ske1b11

47
Skenario 1 CAIRAN TELINGA Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dating ke klinik anda diantar ayahnya dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak 2 hari yang lalu. Cairan yang keluar tersebut berwarna putih, kental dan tidak berbau. Tiga hari yang lalu pasien mengalami nyeri pada telinga kiri, namun sejak keluar cairan tersebut nyeri sudah hilang. Awalnya satu minggu yang lalu, ibu pasien menyatakan bahwa pasien mengeluh demam, batuk dan pilek. Seminggu yang lalu, ibu pasien juga mengalami keluhan batuk pilek yang disertai demam. Sebelum ini pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Pasien merupakan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di kelurahan Kembaran. I. KLARIFIKASI ISTILAH - II. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Mengapa pasien mengeluh keluar cairan disertai batuk, pilek, demam sebelumnya dan apa hubungannya dengan penyakit ibunya ? 2. Apakah hubungan usia dengan keluhan pasien ? 3. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri telinga kiri ? 4. Mengapa cairan berwarna putih, kental dan tidak berbau ? 1

description

laporan tutorial blok telinga hidung dan tenggorok (XI) kelompok satu.

Transcript of ske1b11

Page 1: ske1b11

Skenario 1

CAIRAN TELINGA

Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dating ke klinik anda diantar ayahnya

dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak 2 hari yang lalu. Cairan yang

keluar tersebut berwarna putih, kental dan tidak berbau. Tiga hari yang lalu pasien

mengalami nyeri pada telinga kiri, namun sejak keluar cairan tersebut nyeri sudah

hilang. Awalnya satu minggu yang lalu, ibu pasien menyatakan bahwa pasien

mengeluh demam, batuk dan pilek. Seminggu yang lalu, ibu pasien juga mengalami

keluhan batuk pilek yang disertai demam. Sebelum ini pasien tidak pernah mengalami

keluhan serupa. Pasien merupakan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di kelurahan

Kembaran.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

-

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa pasien mengeluh keluar cairan disertai batuk, pilek, demam

sebelumnya dan apa hubungannya dengan penyakit ibunya ?

2. Apakah hubungan usia dengan keluhan pasien ?

3. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri telinga kiri ?

4. Mengapa cairan berwarna putih, kental dan tidak berbau ?

5. Mengapa saat keluar cairan nyerinya hilang ?

III. ANALISIS MASALAH

1. Mengapa pasien mengeluh keluar cairan disertai batuk, pilek, demam

sebelumnya dan apa hubungannya dengan penyakit ibunya ?

Disini kemungkinan adalah ibunya menularkan sakitnya kepada si anak.

Dimana penyebab tersering dari keluhan ibunya adalah virus. Disini

karena anak tersebut masih berusia 6 tahun, dan daya tahan tubuhnya

belum sempurna sehingga rentan tertular penyakit. Ditambah lagi organ

dari si anak ini juga belum sesempurna orang dewasa . pada kasus ini

1

Page 2: ske1b11

organ yang terkena adalah bagian hidung dan mulut si anak, dimana dari

nasofaring terdapat saluran ke telinga, yaitu saluran tuba auditiva. Dari

saluran inilah virus dapat menyerang bagian telinga melalui infeksi yang

ada di mulut ataupun hidung. Pada saluran ini dapat terjadi infeksi yang

dikarenakan merambatnya infeksi yang berasal dari mulut dan hidung tadi,

kemudian yang nanti akan menyebabkan pembengkakan (inflamasi) yang

kemudian sel sel darah putih akan keluar untuk melawan kuman dan

bakteri. Kemudian dari hasil perlawanan sel darah putih inilah yang akan

menyebabkan terjadinya nanah, nanah yang menumpuk terus menerus

lama kelamaan akan mengumpul dibelakang gendang telinga dan

menyebabkan nyeri dikarenakan terdorong atau tertekannya saraf-saraf

disekitar gendang telinga ini, ketika cairan ini semakin banyak, dapat

menyebabkan gendang telinga menjadi sobek dan cairan mengalir keluar

telinga, dan sobekny gendang telinga ini akan menyebabkan rasa sakit

menjadi berkurang, dikarenakan saraf-saraf yang tadinya tertekan menjadi

tidak tertekan lagi dikarenakan tekanan yang disebabkan oleh cairan tadi

sudah berkurang. (Brunner, 2001)

2. Apakah hubungan usia dengan keluhan pasien ?

Dilihat dari skenario, usia pasien masih berumur 6 tahun. Dimana tuba

eustachia yang masih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal dari tuba

eustachia orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada

nak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. (Soepardi, dkk. 2012)

3. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri telinga kiri ?

Nyeri pada telinga salah satu dari keluhan utama dari penyakit

telinga. Bisa juga disebut otalgia. Otalgia merupakan nyeri pada telinga

yang disebabkan baik oleh kelainan local dalam telinga, nyeri alih dari

tempat lain, serta psikogenik.

2

Page 3: ske1b11

Penyebab local otalgia

Telinga luar furunkel, serumen obturans, otitis eksterna,herpes zoster,

neoplasma

Telinga tengahotitis media akut, barotrauma, abses ekstradural.

(Soepardi, dkk. 2012)

Nyeri teling disebut juga dengan Otalgia, hal ini dapat disebabkan oleh

kelainan lokal dalam telinga, nyeri alih dari tempat lain, serta psikogenik.

a. Penyebab lokal Otalgia

1) Telinga Luar

a) Furunkel

b) Serumen obturans

c) Otitis eksterna

d) Otomikosis

e) Meningitis bullosa

f) Herpes zoster

g) Dan neoplasma

2) Telinga Tengah

a) Otitis media akut

b) Obstruksi tuba eustachius

c) Mastoiditis

d) Abses ekstradural

e) Barotrauma

f) Neoplasma

b. Penyebab nyeri alih yang bermanifestasi sebagai otalgia

Telinga mendapatkan persarafan melalui nervus V (cabang

auritemporal), nervus IX (cabang tympanic), nervus X (cabang auricular)

serta dari C2 (lesser occipital), C2 & C3 (greater auricular). Nyeri yang

terjadi dapat merupakan nyeri alih dari area tersebut :

1) Melalui Nervus V

a) Gigi : karies, abses apikal, impaksi molar, dan maloklusi.

3

Page 4: ske1b11

b) Rongga mulut : lesi ulseratif jinak maupun ganas pada rongga

mulut atau lidah.

c) Kelainan sendi tempomandibular.

d) Neuralgia sphenopalatina.

2) Melalui Nervus IX

a) Gigi

b) Pangkal lidah : tuberkulosis, keganasan.

3) Melalui Nervus X

Lesi ulseratif atau keganasan pada valekula, epiglotis, laring,

laringofaring, dan esofagus.

4) Melalui Nervus C2 & C3

Spondilosis servikal, trauma pada servikal. (Ballenger, John Jacob.

2013)

4. Mengapa cairan berwarna putih, kental dan tidak berbau ?

Cairan atau sekret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Sekret yang

sedikit biasnya berasal dari infeksi telinga luar. Sekret yang banyak yang

bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk

menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai

adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti

air jernih, waspada adanya cairan likuor serebrospinal. (Soepardi, dkk.

2012)

5. Mengapa saat keluar cairan nyerinya hilang ?

Nyeri yang dialami pasien diakibatkan karena adanya peningkatan

produksi cairan yang menyebabkan adanya akumulasi cairan yang

menggumpal menekan saraf-saraf pada telinga. Ketika gumpalan pecah

atau bocor mengakibatkan cairan keluar, gumpalan mengempis dan tidak

menekan saraf-saraf di telinga sehingga ketika cairan keluar nyeri menjadi

hilang. (Ballenger, John Jacob. 2013 )

4

Page 5: ske1b11

IV. SISTEMATIKA MASALAH

5

menekan Nervus di telinga

keluar cairan

Inflamasi

tekanan ↑

perforasi

Menyebar Ke Teinga

Cairan ↑

Menembus membran tympani

6Th

Faktor Internal: Imun belum matangOrgan Belum Sempurna

ISPA

Faktor External:Ibu Sakit ISPA

Nyeri

Fagosit SDP

Menular ke anak

Nyeri Psikogenik

Nyeri Alih

Tengah

Luar

Cairan Cerebrospinal

darah

Mukopurulen

Mukoid

Page 6: ske1b11

V. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami anatomi telinga.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami histologi telinga.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami cairan cerebrospinal.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami diagnosis banding dari

keluhan pasien.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami interpretasi dari hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang otitis media akut.

VI. BELAJAR MANDIRI

VII. MENGUMPULKAN INFORMASI TAMBAHAN

1. Anatomi telinga

A. Definisi Indra Pendengaran

Telinga merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon

terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga

menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda,saraf yang berperan

6

Page 7: ske1b11

dalam indra pendengar adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius.

Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian

tengah, dan  telinga bagian dalam.

B. Anatomi Telinga

Perkembangan daun telinga dimulai pada minggu ketiga kehidupan

embrio dengan terbentuknya arcus brachialis pertama atau arcus mandibula

dan arcus bracialis kedua atau arcus hyoid. pada minggu ke enam arcus

bracialis ini mengalami diferensiasi menjadi enam buah tuberkel. secara

bergabungan ke enam tuberkel ini. pada keadaan normal di bulan ketiga daun

telinga sudah lengkap terbentuk. bila penggabungan tuberkel tidak sempurna

maka timbul fistel preauricular. (Soepardi, Efiaty Arsyad, Prof. Dr., Sp.THT.

2012.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan

Leher.Jakarta: Badan Penerbit FKUI )

Telinga terdiri atas 3 bagian

1. Telinga luar (Auris eksterna)

Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, meatus auditorius eksterna, dan

membran timpani.

a. Aurikel atau pinna tersusun oleh kartilago (tulang rawan) dan

jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah (cuping telinga)

tersusun oleh lemak. Aurikel berfungsi membantu pengumpulan

gelombang suara.

b. Meatus auditoris eksterna (liang telinga) merupakan saluran

penghubung aurikel dengan membran timpani. Panjangnya ± 2,5

cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini

mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat,

khususnya menghasilkan sekret berbentuk serum.

c. Membran timpani atau gendang telinga menghubungkan meatus

auditorius eksterna dengan rongga timpani. Membran ini

berukuran ± 1 cm dan berwarna kelabu mutiara.

7

Page 8: ske1b11

2. Telinga tengah (Auris media)

Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung

udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani. Pada bagian

ini terdapat Tuba Eustakhius dan tulang-tulang pendengaran.

a. Tuba Eustakhius

Tuba Eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah

menuju nasofaring. Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam

keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan

demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap

seimbang dengan tekanan udara di atmosfer, sehingga cedera atau

ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat

dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofaring ini

memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat

menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.

b. Tulang-tulang pendengaran

Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun

pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari

membran timpani menuju rongga telinga dalam.

Tulang sebelah luar adalah maleus, berbentuk seperti martil

dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara

kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani. Tulang yang berada

di tengah adalah inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan

maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam

sebuah tulang kecil, yaitu stapes. Stapes atau tulang sanggurdi

dikaitkan dengan inkus dengan ujungnya yang lebih kecil,

sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membran yang

menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong. Rangkaian tulang-

tulang ini berfungsi mengalirkan getaran suara dari gendang

telinga menuju rongga telinga dalam.

8

Page 9: ske1b11

3. Telinga dalam (Auris interna)

Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai

saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut

labirin tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin

membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan

ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.

a. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:

Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat

bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu

yang menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah.

Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran) bersambung

dengan vestibula. Kanalis semisirkularis merupakan saluran

setengah lingkaran yang terdiri dari tiga saluran. Saluran satu

dengan yang lainnya membentuk sudut 900, saluran tersebut

yaitu kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis

posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis. Saluran lateralis

letaknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling membuat

sudut tegak lurus.  Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat

penebalan yang disebut ampula. Gerakan cairan yang

merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus dalam ampula

menyebabkan kita sadar akan kedudukan kita. Bagian telinga

dalam ini berfungsi membantu serebelum dalam mengendalikan

keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan tubuh kita

Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit

dirinya seperti sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari

sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah

dari tulang, dan disebut modiulus.

Ada dua tingkap dalam ruang melingkar (koklea), yaitu:

Fenestra vestibule (tingkap jorong) disebut juga fenestra ovalis,

karena bentuknya yang bulat panjang. Ditutupi oleh tulang stapes.

9

Page 10: ske1b11

Fenestra koklea disebut juga fenestra rotunda, karena bentuknya

yang bulat ditutupi oleh sebuah membran.

Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini

dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga

telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfa. Getaran dalam

perilimfa dialihkan menuju endolimfa, dan dengan demikian merangsang

ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Endolimfa adalah cairan dalam

labirin membranosa, sementara perilimfa adalah cairan di luar labirin

membranosa dan dalam labirin tulang. Jika terjadi ketidakseimbangan

antara endolimfa dan perilimfa, maka akan menimbulkan kelainan.

b. Labirin membranosa terdiri dari:

Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng

terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat. Di sini terdapat saraf

nervus akustuikus pada bagian depan dan sampingnya ada daerah

yang lonjong disebut makula akustika utrikulo. Pada dinding

belakang utrikulus ada muara dari duktus semisirkularis dan pada

dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis,

saluran yang menghubungkan utrikulus dengan sakulus.

Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus,

terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan

terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat nervus akustikus.

Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-serabut halus

cabang nervus akustikus yang berakhir pada makula akustika

sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunion yang

menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis. Di bagian

sudut sakulus vestibularis menuju permukaaan bagian bawah

tulang temporalis dan berakhir sebagai kantong buntu disebut

sakus endolimfatikus, yang terletak tepat di lapisan otak

duramater.

Duktus semisirkularis. Ada tiga cabang selaput semisirkularis

yang berjalan dalam kanalis semisirkularis (superior, posterior,

10

Page 11: ske1b11

dan lateralis). Penampangnya kira-kira sepertiga penampang

kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut

ampula selaput. Setiap ampula mengandung satu celah sulkus

ampularis yang merupakan tempat masuknya cabang ampula

nervus  akustikus, sebelah dalam ada krista ampularis yang

terlihat menonjol ke dalam yang menerima ujung-ujung saraf.

Duktus koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak

segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Atap

duktus koklearis terdapat membran vestibularis pada alasnya

terdapat membran basilaris. Duktus koklearis mulai dari kantong

buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat di seberang kanalis

lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare). Pada

membran basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus

koklearis yang merupakan hearing sense organ.

C. Saraf Pendengaran

Saraf yang melayani indra pendengaran ini adalah saraf cranial

kedelapan atau nervus auditorius. Saraf pendengaran ini terdiri dari dua

bagian:

1. Saraf vestibular rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan

dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju

nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan

medula oblongata, lantas kemudian bergerak terus menuju serebelum.

2. Saraf koklearis pada nervus auditorius adalah saraf pendengar yang

sebenarnya. Serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah

nukleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus, lantas dari sana

dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang

terletak pada bagian bawah lobus temporalis. Cedera pada saraf

koklearis akan berakibat ketulian saraf, sementara cedera pada saraf

vestibularis akan berakibat vertigo, ataksia, dan nistagmus. (F. Paulsen

& J. Waschke.2012) (Snell, Richard S. 2011)

11

Page 12: ske1b11

2. Histologi telinga

1. Telinga Luar

Pinna terdiri dari lempeng kartilago elastin ireguler berbentuk corong di

tutupi oleh kulit dan menghantar gelombang suara ke dalam telinga.

Gelombang suara di hantarkan meatus akustikus eksternus yang di lapisi oleh

epitel squamos berlapis dan di lapisi kulit. Di meatus akustikus eksternus

terdapat rambut, kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa pada

bagiansubmukosa.

Kandungan serumen :

Protein

Asam lemak jenuh

Mempunyai sifat antimikroba sebagai protektif.

Pada ujung bagian dalam meatus akustikus eksterna ada lembaran epitelial,

sisi luar di lapisi epidermis, permukaan dalam di lapisi oleh epitel selapis

kuboid bersatu dengan lapisan rongga timpani di telinga tengah dan di antara

ke dua lapisan epitelial ada lapisan tipis jaringan ikat fibrosa yang

mengandung serat-serat kolagen, elastin dan fibroblas.

12

Page 13: ske1b11

2. Telinga Tengah

Rongga timpani berisi udara, di lapisi oleh selapis epitel kuboid yang

berada di lamina propia yang sangat melekat pada periosteum. Di dekat tuba

auditiva di lapisi epitel silindris bersilia. Saat menelan tba auditiva terbuka.

Telinga luar menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dengan

tekanan atmosfer, terdapat 3 tulang, tulang os.malleus, os incus, os stapes.

3. Telinga Dalam

13

Page 14: ske1b11

Labirin bertulang

Labirin bertulang yang berputar mengelilingi sumbu pusat tulang

spongiosa atau disebut juga modiolus. Didalam modilus ada ganglion

spirale yang banyak mengandung aferen bipolar neuron sensorik.

Dendritnya menjulur dan menyarafi sel rambut di organon corti dan

akson-aksonnya menyatu membentuk n.cochlear dimodiolus. labirin

tulang terdiri atas lamina spirale cochlea yang menonjol ke modiolus dan

membran basilaris. Dari lamina spirale keligamentum spirale yang

mengalami penebalan jaringan ikat periosteum didinding luar betrulang

kanal koklear. Kanal koklea di bagi menjadi 3 bagian skala vestibularis,

skala media, skala timpani antara skala vestibuli dengan skala media

dipisahkan oleh membrana vestibuli. dan membrana tectoria menutupi sel-

sel organon corti. (Eroschenko, Victor P. 2012)

14

Page 15: ske1b11

3. Cairan cerebrospinal

Cairan ini mengisi ruangan ventrikel pada otak dan subarachnoid. Cairan

cerebrospinal yang normal berwarna jernih atau tidak berwarna. Komposisi

cairan cerebrospinal menyerupai cairan plasma, terdapat sedikit cairan

intersisial, oksigen, karbondioksida, sedikit protein dan juga lekosit.

Kegunaan dari cairan cerebrospinal itu sendiri adalah untuk melindungi otak

dari bakteri maupun dari lingkungan sekitar.

Perubahan warna pada cairan ini mengindikasikan kepada suatu

kelainan, misal apabila cairan berwarna kekuningan dapat menunjukkan

adanya meningitis tuberculosis, namun pada neonatus cairan yang berwarna

kekuningan adalah normal. Warna kuning menunjukkan adanya

hiperbilirubinemia dan hemolisis. Warna orange dan merah muda

menunjukkan hemolisis, dedangkan pada warna hijau menunjukkan

hiperbilirubinemia atau meningitis bakteri.

Pada keadaan tertentu cairan cerebrospinal dapat menembus ke talinga

misalnya apabila terjadi trauma. Hal ini terjadi karena robeknya adytus ad

antrum dan rusaknya os mastoid yang merupakan saluran penyambung antara

otak dengan telinga, sehingga cairan dari otak mengalir melalui adytus ad

antrum menuju membran tympani yang akhirnya sampai di telinga. (Lionel,

Granger. 2008)

4. Diagnosis banding keluhan

a) Otitis eksterna sirkumskripta

Terapi tergantung keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,

diaspirasi secara steril untuk mengluarkan nanahnya. Lokal diberikan

antibiotik dalam bentuk salep seprti polymixin B atau bacitracin, atau

antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol). (Soepardi., dkk, 2012)

Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang drain

untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak diperlukan pemberian atibiotik

sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat

penenang. (Soepardi., dkk, 2012)

15

Page 16: ske1b11

b) Otitis eksterna difus

Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan

tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supay terdapat kontak

yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang

diperlukan obat antibiotik sistemik. (Soepardi., dkk, 2012)

c) Herpes zoster otikus

Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes zoster, yaitu acyclovir

dalam bentuk salep. (Soepardi., dkk, 2012)

d) Benda asing

Benda asing berupa baterai sebaiknya tidak dibasahi mengingat efek

korosif yang ditimbulkan. Benda asing yang besar dapat ditarik dengan

pengait serumen, sedangkan yang kecil bisa diambil dengan cunam atau

pengait. (Soepardi., dkk, 2012)

e) Otitis media akut

Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah.1,14 Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan

pada telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu

kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik

Etiologi

Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri

yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti

oleh Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A,

dan Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang

ditemukan adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan

Clamydia tracomatis. Broides et al menemukan prevalensi bakteri

penyebab OMA adalah H.influenza 48%, S.pneumoniae 42,9%,

M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus grup A 4,3% pada pasien usia dibawah

5 tahun pada tahun 1995-2006 di Negev, Israil.19 Sedangkan Titisari

menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM

dan RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 – Februari

2005 yaitu S.aureus 78,3%, S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%

16

Page 17: ske1b11

Patofisiologi

Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan

tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab

terjadinya penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius,

terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah

sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba

Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah,

yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya

OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Klasifikasi

Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah,

yaitu:

i. Stadium Oklusi Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi

membran timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran

timpani kadang tampak normal atau berwarna suram.

ii. Stadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang

melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membran

timpani tampak hiperemis disertai edem.

iii. Stadium Supurasi Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga

tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya

eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani

tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

iv. Stadium Perforasi Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani

sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga.

v. Stadium Resolusi Pada stadium ini membran timpani berangsur

normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret

purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi

kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

pengobatan.

17

Page 18: ske1b11

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:

i. Penyakitnya muncul mendadak (akut);

ii. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan

dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: menggembungnya

gendang telinga, terbatas / tidak adanya gerakan gendang telinga,

adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, cairan yang

keluar dari telinga;

iii. Adanya tanda / gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan

dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: kemerahan pada

gendang telinga, nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas

normal.

Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di

bawah 5 tahun. (Soepardi., dkk, 2012)

f) Otitis media kronis

Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut menjadi otitis

media kronik adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak

adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi

kurang), dan higiene buruk. (Soepardi., dkk, 2012)

g) Nyeri alih

Nyeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri pada organ

internal yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada

beberapa tempat atau lokasi. (Tamsuri, 2007)

Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri di organ yang

dipersarafi oleh nervus trigeminus, nervus glossofaringeus, nervus vagus,

serta nervus cervicalis 2 dan 3. Dimana nervus trigeminus mempersarafi gigi

dan rongga mulut. Nervus glossofaringeus mempersaraf orofaring dan

pangkal lidah. Nervus vagus mempersarafi epiglotis, laring, dan esofagus.

Sedangkan nervus cervicalis 2 dan 3 mempersarafi leher. (Soepardi., dkk,

2012)

18

Page 19: ske1b11

h) Nyeri psikogenik

Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis. Nyeri

ini umumnya terjadi ketika terdapat efek-efek psikogenik seperti cemas dan

takut yang timbul pada manusia. (Tamsuri, 2007)

Dilihat dari pengertiannya, nyeri ini akan muncul atau dirasakan jika

pasien sedang mengalami kecemasan atau ketakutan. Nyeri ini bisa

disingkirkan untuk diagnosis dalam skenario ini karena nyeri ini sangat

berbeda dengan otalgia.

i) Paralisis N VII

Saraf VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu :

Segmen labirin,

Segmen timpani dan

Segmen mastoid.

j) Bels Palsi

Kelainan ini dihubungkan dengan fenomena infeksi virus atau pasca

infeksi virus dengan beberapa bukti yang spesifik menunjukan keterlibatan

virus herpes simpleks. Onsetnya cepat, dalam jam atau hari dan menunjukan

terdapat nyeri di bagian belakang telinga. (Ginsberg, Lionel. 2008)

5. Interpretasi hasil pemeriksaan

Vital sign : normal

Otoskopi telinga kanan dan kiri termasuk preaurikularnya normal

Palpasi : normal

Meatus aurikula kanan normal, kiri terdapat hiperemi, sekret putih dan kental

-> ini disebabkan oleh reaksi inflamasi yang mana disebabkan oleh virus atau

bakteri yang kemungkinan ditularkan ibunya, dan merambat dari hidung dan

mulut ke dalam telinga melalui tuba auditiva

Membran timpani kanan normal. Membran timpani kiri terdapat perforasi

sentral dan tidak terdapat conus cahaya. Perforasi ini mengindikasikan

adanya robekan pada membran timpani tersebut dikarenakan cairan yang

mengumpul dibelakang gendang telinga telah terlalu banyak dan akhirnya

19

Page 20: ske1b11

merobek gendang telinga itu, dan tidak adanya conus cahaya juga makin

menguatkan telah robeknya gendang telinga, dikarenakan conus cahaya dapat

terlihat jika membran timpani masih dalam keadaan utuh atau intak, sehingga

permukaannya masih cukup bagus yang kemudian dapat memantulkan

cahaya.

Rinoskopi cavum nasi kanan dan kiri terdapat hiperemis dan conca nasalis

terdapat hipertrofi. Ini menunjukan adanya inflamasi yang disebabkan oleh

infeksi agen-agen virus atau bakteri

1. Otoskop

Prinsip untuk melihat adakah gangguan dari telinga luar sampai

membrane timpani

Intepretasi

Normal

Telinga luar : struktur normal tidak makrotia,tidak mikotia, tidak

hiperemis, tidak ada fistue, tidak ada abses.

Membrane timpani: intak, retraksi ke dalam, tidak perforasi, memantulkan

cahaya, tidak hiperemis.

Pada scenario di dapatkan hasil pemeriksaan

Telinga luar kanan, kiri : tidak ada edema,massa

Preaurikula kanan, kiri : tidak ada edema,massa, fistule, abses

Jadi, pada scenario tersebut dapat disimpulkan normal.

2. Garpu tala

Pemeriksaan garpu tala ada tiga:

a) Tes rinne

Prinsipuntuk membandingkan hantaran udara dan tulang

Intepretasi

Normal rinne +

Tuli konduktif rinne –

Pada scenario mendapatkan hasil telinga kanan (+), kiri (-)

Jadi dapat di simpulkan bahwa telinga kiri mengalami tuli konduktif

20

Page 21: ske1b11

b) Tes weber

Prinsip untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan

kiri

Intepretasi

Normal : tidak ada lateralisasi

Tuli konduktif : lateralisasi ke sisi yang sakit

Pada scenario didapatkan hasil lateralisasi kiri

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat gangguan pada telinga kiri

c) Tes swabach

Prinsip membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa

Intepretasi

Normal : jika pasien memndengar = pemeriksa

Memanjang : jika pasien masih mendengar, pemeriksa tidak tuli

konduktif

Pada scenario didapatkan hasil telinga kanan sama pemeriksa, kiri

memanjang

Jadi dapat disimpulkan bahwa telinga kiri tuli koduktif. (Soepardi,

dkk. 2012)

6. Otitis media akut

a. Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah. Penyakit

ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak.

Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media

menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru

lahir sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya mulai

berkurang.

b. Faktor resiko

Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit lebih

tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak

21

Page 22: ske1b11

menderita penyakit ini pada umur yang sudah lebih besar, pada umur

empat dan awal lima tahun. Beberapa bersifat individual dapat berlanjut

menderita episode akut pada masa dewasa. Kadang-kadang, orang dewasa

dengan infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa riwayat sakit pada

telinga dapat menderita OMA.

Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir prematur dan

berat badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak yang

dititipkan ke penitipan anak, variasi musim dimana OMA lebih sering

terjadi pada musim gugur dan musim dingin, predisposisi genetik,

kurangnya asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti

celah palatum dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat,

sosial ekonomi rendah, dan posisi tidur tengkurap.

c. Etiologi

Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang

paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh

Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan

Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang

ditemukan adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan

Clamydia tracomatis.

Broides et al menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah

H.influenza 48%, S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%,

Streptococcus grup A 4,3% pada pasien usia dibawah 5 tahun pada tahun

1995-2006 di Negev, Israil.19 Sedangkan Titisari menemukan bakteri

penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan RSAB Harapan

Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 – Februari 2005 yaitu S.aureus

78,3%, S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%.

Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA,

dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA.

Virus yang sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial

virus. Selain itu bisa disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3),

22

Page 23: ske1b11

influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan koronavirus.

Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi

bisa disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.

d. Manifestasi klinis

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium

penyakit dan umur penderita. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga

yang berat dan menetap. Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat

sementara. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh

menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut

(OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu :

Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39ºC

Bayi dan anak kecil  (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur,

mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit.

 Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan

riwayat batuk pilek

Anak yang sudah bisa bicara

Gejalanya : rasa nyeri dan• Anak lebih besar dan orang dewasa  gangguan

pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang), mual, muntah,

diare dan demam sampai 40.5ºC.

e. Patofisiologi

Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.

Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab

terjadinya penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius,

terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah

sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba

Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah,

yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya

OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan

23

Page 24: ske1b11

terjadinya OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena:

1. morfologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak

horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan; 3.

adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa dan sering

terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah.

Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya

penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung

dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun. (Munilson, Jacky)

OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran

membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium

oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan

stadium resolusi.

Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi

membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat

absorpsi udara. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat dan

sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus. terapi dikhususkan

untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl

efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin

1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau

dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan

antibiotik.

Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema

pada membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih

bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. diberikan antibiotik,

obat tetes hidung, dan analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin

atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi

dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan

penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak

terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala

sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila

alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan

24

Page 25: ske1b11

ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau

eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga

tengah dan hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen

di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke

arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat. Apabila tekanan nanah di

kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia. Nekrosis ini pada

membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna

kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain antibiotik, pasien

harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih

utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar

terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti

terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi

maka dapat menyebabkan membran timpani ruptur. Keluar nanah dari

telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi

lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak. sering terlihat

sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut.

Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang

adekuat sampai 3 minggu.

Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang

dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi

rendah dan daya tahan tubuh baik. (Efiaty, dkk. 2007)

f. Pemeriksaan penunjang

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis

(penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak

dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis

anatara lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat

25

Page 26: ske1b11

perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan

tubuh, anak yang tidak member respon pada beberapa pemberian

antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi. Untuk menilai

keadaan adanya cairan di telinga tengah juga diperlukan pemeriksaan

timpanometeri pada pasien. (Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia.

2012)

g. Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada stadium

oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba

eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga

diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik

untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik

untuk anak > 12 tahun dan pada orang dewasa. Sumber infeksi harus

diobati antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus

atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan

analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus,

sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang dianjurkan ialah dari

golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin

intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah,

sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,. Gangguan

pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian antibiotika

dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka

diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 –

100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40

mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya

harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.

Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur

dapat dihindari.

26

Page 27: ske1b11

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan

kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan

yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari serta

antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat

menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari.

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal

kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang

telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat

disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada

keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3

minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan

telah terjadi mastoiditis. (Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2012)

h. Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi

yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis

dan abses otak. Namun, sekarang setelah adanya antibiotik semua jenis

komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK jika

perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan

atau dua bulan. (Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2012)

i. Pencegahan

Vaksin dapat digunakan untuk mencegah anak menderita OMA.

Secara teori, vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap

semua patogen berbeda yang menyebabkan OMA. Walaupun vaksin

polisakarida mengandung jumlah serotipe yang relatif besar, preparat

poliksakarida tidak menginduksi imunitas seluler yang bertahan lama pada

anak dibawah 2 tahun. Oleh karena itu, strategi vaksin terkini untuk

mengontrol OMA adalah konjungat polisakarida peneumokokal dengan

protein nonpneumokokal imunogenik, pendekatan yang dapat memicu

27

Page 28: ske1b11

respon imun yang kuat dan lama pada bayi.

Vaksin pneumokokus konjugat yang disetujui oleh Food and Drug

Administration (FDA) yang dapat menginduksi respon imun lama

terhadap Pneumococcus serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F (PCV-

7). Serotipe ini dipilih berdasarkan frekuensinya yang sering ditemukan

pada penyakit pneumokokus invasif dan hubungannya dengan organisme

yang mutltidrug- resistant. Data dari penelitian di AS dari 500 pasien

dengan OMA menunjukkan bahwa 84% dari total pneumokokus dan 95%

serotipe yang resisten antibiotik diisolasi dari aspirasi telinga tengah

merupakan kandungan dari vaksin konyugat.

Dosis primer pemberian vaksin adalah empat dosis tunggal 0,5 ml

intramuskular. Selama pemberian pada 23 juta vaksin dosis di AS, reaksi

lokal dan demam merupakan efek samping umum.

Rekomendasi imunisasi universal pada anak dibawah umur 2 tahun

adalah 4 dosis vaksin intramuskular yang diberikan pada usia 2, 4, 6, dan

terakhir pada usia 12-15 bulan. Vaksin dini dapat diberikan bersamaan

dengan imunisasi rutin.

American Academy of Pediatrics (AAP) dan Advisory Committee

on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan penggunaan vaksin

23 valen polisakarida pada anak risiko tinggi untuk memperluas cakupan

serotipe. Vaksinasi selektif pada anak usia 2-5 tahun yang tidak punya

daya tahan dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi menderita penyakit

invasif pneumokokus, termasuk penyakit sel sabit, HIV, dan penyakit

kronik lainnya. Vaksin pneumokokus konjugat sebaiknya dimasukkan

dalam strategi penatalaksanaan anak usia 2-5 tahun yang menderita OMA

rekuren. Anak tersebut memperoleh manfaat dari imunisasi dengan vaksin

23-valen polisakarida ini, 8 minggu setelah menyelesaikan paket vaksin

konyugat pneumokokal. (Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2012)

28

Page 29: ske1b11

KESIMPULAN

Seorang perempuan berusia 6 tahun mengalami perforasi pada membrane tympani

dengan ditandai ditemukannya secret putih pada telinga kiri, pada pemeriksaan lebih

lanjut pada tanda-tanda vital di dapat normal kecuali pada suhu tubuh yang meninggi

0,1°C hal ini dapat di katakan anak tersebut telah mengalami penurunan suhu setelah

mengalami perforasi membrane tympani. Pada pemeriksaan conus of light di dapatkan

telinga kiri tidak ada reflek cahaya disertai ditemukan secret putih pada pemeriksaan

otoskop pada telinga kiri, sedangkan pada telinga kanan di dapatkan kondisi normal.

Dari keluhan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa

pasien mengalami penyakit otitis media akut stadium perforasi karena sudah memiliki

kriteria gejala klinis otitis media akut dan sudah mengalami perforasi membrane

timpaninya. Penatalaksanaan yang harus dilakukan ialah obat cuci telinga H2O2 3%

selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan

perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari.

SARAN

Hambatan

1. Mahasiswa kurang termotivasi dalam mencari informasi sehingga referensi yang

didapat pun tidak bervariasi.

2. Waktu yang disediakan kurang sehingga masih ada masalah atau informasi yang

belum diselesaikan dan disampaikan.

3. Mahasiswa kurang kreatif dalam menyampaikan informasi melalui powerpoint

sehingga terasa membosankan.

Harapan

1. Mahasiswa harus meningkatkan motivasinya dalam mencari inforasi.

2. Waktu yang disediakan seharusnya ditambah agar semakin banyak informasi yang

didapat.

3. Mahasiswa harus kreatif dalam membuat powerpoint agar tutorial tidak

membosankan

29

Page 30: ske1b11

DAFTAR PUSTAKA

Ballenger, John Jacob. 2013. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.

Jakarta: Binarupa Aksara

Djaafar ZA. 2001. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku

ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:

FKUI

Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga,

Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi Difiore. Jakarta: EGC

F. Paulsen & J. Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21 Jilid 3. Jakarta:

EGC

Lionel Ginsberg 2008. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga

Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2012. Penatalaksanaan Otitis Media Akut.

Padang: Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) FK

Andalas

Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC

Soepardi, Efiati Arsyad., Nurbaiti Iskandar., Jenny Bashiruddin., Ratna Dwi Restuti.

2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.

Jakarta: FKUI

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

30