Sistem Pembelian Impor Komponen di Pt. Kubota...
Transcript of Sistem Pembelian Impor Komponen di Pt. Kubota...
25
BAB IV
Hasil Praktek Kerja dan Analisis
4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan
Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai
kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan adalah MySQL dengan
menggunakan sistem VB.net dengan nama program yang digunakan yaitu Sytline
(SL8). Program ini dibuat oleh perusahaan Infor Global Solutions dan telah
mendapat sertifikat ISO 14001:2004 sejak tahun 2006 dari PT. Llyod’s. Program
Sytline ini digunakan untuk semua bagian di perusahaan. Dalam sistem pembelian
pada Bagian Purchasing, program ini digunakan untuk melakukan pemesanan
komponen, membuat Delivery Sheet, dan membuat Order Sheet.
4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen
1. Data Stock Mesin
a. Digunakan sebagai catatan sisa mesin yang masih tersedia.
b. Diterbitkan oleh Bagian Marketing, disetujui oleh Kepala Seksi Bagian
Marketing, Vice Manager Bagian Marketing, Manager Marketing dan
Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
26
2. Actual Sales for Diesel Engine and Power Tiller (tahunan)
a. Digunakan sebagai catatan hasil penjualan mesin diesel dan power tiller
dalam satu tahun.
b. Diterbitkan oleh Bagian Marketing, disetujui oleh Kepala Seksi Bagian
Marketing, Vice Manager Bagian Marketing, Manager Marketing dan
Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
3. Sales Plan (untuk 1 semester)
a. Digunakan sebagai rencana penjualan dan catatan hasil penjualan aktual tiap
semester oleh Bagian Marketing.
b. Diterbitkan oleh Bagian Marketing, disetujui oleh Vice Manager Bagian
Marketing, Manager Marketing dan Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
4. Bill of Material
a. Digunakan sebagai catatan nama-nama komponen mesin, harga-harga
komponen, dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
b. Diterbitkan oleh Bagian Produksi, disetujui oleh R & D Section, Section
Manager Bagian Produksi, Vice Manager Bagian Produksi, Factory
Manager, Direktur Produksi.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
27
5. Production Plan (Assembling Line)
a. Dokumen ini merupakan rencana produksi assembling line yang berisi model
mesin yang akan diproduksi, bahan baku komponen yang dibutuhkan,
rencana tanggal mulai perakitan dan jangka waktu perakitan.
b. Diterbitkan oleh Bagian PPIC dan disetujui oleh Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
6. Purchase Order Sheet
a. Merupakan dokumen hasil cetakan melalui proses input form Purchase
Order Report sebagai bukti pemesanan suatu mesin diesel kepada vendor.
b. Diterbitkan oleh Bagian PPIC dan disetujui oleh Direktur
c. Terdiri dari 1 rangkap
7. Order Sheet
a. Dokumen ini merupakan hasil cetakan melalui proses input form Order Sheet
Report sebagai lampiran Purchase Order Sheet yang berisi komponen-
komponen yang dibutuhkan untuk suatu mesin diesel.
b. Diterbitkan oleh Bagian Purchasing dan disetujui oleh Direktur
c. Terdiri dari 1 rangkap
8. Delivery Sheet
a. Merupakan dokumen hasil cetakan melalui proses input form Delivery
Report sebagai bukti komponen yang diterima dari vendor.
b. Diterbitkan oleh Bagian Purchasing.
c. Terdiri dari 5 rangkap.
28
9. Invoice
a. Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai pernyataan tagihan pembayaran
komponen yang diterima dari vendor.
b. Diterbitkan oleh vendor.
10. Packing List
a. Merupakan dokumen yang berisi daftar nama-nama komponen yang diterima
dari vendor.
b. Diterbitkan oleh vendor.
11. BL (Bill of Lading)
a. Dokumen BL digunakan sebagai bukti pengangkutan barang melalui laut.
b. Diterbitkan oleh perusahaan jasa pengiriman barang.
12. AWB (Air Waybill)
a. Dokumen AWB digunakan sebagai bukti pengangkutan barang melalui
udara.
b. Diterbitkan oleh perusahaan jasa pengiriman barang.
13. PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
a. Dokumen ini berfungsi sebagai bukti pemberitahuan barang yang diterima
dari importir oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
b. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan disetujui oleh
Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
29
14. Polis Asuransi
a. Dokumen yang digunakan sebagai pernyataan jaminan keamanan terhadap
barang impor dalam perjalanan dari perusahaan jasa asuransi.
b. Diterbitkan oleh perusahaan jasa asuransi.
15. SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang)
a. Dokumen ini berfungsi sebagai surat persetujuan pengeluaran barang dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
b. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan disetujui oleh
Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang.
16. Information of Defect Quality
a. Merupakan dokumen yang menyatakan jenis komponen yang dinyatakan
reject, gambar komponen yang dinyatakan reject dan penyebab dinyatakan
reject.
b. Diterbitkan oleh Bagian Quality Assurance, disetujui oleh Vice Manager
Bagian Quality Assurance, Vice Manager Bagian Purchasing dan Direktur.
17. Kartu Reject Inspeksi
a. Merupakan label untuk menandai komponen yang dinyatakan reject karena
komponen cacat.
b. Diterbitkan oleh Bagian Quality Assurance.
18. Master Production Schedule
a. Merupakan dokumen yang digunakan sebagai dasar melakukan proses
produksi model mesin.
30
b. Diterbitkan oleh Bagian Production, disetujui oleh Section Manager Bagian
Production, Vice Manager Bagian Production, Manager Production dan
Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
19. Journal Voucher Payment
a. Merupakan hasil cetakan melalui input form Monthly Report sebagai catatan
jurnal pengeluaran kas untuk pelunasan utang kepada vendor
b. Diterbitkan oleh Bagian Finance dan disetujui oleh Section Manager Bagian
Finance, Manager Finance, dan Direktur.
c. Terdiri dari 1 rangkap.
20. Foreign Currency Remmitance
a. Merupakan dokumen bukti proses mentransfer sejumlah uang dengan mata
uang asing sebagai pembayaran komponen yang diterima kepada vendor.
b. Diterbitkan oleh Bagian Finance, disetujui oleh Direktur.
21. Rekening Koran
a. Merupakan dokumen yang diterima dari Bank sebagai bukti bahwa sudah
melakukan pembayaran dengan mata uang asing kepada vendor.
b. Diterbitkan oleh Bank.
4.3 Bagian-Bagian yang diterlibat dalam Sistem Pembelian Impor Komponen
1. Bagian Marketing
a. Membuat rencana penjualan berdasarkan data penjualan tahun sebelumnya.
2. Bagian PPIC (Production Plan and Inventory Control)
31
a. Membuat rencana produksi.
b. Merencanakan kebutuhan komponen produksi.
3. Bagian Production
a. Melakukan proses produksi komponen.
4. Bagian Purchasing
a. Memeriksa data kebutuhan komponen dari PPIC
b. Melakukan pemesanan komponen produksi.
c. Mengawasi penerimaan komponen dari vendor.
d. Memperhatikan fluktuasi kurs terhadap harga komponen untuk penentuan
hedging.
5. Bagian Receiving Part
a. Menerima komponen dari vendor baik lokal maupun luar negeri.
b. Menghitung jumlah komponen yang diterima.
c. Membongkar komponen dan menatanya tiap jenis komponen.
6. Bagian QA (Quality Assurance)
a. Menghitung ulang jumlah komponen yang diterima dari Bagian Receiving
Part untuk dijadikan sampel pemeriksaan.
b. Memeriksa kualitas komponen, ada yang cacat atau tidak.
c. Mencatat data komponen baik yang sesuai dengan spesifikasi pesanan
maupun yang tidak sesuai.
32
7. Bagian Finance
a. Menghitung biaya pengangkutan, asuransi, dan handling.
b. Menghitung pajak yang dibayarkan untuk mendatangkan komponen dari luar
negeri.
c. Melakukan pembayaran terhadap komponen yang diterima.
4.4 Prosedur Sistem Pembelian Impor Komponen PT. Kubota Indonesia
1. Bagian Marketing memperhitungkan target penjualan dan membuat Sales Plan
secara rutin setiap 1 semester pada bulan Juni dan Desember berdasarkan Data
Stock Mesin dan Actual Sales for Diesel Engine Power Tiller (tahun sebelumnya).
Sales Plan kemudian diinput ke dalam form Sales Plan Report. Setelah itu, Sales
Plan diberikan kepada Bagian PPIC, sedangkan Data Stock Mesin dan Actual
Sales for Diesel Engine and Power Tiller diarsip.
2. Bagian PPIC menerima Sales Plan dari Bagian Marketing. Kemudian Bagian
PPIC memperhitungkan jumlah komponen yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dan membuat Production Plan berdasarkan Sales Plan dan
Bill of Material. Setelah itu, Bagian PPIC menginputnya ke dalam form
Production Plan Report, sedangkan Sales Plan diarsip.
3. Bagian PPIC membuat Purchase Order Sheet berdasarkan Production Plan.
Production Plan terlebih dahulu diperiksa oleh Vice Manager Bagian PPIC untuk
diperhitungkan standar minimal budget yang dianjurkan. Kemudian Bagian PPIC
menginput Production Plan ke dalam Purchase Order Report melalui program
Sytline untuk diolah menjadi Purchase Order Sheet. Kemudian Purchase Order
Sheet dikirimkan ke Bagian Purchasing sedangkan Production Plan diarsip.
33
4. Bagian Purchasing menerima Purchase Order Sheet dari Bagian PPIC. Bagian
Purchasing membuat Order Sheet berdasarkan Purchase Order Sheet melalui
program Sytline dan menginputnya ke dalam form Order Sheet Report.
Kemudian Purchase Order Sheet dan Order Sheet dicetak dan diberikan kepada
Manager Purchasing untuk diperiksa kebenarannya.
5. Manager Purchasing memeriksa Purchase Order Sheet dan Order Sheet dengan
melihat data control budget dan stock komponen mesin. Setelah itu
diperhitungkan dengan standar minimal budget yang dianjurkan.
a. Jika setuju, Manager Purchasing menandatangani Purchase Order Sheet dan
Order Sheet, kemudian Purchase Order Sheet dan Order Sheet diberikan
kepada Direktur untuk meminta pengesahan.
b. Jika tidak setuju, maka Purchase Order Sheet dikembalikan ke Bagian PPIC
dan Order Sheet dikembalikan ke Bagian Purchasing.
6. Direktur melakukan pengesahan terhadap Purchase Order Sheet dan Order Sheet
dengan melihat database control budget dan stock komponen mesin. Setelah
Direktur mengesahkan Purchase Order Sheet dan Order Sheet tersebut diberikan
kembali ke Bagian Purchasing untuk mengirimkan Purchase Order Sheet dan
Order Sheet kepada vendor melalui e-mail.
7. Bagian Purchasing menerima konfirmasi dari Vendor bahwa Purchase Order
Sheet dan Order Sheet sudah diterima beserta Invoice dan Packing List dari
Vendor melalui e-mail.
8. Bagian Purchasing membuat Delivery Sheet 5 rangkap berdasarkan Invoice dan
Packing List melalui program Sytline dan menginputnya ke dalam Delivery Sheet
Report. Kemudian Delivery Sheet diberikan ke Bagian Receiving Part beserta
Invoice dan Packing List.
34
9. Bagian Receiving Part menerima komponen yang dipesan beserta dokumen
BL/AWB dari perusahaan jasa pengiriman barang, Polis Asuransi dari perusahaan
jasa asuransi, SPPB dan PIB dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kemudian
komponen yang diterima diperiksa jenis dan jumlahnya berdasarkan Delivery
Sheet, Invoice, Packing List, BL/AWB, Polis Asuransi, SPPB dan PIB.
a. Jika sesuai Delivery Sheet lembar 1,2,3,4 , Invoice, BL/AWB, Polis Asuransi,
SPPB dan PIB dikembalikan kepada Bagian Purchasing, sedangkan lembar 5
diarsip. Kemudian komponen dan Packing List diberikan ke Bagian Quality
Assurance untuk diperiksa kualitasnya.
b. Jika tidak sesuai, Delivery Sheet, Invoice, Packing List, BL/AWB, Polis
Asuransi, SPPB dan PIB dikembalikan kepada Bagian Purchasing untuk
melakukan konfirmasi kepada Vendor bahwa komponen tidak sesuai.
10. Bagian Purchasing menerima Delivery Sheet lembar 1,2,3,4, Invoice, BL/AWB,
Polis Asuransi, SPPB dan PIB sebagai bukti penerimaan barang. Kemudian
Delivery Sheet lembar 1 dan 4 dikirimkan ke Vendor, lembar 2 diserahkan kepada
Bagian Finance bersama Invoice, sedangkan Delivey Sheet lembar 3, BL/AWB,
Polis Asuransi, SPPB dan PIB diarsip.
11. Bagian Quality Assurance menerima komponen dan Packing List dari Bagian
Receiving Part. Kemudian memeriksa jenis dan jumlah setiap komponen untuk
dipastikan bahwa barang tidak ada yang cacat.
a. Jika ada komponen yang reject, maka Bagian Quality Assurance membuat
Information of Defect Quality dan menyiapkan Kartu Reject Inspeksi untuk
ditempelkan ke barang yang reject, kemudian Information of Defect Quality
dan Kartu Reject Inspeksi kepada Bagian Purchasing, sedangkan komponen
yang reject dihancurkan.
35
b. Jika tidak ada yang cacat komponen beserta Packing List diserahkan ke Bagian
Production untuk siap diproduksi.
12. Bagian Production menerima komponen beserta Packing List dari Bagian Quality
Assurance. Kemudian komponen-komponen tersebut diproduksi menjadi mesin
diesel berdasarkan Packing List dan Master Production Schedule untuk
mengetahui model mesin yang akan diproduksi, sedangkan Packing List dan
Master Production Schedule diarsip.
13. Bagian Purchasing menerima Information of Defect Quality dari Bagian Quality
Assurance. Kemudian konfirmasi ke vendor beserta mengirimkan Information of
Defect Quality melalui e-mail bahwa terdapat barang yang reject dan meminta
penggantian.
14. Bagian Finance menerima Delivery Sheet lembar 2 dan Invoice dari Bagian
Purchasing. Kemudian menginputnya ke dalam form Voucher Payment Report
untuk diolah menjadi Journal Voucher Payment. Bagian Finance mengarsip
Delivery Sheet lembar 2 dan Invoice.
15. Bagian Finance meminta pengesahan Journal Voucher Payment kepada Manager
Finance untuk diperiksa kebenaranya sebelum melakukan transfer pembayaran.
16. Manager Finance memeriksa kebenaran Journal Voucher Payment dengan
melihat data control budget untuk menyetujui pengeluaran kas yang digunakan
untuk membayar tagihan ke vendor.
a. Jika setuju, Manager Finance menandatangani Journal Voucher Payment,
kemudian Journal Voucher Payment diberikan kepada Direktur untuk meminta
pengesahan.
b. Jika tidak setuju, maka Journal Voucher Payment dikembalikan ke Bagian
Finance untuk direvisi.
36
17. Direktur melakukan pengesahan terhadap Journal Voucher Payment dengan
melihat data contol budget, kemudian diberikan kembali ke Bagian Finance.
18. Bagian Finance mengisi Forreign Currency Remmitance berdasarkan Journal
Voucher Payment melalui aplikasi transfer CCSU (merupakan kode aplikasi
transfer yang dijalankan secara manual). Bagian Finance mengirimkan Forreign
Currency Remmitance kepada Bank melalui faximile.
19. Bagian Finance menerima konfirmasi bukti pembayaran berupa Rekening Koran
untuk periode 1 bulan dari Bank melalui faximile.
20. Bagian Finance membuat Buku Besar, Laporan Laba Rugi dan Neraca secara
bulanan. Berdasarkan database Jurnal, database Rekening dan Rekening Koran
Bagian Finance mempostingnya melalui Monthly Report. Kemudian Buku
Besar, Laporan Laba Rugi, Neraca dan Rekening Koran diarsip.
4.5 Pengendalian Internal Sistem Pembelian PT. Kubota Indonesia
4.5.1 Kelebihan
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
a. Transaksi pembelian komponen dilakukan oleh lebih dari 1 orang atau 1
fungsi. Transaksi yang berkaitan dengan pembelian komponen,
penerimaan dan pembayaran tidak hanya melibatkan 1 orang atau 1 fungsi
saja, tetapi melibatkan lebih dari 1 orang atau 1 fungsi, yaitu fungsi
pembelian komponen dilakukan oleh Bagian Purchasing, fungsi
penerimaan dilakukan oleh Bagian Receiving Part dan fungsi pembayaran
dilakukan oleh Bagian Finance. Dengan demikian setiap pelaksanaan
transaksi akan tercipta pengecekan internal sehingga pekerjaan karyawan
37
atau bagian yang satu dicek ketelitiannya oleh karyawan atau bagian yang
lain.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup atas kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
a. Sales Plan diterbitkan oleh Bagian Marketing, disetujui oleh Vice
Manager, Manager Marketing dan Direktur. Sales Plan merupakan
rencana penjualan dan catatan hasil penjualan. Sales Plan menjadi dasar
proses pengadaan mesin yang akan dipasarkan. Persetujuan oleh Vice
Manager, Marketing Manager dan Direktur dapat mengurangi
kemungkinan kesalahan pengadaan mesin yang tidak dibutuhkan.
b. Purchase Order Sheet diterbitkan oleh Bagian PPIC dan disetujui oleh
Direktur. Purchase Order Sheet digunakan sebagai bukti pemesanan
komponen kepada Vendor. Oleh karena itu, Purchase Order Sheet
diotorisasi oleh Direktur untuk bukti persetujuan pemesanan barang ke
Vendor.
c. Journal Voucher Payment diterbitkan oleh Bagian Finance, disetujui oleh
Manager Finance dan Direktur. Journal Voucher Payment digunakan
sebagai dasar pengeluaran kas perusahaan untuk melakukan pelunasan
kewajiban kepada Vendor. Journal Voucher Payment dibuat berdasarkan
Delivery Sheet dan Invoice, sehingga hal ini dapat mengurangi timbulnya
kewajiban yang tidak seharusnya ditanggung oleh perusahaan.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan fungsi dan tugas setiap bagian.
a. Bagian Receiving Part melakukan penerimaan komponen dari Vendor.
Komponen akan diterima dan diperiksa jika Bagian Receiving Part sudah
menerima bukti penerimaan komponen berupa Delivery Sheet dari Bagian
Purchasing. Hal ini dilakukan agar perusahaan memperoleh komponen
38
yang sesuai dengan yang dipesan dan mengurangi timbulnya kewajiban
yang tidak dibutuhkan perusahaan.
b. Bagian Purchasing memilih Vendor berdasarkan penawaran harga
bersaing dari berbagai Vendor. Pemilihan Vendor tidak berdasarkan
hubungan istimewa dan pribadi antara Bagian Purchasing dengan Vendor.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengadaan komponen yang lebih
tinggi dari harga yang normal.
c. Journal Voucher Payment beserta dokumen pendukung lainnya (Delivery
Sheet dan Invoice) dicap “lunas” oleh Bagian Finance setelah melakukan
pembayaran. Hal ini untuk mencegah penggunaan dokumen lebih dari
satu kali sebagai dasar pengeluaran kas..
4. Karyawan yang Kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya.
a. Proses penerimaan karyawan baru dilakukan dengan beberapa tahap dan
dilakukan uji kemampuan yang dimiliki oleh calon karyawan baru.
Sehingga, diperoleh karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Misalnya, karyawan Bagian Finance harus memiliki kemampuan di
bidang accounting.
b. Training untuk karyawan baru supaya dapat diperoleh karyawan yang
berkualitas sesuai kemampuannya dan bertanggung jawab atas tugasnya.
Training dilakukan selama 3 bulan, kemudian akan diputuskan apakah
karyawan tersebut layak untuk melanjutkan kerja atau tidak.
4.5.2 Kelemahan
1. Terdapat beberapa dokumen seperti Production Plan, Purchase Order Sheet
dan Order Sheet yang hanya menggunakan cap stempel perusahaan sebagai
39
bukti otorisasi oleh Direktur. Selain itu, cap stempel tersebut dapat dilakukan
oleh karyawan-karyawan yang ada di dalam perusahaan. Hal ini dapat
menimbulkan penyalahgunaan terhadap dokumen yang digunakan karena
tidak menggunakan tanda otorisasi khusus.
2. Pelaksanaan dalam membuat Delivery Sheet kadang mengalami
keterlambatan. Hal ini menyebabkan Bagian Receiving Part menerima
komponen tanpa dokumen otorisasi penerimaan komponen. Sehingga ada
kemungkinan menerima komponen yang tidak dibutuhkan dan menanggung
kewajiban yang tidak seharusnya.
3. Direktur saat memberikan otorisasi terhadap dokumen Purchase Order Sheet,
Order Sheet dan Journal Voucher Payment tidak melakukan pemeriksaan
kembali secara detail apabila dokumen tersebut sudah mendapat otorisasi
dari Manager yang berwenang. Hal ini dapat mengakibatkan ketelitian dan
keandalan dokumen tidak akurat.
4. PT. Kubota Indonesia menggunakan sistem komputer dalam kegiatan
operasional kerja mereka. Program yang digunakan yaitu Sytline (SL8),
tetapi program tersebut memiliki kelemahan pada koneksi server mereka.
Koneksi server tersebut sering mengalami gangguan seperti putusnya
jaringan internet. Hal ini dapat menimbulkan produktivitas karyawan
menurun.