sistem pernafasan

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat.Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia,berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja. Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon, bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran plastik. Jenis partikel organik dihasilkan oleh industri tekstil dimulai dari proses awal sampai penenunan. Masa waktu untuk timbulnya penyakit ini 1

description

PEKERJAAN YANG BERESIKO TERKENA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DAN PENCEGAHANNYA

Transcript of sistem pernafasan

Page 1: sistem pernafasan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat.Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri.

Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia,berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja.

Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon, bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran plastik. Jenis partikel organik dihasilkan oleh industri tekstil dimulai dari proses awal sampai penenunan. Masa waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama,waktu yang terpendek adalah 5 tahun. Partikel anorganik yang jika terhirup dalam jumlah banyak dapat pula menimbulkan gangguan paru, hal ini banyak terjadi pada pekerja di pabrik semen, asbes, keramik dan tambang.

Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh debu diperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada masih kurang. Hasil pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8 perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45% responden yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1% responden yang mengalami obstructive (penyumbatan paru-paru), dan 1% responden mangalami combination (gabungan antara restrictive dan obstructive).

Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapar berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran

1

Page 2: sistem pernafasan

menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan.

Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada pengaruh debu besi terhadap kesehatan paru-paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel, Cilegon (1985) mendapatkan bronkitis industri sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada kelompok tidak terpajan. Pada penelitian Ria Faridawati,dkk (1955) melaporkan prevalensi bronchitis kronis 14 % (42 orang dari 150 orang) dan 0,33 % (20 orang dari 150 orang) yang diteliti pada pekerja di PT. Krakatau Steel Cilegon.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem pernapasan?2. Bagaimana gangguan sistem pernapasan?3. Penyakit apa saja yang bisa timbul akibat pekerjaan?4. Apa saja pekerjaan yang berisiko terkena penyakit paru-paru?

1.3 Tujuan Tujuan Penulisan

a) Tujuan Umum :Untuk mengetahui dan dapat memahami penjabaran tentang

Gangguan pernafasan pada beberapa pekerjaan.b)      Tujuan Khusus :

Mampu menjelaskan tentang pengertian sistem pernapasan, mengetahui gangguan sistem pernapasan, pekerjaan yang berisiko penyakit paru-paru, penyakit-penyakit pernapasan terhadap beberapa pekerja.

  

2

Page 3: sistem pernafasan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Sistem Pernapasan Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang

menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas:

1. Bagian konduksi, yang terdiri atas : Rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, Bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi.

2. Bagian respirasi, yang terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli.Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu

pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem pernapasan memilliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak. Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu:

1. Arsitektur saluran napas : bentuk, struktur, dan kaliber saluran napas yang berbeda-  beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring, laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor disaluran napas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik ke dalam saluran napas.

2. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran napas, yang mampu menangkap partikel debu dan mengeluarkannya.

3. Mekanisme pertahanan spesifik , yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran napas.

2.2 Gangguan Sistem Pernapasan

Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 bagian yaitu:

3

Page 4: sistem pernafasan

1. Akibat debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian  (Grain worker’s disease), debu kayu.

2. Akibat debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika (       Silikosis), debu asbes (asbestosis), debu timah (Stannosis).

3. Penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3) Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakit sudah lanjut. Pada asbestosis dan silikosis, bila diagnosis telah ditegakkan maka penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif progresif, meskipun pajanan dihilangkan, sedangkan pada bronkitits industri, apabila telah terjadi obstruksi berarti kelainan telah irreversibel. Pada penyakit paru akibat kerja pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita.

Di negara-negara maju, penyakit paru akibat kerja merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kecacatan, tetapi di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia sampai saat ini masih sedikit kasus penyakit paru akibat kerja yang dilaporkan. Namun pada masa datang bukan tidak mungkin akan banyak kita temukan penyakit paru akibat kerja seiring dengan semakin meluasnya industrialisasi. Olehnya, untuk mencegah hal-hal tersebut, usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit yang Pada tingkat perusahaan tertentu, tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain :

1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya.

2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk menurunkan kadar lebih rendah dari nilai batas ambang

3. Ventilasi keluar setempat, untuk mengalirkan keluar bahan berbahaya dari ruang kerja.

4. Isolasi salah satu proses produksi yang berbahaya.5. Pemakaian alat pelindung diri.6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala8. Penyuluhan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mematuhi

segala peraturan, serta agar mereka lebih hati-hati.

4

Page 5: sistem pernafasan

9. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kepada para pekerja secara terus-menerus, agar mereka tetap waspada dalam menjalankan tugasnya.telah terjadi.

2.3 Debu Dan Gangguan Pernapasan Akibat DebuGangguan pernapasan akibat inhalasi debu dipengaruhi beberapa faktor, antara

lain faktor debu itu sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan factor individu berupa mekanisme pertahanan tubuh. Debu industri yang terdapat dalam udara dibagi dua yaitu “deposit particulate matter” yaitu partikel debu yang hanya sementara berada di udara, partikel ini segera mengendap di udara oleh karena gaya gravitasi bumi, dan “Suspended particulate matter” yaitu debu yang tetap berada di udara dan tidak mengendap.2.3.1 Definisi Debu

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

2.3.2 Macam-macam Debu Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll)

dan c. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen,

dll). 2.3.3 Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas :

a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber) b. Kimia (Mineral organik dan inorganik) c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian,

pengusaha keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalan dan lain lain.

2.4 Pengendalian/pencegahan a. Terhadap sumbernya

Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain :

5

Page 6: sistem pernafasan

1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang kerja dengan “ Local Exhauster” atau Dengan melengkapi Water Sprayer pada cerobong asap.

2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.

b. Pencegahan terhadap transmisi1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai, pengeboran basah, (Wet

Drilling)2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum.

c. Pencegahan terhap tenaga kerjanyaAntara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan

Masker.Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1) Memiliki daya pencegah kuat terhadap bahaya yang ada.2) Konstruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.3) Ringan, efisien, dan nyaman dipakai.4) Tidak mengganggu gerakan yang diperlukan.5) Tahan lama, pemeliharaan mudah, dan bagian-bagian mudah diganti atau

diperoleh.

Mekanisme penimbunan debu didalam paru-paruAda tiga mekanisme penimbunana debu didalam paru-paru :

a. Pengaruh inersiaPengaruh inersia akan timbul kelembaban dari debu itu sendiri dimana pada

saat bergerak dan melalui belokan-belokan, maka akan lebih didorong oleh aliran udara. Pada sepanjang jalan pernapasan yang lurus akan langsung ikut dengan aliran lurus kedalam. Sedangkan partikel-partikel yang besar kurang sempat ikut dalam aliran udara, akan tetapi mencari tempat-tempat yang lebih ideal untuk menempel atau mengendap seperti pada tempat lekuk-lekuk pada selaput lender dalam saluran napas.

b. Pengaruh sedimentasiPengaruh sedimentasi terjadi di saluran-saluran pernapasan dimana kecepatan

arus udara kurang dari 1 cm/detik, sehingga partikel-partikel tersebut melalui gaya berat dan mengendap.

c. Gerakan BrownGerakan Brown berlaku untuk debu-debu berukuran kurang dari 0.1 mikron

dimana melalui gerakan udara dan permukaan partikel debu yang masuk ke dalam tubuh khususnya, akan mengganggu alveoli kemudian mengendap.

6

Page 7: sistem pernafasan

2.5 Pengaruh Debu Terhadap Saluran PernapasanAda empat alternative pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendapa. Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada saluran pernapasan

bagian atas dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.

b. Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih dalam pada bronkus/bronkiolus dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.

c. Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannya sejalan dengan kecepatan konstan.

d. Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi (Fume atau Smoke)

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.

2.6 Lima Macam Penyakit Akibat Pencemaran Debu di Tempat Kerja

Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak

Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran  pernapasan atau pneumoconiosis.

Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit

7

Page 8: sistem pernafasan

pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis. 2.6.1 Penyakit Silikosis

Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit paru akibat kerja.

Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit ini umumnya yang bekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan seperti granit, keramik, tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, semen, dan lain lain.

Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit  silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.

Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah

8

Page 9: sistem pernafasan

bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.

Penggunaan Chest X-Ray sangat esensial untuk menegakkan diagnosis Silikosis. Meskipun terkadang gambaran radiology kurang spesifik, tetapi dapat membantu mengenali karakter penyakit ini. Pada silicosis yang simple, didapati nodul multiple kecil (< 10 mm) yang tersebar secara difus di paru-paru tetapi paling spesifik di lapangan paru atas. Kalsifikasi kelenjar hilus (eggshell calcification) adalah tanda yang sangat jelas untuk silicosis namun hanya sedikit kasus yang menunjukkan gambaran tersebut. Complicated silicosis bermanifestasi sebagai massa bilateral pada kedua lapangan paru atas, yang terbentuk dari kumpulan nodul-nodul. Kavitas dapat terlihat, dan kalsifikasi hilus mungkin tampak.

Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan sedang dan berat. Pada tingkat ringan ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-paru. Pada lansia didapat hyper resonansi karena emphysema. Pada tingkat sedang terjadi sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru paru. Pada tingkat berat terjadi sesak napas mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung kanan, kegagalan jantung kanan.

Penilaian paparan terhadap silika di tempat kerja adalah dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dalam zona pernapasan, lebih disukai sample perorangan. Paparan juga dapat dinilai dengan menilai kadar silika dalam debu yang ikut pada pernapasan dengan X-Ray atau inframerah.

Penanganan ketika timbul gejala-gejala silikosis atau tuberkulosis aktif, pasien hendaknya segera dijauhkan dari paparan lebih lanjut. Tidak ada pengobatan spesifik untuk silikosis. Pengobatan untuk gagal jantung dan pernapasan mungkin diperlukan pada silikosis stadium lanjut.

2.6.2 Penyakit AsbestosisAsbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma (pencitraan dengan

sinar-x). Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh  debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama  adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.

9

Page 10: sistem pernafasan

2.6.2.1 Penyebab

Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup.Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja.Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:

Plak pleura Mesotelioma maligna Efusi pleura.

2.6.2.2 Gejala

Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya.

Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan.

Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.

Kanker paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

batuk rasa sesak di dada nyeri dada kelainan kuku atau clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang

menyerupai tabuh genderang).

2.6.2.3 Diagnosa

10

Page 11: sistem pernafasan

Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada Tes fungsi paru-paru CT scan paru.

2.6.2.4 Penyembuhan

Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.

 2.6.2.5 Pencegahan

Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.

Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.

2.6.3 Penyakit BisinosisPenyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh

pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis

11

Page 12: sistem pernafasan

setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. 2.6.3.1 Penyebab

Di Amerika Serikat dan Inggris, bissinosis terjadi hampir secara eksklusif pada orang-orang yang bekerja dengan kapas yang belum diolah. Mereka yang bekerja dengan rami mungkin juga dapat menderita penyakit ini.Yang paling sering terkena adalah orang-orang yang kerjanya membuka karung kapas mentah atau bekerja pada tahap awal pemrosesan kapas. Merokok menyebabkan meningkatnya resiko terkena penyakit ini.

2.6.3.2 GejalaPada penderita ditemukan beberapa keadaan berikut: - terdapat riwayat

pemaparan debu dari pabrik tekstil- gejala semakin memburuk pada hari-hari kerja- gejala membaik jika penderita jauh dari tempatnya bekerja- dada terasa sesak- batuk- bengek.

2.6.3.3 DiagnosaPemeriksaan yang biasa dilakukan:

Rontgen dada Tes fungsi paru.

2.6.3.4 PengobatanPengobatan yang terpenting adalah menghilangkan sumber pemaparan dari

bahan penyebab. Untuk meringankan gejala, biasanya diberikan bronkodilator, baik dalam bentuk hirup (albuterol) maupun tablet (theophylline). Pada kasus yang lebih berat bisa diberikan corticosteroid.

2.6.3.5 PencegahanBissinosis bisa dicegah dengan cara mengurangi kadar debu di dalam pabrik

pengolahan tekstil melalui perbaikan mesin atau sirkulasi udara

2.6.4 Penyakit Antrakosis Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh

debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang

12

Page 13: sistem pernafasan

batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang  menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

2.6.4.1 PenyebabParu-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam

jangka waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru. Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.

2.6.4.2 GejalaParu-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak

penderita yang mengalami batuk menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga menderita emfisema (karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik lainnya). Fibrosis masif progresif yang berat juga menyebabkan batuk dan sesak nafas.

2.6.4.4 Diagnosa

13

Page 14: sistem pernafasan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru.

2.6.4.5 PengobatanTidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati

komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru).Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.

2.6.4.6 PencegahanParu-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada

lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal.Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.

2.6.5 Penyakit Beriliosis Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam

murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis  yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis  mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja  yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus. 2.6.5.1 Penyebab

Pemaparan berilium terutama terjadi melalui penghirupan asap atau debu berilium dan kontak langsung melalui kulit yang terluka. Menghirup berilium (Be) bisa menyebabkan 2 gejala paru-paru, yaitu pneumonitis kimia akut dan

14

Page 15: sistem pernafasan

penyakit paru granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis.

Pada penyakit berilium akut, logam ini bertindak sebagai iritan kimia langsung, yang menyebabkan suatu reaksi peradangan non-spesifik. Dengan semakin meningkatnya higienis dalam bidang industri, pada saat ini penyakit berilium akut sudah menghilang. Beriliosis masih ditemukan di industri pengolahan berilium, dimana para pekerjanya terpapar oleh asap atau debu berilium.

Beriliosis berbeda dari penyakit akibat pekerjaan lainnya dimana masalah paru-paru hanya timbul pada orang yang sensitif terhadap berillium, yaitu sekitar 2% dari mereka yang kontak dengan berillium. Penyakit ini dapat muncul bahkan pada mereka yang terpapar berillium dalam waktu yang singkat dan gejalanya baru timbul setelah 10-20 tahun.

2.6.5.2 GejalaPenderita pneumonitis kimia akut, akan mengalami batuk, gangguan

pernafasan dan penurunan berat badan secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga dapat mengenai kulit dan mata.

Pada beriliosis terbentuk jaringan abnormal pada paru-paru yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Pada keadaan ini, gejala-gejala seperti batuk, ganggauan pernafasan dan penurunan berat badan terjadi secara bertahap.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - nyeri dada - nyeri sendi - lelah.

2.6.5.3 DiagnosaUntuk menegakkan diagnosis beriliosis, harus memenuhi 3 kriteria berikut: adanya riwayat pemaparan berilium hasil positif dari pemeriksaan BeLPT

(beryllium lymphocyte proliferation test) terhadap darah atau BAL (bronchoalveolar lavage)

adanya granuloma non-kaseosa pada biopsi paru. Jika hasil BeLPT positif tetapi hasil biopsinya negatif, maka tidak dikatakan menderita beriliosis, hanya dikatakan telah tersensitisasi oleh berilium.

2.6.5.4 PengobatanIndikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada:

15

Page 16: sistem pernafasan

Adanya gejala hasil tes fungsi paru yang abnormal penurunan fungsi paru. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.

Pengobatan terpilih adalah corticosteroid. Belum ada kesepakatan mengenai dosis maupun lamanya pemberian corticosteroid.  Pada awalnya diberikan prednisone per-oral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6 minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang terjadi.

2.6.6 Pneumonitis Kimia Pneumonitis Kimia adalah peradangan paru-paru yang terjadi akibat

menghirup gas dan bahan kimia. Pneumonitis kimia akut menyebabkan edema (pembengkakan jaringan paru) serta berkurangnya kemampuan paru dalam menyerap oksigen dan membuang karbondioksida. Pada kasus yang berat, bisa terjadi kematian karena jaringan paru mengalami kekurangan oksigen (hipoksia).

Pneumonitis kimia kronis bisa terjadi setelah pemaparan sejumlah kecil bahan yang mengiritasi paru, tetapi berlangsung dalam waktu yang lama.Hal tersebut menyebabkan peradangan dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis), yang ditandai dengan menurunnya pertukaran oksigen serta kekakuan jaringan paru. Jika tidak terkendali, pada akhirnya keadaan ini bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.

Penyakit silo filler terjadi akibat menghirup udara yang mengandung nitrogen dioksida yang dihasilkan dari makanan ternak basah. Pada penyakit ini, penimbunan cairan mungkin tidak akan terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemaparan.Penyakit silo filler mungkin akan membaik dan muncul dalam waktu 10-14 hari kemudian. Bila berulang, cenderung mengenai saluran pernafasan kecil (bronkiolus).

2.6.6.1 PenyebabBerbagai bahan kimia di dalam lingkungan rumah tangga dan industri bisa

menyebabkan peradangan pada paru-paru, baik yang sifatnya akut maupun kronis.Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung, mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di bagian bawah paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan klorin pada konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam renang.

Gas radioaktif yang mungkin terlepas pada suatu kecelakaaan reaktor nuklir, bisa menyebabkan kanker paru dan organ lainnya yang baru timbul bertahun-tahun kemudian. Beberapa gas (misalanya nitrogen dioksida) tidak mudah larut. Karenanya tidak akan tampak tanda-tanda awal dari pemaparan (seperti iritasi hidung dan mata) dan gas ini lebih mudah masuk ke dalam paru-paru

16

Page 17: sistem pernafasan

2.6.6.2 GejalaGejala dari pneumonitis kimia akut:

- rasa aneh di dada (seperti terbakar)- gangguan pernafasan- haus akan udara- batuk- suara pernfasan abnormal.

Gejala pada pneumonitis kronis:- sesak nafas ketika melakukan kegiatan ringan- takipneu (pernafasan cepat)- dengan/tanpa batuk.

2.6.6.3 DiagnosaUntuk mengetahui beratnya kerusakan paru, dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada Analisa gas darah Tes fungsi paru.

2.6.6.4 PengobatanPengobatan yang utama adalah pemberian oksigen. Jika kerusakan paru-

parunya bersifat berat, mungkin perlu dilakukan pemasangan alat pernafasan mekanis. Diberikan obat-obatan yang membuka saluran pernafasan, cairan intravena dan antibiotik. Untuk mengurangi peradangan paru, sering diberikan corticosteroid (misalnya prednisone).

2.6.6.5 PencegahanCara terbaik untuk mencegah pemaparan adalah berhat-hati saat menangani

gas dan bahan kimia. Sungkup muka (masker) yang memiliki persediaan udara sendiri, harus tersedia saat terjadi kecelakaan. Petani harus mengetahui bahwa pemaparan tak sengaja dari gas beracun di gudang tempat menyimpan makanan ternak adalah berbahaya.

2.6.7 Asma Karena Pekerjaan

17

Page 18: sistem pernafasan

Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja.

Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.

2.6.7.1 PenyebabBanyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa

menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma karena pekerjaan.

Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan adalah;

Pekerja plastic Pekerja logam Pekerja pembakaran Pekerja penggilingan Pekerja pengangkut gandum Pekerja laboratorium Pekerja kayu Pekerja di pabrik obat Pekerja di pabrik deterjen.

2.6.7.2 GejalaGejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali

berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya.Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur. Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.

Gejalanya berupa:        sesak nafas        bengek        batuk        merasakan sesak di dada.

2.6.7.3 Diagnosa

18

Page 19: sistem pernafasan

Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya bekerja. Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).

 Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

Tes fungsi paru Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja Rontgen dada Hitung jenis darah Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang

dicurigai) Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.

2.6.7.4 PengobatanPengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator

(obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral (melalui mulut) dalam jangka pendek. Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup.

2.6.7.5 PencegahanIndustri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus

mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah suatu hal yang mustahil. Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.

2.6.8 Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)

Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup.

Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.

19

Page 20: sistem pernafasan

2.6.8.1 Penyebab Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan,

dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.

Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru).  Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.

Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas

Penyakit Sumber Partikel Debu

Paru-paru petani Jerami yang berjamur

Paru-paru pemelihara burung

Paru-paru peternak burung dara Paru-paru pemelihara ayam betina

Kotoran betet, burung dara, ayam

Paru-paru penyejuk ruangan

Pelembab udara, penyejuk ruangan

Bagassosis Limbah tebu

Paru-paru pekerja Pupuk jamur

20

Page 21: sistem pernafasan

jamur

Paru-paru pekerja gabus (Suberosis)

Gabus yang berjamur

Penyakit kayu maple

Kayu maple yang berjamur

Paru-paru pekerja gandum

Gandum yang berjamur

Sequoiosis Debu kayu merah yang berjamur

Paru-paru pekerja keju

Keju yang berjamur

Penyakit kumbang gandum

Tepung gandum yang terinfeksi

Paru-paru pekerja kopi

Biji kopi

Paru-paru pekerja atap

Serabut atau tali yang digunakan untuk atap

Paru-paru pekerja kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk membuat serabut busa poliuretan, penyekatan, molding, karet tiruan dan bahan pembungkus

2.6.8.2 Gejala Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:

batuk demam menggigil sesak nafas merasa tidak enak badan.

21

Page 22: sistem pernafasan

Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:

sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan batuk kering nafsu makan berkurang penurunan berat badan.

2.6.8.3 Diagnosa Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

Rontgen dada Tes fungsi paru Hitung jenis darah Pemeriksaan antibodi Presipitan aspergillus CAT scan dada resolusi tinggi Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.

2.6.8.4 Pengobatan Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika

kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone).  Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.

2.6.8.5 Pencegahan Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu

dengan cara

Berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung

bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem

ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.

22

Page 23: sistem pernafasan

2.7 Pekerjaan Yang Berbahaya Bagi Paru-ParuPekerjaan yang berbahaya bagi Paru-paru serta tindakan pencegahan yang

dapat membantu menghindari kerusakan paru-paru yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.1. Bartender dan pramusaji

Asap rokok telah dikaitkan dengan kanker paru-paru. Asap rokok tetap menjadi ancaman bagi pekerja dimana merokok belum dilarang di tempat umum. Selain bartender dan pramusaji, pekerja casino juga berpotensi untuk selalu terpapar pada gumpalan asap.

Memisahkan perokok dari bukan perokok, membersihkan udara, dan bangunan berventilasi tidak akan menjaga orang yang tidak merokok dari terekspos asap rokok. Mungkin, solusi terbaik adalah mencari pekerjaan lain. "Sayangnya, pekerja individu memiliki pilihan terbatas," kata Susanna Von Essen, MD, seorang profesor di University of Nebraska Medical Center of internal medicine divisi penyakit paru, perawatan kritis, gangguan tidur, dan alergi.2.    Pekerja rumah tangga dan cleaning service

Beberapa peralatan pembersih, bahkan produk yang disebut "green" atau produk "alami", mengandung bahan kimia berbahaya yang telah dikaitkan dengan penyakit asma. "Pembersih merupakan bahan kimia reaktif, yang berarti bahwa ia bereaksi dengan kotoran, jadi dalam beberapa hal tidak mengherankan jika juga bereaksi dengan jaringan paru-paru," kata Von Essen.

Pelepasan beberapa senyawa organik yang mudah menguap juga dapat berkontribusi terhadap masalah pernapasan kronis dan reaksi alergi. Solusinya: baca label dan ikuti petunjuk pemakaian. Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menggunakan "bahan pembersih sederhana seperti cuka dan air atau baking soda," kata Von Essen. Bukalah jendela dan pintu untuk menjaga ruangan tetap berventilasi baik.3.    Petugas Kesehatan

Dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di rumah sakit, pusat-pusat kesehatan, atau panti jompo berada pada peningkatan risiko untuk terinfeksi penyakit paru-paru seperti TBC, influenza, dan sindrom pernafasan akut parah (SARS).

Petugas kesehatan harus menjaga status kesehatannya dengan imunisasi, vaksin flu misalnya, atau imunisasi lain yang direkomendasikan untuk petugas kesehatan. Usaha-usaha pencehgahan lain juga perlu dilakukan untuk mencegah penularan dari pasien ke petugas kesehatan.

Petugas kesehatan juga bisa menderita asma jika lateks digunakan dalam sarung tangan atau perlengkapan lainnya. Sarung tangan sintetis bebas lateks merupakan alternatif pencegahan.4.    Penata rambut

23

Page 24: sistem pernafasan

Bahan pewarna rambut tertentu dapat menyebabkan asma akibat kerja. Beberapa produk pelurus rambut mengandung formalin, salahsatu zat karsinogen yang dikenal luas. Formalin juga merupakan irritant yang kuat bagi mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

Ventilasi yang baik adalah penting. Mengetahui produk apa yang ada di tempat kerja merupakan solusi terbaik. Jika produk tersebut tidak aman, carilah produk yang lebih aman.5.    Pekerja pabrik

Para pekerja pabrik berisiko untuk menderita asma atau membuat asma yang ada bertambah parah. Asma yang diperparah oleh pekerjaan mempengaruhi sebanyak 25% dari penderita asma dewasa.

Pekerja pabrik dapat terpapar banyak zat-zat berbahaya, mulai dari logam yang terhirup dalam peleburan silika atau bahkan pasir halus, yang dapat menyebabkan silikosis, penyakit yang menyebabkan jaringan parut di paru-paru, atau peningkatan risiko kanker paru-paru.

Sebuah gangguan paru-paru yang disebut sebagai "popcorn paru-paru," atau bronkiolitis obliterans, telah terlihat pada pekerja pabrik yang terpapar beberapa bahan kimia penyedap yang digunakan untuk membuat popcorn microwave. Sekali lagi, pemakaian respirator dan ventilasi yang baik adalah kunci bagi pekerja. (Tidak ada resiko "popcorn paru-paru" yang terlihat pada orang yang makan popcorn tersebut).6.    Pekerja konstruksi

Pekerja yang menghancurkan bangunan tua atau bangunan yang akan direnovasi dapat terpapar asbes yang sering digunakan sebagai isolasi di sekitar pipa atau lantai keramik.

Bahkan eksposur minimal sekalipun terhadap asbes dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah mesothelioma, suatu bentuk kanker.

Paparan juga tampaknya meningkatkan risiko kanker paru-paru dan dapat menyebabkan asbestosis, atau jaringan parut di paru-paru. Tugas dalam proses konstruksi harus diserahkan kepada pekerja yang terlatih dan berlisensi. Si pekerja harus benar-benar tahu di mana titik yang ada asbes dan dapat mengikuti semua aturan serta tidak mengambil risiko.7.    Bertani

Bekerja dengan tanaman dan hewan dapat menyebabkan beberapa gangguan pernafasan. Pneumonitis hipersensitif adalah masalah yang jarang namun serius yang disebabkan oleh paparan berulang terhadap gandum atau jerami yang terkontaminasi jamur. Akibatnya, kantung udara paru-paru menjadi meradang dan bisa menjadi jaringan parut.

24

Page 25: sistem pernafasan

Gandum di kaleng yang terbuat dari logam bisa berjamur. Menghirup debu dari biji-bijian ini dapat menyebabkan demam, menggigil, dan sakit seperti flu yang disebut "sindrom debu organik beracun". Beberapa penelitian melaporkan petani juga lebih sering terserang batuk dan sesak dada.

Selain itu, pekerja di peternakan juga kadang-kadang mendapatkan sindrom seperti asma sebagai akibat paparan terhadap debu dan amonia. Solusinya, jauhkan gabah dari terkena basah, pastikan mendapatkan ventilasi yang memadai, dan pakailah respirator.8.    Pekerja Pengecatan auto body

Orang yang bekerja di bengkel auto body sering terkena bahan kimia yang dikenal sebagai isosianat. Zat ini merupakan penyebab signifikan asma akibat kerja. Menggunakan respirator berkualitas dapat mengurangi risiko. Juga akan membantu bila ruangan penyemprotan memiliki sistem pembuangan berventilasi. Lebih baik lagi, menggantikan bahan berbahaya dengan yang lebih aman.9.    Petugas Pemadam Kebakaran

Para petugas pemadam kebakaran biasanya tidak hanya berhadapan dengan api, tetapi juga terhadap bahan lainnya, termasuk plastik dan bahan kimia terbakar. Petugas pemadam kebakaran secara signifikan dapat mengurangi risiko untuk terkena penyakit paru-paru dan masalah lain dengan menggunakan "alat bantu pernapasan mandiri". Perangkat ini juga harus digunakan selama periode pembersihan sisa kebakaran.

Karena masih banyak bahan kimia yang beterbangan di udara pasca kebakaran, maka ventilasi juga berperan sangat penting.10.   Pekerja Pertambangan batu bara

Penambang bawah tanah beresiko untuk terserang berbagai macam penyakit, mulai dari bronkitis hingga pneumokoniosis, atau "paru-paru hitam." Pneumokoniosis adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh menghirup debu batu bara yang kemudian mengendap dalam paru-paru, lalu mengeras dan membuat sangat sulit bernapas.

lebih lanjut, pneumokoniosis  ini dapat menyebabkan fibrosis masif progresif dan bisa membunuh. Sekali lagi, alat pelindung (respirator) dapat membatasi jumlah debu yang terhirup ketika bekerja.

25

Page 26: sistem pernafasan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam melaksanakan pekerjaannya,seorang tenaga kerja kemungkinan dapat mengalami berbagai gangguan atau penyakit. Banyak sekali penyakit saluran pernafasan yang terjadi pada beberapa pekerja diantarany adalah bisinosis, silikosis, asma, kanker paru-paru dan masih banyak lagi.

Beberapa pekerjaan yang mempunyai resiko diantaranya ; pekerja kontruksi, pekerja pabrik, praktisi medis, pekerja tekstil, bartender, pembuat kue, industri otomtif, pekerja angkutan pekerja tambang dan pemadam kebakaran. Diantara pencegahan yang harus dilakukan yang paing utama adalah dengan penggunakan pelindung diri yang benar benar dapat menjaga tubuh dari bahaya luar seberti menggunakan masker untuk melindungi dari debu, asbes, silika ataupun sebagainya.

26