Sistem pendidikan finlandia

5
Belajar dari Sistem Pendidikan Finlandia Oleh: Hafidhah Kausar, ST Saat ini, pendidikan di Indonesia masih di tingkat yang memprihatinkan dan mutu pendidikan yang masih rendah. Berdasarkan hasil tes PISA (Programme for International Student Assessment) yang dilakukan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation & Development), Indonesia berada di urutan bawah dari 65 negara yang mengikuti tes PISA untuk kategori math, sains dan reading. Lalu, negara manakah yang menduduki rangking pertama? Adalah Finlandia, negara yang mendominasi peringkat satu sejak pertama kali tes PISA dilakukan pada tahun 2000 dan berhasil mempertahankan posisi sebagai nomor satu hingga tahun 2009. Hasil tes 2009 menunjukkan Finlandia menduduki rangking kedua untuk reading, rangking kedua untuk matematika dan rangking pertama untuk sains. Secara keseluruhan, newsweek melaporkan bahwa Finlandia #1 di dunia di bidang pendidikan, kewarganegaraan dan kualitas masyarakat. Tes seperti apakah PISA itu sehingga masyarakat dunia sekarang memperhatikan Finlandia karena menduduki peringkat satu terutama di bidang pendidikan? Programme for International Student Assessment (PISA) adalah survey internasional tiga tahunan yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan melakukan tes kemampuan dan pengetahuan siswa usia 15 tahun. PISA pertama kali dilakukan pada tahun 2000. Dengan demikian, PISA telah dilakukan sebanyak empat kali, yang kesemuanya rangking pertama secara umum dimenangkan oleh Finlandia. Dan hasil tes 2012 akan dikeluarkan pada 3 Desember 2013. Menurut Pasi Sahlberg, seorang ahli pendidikan di Finlandia, keberhasilan Finlandia memang bertolak belakang dengan arah Global Education Reform Movement (GERM), yang menekankan pada kompetisi, standarisasi, akuntabilitas berdasar nilai tes dan kebebasan memilih sekolah pemerintah atau swasta. Sebenarnya, apa sih yang dilakukan Finlandia untuk sistem pendidikan mereka? Tulisan ini akan membahasnya satu per satu. 1. Di Finlandia, profesi guru dipandang sangat populer bukan karena gajinya yang tinggi melainkan karena status sosial yang sangat terhormat di masyarakat. 2. Seleksi untuk jadi guru sangat kompetitif. Hanya siswa-siswa terbaik yang melamar ke program pendidikan guru, dan yang diterima hanya 10%. Pelamar dinilai berdasarkan nilai rapor SMA, aktifitas ekstra kurikuler dan skor Matriculation Exam (kalau di Indonesia namanya UN). Setelah lulus tes, kemudian mereka diobservasi

Transcript of Sistem pendidikan finlandia

Belajar dari Sistem Pendidikan Finlandia Oleh: Hafidhah Kausar, ST

Saat ini, pendidikan di Indonesia masih di tingkat yang memprihatinkan dan mutu

pendidikan yang masih rendah. Berdasarkan hasil tes PISA (Programme for International

Student Assessment) yang dilakukan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation

& Development), Indonesia berada di urutan bawah dari 65 negara yang mengikuti tes

PISA untuk kategori math, sains dan reading. Lalu, negara manakah yang menduduki

rangking pertama? Adalah Finlandia, negara yang mendominasi peringkat satu sejak

pertama kali tes PISA dilakukan pada tahun 2000 dan berhasil mempertahankan posisi

sebagai nomor satu hingga tahun 2009. Hasil tes 2009 menunjukkan Finlandia

menduduki rangking kedua untuk reading, rangking kedua untuk matematika dan

rangking pertama untuk sains. Secara keseluruhan, newsweek melaporkan bahwa

Finlandia #1 di dunia di bidang pendidikan, kewarganegaraan dan kualitas masyarakat.

Tes seperti apakah PISA itu sehingga masyarakat dunia sekarang memperhatikan

Finlandia karena menduduki peringkat satu terutama di bidang pendidikan? Programme

for International Student Assessment (PISA) adalah survey internasional tiga tahunan

yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan melakukan tes

kemampuan dan pengetahuan siswa usia 15 tahun. PISA pertama kali dilakukan pada

tahun 2000. Dengan demikian, PISA telah dilakukan sebanyak empat kali, yang

kesemuanya rangking pertama secara umum dimenangkan oleh Finlandia. Dan hasil tes

2012 akan dikeluarkan pada 3 Desember 2013.

Menurut Pasi Sahlberg, seorang ahli pendidikan di Finlandia, keberhasilan

Finlandia memang bertolak belakang dengan arah Global Education Reform Movement

(GERM), yang menekankan pada kompetisi, standarisasi, akuntabilitas berdasar nilai tes

dan kebebasan memilih sekolah pemerintah atau swasta. Sebenarnya, apa sih yang

dilakukan Finlandia untuk sistem pendidikan mereka? Tulisan ini akan membahasnya

satu per satu.

1. Di Finlandia, profesi guru dipandang sangat populer bukan karena gajinya yang

tinggi melainkan karena status sosial yang sangat terhormat di masyarakat.

2. Seleksi untuk jadi guru sangat kompetitif. Hanya siswa-siswa terbaik yang melamar

ke program pendidikan guru, dan yang diterima hanya 10%. Pelamar dinilai

berdasarkan nilai rapor SMA, aktifitas ekstra kurikuler dan skor Matriculation Exam

(kalau di Indonesia namanya UN). Setelah lulus tes, kemudian mereka diobservasi

dalam hal teaching-like activity dan wawancara, karena syarat utama menjadi

tenaga pendidik di Finlandia adalah memiliki jiwa mendidik atau pedagogi.

3. Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master alias S2. Hanya 11

universitas yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam

mengontrol kualitas dan standar konsistensi program pendidikan. Untuk mendapat

gelar master, mahasiswa harus menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based

yang menekankan pengetahuan tentang pedagogic. Sebelum lulus mahasiswa juga

harus mengikuti magang selama satu tahun penuh mengajar di sekolah yang bekerja

sama dengan universitas tempat mereka kuliah. Sekolah-sekolah ini adalah sekolah

model, dimana para guru dan peneliti mengembangkan metode-metode baru dan

menyelesaikan penelitian mengenai belajar mengajar.

4. Gaji guru bukanlah profesi yang bergaji paling tinggi, namun besarannya tidak

begitu jauh berbeda dengan penghasilan dokter, pengacara, atau tenaga professional

lainnya. Guru sekolah lanjutan tahun pertama gaji minimal $34,707; dan gaji paling

tinggi sebesar $54,181. Rata-rata OECD untuk guru sekolah lanjutan tahun pertama

bergaji $31,687; dan gaji tertinggi sebesar $51,317. Dan jumlah gaji tersebut lebih

rendah daripada gaji-gaji tenaga professional di Finlandia.

Ratio of Lower Secondary Education Teachers’ Salary to GDP per Capita

(2008)

Source: http://www.ncee.org/programs-affiliates/center-on-international-education-benchmarking/top-performing-

countries/finland-overview/finland-teacher-and-principal-quality/

5. Dalam hal kurikulum, pemerintah hanya membuat panduan umum berupa target

(goals). Dan guru diberi kebebasan bagaimana caranya untuk mencapai target

tersebut. Guru bebas memakai metode mengajar maupun buku teks apa pun.

6. Guru mengajar kelompok siswa yang sama sampai beberapa tahun. Dengan

demikian, guru dapat lebih mengenal siswa-siswanya sekaligus dapat memantau

perkembangan akademik, sosial dan emosionalnya. Dan setiap guru wajib membuat

evaluasi mengenai perkembangan belajar setiap siswanya. Dan satu kelas maksimal

jumlah siswa hanya 12 orang sehingga guru dapat lebih mudah memantau seluruh

siswanya.

7. Tidak ada standarisasi pendidikan di Finlandia karena berlawanan dengan kreatifitas.

Mereka percaya semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang kreatifitas.

Menurut guru di Finlandia, mata pelajaran terpopuler di kalangan siswa adalah art &

craft terutama kerajinan kayu (woodwork).

Selain itu, guru di Finlandia menekankan pentingnya waktu bermain, yang dipercaya

dapat meningkatkan performa akademik siswa, membantu perkembangan kognitif,

afektif dan sosial. Prinsipnya dalam 1 jam pelajaran, 45 menit dialokasikan untuk

belajar dan 15 menit untuk bermain bebas sesuai kehendak siswa. Karenanya, waktu

istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah Finlandia bahkan hingga sekolah lanjutan

atas. Guru mengurangi mengajar dengan metode ceramah dengan persentase 40%

guru dan 60% siswa.

8. Waktu mengajar guru di Finlandia 4 jam sehari dan 2 jam per minggu untuk

“professional development”. Hasil PISA menunjukkan waktu mengajar guru di

Finlandia lebih rendah daripada guru-guru di negara lain pada umumnya.

9. Wajib belajar adalah 9 tahun. Tidak memberlakukan pemisahan pendidikan dasar

dan lanjutan sehingga tidak perlu berganti sekolah di usia 13 tahun. Kebijakan ini

dilakukan untuk menghindari masa transisi yang perlu dialami oleh siswa, yang

dianggap dapat mengganggu pendidikan mereka.

Pasi Sahlberg said "The first six years of education are not about academic success. We

don’t measure children at all. It’s about being ready to learn and finding your passion."

(Selama enam tahun pertama, anak-anak Finlandia tidak dituntut untuk pintar

secara akademik (menguasai pelajaran atau menjadi pintar dalam suatu bidang).

Sama sekali tidak ada tes. Masa itu adalah masa-masa penting bagi mereka untuk

belajar apa pun dan menentukan sendiri apa yang ingin mereka lakukan.)

10. Di sekolah tidak ada PR dan tes. PR dan tes hanya diberikan pada remaja dan itu

pun jarang sekali. Terlalu banyak tes membuat guru cenderung mengajar siswa

hanya untuk lulus ujian, padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa

diukur hanya dengan ujian.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Setiap siswa

diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil

mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan nilai siswa lainnya.

11. Finlandia menganut automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap memberi

perhatian lebih untuk membantu siswa yang tertinggal, berupa les privat, sehingga

semua naik kelas.

12. Di sekolah Finlandia tidak ada rapor maupun rangking karena dipandang hanya

membuat guru berfokus pada murid-murid terbaik saja, bukan seluruh murid. Setiap

siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.

13. Tidak ada pengkotak-kotakkan siswa dalam kelas yang berbeda (kelas inti, kelas

regular, kelas berbahasa Indonesia, kelas bilingual), juga tidak ada pengkastaan

sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar

internasional). Bahkan sekolah swasta pun mendapat besaran dana yang sama

dengan sekolah negeri. Dengan demikian, tidak ada kesenjangan.

14. Di Finlandia tidak ada standarisasi tes karena kemampuan tiap siswa tidak sama.

Melakukan tes baku untuk semua siswa sama sekali tidak menghasilkan mutu

pendidikan yang baik.

15. Pemerintah membuat kebijakan untuk menumbuhkan minat baca dengan

menjadikannya sebagai kultur. Cara-cara yang ditempuh oleh pemerintah antara lain

dengan membuka perpustakaan menyatu dengan pusat perbelanjaan dan pustaka

keliling bagi daerah yang sulit dijangkau serta menyiarkan program berbahasa asing

dengan teks terjemahan dalam bahasa Finnish di stasiun TV sehingga anak-anak

bahkan membaca saat menonton TV. Selain itu, untuk tiap bayi yang lahir kepada

keluarganya diberi maternity package berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah dan bayi

itu sendiri.

16. Pendidikan di Finlandia murni public good, yang berarti bahwa investasi berasal dari

publik melalui pajak, dan manfaat hasil pendidikan dinikmati oleh publik juga.

Pendidikan di Finlandia gratis dari sekolah dasar hingga program doktoral. Hanya 4%

dari keseluruhan institusi pendidikan di Finlandia yang tidak didanai oleh pemerintah

melalui pajak. Walaupun gratis, pemerintah Finlandia juga berkomitmen untuk

menjamin kualitas tinggi pada semua sekolah tanpa kecuali. Ini berlaku bagi siswa

dari keluarga miskin atau kaya, di desa maupun di kota, di daerah jarang

penduduknya atau yang rapat penduduknya.

Sekolah-sekolah di Finlandia tidak menjual nama karena mutu semua sekolah adalah

sama. Orang tua dapat dengan mudah memilih sekolah mana saja untuk anaknya

tanpa harus ragu akan kualitas sekolah tersebut. Yang membedakan hanya 2 hal,

yaitu setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang berbeda dan olahraga

khusus.

17. Kurikulum pendidikan di Finlandia tidak pernah berubah. Komitmen untuk terus

melaksanakan sistem pendidikan berkualitas tinggi ini dijaga dengan baik walaupun

sudah lebih dari 20 menteri pendidikan berganti sejak reformasi pendidikan Finlandia

diluncurkan sejak 1970.

Finlandia adalah negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan

kondisi geografis yang kurang menguntungkan. Namun mereka menyadari bahwa

sumber daya sesungguhnya adalah ‘brain’, yaitu anak manusia. Semua lapisan

masyarakat dengan segala macam profesi apakah itu guru, kepala sekolah, politisi,

dokter, pengacara, setuju untuk membuat dan konsisten akan suatu standar pendidikan

yang tinggi. Dari poin-poin yang diuraikan terlihat bahwa pendidikan di Finlandia menjadi

bagus mutunya karena mendapat dukungan penuh dari pemerintah, sistem pendidikan

yang fleksibel dan tidak memberatkan siswa serta tenaga pendidik yang handal (baik

dalam mengembangkan kurikulum maupun sebagai peneliti).