekurangan dengan selesainya penelitian ini dapat

memberikan manfaat kepada banyak pihak. Semoga Ida Sang Hyang Widhi

Page 10: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

10

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini .

Denpasar, 18 Januari 2014

Penulis

Page 11: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

11

SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT MENURUNKAN KADAR

KOLAGENASE DAN IPP LEBIH BANYAK DARIPADA SKELING DAN

CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA PERIODONTITIS AKIBAT

KALKULUS

Oleh :

Putu Lestari Sudirman

Program Studi Ilmu Biomedik

ABSTRAK

Periodontitis merupakan penyakit infeksi pada jaringan penyangga gigi,

disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan serat kolagen,

tulang alveolar, membentuk poket dan resesi gingiva, hal ini terjadi karena

kerusakan matriks metaloprotein yang disebabkan oleh kolagenase. Secara klinis

tingkat keparahan periodontitis dapat dilihat dari Indeks Penyakit Periodontal

(IPP). Terpinen-4-ol type merupakan kandungan aktif dari Tea Tree Oil sebagai

antiseptik, antibakteri, antiviral, antifungal, antiprotozoa dan antiinflamasi yang

belum pernah dipergunakan dipasaran untuk pengobatan periodontitis. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar Kolagenase dan IPP

pada penyakit periodontitis akibat kalkulus yang diberi perawatan skeling dan

Chlorhexidine Digluconate 0,12% dan Terpinen-4-ol type 1%. Penelitian ini dilakukan pada penderita periodontitis akibat kalkulus. Sebanyak

30 orang dengan rancangan eksperimental (Randomized Pre-post Test Control Group

Design), terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1(KP1) yang diskeling dan

diberikan Chlorhexidine Digluconate 0,12% secara topikal dan kelompok perlakuan 2

(KP2) yang diskeling dan diberi Terpinen-4-ol type 1% secara topikal.

Hasil penelitian berdasarkan Uji Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa

rerata kadar kolagenase pada KP1 mengalami penurunan sebelum perlakuan adalah

0,946+0,649 ng/mL, dan sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242 ng/mL. Sedangkan pada

KP2 sebelum perlakuan adalah 1,334+0,655 ng/mL dan sesudah perlakuan adalah

0,649+0,171 ng/mL. Pada rerata IPP KP1 sebelum diberi perlakuan adalah 5,35±0,13

skor, dan sesudah diberi perlakuan adalah 3,20±0,41 skor, sedangkan rerata IPP KP2

sebelum diberi perlakuan adalah 5,52±0,18 skor, dan sesudah diberi perlakuan adalah

2,70±0,41 skor.

Page 12: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

12

Disimpulkan bahwa skeling dan Terpinen-4-ol type 1% terbukti menurunkan

kadar kolagenase dan IPP lebih banyak daripada skeling dan Chlorhexidine Digluconate

0,12% penderita periodontitis akibat kalkulus.

Kata Kunci: Kolagenase, IPP, Terpinen-4-ol type 1%, Chlorhexidine Digluconate 0,12%.

Page 13: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

13

ABSTRACT

SCALING AND TERPINEN-4-OL TYPE 1% CAN REDUCE LEVELS OF

COLLAGENASE AND IPP MORE THAN SCALING AND CHLORHEXIDINE

0.12% DIGLUCONATE PERIODONTITIS DUE TO THE CALCULUS

Periodontitis is an infectious disease in the periodontal tissues, caused by

microorganisms that cause damage collagen fibers, alveolar bone, forming a pocket and

gingival recession, this caused by matrix metalloprotein collagenase. In the clinical

severity of periodontitis can be seen from periodontal disease indeks (IPP). Terpinen – 4

– ol type is the active ingredient of Tea Tree Oil as an antiseptic, antibacterial, antiviral,

antifungal, and anti – inflammatory, antiprotozoa have not been used commercially to

treat periodontitis. This research aims to determine the difference decreased levels of

collagenase and IPP in Periodontitis to calculus which treated with scaling and

Chlorhexidine Digluconate 0,12% and Terpinen – 4 – ol type 1%.

This study was conducted in patients with periodontitis due to calculus . A total

of 30 people with the experimental design ( randomized pre -post test control group

design ), consists of two groups: treatment group 1 ( KP1 ) and given that diskeling

Digluconate 0.12 % Chlorhexidine topical and treatment group 2 ( KP2 ) is diskeling and

terpinen - 4 - ol type 1 % topical .

The results based on the Wilcoxon Signed Ranks Test showed that the average

levels of collagenase in KP1 decreased before treatment was 0.946 +0.649 ng / mL, and

after treatment was 0.874 +0.242 ng / mL. While on KP2 before treatment was 1.334

+0.655 ng / mL and after treatment was 0.649 +0.171 ng / mL. In the mean IPP KP1

before treatment is given a score of 5.35 ± 0.13, and after treatment is given a score of

3.20 ± 0.41, while the average IPP KP2 before treatment is given a score of 5.52 ± 0.18,

and after treatment is given a score of 2.70 ± 0.41.

It was concluded that the scaling and terpinen - 4 - ol type 1 % proven to reduce

levels of collagenase and IPP more than scaling and 0.12 % Chlorhexidine Digluconate

periodontitis patients due to calculus.

Keywords : Collagenase , IPP , terpinen - 4 - ol type 1 % , 0.12 % Chlorhexidine

Digluconate .

Page 14: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

14

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………………….…………………………………………………… i

PERSYARATAN GELAR…………..…………………………………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN………..…………………………………………………….. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI………………………………………………..……. iv

UCAPAN TERIMA KASIH……..………………………………………………………. v

ABSTRAK………….…………..………………………………………………………… viii

ABSTRACT….………………..…………………………………………………………. ix

DAFTAR ISI………………….………………………………………………………….. x

DAFTAR GAMBAR………….…………………………………………………………. xiii

DAFTAR TABEL…….……….…………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……...…………………………………………………………… xv

DAFTAR SINGKATAN..……………………………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 7

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………… 8

1.3.1 Tujuan umum………………………………………………………………. 8

1.3.2 Tujuan khusus…………………………………………………………........ 8

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………......... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………. 10

2.1 Kolagenase…………………………………………………………………………. 10

2.2 Indeks Penyakit Periodontal……………………………………………………….. 12

Page 15: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

15

2.2.1 Indeks gingiva………………………………………………………………. 13

2.2.2 Mengukur derajat destruksi periodontal……………………………………. 14

2.2.3 Indeks plak………………………………………………………………….. 15

2.2.4 Indeks kalkulus……………………………………………………………… 16

2.3 Periodontal Pocket………………………………………………………………………….. 16

2.4 Terapi Periodontitis…………………………………………………………………. 18

2.4.1 Tahapan prosedur perawatan……………………………………………….. 20

2.5 Chlorhexidine Digluconate………………………………………………………………… 22

2.6 Tea Tree Oil…………………………………………………………………………………. 23

2.6.1 Deskripsi botani…………………………………………………………….. 23

2.7 Jaringan Periodontal………………………………………………………………… 25

2.7.1 Gingiva………………………………………………………………………. 26

2.7.1.1 Bagian - bagian gingiva……………………………………………... 26

2.7.2 Ligamen periodontal………………………………………………………… 28

2.7.3 Tulang alveolar……………………………………………………………… 29

2.7.4 Sementum…………………………………………………………………… 29

2.8 Gingivitis…………………………………………………………………………… 30

2.8.1 Pengertian gingivitis………………………………………………………… 30

2.8.2 Tanda - tanda gingivitis……………………………………………………... 31

2.9 Periodontitis………………………………………………………………………… 32

2.9.1 Penyebab periodontitis…………………………………………………….... 36

2.10 Kalkulus…………………………………………………………………………… 45

2.10.1 Pengaruh periodontal pocket terhadap permukaan akar gigi……………... 48

2.11 Cairan Sulkus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)……………………………... 49

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESI PENELITIAN………. 52

Page 16: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

16

3.1 Kerangka Berpikir…………………………………………………………………. 52

3.2 Konsep Penelitian………………………………………………………………….. 55

3.3 Hipotesis Penelitian………………………………………………………………… 56

BAB IV METODE PENELITIAN………………………………………………………. 57

4.1 Rancangan Penelitian………………………………………………………………. 57

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………............ 58

4.2.1 Tempat penelitian…………………………………………………………… 58

4.2.2 Waktu penelitian……………………………………………………………. 59

4.3 Populasi dan Sampel……………………………………………………………….. 59

4.3.1 Populasi……………………………………………………………………... 59

4.3.2 Sampel………………………………………………………………………. 59

4.3.2.1 Kriteria inklusi………………………………………………………. 59

4.3.2.2 Kriteria eksklusi……………………………………………………... 60

4.3.2.3 Kriteria drop out…………………………………………………….. 60

4.3.2.4 Besar sampel………………………………………………………… 60

4.3.3 Teknik penentuan sampel…………………………………………………… 62

4.4 Variabel Penelitian…………………………………………………………………. 62

4.5 Definisi Operasional Variabel……………………………………………………… 62

4.6 Alat dan Bahan Penelitian …………………………………………………………. 66

4.6.1 Alat…………………………………………………………………………. 66

4.6.2 Bahan……………………………………………………………………….. 66

4.7 Prosedur Penelitian…………………………………………………………............. 67

4.8 Alur Penelitian……………………………………………………………………… 71

4.9 Analisis Data……………………………………………………………………… 72

Page 17: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

17

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………………… 75

5.1 Analisis Deskriptif………………………………………………………………….. 75

5.2 Analisis Normalitas…………………………………………………………………. 76

5.3 Uji Komparasi………………………………………………………………………. 78

5.3.1 Uji komparasi umur antar kelompok perlakuan………………………........... 78

5.3.2 Uji komparasi kadar kolagenase…………………………………………….. 79

5.3.3 Uji komparasi IPP…………………………………………………………… 82

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………………………………………… 85

6.1 Subjek Penelitian……………………………………………………………………. 85

6.2 Pengaruh Skeling dan Pemberian Terpinen - 4 - ol 1%

dan Chlorexidine Digluconate 0,12% terhadap kadar kolagenase……………….. 85

6.2.1 Pengaruh skeling dan pemberian Terpinen - 4 - ol 1%

terhadap kolagenase…………………………………………………………. 87

6.2.2 Pengaruh skeling dan pemberian Chlorexidine Digluconate 0,12%

terhadap kadar kolagenase………………………………………………….. 89

6.2.3 Peran Terpinen - 4 - ol 1% terhadap kadar kolagenase……………………... 89

6.3 Pengaruh Skeling dan Pemberian Terpinen - 4 - ol 1%

dan Chlorexidine Digluconate 0,12% terhadap IPP……………………………… 93

6.3.1 Pengaruh skeling dan pemberian Terpinen - 4 - ol 1% terhadap

IPP………………………………………………………………………….. 95

6.3.2 Pengaruh skeling dan pemberian Chlorexidine Digluconate 0,12%

terhadap IPP……………………………………………………………….. 95

6.3.3 Peran Terpinen - 4 - ol 1% terhadap IPP…………………………………… 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………… 100

Page 18: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

18

7.1 Simpulan……………………………………………………………………………. 100

7.2 Saran……………………………………………………………………………….. 100

DAFTAR PUSTAKA...…………………………………………………………………… 101

LAMPIRAN………………………………………………………………………………. 106

Page 19: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

19

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Pengukuran IPP menggunakan dental probe..…................................... 15

2.2 Gambar radiodogi periodontitis………………………………………... 20

2.3 Periodontitis sebelum dan sesudah perawatan………………………… 22

2.4 Pohon melaleuca alternifolia...………………………………………... 24

2.5 Struktur anatomi jaringan periodontal…………………………………. 26

2.6 Gingivitis……………………………………………………………..... 31

2.7 Periodontitis……………………………………………………………. 33

2.8 Periodontitis kronis…………………………………………………….. 47

2.9 Periodontitis kronis setelah dirawat………………………………….... 48

3.1 Bagan konsep penelitian………………………………………….……. 55

4.1 Rancangan penelitian………………………………………………..…. 57

4.2 Alur penelitian………………………………………………………..... 71

6.1 Penurunan kolagenase sesudah diberi perlakuan………………………. 92

6.2 Penurunan IPP sesudah diberi perlakuan……………………………… 98

Page 20: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

20

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian…………………….. 75

Tabel 5.2 Uji Normalitas Variabel Antar Kelompok Penelitian………. 77

Tabel 5.3 Uji Perbedaan Rerata Umur Antar Kelompok Perlakuan …. 78

Tabel 5.4 Uji Pernedaan Rerata Kadar Kolagenase Sebelum

dan Sesudah Perlakuan Tiap Kelompok…………………… 79

Tabel 5.5 Uji Perbedaan Rerata Kadar Kolagenase Sebelum

dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok………………….. 80

Tabel 5.6 Uji Perbedaan Rerata Selisih Kadar Kolagenase Sebelum

dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok………………….. 81

Tabel 5.7 Uji Perbedaan Rerata IPP Sebelum

dan Sesudah Perlakuan Tiap Kelompok…………………… 82

Tabel 5.8 Uji Perbedaan Rerata IPP Antar Kelompok Sebelum

dan Sesudah Perlakuan …………………………………… 83

Tabel 5.9 Uji Perbedaan Rerata Selisih IPP Sebelum

dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ………………… 84

Page 21: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Concent………………………………………………........ 106

Lampiran 2. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)……………………... 113

Lampiran 3. Dokumentasi Laboratorium…………………………………………. 114

Lampiran 4. Protokol Penelitian………………………………………………….. 117

Lampiran 5. Analisis Statistik…………………………………………………….. 127

Page 22: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

22

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

cAMP : cyclic Adenosine Monophospate

GCF : Gingival Crevicular Fluid

DHE : Dental Healt Education

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

HIV : Human Immunodefisiency Virus

IPP : Indeks Penyakit Periodontal

KP1 : Kelompok Perlakuan 1

KP2 : Kelompok Perlakuan 2

MMPs : Matrix Metalloproteinase

OHI : Oral Hygiene Instruction

TIMP : Tissue Inhibitor Matrix Metalloproteinase

Page 23: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut sering kali kurang mendapat perhatian yang

serius, akibat kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengenai kesehatan gigi

dan mulut. Sering kali penyakit gigi dan mulut tidak mendapat penanganan yang

tepat waktu, bahkan tidak mendapat penanganan sama sekali. Pemeliharaan

kesehatan gigi di lingkungan rumah, seperti menyikat gigi yang tepat baik cara

dan waktunya masih tidak terlaksana dengan baik. Banyak dampak yang

ditimbulkan karena kebiasaan tersebut, akibat awal yang dapat dilihat adanya

peradangan gusi atau gingivitis. Hal ini diakibatkan oleh plak yang melekat pada

gigi terutama pada daerah yang sulit dijangkau sikat gigi misalnya pada sulkus

gingival atau interdental.

Akibat awal yang ditimbulkan dari pola hidup tersebut adalah banyak

terjadi radang gusi atau gingivitis. Gingivitis merupakan radang gusi yang

disebabkan oleh zat yang berasal dari mikroba yang terdapat dalam plak yang

terakumulasi di sulkus gingiva (Roy, 2005). Penumpukan bakteri plak pada

permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Setelah

menyikat gigi dengan tepat dan sempurna, akumulasi plak akan terbuang semua

dan dalam satu minggu gingivitis akan menyembuh (Asni, 2010). Pada gingivitis

terjadi respons inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung dan dapat

menyebabkan perubahan warna gusi mulai dari kemerahan sampai kebiruan,

Page 24: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

24

sesuai dengan bertambahnya proses peradangan yang terjadi terus – menerus

(Carranza et al., 2006). Perubahan warna ini disebabkan oleh peradangan pada

jaringan pendukung sebagai akibat dari dilatasi dan pertambahan permeabilitas

pembuluh darah. Seringkali penderita tidak menyadari bahwa dirinya

mempunyai suatu kelainan pada gingivanya, hal ini disebabkan tidak ada

keluhan rasa sakit ataupun nyeri pada kondisi ini.

Gingivitis akan berkembang menjadi kerusakan jaringan periodontal yang

lebih dalam yaitu periodontitis. Kasus periodontitis merupakan kelanjutan dari

gingivitis yang tidak mendapat penanganan, seperti yang diutarakan oleh

Wahyukundari (2008). Periodontitis merupakan penyakit infeksi pada jaringan

penyangga gigi, disebabkan oleh bakteri dan menyebabkan kerusakan ligament

periodontal, tulang alveolar, membentuk poket, resesi gingiva atau keduanya

(Carranza et al., 2006). Gambaran klinis yang membedakan periodontitis dari

gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan pada sulkus gingivanya.

Penyakit periodontitis yang berlanjut dapat menyebabkan hilangnya

jaringan penyangga gigi, yang dapat mengakibatkan gigi goyang (Lely, 2004).

Beberapa sumber mengatakan bahwa kasus ini menempati angka kedua terbesar

setelah karies gigi dalam bidang kedokteran gigi. Angka periodontitis sepanjang

tahun 2012 di Poliklinik Gigi RSUP Sanglah sebesar 927 kasus dari total

kunjungan pasien Poliklinik Gigi RSUP Sanglah sebanyak 4185 pasien, dari

angka tersebut hampir 22,15%.

Angka kejadian periodontitis bervariasi pada berbagai Negara di dunia dan

memperlihatkan kencenderungan terjadi peningkatan. Pada sebuah penelitian

Page 25: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

25

tahun 2005 yang dilakukan di Brazil mengemukakan bahwa prevalensi

periodontitis agresif pada usia 12 – 25 tahun sebesar 6,5% dan meningkat menjadi

9,9% (Albandar, 2005). Pada 2006 dalam sebuah penelitian pula, dikatakan 25,9%

dari subyek yang diteliti menderita periodontitis kronis dan agresif (Levine et al.,

2006).

Kerusakan jaringan penyangga pada periodontitis kronis yang disebabkan

oleh adanya penumpukan kalkulus pada sulkus gingiva. Pada kalkulus terdapat

mikroorganisme penghasil kolagenase, yaitu suatu enzim ini dapat memecah

kolagen pada peristiwa remodeling jaringan, sehingga berakibat merusak jaringan

penyangga gigi (Wahyukundari, 2008). Untuk mengidentifikasi bakteri patogen

pada kasus periodontitis tidaklah mudah, karena terdapat komunitas bakteri yang

sangat kompleks. Mikroorganisme yang menyebabkan periodontitis selain

Streptococcus mutans juga disebabkan oleh Porphyromonas gingivalis dan

Actinobacillus actinomycetemcomitans (Carranza et al., 2006).

Jaringan penyangga gigi terdiri dari serat – serat kolagen. Kolagen adalah

protein fibrosa (berserat) yang paling banyak dan membentuk lebih dari 25%

tubuh manusia, termasuk didalamnya adalah tulang dan gigi yang diperkuat oleh

jaringan serat kolagen analog dengan kawat baja yang memperkuat beton. Serat

kolagen yang mendukung jaringan periodontal yang tergolong jaringan ikat dan

tulang merupakan kolagen tipe 1, dimana merupakan protein terbanyak yang

membentuk 90 – 95% material organik (Murray et al., 2013). Kolagen tipe 1

mempunyai struktur berupa matriks metaloprotein yang mengandung ion logam

yang berikatan erat. Pada periodontitis terjadi kerusakan matriks metaloprotein

Page 26: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

26

yang disebabkan oleh enzim yang mempengaruhi degradasi dari makromolekul

matriks ekstraseluler, yaitu kolagen interstisial dan kolagen membran basalis,

fibronektin, lamini dan proteoglikan yang disebut matrix metalloproteinase

(MMPs). MMPs yang berperan sebagai penyembab kerusakan jaringan jaringan

kolagen pada ligament periodontal adalah MMPs – 8, pada kondisi fisiologis

enzim ini akan diimbangi dengan sekresi dari tissue inhibitor matrix

metalloproteinase (TIMP) yang dihasilkan oleh jaringan (Wahyukundari, 2008).

Kondisi menjadi tidak berimbang dan mengarah menjadi patologis karena adanya

akumulasi bakteri secara berlebihan dalam massa kalkulus. Kadar normal

kolagenase dalam Gingival Crevicular Fluid pada kondisi normal jaringan

penyangga gigi dalam sebuah penelitian yaitu ±0,250 ng/mL (Mantyla et al.,

2003).

Masa kalkulus yang menempati saku gingiva menyebabkan pergeseran

kedalaman saku gingiva dan kerusakan jaringan periodontalnya yang disebut

periodontal pocket, sehingga terjadinya pergeseran kedalaman dasar saku dari

kondisi normal 2 mm menjadi lebih dalam. Periodontal indeks secara klinis dapat

dilihat salah satunya dari kedalaman periodontal pocket, yang secara sederhana

dapat diukur dengan probe periodontal. Semakin dalam periodontal pocket yang

terdeteksi maka terindikasi kerusakan jaringan periodontal yang semakin luas,

dimana dapat diukur dengan Indeks Penyakit Periodontal (IPP). Indeks Penyakit

Periodontal (IPP) merupakan suatu metode yang disepakat dalam menghitung

kerusakan jaringan periodontal. Dalam kondisi normal skor IPP memiliki skor

nol.

Page 27: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

27

Menurut Daliemunthe (1995) kalkulus atau karang gigi adalah plak bakteri

yang telah mengalami demineralisasi atau kalsifikasi. Kalkulus merupakan

kumpulan masa yang mengalami kalsifikasi yang melekat erat pada permukaan

gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut. Sisa-sisa makanan dan bakteri mudah

melekat dan berkembang biak, hal ini disebabkan karena permukaannya yang

kasar sehingga terjadi penebalan dari kalkulus tersebut. Pengendapan kalkulus

yang banyak biasanya terjadi pada permukaan gigi yang berlawanan dengan

muara kelenjar ludah, misalnya bagian lingual gigi anterior sel – sel permukaan

mukosa rahang bawah dan bagian bukal gigi molar satu atas. Tetapi dapat juga

dijumpai pada setiap gigi geligi tiruan yang tidak di bersihkan dengan baik

(Carranza et al., 2006).

Menghilangkan faktor penyebabnya yaitu kalkulus dengan teknik yang

disebut skeling sangat membantu penyembuhan periodontitis oleh karena

kalkulus. Kalkulus diyakini sebagai penyebab utama dari penyakit gingiva dan

periodontal, namun pandangan ini berubah setelah lebih dikenalnya peranan plak

bakteri (Daliemunthe, 1995). Metode pengobatan kasus periodontitis adalah

memadukan teknik menghilangkan plak bakteri yang terdapat dalam kalkulus

dengan menghilangkan jumlah bakteri yang menyebabkan terjadinya kerusakan

pada gingiva dan jaringgan periodontal. Mulai dari penggunaan berbagai jenis

antibiotik dan zat – zat yang berperan membunuh bakteri diaplikasikan secara

topikal pada periodontal pocket yang telah mengalami periodontitis. Hingga saat

ini banyak digunakan bahan untuk menekan jumlah bakteri yang menghasilkan

enzim proteolitik yang sangat berperan dalam proses kerusakan jaringgan

Page 28: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

28

periodontal yaitu Chlorhexidine Digluconate 0,12%. Bahan ini memiliki

kekurangan yaitu dapat menimbulkan stain dan gangguan pengecapan jika

digunakan dalam waktu lebih dari 14 hari.

Pada perkembangannya sering dijumpai bahan – bahan herbal yang

disisipkan pada produk – produk yang kerap dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Tea tree oil merupakan salah satu bahan herbal yang mulai dipergunakan pada

produk pasta gigi dan bahan – bahan yang berkasiat menekan inflamasi baik pada

rongga mulut maupun kulit.

Tea tree oil adalah minyak esensial hasil dari destilasi tanaman khas

Australia Melaleuca alternifolia (Sekarsari, 2008), mempunyai kandungan zat –

zat aktif dengan dominasi kandungan oil of melaleuca, Terpinen-4-ol type sebesar

30 – 48% yang berkasiat sebagai anti mikroba (Mardisiswojo dan

Rajamangusudarso, 1977; Lily, 1980; Heyne, 1987). Tea tree oil mempunyai

aktifitas antibakteri, antiviral, antifungal, antiprotozoa dan antiinflamasi (Carson

et al., 2006). Mekanisme kerja dari Terpinen-4-ol type dalam membunuh

mikroorganisme dengan cara merusak membran sitoplasma sel dari

mikroorganisme tersebut (Christine et al., 2002). Pada kasus scabies dikatakan

tea tree oil dengan kandungan 1% mempunyai efek yang lebih baik dalam

membunuh tungau S. scabei secara invitro (Walton et al., 2004), yang

menimbulkan rasa ingin mengetahui penggunaan tea tree oil dengan konsentrasi

1% dalam menurunkan mikroorganisme penyebab periodontitis dengan tolok ukur

penurunan enzim proteolitik yang dihasilkan yaitu kolagenase dengan mengetahui

Page 29: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

29

kadar Matrix Metalloproteinnase – 8 pada crevicular gingival fluid (CGF) dan

Indeks Penyakit Periodontal (IPP). Selain itu pada penelitian – penelitian

sebelumnya yang dilakukan secara invitro dikatakan Tea Tree Oil mempunyai

kemampuan sensitivitas terhadap mikroorganisme penghasil kolagenase pada

rongga mulut selain Streptococcus mutans seperti Porphyromonas gingivalis dan

Actinobacillus actinomycetemcomitans. Perbedaan konsentrasi Tea Tree Oil 1%

dipergunakan sesuai dengan penelitian terdahulu yang melihat kerentanan bakteri

rongga mulut dengan Tea Tree Oil pada konsentrasi 1% dan penggunaan bahan

Chlorhexidine Digluconate dalam bentuk sediaan yang telah terjual bebas dengan

konsentrasi 0,12%.

Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Groppo et al. (2002) yang

membandingkan efektivitas Chlorhexidine, bawang putih dan tea tree oil dalam

aktivitas antimikroba dalam rongga mulut, menyatakan bahwa Chlorhexidine dan

bawang putih menunjukan aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans,

tetapi tidak terhadap mikroorganisme lain dalam rongga mulut, sedangkan tea tree

oil mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans dan

mikroorganisme rongga mulut lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul

adalah:

Page 30: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

30

1. Apakah skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% menurunkan kadar

kolagenase lebih banyak daripada skeling dan pemberian Chlorhexidine

Digluconate 0,12% pada penderita periodontitis oleh karena kalkulus ?

2. Apakah skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% menurunkan Indeks

Penyakit Periodontal (IPP) lebih banyak daripada skeling dan pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita periodontitis oleh karena

kalkulus ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui dengan pemberian Terpinen-4-ol type 1% secara topikal

setelah skeling dapat menurunkan kadar kolagenase dan Indeks Penyakit

Periodontal (IPP) penderita periodontitis kronis oleh karena kalkulus.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type

1% dapat menurunkan kadar kolagenase lebih banyak daripada perawatan

skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita

periodontitis oleh karena kalkulus.

2. Untuk mengetahui perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type

1% dapat menurunkan Indek Penyakit Periodontal (IPP) lebih banyak

daripada perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate

0,12% pada penderita periodontitis oleh karena kalkulus.

Page 31: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

31

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Informasi yang didapatkan menambah khasanah ilmu yang telah ada

khususnya para bagi tenaga kesehatan dalam bidang kedokteran gigi,

dalam penanganan kasus periodontitis kronis yang disebabkan oleh

kalkulus dengan menggunakan Terpinen-4-ol type 1%.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Terpinen-4-ol type 1% sebagai alternatif lain dalam menurunkan

indeks periodontitis berdasarkan kadar kolagenase pada Gingival

Crevicular Fluid (GCF) dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP) lebih

efektif dan terjangkau, pada penderita periodontitis kronis yang

disebabkan oleh kalkulus, setelah dilakukan perawatan skeling.

2. Terpinen-4-ol type 1% sebagai alternatif lain dalam menurunkan

indeks periodontitis berdasarkan kadar kolagenase pada Gingival

Crevicular Fluid (GCF) dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP) lebih

efektif dan terjangkau, pada penderita periodontitis kronis yang

disebabkan oleh kalkulus, setelah dilakukan perawatan skeling.

Page 32: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kolagenase

Periodontitis merupakan penyakit inflamasi dari jaringan

pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan mengakibatkan

kerusakan progresif dari ligamentum periodontal dan tulang alveolar dengan

pembentukan periodontal pocket dan resesi. Kadar kolagenase dapat dijadikan

indikator keberadaan mikroorganisme yang perperan sebagai penyebab kerusakan

jaringan periodontal pada periodontitis, selain itu secara klinis dapat diukur

dengan IPP (Indeks Penyakit Periodontal).

Pembentukan periodontal pocket menandakan adanya kerusakan serabut

kolagen. Serabut kolagen dan sementum ini berfungsi untuk mengikat gigi pada

tempatnya dimana serabut kolagen berjalan langsung dari tulang rahang menuju

membran periodontal, dan kemudian masuk kedalam sementum. Bila gigi

mendapat tekanan berlebihan, lapisan sementum menjadi lebih tebal dan lebih

kuat (Guyton dan Hall, 2008).

Kolagenase merupakan suatu enzim perusak jaringan yang paling khas,

dikatakan enzim yang dihasilkan oleh C. perfringens, S. aureus, Sterptokokus

Group A dan dalam jumlah yang lebih sedikit dihasilkan oleh bakteri anaerob.

Dikatakan pula kolagenase merupakan enzim proteolitik yang memecah kolagen ,

Page 33: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

33

suatu protein utama pada jaringan ikat fibrosa, dan menyebabkan penyebaran

infeksi pada jaringan (Brooks et al., 2008).

Di jaringan manusia, telah ditemukan paling sedikit 25 tipe kolagen

berbeda yang dibentuk oleh lebih dari 30 rantai polipeptida berbeda ( masing –

masing dikode oleh gen terpisah). Meskipun beberapa dari tipe ini terdapat dalam

jumlah sangat kecil, namun kolagen tersebut berperan penting dalam menentukan

sifat fisik suatu jaringan tertentu (Guyton dan Hall, 2008; Robert et al., 2012).

Jaringan periodontal tersusun dari komponen matrik ekstra seluler yaitu

kolagen yang berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan jaringan. Kolagen

interstisial jaringan periodontal berfungsi untuk penyembuhan dan pembentukan

jaringan baru. Penyakit periodontal didefinisikan sebagai penyakit yang

kehilangan struktur kolagennya pada daerah penyangga gigi sebagai respon dari

akumulasi bakteri pada jaringan periodontal, tapi pathogenesis secara molekular

masih belum jelas (Wahyukundari, 2008).

Kolagen merupakan protein fibrosa (berserat) yang paling banyak dan

membentuk lebih dari 25% massa protein dalam tubuh manusia. Protein fibrosa

ini merupakan sumber utama kekuatan struktural sel dan jaringan. Kulit mendapat

kekuatan dan kelenturannya dari jalinan serat kolagen dan keratin yang bersilang,

sementara tulang dan gigi diperkuat oleh jaringan serat kolagen yang analog.

Kolagen juga terdapat pada jaringan ikat, misalnya ligamentum dan tendon.

Page 34: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

34

Kolagen tipe I terdiri dari suatu struktur heliks tripel dan membentuk

fibril. Semua tipe kolagen memiliki struktur tripel. Pada beberapa kolagen,

keseluruhan molekulnya adalah heliks tripel mungkin hanya membentuk sebagian

struktur. Kolagen tipe I yang matang mengandung 1000 asam amino, termasuk

dalam tipe pertama, pada tipe ini, setiap subunit polipeptida atau rantai alfa

terpuntir menjadi heliks putar-kiri (left-handed) tiga residu perpuntiran. Tiga dari

rantai alfa ini kemudian bergulung menjadi superhelik putar-kanan (right-

handed), membentuk molekul seperti batang dengan garis tengah 1,4 nm dan

panjang sekitar 300 nm. Gambaran yang mencolok pada kolagen adalah adanya

residu glisin disetiap posisi ke tiga bagian heliks tripel rantai alfa. Hal ini

diperlukan karena glisin adalah satu – satunya asam amino yang cukup kecil

untuk terakomodasi di ruang terbatas yang terdapat di bagian tengan heliks tripel

(Robert et al., 2012). Kadar normal kolagenase dalam Gingival Crevicular Fluid

pada kondisi normal jaringan penyangga gigi dalam sebuah penelitian yaitu

±0,250 ng/mL (Mantyla et al., 2003).

2.2 Indeks Penyakit Periodontal

Pemeriksaan klinis yang sederhana untuk menentukan tingkat keruskan

jaringan periodontal gigi dapat dilihat dengan menghitung Indeks Penyakit

Periodontal (IPP). Menurut Daliemunthe. (1995). Indeks penyakit periodontal

merupakan suatu metode yang disepakat dalam menghitung kerusakan jaringan

periodontal, meliputi :

Page 35: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

35

2.2.1 Indeks gingiva

indeks yang digunakan untuk menilai derajad keparahan inflamasi.

Pengukuran dilakukan pada gingiva diempat sisi gigi – geligi yang

diperiksa adalah papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla

mesiovestibular dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh

dengan menjumlahkan skor untuk keempat sisi yang diperiksa lalu dibagi

empat. Jumlah skor yang di dapat dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah

gigi yang diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva untuk individu.

Kriteria untuk penentuan skornya adalah sebagai berikut :

Skor 0 : gingiva normal

Skor 1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan

perubahan warna, sedikit oedema pada palpasi tidak terjadi

pendarahan

Skor 2 : inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah,

oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan.

Skor 3 : inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah

menyolok, oedematous, terjadi ulserasi, gingiva mudah

berdarah.

Skor 4 : Bila pada kedua sisi yang diperiksa ada poket gingiva

yang sudah berada > 3 mm apikal dari batas semento – enamel.

Skor 5 : Bila pada dua sisi yang diukur poket gingivanya berada

3 – 6 mm apikal dari batas semento – enamel.

Page 36: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

36

Skor 6 : Bila poket gingiva pada salah satu sisi yang diukur telah

berada > 6 mm apikal dari semento – enamel.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor

indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut :

Skor indeks gingiva kondisi gingiva

0,1 – 1,0 gingivitis ringan

1,1 – 2,0 gingivitis sedang

2,0 – 3,0 gingivitis parah

2.2.2 Mengukur derajat destruksi periodontal

A. Bila tepi gingiva berada pada enamel, ukur jarak dari gingiva ke batas

semento – enamel. Bila epitel penyatu berada pada akar gigi dan batas

semento – enamel tidak teraba dengan probe, catat kedalaman sulkus

gingiva pada mahkota. Kemudian ukur jarak dari tepi gingiva ke

periodontal pocket apabila probe dapat digeser ke apikal ke atas

semento – enamel tanpa hambatan atau timbulnya nyeri sakit. Jarak

dari atas semento – enamel ke dasar saku dapat dihitung dengan

mengurangi hasil pengukuran kedua (jarak tepi gingiva ke periodontal

pocket) dengan hasil pengukuran pertama (kedalaman sulkus pada

mahkota gigi) (Carranza et al., 2006).

B. Bila tepi gingiva berada pada sementum, ukur jarak dari batas semento

– enamel ke tepi gingiva (dicatat sebagai angka negatif). Kemudian

ukur jarak dari batas semento – enamel ke dasar sulkus (dicatat

sebagai angka positif). Besarnya kehilangan perlekatan adalah sebesar

Page 37: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

37

hasil perhitungan kedua, sedangkan kedalaman periodontal pocket

dihitung dengan menjumlahkan hasil pengukuran pertama dengan hasil

pengukuran kedua (Carranza et al., 2006).

Pengukuran IPP secara klinis dengan menggunakan dental probe dapat

dilihat lebih jelas pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pengukuran IPP menggunakan dental probe (Daliemunthe, 1995)

2.2.3 Indeks plak

Indeks 0 : tidak ada plak

Indeks1 : gingiva yang menutupi kurang dari sepertiga dari setengah

gingiva permukaan vestibular atau oral dari gigi

Page 38: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

38

Indeks 2 : adanya plak yang menutupi lebih dari sepertiga tetapi kurang

dari dua – pertiga separuh gingiva permukaan vestibular dan

oral dari gigi

Indeks 3 : adanya plak menutupi dua – pertiga atau lebih separuh gingiva

permukaan vestibular atau oral dari gigi

2.2.4 Indeks kalkulus

Indeks 0 : tidak ada kalkulus

Indeks 1 : adanya kalkulus supragingiva yang sedikit meluas (tidak

lebih dari 1mm) apikal dari tepi gingiva bebas.

Indeks 2 : adanya kalkulus supragingiva dan subgingiva atau kalkulus

subgingiva saja dalam jumlah sedang.

Indeks 3 : adanya tumpukan kalkulus supragingiva dan subgingiva yang

banyak.

Pada kondisi fisiologis skor Indeks Penyakit Periodontal adalah 0 (nol)

yang ditinjau dari skor Indeks gingiva.

2.3 Periodontal Pocket

Periodontal pocket juga sering disebut saku periodontal, tentunya

berbeda dengan sulcus gingiva atau saku gingiva. Perbedaannya pada periodontal

pocket telah terjadi migrasi dari penyatu apikal dari batas sementum dan enamel.

Page 39: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

39

Berdasarkan level dasar periodontal pocket terhadap krista tulang alveolar dapat

dibedakan menjadi dua yaitu (Daliemunthe, 1995; Lindhe et al., 2008) :

1. Gingival pocket atau pseudopocket kedalaman sulkus oleh karena

adanya pembesaran gingiva, tidak terjadi migrasi epitel dari pembatas

sementum dan enamel

2. Supraboni pocket yaitu dasar pocket dan epitel pocket masih berada

lebih koronal dari Krista tulang alveolar yang mengalami resorbsi

horizontal. Serat ligament periodontal transeptal merentang horizontal

sebagaimana biasanya, demikian pula serat – serat yang berada lebih

apikal dari dasar pocket tetap tersusun dalam arah horizontal

sebagaimana arah normal.

3. Infraboni pocket yaitu dasar pocket berada lebih apikal dari krista

tulang alveolar dan epitel pocket berada lebih lateral dari tulang alveolar

yang mengalami resorbsi vertikal atau angular, sedangkan serat

transeptal tidak lagi merentang horizontal melainkan serong melintasi

krista tulang alveolar. Serat – serat yang berada lebih apikal dari dasar

pocket merentang angular mengikuti pola angular tulang alveolar.

Berdasarkan jumlah permukaan gigi yang terlibat, periodontal pocket dapat

diklasifikasikan atas (Carranza et al., 2006) :

1. Pocket sederhana (simple pocket) adalah pocket yang melibatkan hanya

satu permukaan gigi saja.

Page 40: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

40

2. Pocket gabungan (compound pocket) yaitu pocket yang melibatkan dua

permukaan gigi atau lebih dan dasar pocket bergabung langsung dengan

muara pocket pada masing – masing yang terlibat.

3. Pocket Kompleks (complex pocket) adalah tipe pocket yang dasarnya

berada pada salah satu permukaan atau sisi dan kemudian berjalan

mengelilingi gigi sehingga melibatkan satu atau lebih sisi lain sampai

bermuara pada satu sisi terakhir yang dilibatkan.

2.4 Terapi periodontitis

Perawatan periodontal mencakup jaringan lunak, fungsional, sistemik dan

pemeliharaan khusus. Dasar pemikiran perawatan periodontal meliputi hasil

perawatan yang diharapkan, faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan

dan penyembuhan pasca perawatan.

Perawatan jaringan lunak dapat diperhatikan dari prosedur periodontal untuk

menyingkirkan inflamasi gingiva, periodontal pocket dengan melakukan skeling,

pembersihan permukaan akar gigi dengan bedah dan kuret. Berlanjut pada

prosedur periodontal untuk untuk menciptakan kontur gingiva dan hubungan

mukosa – gingiva yang kondusif untuk terpeliharanya kesehatan periodonsium

dengan cara melakukan gingivektomi dan bedah mukogingiva. Prosedur restoratif

untuk menambal lesi karies selanjutnya mengkoreksi tepi restorasi yang tidak

baik, perbaikan kontur permukaan proksimal, vestibular, dan oral restorasi yang

baik sehingga tercapainya kontak proksimal (Lindhe et al., 2008).

Page 41: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

41

Pada perawatan bidang fungsional bertujuan untuk tercapainya stimulasi

fungsional yang dibutuhkan untuk terpeliharanya kesehatan jaringan periodontal,

mencakup prosedur penyelarasan oklusal (oclusal adjustement), prosedur

restoratif, prostetik dan ortodontik, prosedur splinting gigi yang memiliki

mobilitas, koreksi terhadap kebiasaan bruksisma dan klubsing. (Fedi et al., 2005)

Secara sistemik diperlukan kerja sama dengan dokter umum / spesialis yang

merawat untuk mengkondisikan penyakit sistemik penderita agar tetap terkontrol

dalam melakukan prosedur perawatan, menekan kondisi sistemik penderita agar

tidak mempengaruhi respon periodonsium terhadap prosedur perawatan. Kondisi

sistemik yang mengancam terpeliharanya kesehatan periodonsium setelah

selesainya perawatan (Carranza et al., 2006) .

Pemeliharaan kusus bertujuan untuk mempertahankan kesehatan

periodonsium setelah selesai perawatan, prosedur yang mencakup dalam bidang

ini adalah instruksi kontrol plak, kunjungan berkala sesuai jadwal yang

ditetapkan, keadaan restorasi untuk menyelaraskan oklusal lebih lanjut,

pemantauan kondisi periodonsium secara radiografis (Daliemunthe, 1995).

Gambaran rontgen foto periapikal kerusakan jaringan periodontal yang

disebabkan oleh periodontitis akibat kalkulus dapat dilihat pada gambar 2.2.

Page 42: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

42

Gambar 2.2 Gambaran radiologi periodontitis (Daliemunthe, 1995)

2.4.1 Tahapan prosedur perawatan

Dasar pemikiran dalam tahapan prosedur perawatan periodontitis menurut

Fedi et al. (2005) mencakup:

1. OHI (Oral Hygiene Instructions).

2. Skeling, root planning (penghalusan permukaan akar gigi).

3. Aplikasi agen anti mikroba secara topikal pada subgingiva.

4. Evaluasi ulang.

5. Bila diperlukan dilakukan terapi kusus atau tambahan

6. Pembedahan

7. Terapi pemeliharaan dilakukan setiap tiga bulan sekali.

Periodontitis akibat kalkulus dengan retraksi gingiva dan kerusakan

jaringan periodontal yang meluas dan kondisi setelah dilakukan perawatan skeling

dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% secara topikal dapat dilihat pada

gambar 2.3 dibawah ini.

Page 43: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

43

Gambar 2.3 Periodontitis sebelum dan sesudah perawatan (Daliemunthe, 1995)

2.5 Chlorhexidine Digluconate

Chlorhexidine Digluconate mempunyai gugus kimia 1.6 – bis – p

chlorophenylbiguanidohexane, sebagai anti mikroorganisme dengan spektrm luas,

dan bersifat bakterisida dan berefek terhadap kuman gram positif. Penggunaan

Chlorhexidine Digluconate yang aman selama 14 hari, karena bahan ini dapat

menimbulkan gangguan pengecapan dan stain pada permukaan gigi jika dipakai

berkepanjangan (Soeherwine et al, 2000). Bahan ini sudah sering dijumpai dalam

sediaan – sediaan obat kumur yang mempunyai fungsi sebagai anti septik, dan

dianjurkan penggunaannya dalam menekan bakteri di rongga mulut pasca skeling,

pencabutan dan tindakan bedah.

2.6 Tea Tree Oil

Mempunyai kandungan zat – zat aktif dimana didominasi dengan

kandungan oil of melaleuca, Terpinen-4-ol type sebesar 30-48% yang berkasiat

sebagai anti mikroba. Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa Melaleuca

alternifolia diekstrak dari daun dan ranting dengan destilasi uap dan hasil ini

Page 44: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

44

adalah sekitar 1,8% dengan komponen kimia utama memiliki aktivitas

antimikroba yaitu terpinen – 4 – ol (Ramamurthy dan Lakshmi., 2011).

Komposisi tea tree oil (TTO) yang telah diketahui diantaranya Terpinen-4-ol (30

– 40 %), γ-terpinene (10 – 28 %), α-terpinene (5 – 13 %), 1,8-cineole (0 – 5 %),

α-terpinolene (1,5 – 5 %), α-terpineol (1,5 – 8 %), α-pinene (1 – 6 %), p-cymene

(0,5 – 8 %) (Sonia dan Anupama, 2011).

2.6.1 Deskripsi botani

Mempunyai nama umum : Australian tea tree oil, melaleuca oil

Nama ilmiah : Melaleuca

alternifolia.

Gambar 2.4 Pohon Melaleuca alternifolia (Ramamurthy dan Lakshmi, 2011)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Page 45: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

45

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Sub Famili : Myrtoideae

Tribe : Melalueaceae

Genus : Melaleuca

Spesie : Alternifolia.

Tergolong pohon kecil dari New South Wales, Australia, menyerupai

pohon cemara dengan daun seperti jarum dan bunga berwarna kuning keunguan

dengan tinggi kurang lebih 7 meter atau 20 kaki, tumbuh subur di daerah berawa.

Minyak yang dihasilkan dipergunakan oleh kaum pribumi untuk berbagai macam

pengobatan. Melaeuca ini telah dibudidayakan dibagian lain dari Australia

termasuk Queensland dan bagian barat Australia. Sementara spesies lain

Melaeuca tumbuh di Australia, Selandia Baru dan Indonesia (Ramamurthy dan

Lakshmi, 2011). Aktifitas antimikroba terhadap bakteri gram negatif, gram

positif, ragi dan jamur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kulik et al. pada

tahun 2000 menyatakan bahwa, mikroorganisme yang paling rentan adalah

Actinobacillus actinomycetemcomitans, Fusobacterium nucleatum dan

Porphyromonas gingivalis, sedangkan pada Streptococcus mutans dan

Prevotella intermedia dikatakan cukup rentan. Mekanisme kerja dari Terpinen-4-

ol type dalam menekan jumlah mikroorganisme dengan cara merusak membran

sitoplasma sel dari mikroorganisme tersebut (Christine et al., 2002).

Page 46: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

46

2.7 Jaringan Periodontal

Jaringan periodonsium mencakup gingiva, ligamen periodontal, tulang

alveolar dan sementum. Bagian dari jaringan periodontal yang dapat dilihat secara

klinis adalah gingiva, sementara ligamen periodontal, tulang alveolar dan

sementum merupakan suatu unit fungsional yang berperan dalam menjaga gigi

agar tetap kokoh dalam soketnya. Struktur anatomi jaringan periodontal secara

jelas dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Stuktur anatomi jaringan periodontal (Carranza et al., 2006)

2.7.1 Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan

menutupi linggir (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari aparatus

pendukung gigi, periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi

Page 47: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

47

(Swastini, 2011). Gingiva yang sehat berwarna merah muda, tepinya seperti pisau

seseuai dengan kontur gigi geligi (Manson dan Eley, 1993).

2.7.1.1 Bagian bagian gingiva

Menurut Daliemunthe (1995) gingiva dapat dibagi menjadi :

1. Gingiva bebas (free gingiva) yaitu bagian gingiva yang paling koronal dan

tidak melekat ke permukaan gigi melainkan mengelilinginya seperti layaknya

leher baju. Lebarnya sekitar 1,0 mm, dan pada individu berbatas dengan

gingiva cekat oleh alur gusi bebas (free gingival groove). Bagian ini

membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva (gingival sulcus).

Menurut Carranza et al. (2006), sulcus gingival terdapat di daerah gingiva

bebas dan berperan penting dalam penyakit periodontal, berbentuk huruf V

dan dalam keadaan normal atau sehat dalamnya berkisar antara 0 – 2 mm.

Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :

a) Bagian lateral oleh ephitelium lining dari gingival margin

b) Bagian media oleh jaringan gigi

c) Bagian dasarnya terdapat ephithelial attachmen

2. Gingiva cekat (Attached gingival), yaitu : lanjutan dari gingiva bebas yang

mengarah ke arah apikal. Gingiva ini kaku, lenting dan merupakan bagian

dari gingiva yang melekat erat dengan jaringan sementum dan tulang alveolar.

Pada permukaan vestibular gingiva cekat berbatasan ke arah apikal dengan

Page 48: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

48

mukosa alveolar yang reatif longgar dan bergerak oleh sesuatu batas yang

dinamakan batas mukogingiva (mucogingival junction). Lebar gingiva cekat

yaitu jarak antara batas mukogingiva dengan proyeksi dasar sulkus dasar

gingiva atau saku ke arah luar, merupakan suatu parameter klinis yang

penting. Tempat perlekatan epithelial attachment pada gigi, sangat erat

hubungannya dengan pertumbuhan gigi, Pertumbuhan gigi yang berhubungan

dengan dengan epithelial attachment berjalan terus menerus selama hidup.

Pertumbuhan ini dibagi atas :

a. Pertumbuhan yang aktif, yaitu pertumbuhan gigi ke jurusan oklusal

b. Pertumbuhan yang pasif, yaitu pergerakan dari epithelial attachment

ke jurusan apikal gigi.

4. Gingiva interdental (Interdental papilla), merupakan bagian dari

gingiva yang mengisi embrasur gingiva (gingival emrassure), yaitu

ruang interproksimal di bawah area kontak gigi. Biasa berbentuk

piramid pada gigi geligi anterior dan berbentuk lembah (col) pada gigi

geligi belakang. Pada gingiva interdental yang berbentuk piramid hanya

ada satu papilla tepat ada dibawah titik kontak gigi, sedangkan pada

yang berbentuk lembah terdapat dua papila yang dihubungkan oleh

suatu daerah landai berbentuk lembah yang mengikuti kontak

proksimal. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi bersebelahan,

papilla interdental tidak dijumpai. Gingiva interdental ini pada bagian

tepinya dibentuk oleh perluasan gingiva bebas dari daerah yang

berbatasan, sedangkan bagian tengahnya dibentuk oleh gingiva cekat.

Page 49: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

49

2.7.2 Ligamen periodontal

Ligamen periodontal merupakan jaringan ikat khusus. Fungsinya sebagian

berkaitan dengan keberadaan kumpulan serabut kolagen yang tersusun secara

khusus yang mendukung gigi ada berada dalam soketnya dan menyerap gaya

oklusi sehingga tidak tertransmisikan ke tulang sekitarnya. Rongga periodontium

berbatasan dengan sementoblas dan osteoblas (Walton dan Torabinejad, 2008).

2.7.3 Tulang alveolar

Tulang yang membatasi soket dan tempat melekatnya serabut periodontal

utama disebut tulang alveolus proprium (tulang bundle, lamina kribrisa). Tulang

alveolus memiliki banyak lubang kecil yang berfungsi untuk tempat pembuluh

darah, saraf, jaringan ikat, yang lewat dari bagian kanselus dari prosesus

alveolaris ke rongga periodontium. Keberandaan tulang alveolar menyatakan

keadaan periodontal yang sehat (Walton dan Torabinejad, 2008).

2.7.4 Sementum

Sementum adalah jaringan yang menyerupai tulang yang menutupi akar

dan menyediakan perlekatan bagi serabut periodontium utama. Terdapat beberapa

tipe sementum menurut Walton dan Torabinejad (2008) :

1. Sementum serabut intrinsik aseluler primer adalah sementum yang pertama

kali terbentuk dan telah ada sebelum serabut periodontium utama terbentuk

sempurna. Jaringan ini meluas dari tepi servikal ke sepertiga akar gigi pada

Page 50: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

50

beberapa gigi dan mengelilingi seluruh akar pada sejumlah gigi lainnya

(insisivus dan kaninus).

2. Sementum serabut ektrinsik aseluler primer adalah sementum yang terus –

menerus terbentuk sekitar serabut periodonsium primer setelah keduanya

bergabung kedalam sementum serabut intrinsik aseluler primer.

3. Sementum serabut intrinsik seluler sekunder adalah sementum yang memiliki

penampilan seperti tulang dan hanya memainkan peran yang kecil dalam

perlekatan serabut. Sementum ini terjadi lebih sering dibagian apeks akar

premolar dan molar.

4. Sementum serabut campuran seluler sekunder adalah sementum dengan tipe

adaptif dari sementum seluler yang melubatkan serabut periodontium sambil

terus berkembang. Distibusi dan perluasannya sangat bervariasi dan dapat

dikenali oleh adanya inklusi sementosit, tampilnya yang berlapis – lapis, dan

keberadaan sementoid di permukaannya.

5. Sementum afibriler aseluler adalah sementum yang terdapat pada email yang

tidak berperan dalam perlekatan serabut.

2.8 Gingivitis

2.8.1. Pengertian gingivitis

Gingivitis merupakan penyakit keradangan gingiva dikarenakan iritasi

dari karang gigi, tergolong penyakit periodontal ringan, biasanya gusi berwarna

merah dan mudah berdarah. Selain itu juga merupakan penyakit periodontal yang

Page 51: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

51

paling sering dijumpai dan merupakan awal dari penyakit periodontal. Gambara

gingivitis secara lengkap dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah ini.

Gambar 2.6 Gingivitis (Carranza et al., 2006)

Menurut Fedi et al. (2005) sebagian besar tipe gingivitis adalah yang

disebabkan oleh plak, meskipun faktor skunder dapat juga berpengaruh terhadap

manifestasi klinis dan menghasilkan subklasifikasi sebagai berikut :

1. Gingivitis ulseratif nekrosis akut.

2. Periodontitis yang dikaitkan dengan penyakit sistemik.

3. Gingivitis karena pengaruh hormon.

4. Gingivitis karena pengaruh obat – obatan.

5. Gingivitis deskuamatif.

Page 52: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

52

2.8.2. Tanda-tanda gingivitis

Menurut Nio (1987), gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit

periodontal, tanda-tanda gingivitis sebagai berikut :

1. Gingiva biasanya berwarna merah muda menjadi merah tua sampai

ungu, perubahan warna ini disebabkan karena adanya vasodilatasi

pembuluh darah sehingga terjadi suplay darah berlebihan pada jaringan

yang meradang.

2. Mudah terjadinya pendarahan pada gingiva dan sekitar gigi, terutama saat

menggosok gigi akan terdapat noda darah pada bulu sikat.

3. Terjadinya perubahan bentuk gingiva karena adanya pembengkakan.

4. Halitosis (bau mulut) disebabkan oleh adanya radang dalam rongga

mulut.

5. Pada peradangan gingiva yang lebih parah tampak adanya pus di sekitar

gigi dan gingiva.

Gingivitis jarang disadari oleh penderita karena pada tahap ini tidak adanya

keluhan rasa sakit dan nyeri yang dirasakan. Hal ini yang menyebabkan gingivitis

kerap berlanjut menjadi periodontitis, yaitu inflamasi jaringan periodontal yang

ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan

puncak tulang alveolar. Dapat diketahui dari pemeriksaan klinis dengan prob

ditempat aktifnya penyakit, biasanya terjadi pendarahan dan perubahan kontur

fisiologis gingiva (Fedi et al., 2005).

Page 53: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

53

2.9 Periodontitis

Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi dari jaringan

pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok

mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamentum

periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan periodontal pocket (saku

gingiva), resesi, atau keduanya (Carranza et al., 2006). Struktur periodontal yang

telah rusak oleh karena periodontitis dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah ini.

Gambar 2.7 Periodontitis (Carranza et al., 2006)

Menurut International Workshop for Classification of Periodontal

Diseases, 1989, dikatakan periodontitis dibagi menjadi :

1. Periodontitis dewasa (adult periodontitis ) atau yang disebut periodontitis

kronis (chronic periodontitis) adalah tipe periodontitis yang biasanya

terjadi pada orang dewasa usia diatas 35 tahun. Laju perkembangan

penyakitnya lambat, membutuhkan waktu bertahun – tahun, karena itu juga

Page 54: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

54

disebut slowly progressing periodontitis. Stadium lanjut dari penyakit ini

biasanya dijumpai pada usia 50 – 60 tahun.

2. Periodontitis usia dini (early onset periodontitis) adalah sekelompok

periodontitis yang melibatkan anak – anak, remaja dan dewasa muda.

Angka kejadian penyakit ini sebenarnya rendah, namun sifatnya yang

agresif dengan laju resorpsi tulang yang cepat.

Periodontitis ini dapat juga diklasifikasikan menjadi :

a) Periodontitis prapubertas (prepubertal periodontitis) yaitu, tipe

periodontitis yang melibatkan gigi susu dan gigi permanen anak – anak

pada waktu atau tidak lama setelah erupsi (Daliemunthe, 1995).

b) Periodontitis juvenil (juvenile periodontitis) yaitu, bentuk dari

periodontitis pada anak – anak, yamg dimulai dari usia pubertas (12

tahun) sampai remaja usia remaja (26 tahun) yang sehat tanpa penyakit

sistemik, dengan tanda – tanda adanya destruksi tulang alveolar yang

berlangsung cepat dengan inflamasi gingiva pada molar pertama atau

pada insisivus. Prevalensi penyakit lebih banyak pada wanita

dibandingkan pria, wanita : pria ; 3:1 (Fedi et al., 2005)

c) Periodontitis progresif cepat (rapidly progressive periodontitis) yaitu,

kelainan periodontitis yang bakteri dan plak, dimana gingiva terlihat

normal dan beradaptasi rapat ke permukaan gigi, kehilangan tulang

yang cukup banyak, periodontal pocket yang dalam.

Page 55: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

55

3. Periodontitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik yaitu, penyakit

periodontal yang disebabkan oleh penyakit sistemik yang diderita (Carranza

et al., 2006).

4. Periodontitis nekrosis ulserasi adalah bentuk periodontitis yang biasanya

terjadi setelah episode berulang dari gingivitis nekrosis ulsera akut dalam

jangka waktu yang lama, yang tidak dirawat atau dirawat namun tidak

tuntas (Fedi et al., 2005).

5. Periodontitis refraktori yaitu kondisi dimana beberapa daerah pada rongga

mulut pasien memperlihatkan kehilangan perlekatan yang berlanjut,

walaupun telah dilakukan terapi periodontal yang biasa (Fedi, 2005).

Klasifikasi yang terbaru mengenai Periodontitis menurut International

Workshop for Classification of Periodontal Diseases, 1999 periodontitis dibagi

menjadi :

1. Periodontitis kronis yaitu periodontitis yang dikaitkan dengan akumulasi

plak dan kalkulus dan pada umumnya memiliki perkembangan laju penyakit

dari lambat sampai sedang dan menyerang orang dewasa diatas umur 35

tahun.

2. Periodontitis agresif yaitu periodontitis pada pasien dinyatakan sehat secara

klinis, mengalami kehilangangan perlekatan gingiva dan tulang alveolar

dengan cepat, adanya sejumlah mikroba sesuai dengan tingkat keparahan

dari penyakitnya, dipengaruhi pula dari faktor genetik.

3. Periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik (periodontitis kronis

dimodifikasi oleh kondisi sistemik) adalah diagnosis untuk digunakan saat

Page 56: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

56

kondisi sistemik dengan faktor predisposisi utama dan faktor-faktor lokal

seperti jumlah besar plak dan kalkulus tidak jelas. Dalam kasus di mana

kerusakan periodontal jelas merupakan hasil dari faktor lokal tetapi telah

diperburuk oleh terjadinya kondisi seperti diabetes mellitus atau infeksi

HIV.

2.9.1. Penyebab periodontitis

I. Faktor etiologi lokal

A. Faktor lokal pengiritasi

1) Faktor pencetus atau utama : plak bakteri

Plak bakteri yang sering disebut juga dental plaque. Plak secara umum

merupakan bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi, dapat

disingkirkan dari permukaannya yaitu permukaan gigi dengan cara

mekanis. Plak dapat dibedakan berdasarkan hubungan antara lokasi

huniannya dengan tepi gingiva, yaitu : plak supragingiva yang berada

koronal dari tepi gingiva, dan plak subgingiva yang berada lebih apikal

dari tepi gingiva (Deliemunthe, 1996a).

2) Faktor predisposisi atau pendorong

a. Material alba (zat berwarna putih) suatu campuran lunak protein

saliva, bakteri, sel epitel terdeskuamasi, dan kadang – kadang

leukosit yang mati. Campuran ini melekat longgar ke permukaan

gigi, plak dan gingiva, dan dapat dibersihkan dengan semprotan air

yang kuat (Fedi et al., 2005). Jika plak perlekatannya lebih kuat dan

Page 57: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

57

memiliki struktur, sedangkan material alba tidak. Peranannya

sebagai faktor pendorong adalah karena material alba merupakan

suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan

bakteri yang berpotensi menyebabkan periodontitis (Deliemunthe,

1995).

b. Debris atau retensi makanan (food debris/food retention)

Debris makanan adalah partikel makanan yang tersisa dimulut

akibat tidak tuntas terlarut oleh enzim bakteri atau dibersihkan oleh

mekanisme lidah, bibir dan pipi. Peran dari debris makanan ini

adalah sumber makanan bagi bakteri plak, jadi bukan merupakan

penyebab utama kelainan periodontal (Deliemunthe, 1995).

c. Stein gigi (dental stain)

3). Deposit berpigmen yang melekat ke permukaan gigi. Umumnya stein

terjadi akibat pigmentasi pelikel akuid oleh bakteri kromogenik,

makanan atau bahan kimia. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan

stain yang bervariasi seperti : stein hitam (black stain), stein hijau

(green stain), stain jingga (orange stain). Tannin bisa menimbulkan

stein coklat pada gigi bila penyikatan gigi tidak dilakukan sebagaimana

mestinya. Beberapa bahan kimia yang menimbulkan stein, antara lain

berupa : stein tembakau (tobacco stain), stein klorheksidin

(chlorhexidine stain), stein logam (metallic stain) (Carranza et al.,

2006).

Page 58: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

58

a. Kalkulus (calculus)

Kalkulus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid

lainnya di dalam mulut. Permukaannya yang kasar, sehingga sisa-

sisa makanan dan bakteri mudah melekat dan berkembang biak

yang mengakibatkan terjadinya penebalan dari kalkulus tersebut.

Pengendapan kalkulus yang banyak biasanya terjadi pada

permukaan gigi yang berlawanan dengan muara kelenjar ludah,

misalnya bagian lingual gigi anterior sel-sel permukaan mukosa

rahang bawah dan bagian bukal gigi molar satu atas. Tetapi dapat

juga dijumpai pada setiap gigi geligi tiruan yang tidak di bersihkan

dengan baik (Carranza et al., 2006).

b. Karies

Karies diawali dengan proses demineralisasi jaringan keras gigi

yang diakibatkan oleh invasi bakteri sehingga menimbulkan rasa

nyeri jika kedalamannya telah mendekati ruang pulpa. Pada kondisi

yang berlanjut akan menyebabkan kerusakan yang meluas ke

jaringan periodontal, dapat disebabkan oleh aktifitas mengunyah

yang tidak pernah dilakukan pada regio tersebut, sehingga adanya

penumpukan kalkulus (Baum et al., 1997)

c. Merokok

Perokok mempunyai skor plak dan kalkulus yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bukan perokok (Sari, 2011). Merokok juga

Page 59: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

59

memberi pengaruh buruk pada jaringan periodontal, ini disebabkan

oleh stein, panas, asap, yang ditimbulkan pada waktu merokok

(Deliemunthe, 1995). Sebuah penelitian menyatakan bahwa,

nikotin dalam rokok merusak sistem respon imun dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh

darah di dalam jaringan periodontal sehingga terjadi penurunan

oksigen. Hal ini menyebabkan terbentuknya suatu lingkungan yang

menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit

periodontal (Kasim, 2001).

d. Impaksi makanan

Makan yang terjebak diantara gigi ataupun di sulkus gigi yang

secara mekanis dapat menekan ke arah apikal, selain itu sering

dilakukan pembersihan dengan menggunakan tusuk gigi yang

semakin menyebabkan makanan masuk dan melukai jaringan

periodontal (Wiyantini, 2009).

e. Kesalahan prosedur kedokteran gigi

Hasil pekerjaan dokter gigi yang justru menjadi faktor pendorong

pada jaringan periodontal, seperti : tepi restorasi yang mengemper

(overhanging), keadaan ini merupakan daerah yang

menguntungkan penumpukan plak dan daerah yang sukar

dibersihkan. Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka,

restorasi dengan keadaan seperti ini dapat mempermudah

terjadinya impaksi makanan. Tepi mahkota tiruan yang tidak baik,

Page 60: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

60

tepi mahkota tiruan yang tidak bertemu dengan rapat dengan tepi

gigi yang diasah dapat mempermudah penumpukan plak, selain itu

tepi restorasi yang kasar dapat mengiritasi gingiva. Restorasi yang

over kontur pada arah mesial – distal sehingga ruang embrasur

interproksimal inadekuat, akan menghambat pelaksanaan kontrol

plak sehingga mempermudah penumpukan plak. Gigi tiruan

lepasan atau cekat yang tidak baik duduknya, hal ini dapat

menciderai gingiva secara langsung juga dapat mempermudah

penumpukan plak. Piranti orthodonsi, terutama piranti cekat yang

mempersukar kontrol plak sehingga mempermudah

penumpukannya terutama pada servikal gigi.

f. Kontrol plak inadekuat

Kontrol plak yang inadekuat menyebabkan terjadinya penumpukan

plak dan deposit lunak sehingga susah untuk dihilangkan, selain itu

juga menghambat stimulasi keratinisasi yang penting bagi

pertahanan gingiva.

g. Makanan yang berkonsistensi lunak yang melekat

Makanan yang berkonsistensi lunak dan melekat merupakan

lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri

dalam plak, sebaliknya makanan dengan konsistensi yang kenyal

dan berserat dapat menghambat pertumbuhan plak.

Page 61: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

61

h. Trauma mekanis

Cidera mekanis pada gingiva dapat terjadi karena salah cara

menyikat gigi, kebiasaan menggaruk gingiva dengan kuku atau hal

– hal lain yang dapat menyebabkan luka pada permukaan gingiva

sehingga dapat mempermudah timbulnya inflamasi.

i. Trauma kimiawi

Penggunaan obat – obat puyer yang diaplikasikan pada gigi dengan

cara yang tidak tepat, seperti aspirin, ataupun golongan bahan

yang berfungsi dalam perawatan saluran akar gigi dan kavitas yang

melumer keluar sehingga melukai gingiva.

B. Faktor lokal fungsional

1) Gigi yang hilang tanpa diganti

Kehilangan gigi dapat menyebabkan kemampuan menelan dan

mencerna makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi

dari lidah akan menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian

bukal mulut. Sisa makanan yang terus tertimbun akan menimbulkan

bau mulut, kerusakan gigi, penyakit periodontal, bone loss dan jika

tidak diobati dapat terjadi disorientasi temporomandibula yang dapat

menimbulkan rasa nyeri ( Andhira, 2012)

2) Maloklusi / malposisi

Dikatakan sebagai faktor etiologi fungsional karena dapat

menimbulkan tekanan oklusal yang arahnya miring dan tidak vertikal

seperti pada keadaan normalnya. Selain itu pada gigi yang maloklusi

Page 62: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

62

dapat menyebabkan impaksi makanan karena susah membersihkan dan

susah melakukan kontrol terhadap plak (Deliemunthe, 1995; Lindhe et

al., 2008).

3) Kebiasaan bernafas dari mulut dan mendorong lidah

Bernafas melalui mulut dan mendorong lidah ini merupakan kebiasaan

buruk yang berpengaruh pada kerusakan jaringan periodontal. Bernafas

melalui mulut dapat terjadi karena penutupan bibir yang tidak sempurna

atau karena hambatan pada hidung yang dapat memperburuk inflamasi

gingiva yang disebabkan oleh plak. Mekanismenya pasti belum

diketahui, namun diduga kebiasaan tersebut dapat menyebabkan

dehidrasi pada gingiva. Kebiasaan mendorong lidah ke arah depan

dapat mendorong gigi ke posisi yang abnormal, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya celah interproksimal yang meluas

(Deliemunthe, 1996b).

4) Kebiasanan parafungsional

Kebiasaan ini adalah beberapa kebiasaan buruk yang berpengaruh pada

jaringan periodontal, diantaranya bruksisma (bruxism) dan kebiasaan

menggigit benda – benda tertentu seperti pipa, pensil, dan kuku

menimbulkan tekanan berlebihan pada periodonsium

5) Oklusi yang traumatik

Kerusakan jaringan periodontal dapat disebabkan oleh kesalahan dalam

oklusi, dimana tekanan oklusi tersebut melebihi kemampuan

beradaptasi dari jaringan periodontal. Tekanan yang ditimbulkan akan

Page 63: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

63

menyebabkan terjadinya trauma pada jaringan periodontal (Lindhe et

al., 2008)

II. Faktor etiologi sistemik

Faktor – faktor endokrin (hormonal)

A. kesehatan mulutnya masa pubertas, sewaktu hamil dan menopause

1) Pubertas (puberty)

Pengaruh hormonal pada masa pubertas dapat mempengaruhi respon

gingiva terhadap iritan lokal pada rongga mulut, hal ini dapat terlihat

pada peningkatan prevalensi gingivitis pada usia pubertas

(Daliemunthe, 1995).

2) Kehamilan (pregnancy)

Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa hubungan antara

kesehatan gigi dan mulut pada wanita hamil dengan periodontitis

sebanyak 84 %. Peningkatan permeabelitas kapiler pada kapiler

gingival akibat meningkatnya kadar progesterone. Menurunnya daya

tahan gingiva terhadap serangan bakteri terkait pula dengan tekanan

respon limfosite – T maternal. Degradasi sel mast karena peningkatan

hormone seks mendukung terlepasnya histamine juga dapat

meningkatkan respon gingiva terhadap iritan lokal. Dikatakan pula

adanya peningkatan estrogen dan progesterone pada masa kehamilan

juga merupakan kondisi yang mendukung untuk perkembangbiakan P.

Intermedia dan Capnocytophaga (Daliemunthe, 1995).

Page 64: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

64

3) Menopause

Kondisi rongga mulut menjadi tidak nyaman, adanya rasa sakit dan

sensasi mulut terbakar , mulut kering (xerostomia), kelaian – kelaian

periodontal dan persepsi rasa berubah, hal ini disebabkan dengan

perubahan kualitas saliva (Lindhe et al., 2008).

B. Gangguan dan defisiensi nutrisi

1) Defisiensi vitamin dan protein

Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan peradangan gingiva mengarah

ke periodontitis . Tanda-tanda infeksi diikuti oleh kehilangan banyak

zat gizi atau nutrisi. Zat-zat gizi yang diperlukan untuk penyembuhan

jaringan periodontal antara lain adalah protein, karbohidrat, lipida,

vitamin A dan C, Zn, Cu, serta Mg. Vitamin A dan C, serta Zn

khususnya, diperlukan dalam pembentukan kolagen, komponen utama

jaringan periodontal (Praptiwi et al., 2009).

C. Obat – obatan

1) Obat – obatan yang menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatori

2) Kontrasepsi hormonal

D. Faktor – faktor psikologi (emosional)

Faktor psikologi dapat mempengaruhi jaringan periodontium secara tidak

langsung dengan menimbulkan kebiasaan buruk seperti; menggigit pensil,

mengigit kuku ataupun menjadi perokok berat dan pengkonsumsi alkohol

(Daliemunthe, 1995).

Page 65: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

65

E. Penyakit metabolism : diabetes mellitus

Diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi kesehatan

periodontal, sebab dapat menurunkan daya tahan peridonsium terhadap

serangan bakteri pada plak. Penurunan daya tahan ini lebih disebabkan

oleh penebalan membran basal kapiler darah yang berpengaruh pada

lumen kapiler yang mengecil sehingga pasokan nutrient ke gingiva

menjadi berkurang, penurunan kadar monoposfat adenosine siklis (cyclic

adenosine monophosphate / cAMP) yang berfungsi mengurangi inflamasi,

peningkatan kadar glukosa dalam darah dan cairan sulkus gingiva

menyebabkan lingkungan subgingiva menguntungkan bagi

perkembangbiakan patogen periodontal tertentu terutama bakteri yang

menghambat khemoteksis netrofil polimorfonukleus, kelemahan

polimorfonukleus menyebabkan terganggunya khemotaksis dan

fagositosis (Harris dan White, 2005).

F. Gangguan penyakit hematologi

Dua dari sekian gangguan hematologi yang berperan sebagai faktor

etiologi sistemik adalah ;

1) Leukemia

2) Anemia

G. Penyakit – penyakit yang melemahkan (debilitating diseases)

Beberapa infeksi kronis yang merupakan penyakit – penyakit melemahkan

(debilitating diseses) seperti : sifilis, nefritis dan tuberkulosa yang

mempengaruhi kemampuan periodontium terhadap iritasi lokal. Selain itu

Page 66: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

66

ada pula penyakit AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) atau

infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan

penderita mangalami imunodefisiensi akibat kerusakan pada limfositnya.

(Mataftsi et al., 2010)

2.10 Kalkulus

Kalkulus merupakan penyebab tertinggi periodontitis kronis pada usia

muda (Melati, 2008). Menurut Daliemunthe (1995) kalkulus dapat terjadi dari

plak bakteri yang mengalami demineralisasi atau kalsifikasi. Deposit ini dapat

menumpuk pada permukaan gigi dan gigi tiruan dan mempunyai peranan penting

dalam menimbulkan kerusakan jaringan periodontal. Secara sederhana kalkulus

dapat dibagi menurut lokasi perlekatannya diantaranya (Carranza et al., 2006) :

1. Supra gingival calculus adalah kalkulus yang melekat pada permukaan

mahkota, berwarna putih, konsistensinya keras. Kalkulus tipe ini

terletak lebih koronal dari tepi gingiva dan terlihal secara klinis.

Sumber mineral dari kalkulus tipe ini diperoleh dari saliva, sehingga

dikatakan juga salivary calculus.

2. Sub gingival calculus adalah kalkulus yang berada di lebih apikal dari

gingival margin atau tepi gingiva biasanya pada daerah saku gusi dan

tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi

dan perluasannya harus dilakukan probing dan explorer, biasanya

padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman

konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat ke permukaan

Page 67: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

67

gigi. Bila gingiva mengalami resesi maka sub gingival calculus akan

terlihat seperti supra gingival calculus dan akan ditutupi oleh supra

gingival yang asli. Kalkulus subgingiva dikatakan faktor retentif plak

yang lebih berperan dalam menimbulkan periodontitis dibandingkan

kalkulus supra gingiva (Adler et al., 2013).

Menurut asalnya kalkulus dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Salivary calculus adalah kalkulus yang berasal dari saliva, berwarna

kuning, konsistensi lunak, terletak di permukaan gigi

2. Cerumal calculus adalah kalkulus yang berasal dari serum darah karena

adanya peradangan, berwarna coklat sampai hitam, konsistensi keras,

terletak di permukaan akar.

Kalkulus terdiri dari sel-sel darah dan sel-sel epitel lepas radang endapan

bahan-bahan anorganik yang terdiri dari : 20% air, 13% calcium carbonat, 6%

calcium phospat, endapan natrium dan ferum (Ireland, 2006). Gambaran kalkulus

yang melekat kuat pada servikal gigi anterior bawah disisi lingual dapat dilihat

pada gambar 2.8 di bawah ini.

Page 68: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

68

Gambar 2.8 Periodontitis Kronis (Daliemunthe, 1995)

Periodontitis kronis yang telah dirawat dengan melakukan skeling dan root

planning dapat dilihat pada gambar 2.9 di bawah ini.

Gambar 2.9 Periodontitis kronis setelah dirawat (Daliemunthe, 1995)

2.10.1 Pengaruh periodontal pocket terhadap permukaan akar gigi

Peningkatan pembentukan saku gusi (periodontal pocket) yang cepat,

menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama hilangnya gigi pada orang

dewasa (Praptiwi et al., 2009). Pembentukan periodontal pocket menyebabkan

terjadinya perubahan pada permukaan akar gigi yang menjadi salah satu dinding

pocket, karena dengan adanya perubahan tersebut dapat menimbulkan infeksi

pada periodonsium, menimbulkan rasa sakit dan mempersulit proses

Page 69: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

69

penyembuhan pada perawatan periodontitis. Perubahan – perubahan yang terjadi

meliputi perubahan struktur :

1. Adanya granul – granul patologis, dimana merupakan tempat yang

sebelumnya merupakan letak dari kolagen – kolagen yang telah

hancur oleh aktivitas bakteri dan enzim ataupun trauma.

2. Daerah dengan mineralisasi yang meningkat yang disebabkan oleh

adanya pertukaran antara mineral saliva dengan komponen organik

sementum.

3. Daerah demineralisasi disebabkan oleh proteolisis sisa – sisa serat

Sharpey yang tertanam pada sementum. Sementum akan menjadi

lunak dan akhirnya terbentuk lesi karies.

2.11 Cairan sulkus gingiva (Gingival Crevicular Fluid)

Gingival crevicular fluid (GCF) merupakan eksudat inflamasi yang

merembes ke dalam celah – celah atau saku periodontal sekitar radang gingiva.

Hal ini terdiri dari bahan serum dan dihasilkan secara lokal seperti produk

jaringan rusak, mediator inflamasi, dan antibody diarahkan terhadap bakteri dan

plak gigi. Komposisi GCF merupakan hasil dari interaksi antara biofilm bakteri

melekat pada permukaan gigi dan sel – sel dari jaringan periodontal (Gupta, 2012)

Pengumpulan GCF adalah prosedur invasif minimal dan analisis konstituen

tertentu dalam GCF menyediakan indikator biokimia kuantitatif untuk evaluasi

metabolisme sel lokal yang mencerminkan status kesehatan periodontal seseorang

(Champagne et al., 2003).

Page 70: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

70

Gingival crevicular fluid (GCF) noninvasif dan merupakan cara efisien

untuk sampel biomarker peradangan dan resorpsi tulang dalam rongga mulut.

GCF merupakan komponen serum overlayed dengan produk dari fenomena

fisiologis lokal, seperti kerusakan jaringan ikat dan tulang keropos, dan mungkin

memiliki nilai diagnostik. Sementara sampel GCF individu memiliki

kemungkinan menggambarkan peristiwa inflamasi yang terjadi pada situs

tersebut, sampel dikumpulkan dari sejumlah kecil situs dapat menjadi ciri luas

kerentanan periodontitis pasien, dan memungkinkan penilaian berkala selama

perawatan periodontal atau pemeliharaan. Matrix Metalloproteinase - 8 (MMPs –

8) adalah kolagenase dominan dalam GCF (Reinhardt et al., 2010). Terdapat 65

komponen GCF yang kemungkinan diperiksa sebagai penanda perkembangan

periodontitis, dimana komponen – komponen ini digolongkan menjadi tiga

katagori menurut Siregar dan Akbar (2006) yaitu :

1. Host – enzim yang diturunkan dan inhibitornya , diantaranya adalah

Aspartate amino transferase, Alkalin phosphatase, Acid phosphatase,

β – Glucuronidase, Elastase, Elastase inhibitor (α2 – Macroglobulin,

α1 – Proteinase inhibitor), Cathepsins (Cysteine proteinases B,H,L ,

Serine proteinase G, Cathepsin D. Trypsi – like enzymes,

Immunoglobulin – degrading enzamymes, Dippeptidyl peptidases,

Nonspecific neutral proteinases, Collagenases termasuk didalamnya :

Matrix metalloproteinase-l (MMP-l) Matrix metalloproteinase-3

(MMP-3), Matrix metalloproteinase-8 (MMP-8), Matrix

metalloproteinase-13 (MMP-13), Gelatinases diantaranya adalah

Page 71: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

71

Matrix metalloproteinase-2 (MMP-2),Matrix metalloproteinase-9

(MMP-9), Tissue inhibitor of MMP-l (TIMP-l), Stromyelysins,

Myeloperoxidases, Lactate dehydrogenase, Arylsulfatase dan β-N-

acetyl-hexosaminidase

2. Rincian produk jaringan diantaranya adalah : Glycosaminoglycans,

Hyaluronic acid, Chondroitin-4-sulfate, Chondroitin-6-sulfate,

Dermatan sulfate, Hydroxyproline, Fibronectin fragments, Connective

tissue dan bone proteins, Osteonectin, Osteocalcin, Type I collagen

peptides, Osteopontin, Laminin, Calprotectin, Hemoglobin β-chain

peptides, Pyridinoline crosslinks (ICTP), Polypeptide growth factors

3. Mediator inflamasi dan indikator – indikator yang pengubah respon

host juga ada didalam GCF.

Page 72: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

72

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Periodontitis dapat berlanjut dari peradangan gingiva yang disebut

gingivitis. Penyakit keradangan gingiva kurang mendapat perhatian dan tindak

lanjut, sebab belum ada keluhan rasa sakit dan tidak nyaman pada tahap ini.

Gingivitis akan berkembang menjadi kerusakan lebih lanjut yang disebut

periodontitis yaitu penyakit inflamasi dari jaringan pendukung gigi yang

disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok mikroorganisme

spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamentum periodontal dan

tulang alveolar dengan pembentukan saku, resesi, atau keduanya. Periodontitis

yang disebabkan oleh kalkulus digolongkan ke dalam periodontitis kronis, pada

umumnya memiliki perkembangan laju penyakit dari lambat sampai sedang, yang

pada umumnya menyerang orang dewasa diatas umur 35 tahun.

Salah satu penyebab periodontitis adalah kalkulus. Kalkulus merupakan

suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut. Perlekatan kalkulus tidak

dapat dibersihkan hanya dengan menyikat gigi, sehingga memerlukan aktifitas

secara mekanik dengan alat – alat kedokteran gigi yang disebut skeling. Beberapa

penelitian mencoba menemukan terapi – terapi yang lebih efektif dengan

menggunakan perpaduan skeling dan obat – obatan antibiotika untuk membunuh

mikroorganisme yang berperan. Bakteri – bakteri anaerob banyak memngambil

Page 73: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

73

peranan penting dalam proses penghancuran jaringan periodontal. Bakteri patogen

Porphyromonas gingivalis dan Actinobacillus actinomycetemcomitans, bakteri

penghasil kolagenase yang dapat menghancurkan kolagen pada jaringan

periodontal, yang menyebabkan lepasnya perlekatan – perlekatan gingiva dengan

sementum, sehingga terjadinya saku gingiva atau sulcus gingival yang semakin

dalam membentuk periodontal pocket, hingga kerusakan tulang alveolar dan

mobilitas gigi hingga terlepas dari soketnya. Penurunan jumlah bakteri tentu

menurunkan jumlah kolagenase yang dihasilkan, sehingga dapat menghilangkan

periodontitis.

Terapi terhadap periodontitis dewasa ini berkembang dengan menggunakan

sediaan – sediaan antiseptik dalam bentuk gel yang diaplikasikan langsung setelah

dilakukan perawatan skeling, salah satunya dengan Chlorhexidine Digluconate

0,12%. Memberikan tambahan Chlorhexidine Digluconate 0,12% pasca skeling

pada penderita periodontitis terbukti mempercepat hilangnya keradangan pada

jaringan periodontal. Namun Chlorhexidine Digluconate mempunyai kelemahan

yaitu menimbulkan stain atau warna yang tidak baik pada permukaan gigi, selain

itu juga mengganggu pengecapan pada lidah.

Dalam bentuk herbal ditemukan Tea tree oil yang merupakan minyak

esensial yang dihasilkan dari destilasi tanaman khas Australia Melaleuca

alternifolia dan mempunyai kandungan zat – zat aktif dimana didominasi dengan

kandungan oil of melaleuca, Terpinen-4-ol type sebesar 30-48% yang berkasiat

sebagai antimikroba. Tanaman tea tree (Melaleuca alternifolia) mempunyai sifat

aktifitas antibakteri, antiviral, antifungal, antiprotozoa juga antiinflamasi. Dari

Page 74: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

74

kelebihan yang dimiliki diharapkan bisa menjadi terobosan baru dalam

pengobatan periodontitis, khususnya yang disebabkan oleh karena kalkulus.

Dibentuk dalam sediaan gel Terpinen-4-ol type 1% diaplikasikan pada sulkus

gingiva pasca perawatan skeling, selama empat belas hari. Dengan kemampuan

Terpinen-4-ol type 1% dalam menekan jumlah mikroorganisme lain dalam rongga

mulut, selain Streptococcus mutans yaitu Porphyromonas gingivalis dan

Actinobacillus actinomycetemcomitans yang juga merupakan mikroorganisme

penghasil kolagenase dalam rongga mulut, diharapkan mempunyai kemampuan

lebih baik dalam mengurangi kadar kolagenase daripada Chlorhexidine

Digluconate 0,12%.

Page 75: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

75

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dalam

bab sebelumnya maka dapat dibuat suatu konsep yang terkait dengan masalah

penelitian seperti di bawah ini:

Faktor Internal Faktor Eksternal

Keterangan :

: dikerjakan

------ : tidak dikerjakan

Gambar 3.1 Bagan Konsep Penelitian

PERIODONTITIS

1. Kadar Kolagenase

Menurun

2. Indeks Penyakit

Periodontal menurun

1. Skeling + Chlorhexidine

Digluconate 0,12%

2. Skeling + Terpinen-4-ol

type 1%

Edentulous menurun

1. Obat –obatan

2. Rokok

3. Zat – zat kimia

4. Trauma mekanis

5. Kesalahan prosedur

kedokteran gigi

6. Konsistensi makanan

1. Lokal

a) Lokal pengiritasi

b) Lokal fungsional

2. Sistemik

a) Endokrin (hormonal)

b) Gangguan dan defisiensi nutrisi

c) Psikologi

d) Penyakit metabolisme

(diabetes mellitus)

e) Penyakit – penyakit hematologi

f) Penyakit – penyakit yang

melemahkan (debilitating

diseases

Page 76: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

76

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep di atas dapat dirumuskan

hipotesis penelitian:

1. Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar

kolagenase lebih banyak daripada perawatan skeling dan pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita periodontitis oleh karena

kalkulus.

2. Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan Indek

Penyakit Periodontal (IPP) lebih banyak daripada perawatan skeling dan

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita periodontitis

oleh karena kalkulus.

Page 77: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

77

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian

Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Pocock, 2008).

P1

O1 O2

Po S RA P2

O3 O4

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan:

Po = Populasi.

S = Sampel.

R.A = Random Alokasi.

P1 = Perlakuan pada kelompok perlakuan 1 (KP1) dengan skeling dan

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% .

Page 78: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

78

P2 = Perlakuan pada kelompok perlakuan 2 (KP2) dengan skeling dan

pemberian Terpinen-4-ol type 1%

O1 = Observasi kadar kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP)

pada kelompok perlakuan 1, sebelum dirawat dengan skeling dan

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% .

O2 = Observasi kadar kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP)

pada kelompok perlakuan 1, sesudah dirawat dengan skeling dan

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% selama 14 hari.

O3 = Observasi kadar kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP)

pada kelompok perlakuan 2, sebelum dirawat dengan skeling dan

pemberian Terpinen-4-ol type 1%.

O4 = Observasi kadar kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP)

pada kelompok perlakuan 2, sesudah dirawat dengan skeling dan

pemberian Terpinen-4-ol type 1% selama 14 hari.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung.

Page 79: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

79

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan sejak April – Juli 2013, sejak penyusunan proposal

hingga analisis data.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi penelitian adalah;

1. Populasi target : semua penderita periodontitis oleh karena kalkulus

(periodontitis kronis) di desa Abianbase, kecamatan Mengwi,

kabupaten Badung.

2. Populasi terjangkau : penderita periodontitis oleh karena kalkulus

periodontitis kronis) yang merupakan tenaga buruh bangunan yang

ada di desa Abianbase, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

4.3.2.1 Kriteria inklusi

Yang dimaksud sebagai sampel penelitian dalam penelitian ini harus

memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Penderita periodontitis oleh karena kalkulus (periodontitis kronis)

Page 80: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

80

2. Dewasa usia 35 – 50 thn.

3. Jenis kelamin laki – laki

4. Mempunyai Indeks Penyakit Periodontal (IPP) minimal 5.

5. Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menimbulkan gangguan

metabolisme (misal : obat – obat untuk diabetes millitus, antibiotik dalam

2 minggu terakhir).

6. Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent.

4.3.2.2 Kriteria eksklusi

1. Penderita periodontitis oleh karena kalkulus (periodontitis kronis) yang

disertai penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus dan penyakit –

penyakit hematologi.

4.3.2.3 Kriteria drop out

1. Sakit saat pengambilan data.

2. tidak hadir sebanyak 2 kali berturut – turut.

4.3.2.4 Besar sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Hammer et al. (2003) mengenai kerentanan bakteri dalam rongga

mulut terhadap melaleuca alternifolia (tea tree oil) secara invitro, didapatkan

standar deviasi (σ) = 0,15, selisih rerata kedalaman periodontal pocket (μ1- μ2) =

0,18. Besar sampel (n) dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

sebagai berikut:

Page 81: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

81

2 σ2

n = x f ( α . β )

(μ1- μ2)2

Keterangan:

n = Jumlah sampel.

σ = Perkiraan standar deviasi kerentanan bakteri rongga mulut

terhadap melaleuca alternifolia (tea tree oil) dari penelitian

Hammer.

f ( α . β ) = 10,5

(μ1- μ2)2

= selisih rerata dari penelitian Hammer.

2 . 0,152

n = x 10,5

0,182

2 . 0,0225

= x 10,5

0,0324

= 14,58 dibulatkan 15 per kelompok

15 orang sebagai kelompok perlakuan 1 dan 15 orang sebagai kelompok

perlakuan 2.

Page 82: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

82

4.3.3 Teknik penentuan sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan

cara, membuat undian sejumlah sampel dengan masing – masing tertulis

kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2, yang diambil dengan cara acak

oleh sampel, untuk menentukan kelompoknya masing – masing.

4.4 Variabel Penelitian

1.Variabel bebas : perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine

Digluconate 0,12%, perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-ol

type 1%

2.Variabel tergantung : kadar kolagenase, Indeks Penyakit Periodontal

(IPP).

3.Variabel terkendali : umur, jenis kelamin, penderita periodontitis kronis.

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah prosedur awal pembuangan kalkulus,

plak, akumulasi materi dan stain dari mahkota gigi dan akar disertai

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% secara topikal pada sepanjang

sulkus gingiva empat gigi anterior bawah dengan spuit.

2. Perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah prosedur awal pembuangan kalkulus, plak,

akumulasi materi dan stain dari mahkota gigi dan akar disertai pemberian

Page 83: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

83

Terpinen-4-ol type 1% secara topikal pada sepanjang sulkus gingiva empat

gigi anterior bawah dengan spuit.

3. Kadar kolagenase adalah kadar kolagenase dari GCF yang diukur dengan

metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) dengan satuan

nanogram/mililiter (ng/mL).

4. Indeks Penyakit Periodontal (IPP) adalah Indek Penyakit Periodontal yang

dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

A. Dengan mengukur Indeks gingiva

indeks yang digunakan untuk menilai derajad keparahan inflamasi.

Pengukuran dilakukan pada gingiva diempat sisi gigi – geligi yang

diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla

mesiovestibular dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi

diperoleh dengan menjumlahkan skor untuk keempat sisi yang

diperiksa lalu dibagi empat. Jumlah skor yang di dapat dijumlahkan

dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor

indeks gingiva untuk individu. Kriteria untuk penentuan skornya

adalah sebagai berikut :

a. Skor 0 : gingiva normal

b. Skor 1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan

perubahan warna, sedikit oedema pada palpasi tidak terjadi

pendarahan

Page 84: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

84

c. Skor 2 : inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah,

oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan.

d. Skor 3 : inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah

menyolok, oedematous, terjadi ulserasi, gingiva mudah berdarah.

e. Skor 4 : Bila pada kedua sisi yang diperiksa ada poket gingiva

yang sudah berada > 3 mm apikal dari batas semento – enamel.

f. Skor 5 : Bila pada dua sisi yang diukur poket gingivanya berada

3 – 6 mm apikal dari batas semento – enamel.

g. Skor 6 : Bila poket gingiva pada salah satu sisi yang diukur telah

berada > 6 mm apikal dari semento – enamel.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor

indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut :

Skor indeks gingiva kondisi gingiva

0,1 – 1,0 gingivitis ringan

1,1 – 2,0 gingivitis sedang

2,0 – 3,0 gingivitis parah

B. Mengukur derajat destruksi periodontal

a. Bila tepi gingiva berada pada enamel, ukur jarak dari gingiva ke

batas semento – enamel. Bila epitel penyatu berada pada akar gigi

dan batas semento – enamel tidak teraba dengan prob, catat

kedalaman sulkus gingiva pada mahkota. Kemudian ukur jarak dari

tepi gingiva ke dasar periodontal pocket apabila probe dapat

Page 85: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

85

digeser ke apikal ke atas semento – enamel tanpa hambatan atau

timbulnya nyeri sakit. Jarak dari atas semento – enamel ke dasar

saku dapat dihitung dengan mengurangi hasil pengukuran kedua

(jarak tepi gingiva ke dasar periodontal pocket) dengan hasil

pengukuran pertama (kedalaman sulkus pada mahkota gigi)

(Carranza et al., 2006).

b. Bila tepi gingiva berada pada sementum, ukur jarak dari batas

semento – enamel ke tepi gingiva (dicatat sebagai angka negatif).

Kemudian ukur jarak dari batas semento – enamel ke dasar sulkus

(dicatat sebagai angka positif). Besarnya kehilangan perlekatan

adalah sebesar hasil perhitungan kedua, sedangkan kedalaman saku

gingiva dihitung dengan menjumlahkan hasil pengukuran pertama

dengan hasil pengukuran kedua (Carranza et al., 2006).

5. Umur orang coba didasarkan atas tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang

dilihat dari KTP / SIM.

6. Jenis kelamin orang coba dari penelitian ini adalah laki – laki, yaitu jenis

kelamin yang dapat dilihat dari kartu identitas KTP/ SIM.

1.6 Alat dan Bahan Penelitian

1.6.1 Alat.

1. Formulir informed consent, sebagai bukti kesediaan yang bersangkutan

diteliti.

2. Kartu status pasien

3. Dental unit

Page 86: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

86

4. Ultrasonic scaller

5. Diagnostic set : pinset, kaca mulut, sonde, neerbecken, excavator, dental

probe.

6. ELISA KIT kolagenase type 1(MMPs-8)

7. Disposable polypropylene tips steril

8. Disposable polypropylene tube steril

9. Arloji

10. Alat tulis.

11. Kamera.

12. Timbangan elektrik

4.6.2 Bahan

1. Chlorhexidine Digluconate 0,12%

2. Tea tree oil gel (Terpinen-4-ol type 1%)

3. Larutan phospate buffer saline steril

4. Cotton pellet

5. Cotton roll

4.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Menyiapkan informed consent, dan alat-alat tulis untuk keperluan

penelitian.

2. Membagikan dan menjelaskan informed consent kepada sampel yang

sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 87: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

87

3. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah diagnostic set (kaca mulut,

sonde, excavator) Scaler, dental probe, disposable polypropylene tips

steril , disposable polypropylene tube steril

4. Mempersiapkan bahan yang digunakan fordenta gel, Tea tree oil gel,

larutan phospate buffer saline steril, Cotton pellet, Cotton roll

5. Cara pembuatan tea tree oil gel 1% dari tea tree oil murni yang dapat

dibeli dari (nama pabrik……………….) menurut Ansel (1989) dan

Anonim (1995) adalah

R/ Tea tree oil ………………………………1gram

CMC……………………………………..2-4gram

Nipagin ……………………………….....qs

Gliserin…………………………………...40gram

Air murni ad……………………………...100gram

Ini untuk pembuatan sejumlah 100 gram.

a) Disiapkan alat dan bahan

b) Dipanaskan campuran air dan gliserin menggunakan beaker glass

c) Dipindahkan campuran air dan gliserine yang telah dipanaskan ke

dalam mortar hangat

d) Ditaburkan serbuk CMC sedikit demi sedikit ke dalam mortar

sambil digerus pelan – pelan hingga homogeny

e) Ditambahkan nipagin ke dalam mortar grus hingga homoge

6. Tata cara penelitian

Page 88: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

88

a. Sebelum penelitian dilakukan semua sampel dikumpulkan dan sudah

dikelompokkan. Diberi informasi untuk penyelenggaraan penelitian

akan dilakukan bertahap sesuai dengan kelompoknya, hal ini

dikarenakan pengerjaan yang lama untuk setiap pasien, sehingga

pencatatan waktu yang tepat sangat dibutuhkan. Penjelasan dalam

pelaksaan penelitian ini akan dilakukan skeling yaitu pembuangan

kalkulus atau karang gigi. pada keadaan karang gigi yang banyak dan

sudah menutupi ruang interdental gigi dapat menyebabkan gigi seolah

– olah jarang dan mempunya jarak, pada keadaan karang gigi yang

telah melekat pada bagian akar gigi dan menimbulkan resesi gingiva

yang dalam, dapat menyebabkan kondisi mobilitas gigi lebih terlihat,

dan adanya pendarahan saat dilakukan skeling. Pendarahan akan

segera terhenti beberapa saat setelah skeling selesai dan mobilitas gigi

akan berkurang secara perlahan setelah perawatan dengan aplikasi

bahan (Chlorhexidine Digluconate 0,12% maupun Terpinen-4-ol type

1%) dilakukan.

b. Disediakan dan dipersilahkan untuk makan agar tidak kelaparan

selama penelitian ini diakukan, mengingat waktu yang dibutuhkan

cukup lama

c. Kemudian dilakukan pengambilan GCF sebelum perawatan skeling

dengan menggunakan metode pencucian (washing methode), setelah

berkumur dan menyikat gigi regio yang akan diambil GCF nya

diblokir dengan cotton roll dan dikeringkan dengan cotton pellet.

Page 89: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

89

Disposable polypropylene tips steril berisi larutan phosphate buffer

saline steril 10 ml, disemprotkan ke dalam crevicular gingival masing

– masing 1ml , dan diulang sebanyak 2 kali pada satu gigi anterior

bawah masing – masing dibagian labial dan lingual, hingga terkumpul

dari ke empat gigi anterior bawah, hal ini dilakukan agar semua

komponen GCF dapat tersedot masuk ke dalam Disposable

polypropylene tips. Kemudian dipindahkan kedalam disposable tube

steril dan segera disimpan dalam freezer dengan suhu -200C

d. Selanjutnya dilakukan pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP),

mempergunakan alat bantu dental probe.

e. Dimulai dengan perawatan skeling, kemudian diaplikasikan bahan

sesuai dengan kelompok masing – masing diberi penjelasan bahwa

tidak diperkenankan makan, minum menyikat gigi dan berkumur

setelah pemberian bahan Chlorhexidine Digluconate 0,12% maupun

Terpinen-4-ol type 1% selama 1 jam.

f. Seluruh sampel akan diberi penjelasan tentang menjaga kebersihan

rongga mulut, cara dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi dan

selalu dipantau kondisi rongga mulut dan cara pemakaian bahan

Chlorhexidine Digluconate 0,12% dan Terpinen-4-ol type 1% setiap

pagi sebelum bekerja dan sore Pk. 18.00 wita, selama penelitian (14

hari). Pengambilan GCF dan pengukuran Indeks Penyakit Periodontal

(IPP) kembali pada hari ke 14.

7. Pelaksanaan pada masing – masing kelompok

Page 90: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

90

a. Kelompok Perlakuan 1

Dijadwalkan pada hari ke 1, semua sampel diambil GCF dan

pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kemudian dilakukan

perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% .

Dilanjutkan dengan memberi penyuluhan mengenai cara menjaga

kebersihan rongga mulut (cara dan waktu menyikat gigi yang tepat)

dan cara dan waktu penggunaan Chlorhexidine Digluconate 0,12%.

Akan dipantau dua kali dalam sehari hingga hari ke 14 setelah

perawatan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan GCF dan

pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kembali.

b. Kelompok perlakuan 2

Dijadwalkan pada hari ke 2, semua sampel diambil GCF dan

pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kemudian dilakukan

perawatan skeling dan pemberian Tea tree oil gel (Terpinen-4-ol type

1%). Dilanjutkan dengan memberi penyuluhan mengenai cara

menjaga kebersihan rongga mulut (cara dan waktu menyikat gigi yang

tepat) dan cara dan waktu penggunaan Terpinen-4-ol type 1%. Akan

dipantau dua kali dalam sehari hingga hari ke 14 setelah perawatan

kemudian dilanjutkan dengan pengambilan GCF dan pengukuran

Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kembali.

4.8 Alur Penelitian

Populasi diambil dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi untuk

mendapatkan sampel, kemudian sampel ditentukan alokasi perlakuannya, dihitung

Page 91: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

91

Indeks Penyakit Periodontal (IPP), dan diberi perlakuan sesuai dengan

kelompoknya masing – masing.

Gambar 4.2 Alur Penelitian

4.10 Analisis Data

Untuk menganalisis data hasil penelitian, dipakai:

4.10.1 Analisis Deskriptif untuk mengetahui rerata dan simpang baku

terhadap variabel umur, kadar kolagenase, indeks penyakit periodontal

(IPP).

Populasi

Kriteria Inklusi

Pengambilan sampel

Kelompok Perlakuan 2

Analisis Data

Skeling dan Terpinen-4-

ol type 1% selama 14 hari

Kriteria eksklusi

Kelompok Perlakuan1

Skeling dan Chlorhexidine

Digluconate 0,12% selama

14 hari

Observasi

kadar kolagenase

dan IPP

Observasi

kadar kolagenase

dan IPP

Observasi

kadar kolagenase

dan IPP

Observasi

kadar kolagenase

dan IPP

Page 92: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

92

4.10.2 Uji Normalitas tiap kelompok untuk melihat distribusi data sampel

sebelum dan sesudah perlakuan, uji dilakukan terhadap kadar

kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP) dengan Uji Shapiro-

Wilk.

a. Data berdistribusi normal pada:

a) Kadar kolagenase Kelompok Perlakuan 2 (KP2) post

b) IPP Kelompok Perlakuan 1(KP1) post

c) IPP Kelompok Perlakuan 2 (KP2) post.

b. Data tidak berdistribusi normal pada :

a) Umur Kelompok Perlakuan 1(KP1)

b) Umur Kelompok Perlakuan 2 (KP2)

c) Kadar kolagenase Kelompok Perlakuan 1(KP1) pre

d) Kadar kolagenase Kelompok Perlakuan 2(KP2) pre

e) Kadar kolagenase Kelompok Perlakuan 1(KP1) post

f) IPP Kelompok Perlakuan 1 (KP1) pre

g) IPP Kelompok Perlakuan 2 (KP2) pre.

4.10.3 Uji Beda

4.10.3.1 Uji beda masing – masing kelompok sebelum dan sesudah

mendapat perlakuan dengan Wilcoxon Signed Ranks Test

karena data tidak terdistribusi normal pada :

a. perbedaan rerata kadar kolagenase sebelum dan sesudah

perlakuan tiap kelompok

Page 93: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

93

b. perbedaan rerata IPP sebelum dan sesudah perlakuan tiap

kelompok

4.10.3.2 Uji perbedaan antar kelompok sesudah perlakuan terhadap

penurunan kadar kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal

(IPP). Bila data berdistribusi normal dan homogan dengan

Independent T – Test, dan U – Mann Whitney untuk data yang

tidak terdistribusi normal atau tidak homogen.

a. Data berdistribusi normal; pada perbedaan rerata IPP antar

kelompok sebelum dan sesudah perlakuan

b. Data tidak berdistribusi normal, pada :

a) umur antar kelompok

b) perbedaan kadar kolagenase antar kelompok sebelum

dan sesudah perlakuan

c) perbedaan rerata selisih kadar kolagenase sebelum dan

sesudah perlakuan antar kelompok

d) perbedaan rerata selisih IPP sebelum dan sesudah

perlakuan antar kelompok

Page 94: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

94

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilibatkan sebanyak 30 orang penderita periodontitis

akibat kalkulus sebagai sampel. Subjek dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-

masing berjumlah 15 orang, yaitu kelompok perlakuan 1 (skeling dan pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12%) dan kelompok perlakuan 2 (Skeling dan

pemberian Terpinen-4-ol type 1%). Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif

dan analitik untuk menguji hipotesis statistic dan hipotesis penelitian.

5.1 Analisis Deskriptif

Data deskriptif menjelaskan karakteristik subjek penelitian diuji melalui

variabel penelitian yang terdiri atas umur kedua kelompok penelitian, kadar

kolagenase sebelum dan sesudah perlakuan serta IPP sebelum dan sesudah

perlakuan., nilai sebelum dan sesudah perlakuan juga dicantumkan (Tabel 5.1).

Tabel 5.1

Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Rerata Min Maks

Umur KP 1 45,9+ 2,7 tahun 38,0 tahun 50,0 tahun

KP 2 45,7+ 2,6 tahun 38,0 tahun 50,0 tahun

Kadar kolagenase KP 1 pre 0,946+0,649 ng/mL 0,060 ng/mL 2,870 ng/mL

KP 1 post 0,874+0,242 ng/mL 0,670 ng/mL 1,360 ng/mL

KP 2 pre 1,334+0,655 ng/mL 0,828 ng/mL 3,470 ng/mL

KP 2 post 0,649±0,171ng/mL 0,272 ng/mL 0,940 ng/mL

IPP KP 1 pre 5,35±0,13 skor 5,25 skor 5,50 skor

KP 1 post 3,20±0,41 skor 2,50 skor 4,00 skor

KP 2 pre 5,52±0,18 skor 5,25 skor 5,75 skor

KP 2 post 2,70±0,41 skor 2,00 skor 3,50 skor

Page 95: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

95

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur antara kelompok perlakuan 1 (KP1)

dan perlakuan 2 (KP2) berkisar antara 38 – 50 tahun. Rerata umur KP1 adalah

45,9+ 2,7 tahun dan tidak berbeda jauh dengan rerata KP2 yaitu 45,7+2,6 tahun.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata umur antara KP1 dan KP2 tidak

berbeda jauh.

Rerata kadar kolagenase pada KP1 sebelum perlakuan adalah 0,946+0,649

ng/mL dengan rentang antara 0,060 ng/mL sampai 2,870 ng/mL, sedangkan

sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242 ng/mL dengan rentang antara 0,670 ng/mL

sampai 1,360 ng/mL. Rerata Kadar kolagenase pada KP2 sebelum perlakuan

adalah 1,334+0,655 ng/mL dengan rentang antara 0,828 ng/mL sampai 3,470

ng/mL dan sesudah perlakuan adalah 0,649±0,171 ng/mL dengan rentang antara

0,272 ng/mL sampai 0,940 ng/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar

kolagenase pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan sama-sama

mengalami penurunan.

Rerata IPP pada KP1 sebelum perlakuan adalah 5,35±0,13 skor dengan

rentang antara 5,25 skor sampai 5,50 skor dan sesudah perlakuan adalah

3,20±0,41 skor dengan rentang antara 2,50 skor sampai 4,00 skor. Rerata IPP

pada KP2 sebelum perlakuan adalah 5,52±0,18 skor dengan rentang antara 5,25

sampai 5,75 skor dan sesudah perlakuan adalah 2,70±0,41 skor dengan rentang

antara 2,00 skor sampai 3,50 skor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa IPP pada

kedua kelompok setelah diberikan perlakuan sama-sama mengalami penurunan.

5.2 Analisis Normalitas

Distribusi data dinilai dengan Uji Normalitas terhadap variable umur, IPP,

Page 96: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

96

kadar kolagenase baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk karena jumlah subjek dibawah 30. Hasil uji normalitas disampaikan

pada Tabel 5.2

Tabel 5.2

Uji Normalitas Variabel Antar Kelompok Penelitian

dengan Shapiro Wilk Test (n = 30)

Variabel P Keterangan

Umur KP 1(tahun) 0,010 Tidak normal

Umur KP 2(tahun) 0,006 Tidak normal

Kolagenase KP 1 pre (ng/mL) 0,012 Tidak normal

Kolagenase KP 2 pre (ng/mL) 0,001 Tidak normal

Kolagenase KP 1 post (ng/mL) 0,004 Tidak normal

Kolagenase KP 2 post (ng/mL) 0,815 Normal

IPP KP 1 pre (skor) 0,001 Tidak normal

IPP KP 2 pre (skor) 0,006 Tidak normal

IPP KP 1 post (skor) 0,052 Normal

IPP KP 2 post (skor) 0,052 Normal

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tidak semua data semua dari variabel

berdistribusi normal, karena nilai p umur KP1 adalah p = 0,010 dan KP2 adalah p

= 0,006 sehingga umur tidak berdistribusi normal (p < 0,05). Nilai p kadar

kolagenase KP1 sebelum perlakuan adalah p = 0,012 dan sesudah perlakuan

adalah p = 0,004 sehingga sehingga data berdistribusi tidak normal (p < 0,05).

Nilai p kadar kolagense KP2 sebelum perlakuan adalah p = 0,001 dan sesudah

perlakuan adalah p = 0,815, sehingga kadar kolagenase sebelum perlakuan

terdistribusi tidak normal (p < 0,05), dan sesudah perlakuan berdistribusi normal

(p > 0,05). IPP KP1 sebelum perlakuan adalah p = 0,001 dan sesudah perlakuan p

Page 97: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

97

= 0,052, sehingga data sebelum perlakuan berdistribusi tidak normal (p < 0,05)

dan sesudah perlakuan berdistribusi normal (p > 0,05). IPP KP2 sebelum

perlakuan adalah p = 0,006 dan sesudah perlakuan adalah p = 0,052, sehingga data

IPP sebelum perlakuan berdistribusi tidak normal (p < 0,05) dan sesudah

perlakuan berdistribusi normal (p > 0,05).

5.3 Uji komparasi

Analisis komparasi dilakukan untuk menguji efek perlakuan dalam

kelompok dan antar kelompok. Efek dalam kelompok diuji melalui uji statistik

antar sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan efek antar kelompok diuji antara

KP1dan KP2 pada saat sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk melakukan uji

komparasi dalam dan antar kelompok, maka dilakukan terlebih dahulu uji statistik

terhadap distribusi data dan variasi data antar KP1 dan KP2.

5.3.1 Uji komparasi Umur Antar Kelompok Perlakuan

Uji komparasi terhadap umur KP1 dan KP2 dilakukan dengan uji U –

Mann Whitney karena data terdistribusi tidak normal, Hasil uji disampaikan pada

Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Uji Perbedaan Rerata Umur antar Kelompok Perlakuan

dengan U – Mann Whitney (n = 30)

Kelompok Subjek

Rerata

Z P Umur ± SB

KP 1 45,9+ 2,7 tahun

-0,486 0,627

KP 2 45,7+2,6 tahun

Page 98: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

98

Tabel 5.3 menunjukkan rerata umur pada KP1 adalah 45,9+2,7 tahun

dan rerata umur KP2 adalah 45,7+2,6 tahun. Analisis kemaknaan dengan U –

Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Z = -0,486 dan nilai p = 0,627. Hal ini

berarti bahwa rerata umur kedua kelompok perlakuan tidak berbeda secara

bermakna (p > 0,05). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rerata umur kedua

kelompok adalah sama sehingga tidak mempengaruhi hasil pengujian variabel lain

antar kelompok perlakuan.

5.3.2 Uji Komparasi Kadar Kolagenase

Uji komparasi selanjutnya adalah uji rerata kadar kolagenase pada setiap

kelompok. Uji dilakukan untuk menilai efek perlakuan pada tiap kelompok

dengan tingkat kemaknaan 0,05. Uji dilakukan dengan Wilcoxon Signed Ranks

karena distribusi data tidak normal dan varian data homogen. Hasil uji disajikan

pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4

Uji Perbedaan Rerata Kadar Kolagenase Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Tiap Kelompok dengan Uji Wilcoxon Signed Ranks (n = 30)

Kelompok Variabel Rerata Z P

KP 1

Kadar kolagenase pre

Kadar kolagenase post

0,946+0,649ng/mL

0,874+0,242ng/mL

-0,341 0,733

KP 2

Kadar kolagenase pre

Kadar kolagenase post

1,334+0,655ng/mL

0,649+0,171ng/mL

-3,408

0,001

Tabel 5.4 menunjukkan rerata kadar kolagenase KP1 sebelum perlakuan

adalah 0,946+0,649 ng/mL, dan sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242 ng/mL.

Analisis kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa nilai Z

Page 99: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

99

= -0,341 dan nilai p = 0,733. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada penurunan

secara bermakna pada KP1 (p > 0,05). Rerata kadar kolagenase KP2 sebelum

perlakuan adalah 1,334+0,655 ng/mL dan sesudah perlakuan adalah 0,649+0,171

ng/mL. Analisis kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa

nilai Z = -3,408 dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan

pada KP2 menunjukkan penurunan secara bermakna (p < 0,05). Uji statistik

rerata kadar kolagenase pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12% tidak menyebabkan penurunan secara

bermakna, sedangkan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar

kolagenase secara bermakna.

Selanjutnya dilakukan uji komparasi terhadap Kadar Kolagenase antar

kelompok dengan membandingkan rerata kadar kolagenase antar kelompok

sebelum perlakuan dan kadar kolagenasi antar kelompok sesudah perlakuan

dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Uji Perbedaan Rerata Kadar Kolagenase Antar Kelompok Sebelum dan

Sesudah Perlakuandengan Uji U – Mann Whitney (n = 30)

Perlakuan Kelompok

Rerata Kadar

Kolasenase Z P

KP 1 0,946+0,649 ng/mL

Sebelum

-2,157 0,031

KP 2 1,334+0,655 ng/mL

KP 1 0,874+0,242 ng/mL

Sesudah

-2,675 0,007

KP 2 0,649+ 0,171 ng/mL

Page 100: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

100

Tabel 5.5 menunjukkan rerata kadar kolagenase sebelum perlakuan pada

KP1 adalah 0,946+0,649 ng/mL dan KP2 adalah 1,334+0,655 ng/mL. Analisis

kemaknaan dengan uji U – Mann Whitney menunjukan bahwa nilai Z = -2,57 dan

nilai p = 0,031. Hasil ini menunjukan ada perbedaan bermakna rerata kadar

kolagenase sebelum diberi perlakuan pada kedua kelompok (p < 0,05).

Kadar kolagenase sesudah perlakuan pada KP1 adalah 0,874+0,242

ng/mL dan pada KP2 adalah 0,649 + 0,171ng/mL. Analisis kemaknaan dengan uji

U – Mann Whitney menunjukan bahwa nilai Z = -2,675 dan nilai p = 0,007 .

Hasil tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan kadar kolagenase secara

bermakna pada kedua kelompok sesudah diberi perlakuan (p < 0,05).

Oleh karena rerata kadar kolagenase sebelum perlakuan berbeda

bermakna, maka untuk menguji perbedaan penurunan kadar kolagenase antar

kelompok dilakukan uji komparasi terhadap selisih Kadar Kolagenase sebelum

diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan antar kelompok perlakuan 1 dan

kelompok perlakuan 2 dengan uji U – Mann Whitney dan tingkat kemaknaan 0,05.

Hasil disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Uji Perbedaan Rerata selisih Kadar Kolagenase sebelum dan sesudah

perlakuan Antar Kelompok Uji U – Mann Whitney (n = 30).

Kelompok

Rerata selisih

Kolagenase

pre dan post SD Z P

KP 1 -0,073 ng/mL 0,677 -3,298 0,001

KP 2 -0,685 ng/mL 0,608

Page 101: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

101

Tabel 5.6 menunjukkan rerata penurunan kadar kolagenase pada KP1

adalah -0,073±0,677 ng/mL dan pada KP2 adalah -0,685±0,608 ng/mL. Analisis

kemaknaan perbedaan penurunan dengan uji U – Mann Whitney menunjukan

bahwa Z = -3,298 dan nilai p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan

yang bermakna antara penurunan kadar kolagenase pada KP1 dan KP2 (p < 0,05).

Dengan demikian pemberian Terpinen-4-ol type 1% lebih baik dalam menurunkan

kadar kolagenase daripada Chlorhexidine Digluconate 0,12%.

5.3.3. Uji Komparasi IPP

Uji komparasi selanjutnya adalah uji rerata IPP pada setiap kelompok. Uji

dilakukan untuk menilai efek perlakuan pada tiap kelompok dengan tingkat

kemaknaan 0,05. Uji dilakukan dengan U – Mann Whitney karena distribusi data

tidak normal dan varian data homogen. Hasil disajikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7

Uji Perbedaan Rerata IPP Sebelum dan Sesudah Perlakuan tiap Kelompok

dengan Uji Wilcoxon Signed Ranks (n = 30)

Kelompok Variabel Rerata Z p

KP 1

IPP Pre

IPP Post

5,35±0,13 skor

3,20±0,41skor -3,427 0,001

KP 2

IPP Pre

IPP Post

5,52±0,18 skor

2,70±0,41 skor

-3,424 0,001

Tabel 5.7 menunjukkan rerata IPP KP1 sebelum diberi perlakuan adalah

5,35±0,13 skor, dan sesudah diberi perlakuan adalah 3,20±0,41 skor, analisis

kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa nilai Z = -3,427.

Page 102: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

102

Dan p = 0,001. Hasil ini menunjukan bahwa adanya penurunan secara bermakna

pada KP1 p = 0,001 (p < 0,05). Rerata IPP KP2 sebelum diberi perlakuan adalah

5,52±0,18 skor, dan sesudah diberi perlakuan adalah 2,70±0,41 skor. Analisis

kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa nilai Z = -3,424

dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukan bahwa perlakuan pada KP2

menunjukkan penurunan secara bermakna (p < 0,05).

Hasil uji statistik rerata IPP pada tabel 5.8 menunjukan bahwa pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12% dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat

penurunkan IPP secara bermakna.

Selanjutnya dilakukan uji komparasi terhadap IPP antar kelompok dengan

membandingkan rerata IPP antar kelompok sebelum perlakuan dan IPP antar

kelompok sesudah perlakuan dengan tingkat kemaknan 0,05. Hasil disajikan pada

Tabel 5.8.

Tabel 5.8

Uji Perbedaan Rerata IPP Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah

Perlakuan, dengan Uji U – Mann Whitney untuk sbelum perlakuan dan Uji

T-independent untuk sesudah perlakuan dan (n = 30)

Perlakuan Kelompok Rerata IPP

Z P

KP 1 5,35±0,13 skor

Sebelum

-2,591 0,010

KP 2 5,52±0,18 skor

Perlakuan Kelompok Rerata IPP Beda rerata t p

KP 1 3,20±0,41 skor

Sesudah

0,60±0,03 skor 3,969 0,001

KP 2 2,70±0,41 skor

Page 103: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

103

Tabel 5.8 menunjukkan rerata IPP sebelum perlakuan pada KP1 adalah

5,35±0,127 skor dan KP2 adalah 5,52±0,18 skor. Analisis pada kemaknaan

dengan U – Mann Whitney menunjukan bahwa Z = -2,591 dan nilai p = 0,010.

Hasil ini menunjukan ada perbedaan bermakna rerata IPP sebelum diberi

perlakuan pada kedua kelompok (p < 0,05)

Rerata IPP sesudah perlakuan pada KP1 adalah 3,20±0,41 skor dan pada

IPP KP2 adalah 2,70±0,41 skor. Analisis kemaknaan dengan uji T-independent

menunjukan bahwa t = 3,969 dan nilai p = 0,001. Hasil tersebut menunjukan

bahwa ada perbedaan IPP secara bermakna pada kedua kelompok sesudah diberi

perlakuan (p < 0,05).

Oleh karena rerata IPP sebelum perlakuan berbeda bermakna, maka untuk

menguji perbedaan penurunan IPP antar kelompok dilakukan uji komparasi

terhadap selisih IPP sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan antar

kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 dengan uji U – Mann Whitney

dan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil disajikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Uji Perbedaan Rerata selisih IPP sebelum dan sesudah perlakuan Antar

Kelompok Uji U – Mann Whitney (n = 30).

Kelompok

Rerata selisih

IPP pre dan post SD Z P

KP 1 -2.05 skor 0,42 -3,735 0,001

KP 2 -2,82 skor 0,48

Page 104: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

104

Tabel 5.9 menunjukkan rerata penurunan IPP pada KP1 adalah -

2.05±0,42 skor, dan KP2 adalah -2,82±0,48 skor. Analisis dengan uji U – Mann

Whitney menunjukan bahwa Z = -3,735 dan nilai p = 0,001. Hasil tersebut

menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara penurunan IPP pada KP1 dan

KP2 (p < 0,05).

Page 105: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

105

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1. Subjek Penelitian

Untuk menguji skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% terhadap

penurunan kadar kolagenase dan IPP, maka dilakukan penelitian pada penderita

periodontitis akibat kalkulus. Sebanyak 30 orang sebagai sampel, yang dibagi

menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 15 orang, yaitu kelompk

perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Berdasarkan hasil analisis didapatkan

bahwa umur penderita antar kelompok tidak berbeda secara bermakna antara

kedua kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 (p>0,05). Subjek akan

diberi perlakuan selama 14 hari baik pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12%

maupun Terpinen-4-ol type 1% sebab diketahui sifat dari bahan Chlorhexidine

Digluconate 0,12% dapat menimbulkan gangguan pengecapan dan timbulnya

stain pada lapisan email gigi jika dipergunakan dalam waktu lama, dan waktu

yang aman dianjurkan selama 14 hari (Soeherwine et al, 2000).

6.2 Pengaruh Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dan

Chlorhexidine Digluconate 0,12% terhadap Kadar Kolagenase

Jaringan periodontal tersusun dari komponen matrik ekstra seluler yaitu

kolagen yang berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan jaringan. Kolagen

interstisial jaringan periodontal berfungsi untuk penyembuhan dan pembentukan

jaringan baru. Kerusakan kolagen ini disebabkan oleh adanya Kolagenase yaitu

Page 106: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

106

enzim perusak jaringan yang paling khas (Wahyukundari, 2008). Enzim ini

dihasilkan oleh C. perfringens, S. aureus, Sterptokokus Group A dan dalam

jumlah yang lebih sedikit dihasilkan oleh bakteri anaerob. Dikatakan pula

kolagenase merupakan enzim proteolitik yang memecah kolagen , suatu protein

utama pada jaringan ikat fibrosa, dan menyebabkan penyebaran infeksi pada

jaringan (Brooks et al., 2008). Penurunan kadar kolagenase yang dihasilkan oleh

mikroorganisme penyebab kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor

penting dalam penyembuhan periodontitis akibat kalkulus dan pembentukan

jaringan periodontal yang baru dan sehat agar gigi dapat kuat bertahan di dalam

soketnya.

Pada penelitian ini rerata kadar kolagenase pada KP1 sebelum perlakuan

adalah 0,946+0,649 ng/mL dengan rentang antara 0,060 ng/mL sampai 2,870

ng/mL, sedangkan sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242 ng/mL dengan rentang

antara 0,670 ng/mL sampai 1,360 ng/mL. Rerata Kadar kolagenase pada KP2

sebelum perlakuan adalah 1,334+0,655 ng/mL dengan rentang antara 0,828

ng/mL sampai 3,470 ng/mL dan sesudah perlakuan adalah 0,649±0,171 ng/mL

dengan rentang antara 0,272 ng/mL sampai 0,940 ng/mL. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kadar kolagenase pada kedua kelompok setelah diberikan

perlakuan sama-sama mengalami penurunan. Penelitian ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh oleh Groppo et al. (2002) yang

membandingkan efektivitas Chlorhexidine, bawang putih dan tea tree oil dalam

aktivitas antimikroba dalam rongga mulut, menyatakan bahwa Chlorhexidine dan

bawang putih menunjukan aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans,

Page 107: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

107

tetapi tidak terhadap mikroorganisme lain dalam rongga mulut, sedangkan tea tree

oil mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans dan

mikroorganisme rongga mulut lainnya. Selain itu juga membuktikan bahwa

perawatan periodontitis akan lebih baik jika dikombinasikan dengan menekan

mikroorganisme seperti yang dikatakan oleh Berdasarkan tahapan – tahapan Fedi

et al. (2005) : OHI (Oral Hygiene Instructions), skeling, root planning

(penghalusan permukaan akar gigi), aplikasi agen anti mikroba secara topikal

pada subgingiva, evaluasi ulang ,Bila diperlukan dilakukan terapi kusus atau

tambahan, pembedahan, terapi pemeliharaan dilakukan setiap tiga bulan sekali.

Chlorhexidine Digluconate 0,12% merupakan bahan antiseptik yang biasa

dipergunakan untuk perawatan penderita periodontitis akibat kalkulus untuk

menekan pertumbuhan bakteri penghasil kolagenase yang dapat merusak kolagen

jaringan periodontal, dengan harapan dapat mempercepat kesembuhan.

Sedangkan Terpinen-4-ol type merupakan kandungan oil of melaleuca,

sebesar 30-48% yang berkasiat sebagai anti mikroba. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Kulik et al. pada tahun 2000 menyatakan bahwa, mikroorganisme

yang paling rentan adalah Actinobacillus actinomycetemcomitans, Fusobacterium

nucleatum dan Porphyromonas gingivalis, sedangkan pada Streptococcus

mutans dan Prevotella intermedia dikatakan cukup rentan.

6.2.1 Pengaruh Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% terhadap

Kadar Kolagenase

Page 108: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

108

Menurut hasil penelitian ini perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-

ol type 1% terhadap kadar kolagenase pada penderita periodontitis akibat kalkulus

dapat dilihat sebagai berikut, Rerata kadar kolagenase KP2 sebelum perlakuan

adalah 1,334+0,655 ng/mL dan sesudah perlakuan adalah 0,649+0,171 ng/mL.

Analisis kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa nilai Z

= -3,408 dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan pada KP2

adanya penurunan secara bermakna (p < 0,05). Hasil uji statistik rerata kadar

kolagenase pada penderita periodontitis akibat kalkulus yang diberikan Terpinen-

4-ol type 1% secara topikal selama 14 hari setelah dilakuan skeling dapat memberi

efek penurunan yang bermakna. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Kulik et al. pada tahun 2000 menyatakan bahwa Terpinen-4-ol

type paling rentan pada Actinobacillus actinomycetemcomitans, Fusobacterium

nucleatum dan Porphyromonas gingivalis, sedangkan pada Streptococcus

mutans dan Prevotella intermedia dikatakan cukup rentan.

Penurunan kadar kolagenase secara bermakna dapat mempercepat

pembentukan jaringan periodontal yang baru dan memperkuat perlekatan gigi

pada tulang alveolar. Sehingga pada kelompok ini jelas terlihat penurunan

mobilitas gigi yang telah mengalami periodontitis akibat kalkulus. Dalam

beberapa penelitian dikatakan bahwa Terpinen-4-ol type merupakan zat aktif

yang dapat menekan jumlah mikroorganisme penghasil kolagenase dengan cara

merusak membran sitoplasma sel dari mikroorganisme tersebut (Christine et al.,

2002). Sekalipun demikian penggunaan Terpinen-4-ol type dalam praktek

kedokteran gigi belum banyak dilakukan.

Page 109: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

109

6.2.2 Pengaruh Skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12%

terhadap Kadar Kolagenase

menunjukkan rerata kadar kolagenase KP1 sebelum perlakuan adalah

0,946+0,649 ng/mL, dan sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242 ng/mL. Analisis

kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa nilai Z = -0,341

dan nilai p = 0,733. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada penurunan secara

bermakna pada KP1 (p > 0,05). menunjukkan bahwa pemberian Chlorhexidine

Digluconate 0,12% tidak menyebabkan penurunan secara bermakna. Penelitian ini

tidak sesuai dengan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Soeherwine

et al, pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa, Chlorhexidine Digluconate

mempunyai gugus kimia 1.6 – bis – p chlorophenylbiguanidohexane, sebagai anti

mikroorganisme dengan spektrm luas, dan bersifat bakterisida dan berefek

terhadap kuman gram positif dan gram negatif. Dapat terjadi karena tidak disertai

dengan pemberian antibiotik peroral.

Chlorhexidine Digluconate merupakan bahan antiseptik yang biasa

dipergunakan baik dalam sediaan gel maupun obat kumur dalam dunia kedokteran

gigi, yang diharapkan mampu menekan mikroorganisme pada perawatan pasca

bedah, skeling dan pada pasien – pasien dengan tingkat kebersihan mulut yang

kurang baik. Dalam penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan antibiotik

peroral dan anti radang.

6.2.3 Peran Terpinen-4-ol type 1% terhadap Kadar Kolagenase

Hasil penelitian ini menunjukkan rerata kadar kolagenase KP1 sebelum

perlakuan adalah 0,946+0,649 ng/mL, dan sesudah perlakuan adalah 0,874+0,242

Page 110: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

110

ng/mL. Analisis kemaknaan dengan U – Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai

Z = -0,341 dan nilai p = 0,733. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada penurunan

secara bermakna pada KP1 (p > 0,05). Rerata kadar kolagenase KP2 sebelum

perlakuan adalah 1,334+0,655 ng/mL dan sesudah perlakuan adalah 0,649+0,171

ng/mL. Analisis kemaknaan dengan U – Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai

Z = -3,408 dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan pada KP2

menunjukkan penurunan secara bermakna (p < 0,05). Menunjukkan bahwa

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% tidak menyebabkan penurunan

secara bermakna, sedangkan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan

kadar kolagenase secara bermakna. Penurunan kadar kolagenase secara bermakna

dapat mempercepat pembentukan jaringan periodontal yang baru dan memperkuat

perlekatan gigi pada tulang alveolar. Sehingga pada kelompok ini jelas terlihat

penurunan mobilitas gigi yang telah mengalami periodontitis akibat kalkulus.

Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa Terpinen-4-ol type merupakan zat

aktif yang dapat menekan jumlah mikroorganisme penghasil kolagenase dengan

cara merusak membran sitoplasma sel dari mikroorganisme tersebut (Christine et

al., 2002).

Selanjutnya dilakukan uji komparasi terhadap Kadar Kolagenase antar

kelompok dengan membandingkan rerata kadar kolagenase antar kelompok

sebelum perlakuan dan kadar kolagenasi antar kelompok sesudah perlakuan

dengan tingkat kemaknaan 0,05, dengan hasil sebagai berikut : rerata kadar

kolagenase sebelum perlakuan pada KP1 adalah 0,946+0,649 ng/mL dan KP2

adalah 1,334+0,655 ng/mL. Analisis kemaknaan dengan uji U – Mann Whitney

Page 111: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

111

menunjukan bahwa nilai Z = -2,57 dan nilai p = 0,031. Hasil ini menunjukan ada

perbedaan bermakna rerata kadar kolagenase sebelum diberi perlakuan pada

kedua kelompok (p < 0,05).

Kadar kolagenase sesudah perlakuan pada KP1 adalah 0,874+0,242

ng/mL dan pada KP2 adalah 0,649 + 0,171 ng/mL . Analisis kemaknaan dengan

uji U – Mann Whitney menunjukan bahwa nilai Z = -2,675 dan nilai p = 0,007 .

Hasil tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan kadar kolagenase secara

bermakna pada kedua kelompok sesudah diberi perlakuan (p < 0,05).

Oleh karena rerata kadar kolagenase sebelum perlakuan berbeda

bermakna, maka untuk menguji perbedaan penurunan kadar kolagenase antar

kelompok dilakukan uji komparasi terhadap selisih Kadar Kolagenase sebelum

diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan antar kelompok perlakuan 1 dan

kelompok perlakuan 2 dengan uji U – Mann Whitney dan tingkat kemaknaan 0,05.

Dari hasil uji tersebut didapat hasil sebagai berikut, rerata penurunan kadar

kolagenase pada KP1 adalah -0,073±0,677 ng/mL dan pada KP2 adalah -

0,685±0,608 ng/mL. Analisis kemaknaan perbedaan penurunan dengan uji U –

Mann Whitney menunjukan bahwa Z = -3,298 dan nilai p = 0,001. Hasil tersebut

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara penurunan kadar kolagenase

pada KP1 dan KP2 (p < 0,05). Dengan demikian pemberian Terpinen-4-ol type

1% lebih baik dalam menurunkan kadar kolagenase daripada Chlorhexidine

Digluconate 0,12%. Penurunan kadar kolagenase pada masing – masing

kelompok perlakuan padat dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini :

Page 112: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

112

Gambar 6.1 Penurunan Kolagenase Sesudah diberi Perlakuan

Sebelumnya dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Groppo et al.

(2002) yang membandingkan efektivitas Chlorhexidine, bawang putih dan tea tree

oil dalam aktivitas antimikroba dalam rongga mulut, menyatakan bahwa

Chlorhexidine dan bawang putih menunjukan aktivitas antimikroba terhadap

Streptococcus mutans, tetapi tidak terhadap mikroorganisme lain dalam rongga

mulut, sedangkan tea tree oil mempunyai aktivitas antimikroba terhadap

Streptococcus mutans dan mikroorganisme rongga mulut lainnya. Dalam

penelitian ini penggunaan Terpinen-4-ol type 1% mempunyai efek yang jauh lebih

baik dalam penyembuhan periodontitis akibat kalkulus, terbukti dari kadar

kolagenase yang dapat menurun jauh lebih besar dari pada dengan Chlorhexidine

Digluconate 0,12% , karena kemampuan antiseptik, antimikroba yang jauh lebih

baik. Diharapkan pada waktu mendatang penggunaan Terpinen-4-ol type pada

praktek kedokteran gigi bisa dikembangkan lebih luas lagi, sehingga dapat

memberi alternatif dalam penekanan mikroorganisme penyebab periodontitis

ng

/mL

Page 113: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

113

akibat kalkulus dan pemulihan matrik – matrik kolagenase yang telah rusak akibat

aktifitas enzim – enzim proteolitik khususnya kolagenase.

6.3 Pengaruh Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dan

Chlorhexidine Digluconate 0,12% terhadap IPP

Selain kadar kolagenase, tingkat kerusakan jaringan periodontal pada

penderita periodontitis akibat kalkulus juga dapat dilihat dari Indeks Penyakit

Periodontal (IPP). Pengukuran IPP merupakan pengukuran secara klinis, dengan

melihat keradangan pada gingiva dan kedalaman poket periodontal dengan

menggunakan alat bantu probe periodontal. Gingivitis merupakan radang gusi

yang disebabkan oleh zat yang berasal dari mikroba yang terdapat dalam plak

yang terakumulasi di sulkus gingiva (Roy, 2005). Pada gingivitis terjadi respons

inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung dan dapat menyebabkan perubahan

warna gusi mulai dari kemerahan sampai kebiruan, sesuai dengan bertambahnya

proses peradangan yang terjadi terus – menerus (Carranza et al., 2006).

Pada penelitian ini rerata IPP pada KP1 sebelum perlakuan adalah 5,35+0,13

skor dengan rentang antara 5,25 skor sampai 5,50 skor, sedangkan sesudah

perlakuan adalah 3,20+0,41 skor dengan rentang antara 2,50 skor sampai 4,00

skor. Rerata IPP pada KP2 sebelum perlakuan adalah 5,52+0,18 skor dengan

rentang antara 5,25 skor sampai 5,75 skor dan sesudah perlakuan adalah

2,70±0,41 skor dengan rentang antara 2,00 skor sampai 3,50 skor. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa IPP pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan sama-

sama mengalami penurunan yang bermakna.

Page 114: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

114

Sesuai dengan hasil penelitian ini dapat dilihat adanya penurunan rerata

IPP pada perlakuan skeling disertai pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12%

dan perlakuan skeling disertai pemberian Terpinen-4-ol type 1%. Penurunan nilai

IPP ini berbanding lurus dengan penurunan keradangan gingiva dan kedalaman

poket periodontal, pemeriksaan ini dilakukan secara klinis, sehingga merupakan

pemeriksaan yang paling sederhana dan sering dilakukan untuk menentukan

kerusakan jaringan periodontal.

6.3.1 Pengaruh Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% terhadap IPP

Menurut hasil penelitian ini perawatan skeling dan pemberian Terpinen-4-ol

type 1% terhadap IPP pada penderita periodontitis akibat kalkulus dapat dilihat

sebagai berikut, Rerata IPP KP2 sebelum perlakuan adalah 5,52+0,18 skor dan

sesudah perlakuan adalah 2,70+0,41 skor. Analisis kemaknaan dengan U – Mann

Whitney menunjukkan bahwa nilai Z = -3,424 dan nilai p = 0,001. Hasil ini

menunjukkan bahwa perlakuan pada KP2 adanya penurunan secara bermakna (p

< 0,05). Hasil uji statistik rerata IPP pada penderita periodontitis akibat kalkulus

yang diberikan Terpinen-4-ol type 1% secara topikal selama 14 hari setelah

dilakuan skeling dapat memberi efek penurunan yang bermakna. Sehingga pada

kelompok ini jelas terlihat penurunan mobilitas gigi yang telah mengalami

periodontitis akibat kalkulus. Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa

Terpinen-4-ol type merupakan zat aktif yang dapat menekan jumlah

mikroorganisme penghasil kolagenase dengan cara merusak membran sitoplasma

sel dari mikroorganisme tersebut (Christine et al., 2002). mikroorganisme

Page 115: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

115

spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamentum periodontal dan

tulang alveolar dengan pembentukan periodontal pocket (saku gingiva), resesi,

atau keduanya (Carranza et al., 2006). Dengan demikian dapat membuktikan

bahwa pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menekan peradangan gusi,

kedalaman poket periodontal dan pada akhirnya menurunkan IPP pada kasus

periodontitis akibat kalkulus.

6.3.2 Pengaruh Skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12%

terhadap IPP

Pada penelitian ini perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine

Digluconate 0,12% terhadap IPP pada penderita periodontitis akibat kalkulus

dapat dilihat sebagai berikut, Rerata IPP KP1 sebelum perlakuan adalah

5,35+0,13 skor dan sesudah perlakuan adalah 3,20+0,41 skor. Analisis

kemaknaan dengan U – Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Z = -3,427dan

nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan pada KP2 adanya

penurunan secara bermakna (p < 0,05). Hasil uji statistik rerata IPP pada penderita

periodontitis akibat kalkulus yang diberikan Chlorhexidine Digluconate 0,12%

secara topikal selama 14 hari setelah dilakuan skeling dapat memberi efek

penurunan yang bermakna. Pada penelitian terdahulu dikatakan bahwa,

Chlorhexidine Digluconate mempunyai gugus kimia 1.6 – bis – p

chlorophenylbiguanidohexane, sebagai anti mikroorganisme dengan spektrm luas,

dan bersifat bakterisida dan berefek terhadap kuman gram positif dan gram

negatif (Soeherwine et al, 2000). Dengan demikian Chlorhexidine Digluconate

0,12% dapat dipergunakan sebagai bahan antiseptik yang membantu

Page 116: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

116

penyembuhan keradangan pada gingiva dan menurunkan kedalaman periodontal

poket yang dapat dilihat dalam IPP.

6.3.3 Peran Terpinen-4-ol type 1% terhadap IPP

Hasil penelitian ini menunjukkan rerata IPP KP1 sebelum perlakuan adalah

5,35+0,13 skor, dan sesudah perlakuan adalah 3,20+0,41 skor. Analisis

kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa nilai Z = -

3,427 dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya penurunan secara

bermakna pada KP1 (p < 0,05). Rerata kadar kolagenase KP2 sebelum perlakuan

adalah 5,52+0,18 skor dan sesudah perlakuan adalah 2,70+0,41 skor. Analisis

kemaknaan dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa nilai Z = -

3,424 dan nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan pada KP2

menunjukkan penurunan secara bermakna (p < 0,05). Menunjukkan bahwa

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% maupun Terpinen-4-ol type 1%

dapat menurunkan IPP secara bermakna. Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Soeherwine et al, pada tahun 2000, yang

menyatakan bahwa Chlorhexidine Digluconate mempunyai gugus kimia 1.6 – bis

– p chlorophenylbiguanidohexane, sebagai anti mikroorganisme dengan spektrm

luas, dan bersifat bakterisida dan berefek terhadap kuman gram positif dan gram

negatif.

Selanjutnya dilakukan uji komparasi terhadap IPP antar kelompok dengan

membandingkan rerata IPP antar kelompok sebelum perlakuan dan IPP antar

kelompok sesudah perlakuan dengan tingkat kemaknaan 0,05, dengan hasil

Page 117: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

117

sebagai berikut, rerata IPP sebelum perlakuan pada KP1 adalah 5,35+0,13 skor

dan KP2 adalah 5,52+0,18 skor. Analisis kemaknaan dengan uji T – Independent

menunjukan bahwa nilai t = -2,977 dan nilai p = 0,006. Hasil ini menunjukan ada

perbedaan bermakna rerata IPP sebelum diberi perlakuan pada kedua kelompok (p

< 0,05).

IPP sesudah perlakuan pada KP1 adalah 3,20+0,41 skor dan pada KP2

adalah 2,70+0,41skor. Analisis kemaknaan dengan uji T – Independent

menunjukan bahwa nilai t = 3,969 dan nilai p = 0,001 . Hasil tersebut

menunjukan bahwa ada perbedaan IPP secara bermakna pada kedua kelompok

sesudah diberi perlakuan (p < 0,05).

Oleh karena rerata IPP sebelum perlakuan berbeda bermakna, maka untuk

menguji perbedaan penurunan IPP antar kelompok dilakukan uji komparasi

terhadap selisih IPP sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan antar

kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 dengan uji U – Mann Whitney

dan tingkat kemaknaan 0,05. Dari hasil uji tersebut didapat hasil sebagai berikut,

rerata penurunan IPP pada KP1 adalah -2,05±0,42 skor dan pada KP2 adalah -

2,82±0,48 skor. Analisis kemaknaan perbedaan penurunan dengan uji U – Mann

Whitney menunjukan bahwa Z = -3,735 dan nilai p = 0,001. Hasil tersebut

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara penurunan IPP pada KP1 dan

KP2 (p < 0,05). Dengan demikian pemberian Terpinen-4-ol type 1% lebih baik

dalam menurunkan IPP daripada Chlorhexidine Digluconate 0,12%.

Dari tabel yang ada penurunan IPP pada masing – masing kelompok

perlakuan dapat dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini :

Page 118: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

118

Gambar 6.2 Penurunan IPP Sesudah diberi Perlakuan

Penurunan IPP secara bermakna merupakan tolok ukur dari penurunan

peradangan yang ada pada gingiva dan pemulihan perlekatan – perlekatan serat –

serat periodontal pada sementum gigi. Sebelumnya dalam sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Groppo et al. (2002) yang membandingkan efektivitas

Chlorhexidine, bawang putih dan tea tree oil dalam aktivitas antimikroba dalam

rongga mulut, menyatakan bahwa Chlorhexidine dan bawang putih menunjukan

aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans, tetapi tidak terhadap

mikroorganisme lain dalam rongga mulut, sedangkan tea tree oil mempunyai

aktivitas antimikroba terhadap Streptococcus mutans dan mikroorganisme rongga

mulut lainnya. Dalam penelitian ini penggunaan Terpinen-4-ol type 1%

mempunyai efek yang jauh lebih baik dalam penyembuhan periodontitis akibat

kalkulus, terbukti dari IPP yang dapat menurun jauh lebih besar dari pada dengan

Chlorhexidine Digluconate 0,12% , karena kemampuan antiseptik, antimikroba

yang jauh lebih baik. Diharapkan pada waktu mendatang penggunaan Terpinen-4-

Sk

or

Page 119: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

119

ol type pada praktek kedokteran gigi bisa dikembangkan lebih luas lagi, sehingga

dapat memberi alternatif dalam penekanan mikroorganisme penyebab

periodontitis akibat kalkulus dan pemulihan kerusakan jaringan periodontal yang

padat dilihat dari berkurangnya kedalaman periodontal poket dan menghilangkan

reaksi radang pada gingiva.

Page 120: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

120

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar

kolagenase lebih banyak daripada perawatan skeling dan pemberian

Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita periodontitis oleh

karena kalkulus.

2. Skeling dan pemberian Terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan Indek

Penyakit Periodontal (IPP) lebih banyak daripada perawatan skeling dan

pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% pada penderita

periodontitis oleh karena kalkulus.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah :

1. perlu dilakukan penelitian dengan variasi dosis yang lebih banyak,

baik lebih rendah dari 1 % untuk mengetahui efek terapi dan lebih

tinggi dari 1% untuk mengetui efek samping dari pemberian

Terpinen-4-ol type 1% terhadap penurunan kadar kolagenase dan

Indeks Penyakit Periodontal (IPP) pada penderita periodontitis oleh

karena kalkulus dengan dosis yang tepat.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan beberapa variasi

waktu yang lebih singkat dari 14 hari maupun lebih lama dari dalam

Page 121: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

121

pemberian Terpinen-4-ol type 1% untuk penurunan kadar

kolagenase dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP) pada penderita

periodontitis oleh karena kalkulus.

Page 122: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

122

DAFTAR PUSTAKA

Adler, C. J., Dobney K., Weyrich L.S., Kaidosis J. 2013.Sequencing Ancint

Dental Plaque Shows Changes in Oral Microbiota with Dietary Shifts

of the Neolithic and Industrial Revolutions. Dental journal. (45) : 450

– 5.

Albandar, J. M. 2005. Epidemiology of Aggressive Periodontitis in a South

Brazilian Population. IADR. J Periodont. 73 :762.

Andhira, A. D., 2012. Bab I . (tesis) [cited : 27 April 2013] available from :

http://repository.unhas.ac.id/

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ansel. 1998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta. Universitas Indonesia

press

Asni, A. M. 2010. Pengaruh Karang Gigi Terhadap Kesehatan Gusi pada Anak

SD Negeri Limbung Putri Kec. Bajeng Kab. Gowa Tahun 2008. Media

Kesehatan Gigi (1) : 58-64.

Baum, Phillips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih bahasa : Prof.

Dr. drg. Rasita Tarigan. Edisi : 3. Cetakan I: 34 – 8 .

Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.

Cetakan I. EGC. Jakarta.

Carranza, F. A., Newman, M. G., Takei, H. H. 2006. Clinical Periodontology. 9th

ed Philadelpia: WB Saunders Co; p. 74.

Carson, C. F., Hammer, K. A., Riley, T. V. 2006. Melaleuca alternifolia (Tea tree)

Oil: a Review of Antimicrobial and Other Medicinal Properties. Clin.

Microb. Rev. 19 (1): 50 – 62

Champagne, C. M. E., Buchanan, W., Reddy, M., Preisser, J. S., Wilson, D, T.

2003. Potensial for Gingival Crevicular Fluid Meansures as Predictors

of Risk for Periodontal Diseases. Journal Periodontal. (31) : 167 – 80 .

Christine, F., Carson., Brian, J., Mee, Thomas, V., Rihey. 2002. Mechanism of

Action of Melaleuca Alternifolia (tea Tree) Oil on Staphylococcus

Page 123: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

123

aureus Determined by Time Kill, Lysis, Leakage, and Salt Tolerance

Assays and Electron Microscopy. Journal American Sosiety for

Microbiology. (46) : 1914 – 20.

Daliemunthe, S. H. 1995. Pengantar Periodonsia. Universitas Sumatera Utara

Press. Sumatera Utara.

Daliemunthe, S. H. 1996 a. Perawatan Periodonsia. Universitas Sumatera Utara

Press. Sumatera Utara.

Daliemunthe, S. H. 1996 b. Periodonsia Klinis. Universitas Sumatera Utara Press.

Sumatera Utara.

Fiorellini, J. P., Kim, D. M., Ishikawa, S. O. 2002. The gingival. In: Newman

MG, takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th

. Ed.

Philadelphia

Fedi, P. F., Vernino, A. R., Gray, J. L. 2005. Silabus Periodonti. Edisi 4. Cetakan

1. GEC. Jakarta.

Geo, F. B., Janet, S. B., Stephen, A. M. 2008. Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz,

Melnick,&Adelberg’s Medical Microbiology ). Edisi : 23. EGC.

Jakarta.

Groppo, F. C., Ramacciato, J. C., Simoes, R. P., Florio, F. M., Sartoratto, A. 2002.

Antimicrobial Activity of Garlic, Tea Tree Oil, and Chlorhexidine

Against Oral Microorganisms. Int Dent J. PAracicaba Dental School –

UNICAMP. Brazil.

Gupta, G. 2012. Gingival Crevicular Fluid as a Periodontal Diagnostic Indicator –

I : Host Derived Enzymes and Tissue Breakdown Products. Journal of

Medicine and Life. Bucharest, Romania. (201).

Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Jakarta: EGC.

Hammer, K. A., Dry, L., Johnson, M., Michalak, M., Carson, C. F., Riley, T. V.

2003. Susceptibility of Oral Bacteria to Melaleuca alternifolia (tea

tree) oil in vitro. Journal Oral Microbiology and Immunologi. (18) :

389 – 92.

Harris, G. D., White, R. D. 2005. Diabetes Management Exercise in Patients with

Diabetes. Clinical Diabetes. (23) : 165 – 8.

Page 124: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

124

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. (Badan Litbang Pertanian).

Jakarta. Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta.

Ireland, R. 2006. Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Blackwell

Munksgaard. P.25. UK.

Kasim, E. 2001. Merokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Periodontal.

Jkedokter Trisakti. (19) : 9.

Kulik, E., Lenkei,t K., Meyer, J. 2000. Antimicrobial effects of tea tree oil

(Melaleuca alternifolia) on oral microorganisms. (Article in German)

Schweiz Monatsschr Zahnmed. (11) : 125-30.

Levine, L., Baev, V., Lev, R., Stablolz, A., Ashkenazi, M. 2006. Aggressive

Periodontitis Among Young Israeli Army Personnel. J Periodontal

(77) : 1392-6

Lily, M. P. 1980. Medical Plants of East and Sautheart Asia. The MIT Pres,

London. (232).

Lindhe, J., Lang, N. P., Karring, T. 2008. Clinical Periodontology and Implant

Dentistry. Edisi 15. Cetakan I. Blackwell.

Lely, M. A. 2004. Pengaruh Kadar Glukosa Darah yang terkontrol

terhadap penurunan derajat kegoyahan gigi penderita diabetes mellitus

di RS Persahabatan Jakarta. Media Litbang Kesehatan XIV (3).

Manson, J. D., Eley, B. M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi 2. p.45, Hipokrates

Jakarta.

Mantyla, P., Stenman, M., Kinane, D.F., Tikanoja, S., Luoto, H., Salo, T., Sorsa,

T. 2003. Gingival Crevicular Fluid Collagenase-2 (MMP-8) Test Stick

for Chair-side Monitoring of Periodontitis. J Periodontal Res. (38) P

:436-9.

Mardisiswojo, S., Rajamangusudarso, H. 1977. Cabe Puyang Warisan Nenek

Moyang. PT Karya Wreda. 13.

Mataftsi, M., Skoura, L., Sakellari, D. 2010. HIV infection and Periodontal

Diseases : an Over of the Post – HAART era. Oral Diseases. (17) : 13

– 25.

Melati, Y. 2008. “Tingkat Akumulasi Kalkulus Pada Perempuan

Paskamenopause” (skripsi). Jakarta. Universitas Indosesia.

Page 125: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

125

Murray, P., Bryan, S., Graham, K., Ver, K., 2013. Profibrotic Activities for

Matrix Metaloproteinase – 8 during Bleomycin Mediated Lung Injury.

Journal of Immunology. (45) P : 544 – 50.

Nio, K. B. 1987. Preventive Dentistry. Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, p. 16

Bandung.

Pedersen, G. W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa : drg.

Purwanto dan drg. Basoeseno, MS. EGC. Jakarta.

Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. Cichestes, John Wiley

& Sons.

Praptiwi , Sulistyowati, E., Kustiyono. 2009. Pola Makan dan Pertumbuhan Bobot

Tubuh Tikus yang Diinokulasi Porphyromonas gingivalis Sebelum dan

Sesudah Terjadinya Periodontitis. Media Medika Indonesia. (43) : 229

– 33.

Ramamurthy. J., Lakshmi. T. 2011. Prarmacological Aspect of Tea Tree Oil

(TTO) and Its Role in Dentistry – a Comprehensive. Review.

International Journal of Pharma dan Bio Sciences. (2) : 4

Reinhardt, R. A., Stoner, J. A., Golub, L. M., Lee, H. M., Nummikoski P.V.,

Sorsa T., Payne J. B. 2010. Association of Gingival Crevicular Fluid

Biomarkers During Periodontal Mainteance with Subsequent

Progressive Periodontitis. J Periodontal. (2) : 251.

Robert, K. M., Daryl, K. G., Victor, W. R. 2012. Biokimia Harper (Harper’s

Illustrated Biochemistry). Edisi : 27. Alih bahasa : dr. Brahm U.

Pendit. EGC. Jakarta.

Roy, C. 2005. Gingivitis . Journal of Clinical Periodontology . (13) : 345 – 55 .

Sari, G. 2011. “Permen Karet Xylitol yang Dikunyah Selama 5 Menit

Meningkatkan dan Mempertahankan pH Saliva Perokok Selama 3

Jam” (tesis). Denpasar. Universitas Udayana. P.2.

Samaranayake, L. P. 2002. Essential Microbiology For Detistr. W.B. Saunders

Company. Philadelphia. 425-6

Schachtele, C. F. 1983. Dental Caries Oral Microbiology and Infection Disease,

ed. 2. Baltimore: Williams & Wilkins. p. 197-233.

Page 126: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

126

Sekarsari. 2008. Manfaat Tea Tree Oil (Minyak Tea Tree). [cited : 24 Januari

2013]. Available from : http://www.nikensekarsari.com/manfaat-tea-

tree-oil/

Siregar, F. S. M., Akbar, S. 2007. Jatropha Curcas Latex Inhibits The Release of

Collagenase by Gingival Fibroblast. J periodontal. (23) : 254 – 7

Soeherwin, M., Muthalib, A., Ariadna, D.,2000. Efek Kumur Dengan

Chlorhexidine Gluconate 0,2% Sebelum Operasi Molar Molar 3

Terhadap Bakteremia. Journal Dental Horison. (2) : 1 – 9.

Sonia, K., Anupama, D. 2011. Microemulsion Based Transdermal Drug Delivery

of Tea Tree Oil. International Journal of Drug Development &

Research. (3). Available at : http://www.ijddr.in . Netherlands.

Suwandi, T. 2010. Perawatan Awal Penutupan Diastema Gigi Goyang pada

Penderita Periodontitis Kronis Dewasa. Jurnal PDGI. (59) : 105 – 9.

Swastini. 2011. “Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) Secara Topikal

Lebih Cepat Menyembuhkan Gingivitis Grade 3 Karena Calculus

Daripada Povidone Iodine 10%” (tesis). Denpasar. Universitas

Udayana.

Wahyukundari, M. H. 2008. “Perbedaan Kadar Matix Metalloproteinase-8 Setelah

Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis

Kronis” (tesis). Surabaya-Indonesia. Departemen Periodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

Walton, R. E., Torabinejad, M. 2008. Prisip & Praktik Ilmu Endodonsia. Edisi 3.

Cetakan I. EGC. Jakarta.

Walton, S. F., McKinnon, M., Pizzutto, S., Dougall, A., Williams, E., Currie, B.

J., 2004. Acaricidal Activity of Melaleuca Alternifolia (Tea Tree Oil)

in Vitro Sensitivity of Sarcoptes Scabiei Var Hominis to Terpinen – 4

– ol. Arch Dermatol Journal 140 (5). P.563 – 6.

Wiyantini, T., Setyawan, H., Hadisaputro, S. 2009. Faktor – faktor Lokal Dalam

Mulut dan Prilaku Pencegahan yang Berhubungan dengan

Periodontitis (Studi Kasus di Tiga Puskesmas Kabupaten Demak).

[cite 2013 Jan. 14]. Available from : https://docs.google.com

Willett, N. P., White, R. R., Rosen, W. 1991. Essential Dental Microbiology. ed.

International.Gramedia. Jakarta. 327-8.

Page 127: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

127

LAMPIRAN 1

PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA

SEBELUM MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT

SERTA DALAM PENELITIAN

(Informed consent)

Pendahuluan

Informed consent pada dasarnya untuk menghargai hak – hak individu

guna memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dijalankan sebelum membuat keputusan yang benar.

Informed consent hendaknya mengandung hal – hal yang penting sebagai berikut :

1. Penjelasan terperinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapat kebebasan untuk memutuskan

apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal

penderita memiliki hak untuk itu.

Penelitian ini berjudul :

SKELING DAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT MENURUNKAN

KADAR KOLAGENASE DAN IPP LEBIH BANYAK DARIPADA

SKELING DAN CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA

PERIODONTITIS AKIBAT KALKULUS

Latar Belakang

Sering kali penyakit gigi dan mulut tidak mendapat penanganan yang tepat

waktu, bahkan tidak mendapat penanganan sama sekali. Pemeliharaan kesehatan

Page 128: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

128

gigi di lingkungan rumah, seperti menyikat gigi yang tepat baik cara dan

waktunya masih tidak terlaksana dengan baik. Akibat awal yang ditimbulkan dari

pola hidup tersebut adalah banyak terjadi radang gusi atau gingivitis, yaitu radang

gusi yang disebabkan oleh zat yang berasal dari mikroba yang terdapat dalam

plak yang terakumulasi di sulkus gingival. Penumpukan bakteri plak pada

permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Kasus

periodontitis merupakan kelanjutan dari gingivitis yang tidak mendapat

penanganan, kasus ini menempati angka kedua terbesar setelah karies gigi dalam

bidang kedokteran gigi.

Penyakit periodontitis yang berlanjut dapat menyebabkan hilangnya jaringan

penyangga gigi, yang dapat mengakibatkan gigi goyang. Karang gigi yang

melekat erat pada permukaan gigi dan lama tidak dibersihkan sehingga akan

mengiritasi dan menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi sehingga mudah

berdarah. Jika keadaan ini tidak segera mendapat penanganan, akan berlanjut

menjadi periodontitis, yaitu kerusakan jaringan periodontal.

A. Manfaat praktis

Terpinen-4-ol type 1% sebagai alternatif lain dalam menurunkan indeks

periodontitis berdasarkan kadar kolagenase pada Gingival Crevicular Fluid

(GCF) dan Indeks Penyakit Periodontal (IPP) lebih efektif dan terjangkau, pada

penderita periodontitis kronis yang disebabkan oleh kalkulus, setelah dilakukan

perawatan skeling.

Page 129: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

129

Tatalaksana Penelitian

1. Sebelum penelitian dilakukan semua sampel dikumpulkan dan sudah

dikelompokkan. Diberi informasi untuk makan dan minum sebelumnya,

karena tidak diperkenankan makan, minum, merokok dan berkumur

setelah dilakukan perawatan skeling hingga 30 menit setelah aplikasi

bahan.

2. Kelompok perlakuan 1

Dijadwalkan pada hari pertama, semua sampel diambil GCF dan

pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kemudian dilakukan

perawatan skeling dan pemberian Chlorhexidine Digluconate 0,12% dua

kali dalam sehari hingga hari ke 14 setelah perawatan kemudian

dilanjutkan dengan pengambilan GCF dan pengukuran Indeks Penyakit

Periodontal (IPP) kembali.

3. Kelompok perlakuan 2

Dijadwalkan pada hari ke 2, semua sampel diambil GCF dan pengukuran

Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kemudian dilakukan perawatan skeling

dan pemberian Tea tree oil gel (Terpinen-4-ol type 1%) dua kali dalam

sehari hingga hari ke 14 setelah perawatan kemudian dilanjutkan dengan

pengambilan GCF dan pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP)

kembali.

Risiko penelitian dan cara penanggulangan

Akibat langsung dari penelitian ini adalah rasa lapar dan haus selama perawatan

pertama hingga aplikasi bahan, akibat dari aplikasi bahan Chlorhexidine

Page 130: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

130

Digluconate 0,12% dan Terpinen-4-ol type 1% belum pernah dilaporkan. Bila

terjadi reaksi alergi terhadap bahan – bahan yang diaplikasikan, segera hentikan

pemakaian selanjutnya berkumur dengan air putih sebanyak – banyaknya dan

hubungi operator di no. 081239885740.

Hal – hal yang juga perlu mendapat perhatian :

1. Bahwa penelitian ini bersifat sukarela.

2. Walaupun prosedur penelitian telah dijalankan secara cermat, apabila

terjadi risiko atau ketidak nyamanan selama penelitian maka akan

dirundingkan bersama.

3. Karena penelitian ini bersifat sukarela maka peserta penelitian dapat

mengundurkan diri jika menemukan hal – hal yang dirasa merugikan.

4. Hasil penelitian akan sepenuhnya dipergunakan untuk keperluan keilmuan,

tidak untuk kepentingan publikasi (media masa).

5. Penjelasan ini serta surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk

peneliti dan satu untuk peserta penelitian.

Penutup

Untuk dapat terselenggaranya penelitian ini dengan baik, maka mutlak diperlukan

kerjasama yang baik antara peserta penelitian dan peneliti.

Page 131: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

131

Surat Persetujuan

Ikut Serta Dalam Penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………………………………………………………..

Umur : ……………………………………………………………………..

Jenis Kelamin : ……………………………………………………………………..

Alamat : …………………………………………………………………….

No. KTP : …………………………………………………………………….

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari

manfaat dan risiko penelitian yang berjudul :

SKELING DAN PEMBERIAN TERPINEN-4-OL TYPE 1% DAPAT

MENURUNKAN KADAR KOLAGENASE DAN INDEKS PENYAKIT

PERIODONTAL LEBIH BANYAK DARIPADA PEMBERIAN

CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 0,12% PADA PERIODONTITIS

AKIBAT KALKULUS

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas serta

mematuhi segala ketentuan – ketentuan penelitian yang sudah saya pahami,

dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun,

berhak membatalkan persetujuan ini.

Badung, ……………….2013

Mengetahui Yang menyetujui

Penanggung jawab penelitian Peserta penelitian

(Putu Lestari Sudirman) (…………………………….)

Page 132: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

132

LAMPIRAN 2

KETERANGAN KELAIKAN ETIK (ETHICAL CLEARENCE)

Page 133: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

133

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI PENELITIAN

Persiapan sampel Persiapan pembuatan standar

Setiap sampel di spin dengan microspin Sampel siap diletakan pada plate

Plate dengan sampel Diinkubasi semala 2 jam

siap diincubasi

Page 134: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

134

Pencucian 4 kali dengan Pemberian MMP – 8 Conjugate

Wass Buffer

Setelah diberi MMP – 8 Conjugate Diinkubasi kembali selama 2 jam

Dicuci kembali 4 kali Pemberian stop solution

dengan Wass Buffer

Page 135: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

135

Pemberian stop solution Inkubasi selama 30 menit

Siap dilakukan pembacaan hasil Pembacaan hasil dengan komputer

Chlorhexidine Digluconate 0,12% dan

Sediaan tea tree oil 1%

Page 136: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

136

Penyiapan orang coba

1. Skeling dan pengambilan GCF, pengukuran IPP pada kelompok

perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2

Skeling Pengambilan GCF

2. Pemantauan setiap aplikasi Chlorhexidine Digluconate 0,12% dan Sediaan

Tea Tree Oil 1%

Pemantauan setiap aplikasi Chlorhexidine Digluconate 0,12 % dan sediaan

Tea Tree Oil 1% sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari setelah sarapan

Pk.08.00 dan sore hari Pk. 18.00 sepulang dari para orang coba bekerja,

selama 14 hari.

3.Pengukuran

1. Kadar kolagenase adalah kadar kolagenase dari GCF yang diukur dengan

metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay).

A. Persiapan

a. Sampel diencerkan 20 kali (10 µl + 190 µl)

b. Pembuatan standart MMP – 8 dengan 1,0 mL Deionisasi Water.

Pengerjaan ini menghasilkan larutan stok dari 100 ng/mL. Campuran

standar untuk memastikan pemulihan lengkap dan memungkinkan

Page 137: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

137

standar untuk didiamkan selama 15 menit dengan agitasi lembut

sebelum melakukan pengenceran.

c. Pipet 270 µL dari larutan pengencer RD5 – 10 ke dalam tabung 10

ng/mL. pipet 150 µL larutan pengencer ke dalam tabung yang tersisa.

Gunakan larutan sisa untuk serangkaian pengenceran selanjutnya.

Mencampur setiap tabung secara menyeluruh (homogen) sebelum

pendah ke tabung berikutnya. Standar 10 ng/mL berfungsi sebagai

standar yang tinggi. Larutan pengencer RD5 – 10 berfungsi sebagai

nol standar (0 ng/mL).

B. Cara kerja

a. Tambahkan 150 µL assay dilarutan RD1 – 52 pada masing – masing

well. Homogenkan RD1 – 52 sebelum digunakan.

b. Tambahkan 50 µl pada setiap well sebagai berikut :

Standar untuk standar

Sampel untuk sampel

Kontrol untuk kontrol

Page 138: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

138

c. Inkubasi selama 2 jam pada suhu kamar pada 500 rpm dengan thermo

shaker

d. Aspirate dan cuci 4 kali dengan Wass Buffer masing – masing

sebanyak 400 µl

e. Tambahkan 200 µl MMP-8 Conjugate masing – masing well tutup

dengan setiap dan inkubasi selama 2 jam suhu kamar, kemudian di

homogenkan dengan thermo shaker

f. Kemudian Asrpirate dan cuci 4 kali dengan Wass Buffer masing –

masing sebanyak 400 µl

g. Tambahkan 200 µl substrat solution masing – masing well, inkubasi

selama 30 menit hindari dari sinar lampu

h. Tambahkan 50 µl stop solution pada masing – masing well warna biru

hingga menjadi kuning, jika warna well menjadi hijau maka tidak

homogen.

i. Pembacaan pada 450 nm atau 570 nm, sampai 30 manit (tidak boleh

lebih)

2. Pengukuran pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP),

mempergunakan alat bantu dental probe. Indeks Penyakit Periodontal

(IPP) adalah Indek Penyakit Periodontal yang dihitung dengan ketentuan

menurut Ramfjord :

A. Dengan mengukur Indeks gingiva

indeks yang digunakan untuk menilai derajad keparahan inflamasi.

Pengukuran dilakukan pada gingiva diempat sisi gigi – geligi yang

Page 139: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

139

diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla

mesiovestibular dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi

diperoleh dengan menjumlahkan skor untuk keempat sisi yang

diperiksa lalu dibagi empat. Jumlah skor yang di dapat dijumlahkan

dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor

indeks gingiva untuk individu. Kriteria untuk penentuan skornya

adalah sebagai berikut :

Skor 0 : gingiva normal

Skor 1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan

perubahan warna, sedikit oedema pada palpasi tidak terjadi

pendarahan

Skor 2 : inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah,

oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan.

Skor 3 : inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah

menyolok, oedematous, terjadi ulserasi, gingiva mudah

berdarah.

Skor 4 : Bila pada kedua sisi yang diperiksa ada saku gingiva

yang sudah berada > 3 mm apikal dari batas semento – enamel.

Skor 5 : Bila pada dua sisi yang diukur saku gingivanya berada 3

– 6 mm apikal dari batas semento – enamel.

Skor 6 : Bila sulkus gingiva pada salah satu sisi yang diukur telah

berada > 6 mm apikal dari semento – enamel.

Page 140: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

140

V. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 8.00 wita hingga pukul

16.00 Wita. Tahap kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebelum penelitian dilakukan semua sampel dikumpulkan dan sudah

dikelompokkan. Diberi informasi untuk penyelenggaraan penelitian akan

dilakukan bertahap sesuai dengan kelompoknya, hal ini dikarenakan

pengerjaan yang lama untuk setiap pasien, sehingga pencatatan waktu

yang tepat sangat dibutuhkan. Penjelasan dalam pelaksaan penelitian ini

akan dilakukan skeling yaitu pembuangan kalkulus atau karang gigi. pada

keadaan karang gigi yang banyak dan sudah menutupi ruang interdental

gigi dapat menyebabkan gigi seolah – olah jarang dan mempunya jarak,

pada keadaan karang gigi yang telah melekat pada bagian akar gigi dan

menimbulkan resesi gingiva yang dalam, dapat menyebabkan kondisi

mobilitas gigi lebih terlihat, dan adanya pendarahan saat dilakukan

skeling. Pendarahan akan segera terhenti beberapa saat setelah skeling

selesai dan mobilitas gigi akan berkurang secara perlahan setelah

perawatan dengan aplikasi bahan (Chlorhexidine Digluconate 0,12%

maupun Terpinen-4-ol type 1%) dilakukan.

2. Disediakan dan dipersilahkan untuk makanan agar tidak kelaparan selama

penelitian ini diakukan, mengingat waktu yang dibutuhkan cukup lama

3. Kemudian dilakukan pengambilan GCF sebelum perawatan skeling

dengan menggunakan metode pencucian (washing methode), setelah

berkumur dan menyikat gigi regio yang akan diambil GCF nya diblokir

Page 141: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

141

dengan cotton roll dan dikeringkan dengan cotton pellet. Disposable

polypropylene tips steril berisi larutan phosphate buffer saline steril 10 ml,

disemprotkan ke dalam crevicular gingival masing – masing 1ml , dan

diulang sebanyak 2 kali pada satu gigi anterior bawah masing – masing

dibagian labial dan lingual, hingga terkumpul dari ke empat gigi anterior

bawah, hal ini dilakukan agar semua komponen GCF dapat tersedot masuk

ke dalam Disposable polypropylene tips. Kemudian dipindahkan kedalam

disposable tube steril dan segera disimpan dalam freezer dengan suhu -

200C

4. Selanjutnya dilakukan pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP),

mempergunakan alat bantu dental probe.

5. Dimulai dengan perawatan skeling, kemudian diaplikasikan bahan sesuai

dengan kelompok masing – masing diberi penjelasan bahwa tidak

diperkenankan makan, minum menyikat gigi dan berkumur setelah

pemberian bahan Chlorhexidine Digluconate 0,12% maupun Terpinen-4-

ol type 1% selama 1 jam.

6. Seluruh sampel akan diberi penjelasan tentang menjaga kebersihan rongga

mulut, cara dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi dan selalu dipantau

kondisi rongga mulut dan cara pemakaian bahan Chlorhexidine

Digluconate 0,12% dan Terpinen-4-ol type 1% setiap pagi sebelum

bekerja dan sore Pk. 18.00 wita, selama penelitian (14 hari). Pengambilan

GCF dan pengukuran Indeks Penyakit Periodontal (IPP) kembali pada

hari ke 14

Page 142: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

142

Page 143: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

143

LAMPIRAN 4

ANALISIS STATISTIK

Tabel 5.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Rerata Min Maks

Umur KP 1 45,9+ 2,7 tahun 38,0 tahun 50,0 tahun

KP 2 45,7+ 2,6 tahun 38,0 tahun 50,0 tahun

Kadar kolagenase KP 1 pre 0,946+0,649 ng/mL 0,060 ng/mL 2,870 ng/mL

KP 1 post 0,874+0,242 ng/mL 0,670 ng/mL 1,360 ng/mL

KP 2 pre 1,334+0,655 ng/mL 0,828 ng/mL 3,470 ng/mL

KP 2 post 0,649±0,171ng/mL 0,272 ng/mL 0,940 ng/mL

IPP KP 1 pre 5,35±0,13 skor 5,25 skor 5,50 skor

KP 1 post 3,20±0,41 skor 2,50 skor 4,00 skor

KP 2 pre 5,52±0,18 skor 5,25 skor 5,75 skor

KP 2 post 2,70±0,41 skor 2,00 skor 3,50 skor

Tabel 5.2 Uji Normalitas Variabel Antar Kelompok Penelitian

dengan Shapiro Wilk Test (n = 30)

Variabel p Keterangan

Umur KP 1 0,010 Tidak normal

Umur KP 2 0,006 Tidak normal

Kolagenase KP 1 pre 0,012 Tidak normal

Kolagenase KP 2 pre 0,001 Tidak normal

Kolagenase KP 1 post 0,004 Tidak normal

Kolagenase KP 2 post 0,815 Normal

IPP KP 1 pre 0,001 Tidak normal

IPP KP 2 pre 0,006 Tidak normal

IPP KP 1 post 0,052 Normal

IPP KP 2 post 0,052 Normal

Page 144: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

144

Tabel 5.3 Uji Perbedaan Rerata Umur antar Kelompok Perlakuan

dengan U – Mann Whitney (n = 30)

Kelompok Subjek

Rerata

Z P Umur ± SB

KP 1 45,9+ 2,7 tahun

-0,486 0,627

KP 2 45,7+2,6 tahun

Tabel 5.4 Uji Perbedaan Rerata Kadar Kolagenase Sebelum dan Sesudah

Perlakuan Tiap Kelompok dengan Uji Wilcoxon Signed Ranks (n = 30)

Kelompok Variabel Rerata Z P

KP 1

Kadar kolagenase pre

Kadar kolagenase post

0,946+0,649ng/mL

0,874+0,242ng/mL

-0,341 0,733

KP 2

Kadar kolagenase pre

Kadar kolagenase post

1,334+0,655ng/mL

0,649+0,171ng/mL

-3,408

0,001

Tabel 5.5 Uji Perbedaan Rerata Kadar Kolagenase Antar Kelompok

Sebelum dan Sesudah Perlakuandengan Uji U – Mann Whitney (n = 30)

Perlakuan Kelompok

Rerata Kadar

Kolasenase Z P

KP 1 0,946+0,649 ng/mL

Sebelum

-2,157 0,031

KP 2 1,334+0,655 ng/mL

KP 1 0,874+0,242 ng/mL

Sesudah

-2,675 0,007

KP 2 0,649+ 0,171 ng/mL

Page 145: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

145

Tabel 5.5Uji Perbedaan Rerata selisih Kadar Kolagenase sebelum dan

sesudah perlakuan Antar Kelompok Uji U – Mann Whitney (n = 30).

Kelompok

Rerata selisih

Kolagenase

pre dan post SD Z P

KP 1 -0,073 ng/mL 0,677 -3,298 0,001

KP 2 -0,685 ng/mL 0,608

Tabel 5.8 Uji Perbedaan Rerata IPP Sebelum dan Sesudah Perlakuan tiap

Kelompok

dengan Uji Wilcoxon Signed Ranks (n = 30)

Kelompok Variabel Rerata Z P

KP 1

IPP Pre

IPP Post

5,35±0,13 skor

3,20±0,41skor -3,427 0,001

KP 2

IPP Pre

IPP Post

5,52±0,18 skor

2,70±0,41 skor

-3,424 0,001

Tabel 5.9 Uji Perbedaan Rerata IPP Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah

Perlakuan, dengan Uji U – Mann Whitney untuk sbelum perlakuan dan Uji

T-independent untuk sesudah perlakuan dan (n = 30)

Perlakuan Kelompok Rerata IPP

Z P

KP 1 5,35±0,13 skor

Sebelum

-2,591 0,010

KP 2 5,52±0,18 skor

Perlakuan Kelompok Rerata IPP Beda rerata t p

KP 1 3,20±0,41 skor

Sesudah

0,60±0,03 skor 3,969 0,001

KP 2 2,70±0,41 skor

Page 146: skeling dan terpinen-4-ol type 1% dapat menurunkan kadar ...

146

Tabel 5.10 Uji Perbedaan Rerata selisih IPP sebelum dan sesudah perlakuan

Antar Kelompok Uji U – Mann Whitney (n = 30).

Kelompok

Rerata selisih

IPP pre dan post SD Z P

KP 1 -2.05 skor 0,42 -3,735 0,001

KP 2 -2,82 skor 0,48