SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

20
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT MIKRO SWAMITRA BANK BUKOPIN Anissa Putriasari Program S1 Reguler, Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini menganalisis secara komprehensif mengenai penerapan pengendalian internal pada pemberian kredit mikro Bank Bukopin. Jenis kredit mikro yang diteliti pada penelitian ini adalah kredit Swamitra. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana sistem pengendalian internal pada pemberian kredit Swamitra dan bagaimana penanganan terhadap kredit macet (non performing loan) disaat pertumbuhan portofolio terus meningkat. Hasil dari penelitian ini adalah Bank Bukopin telah melakukan sistem pengendalian kredit dengan cukup baik pada sebelum ataupun sesudah pemberian kredit. Akan tetapi Bank Bukopin perlu meningkatkan kontrol pada sistem pengendalian pada kredit Swamitra karena nilai non performing loan yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan nilai non performing loan kredit industri mikro dapat menyebabkan ancaman bagi Bank Bukopin pada masa yang akan datang. Kata kunci : Pengendalian Internal, Pengendalian Kredit, Usaha Mikro, Non Performing Loan. ABSTRACT This study comprehensively analyzes the implementation of internal control in Bukopin micro credit. The type of micro credit examined in this study is Swamitra credit. This is a descriptive research with qualitative design. The purpose of this study is to explain how the system of internal controls in the provision of Swamitra credit and how they handle non-performing loans. The result of this study is Bank Bukopin have done credit control system well enough before and after the provision of credit. However, Bank Bukopin needs to improve controls on Swamitra credit control system because the ratio of non performing loan for Swamitra credit is still high enough compared to the ratio of non performing loan for micro industry credit will cause a threat to Bank Bukopin in the future. Key Words: Internal Control, Credit Control, Micro Enterprise, Non Performing Loan Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Transcript of SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

Page 1: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN

KREDIT MIKRO SWAMITRA BANK BUKOPIN

Anissa Putriasari

Program S1 Reguler,

Departemen Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis secara komprehensif mengenai penerapan pengendalian internal pada pemberian kredit mikro Bank Bukopin. Jenis kredit mikro yang diteliti pada penelitian ini adalah kredit Swamitra. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana sistem pengendalian internal pada pemberian kredit Swamitra dan bagaimana penanganan terhadap kredit macet (non performing loan) disaat pertumbuhan portofolio terus meningkat. Hasil dari penelitian ini adalah Bank Bukopin telah melakukan sistem pengendalian kredit dengan cukup baik pada sebelum ataupun sesudah pemberian kredit. Akan tetapi Bank Bukopin perlu meningkatkan kontrol pada sistem pengendalian pada kredit Swamitra karena nilai non performing loan yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan nilai non performing loan kredit industri mikro dapat menyebabkan ancaman bagi Bank Bukopin pada masa yang akan datang. Kata kunci : Pengendalian Internal, Pengendalian Kredit, Usaha Mikro, Non Performing Loan.

ABSTRACT

This study comprehensively analyzes the implementation of internal control in Bukopin micro credit. The type of micro credit examined in this study is Swamitra credit. This is a descriptive research with qualitative design. The purpose of this study is to explain how the system of internal controls in the provision of Swamitra credit and how they handle non-performing loans. The result of this study is Bank Bukopin have done credit control system well enough before and after the provision of credit. However, Bank Bukopin needs to improve controls on Swamitra credit control system because the ratio of non performing loan for Swamitra credit is still high enough compared to the ratio of non performing loan for micro industry credit will cause a threat to Bank Bukopin in the future.

Key Words: Internal Control, Credit Control, Micro Enterprise, Non Performing Loan

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 2: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

1 Latar Belakang Penelitian

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut,

kegiatan pokok bank adalah menerima simpanan dari masyarakat yang memiliki kelebihan

dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada

pihak yang memerlukan dana. Kegiatan bank pada akhirnya akan diarahkan kepada

peningkatan taraf hidup masyarakat, agar masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera

daripada sebelumnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-

Pokok Perbankan, diatur dalam Pasal 1 huruf a, pemberian kredit adalah salah satu usaha

pokok bank. Termasuk dalam pemberian kredit itu ialah kepada Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM).

Berdasarkan sebuah artikel yang dipublikasikan pada 21 Desember 2012, Menteri

Koperasi Syarif Hasan mengatakan bahwa jumlah UMKM di Indonesia diperkirakan

mencapai 55,2 juta unit. Pada tahun 2013, diperkirakan pertumbuhannya akan mencapai 2

juta. Dengan angka sebesar 55,2 juta tersebut, UMKM mengkontribusikan pertumbuhan

ekonomi dalam negeri hingga 60%. Jadi, jelas bahwa UMKM adalah salah satu potensi yang

besar bagi perekonomian Indonesia meskipun terkadang UMKM menghadapi suatu masalah

yakni permodalan usaha. Masalah yang dihadapi mencakup masalah pembiayaan usaha,

masalah akumulasi modal, dan cara memanfaatkan fasilitas dalam mencapai usahanya.

Pada Bank Bukopin, kredit UMKM dibagi menjadi dua, yakni kredit mikro dan kredit

UKM. Kredit mikro itu sendiri, terbagi menjadi beberapa jenis yakni Swamitra, Kredit

Pensiunan, Kredit PNS Aktif , KPR & KPA Mikro, Direct Loan Mikro, dan Kredit Masa Pra

Pensiun. Pada skripsi ini, penulis akan membahas salah satu dari beberapa kredit mikro

tersebut, yakni kredit Swamitra.

Pada kredit Swamitra, penyaluran kredit tersebut dilakukan secara kerjasama atau

kemitraan antara Bank Bukopin dengan Koperasi untuk mengembangkan serta

memodernisasi Usaha Simpan Pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi

(network) dan dukungan sistem manajemen sehingga USP memiliki kemampuan pelayanan

transaksi keuangan yang lebih luas dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 3: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

undangan yang berlaku. Pemberian kredit ini ditujukan kepada masyarakat yang meminjam

dalam jumlah yang relatif kecil, yang mungkin tidak dapat dilakukan di bank lainnya.

Pemberian kredit memiliki sebuah resiko yaitu adanya kredit macet. Bahaya yang

timbul dari kredit-kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali kredit tersebut, baik

sebagian maupun seluruhnya. Kredit macet banyak terjadi sebagai akibat analisis pemberian

persetujuan kredit yang tidak begitu ketat. Dengan adanya unsur resiko dan ketidakpastian

tersebut, diperlukan suatu pengamanan, baik pengamanan preventif maupun represif.

Penelitian ini dilakukan pada Swamitra X dan Y. Swamitra X dan Y dipilih karena

dianggap dapat mewakili dua jenis Swamitra dengan angka non performing loan (NPL) yang

rendah dan tinggi. Swamitra X memiliki angka NPL sebesar 4,2% pada tahun 2012 dan

Swamitra Y memilki NPL sebesar 9,7% pada tahun 2012.

Sistem pengendalian internal dalam pemberian kredit yang baik di bank akan mampu

meminimalkan risiko kredit macet (non performing loan) sekaligus membuat bank mampu

menjalankan fungsi utamanya sebagai penyalur kredit ke masyarakat. Untuk itu setiap

pinjaman yang akan diberikan oleh bank kepada usaha mikro, harus sesuai dengan aturan

yang berlaku untuk menghindari adanya kredit macet tersebut. Tujuan pengendalian ini

adalah menghilangkan resiko atau setidaknya memperkecil resiko yang mungkin akan timbul.

Berangkat dari hal-hal tersebut, penulis ingin menganalisa bagaimana sistem

pengendalian internal pada pemberian kredit swamitra Bank Bukopin.

2 Landasan Teori

2.1 Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organization of The

Treadway Commission (COSO) adalah alat yang digunakan oleh para manajer (tetapi jarang

diajarkan) untuk membantu dalam pencapaian tujuan usaha mereka dalam kategori efektivitas

dan efisiensi operasional, keandalan dari laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan yang berlaku.

Menurut Mulyadi (2010), pengendalian internal memiliki dua tujuan, yaitu

pengendalian internal akuntansi (internal accounting control) yang meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 4: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

kekayaan organisasi dan memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi; dan

pengendalian internal administratif (internal administrative control) yang meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong

efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Terdapat sebuah kerangka kerja pengendalian internal yang dikeluarkan oleh COSO

mendefinisikan pengendalian internal sebagai sebuah proses, dipengaruhi oleh dewan direksi,

manajemen, dan orang-orang lainnya dalam perusahaan. Pada model tersebut digambarkan

lima level pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan.

2.2 Pengendalian Kredit

Pengendalian kredit sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya kredit

macet dan penyelesaian kredit macet. Pengendalian kredit menurut Hasibuan (2006), adalah

usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet.

Lancar dan produktif berarti kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan

perjanjian yang telah disetujui sebelumnya oleh kedua belah pihak. Hal ini penting dilakukan

karena terjadinya kredit macet membawa kerugian bagi pihak bank yang bersangkutan. Oleh

karena itu, penyaluran kredit harus berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan sistem

pengendalian yang baik dan benar.

Terdapat dua jenis pengendalian kredit yakni preventive control of credit yang

merupakan pengendalian kredit yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum kredit

tersebut macet dan repressive control of credit yang merupakan tindakan pengamanan atau

penyelesaian kredit macet dengan cara rescheduling, reconditioning, restructuring, dan

liquidation. Proses pengendalian kredit terdiri dari pengecekan kredit, analisis kredit,

keputusan kredit, pengendalian setelah kredit diberikan dan penyelesaian kredit macet.

3 Profil Perusahaan

Bank Bukopin telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok

bank menengah di Indonesia dari sisi aset dengan jumlah aset sebesar Rp 65,69 triliun pada

akhir tahun 2012, meningkat dari Rp 57,18 triliun pada tahun sebelumnya. Seiring dengan

terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang

lebih luas, selain segmen Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), yang

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 5: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

sejak tahun 2008 telah dipilah menjadi segmen Mikro dan segmen Usaha Kecil, Menengah

dan Koperasi (UKMK), Bank Bukopin juga melayani segmen Konsumer dan segmen

Komersial. Keempat segmen bisnis tersebut, ditambah dengan bisnis Perbankan Internasional

dan Treasury, merupakan enam pilar usaha Bank Bukopin.

Swamitra adalah program Bank Bukopin yang bekerja sama dengan koperasi untuk

membentuk lembaga keuangan yang dikelola secara otonom dan profesional yang

memanfaatkan jaringan teknologi dalam melakukan transaksi keuangan melalui gerai

Swamitra. Melalui gerai inilah, pelayanan kredit kepada usaha mikro dilakukan. Kredit

Swamitra memiliki plafon sebesar Rp 500.000,- s/d Rp 150.000.000,- dengan suku bunga

sebesar 23%-40% per tahun.

Swamitra sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan hanya untuk

gerakan koperasi memang disiapkan dengan matang dan memiliki berbagai kelebihan seperti

dukungan teknologi informasi. Teknologi informasi yang digunakan adalah alat bantu yang

disebut Sistem Informasi Keuangan Mikro (SIKM). Sistem aplikasi tersebut berfungsi

sebagai alat dalam memproses kredit, sehingga dalam waktu cepat dapat diberikan

persetujuan kredit namun tetap memperhatikan asas prudential banking. Penggunaan aplikasi

SIKM tersebut dilakukan di seluruh outlet Swamitra. Dengan teknologi tersebut dan dalam

jaringan yang terhubung, transaksi dapat dilakukan lebih aman dan cepat, sehingga pedagang

atau pengusaha kecil memiliki waktu lebih banyak untuk memikirkan kemajuan usaha

mereka. Penggunaan SIKM juga mempermudah pengawasan yang dilakukan oleh Swamitra

dan Bank Bukopin.

Selain itu, operasional Swamitra didukung oleh sistem manajemen yang disediakan

oleh Bank Bukopin dan dikelola oleh tenaga-tenaga koperasi atau LKM yang dilatih khusus

untuk tugas tersebut. Para petugas ini menjalankan transaksi yang berkaitan dengan produk-

produk Swamitra serta melayani anggota serta nasabah di wilayah pelayanan (service point)

Swamitra. Untuk menyelenggarakan aktivitas Swamitra maka permodalan awal disiapkan

melalui setoran dana koperasi atau LKM, karena umumnya koperasi yang ditunjuk oleh Bank

Bukopin untuk mengelola Swamitra adalah koperasi dengan kinerja usaha yang relatif baik.

Namun, untuk mendukung kegiatan operasional Swamitra tersebut, Bank Bukopin dapat

memberikan fasilitas kredit kepada Swamitra, antara lain dalam bentuk kredit investasi (KI)

dan kredit modal kerja (KMK).

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 6: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

Sebagai lembaga keuangan yang bergerak di lapisan masyarakat bawah, swamitra

memahami dengan baik budaya dan kebutuhan pasarnya. Umumnya para pengusaha mikro

tersebut membutuhkan kecepatan dan kemudahan, sedangkan bunga itu sangat relatif.

4 Analisis dan Pembahasan

4.1 Strategi Bisnis Bank Bukopin dalam Mengembangkan Swamitra

Bank Bukopin cukup gencar mempromosikan kredit Swamitra sebagai salah satu

produk unggulannya yang dipasarkan melalui kerja sama dengan koperasi simpan pinjam

melalui Gerai Swamitra. Dengan dukungan Bank Bukopin inilah, calon nasabah akan tertarik

dan percaya dengan Swamitra karena mereka telah memiliki kepercayaan dengan Bank

Bukopin yang memang terkenal akan program pemberdayaan bisnis mikro miliknya. Bank

Bukopin juga melakukan perekrutan karyawan dengan prosedur dan standar Sumber Daya

Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Bank Bukopin. Setiap pegawai baru juga akan

mendapatkan pembekalan mengenai Standard Operating Procedure (SOP) dan pelatihan

yang diberikan oleh Divisi Bisnis Mikro. Perkerutan, pelatihan, dan pembekalan tersebut

merupakan salah satu kontrol untuk menjaga kualitas, integritas, dan etika karyawan.

4.1.1 Strategi Pemasaran Gerai Swamitra

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Swamitra sendiri bentuknya masih sangat

sederhana, seperti placing, mouth to mouth, brosur, dan direct marketing. Placing adalah

pendirian Gerai Swamitra di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau masyarakat kecil seperti di

pasar, pelabuhan, daerah sentra kerajinan, dan di tempat-tempat lain yang dianggap potensial.

Mouth to mouth ialah promosi yang dilakukan oleh nasabah yang telah mendatangi Gerai

Swamitra. Gerai Swamitra menyediakan brosur yang berisi jenis produk yang ditawarkan dan

persyaratan-persyaratan yang perlu dipenuhi oleh calon nasabah jika ingin menjadi nasabah

produk simpan pinjam Swamitra. Brosur ini dapat menjadi pendukung strategi mouth to

mouth. Direct marketing dilakukan oleh Account Officer (AO) dengan mendatangi calon-

calon nasabah untuk melakukan pendekatan dan menawarkan produk simpan pinjam

Swamitra. Pendekatan secara langsung ini dapat membantu AO dalam menilai lebih dalam

calon nasabah dan potensi calon nasabah tersebut.

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 7: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

4.1.1.1 Analisis Dampak Strategi Pemasaran Swamitra

Dampak dari strategi bisnis yang dilakukan oleh Bank Bukopin untuk

mengembangkan Gerai Swamitra cukup positif, terlihat dari peningkatan Gerai Swamitra

setiap tahunnya, dari 530 gerai pada tahun 2010, menjadi 583 gerai pada tahun 2011, dan

menjadi 625 gerai pada tahun 2012 atau sebesar 10% pada tahun 2011 dan 7,2% di tahun

2012.

Tabel Jumlah Nasabah dan Debitur Swamitra

2010 2011 2012

Jumlah Nasabah 369.986 416.315 457.377 Jumlah Debitur 106.572 106.822 103.738

Jumlah nasabah setiap tahunnya meningkat dengan cukup signifikan, tetapi kenaikan

jumlah debitur ternyata tidak sesignifikan kenaikan jumlah nasabah, malah cenderung

stagnan dari tahun ke tahun. Jumlah debitur malah mengalami penurunan pada tahun 2012.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan masih kurang efektif dalam

hal ekspansi debitur baru.

Tabel Jumlah Portofolio Kredit Swamitra ke End User 2010-2012

(dalam milyar Rupiah)

2010 2011 2012

Jumlah Portofolio Kredit Swamitra 944 1.050 1.187

Meskipun jumlah debitur menurun, jumlah kredit yang diberikan oleh Swamitra ke

end user mengalami peningkatan sebesar 11,2% pada tahun 2011 dan 13,04% pada tahun

2012. Berdasarkan analisa penulis, hal ini disebabkan perubahan strategi dalam pemberian

kredit dari yang sebelumnya menyalurkan kredit secara retail ke banyak debitur, kini lebih

memperhatikan pada volume plafond yang diberikan kepada debitur.

4.2 Strategi Bisnis Bank Bukopin dalam Mengembangkan Swamitra

4.2.1 Proses Inisiasi dan Permohonan Kredit

Terdapat dua jenis pengendalian kredit yakni Preventive Control of Credit dan

Repressive Control of Credit. Pada proses permohonan kredit, terdapat langkah inisiasi yang

termasuk dalam jenis kontrol preventif, yang berarti pengendalian kredit yang dilakukan

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 8: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

sebelum kredit tersebut bermasalah. Pada permohonan secara pasif, calon nasabah yang

berminat untuk menjadi debitur dapat datang ke Gerai Swamitra untuk dilayani dan kemudian

akan diproses oleh AO untuk dilakukan inisasi kredit. Sedangkan pada pendekatan aktif, AO

sebagai pencari nasabah langsung terjun untuk mengumpulkan informasi, menentukan target

pasar, mencari dan mensolisit calon debitur yang akan ditangani. Beberapa tahap solisitasi

yang dilakukan AO adalah mapping, information, canvassing, dan on the spot

Saat proses solisitasi juga dilakukan wawancara untuk lebih meyakinkan bahwa calon

debitur yang ditemui potensial. Wawancara bertujuan untuk memberikan penilaian

berdasarkan informasi-informasi yang terdapat pada calon debitur mengenai karakter,

kemampuan, modal, agunan, dan keadaan ekonomi yang disebut dengan Five C’s Principle.

AO memegang peranan penting pada tahap ini karena pemilihan calon debitur

dilakukan oleh AO, sehingga AO akan menjadi pembina sekaligus penanggungjawab debitur.

Pemberlakuan prinsip 5C tersebut merupakan salah satu kontrol yang dilakukan oleh

Swamitra agar AO dapat menyaring calon debitur yang benar-benar potensial. Hal ini telah

sesuai dengan prinsip pemberian kredit yang dikemukakan oleh (Kasmir 2012:136).

Setelah proses solisitasi dilakukan, AO akan memberikan formulir permohonan kredit

kepada calon debitur yang dianggap potensial untuk dilakukan pengisian. Formulir

permohonan kredit tersebut berisi tanggal, jumlah permohonan, tujuan penggunaan, sumber

pengembalian pinjaman, dokumen jaminan serta nama dan tandatangan calon debitur.

Apabila debitur telah berkeluarga, maka harus ada (surat) persetujuan dari istri / suami. Calon

debitur harus menyerahkan beberapa dokumen seperti fotocopy KTP, fotocopy KTP

istri/suami, fotocopy kartu keluarga, fotocopy surat nikah/cerai (untuk yang sudah

nikah/cerai), fotocopy rekening listrik, surat keterangan usaha dari lurah atau Dinas Pasar dan

surat perizinan usaha lainnya, dan fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk plafon

di atas Rp 25.000.000,-

Setelah penyerahan dokumen oleh calon debitur, AO akan melakukan pengecekan

ulang data tersebut kemudian Scoring Online melalui aplikasi SIKM dengan melakukan input

terhadap hasil scan data-data yang berkaitan dengan permohonan pinjaman seperti data calon

debitur, data usaha calon debitur, data keuangan calon debitur, data legalitas calon debitur,

dan data jaminan. Setelah input data tersebut selesai, dilanjutkan ke tahap generate scoring.

Terdapat 2 (dua) hasil scoring, yaitu :

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 9: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

1. Diterima (hasil scoring ≥70)

Apabila hasil scoring diterima, maka akan dilakukan verifikasi ulang kelengkapan

dokumen dan formulir permohonan kredit yang telah ditandatangani oleh calon

debitur. Jika dokumen persyaratan telah lengkap, AO akan mengirim aplikasi kredit

kepada Credit Support (CS) untuk dilakukan verifikasi dan analisis. Namun apabila

dokumen persyaratan belum lengkap, AO harus meminta kepada calon debitur

dokumen yang masih kurang. Kemudian AO menyerahkan seluruh fisik dokumen

kredit dan foto copy dokumen jaminan calon debitur kepada CS di Swamitra.

2. Ditolak (hasil scoring ≤70)

AO memberi surat penolakan kepada calon debitur.

AO sebagai pembina kredit harus benar-benar menyaring debitur yang potensial untuk

melakukan permohonan kredit. Kelengkapan dokumen kredit dan jaminan juga berperan

sangat penting. Dokumen kredit diperlukan untuk melakukan analisis terhadap calon debitur

dan dokumen jaminan sangat penting karena jaminan adalah salah satu cara untuk

meyakinkan bahwa calon debitur akan sanggup melunasi pinjaman sesuai dengan yang

diperjanjikan. AO harus meyakini bahwa dokumen jaminan yang diberikan sah dan legal

sehingga dapat dilakukan penilaian jaminan dengan baik agar AO yakin untuk menjalankan

proses kredit selanjutnya.

Namun berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan penulis, ada fungsi maker-

checker yang kurang berjalan optimal. Manajer Swamitra selaku pemangku jabatan paling

tinggi di Swamitra kurang mengawasi pekerjaan yang dilakukan AO. Adanya ketimpangan

antara target yang dibebankan dengan apresiasi yang diberikan kepada AO, juga

mempengaruhi kinerja AO dalam melakukan analisa awal. Di sinilah perlu adanya

peningkatan kontrol dari Bank Bukopin, karena analisa awal yang baik dapat menghindarkan

kreditur dari debitur yang tidak layak.

4.2.2 Proses Analisis dan Verifikasi Kredit

Pada tahap ini akan dilakukan analisis dan verifikasi terhadap dokumen calon debitur

yang telah diberikan dengan keadaan debitur sebenarnya, terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Internal Checking

Setelah menerima dokumen kredit dan jaminan dari AO, CS akan melakukan tahap

analisis selanjutnya yaitu internal checking pada database di Swamitra dan Bank

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 10: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

Bukopin. Internal checking merupakan tindakan awal untuk mencegah risiko kredit

karena dengan internal checking akan diketahui riwayat calon debitur pada Swamitra

dan Bank Bukopin. Jika calon debitur merupakan nasabah lama di Swamitra, akan

ditelusuri riwayat pinjamannya di Swamitra. Pada tahap ini calon debitur dapat

ditolak jika hasil internal checking menunjukkan bahwa calon debitur memiliki

tunggakan kredit atau masalah pada Swamitra dan Bank Bukopin. Namun jika hasil

internal checking menunjukkan bahwa calon debitur tidak memiliki tunggakan kredit

atau masalah pada Swamitra dan Bank Bukopin, maka proses dapat dilanjutkan pada

tahap permohonan Bank Indonesia (BI) checking kepada Kordinator Operasi (KO).

2. BI Checking

Pengecekan yang dilakukan tidak sebatas pada internal saja, akan dilakukan

pengecekan juga terhadap database Bank Indonesia (BI). Hal ini merupakan kontrol

dari Swamitra dan Bank Bukopin agar tidak salah dalam menjaring calon debitur,

karena bisa saja calon debitur memiliki masalah pada bank lain. Selain mengecek

daftar hitam BI, dilakukan juga pengecekan pada Sistem Informasi Debitur (SID).

Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pinjaman yang sudah diterima

oleh calon debitur dari bank lain. Prosedurnya diawali dengan permohonan BI

checking dari CS yang akan disampaikan kepada KO, kemudian KO akan melakukan

BI checking di Divisi Bisnis Mikro Bank Bukopin, karena Swamitra tidak diberi akses

untuk melakukannya. Hasil BI checking akan dikirimkan kepada CS dan CS membuat

kesimpulan atas hasil pemeriksaan internal dan BI checking tersebut. Jika

berdasarkan hasil pengecekan calon debitur tidak tidak terdaftar pada blacklist BI dan

hasil SID tidak bermasalah, maka CS dapat melanjutkan ke proses survei dan taksasi

jaminan.

3. On The Spot (OTS)

Pada tahap ini akan dilakukan analisis dan verifikasi atas dokumen permohonan dan

dokumen pendukung dengan keadaan sebenarnya dari calon debitur oleh CS, KO, dan

MS. Hal yang dianalisis dan diverifikasi pada tahap ini adalah tujuan penggunaan

fasilitas kredit yang diajukan, kondisi dari debitur dan usahanya, prospek usaha, aspek

legal, dan jaminan.

Setelah survei, taksasi jaminan, dan analisis yuridis dilakukan, hasilnya akan diinput

ke aplikasi SIKM. CS akan memverifikasi kelengkapan dokumen persyaratan yang ada di

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 11: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

SIKM dan MS akan melakukan pengecekan ulang data dan approval terhadap form check

list. Kemudian, MS akan mengirimkan aplikasi kredit beserta informasinya kepada KO untuk

dilakukan pengecekan ulang data kembali kemudian AO akan membuat proposal kredit yang

berisikan hasil analisis kredit yang telah dilakukan oleh CS, KO, dan MS saat OTS ditambah

beberapa hal seperti monitoring, yaitu cara bagaimana mengawasi usaha yang dibiayai dan

kesimpulan dan rekomendasi. Kemudian, proposal kredit tersebut akan dikirimkan ke Komite

Kredit.

Analisis ulang dan verifikasi oleh KO dan CS merupakan bentuk kontrol yang

dilakukan bagi calon debitur pada proses analisis pemberian kredit. Namun berdasarkan hasil

obeservasi yang penulis lakukan, pada kenyataannya masih ada saja debitur yang lolos

padahal sebenarnya kurang layak. Di sinilah perlu adanya peningkatan kontrol karena

seharusnya KO dan CS dapat mendeteksi jika terdapat kelalaian yang dilakukan oleh AO.

4.2.3 Proses Keputusan Kredit

Keputusan kredit merupakan tahap penentuan apakah kredit akan diterima atau

ditolak. Proses keputusan kredit dilakukan oleh Komite Kredit dengan menggunakan sistem

individual limit. Sistem tersebut diaplikasikan guna mengedepankan kecepatan dalam proses

keputusan kredit, mengingat kecepatan adalah salah satu faktor penting dalam bisnis Kredit

Mikro. Individual limit berarti bilamana pada suatu tahap hirarki Komite Kredit memiliki

limit yang memadai untuk memutuskan kredit tersebut, maka proses keputusan kredit cukup

berhenti pada tahap tersebut saja, tidak perlu dimintakan pertimbangan pada hirarki diatasnya

agar lebih menghemat waktu.

Pada tahap ini, MS akan memberikan tanggapan untuk meneruskan atau menolak

permohonan kredit berdasarkan proposal yang telah dikirimkan oleh AO. Jika ditolak, proses

permohonan pinjaman tidak akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Namun jika diterima,

akan dilanjutkan ke tahap proses otorisasi Komite Kredit pada aplikasi SIKM. Komite Kredit

terdiri dari AO Supervisi, Koordinator AO Supervisi, dan Manager Bisnis Mikro Bukopin.

Setiap closing proses keputusan komite, MS akan mencetak Memorandum Kredit

Komite (MKK) yang terdiri dari lembar persetujuan komite kredit, tanggapan komite kredit,

dan proposal kredit. MKK tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan Surat Persetujuan

Pemberian Kredit (SPPK) yang kemudian akan ditandatangani oleh anggota komite kredit

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 12: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

yang menyetujui permohonan kredit sesuai individual limitnya. SPPK tersebut akan diberikan

kepada AO untuk dikirimkan ke calon debitur.

Risiko kredit terhadap bank dapat dikurangi dengan pembatasan wewenang dalam

pemberian keputusan kredit. Kontrol Bank Bukopin diberikan dengan adanya otoritas

pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak Bank Bukopin yakni Komite Kredit yang telah

memiliki pengalaman dalam melakukan penilaian terhadap sebuah kredit.

Orang yang memutuskan kredit harus berbeda dengan orang yang memasarkan kredit

tersebut. Dalam hal ini, yang memasarkan kredit adalah AO dan AO tidak diberikan

wewenang dalam memutuskan kredit.

4.2.4 Proses Pengikatan Kredit

Pengikatan kredit ialah pengikatan terhadap pinjaman dan agunan yang dilakukan

antara Swamitra dengan debitur maupun pihak-pihak lain yang terkait, baik secara notariil

maupun dibawah tangan, tergantung jumlah plafon kredit. Kebijaksanaan dalam pengikatan

kredit harus meliputi pengikatan yang kuat dan sah baik terhadap fasilitas kredit maupun

agunan. Proses pengikatan kredit ini dilakukan secara manual atau tidak melalui SIKM.

Setiap pengikatan harus dilakukan dan ditandatangani oleh orang yang berhak dalam

kewenangannya, baik selaku perorangan maupun selaku pemilik barang agunan. Setiap

pengikatan harus dilakukan, dihadiri dan ditandatangani oleh debitur dan pemilik agunan di

atas materai agar memilki kekuatan hukum. Pelaksanaan pengikatan pinjaman juga harus

dihadiri oleh Kuasa Swamitra dan perlu adanya saksi. Penandatangan akta pinjaman dan

jaminan berfungsi sebagai jaminan bagi Bank apabila debitur melakukan wanprestasi

sehingga risiko tidak dapat membayar dapat diminimalisir.

4.2.5 Proses Pencairan Kredit

Proses pencairan ialah realisasi pinjaman kepada debitur sesuai persyaratan dan

ketentuan yang telah disepakati bersama antara Swamitra dengan debitur. Kebijaksanaan

dalam pencairan kredit harus berdasarkan pada keputusan Komite Kredit yang tertuang pada

MKK. Prosedur dalam pencairan kredit ialah KO akan melakukan input master pinjaman ke

SIKM yang berisi nama, plafon, jangka waktu, jatuh tempo, tanggal akad, jenis pinjaman,

tipe bunga, rate denda, spread bunga, nomor akad, jenis dan letak usaha (berupa kode). Bagi

debitur yang belum memiliki simpanan di koperasi, akan dibukakan simpanan di koperasi

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 13: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

terlebih dahulu. Simpanan ini merupakan simpanan seperti pada koperasi simpan pinjam

biasanya, bukan merupakan rekening di Bank Bukopin. Kemudian KO akan membuat

repayment schedule yang berupa daftar pembayaran angsuran/jadwal pembayaran debitur.

Debitur juga akan diberikan asuransi jiwa kredit. Asuransi tersebut berguna untuk

penggantian pinjaman apabila debitur meninggal, sehingga Swamitra dapat melakukan klaim

ke pihak asuransi. Biaya asuransi ini akan dibebankan saat pencairan kredit. Kemudian,

repayment schedule yang telah dibuat oleh KO akan diserahkan ke AO untuk dilakukan

pengecekan ulang kemudian diserahkan ke CS. Setelah itu baru dilakukan

dropping/pencairan. Pencairan akan dilakukan oleh KO dengan pengawasan MS melalui

pencairan ke simpanan debitur di koperasi secara utuh. Debitur dapat mengambil ke teller

Swamitra dengan pengawasan KO dan akan diberikan tanda terima pencairan. Debitur juga

mendapat buku tabungan kartu angsuran, dan tanda terima jaminan.

4.2.6 Pembayaran Cicilan Kredit

Pembayaran kredit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemotongan secara

langsung rekening debitur di Swamitra atau debitur dapat langsung mendatangi Swamitra

untuk melakukan pembayaran. Setiap pembayaran cicilan yang dilakukan oleh debitur akan

dimasukkan oleh teller ke dalam SIKM sehingga proses kontrol menjadi lebih mudah karena

sistem yang terhubung secara online. Dengan adanya SIKM, debitur yang memiliki

tunggakan akan diketahui dengan cepat. Kebijakan tertentu bagi debitur yang menunggak

akan dibahas pada sub bab penanganan NPL.

4.2.7 Pelunasan Kredit

Saat debitur akan melakukan pelunasan kredit, debitur harus menghubungi AO dulu

sebelumnya. Sehingga AO dan CS dapat menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan

untuk pelunasan. Kemudian debitur bisa langsung mendatangi Swamitra. Pelunasan yang

dilakukan sebelum jatuh tempo tidak akan dikenakan biaya penalti, jadi debitur hanya

membayar sisa angsuran saja. Pelunasan akan dilayani oleh teller dengan diawasi oleh KO.

Prosedur pelunasannya adalah debitur membawa buku tabungan, kartu angsuran, repayment

schedule, dan tanda terima jaminan yang diberikan saat pencairan kredit kemudian membayar

sisa angsuran kepada teller dan teller akan melakukan input pelunasan ke SIKM. Kemudian

teller akan mencetak tanda terima pelunasan. Dengan adanya SIKM, Bank Bukopin dapat

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 14: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

mengontrol pelunasan yang telah dilakukan oleh debitur Swamitra sehingga pengembalian

Kredit MTT dari Swamitra dapat dikontrol.

Setelah debitur melakukan pelunasan, jaminan tidak dapat langsung diambil karena

jaminan disimpan di Bukopin. CS akan mengambilkan jaminan di POM dengan menyertakan

bukti pelunasan dan tanda terima jaminan milik debitur. POM kemudian akan melakukan

pengecekan terhadap dokumen dan dicocokan dengan data yang ada di SIKM. Jika telah

cocok, POM dapat menyerahkan jaminan ke CS disertai tanda terima pengambilan jaminan.

Lalu CS akan menghubungi debitur untuk menyerahkan jaminan di Swamitra. Setelah

jaminan diambil, CS atau KO akan mencatatnya di buku register jaminan milik Swamitra dan

data jaminan yang ada di SIKM dihapus oleh CS dengan otorisasi KO.

4.3 Analisis Pengendalian Kredit

4.3.1 Pembinaan dan Monitoring Debitur

AO sebagai pembina kredit bertanggung jawab untuk membina dan mengawasi

debitur hingga setelah kredit diberikan agar kredit digunakan sesuai dengan tujuannya dan

debitur dapat membayar angsuran tepat waktu. Pengawasan dan pembinaan tersebut dapat

dilakukan melalui dua cara, yakni pengendalian pasif dan aktif.

§ Pengendalian Pasif

Pengendalian pasif dapat dilakukan dengan memantau debitur melalui sistem SIKM.

Pemantauan dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap pembayaran

angsuran bulanan debitur. Dengan adanya SIKM tersebut, dapat diketahui debitur

mana yang sudah ataupun belum membayar angsuran. AO juga dapat menelepon

debitur secara periodik untuk menanyakan bagaimana kondisi usahanya.

§ Pengendalian Aktif

Jika ternyata angsuran tetap belum dibayar, AO akan mendatangi debitur untuk

melakukan pemantauan sebab penunggakan tersebut. Untuk mencegah agar

tunggakan tidak terjadi, selain melakukan pemantauan melalui SIKM dan telepon, AO

juga melakukan kunjungan secara periodik (minimal sebulan sekali) untuk memantau

perkembangan usaha debitur dan bagaimana penggunaan kredit yang telah diberikan.

AO juga harus memberikan saran dan konsultasi kepada debitur mengenai hal-hal

yang mereka perlukan. Jika terdapat masalah pada usaha debitur ataupun pada debitur

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 15: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

sendiri, AO harus menganalisa sebab terjadinya masalah tersebut dan membuat

rekomendasi kepada supervisor tentang saran-saran perbaikan atau penyelamatannya.

Monitoring dan pembinaan debitur adalah salah satu kontrol untuk mencegah

terjadinya penunggakan kredit. Tetapi pada kenyataannya, monitoring dan pembinaan yang

ada masih kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh AO yang sering tidak melakukan

kunjungan ke debitur setelah kredit diberikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank

Bukopin adalah dengan melakukan coaching dan pelatihan kepada para AO, namun hal

tersebut dampaknya masih kurang optimal. Perlu adanya suatu sistem lain untuk mencegah

terulangnya hal seperti ini, contohnya adalah reward and punishment bagi AO. Dengan

adanya reward and punishment tersebut, AO menjadi lebih termotivasi untuk menjalankan

tugas yang semestinya.

4.3.1.1 Penyelesaian Non Performing Loan Kredit Swamitra

Penilaian kualitas kredit debitur dilakukan berdasarkan tingkat kolektibilitasnya yang

dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu collectibility (COL) 1 merupakan kategori

debitur lancar hingga penunggakan 3 bulan, COL 2 merupakan kategori debitur menunggak

3-6 bulan, COL 3 merupakan kategori debitur menunggak 6-8 bulan, dan COL 4 merupakan

kategori debitur menunggak >8 bulan dan telah melampaui jatuh tempo pelunasan. Pada

tingkat ini kredit sudah dianggap macet oleh Swamitra.

Debitur yang masuk pada tingkat COL 2,3, dan 4 dianggap sebagai debitur yang

bermasalah. AO sebagai pembina kredit akan mendatangi debitur untuk melakukan

pengecekan sebab macetnya pembayaran kredit. Jika debitur tetap belum membayar, akan

diberikan surat tunggakan. Setelah lewat 3 bulan baru akan diberikan Surat Peringatan 1,2,

dan 3 yang masing-masing berinterval maksimum 14 hari. Bila masih terdapat kemungkinan

untuk pembayaran kredit, maka akan dilakukan beberapa usaha, yaitu rescheduling,

reconditioning, dan restructuring.

Jika sebelum atau setelah dilakukan ketiga hal tersebut debitur memang benar-benar

tidak dapat melakukan kewajibannya, harus dilakukan pengambilan kebijakan untuk

melakukan recovery terhadap kredit tersebut. Proses tersebut akan diserahkan kepada

Lembaga Remedial Pinjaman (LRP). LRP adalah suatu lembaga yang berwenang untuk

mengevaluasi, mempertimbangkan, menyetujui dan memutuskan suatu rekomendasi untuk

penyelesaian fasilitas pinjaman bermasalah, pinjaman macet atau pinjaman lain baik yang

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 16: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

menimbulkan kerugian bagi Swamitra maupun tidak menimbulkan kerugian. LRP

beranggotakan orang-orang yang terdapat pada Komite Kredit. Tindakan recovery biasanya

dilakukan dengan melakukan penjualan jaminan debitur dengan persetujuan debitur.

4.3.2 Penyimpanan File Administrasi Kredit

Bentuk pengendalian dalam penyimpanan file administrasi kredit berdasarkan

Pedoman Operasional Swamitra ialah memisahkan file kredit dan jaminan dan petugas yang

melakukan administrasi penyimpanan kedua file tersebut.

4.3.3 Analisis Pihak yang Terlibat dalam Penanganan Kredit

Untuk mendukung aktivitas bank yang sehat, perlu adanya struktur organisasi yang

efektif dan tepat dengan cara memisahkan fungsi dan tanggung jawab bagi setiap pihak yang

terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh bank. Pemisahan fungsi dan tanggung jawab

yang jelas juga akan mempermudah pelaksanaan kontrol internal untuk mencegah

penyimpangan yang mungkin terjadi.

Pihak yang terlibat pada penanganan kredit Swamitra adalah MS, KO, CS, AO,

Kolektor, dan Internal Kontrol. Struktur tersebut adalah struktur ideal yang seharusnya ada

pada Swamitra. Tetapi pada kenyataannya, pihak-pihak tersebut tidak seluruhnya ada pada

Swamitra. Contohnya seperti pihak Kolektor, ada Swamitra yang AO nya merangkap sebagai

Kolektor untuk menghemat biaya. Meskipun AO yang merangkap sebagai kolektor

mempermudah penagihan karena debitur sudah kenal dengan AO, nyatanya ada debitur yang

malah menganggap enteng AO karena telah mengenal AO dengan baik. Sehingga, debitur

tidak memiliki ketakutan akan penagihan yang dilakukan oleh AO. Seharusnya, fungsi

Kolektor benar-benar dijalankan di seluruh Swamitra agar angka kredit macet dapat lebih

ditekan.

Selain dari pihak Swamitra, terdapat juga pihak yang terlibat dari Bank Bukopin yaitu

Komite Kredit/LRP dan POM. Keseluruhan job description para pihak tersebut juga telah

digambarkan dengan jelas.

Untuk menjaga kualitas seluruh sumber daya manusia (SDM) pihak-pihak yang

terlibat pada proses pemberian kredit, salah satu kontrol yang dilakukan oleh Bank Bukopin

adalah dengan perekrutan yang dilakukan dengan standar mutu SDM milik Bank Bukopin

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 17: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

dan pemberian pelatihan-pelatihan bagi karyawan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga

mutu, integritas, dan etika karyawan.

4.4 Analisis Non Performing Loan Kredit Swamitra

Grafik Perbandingan NPL Kredit Swamitra dengan NPL Kredit Industri Mikro 2010-

2012

Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat terlihat bahwa penurunan pada NPL Kredit

Swamitra masih belum optimal karena angka NPL tersebut masih tergolong tinggi jika

dibandingkan dengan NPL Kredit Industri Mikro menurut Bank Indonesia. Beberapa hal

yang menyebabkan NPL tersebut masih tergolong tinggi ialah fungsi maker-checker yang

belum optimal, kurang ketatnya proses pemberian kredit, monitoring dan collection yang

kurang baik, dan pihak individu debitur sendiri.

5 Kesimpulan & Saran

5.1 Kesimpulan

§ Sistem SIKM sangat membantu karena proses pemberian kredit dapat dilaksanakan

dengan lebih mudah dan cepat. Kontrol pun menjadi lebih mudah karena sistem yang

online dapat mempermudah integrasi antara seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pemberian kredit.

§ Pengendalian pada kredit yang telah disalurkan dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengawasan terhadap debitur dan penyimpanan keseluruhan file proses kredit.

0  

2  

4  

6  

8  

10  

12  

2010   2011   2012  

Kredit  Swamitra  

Kredit  Industri  Mikro  

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 18: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

Pengawasan terhadap debitur setelah kredit diberikan akan dilakukan oleh AO selaku

pembina kredit. AO dapat melakukannya secara aktif dan pasif. Untuk mengetahui

debitur mana yang memiliki tunggakan dapat dilihat pada sistem SIKM.

Adanya pemisahan penyimpanan file pinjaman dan jaminan serta pemisahan tugas

pihak yang mengelola file pinjaman dan jaminan dengan jelas, kontrol pada kedua file

tersebut telah dilakukan oleh pihak Swamitra dan Bank Bukopin dengan baik

§ Job description pihak yang terlibat pada proses pemberian kredit Swamitra telah

digambarkan secara jelas. Meskipun telah ada struktur yang ideal dan jelas bagi

Swamitra, pada kenyataannya tidak seluruh Swamitra menerapkan struktur yang ideal

tersebut, contohnya ada AO yang merangkap sebagai kolektor.

Adanya Komite Kredit selaku pemutus kredit yang berasal dari Bank Bukopin

merupakan salah satu kontrol yang diterapkan agar keputusan kredit dilakukan secara

benar.

§ Jika terdapat NPL, akan dilakukan rescheduling, reconditioning, restructuring kredit

atau kombinasi ketiganya. Jika debitur benar-benar tidak dapat membayar, baru akan

dilakukan penjualan jaminan yang keputusannya dilakukan oleh LRP dan

penjualannya akan dilakukan oleh pihak Swamitra. Selama ini, penjualan jaminan

adalah langkah yang paling efektif untuk melakukan recovery kredit bagi debitur yang

benar-benar tidak dapat membayar.

§ Meskipun angka NPL turun dari 9,19% menjadi 8,8% di tahun 2012, angka NPL

Swamitra masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan NPL Kredit Industri Mikro.

NPL tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti analisis awal yang kurang baik

oleh AO karena fungsi maker-checker kurang berjalan optimal, kurang ketatnya

proses pemberian kredit, monitoring dan collection yang kurang baik serta masalah

dari pihak individu debitur sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pemberian kredit Swamitra Bank Bukopin, maka

penulis dapat memberikan beberapa saran seperti berikut :

1. Perlu peningkatan kontrol oleh MS terhadap pelaksanaan tugas AO selaku pembina

kredit. Adanya ketimpangan antara target yang dibebankan dengan apresiasi yang

diberikan kepada AO, mempengaruhi kinerja AO dalam melakukan analisa awal.

2. Perlu adanya reward dan punishment bagi seluruh pihak yang terkait pada pemberian

kredit Swamitra, agar mutu dan kinerja dapat ditingkatan.

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 19: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

3. Ada beberapa langkah dalam SOP yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam pemberian kredit, hal ini dapat meningkatkan risiko pada pemberian

kredit.

4. Seiring dengan meningkatnya saingan Swamitra dalam pemberian kredit mikro, sudah

saatnya bagi Bank Bukopin meningkatkan strategi pemasaran bagi Swamitra. SDM

Swamitra juga harus lebih ditingkatkan mutunya agar dapat bersaing dengan KSP dan

LKM lainnya.

5. Kontrol Bank Bukopin pada seluruh proses pemberian kredit Swamitra harus lebih

ditingkatkan, meskipun jumlah kredit yang diberikan rendah, kontrol terhadap kredit

yang diberikan tetap harus diperhatikan. Padahal kredit mikro memiliki risiko yang

cukup tinggi, terlihat dari tingginya NPL Swamitra sebesar 8,8%.

6 DAFTAR PUSTAKA

Astriningtyas, Diah. (2011). Sistem Pengendalian Internal dalam Proses Pemberian Kredit dan

Monitoring Jaminan Kredit pada Credit Administration Department Bank XXX. Depok:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Annual Report Bank Bukopin 2011

Annual Report Bank Bukopin 2012

Bank Indonesia (2006). Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia (2009). Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia (2012). Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian Kredit

Atau Pembiayaan dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia (2003). Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/22/DPNP Tanggal 29 September 2003

Tentang Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum.

Bank Indonesia (2013). Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/6/DPNP Tanggal 8 Maret 2013 Tentang

Kegiatan Usaha Bank Umum berdasarkan Modal Inti.

Buku Saku UMKM diunduh dari http://www.wiek.kaltimprov.go.id/download

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013

Page 20: SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBERIAN KREDIT …

COSO. Internal control-Integrated Framework Executive Summary, 2012.

Divisi Pengembangan Mikro Bank Bukopin. (2011). Pedoman Kegiatan Operasi Swamitra. Jakarta:

Penulis.

Hasibuan, Malayu S.P. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.

Mulyadi. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Moeller, Robert and Herbert N Witt. Brink’s Modern Internal Auditing, 6th edition. John Wiley and

Sons, 2009.

Presiden Republik Indonesia (1998). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang perbankan. Jakarta:

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Urges Local Banks to Provide More Micro Loans. (2012, Agustus 11). The Jakarta Post, p. 14.

Untung, Budi. Kredit Perbankan di Indonesia. Jakarta : Penerbit Andi, 2005.

Wawan, P. Risiko Manajemen Perbankan. Jakarta: CMB Press, 2011.

www.bankbukopin.co.id

www.bi.go.id

Sistem Pengendalian ..., Anissa Putriasari , FT UI, 2013