sistem politik dan demokrasi dalam islam.docx

download sistem politik dan demokrasi dalam islam.docx

of 5

description

DEMOKRASI SISTEM POLITIK ISLAMPengertian Sistem Politik IslamDalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi: (Acep Djazuli,2000:15)a. Siasah dusturiyah (Tata Negara Dalam Islam)b. Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam dengan negara Islam lainnya)c. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)

Transcript of sistem politik dan demokrasi dalam islam.docx

DEMOKRASI SISTEM POLITIK ISLAM

Pengertian Sistem Politik IslamDalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi: (Acep Djazuli,2000:15)a. Siasah dusturiyah (Tata Negara Dalam Islam)b. Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam dengan negara Islam lainnya)c. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)

Prinsip-Prinsip Dasar Siasah (Politik) Dalam IslamPrinsip-prinsip dasar siasah dalam Islam meliputi antara lain:1. Musyawarah,2. Pembahasan bersama3. Tujuan bersama yakni untuk mencapai suatu keputusan4. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama5. Keadilan,6. Al-Musaawah atau persamaan7. Al-Hurriyah (kemerdekaan/kebebasan)8. Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat

Prinsip-Prinsip Politik Luar Negeri Dalam Islam (Siasah Dauliyyah)Menurut Ali Anwar, ada beberapa prinsip politik luar negeri dalam Islam, yakni: (Ali Anwar, 2002: 195)a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat (Q.S.8:58; 9:4,7; 16:91; 17:34)b. Kehormatan dan integrasi nasional (Q.S. 16:92)c. Keadilan Universal (Internasional) (Q.S. 5:8)d. Menjaga perdamaian abadi (Q.S. 5:61)e. Menjaga kenetralan negara-negara lain (Q.S. 4:89,90)f. Larangan terhadap eksploitasi para imperalis (Q.S.6:92)g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di negara lain (Q.S.8:72)h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral (Q.S 60:8,9)i. Kehormatan dalam hubungan international (Q.S.55:60)j. Persamaan keadilan untuk para penyerang (Q.S.2:195; 16:126; 42:40).

Kontribusi Umat Islam terhadap Kehidupan Politik Di IndonesiaIslam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia:a. Ditandai dengan munculnya partai-partai berasaskan Islam serta partai nasionalis berbasis umat Islamb. Ditandai sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan,hingga sekarang jaman reformasi.Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD 45 setidak-tidaknya atas dua pertimbangan yaitu:a. Nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islamb. Fungsinya sebagai kesepakatan antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan politik bersama

Bentuk Sistem Pemerintahan Islam1. Sistem pemerintahan pada masa Nabi (Theokrasi)2. Pada masa al-Khulafaas-Rasyidin (11 - 41 H/632 -661 M) => Republik3. Setelah periode al-Khulafaar-Rasyidin (Monarki)4. Pada masa kontemporer (campuran)

Pemikiran Para Politikus Islam1. Ali Abd. al-Raziqsistem politik pemerintahan menurut Islam boleh mengambil bentuk apa saja2. Nurcholish Madjid nilai negara dan pemerintahan dalam Islam adalah instrumental dan bukan tujuan itu sendiri3. KH. Abdurrahman Wahid negara harus dilihat dari segi fungsinya , bukan dari norma formalnya, atau negara Islam atau bukan

Konsep Demokrasi Dalam IslamPakar-Pakar Konsep Demokrasi Dalam Islam1. Fazlur Rahmansistem demokrasi ini merupakan sistem pemerintahan mayoritas yang menerapkan metode permusyawaratan dalam pengambilan keputusan. Mereka menyamakan konsep demokrasi dengan konsep syura yang terdapat dalam Al-Quran surah Asy-Syura (23):38 dan surah Ali Imran (3):159.2. Muhammad Iqbalkohesi antara Islam dengan ide demokrasi terletak pada prinsip persamaan (equlity), yang di dalam Islam dimanifestasikan oleh ajaran Tauhid sebagai satu gagasan kerja dalam kehidupan sosiopolitik umat Islam.3. Moh. Amin Raissistem politik demokrasi Islam dengan konsep theo demokrasi dengan ciri-ciri:a. Diselenggarakan dengan adilb. Ditegakkan atas dasar musyawarahc. dijalankan atas persaudaraan islam (tanpa diskriminasi)

Sistem Politik Islam mempunyai tujuan yang murni dan tinggi antara lain:

1. Menegakkan agama dan merealisasikan perhambaan kepada Allah Tuhan semesta alamAllah SWT berfirman dalam al-quran surah Al-Hajj yang artinya :Yaitu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar. Dan (ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan.(Surah al-Hajj: 41)

2. Menegakkan keadilanTujuan politik Islam adalah untuk merealisasikan keadilan dengan seluas-luasnya dan dalam berbagai lapangan sama ada kemasyarakatan , kehakiman, pentakbiran dan pengurusan, politik serta hubungan antarbangsa. Ini termasuk perlindungan hak-hak, memelihara kebebasan dan persamaan.

3. Memperbaiki keadaan manusia

Hukum Islam tidak hanya terbatas kepada hudud sahaja atau semata-mata adanya kepimpinan yang membawa kepada penyatuan orang Islam sahaja, tetapi ia bertanggungjawab dalam memperbaiki keadaan manusia sama ada dalam bidang ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan, penerangan, pendidikan, pertahanan dan rekaan. Semua ini dilakukan seiring dengan reformasi politik. Inilah yang dimaksudkan dengan risalah reformasi Islam. Jika sistem politik Islam dan undang-undang ini diamalkan, maka akan di dapati sistem politik ini mempunyai tiga tujuan yaitu: menyekat kerosakan, menarik kebaikan dan bergerak di atas landasan makrim al-akhlaq yaitu budi pekerti yang mulia. Jadi dengan menegakkan sistem politik Islam dan syariah Allah, ketiga-tiga tujuan di atas akan dapat direalisasikan dan akan membawa kebaikan kepada seluruh manusia.

DEMOKRASI DALAM ISLAM

Pengertian Demokrasi Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratos berarti pemerintahan. Dalam hubungan demokrasi dan islam banyak kalangan non-muslim (individual dan institusi) yang menilai bahwa tidak terdapat konflik antara Islam dan demokrasi dan mereka ingin melihat dunia Islam dapat membawa perubahan dan transformasi menuju demokrasi. Robin Wright, pakar Timur Tengah dan dunia Islam yang cukup terkenal menulis di Journal of Democracy (1996) bahwa Islam dan budaya Islam bukanlah penghalang bagi terjadinya modernitas politik. Dari kalangan sarjana islam banyak yang mengkaji akar dan khazanah Islam dan secara meyakinkan berkesimpulan bahwa Islam dan demokrasi tidak hanya kompatibel; sebaliknya, asosiasi keduanya tak terhindarkan, karena sistem politik Islam adalah berdasarkan pada Syura (musyawarah). Khaled Abou el-Fadl, Ziauddin Sardar, Rachid Ghannoushi, Hasan Turabi, Khurshid Ahmad, Fathi Osman dan Syaikh Yusuf Qardawi serta sejumlah intelektual dan sarjana Islam lain yang bersusah payah berusaha mencari titik temu antara dunia Islam dan Barat menuju saling pengertian yang lebih baik berkenaan dengan hubungan antara Islam dan demokrasi. Ada 3 unsur pokok dalam sapek islam tentang demokrasi yaitu :

1. KonstitusionalPemerintahan Islam esensinya merupakan sebuah pemerintahan yang `konstitusional, di mana konstitusi mewakili kesepakatan rakyat (the governed) untuk diatur oleh sebuah kerangka hak dan kewajiban yang ditentukan dan disepakati. Bagi Muslim, sumber konstitusi adalah Alquran, Sunnah, dan lain-lain yang dianggap relevan, efektif dan tidak bertentangan dengan Islam. Tidak ada otoritas, kecuali rakyat, yang memiliki hak untuk membuang atau mengubah konstitusi. Dengan demikian, pemerintahan Islam tidak dapat berbentuk pemerintahan otokratik, monarki atau militer. Sistem pemerintahan semacam itu adalah pada dasarnya egalitarian, dan egalitarianisme merupakan salah satu ciri tipikal Islam. Secara luas diakui bahwa awal pemerintahan Islam di Madinah adalah berdasarkan kerangka fondasi konstitusional dan pluralistik yang juga melibatkan non-muslim.2. PartisipatorisSistem politik Islam adalah partisipatoris. Dari pembentukan struktur pemerintahan institusional sampai tahap implementasinya, sistem ini bersifat partisipatoris. Ini berarti bahwa kepemimpinan dan kebijakan akan dilakukan dengan basis partisipasi rakyat secara penuh melalui proses pemilihan populer. Umat Islam dapat memanfaatkan kreativitas mereka dengan berdasarkan petunjuk Islam dan preseden sebelumnya untuk melembagakan dan memperbaiki proses-proses itu. Aspek partisipatoris ini disebut proses Syura dalam Islam.

3. AkuntabilitasPoin ini menjadi akibat wajar esensial bagi sistem konstitusional/partisipatoris. Kepemimpinan dan pemegang otoritas bertanggung jawab pada rakyat dalam kerangka Islam. Kerangka Islam di sini bermakna bahwa semua umat Islam secara teologis bertanggung jawab pada Allah dan wahyu-Nya. Sementara dalam tataran praksis akuntabilitas berkaitan dengan rakyat. Oleh karena itu, khalifah sebagai kepala negara bertanggung jawab pada dan berfungsi sebagai Khalifah al-Rasul (representatif rasul) dan Khalifah al-Muslimin (representatif umat Islam) sekaligus.Poin ini memerlukan kajian lebih lanjut karena adanya mispersepsi tentang kedaulatan (sovereignty): bahwa kedaulatan Islam adalah milik Tuhan (teokrasi) sedangkan kedaulatan dalam demokrasi adalah milik rakyat. Anggapan atau interpretasi ini jelas naif dan salah. Memang, Tuhan merupakan kedaulatan tertinggi atas kebenaran, tetapi Dia telah memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada umat manusia di dunia.

Prinsip-prinsip Demokrasi dalam IslamPrinsip-prinsip demokrasi dalam islam meliputi :1. Syura Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Quran. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura:38 dan Ali Imran:159. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wa-laqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah2. Al-adalahal-adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat an-Nahl: 90; QS. as-Syura: 15; al-Maidah: 8; An-Nisa: 58, dan seterusnya.3. Al-musawah al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni penguasa atas rakyat.4. Al-Amanahal-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti ditegaskan Allah SWT dalam Surat an-Nisa:58.5. Al-Masuliyyahal-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa, kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yangh harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi dan kekuasaan sebagai amanah ini mememiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus dipertenggungjawabkan di depan Tuhan.6. Al-Hurriyah7. al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.