9. SJPPH - Persyaratan Pemenuhan Sistem Jaminan Halal Di Rumah Potong Hewan
Sistim Jaminan Halal
-
Upload
andhika-surya -
Category
Documents
-
view
243 -
download
1
description
Transcript of Sistim Jaminan Halal
Sistim Jaminan Halal
Tujuan instruksional khusus : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu
menjelaskan prinsip Sistem Jaminan Halal
A. SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)
Setiap produsen harus memenuhi kebutuhan dan hak konsumen, termasuk
konsumen Muslim. Memproduksi produk halal adalah bagian dari tanggungjawab
perusahaan kepada konsumen muslim. Di Indonesia, untuk memberikan keyakinan
kepada konsumen bahwa produk yang dikonsumsi adalah halal, maka perusahaan perlu
memiliki Sertifikat Halal MUI.
Sesuai ketentuan MUI, masa berlaku Sertifikat Halal adalah dua tahun. Selama masa
tersebut, perusahaan harus dapat memberikan jaminan kepada MUI dan konsumen
Muslim bahwa perusahaan senantiasa menjaga konsistensi kehalalan produknya. Oleh
karena itu LPPOM MUI mewajibkan perusahaan untuk menyusun suatu sistem yang
disebut Sistem Jaminan Halal (SJH) dan terdokumentasi sebagai Manual SJH. Manual ini
disusun oleh produsen sesuai dengan kondisi perusahaannya.
SJH adalah suatu sistem manajemen yang disusun, diterapkan dan dipelihara
oleh perusahaan pemegang sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan proses
produksi halal sesuai dengan ketentuan LPPOM MUI. Tujuan penyusunan dan
penerapan SJH di perusahaan adalah untuk menjaga kesinambungan proses produksi
halal, sehingga produk yang dihasilkan dapat selalu dijamin kehalalannya sesuai dengan
ketentuan LPPOM MUI.
B. Prinsip-Prinsip SJH
1. Maqoshidu syariah : Pelaksanaan SJH bagi perusahaan yang memiliki SH MUI
mempunyai maksud memelihara kesucian agama, kesucian pikiran, kesucian jiwa,
kesucian keturunan, dan kesucian harta.
Modul Praktikum Pengawasan Mutu│D2 Teknologi Hasil Pertanian
1
2. Jujur : Perusahaan harus jujur menjelaskan semua bahan yang digunakan dan
proses produksi yang dilakukan di perusahaan di dalam Manual SJH serta
melakukan operasional produksi halal sehari-hari berdasarkan apa yang telah ditulis
dalam Manual SJH.
3. Kepercayaan : LPPOM memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk
menyusun sendiri Manual SJH nya berdasarkan kondisi nyata internal perusahaan
4. Sistematis : SJH didokumentasikan secara baik dan sistematis dalam bentuk SJH
dan arsip terkait agar bukti-bukti pelaksanaannya di lingkungan perusahaanmudah
untuk ditelusuri.
5. Disosialisasikan : Implementasi SJH adalah merupakan tanggungjawab bersama
dari level manajemen puncak sampai dengan karyawan, sehingga SJH harus
disosialisasikan dengan baik di lingkungan perusahaan.
6. Keterlibatan : key person perusahaan melibatkan personal- personal dalam jajaran
manajemen untuk memelihara pelaksanaan SJH.
7. Komitmen manajemen : Implementasi SJH di perusahaan dapat efektif
dilaksanakan jika didukung penuh oleh top manajemen. Manajemen harus
menyatakan secara tertulis komitmen halalnya dalam bentuk kebijakan halal.
8. Pelimpahan wewenang : Manajemen memberikan wewenang proses produksi
halalnya kepada auditor halal internal.
9. Mampu telusur : Setiap pelaksanaan fungsi produksi halal selalu ada bukti dalam
bentuk lembar kerja yang dapat ditelusuri keterkaitannya.
10. Absolut : Semua bahan yang digunakan dalam proses produksi halal harus pasti
kehalalannya. SJH tidak mengenal adanya status bahan yang berisiko rendah,
menengah atau tinggi terhadap kehalalan suatu produk.
11. Spesifik : Sistem harus dapat mengidentifikasi setiap bahan secara spesifik merujuk
pada pemasok, produsen, dan negara asal. Ini berarti bahwa setiap kode spesifik
untuk satu bahan dengan satu status kehalalan.
C. Prosedur Sertifikasi Halal
SJH merupakan bagiantak terpisahkan dalam proses sertifikasi halal. Prosedur
proses sertifikasi halal dapatdilihat pada Gambar 5.
Modul Praktikum Pengawasan Mutu│D2 Teknologi Hasil Pertanian
2
Gambar 5. Diagram Alir Proses Sertifikasi Halal
Keterangan :
Pada diagram alir (Gambar 5) pengertian Dokumen SJH adalah sebagai berikut:
1. Untuk perusahaan baru yang belum memiliki SH MUI, Dokumen SJH yang
dibutuhkan adalah :
a. Dokumen SJH (1) berupa surat pernyataan di atas materai bahwa perusahaan
bersedia menyerahkan Manual SJH Standard paling lambat 6 bulan setelah
terbitnya SH (Sertifikat Halal).
b. Dokumen SJH (2) berupa Manual SJH minimum yang terdiri dari klausul
kebijakan halal, struktur manajemen halal dan ruang lingkup penerapan SJH
2. Untuk perusahaan yang telah memiliki SH MUI namun audit implementasi SJH
belum dilakukan, Dokumen SJH yang dibutuhkan adalah :
a. Dokumen SJH (1) berupa Manual SJH Minimum terdiri dari : klausul kebijakan
halal, struktur manajemen halal dan ruang lingkup penerapan SJH.
Modul Praktikum Pengawasan Mutu│D2 Teknologi Hasil Pertanian
3
b. Dokumen SJH (2) berupa Manual SJH Standar terdiri dari :I. Informasi Dasar PerusahaanII. Kendali DokumenIII. Tujuan PenerapanIV. Ruang Lingkup PenerapanV. Kebijakan HalalVI. Panduan HalalVII. Standard Operating Procedures (SOP)VIII. Acuan TeknisIX. Sistem Administrasi X. Sistem DokumentasiXI. SosialisasiXII. PelatihanXIII. Komunikasi Internal dan EksternalXIV. Audit InternalXV. Tindakan PerbaikanXVI. Kaji Ulang Manajemen
3. Untuk perusahaan yang telah mendapatkan status SJH minimal B (cukup) dan
akan memperpanjang masa berlaku SH-nya, Dokumen SJH yang dibutuhkan
adalah :
a. Dokumen SJH (1) berupa laporan berkala terkini dan Revisi SJH (jika ada) atau copy status SJH minimal B atau Sertifikat SJH.
b. Dokumen SJH (2) tidak diperlukan
Modul Praktikum Pengawasan Mutu│D2 Teknologi Hasil Pertanian
4