sistemik holliday

14
LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL HALLIDAY Oleh Hasan Busri Pendahuluan Linguistik Sistemik Fungsional ini dipelopori dan dikembangkan oleh Halliaday salah satu murid Firth. Linguistik ini disebut juga aliran Neo-Firthian, karena banyak diilhami oleh pandangan Firth. Sebutan lain terhadap linguistik ini adalah Tatabahasa Sistemik Halliday dan Teori Sistemik Fungsional. Linguistik Halliday ini memandang bahasa sebagai suatu pilihan makna (choice) yang meliputi metafungsi tekstual, ideasional, dan interpersonal, yang masing-masing dianalisis melalui struktur tema-rema, ketransitifan, dan mudus dalam suatu klausa (Tomasowa, 1993). Dalam analisisnya Linguisti Sistemik Fungsional, di samping diilhami oleh pemikiran Firth dan tradisi fungsional Eropa, juga menerapkan prinsip abstrak dari Hjenslev dan pemikiran dari linguistik Fraha (Halliday dalam Tomasowa, 1993). Di samping itu, dalam kajian Linguistik Sistemik Fungsional Halliday ini tidak dapat dipisahkan dari tiga figur nama, yaitu Malinowski, Firth, dan Whorf (Krass, 1976). Malinowski seorang antropolog telah memberikan jawaban mengapa bahasa tidak mampu berdiri sendiri, dengan mengatakan “it is entirely dependent on the society in the which it is used” (Krass, 1976). Bagi Malinoski, bahasa bukanlah alat ekspresi, tetapi bahasa justru merupakan perbuatan atau aktivitas manusia. Malinoski mengatakan: For Malinoski, to think of language as a means of transfusing ideas from the head of the speaker to that of the listener was a misleading myth: to

Transcript of sistemik holliday

Page 1: sistemik holliday

LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL HALLIDAY

Oleh Hasan Busri

Pendahuluan

Linguistik Sistemik Fungsional ini dipelopori dan dikembangkan oleh Halliaday

salah satu murid Firth. Linguistik ini disebut juga aliran Neo-Firthian, karena banyak

diilhami oleh pandangan Firth. Sebutan lain terhadap linguistik ini adalah Tatabahasa

Sistemik Halliday dan Teori Sistemik Fungsional. Linguistik Halliday ini memandang

bahasa sebagai suatu pilihan makna (choice) yang meliputi metafungsi tekstual, ideasional,

dan interpersonal, yang masing-masing dianalisis melalui struktur tema-rema,

ketransitifan, dan mudus dalam suatu klausa (Tomasowa, 1993).

Dalam analisisnya Linguisti Sistemik Fungsional, di samping diilhami oleh

pemikiran Firth dan tradisi fungsional Eropa, juga menerapkan prinsip abstrak dari Hjenslev

dan pemikiran dari linguistik Fraha (Halliday dalam Tomasowa, 1993). Di samping itu,

dalam kajian Linguistik Sistemik Fungsional Halliday ini tidak dapat dipisahkan dari tiga

figur nama, yaitu Malinowski, Firth, dan Whorf (Krass, 1976). Malinowski seorang

antropolog telah memberikan jawaban mengapa bahasa tidak mampu berdiri sendiri, dengan

mengatakan “it is entirely dependent on the society in the which it is used” (Krass, 1976).

Bagi Malinoski, bahasa bukanlah alat ekspresi, tetapi bahasa justru merupakan perbuatan atau

aktivitas manusia. Malinoski mengatakan:

“For Malinoski, to think of language as a means of transfusing ideas from the head of the speaker to that of the listener was a misleading myth: to speak, particulary in a primitive culture, is not to tell but to do, in the primitive uses, language functions as a link in concerted human activity ....It is a mode of action and not an instrument of reflection (Sampson, 1980).

Konsep Malinoski tersebut banyak dimanfaatkan Halliday dalam kajiannya. Pertama,

Halliday menempatkan definisi makna sebagai fungsi dalam konteks. Kedua, menerima ciri-

ciri multi fungsi bahasa sebagai fungsi interpersonal, ideasional, dan tekstual yang dikaitkan

dengan berbagai perwujudan fungsi bahasa versi Malinoski. Secara khusus dapat disamakan

antara pragmatik menurut Malinowski dengan fungsi interpersonal menurut Halliday

(Krass, 1976). Dijelaskan oleh Sampson (1980) bahwa “Malinoski clarifies his idea of

meaning by appealling to a notion of context of situation “.

Kemudian teori Firth yang cukup berpengaruh terhadap linguistik sistemik fungsional

Halliday adalah deskripsikan peristiwa-peristiwa kebahasaan. Firt mengidentifikasi, bahwa

terdapat tiga aspek dalam linguistic event, yakni (1) the participants: person, personalities

Page 2: sistemik holliday

and relevant features of these (i) the verbal action of the participants and (ii) the non-verbal

action of the participants; (2) the relevant object and non-verbal and non-personal events;

(3) the efect of the verbal action” (Krass, 1976). Dijelaskan pula oleh Halliday bahwa

“Firth’s theory allows for a description of language in terms of fuction in context” (Krass,

1976).

Teori Firth yang cukup berpengaruh terhadap linguistik Halliday, yaitu

mengembangkan teori linguistiknya dengan mendeskripsikan peristiwa-peristiwa kebahasaan

Menurut Firth terdapat tiga aspek linguistic event, yaitu (1) the participants: person,

personalities and relevant features of these (i) the verbal action of the participants; (2) the

relevant object and non-verbal and non-personal events; (3) the efect of the verbal action

(Krass, 1976). Dijelaskan pula oleh Halliday bahwa “Firth’s theory allow for a description of

language in terms of action in contect” (Krass, 1976).

Teori Firth dalam mendeskripsikan bahasa dengan berbagai istilah fungsi bahasa

dalam konteksnya, bahwa suatu unit linguistik dapat ditinjau dari dua macam konteks: (1)

dalam konteks sistem, dan (2) dalam konteks struktur sintagmatik (Krass, 1976).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lyones tentang penadangan Firth, “meaning” atau

“function in context” dapat diinterpretasikan sebagai sesuatu yang berterima dan sesuai

dengan konteks, jika ujaran atau bagian dari ujaran merupakan sesuatu yang bermakna

(meaningful), dan hanya jika demikian, ujaran dapat digunakan dalam berbagai konteks yang

sesungguhnya (Sampson, 1980).

Di samping Malinowsky dan Firth, Worf seorang tatabahasawan juga cukup

berpengaruh terhadap linguistik Halliday ini. Worf dalam hal ini memandang hubungan

bahasa dan budaya dari sudut pandang bahasa. Worf memberikan penekanan akan

pentingnya bahasa dalam fungsi sosial (ordering society) yang melebihi keberadaan bahasa

dalam struktur sosial. Perhatiannya dipusatkan pada perbedaan antara apa yang disebut

dengan “overt and covert categories (Kass, 1976). Suatu overt category adalah sesuatu yang

secara eksplisit diwujudkan seara formal pada tataran permukaan (surface), misalnya kategori

plural dalam bahasa Inggris; sedangkan covert category sebagai sesuatu yang tidak

dinyatakan, misalnya kategori animate dalam bahasa Inggris (Krass, 1976).

Dalam perkembangannya, teori Worf juga percaya akan apa yang disebut deep grammar.

Dengan sendirinya Worf memusatkan perhatiannya pada kategori-kategori morfologis.

Akhirnya, pandangan yang berkembang pada aliran Fraha, Tagmemik, dan Glosemik

banyak mewarnai pandangan Halliday. Di antara teori tersebut adalah “Scale and Category

Grammar, dan systemic Grammar (Krass, 1976). Perkembangan teory Haliaday selanjutnya

Page 3: sistemik holliday

dapat diidentifikasi dalam dua tahap sebagai berikut. (1) tahap awal yang dikenal dengan

teori skala dan kategori, yang berlangsung hingga paruh tahun 1960-an; (2) tahap

pengembangan aspek fungsional bahasa yang berawal dari paruh kedua dari tahun 1960-an

sampai dengan saat ini (Purwo, 1990).

Teori Skala dan Kategori menerapkan tiga skala abstraksi: Rank, dellicacy, and

exponence (Krass, 1976). Dalam tataran gramatikal dikenal empat kategori utama: Unit,

struktur, kelas, dan sistem (Purwo, 1990). Pengembangan yang terus menerus atas teori skala

dan kategori yang dilakukan Halliday, merintis jalan ke arah lahirnya pandangan fungsional;

keterkaitan bahasa dengan tautan sosialnya. Dala hal ini terdapat keterkaitan antara

leksikogramatika dan makna. Pada awalnya Halliday menawarkan empat komponen “fungsi

bahasa”, yaitu eksperimental, logikal, wacana, ujaran atau interpersonal” (Purwo, 1990).

Namun setelah mengalami banyak pemikiran dan pengalaman yang panjang, fungsi-fungsi

tersebut ditata ulang, dan saat ini hanya mencakup: ideasional (mencakup sub-fungsi logika

dan eksperiensial, interpersonal, dan tekstual (Purwo, 1990).

Ajaran Halliday ini terkenal dengan tatabahasanya systemic grammar (tatabahasa

sistemik). Dalam bukunya yang berjudul The Linguistic Sciences and Language Teaching,

Halliday memaparkan se-cara garis besar tentang Tatabahasa Sistemik, antara lain (1)

Form (bentuk), organisasi dari substansi peristiwa yang pada arti, yaitu tatabahasa dan leksis;

(2) Substance (substansi), materi fonik dan grafik; dan (3) context (konteks), hubung-an

antara “bentuk” dan “situasi”, yaitu semantik.

Prinsip-prinsip Linguistik Sistemik Fungsional Halliday

Sebagaimana dijelaskan di atas, Halliday mengembangkan empat gagasan penting

sebagai ka-tegori umum dalam bahasa, yaitu unit, struktur, kelas, dan sistem. Unit

merupakan suatu segmen pembawa pola pada segala level, misalnya kalimat terdiri pola-pola

“struktur klausa: subjek-predikator-komplementer-ajung”. Kelas meru-pakan seperangkat

butir-butir yang beroperasi dengan fungsi tertentu dalam akar kata. Sedangkan sistem

merupakan penyusunan paradigmatik dari kelas-kelas dalam hubungan pilihan.

Di sisi lain, Halliday menguraikan tentang linguistik sebagai studi atau kajian

“bagaimana kita mempergunakan bahasa untuk hidup”. Halliday menolak “mentalis”

maupun “mekanis” yang ekstrim, dan menolak konsep tentang bahasa yang terdiri atas

“bentuk” dan “makna”. Dalam hal ini yang menjadi penekanan aliran ini adalah bahwa

makna adalah milik dari segala jenis pola yang ada dalam bahasa; kita tidak dapat memerikan

Page 4: sistemik holliday

bahasa tanpa memerikan makna. Akan tetapi untuk memerikan secara mendalam kita harus

mengenal berbagai level bahasa – tatabahasa, fonologi, dan seterusnya.

Kategori-kategori untuk memerikan sutu bahasa mesti didasarkan pada kriteria-

kriteria formal dan pada akhirnya mesti dapat dihubungkan pada ekspo-nen-eksponen dalam

substansi fonik dan grafik, namun tidak ada pemerian yang lengkap, tidak mengabaikan

makna, apalagi makna kontekstual.

Dalam bukunya yang berjudul The Linguistic Sciences and Language Teaching,

Halliday memaparkan secara garis besar tentang tatabahasa sistemik, antara lain (1) Form

(bentuk), organisasi dari substansi peristiwa yang pada arti, yaitu tatabahasa dan leksis; (2)

Substance (substansi), materi fonik dan grafik; dan (3) context (konteks), hubungan antara

“bentuk” dan “situasi”, yaitu semantik.

Sebagaimana dikemukan oleh Halliaday bahwa konsep dasar dalam suatu tatabahasa

adalah suatu sistem (Krass, 1976). Seperangkat konsep yang dikembangkan dalam Linguistik

Sistemik Halliday adalah sebagai berikut: (1) nosi yang tersirat dalam tatabahasa merupakan

sesuatu yang harus dipilih, karena merupakan representasi konsep suatu sistem; (2) deskripsi

berbagai kalimat atau unsur yan lain dalam suatu bahasa mengambil bentuk suatu pernyataan

pilihan –pilihan yang dapat dipilih dalam kalimat tersebut; (3) representasi struktur suatu

kalimat dapat diuraikan dengan suatu sistem yang nyata, kemudian ke suatu yang lebih

abstrak; (4) representasi struktur paling tidak meupakan suatu kumpulan; (5) pemberian

nama struktur berupa fungsi, komponen, unsur struktur yang menjadi kumpulan fungsi yang

dapat dibedakan unsur-unsurnya; (6) sistem dan deskripsi struktur berkaitan dengan

realisasi kalimat yang menunjukkan kontribusi struktur unsur-unsur dalam tatabahasa (Krass,

1976).

Ancangan Fungsional

Analisis functional grammar terhadap klausa bahasa Inggris yang merupakan

realisasi makna berdasarkan fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual dapat

diilustrasikan dalam contoh analisis struktur klausa berikut ini.

//the sun was shining on the sea//

Ideasional : Affected Process Locative

Interpersonal : Modal Propotional

Theme Rhema

Tekxtual : New

Page 5: sistemik holliday

Subject Predicator Adjunct

Berbagai elemen struktur yang dicontohkan dalam tabel (Krass, 1976) meliputi

Process; affected; modal; propositional; thema; rhema; Agent; Phenomenon; Subject;

complement; ajunct; identified; identifierattribute; predicator; (finite element in); Wh

element (i.e interrogative word); Given; New”. Selengkapnya peta elemen struktur

metafungsional ini, periksa Figure 4 (Krass, 1976).

Dalam struktur gramatikal bahasa Inggris, sebuah klausa seperti halnya the sun was

shining on the sea menunjukkan menunjukkan tiga dimensi struktur gramatikal, yakni

ideasional, (experiential), interpersonal, dan tekstual. Elemen struktur gramatikal pada

struktur gramatikal ada fungsi ideasional terdiri atas affected, process, dan locative; pada

fungsi interactional terdiri atas modal dan propotional; dan fungsi textual terdiri atas thema

dan rhema dan terdapat pula New serta tataran subject, predicator, dan adjunct. Istilah

subject muncul dalam analisis ini dan bagi Halliday sendiri merupakan sesuatu yang harus

dijelaskan.

Halliday (dalam Suparno, 1993) memberikan perbedaan antara tema, rema, dan aktor,

yang masing-masing dimaksudkan sebagai pengganti subjek psikologis, subjek gramatikal,

dan subjek logis. Tomasowa (1983) menjelaskan bahwa subjek adalah konstituen yang (1)

merupakan pokok berita, (2) padanya diberi predikat, dan (3) merupakan pelaku tindakan”.

Subjek merupakan fungsi dalam klausa sebagai pertukaran (clause as a exchange) yang

mengacu pada elemen klausa yang diberi predikasi (Suparno, 1993). Sedangkan tema

merupakan fungsi dalam klausa sebagai pesan (clause as a massage) yang menunjukkan

kepada apa pesan itu dihubungkan (Suparno, 1993). Adapun aktor merupakan fungsi dalam

klausa sebagai representasi (clause as a representation) yang mengacu pada elemen kalimat

yang melakukan aktivitas (Suparno, 1993).

Baik Suparno (1993) maupun Tomasowa (1993) rupanya mengambil contoh dari

sumber yang sama yakni klausa The duke gave may aunt this teapot, yang dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

Tt

Gave my aunt teapot

Halliday (dalam Suparno, 1993) memberikan petunjuk umum bahwa tema dapat

diidentifikasi sebagai elemen kalimat yang berada pada posisi pertama dalamsebuah klausa.

Tema adalah suatu fungsi dalam klausa sebagai berita: yang menjadi pokok berita; titik tolak

Page 6: sistemik holliday

pembicaraan (Suparno, 1993). Tema merupakan elemen dalam suatu konfigurasi struktural

yang khusus, yaitu tema + rema yang menata klausa sebagai pesan. Penjelasan ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

the duke may aunt

that teapot

Has given my aunt that teapot has been given that

teapot by the duke the duke has given to my aunt

Tema Rema

(Suparno, 1993)

Untuk memahami struktur gramatial dalam analisis tatabahasa sistemik Halliday ini

perlu diingat bahwa “the major theoritical notion in Halliday’s Linguistic work is that of

system” (Krass, 1976). Kemudian Halliday memantapkan teori linguistiknya yang didasarkan

atas choice. Prinsip choice adalah “systemic” and non-sequential order, leads to a

description in deep semantics terms” (Krass, 1976). Di samping itu, ada juga yang disebut

chain, yaitu “Systagmatic and sequential order , leads to description in surface structural

terms” (Krass, 19766). Dengan demikian prinsip choice sebagai realisasi prinsip deep

grammar menjadi penting untuk mengidentifiasi berbagai dimensi struktur gramatikal.

Tataran sistem Fungsional

Gagasan tentang “fungsi bahasa” yang dapat dikenal sebagai fungsional dari sistem

makna dari suatu bahasa, dapat dirinci menjadi tiga fungsi 1) ideasional, (b) interpersonal ,

dan (c) tekstual, memerlukan penjelasan yang lebih rinci dan ilustrasi yang lebih konkret,

sehingga jelas aplikasi dan perbedaanya. Penjelasan untuk tataran sistem fugsional,

sebagaimana dikemukakan Purwo, 1990) sebagai berikut

(1) Fungsi ideasional berperan sebagai pengungkap isi atau makna: pengungkap

pengalaman lahir ataupun batin penutur/penulis yang mencakup: fungsi eksperiensial

dan logika. Fungsi ideasional menangani kandungan mendasar suatu ujaran, yakni

membentuk suatu gambaran mental dari kenyataan yang ada, memberi arti terhadap

pengalaman dan mengungkapkan melalui suatu ujaran.

(2) Fungsi interpersonal berperan sebagai pembentuk dan pemelihara hubungan-

hubungan sosial yang mencakup tanggapan atau sikap pembicara/penutur terhadap

suatu pesan. Fungsi ini mengenai aspek interaksi dan aspek persoanal bahasa.

(3) Fungsi tekstual berperan memberikan kemungkinan bagi pembicara/penutur untuk

menghasilkan teks atau wacana yang runtut berdasarkan tautan suatu situasi. Fungsi

Page 7: sistemik holliday

tekstual mencakup organisasi tematis serta struktur informasi dari suatu proposisi.

Struktur tematis terdiri atas dua unsur utama, yaitu tema dan rema.

Dalam kaitannya dengan ketiga fungsi bahasa, konteks situasi (context situation)

mendapat perhatian khusus dari Halliday dalam rangka memahami makna di luar aspek

kebahasaannya (Purwo, 190). Dalam hal ini Halliday menawarkan tiga unsur yang menunjol,

yang meliputi (a) field (medan wacana dalam suatu teks) yang mengacu pada apa yang tengah

terjadi dan sifat hubungan sosialnya, (b) tenor (pelibat wacana suatu teks) yang mengacu

pada partisipan yang terlibat, sifat partisipan, status, dan peran; (c) mode (sarana wacana

suatu teks) yang mengacu pada macam atau bagian makna dari bahasa yang digunakan,

apakah bahasa lisan atau tulis, gaya retorika, jenis teks, dan sebagainya (Sutjaja dalam

Purwo, 1990).

Implementasi Analisis Sistem Fungsional

Implementasi ini akan memberikan gambaran bagaimana fungsi ideasional, teks, dan

tautan situasinya dapat dianalisis. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam fungsi ideasional,

perwujudan pengalaman batin atas realitas dapat berupa kalimat, klausa, atau struktur frasa

(Sutjaja dalam Purwo, 190). Penangkapan dan pemahaman kita atas realita diwujudkan

dalam struktur klausa. Pernyataan klausa sebagai objek analisis ini sangat menarik untuk

dipertimbangkan, sebab Halliday sendiri dalam menganalisis bahasa Cina modern dalam

kaitannya dengan deskripsi units, elements, dan classes menegaskan bahwa “.........it is

proposed here to recognize five units which will be called sentence, clause, group, word, and

character” (Krass, 1976). Bahkan, dalam kaitannya dengan apa yang disebutnya sebagai

functional sentece perspective (FSP) dalam sistem deskripsi linguistik, Halliaday

menegaskan bahwa “FSP can be defined, in this way, as the ‘textual’ component in the

grammar of the sentence” (Krass, 1976). Sekarang bagaimana dengan sasaran analisis fungsi

ideasional kalimat atau klausa?

Pemilihan analisis pada tingkat klausa memang tidak salah, bahkan pada sekuensi

yang lebih kecil. Halliday menjelaskan bahwa the study of FSP was at first directed just to

the structure of sentence and clause. Subsequently, it has been extended to other units having

a communicative element in their structure, to various classes of the phrase ......” (Krass,

1976). Beberapa alasan yang berkaitan dengan klausa sebagai sasaran analisis sistem

fungsional , seperti yang dikemukakan oleh Tomasowa (1993) bahwa “dalam pandangan

sistemik, sebuah klausa dapat dianalisis berdasarkan (1) unsur klausa, (2) bentuk struktur

klausa, ataupun (3) organisasi klausa tersebut”. Sutjaja (dalam Purwo, 1990) menjelaskan

Page 8: sistemik holliday

mengapa klausa dapat dianalisis, sebab “gramatika dari klausa ini, yang mencakup makna

reflektif dan eksperiensial, kemudian dikenal sebagai sistem ketransitifan (transitivity

syastem).

Sistem ketransitifan ini “menjelaskan berbagai macam proses yang terlibat dan

struktur yang mewujudkannya. Pada dasarnya, secara semantik proses ini mencakup (1)

proses itu sendiri, (2) partisipan yang terlibat dalam proses, (3) keterangan-keterangan

(sirkumstan) yang berkaitan dengan proses (Purwo, 1990). Contoh analisis ini sebagai

berikut.

Proses perbuatan (doing)

Hasan mencium Albar

Part Proses Part

Aktor Perbuatan Goal

------------------------------------------

g.n. g.v. g.n.

Model Analisis sistem fungsional berdasarkan prinsip-prinsip ancangan fungsional

dan berbagai pertimbangannyadapat diadaptasikan dari apa yang dikerjakan. Menurut Sutjaja

(1990) dan Suparno (1993) paling tidak terdapat tiga macam model analisis sistemik, yakni

sebagai berikut.

(1) Analisis Metafungsional

//the sun was shining on the sea//

Ideasional : Affected Process Locative

Interpersonal : Modal Propotional

Tekstual : Tema Rhema

(2) Analisis Tekstual: tema –Rema, Subjek – Predikat; dan Aktor

(a) Analisis Tema- Rema

the duke may aunt

that teapot

Has given my aunt that teapot has been given

that teapot by the duke the duke has given to my

aunt

Tema Rema

Page 9: sistemik holliday

(b) Analisis Subjek – Predikat

The duke has given my aunt that tespot

Subjek Predikat

(c) Analisis Tema – Subjek – Aktor

This teapot my aunt was given by the duke

Tema Subjek Aktor

(d) Analisis Sistem Ketransitifan

Proses perbuatan (doing)

Hasan mencium Albar

Part Proses Part

Aktor Perbuatan Goal

----------------------------------------------

g.n. g.v. g.n.