SISTEM PERNAFASAN UNTUK PERAWAT
-
Upload
judha-abu-irbah- -
Category
Documents
-
view
7.282 -
download
1
description
Transcript of SISTEM PERNAFASAN UNTUK PERAWAT
Modul : Mata Ajar Sistem Pernafasan
( UNTUK KALANGAN UNIVERSITAS RESPATI JAKARTA )
Disusun Oleh :
Mohamad Judha
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA2009
Kasus Respirasi
BiodataNama : Tn. As.Usia : 73 tahunAgama : IslamStatus : menikahAlamat : Jl. Perdana no. 26 Rt 07/05 Petukangan Selatan Pesanggrahan
Jakarta SelatanNo register : 403395Pekerjaan : pensiunan PNSMasuk tanggal ; 26 September 2008 pk. 17.00Penanggung jawab : ade Firman, usia 35 tahun Hubungan dengan pasien : anakAlamat : idem
Riwayat Kesehatan1. Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 2 h MRS. Riwayat tambahan batuk-batuk berdahak.2. RPS: 2HSMRS pasien mendadak sesak napas, sebelumnya pasien makan kemudoian timbul
batuk-batuk berdahak, namun dahak tidak dapat dikeluarkan. Pasien merassa di lehernya ada yang menyangkut. Setelah itu pasien anfal. Pasien lalu dibawa ke RS Ramsay Intenasional, keadaan TD drop 50/palpasi mmHg. Pasien diberi antibiotik inhalasi dan O2. Selama di RS Ramsay TD turun naik, pasien sempat dirawat di ICU. Pasien didiagnosa sebagai PPOK/Asma, old MCI, dan dehidrasi
3. RPD4. riwayat makan kurang/menurun, pasien juga malasa minum. Pasien menyukai kopi dan
teh manis.
Keadaan Umum:Kesadaran delirium, tanpak sakit berat.TTV:TD: 70/50 mmHg, N: 95 x/m, RR: 18x/m, T: 36.6 0CBB: 45 kg, TB: 160 cm.
Pemeriksaan fisik :Mata : konjungtiva anemis+/+, sklera ikterik -/-Leher : JVP tidak diperiksaThorak : S1/ S2 reguler, murmur -, gallop –Paru : Inspeksi : Simentris saat statis & dinamis
Tampak retraksi sela-sela iga Palpasi : tidak dapat dilakukan pemeriksaan volar fremitus Perkusi : sonor di kedua lapang paru Auskultasi : suara nafas vesikuler, rh +/+, wh -/-, basal halus
Abdomen : datar, supel, BU + 10 x/menit, HT -, H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -
Nama : Tn. Azhar SabarudinAlamat: Jl Perdana no.26 RT 07/05 Petukangan Selatan, Pesanggarahan, Jakarta SelatanNo Reg :
Laboratoriuma. Hematologi
- Hb 10.5 g/dl - Ht 31 %- Eritrosit 3.900.000/ UL - Trombosit 205.000/ UL
b. Fungsi hati- SGOT 118 U/I- SGPT 294 U/I
c. Glukosa sewaktu 186 mg/dld. AGD
- PH 7,453 - PO2 122.8 mmHg- PCO2 23.8 mmHg - HCO3 16,6 mmol/L
- BE -4,8 mmol/L - O2 saturasi 98,5 %e. Pemeriksaan Elektrolit
- Natrium 128 - Cl 105 mmol/L- Kalium 3,301 mmol/L
Selama di RS Ramsay, pasien mendapatkan terapi:- Avelox 1 x 400 mg- Zyvox 2 x 600 mg- Ventolin inhalasi 3 x 1- Dobutamin 5 /kg BB- Zinc Oksida pro dekubitus di sakrum Gr I 3x3 cm- Flumucil 3 x 1 sach- Minophagen 3 x 1 tab- Flixotide 2 x 1 tab- Bronchopront syrup 3 x CI- Raivas 0,4 /kg BB- Zantac 3 x 1 tab- Diet : Neprisol 30 cc/jam
Kidmin 200 cc/24 jam Triofusin 1000cc / 24 jam
Terapi di RS Fatmawati- Ciprofloxasin 2 x 400 mg- Etambutol 2 x 500 mg- INH 1 x 300 mg- Rifampisin 1 x 300 mg- Neurobion 1 x 1 tab- Infus RL : Dextrose 10 % = 2 : 1 / 24 jam
- Diet DM 1900 kal- Dobutamin- GDS Sliding Scale RI sesuai GDS
Masalah :- Tb Paru- DM tipe II- Alkalosis Respiratorik
Tanggal 27 September 2008- Kesadaran apatis, TD 80/40 mmHg, HR 96 x/menit, RR 14 x/menit, suhu 37,5 C- Konjungtiva anemis, sklera an ikterik- Leher; CVP 5-2 cm H2O- Paru; suara nafas vesikuler, ronchi +/+, Wh -/-- Jantung; Bj I-II ++, Gallop -, murmur –- Abdomen; datar, lemas, H/L tidak teraba, BU 7 x/menit- Ekstremitas; akral dingin, palpasi perifer menurun,
AnalisisPenurunan Kesadaran ec; Shock SepsisShock Sepsis ec Tb ParuAlkalosis RespiratorikDM Tipe IIUlkus Dekubitus Grade I
Terapi:- Sistenol 3 x 500 k/p- Sucralfat 4 x CI- HD pro 3 x 1 tab- KSR 1 x 1 tab- OMZ 1 x 1 Amp- Ceftriaxon 1 x 2 gr
TBC
1. Analisa patofisiologi bedah paru dan TB prognosis dan waktu penyembuhan
2. Pengkajian
- Pembacaan Rotgen thoraks
- Spirometri
3. Penatalaksanaan gangguan
- Penanganan oksigenisasi pada bedah thoraks dan TB paru
- Penanganan aktivitas pada bedah thoraks dan TB paru
- Penanganan nutrisi pada bedah thoraks dan TB paru
- Penanganan stress fisik dan emosional
- Pendidikan kesehatan pada klien
4. Terapi komplementer keperawatan untuk bedah toraks dan TB paru (3 terapi)
5. Konsep keperawatan yang tepat digunakan untuk klien bedah thoraks dan TB paru
1. Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan
yang terinfeksi. Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.Penyakit
tuberculosis ini biasannya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
2. Patofisiologi
a. Tuberkulosis Primer
Infeksi tuberculosis ini kebanyakan terjadi melalui udara yakni melalui droplet yang
mengandung kuman kuman baksil tuberkel yang berasal dari organ infeksius. Droplet
mengkontaminasi paru dengan implantasi pada alveolus. Bila partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru. Bila kuman ini menetap di
jaringan paru maka akan tumbuh dan berkembang biak dalan sitoplasma makrofag dan
akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer. Dari
sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
M. Tuberculosis terhirup dari udara & M. Bovis masuk paru paru
Menempel pada bronkiolus/alveolus & Memperbanyak setiap 18-24 jam
Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang terinfeksi
basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regionaldan menimbulkan reaksi eksudasi
lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan
meluas ke seluruh paru shg erosi pembuluh darah
basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)
Hati Ginjal Otak
lokal) dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (linfadenitis regional). Sarang
primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional akan membentuk komplek primer.
Komplek primer selanjutnya :
- Sembuh tanpa cacat
- Sembuh dengan sedikit bekas berupa garis garis fibrotik, kalsifikasi ke
hilus atau komplek ghon.
- Komplikasi dan menyebar ke daerah sekitarnya secara bronkogen,
limfogen dan hematogen
b. Tuberkulosis post primer
Kuman yang dominan pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun kemudian
sebagai infeksi endogen. Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
regio atas paru paru, invasinya ke daerah parenkim paru. Dilihat dari jumlah kuman,
virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :
- direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa cacat
- sarang meluas dan mneyembuh dengan sebukan jarimham fibrosis
- meluas membentuk cavitas. Dari kavitas ini dapat :
a) meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru
b) memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberculosis
c) bersih dan menyembuh
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis.
Lokasi lesi tuberculosis umumnya didaerah apeks paru (segmen apical lobus atas atau segmen
apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah
hilus menyerupai tumor paru, misalnya pada tuberculosis endobronkhial. Pada awal penyakit
saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologist berupa bercak-bercak
seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin berdinding tipis. Lama-lama dinding menjadi sklerotik
dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi
bayangannya tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Gambaran tuberculosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologist lain yang sering menyertai
tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi
pleura/empiema), bayangan hitam radioluscent dipinggir paru/pleura (pneumothoraks).
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberculosis
yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, kalsifikasi, kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
CXR Primary TB
– May be active or inactive infection.
– Scarring and calcification (lung and lymph nodes) suggest inactive disease.
– Consolidation, small focal nodularity, lymphadenopathy and effusions suggest
active infection.
– A Ghon focus is a peripheral area of lung consolidation.
CXR Post primary
– Again may be active or inactive.
– Focal scarring and lung distortion _ cavitation. Usually in upper lobes.
– Adenopathy and effusions are much less common.
– Fungal infections may develop in active cavities (myecetomas).
CXR Miliary infection
– Multiple small discrete widespread pulmonary nodules.
– Reactivation of TB can be difficult to diagnose. Comparison with old films for
changes in appearance is helpful. Increased soft tissue and cavitation suggest
active infection.
Gb.1 Gb.2
Gb.
Gb.1 Right paratracheal and left hilar adenopathy.
Gb. 2 Post primary TB. Linear parenchymal streaking extending into both apices, with associated
retraction of both hila. The findings are of bilateral upper lobe fibrosis.
Gb 3. Miliary TB. Multiple tiny nodules scattered throughout both lungs.
SPIROMETRI
Spirometry is the gold standard for the diagnosis, assessment and monitoring of COPD,1 and
may assist the diagnosis of asthma.2 It can also contribute to the diagnosis of other causes of
dyspnoea.
Three types of spirometer are commonly used in primary care:
1. Small, hand held meters which provide digital readings. These are the cheapest option and
small enough to fit into a medical bag, but the lack of graphs can make it difficult to judge
when a blow is complete. Predicted charts and a calculator will be needed to interpret the
results.
2. Portable meters with integral printers. These are more expensive but they will undertake all
the calculations, including reversibility. Small displays of the volume time graph help
monitor the blow and the printout includes a flow volume loop.
3. Systems designed to work with a computer which will display a graph, calculate predicted
and reversibility and provide a print-out. Integral memories allow data to be recorded outside
the practice and uploaded when convenient.
Three satisfactory blows should be performed:
1. The blow should continue until a volume plateau is reached. This may take more than 12
seconds in people with severe COPD (in whom a slow, unforced manoeuvre may give a more
accurate assessment of vital capacity).
2. FVC and FEV1 readings should be within 5% or 100ml
3. The expiratory volume-time graph should be smooth and free from irregularities.
Preparation of the patient:
The patient's condition should be stable (ie at least 6 weeks since an exacerbation). Before a
bronchodilator reversibility test the patient should stop their short acting β2 agonist for 6 hours,
long acting bronchodilator for 12 hours and theophyllines for 24 hours.
Procedure
1. Perform baseline spirometry
2. Bronchodilator reversibility: Administer bronchodilator (at least 400mcg salbutamol, e.g.
5mg by nebuliser ). Perform post bronchodilator spirometry after 15 minutes.
3. Steroid reversibility: A steroid trial (30 - 40mg daily for 2 weeks or 1,000 μg of ICS for three
months) may be appropriate. An increase in FEV1 of >12% and >200mls is significant. An
increase >20% and >400mls suggests a diagnosis of asthma.
http://www.goldcopd.com
PENANGANAN NUTRISI
Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit kronis yang berkepanjangan dan
kerusakan status nutrisi. Jadual aktivitas progresif direncanakan, dengan memfokuskan pada
peningkatan toleransi aktivitas dan kekuatan otot. Anoreksia, penurunan berat badan dan
malnutrisi umum terjadi pada pasien dengan TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin
terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status
kelemahan yang umum. Rencana tentang nutrisi yang memungkinkan makan sering dalam
jumlah kecil mungkin diperlukan. Suplemen nutrisi cair, seperti ensure dan isocal dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dasar. Masukan nutrisi tidak adekuat dan
malnutrisi mungkin menjadi konsekuensi dari gaya hidup pasien, kurang pengetahuan tentang
nutrisi yang adekuat dan perannya dalam pemeliharaan kesehatan, kurangnya sumber-sumber,
keletihan atau kurang nafsu makan karena batuk dan pembentukan sputum. Untuk menghadapi
efek dari factor ini, perawat bekerja secara kolaborasi dengan ahli gizi, dokter, pekerja sosia dan
pasien untuk mengidentifikasi strategi memastikan masukan nutrisi yang adekuat dan untuk
memastikan keberadaan makanan yang bernutrisi. Identifikasi fasilitas (shelter, dapur) yang
menyediakan makanan dilingkungan pasien dapat meningkatkan kecenderungan bahwa pasien
dengan keterbatasan sumber-sumber akan mempunyai akses untuk masukan makanan yang lebih
bergizi. Penggunaan diit tambahan dapat disarankan sebagai strategi untuk meningkatkan
masukan diit.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Obat Pendidikan kesehatan
Isoniazid (INH, Laniazid, Nydrazid) Obat harus diminum sesuai dengan jadual
dan dosis yang telah ditentukan untuk
menghindari eradikasi bakteri dan
resistensi
Obat diminum saat perut kosong, jika
mual dan muntah minum obat bersama
dengan snack
Jika anoreksia, mual, muntah, jaundice
(Kuning pada kulit dan putih pada mata)
berkembang maka hubungi dokter segera
Berikan piridoksin sesuai dengan yang
diresepkan untuk mencegah neuropati
perifer
Hindari alkohol dan agen yang lainnya
yang dapat membahayakan liver
Beritahu dokter jika tanda-tanda dari
reaksi alergi muncul seperti bintik-bintik
merah, demam, pendarahan gusi atau
kelemahan
Selain obat, perawat mempunyai peran sangat penting dalam merawat pasien dengan TB dan
keluarganya. Termasuk mengkaji kemampuan pasien untuk melanjutkan terapi dirumah. Perawat
mengkaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan
lingkungan kerja pasien untuk mengidentifikasi individu lain yang mungkin telah kontak dengan
pasien selama tahap infeksius. Perawat menginstruksikan pasien dan keluarganya tentang
prosedur pengendalian infeksi, seperti membuang tissue basah dengan baik dan mencuci tangan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d infeksi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien :
Mendemonstrasikan bersihan
jalan nafas yang efektif, yang
dibuktikan dengan Status
pernafasan: pertukaran gas dan
ventilasi tidak berbahaya,
perilaku mengontrol gejala-
gejala secara konsisten
didemonstrasikan, dan
Perilaku Perawatan: Penyakit
atau Cedera secara yang
konsisten didemonstrasikan
Mendemonstrasikan Status
pernafasan: Pertukaran gas,
yang ditandai dengan indikator
berbahaya sebagai berikut
(dengan ketentuan 1-5:
ekstrem, berat, sedang, ringan,
atau tidak):
o Mudah untuk bernafas
o Tidak dapat
beristirahat, sianosis,
dan dispnea tidak ada
o Saturasi O2 dalam
batas normal
Manajemen jalan nafas
Kaji dan dokumentasikan hal-
hal berikut ini: Keefektifan
pemberian oksigen dan
perawatan yang lain
Auskultasi bagian dada
anterior dan posterior untuk
mengetahui adanya penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan
adanya suara-suara tambahan
Tentukan kebutuhan saksion
oral dan/atau trakeal
Monitor status oksigen pasien
(tingkat SaO2 dan SvO2) dan
status hemodinamik (tingkat
MAP [mean areterial
pressure] dan irama jantung)
segera sebelum, selama dan
setelah saction
Perhatikan tipe dan jumlah
sekresi yang dikumpulkan
Teaching process
Jelaskan penggunaan peralatan
pendukung dengan benar
(misalnya oksigen, saksion,
spirometer, inhaler,
intnermittent positive pressure
o Penemuan X-ray dada
pada rentang yang
diharapkan
o Mempunyai jalan nafas
yang paten
o Mengeluarkan sekresi
secara efektif
o Mempunyai irama dan
rata-rata pernafasan
dalam rentang yang
normal
o Mempunyai fungsi
paru dalam batas
normal
o Mampu
mendeskripsikan
rencana untuk
perawatan di rumah
breathing [IPPB])
Informasikan pada pasien dan
keluarga bahwa merokok
merupakan kegiatan yang
dilarang di dalam ruangan
perawatan
Instruksikan pada pasien dan
keluarga dalam rencana
perawatan di rumah (misalnya
medikasi, hidrasi, nebulization,
peralatan, drainase postural,
tanda dan gejala komplikasi,
sumber-sumber di komunitas)
Instruksikan pada pasien
tentang batuk dan teknik nafas
dalam untuk memfasilitasi
keluarnya sekresi
Ajarkan pada pasien/keluarga
tentang pentingnya perubahan
pada sputum, seperti warna,
karakteristik, jumlah dan bau
Saksion jalan nafas :
Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga tentang
bagaimana mensaksion jalan
nafas, sesuai kebutuhan
Anjurkan aktifitas fisik untuk
meningkatkan pergerakan
sekresi
Jika pasien tidak mampu untuk
melakukan ambulasi,
pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat
tidur yang lain sekurangnya
tiap 2 jam sekali
Informasikan pada pasien
sebelum memulai prosedur,
untuk menurunkan kecemasan
dan peningkatan kontrol diri
Saksion nasofaring/orofaring
untuk memindahkan sekresi
tiap …..
Lakukan saksion endotrakeal
atau nasotrakeal, sesuai
kebutuhan (hiperoksigenasi
dengan ambu bag sebelum dan
setelah suction ET Tube atau
trakeostomi)
Pelihara keadekuatan hidrasi
untuk menurunkan viskositas
sekresi
Kerusakan
pertukaran gas b.d
Perubahan
membrane kapiler-
alveolar
Gangguan pertukaran gas akan
terkurangi, dibuktikan dengan
status pernafasan yang tidak
bermasalah: pertukaran gas dan
status pernafasan: Ventilasi
Status pernafasan: pertukaran
gas tidak akan bermasalah
dibuktikan dengan indikator-
indikator sebagai berikut
(Membayahakan dengan
Ketentuan 1-5 : berat,
Pengelolaan Asam-basa:
Meningkatkan keseimbangan
asam-bsa dan mencegah
komplikasi akibat dari
ketidakseimbangan asam basa
Kaji bunyi paru, frekuensi
nafas, kedalaman, dan usaha
dan produksi sputum seuai
indikator dari penggunaan alat
penunjang yang efektif.
Monitor saturasi O2 dengan
substansial, sedang, ringan,
atau tidak membahayakan):
Status neurologist dalam
Ketentuan yang diharapkan
Dispneu pada saat istirahat dan
aktifitas tidak ada
Gelisah, sianosis, dan
kelelahan tidak ada
PaO2, PaCO2, pH arteri, dan
saturasi o2 dalam batas normal
End-tidal CO2 dalam
Ketentuan yang diharapkan
denyut oksimeter
Monitor hasil gas darah
(misalnya: PaO2 yang rendah,
PaCO2 yang meningkat,
kemunduran tingkat respirasi)
Monitor kadar elektrolit
Monitor status mental
(misalnya: tingkat kesadaran,
gelisah, dan bingung)
Tingkatkan frekuensi
pemantauan bila pasien
tampak somnolen
Observasi terhadap
sianosis, terutama
membrane mukosa
mulut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
Ketidakmampuan
untuk menelan atau
mencerna makanan
atau menyerap
nutrisi yang
diakibatkan karena
Penyakit kronik
(spesifik)
Status nutrisi
o Mempertahankan berat badan
o Menjelaskan komponen diet
adekuat bergizi
o Menyatakan keinginana untuk
mengikuti diet
o Bertoleransi diet yang
terprogram
o Mempertahankan massa
tubuh dan Berat badan dalam
batas normal
o Nilai laboratorium (misal,
transferin, albumin, dan
elektrolit) dalam batas normal
Manajemen nutrisi
o Tentukan motivasi pasien
untuk mengubah pola makan
o Monitor nilai laboratorium,
khususnya transferin, albumin,
dan elektrolit
o Pastikan makanan kesukaan
klien
o Tentukan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
o Monitor catatan asupan akan
kandungan nutrisi dan kalori
o Timbang pasien pada interval
o Melaporkan tingkat energi
adekuat
yang tepat
o Ajarkan metode untuk
perencanaan makan
o Ajarkan pasien/keluarga
makanan yang bernutrisi, yang
tidak mahal
o Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memnuhinya
o Diskusikan dengan ahli gizi
untuk memnuhi kebutuhan
protein untuk pasien dengan
ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan protein
(misal, pasien dengan
anoreksia nervosa atau
penyakit glomerular/dialisis
peritoneal)
o Diskusikan dengan dokter
kebutuhan stimulasi nafsu
makan, makanan pelengkap,
pemberian makanan melalui
NGT, atau TPN agar Asupan
kalori yang adekuat dapat
dipertahankan
Pemeriksaan fisik tuberculosisA. Diagnosis
1. Riwayat kesehatanKaji:a. Adanya batuk produktif 3 minggu atau lebihb. Nyeri dadac. Hemoptisis
Gejala sistemika. Panas remitentb. Menggigilc. Berkeringat di malam harid. Kehilangan BBe. Mudah lelahf. Produksi sputum dari mucus menjadi purulen
Kaji riwayat kesehatan: riwayat terpapar TB, infeksi, pengobatan post TB, factor risiko TB secara demografi, kondisi medic yang memperberat seperti infeksi HIV.Kaji seseorang suspek TB apabila mengalami masalah respiratori tetapi tidak memberikan respon dengan obat antibiotik
B. Pemeriksaan laboratorium/radiografi
Microbiological studies
Distinctive clusters of colorless Mycobacterium tuberculosis form in this culture.
Diagnosa pasti TB harus didapatkan kultur Mycobacterium tuberculosis melalui pemeriksaan sputum, pus, cerebrospinal fluid, biopsy jaringan, dll)
Bronchoscopy
Dilakukan bila tidak ada produksi sputum dapat diambil dari gastric washings, apusan laryngeal, bronchoscopy dengan lavase bronchoalveolar, aspirasi jarum.
Biopsy
Biopsi jaringan melalui teknik mediastinoscopy.
PCR
Radiography
Chest X-ray
Tuberculosis creates cavities visible in x-rays like this one in the patient's right upper lobe.
Pada TB aktif akan didapatkan infiltrate atau konsolidasi dan atau kavitas pada paru bagian atas dengan atau tanpa mediastinal atau hilar lymphadenopathy atau pleural effusions ( tuberculous pleurisy). Tetapi bukan merupakan diagnosis pasti.
Variasi dari X ray dada. Merupakan radiographic image sederhana (MMR), dilakukan sebagai skrining.
Tuberculin skin test
Two tests are available: the Mantoux and Heaf tests.
Mantoux skin test
Injecting a Mantoux skin test
The Mantoux test for TB involves intradermally injecting PPD tuberculin and measuring the size of induration 48-72 hours later.Bila hasil tes Mantoux positif, maka skun tes lain tidak diperlukan. Heaf test
Digunakan di Inggris sampai tahun 2005.
The equivalent Mantoux test positive levels done with 10 TU (0.1 ml 100 TU/ml, 1:1000) are
0–4 mm induration (Heaf 0 to 1) 5–14 mm induration (Heaf 2) Greater than 15 mm induration (Heaf 3 to 5)
Klasifikasi CDC akibat reaksi tuberkulin
Indurasi 5-15 mm sampai 10 unit Mantoux pada orang dengan risiko tinggi terkena TB.
5 mm atau lebih positif pada o HIV psoitifo Kontak terakhir dengan penderita TBo Orang dengan nodular or fibrotic pada CXR dengan TB lamao Pasien dengan transplantasi organ dan yang mengalami imunosupresan.
10 mm atau lebih positif pada o Baru datang dari prevalensi TB tinggi (kurang dari 5 tahun)o Individu dengan IDUo Tenaga kesehatan yang berisiko tinggi kontak dengan penderita TBo Personil laboratorium Mycobacteriology o Orang dengan risiko seperti penderita: diabetes, terapi corticosteroid jangka
panjang, leukemia, end-stage renal disease, chronic malabsorption syndromes, berat badan rendah, dll)
o Anak-anak dibawah usia 4 tahun dan terpapar dengan penderita TB
15 mm atau lebih positif padao Individu dengan factor risiko TB yang tidak diketahui
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Adenosine deaminase 2. Nucleic acid amplification tests (NAAT) 3. Interferon-γ release assays 4. pemeriksaan darah lengkap
Tugas: Asuhan Keperawatan Klien TBC
1. PATOFISIOLOGI TBC
a. Tuberkulosis Primer
Penularan Tb paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban, dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer.
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan tracheobronchial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang Tb pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau afek primer atau sarang (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat
terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka
terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran gastrointestinal,
jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjal,
tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran eseluruh bagian
paru menjadi Tb milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis local), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis reginal). Sarang primer limfangitis local + limfadenitis regional =
kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya >
5 mm dan + 10 % di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman
yang dormant
Berkomplikasi dan menyebar secara; a). per kontinuitatum, yakni menyebar
kesekitarnya, b). secara bronchogen pada paru yang bersangkutan maupun
paru disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus, c). secara limfogen ke organ tubuh lain-lainya,
d). ke organ tubuh lainnya
Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan Tb primer.
b. Tuberkulosis Sekunder
kuman yang dormant pada Tb primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi Tb dewasa (Tb post primer = Tb pasca
primer = Tb sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90 %. Tb sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes,
AIDS, gagal ginjal. Tb pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
region atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-
sel Histiosit dan sel Datia Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi
oleh sel-sel lim foist dan berbagai jaringan ikat.
Tb pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi Tb usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:
Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
Sarang yang mula-mula meluas tapi segera menyembuh dengan serbukan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan
perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding
tipis lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast
dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya
perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nuklet
oleh enzim yang diproduksi oelh makrofag, dan proses yang berlebihan sitoki
dengan TNF-nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah crptic disseminate
Tb yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut.
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini
masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi Tb milier. Dapat juga
masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke
usus jadi Tb usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang
dijelaskan diatas. Bisa juga terjadi Tb endobronchial dan Tb endotracheal
atau empiema bila rupture ke pleura
Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali
menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah
kolonisasi oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma
Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh
dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai
kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut
stellate shaped.
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni:
Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi
Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
sempurna
Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang ini dapat sembuh
spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali,
sebaiknya diberi pengobatan yang sempur juga.
2. FARMAKOLOGI UNTUK KLIEN TBC
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat,
derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SYSTEM TERKAIT
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru
(Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pola aktivitas dan istirahat
- Subjektif :
Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit
tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
- Objektif :
Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang
timbul.
Pola nutrisi
- Subjektif :
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
- Objektif :
Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
Respirasi
- Subjektif :
Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
- Objektif :
Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
Rasa nyaman/nyeri
- Subjektif :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
- Obiektif :
Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
Integritas ego
- Subjektif :
Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
- Objektif :
Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan
diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
f. Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
6. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN MASALAH
KEPERAWATAN KLIEN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah
sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret
darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang
kental, Edema bronchial.
c. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan
tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan
akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan,
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
d. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia,
Penurunan kemampuan finansial.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NIC & NOC)
NO DIAGNOSA PERENCANAAN (NOC) INTERVENSI (NIC)EVIDENCE BASED NURSING
PRACTICE1. Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
Status pernapasan : Ventilasi pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru paten / lancar Pasien mampu: memobilisasi sekret dan menpertahankan jalan napas bebas dari sekret.Ditandai :suara napas bersih, pernapasan normal dan mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret setelah diberikan tindakan dan napas dalam
1. Batuk efektif2. Pengelolaan jalan napas 3. Pengisapan jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.
Status pernapasan :Pertukaran gasPasien mampu : mempertahankan pertukaran gas yang optimal, AGD normal
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan
Status imunitas :pengetahuan kontrol infeksi Pasien terbebas dari infeksi Ditandai :
1. Kontrol infeksi 2. Pencegahan infeksi
tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
Tanda vital dalam batas normal, tidak ada cairan purulen pada saluran napas/ paru-paru, Infeksi segera tertangani dengan pengobatan.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
Status nutrisi :Pemasukan makanan dan minuman .Pasien mampu:memenuhi kebutuhan nutrisi.Ditandai :Pasien mampu mendemonstrasikan pemilihan makanan yang tepat.Berat badan dalam batas normal ± 10 % dari BB ideal.
1. Pemantauan nutrisi2. Terapi nutrisi3. Pengelolaan nutrisi
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan,
Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Doengoes)
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1 Bersihan jalan napas tidak epektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Tujuan:Mempertahankan jalan napas pasien, mengeluarkan sekret tanpa bantuan , menunjukkan prilaku mempertahankan bersihan jalan napas, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Mandiri:- Kaji pungsi
pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan pengunaan otot asesori.
- Catat kemempuan untuk mengeluarkan mukus/ batuk epektif, catat karakter jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
- Berikan pasien posisi semi powler, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.
- Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai dengan keperluam.
- Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali ada kontraindikasi.
Kolaborasi:- Lembabkan udara /
oksigen inspirasi
- Beri obat-obatan sesuai indikasi: mukolitik, bronkodilator.
- Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis. Bronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.
- Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkial dan memerlukan intervensi lanjut.
- Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kejalan napas untuk dikeluarkan
- Mencegah obstruksi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
- Pemasukan tinggi cairan membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan.
- Mencegah pegeringan membran mukosa; membantu pengenceran sekret.
- Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru. Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan aliran udara.
2 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan seringnya batuk.
Tujuan:Menunjukkan peningkatan BB, porsi makan yang tersedia habis.
Mandiri:- Catat status nutrisi pasien
, turgor kulit , BB dan derajat kekurangan berat badan, intekgritas mukosa oral, kemampuan menelan, bising usus, mual, muntah atau diare.
- Pastikan pola diet, makanan yang disukai.
- Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik.
- Dorong periode sering istirahat.
- Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
- Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan TKTP.
Kolaborasi:- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan komposisi diet.
- Berguna dalam menentukan derajad/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
- Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan.
- Berguna dalam mengukur keefektipan nutrisi dan dukungan cairan
- Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat.
- Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
- Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa keluhan mual.
- Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran /aktivasi ulang ) berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/ statis secret.
Tujuan:Mengidentifidasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko penyebaran infeksi, menu njukkan
Mandiri:- Kaji patologi penyakit
dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara dan tertawa.
- Identifikasi anggota keluarga dan orang lain yang beresiko.
- Anjurkan pasien batuk/bersin menutup
- Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/ komplikasi. Pemahaman penyebaran penyakit da kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/ orang terdekat mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
- Orang-orang yang terpajang perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran.
tehnik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
mulut dan membuang secret pada tempat yang tersedia.
- Awasi suhu sesuai indikasi
- Identifikasi factor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis. Diantaranya DM, HIV dll.
- Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
- Kaji pentingnya kultur ulang secara periodik sputum untuk menentukan lamanya terapi.
Kolaborasi:- Berikan agen anti infeksi
sesuai indikasi ( OAT )
- Prilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Reaksi deman indikator adanya infeksi lanjut.
- Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/ menurunkan insiden eksaserbasi.
- Gunakan Periode singkat berskhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal tetapi pada penyakit yang luas resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
- Alat dalam pengawasan efek dan keefektifan iobat dan respons pasien terhadap terapi.
- Kombinasi agen anti infeksi yang digunakan cukup untuk pengobatan TB Paru.
4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
Tujuan:Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dispnea , kelemahan berlebihan dan tanda-tanda vital dalam rentang normal
Mandiri:- Evaluasi respons pasien
terhadap aktifitas.Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah aktifitas.
- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selam pase akut. Dorong penggunaan manajemen stres
- Jelaskan pentingnya istirahat dan rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat.
- Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
- Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
- Tirah baring dipertahankan selam pase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
- Pasien mungkin nyaman dengan
- Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
- Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama pase penyembuhan.
kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
- Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
5 Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit ( batuk yang terus menerus )
Tujuan:Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat, megungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.
Mandiri- Tentukan kebiasan
tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
- Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, mis: bantal, guling
- Dorong beberapa aktivitas fisik ringan selama siang hari, jamin pasien berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur
- Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mis: mandi hangat dan masase, segelas susu hangat pada waktu tidur.
- Instruksikan tindakan relaksasi.
- Kurangi kebisingan dan lampu.
- Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi.
- - Hindari mengganggu bila mungkin ( mis: membangunkan untuk obat atau terapi ).
- mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
- Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi/psikologis.
- Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari. Namun kelanjutan aktivitas yang dekat dengan waktu tidur dapat bertindak sebagai stimulan, yang memperlambat tidur.
- Meningkatkan efek relaksasi: susu mempunyai kualitas soforitif, meningkatkan sintesis serotonin. Neurotransmiter yang membantu pasien tertidur dan tidur lebih lama.
- Membantu menginduksi tidur.
- Memberikan situasi konduksif untuk tidur
- Perubahan posisi merubah area tekanan dan meningkatkan istirahat.
- Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
7. TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN
Pilihan modalitas didasarkan pada gangguan oksigenasi dan apakah terdapat masalah
dengan ventilasi gas, difusi gas atau keduanya. Terapinya ada yang bersifat non invasive
(terapi oksigen dan nebulizer, fisioterapi dada dan latihan ulang pernafasan) dan invasive
(intubasi, ventilasi mekanis dan pembedahan)
a. Terapi Oksigen (sudah ada makalahnya kan)
b. Fisioterapi Dada
Tujuannya adalah:
membuang sekresi bronchial, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan
efisiensi otot-otot pernafasan
Drainase Postural
Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya
gravitasi untuk membantu dalam membuang sekresi bronchial. Sekresi
mengalir dari bronchiolus yang terkena ke dalam bronchi dan trakea dan
membuangnya dengan membatukkan atau penghisapan. Drainase postural
digunakan untuk menghilangkan atau mencegah obstruksi bronchial yang
disebabkan oleh akumulasi sekresi.
Teknik batuk:
- Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit kedepan karena posisi
tegak memungkinkan batuk lebih kuat
- Jaga lutut dan panggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi
tegangan pada otot-otot abdomen ketika batuk
- Menghirup nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskannya
melalui bibir yang dirapatkan beberapa kali
- Batuk dua kali selama tiap kali ekshalasi ketika mengkontraksi (menarik ke
dalam) abdomen dengan tajam bersamaan dengan setiap kali batuk
- Membebat insisi (jika ada) dengan menggunakan sanggaan bantal.
Perkusi dan Vibrasi Dada
Sekresi kental yang sulit untuk dibatukkan mungkin dapat dilepaskan dengan
menepuk (perkusi) dan memvibrasi dada. Perkusi dan vibrasi membantu
melepaskan mucus yang melekat pada bronchiolus dan bronchi.
Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan
dengan ringan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan berirama di atas
segmen paru yang akan dialirkan. Pergelangan tangan secara bergantian fleksi
dan ekstensi sehingga dada dipukul atau ditepuk dalam cara yang tidak
menimbulkan nyeri
Vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding
dada selama fase ekshalasi pernafasan.
c. Latihan Ulang Pernafasan
Latihan ulang pernafasan terdiri atas latihan dan praktik pernafasan yang dirancang
dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien dan untuk
mengurangi kerja bernafas.
d. Intubasi endotracheal
Memasukkan selang endotracheal melalui mulut atau hidung ke dalam trachea
e. Ventilasi mekanis
Ventilasi mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama.
8. TERAPI MODALITAS KEDOKTERAN MUTAKHIR
9. PENDIDIKAN KESEHATAN/ RENCANA PULANG KEPERAWATAN SECARA
BERKELANJUTAN
Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam merawat pasien dengan Tb
dan keluarganya, termasuk mengkaji kemampuan klien untuk melanjutkan terapi di
rumah. Perawat mengkaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta
dalam mensurvei rumah dan lingkungan kerja klien untuk mengidentifikasi individu lain
yang mungkin telah kontak dengan pasien selama tahap infeksius. Skrining tindak lanjut
untuk kontak mungkin harus diatur
Perawat menginstruksikan pasien dan keluarganya tentang prosedur
pengendalian infeksi, seperti membuang tisu basah dengan baik dan mencuci tangan.
Pada beberapa kasus ketika kemampuan pasien untuk mematuhi regimen meragukan,
mungkin diperlukan merujuk pasien ke klinik rawat jalan untuk pemberian obat-obatan
harian.
Focus pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan (terutana lansia) untuk
mengatur penyakit dan pengobatannya sendiri. Ajarkan tentang Tb dan bagaiman
penyebarannya. Tekankan tentang pentingnya mengikuti pengobatan yang telah
ditetapkan dan disetujui sesuai dengan perjanjian dan pemeriksaan. Diskusikan tentang
pentingnya:
Gunakan tisu disposable sekresi cairan pernafasan, terutana selama 2 minggu
pertama pengobatan ketika penyakit bisa dipindahkan kepada yang lain
Jauhkan dari kerumunan atau orang dengan penyakit infeksi
Makanan yang baik, diet yang seimbang dengan nutrisi yang adekuat
Istirahat yang adekuat, tidur dan latihan untuk menjaga kesehatan secara umum
Pastikan bahwa keluarga atau orang yang serumah dengan klien yang mempunyai
frekuensi kontak yang sering telah diperiksa dan juga mendapatkan pengobatan
profilaksis (jika diindikasikan).
Ajarkan tentang kemungkinan efek samping dari pengobatan dan pentingnya
melaporkannya kepada tenaga kesehatan:
Peripheral neuropathy (kebas, perasaan geli atau rasa terbakar pada ekstremitas)
yang mungkin terjadi dengan pemberian INH. Pyridoxine sering diberikan untuk
mencegah efek ini
INH dan Rifampisin bisa menyebabkan hepatitis. Hindari alcohol selama
mengkonsumsi obat ini dan laporkan bila timbul mual, muntah, kuning, perubahan
warna BAK dan BAB atau nyeri pada kuadran kanan atas
Rifampisin bisa menyebabkan perubahan warna saliva dan urine menjadi warna
orange-merah
Streptomycin bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan,
segera laporkan perubahan yang terjadi, karena bisa bersifat ireversibel
Ethambutol menyebabkan gangguan penglihatan warna merah-hijau dan
ketajaman penglihatan. Laporkan segera perubahan dalam penglihatan.
SPIROMETRI
Spirometri merupakan tes fungsi paru sederhana yang mengukur volume udara inspirasi atau ekspirasi. Spirometri dapat memonitor pernapasan secara tepat sehingga dapat mengukur volume tidal dan juga gambaran pernapasan dalam dan ekspirasi sehingga memberikan informasi mengenai kapasitas vital. Spirometri dapat juga digunakan untuk mengukur kecepatan laju dan volume ekspirasi unutk menentukan rasio FEV1/FVC.Spirometri tidak dapat mengukur volume paru absolut karena tidak dapat mengukur jumlah udara di paru, tetapi hanya menghitung jumlah udara yang masuk dan keluar (Johns Hopkins University, 1995).
Interpretasi pemeriksaan spirometri:
Spirometri intensifSpirometri intensif memberikan umpan balik visual untuk memandu pasien menghirup dengan lambat dan dalam sehingga memaksimalkan pengembangan paru. Pasien dapat diposisikan semifowler atau fowler untuk mengoptimalkan gerakan diafragma, atau posisi apapun bisa.Ada dua tipe spirometer intensif, yaitu volume dan aliran. 1. Tipe Volume
Pada tipe volume, VT spirometri diatur sesuai petunjuk pabrik pembuat. Tujuan alat ini adalah untuk memastikna bahwa volume udara yang dihirup meningkat secara bertahap ketika pasien napas dalam dan lebih dalam lagi. Pasien melakukan napas dalam melalui mouthpiece, berhenti pada inflasi puncak, kemudian rileks dan menghembuskan napas kembali. Volume ditingkatkan secara periodic sesuai toleransi. Sebaiknya sebelum bernapas menggunakan spirometri pasien danjurkan berlatih napas biasa untuk menghindari keletihan.
2. Tipe aliranTujuan spirometri aliran sama dengan spirometri volume, hanya bedanya pada tipe aliran volume tidak ditentukan terlebih dahulu. Pada spirometri ini terdapat bola yang dapat digerakkan sesuai pernapasan pasien. Jumlah udara yang dihirup dan aliran udara ditentukan oleh berapa lama dan berapa tinggi bola tertahan. Pada tipe ini pasien diinstruksikan menghirup udara untuk mengevaluasi gerakan bola dan mempertahankannya tetap mengapung selama mungkin. (Smeltzer & Bare, 2001)
Indikasi:1. pasca operatif bedah thoraks atau bedah abdomen untuk meningkatkan ekspansi alveoli dan
mencegah atau mengatasi atelektasis.2. sebagai tindakan preventif mencegah atelektasis.
Tindakan dan Pendidikan kesehatan pada pasien yang menggunakan spirometri intensif:1. Jelaskan alasan terapi2. Kaji tingkat nyeri, minta pasien untuk melaporkan adanya nyeri3. Posisikan pasien semifowler atau fowler4. Ajarkan pasien melakukan pernapasan diafragma5. Instruksikan pasien untuk menahan napas pada akhir inspirasi (selama 3 detik), kemudian
menghembuskannya secara perlahan.6. Berikan dorongan pasien untuk bernapas kira-kira 10 kali per menit (per jam ???) Dengan
spirometer selama tidak tidur.7. Atur volume dan ulangi tindakan sesuai toleransi pasien8. Anjurkan pasien untuk batuk selama dan setiap selesai latihan.9. Letakkan spirometer pada jangkauan pasien10. Catat seberapa efektif pasien melakukan terapi dan jumlah napas yang dicapai dengan
spirometer setiap 2 jam.11. Untuk pasien post operatif: mulai terapi dengan segera dan ajarkan untuk membebat insisi
ketika batuk.
Gambar 3: spirometri aliran (Smeltzer & Bare, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
LeMone. P & Burke. K. 2008. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client
Care, 4th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Smeltzer. S. C & Bare. B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sudoyo. A. W, dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Wilkinson. J. M. ( 2000 ). Nursing diagnosis handbook with NIC intervention and NOC
outcomes. 7th Edition. New Jersey : Pearson Education Inc