Sistem Syirkah Dalam Bisnis Syariah

4
Sistem Syirkah dalam Bisnis Syariah Oleh Bey Laspriana 07 September 2007 Bagaimana sebetulnya bentuk dan aplikasi bisnis syariah itu? Apa yang membedakannya dengan praktek bisnis saat ini dan mengapa harus syariah? Begitu kira-kira lontaran yang kerap keluar dari banyak orang dalam berbagai kesempatan. Pada kesempatan ini saya mencoba menjelaskan pemahaman saya tentang praktek bisnis tersebut. Tulisan ini merupakan pemahaman yang saya kaji dan praktekkan bersama sahabat-sahabat saya di Syafa’at Advertising. Juga saya terapkan di Spiritual Leadership Training and Education Center (SLTEC). Syirkah atau perseroan dalam bahasa Indonesia memiliki makna penggabungan dua atau lebih yang tidak bisa lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam istilah syariah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, dimana mereka saling bersepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dan mendatang keuntungan (profit). Hukum syirkah sendiri adalah boleh (hubah/halal) sebagaimana kebolehan kita makan, minum dan lain-lain sejauh tidak ada hal yang melarangnya (mengharamkannya di dalam Qur’an maupun Sunnah). Hal ini mendasarkan pada diamnya (Taqrir) Rasul saw pada syirkah yang di lakukan oleh para sahabat kala itu. Dalam hukum Islam, diamnya Rasul saw berarti pengakuan dan kebolehan (tidak dilarang tapi juga tidak diharuskan). Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw yang bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “ Aku adalah ketiga dari dua orang yang bersekutu, selagi salah seorang dari mereka berdua tidak mengkhianati kawannya. Tapi kalau dia berkhianat, aku keluar dari mereka”. Sebagaimana mua’amalah lainnya, syirkah boleh dilakukan baik antara sesama muslim maupun dengan orang Nasrani, Majusi dan Kafir Dzimmi. Imam Muslim pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan: “Rasulullah saw telah mempekerjakan penduduk Khaibar (padahal mereka orang-orang Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil panen buah dan tanaman”. “Rasulullah saw pernah membeli makanan dari orang Yahudi, lalu beliau menggadaikan baju besi beliau kepada orang Yahudi tersebut”. [HR. Imam Bukhari dengan sanad dari Aisyah]. Adapun rukun syirkah menurut jumhur ulama ada tiga : [1] Shighat/aqad (ijab dan kabul), [2] Pihak yang beraqad, dan [3] Usaha. Sedangkan syarat sah dan tidaknya akad syirkah amat ditentukan oleh sesuatu yang ditransaksikan, yaitu sesuatu yang bisa dan boleh (halal) ditransaksikan.

description

uuuuu

Transcript of Sistem Syirkah Dalam Bisnis Syariah

Sistem Syirkah dalam Bisnis Syariah

Sistem Syirkah dalam Bisnis Syariah

Oleh Bey Laspriana07 September 2007Bagaimana sebetulnya bentuk dan aplikasi bisnis syariah itu? Apa yang membedakannya dengan praktek bisnis saat ini dan mengapa harus syariah? Begitu kira-kira lontaran yang kerap keluar dari banyak orang dalam berbagai kesempatan. Pada kesempatan ini saya mencoba menjelaskan pemahaman saya tentang praktek bisnis tersebut. Tulisan ini merupakan pemahaman yang saya kaji dan praktekkan bersama sahabat-sahabat saya di Syafaat Advertising. Juga saya terapkan di Spiritual Leadership Training and Education Center (SLTEC).

Syirkah atau perseroan dalam bahasa Indonesia memiliki makna penggabungan dua atau lebih yang tidak bisa lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam istilah syariah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, dimana mereka saling bersepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dan mendatang keuntungan (profit).

Hukum syirkah sendiri adalah boleh (hubah/halal) sebagaimana kebolehan kita makan, minum dan lain-lain sejauh tidak ada hal yang melarangnya (mengharamkannya di dalam Quran maupun Sunnah). Hal ini mendasarkan pada diamnya (Taqrir) Rasul saw pada syirkah yang di lakukan oleh para sahabat kala itu. Dalam hukum Islam, diamnya Rasul saw berarti pengakuan dan kebolehan (tidak dilarang tapi juga tidak diharuskan).

Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw yang bersabda: Allah Taala berfirman: Aku adalah ketiga dari dua orang yang bersekutu, selagi salah seorang dari mereka berdua tidak mengkhianati kawannya. Tapi kalau dia berkhianat, aku keluar dari mereka.

Sebagaimana muaamalah lainnya, syirkah boleh dilakukan baik antara sesama muslim maupun dengan orang Nasrani, Majusi dan Kafir Dzimmi. Imam Muslim pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan:

Rasulullah saw telah mempekerjakan penduduk Khaibar (padahal mereka orang-orang Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil panen buah dan tanaman.

Rasulullah saw pernah membeli makanan dari orang Yahudi, lalu beliau menggadaikan baju besi beliau kepada orang Yahudi tersebut. [HR. Imam Bukhari dengan sanad dari Aisyah].

Adapun rukun syirkah menurut jumhur ulama ada tiga : [1] Shighat/aqad (ijab dan kabul), [2] Pihak yang beraqad, dan [3] Usaha. Sedangkan syarat sah dan tidaknya akad syirkah amat ditentukan oleh sesuatu yang ditransaksikan, yaitu sesuatu yang bisa dan boleh (halal) ditransaksikan.

Bentuk dan Jenis SyirkahTerdapat dua bentuk syirkah, yaitu syirkah hak milik (syirkatul amlak) dan syirkah transaksi (syirkatul uqud). Syirkah hak miliki adalah syirkah terjadi karena adanya harta pusaka, pemberian atau wasiat, dimana terdapat lebih dari seorang ahli waris atau penerima wasiat. Sedang syirkah uqud adalah syirkah yang terjadi dengan mengembangkan hak milik seseorang. Pembahasan kita saat ini adalah syirkah yang kedua ini, yaitu syirkatul Uqud.

Ada lima jenis syirkah dalam syirkatul uqud yang bisa kita pilih untuk merealisasikan rencana bisnis kita secara syariah:

1. Syirkah Inan. Ini adalah bentuk kerjasama bisnis yang dilakukan dua orang atau lebih, dimana masing-masing menyertakan harta (modal) dan sekaligus juga menjadi pengelolanya (tenaga), kemudian keuntungannya dibagi diantara mereka berdasarkan kesepakatan. Jika mengalami kerugian, maka kerugiannya akan ditanggung bersama berdasarkan proporsional modalnya.

Dalam syirkah inan, harta yang dijadikan modal haruslah riil, bukan hutang dan nilainya harus jelas. Jika berbentuk barang, maka harus dikonversi sesuai harga yang disepakati sehinggan memiliki nilai yang jelas yang bisa disatukan dengan harta dari pemodal lainnya.

Wajib bagi pihak yang ber-syirkah untuk secara bersama-sama terlibat dalam pengelolaan. Mereka sama-sama berjual beli, menawarkan, menagih pembayaran, mengelola karyawan, dan sebagainya.

Secara teknis menajemen, para pengelola bisa bersepakat untuk membagi job sesuai kebutuhan perusahaan dan tentu saja disesuaikan keahlian atau minatnya. Siapa yang menjadi CEO, direktur keuangan, pemasaran, produksi, dan lainnya, bisa disepakati bersama, dan masing-masing jabatan tersebut mendapatkan tunjangan yang sesuai.

2. Syirkah Mudharabah atau Syirkah Qiradh. Secara muamalah, syirkah mudharabah mengharuskan ada dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (rabbul maal) dan pihak pengelola (mudhorib). Pihak pemodal menyerahkan (mengamanahkan) modalnya dengan akad wakalah kepada seseorang sebagai pengelola untuk dikelola dan dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan (profit).

Keuntungan dari usaha akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan manakala terjadi kerugian bukan karena kesalahan manajemen (kelalaian), maka kerugian ditanggung oleh pihak pemodal. Hal ini karena hukum akad wakalah menetapkan hukum orang yang menjadi wakil tidak bisa menanggung kerugian, sebagaimana diriwayatkan oleh Ali r.a. yang berkata :

Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada apa yang mereka sepakati bersama [Abdurrazak, dalam kitab Al Jami].

Secara manajemen, pihak pengelola wajib melakukan pengelolaan secara baik, amanah dan profesional, sedangkan pihak pemodal tidak diperbolehkan (tidak berhak)ikut mengelola/ bekerja bersama pengelolanya. Pengelola berhak untuk memilih dan membentuk tim kerjanya (teamwork) tanpa harus seijin pemodal, demikian pula dalam pengambilan kebijakan dan langkah-langkah opersioanal perusahaan.

3. Syirkah Wujuh. Adalah syirkah antara dua orang dengan modal dari pihak lain diluar kedua orang tersebut. Dimana dua orang yang menerima modal itu disebut sebagai pengelola dan yang memberikan modal adalah pemodal.

Syirkah ini dapat terjadi karena adanya kedudukan, profesionalisme, atau kepercayaan dari pihak lain untuk membeli secara kredit kemudian menjualnya secara kontan. Syirkah wujuh dibolehkan menurut syara karena pada dasarnya termasuk syirkah mudharabah atau syirkah abdan yang juga diperbolehkan.

4. Syirkah Abdan. Syirkah abdan merupakan kerjasama bisnis antara dua orang atau lebih yang mengandalkan tenaga atau keahlian orang-orang yang melakukan akaq syirkah. Misalnya syirkah tanpa modal yang saya lakukan bersama para Trainer lainnya yang tergabung dalam SLTEC. Ketika kami mendapat proyek training, semua akan berkerja sesuai keahlian masing-masing dan hasilnya (keuntungan) akan dibagi sesuai kesepakatan.

Kebolehan syirkah ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Atsram dengan sanad dari Ubaidah dari Bapaknya, Abdullah bin Masud yang mengatakan:

Aku, Ammar bin Yasir, dan Saad bin Abi Waqash melakukan syirkah terhadap apa yang kami dapatkan pada perang Badar, kemudian Asad membawa dua orang tawanan perang, sedangkan aku dan Ammar tidak membawa apa-apa. Tindakan mereka ini dibiarkan oleh Rasulullah saw

5. Syirkah Mufawadhah. Syirkah ini merupakan gabungan dari berbagai jenis syirkah, baik Inan, abdan, mudharabah, maupun wujuh. Sebagaimana yang di terapkan oleh Syafaat Advertising yang sebagiannya menggunakan syirkah Inan dan sebagiannya syirkah mudharabah. Saya, Dwi Condro dan Andika melakukan akad syirkah inan, dan karenanya, selain kami bertiga sebagai pemodal juga berkewajiban untuk mengelola secara bersama-sama. Kemudian kami bertiga juga melakukan akad syirkah mudharabah dengan para pemodal lainnya.

Kebolehan syirkah mudharabah ini didasarkan pada kebolehan dari masing-masing jenis syirkah yang digunakan, oleh karenanya menjalankan secara keseluruhannya pun diperbolehkan.

Syirkah menjadi batal dengan beberapa alasan, seperti meninggalnya salah seorang pelaku syirkah (syarik). Atau, diantara mereka ada yang gila. Bisa juga jika salah seorang diantara mereka membubarkan diri.

Dalam prakteknya syirkah bisa di aplikasikan diberbagai bidang bisnis. Baik berupa produk berupa barang maupun jasa. Secara modern, praktek syirkah bisa dilakukan dengan teknik-teknik manajemen yang profesional dan canggih, meski sistem ini dilahirkan belasan abad yang lalu dimana sistem kapitalis yang saat ini dianggap modern belum lahir.