SISTEM_PERJAKAN_DI_INDONESIA.docx

13
SISTEM PERJAKAN DI INDONESIA Sistem Self Assessment Menurut bagian penjelasan UU KUP bahwa self assessment adalah ciri dan corak sistem pemungutan pajak. Self assessment merupakan suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk : [a.] berinisiati mendatarkan dirinya untuk mendapatkan !PWP [nomor pokok wajib pajak]" [b.] menghitung# memperhitungkan# membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang. Masih menurut penjelasan UU KUP bahwa sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang$undangan perpajakan. Media atau surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak disebut %urat Pemberitahuan# disingkat %P&. Kepercayaan yang diberikan oleh undang$undang kepada Wajib Pajak idealnya ditunjang dengan : [a.] kesadaran Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan" [b.] keinginan untuk membayar pajak terutang walaupun terpaksa" [c.] kerelaan Wajib Pajak untuk menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku" [d.] kejujuran Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya. %alah satu bagian dari sistem self assessment adalah adanya daluwarsa penagihan yang di Pasal '' UU KUP. (turan terakhir# UU !o. ') tahun '**+# daluwarsa penagihan ditetapkan , -lima tahun saja / (pa

Transcript of SISTEM_PERJAKAN_DI_INDONESIA.docx

SISTEM PERJAKAN DI INDONESIASistem Self Assessment Menurutbagian penjelasan UUKUP bahwa self assessment adalah ciri dan corak sistem pemungutan pajak. Self assessment merupakan suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk :[a.] berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP [nomor pokok wajib pajak];[b.] menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang.

Masih menurut penjelasan UU KUP bahwa sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Media atausurat yang digunakan Wajib Pajakuntuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak disebut Surat Pemberitahuan, disingkat SPT.

Kepercayaan yang diberikan oleh undang-undangkepada Wajib Pajak idealnya ditunjang dengan :[a.] kesadaran Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan;[b.] keinginan untuk membayar pajak terutang walaupun terpaksa;[c.] kerelaan Wajib Pajak untuk menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku;[d.] kejujuran Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.

Salah satu bagian dari sistem self assessment adalah adanya daluwarsa penagihan yang di Pasal 22 UU KUP. Aturan terakhir, UU No. 28 tahun 2007,daluwarsa penagihan ditetapkan 5 (lima tahun saja)! Apa maknanya? Bahwa negara tidak memiliki hak untuk menagih atau memungut pajak setelah lewat 5 tahun. Berapapun utang pajak! Selain itu, SPT yang dilaporkan kepada DJP juga dianggap benar setelah 5 tahun. Secara hukum, setelah lewat 5 tahun, kewajiban perpajakan Wajib Pajak dianggap benar.

Hanya saja Pasal 22 ayat (2) UU KUP mengatur bahwa daluwarsa tersebut akan tertangguh atau mundur dari tahun pajakyang bersangkutanjika :[a.] diterbitkan Surat Paksa;[b.] ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;[c.] diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau[d.] dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Dalam jangka waktu 5 tahun tersebut, DJP dapat melakukan koreksi terhadap SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak melalui pemeriksaan. Menurut UU KUP, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dari definisi pemeriksaan sudah jelas bahwa DJP hanya bisa melakukan koreksi atas isi SPT Wajib Pajak jika DJP memiliki data, keterangan dan bukti bahwa SPT Wajib Pajak tidak benar. Jika DJP tidak memiliki data dan bukti atas ketidakbenaran SPT Wajib Pajak maka DJP tidak bisa melakukan koreksi walaupun si pemeriksa pajak sangat yakin bahwa SPT Wajib Pajak salah. Keyakinan si pemeriksa tidak bisa dijadikan dasar melakukan koreksi SPT.Bahkan teknik-teknik analisa yang dilakukan oleh pemeriksa juga tidak cukup untuk dijadikan dasar koreksi.

DJP boleh melakukan koreksi SPT jika ada bukti nyata*). Meminjam peraturan kepabeanan bahwa bukti nyata adalah bukti atau data berdasarkan dokumen yang benar-benar tersedia dan pada dokumen tersebut terdapat besaran, nilai atau ukuran tertentu dalam bentuk angka, kata dan/atau kalimat. Dokumen ini bisa berasal dari dokumen Wajib Pajak atau pihak lain.

Selain dokumen, keterangan juga bisa dijadikan dasar koreksi SPT. Sesuai definisi pemeriksaan di UU KUP bahwapemeriksa pajak itu mengolah data, keterangan atau bukti. Saya menganggapbukti ini dokumen jika mengacu kepada aturan kepabeanan.Sedangkan keterangan tidak didefinisikan secara jelas [setidaknya setelah dicari di databese aturan perpajakan] kecuali dalam kamus bahwa keterangan adalah sesuatu yang menjadi petunjuk atau yang menyebabkan tahu.Jadi bisa saja keterangan ini informasi yang diberikan pegawai Wajib Pajak, pihak lain yang berhubungan dengan Wajib Pajak atau pihak lain yang independen. Apapun itu yang menyebabkan si pemeriksa pajak tahu bahwa SPT Wajib Pajak tidak benar.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa secara langsung. Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan negara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak pun memiliki dasar hukum tersendiri. Dasar hukum ketentuan umum dan Tata cara Perpajakan adalah undang-undang NO. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007. Lau siapakah yang harus membayar pajak ? dalam peraturan perpajakan ada istilah Wajib Pajak. Wajib Pajak yang bisa disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Jadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak.

Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang - undang. NPWP ini wajib di miliki oleh wajib pajak yang berfungsi sebagai identitas wajib pajak dan menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya passpor, kredit bank dan lelang. Untuk Memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang diperlukan.Setelah Wajib Pajak memiliki Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) segeralah wajib pajak mengisi Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) yang sudah disediakan. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan. Contoh formulir Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) ini juga berfungsi sebagai sarana melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang bagi wajib Pajak, bagi pengusaha Kena Pajak melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah PPN yang sebenarnya terutang dan bagi pemotong/pemungut pajak melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak yang di potong dan disetorkan.Pengambilan formulir Surat Pemberitahuan (SPT) harus di ambil sendiri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Perpajakan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP dan dapat menggandakan dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya. Penyerahan formulir Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan secara langsung ke KPP/KP2KP dan melalui pos dengan pengiriman surat. Wajib pajak tidak hanya mengisi formulir Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi Wajib pajak selanjutnya harus melakukan pembayaran pajak itu sendiri. Ketika wajib pajak akan membayar pajak tersebut, wajib pajak pun harus melengkapi Surat Setoran Pajak (SSP). Contoh Formulir Surat Setoran Pajak (SSP).

Surat setoran pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakan formulir. Untuk diketahui bahwa satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu jenis pajak dan untuk satu Masa Kerja atau satu tahun.Lembaga Pemerintahan yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jendral yang ada di bawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Wajib pajak pun dalam membayar atau menyetorkan pajak dapat dilakukan di :a. Kantor posb. Bank Badan Usaha Milik Negarac. Bank Badan Usaha Milik Daerahd. Tempat pembayaran lainya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Di tinjau dari Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu : Pajak negara dan Pajak Daerah. Pajak negara yang dipungut oleh Pemerintah Pusat salah satu nya adalah pajak penghasilan yang diatur dalam UU No. 7 tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 tahun 2008. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional atau regresif. Menurut Undang undang no. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut : a. Subjek pajak pribadi adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.b. Subjek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.c. Subjek pajak badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.Dalam artikel ini akan dibahas tentang Pajak Penghasilan orang Pribadi. Pajak penghasilan orang pribadi merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan antara masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan rendah. Kemiskinan, ekonomi yang rendah merupakan kendala dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Untuk mewujudkan fungsi distribusi pendapatan, tarif pajak penghasilan pribadi di Indonesia mengenakan tarif pajak progresif dimana masyarakat yang berpenghasilan tinggi akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi. Pengenaan tarif pajak yang dibebankan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonominya. Dalam undang undang pajak penghasilan menyatakan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam konteks orang pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan usaha, pekerjaan bebas ataupun penghasilan penghasilan lainya. Penghasilan pajak sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan dari yang berhubungan dengan pekerjaan yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain. Dalam hal ini penghitugan pajak akan mengacu pada ketentuan Undang undang Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21). Penghasilan dalam negeri lainnya seperti bunga, dividen, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah dan penghasilan lain lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak sendiri, istri dan anak/anak angkat yang belum dewasa dalam tahun pajak bersangkutan.

Pajak Penghasilan Pribadi (PPh Pribadi)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun:A. Peraturan Lama:Keputusan Menteri Keungan Nomor 564/KMK.03/2004, mulai 1 Jan 2005 s.d 31 Des 2005:Jumlah (Rp)Keterangan

12.000.000Untuk Wajib Pajak orang pribadi

1.200.000Tambahan untuk wajib pajak yang kawin

12.000.000Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

1.200.000Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda da lam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2005 mulai berlaku 1 Jan 2006 s.d 31 Des 2008:Jumlah (Rp)Keterangan

13.200.000Untuk Wajib Pajak orang pribadi

1.200.000Tambahan untuk wajib pajak yang kawin

13.200.000Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

1.200.000Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda da lam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

B. Peraturan Baru:Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berlaku mulai 1 Januari 2009:Jumlah (Rp)Keterangan

15.840.000Untuk Wajib Pajak orang pribadi

1.320.000Tambahan untuk wajib pajak yang kawin

15.840.000Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

1.320.000Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda da lam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Tarif PPh Pribadi:Peraturan Lama: Pasal 17 UU No 17 Thn 2000 (Berlaku s.d 31 Desember 2008):Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP)Tarif Pajak

sampai dengan Rp25.000.000di atas Rp25.000.000 Rp50.000.000di atas Rp50.000.000 Rp100.000.000di atas Rp100.000.000 Rp200.000.000diatas Rp200.000.0005%10%15%25%35%

Peraturan Baru: Keputusan Perubahan (Berlaku 1 Januari 2009):Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP)Tarif Pajak

sampai dengan Rp50.000.000di atas Rp50.000.000 Rp250.000.000di atas Rp250.000.000 Rp500.000.000diatas Rp500.000.0005%15%25%30%

SISTEM PERPAJAKAN di INDONESIA, SELF ASSESMENT, Dan PERHITUNGAN PAJAK PPh

NAMA: NANDA ALAMSYAH RIDHO RAMADHAN120210301027