SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

13
Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 52 Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64 SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN Bambang Sakti Wiku Atmojo* Abstrak.Situs-situs keagamaan di Kalimantan merupakan bukti bahwa wujud budaya bendawinya senafas dengan agama-agama yang berkembang di kawasan tersebut. Pada umumnya, warisan budayan religius tersebut berupa tempat peribadatan dan makam. Kajian ini dilakuan dengan pengamatan langsung di lapangan. Hasilnya menunjukkan bahwa empat agama besar telah berkembang di keempat provinsi di Kalimantan dan memperlihatkan elemen-elemen akulturasi dengan kebudayaan setempat. Selain itu, terdapat persamaan yang menarik pada situs- situs keagamaan tersebut, yaitu keletakannya yang relatif dekat aliran sungai, yang merefleksikan kesinambungan budaya dari masa sebelumnya dalam pemilihan lokasi sakral. Kata kunci: masjid, gereja, kelenteng, candi, prasasti, makam, tipe nisan, Islam, Kristen, Belanda, Cina, India, kaligrafi, arsitektur Artikel selesai disunting pada 28 Maret 2012 Artikel masuk pada 4Januari 2012 Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT. 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan; Telepon/ facsimile +62 511 4781716 * Penulis adalah Peneliti Madya pada Balai Arkeologi Banjarmasin, email: [email protected] Abstract. RELIGIOUS SITES IN KALIMANTAN. Religious sites in Kalimantan are evidences that the forms of cultural material represent the same spiritual ‘breath’ with the religions that developed in the region. In general, the religious cultural heritages consist of places of worship and cemeteries. This study was conducted by direct observation in the field. The results suggest the four major religions have grown in the four provinces in Kalimantan and show elements of acculturation with the local culture. In addition, there is an interesting similarity amongst these religious sites, which is their relatively close location to the river reflecting cultural continuity from the distant past in choosing a sacred space. Keywords: mosque, church, temple, inscription, grave, types of tombstone, Islam, Christianity, Dutch, Chinese, India, calligraphy, architecture A. Pendahuluan Sejak resmi melaksanakan operasional pada tahun 1994, Balai Arkeologi Banjarmasin telah melakukan berbagai penelitian di sejumlah situs yang tersebar di empat provinsi wilayah kerja. Situs-situs yang telah diteliti meliputi situs dari berbagai kurun waktu, mulai masa prasejarah, perkembangan agama Hindu-Buddha, perkembangan agama Islam, kolonial Barat

Transcript of SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Page 1: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin52

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Bambang Sakti Wiku Atmojo*

Abstrak.Situs-situs keagamaan di Kalimantan merupakan bukti bahwa wujud budaya bendawinya senafas dengan

agama-agama yang berkembang di kawasan tersebut. Pada umumnya, warisan budayan religius tersebut berupa

tempat peribadatan dan makam. Kajian ini dilakuan dengan pengamatan langsung di lapangan. Hasilnya

menunjukkan bahwa empat agama besar telah berkembang di keempat provinsi di Kalimantan dan memperlihatkan

elemen-elemen akulturasi dengan kebudayaan setempat. Selain itu, terdapat persamaan yang menarik pada situs-

situs keagamaan tersebut, yaitu keletakannya yang relatif dekat aliran sungai, yang merefleksikan kesinambungan

budaya dari masa sebelumnya dalam pemilihan lokasi sakral.

Kata kunci: masjid, gereja, kelenteng, candi, prasasti, makam, tipe nisan, Islam, Kristen, Belanda, Cina, India,

kaligrafi, arsitektur

Artikel selesai disunting pada 28 Maret 2012Artikel masuk pada 4Januari 2012

Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT. 03/06, Banjarbaru 70711,Kalimantan Selatan; Telepon/ facsimile +62 511 4781716

* Penulis adalah Peneliti Madya pada Balai Arkeologi Banjarmasin, email: [email protected]

Abstract. RELIGIOUS SITES IN KALIMANTAN. Religious sites in Kalimantan are evidences that the forms of

cultural material represent the same spiritual ‘breath’ with the religions that developed in the region. In general,

the religious cultural heritages consist of places of worship and cemeteries. This study was conducted by direct

observation in the field. The results suggest the four major religions have grown in the four provinces in Kalimantan

and show elements of acculturation with the local culture. In addition, there is an interesting similarity amongst

these religious sites, which is their relatively close location to the river reflecting cultural continuity from the distant

past in choosing a sacred space.

Keywords: mosque, church, temple, inscription, grave, types of tombstone, Islam, Christianity, Dutch, Chinese,

India, calligraphy, architecture

A. PendahuluanSejak resmi melaksanakan

operasional pada tahun 1994, Balai ArkeologiBanjarmasin telah melakukan berbagai

penelitian di sejumlah situs yang tersebar di

empat provinsi wilayah kerja. Situs-situs yangtelah diteliti meliputi situs dari berbagai kurunwaktu, mulai masa prasejarah,perkembangan agama Hindu-Buddha,

perkembangan agama Islam, kolonial Barat

Page 2: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 53

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Dalam Undang-Undang Nomor 11tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pada Bab

I pasal 1 ayat 5, yang disebut dengan situscagar budaya adalah lokasi yang berada di

darat dan/atau di air yang mengandung benda

cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasilkegiatan manusia atau kejadian pada masa

lalu. Pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwacagar budaya adalah warisan budaya bersifatkebendaan berupa benda cagar budaya,

struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dankawasan cagar budaya di darat dan/atau diair yang perlu dilestarikan keberadaannyakarena memiliki nilai penting bagi sejarah,ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/

atau kebudayaan melalui proses penetapan.Sedangkan dari segi usia pada pasal 5disyaratkan berusia sekurang-kurangnya 50tahun (Kementerian Kebudayaan danPariwisata 2011, 5, 6 dan 16).

Situs keagamaan dapat berupabangunan yang digunakan untuk

melaksanakan sembahyang harian, misalnyashalat bagi umat Islam, atau dapat jugaberupa tempat atau bangunan yangmenunjukkan identitas ajaran agama tertentu,misalnya makam. Banyaknya bangunan

keagamaan menunjukkan bahwa kehidupanberagama cukup marak dan memiliki posisiyang strategis di masyarakat. Selain itu dapatjuga dipakai sebagai penanda bahwa terdapatkeragaman agama yang dipeluk masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar

peninggalan keagamaan tersebut sekarangmasih difungsikan oleh masyarakat. Hampir

semua peninggalan keagamaan pada saatini berada di kawasan pemukiman, meskipunsebagian di antaranya berada di tempat yang

sekarang merupakan daerah jauh daripemukiman penduduk.

Tulisan ini memaparkan beberapa

situs keagamaan yang terdapat di wilayahkerja Balai Arkeologi Banjarmasin. Sebagiandi antara situs tersebut telah ditetapkanpemerintah sebagai cagar budaya, namunsebagian yang lain belum memiliki surat

penetapan sebagai cagar budaya. Meskipundemikian, dalam penulisan ini tidak adaperbedaan di antara keduanya, karena sama-

sama merupakan peninggalan masa laluyang harus dilestarikan keberadaannyasebagai warisan budaya masa lalu.

dan Timur, serta situs yang berkaitan dengantradisi masyarakat, terutama dari masyarakat

Dayak dan Banjar. Hasil penelitian BalaiArkeologi Banjarmasin menunjukkan bahwadi Kalimantan banyak terdapat berbagai jenissitus dan cagar budaya, di antaranya adalahsitus yang bersifat keagamaan atau

menunjukkan berasal dari ajaran agamatertentu. Paling tidak, terdapat situs-situs yangbersifat keagamaan yang berasal dari limaagama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, danBuddha. Selain itu terdapat juga bangunan

keagamaan yang merupakan tempat

bersembahyang masyarakat Kong Hu Cu danTao. Sebagian besar bangunan keagamaan

yang ada telah masuk dalam kategori cagarbudaya yang keberadaannya dilindungi olehundang-undang.

B. Situs-situs Keagamaan

1. Kalimantan Selatan

Sebagian besar masyarakat

Kalimantan Selatan memeluk agama Islam,sehingga sebagian besar peninggalan masalalu juga berlatar belakang masyarakat

Page 3: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin54

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Masjid dapat digolongkan dalambeberapa kategori, yaitu masjid kuna yangbersejarah, masjid kuna yang tidak

bersejarah, dan masjid baru. Masjid baru tidakmenjadi kajian arkeologi. Beberapa masjid

kuna bersejarah di Kalimantan Selatan diantaranya adalah Masjid Sultan Suriansyah

di Kuin (Banjarmasin) yang diyakini didirikanoleh Sultan Suriansyah pada abad ke-16Masehi, Masjid Jami’ Pasar Lama (di

Banjarmasin), Masjid Banua Halat di Kab.Tapin yang dibangun sekitar tahun 1840

Masehi, Masjid Datuk Abulung di KabupatenBanjar yang berasal dari masa sekitar 200tahun yang lalu, Masjid Banua Lawas di

Kabupaten Tabalong (secara turun temurundikatakan berasal dari tahun 1625) yang juga

dikeramatkan oleh masyarakat Maanyan,Masjid Tiang Tunggal di Batulicin (KabupatenTanah Bumbu) yang berasal dari tahun 1930,

Masjid Martapura yang berasal dari tahun1890-an (Kabupaten Banjar), Masjid Su’adadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang

dibangun tahun 1908, Masjid Jami’ SungaiBanar yang didirikan pada tahun 1804, danMasjid Agung Amuntai yang didirikan padatahun 1950-an (keduanya di Kabupaten HuluSungai Utara). Sebenarnya masih adasejumlah masjid kuna yang lain namun tidakterdata dengan jelas sehingga nilai

kesejarahannya juga tidak diketahui.

Masjid-masjid kuna bersejarahtersebut sebagian besar sudah direnovasi

berkali-kali sehingga bentuk maupun ukuranaslinya tidak terlihat lagi. Renovasidilaksanakan baik karena bahan yangdigunakan sudah lapuk dimakan usiamaupun menyesuaikan dengan kebutuhan

ruangan akibat meningkatnya jumlahpengguna masjid.

Makam yang dapat dianggapsebagai makam bersejarah hampir semua

merupakan makam anggota keluargakerajaan atau ulama penyebar agama Islam.

Di Kuin (Banjarmasin), antara lain terdapatmakam Sultan Suriansyah, SultanRakhmatullah, dan Sultan Hidayatullah.

Mereka merupakan raja-raja yangmemerintah ketika ibukota masih berada di

Banjarmasin. Selain keempat raja tersebut,terdapat juga makam beberapa ulama danpembesar kerajaan. Di dekat masjid Jami’

Pasar Lama Banjarmasin juga terdapatmakam Pangeran Antasari dan beberapaanggota keluarganya.

Di Kabupaten Banjar juga terdapatmakam raja dan ulama, di antaranya makam

Sultan Mustainbillah yang merupakan rajayang memimdahkan pusat pemerintahanKerajaan Banjar dari Kuin di Banjarmasin keMartapura. Makam raja-raja yang lain, yaituSultan Inayatullah, Tamjidillah, Sa’idullah,

Tahlilullah, Badarul Alam (Sultan Kuning),Tahmidillah, Abdurrahman, Sultan Adam, danSultan Sulaiman Rahmatullah. Sedangkanmakam ulama di antaranya adalah makamSyekh Arsyad al-Banjari dan Syekh Abdul

Hamid Abulung. Keduanya merupakan ulamabesar yang hidup pada masa Kerajaan Banjar.

pemeluk agama Islam. Ada dua jenispeninggalan yang dapat diidentifikasi, yaitu

masjid dan makam atau kadang olehmasyarakat disebut kubah. Namun demikianterdapat juga situs keagamaan yang berlatarbelakang non-Islam, di antaranya gereja,kelenteng, dan candi.

a. Masjid

b. Makam

Page 4: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 55

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Gereja di Kalimantan Selatan yangdapat dianggap sebagai situs bersejarahsangat jarang, namun ada satu yang dapat

diidentifikasi, yaitu Gereja Katedral di JalanLambung Mangkurat, Banjarmasin yang

berasal dari masa penjajahan Belanda. Gerejatersebut didirikan pada awal abad ke-20 dansudah direnovasi sehingga bentuk dan ukuran

aslinya juga sudah berubah.

Selain itu, makam lainnya diantaranya adalah makam Syekh Muhammad

Nafis di KabupatenTabalong, makam raja-raja Pagatan dan Koesan di Batulicin danPagatan, makam raja-raja dan ulama diKotabaru, serta makam ulama penyebaragama Islam di Marabahan (Kabupaten Barito

Kuala).

Candi merupakan tempatperibadahan agama Hindu atau Buddha padamasa lalu. Sampai saat ini, candi yang ada di

Kalimantan Selatan baru diketahui satu saja,yaitu Candi Agung yang terletak di Amuntai,Kabupaten Hulu Sungai Utara. Namun

demikian, pada saat ini bangunan yang tersisahanya bagian kaki paling bawah, sedangkanbagian badan dan kepala sudah tidak terlihatsama sekali. Sisa candi ini dahulunyadiasumsikan sebagai tempat peribadahan

agama Hindu. Sampai sekarang sisabangunan candi ini masih dikeramatkansebagian anggota masyarakat.

Di Kabupaten Tapin juga terdapat makamulama terkenal yang sekarang dikenal dengan

nama Datu Sanggul.

Masyarakat Kalimantan Tengahpada masa lalu merupakan penganutkepercayaan asli yang sekarang dikenal

dengan nama Kaharingan. Agama Islam danKristen baru masuk sekitar abad ke-17 Masehi.

Agama Islam disebarkan oleh KerajaanBanjar pada saat terjadi perluasan wilayah,sedangkan agama Kristen dibawa oleh

misionaris dari Eropa. Namun demikian,bangunan-bangunan keagamaan yang

berasal dari masa itu sangat sedikit.Beberapa bangunan keagamaan

yang dapat dikategorikan sebagai kuna danbersejarah di antaranya adalah Masjid Kyai

Gede di Kotawaringin Lama yang berasal dari

abad ke -18 Masehi, makam-makam keluargakerajaan dan ulama di Kotawaringin Lama

(Kabupaten Kotawaringin Barat), masjid diHaringen (Kabupaten Barito Timur), MasjidJami’ di Muara Teweh (Kabupaten Barito

Utara), Gereja di Mandomai (KabupatenKapuas), gereja di Tamiyang Layang yangdidirkan sekitar tahun 1920 an (KabupatenBarito Timur), dan makam-makam sekundermasyarakat pemeluk Kaharingan yang

tersebar di berbagai tempat. Selain itu terdapatjuga makam-makam Kristen keluarga

c. Gereja

d. Candi

e. Kelenteng

Satu-satunya kelenteng yang dapat

dikategorikan sebagai situs keagamaan di

Banjarmasin adalah kelenteng “Soetj iNoerani” yang terletak di Jalan Pierre

Tendean. Kelenteng ini merupakan sebuahTridharma yang digunakan oleh parapemeluk agama Buddha, Kong Hu Tsu, danThao. Kelenteng tersebut diperkirakandidirikan pada tahun 1898. Meskipun

Kelenteng ini juga sudah direnovasi sehinggaterdapat beberapa perubahan dari bangunanaslinya, namun ditetapkan ebagai cagarbudaya.

2. Kalimantan Tengah

Page 5: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin56

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Belanda di Muara Teweh (Kabupaten BaritoUtara). Meskipun tidak ada angka yang tertera

pada bangunannya, masjid dan gereja tersebutmenurut cerita yang berkembang dimasyarakat rata-rata berasal dari masa antaratahun 1920-1930.

Foto 1. Masjid Jami’ Pasar Lama, Banjarmasin,Kalimantan Selatan

Foto 2. Gereja Immanuel di Mandomai,Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

Di wilayah Kalimantan Timur padamasa lalu terdapat sejumlah kerajaan yangsekarang wilayahnya menjadi kabupaten,

antara lain Paser, Kutai, Berau, dan Bulungan.Kempat kerajaan tersebut berlatar belakang

Situs-situs masjid kuna terutamaberkaitan dengan eksistensi suatu kerajaan

yang berlatar belakang agama Islam. Palingtidak terdapat enam masjid yang memiliki

hubungan historis dengan kerajaan, yaitu diBulungan (Masjid Sultan Kasimuddin), diTanjung Redeb (Masjid Jami Gunung Taburyang berusia sekitar 200 tahun dan Masjid

Jami Sambaliung), di Tenggarong (MasjidJami’ Hasanuddin yang didirikan sekitar tahun1897), di Samarinda (Masjid Shirotol

Mustaqim), dan di Paser Balengkong (MasjidJami’ Nurul Ibadah). Masjid-masjid tersebutsampai saat ini masih menggunakan bahan

bangunan kayu, meskipun semua sudahmengalami perombakan.

3. Kalimantan Timur

agama Islam, sehingga situs-situskeagamaan juga mencerminkan ajaran

agama Islam, yaitu keberadaan masjid danmakam. Berdasarkan tradisi, agama Islammasuk ke Kalimantan Timur pada awal akhirabad ke 16 atau awal abad ke 17 Masehi,awalnya dibawa oleh ulama dari Makassar

melalui pintu masuk Kerajaan Kutai. AgamaKatolik baru masuk ke Kalimantan Timur padaakhir abad ke 19 atau awal abad 20,disebarkan oleh para misionaris Eropa. Selainitu terdapat juga penganut agama asli yang

memiliki bangunan kubur sekunder sebagai

bangunan keagamaannya.

a. Masjid

b. Makam Islam

Makam-makam Islam yangbersejarah hampir semuanya berada di

lingkungan istana kerajaan atau kadang-kadang di belakang masjid, kecuali di PaserBalengkong yang terpisah jauh dari masjid

mapun istana. Sama halnya dengan masjid,

Page 6: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 57

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Pada awalnya, agama Katolikdisebarkan oleh para misionaris di pedalamanSungai Mahakam, sekitar awal abad 20

Masehi. Diperkirakan, gereja paling tua adadi Laham, Long Iram, Kutai Barat. Namun

demikian pada saat ini bangunannya sudahtidak ada sehingga sulit sekali membuktikankebenarannya. Gereja-gereja yang dapat

dikatakan kuna (seperti yang ada di KutaiBarat, Samarinda, dan Tarakan), semua

berasal dari pertengahan abad 20.

Pada umumnya masjid-masjid yang

merupakan bangunan kuna bersejarahdidirikan oleh kerajaan yang menguasai suatu

wilayah tertentu. Tercatat, paling tidak terdapat8 situs masjid kuna yaitu Masjid Jami’ SultanSyarif Abdurrahman di Pontianak yang berasal

dari akhir abad ke-19, Masjid Jami’Muhammad Tsafiuddin Kesultanan Sambas

yang dibangun tahun 1885, Masjid JamiatulKhair di Mempawah yang dibangun tahun1906, Masjid Jami’ Ngabang di Landak,

Masjid Jami’ Sultan Nata di Sintang yangberasal dari tahun.1690 an, Masjid Jami’

Sekadau, Masjid Jami’ Sultan Ayub diSanggau, Masjid Jami’ Darussalam di Tayan,dan Masjid Matan di Kabupaten Ketapang.

Masjid-masjid tersebut rata-rata berada dil ingkungan istana sebagai pusat

pemerintahan, dan terletak tidak jauh darialiran sungai besar yang merupakan jalur lalulintas yang cukup ramai.

Makam Belanda kebanyakanmerupakan makam tentara, meskipun ada

juga makam warga sipil. Makam-makam iniantara lain terdapat di Kota Tarakan dan Teluk

Bayur (Kabupaten Berau).

Makam Cina yang memiliki angka

tahun tertua terdapat di Tarakan, berasal daritahun 1927, berupa makam seorang letnan.Hal ini terkait dengan migrasi masyarakat Cinake pulau-pulau di selatan yang di KalimantanTimur diperkirakan berlangsung mulai akhir

abad ke-19, baik karena keinginan sendirimaupun karena didatangkan Belandasebagai tenaga kerja.

Selain apa yang sudah diuraikan diatas terdapat juga bangunan keagamaan yang

merupakan milik masyarakat Dayak, berupamakam sekunder, di antaranya terdapat diKutai Barat, Bulungan, dan Malinau

Hasil penelit ian arkeologi diKalimantan Barat menunjukkan bahwa diwilayah tersebut terdapat berbagai jenis situskeagamaan, baik dari masa Hindu-Buddha,Islam, Kong Hu Cu maupun Tao. Situs

keagamaan ini tersebar di sejumlah

kabupaten, baik berada di daerah aliransungai yang merupakan jalan raya tradisional

maupun yang jauh dari daerah aliran sungai,bahkan ada juga yang berada di daerahkepulauan.

makam-makam tersebut juga terkait dengananggota keluarga kerajaan maupun tokoh

penyebaran agama Islam. Di Bulungan,makam-makam anggota keluarga kerajaanterdapat di belakang Masjid Kasimuddin danGunung Seriang, sedangkan makam ulamaterdapat di sebuah bukit di Tanjung Palas. Di

Berau, makam-makam anggota keluarga rajadan ulama terdapat di Bukit Atap Seng, dibelakang Istana Gunung Tabur, di BangunBabanir, dan Batu Putih.

c. Gereja

d. Makam Belanda

e. Makam China

4. Kalimantan Barat

a. Masjid

Page 7: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin58

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Makam-makam Islam hampirsemuanya merupakan makam raja-raja atau

ulama kerajaan, dan letaknya tidak jauh darikompleks istana dan masjid kerajaan. Namundemikian, ada juga yang letaknya tidakberdekatan dengan istana, misalnya makamDaeng Manambon di Sebukit Rama

(Kabupaten Pontianak), makam anggotakeluarga kerajaan di Batulayang (KotaPontianak) serta makam raja-raja diMengkiyang dan Tayan (Kabupaten

Foto 3. Masjid Jami Sultan Nata di Sintang,Kalimantan Barat

Foto 4. Salah satu nisan makam kuno diKetapang yang berasal dari abad ke-15 Masehi

Sanggau). Makam raja-raja yang berada tidakjauh dari kompleks istana antara lain terdapat

di Sambas, Kota Sanggau, dan Sintang.Makam-makam paling tua terdapat diKabupaten Ketapang, berasal dari abad ke-15 – 16 Masehi, dikenal dengan namakompleks makam tujuh dan makam sembilan.

Situs keagamaan dengan latarbelakang agama Hindu berupa candi sejauh

ini baru ditemukan satu, yaitu di Negeri Baru,Kabupaten Ketapang. Candi ini merupakan

candi kedua yang ditemukan di Kalimantanselain candi Agung di Kalimantan Selatan,

tetapi belum dapat diketahui secara pastiperiodisasinya. Situs keagamaan agamaBuddha terdapat di Kabupaten Sekadau

berupa prasasti yang berisi mantera-manteraagama Buddha serta prasasti di Pulau Maya,

Kabupaten Kayong Utara yang bergambarcaitra. Keduanya diperkirakan berasal dariabad ke-6 Masehi.

Hampir semua kelenteng/toa pekong bersejarah terdapat di Singkawang, yangmemang mayoritas penduduknya keturunanTiong Hoa. Di antara kelenteng-kelenteng tuatersebut adalah Kelenteng Sun Go Kong diDesa Kulor, Kecamatan Singkawang Tengah,Kelenteng Tri Dharma Bumi Raya di PusatKota, Kelenteng Koa Sin Ti Kiun di DesaKaliasin, dan Kelenteng Ngkuk Shin Ti yangterletak di tengah-tengah persawahan, denganjalan kecil yang menghubungkan denganjalan besar di Desa Pasiran, KecamatanSingkawang Barat. Cerita yang berkembangmenyatakan bahwa rata-rata bangunantersebut berasal dari abad ke-19 dan awalabad ke-20 Masehi.

b. Makam

c. Situs Hindu-Buddha

d. Kelenteng/Toa Pe Kong

Page 8: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 59

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Berbagai jenis bangunan yang telahdiuraikan di atas dimiliki oleh beberapapenganut agama, yaitu Islam berupa masjiddan makam, Kristen (tanpa membedakanProtestan dan Katolik) berupa gereja, Hindu

berupa candi, sedangkan Buddha, Kong HuCu dan Tao berupa kelenteng. Selain itu,terdapat juga bangunan keagamaan yangdapat dianggap sebagai asli Kalimantan, yangdimiliki oleh masyarakat Dayak. Munculnya

bangunan keagamaan menunjukkan bahwa

Foto 5. Relief stupa di Pulau Maya, KabupatenKayong Utara, Kalimantan Barat

Foto 6. Kelenteng di Desa Kaliasin,Singkawang, Kalimantan Barat

kebutuhan untuk berhubungan denganTuhan atau kehidupan spiritual merupakan

sesuatu yang mutlak dalam kehidupanmanusia. Munculnya berbagai bangunankeagamaan tersebut memunculkan suatuperadaban yang khas, karena memiliki fungsidan bentuk yang cukup berbeda dengan

berbagai bangunan yang digunakan di luarfungsi keagamaan. Meskipun sebagian besarbangunan tersebut memiliki latar belakangkeagamaan yang berasal dari luar Indonesia,namun telah membentuk sebuah peradaban

yang mewarnai perjalanan sejarah Indonesia,

khususnya di Kalimantan.Kalimantan sebagai bagian dari

Indonesia, merupakan sebuah kawasan yang

dilintasi rute-rute perdagangan besar yangmenghubungkan India dengan Cina, sertakawasan Timur Tengah. Salah satu efeknya

adalah Kalimantan mengalami persentuhandengan berbagai ideologi dan agama yang

pernah berkembang pada jalur perdagangantersebut. Agama-agama besar dari India, yaituHindu dan Buddha, telah masuk sejak abad

ke 4 Masehi dan berkembang selamabeberapa abad. Perkembangan ini ditandai

dengan adanya peninggalan berupa prasasti,lingga, dan candi. Prasasti ditemukan diKalimantan Barat dan Kalimantan Timur serta

sebuah pecahan di Kalimantan Selatan.Lingga, banyak ditemukan di Kalimantan

Barat, terutama di daerah aliran SungaiKapuas dan anak-anak sungainya, sedangkancandi ditemukan terdapat di Kalimantan Baratdan Kalimantan Selatan. Pertanggalanabsolut dari peninggalan-peninggalan

tersebut tidak diketahui, namun secara relatifdapat dikatakan berasal dari masa antaraabad ke-4 s.d. abad ke-14 Masehi. Olehkarena sebagian besar merupakan bangunan

C. Situs-situs Keagamaan dalam LintasBudaya: Suatu Pembahasan

Page 9: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin60

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Meskipun memiliki rentang waktuperkembangan yang cukup lama, namun

kedua agama tersebut tidak dapatberkembang secara meluas menjadi sebuahideologi yang besar, karena kemudianterdesak setelah munculnya agama Islam danKristen. Hal ini dibuktikan dengan jumlahbangunan keagamaan Islam dan Kristen yang

jauh lebih banyak dibandingkan dengan Hindu,Buddha, maupun agama-agama dari Cina.Pada saat ini agama Hindu banyak dianut oleh

masyarakat Bali yang menjadi transmigrandan sebagian masyarakat Dayak, sedangkanagama Buddha dan agama-agama dari Cina

banyak dipeluk oleh masyarakat keturunanCina.

yang tidak memiliki ruang, maka sumbanganterhadap sejarah perkembangan arsitektur

tidak banyak.

Prasasti di Kalimantan dapat

dikatakan berlatar belakang agama Buddhadan Islam. Prasasti yang berasal dari agamaBuddha terdapat di Kabupaten Sekadau, yaitu

prasasti Batu Pahit, dipahatkan pada sebuahbatu besar, berisi mantera-mantera dalam

agama Buddha sehingga dapat dikategorikansebagai bangunan keagamaan. Di dalamprasasti tersebut antara lain terdapat pahatan

7 stupa dan chattra susun 13 di atasnya, danterdapat juga pahatan posa masa cake 578atau bulan Posa tahun Caka 578 (Atmodjo

dalam Bambang Sulistyanto dkk. 1994, 2).Selain itu terdapat juga sebuah prasasti yangberupa gambar caitra di Pulau Maya,Kabupaten Kayong Utara. Kedua prasastitersebut merupakan suatu indikasi bahwa

sekitar 1300 tahun yang lalu telah terdapatsebuah peradaban masyarakat Buddha diKalimantan Barat. Apabila dibandingkandengan mukhalingga di Sepauk yang

diperkirakan berasal dari abad ke -7 Masehi,maka dapat dikatakan bahwa perkembangan

agama Hindu dan Buddha berjalan secarabersama-bersama pada waktu yang hampirbersamaan.

Adanya candi sebagai suatubangunan pemujaan menunjukkan bahwa

pada masa lalu terdapat penganut agamaHindu ataupun Buddha yang cukup banyakdan telah bermukim secara tetap. Meskipunjumlah pasti penganut agama-agama

tersebut belum dapat diketahui, namun karenamemerlukan tempat beribadah yang layak

maka dibangunlah candi. Sayang sekalibahwa siapa pembangun candi baik diAmuntai (Kalimantan Selatan) maupun Negeri

Baru (Kalimantan Barat) belum diketahuisampai dengan saat ini. Adanya bangunan

candi itu juga menunjukkan bahwa telahterdapat lapisan-lapisan sosial dalammasyarakat, karena tentunya ada pendeta,

arsitek, pekerja, serta masyarakat pengguna.Apabila dilihat dari jumlahnya yang lebih dari

satu, maka candi di Negeri Baru kemungkinanbukan hanya merupakan candi tingkat desa.

Prasasti yang berlatar belakangagama Islam terdapat pada makam-makam

anggota keluarga kerajaan, seperti yangterdapat di Kalimantan Timur dan Kalimantan

Selatan. Dikatakan sebagai bangunankeagamaan karena dalam agama Islam,

orang yang meninggal wajib dimakamkan. Didalam prasasti tersebut sebagian di antaranyamenunjukkan bahwa adanya ajaran yangberasal dari Al Qur”an sehingga dapatdikatakan sebagai bentuk lain dari dakwah.

Pada umumnya prasasti pada makamtersebut berasal dari abad ke-18 dan abadke-19 Masehi. Pada saat itu, di KalimantanTimur berkembang l ima kerajaan yaitu

Page 10: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 61

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Di Kabupaten Ketapang Kalimantan

Barat terdapat dua kompleks makam yaitukeramat tujuh dan keramat sembilan. Nisan-nisan pada kedua kompleks makam tersebutsangat mirip dengan nisan pada kompleksmakam Troloyo di bekas pusat kota

Majapahit, yaitu Trowulan. Pada keduakompleks makam tersebut terdapat angka-angka tahun yang ditulis menggunakan hurufJawa Kuna, dan menunjukkan berasal dari

tahun 1400-an Masehi. Angka-angka tersebutsejauh ini merupakan angka yang tertua dalam

proses perkembangan agama Islam diKalimantan.

Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, KutaiKertanegara, dan Paser, sedangkan di

Kalimantan Selatan berkembang kerajaanBanjar, Pagatan dan Kusan, Batulicin, sertaSigam.

Bentuk-bentuk nisan beserta ragamhiasnya di Kalimantan menunjukkan adanyabudaya dari berbagai daerah yang masuk

kawasan ini. Dari segi bentuk, paling tidak

terdapat tiga langgam yang ada, yaitu langgamAceh, Bugis-Makassar, dan Demak Troloyo.

Ragam hias yang ada juga menunjukkanadanya keragaman budaya, yaitu sulur-suluranbergaya Jawa, kaligrafi menggunakan huruf

dan gaya Arab, dan kaligrafi huruf Bugis. Bisasaja hal tersebut menunjukkan asal-usul para

penyebar agama Islam di Kalimantan.

Makam, pada gilirannya yangkemudian, berfungsi sebagai tempatberziarah, dan tradisi ziarah ini berkembang

secara meluas. Ziarah bukan hanya terbatasdi kalangan pemeluk agam Islam tetapimeluas kepada pemeluk agam lain. Dikalangan umat Islam ada beberapa alasanmengapa orang melakukan ziarah, di

antaranya adalah mengingat kepada

kematian, menjaga hubungan batin antarayang masih hidup dengan yang sudah

meninggal, dan mengirim doa untuk kebaikanorang yang sudah meninggal. Meskipunsebenarnya tradisi ziarah berasal dari masapra Islam, tetapi tradisi ini dalam agama Islammendapatkan porsi yang cukup penting,

apalagi pada makam-makam yang dianggapkeramat, misalnya makam para wali atauulama penyebar agama Islam. Di KalimantanSelatan bahkan pada masjid-masjid kunajuga dijadikan sebagai tempat ziarah, karena

dianggap sebagai tempat keramat.

Masjid merupakan tempat untukmelaksanakan ibadah shalat lima waktu dan

shalat Jumat. Menurut fungsi dan bentuknyaada beberapa istilah untuk masjid, yaitumasjid jami’, masjid makam atau masyad,

masjid agung atau masjid negara, masjidmadrasah, masjid pesantren, dan masjid

wanita. Masjid jami yaitu masjid yang biasadigunakan untuk shalat jum”at, masjid makamyaitu masjid yang biasanya didirikan di

kompleks pemakaman, masjid agung ataumasjid negara biasanya merupakan masjid

besar yang terletak di pusat pemerintahan danmenjadi simbol kekuasaan, masjidmasdrasah yaitu masjid yang sekaligus

digunakan untuk sekolah atau madrasah,masjid pesantren adalah masjid yang beradadi lingkungan pesantren, sedangkan masjid

wanita merupakan masjid yang khususdiperuntukkan bagi kaum perempuan untukshalat dan pengajian (Anom dkk 1999, 7-8).

Pada umumnya, atap masjid-masjidkuna berbentuk tumpang, antara satu sampailima. Ada sebagian masjid kuna yang tetap

mempertahanankan bentuk atap tersebutmeskipun sudah beberapa kali dipugar.Beberapa masjid kuna yang masih tetap

Page 11: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin62

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Hampir semua masjid kuna beradatidak jauh dari aliran sungai, misalnya MasjidSultan Abdurrahman yang berada di dekat

pertemuan Sungai Kapuas dan Landak,Masjid Sultan Suriansyah yang berada di

tepian Sungai Kuin, dan Masjid Mempawahyang berada di tepian Sungai Mempawah.Pada umumnya, masjid-masjid kuna di

Kalimantan berbentuk panggung, karenakondisi daratannya sebagian merupakan rawa

dan sebagian yang lain meskipun bukanmerupakan rawa namun kondisinya tidak rata.Sekitar masjid merupakan sebuah kawasan

pemukiman yang ramai didiami penduduk.Melihat pada kondisi tersebut ada duakemungkinan yang terjadi. Kemungkinan

pertama, masjid didirikan di perkampunganyang telah didiami penduduk, ataukemungkinan kedua penduduk datang kekawasan tersebut setelah adanya bangunanmasjid untuk melaksanakan kegiatan ibadah.

Pada Masjid Pusaka Banua Lawas diKabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan,menurut cerita turun temurun didirikan di atasreruntuhan bangunan tempat beribadahagama pra Islam. Di tebing sungai yang

mengalir di samping masjid tersebut, pada

saat musim kemarau seringkali terlihat batamerah bersusun.

Dalam struktur tata kota kerajaan-kerajaan masa pengaruh Islam, masjidbersama dengan istana dan pasar merupakan

satu kesatuan pembentuk kota kerajaan.Istana merupakan pusat pemerintahan,tempat semua keputusan politik kerajaandirumuskan dan diputuskan. Istana biasanyabukan merupakan bangunan tunggal namun

merupakan suatu kompleks, di mana anggotakeluarga kerajaan bertempat tinggal.Berdasarkan sejarahnya, istana dan masjidbiasanya saling berhubungan dan merupakan

satu kesatuan. Pada awal peradabanmanusia, kota bahkan tumbuh dari pusat-

pusat pemujaan yang isinya bangunan kuil,candi, dan istana, yang dibangun oleh parapenguasa masyarakat setelah hasil pertanian

menunjukkan hasil yang berlebih (Daljoeni1998, 39).

Pada sejumlah kasus, makam para

ulama berada di dekat masjid yang merekadirikan, yang kemudian diikuti oleh parapengikut mereka yang dimakamkan di dekatmasjid tersebut. Namun demikian, ada juga

masjid yang didirikan di dekat makam tokohyang dikeramatkan. Menyangkut pada kasus

tersebut, masjid dan makam memangmerupakan tempat-tempat keramat yangseringkali merupakan satu kesatuan inti darisebuah kompleks yang pada umumnya

terletak di tengah sebuah kota atau dipinggirannya (Guillot dan Loir dalam Loir danGuillot 2007, 338).

mempertahankan bentuk atap tersebut,antara lain Masjid Sultan Abdurrahan di

Pontianak, Masjid Kyai Gede di KotawaringinLama (Kalimantan Tengah), Masjid SultanSuriansyah di Banjarmasin, Masjid Hasanudindi Tenggarong, dan Masjid Wasah Hilir diKandangan, Kalimantan Selatan. Bentuk atap

yang tumpang tampaknya merata ada diberbagai tempat di seluruh Indonesia. DiKalimantan, hampir semua masjid kunaberada di tengah kota, dekat dengan istanasebagai pusat pemerintahan pada zaman

kerajaan.

Banyaknya peninggalan yangberlatar belakang agama Islam di Kalimantanmenunjukkan bahwa daerah-daerah tersebuthanya mendapatkan sedikit pengaruh agamaHindu-Buddha sebelum Islam datang. Salah

Page 12: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 63

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Berbeda dengan agama Islam yang

dibawa oleh orang-orang Asia, gereja-gerejadi Kalimantan pada umumnya didirkan oleh

para misionaris dari Eropa, di antaranyaBelanda dan Jerman. Mereka masuk keKalimantan mengikuti perluasan wilayah yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Hindiabelanda, meskipun tidak ada kaitan secara

langsung. Secara umum penyebaran agamaKristen dan Katolik di wilayah Kalimantan

berlangsung sejak abad ke-19 Masehi, sepertiyang terjadi di Kalimantan Barat, dankebanyakan dilaksanakan di pedalaman yang

belum didatangi para penyebar agama Islam.

Di Kalimantan Timur, agama Kristen danKatolik bahkan baru masuk pada awal abadke -20 Masehi (Coomans 1987, 119). Namundemikian, di wilayah Kalimantan Tengahsudah ada upaya untuk menyebarkan agama

Kristen pada akhir abad ke-18 Masehi olehzending Portugis dengan menyusuri SungaiBarito. Selain itu ada juga penyebaran agamaKristen yang melalui Sungai Kapuas, dimulaisejak tahun 1835 yang dirintis oleh Barnstein

dari Jerman. Agama Katolik baru masuk

Kalimantan Tengah pada abad 20, yaitu sekitartahun 1920-an (Rusan dkk 2006, 65-66).

Bangunan gereja rata-rata memilikibentuk arsitektural yang diadopsi dari berbagaibentuk gereja yang ada di Eropa, antara lain

memiliki ruang memanjang, atap tunggaldengan kemiringan yang cukup tinggi, pintu-pintu dibuat tinggi, dan terdapat salib padabagian depan. Bahan yang digunakan tentusaja menyesuaikan dengan kondisi diKalimantan, yaitu kayu. Bersama dengan

masjid, bentuk-bentuk arsitektur gereja diKalimantan juga menyumbangkan warnabaru dalam perkembangan arsitektur

bangunan. Keduanya memberikan warnabangunan yang asalnya dari wilayah yangterletak di sebelah barat, yaitu kawasan Timur

Tengah dan Eropa. Meskipun demikian, padasaat ini sudah banyak gereja kuna yang bentuk

aslinya sudah berubah sama sekali. Dari segiarah hadap, tampaknya tidak ada aturan yangbaku di dalam pembangunan gereja ini.

Dengan demikian, antara satu gereja dengan

gereja yang lain dalam satu wilayah saja dapatterjadi arah hadapnya berbeda-beda.

Berbeda dengan masjid dan gereja,kelenteng yang merupakan tempatperibadatan agama yang berasal dari

kawasan Asia bagian timur, sehingga warnatimurnya sangat menonjol. Meskipunmasyarakat Cina berada jauh dari tanah

leluhur mereka ratusan tahun yang lalu,namun adat istiadat maupun agama nenekmoyang tetap dipegang teguh. Hal tersebutantara lain tercermin dari pendirian kelentengyang memiliki berbagai makna filosofis. Salahsatu contoh adalah untuk menentukan arahhadap kelenteng harus sesuai dengan feng

shui supaya dapat memberikan keberkahan.

satu contohnya adalah di Banjar, di manaagama Islam berkembang pesat dan

didukung oleh penguasa kerajaan. Hal iniantara lain terlihat dari banyaknya peninggalanyang berupa masjid yang sampai saat inimasih eksis. Meskipun sebelumnya telahberkembang agama non Islam, namun

setelah berkembangnya agama Islamkehidupan masyarakat banyak dipengaruhioleh nilai-nilai Islam. Kedudukan sultan diBanjar bukan hanya pemegang kekuasaandalam kerajaan, tetapi lebih jauh diakui

sebagai ulil amri kaum muslimin di seluruh

wilayah Kerajaan (Thohir 2004, 294).

Page 13: SITUS-SITUS KEAGAMAAN DI KALIMANTAN

Naditira Widya Vol. 6 No. 1/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin64

Situs-situs Keagamaan di Kalimantan 52-64

Situs-situs keagamaan di Kalimantanmenunjukkan bahwa persebaran berbagaiagama menghasilkan berbagai budaya yangsenafas dengan agama tersebut. Sebagai

contoh, untuk keperluan bersembahyangdiperlukan sebuah lokasi khusus, sehinggamuncul beragam rumah ibadah dari berbagaiagama dengan cirinya masing-masing.Keletakan bangunan keagamaan di

Kalimantan sebagian besar berada di tepisungai atau tidak jauh dari aliran sungai, yangmerupakan jalan utama lalu lintas dari pantaike pedalaman maupun sebaliknya. Hal ini

juga menandakan bahwa sejak ratusantahunan tahun yang lalu kawasan tepi sungai

sudah menjadi suatu kawasan yang padat

Kesinambungan budaya juga tercermindari pemilihan lokasi situs-situs keagamaantersebut. Salah satu contoh adalah penentuanlokasi makam pada masa kerajaan Islam,yang masih terpengaruh tradisi masa sebelum

Islam. Makam-makam raja atau ulamabanyak yang berada di bukit yang meneruskantradisi lama yang menganggap bukit sebagaitempat suci. Selain di bukit, makam-makam

juga banyak yang berada di sekitar masjidyang merupakan bangunan suci.

penghuni, yang tetap bertahan sampaidengan saat ini. Kota-kota dan kawasan

pemukiman munculnya rata-rata juga di tepisungai, misalnya Pontianak lama,Mempawah Lama, dan Banjarmasin.

D. Penutup

Referensi

Anom, I. G. N., dkk. 1999. Masjid kunoIndonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Atmodjo, M. M. Soekarto. 1994. Beberapatemuan prasasti baru diIndonesia. Dalam BambangSulistyanto, dkk. (ed.) BerkalaArkeologi XVI.

Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Dayak,dahulu, sekarang, masa depan.Jakarta: PT. Gramedia.

Daljoeni, Natanael. 1998. Geografi kota dandesa. Bandung: PenerbitAlumni.

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.2011. Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 11

Rusan, Ahim S., dkk. 2006. Sejarah KalimantanTengah. Palangka Raya:Lembaga Penelitian UniversitasPalangka Raya.

Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan peradabandi kawasan dunia Islam,melacak akar-akar sejarah,politik, dan budaya umat Islam.Jakarta: PT. Raja GrafindoPerkasa.

tahun 2010 tentang cagarbudaya.

Loir, Henry Chambert dan Claude Guillot.2007. Ziarah dan wali di duniaIslam. Jakarta: Ecole Francaised’Extreme Orient ForumJakarta-Paris.