BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang...

53
BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DI BREBES, JAWA TENGAH MAIZUL HUSNA TANJUNG DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang...

Page 1: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

DI BREBES, JAWA TENGAH

MAIZUL HUSNA TANJUNG

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 3: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Budidaya dan

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Bawang Merah (Allium

ascalonicum) di Brebes, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Maizul Husna Tanjung

NIM A34120070

Page 4: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 5: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

ABSTRAK

MAIZUL HUSNA TANJUNG. Budidaya dan Pengendalian Organisme

Pengganggu Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) di Brebes, Jawa

Tengah. Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas penting yang banyak

dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Produksi bawang merah yang berfluktuasi di

pengaruhi oleh teknik budidaya dan serangan organisme pengganggu tanaman

(OPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara budidaya dan pengendalian

OPT bawang merah oleh petani di Desa Pagejugan, Kedunguter, dan Kaliwlingi,

Brebes, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada Februari sampai April 2016.

Pengamatan di masing-masing desa dilakukan pada 4 hamparan sebanyak 20

petak tanaman contoh diamati setiap minggu selama 1 bulan. Informasi mengenai

cara budidaya diperoleh melalui wawancara terhadap 20 petani pada setiap desa.

Data yang terkumpul diolah secara deskriptif. Petani umumnya menanam benih

tidak bersertifikasi, menanam dengan jarak tanam rapat, sangat tergantung pada

penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Petani menyemprot setiap dua hari sekali

selama masa tanam. Terdapat 16 bahan aktif insektisida dan 9 bahan aktif

fungisida yang digunakan oleh petani. Akan tetapi, serangan OPT tetap tinggi.

Intensitas serangan hama ulat bawang Spodoptera spp. di Desa Pagejugan, Desa

Kedunguter, dan Desa Kaliwlingi berturut-turut sebesar 37%, 35% dan 3%.

Penyakit mati pucuk Phytophthora ditemukan hanya pada lahan pengamatan di

Desa Pagejugan dengan intensitas infeksi mencapai 41%.

Kata kunci: bawang merah, budidaya, pengendalian, OPT.

Page 6: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 7: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

ABSTRACT

MAIZUL HUSNA TANJUNG. Shallots (Allium ascalonicum) Cultivation and

Pests Management Practices in Brebes, Central Java. Supervised by HERMANU

TRIWIDODO.

Shallot is one of the important commodity that is widely consumed by

people in Indonesia. Fluctuation of shallot production is influenced by cultivation

techniques, pest and disease problems. The aims of the research were to determine

shallots cultivation techniques and pests control methodsapplied by farmers on

Pagejugan, Kedunguter, and Kaliwlingi Villages in Brebes, Central Java.These

researches wereconducted from February until April 2016. The observations every

week in one month at 20 samples plots of 4 cultivation areas in each village.

Information about cultivation practices were also collected by interviewing 20

farmers in each village. The collected data were processed descriptively. The

farmers usually planted non-certified seed with dense plant space,were heavily

depended on the usage of chemical fertilizers and pesticides. Farmers sprayed

every otherdays. There were 16 active ingredientsof insecticides and 9 active

ingredients of fungicides used by the farmers. However, the pests infestations

were still quite high. The Spodoptera spp. infested 37%, 35%, and 3% plantation

in Pagejugan, Kedunguter, and Kaliwlingi respectively. White tip disease of

Phytophthorasp.werefound on Pagejugan with 41% intensity.

Keywords: control, cultivation,pests, shallot.

Page 8: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 9: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 10: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 11: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

DI BREBES, JAWA TENGAH

MAIZUL HUSNA TANJUNG

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 12: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 13: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 14: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 15: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Budidaya dan Pengendalian Organisme Pengganggu

Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) di Brebes, Jawa Tengah” dengan

baik. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepadaDr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc,

selaku dosen pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc,selaku

dosen penguji yang telah memberikan pengetahuan, arahan, saran serta motivasi

dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Mashadi, Ibu Muryati

beserta keluarga dan seluruh petani bawang merah di Kecamatan Brebes yang

telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Terima kasih kepada kedua

orang tua Bapak Junaidi Tanjung, Ibu Bagak Saraan, saudara kandung

Muhammad Irsyad, Yulia Mursyida, Nur Islami, Muhammad Abrar Arief serta

sanak keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik

secara moril maupun materil. Terima kasih kepada teman teman seperjuangan

angkatan 49 Departemen Proteksi Tanaman yang telah banyak memberikan

bantuan, dorongan serta motivasi. Semoga kebaikan dan perhatian yang telah

diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

semua pembaca.

Bogor, Desember2016

Maizul Husna Tanjung

Page 16: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 17: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Metode Penelitian 3

Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh 3 Pengamatan Hama 3 Pengamatan Penyakit 4 Wawancara Petani 4 Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kondisi Umum Lokasi 5 Karakteristik Umum Petani 6 Cara Budidaya 7

Pemilihan Benih 7 Pengolahan Lahan 8 Penanaman 8 Pemupukan 9 Penyiraman 11

Pemeliharaan Tanaman 11 Pengendalian OPT 12 Panen 14 Pasca panen 14 Pendistribusian bawang merah 15

Permasalahan Hama dan Penyakit 15 Tindakan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 18 Hubungan Luas lahan, Kehilangan Hasil, dan Pengeluaran untuk Pestisida 20

Hubungan Luas Lahan dengan Kehilangan Hasil 20 Hubungan Luas Lahan dengan Pengeluaran untuk Pestisida 20

Hubungan Kehilangan Hasil dengan Pengeluaran untuk Pestisida 20 SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 22

Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 33

Page 18: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 19: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 2 Asal benih bawang merah yang digunakan petani pada masing–masing desa

dalam penanaman benih bawang merah 7 3 Jarak tanam yang digunakan petani pada masing-masing desa dalam

penanaman benih bawang merah 9 4 Jenis dan dosis pupuk yang digunakan secara umum 10 5 Tingkat intensitas serangan ulat bawang Spodoptera spp. di tiga desa 16 6 Tindakan Pengendalian OPT dan alasan penggunaan pestisida kimia pada

tanaman bawang merah 19 7 Nama bahan aktif insektisida dan fungisida yang digunakan oleh petani 19 8 Hubungan luas lahan dengan kehilangan hasil 20 9 Hubungan luas lahan dengan pengeluaran untuk pestisida 20

10 Hubungan kehilangan hasil dengan pengeluaran untuk pestisida 21 11 Hubungan luas lahan, kehilangan hasil, dan pengeluaran untuk pestisida

menggunakan uji Spearman 21

1 Peta Kecamatan Brebes dengan tiga desa lokasi penelitian 5 2 Pemilihan benihbawang merah 7 3 Pengolahan lahan 8 4 Penanaman benih bawang merah 8 5 Pemupukan 10 6 Penyiraman 11 7 Pemeliharaan tanaman 11 8 Pengendalian hama ulat bawang menggunakan light trap 13 9 Pengendalian OPT 14

10 Penanganan pasca panen 14 11 Hama ulat bawang pada daun 15 12 Hama lain yang ditemukan yaitu pada light trap 16 13 Penyakit mati pucuk pada daun 17 14 Kejadian dan intensitas penyakit Phytophthora sp. 17 15 Konidia cendawan Alternaria sp. 18

1 Kuisioner penelitian 28

2 Deskripsi benih bawang merah varieatas bima 30

3 Skoring kerusakan oleh hama Spodoptera spp. pada daun 31

4 Hasil SPSS sebaran koefisien korelasi Spearman dengan variabel luas

lahan, kehilangan hasil, dan pengeluaran untuk pestisida 31

5 Daftar nama dagang, bahan aktif, dan penggunaan pestisida 32

Page 20: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15
Page 21: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum)merupakan salah satu komoditas

pertanian yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu

masakan sehari-hari. Permintaan masyarakat terhadap bawang merah di Indonesia

dalam kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan dari

901 102 ton menjadi 1 116 275 ton (KEMENTAN 2015), yang diikuti oleh

peningkatan produksi bawang merah dari 802 827 ton menjadi 1 046 325 ton

(BPS 2015). Peningkatan produksi bawang merah belum mampu mengimbangi

peningkatan permintaan masyarakat. Produksi bawang merah di Indonesia yang

diperoleh kurang lebih 80% dari Pulau Jawa, dan kurang lebih 50% terkonsentrasi

di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes sebagai sentra produksi bawang merah di

Jawa Tengah (Rachmat et al. 2012). Rata-rata Produksi bawang merah di

Kabupaten Brebes mampu mencapai 12.14 ton per hektar diperoleh dari 12

kecamatan salah satunya dari Kecamatan Brebes dengan rata-rata produksi

mampu mencapai 11.69 ton per hektar (BPS Kabupaten Brebes 2016).

Peningkatan produksi bawang merah masih belum mampu memenuhi

permintaan masyarakat sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk impor.

Impor bawang merah pada tahun 2012, mencapai 122 190 ton dengan nilai 54.7

juta dollar AS. Impor bawang merah terbesar berasal dari negara Thailand,

kemudian Vietnam dan India (BPS 2016). Rendahnya produksi bawang merah

disebabkan oleh beberapa kendala, diantaranya cara budidayadan serangan OPT

(organisme pengganggu tanaman). Cara budidaya bawang merah meliputi

pemilihan lokasi, persiapan benih, penentuan waktu tanam, persiapan lahan,

penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan, pengendalianOPT, panen,

pasca panen, penyimpanan, dan pengemasan, serta pendistribusian (Iriani 2013).

Potensi kehilangan hasil oleh OPT pada stadia tanaman tua dan muda dapat

mencapai 20-100% tergantung pengelolaan budidaya bawang merah (Adiyogaet

al. 2004). Hama yang dapat menyerang tanaman bawang merah diantaranya

orong–orongGryllotalpa spp. (Orthoptera: Gryllotalpidae), ulat bawang

Spodoptera exigua (Lepidopera: Noctuidae), ulat grayak Spodoptera litura

(Lepidoptera: Noctuidae),lalat pengorok daun Liriomyza chinensis (Diptera:

Agromyzidae), dan thrips Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae).Penyakit yang

dapat menyerang tanaman bawang merah diantaranya bercak ungu(Alternaria

porri), downy mildew (Peronospora destructor),bercak daun Cercospora

(Cercospora duddiae),antraknosa(Colletotrichum gloeosporiodes), layu Fusarium

(Fusarium oxysporum), dan nematoda (Dytylenchus dissaci) (Udiarto et al.

2005).Tindakan dalam cara budidaya bawang merah akan memengaruhi

keberhasilan dalam upaya pengendalian OPT sehingga perlu dilakukan penelitian

untuk memperoleh informasi mengenai cara budidaya dan pengendalian terhadap

OPT pada tanaman bawang merah khususnya oleh petani di Kecamatan Brebes

sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah. Informasi tersebut sangat

penting untuk menentukan langkah pengelolaan tanaman dan pengendalian OPT

tanaman bawang merah.

Page 22: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara budidaya dan pengendalian

terhadap OPT bawang merah oleh petani di Kecamatan Brebes,Jawa Tengah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenaicara

budidaya dan pengendalian OPTbawang merah oleh petani di Kecamatan Brebes,

Jawa Tengah.

Page 23: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai April 2016di Desa

Pagejugan, Desa Kedunguter, dan Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Jawa

Tengah. Identifikasi OPT dilakukan di Laboratorium Klinik Tanaman,

Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh

Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung pada

lahan petani di Desa Pagejugan, Kedunguter, dan Kaliwlingi, Kecamatan Brebes,

Jawa Tengah. Setiap desa dipilih 4 hamparan lahan tanaman bawang merah,

diamati setiap minggu sebanyak empat kali. Masing-masing hamparan lahan

diambil 5 petak contoh dan setiap petak contoh diambil 5 rumpun tanaman contoh.

Pengambilan petak contoh dilakukan secara acak. Bedengan pada lahan dijadikan

sebagai petak contoh (Daikhwa 2010).

Pengamatan Hama

Pengamatan hama dilakukan secara langsung pada setiap tanaman contoh

dengan mengidentifikasi jenis hama dan menghitung tingkat kerusakan tanaman

berdasarkan gejala serangan pada tiap tanaman contoh. Hama yang tidak dapat

diidentifikasi di lapangan dimasukkan kedalam wadah berisi alkohol 70% untuk

diidentifikasi di laboratorium. Intensitas serangan hama dihitung menggunakan

acuan rumus (Rivai 2006):

ni x vi

x x 100

IS= intensitas serangan (%)

ni= jumlah tanaman yang terserang dengan kategori tertentu

vi= nilai skala tiap kategori serangan

N= jumlah tanaman yang diamati

V= nilai skala serangan tertinggi

Nilai skala serangan (vi) ditentukan mengacu pada nilai skala dari

Febrianasariet al. 2014 yang telah dimodifikasisebagai berikut (Lampiran 3):

0: bila tidak ada gejala serangan

1: bila gejala serangan 1-20%

2: bila gejala serangan 21-40%

3: bila gejala serangan 41-60%

4: bila gejala serangan 61-80%

5: bila gejalaserangan 81-100%

Page 24: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

4

Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

gejala yang terdapat pada tanaman contoh. Tanaman contoh yang menunjukkan

gejala kemudian diidentifikasi lebih lanjut di laboratoriumuntuk mengetahui

patogen penyebab penyakit tersebut. Kejadian penyakit dihitung berdasarkan

proporsi tanaman yang terinfeksi dalam satu pertanaman, tanpa memperhitungkan

berat atau ringannya serangan dengan acuan rumus:

P n

x 100

KP = kejadian penyakit

n= jumlah tanaman yang terinfeksi

N= jumlah tanaman yang diamati

Penentuan keparahan penyakitdidasarkan pada acuan rumus Townsend dan

Heuberger (1943):

P ni x vi

x x 100

IP = intensitas penyakit

ni= jumlah tanaman yang terinfeksi pada kategori ke-i

vi= nilai skala keparahan ke-i

N= total tanaman contoh

V= nilai skala keparahan tertinggi

Nilai skala keparahan (vi) ditentukan sebagai berikut :

0: bila tidak ada infeksi

1: bila bagian tanaman terinfeksi 1-20%

2: bila bagian tanaman terinfeksi21-40%

3: bila bagian tanaman terinfeksi41-60%

4: bila bagian tanaman terinfeksi61-80%

5: bila bagian tanaman terinfeksi81-100%

Wawancara Petani

Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai cara budidaya,

serangan OPT, serta pengendalian yang dilakukan masing-masing petani dalam

mengelola tanaman bawang merah. Jumlah petani responden masing-masing desa

adalah 20 orang. Wawancara dengan petani dilakukan dengan menggunakan

kuisioner. (Lampiran 1).

Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik serta diolah dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel. Perbedaan intensitas serangan

yang disebabkan oleh hama pada setiap desa diolah dengan uji Tukey pada taraf

nyata 5% menggunakan program SAS versi 9.1.3. Selain itu, untuk melihat

hubungan beberapa variabel dalam karakteristik, budidaya dan pengendalian OPT

dilakukan uji hubungan Spearman dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada

taraf α 0.05.

Page 25: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi

Kecamatan Brebes merupakan wilayah potensial penanaman bawang merah,

karena terletak di dataran rendah, beriklim tropis dengan curah hujan 1.536

mmdan suhu udara rata-rata 25-32 ᵒC (BPS Kabupaten Brebes 2016). Kecamatan

Brebes terdiri atas 23 desa, tiga diantaranya adalah Desa Pagejugan, Desa

Kedunguter dan Desa Kaliwlingi dengan ketinggian tempat masing-masing desa

yaitu 4 m, 6 m, dan 5 m. Ketiga desa tersebut merupakan tiga wilayah terbesar

dalam pemanfaatan lahan sawah untuk budidaya bawang merah (Gambar 1). Desa

Pagejugan dengan luas lahan mencapai 20 ha, Desa Kedunguter 25 ha dan Desa

Kaliwlingi 50 ha (Laporan monografi desa Kecamatan Brebes).

Gambar 1 Peta Kecamatan Brebes dengan tiga desa lokasi penelitian:Desa

Pagejugan, Desa Kedunguter dan Desa Kaliwlingi.

http://waesalqorny.blogspot.co.id/2015/10/peta-indeks-kecamatan-brebes-kabupaten.html

Page 26: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

6

Karakteristik Umum Petani

Pendidikan formal tertinggi petani responden di tiga desa Kecamatan Brebes

adalah lulusan SLTA sebanyak 11.6%, didominasi oleh petani di Desa Pagejugan

(20% petani) dan pendidikan formal terendah adalah tidak tamat SD sebanyak

31.6% di dominasi oleh petani di Desa Kedunguter (35% petani). Sebagian besar

petani responden berusia diatas 50 tahun dan memiliki pengalaman dalam bertani

diatas 15 tahun. Petani dengan usia diatas 50 tahun paling banyak di Desa

Pagejugan. Petani yang berusia 30-50 tahun mendominasi di Desa Kedunguter

sedangkan di Desa Kaliwlingi paling banyak berusia diatas 40 tahun. Petani

dengan kategori usia muda 20-30 tahun sangat rendah hanya 10% di Desa

Pagejugan dan Kedunguter, 5% di Desa Kaliwlingi. Hal tersebut menunjukkan

bahwa minat generasi muda kurang di bidang pertanian. Petani responden di Desa

Pagejugan dan Desa Kaliwlingi sebagian besar adalah petani penggarap dengan

luas lahan garapanberkisar antara kurang dari 0.5 ha hingga 1 ha. Petani

responden di Desa Kedunguter sebagian besar adalah petani yang bertani pada

lahan sendiri dengan luas lahan di bawah 0.5 ha (Tabel 1).

Tabel 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa

Karakteristik petani Persentase petani (%)

Pagejugan Kedunguter Kaliwlingi

Tingkat pendidikan

Tidak tamat SD 30 35 30

SD 25 45 40

SMP 25 10 25

SLTA 20 10 5

S1 0 0 0

Usia

<20 th 0 0 0

21-30 th 10 10 5

31-40 th 15 30 25

41-50 th 20 35 40

>50 th 55 25 30

Pengalaman bertani

1-5 th 5 10 0

6-10 th 20 30 25

11-15 th 20 30 35

>15 th 55 30 40

Kepemilikan lahan

Lahan sendiri 20 50 25

Sewa 20 5 15

Penggarap 60 45 60

Luas lahan

<0.5 ha 35 60 90

0.5-1 ha 65 35 10

>1-5 ha 0 5 0

Page 27: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

7

Cara Budidaya

Pemilihan Benih

Benih bawang merah yang ditanam petani di Kecamatan Brebes yaitu

varietas Bima yang merupakan varietas lokal Brebes. Benih bawang merah

berasal dari pembibitan sendiri atau membeli dari petani lain. Sebagian besar

petani di tiga desa lebih memilih melakukan pembibitan sendiri (Tabel 2).

Tabel 2 Asal benih bawang merah yang digunakan petani pada masing masing

desa dalam penanaman benih bawang merah

Asal benih Persentase petani (%)

Pagejugan Kedunguter Kaliwlingi

Pembibitan sendiri 80 55 60

Membeli dari petani lain 20 45 40

Pembibitan sendiri dilakukan dengan menyeleksi benih dari tanaman yang berasal

dari tanaman sehat, tidak cacat, dan tidak terserang hama dan penyakit.Benih hasil

seleksi kemudian dikeringkan atau disimpan. Pemilihan benih kembali dilakukan

sebelum penanaman dan dilakukan pemotongan bagian ujung bawang merah

untuk mempercepat pertumbuhan karena dapat merangsang tumbuhnya tunas dan

umbi samping/anakan sehingga umbi tumbuh merata (Gambar 2).

Gambar 2 Pemilihan benih bawang merah: (a) pemilihan benih sebelum tanam,

(b) pemotongan bagian ujung benih bawang merah.

Harga benih bawang merah yang tinggi menjadi alasan sebagian besar

petani lebih memilih melakukan pembibitan sendiri atau menyisakan bawang hasil

panen untuk dijadikan sebagai benih. Penggunaan benih bawang merah dengan

cara tersebut berpotensi menurunkan kualitas umbi dan kuantitas hasil panen

karena benih bawang merah yang sebaiknya ditanam adalah benih bermutu yang

varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak melalui sertifikasi

benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan

yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal. Persyaratan

teknis minimal mempunyai parameter benih yang bermutu seperti benih yang

tumbuh pada tanaman sehat tidak terserang hamapenyakit, kadar air minimum,

kemurnian fisik maksimal (kebersihan umbi, keseragaman bentuk, ukuran dan

warna umbi), dan daya kecambah tinggi (Ditbenih Holtikultura 2015).

a b

Page 28: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

8

Kebutuhan benih bawang merah dalam 1 hektar lahan mencapai 1-1.2 ton

tergantung ukuran umbi benih.Penggunaan umbi benih yang kecil akan

menghasilkan anakan daun yang sedikit sementara penggunaan umbi benih yang

besar akan tumbuh lebih baik dengan anakan daun yang lebih banyak. Biaya

produksi untuk benih berbanding lurus dengan ukuran benih dan kebutuhan umbi

benih per hektar (Azmiet al. 2011).

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki

drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma

(Sumarni dan Hidayat 2005). Pengolahan lahan di tiga desa dilakukan dengan

sistem surjan yaitu pengolahan lahan dengan membuat bedengan atau guludan

dengan bentuk yang searah dan ukuran bedengan disesuaikan dengan luas lahan.

Bedengan umumnya berukuran 2 m x 16 m, parit dibuat dengan lebar 0.6 m dan

kedalaman parit 0.5 m. Pembuatan parit diantara bedengan bertujuan untuk

menampung air sehingga tanah mendapat kandungan air yang cukup (Gambar 3).

Gambar 3 Pengolahanlahan: (a) pembuatan bedengan dan pembuatan parit

diantara bedengan, (b) lahan siap tanam.

Penanaman

Penanaman benih bawang merah sering disebut „manja‟ (bahasa daerah

Brebes). Penanaman dilakukan dengan membenamkan 2/3 bagian umbi kedalam

tanah sedangkan 1/3 mata tunas menghadap ke atas (Gambar 4).

Gambar 4 Penananam benih bawang merah: (a) penanaman pada lubang tanam

(manja), (b) lahan yang sudah ditanam benih bawang merah.

b a

a b

Page 29: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

9

Jarak tanam yang biasa digunakan untuk menanam bawang merah

diantaranya berukuran 15 cm x 15 cm, 15 cm x 7 cm, 10 cm x 10cm dan 7 cm x 7

cm (Tabel 3), Petani menanam dengan jarak tanam yang rapat bertujuan untuk

meminimalkan biaya produksi dan memperoleh hasil yang melimpah.

Tabel 3 Jarak tanam yang digunakan petani masing masing desa dalam

penanaman benih bawang merah

Jarak tanam (cm) Persentase petani (%)

Pagejugan Kedunguter Kaliwlingi

15x15 20 35 45

15x7 25 35 30

10x10 55 20 5

7 x7 0 10 20

Pengaturan jarak tanam dapat berpengaruh terhadap hasil panen umbi

bawang merah (Sumarni dan Hidayat 2005). Menurut Erythrina (2013) jarak

tanam yang dianjurkan dalam budidaya bawang merah yaitu 20 cm x 15 cm untuk

umbi benih sedang dan 20 cm x 20 cm untuk umbi benih besar.

Pola tanam bawang merah di tiga desa dibedakan menjadi pola tanam

monokultur (31% petani) dan polikultur (41% petani). Pola monokultur adalah

pola yang hanya menanam satu komoditas yaitu bawang merah, sedangkan pola

polikultur biasanya dilakukan dengan tumpang gilir. Sebanyak 28% petani juga

melakukan pola tanam monokultur dengan rotasi tanaman. Petani dengan pola

tanam polikultur tumpang gilir menanam bawang merah dengan tanaman jenis

lain seperti tanaman cabai dan terong dalam satu lahan, dan ditanam diwaktu yang

berbeda, biasanya ketika umur tanaman bawang merah memasuki dua minggu

atau mendekati panen. Tumpang gilir dilakukan petani untuk menekan biaya

modal tanam dan memperoleh hasil panen yang melimpah. Rotasi tanaman adalah

cara petani untuk tetap memperoleh keuntungan saat harga bawang merah turun,

dengan memilih menanam dengan komoditas lain seperti tanaman padi dan

palawija. Penanaman bawang merah dimulai dari Januari sampai dengan

Desember. Panen raya pada Mei hingga Juni dan Agustus hingga September.

Pemupukan

Jenis pupuk yang dianjurkan untuk tanaman bawang merah adalah pupuk

kandang dan pupuk kimia. Petani di tiga desa lebih menyukai penggunaan pupuk

kimia dibandingkan pupuk kandang karena dianggap lebih mudah dan efisien

(Gambar 5). Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus tanpa diimbangi oleh

pupuk kandang menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah, yang

berdampak pada defisiensi unsur hara mikro, menurunkan aktivitas

mikroorganisme tanah, pemadatan tanah, tanah kurang mampu menyimpan air,

dan pencemaran lingkungan (Bangun et al. 2000).

Pemupukan dengan mengombinasikan pupuk kandang dan pupuk kimia

sangat penting dalam budidaya bawang merah untuk hasil optimal dan

berkelanjutan. Aplikasi pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk kimia

dapat menghemat biaya pemupukan, meningkatkan hasil produksi dan mengatasi

Page 30: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

10

pencemaran tanah.(Saraswati 2012). Berdasarkan hasil penelitian Latarang dan

Syakur (2006), pupuk kandang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

jumlah daun, anakan, umbi, dan berat basah umbi bawang merah. Pemberian

pupuk kandang sebanyak 25 ton/ha memberikan hasil lebih baik dengan

produktivitas rata-rata 6.30 ton/ha atau dapat meningkatkan hasil 2.2 ton

dibanding dengan tanpa pemberian pupuk kandang.

.

Gambar 5 Pemupukan: pemupukan dengan pupuk kimia pada 30 HST.

Aplikasi pupuk setiap lahan berbeda baik dosis maupun frekuensi

aplikasinya sesuai dengan kebutuhan dan luas lahan petani. Pupuk yang umumnya

digunakan petani adalah SP 36, Urea, NPK, DAP, ZA, dan KCL, dengan masing-

masing dosis terdapat di Tabel 4. Beberapa petani menggunakan pupuk dengan

frekuensi aplikasi hingga 4 kali sementara aplikasi pupuk yang dianjurkan dalam

budidaya bawang merah sebanyak 3 kali selama masa tanam. Pemupukan pertama

dilakukan pada saat tanam atau sebelum tanam, pemupukan kedua, pada saat 15

hari setelah tanam dan pemupukan ketiga,pada saat 25-30 hari setelah tanam

(Tabel 4).

Tabel 4 Jenis dan dosis pupuk yang secara umum digunakan

Pemupukan Jenis pupuk Dosis pupuk (kg/ha)

Pemupukan I

(pada saat tanam/sebelum tanam)

SP 36 300

Urea 60

NPK 200

Pemupukan II

(15 hari setelah tanam)

Urea 60

Kamas 100-120

DAP 60-80

ZA

NPK

60-100

200

Pemupukan III

(25-30 hari setelah tanam)

KCL 120

DAP 120

ZA 120

Page 31: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

11

Proses pemupukan dilakukan dengan mencampur pupuk yang satu dengan

jenis pupuk yang lain lalu menaburkan pupuk ke lahan secara merata. Salah satu

jenis pupuk anorganik yang banyak digunakan adalah pupuk NPK (NPK Mutiara,

NPK Kujang, NPK Holland, NPK Grower, NPK Phonska).

Penyiraman

Tanaman bawang merah memerlukan air yang cukup selama pertumbuhan

sehingga perlu dilakukan penyiraman pada lahan bawang merah. Petani biasanya

melakukan penyiraman satu kali dalam sehari saat musim hujan, pagi atau sore

hari dan saat musim kemarau, petani melakukan penyiraman dua kali dalam sehari,

pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secara manual dengan menyiramkan air

secara merata ke tanaman dengan menggunakan alat penyiraman yang disebut

gembor (Gambar 6).

Gambar 6 Penyiraman: (a) penyiraman yang dilakukan petani pada pagi hari,

(b) alatpenyiraman yang digunakan disebut gembor.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan petani bawang merah pada masing-

masing desa meliputi kegiatan penyiangan dan pembumbunan. Kegiatan

penyiangan merupakan pengendalian gulma secara mekanis dengan tidak

menggunakan bahan kimia (Gambar 7a), membersihkan areal pertanaman dari

gulma yang tumbuh agar tidak mengganggu tanaman (Gafur et al. 2013).

Penyiangan atau sering disebut dengan istilah „matun‟ (bahasa daerah Brebes) di

tiga desa dilakukan secara mekanis dan secara kimia menggunakan herbisida.

Gambar 7 Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma secara mekanis(matun) (a),

pembumbunantepi bedengan (malem) (b).

Tanah bedengan seringkali longsor pada musim hujan, sehingga perlu

dilakukan pembumbunan atau sering disebut dengan istilah „malem‟ (bahasa

daerah Brebes) bertujuan untuk memperbaiki bedengan dan meninggikan tanah

a

A

b

A

a

A

b

A

Page 32: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

12

pada bedengan yang longsor dengan menempelkan tanah di tepi bedengan

(Gambar 7b). Pembumbunan dapat dilakukan dari umur tanaman 4 MST sampai 7

MST bertujuan untuk menjaga tanaman agar tidak mudah rebah dan menciptakan

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan umbi (Anisyah et al.2014).

Pengendalian OPT

Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani di masing masing desa

adalah secara mekanis dan secara kimia. Pengendalian OPT secara mekanis

dilakukan dengan pengambilan langsung bagian tanaman terserang dan

pemasangan perangkap. Pengambilan langsung bagian tanaman terserang atau

nguler (bahasa daerah Brebes) dilakukan dengan cara memetik bagian yang

menunjukkan tanda dan gejala serangan OPT, dan biasanya dilakukan rutin

dengan interval 2 hari sekali sejak tanaman berumur 7 HST. Menurut Moeksan et

al. (2012) bahwa memetik daun bawang merah yang ditempeli kelompok telur

ulat bawang dan daun-daun yang terserang ulat bawang sudah menjadi kebiasaan

petani di Brebes, Jawa Tengah. Kegiatan memetik daun yang terserang untuk

mengurangi populasi hama tersebut.

Daun yang terserang hama ulat atau penyakit tersebut diambil dan

dikumpulkan kemudian di buang ke pematang lahan yang jaraknya dekat dengan

lahan tanaman. Hal ini dikhawatirkan ulat dan patogen penyebab penyakit

berkembang biak sehingga populasi hama dan patogen semakin banyak, patogen

tular tanah semakin mudah menginfeksi dan kembali menyerang lahan tanaman.

Daun yang terserang hama dan penyakit sebaiknya dikumpulkan kemudian

dilakukan pembakaran dan kalau pun memilih untuk membuang, membuang di

tempat yang jauh dari lahan tanam.

Pemasangan lampu perangkap (light trap). Pengendaliaan hama utama ulat

bawangbawang merah dengan penggunaan light trap. Pengendalian dengan

penggunaan light trap hanya dilakukan petani di Desa Kaliwlingi. Sebagian besar

petani Desa Kaliwlingimemilih menggunakan light trap karena harga pestisida

untuk pengendalian ulat bawangtidak terjangkau oleh petani. Penggunaan light

trap menurut petani mampu mengurangi pengeluaran insektisida untuk ulat

bawang sebesar 50% dari pengeluaran tanpa menggunakan light trap.

Light trap dibuat langsung oleh petani dengan penggunaan lampu listrik,

digantungkan tegak pada tiang bambu dengan ketinggian kurang lebih 50cm

sebagai penyangga. Light trapdipasang dengan jarak 5-10 m di antara bedengan

tanaman, di bawah lampu terdapat wadah plastik bertujuan untuk menampung

hama yang terperangkap (Gambar 8). Wadah plastik berisi campuran bahan aktif

insektisida kurang lebih 1.5 liter dan air kurang lebih 1 liter yang berfungsi untuk

meracuni dan mematikan serangga yang terperangkap. Larutan insektisida dalam

wadah diganti setiap satu kali dalam seminggu, namun tidak dilakukan untuk

semua petani responden. Penggunaan larutan insektisida dalam jangka waktu

beberapa minggu dimungkinkan dapat menurunkan efektivitas racundalam bahan

aktif sehingga belum mampu menekan serangan hama ulat bawang pada

pertanaman bawang merah.

Light trapdinyalakan selama kurang lebih 12 jam yaitu mulai pukul 18.00

sampai pukul 06.00 WIB. Seranggatertarik karena ada cahaya lampu dan akan

jatuh ke dalam wadah yang sudah berisi insektisida, serangga yang terperangkap

Page 33: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

13

dalam wadah plastik akan mati. Petani tetap menggunakan insektisida dalam

pengendalian walaupun sudah menggunakan perangkap.

Gambar 8 Pengendalian hama ulat bawang menggunakan light trap.

Data hasil surveidi lapangan, dalam penggunaan pestisida petani di tiga desa

tidak mengetahui tentang konsep lima tepat aplikasi pestisida, yaitu tepat jenis,

tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat waktu. Petani menggunakan aplikasi

campuran pestisida antara insektisida dengan fungisida, tidak memperhatikan

perlengkapan keselamatan dan arah angin bahkan beberapa petani merokok saat

aplikasi pestisida, tidak memperhatikan dosis atau konsentrasi formula pestisida

yang digunakan hanya menggunakan takaran tutup botol/wadah pestisida tidak

melakukan pembacaan label dan dosis dalam kemasan terlebih dahulu, tidak

sesuai dengan jenis OPT yang menyerang pertanaman bawang merah dan tidak

memperhatikan interval waktu penyemprotan bahkan sampai 25 kali

penyemprotan dalam 50 hari masa tanam atau bahkan 3-5 hari sebelum panen.

Latar belakang pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi sikap dan tindakan pengendalian OPT, terutama dalam penggunaan

pestisida secara bijaksana. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki petani membuat

sikap petani tidak memperhatikan aturan dalam penggunaan pestisida (Nuryana

2005). Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan SD dan tidak tamat SD.

Peningkatan pengetahuan petani mengenai penggunaan pestisida dalam

pengendalian OPT dapat diperoleh dari kegiatan penyuluhan pertanian atau

kegiatan pelatihan seperti pelatihan dalam sekolah lapang pengendalian hama

Terpadu (SLPHT). Pelatihan SLPHT merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam pengendalian OPT

secara bijaksana sesuai konsep PHT yang menggunakan pendekatan ekologi.

Berdasarkan hasil penelitian Harahap (2012), konsep PHT adalah konsep

pengendalian yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi,

penurunan biaya produksi, dan peningkatan pendapatan petani.

Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis dengan cara mencabut gulma

secara langsung menggunakan tangan dan secara kimia menggunakan herbisida

(Gambar 9). Herbisida yang digunakan petani di tiga desa adalah herbisida dengan

nama dagang Goal 240 EC dengan bahan aktif oksifluorfen 240 g/l penggunaan

pra tumbuh untuk gulma berdaun besar, Rumpas 120 EW dengan bahan aktif

fenolsaprop-p-etil 120 g/l penggunaan saat gulma sudah tumbuh untuk berdaun

lebar, berdaun sempit dan Roundup 486 SL dengan bahan aktif isoproponil amina

glifosat 486 g/l pada lahan tanpa tanaman, penggunaan sistemik, untuk gulma

alang-alang (Ditsarpras 2014).

Page 34: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

14

Gambar 9 Pengendalian OPT: (a) pengendalian hama dan penyakit dengan

pestisida, (b) pengendalian gulma denganherbisida.

Panen

Waktu panen bawang merah saat musim hujan pada umur tanaman 50 hari

karena petani khawatir cuaca yang kurang baik menyebabkan semakin besar

kehilangan hasil dan saat musim kemarau pada umur tanaman 60 hari. Tanaman

bawang merah siap dipanen ketika daun 60-70% sudah menguning dan rebah serta

sebagian besar umbi sudah muncul di atas permukaan tanah. Pemanenan

sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk

mencegah seragan penyakit busuk umbi di tempat penyimpanan (Sumarni dan

Hidayat 2005). Sebagian besar petani responden tidak ikut turun langsung dalam

proses pemanenan karena sebagian besar proses pemanenan dilakukan oleh

pedagang pengepul yang sudah membeli secara tunai hasil panen dari lahan petani

dengan sistem tebas. Lahan petani yang sudah siap panen dibeli oleh pedagang

pengepul dengan hargayang sudah ditetapkan melalui proses tawar menawar

antara petani dan pedagang pengepul.

Pasca panen

Penanganan pasca panen bawang merah diantaranya proses pengangkutan,

penjemuran, pemisahan umbi dari daun, dan penyimpanan. Proses pengangkutan

dilakukan setelah umbi bawang merah diikat dalam ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat),

kemudian dijemur selama 5-7 hari sampai daun bawang merah mengering. Ketika

daun sudah mengering, umbi dipisahkan dari daunnya dan 3-4 ikatan kecil

bawang merah diikat kembali menjadi satu ikatan besar kemudian umbi dijemur

kembaliselama 3-4 hari. Apabila umbi sudah kering, umbi bawang merah

dipasarkan atau disimpan. Sebagian besar petani responden masih melakukan

penyimpanan secara tradisional dengan menggantungkan benih bawang merah di

atas tungku perapian atau diruangan berventilasi (Gambar 10).

Gambar 10 Penanganan pasca panen: (a) pengangkutan, (b) penjemuran,(c)

pemisahan umbi dari daun, (d)penyimpanan.

a A

d

A

c

A

b

A

a b

Page 35: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

15

Pendistribusian bawang merah

Secara umum pola distribusi dan pemasaran bawang merah di Kecamatan

Brebessering disebut dengan sistem tebas yaitu petani menjual bawang merah ke

pedagang pengepul tingkat desa kemudian pedagang pengepul menjualkan

kembali ke pedagang pengepul tingkat kecamatan/kabupaten dan kemudian dijual

kembali ke pedagang besar/bandar. Pedagang besar/bandar yang akan

mendistribusikan ke pedagang berbagai pasar di luar daerah, pulau maupun

ekportir ke beberapa negara tetangga dan terakhir ke konsumen. Pola distribusi

pemasaran bawang merah yang panjang salah satu penyebab bagian harga yang

diperoleh petani menjadi kecil sementara bagian harga yang sampai kepada

konsumen/masyarakat menjadi besar atau biaya pemasaran menjadi tidak efisien

(Mayrowani dan Valeriana 2007).

Pola distribusi seperti ini dirasa sangat menguntungkan petani karena petani

tidak perlu mengeluarkan biaya panen dan biaya pasca panen. Ketika mendekati

panen pedagang pengepul membeli dengan harga tunai ke rumah petani langsung

atau membeli di ladang petani (tebasan) setelah melihat langsung bagaimana

kualitas umbi bawang merah. Penentuan harga petani dengan tawar menawar,

petani bebas menentukan menjual dengan harga penawaran yang tinggi. Biaya

panen dan pasca panen sepenuhnya di tanggung oleh pedagang pengepul.Harga

bawang merah yang menjadi sangat berfluktuasi terjadi ketika pedagang pengepul

menjual kepada pedagang besar/bandar. Penentuan harga masih didominasi oleh

pedagang besar sehingga ketika sampai kepada konsumen, selisih harga bawang

merah dari petani ke konsumen/masyarakat menjadi tinggi.

Permasalahan Hama dan Penyakit

Hama yang ditemukan di seluruh lahan pengamatan tanaman bawang merah

pada masing masing desa hanya ulat bawang Spodoptera spp. Hama ulat bawang

Spodotera spp menjadi salah satu OPT penting yang mengakibatkan petani tidak

memperoleh hasil produksi maksimal (Febrianasari et.al 2014). Larva Spodoptera

spp. memakan daging daun atau permukaan bagian dalam daun dan meninggalkan

epidermis daun (Gambar 11). Akibatnya timbul bercak-bercak putih transparan

pada daun, daun berlubang, terkulai, mengering dan pada serangan berat seluruh

daun habis dimakan (Moeksan et al. 2013).

Gambar 11 Hama ulat bawang pada daun: (a) gejala daun berlubang oleh ulat

bawang Spodoptera spp.,(b) larva ulat bawangSpodoptera spp.

a b 6 mm

Page 36: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

16

Intensitas serangan Spodoptera spp. paling tinggi terjadi di Desa Pagejugan

kemudian diikuti di Desa Kedunguter dan Kaliwlingi. Intensitas serangan di Desa

Pagejugan dan Kedunguter terlihat berbeda nyata dengan di Desa Kaliwlingi.

Desa Kaliwlingi dengan intensitas serangan terendah dari Desa Pagejugan dan

Kedunguter hanya 3.1% (Tabel 5). Hasil ini menunjukkan bahwa pengendalian

hama ulat bawang di Desa Kaliwlingi menggunakan light trap dapat mengurangi

serangan ulat bawang.

Tabel 5 Tingkat intensitas serangan ulat bawangSpodoptera spp. pada lahan

pengamatan masing-masing desa

Desa Intensitas serangan (%) pada waktu pengamatan (HST

*)

21 28 35 49

Pagejugan 17.0 28.1a 30.7a 37.0a Kedunguter 2.0 16.8a 21.1ab 35.4a Kaliwlingi 0.0 0.0b 2.5b 3.1b

*HST = Hari Setelah Tanam. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey (α>0.05)

Hama lain yang ditemukan pada light trap adalah orong-orong Gryllotalpa

sp. (Orthophera : Gryllotalpidae). Imago orong-orong ditemukan pada setiap

wadah penampungan serangga yang terperangkap (Gambar 12). Menurut Udiarto

et al. (2005) orong-orong adalah salah satu hama yang juga menyerang bawang

merah pada tanaman muda antara umur 1-2 minggu setelah tanam. Gejala

serangan ditandai dengan layunya tanaman karena akar tanaman rusak.

Gambar 12 Hama lain yang ditemukan yaitu pada light trap:(a) imago orong-

orong, (b) imago orong-orong dalam Rentz 1991.

Penyakit yang ditemukan di lahan pengamatan tanaman bawang merah yaitu

penyakit mati pucuk yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora sp. Penyakit

mati pucuk menginfeksi daun dan menimbulkan gejala busuk basah pada

pemukaan ujung daun, jika udara lembap akan terbentuk masa cendawan seperti

beludru (Gambar 13). Masa cendawan semakin lama akan menyebar pada

permukaan daun, serangan berat terjadi pada lahan tanaman lembap dan akhirnya

tanaman akan mati dengan daun melilit seperti dipilin (Wibowo 2005).

b

A

a

A

Page 37: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

17

Gambar 13 Penyakit mati pucuk pada daun: (a) gejala mati pucuk oleh

Phytophthorasp.,(b) bentuk mikroskopis cendawan Phytopthora sp.

dengan perbesaran 40x10, (c) bentuk mikroskopis cendawan

Phytopthora sp. dalam Watanabe 1994.

Hasil pengamatan kejadian dan intensitas penyakit Phytophthora sp.

menujukkan bahwa pada minggu pertama sampai minggu keempat pengamatan

mengalami peningkatan. Kejadian penyakit mencapai 83% dan intensitas penyakit

mencapai 40.8% (Gambar 14).

Gambar 14 Kejadian dan intensitas penyakit Phytophthorasp.

Serangan penyakit mati pucuk Phytophthora sp. muncul dikarenakan selama

pengamatan berlangsung musim hujan, siang sampai malam hari hujan turun

hingga suhu dingin dan kelembapan udara menjadi tinggi menyebabkan cendawan

penyakit mampu tumbuh berkembang. Cendawan Phytophthora sp. dapat

bertahan dalam tanah membentuk sporangium dan dapat membentuk spora

kembara (zoospora) yang mudah dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan

yang mengalir di atas permukaan tanah (Semangun 2007). Berkembangnya

penyakit ini diduga berasal dari benih yang ditanam berasal dari tanaman bawang

merah sebelumnya. Desa Pagejugan dengan jumlah petani terbanyak yang

melakukan pembibitan sendiri. Berdasarkan SK Menteri Pertanianmengenai

deskripsi varietas (Lampiran 2) menyatakan bahwa benih bawang merah varietas

Bima Brebes merupakan benih yang peka terhadap penyakit mati pucuk

Phytophthorasp. sehingga benih yang digunakan diduga sudah terinfeksi

46

61

76

83

22 26,8

33,8

40,8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

21 28 35 49

Has

il p

engam

atan

(%

)

Waktu pengamatan (HST)

a

A

b

A

c

A

Kejadian

Intensitas

Page 38: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

18

Phytophthora sp. dan saat benih tersebut ditanam di lahan dengan lingkungan

tumbuh patogen yang sesuai,akan mendukung patogen untuk berkembang dan

menunjukkan gejala.

Tanaman contohyang diamati di Desa Kedunguter dan Kaliwlingi selama

pengamatan tidak menunjukkan tanda adanya gejala penyakit secara spesifik

hanya menunjukkan gejala kuning pada ujung daun. Hasil pengamatan

mikroskopis ditemukan cendawan Alternaria sp. dengan kondia yang mempunyai

sekat melintang dan membujur (Gambar 15), hanya saja gejala infeksi awal pada

daun belum terlihat di lahan pengamatan. Gejala infeksi akibat cendawan

Alternaria sp. ditunjukkan berupa adanya bercak berukuran kecil, melekuk ke

dalam, berwarna putih dengan pusat yang berwarna ungu (kelabu), bercak akan

berkembang menyerupai cincin dengan bagian tengah yang berwarna ungu.Tepi

cincin berwarna kemerahan dikelilingi warna kuning yang dapat meluas ke bagian

atas maupun bawah bercak (Udiarto et al. 2005). Konidia cendawan diduga

disebarkan oleh angin atau air dan hanya menempel pada daun tetapi belum

menimbulkan infeksi hanya menyebabkan perubahan warna daun menjadi kuning.

Gambar 15 Konidia cendawan Alternaria sp.: (a) bentukmikroskopis pada

perbesaran40x10,(b) bentukmikroskopis dalam Barnett dan Hunter

1998.

Tindakan Pengendalian OPT

Pengendalian OPT di seluruh lahan pengamatan100% menggunakan

pestisida dan melakukan tindakan aplikasi campuran pestisida. Penggunaan

pestisida dalam pengendalian OPT diantaranya karena efektif, mudah didapatkan,

praktis dalam aplikasi, harga murah dan merupakan saran dari orang lain.

Persentase alasan terbesar petani responden dalam penggunaan pestisida adalah

praktis dalam aplikasi karena hanya dengan menyemprot menggunakan hand

sprayer yang sudah diisi dengan pestisida (Tabel 6).

Tindakan petani melakukan pencampuran pestisida disebabkan oleh

pertanaman bawang merah diserang berbagai jenis OPT secara bersamaan dan

bagi petani semakin banyak jenis pestisida yang digunakan maka akan semakin

efektif dalam pengendalian OPT. Frekuensi penggunaan pestisida oleh petani

lebih intensif pada saat musim hujan dibandingkan musim kemarau karena petani

beranggapan bahwa pestisida yang telah diaplikasikan pada tanaman tercuci oleh

air hujan sehingga aplikasi harus dilakukan lebih intensif agar tetap efektif dalam

mengendalikan OPT.

a

A

b

A

Page 39: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

19

Tabel 6 Tindakan pengendalian OPT dan alasan penggunaan pestisida kimia pada

tanaman bawang merah

Indikator Persentase petani (%)

Pagejugan Kedunguter Pandansari

Tindakan dalam pengendalian OPT

Pestisida 100 100 100

Tindakan lain 0 0 0

Alasan penggunaan pestisida

Efektif 65 35 50

Mudah didapatkan 25 15 35

Praktis dalam aplikasi 75 85 80

Harga murah 20 0 30

Saran dari orang lain 15 15 15

Bahan aktif insektisida dan fungisida yang digunakan petani berturut-turut

sebanyak 16 bahan aktif insektisida dan 9 bahan aktif fungisida (Tabel 7).

Tabel 7 Nama bahan aktif insektisida dan fungisida yang digunakan oleh petani

Insektisida Fungisida

Klorpirifos Spinoteram Propineb

Siromazin Profenofos Azoksistrobin

Klorfenapir Metomil Mankozeb

Sipermetrin Betasiflutrin Metil tiofanat

Abamektin Klorantraniliprol Klorotalonil

Asefat Siantraniliprol Difenokonazol

Karbosulfan Flubendiamida Heksakonazol

Permetrin Propikonazol

Emamektin benzoat Iprodion

Sebagian besar penggunaan 16 bahan aktif insektisida untuk mengendalikan

hama ulat bawang. Bahan aktif insektisida yang sering digunakan diantaranya

klorfenapir, emamektin benzoat, abamektin, klorpirifos, dan siromazin.

Insektisida dengan bahan aktif klorpirifos, siromazin, abamektin, karbosulfan, dan

betasiflutrin terindikasi sudah tidak efektif untuk pengendalian ulat bawang

karena ulat bawang sudah resisten terhadap bahan aktif insektisida tersebut.

(Moeksan dan Basuki 2007). Penggunaan insektisida yang berulang dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan resistensi. Bahan aktif fungisida yang paling

banyak digunakan adalah mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Fungisida yang

tergolong efektif dalam pengendalian penyakit bercak ungu Alternaria, layu

Fusarium, dan mati pucuk Phytophthora karena dalam pengamatan penyakit di

tiga desa ditemukan penyakit mati pucuk Phytophthora hanya di Desa Pagejugan.

Page 40: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

20

Hubungan Luas lahan, Kehilangan Hasil, dan Pengeluaran untuk Pestisida

Hubungan Luas Lahan dengan Kehilangan Hasil

Budidaya bawang merah pada lahan dengan luas yang semakin besar jika

tidak dikelola dengan baik akan memengaruhi kehilangan hasil, karena OPT

mampu dengan mudah menyebar dari tanaman yang satu ke tanaman lain jika

lingkungan disekitarnya mendukung OPT tersebut untuk berkembang. Hasil

wawancara dengan petani responden pada tabel 8 menunjukkan bahwa luas lahan

tidak memengaruhi kehilangan hasil karena luas lahan <0.5 ha saja mampu

kehilangan hasil >80%. Sebagian besar petani pernah mengalami kehilangan hasil

dari 20% sampai dengan >80% pada luasan lahan <0.5 ha sebanyak 61.7% petani.

Tabel 8 Hubungan luas lahan dengan kehilangan hasil

Luas lahan Persentasi petani

dengan luas lahan (%)

Persentasi petani dengan kehilangan hasil (%)

20-40 40-60 60-80 >80

<0.5 ha 61.7 1.6 28.3 16.6 13.3

0.5-1 ha 36.7 0.0 11.6 20.0 6.6

>1-5 ha 1.7 0.0 0.0 0.0 1.6

Hubungan Luas Lahan dengan Pengeluaran untuk Pestisida

Kebutuhan akan pestisida semakin besar dengan semakin luas lahan dalam

budidaya bawang merah. Luas lahan akan memengaruhi pengeluaran untuk

pestisida. Hasil wawancara dengan petani responden pada tabel 9 menunjukkan

bawah luas lahan tidak memengaruhi pengeluaran untuk pestisida karena

pengeluaran untuk pestisida terus meningkat tanpa melihat luas lahan yang

dimiliki. Petani yang memiliki luas lahan <0.5 sampai 1 ha mengeluarkan biaya

untuk pestisida sampai 7.5 juta sampai 10 juta, sementara petani lain dengan

dengan luasan lahan yang sama bahkan pada luasan yang lebih besar >1 ha

sampai 5 ha hanya mengeluarkan biaya untuk pestisida sebesar 2.5 juta sampai 5

juta saja.

Tabel 9 Hubungan luas lahan dengan pengeluaran untuk pestisida

Luas lahan Persentasi petani dengan pengeluaran untuk pestisida (juta)

0-2.5 2.5-5 5-7.5 7.5-10

<0.5 ha 41.6 15.0 3.3 0.0

0.5-1 ha 15.0 16.7 1.7 5.0

>1-5 ha 0.0 1.7 0.0 0.0

Hubungan Kehilangan Hasil dengan Pengeluaran untuk Pestisida

Kehilangan hasil oleh OPTpada budidaya tanaman bawang merah akan

memengaruhi petani mengeluarkan biaya yang lebih untuk kebutuhan pestisida.

Hasil wawancara dengan petani responden pada tabel 10 menunjukkan bahwa

kehilangan hasil tidak mempengaruhi petani dalam penggunaan pestisida. Petani

cenderung tetap menggunakan pestisida pada lahan budidaya tanaman tanpa

melihat seberapa besar kehilangan hasil yang telah ditimbulkan oleh OPT. Biaya

yang dikeluarkan petani untuk pestisida dalam mengatasi kehilangan hasil 20%

sampai 80% sampai 10 juta sementara beberapa petani hanya mengeluarkan biaya

Page 41: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

21

2.5 juta saja (Tabel 10).Petani responden sangat tergantung pada penggunaan

pestisida, biaya pestisida seharusnya dapat dimimalisir kalau kehilangan hasil

menjadi dasar pertimbangan petani dalam menggunakan pestisida.

Tabel 10 Hubungan kehilangan hasil dengan pengeluaran untuk pestisida

Kehilangan hasi (%) Persentase petani dengan pengeluaran untuk pestisida (juta)

0-2.5 2.5-5 5-7.5 7.5-10

20-40 1.6 0.0 0.0 0.0

40-60 20.0 16.7 1.7 1.7

60-80 18.3 11.0 1.7 3.3

>80 13.3 5.0 1.7 1.7

Hubungan antara luas lahan, kehilangan hasil dan pengeluaran untuk

pestisida pada masing-masing tabel tidak menunjukkan hubungan yang

berbanding lurus karena antara luas lahan, kehilangan dan pengeluaran untuk

pestisida tidak saling memengaruhi. Data pada masing-masing tabel tersebut

kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan uji Spearman dan hasil yang

didapatkan juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata. Nilai signifikan

yang didapatkan lebih besar dari α=0.05 (Tabel 11). Analisis hubungan luas lahan

dan kehilangan hasil (0.285>0.05), hubungan luas lahan dengan pengeluaran

untuk pestisida (0.196>0.05), dan hubungan kehilangan hasil dengan pengeluaran

untuk pestisida (0.592>0.05) (Lampiran 4).

Tabel 11 Hubungan luas lahan, kehilangan hasil dan pengeluaran untuk pestisida

menggunakan uji Spearman

Kategori hubungan Nilai siginifikansia

Luas lahan dan kehilangan hasil 0.285 Luas lahan dan pengeluaran untuk pestisida 0.196 Kehilangan hasil dan pengeluaran untuk pestisida 0.592

aHasil Uji Spearman pada taraf α 0.05

Page 42: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Budidaya bawang merah oleh petani Kecamatan Brebes secara umum yaitu

penanaman menggunakan benih tidak bersertifikat dengan jarak tanam yang rapat,

pengolahan lahan dengan membuat bedengan, pemupukan dengan menggunakan

pupuk kimia, pemeliharaan tanaman dengan penyiangan dan pembumbunan, dan

pengendalian OPT menggunakan pestisida dan light trap. Petani sangat

tergantung terhadap penggunaan pestisida sehingga menimbulkan dampak

resistensi. Hama yang ditemukan di lahan pengamatan yaitu ulat bawang

Spodoptera spp. dengan intensitas serangan mencapai 37% di Desa Pagejugan,

35% di Desa Kedunguter dan 3% di Desa Kaliwlingi. Light trap yang digunakan

pada lahan pengamatan di Desa Kaliwlingi menunjukkan dapat mengurangi

serangan ulat bawang. Penyakit mati pucuk oleh Phytophthora sp. ditemukan

hanya pada lahan pengamatan di Desa Pagejugan dengan intensitas serangan

mencapai 41% diduga akibat penanaman dengan benih yang tidak bersertifikat.

Saran

Kegiatan penyuluhan budidaya dan pengendalian OPT perlu dilakukan di

Kecamatan Brebes khususnya untuk petani di tiga desa tersebut. Informasi

mengenai budidaya bawang merah yang baik dan pengendalian OPT yang sesuai

dengan konsep PHT sangat penting, diharapkan dapat memberikan pengetahuan

yang lebih baik sehingga petani dapat mengoptimalkan hasil budidaya bawang

merah di Kecamatan Brebes.

Page 43: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

23

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga W, Laksanawati A, Soetiarso TA, Hidayat A. 2001. Persepsi petani

terhadap status dan prospek penggunaan SeMNPV pada usahatani bawang

merah.J Hort. 11(1):58-70. Anisyah F, Sipayung R, Hanum C. 2014. Pertumbuhan dan produksi bawang merah

dengan pemberian berbagai pupuk organik. J Online Agro. 2(2):482-496

Azmi C,Hidayat IM,Wiguna G, 2011. Pengaruh varietas dan ukuran umbi terhadap

produktivitas bawangmerah.J Hort. 21(3):206-213.

BangunE, Nur M,Silalahi FH, dan Ali J. 2000. Pengkajian Teknologi pemupukan

bawang merah di Sumatera Utara.Seminar Nasional Teknologi Spesifik

Lokasi Menuju Desentralisasi Pembangunan Pertanian; 2000 Maret 13-14;

Medan, Indonesia. Medan(ID):hlm. 338-342

Barnett HL, Hunter BB. 1998. Illusturad Genera of Imperfect Fungi.4th

ed.

Minnesota (US): APS Press.

[BPS Kabupaten Brebes] Badan Pusat Statistika Kabupaten Brebes. 2016.

Banyaknya curah hujan di Kabupaten Brebes tahun 2008-2014. [Internet].

[diunduh 2016 Agst 05]. Tersedia pada:

https://brebeskab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/23

[BPS Kabupaten Brebes] Badan Pusat Statistika Kabupaten Brebes. 2016. Luas

panen, produksi dan rata-rata produksi bawang merah di Kabupaten Brebes

2012-2014. [Internet]. [diunduh 2016 Agst 05]. Tersedia pada: https://

brebeskab.bps.go.id/ linkTableDinamis/view/id/21

[BPS] Badan Pusat Statistik 2015. Produktivitas bawang merah2006-2011

[Internet]. [diunduh 2015 Mei 29]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/site/resultTab.

Daikhwa Y. 2010. Pengelolaan tanaman dan organisme pengganggu tanaman

(OPT) bawang merah (Alliumascalonicum Linn.) di Kecamatan Lembah

Gumanti,Kabupaten Solok, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2015. Pedoman teknis sertifikasi

benih tanaman hortikultura. Direktorat Jendral Holtikultura. Jakarta (ID) :

Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

[Ditsarpras] Direktorat Sarana dan Prasarana. 2014. Pestisida Pertanian dan

Kehutanan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Erythrina, 2013.Pembenihan dan budidaya bawang merah.Seminar Nasional.

Inovasi Teknologi Pertanian: mendukung ketahanan pangan dan

swasembada beras berkelanjutan di Sulawesi Utara; [Waktu pertemuan

tidak diketahui]. Bogor, Indonesia. Bogor(ID): hlm. 74-84.

Febrianasari R, Tarno H, Afandhi A. 2014. Efektivitas klorantraniliprol dan

flubendiamid pada ulat bawang merah (Spodoptera exigua Hubner.)

(Lepidoptera:Noctuidae). J PHT. 2(4):103-109.

Gafur WA, Pembengo W, Zakaria F. 2013. Pertumbuhan dan hasil kacang tanah

(Arachis hypogeal L.) berdasarkan waktu penyiangan dan jarak tanam yang

berbeda [skripsi]. Gorontalo (ID): Fakultas Pertanian Universitas Negeri

Gorontalo.

Page 44: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

24

Harahap KB. 2012. Dampak sebelum dan setelah penerapan sekolah lapang

pengendalian hama terpadu (SLPHT) terhadap biaya produksi, produksi,

dan pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai [tesis].

Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Iriani E. 2013. Prospek pengembangan inovasi teknologi bawang merah di lahan

sub optimal (lahan pasir) dalam upaya peningkatan pendapatan

petani.JLitbang Prov Jateng.11(2):231-243.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2016. Impor komiditi pertanian subsektor

holtikultura tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2016 Agst 06]. Tersedia pada:

https://aplikasi.pertanian.go.id/eksim2012/imporSubsek.asp

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2016. Konsumsi per kapita dalam rumah

tangga setahun menurut hasil Susenas. [Internet]. [diunduh 2016 Sept 05].

Tersedia pada: https://aplikasi2.pertanian.go.id/ konsumsi/tampil_susenas_

kom2_th.php

Latarang B, Syakur A. 2006. Pertumbuhan hasil bawang merah (Allium

ascalonicum L.) pada berbagai dosis pupuk kandang. J Agroland.

13(3):265-269.

Mayrowani H, Valeriana D. 2007. Perspektif pemasaran bawang merah di

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Seminar Nasional Peningkatan Daya

Saing Aribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani;2009 Oktober 14; Bogor,

Indonesia. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm

1-16.

Moeksan TK, Setiawati W, Hasan F, Runa R, Soemantri A. 2013. Penerapan

ambang pengendalian Spodotera exigua pada tanaman bawang merah

menggunakan feromonoid seks. J Hort. 23(1):80-90

Moeksan TK, Basuki RS, Prabaningrum L. 2012. Penerapan ambang

pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada budidaya bawang

merah dalam upaya mengurangi penggunaan pestisida. JHort. 22(1):47-56.

Moeksan TK dan Basuki RS. 2007. Status Resistensi Spodoptera exigua Hubn.

pada tanaman bawang merah asal Kabupaten Cirebon, Brebes, dan Tegal

terhadap insektisida yang umum digunakan petani di daerah tersebut. J Hort.

17(4):343-354.

Nuryana E. 2005. Dampak penggunaan pestisida terhadap penurunan aktivitas

enzim asetilkolinesterase pada petani bawang merah [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

Rachmat M, Sayaka B, Muslim C. 2012. Produksi, perdagangan, dan harga

bawang merah. [Internet]. [diunduh 2016 Agst 23]. Tersedia pada:

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_09.pdf

Rentz DCF. 1991. Orthoptera. Di dalam : Nauman ID, Carne PB, Lawrence JF,

Nielsen ES, Spraddbery JP, Taylor RW, Whitten MJ, Littlejohn MJ, editor.

The Insect of Australia : A Textbook for Students and Research Workers.

Volume 1. Victoria (AU) : Common wealth scientific and industrial

Research organisation. hlm 369-393.

RivaiF. 2006. Kehilangan Hasil Akibat Penyakit Tanaman. PADANG (ID):

Andalas Universiti Press.

Saraswati, Rasti. 2012. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan

Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian. Bogor (ID) : Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian.

Page 45: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

25

Semangun H. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia.

Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Sumarni N, Hidayat A. 2005. Budidaya Bawang merah. Panduan Teknis PTT

Bawang Merah No.3. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA).

Townsend GR, Heuberger JV. 1943. Methods for estimating losses caused by

diseases in fungicide expreminent. Plant Disease Report.27(17): 340-343

Udiarto B, Setiawati W,Suryaningsih E. 2005. Pengenalan Hama dan Penyakit

pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya. Panduan Teknis PTT

Bawang Merah No.2. Bandung (ID) : Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA).

Watanabe T. 1994. Pictorial Atlas of Soil and Fungi Morphologies of Cultured

Fungi and Key to Species. 2nd

ed. Boca Raton (USA). CRC Press.

Wibowo S. 2005. Budidaya Bawang Merah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Page 46: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

26

Page 47: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

27

LAMPIRAN

Page 48: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

28

Lampiran 1Kuisioner Penelitian

KUISIONER WAWANCARA PETANI

BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN BAWANG MERAH DI BREBES, JAWA TENGAH

KABUPATEN : Brebes Pewawancara : Maizul Husna

KECAMATAN : Brebes Tgl. Wawancara :…………….....

DE A : ………………… Tempat : [ ] Di Lahan

[ ] Di Rumah

RT/RW : ………………… Waktu : ……………..W B

KARAKTERISTIK PETANI

1. Nama :

Umur : [ ] < 20 th [ ] 21-30 th [ ] 31-40 th [ ] 41-50 th [ ] > 50 th

2. Pendidikan :[ ] SD [ ] SMP [ ] SMA [ ] PT [ ] Tidak tamat SD

3. Pekerjaan :

[ ] Petani

[ ] Pedagang

[ ] Butuh bangunan

[ ] Pegawai Negeri

[ ] Pegawai Swasta

[ ] …………………………….

4. Jumlah tanggungan keluarga : [ ] < 2orang [ ] 3-5 orang [ ] 6-8 orang [ ] >8 orang

5. Status kepemilikan lahan

[ ] Lahan sendiri [ ] Penggarap

[ ] Sewa [ ] Lainya:……………………...

6. Luas lahan yang dikelola dan penghasilan per bulan :……………………........

BUDIDAYA

7. Varietas bawang yang digunakan...............................

8. Asal bibit

[ ] membibitkan sendiri

[ ] membeli dari perusahaan pembibitan

[ ] diberikan oleh dinas atau instansi pemerintah

[ ] membeli dari petani lain

[ ] membeli dari kios petani

[ ] lainnya …………………………

9. Umur tanaman bawang saat ini...........................

10. Jarak tanaman bawang merah

11. Apakah melakukan pengguludan ?

[ ] tidak

[ ] ya, lebar guludan .......... dan panjang guludan........

12. Pupuk kandang yang digunakan

a. kotoran sapi…………………………………. g

b.kotoran ayam ………………………………….kg

c. Pupuk kompos………………………………...kg

d. lainnya………………………………………. g

13. Apakah menggunakan pupuk kimia ?

[ ] tidak

[ ] ya, jenis pupuk kimia yang digunakan ..............

berapa dosis ........

14. Pemberian pupuk sintetik

Page 49: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

29

Jenis pupuk Frekuensi/ tanam Waktu pemupukan Dosis/ha

Urea

TSP

NPK

Lainnya.......

15. Bagaimana pola tanam yang digunakan

[ ] Satu macam secara terus menerus (setiap musim)

Alasan……………………………………………..

[ ] Satu macam (rotasi tiap musim) (sebutkan tanaman)

Alasan………………………………………………

[ ] Tumpangsari (sebutkan tanamannya)

Alasan………………………………………………

16. Masalah yang sering dihadapi dalam usaha tani

[ ] Hama dan Penyakit

[ ] Modal

[ ] Air / Irigasi

[ ] Cuaca (Kabut)

[ ] Lainnya: ………………………………………………

17. Dari serangan hama atau penyakit tersebut, kira-kira berapa kehilangan hasil

panen:…..

[ ] < 20% [ ] 20-40% [ ] > 40-60% [ ] > 60-80% [ ] > 80% [ ]lainnya

PENGENDALIAN OPT

18. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit :

[ ] secara mekanis, dengan ......................

[ ] secara fisik, dengan ............................

[ ] secara hayati, dengan ..........................

[ ] secara kimia

a. Jenis pestisida ...................................

b. dosis ................./ha

c. waktu aplikasi ..................................

d. frekuensi aplikasi .............................

19. Mengapa menggunakan pestisida untuk pengendalian

[ ] Efektif terhadap serangan hama dan penyakit

[ ] Mudah didapatkan

[ ] Praktis dalam aplikasi

[ ] Harga murah

[ ] Saran dari orang lain

[ ] Lainnya………………………….

20. Pestisida apa saja yang digunakan……….

a. e.

b. f.

c. g.

d. h.

21. Apakah bapak mengendalikan gulma?

[ ] ya [ ] tidak

22. Bagaimana cara mengendalikan gulma

[ ] Menggunakan plastik mulsa

[ ] Mencabut dengan tangan

[ ] Menggunakan herbisida

[ ] lainya…………………..

23. ejak kapan menggunakan mulsa plastik…………………………..

Page 50: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

30

SIKAP PETANI

24. Pernah mengikuti SLPHT atau Pelatihan lain [ ] Ya [ ] Tidak

( ebutkan:…………………………………berapa lama…………….)

25. Jika menggunakan pestisida kapan diputuskan untuk melakukan penyemprotan

[ ] saat menyemprot telah tiba

[ ] serangan hama/penyakit tingkat membahayakan

[ ] adanya gejala pada tanaman

[ ] saat cuaca kurang baik

[ ] lainnya…………………………………

26. Apa yang dilakukan jika hama dan penyakit tidak dapat dikendalikan

[ ] dibiarkan saja

[ ] penyemprotan lagi dengan konsentrasi sama

[ ] meningktkan konsentrasi

[ ] mengganti dengan pestisida baru

ANALISIS USAHA TANI 27. Di atas telah disebutkan bahwa luas lahan bawang merah …….. ha.

Berdasarkan luas lahan tersebut itu mohon dijelaskan biaya yang dikeluarkan

untuk perawatan selama 1 musim tanam.

Rincian Biaya (Rp)

Pupuk Urea

Pupuk TSP

Pupuk KCL

Pupuk Kandang

Pupuk lainnya...............

Insektisida

Herbisida

Fungisida

Benih

Upah

Pengolah tanah

Penanaman

Pemupukan

Penyiangan lahan

Penyemprotan insektisida

Penyemprotan herbisida

Penyemprotan fungisida

Sewa lahan

Mulsa plastik

Lainnya..............

28. Berapa banayak hasil panen bawang merah (kg)?............................................

Lampiran 2 Deskripsi benih bawang merah varietas bima

Nama varietas : Bima Brebes

Deskripsi varietas : SK Menteri Pertanian No. 594/Kpts/TP290/1984

Varietas ini berasal dari daerah lokal Brebes.Umur tanaman 60 hari setelah

tanam.Tanaman berbunga pada umur 50 hari.Tinggi tanaman 25-44 cm. Tanaman agak

sukar berbunga.Banyaknya anakan 7-12 umbi per rumpun.Bentuk daun berbentuk silinder

berlubang.Warna daun hijau, jumlah daun berkisar 14-50 helai.Bentuk bunga seperti

payung.Warna bunga berwarna putih.Banyak buah per tangkai 60-100 (83).Banyaknya

Page 51: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

31

bunga per tangkai 120-160 (143).Banyaknya tangkai bunga per rumpun 2-4.Bentuk biji

bulat, gepeng dan berkeriput.Warna biji hitam.Bentuk umbi lonjong bercincin kecil pada

leher cakram.Warna umbi merah muda.Produksi umbi 9.9 ton/ha.Susut bobot umbi

(basah-kering) 21.5%.Cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis alli).Peka

terhadap penyakit busuk ujung daun (Phytophthora porri).Baik untuk dataran rendah.Para

penelitinya adalah Hendro Sunarjono, Prasodjo, Darliah dan Nasrun Harizon Arbain.

Lampiran 3 Skoring kerusakan oleh hama ulat bawang Spodotera sp. pada daun

Skor 0

Skor 1

Skor 2

Skor 3

Skor 4

Skor 5

Lampiran 4 HasilSPSS sebaran koefisien korelasi Spearman dengan variabel luas

lahan, kehilangan hasil dan pengeluaran untuk pestisida.

Luas lahan Kehilangan

hasil

Pengeluaran

Luas lahan Koefisien

korelasi

1.000 .140 .169

Sig. (2-tailed) .285*

.196*

N 60 60 60

Kehilangan

hasil

Koefisien

korelasi

.140 1.000 .071

Sig. (2-tailed) .285*

.592*

N 60 60 60

Pengeluaran

terhadap

pestisida

Koefisien

korelasi

.169 .071 1.000

Sig. (2-tailed) .196*

.592*

N 60 60 60 *Korelasi signifikasi pada p<0.05

Page 52: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

32

Lampiran 5 Daftar nama dagang, bahan aktif, dan penggunaan pestisida

Nama dagang Bahan aktif Penggunaan

Insektisida

Boxer 200 EC Klorpirifos 200 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Trigard 75 WP Siromazin 75% Racun kontak, penggerek daun Liriomyza sp.

Arjuna 200 EC Klorfenapir 200 g/l Racun kontak, lambung S. litura

Bestfast 250 EC Klorfenapir 250 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Rizotin 40 WP Sipermetrin 40% Racun kontak, lambung S. litura

Tumagon 100 EC Klorfenapir 100 g/l Racun kontak, pernafasanS. Exigua

Abacyper 30 EC Abamektin 30 g Racun kontak, lambung S. exigua

Dursban 200 EC Klorpirifos 200 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Manthene 75 SP Asefat 75 % Sistemik S. exigua

Marshal 200 EC Karbosulfan 200 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Krakatau 100 EC Sipermetrin 100 g/l Racun kontak, lambung S. litura

Guntur 75 WP Siromazin 75% Racun kontak, lambung S. exigua

Axon 100 EC Permetrin 100 g/l Racun kontak, lambung S. litura

Denim Fit 50 WG Emamektin benzoat 50% Racun kontak, lambung S. exigua

Bakti 10 ME Emamektin benzoat 10 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Endur 120 EC Spinoteram 120 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Curacron 500 EC Profenofos 500 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Metindo 25 WP Metomil 25% Racun kontak, lambung S. exigua

Demolish 18 EC Abamektin 18 g/l Racun kontak, lambung Liriomyza sp.

Buldok 25 EC Betasiflutrin 25 g/l Racun kontak, lambung S. litura

Abenz 22 EC Emamektin benzoat 22 g/l Racun kontak, lambung H. armigera (tomat)

Tripas 250 EC Klorfenapir 250 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Detacron 500 EC Profenofos 500 g/l Racun kontak, lambung P.xylostella, C.pavonana

Prevathon 50 SC Klorantraniliprol 50 g/l Sistemik, racun kontak, lambung S. exigua

Preza 100 OD Siantraniliprol 100 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Anta 50 EC Emamektin benzoat 50% Racun kontak, lambung S. exigua

Ludo 310 EC Klorfenapir 310 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Amezo 18 EC Abamektin 18 g/l Thrips

Takumi 20 WG Flubendiamida 20% Racun kontak, lambung S. exigua

Abacel 18 EC Abamektin 18 g/l Racun kontak, lambung S. exigua

Fungisida

Antrakol 70 WP Propineb 70% Penyakit Bercak Ungu A. Allii

Amistar 250 EC Azoksistrobin 250 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Dithane 430 SC Mankozeb 430 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Dense 70 WP Metil tiofanat 70% Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Supermil 75WP Klorotalonil 75% Phytophthora infestans

Daconil 500 SC Klorotalonil 500 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Tamicore250EC Difenokonazol 250 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Tridex 80 WP Mankozeb 80% Penyakit layu Fusarium

Amcozeb 80 WP Mankozeb 80% Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Arytop 300 SC Difenokonazol 300 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Anvil 50 SC Heksakonazol 50 g/l Penyakit Bercak Ungu A. Porri

Bion 48 WP Mankozeb 48% Phytophthora infestans

Golex 250 EC Propikonazol 250 g/l Cercospora capsici

Herbisida

Goal 240 EC

Oksifluorfen 240 g/l

Kontak, pra tumbuh, gulma berdaun lebar,

berdaun sempit

Rumpas 120EW

Fenolsaprop-p-etil 120 g/l

Sistemik, kontak, tumbuh, gulma berdaun lebar,

berdaun sempit

Roundup 486 SL

Isopropil amina glifosat 486 g/l

Sistemik, purna tumbuh, lahan tanpa tanaman,

alang alang

Page 53: BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN ORGANISME … · Wawancara Petani 4 ... 1 Karakteristik petani bawang merah pada masing-masing desa 6 ... 11 Hama ulat bawang pada daun 15

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maizul Husna Tanjung, lahir pada tanggal 29 Mei

1994, anak ketiga dari lima bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri

Bapak Junaidi Tanjung dan Ibu Bagak Saraan. Penulis bertempat tinggal di kota

Sidikalang, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Penulis menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar di SD Negeri INPRES lulus pada tahun 2006, SMP

Negeri 1 Sidikalang lulus pada tahun 2009, SMA Negeri 1 Sidikalang lulus pada

tahun 2012 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor melalui jalur undangan dan diterima di Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian.

Selama perkuliahan penulis menjadi Asisten Praktikum Matakuliah

Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat pada tahun ajaran 2015/2016 dan

Pengendalian Hama Terpadu pada tahun ajaran 2016/2017. Pada tahun 2016,

penulis mengikuti kegiatan Program Kegiatan Mahasiswa (PKM) dalam bidang

penelitian (PKMP) dengan judul Efektivitas Buah Maja sebagai Losion Anti

Nyamuk dan penelitian didanai oleh DIKTI IPB.

Selama perkuliahan penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan dalam acara

kampus dan di beberapa organisasi kemahasiswaan di IPB, pada tahun 2013

sampai tahun 2016 aktif di Rohis Departemen Proteksi Tanaman, Lembaga

Dakwah Kampus Al Hurriyyah IPB dan Lembaga Dakwah Fakultas Pertanian

(Forum Komunikasi Rohis Departemen), serta aktif di komunitas Future Leader

Anti Coruption (FLAC) regional Bogor.

Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Sunrise pada tahun 2013,

beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2013, beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) periode Januari-Juni pada tahun 2015 dan

beasiswa Yayasan Goodwill Internasional pada tahun 2015-2016.