Faktor Resiko Penyebaran Penyakit Fatty Liver Non-Alcoholic Pada
SKD 3A - IPD (Hepatologi) - Jurnal Fatty Liver
-
Upload
galuh-ajeng-laraswati -
Category
Documents
-
view
33 -
download
4
description
Transcript of SKD 3A - IPD (Hepatologi) - Jurnal Fatty Liver
FAKTOR RESIKO PENYAKIT FATTY LIVER NON-
ALCOHOLIC PADA PASIEN OBESITAS DENGAN ATAU
TANPA DIABETES MELITUS
Journal reading
PENDAHULUAN Penyakit fatty liver dibagi menjadi 2:1. Alcoholic fatty liver2. Non-alcoholic fatty liver (NAFLD)
umumnya penyakit jinak, namun untuk waktu lama akan menjadi fibrosis hati, sirosis hati, dan kanker
Penyakit perlemakan hati non alkoholik meningkat 10-51% pada pasien dengan obesitas, DM, dan hiperlipidemia (MS)
Penelitian sebelumnya menunjukan NAFLD pada pasien obesitas sebanyak 30-100%,
Pada pasien DM II 10-75%, Pada pasien hiperlipidemia 20-90%
Penyebaran penyakit NAFLD pada DM tipe 2
meningkat secara global pada daerah asia
pasifik
Dari 30% menjadi 90% di jepang,
cina, korea indonesia dan
india
Penyebaran penyakit NAFLD pada Obesitas meningkat dari
15-80%
Penyebaran penyakit NAFLD
pada dislipidemia meningkat dari
20-60%
Patogenesis menurut Day dan James hit theory
First Hit:Pada orang normal FFA masuk ke hati
re-esterifikasi menjadi trigliserid / untuk pemembentukan lemak lain
Resisten insulin trigliserid berakumulasi di sel hepatosit menghasilkan FFA dalam jumlah besar di serum dimetabolisme dan masuk ke hati hasilnya penurunan degradasi fatty acid dan trigliserid di hati
Second Hit :Peningkatan stres oksidatif melebihi
kapasitas perlawanan antioksidan aktivasi sel stelata dan sitokin pro inflamasi inflamasi progresif hepatosit bengkak nekrosis badan Mallory fibrosis
Disini terjadi perubahan steatosit sederhana menjadi steatosit hepatitis
Third hit: peningkatan leptin, protein primer adiposit dapat menyebabkan resisten insulin.
Leptin yang dihasilkan dari stres oksidatif dan sitokin dapat menyebabkan fibrosis di hati
METODE PENELITIANStudi kasus kontrol dilakukan pada pasien
obesitas dari general medikal check-up
Penelitian dilakukan di Dept. Penyakit dalam, RSU dr.Sardjito, Yogyakarta dari Maret 2007 – Agustus 2008
Dibagi menjadi 2 group yang mirip:1. Grup kasus: Obesitas dengan DM2. Grup kontrol: Obesitas tanpa DM
Faktor inklusi
• Usia 18-60th• Tidak memiliki
riwayat konsumsi alkohol 2gelas sehari
• Obesitas dengan IMT >23
• Gula darah puasa >126gr/dl dan glukosa 2jam pp >200gr/dl
Faktor eksklusi
• Pasien dengan peningkatan AST dan ALT lebih dari 2x nilai normal seperti pada pasien Hepatitis B, C, hepatopati iskemia, kongestif hepatopati
Variabel independen•Faktor resiko yang mempengaruhi NAFLD pada penderita obesitas: DM, hiperlipidemia, insulin resisten, apolipoprotein-B, free fatty acid, adiponektin, dan malondealdehyda
Variabel dependen
• Pasien dengan NAFLD
Pemeriksaan yang dilakukan:
•Umur•TB-BB•BMI•Kolesterol•Trigliserid•Insulin •HOMA-IR•Gula darah puasa•Gula darah 2jam PP•Apo-B•MDA•FFA•Adiponectin•GGT•ALT•AST
Sebelum pemeriksaan pasien puasa 10jam dan
melakukan aktivitas sehari2 selama 3hari
HASIL Populasi pada studi kasus ini ada
46orang.23orang adalah grup kasus obesitas
dengan diabetes melitus23orang adalah grup kontrol obesitas
Anova test untuk signifikansi faktor resiko
FFA memiliki odd ratio tertinggi dari trigliserid dan adiponectin.
Ini berarti FFA adalah faktor resiko terkuat
PEMBAHASAN Prevalensi orang yang menderita DM II
di Asia-Pasifik, meningkat 2-5x dlm 20th
Peningkatan serupa di dapatkan pada pasien DM dan sindrom metabolik diikuti dengan peningkatan keseluruhan NAFLD
Biopsi hati adalah gold standar untuk diagnosis NAFLD, khususnya untuk membedakan NAFLD dengan NASH. Dan untuk menilai fibrosis hati
Namun pemeriksaan biopsi sering tidak praktis karena:
1. Masalah logistik (biaya, akses)2. Resiko perdarahan intraperitoneal dan
kematian3. Interpretasi NAFLD dengan varibilitas
sampling dan variasi pengamatan antar observer
Pada rumah sakit berbasis penelitianSurvei populasi NAFLD telah ditentukan dengan kriteria biokimia (AST dan fosfat alkali dan gamma-glutamil transpeptidase) atau dengan pencitraan hati (hati ultrasound, computerized tomography, magnetic resonance imaging), atau keduanya.
Resistensi insulin sebagai “penyebab utama" dari etiopatogenesis dari NAFLD. karena resistensi insulin dan kompensasi hiperinsulinemia memiliki peran dalam pengembangan Metabolik sindrom
Over produksi dari VLDL merupakan faktor utama perkembangan hipertrigliserid
Pada orang obesitas1. Pada sel otot dan adiposa terjadi
penurunan ikatan insulin dengan reseptor, fosforilasi reseptor, aktivitas tirosin kinase, dan fosforilasi IRSs
2. Peningkatan penyimpanan adiposa pada obesitas, menghasilkan FFA meningkat di jaringan lain dan peningkatan penyimpanan trigliserida dalam jaringan resisten insulin
Dari hasil case control, terdapat perbedaan signifikan pada trigliserid, FFA dan adiponectin.
Pada OR didapatkan FFA 12,4 dan trigliserid 1,6yang berarti, peningkatan FFA dan trigliserid serum pada obesitas dengan DM, memiliki resiko NAFLD 12,4x untuk FFA dan 1,64x untuk trigliserid
KESIMPULAN NAFLD akan meningkat pada tahun-
tahun berikutnya Studi epidemiologi membuktikan bahwa
peningkatan prevalensi obesitas dan DM II menigkatkan NAFLD mempengaruhi kesehatan masyarakat
Trigliserida, FFA dan adiponektin obesitas dengan diabetes memiliki risiko prevalensi NAFLD dengan odd rasio 1,6 (trigliserida), 12,4 (FFA) dan 0,9 (adiponektin)
Sasaran penelitian selanjutnya : untuk menjelaskan patogenesis dan pengobatan yang efektif di kedua NAFLD dan MS
CRITICAL APPRAISAL APAKAH PENELITIAN INI VALID? APAKAH PENELITIAN INI PENTING? APAKAH PENELITIAN INI BISA
DITERAPKAN PADA WARGA KITA?
VALIDMethod: DESAIN : case control POPULASI & SAMPEL : representative PENGUMPULAN SAMPEL : DIAMBIL
SCR ACAK CONTROL GROUP : ada INFORMED CONSENT : tertulis DOUBLE BLIND EKSKLUSI : ANALISIS STATISTIK : SESUAI HASIL : p < 0,05
BISA DITERAPKAN?YG HRS DIPERTIMBANGKAN :1. Apakah pasien kita terdapat perbedaan
dengan subjek pada penelitian2. Apakah terapi tersebut mungkin untuk
diterapkan pada pasien kita (dengan setting kita)
3. Apakah pasien kita mempunyai potensi yang menguntungkan atau merugikan jika terapi tersebut diterapkan?
4. Apakah nilai dan pengharapan pasien kita bila hasil penelitian tersebut kita tawarkan untuk mengobati