SKD 3A - IPD (Hepatologi) - Jurnal Fatty Liver

29
FAKTOR RESIKO PENYAKIT FATTY LIVER NON-ALCOHOLIC PADA PASIEN OBESITAS DENGAN ATAU TANPA DIABETES MELITUS Journal reading

description

jjurnal

Transcript of SKD 3A - IPD (Hepatologi) - Jurnal Fatty Liver

FAKTOR RESIKO PENYAKIT FATTY LIVER NON-

ALCOHOLIC PADA PASIEN OBESITAS DENGAN ATAU

TANPA DIABETES MELITUS

Journal reading

PENDAHULUAN Penyakit fatty liver dibagi menjadi 2:1. Alcoholic fatty liver2. Non-alcoholic fatty liver (NAFLD)

umumnya penyakit jinak, namun untuk waktu lama akan menjadi fibrosis hati, sirosis hati, dan kanker

Penyakit perlemakan hati non alkoholik meningkat 10-51% pada pasien dengan obesitas, DM, dan hiperlipidemia (MS)

Penelitian sebelumnya menunjukan NAFLD pada pasien obesitas sebanyak 30-100%,

Pada pasien DM II 10-75%, Pada pasien hiperlipidemia 20-90%

Penyebaran penyakit NAFLD pada DM tipe 2

meningkat secara global pada daerah asia

pasifik

Dari 30% menjadi 90% di jepang,

cina, korea indonesia dan

india

Penyebaran penyakit NAFLD pada Obesitas meningkat dari

15-80%

Penyebaran penyakit NAFLD

pada dislipidemia meningkat dari

20-60%

Patogenesis menurut Day dan James hit theory

First Hit:Pada orang normal FFA masuk ke hati

re-esterifikasi menjadi trigliserid / untuk pemembentukan lemak lain

Resisten insulin trigliserid berakumulasi di sel hepatosit menghasilkan FFA dalam jumlah besar di serum dimetabolisme dan masuk ke hati hasilnya penurunan degradasi fatty acid dan trigliserid di hati

Second Hit :Peningkatan stres oksidatif melebihi

kapasitas perlawanan antioksidan aktivasi sel stelata dan sitokin pro inflamasi inflamasi progresif hepatosit bengkak nekrosis badan Mallory fibrosis

Disini terjadi perubahan steatosit sederhana menjadi steatosit hepatitis

Third hit: peningkatan leptin, protein primer adiposit dapat menyebabkan resisten insulin.

Leptin yang dihasilkan dari stres oksidatif dan sitokin dapat menyebabkan fibrosis di hati

METODE PENELITIANStudi kasus kontrol dilakukan pada pasien

obesitas dari general medikal check-up

Penelitian dilakukan di Dept. Penyakit dalam, RSU dr.Sardjito, Yogyakarta dari Maret 2007 – Agustus 2008

Dibagi menjadi 2 group yang mirip:1. Grup kasus: Obesitas dengan DM2. Grup kontrol: Obesitas tanpa DM

Faktor inklusi

• Usia 18-60th• Tidak memiliki

riwayat konsumsi alkohol 2gelas sehari

• Obesitas dengan IMT >23

• Gula darah puasa >126gr/dl dan glukosa 2jam pp >200gr/dl

Faktor eksklusi

• Pasien dengan peningkatan AST dan ALT lebih dari 2x nilai normal seperti pada pasien Hepatitis B, C, hepatopati iskemia, kongestif hepatopati

Variabel independen•Faktor resiko yang mempengaruhi NAFLD pada penderita obesitas: DM, hiperlipidemia, insulin resisten, apolipoprotein-B, free fatty acid, adiponektin, dan malondealdehyda

Variabel dependen

• Pasien dengan NAFLD

Pemeriksaan yang dilakukan:

•Umur•TB-BB•BMI•Kolesterol•Trigliserid•Insulin •HOMA-IR•Gula darah puasa•Gula darah 2jam PP•Apo-B•MDA•FFA•Adiponectin•GGT•ALT•AST

Sebelum pemeriksaan pasien puasa 10jam dan

melakukan aktivitas sehari2 selama 3hari

HASIL Populasi pada studi kasus ini ada

46orang.23orang adalah grup kasus obesitas

dengan diabetes melitus23orang adalah grup kontrol obesitas

PEMBAHASAN Prevalensi orang yang menderita DM II

di Asia-Pasifik, meningkat 2-5x dlm 20th

Peningkatan serupa di dapatkan pada pasien DM dan sindrom metabolik diikuti dengan peningkatan keseluruhan NAFLD

Biopsi hati adalah gold standar untuk diagnosis NAFLD, khususnya untuk membedakan NAFLD dengan NASH. Dan untuk menilai fibrosis hati

Namun pemeriksaan biopsi sering tidak praktis karena:

1. Masalah logistik (biaya, akses)2. Resiko perdarahan intraperitoneal dan

kematian3. Interpretasi NAFLD dengan varibilitas

sampling dan variasi pengamatan antar observer

Pada rumah sakit berbasis penelitianSurvei populasi NAFLD telah ditentukan dengan kriteria biokimia (AST dan fosfat alkali dan gamma-glutamil transpeptidase) atau dengan pencitraan hati (hati ultrasound, computerized tomography, magnetic resonance imaging), atau keduanya.

Resistensi insulin sebagai “penyebab utama" dari etiopatogenesis dari NAFLD. karena resistensi insulin dan kompensasi hiperinsulinemia memiliki peran dalam pengembangan Metabolik sindrom

Over produksi dari VLDL merupakan faktor utama perkembangan hipertrigliserid

Penurunan HDL perubahan komposisi HDL dan metabolisme.

Obesitas penyebab utama sindrom metabolik.

Pada orang obesitas1. Pada sel otot dan adiposa terjadi

penurunan ikatan insulin dengan reseptor, fosforilasi reseptor, aktivitas tirosin kinase, dan fosforilasi IRSs

2. Peningkatan penyimpanan adiposa pada obesitas, menghasilkan FFA meningkat di jaringan lain dan peningkatan penyimpanan trigliserida dalam jaringan resisten insulin

Dari hasil case control, terdapat perbedaan signifikan pada trigliserid, FFA dan adiponectin.

Pada OR didapatkan FFA 12,4 dan trigliserid 1,6yang berarti, peningkatan FFA dan trigliserid serum pada obesitas dengan DM, memiliki resiko NAFLD 12,4x untuk FFA dan 1,64x untuk trigliserid

KESIMPULAN NAFLD akan meningkat pada tahun-

tahun berikutnya Studi epidemiologi membuktikan bahwa

peningkatan prevalensi obesitas dan DM II menigkatkan NAFLD mempengaruhi kesehatan masyarakat

Trigliserida, FFA dan adiponektin obesitas dengan diabetes memiliki risiko prevalensi NAFLD dengan odd rasio 1,6 (trigliserida), 12,4 (FFA) dan 0,9 (adiponektin)

Sasaran penelitian selanjutnya : untuk menjelaskan patogenesis dan pengobatan yang efektif di kedua NAFLD dan MS

CRITICAL APPRAISAL APAKAH PENELITIAN INI VALID? APAKAH PENELITIAN INI PENTING? APAKAH PENELITIAN INI BISA

DITERAPKAN PADA WARGA KITA?

VALIDMethod: DESAIN : case control POPULASI & SAMPEL : representative PENGUMPULAN SAMPEL : DIAMBIL

SCR ACAK CONTROL GROUP : ada INFORMED CONSENT : tertulis DOUBLE BLIND EKSKLUSI : ANALISIS STATISTIK : SESUAI HASIL : p < 0,05

IMPORTANT INTERVAL KEPERCAYAAN < 1

BISA DITERAPKAN?YG HRS DIPERTIMBANGKAN :1. Apakah pasien kita terdapat perbedaan

dengan subjek pada penelitian2. Apakah terapi tersebut mungkin untuk

diterapkan pada pasien kita (dengan setting kita)

3. Apakah pasien kita mempunyai potensi yang menguntungkan atau merugikan jika terapi tersebut diterapkan?

4. Apakah nilai dan pengharapan pasien kita bila hasil penelitian tersebut kita tawarkan untuk mengobati