Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

10
TEKNIK PENGATURAN PADA ALAT PENDETEKSI TSUNAMI OLEH : FAHRIZAL PRADANA PUTRA (3331100715) JURUSAN TEKNIK MESIN FT.UNTIRTA 2012

description

teknik pengaturan teknik mesin

Transcript of Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

Page 1: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

TEKNIK PENGATURAN PADA ALAT PENDETEKSI TSUNAMI

OLEH :

FAHRIZAL PRADANA PUTRA (3331100715)JURUSAN TEKNIK MESIN

FT.UNTIRTA

2012

Page 2: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan adanya gelombang laut besar yang disebabkan oleh gempa bumi. Lebih tepatnya, tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi tektonik.

Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik

PROLOGUE

Page 3: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

Lokasi rawan gempa di Indonesia

Page 4: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

TEWS (TEWS (Tsunami Early Tsunami Early Warning System)Warning System)

Page 5: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

TEWS (TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM)Pelampung (buoy) yang ditempatkan di permukaan laut dan Ocean Bottom Unit(OBU)

Sensor paling penting adalah Bottom Pressure Recorder (BPR), suatu pengukur tekanan dasar laut di OBU yang sensitif terhadap kolom air laut. Buoy tsunami dijangkar ke dasar laut dengan menggunakan pemberat yang diikat dengan rantai baja dan nilon agar tak terlalu jauh dari OBU.

Cara kerjanya, OBU merekam kenaikan air laut akibat tsunami, data dari OBU dikirim ke buoy menggunakan modem akustik dan buoy kemudian mengirim data ke stasiun penerima menggunakan satelit.

Dalam kondisi normal buoy mengirim data tiap satu jam, namun jika terjadi tsunami buoy akan mengirim data tiap satu menit. Waktu pengiriman data dari OBU sampai ke stasiun penerima adalah 1-2 menit.

Dengan karakteristik kegempaan di wilayah laut Indonesia, info dari buoy diharapkan dapat diterima dalam waktu 5-15 menit setelah gempa, namun tergantung lokasi buoy terhadap pusat gempa. Sehingga masyarakat punya cukup waktu evakuasi.

Page 6: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

ACEH,26 DESEMBER 2004

Page 7: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami
Page 8: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

Komponen-komponen pada TEWS

• Buoy : pelampung yang ditambatkan pada dasar perairan, dihubungkan dengan menggunakan tali pada pelampung

Page 9: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

• Bottom Pressure Recorder (BPR) * Seismograph modern

Satellite communication

Page 10: Sistem pengendalian pada alat pendeteksi tsunami

input

Set point : < 7,0 skala richter sirine belum di bunyikan< 7,0 skala richter sirine akan berbunyi

transducer

Central processing unit (cpu)Acoustic telemetry

receiver

Master control unit

Rf modem

Rf antenna

BPR

BUOY

Communication satelliteTsunami warning center

Receiver satellite

Speaker/sirine

FM demodulator

Audio amplifier

Sensor (set point)