Sistem Penunjang Keputusan Penjurusan Calon Siswa SMK-Isi.pdf
Transcript of Sistem Penunjang Keputusan Penjurusan Calon Siswa SMK-Isi.pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Di masa yang serba cepat ini, pengambilan keputusan sudah menjadi
kebutuhan yang utama dalam rangka meningkatkan produktivitas suatu
perusahaan atau suatu instansi baik dalam melakukan pekerjaan yang dituntut
semakin efisien.
Ditambah dengan kemajuan zaman semakin tinggi, pengambilan-
pengambilan keputusan memerlukan data-data yang dipertimbangkan semakin
kompleks untuk mencapai tujuan yang akan diambil.
1.2. Latar Belakang
Proses pengambilan keputusan telah dianggap sebagai hal kritis di
perusahaan atau instansi yang dicapai melalui pengalaman (knowldege).
Tetapi, dengan semakin bertumbuhnya tingkat kerumitan dari bisnis tersebut
telah membuat proses pengambilan keputusan tersebut menjadi lebih sulit. Hal
itu disebabkan semakin banyaknya alternatif keputusan yang ada, semakin
besar pengaruh sebuah keputusan di dalam perusahaan dan semakin tidak
tentunya perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan perusahaan. Butuh
suatu sistem pendukung keputusan dimana sistem tersebut dapat memberikan
informasi mengenai keputusan yang terbaik berdasarkan informasi yang
didapatkan.
1.3. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami memiliki tujuan dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Menerapkan dan mempraktekan ilmu pengetahuan yang kami dapat
dalam perkuliahan Sistem Penunjang Keputusan.
2. Menganalisa sistem dalam menunjang keputusan penujurusan siswa
sekolah menengah kejuruan.
3. Mendukung sekolah menengah kejuruan dalam mengambil keputusan
jurusan calon siswa.
2
1.4. Ruang Lingkup
Didalam penulisan makalah, penulis membahas tentang sistem yang
sudah terkomputerisasi dalam menunjang keputusan penjurusan siswa sekolah
menengah kejuruan, maka ruang lingkup pembahasan meliputi dalam
pengumpulan data-data keminatan, dan pengetahuan dasar siswa yang
digunakan oleh pihak sekolah menengah dalam penjurusan calon siswanya.
Pada makalah yang kelompok kami bahas ini hanya berfokus kepada
sistem, dan teori dasar alur yang digunakan dalam pengambilan keputusan
penjurusan siswa sekolah menengah kejuruan.
1.5. Metode Penelitian
Metode peneitian menjadi langkah penting dalam penyusunan
makalah. Didalam kegiatan peneitian kami melakukan pengumpulan data
melalui cara :
1. Pengalaman
Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan informasi secara
lengkap, maka penulis melakukan suatu metode berdasarkan
pengalaman dari tim penulis sewaktu menjadi calon siswa yang
disaring dalam penentuan jurusan di sekolah menegah kejuruan.
2. Pengamatan (Observasi)
Penulis melakukan pengamatan-pengamatan langsung terhadap
kegiatan yang berhubungan dengan masalah yang diambil. Hasil dari
pengamatan tersebut langsung dicatat oleh penulis dari kegiatan
observasi dapat diketahui kesalahan atau proses dan kegiatan tersebut.
3
1.6. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini disusun menjadi empat bab, yaitu bab pendahuluan, bab
landasan teori, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan
terbagi atas : umum, latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penelitian, dan sistematika penulisan makalah. Kemudian penulis memasukan
bab landasan teori yang menjadi teori atas sistem penunjang keputusan
penjurusan calon siswa SMK, meliputi: definisi DSS, jenis DSS, tujuan DSS,
pembuatan keputusan, model DSS. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan sub-bab yang berkaitan sistem pendukung keputusan. Terakhir,
bab penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
Didalam penulisannya, penuis membahas sistem penunjang
keputusan penjurusan calon siswa SMK untuk memudahkan sekolah-sekolah
menengah kejuruan melakukan pemetaan terhadap minat dan bakat calon siwa
tersebut.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi DSS
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support
Sistem (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael
S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut
adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu
pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk
memecahkan berbagai persoalan yang bersifat semi terstruktur. Istilah SPK
mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam
proses pengambilan keputusan.
Menurut termonologi yang didefinisikan oleh Gordon (1989), sistem
berperan sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-objek yg terangkai dan
kesalingkbergantungan yg teratur. Sedangkan termonologi yang diungkapkan
oleh Robert & Michael (1991), sistem sebagai suatu kumpulan dari elemen yg
saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan, dalam interaksi yg kuat maupun
lemah dengan pembatas sistem yang jelas.
2.2 Jenis Struktur Permasalahan
Menurut Simon, dapat dipahami bahwa struktur permasalahan
pengambilan keputusan memiliki tiga sifat sebagai berikut:
A. Permasalahan bersifat terstruktur
Pengambilan keputusan terhadap solusi yang dihadapi sudah dapat
diprediksi, bahwa dengan metode yang mana harus dilakukan. Untuk
permasalahan yang bersifat terstruktur penanganan masalah dapat
ditangani dengan menggunakan komputer, artinya sistem komputer
mampu melakukan pengambilan keputusan tanpa harus campur tangan
manager.
B. Permasalahan bersifat semi terstruktur
Permasalan yang bersifat semi structure, membutuhkan bantuan dari
komputer dan peran user (manager). Dalam hal ini komputer berperan
sebagai pendukung keputusan yang berkaitan dalam pemberian
informasi/data yang dibutuhkan user. Sedangkan peran manager adalah
menentukan keputusan. Dalam hal ini komputer tidak berperan sebagai
pengganti pengambil keputusan.
5
C. Permasalahan bersifat tidak terstruktur
Permasalan yang bersifat tidak terstruktur (unstructure) sepenuhnya
pengambilan keputusan ada ditangan user (manager). Peran komputer
tidak sangat dibutuhkan karena sepenuhkan permasalahan yang timbul
akibat lingkungan yang tidak terkondisi dan tidak terkontrol dengan
system komputer. Sehingga peran manajer sangat mendominasi dalam hal
pengambilan keputusan.
2.3 Tujuan DSS
Dilihat dari tujuan DSS, DSS dimaksudkan tidak untuk mengganti
tugas dari manajer sebagai pengambil keputusan yang menunjukan hubungan
antara struktur masalah dan darajat atau tingkatan dukungan yang dapat
diberikan oleh komputer. Berikut adalah tiga tujuan DSS/Sistem Penunjang
Keputusan:
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan untuk menemukan
solusi atas permasalahan yang bersifat semi terstruktur.
2. Mendukung manajer dalam mengambil keputusan, tetapi tidak mengambil
peranan sebagai pengganti peran manajer dalam pengambilan keputusan.
3. Meningkatkan efektifitas atas keputusan yang diambil oleh manager bukan
dari aspek efisiensi.
2.4 Pembuatan Keputusan
Ada beberapa ahli yang meluncurkan mengenai dasar pembuatan
keputusan yaitu Herbert Simon dan Henry Mintzberg.
Proses pembuatan keputusan diawali dari cara bagaimana menerima
informasi dari DSS, dengan cara mengetahui peranan laporan dan pemodelan
matematis dalam pemecahan masalah, kemudian mendefinisikan
terminologinya dan kelemahannya. Hingga terbentuk tampilan informasi yang
bervariasi, tergantung daya kemudahan penggunaan dan daya dukung
keputusan.
Menurut Simon, keputusan berada dalam kondisi yang
berkesinambungan antara keputusan yang terprogram dan keputusan yang
tidak terprogram.
Keputusan terprogram adalah bersifat berulang-ulang dan rutin, pada
suatu tingkat tertentu dan prosedur telah ditetapkan untuk menanganinya,
sehingga hal tersebut tidak dianggap suatu hal yang baru.
6
Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang bersifat baru,
tidak terstruktur, dan tidak berurut. Tidak ada metode biasa yang yang siap
untuk menangani masalah, dengan alasan tidak ada method yang muncul
sebelumnya, karena memiliki presisi yang bersifat kompleks.
Menurut Mintzberg, terdapat tiga kategori peranan dalam menunjang
keputusan:
1. Interpersonal, memilki peranan sebagai figure pimpinan dan sebagai
penghubung dari tugas ceremonial atas pemeriksaan fasilitas dan
wewenang, yang melibatkan unit-unit untuk dipekerjakan, serta memberi
motivasi dalam peranannya sebagai penghubung dengan pihak luar dengan
tujuan untuk turut serta dalam permasalahan bisnis.
2. Peran Informasional, informasi memiliki peranan yang penting dalam
kerja manajemen. Sebagai pemonitor, manajer harus mencari informasi
untuk penampilan unit. Pemikiran manajer harus ditujukan pada aktivitas
dalam unit maupun lingkungannya, sehingga merangkap peran sebagai
penyerbar dan pemimpin dalam mengemukakan informasi.
3. Peranan decisional, pada tahapan ini peran manajer harus mampu
memberikan gambaran informasi terhadap bukti untuk dapat memberikan
keputusan mengenai situasi dan memungkinkan untuk membuat model
tanpa abstraksi dari sistem informasi yang digunakan untuk membuat
berbagai jenis keputusan.
2.5 Model DSS
Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena
berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena
itu berupa instansi maka instansi sebagai entitynya, atau juga jika fenomena itu
sebagai event, maka event itu sebagai entitynya. Pemodelan dibagimenjadi
empat jenis dasar yaitu:
1. Model Fisik
Model fisik adalah penggambaran tiga dimensi dari kesatuannya,
wujud dari model biasanya lebih kecil dari object-nya. Model fisik
dapat membantu tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh sesuatu yang
nyata, dari keempat dasar model diatas model fisik merupakan model
yang memiliki nilai penggunaannya paling sedikit bagi manajer bisnis.
2. Model Naratif
Model naratif, sebuah jenis model yang digunakan manajer tiap hari,
yang jarang dianggap sebagai model adalah model naratif. Model
naratif menjelaskan entity dengan kata lisan atau tertulis. Pendengar
atau pembaca dapat memahami entity dari naratif tersebut. Seperti
bentuk komunikasi lisan dan tulisan adalah model naratif, sehingga
menjadikannya jenis yang paling populer.
7
3. Model Grafis
Model Grafis, merupakan jenis model yang tetap dalam
penggunaannya adalah model grafis, model grafis ini mewakili entity-
nya dengan abstraksi garis, simbol, dan bentuk. Model ini sering
dijumpai penjelasannya dengan bantuan model naratif. Contoh model
grafis yang paling umum digunakan adalah flowchart.
4. Model Matematis
Model Matematis, model matematis ini banyak digunakan dalam
proses bisnis, segala rumus ataupun persamaan merupakan bagian dari
model matematis. Banyak model matematis yang digunakan oleh
manajer bisnis, dengan alasan karena lebih kompleks.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Umum
Pengambilan keputusan penjuruan calon siswa sekolah menengah
kejuruan yang dapat diperoleh dari metode penelitian yang dilakukan bahwa
dalam pengambilan keputusan permasalahan ini adalah menggunakan model
semi-struktur dimana untuk keputusan yang diambil tidak sepenuhnya
ditentukan oleh sistem yang terkompurisasi, melainkan peran user (bagian
penerimaan siswa baru) juga berperan dalam penentuan jurusan siswa.
3.2. Pemecahan Masalah
Pada proses pemecahan masalah sistem penunjang keputusan
penjurusan calon siswa sekolah menengah kejuruan, prosesnya dibagi
menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Mengambil elemen-elemen informasi
Setelah calon siswa melengkapi persyaratan-persayaran awal
pendaftaran, kemudian sampai pada tahap tes akademik penyaringan
siswa, calon siswa diharuskan mengisi kuisioner dan ujian semua
kejuruan dalam sekolah menengah terkait yang nantinya akan diperoleh
data-data kemampuan dan bakat calon siswa tersebut.
2. Mengalisis seluruh data
Data atau iformasi yang didapat dari kusioner dan tes yang dilakukan
oleh calon siswa akan diolah lebih lanjut baik menggunakan Expert
System (ES) atau pun dengan sistem pengembangan dari DSS yang akan
dilanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagian penerimaan siswa baru
dalam pemetaan kejuruan para calon siswa.
3. Menyiapkan laporan dari berbagai data
Semua elemen data dan informasi dari tahap analisis seluruh data akan
dikumpulkan dan dilaporkan kepada bagian tata usaha untuk digunakan
dalam penentuan jumlah siswa yang akan diatur guna memenuhi jumlah
kuota dalam satu kelas dan jumlah kuota dalam suatu kejuruan.
9
4. Membuat keputusan
Ketika semua laporan dan hasil kusioner serta tes akademik sudah
didapat oleh bagian tata usaha akan dirundingkan kembali oleh kepala-
kepala jurusan untuk menentukan standar-standar bakat dan kemampuan
calon-calon siswa yang akan dimasukan kedalam kejuruan terkait.
Jika dari hasil yang didapat dari hasil kuisioner dan tes akademik calon
siswa diperoleh hasil yang sesuai standar atau bahkan diperoleh hasil
yang sangat memuaskan akan dimasukan kedalam kelas unggulan dari
jurusan tersebut. Sedangkan hasil yang diperoleh tidak memenuhi
standar dalam kejuruan manapun maka calon siswa tersebut akan
dinyatakan tidak lulus tes masuk sekolah menengah kejuruan tersebut.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari teori-teori yang dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya bahwa
sistem penunjang keputusan dibutuhkan para user untuk memutuskan suatu
permaslahan yang dihadapi, dalam kesempatan kali ini kelompok kami
mencoba membahas sistem penunjang keputusan yang digunakan dalam
meentukan penjurusan calon siswa SMK.
Dari sistem penunjang keputusan penjurusan calon siswa SMK
kelompok kami dapat menarik kesimpulan bahwa jika suatu sekolah
menengah dapat mengaplikasi sistem, dan model-model DSS secara baik dan
terstruktur akan memudahkan dalam pemetaan, serta bahan evaluasi
kemampuan calon peserta didik guna meningkatkan kualitas dari suatu
sekolah menegah kejuruan dan memaksimalkan potensi dari individu sejak
usia muda.
4.2. Saran
Kami sadar dari tiap tulisan dan ide yang kami tuliskan dalam
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami berharap selaku
pembaca atau dosen pembimbing dapat memberikan masukan untuk alur,
model, atau bahkan penyempurnaan dari pengembangan DSS dan Expert
System (ES) yang digunakan dalam sistem penunjang keputusan penjuruan
calon siswa SMK ini.