SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

77
SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA SINGKI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh MUH. RETNO 10525032015 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1440 H/2019 M

Transcript of SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

Page 1: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DESA SINGKI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sarjana Hukum

(S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUH. RETNO

10525032015

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1440 H/2019 M

Page 2: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …
Page 3: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …
Page 4: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …
Page 5: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …
Page 6: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

x

ABSTRAK

MUH.RETNO 105 25 0320 15. Sistem Muzara’ah Petani Bawang Merah Dalam Meningkatkan Pendapatan Msyarakat Desa Singki Kecama Anggeraja Kabupaten Enrekang. Di bimbing oleh Ferdinan dan Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahu sistem muzara’ah yang digunakan petani bawang merah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2) Mengetahui tingkat pendapatan petani bawang merah masyarakat Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 3) Mengetahu kendala-kendala yang dialami petani bawang merah Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulitatif, lokasi dan objek penelitian yang digunakan bertemapat di Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, dalam penelitian ini peneliti menggunakan fokus penelitian yaitu sistem muzara’ah dan tingkat pendapatan masyarakat, tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Sistem Muzara’ah Petani Bawang Merah Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah 1) Sistem Muzara’ah yang digunakan petani bawang merah adalah sistem yang sudah sesuai dengan anjuran Islam. 2) Tingkat pendapatan petani bawang merah tidak menentu yang dipengaruhi oleh harga bawang merah di pasar. Harga bawang merah dipengaruhi oleh kebutuhan dan pasokan bawang merah di pasar lokal maupun permintaan dari kota tertentu. 3) Kendala yang di alami petani bawang merah yang ada di desa singki yaitu hama yang kerap membuat petani gagal panen, modal yang banyak, harga bawang merah yang tidak tetap dan juga bibit yang digunakan dapat mempengaruhi hasil panen.

Page 7: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

x

ABSTRAK

MUH.RETNO 105 25 0320 15. Muzara'ah System of Shallot Farmers in Increasing the Income of Singki Village, Kecama Anggeraja, Enrekang Regency. Supervised by ferdinan and hasanuddin.

This research aims to. 1) Knowing the muzara'ah system used by shallot farmers in increasing the income of the community of Singki Village, Anggeraja District, Enrekang Regency. 2) Knowing the level of income of shallots farmers in the community of Singki Village, Anggeraja District, Enrekang Regency. 3) knowing the constraints experienced by shallot farmes in Singki Village, Anggeraja District, Enrekang Regenecy.

This type of research used in this study is qualitative, the location and reseaech in Singki Village, Anggeraja District, Enrekang Regenency, in this study the researchers used the focus of research that is the muzara’ah system and the level of community income,data collection techniquens used are observation, intervierws, and documentation .

From the results of the study showed that the red onion farmers Muzara’ah Sysstem in Increasing the Income of the Community of Singki Village, Anggeraja District, Enrekang Regency was 1) The Muzara'ah system used by shallot farmers is a system that is in accordance with Islamic advice 2) The level of income of shallot farmers is uncertain due to the price of shallots on the market. The price of shallots is influenced by the needs and supply of shallots in the local market and the demand from certain cities. 3) The obstacle experienced by shallot farmers in the village of Singki is pests that often make farmers fail to harves, capital intensive, the price of red onions is not fixed and also the seeds used can affect crop yields.

Page 8: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

vii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى الحمد ا بعد اله وصحبه أجمعين أم

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah

Swt, karena atasa segala limpahan rahma, taufiq dan petunjuk-Nya

sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya,

meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan masih terdapat

kekurangan yang tentunya masih memerlukan berbagai perbaikan.

Selanjutnya shalawat dan taslim peneliti haturkan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad Saw dan segenap keluarganya, para

sahabat, tabi’in sampai kepada orang-orang yang mukmin yang telah

memperjuangkan islam sampai saat ini dan bahkan sampai akhir zaman.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian

penelitian tentunya tidak dapat sekesai tanpa adanya bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu maka patutlah kiranya

peneliti menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu, ayahanda tercinta Nunang dan ibunda

tersayang Hayati yang telah mengantarkan penulis hingga seperti

sekarang dengan penuh kasih sayang, do’a, kesabaran, dan

Page 9: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

viii

keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelansungan pendidikan

putranya, terimakasih untuk semuanya.

2. Prof Dr. H Abd Rahman Rahim, SE. MM, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina dan

mengembangkan fakultas tersebut tempat peneliti menimba ilmu

pengetahuan.

4. Dr.Ir.Muchlis Mappangaja, MP dan Hasanuddin, SE. sy M.E selaku

Ketua Jurusan Dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Ferdinan S. Pd.I., M.Pd.I dan Hasanuddin, SE. sy M.E selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang dengan tulus ikhlas meluangkan

waktunya memberikan bimbingan dalam pengarahan sehingga

penelitian ini dapat dirampungkan sejak dari awal hingga selesai.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Asisten Dosen yang telah banyak

memberikan atau mentransfer ilmu pengetahuan kepada peneliti sejak

awal hingga menjelang sarjana seperti sekarang ini.

7. Kepada pihak Desa Singki Kecamatn Anggeraja Kabupaten Enrekang

sebagai obyek penelitian penulis.

8. Untuk Rezky Widasari, Hartik Susanti, Hasrul Asis, Yulinda, Zafranul

Zajid, Andriani Oktaviani, Syahfuddin, Nadia Abbas,Dian Ekawati,

Page 10: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

ix

teman kelas HEKIS C dan teman-teman seperjuangan yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

9. Almamaterku tercinta Fakultas Agama Islam Prodi Hukum Ekonomi

Syariah Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu mendidik,

mengajarkan, serta mendewasakan dalam berfikir dan bertindak

secara baik.

Semoga pertemanan kita abadi selamanya. Terima kasih atas do’a dan

dukungan yang diberikan untuk peneliti.

Akhirnya peneliti berharap semoga apa yang telas diberikan

mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca

pada umumnya dan bagi keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah

pada khususnya.

28 Januari 2020 Makassar,

3 Jumadil Akhir 1441 H

Peneliti

MUH.RETNO NIM.105 25 0320 15

Page 11: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................... i

HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................. iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... vi

ABSTRAK ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 7

A. Muzara’ah ....................................................................... 7

1. Pengertian Muzara’ah dan Mukharabah .................... 7

2. Rukun dan Syarat Muzara’ah .................................... 14

3. Akibat dan Berakhirnya Akad Muzara’ah ................... 21

4. Bentuk-bentuk Muzara’ah .......................................... 25

B. Pendapatan Ekonomi ...................................................... 30

1. Pengertian Pendapatan Ekonomi .............................. 30

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

Ekonomi .................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 35

A. Jenis Penelitian ............................................................... 35

B. Lokasi dan Objek Penelitian ........................................... 35

C. Fokus Penelitian ............................................................. 36

D. Deskripsi Fokus Penelitian .............................................. 36

Page 12: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

vi

E. Sumber Data ................................................................... 36

F. Instrumen Penelitian ....................................................... 37

G. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 39

H. Teknik Analisis Data ....................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................... 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 44

B. Sistem Muzara’ah Petani Bawang Merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ................... 48

C. Tingkat Pendapatan Petani Bawang Merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ................... 51

D. Kendala-kendala yang mempengaruhi Pendapatan Petani

Bawang Merah Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang .......................................................................... 53

BAB V PENUTUP ........................................................................... 56

A. Kesimpulan ..................................................................... 56

B. Saran ............................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 59

RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 61

LAMPIRAN ..................................................................................... 62

Page 13: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Singki .............................................

Page 14: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa Allah menjadikan manusia dengan saling

membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling menolong, tukar

menukar keperluan dalam segala urusan yang menyangkut kepentingan

hidup masing-masing, baik dalam jalan jual beli, sewa-menyewa, bagi

hasil, bercocok tanam, atau perusahaan dan lain-lain, baik dalam urusan

kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan

demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur, pertalian antara satu

dengan yang lain menjadi baik. Dalam hal usaha ataupun bisnis, pertanian

merupakan salah satu bidang usaha yang sangat penting dan baik untuk

dipraktekan guna mencukupi kehidupan yang lebih baik, Imam Al-Qurtubi

memandang bahwa usaha pertanian adalah fardu kifayah. Dimana

pemerintah wajib mengarahkan manusia kearah pertanian tersebut dan

segala hal yang berkaitan dengannya dalam bentuk menanam pohon.1

Perjanjian bagi hasil muzara’ah merupakan salah satu perjanjian

yang berhubungan dengan tanah yang mana obyeknya bukan tanah

melainkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan tanah atau

yang melekat pada tanah seperti tanaman-tanaman, menggarap atau

menanami tanah tersebut dan sebagainya, yaitu merupakan perjanjian

1 Sayyid Sabiq,”Fiqih Sunnah”,(Beirut dar-al Fikr,1983), jilid 3, h. 191

Page 15: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

2

kerjasama yang bersangkutan dengan tanah tetapi yang tidak dapat

dikatakan berobyek tanah, melainkan obyeknya adalah tanaman.2

Kesepakatan dalam pengolahan dipandang sebagai suatu kerja

sama antara pemilik tanah dan petani penggarap, persyaratan-

persyaratan yang diperlukan adalah kesesuaian dan keadilan. Pemilik

tanah tidak dibolehkan mengambil keuntungan yang tidak semestinya

karena kedudukannya yang kuat dan memberlakukan persyarata-

persyaratan tertentu kepada petani yang sangat memberatkannya.

Rasulullah SAW sebagai mana dikutip sebelumnya tidak mengizinkan

adanya perjanjian pengolahan yang tidak menempatkan posisi petani

sederajat dengan pemilik tanah.3

Dalam Islam bentuk kerjasama tersebut merupakan salah satu

bentuk kerjasama dalam lapangan ekonomi yaitu bentuk pemberian harta

dari seseorang pada orang lain sebagai modal usaha di mana keuntungan

yang diperoleh akan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan

kesepakatan. Dalam hukum Islam praktek kerjasama muzara’ah atau

yang sering disebut dengan bagi hasil petani bawang merah termasuk

dalam katagori Muzara’ah dan Mukhabarah. Dalam kerjasama ini terdapat

dua belah pihak yang satu sebagai pemilik modal, sedangkan dipihak lain

sebagai pelaksana usaha. Keduanya mempunyai kesepakatan untuk

kerjasama, kemudian hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.

2 Ter Haar Bzn,"Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat", Terjemahan K.Ng Subekti Poesponoto, Jakarta : Pradnya Paramita, 1999, hal.20

3 Afzalurrahman,”Doktrin Ekonomi Islam”, Yogyakarta : PT. Dana Bakti Wakaf, cet Ke-2, 1995, h 341

Page 16: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

3

Seperti halnya mudharabah, merupakan bentuk kontrak yang melibatkan

antara dua kelompok yakni, pemilik modal (shahih al maal) yang

mempercayakan modalnya kepada pengelola usaha (mudharib) dengan

tujuan untuk mencapai keuntungan (profit) yang dibagi di antara mereka

berdasarkan proporsi yang telah disetujui bersama.4

Dalam hal ini pihak pemilik modal bertugas mengawasi

penggarap agar bekerja dengan baik sesuai permintaan pemilik. Setelah

melihat kenyataan ini dalam masyarakat, maka pemilik lahan pertanian

menyerahkan lahannya kepada petani (pengolah) untuk ditanami hingga

kedua belah pihak saling diuntungkan. Dengan demikian rasa tolong

menolong, saling memperdulikan akan tumbuh dan berkambang dalam

masyarakat.5

Sistem Muzara’ah dan Mukhabarrah ini bisa lebih

menguntungkan dari pada sistem Ijarah (sewa tanah), baik bagi pemilik

tanah maupun bagi penggarapnya. Sebab pemilik tanah biasa

memperoleh bagian dari bagi hasil (Muzara’ah) ini, yang harganya lebih

banyak dari uang sewa tanah, sedangkan penggarap tanah tidak banyak

menderita kerugian dibandingkan dengan menyewa tanah, kalau ia

mengalami kegagalan tanamannya.6

4E.J.Brill Leiden, Islamic Banking and Interest A Study of The Prohibition of Riba and Its Contemporary Interpretation. Terj. Muhammad Ufuqul Mubin “Bank Islam dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, cet. Ke- I, h. 91.

5 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 271

6 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997, h. 130.

Page 17: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

4

Bagi hasil muzara’ah adalah suatu bentuk perjanjian antara

seorang yang berhak atas bidang suatu bidang tanah pertanian dari orang

lain yang disebut penggarap, berdasarkan perjanjian dimana penggarap

diperkenankan mengusahakan penggarap dan yang berhak atas tanah

tersebut menurut imbangan yang telah disetujui bersama.7

Sistem bagi hasil muzara’ah selama ini didasarkan pada

kepercayaan dan kesepakatan antara petani penggarap dan pemilik tanah

kepercayaan inilah modal utama bagi seorang penggarap untuk dapat ijin

pengelola tanah pertanian yang bukan miliknya, dengan obyek perjanjian

yakni tanah pertanian, dan semua yang melekat pada tanah.

Namun dalam kondisi masyarakat sekarang dan yang akan

datang, pembagian hasil yang seperti itu tentunya sangat tidak

memungkinkan, sebab kalau pembagian hasil tersebut hanya diserahkan

kepada kesepakatan antara pemilik tanah dan penggarap tanah,

kemungkinan besar pihak penggarap akan dirugikan, sebab penggarap

berada di posisi yang lemah, karena sangat tergantung pada pemilik

tanah, sebagaimana kita ketahui semakin hari jumlah tanah pertanian

semakin berkurang dan dari sisi lain jumlah petani penggarap semakin

bertambah banyak jumlahnya dari sinilah maka akan terjadi persaingan

antara sesama petani penggarap, jadi pengambilan bagi hasil tersebut

dapat menguntungkan pemilik tanah.

7 Boedi Harsono, “Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan”, Jakarta: Djambatan, 1997, h 116

Page 18: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah pokok yang akan

peneliti kaji dalam skripsi ini, dapat dikemukakan permasalahannya

sebagai berikut.

1. Bagaimana sistem muzara’ah petani bawang merah di Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung

dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sistem muzara’ah petani bawang merah di Desa

Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat yang ada di

Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

3. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala-kendala apa saja

yang mempengaruhi pendapatan petani bawang merah di Desa

Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang serta solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada

manfaat yang dapat diambil baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi

Page 19: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

6

masyarakat pada umumnya. Manfaat penelitian ini dibedakan dalam dua

bentuk, yaitu:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran guna pengembangan ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam khusunya

dalam bidang Ekonnomi pertanian, mengenai bagi hasil muzara’ah dalam

pertanian.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagia dasar guna

penelitian selanjutnya.

b. Untuk memberikan gambaran pelaksanaan perjanjian

muzara’ah dalam pertanian bawang merah.

c. Sebagai sarana menambah wawasan peneliti.

Page 20: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Muzara’ah

1. Pengertian Muzara’ah

Menurut bahasa, Al-Muzara’ah yang berarti Tharh AlZur’ah

(melemparkantanaman)1, muzara’ah memilki dua arti yang pertama al-

muzara’ah yag berarti tharh al-zur’ah (melemparkan tanaman)

maksuudnya adalah modal(albudzar). Makna yang pertama adalah makna

majaz, makna yang kedu adalah al-inbat makna hakikimakna kedua ini

berarti menumbukan.2

Muzara’ah adalah suatu sistem kerja sama dalam bidang

pertanian antara pemmilik lahan pertanian dan petani penggarap3.

Sedangkan dalam terminologi fiqih terdapat beberapa definisi al-

muzara’ah yang dikemukakan oleh ulama fiqih. Menurut Ulama Syafi’iyah

muzara’ah dan mukhabarah adalah mukhabarah adalah mengelola tanah

di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari pengelola.

Adapun muzara’ah sama seperti mukhabarah hanya saja benihnya

berasal dari pemilik tanah.4 Sejalan dengan pemikiran ahli ekonomi Islam,

Imam Asy-Syaibani menurutnya, pertanian memproduksi berbagai

kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang dalam melaksanakan

1Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 4, PT. Alma’Arif, Bandung, 1996, h. 81 2 Hadi Suhendi, Fiqih Mu’amalah, PT, Raja Grofindo Persada, Jakarta, 2013, h,

153 3 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqih Muamalah”,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004. Cet 2, h 271 4 Rachmat Syafe’I, “Fiqih Muamalah”, Bandung: CV Pustaka Setia 2001 h, 206

Page 21: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

8

berbagai kewajibannya. Imam Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia

dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan

menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya.

Dan kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasinya. Dalam

hal itu kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh

karena itu, Allah SWT memberi kemudahan pada setiap orang untuk

menguasai pengetahuan salah satu diantaranya, sehingga manusia dapat

bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Itulah yang

dicontohkan oleh Rsaulullah dan mentradisi di tengah para sahabat dan

kaum muslimin setelahnya. Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah

SAW bekerja sama (muzara’ah) dengan penduduk khaibar untuk berbagi

hasil panen, makan dan buah-buahan. Bahkan Muhammad Albakir bin Ali

bin Al-Husain mengatakan bahwa tidak ada seorang muhajirin yang

berpindah kemadinah kecuali mereka bersepakat untuk membagi

pertanian sepertiga atau seperempat hal ini bisa kurang ataupun lebih

sesuai kesepakatan bersama.5

Menurut para ulama ada yang berpendapat bahwa Muzara’ah

sama dengan mukhabarah, menurut Hanafiyah, mukhabarah dan

muzara’ah hampir tidak bisa dibedakan, muzara’ah menggunakan kalimat

bi ba’d al-kharij min alard, sedangkan dalam mukhabarah menggunakan

5 M. Ali Hasan,”Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqih Muamalah”,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet 2, h 272

Page 22: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

9

kalimat bi ba’d ma yakhruju min al-arad, Menurut hanafiyah belum diketahi

perbedaan tersebut berdasarkan pemikiran Hanafiyah.6

Menurut Dharin Nas, Al-syafi’i berpendapat bahwa mukhabarah

adalah menggarap tanah denagan apa yang dikeluarkan dari tanah

tersebut. Sedangkan muzara’ah adalah seorang pekerja menyewa tanah

dengan apa yang dihasikan dari tanah tersebut7

Menurut Syaikh Ibrahim Al-bajuri berpendapat bahwa

mukhabarah adalah, sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah

kepada pekerja dan modal dari pengelola. Sedangkan muzara’ah adalah

pekerja mengelola tanah denagan sebagian apa yang dihasilkan darinya

dan modal dari pemilik tanah.8

Jadi dapat disimpulkan muzara’ah ialah mengerjakan tanah

(orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagaian

hasilnya (seper dua, seper tiga atau seper empat). Sedangkan biaya

pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik tanah.

Mukhabarah adalah bentuk kerjasama antara pemilik

sawah/tanah dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan

dibagi antara pemilik tanah dan penggarap menurut kesepakatan

bersama, sedangkan biaya, dan benihnya dari penggarap tanah.

Perbedaan antara muzara’ah dan mukhabarah hanya terletak pada benih

tanaman. Dalam muzara’ah benih tanaman berasal dari pemilik tanah

sedangkan dalam mukhabarah, benih tanaman berasal dari pihak

6 Hendi Suhendi, Loc. Cit. 53 7Rachmad Syafi’I, Fiqh mu’amalah, CV. Pustaka setia, Bandung 2001, h, 205 8 Hendi Suhendi, Op. Cit, h, 54

Page 23: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

10

penggarap. Pada umumnya, kerjasama mukhabarah ini dilakukan pada

perkebunan yang benihnya relatif murah seperti bawang merah, padi,

jagung dan kacang kacangan. Namun, tidak menutup kemungkinan pada

tanaman yang benihnya relatif murah pun dilkukan kerjasama muzara’ah.

Jadi mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti

sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua,

sepertiga atau seperempat) sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya

ditanggung orang yang mengerjakan.

Berdasarkan dengan Imam Mawardi yang menyatakan bahwa

mukhabarah sama dengan muzara’ah. Yaitu menyewa tanah dengan

ganti sebagian dari hasil panen. Hanya saja berbeda pada asal kata

mukhabarah, yakni dikaitkan dengan praktik demikian di khaibar.

Imam Taqiyuddin didalam kitab “kifayatul ahya” menyebutkan

bahwa muzara’ah adalah menyewa seseorang pekerja untuk menenami

tanah dengan upah sebagian yang keluar daripadanya. Sedangkan

mukhabarah adalah transaksi pengolahan bumi dengan upah sebagian

hasil yang keluar dari padanya.9

Hukum mukhabarah sama dengan muzara’ah, yaitu mubah

(boleh). Landasan hukum mukhabarah adalah sabda Nabi saw:

حمن لوتركت هذه المخابرة فاءنهم عن طاوس انه كان يخابر, قال عمروفقلت له ياابا عبدالر

وسلم نهى عن المخابرةفقال اي امرو : اخبرنى اعلمهم بذالك يزعمون ا ن النبي ص لى

عبايعني ابن من عليه وسلم لم ينه انما قال يمنح احدكم اخا ه خيرله س ان النبي صلى

ان يا خد عليها خرجامعلوما (رواه مسلم)

9 Imam Taqiyudddin, Kifayatul Ahyar, Juz I, Dar al-Ihya’, Surabaya Indonesia, h, 314

Page 24: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

11

Artinya:

“Dari thawus r.a bahwa ia suka bermukhabarah. Amru berkata: lalu aku katakana kepadanya: ya Abu Abdurrahman, kalau engkau tinggalkan mukhabarahini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi saw. Telah melarang mukhabarah. Lantas Thawus berkata: Hai Amr, telah telah menceritakakn kepada qu orang yang sungguh-sungguuh mengetahui akan hal itu, yaitu Ibnu Abbasbahwa Nabi saw. Tidak melarang mukhabarah itu, hanya beliau berkata: seseorang memberi manfaat kepada saudaranya lebih baik dari pada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu dengan upah tertentu”, (HR. Muslim.)10 Dikalangan ahli fiqih Islam terdapat perbedaan pendapat tentang

keabsahan sistem bagi hasil dalam pengolahan tanah. Sebagian sebagian

ahli fiqih menganggap bahwa kesepakatan bagi hasil sama dengan

persekutuan dalam perdagangan. Oleh karena itu dibolehkan, sementar

sebagian lainnya menolak sistem tersebut karena dianggap terlalu berat

dan bersifat menindas, dan masih ada lagi yang lain menganggap itu

boleh tapi dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

Sebelum dibahas tentang pendapat-pendapat dari kelompok-

kelompok yang saling bertentangan, terlebih dahulu digambarkan tentang

sistem bagi hasil yang sering dijalankan pada masa pemerintahan

khalifah. Pada masa itu sistem bagi hasil difahami sebagai kerja sama

dalam pengolahan tanah. Seperti misalnya dengan membiarkan tanah itu

dalam pengolahan seorang petani dan memberikan bagian tertentu dari

hasil pengolahan sebagai alat penukarnya, para ahli fiqih telah membatasi

sistem bagi hasil sebagai sua tu bentuk pengolahan dimana tanah

10 Afzalur Rahman,” Doktrin Ekonomi Islam”, Jilid II, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1995, h, 262

Page 25: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

12

diberikan untuk diolah dan sebagai gantinya diperoleh bagian tertentu dari

hasil produksi tanah tersebut.11

Dalam Al-qur’an disebutkan:

عيشتهم فى الحيواة الد نيا ورفعنا بع ضهم فوق أهم يقسمو ن رحمت ربك نحن قسمنا بينهم ما تجمعون بعض درجت يتخذ بعضهم بعضا سخر يا ورحمت ربك خير مم ل

Artinya:

32. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.12

Ayat ini menegaskan bahwa penganugrahab rahmat Allah, apabila

pemberi wahyu, semata-mata adalah wewenang Allah, bukan manusia,

apakah mereka yang musyri, durhaka, dan bodoh itu yang dari saat ke

saat dan secara bersinambungan membagi- bagi rahmat Tuha

pemelihara dan pelimpah rahmat bagimu, wahai nabi yang agung, tidak

kami telah membagi melalui penetapan hukum-hukum kami tetapkan

antara mereka serta berdasarkan kebijaksanaan kami yang baik bersifat

umum maupn khusus kami telah membagi sarana kehidupan dunia karena

tidak dapat melakukannya sendiri dan kami telah meningkatkan sebagian

mereka dalam harta benda, ilmu, kekuatan dan lain-lain atas sebagian

yang lain peninggian beberapa derajat agar sebagian mereka dapat

mempergunakan sebagian yang lain sehingga mereka dapat tolong

menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

11 Ibid.h. 256 12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, CV Diponegoro, Bandung,

2010, h, 491

Page 26: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

13

Penggunaan kata Rabbika yang di tunjukkan kepada Nabi

Muhammad saw. Kata ma’isyatahum/penghidupan mereka, terambil dari

kata ‘aisy yaitu kehidupan yang berkaitan dengan hewan dan manusia di

dunia ini. Ba’ dhuhum ba’dhan/ sebagian kamu atas sebagian yang lain

mencakup semua manusia. Misalnya, sikaya membutuhkan kekuatan fisik

si miskin, dan simiskin membutuhkan uang si kaya.13

Dalil al-Qur’an atau hadist tersebut diatas merupaka landasan

hukum yang dipakai oleh para ulama’ yang membolehkan akad perjanjian

atau mukhabarah. Menurut para ulama’ akad ini bertujuan untuk saling

membantu antara petani dengan pemilik tanah pertanian. Pemilik tanah

tidak mampu mengerjakan tanahnya, sedang petani tidak mempunyai

tanah atau lahan tanah14

Munculnya pengertian dan mukhabarah dengan ta’rif atau

pengertian yang berbeda tersebut karena adanya ulama yang

membedakan antara arti dan mukhabarah, yaitu Imam Syafi’I berdasarkan

dzhahir nash Imam Syafi’I sedangkan ulama yang menyamakan (ta’rif)

dan mukhabarah diantaranya Nawawi, Qadhi Abu Thayyib, Imam Jauhari

Al Bandanji. Mengartikan sama dengan memberi ketentuan usaha

mengerjakan tanah (orang lain) yang hasilnya dibagi sesuai dengan

kesepakatan.15

13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Letera hati, jln. Kartimuki,

Jakarta, 2010, Hlm. 240-241

15 Nasrun Harun,” Fiqih Muamalah”, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h. 277

Page 27: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

14

2. Rukun dan Syarat

a. Rukun

Jumhur ulama membolehkan akad, mengemukakan rukun yang

harus dipenuhi agar akad tersebut menjadi sah.

1) Pemilik Lahan dan penggarap (akid)

Akid adalah seorang yang mengadakan akad, disini berperan

sebagai penggarap atu pemilik tanah pihak-pihak yang mengadakan

akid, maka para mujtahid sepakat bahwa akad sah apabila dilakukan:

seorang yang telah mencapai umur, seorang berkal, sempurna dan

seseorang berihtiar.

Jika tidak bisa terselenggara akad atau mukharabah di atas

orang gila dan ank kecil yang belum pandai, maka apabila melakukan

akad ini dapat terjadi dengan tampa adanya pernyataan dari walinya.

untuk kedua belah pihak yang melakukan akad disyaraktan

berkemampuan yaitu keduanya berakal dan dapat membedakan. Jika

salah seorag yang berakad itu gila atau anak kecil yang belum dapat

membedakan, maka akad itu tidak sah.16

Adapun kaitannya dengan orang yang berakal sempurna, yaitu

orang tersebut telah dapat diminta pertanggung jawaban, yang

memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang

buruk(berakal). Nampak padanya bahwa dirinya telah mampu

16Sayyid Sabid, Op. Cit, h, 115

Page 28: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

15

mengatur harta bed padanya bahwa dirinya telah mampu mengatur

harta bendanya.

2) Harus ada ketentuan bagi hasil

Menurut ketentuan dalam akad perlu diperhatikan ketentuan

pembagian hasil seperti setengah, sepertiga, seperempat, lebih

banyak atau lebih sedikit dari itu.17 Hal itu harus diketahui dengan

jelas, di samping untuk pembagiannya. Karena masalah yang sering

muncul kepermukaan dewasa ini dalam dunia perikatan adalah

masalah yang menyangkut pembagian hasil serta waktu pembagian

hasil. Pembagian hasil harus sesuai dengan kesepakatan keduanya.

3) Objek (ma’qud ilaih)

Ma’qud ilaih adalah benda yang berlaku pada hukum akad atau

barang yang dijadikan objek pada akad.18Ia dijadikan rukun karena

kedua belah pihak telah mengetahui wujud barangnya, sifat keduanya

serta harga dan manfaat apa yang di ambil. Akad itu tidak boleh

kecuali tanah yang sudah diketahui. Kalau tidak diketahui kecuali

dengan dilihat seperti tanah pekarangan, maka dengan hal ini tidak

boleh hingga terlihat terlebih dahulu. Dan juga tidak boleh kecuali atas

tanah-tanah yang bermanfaat atau subur. Kesuburan tanah-tanah

dapat dilihat dari penggunaan alat pengukur kualitas kesuburan tanah

17Syekh Muhammad Yusuf Qurdawi, Halal Dan Haram Dalam Islam, PT. Bina

Ilmu, Jakarta, 2001, h, 384 18Tengku Muhammad Tasbih As-Ahididieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, Bulan

Bintang, Jakarta, 1998, h, 23

Page 29: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

16

tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian (bak tenaga

maupun biaya) dari masing -masing pihak yang bersangkutan.

Hal-hal yang harus diperhatikan perjanjian kerjasama yang

berkaitan dengan tanah antara lain: untuk apa tanah tersebut

digunakan? apabila tanah digunakan untuk pertanian, maka harus

diterangkan, dalam perjanjian jenis apakah tanaman yang harus

ditanam ditanah tersebut. Sebab jenis tanaman yang di tanam akan

berpengaruh terhadap jangka Panjang(sewa) tersebut. Dengan

sendirinya akaa berpengaruh terhadap uang sewanya. Pengunaan

yang tidak jelas dalam perjanjian, dikhawatirkan dapat menimbulakan

prestasi yang akan berbeda antara pemilik tanah dengan

penyewa(penggarap) dan pada akhirnya akan menimbulkan

persengketaan.19

4) Ijab dan Qobul

Suatu akad terjadi apabila ada ijab dan qabul, bak dalam betuk

perkataan atau dakam bentuk persyartan yang menunjukan adanya

persetujuan kedua belah pihak dalam melakuka akad tersebut. Ijab

dan Qabul artinya ikatan antara pemilik lahan dan penggarapnya.

Dalam ini baik akad munajjaz (akad yang diucapkan seseorang

dengan memberi tahu batasan) maupun qhairu munajjaz (akad yang di

19Suhwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, h, 148

Page 30: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

17

ucapkan seorang tampa memberi batasan) dengan suatu kaidah tanpa

mensyaratkan dengan suatu syarat.20

Akad dalam fiqh mu’amalah berasal dari kata bahasa Arab عقد -

,yang berarti, membangun atau mendirikan, memegang, perjanjian عقدا

percampuran, menyatukan.21 Sedangkan menurut para ulama ada

beberapa pendapat diantaranya : Menurut al-Sayyid Sabiq akad berarti

ikatan atau kesepakatan.22Menurut basri, akad menurut bahasa berarti

ikatan (al-rabthu), kaitan (al- ‘akadah) atau janji (al-‘ahdu).23Menurut M.

Ali Hasan, akad berasal dari bahasa Arab adalah “perkataan,

perjanjian dan permufakatan “.Pertalian ijab (pernyataan menerima

ikatan) sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada

obyek perikatan.24 Yang dimaksud ijab dalam definisi akad adalah

ungkapan atau pernyataan kehendak melakukan perikatan (akad) oleh

suatu pihak, biasanya disebut sebagai pihak pertama. Sedangkan

qabul adalah pernyaan atau ungkapan yang menggambarkan

kehendak pihak lain, biasanya dinamakan pihak kedua, menerima atau

menyetujui pernyataan ijab.25

20Tengku Muhammad Hasbi As-Shididieqy, Op. Cit, h, 75 21A. Warson Al-Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir, Ponpes Al-Munawir,

Yogyakarta, 1997, h, 1023 22 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid 3, Cet. Ke-3, Dar Al-Fikr, Beirut, 1993 h, 12 23 Hasan Basri, Kontekstualisasi Transaksi Jual Beli Dalam Sistem Ekonomi

Islam, Dalam Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi: Perspektiif Hukum Perdata Dan Hukum Islam, Kiswah, Jakarta, 2004, h, 24

24 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h, 101

25 Ghufron A. mas’adi, Fiqh Mu’amalah kontekstual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h, 77

Page 31: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

18

Secara sederhana, ijab dan qobul cukup dengan lisan saja.

Namun sebaiknya dapat dituangkan kedalam surat perjanjian yang di

setujui oleh kedua belah pihak, termasuk bagi hasil kerjasama tersebut.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa tidak memerlukan qabul

secara lafadz, tetapi cukup hanya dengan mengerjakan tanah, itu sudah

termasuk qobul.26 Sifat akad menurut ulama Hanafiyah adalah sifat-sifat

perkongsian yang tidak lazim. Adapun pendapat ulama Malikiyah harus

menabur benih di atas tanah supaya tumbuh tanaman atau dengan

menanam tumbuhan diatas tanah yang tidak ada bijinya. Menurut

pendapat yang paling kuat, perkongsian harta temasuk dan harus

menggunakan sighat (ijab qobul).27

b. Syarat-syarat

Adapun syarat-syarat menurut jumhur ulama ada yang

menyangkut orang yang berakad, benih yang ditanam, tanah yang

dikerjakan, hasil yang akan dipanen, dan menyangkut waktu berlakunya

akad.28

1) Syarat orang yang berakad harus baligh dan berakal. Imam Abu

Hanifah mensyaratkan bukan oranag murtad, tetapi ulam Hanafiyah

tidak mensyaratkan.29

2) Syarat yang ditanam harus jelas dan menghasilkan.

3) Syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian.

26 Rachmat syafe’I Op. Cit h, 207 27 Ibid. h, 208 28 Nasrun harun, Loc.Cit, h, 276 29 Rachmat syafe’I, Loc. Cit, h, 208

Page 32: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

19

a) Tanah tersebut bisa digarap dan dapat menghasilkan

b) Batas-batas lahan tersebut hasrus jelas

c) Ada penyerahan tanah

d) Tanah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap

untuk diolah

4) Syarat yang berkaitan dengan lahan yang akan dipanen

a) Jelas ketika akad

b) Pembagian panen harus jelas

c) Hasil panen tersebut harus jelas benar-benar milik bersama orang

yang berakad.

d) Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang ma’lum.30

5) Syarat yang berkaitan dengan waktu harus jelas

6) Syarat yang berkaitan objek akad juga harus jelas pemanfaatan

benihnya, pupuknya dan obatnya. Seperti yang berlaku dengan adat

dan kebiasaan daerah setempat.

Imam Abu Yusuf dan Muhammad Hasan Asy-Syaibani

perpendapat bahwa dilihat dari segi sahnya akad maka ada empat

bentuk.31

Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, kerja dan alat dari

petani penggarap, sehingga yang menjadi objek adalah jasanya petani,

hukumnya sah.

30 Hendi Suhendi,” Fiqih Muamalah”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h.

159 31 M Ali Hasan, Op.Cit, h. 277.

Page 33: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

20

1) Apabila pemilik lahan hanya menyediakan lahan saja, sedangkan

penggarap menyediakan bibit, alat, dan kerja yang menjadi objek

adalah manfaat tanah/lahan hukumnya sah.

2) Apabila lahan, bibit, alat, dan kerja dari petani, maka akad juga sah.

3) Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan dan bibit serta kerja dari

petani penggarap, maka hukum akadnya tidak sah. Mereka

berpendapat apabila alat pertanian dari pemilik lahan, maka akad

menjadi rusak, karena alat pertanian tidak biasa mengikat pada lahan.

Alat pertanian tersebut tidak sejenis dengan manfaat lahan. Karena

lahan adalah untuk menghasilkan tumbuh-tumbuhan dan alat hanya

sebagai untuk pengolahannya. Alat pertanian seharusnya dari

penggarap bukan dari pemilik lahan.

4) Hukum akad shahih menurut ulama Hanafi adalah sebagai berikut.32

a) Segala keperluan untuk menggarap tanaman diserahkan

sepenuhnya kepada penggarap

b) Pembiayaan atas tanaman di bagi antara pemilik lahan dengan

penggarap

c) Hasil yang diperoleh dibagi atas kesepakatan yang disepakati

d) Menyiram dan merawat tanaman adalah tanggung jawab

penggarap, kecuali disyaratkan bersama dalam kesepakatan akad.

32Rachmat Syafe’I, Op. Cit, h. 210

Page 34: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

21

e) Jika salah seorang yang akad meninggal maka penggarap tidak

mendapatkan apa-apa, karena ketetapan akad didasarkan atas

waktu.

5) Hukum akad fasid apabila terdapat:

a) Penggarap tidak melakukan kewajiban terhadap akad yang telah

disepakati

b) Hasil yang didapatkan merupakan pemilik benih

c) Jika benih dari penggarap, maka berhak mendapatkan upah

3. Akibat dan Berakhirnya Akad

a. Akibat Akad

Jumhur ulama yang membolehkan akad, jika pemilik tanah dan

penggarap telah melakukan akad akan berakibat, sebagai berikut.33

1) Pemilik lahan bertanggung jawab terhadap biaya benih dan

pemeliharaan pertanian tersebut.

2) Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, biaya pembersihan

tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan

persentase bagian masing-masing

3) Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama

4) Perairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan

apabila tidak ada kesepakatan, berlaku adat dan kebiasaan ditempat

masing-masing.

33 M Ali Hasan ,Op.Cit, h. 278

Page 35: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

22

5) Apabila seseorang meninggal dunia, akad tersebut tetap berlaku

sampai panen dan diwakili oleh ahli warisnya, lebih lanjut akad

tersebut dapat dipertimbangkan oleh ahli waris diteruskan atau tidak.

b. Berakhirnya Akad

Apabila akad berakhir sebelum masa panen, akad tersebut tidak

dibatalkan dan ditunggu sampai masa panen.34 Dalam menunggu masa

panen tersebut petani penggarap berhak mendapat pembayaran sesuai

dengan adat kebiasaan setempat, dan biaya untuk pertanian selanjutnya

ditanggung bersama oleh pemilik lahan dan petani penggarap.35

Yakni jika masa atau waktu yang telah disepakati oleh kedua

belah pihak telah habis maka, yang dilakukan oleh kedua belah pihak itu

secara otomatis berakhir. Jika diiantara keduanya akan melanjutkan

tersebut maka kedua belah pihak harus melakukan akad kembali.

1) Salah seorang yang berakad meninggal

Jika salah satu diantara orang yang berakad meninggal dunia

maka akad yang telah dilaksanakan atau yang baru akan dilaksanakan

secara otomatis berakhir, karena adalah akad kerja sama dalam hal

percocok tanama, jadi kedua belah pihak memiliki tanggung jawab

masiing-masing.

” Menurut ulama mazhab hanafi dan hanabilah, maka akad berakhir. Sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’I dan maliki akad tersebut tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya”.36

34 Nasrum Harun, Op.cit, h. 280 35 M Ali Hasan, Op. Cit, h. 279 36 Ibid, h. 279

Page 36: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

23

2) Adanya uzur.

Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang menyebabkan

batalnya antara lain: tanah garapan terpaksa dijual, misalnya untuk

membayar utang atau keperluan lain oleh pemilik tanah. Penggarapan

tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, jihat dijalan Allah SWT dan

lain sebagainya.37

Menurut ulam Hanafiyah uzur tersebut dapat berupa.

a) Tanah garapan tersebut terpaksa dijual karena pemilik lahan

memiliki hutang.

b) Penggarap tidak dapat mengelola tanah dikarenakan sakit, jihad

di jalan Allah SWT, dan naik haji.38

Suatu akad menurut imam al-Mawardi akan berakhir pada

a) Meningalnya salah satu pihak. Namun dapat iteruskan oleh ahli

warisnya. Jika pemilik lahan meninggal dunia sementara

tanamannya masih hijau, maka penggarap harus terus bekerja

sampai tanamanitu matang. Ahli waris dari yang meninggal tidak

berhak melarang orang itu untuk berbuat demikian. Jika

penggarap yang meninggal dunia, maka ahli warisnya

menggantikannya dan jika ia mau boleh meneruskan

kerjamengolah tanah sampai tanaman itu matang dan p[emilik

lahan tidak melarangnya.

37Rachemad Syafe’I, Op.Cit. h. 21 38 Rachmt Syafe’I, Op. Cit, h. 211

Page 37: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

24

b) Jangka waktu yang disepakati berakhir. Jika dalam menyewa

tanah berada dalam tahun (waktu dalam tahun tersebut) yang

dimungkinkan adanya panen, maka diperbolehkan. Hal itu

menghindari waktu habis sebelum panen tiba.

c) Jika terjadi banjir dan melanda tanah sewaan tersebut sehingga

kondisi tanah dan tanaman rusak maka perjanjian berakhir

d) Jika waktu berakhir pemilik dilarang mencabut tanaman sampai

pembayaran diberikan dan hasil panen dihitung.

Sedangkan menurut para ulama fiqh yang membolehkan akad atau

mukhabarah bahwa akad ini akan berakhir apabila:

a) Jangka waktu yang disepakati berakhir. Akan tetapi jika jangka

waktu sudah habis, sedangkan hasil pertanian itu belum layak

panen, maka akad itu tidak dibatalkan sampai panen dan

hasilnya dibagi sesuai denagn kesepakatan bersama diwaktu

akad.

b) Menurut ulama Hanafiyah dan Hanabilah, apabila salah seorang

yang berakat wafat, maka akad muzaraa’ah atau mukhabarah

berakhir. Karena mereka berpendapat bahwa akad ijarah tidak

boleh diwariskan. Akan tetapi Ulama Malikiyah dan Syafi’iyah

berpendapat bahwa akad atau mukhabarah itu dapat

diwariskan. Oleh sebab itu akad tidak berakhir disebabkan oleh

wafatnya salah seorang yang berakad.

Page 38: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

25

c) Adanya uzursalah satu pihak. Baik dari pihak pemilik tanah

ataupun dari pihak pengarap atau pengelola yang

meneybabkan tidak boleh untuk melanjutkan akad tersebut.

Kerjasama bidang pertanian seperti di atas mempunyai banyak

kebaikan dan hikmah yang bisa diambil. tersebut bisa dijadikan tolong

menolong antara pemilik lahan yang tidak bisa menggarap lahannya

kepada petani penggarap yang tidak mempunyai lahan. Hal tersebut bias

mencegah terjadinya lahan yang menganggur dan petani penggarap yang

sebelumnya tidak punya lahan tapi punya kemampuan.

4. Bentuk-bentuk

Dengan beberapa adanya perbedaan pendapat dari para ulama

islam tentang keabsahan itu sendiri dalam hal kegunaannya, akhirnya

mempengaruhi keabsahan sistem itu sendiri. Namun ada beberapa

bentuk yang diakui oleh ulama fiqih.39

a. Bentuk yang tidak diperbolehkan ialah:

1) Suatu bentuk perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang

harus diberikan kepada pemilik tanah, maksudnya adalah apapun hasil

yang akan diperoleh nantinya pemilik tanah akan tetap mendapatkan

hasil yang sebelumnya telah disyaratkan diawal. Contoh pemilk tanah

akan tetap menerima 5 atau 10 mound dari hasil panen (1 mound = 40

kg).

39 Afzalurrahman,”Doktrin Ekonomi Islam”, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995, h

285

Page 39: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

26

2) Apabila hanya bagian-bagian tertentu dari lahan tersebut yang

berproduksi, misalnya, bagian utara atau selatan yang hanya

memproduksi dan hasil dari bagian yang berproduksi tersebut untuk

pemilik tanah.

3) Apabila hasil tersebut berada pada bagian tertentu, misalnya pada

bagian sungai atau di daerah yang mendapat cahaya matahari dan

hasilnya hanya untuk pemilik tanah. Hal tersebut merugikan petani

penggarap yang hasilnya belum akan diketahui. Sedangkan hasil

pemilik lahan telah ditentukan.

4) Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah tersebut

tetap akan menjadi miliknya jika pemilik tanah masih

menginginkannya, hal tersebut dilarang karena mengandung unsur

ketidak adilan karena merugikan para petani yang akan

membahayakan hak-hak mereka dan bisa menimbulkan kesengsaraan

dan kemelaratan.

5) Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah tetapi

satu pihak menyediakan bibit dan yang lainnnya menyediakan alat-alat

pertanian.

6) Apabila tanah menjadi tanah milik pertama, benih dibebankan kepada

pihak kedua, alat-alat pertanian kepada pihak ketiga, dan tenaga kerja

kepada pihak keempat, atau dalam hal ini tenaga kerja dan alat-alat

pertanian dibebankan kepada pihak ketiga.

Page 40: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

27

7) Perjanjian pengolahan menetapkan tenaga kerja dan tanah menjadi

tanggung jawab pihak pertama dan benih serta alat-alat pertanian

pada pihak lainnya.

8) Bagian seseorang harus ditetapkan dalam jumlah, misalnya

seperdelapan (1/8) atau seperempat (1/4) untuk satu pihak dan

sisanya untuk pihak lain.

9) Ditetapkan jumlah tertentu dari hasil panen yang harusnya dibayarkan

kepada satu pihak lain dari bagiannya dari hasil tersebut.

10) Adanya hasil panen lain (selain yang ditanam di lahan tersebut) harus

dibayar oleh satu pihak sebagai tambahan kepada hasil pengeluaran

tanah.40

Singkatnya perjanjian akan sah apabila tidak ada seorangpun

yang dikorbankan haknya, dan tidak ada pemanfaatan secara tidak adil

atas kelemahannya dan kebutuhan seseorang, dan tidak boleh ada

syarat-syarat yang sejenisnya dapat menimbulkan perselisihan antara

kedua belah pihak. Adapun bentuk yang diharamkan adalah apabila

bentuk kesepakatannya tidak adil. Misalnya dari luas 1000 m persegi yang

disepakati pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman

yang tumbuh di area 600 m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak

atas hasil yang akan didapat pada 400 m tertentu.

Perbedaanya dengan bentuk yang halal di atas adalah pada cara

pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen

40 Ibid, h286

Page 41: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

28

dikumpulkan terlebih dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase.

Sedangkan bentuk yang kedua dan terlarang itu, sejak awal lahan sudah

dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m. buruh tani berkewajiban

untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada hasil di 400 m

itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi

yang 600 m, menjadi hak pemilik lahan.

Cara seperti ini adalah cara yang diharamkan. Inti larangannya

ada pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan

dirugikan. Misalnya bila panen dari lahan yang 600 m itu gagal, maka

pemilik lahan akan dirugikan. Sebaliknya, bila panen di lahan yang 400 m

itu gagal, maka buruh tabi yang akan dirugikan. Maka yang benar adalah

bahwa haasil panen keduanya harus disatukan terlebih dahulu, setelah itu

baru dibagi hasilkan sesuai perjanjian prosentase.41

b. Bentuk yang dibolehkan:

1) Perjanjian kerjasama dalam pengolahan lahan dimana tanah, benih

dari satu pihak, perlatan pertanian, dan tenaga kerja dari pihak lainnya

dan setuju bahwa pemilik tanah akan mendapat bagian tertentu dari

hasil.

2) Apabila tanah, peralatan pertanian dan benih, semuanya beban pemilk

tanah sedangkan hanya buruh tani yang dibebankan kepada petani

maka harus ditetapkan bagian tertentu bagi pemilik.

41 Ibid, h 287

Page 42: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

29

3) Perjanjian dimana tanah dan benih dari pemilik lahan dan peralatan

pertanian dan kerja daru petani dan pembagian dan hasil tersebut

harus ditetapkan secara proporsional.

4) Apabila keduanya sepakat atas tanah, perlengkapan pertanian, benih

dan buruh serta menetapkan bagian masing-masing yang akan

diperoleh dari hasil.

5) Imam Abu Yusuf berpendapat: jika tanah diberikan secara Cuma-

Cuma kepada seseorang untuk digarap, semua pembiayaan

pengolahan ditanggung oleh penggarap dan semua hasil menjadi

miliknya tapi kharaj (pajak bumi/tanah) akan dibayar pemilik tanah, jika

ushr (zakat) dibayar petani.

6) Apabila tanah berasal dari satu pihak dan kedua belah pihak sama-

sama menanggung benih, buruh dan pembiayaan pengolahan, dalam

hal ini keduanya akan mendapat hasil. Jika merupakan ushr, harus

dibayar berasal dari hasil dan jika kharaj akan dibayar oleh pemilik

tanah.

7) Apabila tanah disewakan kepada seseorang, dan itu adalah kharaj

menurut Imam Abu Hanifah harus dibayar oleh pemilik tanah, dan jika

ushr sama juga dibayar oleh pemilk tanah, tetapi menurut Abu Yusuf

jika ushr dibayar oleh petani.

Page 43: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

30

8) Apabila perjanjian ditetapkan dengan sepertiga atau seperempat dari

hasil, menurut Imam Abu Hanifah, keduanya kharaj atau ushr akan

dibayar oleh pemilik tanah.42

B. Pendapatan Ekonomi

1. Pengertian Pendapatan Ekonomi

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang

maupun berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri

yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu.

Pendapatan merupakan unsur yang harus di lakukan dalam melakukan

suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang di

peroleh selama melakukan usaha.43

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil

kerja (usaha atau sebagainya).44 Sedangkan pendapatan dalam kamus

manajeman adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan

organisasi lain dalam bentuk upah, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan

laba.45

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya

suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat

dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersbut akan rendah pula.

43Hestanto “pengertian pendapatan”, diakses dari hpttps://www.hestanto.web.id/

pengertia-pendapatan/21 juli 2019 44 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Budaya Bahasa

Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1998), h. 185

45 BN. Marbun, Kamus Manajemen. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 230

Page 44: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

31

Pendapatan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh

seseorang atau keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

tanpa mengurangi atau menambah asset bersih. Pendapatan ekonomi

meliputi upah, gaji, hasil produksi, pendapatan bunga deposito,

pendapatan transfer dan lain-lain.

Pendapatan masyarakat adalah penerimaan gaji atau balas jasa

dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga

dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Soekartiwi mwnjwlaskan pendapatam akan mempengaruhi banyaknya

barang yang di konsumsi, bahwa sering kali di jumpai dengan

bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja

bertambah, tapi juga khualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian.

Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatn beras yang

dikonsumsi adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya

penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi khualitas yang

baik.46

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Ekonomi

a. Kualitas sumber daya manusia

Negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas tinggi tentu akan memiliki pendapatan yang tinggi pula. Ciri-ciri

SDM yang memiliki kualitas tinggi adalah:

1) Memiliki bekal ilmu pengetahuan yang tinggi

46 Soekartiwi, Faktor-faktior produksi, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h, 132

Page 45: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

32

2) Memiliki etos kerja yang baik (rajin, disiplin, jujur, tepat waktu, dan lain-

lain).

3) Memiliki tingkat keterampilan yang baik.

4) Menyukai tantangan dan perubahan.

Jika di bandingkan dengan faktor-faktor lain yang bisa

mempengaruhi besar kecil pendapatan eekonomi masyarakat, faktor

kualitas SDM memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan

besar kecilnya pendapatan masyarakat. Karena jika kualitas SDM baik

maka dapat dipastikan pengelolaan dan pengendalian faktor-faktor lain

untuk mencapai kemakmuran dapat terlaksana dengan baik.

b. Potensi Sumber Daya Alam

Negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah

jika di kelola dengan baik akan menghasilkan pendapatan yang tinggi.

Seperti halnya Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya

alam tentu akan memiliki pendapatan ekonomi yang tinggi, seandainya

potensi sumber daya alam dikelola dengan baik.

c. Modal.

Setiap usaha memerlukan modal yang digunakan untuk

operasional usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimal.

Dalam kegiatan penjualan, semakin banyak jumlah barang yang dijual

maka keuntungan akan semakin tinggi. Apabila ingin meningkatkan

jumlah barang yang dijual maka pedagang harus membeli barang dalam

jumlah yang besar. Oleh karena itu diperlukan tambahan modal untuk

Page 46: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

33

membeli baragang dagangan tersebut sehingga dapat meningkatkan

pendapatan.

d. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap pencapaian

pendapatan. Jika suatu pemerintah yang bersih, berwibawa, dan

berkualitas maka pemeritah tersebut pasti akan membuat kebijakan-

kebijakan yang tepat, baik kebijakan di bidang politik maupun ekonomi.

Kebijakan-kebijakan yang tepat dan disertai pelaksanaan yang

bertanggung jawab tentu akan berpengaruh pada naiknya pendapatan

ekonomi.47

Sedangkan menurut boediono pendapatan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dipengaruhi:48

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang beersumber pada,

hasil-hasil tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.

b. Harga per-unit dari masing-masing faktor produksi harga ini ditentukan

oleh penawaran dan permintaan dari pasar faktor produksi.

c. Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.

Hubungan antar pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam berbagai permasalahn ekonomi. Kenyataan

47 Respati “faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional”, ekonomisku, diakses dari

http://ekonomisku.blogskot.com/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-pendapatan-

nasional.html?m=1 21juli 2019 48 Boediono, pengantar Ekonomi, (Jakarta; Erlangga, 2002), h. 150

Page 47: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

34

menunjukan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya

pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi

juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada

kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pembelanjaan.

Page 48: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang di gunakan dalam proposal ini adalah penelitian

kualitatif yaitu Manurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.1 Sugiyono menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif

digunakan peneliti pada kondisi objek yang alamiah.2

Dari penelitian kualitatif inilah peneliti dapat melakukan penelitian

untuk mendapatkan hasil yang ingin diketahui, yaitu berupa data-data dari

para orang tua yang akan diteliti.

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Karena area perkebunan

pada desa tersebut cukup luas sehingga mayoritas penduduknya

berprofesi sebagai petani. Dan yang menjadi objek penelitian dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai penggarap dan

pemilik lahan.

1 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4

2 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D).(Bandung: Penerbit Alfabeta 2014), h.15

Page 49: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

36

C. Fokus Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus,

yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Adapun fokus

dalam penelitian ini yaitu:

1. System muzara’ah.

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun deskripsi fokus penelitian ini adalah:

1. Sistem muzara’ah merupakan suatu sistem kerja sama dalam

bidang pertanian antara pemmilik lahan pertanian dan petani

penggarap. Keberhasilan sistem tersebut tergantung dari

bagaimana petani bawang merah bekerja satu sama lain antara

penggarap dan pemilik modal.

2. Pendapatan ekonomi petani bawang merah yang dipengaruhi oleh

sistem muzara’ah yang digunakan.

E. Sumber Data

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

yang langsung, kepada pengumpul data.3 Berdasarkan pengertian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang

didapatkan langsung dari apa yang diteliti.

3 Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2006). h.105

Page 50: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

37

Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu melakukan

konsioner/wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data dari

responden yaitu pemilik lahan dan petani bawang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data

kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui orang lain atau mencari

melalui dokumen data itu diperoleh dengan menggunakan literatur yang

dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-

catatan yang berhubungan dengan penelitian.4

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian yang

dihasilkan dari hasil objek yang mendukung pernyataan data primer yaitu

kepala Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus

betul-betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan data empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan

berhasil apabila banyak mengunakan instrument agar data tersebut dapat

menjawab pertanyaan.

Penelitian dan menguji hipotesis, maka penulis menggunakan

beberapa teknik pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan

dokumentasi

4 Ibid. h.106

Page 51: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

38

1. Pedoman observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian

dilakukan pencatatan.5 Observasi diartikan sebagai usaha mengamati

fenomena-fenomena yang akan di selidiki baik itu secara langsung

maupun secara tidak langsung dengan mengfungsikan secara alat indera

dari pengamatan untuk mendapatkan informasi dan data akan diperlukan

tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan observasi tidak langsung adalah

pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa

yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui file,

rangkaian slide, atau rangakian photo.

Dalam menggunakan teknik observasi baik langsung maupun

tidak langsung diharapkan memfungsikan setiap alat indera untuk

mendapatkan data yang lengkap.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi antara respon untuk

menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap

muka dan bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan yang menghubungkan dengan informasi yang

diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan secara lisan pula, memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil

5 P. Joko Subagyo, Metodologi Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka cipta,

2004), h. 63.

Page 52: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

39

bertatap muka antara sipenanya atau pewancara dengan si pengaruh

atau responden yang menggunakan alat panduaan wawancara.

3. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan

ataukejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik

pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan

sebagainya.

Dalam hal ini penulis menggunakan catatan dokumentasi untuk

memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Menurut Sugiyono penelitian dimulai dengan mencatat,

menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang pelaksanaan

dan hasil program yang dilihat dari ada atau tidaknya perkembangan

usaha yang dimiliki warga belajar.6

Dalam hal ini observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati

keadaan obejek penelitian yaitu keadaan sitem bagi hasil yang ada di

Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

6 Sugiyono. Op.cit. h.33

Page 53: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

40

2. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi dua arah mendapatkan data dari

responden. Wawancara dapat berupa wawancara personal, wawancara

intersep, dan wawancara telepon.7

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan8

Metode wawancara dalam konteks ini berarti proses memperoleh

suatu data dengan melakukan komunikasi langsung dengan responden

penelitian. Dengan pedoman pertanyaan yang sudah dibuat diharapkan

pertanyaan dan pernyataan responden lebih terarah dan memudahkan

untuk rekapitulasi catatan hasil pengumpulan data penelitian.

Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk menggali informasi

secara langsung dan mendalam dari beberapa informan yang terlibat

dalam kerjasama atau bagi hasil antara penggarap dan pemilik lahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan,

catatanharian, gambar dan sebagainya.9 Metode ini digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang kondisi umum, dokumen kegiatan

7Jogiyanto, MetodologiPenelitianBisnis, Yogyakarta: BPFE Yogyakart, 2004, h. 93-94

8Abu, Achmadi, Narbuko, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Buka Aksara, 2009, h.83

9Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 206.

Page 54: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

41

muzara’ah, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan gambaran umum

petani bawang merah di Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang.

H. Teknik Analisis Data

Analis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara

sistematis data yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penulis

tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang

lain.

Pada tahapan ini data yang telah dikumpulkan baik melalui

penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, terlebih dahulu

diolah kemudian dianalisis. Dalam pengolahan analisis data ini,

dipergunakan beberapa metode, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.10 Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam penelitian

ini akan memfokuskan pada hasil wawancara dengan pemilik lahan dan

penggarap.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara

10 Ibid h. 338

Page 55: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

42

sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan

penelitian dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam

rangka menyusun teks naratif dari sekumpulan informasi yang berasal dari

hasil reduksi data, sehingga dapat memungkinkan untuk ditarik suatu

kesimpulan. Dalam penyajian data ini dilengkapi dengan analisis data

yang meliputi analisis hasil observasi, analisis hasil dokumentasi dan

analisis hasil wawancara.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Pada tahap penarikan kesimpulan ini yang dilakukan adalah

memberikan kesimpulan terhadap hasil analisis/penafsiran data dan

evaluasi kegiatan yang mencakup pencarian makna serta pemberian

penjelasan dari data yang telah diperoleh. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesa,

teori.11

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh

dianalisis dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Menganalisis data di lapangan yang dikerjakan selama pengumpulan

data berlangsung.

b. Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh.

11 Ibid h. 345

Page 56: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

43

c. Setelah proses pengumpulan data selesei maka peneliti membuat

laporan peneliti dengan menggunakan metode deskriptif yaitu jenis

penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi

atau kejadian.

Dengan teknik ini data yang diperoleh akan dipilah-pilah

kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan

selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan

secara kongkrit dan mendalam.

Page 57: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Fisik wilayah

Desa Singki termasuk dalam wilayah dataran tinggi dengan

ketinggian letak (Altitude) 850 <meter diatas permukaan air laut. (dpal).

Terletak di bagian Barat Kecamatan Anggraja Kabupaten Enrekang

Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh 27 km dari cakke (ibu

Kota Kecamatan Anggeraja). 27 km dari Enrekang (Ibu Kota Kabupaten

Enrekang) dan 400 km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi

Selatan).

Desa Singki yang terletak di Kecamtan Anggeraja ini dengan

batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Singki

Batas Desa Kecamatan

Sebelah Utara Masalle Masalle

Sebelah Selatan Siambo Anggeraja

Sebelah Timur Pekalobean Anggeraja

Sebelah Barat Desa tallu bamba Kec. Enrekang

(Sumber data: Dokumen Desa singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Tahun 2019)

Page 58: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

45

2. Luas, Wilayah dan Jarak Desa Singki

a. Luas Desa Singki

Wilayah Administrasi Desa Singki terbagi atas 4 Dusun, dengan

luas wilayah = 14,50 km

Luas wilayah menurut jenis penggunaan lahan:

1) Lahan pertanian 129,93 Ha

2) Lahan nonpertanian: 113,21 Ha

b. Wilayah Desa Singki

Wilayah Desa Singki terbagi empat (4) Dusun yaitu:

1) Dusun Buntu passe

2) Dusun Singki

3) Dusun Batu rape

4) Dusun Paropo

Wilayah Dusun terbagi RW dan RT yaitu:

1) Dusun Singki terbagi Tiga (2) RW dan enam (6) RT

2) Dusun Buntu passe terbagi satu (1) RW dan enam (3) RT

3) Dusun Batu rape terbagi Satu (1) RW dan dua (2) RT

4) Dusun Paropo terbagi Satu (1) RW dan Satu (1) RT

c. Jarak Desa Singki

Jarak dan Waktu Tempuh

1) Jarak ibu kota Kecamatan: 27 Km

2) Waktu tempu: 24 Menit

3) Jarak Ibu kota Kabupaten: 27 Km

Page 59: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

46

4) Waktu tempuh: 35 Menit

5) Jarak Ibu kota propensi: 400 Km

6) Waktu Tempuh: 8 Jam

(Sumber data: Dokumen Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Tahun 2018)

3. Sejarah terbentuknya Desa Singki

Menurut sejarah, Desa Singki awalnya merupakan tempat

pengungsian warga Lebok (Sekarang Kelurahan Mataram) sekitar tahun

1960 yang dikenal dalam masyarakat adat dengan istilah “TALLU BATU

ARIRI” atau “Tiga Tiang Rumah” yaitu tiga rampun keluarga yang hidup

dalam satu atap ditempat pengungsian, jadi bila di simpulkan bahwa Desa

Singki berasal dari kata singkir atau menyingkir.

Desa singki adalah desa yang dibentuk pada tahun 1997 sebagai

salah satu wilayah Pemerintahan yang ada di Kabupaten Enrekang. Desa

Singki dan Desa Pekalobean dulunya satu Desa yaitu Desa Mataram

(Sekarang Kelurahan Mataram), jadi Desa Singki, Desa Pekalobean dan

Kelurahan Mataram dulunya punya jalan antar kampung dan sampai

sekarang jadi jalan setapak antara kedua Desa dan satu kelurahan

tersebut (Desa Singki, Desa Pekalobean, dan Kelurahan Mataram)

4. Keadaan Desa Singki

Sumber mata pencaharian penduduk Desa Singki bermacam-

macam. Ada yng berprofesi sebagai peda gang, petani, pegawai negeri

sipil dan karyawan swasta. Selain profesi di atas, ada juga sebagai

sebagian penduduk yang mempunyai kerja tambahan seperti warung di

Page 60: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

47

bawa rumah mereka karena rata-rata rumah yang ada di Desa Singki

adalah rumah panggung

Desa singki memiliki kekerabatan dan persaudaraan yang baik.

Terlihat dari cara mereka melakukan panen bawang, seluruh masyarakat

desa yang tidak memiliki kesibukan akan turun tangan langsung dala

melakukan panen bawang tanpa ada upah dan setelah panen selesai

akan disiapkan makan bersama.

Hal penting dari semua ini adalah wujud rasa kekeluargaan yang

tertanam di dalamnya, sehingga terwujud tatanan masyarkat yang saling

menghargai dan menghormati satu sama lain.

5. Sarana dan Prasaran

Keadaan sarana dan prasaran yang memadai mutlak diperlukan

guna penguatan otonomi menuju kemandirian Desa Singki yang

bersumber dari Dana Desa untuk membangun beberapa fasilitas yang

dibutuhkan seperti pembanguna Saluran Irigasi, Jalan Tani, Rabat Beton

serta pengembangan sepert Badan Usaha Milik Desa dan Koperasi Unit

Desa (KUD) unit Desa Singki. Sedangkan ada pula sarana komunikasi, Air

Bersih dan Lembaga Kemasyarakatan Seperti PKK, KARANG TARUNA,

RT/RW, Lembaga Adat dan BUMDES. Selain itu juga terdapat prasarana

Peribadatan yaitu Masjid, Olahraga, Kesehatan, dan Pendidikan yang

tidak lepas dan ikut serta dalam kemajuan Desa Singki.

Page 61: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

48

6. Visi dan Misi Desa Singki

Visi : Bersama pemerintah dan masyarakat dengan rasa kebersaan dan

kekeluargaan.

Misi : Menjadikan Desa dengan lingkungan bersih, sehat, nyaman, dan

indah dihiasi dengan tutur sapa yang santun.

B. Sistem Muzara’ah Petani Bawang Merah Desa Singki Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang

Muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah

atau ladang dengan imbalan sebagaian hasilnya (seper dua, seper tiga

atau seper empat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya

ditanggung pemilik tanah.

Perjanjian bagi hasil (Muzara’ah) merupakan suatu perjanjian

yang sudah tidak asing lagi bagi masyarkat pedesaan, yang sebagian

besar dari mereka umumnya adalah petani.

Masyarakat yang ada di desa Singki dalam menerapkan sistem

muzara’ah atau bagi hasil antara pemilik modal dan penggarap biasanya

melakukan perjanjian dengan cara musyawarah antar pemilik lahan dan

penggarap untuk tidak ada kesalahan dalam pembagian hasil.

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada salah seorang warga

yang bernama Sulihin (pemilik lahan) mengenai sistem muzara’ah yang

ada di Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang:

“Untuk sistem bagi hasil yang digunakan yaitu dengan cara hasil panen akan dibagi rata antara pemilik lahan dan penggarap setelah modal yang digunakan saat penanaman sampai perawatan bawang

Page 62: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

49

merah itu sendiri di bayar. Tidak ada satu pihak yang lebih banyak di dapat dari hasil panen kerjasama (muzara’ah).”1

Hal tersebut juga di ungkapkan oleh harman selaku penggarap

bahwasanya:

“Sebenarnya bagi hasil yang ada di desa singki memang rata-rata dengan cara hasil panen yang di dapat akan dibagi rata setelah modal yang di gunakan saat menanam dan merawat bawang merah terlebih dahulu di lunasi dari hasil panen dan sisah hasil besih dari panen bawang merah akan di bagi rata sesuai dengan perjanjian dari hasil musyawarah, meski pemilik lahan yang menanggung bibit. Dengan adanya sistem ini kami selaku petani sangat terbantu karena kurang dan minimnya modal yang kami miliki sehingga sangat tertolong dengan adanya kerjasama muzara’ah dan tidak ada yang merasa dirugikan.” 2

Dari sini dapat di simpulkan bahwasanya sistem yang di gunakan

oleh petani yang ada di Desa Singki adalah sudah sesuai dengan sistem

muzara’ah yang di bolehkan agama dengan pembagian hasil dan

kesepakatan yang tidak memihak. Hal ini akan membuat meratanya

pendapatan kepala keluarga sehingga dapat memajukan daerah

setempat.

Adapun hasil wawancara dari H. Norsin (pemilik lahan) tidak jauh

berbeda dengan pendapat dari sulihin dan harman yang mengatakan:

“Sistem bagi hasil yang digunakan masayarakat di desa ini merupakan sistem yang tidak akan memberatkan satu pihak yang sedang bekerjasama. Pemilik lahan akan menyediakan alat yang akan digunakan saat tanam bawang merah hinga panen. Begitu pula penggarap yang sepenuhnya akan merawat bawang merah sampai panen tiba seperti memberi pupuk dan pestisida, siram bawang merah dan sebagainya. Hasil akan di bagi setelah pembayaran modal yang digunakan selama proses tanam, perawatan bawang merah hingga panen. Setelah pelunasan modal

1 Sulihin, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang 23 Januari 2020 2 Harman, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang, 23 Januari 2020

Page 63: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

50

hasil bersih panen akan di bagi rata tanpa ada pihak yang mendapatkan lebih. ”3

Dari hasil wawancara H. Norsin dapat di simpulkan bahwasanya

pembagian hasil sudah sesua dengan syarat sistem muzara’ah yang di

bolehkan sebab tidak ada yang di rugikan dalam hal pembagian hasil

antara kedua pihak dan tidak ada pula yang diberatkan dalam kerja sama

saat penanaman bawang hingga panen.

Dari berbagai hasil wawancara dengan petani yang ada di dusun

Singki Desa Singki ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem

muzara’ah yang digunakan oleh petani bawang merah adalah sudah

sesuai dengan rukun dan syarat sebagai berikut:

a. Rukun Muzara’ah

1) Pemilik Lahan

2) Petani Penggarap

3) Objek Muzara’ah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja

4) Ijab dan Qobul

b. Syarat-syarat Muzara’a

1) Pemilik lahan bertanggung jawab terhadap biaya benih dan

pemeliharaan pertanian tersebut.

2) Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, biaya pembersihan

tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan

persentase bagian masing-masing

3) Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama

3 H. Norsin, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang, 24 januari 2020

Page 64: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

51

Jadi, sistem yang ada di desa Singki sudah halal dimana

ketentuan pembagian hasil, bentuk yang memang di bolehkan adalah

semua hasil panen dikumpulkan terlebih dahulu, hasil bersih dari

penghitungan biaya yang digunakan untuk modal, hasilnya akan di bagi

rata setelah hasil bersih di dapat.

C. Tingkat Pendapataan Petani Bawang Merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Pendapatan merupakan suatu unsur penting dalam

perekonomian yang berperan meningkatkan derajat hidup orang banyak

melalui kegiatan produksi barang dan jasa. Besar pendapatan seseorang

tergantung pada jenis pekerjaannya.

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya

suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat

dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersbut akan rendah pula.

Pendapatan yang dimiliki masyarakat petani bawang merah dapat

menjadi tolak ukur terhadap kesejahteraan keluarga baik itu anak maupun

istri petani. Apabila dalam kegiatan yang di lakukan petani bawang merah

mendapatkan tingkat pendapatan yang tinggi jelas akan mempengaruhi

kesejahteraan keluarga petani itu sendiri baik dari segi konsumsi maupun

dari kelayakan hidup.

Adapun peneliti mengajukan pertanyaan kepada seorang

penggarap bapak Nunang, beliau mengatakan:

Page 65: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

52

“Untuk tingkat pendapatan petani bawang merah di desa singki tidak dapat di pastikan karena pada dasarnya harga bawang tidak menentu, terkadang tingkat pendapatan akan naik dan terkadang pula akan turun bahkan beberapa petani kerap mengalami kerugian, namun akhir-akhir ini beberapa petani pendapatannya meningkat di bulan awal desember hingga menjelanng natal karena kurangnya pasokan bawang di daerah setempat. 4

Menurut bapak Nunang dari hasil wawancara diatas dapat

disimpulkan bahwasanya pendapatan petani bawang relatif tinggi

dipengaruhi harga bawang merah yang tinggi dan jumlah hasil panen

bawang merah.

Sedangkan menurut bapak Rustam selaku petani bawang merah

mengatakan:

“Pendapatan petani bawang merah tidaklah menentu karena harga bawang sangat berperan penting dalam pendapatan masyarakat karena memang harga bawang merah terkadang naik dan juga turun itu tergantung dari pasokan bawang merah yang ada di pasar baik di pasar lokal maupun permintaan pengiriman di kota-kota tertentu seperti di kota Banjar, Kendari, Manado dan untuk sekarang pendapatan petani bawang di desa singki terbilang tinggi karena harganya yang cukup tinggi ”5

Dari hasil wawancara dengan bapak Rustam dapat di simpulkan

bahwasanya tingkat pendapatan masyarakat meningkat di waktu tertentu

tergantung dari pasokan bawang merah dan kebutuhan masyarakat pada

umumnya. Kesimpulannya adalah tingkat pendapatan petani bawang

tidaklah menetu karena sangat di pengaruhi peubahan harga yang tidak

tetap.

4 Nunang, petani bawang merah, desa singki kecamatan anggeraja kabupaten enrekang 24 januari 2020

5 Rustam, petani bawang merah, desa singki kecamatan anggeraja kabupaten enrekang ,21 February 2019

Page 66: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

53

Adapun pendapat lain dari Suryadi yang mengatakan

bahwasanya:

“untuk pendapatan petani bawang merah meningkat ketika memasuki awal bulan Desember hingga menjelang natal harga bawang merah stabil dan terkadang diatas harga normal yang ada di pasar. Bisa dikatakan bahwa pendapatan petani bawang tidak tetap tergantung dari harga pasaran yang ada dan kualias bawang serta luas lahan yang digunakan. Terkadang juga petani rugi sebab besar modal dan harga yang jatuh di pasaran sehingga hasil hanya mampu menutupi modal yang digunakan cukup terbilang tinggi”6

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulakan pendapatan

petani bawang tidak menentu karena harga bawang yang selalu berubah

disebabkan dari harga dan kebutuhan pasokan bawang merah di pasar.

Pendapatan petani bawang merah meningkat diwaktu tertentu juga sangat

dipengaruhi oleh kualitas bawang merah serta luas lahan yang di miliki

atau yang di garap sehingga jumlah panen akan meningkat pula. Namun

terkadang pula akan mengalami kerugian yang di sebabkan rendahnya

harga bawang yang ada di pasar.

Hal tersebut sangat mempengaruhi kesejahteraan dalam kelurga,

sebab kurang stabilnya pendapata masyarakat maka perlu ada kebijakan

pemerintah dalam menangani masalah fluktuasi pada bawang merah dan

itu

D. Kendala-Kendala Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Bawang

Merah di Desa Singki Kec. Anggeraja Kab. Enrekang

6 Suryadi, petani bawang merah, desa singki kecamatan anggeraja kabupaten

enrekang 21 February 2019

Page 67: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

54

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran

unggulan Kabupaten Enrekang yang sangat fluktuatif harga maupun

produksinya. Hal ini terjadi karena pasokan produktif yang tidak seimbang

panen pada musimnya serta panen diluar musimnya serta penanaman

diluar musum salah satu diantaranya disebabkan tingginya intensitas

serangan hama dan penyakit. Selain itu bawang merah merupakan

komoditas yang tidak dapat disimpan lama, hanya bertahan 3-4 bulan

padahal konsumen membutuhkannya setiap saat

Sebagai petani tentu permasalahan utamanya yaitu, serangan

hama, rendahnya harga bawang, pestisida yang mahal. Semua hal itu

tentulah tidak lepas dari permasalahan yang di rasakan petani bawang

merah yang ada di desa singki sehingga pendapatanpun menurun, seperti

yang diungkapkan Akmal selaku petani bawang merah bahwa:

“Yang menjadi kendala kami sebagai petani bawang merah sudah pasti hama, modal yang tinggi, harga yang tidak menentu menjadikan pendatan kami tidak dapat dipastikan dan juga kualitas bibit bawang merah yang digunakan berperan sebagai banyak atau kurangnya hasil panen yang didapat .”7

Tidak jauh beda dengan pendapat dari Kahar yang mengatakan

bahwa:

“kendala yang kami rasakan sebagai petani bawang kebanyakan dari harga yang tidak menentu karena impor yang masuk lebih murah dari harga bawang lokal, hama yang sudah kebal dari pestisida sehingga modal yang digunakan semakin banyak karena perawatan harus ekstra agar gagal panen dapat dihindari .”8

7 Kahar, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatang Anggeraja Kabupaten Enrekang, 23 February 2020

8Akmal, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatang Anggeraja Kabupaten Enrekang, 23 February 2020

Page 68: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

55

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa kendala

yang di rasakan oleh para petani bawang merah dipengaruhi oleh hama,

harga bawang yang tidak menentu, modal yang banyak. Hal tersebut akan

mempengaruhi pendapatan yang diterima masyarakat petani bawang

merah yang berujung pada kebutuhan pokok dalam keluargapun tidak

terpenuhi.

Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Rusdianto selaku

petani bawang, mengatakan bahwa:

“Kendala utama yang mempengaruhi tingkat pendapatan kami yaitu penyakit atau hama yang dapat membuat bawang merah gagal panen sehingga para petani membutuhkan modal yang banyak dan juga harga bawang sering jatuh harga kerap membuat petani rugi dan membuat pendapatan petani sangat kurang untuk kebutuhan atau modal selanjutnya.” 9

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kendala yang di rasakan oleh para petani bawang

merah yaitu hama dan penyakit, harga yang tidak menentu, harga

pestisida bawang merah yang mahal (modal), dan kualitas bibit yang akan

mempengaruhi hasil panen bawang merah.

Hama dan penyakit berkembang sehingga kebal akan pestidida

yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan bawang merah dan hasil

panen pun berkurang tidak jarang para petani kerap mengalami gagal

panen yang diakibatkan serangan hama pada tanaman bawang merah.

9Rusdianto, petani bawang merah, Desa Singki Kecamatang Anggeraja Kabupaten Enrekang, 25 February 2020

Page 69: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

56

Tingkat pendapatan petani bawang merah memang tidak

menentu yang di akibatkan oleh fluktuasi harga bawang merah. Fluktuasi

harga bawang merah sebabkan persaingan harga bawang merah impor

yang dapat menjatuhkan harga bawang merah lokal. Kualitas bibit yang

digunakan juga akan mempengaruhi jumlah hasil panen bawang merah

sehingga pengalaman petani dalam memilih bibit unggul sangat

diperlukan.

Page 70: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang sistem muzara’ah

petani bawang merah dalam meningkatkan pendapan masyarakat Desa

Singki Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem muzara’ah petani bawang merah Desa Singki Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang merupakan sistem yang sudah

sesuai dengan syariat agama Islam. Sistem tersebut sangat

membantu sebagian kalangan masyarkat yang tidak memiliki cukup

lahan untuk bertanam bawang merah sehingga mereka yang tidak

memiliki lahan akan terbantu untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tidak ada pihak terkait yang merasa di rugikan sebab ratanya

pembagian hasil panen. Kepercayaan sesama masyarkat sangat

terjaga sehingga terjalinya hubungan yang baik antar sesama

masyarakat.

2. Tingkat pendapatan masyarakat petani bawang merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang tidak dapat diukur

dalam jangka panjang sebab harga bawang itu sendiri yang tidak

tetap. Fluktuasi harga membuat pendapatan petani bawang merah

tidak menentu. Tidak ada yang dapat memastikan kapan harga

Page 71: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

57

bawang merah naik dan kapan harga bawang turun. Itulah sebab

dari pendapatan tidak pernah merata dari setiap hasil panen yang

didapat.

3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan pendapatan

masyarakat petani bawang merah Desa Singki Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang di pengaruhi beberapa faktor

seperti: harga bawang itu sedendiri yang tidak tetap, modal yang

dibutuhkan cukup banyak, perawatan yang tidak mudah, hasil atau

luasnya fasilitas tanah yang dimiliki petani bawang, hama dan

penyakit. Beberapa faktor tersebut merupakan masalah yang

menghambat pertumbuhan pendapatan ekonomi masyarakat

petani bawang merah yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

petani dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

B. Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian ini, maka peneliti

memberikan saran yang di anggap peting yaitu:

1. Diharapkan kepada masyarakat petani bawang merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat

mempertahankan dalam menjalani sistem bagi yang sudah sesuai

dengan anjuran Islam sehingga terwujudnya tatanan masyarakat

yang saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain

juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani bawang

merah.

Page 72: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

58

2. Di harapkan dari pemerintah untuk mengadakan kebijakan harga

atau menetapkan harga dimana kebijakan ini diperlukan untuk

menjaga agar harga pada saat panen tidak terjadi fluktuasi,

sehingga tingkat kesejahteraan petani bawang merah meningkat

tidak menutup kemungkinan akan diikuti oleh perkembangan

ekonomi yang lebih baik dan tingkat kemiskinan dapat berkurang di

kalangan petani bawang merah. Juga adanya kebijakan tentang

impor yang menjadi masalah pada jatuhnya harga bawang merah

lokal.

3. Diharapkan kepada masyarakat petani bawang merah Desa Singki

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat menjadikan

pengalaman pribadi ataupun memperluas pengetahuan agar dapat

mecari solusi atas apa yang menjadi kendala-kendala selama

bertani bawang merah dan mampu meningkatkan kualitas hasil

bawang merah sehingga dapat bersaing dengan bawang merah

impor.

Page 73: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

59

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahannya

Afzalurrahman 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta: Dana Bakti Wakaf

Al-Munawir A. Warson, 1997, Kamus Arab Indonesia al-Munawir, Ponpes Al-Munawir, Yogyakarta, hlm. 1023

Arikunto Suharsimi 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. As-Ahididieqy Muhammad Tasbih Tengku, 1998, Pengantar Fiqh Mu’amalah, Bulan Bintang, Jakarta, hlm.23 Basri Hasan, 2004, Kontekstualisasi Transaksi Jual Beli Dalam Sistem Ekonomi

Islam, Dalam Ahmad Aiyub, Transaksi Ekonomi: Perspektiif Hukum Perdata Dan Hukum Islam, Kiswah, Jakarta, hlm. 24

Bzn, Ter Haar, 1999. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Terjemahan K.Ng Subekti Poesponoto. Jakarta: Pradnya Paramita

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Budaya Bahasa

Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1998)

Harsono, Boedi 2005. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Jembatan.

Harun, Nasrun 2007. Fiqih Muamalam. Jakarta: Gaya Media Pratama Hasan, M. Ali 2004. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqih

Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hestanto “pengertian pendapatan”, 21 juli 2019 diakses dari

hpttps://www.hestanto.web.id/pengertia-pendapatan Jogiyanto 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta

Kementrian Agama Republik Indonesia

Leiden, E.J.Brill 2003. Islamic Banking and Interest A Study of The Prohibition of Riba and Its Contemporary Interpretation. Terj. Muhammad Ufuqul Mubin “Bank Islam dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 74: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

6o

Marbun, BN 2003. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Moleong J Lexy 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. Narbuko, Abu, Achmadi 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Buka

Aksara Respati “faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional” 21 juli 2019

ekonomisku, diakses dari http://ekonomisku.blogskot.com/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-pendapatan-nasional. html?m=1

Sabiq Sayyid, 1996, Fikih Sunnah, Jilid 4, PT. Alma’Arif, Bandung, hlm. 81

Sabiq, Sayyid 1983,” Fiqih Sunnah”, (Beirut dar-al Fikr,), jilid 3

Shihab M. Quraish, 2010, Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Letera hati, jln. Kartimuki, Jakarta, Hlm. 240-241

Subagyo P. Joko 2004, Metodologi Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka cipta

Sugiono 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Sugiyono 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif). Bandung: Penerbit Alfabeta Suhendi Hadi, 2013, Fiqih Mu’amalah, PT, Raja Grofindo Persada, Jakarta

hlm.153

Suhendi, Hendi 2007. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syafe’I, Rachmat 2004. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia

Syekh Muhammad Yusuf Qurdawi, 2001, Halal Dan Haram Dalam Islam, PT. Bina Ilmu, Jakarta, hlm. 384

Zuhdi, Masyfuk 1997. Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam). Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,

Page 75: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SARTIKA ARIF, Lahir di Bone pada tanggal 24

Januari 1997, Anak pertama dari 3 bersaudara.

Buah hati dari pasangan suami istri bapak Arief

Hafied dan ibu Salmawati, Penulis memasuki TK

pada tahun 2001 di TK Laelatul Qadar Kabupaten

Bone. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat

dasar pada tahun 2003 di SD INPRES 6/75 Manurungge Kabupaten Bone

dan tamat pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat

menengah pertama pada tahun 2009 di MTsN 400 Watampone, dan

tamat pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat

menengah atas pada tahun 2012 di SMAN 4 WATAMPONE dan tamat

pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan

perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas

Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama Islam Jurusan Hukum

Ekonomi Syari’ah program strata satu (S1).

Atas ridho Allah Swt dan dengan kerja keras, pengorbanan serta

kesabaran pada tahun 2020 Penulis mengakhiri masa perkuliahan S1

Dengan judul Skripsi “Persepsi Pengajar Sekolah Islam Tariq

Pittayapat Phuket terhadap Minat Menabung di Bank Syariah”

Page 76: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

DOKUMENTASI

Wawancara Harman, petani bawang merah

Wawancara ulihin, petani bawang merah

Page 77: SISTEM MUZARA’AH PETANI BAWANG MERAH DALAM …

Wawancara Rusdianto dan Kahar, petani bawang merah